29
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Rokok
1. Defenisi Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga
terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun
orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Perilaku merokok dapat
dikatakan sebagai kegiatan sewaktu menghisap tembakau yang
dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada saat
individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut
sampai individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok
untuk mengatasi masalah emosional. Bagi sekelompok orang, merokok
merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus dapat
dijadikan teman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang tergolong
santai, bahkan ada pula yang beranggapan bahwa merokok merupakan
sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kegelisahan
ataupun ketegangan (Rasti, 2008).
Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi
internasional yang menandung sekitar 1.500 bahan kimiawi.
Unsur-unsur yang penting antara lain: tar, nikotin, benzopyrin,
metilkloride, aseton, ammonia, dan carbon monoksida. Diantara
sekian banyak zat berbahaya ini, ada 3 yang paling penting,
khususnya terhadap kanker, yakni tar, nikotin dan carbon monoksida
(Bustan, 2000).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Ada dua jenis
rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok
terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring
nikotin (Kelana, 2008).
2. Kandungan Zat Dalam Rokok
a. Carbon Monoksida
Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan
darah membawa oksigen.
b. NikotinSalah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya
kecanduan.
c. Benzo(a)pyrene
Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini
termasuk bahan karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal
sebagai agen penyebab mutasi.
d. Acrolein
Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti
aldehyde. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril
atau dengan mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung
bahan alkohol. Dengan kata lain, acrolein itu adalah alkohol yang
cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu
kesehatan.
e. Ammonia
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari
nitrogen dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat
merangsang. Ammonia ini sangat gampang memasuki sel-sel tubuh.
Begitu kerasnya racun yang terdapat pada ammonia itu, sehingga
kalau disuntikkan sedikitpun kepada peredaran darah akan
mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma.
f. Formic Acid
Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak
bebas dan dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk
baunya. Zat ini dapat membuat seseorang merasa digigit semut.
Bertambahnya jenis acid apapun di peredaran darah dapat menambah
cepatnya pernapasan seseorang.
g. Hydrogen Cyanide
Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling
ringan serta mudah terbakar. Zat ini sangat efisien untuk
menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang
mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide
dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.
h. Formaldehyde
Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau
yang tajam. Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama.
Salah satu jenis formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini
banyak digunakan sebagai pengawet di laboratorium.
i. Nitrous oxide
Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika
diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan
rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya
dapat digunakan sebagai anestesia (zat pembius) waktu diadakan
operasi.
j. Phenol
Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan
dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan
juga diperoleh dari ter arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun
yang sangat membahayakan. Phenol ini terikat ke protein dan
menghalangi aktifitas enzyme.
k. Acetol
Acetol adalah dari hasil pemanasan aldehyde sejenis zat yang
tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan
alkohol.
l. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang
terbakar dengan nau yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim
(zat besi yang berisi pigmen).
m. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu
dimana hidrogen dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah
merupakan compound organis yang sangat beracun. Uapnya dapat
berperan sebagai anestesia.
n. Methanol
Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan
mudah terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan
kayu atau dari sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau
mengisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.
o. Tar
Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam
yang diperoleh dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga
didapat dari getah tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri
dari ratusan zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Bilamana zat-zat itu diisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker
paru-paru (Nainggolan, 1998).
Sumber : Rusdianto, 2007
Gambar 1. Komposisi Rokok
Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan
tembakau adalah timbulnya berbagai penyakit, antara lain:
a. Kecanduan nikotin.
b. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal,
tenggorokan, leher, payudara, kandung kemih, pankreas dan lambung.
Satu dari enam pria perokok akan menderita kanker paru.
c. Penyakit jantung dan pembuluh darah: stroke dan penyakit
pembuluh darah tepi.
d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan
(bronkhitis), penyakit paru obstruktif kronis.
e. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama
kehamilan.
f. Penyakit Buerger.
g. Katarak.
h. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap
Penyakit Alzheimer (pikun), penyusutan otak.
i. Impotensi.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok
menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi
karena benar-benar telah menjadi kebiasaan.
Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sbb :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan
merokok, seseorang merasakan penambahan rasa yang positif.
Ditambahkan, ada tiga sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk
menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan, (2) merokok hanya dilakukan
sekadarnya untuk menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang
diperoleh dengan memegang rokok.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap
sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak
enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar
rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia
khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia
menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka
menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi
kebiasaannya rutin. Pada orang-orang tipe ini, merokok sudah
merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa
dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila
rokok yang terdahulu telah benar-benar habis
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok.
Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka
dapat digolongkan atas :
1. Merokok di tempat-tempat Umum / Ruang Publik:
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai
orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smocking
area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain
yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan
lain-lain).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok yang memilih
tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa
gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang
yang suka berfantasi.
Perokok dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Perokok ringan, 1-9 batang per hari.
b. Perokok sedang 10-19 batang per hari.
c. Perokok berat 20 batang atau lebih per hari (Sitorus,
2003).
3. Bahaya Rokok
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan.
Tapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk
menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya
untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat
adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen
yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya
kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 20 mg nikotin dan setelah
di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%.
Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik
untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang
kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada
jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem
dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir
serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di
jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin.
Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok
sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada
nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya
akan berkurang (Tineke, 2002).
Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan,
gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku
dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya
rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok
tidak begitu dianggap gawat (Roan, 1979).
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker
bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin,
carbon monoksida,dan sebagainya. Asap rokok yang baru mati di asbak
mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali
mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek
rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu
tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih
berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Seseorang
yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok
berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang
dimilikinya terbatas.
Perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok
untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu
terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok
juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok
yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain
akan terkena penyakit kanker. Berdasarkan data demografi
Universitas Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di
Indonesia rata-rata per tahunnya akibat berbagai penyakit yang
disebabkan rokok ( Depkes, 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan
yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede,
2002).
Berdasarkan umur kronologi dan berbagai kepentingan, terdapat
beberapa definisi tentang remaja (Soetjiningsih, 2004), yaitu :
1. Pada buku-buku pediatric, pada umumnya mendefinisikan remaja
adalah apabila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
anak perempuan dan 1220 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan
anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum
menikah.
3. Menurut Undang-Undang perburuhan, anak dianggap remaja
apabila telah mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan
mempunyai tempat untuk tinggal.
4. Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak
dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16
tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Diknas anak dianggap remaja apabila anak sudah
berumur 18 tahun, yang sesuai saat lulus sekolah menegah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak mencapai umur 1018 tahun.
Remaja dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, akan melewati tahap berikut:
Masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 1113 tahun, masa
remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun, masa
remaja lanjut (late adolescence) umur 1720 tahun (Rejeki,
2007).
Menjadi perokok berat merupakan hasil dari proses eksperimen
yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Mula-mula individu mencoba
merokok, merasakan tekanan rekan sebaya untuk merokok, dan
mengembangkan sikap tentang seperti apa seorang perokok. Setelah
melalui proses-proses tersebut, barulah individu menentukan apakah
akan terus mengkonsumsi nikotin atau tidak. Dalam proses tersebut
peran teman sebaya menjadi penting mengingat akan tahapan
perkembangan remaja yang menitikberatkan pada penerimaan dari rekan
sebaya. Berbagai faktor meliputi fisiologis, psikologis, dan
faktor-faktor sosial menjadi alasan seseorang remaja menjadi
perokok (Sentika, 2008).
C. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Sosial
1. Orang tua / Keluarga
Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seseorang sedang
mengalami masa kritis yang disebabkan karena ia akan beranjak
menuju kedewasaan. Dalam masa peralihan ini remaja sedang mencari
identitasnya. Dalam proses perkembangan yang sedang sulit dan
masa-masa yang membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian
dan bantuan dari orang yang dicintainya dan dekat dengannya
terutama dari keluarga. Dengan demikian komunikasi antar anggota
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian remaja.
Kurangnya komunikasi antar anggota keluarga dapat menjadi
penyebab utama dari timbulnya berbagai masalah pada remaja.
Kenakalan remaja, seperti kebiasaan merokok, dapat berakar pada
kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena
orang tua terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas dan melupakan
kebutuhan yang paling mendasar bagi anak, yaitu kasih sayang. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang paling
dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling
pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak
pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu,
sikap atau cara yang bersifat preventif, dan cara yang bersifat
represif (Afriyani 2009).
2. Teman-Teman
Kebanyakan remaja pertama kali merokok karena pengaruh teman.
Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah
perokok juga. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi
oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok (Widianti, 2009).
Remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini karena
untuk iseng, agar telihat tenang pada saat berpacaran, berani ambil
resiko, karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan
supaya kelihatan seperti orang dewasa (Nainggolan,1998).
D. Tinjauan Umum tentang Psikologis Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya
45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke sedih luar
biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah,
atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah
berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan
gejala atau masalah psikologis (Atkinson, 1999).
Masalah kesadaran diri pada masa remaja mengalami perubahan yang
dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Remaja
sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena remaja
beranggapan bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu
mengkritik. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri
dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung
beranggapan dirinya sangat unik dan bahkan remaja percaya keunikan
akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk
menyesuaikan impian dan angan-angan terhadap kenyataan (Mappiare,
1992).
Tindakan impulsif sering dilakukan oleh sebagian remaja karena
remaja tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka
pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
mempertangungjawabkan perbuatannya, akan tumbuh menjadi orang
dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah
yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif
pada remaja. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh
remaja sebagai acuan dalam menghadapi masalah.
Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para
idolanya untuk menyelesaikan masalah. Pemilihan idola ini juga akan
menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi perubahan
yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada
masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan
berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada
masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat
lainnya, aktivitas sosial yang bergantiganti pasangan dan perilaku
menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang
gantung. Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah
bermacammacam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (
conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu
untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti
tekanan teman sebaya. (Widianti, 2009).
E. Tinjauan Umum tentang Media
Iklan yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media. Iklan merupakan
sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai
media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk
menyetujui dan mengikut (Pujiyanto.2001).
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar
dapat menarik minat khalayak, original, serta memiliki
karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para konsumen atau
khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan sesuatu
tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan (Jefkins,
1997).
Tujuan iklan menurut Philip (1990) dalam Pujiyanto (2001),
biasanya dibangun atas empat komponen, yaitu: 1) Aspek perilaku,
merupakan tindakan-tindakan yang diharapkan pada calon pembeli, 2)
Sikap yang diharapkan, yang menyangkut sikap atau keistimewaan
produk, 3) Kesadaran, dalam mengembangkan produk-produk baru di
pasaran merebut calon pembeli, 4) Positioning, sasaran
konsumen.Beberapa tendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian periklanan dapat ditinjau dari media, proses, gaya
komunikasi, dan reaksi konsumen, yaitu:
1. Media informasi: Iklan merupakan suatu media informasi produk
yang disampaikan kepada konsumen.
2. Proses iklan: Penyampaian informasi produk yang diprakarsai
produsen untuk disampaikan melalui iklan ditujukan kepada konsumen
sebagai penerima pesan.
3. Komunikasi persuasif: Gaya bujuk rayunya (persuasi) yang
diterapkan pada iklan mengakibatkan konsumen terbius masuk
lingkaran konotasi positif terhadap produk yang diinformasikan.
4. Reaksi Konsumen: Informasi yang jelas melalui iklan akan
membuahkan reaksi atau tindakan hingga kesadaran untuk mengkonsumsi
produk yang diinformasikan.
Iklan merupakan media komunikasi persuasif yang dirancang sesuai
dengan karakter media, segmen pasar, dan kebutuhan masyarakat untuk
mendapat tanggapan. Banyaknya iklan rokok di media cetak,
elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu
remaja tentang produk rokok. Salah satu iklan yang dianggap cukup
berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan adalah iklan
rokok. Berdasarkan PP No. 81 tahun 1999, semua iklan rokok di
Televisi dilarang. Namun, karena pihak Televisi memprotesnya,
muncul PP No.38 Tahun 2000 tentang Pengamanan Rokok bagi
Kesehatan.
Rokok digambarkan sebagai lambang kejantanan, kesuksesan,
kenikmatan, kebebasan, kedewasaan dan lain-lain. yang kesemuanya
merupakan buaian yang mengajak masyarakat untuk merokok.
Berdasarkan informasi yang ada saat ini, Setiap harinya 80-100 ribu
remaja di dunia menjadi pecandu dan ketagihan rokok. Bila pola ini
terus menetap maka sekitar 250 juta anak-anak yang hidup sekarang
ini akan meninggal akibat yang berhubungan dengan kebiasaan rokok.
Alasan itulah, yang setidaknya mendasari pentingnya aturan iklan
rokok, karena bila tidak ada aturan yang tegas akibatnya akan
mengarah kesesuatu yang tidak dapat bayangkan dalam iklan rokok.
Pengambaran tokoh serta adegan-adegan yang menantang membuat para
masyarakat khususnya remaja dan anak-anak menirunya, iklan-iklan
yang ada merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang
berbeda walau dalam iklan rokok tidak digambarkan orang merokok
akan tetapi adegan-adegan yang identik denagn keperkasaan atau
kebebasan mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok .
Remaja juga dikesankan lebih hebat bila merokok. Idola para
remaja, mulai dari penyanyi, grup hingga bintang film dilibatkan
sebagai model. Industri rokok paham betul bahwa remaja sedang
berada pada tahap mencari identitas, melalui iklan ditelevisi
biasanya para Remaja meniru dan mengikuti gaya hidup idolanya.
Industri rokok juga sangat paham mengondisikan perasaan positif
pada benda yang diiklankan di televisi. Tema iklan rokok selalu
menampilkan pesan positif seperti macho, bergaya, peduli, dan setia
kawan. Citra itulah yang membangun persepsi bahwa merokok bukan hal
televisi. Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai
dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan orang-orang yang
terkena efek ini menganggap bahwa lingkungan disekitar sama seperti
yang tergambar dalam media televisi (Pujiyanto, 2009).
F. Tindakan Pencegahan Merokok
Banyak perokok tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat
adiktif yang menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain dan
lain sebgainya. Bahaya konsumsi rokok telah disampaikan dengan
sangat jelas pada setiap bungkus rokok. Akan tetapi konsumen rokok
mengkonsumsi rokok, meski telah mengetahui bahaya penyakit-penyakit
maupun gangguan-gangguan yang disebabkan oleh rokok. Suatu
modifikasi perilaku untuk mengurangi perilaku tidak efektif, yaitu
merokok.
Teknik yang digunakan untuk berhenti merokok adalah cognitive
behavior, dengan membentuk suatu group therapy cognitive behavior.
Terapi ini terdiri dari beberapa sesi, yang terdiri dari alasan
merokok, ketergantungan fisik pada nikotin, dan efikasi diri untuk
berhenti merokok. Perokok mengontrol sendiri perilaku merokok
dengan mengidentifikasi pemicu merokok, mengembangkan kontrak
perilaku yang telah dibuat dan mempraktikkan stimulus kontrol dan
coping strategy untuk mengatur pencabutan simtom-simtom dan
kerinduan pada rokok. Selanjutnya adalah pencegahan untuk kembali
merokok, atau bila berhenti merokok tidak tercapai, maka dibuat
tahapan dari awal lagi (Widjayanti, 2009).
Upaya prevensi berupa motivasi untuk menghentikan perilaku
merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan
menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba
untuk merokok, akan membuat remaja mampu untuk tidak terpengaruh
oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau
kebiasaan keluarga/orangtua.
Upaya pencegahan merokok dapat dilakukan dengan melakukan
kampanye anti rokok. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan
cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang
berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang
digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau
radio.
Agar remaja dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan, maka
dalam kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa
pelatihan, seperti:
a. Ketrampilan berkomunikasi.
b. Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.
c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa
cemas/anxietas.
d. Pelatihan untuk berperilaku assertif.
e. Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dan
lain-lain.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui cara-cara diatas, remaja
akan diajak untuk dapat memiliki kemampuan dan kepercayaan diri
dalam menolak berbagai godaan untuk merokok, baik yang datang dari
media massa, teman sebaya maupun dari keluarga. Melarang,
menghukum, atau pun memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan
memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak didasari oleh
motivasi internal si remaja (William, 2009).
G. Kerangka Konseptual
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah
kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari suatu
penyakit tidak menular. Menjadi perokok berat merupakan hasil dari
proses eksperimen yang umumnya dimulai sejak masa remaja. Ada
banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja.
Secara umum perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan
individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh
faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor
lingkungan.
Adapun penjabaran dari hal tersebut diatas dapat dilihat dalam
bagan sebagai berikut :
Keterangan:
= Variabel diteliti
Gambar 2. Bagan Kerangka Konseptual
Jumlah Rokok Yang Dihisap
Mulai Merokok
Alasan Merokok
Lingkungan Sosial
Jumlah Siswa yang Merokok
Psikologis
Kebiasaan Merokok
8
PAGE