PRESENTASI KASUS “STROKE NON HEMORAGIC REKUREN” Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bagian Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, SpS, Msc Disusun Oleh : Khansa Firhati H2A013022P KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 1
53
Embed
sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewPRESENTASI KASUS “STROKE . NON . HEMORAGIC. REKUREN ” Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRESENTASI KASUS
“STROKE NON HEMORAGIC REKUREN”
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Bagian Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, SpS, Msc
Disusun Oleh :
Khansa Firhati H2A013022P
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Pensiunan polisi
Alamat : Kedusan Wirosari Ambarawa
No CM : 141xxx-20xx
Tanggal masuk RS : Pasien masuk tanggal 21 Januari 2018 di bangsal Dahlia
B. DATA DASAR
Diperoleh secara autoanamnesis dan aloanamnesis dari anak pasien, dilakukan pada tanggal
26 januari 2018, di bangsal Dahlia.
C. KELUHAN UTAMA:
Kelemahan anggota gerak kanan
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Tn. I usia 57 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan lemas, saat di cek
kadar gula darah sawaktu menunjukan angka 407 mg/dl, kemudian pasien di rawat inap oleh
dr. Sp.PD. 1 hari setelah masuk rumah sakit pasien mendengar kabar istri pasien meninggal
dunia. Tiba-tiba pasien merasa menjadi lebih lemas dan anggota gerak bagian kanan terasa
lemah serta bicara menjadi pelo. Mulut menjadi perot kearah kiri. Kemudian pasien
dikonsulkan pada dr.SP.S.
Keluhan Kelemahan anggota gerak bagian kanan tidak disertai mual, muntah, dan nyeri
kepala. Pandangan kabur dan pandangan double disangkal, BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak terdapat gangguan orientasi dan
ingatan.
2
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
1. Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya : diakui, 3 tahun yang lalu pasien
mengalami kelemahan anggota gerak kanan, hingga tidak bisa berjalan. Pasien di
diagnosa stroke oleh dokter kemudian pasien melakukan perawatan rutin di RSUD
Salatiga. Setelah melakukan pengobatan rutin keluhan berangsur membaik dan bisa
jalan kembali.
2. Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
3. Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
4. Riwayat epilepsy : disangkal
5. Riwayat penyakit paru : disangkal
6. Riwayat penyakit jantung : disangkal
7. Riwayat penyakit ginjal :diakui, 1 minggu SMRS RSUD
Ambarawa pasien telah melakukan operasi batu ginjal di RSUP dr.Karyadi Semarang.
8. Riwayat hipertensi : diakui
9. Riwayat DM : diakui
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
1. Riwayat DM : disangkal
2. Riwayat HT : disangkal
3. Riwayat stroke pada keluarga : disangkal
4. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama : disangkal
G. RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIALEKONOMI:
1. Riwayat merokok disangkal
2. Riwayat peminum alkohol disangkal
3. Pasien saat masih bekerja sering berolahraga, tetapi saat sudah pensiun pasien jarang
berolahraga.
4. Pasien selalu melakukan diet sehat karena pasien memiliki kencing manis. Pasien tidak
minum minuman atau makan makanan manis, pasien lebih sering makan sayur dan
menugurangi makan nasi. Pasien juga mengurangi makanan asin dan pasien tidak
makan makanan yang mengandung micin.
3
H. ANAMNESIS SISTEM :
Sistem cerebrospinal : Kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, tidak ada nyeri
kepala dan muntah.
Sistem kardiovascular : Riwayat hipertensi (+), riwayat sakit jantung (-)
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neuromuskuler : kelemahan anggota gerak kanan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Sistem integumen : tidak ada keluhan
I. RESUME ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis. Pasien laki-laki, 57
tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan lemas, pasien di konsulkan pada
dr.Sp.S karena mengalami kelemahan anggota gerak kanan bicara pelo, dan mulut perot
kearah kiri. Keluhan tidak disertai mual, muntah dan nyeri kepala. Pasien mengakui
mengalami keluhan yang sama 3 tahun yang lalu dan diagnosa stroke serta melakaukan
pengobatan rutin di RSUD Salatiga. Setelah melakukan pengobatan rutin 3 tahun yang lalu
keluhan pasien berangsur membaik. Satu minggu SMRS pasien melakukan operasi batu
ginjal di RSUP dr.Karyadi Semarang. Pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi.
J. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinik : kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, mulut perot ke kiri
Diagnosis topis : capsula eksterna Sn
Diagnosis etiologi : Stroke non hemoragic
K. DISKUSI PERTAMA
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak disertai bicara pelo, dan mulut perot kea rah kiri. Pada
penderita tidak didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa penurunan
kesadaran berupa kelemahan motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun
nyeri kepala kronik akibat dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan
gambaran umum pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa
nyeri kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga
tidak terdapat pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
4
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus yang
jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler karena
onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke.
Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak
akut akibat gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien mengalami stress psikis karena istrinya meninggal dunia. Stress dapat
meningkatkan kekentalan darah yang akan berakibat pada tidak stabilnya tekanan darah.
Darah menjadi kental karena kekurangan cairan darah atau trombosit (zat yang berperan
dalam pembekuan darah ) sehingga mudah lekat satu sama lain. Kekentalan darah terjadi
karena aliran darah ke seluruh tubuh menjadi tidak lancar, dan pasokan oksigen ke sel-sel
tubuh pun terhambat. Jika darah tersebut menuju pembuluh darah halus di otak untuk
memasok oksigen ke otak, dan pembuluh darah tidak lentur dan tersumbat maka hal ini
dapat mengakibatkan resiko terkena serangan stroke (Farida, 2009). Stress bersifat konstan
dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi
hormon adrenalin, tiroksin, dan kortisol. Sebagai hormon utama stress akan naik jumlahnya
dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostatis. Adrenalin yang bekerja secara
sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan
tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolisme Rate (BMR), juga
menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas, peningkatan denyut jantung inilah yang akan
memperberat aterosklerosis yang dapat memicu terjadinya stroke ( Handayani, 2012).
Stress dapat merangsang pelepasan hormone adrenalin dan memacu jantung untuk
berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Beberapa
peneliti menyebutkan adanya hubungan risiko penyakit jantung coroner dan stress dalam
kehidupan seseorang. Upaya menangani stress dapat memengaruhi hal lainnya, termasuk
risiko hipertensi, penyakit jantung dan stroke (American Heart Association, 2013). Stroke
terjadi karena dipicu oleh beberapa factor risiko, jika semakin banyak faktor risiko yang
dimiliki oleh penderita, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya stroke (Makmur,
5
2002). Hasil studi dari berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa stres merupakan salah
satu faktor utama pemicu hipertensi, yang merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya
serangan stroke (Herke, 2006).
1. DEFINISI STROKE
Stroke atau cerebrovascular disease menurut World Health Organization (WHO)
adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Klasifikasi penyakit
stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:
a. Berdasarkan patofisiologinya stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1) Stroke Non-hemmorrhagic
Stroke non-hemmorrhagic disebut juga stroke iskemik atau infark
disebabkan oleh penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang
sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis. Dapat terjadi karena
emboli yang lepas dari sumbernya, biasanya berasal dari jantung atau
pembuluh arteri otak baik intrakranial maupun ekstrakranial atau
trombolitik/arteriosklerotik fokal pada pembuluh arteri otak yang berangsur-
angsur menyempit dan akhirnya tersumbat. Berdasarkan kelainan patologis
stroke iskemik terdiri dari tiga macam yaitu:
a) Stroke emboli serebri
b) Stroke akibat trombosis serebri, terbagi menjadi 2 subtipe :
Trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media, dan
basilaris)
Trombosis pada arteri kecil yang masuk ke dalam korteks serebri
(misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) yang
menyebabkan stroke trombosis tipe lakuner
Stroke hipoperfusi.
2) Stroke Hemorrhagic
Stroke hemorrhagic merupakan kerusakan dari pembuluh darah di otak,
perdarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah tinggi dan aneurisma
6
otak. Berdasarkan kelainan patologis stroke hemorrhagic terdiri dari dua
macam, yaitu:
a) Intraserebral
b) Ekstraserebral (subarachnoid)
b. Berdasarkan waktu terjadinya :
1) Transient Ischemic Attack (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang
timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai kurang 24
jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke : perjalanan stroke berlangsung
perlahan meskipun akut. Kondisi stroke di mana defisit neurologisnya terus
bertambah berat.
4) Completed stroke / serangan stroke iskemik irreversible : gangguan
neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Kondisi
stroke di mana defisit neurologisnya pada saat onset lebih berat, dan
kemudiannya dapat membaik/menetap.
c. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler :
1) Sistem karotis
a) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
b) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
c) Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks
d) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
2) Sistem vertebrobasiler
a) Motorik : hemiparese alternans, disartria
b) Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
c) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
meliputi 2/3 2. Disfungsi Sensoris defisit motorik/wajah, korteks saja meliputi 2/3 sensorikekstremitas atas 3. Defisit wajah, kontralateraldan bawah motoris/ Ekstremitas 2. Defisit
2. Disfungsi sensoris lebih atas dan motoris/sensoriskorteks (afasia, Terbatas Bawah bilateralapraksia,neglek) Daripada 2. Hemiparesis 3. Defisit lapang
3. Hemianopia LACS ataksik tanpa pandang terisolasiHemianopia 4. Gangguan gerakAtau mata terkonjugasi
Prognosis 60% meninggal 15% meninggal 10% meninggal 20% meninggal(dalam 1 (40% dalam (5% dalam 30 (5% dalam 30 (<10% dalam 30tahun) 30hari) hari) hari) hari)