BAB I
PAGE 15
RANGSANGAN PEMIJAHAN DAN KELULUS HIDUPAN LARVA TIRAM CRASSOSTREA
IREDALEI PADA LINGKUNGAN BUATAN
SYAFRIADIMAN
DOSEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
ABSTRAK
Penelitian rangsangan pemijahan moluska, khususnya tiram
Crassostrea iredalei masih sedikit, bahkan sangat sulit untuk
mendapatkan datanya. Penelitian ini akan memaparkan lima kaedah
rangsangan pemijahan dan kelulushidupan larva. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi kaedah pengeringan sesaat
dengan suntikan serotonin adalah yang paling baik untuk rangsangan
pemijahan tiram, sedangkan kaedah pengeringan sesaat adalah paling
baik untuk menghasilkan spat. Densitas kelulushidupan spat dengan
menggunakan kaedah pengeringan sesaat berkisar di antara 500-918
spat/100 cm2 dengan rata-rata 740.55215.93 spat/100 cm2. Kajian
selanjutnya masih diperlukan untuk kemajuan perkembangan industri
pengkulturan tiram, terutama kajian penentuan dose bahan kimia
perangsang (serotonin) dan tempoh waktu pengeringan induk-induk
tiram yang efektif untuk merangsang pemijahan tiram.
Abstract
Induced spawning mollusc researchs are still a little,
especially of oyster Crassostrea Iredalei. And even very difficult
to get its the data. This research will be explained the five
methods for induced spawning and larval development. Result of the
research indicated that use of combination of draining intermittent
method with injection serotonin methods was the best to induced
spawning oysters, while the draining intermittent methods was the
best to produce oyster spat. Used of draining intermittent method
have produced the spats about density 500-918 spat/ cm2, and mean
740.55215.93 spat/100 cm2. Research in future still be needed to
culture development of oyster, especially research for determining
of dose chemichals (serotonin) and draining time of broods oyster
effective for stimulating oyster spawn.
PENDAHULUAN
Penelitian-penelitian morfologi dan anatomi (Ng, 1980) serta
percobaan-percobaan pemeliharaan tiram (Choo, 1979; 1991; Ng, 1979)
telah berkembang di Malaysia, khususnya tiram Crassostrea belcheri
dan Ostrea edulis. Akan tetapi, kajian rangsangan pemijahan dan
perkembangan larva tiram belum banyak dilakukan, khusunya tiram
Crassostrea iredalei bahkan sangat sulit untuk mendapatkan datanya.
Pada hal penelitian-penelitian seperti ini sangat penting untuk
perkembangan pengkulturan tiram di berbagai kawasan..
Penetasan telur tiram dapat terjadi di luar induk atau terjadi
di dalam air yang disebut dengan external fertilizations dan proses
penetasan telur terjadi di dalam tubuh induk yang disebut dengan
internal fertilizations. Penetasan telur di luar induk umumnya
terjadi pada genus Crassostrea dan Saccostrea, dan di dalam tubuh
induk pada genus Ostrea (PHRDC, 1991).
BAHAN DAN METODA
Bahan dan Peralatan
Air laut yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut
yang digunakan oleh Pusat Hatchery Ko-Nelayan Sabah. Air laut
hatchery berasal dari air laut yang dipompa dari Teluk Likas ke
tangki pengendapan. Dengan proses penyaringan berpasir, penyaringan
dengan saringan berdiameter 5 (m, 1 (m dan diaerasi selama 48 jam.
Sedangkan, tangki-tangki penelitian yang digunakan
dalam penelitian, seperti tangki 6000 l untuk pengumpulan induk,
tangki 3000 l untuk makanan alami, akuarium 10 l untuk pemijahan
tiram dan tangki 4000 l untuk pemeliharaan larva. Jumlah induk
tiram telah dikumpulkan 600 induk yang dipilih dari Projek
Pemilharaan Moluska, baik dari Kg. Serusup, Tuaran maupun Kuala
Penyu, Sabah dengan TL 65-95 mm. Aklimatisasi dilakukan selama 48
jam, dengan pakan alami sebanyak 1.1x109 sel/induk/hari, seperti
Isochrysis galbana, Chaetoceros spp., Tetraselmis sp. dan
Scletonema spp.
Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Random Complete
Design), dengan perlakuan rangsangan pemijahan yang terdiri dari 5
taraf perlakuan, yaitu kaedah pengeringan sesaat (K1), hidrogen
peroksida (K2), suntikan amonium hidroksida (K3), suntikan
serotonin (K4) dan kombinasi antara pengeringan sesaat dengan
suntikan serotonin (K5), dengan 3 kali ulangan.
Kaedah rangsangan pemijahan pengeringan sesaat dilakukan dengan
mengeringkan induk-induk tiram matang pada suhu 26-28oC. Setelah 24
jam kemudian, induk dimasukkan ke dalam air, selama 3 jam di dalam
air dikeringkan kembali selama 40 menit. Tiram akan memijah setelah
dimasukkan kembali ke dalam air. Kaedah hidrogen peroksida
dilakukan dengan merendam induk-induk tiram matang dalam larutan
yang mengandung 150 mg/l hidrogen peroksida dan natrium hidroksida
10 % yang pHnya berkisar antara 9.1-9.5. Setelah 12 jam kemudian,
induk-induk tiram ini memijah setelah dimasukkan ke dalam air.
Kemudian, kaedah rangsangan pemijahan dengan suntikan amonium
hidroksida (0.1 N) dan suntikan serotonin (3 mM/L). Suntikan
dilakukan melalui antara dua katup di dekat otot aduktor, setelah
beberapa menit setelah suntikan induk tiram di dalam air akan
memijah. Sedangkan, kaedah rangsangan pemijahan kombinasi
pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah secara pengeringan sesaat dan suntikan
dengan serotonin (3 mM/L).
Kuantitas Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Larva
Kuantitas pakan larva yang diberikan selama penelitian secara
rinci dalam Tabel 1. Jumlah pemberian pakan dilakukan 3 kali/hari,
sedangkan tingkat kelulushidupan larva dihitung dengan cara
perhitungan yang telah dilakukan oleh Wong et al. (1989), Frias dan
Rodriguez (1991).
Analisis data
Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians (anova)
rancangan acak lengkap (Sudjana, 1980). Untuk mempermudah analisis,
data penelitian diolah dengan menggunakan software program
Mikrostat dan Excell. Penentuan perangsang tiram paling baik
dilakukan uji Newman-Keuls (Sudjana, 1980).
Tabel 1.: Kuantitas pakan larva tiram C. iredalei mengikut
tingkat umur
Umur LarvaJenis Pakan
(Fitoplankton)Densitas
(sel/ml)Rujukan
Setelah menetas-3 hariIsochrysis galbana
15000-20000Christensen (1992);
Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)
3-14 hariIsochrysis galbana +
Chaetoceros spp.15000-20000
15000-20000Christensen (1992);
Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)
14 hari -perlekatan spatIsochrysis galbana +Chaetoceros spp.
+
Tetraselmis sp.
15000-20000
15000-20000
2000Christensen (1992);
Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)
SpatIsochrysis galbana +Chaetoceros spp. +
Tetraselmis sp. +
Scletonema sp15000-20000
15000-20000
4000
2000Christensen (1992);
Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas air tangki percobaaan
Tabel 2 menunjukkan rata-rata nilai parameter kualitas air dari
semua tangki pemijahan tiram yang digunakan selama penelitian.
Tabel 2:Nilai parameter kualitas air selama percobaan rangsangan
pemijahan tiram C. iredalei (Tahun 1993-1994)
Kaedah Rangsangan Pemijahan Suhu
(oC)Salinitas
(o/oo)DO
(mg/l)pH
(unit)
Pengeringan Sesaat28.230.6329.500.824.850.167.950.27
27.00-29.0027.50-30.504.60-5.207.40-8.40
Hidrogen Peroksida28.230.5129.530.904.790.187.940.23
27.50-29.0028.00-31.504.40-5.007.40-8.40
Suntikan Amonium
hidroksida28.270.4429.570.874.740.167.970.24
27.00-29.0028.00-31.504.40-5.007.40-8.30
Suntikan Serotonin28.270.4029.470.744.770.187.990.23
27.50-29.0028.00-31.004.40-5.107.60-8.40
Kombinasi Kaedah Pengeringan sesaat dengan suntikan
serotonin28.270.4429.470.784.820.217.870.21
27.50-29.0028.00-30.504.40-5.207.40-8.30
Dari Tabel 2, terlihat bahwa perubahan-perubahan parameter
kualitas air, seperti suhu, salinitas, DO dan pH adalah tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti (p>0.05) sama dengan yang
dilaporkan oleh Wong et al. (1989), Frias dan Rodriguez (1991)
untuk rangsangan pemijahan tiram C. belcheri, C. rhyzophorae dan
Ostrea edulis.
Tingkahlaku pemijahan
Perbedaan kaedah rangsangan pemijahan tiram C. iredalei telah
menunjukkan tingkahlaku pemijahan yang berbeda-beda. Umumnya
induk-induk tiram membuka cangkerangnya setelah rangsangan
pemijahan dilakukan. Jika tiram akan memijah, induk menampilkan
proses buka tutup katup sebelumnya minimal 3 kali dalam tempoh
waktu yang relatif singkat maka tiram mengeluarkan cairan berwarna
putih (tiram telah memijah). Selama penelitian, proses pemijahan
tiram terjadi setelah 0,1-60 menit rangsangan dilakukan (terbatas
untuk 5 kaedah rangsangan pemijahan dalam penelitian ini). Jelas,
bahwa tanda-tanda spesifik tiram sedang memijah adalah keluarnya
cairan berwarna putih dari rongga cangkerang antara ventral dan
posterior di depan otot aduktor. Terlihat ada dua bentuk proses
keluarnya cairan berwarna putih tersebut, yaitu keluar berbentuk
cairan berwarna putih seperti asap rokok terbakar secara terus
menerus dan berbentuk kepulan cairan berwarna putih seperti kepulan
asap rokok yang berulang-ulang. Setelah dilakukan pengamatan di
bawah mikroskop terhadap ke dua bentuk cairan putih tersebut,
ternyata cairan berwarna putih seperti asap rokok terbakar (terus
menerus) adalah sperma dan berbentuk kepulan cairan berwarna putih
seperti kepulan asap rokok (berulang-ulang) adalah telur.
Persentase kematian induk tiram C. iredalei dari 600 induk
selama penelitian adalah sekitar 0.67%. Kematian terjadi khususnya
adalah induk-induk yang telah memijah. Ini mungkin disebabkan oleh
stress akibat bahan kimia perangsang dan pemindahan tempat.
Jumlah dan ukuran telur/sperma
Jumlah telur dan sperma setiap induk tiram C. iredalei selama
penelitian adalah di antara 2.70-24.55 juta telur dan 56.50-209.55
juta sperma. Diameter telurnya berkisar antara 40-50 (m. Diameter
telur ini dalam kisaran yang dilaporkan oleh Nascimento (1991)
yaitu 21-50 (m untuk tiram C. rhizophorae, C. belcheri yang
dilaporkan oleh Wong et al. (1989) adalah 49 (m, C. virginica yang
dilaporkan oleh Galtsoff (1964) adalah 45-54 (m, C. gigas (Angell,
1984) adalah 50-55 (m dan C. angulata (Nishikawa, 1977) adalah
50-58 (m. Sedangkan spermatositnya berukuran 2-3 (m, adalah sama
dengan ukuran sperma tiram yang dilaporkan oleh Joseph dan
Madhystha (1982).
Siklus hidup tiram C. iredaleiGambar 1 menunjukkan siklus hidup
tiram C. iredalei yang dapat disimpulkan selama penelitian. Siklus
hidup tiram C. iredalei dalam kajian ini hampir sama dengan yang
dilaporkan oleh PHRDC (1991) dan Wong et al. (1989) untuk tiram C.
belcheri.
Angka penetasan dan perkembangan larva
Tabel 3 menunjukkan hasil penetasan dan kelulushidupan larva
selama penelitian rangsangan pemijahan tiram untuk setiap kaedah
rangsangan pemijahan yang dilakukan. Secara rinci jumlah telur
menetas, densitas larva trokofor, bentuk D, umbo, umbo matang dan
kepadatan spat dengan menggunakan kaedah pengeringan sesaat,
hidrogen peroksida, suntikan amonium hidroksida, suntikan serotonin
dan kombinasi pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin.
Tabel 3.: Jumlah penetasan telur dan kelulushidupan (sel/l)
setiap peringkat larva tiram C. iredalei mengikut kaedah rangsangan
pemijahan
Tingkat
LarvaK1
K2
K3
K4
K5
Menetas
(buah/l)752611 35222369909 86327889775 1110561991808
964554132160 391585
722538 791360302688 - 467264771805 - 9923011903776
20949123711680 - 4486400
Trokofor
(sel/l)65762 334225891 460360722 5978166100 3453336123 39457
62006 - 6840722353 - 3109454885 - 66832163367 - 169980292250 -
368698
Bentuk D
(sel/l)58388 377022671 436950602 4982135797 13627274214
22526
54041 - 6076019500 - 2765545738 - 55694121414 - 148515248249 -
2885299
Umbo
(sel/l)48701 59104639 86411073 109030811 465370618 11514
42000 - 531683963 - 561210008 - 1218726568 - 3578758214 -
80965
Umbo matang
(sel/l)24277 17971308 2653831 3770 044.07 11.94
22900 - 263101097 - 16063463 - 42170 - 035 - 58
Spat
umur 2-3 hari
(spat/100 cm2)740.55 215.93160.63 50.03428.37 49.830 017.33
21.39
500 - 918119 - 216372 - 4680 - 04 - 42
Keterangan :
K1=Kaedah pengeringan sesaat pada suhu bilik K4=Kaedah suntikan
serotonin
K2=Kaedah hidrogen peroksidaK5=Kaedah kombinasi K1 dengan K2
K3=Kaedah suntikan amonium hidroksida
Dari Tabel 3 terlihat bahwa jumlah telur menetas, densitas larva
trokofor, larva bentuk D dan larva umbo dalam penggunaan kaedah
kombinasi pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin adalah lebih
banyak jika dibandingkan dengan kaedah lainnya. Penggunaan kaedah
pengeringan sesaat adalah lebih banyak menghasilkan larva umbo
matang dan spat jika dibandingkan dengan kaedah suntikan amonium
hidroksida, hidrogen peroksida, kombinasi kaedah pengeringan sesaat
dengan suntikan serotonin dan suntikan serotonin.
ANOVA menunjukkan bahwa kuantitas telur menetas (p