-
Skripsi
EVALUASI PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS DALAM RANGKA PENINGKATAN
MUTU PRODUK DENGAN STUDI KASUS
PADA PT. INDOMULTI PLASINDO
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana
Akuntansi di Fakultas Ekonomi
Unuversitas Katolik Soegijapranata Semarang
Alex
00.60.0019
Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Katolik
Soegijapranata
Semarang 2005
-
xiii
ABSTRAKSI
Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat perusahaan
dituntut menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi
konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus menjalankan sistem
pengendalian kualitas yang baik dan benar untuk menekan jumlah
produk cacat.
Untuk menghasilkan produk yang bebas dari cacat tersebut
sebaiknya perusahaan menganggarkan biaya kualitas kurang dari 2.5 %
dari penjualan. Biaya kualitas didistribusikan ke aktivitas
pencegahan dan penilaian. Oleh karenanya pengendalian kualitas pada
proses produksi sangat penting karena mencakup baik produk maupun
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kualitas
produk yang dihasilkan.
PT. Indomulti Plasindo sebenarnya sudah mengeluarkan biaya-biaya
yang termasuk dalam komponen kualitas hanya saja biaya-biaya ini
masih tergabung dalam laporan biaya produksi. Pelaporan biaya
kualitas yang belum dikelompokan secara terpisah mengakibatkan
perusahaan tidak dapat mengetahui besarnya biaya yang timbul yang
diakibatkan adanya kualitas produk yang tidak memenuhi harapan
perusahaan atau konsumen.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Evaluasi Pengendalian Biaya
Kualitas Dalam Rangka Peningkatan Mutu Produk Dengan Studi Kasus
Pada PT. Indomulti Plasindo ,dengan mengangkat permasalahan
Bagaimana efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya kualitas
yang telah dilakukan oleh PT. Indomulti Plasindo .Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menilai efektivitas dan
evisiensi pengendalian biaya kualitas perusahaan.
Tahap-tahap analisis dalam penelitian ini adalah : 1. Menentukan
elemen-elemen biaya kualitas yang terdapat dalam laporan biaya
produksi selama 3 periode tahun 2000-2002. 2. mengelompokkan
elemen-elemen biaya kualitas menurut fungsinya yaitu biaya
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan eksternal.
3. Membuat laporan biaya kualitas. 4. Mengevaluasi Efektivitas
dan efisiensi biaya kualitas 5. Analisis sebab akibat, jika belum
efektif / efisien dengan Diagram Ishikawa
sehingga dapat ditemukan akar permasalahan dan alternatif solusi
yang dapat diusulkan kepada perusahaan.
Adapun kesimpulan secara umum adalah Persentase biaya kualitas
pada tahun 2000 yaitu 2.72 % sedangkan penjualan tahun 2000 adalah
Rp. 9,702,974,530. Persentase biaya kualitas pada tahun 2001 yaitu
2.69 % sedangkan penjualannya
-
xiv
adalah Rp. 10,224,649,303. Persentase biaya kualitas pada tahun
2002 yaitu 2.68 % sedangkan penjualannya Rp. 12,139,623,910. Dari
kesimpulan diatas dapat diketahui bahwa pengendalian biaya kualitas
belum efisien. Pengendalian biaya kualitas juga belum efektif
karena biaya kegagalan tidak menurun.
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN
PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN
PENGESAHAN........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
SKRIPSI.......................................... iv
KATA
PENGANTAR....................................................................................
v
DAFTAR
ISI...................................................................................................
vii
DAFTAR
TABEL...........................................................................................
x
DAFTAR
GRAFIK.........................................................................................
xi
DAFTAR
GAMBAR......................................................................................
xii
ABSTRAKSI..................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Masalah.........................................................
1
B Perumusan
Masalah................................................................
5
C Pembatasan
Masalah...............................................................
5
D Tujuan
Penelitian....................................................................
6
E Manfaat
Penelitian..................................................................
6
F Kerangka
Pemikiran................................................................
6
G Sistematika
Penelitian.............................................................
8
-
viii
BAB II LANDASAN TEORI
A Pengertian
Kualitas.................................................................
10
B Pengawasan
Kualitas..............................................................
11
C Tujuan Pengawasan
Kualitas.................................................. 11
D Dimensi
Kualitas.....................................................................
12
E Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas......................... 14
F Faktor-Faktor Yang Menentukan
Kualitas............................. 18
G Sifat
Kualitas...........................................................................
19
H Standar
Kualitas......................................................................
22
I Pengertian Biaya
Kualitas.......................................................
23
J Kategori Biaya
Kualitas..........................................................
24
K Produk Rusak dan Produk
Cacat............................................. 29
L Pengendalian Biaya
Kualitas.................................................. 29
M Laporan Biaya
Kualitas...........................................................
30
N Biaya Kualitas
Optimal...........................................................
31
O Diagram Ishikawa ( Diagram Tulang Ikan
)........................... 33
P Efektivitas dan
Efisiensi.........................................................
35
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A Sejarah Umum
Perusahaan.....................................................
36
B Lokasi
Perusahaan..................................................................
37
C Struktur
Perusahaan................................................................
38
D Definisi
Operasional...............................................................
40
-
ix
E Metodologi Penelitian
1. Jenis
Data..........................................................................
40
2. Tehnik Pengumpulan
Data................................................ 42
3. Metode Analisis
Data........................................................ 43
BAB IV PEMBAHASAN
A Analisis Pelaporan Biaya
Kualitas.......................................... 44
B Analisis Efisiensi Biaya
Kualitas............................................ 48
C Analisis Efektivitas Biaya
Kualitas......................................... 53
D Metode Fish Bone atau Diagram Sebab
Akibat...................... 54
BAB V PENUTUP
A
Kesimpulan.............................................................................
58
B
Saran.......................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
x
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 Laporan Biaya Produksi PT. Indomulti
Plasindo................... 49
TABEL 4.2 Laporan Biaya Kualitas PT . Indomulti
Plasindo................... 50
TABEL 4.3 Efektivitas Biaya
Kualitas.......................................................
54
-
xi
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 4.1 Presentase Biaya
Kualitas.......................................................
51
-
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1 Struktur Organisasi PT . Indomulti
Plasindo.............. 39
GAMBAR 4.1 Diagram Fish
Bone..................................................... 55
-
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis, maka masalah yang
dihadapi perusahaan adalah semakin ketatnya persaingan, oleh
karena itu
perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat
agar mampu
bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi. Tujuan utama
perusahaan
dalam menjalankan usahanya adalah untuk memperoleh laba maksimal
secara
kontinue. Laba yang diperoleh ini, nantinya dapat digunakan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dan berkembang lebih
lanjut
serta sanggup mengatasi faktor lingkungan yang senantiasa
berubah.
Salah satu hal penting yang menjadi perhatian perusahaan adalah
kualitas
suatu produk yang dihasilkan. Menurut Feigenbaum (1991 : 7) mutu
/ kualitas
dapat didefinisikan sebagai gabungan karakteristik produk dan
jasa yang telah
melalui proses pemasaran, perekayasaan, manufaktur dan
pemeliharaan yang
memenuhi harapan para pemakai / pelanggan. Berarti dapat
diketahui bahwa yang
menentukan tingkat kualitas suatu produk yang dihasilkan suatu
perusahaan
adalah dari tingkat kepuasan konsumen yang memakainya. Apabila
konsumen
merasa puas dengan suatu produk yang dipakainya maka ia akan
memberitahukan
kelebihan produk itu pada orang lain dan akan menjadi pelanggan
yang setia.
-
2
Tetapi apabila konsumen merasa tidak puas setelah menggunakan
produk
tersebut, maka ia akan memberitahukan kelemahan produk tersebut
kepada orang
lain dan berhenti menggunakan produk tersebut.
Dalam mencapai suatu produk yang berkualitas, perusahaan
selalu
berusaha untuk mempertahankan efisiensi biaya. Manajemen selalu
berusaha
untuk meningkatkan kualitas suatu produk tanpa ada kenaikan
biaya sehingga
harga jual produk tetap dapat bersaing dipasaran. Biaya yang
dikeluarkan oleh
perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas suatu produk atau
mencapai
standar kualitas yang telah ditetapkan biasa disebut sebagai
biaya kualitas. Biaya
kualitas dapat didefinisikan sebagai biaya yang timbul karena
kualitas suatu
produk yang rendah / cacat yang mungkin terjadi atau yang sudah
timbul.
( Hansen and Mowen, 1997 : 7 )
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari produk cacat seperti
kecelakaan
seseorang, kerusakan dan pencemaran yang sampai ke tangan
konsumen akan
menimbulkan ketidakpuasan dari konsumen. Akibatnya konsumen
akan
memberikan suatu reaksi terhadap produk tersebut. Reaksi yang
diberikan dapat
berupa reaksi terbuka dan reaksi tertutup. Konsumen yang
memberikan reaksi
terbuka dapat berupa publikasi konsumen terhadap buruknya
kualitas suatu
produk perusahaan, sedangkan konsumen yang memberikan reaksi
tertutup dapat
berupa tidak lagi membeli produk perusahaan.
Suatu perusahaan yang tidak memakai sistem pengawasan kualitas
akan
menghadapi kerugian ke dalam dan ke luar. Akibat ke dalam bagi
perusahaan
-
3
adalah pemborosan bahan baku, pemborosan biaya penjaminan
kualitas, biaya
pengerjaan kembali, sehingga harga pokok produk yang baik
menjadi lebih
tinggi. Akibat ke luar bagi perusahaaan adalah dapat menurunkan
omset
penjualan baik dalam unit maupun dalam rupiah, sehingga peluang
perusahaan
dalam meraih keuntungan menjadi menurun. Akibat ke luar tadi
dapat diatasi oleh
perusahaan dengan menanggung beban kerugian yang diderita oleh
konsumen.
Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan
yang
dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan kualitas yang
jelek atau cacat.
Biaya-biaya untuk menjalankan kegiatan tersebut adalah biaya
kualitas. Jadi
biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena mungkin atau
telah dihasilkan
produk yang jelek kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan
bahwa biaya
kualitas berhubungan dengan sub kategori dari kegiatan yang
terkait dengan
kualitas : Kegiatan pengendalian atau kegiatan produk gagal.
Kegiatan
pengendalian dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk mencegah
atau
mendeteksi kualitas yang jelek. Jadi kegiatan pengendalian
terdiri dari kegiatan
pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian adalah biaya yang
dikeluarkan
untuk menjalankan kegiatan pengendalian. Sementara itu kegiatan
produk gagal
dilaksanakan oleh suatu organisasi atau oleh pelanggannya untuk
merespon
kualitas yang jelek. Apabila respon terhadap kualitas yang jelek
muncul sebelum
produk cacat ( tidak memiliki kualitas, tidak bisa diandalkan,
tidak tahan lama )
dikirim ke pelanggan, maka kegiatan diklasifikasikan sebagai
kegiatan produk
gagal internal ; jika respon muncul setelah pengiriman maka
kegiatan
-
4
diklasifikasikan sebagai kegiatan produk gagal eksternal. Biaya
produk gagal
adalah biaya yang dikeluarkan untuk suatu organisasi karena
terjadi kegiatan
produk gagal. Bahwa definisi kegiatan produk gagal dan biaya
produk gagal
menjelaskan bahwa respon pelanggan atas kualitas yang jelek
dapat memperbesar
biaya organisasi ( Hansen & Mowen , 1997 :8 ).
Semakin ketat pengawasan kualitas ini tentunya juga menuntut
biaya
pengawasan kualitas yang lebih besar pula. Akan tetapi dengan
semakin ketatnya
pengawasan kualitas akan memperkecil jumlah produk yang cacat (
Defect
Product ), sehingga total biaya kualitas dapat ditekan .
Sebaliknya semakin
longgarnya kegiatan pengawasan kualitas maka biaya pengawasan
kualitas akan
kecil tetapi jumlah barang cacat akan semakin meningkat dan
biaya untuk
penanggungan kualitas juga akan semakin besar, sehingga total
biaya kualitas
juga akan bertambah .
Maka pengelompokan dan pelaporan biaya kualitas akan sangat
membantu manajemen perusahaan dalam mengetahui berapa besar
biaya kualitas
yang dikeluarkan selama periode tertentu, sehingga dapat
merencanakan dan
mengendalikan besarnya biaya kualitas untuk periode yang akan
datang.
PT. Indomulti Plasindo Semarang adalah sebuah perusahaan
swasta
nasional yang bergerak dibidang industri yang bahan bakunya
adalah plastik.
Bahan plastik adalah bahan yang sangat rentan terhadap kerusakan
sehingga
pengendalian kualitas sangat penting. Dalam memproduksi barang
PT. Indomulti
Plasindo sudah melakukan pengendalian kualitas, namun pelaporan
biaya kualitas
-
5
belum memisahkan antara biaya pencegahan, biaya inspeksi, biaya
kegagalan
internal, dan biaya kegagalan eksternal.
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang : Evaluasi Pengendalian Biaya
Kualitas
Dalam Rangka Peningkatan Mutu Produk Dengan Studi Kasus Pada
PT.
Indomulti Plasindo .
B Perumusan Masalah
Dewasa ini banyak perusahaan baru yang berdiri dan ini menuntut
semua
perusahaan untuk bersaing. Adapun tuntutan dari para konsumen
adalah adanya
kualitas produk yang tinggi dari sebuah produk yang dihasilkan.
Yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya kualitas
yang telah
dilakukan oleh PT. Indomulti Plasindo ?
C Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya,
maka
peneliti membatasi penelitian ini pada :
1. Penelitian biaya kualitas pada periode tahun 2000 2002.
2. Data penjualan tahun 2000 2002.
3. Data biaya produksi tahun 2000 2002.
-
6
D Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui dan menilai efektivitas dan efisiensi
pengendalian biaya
kualitas perusahaan.
E Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan teori yang
telah diperoleh
selama kuliah dan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
secara
konkrit tentang proses produksi perusahaan serta pengendalian
kualitasnya .
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan masukan dan dapat menjadi
pertimbangan
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk mengendalikan biaya
kualitas
dan kualitas hasil produksinya .
3. Bagi Pihak lain
Sebagai masukan dan dapat menjadi bahan refrensi untuk
penelitian sejenis
dimasa yang akan datang .
F Kerangka Pemikiran
Usaha perusahaan untuk meningkatkan dan mempertahankan
tingkat
kualitas yaitu dengan dikeluarkannya biaya kualitas yang
meliputi biaya
-
7
pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan
eksternal. Setelah itu akan dihasilkan produk yang memenuhi
standar kualitas.
Produk yang memenuhi standar kualitas ini kemudian dievaluasi.
Dikatakan
efektif apabila biaya kegagalan turun, penurunan biaya kegagalan
lebih besar
dibandingkan kenaikan biaya pengendalian atau penurunan biaya
kegagalan lebih
besar dari penurunan biaya pengendalian, dan efisien apabila
total biaya kualitas
lebih kecil dari 2,5 % dari penjualan. Jika efektif dan efisien
maka perusahaan
tidak perlu melakukan analisis sebab akibat, tetapi apabila
tidak efektif dan
efisien maka perusahaan perlu melekukan analisis sebab akibat (
Fish Bone
Diagram ). Melalui analisis sebab akibat ini dihasilkan
alternatif solusi atau saran.
Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat ditunjukkan
pada
gambar 1.1 sebagai berikut :
-
8
Ya
Tidak
Gambar 1.1
H Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam
tahap-tahap
sebagai berikut :
BAB l : Pendahuluan
Usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat
kualitas.
Biaya kualitas : - Pencegahan - Penilaian - Kegagalan Internal -
Kegagalan Eksternal
Produk memenuhi standar kualitas
Analisis sebab akibat ( Fish Bone Diagram ).
a. Evaluasi Efektivitas : 1. Biaya kegagalan turun. 2. Penurunan
biaya kegagalan >
dibandingkan kenaikan biaya pengendalian
b. Evaluasi Efisiensi : Total biaya kualitas < 2.5 % dari
penjualan
Efektif & Efisien
Alternatif solusi / saran
-
9
Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan
sistematika
penulisan.
BAB ll : Landasan Teori
Terdiri dari pengertian kualitas, pengawasan kualitas, tujuan
pengawasan kualitas,
dimensi kualitas, faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi
kualitas, faktor-
faktor yang menentukan kualitas, sifat kualitas, standar
kualitas, pengertian biaya
kualitas, kategori biaya kualitas, produk rusak dan produk
cacat, pengendalian
biaya kualitas, laporan biaya kualitas, biaya kualitas optimal,
diagram Ishikawa,
efektivitas dan efisiensi.
BAB lll : Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini diuraikan mengenai sejarah umum perusahaan, lokasi
perusahaan ,
struktur perusahaan, definisi operasional, metodologi
penelitian.
BAB lV : Pembahasan
Pada bab ini data hasil penelitian di perusahaan dianalisis dan
dibahas dengan
menggunakan dasar teori yang digunakan.
BAB V : Penutup
Pada bab ini diuraikan kesimpulan dan saran dari pembahasan dan
penelitian
yang telah dilakukan.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kualitas
Ada beberapa pengertian mengenai kualitas menurut beberapa
tokoh
yaitu :
1. Kualitas menurut Assauri Sofjan merupakan faktor-faktor yang
terdapat
dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil
tersebut
sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil dimaksudkan
atau
dibutuhkan ( Sofjan, 1993 : 121 ).
2. Menurut Vincent Gaspersz kualitas adalah sejumlah
keistimewaan produk
baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang
memenuhi
keinginan pelanggan dengan demikian memberikan kepuasan atas
penggunaan produk itu, selain itu kualitas juga terdiri dari
sesuatu yang bebas
dari kekurangan atau kerusakan ( Gaspersz, 2001 : 5 ).
3. Menurut A.V. Feigenbaum kualitas adalah keseluruhan
gabungan
karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa,
pembuatan,
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan
memenuhi
harapan-harapan pelanggan ( Feigenbaum, 1992 : 7 ).
-
11
B. Pengawasan Kualitas
Pengawasan kualitas adalah alat bagi manajemen untuk
memperbaiki
kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas produk
yang sudah
tinggi dan mengurangi jumlah produk yang rusak.
C. Tujuan Pengawasan Kualitas
Pada dasarnya maksud dari pengawasan kualitas ini adalah
agar
spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat
tercemin dalam
hasil akhir produk ( Sofjan, 1993 : 120 ).
Beberapa tujuan dari pengawasan kualitas :
a. Agar barang hasil produk dapat mencapai standar kualitas yang
telah
ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya design dapat ditekan sekecil
mungkin.
c. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan sekecil
mungkin.
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan sekecil
mungkin.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, ada beberapa hal yang
perlu
diperhatikan oleh perusahaan, seperti :
a. Adanya standar yang ditetapkan
b. Menentukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan
dengan standar yang ada.
c. Melakukan perbaikan bila menemukan penyimpangan.
-
12
d. Memberi penjelasan yang sejelas-jelasnya pada pihak-pihak
yang
bersangkutan agar tidak terjadi salah paham.
D. Dimensi Kualitas
Ada 8 dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis
karakteristik
kualitas barang, yaitu ( Vincent Gaspersz, 1997 ) :
a. Perfomansi ( Performance ), berkaitan dengan aspek fungsional
dari barang
itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan
pelanggan
ketika ingin membeli suatu barang. Sebagai contoh, performansi
dari TV
berwarna adalah gambar yang jelas, performansi dari mobil adalah
akselerasi,
kecepatan, kenyamanan, dan kemudahan pemeliharaan, dll.
b. Features, yaitu aspek kedua dari performansi yang menambah
fungsi dasar,
berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. Sebagai
contoh,
features untuk mobil adalah atap yang dapat dibuka, sistem
pengamanan
mobil yang handal,dll. Seringkali terdapat kesulitan untuk
memisahkan
karakteristik performansi dan features.
c. Keandalan ( Reability ), berkaitan dengan probabilitas atau
kemungkinan
suatu barang melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam
periode waktu
tertentu dibawah kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan
merupakan
karakteristik yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas
tingkat
keberhasilan dalam penggunaan barang itu.
-
13
d. Konfirmasi ( Conformance ), berkaitan dengan tingkat
kesesuaian terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan
pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat dimana karakteristik
desain
produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Ini
sering didefinisikan sebagai konformasi terhadap kebutuhan
(conformance of
requirement ). Karakteristik ini mengukur banyaknya atau
presentase produk
yang gagal memenuhi sekumpulan standar yang telah ditetapkan dan
oleh
karena itu perlu dikerjakan ulang atau diperbaiki. Sebagai
contoh, apakah
semua pintu mobil untuk model tertentu yang diproduksi berada
dalam range
dan toleransi yang dapat diterima.
e. Durability, yaitu ukuran masa pakai suatu barang.
Karakteristik ini berkaitan
dengan daya tahan dari barang itu. Sebagai contoh, pelanggan
akan membeli
ban mobil berdasarkan daya tahan ban itu dalam penggunaan,
sehingga ban-
ban mobil yang memiliki masa pakai yang lebih panjang tentu
akan
merupakan salah satu karakteristik kualitas produk yang
dipertimbangkan
oleh pelanggan ketika akan membeli suatu produk ban.
f. Kemampuan pelayanan ( Serviceability ) yaitu karakteristik
yang berkaitan
kecepatan, karamahan / kesopanan, kompetensi dan kemudahan serta
akurasi
dalam perbaikan. Sebagai contoh, kita menjumpai saat ini bahwa
banyak
perusahaan otomotif yang memberikan pelayanan dan perawatan
atau
perbaikan mobil sepanjang hari ( 24 jam ), atau permintaan
pelayanan melalui
telepon dan perbaikan mobil dilakukan di rumah.
-
14
g. Estetika ( Aesthetics ), merupakan karakteristik yang
bersifat subyektif
sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari
preferensi
individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih
banyak
berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik
tertentu seperti:
keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera, dll.
h. Kualitas yang dirasakan ( Preceived Quality ) bersifat
subyektif, berkaitan
dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu seperti
:
meningkatkan harga diri, dll. Merupakan karakteristik yang
berkaitan dengan
reputasi ( brand name, image ). Sebagai contoh, seseorang akan
membeli
merk produk Sony karena memiliki reputasi bahwa produk-produk
bermerk
Sony adalah produk berkualitas, meskipun orang itu belum
pernah
menggunakan produk-produk merk Sony.
E. Faktor-faktor Mendasar Yang Mempengaruhi Kualitas
Kualitas produk yang secara langsung dipengaruhi oleh 9 faktor
dasar
yang sering disebut 9 M. Pada masa sekarang ini industri
tergantung pada
sejumlah besar kondisi yang membebani proses produksi dalam
perubahan
tersebut, yaitu ( Feigenbaum, 1992 : 54 ) :
a. Market ( Pasar )
Perusahaan bisnis pada masa sekarang sangat berhati-hati
dalam
mendefinisikan keinginan dan kebutuhan produsen, yang digunakan
sebagai
-
15
dasar untuk mengembangkan produk-produk baru. Konsumen telah
mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir
semua
kebutuhan konsumen. Pasarpun sekarang menjadi lebih luas
ruang
lingkupnya, bahkan secara fungsional lebih terspesialisasi di
dalam barang
yang ditawarkan. Persaingan usaha yang semakin ketat sekarang
ini menuntut
perusahaan yang bersaing harus semakin fleksibel dan mampu
untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produknya.
b. Money ( Uang )
Meningkatkan persaingan di dalam banyak bidang bersamaan
dengan
fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas laba. Kebutuhan
akan
otomatisasi telah mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk
proses
produksi. Penambahan investasi perusahaan harus dibayar melalui
naiknya
produktivitas yang menimbulkan kerugian yang besar yang
disebabkan oleh
naiknya produk cacat. Biaya kualitas yang dikaitkan dengan
pemeliharaan dan
perbaikan kualitas telah mencapai ketinggian yang tidak terduga
yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Kenyataan ini telah memfokuskan
perhatian para
manejer pada bidang biaya kualitas sebagai biaya operasi
sehingga kerugian
dapat diturunkan untuk memperbaiki laba.
c. Management ( Manajemen )
Tanggungjawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa
kelompok khusus bagian pemasaran, melalui fungsi perencanaan
produknya
yang harus membuat persyaratan-persyaratan produk. Bagian
rekayasa,
-
16
mempunyai tanggungjawab untuk merancang produk yang akan
memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Bagian produksi
harus
mengembangkan dan memperbaiki kembali proses untuk
memberikan
kemampuan yang cukup untuk membuat produk sesuai dengan
spesifikasi dan
bagian kendali kualitas harus merencanakan pengukuran-pengukuran
kualitas
pada seluruh aliran proses yang akan menjamin bahwa hasil akhir
akan
memenuhi persyaratan-persyaratan kualitas.
d. Men ( Manusia )
Spesialisasi membutuhkan pekerja-pekerja dengan pengetahuan
khusus. Meskipun spesialisasi mempunyai keuntungan tetapi
spesialisasi juga
membawa kerugian ; yaitu terpecahnya tanggungjawab kualitas
produk ke
dalam beberapa bagian. Hal ini telah menciptakan suatu
permintaan akan ahli
teknik sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk
secara
bersama merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai
sistem
yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.
e. Motivation ( Motivasi )
Meningkatnya kerumitan dalam menciptakan kualitas produk
yang
bagus ke dalam pasar, dan hal ini memperbesar makna kontribusi
setiap
karyawan terhadap kualitas. Penelitian tentang motivasi menusia
telah
menunjukkan bahwa, para pekerja pada masa sekarang ini
memerlukan
sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilannya didalam mereka
melakukan
pekerjaannya dan adanya pengakuan positif bahwa mereka secara
pribadi
-
17
turut memberikan sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan.
Perusahaan
harus melakukan pendidikan mengenai kualitas dan komunikasi yang
lebih
baik tentang kesadaran kualitas.
f. Materials ( Bahan )
Karena biaya produksi dan persyaratan kualitas, menyebabkan
spesialisasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan
lebih besar.
Pemilihan bahan baku yang digunakan harus melalui proses seleksi
yang
ketat, agar dalam pembuatannya menjadi produk jadi yang dapat
terjaga
kualitasnya. Hal ini mengakibatkan tingginya spesialisasi bahan
baku dan
tingkat penyimpangan bahan yang semakin besar.
g. Machines and Mechanization ( Mesin dan Mekanisasi )
Upaya perusahaan untuk menurunkan biaya dan meningkatkan
volume
produksi dengan tujuan untuk dapat memuaskan pelanggan dalam
upaya
persaingan yang ketat, telah mendorong perusahaan untuk
menggunakan
peralatan pebrik yang rumit serta lebih menggantungkan mutu
yang
dihasilkan pada mesin tersebut. Semakin besar usaha perusahaan
untuk
melakukan mekanisasi dan otomatisasi untuk menurunkan biaya,
maka
kualitas yang lebih baik menjadi semakin kritis.
h. Modern Information Methods ( Metode Informasi Modern )
Evolusi teknologi komputer cepat telah membuka kemungkinan
untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali, dan memanipulasi
informasi pada suatu skala yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya.
-
18
Teknologi informasi baru yang ampuh ini menyediakan cara
untuk
mengendalikan mesin dan proses selama waktu proses produksi pada
taraf
yang tidak terduga sebelumnya dan mengendalikan produk dan jasa
bahkan
hingga setelah mereka sampai pada pelanggan. Metode ini dapat
juga
bermanfaat untuk melakukan perkiraan atau ramalan yang mendasari
setiap
keputusan bisnis yang akan dilakukan.
i. Mounthing Product Requirement ( Persyaratan Proses Produksi
)
Kemajuan yang cepat di dalam kerumitan perekayasaan
rancangan
yang memerlukan pengendalian yang jauh lebih ketat pada seluruh
proses
produksi, telah membuat hak-hak kecil yang sebelumnya terabaikan
menjadi
penting secara potensial.
F. Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas
Dalam menentukan standar kualitas perlu diketahui beberapa
faktor
yang menentukan kualitas suatu produk. Menurut Meredith ( 1992 :
58 ) ada tiga
hal pokok yang digunakan untuk menentukan biaya kualitas suatu
produk, yaitu :
1. Desain atau bentuk produk
Desain atau bentuk produk ini merupakan daya tarik utama agar
dapat
mengundang minat konsumen untuk membelinya. Hal ini dapat
tercapai
aapabila wujud luar produk tersebut seperti warna, bentuk,
kemesannya baik
dan sesuai dengan selera konsumen.
-
19
2. Kemampuan untuk bertahan
Kualitas dari produk dapat dilihat dari keawetan produk-produk
tertentu yaitu
daya tahan produk sejak dalam proses pembuatan, produk siap
pakai, sampai
lamanya produk tersebut dikonsumsi hingga rusak.
3. Kegunaan atau manfaat produk
Suatu produk yang dihasilkan hendaknya memenuhi fungsi untuk apa
produk
tersebut digunakan termasuk didalamnya daya tahan,
ketidaktergantungan
komponen lain, eksklusifitas, kenyamanan, wujud luar, dan harga
yang
ditentukan oleh biaya produk.
G. Sifat Kualitas
Sifat dan fungsi yang digunakan dalam menilai kualitas produk
disebut
sifat kualitas. Manakala produsen menentukan sifat-sifat
kualitas itu sendiri dan
menentukan standar kualitas sendiri tanpa memperhatikan
kebutuihan-kebutuhan
pemakainya, sifat-sifat kualitas ini tidak akan mencerminkan
kualitas produk
yang sesungguhnya. Adapun unsur-unsur kualitas produk lainnya
adalah sebagai
berikut ( Shigeru Mizuno, 1994 : 6-8 ):
1. Harga yang wajar
Sebuah produk tidak perlu secara mutlak kualitasnya terbaik;
yang terpenting
ialah bahwa produk itu memenuhi tuntutan konsumen agar dapat
dimanfaatkan. Selain sifat fisik, konsumen juga mencari harga
yang wajar,
-
20
itulah sebabnya tidak ada artinya mengejar kualitas produk
tanpa
memperhatikan harga.
2. Ekonomi
Konsumen mencari sifat ekonomis seperti kebutuhan energi sekecil
mungkin,
kemungkinan rusak sedikit mungkin, pemeliharaan dan biaya
pengamanan
sekecil mungkin, dan penggunaan yang luas.
3. Awet
Pemakai mengharapkan agar produk itu terbuat dari bahan yang
awet dan
tahan terhadap perubahan drastic sepanjang waktu. Keausan,
bagian-bagian
yang kendor, dan karat menjurus pada masalah yang tidak
dikehendaki.
4. Aman
Sebuah produk diharapkan aman untuk digunakan dan tidak
membahayakan
kehidupan atau anggota badan. Di antara produk-produk yang telah
menjadi
masalah disini adalah mobil ( emisi gas buang ) dan bangunan
tinggi
( mengalihkan pola angin dan mengganggu penerimaan gelombang
radio ).
Masalah-masalah ini menurunkan nilai produk tadi.
5. Mudah digunakan
Umumnya sebuah produk dirancang untuk rata-rata konsumen
pada
umumnya, tanpa memerlukan pelatihan khusus terlebih dahulu
untuk
menggunakannya. Konsumen berharap dapat menggunakan produk itu
segera,
terus-menerus, dan tanpa kesulitan, dan mengandaikan bahwa akan
ada tanda-
tanda bahaya sebelum timbulnya kesulitan.
-
21
6. Mudah dibuat
Hal ini berkaitan dengan biaya produksi. Produk tadi harus
terbuat dari bahan
yang mudah diperoleh dan mudah disimpan, dan pemanufakturannya
harus
memerlukan proses dan ketrampilan sesedikit mungkin.
7. Mudah dibuang
Pada masyarakat sekarang yang sangat padat populasinya, sebuah
produk
yang tidak dapat digunakan bisa dibuang begitu saja di sembarang
tempat.
Apa yang tidak dikehendaki sekurang-kurangnya terbukti
mengganggu dan
terkadang merugikan. Biaya pembuangan merupakan faktor penting
yang
harus dipertimbangkan dalam menciptakan setiap produk.
Sebuah produk yang kekurangan salah satu unsur kualitas ini
tergolong berkualitas rendah atau cacat. Demikianlah,
unsur-unsur ini dapat
disebut faktor kualitas negatif. Ketiadaannya dapat mencelakakan
sebuah produk,
tetapi keberadaannya tidak menjamin bahwa sebuah produk akan
memenangkan
persaingan. Masih ada unsur-unsur kualitas yang harus dimasukkan
kalau
perusahaan mau memiliki sebuah produk yang unggul.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Desain yang bagus
Desain harus orisinil dan harus memikat citarasa konsumen,
seperti halnya
desain yang diperhalus untuk memperoleh kesan berkualitas.
-
22
2. Keunggulan dalam persaingan
Sebuah produk harus unggul baik dalam fungsi maupun deesainnya
dibanding
produk-produk lain yang sejenis.
3. Daya tarik fisik
Produk itu harus menarik panca indera ( kalau disentuh dan
dirasakan ), harus
dicap dengan baik, dan harus indah.
4. Berbeda dan asli
Bagi banyak produk, misalnya dasi, konsumen ingin mengetahui
bahwa tidak
ada orang lain yang memiliki dasi yang sama persis dengan yang
ia pakai.
Berlawanan dengan faktor kualitas negatif yang telah
disebutkan
sebelumnya, unsur-unsur kualitas ini merupakan faktor kualitas
positif. Sejumlah
orang menyebutnya daya tarik mutu, dan mereka mencantumkan baik
sifat
fungsional maupun non-fungsional.
Hal yang paling penting adalah pas tidaknya produk itu kalau
digunakan, dan kalau suatu produk terlampau canggih atau
terl;ampau kasar,
produk itu sama cacat. Sebuah produk yang terlampau canggih
dikatakan memilki
terlalu banyak kualitas dan dianggap jelek.
H. Standar Kualitas
Suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang dapat
berjalan
dengan baik biayanya tidak lebih 2,5 % dari penjualan ( Hansen
& Mowen, 1994 :
-
23
398 ). Standar 2,5% diatas mencakup biaya kualitas total.
Bagaimana perusahaan
dapat mengurangi biaya kualitas ? Jawabannya tergantung
bagaimana biaya
kualitas didistribusikan. Para manajer harus menentukan tingkat
kualitas optimal
dan menetapkan jumlah relatif yang dikeluarkan disetiap
kategori. Bila kualitas
kesesuaian rendah, biaya kualitas total tinggi dan sebagian
besar biayanya akan
terdiri dari biaya kegagalan internal dan eksternal. Meskipun
demikian, pada saat
perusahaan semakin banyak membelanjakan pada aktivitas
pencegahan dan
penilaian, presentase unit cacat menjadi rendah ( presentase
unit yang tidak cacat
meningkat ). Hal ini menyebabkan biaya kegagalan internal dan
eksternal menjadi
lebih rendah. Biasanya biaya kualitas total turun drastis pada
saat kualitas
kesesuaian meningkat. Oleh karena itu, perusahaan dapat
mengurangi biaya
kualitas total dengan memfokuskan pada usaha pencegahan dan
penilaian.
Penghematan biaya dari pengurangan produk cacat biasanya
digunakan untuk
menutup penambahan biaya pencegahan dan penilaian. Bila program
kualitas
perusahaan menjadi lebih baik dan biaya kegagalan menurun,
aktivitas
pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan penilaian.
Penilaian dapat
menemukan cacat sedangkan pencegahan dapat menghilangkannya.
I. Pengertian Biaya Kualitas
Kualitas produk dan jasa yang memuaskan berjalan seiring dengan
biaya
produk dan jasa yang memuaskan. Salah satu rintangan terbesar
dalam pembuatan
program kualitas yang lebih memerlukan biaya yang jauh lebih
tinggi.
-
24
Kualitas tidak memuaskan berarti pemanfaatan sumber daya yang
tidak
memuaskan, hal ini melibatkan penghamburan bahan, tenaga kerja,
waktu dan
peralatan yang berakibat perlunya biaya yang tinggi.
Biaya-biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan
dengan
pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk
yang
berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangnya
waktu produksi
dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas ( Hansen and
Mowen, 1997 : 7 ).
Penerapan program biaya kualitas untuk kendali kualitas
terpadu
melibatkan tiga tahap yaitu :
a. Pengidentifikasian unsur-unsur biaya kualitas.
b. Membuat struktur pelaporan biaya kualitas termasuk analisa
dan kendali yang
berkaitan.
c. Pemeliharaan program biaya kualitas secara terus menerus
untuk memastikan
tujuan bisnis kualitas yang lebih tinggi dapat tercapai dengan
biaya yang lebih
rendah.
J. Kategori Biaya Kualitas
Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat
jenis,
yaitu :
a. Biaya Kegagalan Internal ( Internal Failure Costs ),
merupakan biaya-
biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi
(errors and
-
25
nonconformance) yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu
ke
pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak
ditemukan
kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum pengiriman.
Contoh
dari biaya kegagalan internal adalah :
1. Scrap : biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material,
dan biasanya
overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat
diperbaiki kembali. Terdapat banyak ragam nama dari jenis ini,
yaitu:
scrap, cacat, usang, dll.
2. Pekerjaan ulang ( Rework ) : biaya yang dikeluarkan untuk
memperbaiki
kesalahan produk agar memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
3. Analisis Kegagalan ( Failure Analysis ) : biaya yang
dikeluarkan untuk
menganalisis kegagalan produk guna menentukan
penyebab-penyebab
kegagalan itu.
4. Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang : biaya-biaya yang
dikeluarkan
untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah
mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
5. Downgrading : selisih diantara harga jual normal dan harga
yang
dikurangi karena alasan kualitas.
6. Avoidable Process Losses : biaya-biaya kehilangan yang
terjadi, meskipun
produk itu tidak cacat, sebagai contoh : kelebihan bobot produk
yang
diserahkan ke pelanggan karena variabilitas dalam peralatan
pengukuran,
dll.
-
26
b. Biaya Kegagalan Eksternal ( Exsternal Failure Cost ),
merupakan biaya-
biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi
yang
ditemukan setelah produk itu diserahkan ke pelanggan.
Biaya-biaya ini tidak
akan muncul apabila tidak diketemukan kesalahan atau
nonkonformasi dalam
produk setelah pengiriman. Contoh dari biaya kegagalan eksternal
adalah:
1. Jaminan ( Warranty ): biaya yang dikeluarkan untuk
penggantian atau
perbaikan kembali produk yang masih berada dalam masa
jaminan.
2. Penyelesaian Keluhan ( Complaint adjustment ): biaya-biaya
yang
dikeluarkan untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang
berkaitan
dengan produk cacat.
3. Produk Dikembalikan ( Returned Product ): Biaya-biaya yang
berkaitan
dengan penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan
oleh
pelanggan.
4. Allowances: Biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada
pelanggan
karena produk yang berada di bawah standar kualitas yang
sedang
diterima oleh pelanggan atau yang tidak memenuhi spesifikasi
dalam
penggunaan.
c. Biaya Penilaian ( Appraisal Costs ), merupakan biaya-biaya
yang
berhubungan dengan penentuan derajat konformansi terhadap
persyaratan
kualitas ( spesifikasi yang ditetapkan ). Contoh dari biaya
penilaian adalah :
1. Inspeksi dan Pengujian Kedatangan Material: biaya-biaya yang
berkaitan
dengan penentuan kualitas dari meterial yang dibeli, apakah
melalui
-
27
inspeksi pada saat penerimaan, melalui inspeksi yang dilakukan
pada
pemasok, atau melalui inspeksi yang dilakukan pihak ketiga.
2. Inspeksi dan Pengujian Produk Dalam Proses: biaya-biaya yang
berkaitan
dengan evaluasi tentang konformansi produk dalam proses
terhadap
persyaratan kualitas yang ditetapkan.
3. Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir: Biaya-biaya yang
berkaitan dengan
evaluasi tentang konformansi produk akhir terhadap persyaratan
kualitas
yang ditetapkan.
4. Audit Kualitas Produk: biaya-biaya untuk melakukan audit
kualitas pada
produk dalam proses atau produk akhir.
5. Pemeliharaan akurasi Peralatan Pengujian: Biaya-biaya
dalam
melakukan kalibrasi untuk mempertahankan akurasi instrumen
pengukuran dan peralatan.
6. Evaluasi Stok: biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian
produk
dalam penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas.
d. Biaya Pencegahan ( Prevention Costs ), merupakan biaya-biaya
yang
berhubungan dengan upaya pencegahan yang terjadi kegagalan
internal
maupun eksternal, sehingga meminimumkan biaya kegagalan internal
dan
biaya kegagalan eksternal. Contoh biaya pencegahan adalah:
1. Perencanaan Kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan
aktivitas
perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan
prosedur-
-
28
prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana
kualitas ke
seluruh pihak yang berkepentingan.
2. Tinjau-Ulang Produk Baru ( New-Product review ): biaya-biaya
yang
berkaitan dengan rekayasa keandalan ( reliability engineering )
dan
aktivitas-aktivitas lain terkait dengan kualitas yang
berhubungan dengan
pemberitahuan desain baru..
3. Pengendalian Proses: biaya-biaya inspeksi dan pengujian dalam
proses
untuk menentukan status dari proses ( kapabilitas proses ),
bukan status
dari produk.
4. Audit Kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
atas
pelaksanaan aktivitas dalam rencara kualitas secara
keseluruhan.
5. Evaluasi Kualitas Pemasok: Biaya-biaya yang berkaitan dengan
evaluasi
terhadap pemasok sebelum pemilihan pemasok, audit terhadap
aktivitas-
aktivitas selama kontrak, dan usaha-usaha lain yang berkaitan
dengan
pemasok.
6. Pelatihan: biaya-biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan
pelaksanaan
program-program pelatihan yang berkaitan dengan program reduksi
biaya
terus menerus melalui perbaikan kualitas.
-
29
K. Produk Rusak dan Produk Cacat
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas
yang
telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat
diperbaikimenjadi produk
yang baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa
bahan merupakan
bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga
belum sempat
menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang
telah menyerap
biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas
yang
telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan
kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi
menjadi produk jadi yang baik.
L. Pengendalian Biaya Kualitas
Pelaporan biaya kualitas tidak saja cukup untuk menjamin bahwa
biaya-
biaya tersebut terkendali. Pengendalian yang baik mensyaratkan
standar dan suatu
ukuran atau biaya sesungguhnya sehingga kinerja dapat diukur dan
tindakan
koreksi dapat dilakukan jika diperlukan.
Laporan kinerja kualitas memiliki 2 bagian penting yaitu
biaya
sesungguhnya dan biaya standar. Selisih keduanya digunakan untuk
:
-
30
a. Mengevaluasi kinerja manajerial.
b. Menyediakan tanda-tanda kemungkinan timbulnya masalah-masalah
yang
berhubungan.
Laporan kinerja biaya kualitas dapat menyediakan umpan balik
sehingga
para manajer dapat mengevaluasi perilakunya sendiri dan
melaksanakan tindakan
koreksi jika diperlukan.
M. Laporan Biaya Kualitas
Alat pengendalian biaya kualitas yang utama adalah laporan
biaya
kualitas, yang biasanya dikeluarkan oleh bagian akuntansi. Dalam
laporan ini
dilaporkan biaya kualitas untuk bulan yang berjalan, untuk
setiap elemen biaya,
demikian juga nilai sampai sekarang yang berjalan dan tahun
sebelumnya
( Current dan Prior Year to date ). Indeks dan ratio yang
aplikabel ditunjukkan
dengan membandingkan biaya kualitas sekarang dengan biaya
kualitas historis,
sehingga suatu pengendalian tertentu dapat dilakukan. Dan juga
mungkin
diadakan suatu anggaran untuk setiap elemen biaya. Dengan
membandingkan
biaya kualitas aktual dengan biaya anggaran, Varian yang
menguntungkan dan
tidak menguntungkan dapat ditentukan ( Amin Wijaya,1992 : 23
).
Sistem pelaporan biaya kualitas sangat penting peranannya bagi
suatu
organisasi jika organisasi tersebut benar-benar serius mengenai
peningkatan
kualitas dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama dan
paling sederhana
-
31
dalam menciptakan sistem ini adalah penilaian biaya kualitas
yang sesungguhnya
terjadi saat ini.
N. Biaya Kualitas Optimal
Ada 2 pandangan menurut Hansen and Mowen ( 1997 : 12 - 15 ):
1. Pandangan Tradisional
Pandangan tradisional mengasumsikan bahwa terdapat trade off
antara biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Ketika biaya
pengendalian
meningkat, biaya produk gagal harus turun. Selama penurunan
biaya produk
gagal lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian,
perusahaan harus
terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi
unit-unit yang
cacat. Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana setiap
kenaikan
tambahan biaya dalam usaha tersebut menimbulkan biaya yang lebih
besar
dari pengurangan biaya produk gagal. Titik ini menggambarkan
tingkat
minimum total biaya kualitas, dan merupakan saldo optimal antara
biaya
pengendalian dan biaya produk gagal. Titik ini juga
mendefinisikan apa yang
dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (
Acceptable Quality
Level-AQL ). Tingkat optimal unit cacat telah diidentifikasi dan
perusahaan
berusaha untuk mencapainya : Titik atau tingkat yang mengijinkan
adanya
unit cacat disebut tingkat kualitas yang dapat diterima ( AQL
).
-
32
2. Pandangan Kontemporer
Sudut pandang AQL didasarkan pada definisi produk cacat
tradisional. Dalam pengertian klasik , sebuah produk dikatakan
cacat bila
karakteristik kualitasnya berada di luar batas toleransi.
Menurut pandangan
ini, biaya produk gagal timbul hanya apabila produk tidak sesuai
dengan
spesifikasi dan timbul trade off optimal antara biaya produk
gagal dan biaya
pengendalian. AQL mengijinkan dan dalam kenyataannya,
menganjurkan
produk dengan jumlah cacat tertentu.
Model ini berlaku dalam dunia pengendalian kualitas hingga
akhir
tahun 1920-an, ketika muncul tantangan dari model cacat nol (
zero defect ).
Modal cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat
hingga nol
maka akan diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan yang
menghasilkan
semakin sedikit produk cacat akan lebih kompetitif daripada
perusahaan yang
menggunakan model AQL tradisional. Pada pertengahan tahun
1980-an,
model cacat nol lebih disempurnakan dan melahirkan model
kualitas kaku
( robust quality modal ). Menurut model ini kerugian terjadi
karena
diproduksinya produk yang menyimpang dari nilai target, dan
semakin jauh
penyimpangannya semakin besar nilai kerugiannya. Selain itu
kerugian masih
mungkin terjadi meskipun deviasi masih dalam batas toleransi
spesifikasi
dengan kata lain, variasi dan spesifikasi ideal adalah merugikan
dan batas
toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun. Model
cacat nol
-
33
menekan biaya kualitas dengan demikian menawarkan penghematan
baik
dalam biaya maupun pekerjaan kualitas yang berlebihan.
Dengan demikian model kualitas kaku mempertajam definisi
dari
unit cacat, mempertajam pandangan kita terhadap biaya kualitas
dan
mengintensifkan upaya perbaikan kualitas. Bagi perusahaan yang
beroperasi
dalam lingkungan yang sangat kompetitif, kualitas dapat
memberikan
keunggulan kompetitif. Apabila pandangan kualitas kaku benar,
maka
perusahaan dapat mengkapitalisasikannya dengan menurunkan jumlah
unit
cacat, sementara secara simultan menekan total biaya kualitas.
Hal inilah yang
tampaknya terjadi pada perusahaan yang berusaha mencapai kondisi
cacat nol
atas produk mereka (kondisi cacat nol atau kaku adalah kondisi
dengan
toleransi nol). Tingkat optimal dari biaya kualitas adalah
menemukan cara
mencapai nilai target menciptakan sebuah dunia kualitas yang
dinamis sebagai
lawan dari dunia kualitas statis AQL.
O. Diagram Ishikawa ( Diagram Tulang Ikan )
Diagram ini pertama kali dikemukakan oleh Profesor Kaoru
Ishikawa
pada tahun 1943. Diagram ini merupakan metode pengendalian
kualitas yang asli
dari Jepang. Sebutan lain untuk diagram Ishikawa adalah :
1. Diagram sebab akibat, karena diagram tersebut menunjukkan
hubungan antara
karakteristik, kualitas dan faktor penyebab.
-
34
2. Diagram tulang ikan, karena bentuknya seperti tulang ikan.
Karakteristik
kualitas terletak pada kepala ikan dan faktor penyebab pada
tulang ikan.
Diagram Ishikawa berguna untuk membantu kita dalam memilih
penyebab penjabaran dan mengorganisasikan hubungannya.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
1. Tentukan karakteristik kualitas.
2. Tuliskan karakteristik kualitas pada sisi kanan.
3. Tuliskan faktor utama yang mungkin menyebabkan karakteristik
kualitas.
4. Tuliskan pada setiap item cabang faktor secara rinci yang
dapat dianggap
sebagai penyebab.
5. Memeriksa apakah semua item yang mungkin menjadi penyebab
dispersi
telah masuk kedalam diagram.
Dalam permasalahan ini metode Fish Bone membagi sebab-sebab
menjadi tiga kategori :
1. Man
2. Material
3. Machine
Dengan mengetahui penyebab dari suatu masalah sedini mungkin,
maka
dapat dengan cepat diambil tindakan perbaikan sehingga dapat
mengurangi biaya
yang ditimbulkan akibat adanya masalah tersebut ( Kaoru
Ishikawa, 1986 : 78 ).
-
35
P. Efektivitas dan Efisiensi
Efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu unit
untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dikatakan efektif apabila :
1. Biaya kegagalan turun
Pengendalian efektif jika mencapai tujuan yaitu kualitas
meningkat.
Peningkatan kualitas sama dengan penurunan biaya kegagalan, maka
efektif
diproksikan dengan penurunan biaya kegagalan eksternal dan
internal.
2. Penurunan biaya kegagalan > kenaikan biaya pencegahan dan
inspeksi. Secara
teoritis penurunan peningkatan aktivitas pengendalian (
pencegahan dan
inspeksi ) akan menyebabkan perbaikan kualitas. Dengan kata lain
penurunan
biaya kegagalan > kenaikan biaya pencegahan dan inspeksi.
Efisiensi menggambarkan berapa masukan ( input ) yang
diperlukan
untuk menghasilkan satu unit keluaran ( output ). Efisiensi
biaya kualitas diukur
dengan total biaya kualitas < 2,5 % dari penjualan.
-
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A Sejarah Umum Perusahaan
PT. Indomulti Plasindo Semarang adalah sebuah perusahaan
swasta
nasional yang bergerak di bidang industri yang bahan bakunya
adalah plastik,
bentuk badannya adalah perseroan terbatas. PT. Indomulti
Plasindo Semarang
mulai berdiri sejak tahun 1997 yang berlokasi di Jl. Majapahit
Km. 11 Kav. 3.
Plamongansari Pedurungan Semarang dengan Akte Pendirian Notaris
No. 23
tanggal 10 Januari 1997. Operasional produksi pada awal bulan
Februari 1997
dengan tenaga SDM pada waktu itu sebanyak 95 orang, pada awalnya
perusahaan
ini hanya memproduksi lebih dari satu produk seperti gelas,
frame kulkas,
mangkuk yang bahan bakunya dari plastik.
PT. Indomulti Plasindo Semarang ini didirikan oleh Oenny
Yauwhannes yang berada di Semarang dengan perjuangan itulah
beliau bisa
berhasil dengan pesat sampai sekarang ini. Perkembangan
perusahaan dari tahun
pendirian sampai sekarang sudah mempunyai banyak pelanggan,
dimana ada
pelanggan tetap dan pelanggan tidak tetap. Pelanggan tetap
adalah pelanggan
yang produksinya dibuat secara kontiniu oleh PT. Indomulti
Plasindo sedangkan
-
37
pelanggan tidak tetap adalah pelanggan yang hanya memesan untuk
dibuatkan
produk yang dimaksud beserta jumlahnya.
Dengan perkembangan perusahaan PT. Indomulti Plasindo
Semarang
yang semakin maju, maka untuk memperlancar aktivitas kerja
perusahaan
tersebut dan dalam perkembangan selanjutnya menambah / membuka
kesempatan
untuk menerima karyawan dan melengkapi alat transportasi. PT.
Indomulti
Plasindo Semarang didirikan dengan tujuan umum untuk memenuhi
kebutuhan
dari masyarakat akan produk-produk yang terbuat dari plastik,
sedangkan tujuan
khusus adalah untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik
perusahaan, dan
dengan keuntungan itu perusahaan bisa menunjang kelangsungan
hidup
perusahaan.
B Lokasi Perusahaan
PT. Indomulti Plasindo Semarang, berlokasi di Jl. Majapahit No.
765
Km. 11 Kav. 3 Semarang, dimana PT. Indomulti Plasindo Semarang
ini
mempunyai 2 kantor cabang yang dipakai sebagai pemesanannya
yaitu di Jakarta
dan Surabaya.
Dalam penentuan lokasi perusahaan PT. Indomulti Plasindo
semarang
telah mempertimbangkan dan memperhatikan akan faktor-faktor
produksi yang
mendukung didirikannya perusahaan tersebut. Karena hal itu
berpengaruh
terhadap kelancaran hidup perusahaan.
-
38
C Struktur Perusahaan
PT. Indomulti Plasindo Semarang adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang usaha dari plastik dimana modal usahanya
terbagi atas
beberapa saham, jadi dapat dikatakan bahwa pemilik perusahaan
tersebut adalah
pemegang saham.
Perusahaan PT. Indomulti Plasindo Semarang sebagai organisasi
bisnis
sudah mempunyai tujuan, tujuan tersebut perlu ditetapkan agar
dalam
pengoperasiannya terdapat arah yang jelas, sehingga tidak
terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diharapkan, maka perlu diadakan
pengoperasian.
Dengan diadakan pengorganisasian yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan
yang bulat.
Adapun struktur organisasi dari PT. Indomulti Plasindo
Semarang
ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini :
-
STRUKTUR ORGANISASI PT INDOMULTI PLASINDO
Gambar 3.1
Presiden Direktur
Direktur Operasional
Manajer Akuntansi
Manajer Produksi
Asisten Manajer Produksi
Kabag. Teknik
Kabag. Printing Dan Pewarna
Kabag. Gudang
Kabag.PPIC Kabag. Personalia dan Umum
Asisten manajer
Akuntansi Kabag. QA
Kabag. Pembelian
Manajer Keuangan
Manajer Perusahaan
Direktur Keuangan
Unit Produksi
-
40
D. Definisi Operasional
a. Produk Cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak
atau tidak
memenuhi ukuran kualitas yang sudah ditentukan, akan tetapi
produk tersebut
masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang
baik.
b. Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk yang
berkualitas
rendah, dan dengan Opportunity Cost dari hilangnya waktu
produksi dan
penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
c. Laporan Biaya Kualitas adalah laporan yang meliputi biaya
pencegahan, biaya
penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan
eksternal yang
dipisahkan dari laporan produksi.
d. Pengendalian biaya kualitas efektif apabila biaya kegagalan
turun,
pengendalian biaya kegagalan > dibandingkan kenaikan biaya
pengendalian.
e. Pengendalian biaya kualitas efisien apabila biaya kualitas
total lebih kecil dari
2,5 % dari penjualan.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data sekunder
-
41
Data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan oleh
pihak lain. Jadi, dalam hal ini peneliti tidak langsung
memperoleh data
dari sumbernya tetapi diperoleh dari pihak lain atau pihak luar.
Peneliti
hanya bertindak sebagai pemakai data. Data sekunder dapat
dibagi
menjadi dua kelompok menurut sumbernya, yaitu data internal
yang
tersedia ditempat penelitian dilakukan, dan data eksternal
yang
merupakan data perolehan dari pihak luar ( Hermawan Warsito ;
1995 :
69 ). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain data
mengenai laporan biaya kualitas tahun 2000 sampai dengan 2002,
data
penjualan tahun 2000 sampai dengan 2002 serta komponen biaya
kualitas
yang terjadi pada perusahaan tahun 2000 sampai dengan 2002.
b. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara
langsung dari sumber asli / tidak melalui media perantara (
Indrianto &
Supomo, 1999 : 146 ).Dalam hal ini peneliti sebagai pengumpul
data.
Metode untuk mengumpulkan data primer ini dilakukan dengan
wawancara dari nara sumber yang mengetahui dan memahami
permasalahan yang terkait, mencakup informasi tentang
aktifitas-aktifitas
pengendalian kualitas, kegiatan proses produksi.
-
42
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data primer
dan
data sekunder adalah :
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui buku,
transkrip dan benda-benda tertulis lainnya yang sudah ada untuk
keperluan
penelitian ( Arikunto, 1992 : 183 ). Teknik dokumentasi dalam
penelitian
ini digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder seperti yang
telah
disebutkan pada sub bab E.1.a.
b. Wawancara atau interview
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pertanyaan yang dikerjakan secara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian (Hermawan Warsito, 1995 : 66
).
Wawancara tersebut didasarkan pada pedoman pertanyaan yang
telah
disiapkan terlebih dahulu, dengan harapan bahwa wawancara
tersebut bisa
terarah dan data yang diperlukan dapat terkumpul semua.
Teknik
wawancara atau interview dalam penelitian ini digunakan
untuk
mengumpulkan data-data primer seperti yang telah disebutkan pada
sub
bab E.1.b.
-
43
3. Metode Analisis Data
Analisis kuantitatif dan kualitatif :
a. Menentukan elemen-elemen biaya kualitas yang terdapat dalam
laporan
biaya produksi selama 3 periode tahun 2000 2002.
b. Mengelompokkan elemen-elemen biaya kualitas menurut fungsinya
yaitu
biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan
biaya
kegagalan eksternal.
c. Membuat laporan biaya kualitas.
d. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi biaya kualitas dengan
kriteria :
1. Evaluasi efektivitas :
a. Biaya kegagalan turun.
b. Penurunan biaya kegagalan > dibandingkan kenaikan
biaya
pengendalian.
2. Evaluasi efisiensi : total biaya kualitas lebih kecil dari
2,5 % dari
penjualan.
e. Analisis Sebab Akibat, jika belum efektif / efisien dengan
Diagram
Ishikawa sehingga dapat ditemukan akar permasalahan dan
alternatif
solusi yang dapat diusulkan kepada perusahaan.
-
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Pelaporan Biaya Kualitas
Sampai saat ini, PT Indomulti Plasindo belum melakukan
pelaporan
biaya kualitas secara khusus. Selama ini biaya-biaya tersebut
masih digabung
dalam biaya produksi, karena menurut perusahaan biaya-biaya
tersebut
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi
sehingga
pelaporannya masih tergabung dalam komponen biaya produksi.
Pelaporan
biaya kualitas belum dilakukan secara terpisah, mengakibatkan
perusahaan
tidak mengetahui besarnya biaya yang timbul, yang disebabkan
adanya
kualitas produk yang tidak memenuhi harapan perusahaan atau
konsumen.
Untuk menyusun laporan tentang biaya kualitas yang terjadi
di
perusahaan, terlebih dulu perlu diidentifikasi elemen biaya yang
terdapat
dalam laporan produksi ke dalam biaya kualitas, yang dibedakan
menjadi
empat macam yaitu :
1. Biaya Pencegahan
Biaya Pencegahan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
mencegah
terjadinya cacat kualitas. Biaya-biaya pencegahan ini terdapat
pada unsur-
unsur biaya produksi yaitu :
-
45
a. Biaya pemeliharaan mesin yaitu biaya yang dikeluarkan
perusahaan
untuk menghindari kerusakan mesin selama proses produksi.
Jika
seluruh mesin berada dalam kondisi baik dan terawat, maka
akan
mendukung proses kelancaran produksi. Biaya pemeliharaan mesin
ini
dapat berupa penggantian spare-part.
b. Biaya Pelatihan Karyawan yaitu biaya yang dikeluarkan
perusahaan
untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam proses produksi.
Biaya pelatihan karyawan dapat berupa mendatangkan konsultan
baik
dalam dan luar negeri bagaimana cara membuat produk yang
berkualitas.
2. Biaya Penilaian
Biaya Penilaian adalah biaya yang timbul untuk menentukan
kondisi suatu
produk dan memastikan produk tersebut sesuai dengan spesifikasi.
Biaya
yang dapat dikelompokkan ke dalam komponen biaya penilaian
terdiri
dari :
a. Biaya Inspeksi Bahan Baku
Biaya yang timbul untuk penentuan persyaratan bahan baku
yang
dipesan oleh perusahaan telah sesuai dengan ketetapan
perusahaan
baik dalam mutu, harga dan ketepatan pengiriman. Inspeksi
bahan
baku bertujuan untuk mencegah menerima produk cacat yang
mengakibatkan kegagalan produk yang dihasilkan.
-
46
b. Biaya Tenaga Kerja Pemeriksa
Merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan pengendalian
kualitas produk perusahaan, yang meliputi pengujian bahan baku
dan
pengujian kualitas produk.
Adapun sistem pelaksanaan Quality Control yang dilakukan
oleh
PT. Indomulti Plasindo adalah dengan sistem Sampling sesuai
dengan
Militery Standart no. 105 E. Pelaksanaan sampling dibagi 3
bagian yaitu :
a. Sampling material datang atau Incoming Material Inspection,
yaitu
pengecekan material atau bahan baku yang dikirim oleh
supplier.
b. Sampling produk di proses produksi atau In Proses Quality
Control,
yaitu proses pengecekan hasil produksi di line produksi.
c. Sampling produk sebelum pengiriman atau Outgoing Quality
Control,
yaitu pengecekan yang dilakukan sebelum barang dikirim ke
konsumen.
3. Biaya Kegagalan Internal
Biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan karena ada
ketidaksesuaian
dengan persyaratan dan dapat terdeteksi sebelum barang dikirim
ke pihak
konsumen. Elemen biaya kegagalan internal ini terdapat pada
biaya lain-
lain, yang meliputi :
-
47
a. Biaya Scrap ( Sisa Bahan )
Kerugian yang disebabkan karena bahan yang mengalami
kerusakan
didalam proses pengerjaannya sehingga produk yang dihasilkan
tidak
dapat terjual karena tidak sesuai dengan persyaratan
kualitas.
b. Biaya Rework ( Pengerjaan Ulang )
Biaya ini merupakan biaya tambahan yang dikeluarkan
perusahaan
untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi
standar kualitas yang disyaratkan.
4. Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya Kegagalan Eksternal adalah biaya yang timbul karena adanya
cacat,
rusak, gagal fungsi produksi setelah dikirim ke konsumen. Elemen
yang
termasuk dalam biaya kegagalan eksternal adalah biaya klaim (
retur ).
Biaya klaim ( retur ) adalah Biaya yang timbul sehubungan
dengan
pengembalian produk dari konsumen.
Dari penentuan biaya kualitas dapat dianalisis bahwa PT.
Indomulti
Plasindo sebenarnya sudah mengeluarkan biaya yang berhubungan
dengan
pengendalian kualitas produk yang dihasilkan hanya saja dalam
pelaporannya
belum dilakukan secara terpisah. Elemen-elemen biaya kualitas
masih
tergabung dalam laporan biaya produksi.
Dengan tidak diidentifikasikan biaya kualitas secara
terpisah
mengakibatkan pihak perusahaan tidak memperoleh informasi yang
memadai
-
48
untuk melakukan evaluasi dan perbaikan-perbaikan dalam upaya
Total
Quality Management oleh sebab itu, penentuan biaya kualitas
sebagai langkah
awal dari pelaporan biaya kualitas sangat diperlukan bagi
perusahaan yang
ingin meningkatkan kualitas produknya sekaligus menekan biaya
kualitas.
4.2 Analisis Efisiensi Biaya Kualitas
Analisis efisiensi biaya kualitas dilakukan dengan
membandingkan
biaya kualitas terhadap penjualan. Tujuan pembandingan biaya
kualitas
terhadap penjualan adalah untuk mengetahui apabila biaya
kualitas
mempunyai persentase yang besar terhadap penjualan maka laba
yang
seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan berkurang.
Dari hasil laporan biaya kualitas PT. Indomulti Plasindo
( tabel 4.2 ) dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 persentase
biaya kualitas
adalah 2.72 % dari total penjualan sebesar yaitu Rp
9,702,974,530 ; pada
tahun 2001 persentase biaya kualitas adalah 2.69 % dari total
penjualan
sebesar yaitu Rp 10,224,649,303 dan pada tahun 2002 persentase
biaya
kualitas adalah 2.68% dari total penjualan sebesar yaitu Rp
12,139,623,910.
PT. Indomulti Plasindo masih membutuhkan upaya-upaya perbaikan
untuk
mencapai sasaran biaya kualitas sebesar 2.5 % dari total
penjualan.
-
Bab V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap laporan
biaya
kualis pada PT. Indomulti Plasindo. Semarang dari tahun 2000
sampai dengan
tahun 2002, maka dalam bab terakhir dari skripsi ini akan
dikemukakan
beberapa kesimpulan dan saran.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan yaitu pada dasarnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
kualitas
sudah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi perusahaan belum
mengidentifikasi,
mengelompokkan dan melaporkan biaya kualitas secara terpisah.
Biaya
tersebut masih tergabung dalam laporan biaya produksi. Adapun
biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan dikelompokkan menjadi 4 golongan.
Biaya
pencegahan meliputi : perencanaan mutu, pelatihan karyawan,
pemeliharaan
mesin, evakuasi pemasok ; biaya penilaian meliputi : inspeksi
bahan baku,
pengawasan proses, inspeksi produk akhir. Biaya kegagalan
eksternal
meliputi: biaya retur. Biaya kegagalan Internal meliputi biaya
scrap bahan,
Rework.
-
59
Presentase biaya kualitas perusahaan pada tahun 2000 yaitu 2.72
% sedangkan
penjualan tahun 2000 Rp 9,702,974,530.
Presentase biaya kualitas perusahaan pada tahun 2001 yaitu 2.69
% sedangkan
penjualan tahun 2001 Rp 10,224,649,303.
Presentase biaya kualitas perusahaan pada tahun 2002 yaitu 2.68
% sedangkan
penjualan tahun 2002 Rp 12,139,623,910.
Dari penelitian diatas bisa diketahui bahwa biaya kualitas
pada
perusahaan belum efektif dan efisien, karena biaya kualitas yang
efektif
adalah apabila biaya kegagalan turun dan penurunan biaya
kegagalan lebih
kecil dari kenaikan biaya pencegahan dan penilaian. Biaya
kualitas yang
efisien adalah 2,5 % terhadap penjualan : Hal ini disebabkan
karena biaya
kegagalan masih tinggi yaitu terletak pada sisa.
5.2 SARAN
PT. Indomulti Plasindo hendaknya mengidentifikasi melaporkan
biaya
kualitas secara terpisah agar dapat mengetahui tingkat
efektivitas dan efisiensi
biaya kualitas serta lebih memfokuskan pada aktifitas pencegahan
karena
menurut teori yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen,
aktifitas penilaian
dapat menemukan cacat sedangkan aktifitas pencegahan dapat
menghilangkan
cacat. Perusahaan sebaiknya meningkatkan training secara
berkelanjutan agar
karyawan dapat melakukan proses produksi secara benar serta
menekan
-
60
tingkat kecacatan suatu produk akibat faktor manusia, serta
mengadakan
pemeliharaan mesin secara berkala.
-
DAFTAR PUSTAKA
Amin Wijaya Tunggal, 1992, Audit Mutu, Rineka Cipta,
Jakarta.
Assauri Sofjan, 1993, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 4,
LPFE, UI, Jakarta.
Feigenbaum, A.V, 1992, Kendali Mutu Terpadu, Edisi 3, Erlangga,
Jakarta.
Gaspersz, Dr. Vincent, M.St., CIQA., CIPM., 1997, Manajemen
Kualitas Dalam
Industri Jasa, PT. Gramedia, Jakarta.
Hansen & Mowen, 1997, Akuntansi Manajemen, Jilid 2, Edisi4,
Erlangga, Jakarta.
Ishikawa, Kaoru, 1986, Gugus Kendali Mutu dalam Realita, PT
Binaman Teknika
Aksara, Jakarta Timur.
Meredith, Jack R, 1992, The Management of Operations Aconceptual
Emphasis
Fourth Edition Canada. Plublished Simultaneously.
Mizuno, Shigeru, 1994, Pengendalian Mutu Perusahaan Secara
Menyeluruh,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Bagian Penerbitan STIE
YKPN,
Yogyakarta.
Suhartini, Arikunto, 1992, Pendekatan Praktek, BPFE,
Jakarta.
Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk
teknologi
Maju dan Globalisasi, BPFE, Yogyakarta.
Wasito, Hermawan, 1995, Pengantar Metodologi Penelitian,
Gramedia Pustaka
Utama, Yogyakarta.
-
STRUKTUR ORGANISASI PT INDOMULTI PLASINDO
Gambar 3.1
Presiden Direktur
Direktur Operasional
Manajer Akuntansi
Manajer Produksi
Asisten Manajer Produksi
Kabag. Teknik
Kabag. Printing Dan Pewarna
Kabag. Gudang
Kabag.PPIC Kabag. Personalia dan Umum
Asisten manajer
Akuntansi Kabag. QA
Kabag. Pembelian
Manajer Keuangan
Manajer Perusahaan
Direktur Keuangan
Unit Produksi
jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-coverjtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-abstractjtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-table
of
contentjtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-chapter01jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-chapter02jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-chapter03jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-chapter04jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-chapter05jtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-referencesjtunksu-ns-s1-2005-00.60.0019-575-pengendalian_biaya-appendices
logo: