Top Banner
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENYAKIT ATAU MASALAH KEGAWATDARURATAN YANG SERING TERJADI PADA NEONATUS DI S U S U N Oleh Nama : NANDA ENIJAR Nim : 181010510013 Kelas : Banda aceh PEMBIMBING : CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
48

elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Jul 18, 2019

Download

Documents

vanthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENYAKIT ATAU MASALAH KEGAWATDARURATAN YANG SERING

TERJADI PADA NEONATUS

DI

S

U

S

U

N

Oleh

Nama  : NANDA ENIJAR

Nim : 181010510013

     Kelas      : Banda aceh

PEMBIMBING : CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA

D4 KEBIDANAN NON REGULER

TAHUN AJARAN

2019/2020

Page 2: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul “Pertolongan pertama pada penyakit/masalah atau

kegawatdaruratan yang sering terjadi pada neonatus”Shalawat dan salam

kepada nabi muhammad SAW yang telah mewariskan umatnya konsep berfikir

dengan ilmu pengetahuan, serta kepada keluarga dan sahabat beliau yang

mengikuti sunnah dan ajarannya.

Ucapan terimakasih saya tuturkan kepada dosen pembimbing kami yang

sebesar-besarnya kepada ibu CHAIRANNISA ANWAR, SST yang telah

membimbing kami sehingga saya dapat menyeleaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan

ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dan semoga

makalah ini bermamfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri.

Banda Aceh, 12 Mei 2019

Penulis

Nanda Enijar

Nim 181010510013

ii

Page 3: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................1

B. Rumusan masalah.....................................................................2

C. Tujuan penulisan......................................................................2

D. Manfaat ....................................................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

                 Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Neonatus

A. Asfiksia......................................................................................4

B. Tetanus neonatorum................................................................15

C. Sindrom gawat nafas...............................................................17

D. Hipotermia ..............................................................................28

BAB III: PENUTUP...................................................................................30

A. Kesimpulan ............................................................................30

B. Saran.......................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................31

iii

Page 4: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Kasus kegawatdaruratan neonatus adalah kasus yang apabila tidak

segera ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini

pula dapat menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir.

Oleh karena itu diperlukan penilaian awal terhadap kegawatdaruratan.

Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat

kasus obstetri dan neonatus yang membutuhkan pertolongan segera

dengan mengindentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi (Mansjor

Arif, 2000).

Hasil penilaian awal ini menjadi dasar pemikiran apakah kasus

mengalami penyulit perdarahan, infeksi, hipertensi, pre

eklampsia/eklampsia, dan syok atau komplikasi lainnya. Setelah dilakukan

penilaian awal dan mengidentifikasi penyulitnya harus segera dilakukan

pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya bahaya yang lebih lanjut.

(Mansjoer Arif, 2000).

B. Rumusan Masalah

a. Pertolongan pertama kegawatdaruratan pada neonatus

b. Pertolongan pertama kegawatdaruratan pada neonatus dengan asfiksia

neonatorum.

1

Page 5: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

c. Pertolongan pertama kegawatdaruratan pada neonatus dengan tetanus

neonatorum.

d. Pertolongan pertama kegawatdaruratan pada neonatus dengan syndrom

gawat nafas.

e. Pertolongan pertama kegawatdaruratan pada neonatus dengan

hiportemia.

C. Tujuan Penulisan

a. TujuanUmum

Agar mahasiswi memahami tentang pertolongan pertama pada

penyakit/masalah atau kegawatdaruratan yang sering terjadi pada

neonatus.

b. TujuanKhusus

Tujuandaripembuatanmakalahiniuntukmeningkatkanpengetahuand

anketerampilanparamahasiswisertauntukmengembangkanwawasanberfi

kirbagiparamahasiswimelaksanakantugasnyadikemudianharidalammem

berikanasuhankebidananterhadappertolonganpertamakegawatdaruratan

neonatal.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui

tindakan apa saja yang dilakukan pada pertolongan pertama

kegawatdaruratan nenatus.

2

Page 6: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN NEONATUS

1. Asfiksia

Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini

diserta dengan hipoksia, hiperkapnia, dan asidosis (Sarwono Prawiharjo,

1997).

Asfiksiabayibarulahirsebagianbesarmerupakankelanjutandariasfiksi

ajanin, sedangkanasfiksiajanindapatterjadiapabilaterdapatgangguan

transport O2 dariibukejanin. Keadaaninidapatterjadipadamasakehamilan,

persalinan, dansegerasetelahlahir (SarwonoPrawiharjo, 1997).

Faktor Predisposisi Asfiksia Neonatorum

Fakto r antepartum

a. Umur > 35 tahun

b. Ibu dengan Diabetes

c. Hipertensi

d. Anemia atau imunisasi

e. Infeksi pada ibu

f. Ketuban pecah dini

g. Kehamilan ganda

3

Page 7: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

h. Tidak ada pre natal care

Faktor intrs partum

a. Sexio caesaria

b. Sungsang atau kelainan letak janin

c. Persalinan kurang bulan

d. Persalinan lama

e. Cairan amnion bercampur mekonium

f. Prolaps tali pusat

Faktor fetus

a. Tali pusat menumbung

b. Tali pusat melilit leher

c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

Faktor plasenta

a. Solutio Plasenta

b. Perdarahan pada plasenta

c. Abruption plasenta

d. Plasenta Previa

Gejala Asfiksia Neonatorum

a. Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap

b. Warna kulit kebiruan

c. Kejang

d. Penurunan kesdaran

Tindakan/Perawatan

4

Page 8: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Tindakan yang dilakukanpadabayidenganasfiksiaialah resusitasi

pada bayi baru lahiruntuk memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke

otak, jantung dan alat-alat vital lainnya(SarwonoPrawiharjo, 1997).

Prinsip dasar resusitasi adalah memberikan lingkungan yang baik

pada bayi dan mengusahakan saluran nafas bebas serta merangsang timbulnya

pernafasan, melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi serta menjaga

agar sirkulasi drah tetap baik(SarwonoPrawiharjo, 1997).

Tindakan Umum :

1. Menjaga Suhu Tubuh

2. Pembebasan jalan nafas

3. Rangsangan taktil

4. Pemberian oksigen

5. Ventilasi

6. Pemijatan dada

7. Medikasi

Tindakan Khusus :

Bila tindakan umum tidak memperoleh hasil yang memuaskan,

barulah dilakukan tindakan khusus. Cara yang dikerjakan disesuaikan dengan

beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi

rendahnya skor APGAR.

       Macam-macam asfiksia :

Asfiksia ringan-sedang

5

Page 9: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Yaknikeringkantubuhbayisegerasetelahlahir,

bersihkanjalannafasdandicob

adilakukanstimulasiagartimbulreflekspernafasan.Bila dalam waktu 30-60

detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus segera

dimulai.Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara ” frog

breathing” yakni dilakukan dengan meletakkan kateter oksigen intranasal dan

oksigen dialirkan dengan aliran 1-2/menit. Bayi diletakkan dengan posisi

dorsofleksi kepala (Manuaba, 1998).

Secara ritmis dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan

mulut, disertai gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi 20 x per

menit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks

dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernafasan spontan

usahakanlah gerakan tersebut. Ventilasi ini dihentikan bila 1-2 menit tidak

mencapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini segera dilakukan ventilasi

paru dengan tekanan positif yang tidak langsung (Manuaba, 1998).

Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke mulut

dan ventilasi kantong ke masker.Sebelum ventilasi dilakukan, di dalam mulut

bayi dimasukkan ”plastic pharyngeal airway” yang berfungsi mendorong

pangkal lidah ke depan agar jalan nafas tetap berada dalm keadaan bebas.

Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong dimasukkan dulu

oksigen sebelum melakukan peniupan. Ventilasi dilakukan secara teratur

dengan frekuensi 20-30x per menit dan diperhatikan gerakan spontan yang

mungkin timbul. Dikatakan tidak berhasil apabila setelah dilakukan beberapa

saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan tonus otot. Intubasi

6

Page 10: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagaimana

penderita asfiksia berat (Manuaba, 1998).

Asfiksia berat

Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan

oksigen dengan tekanan dan intermitten. Cara yang terbaik ialah dengan

melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea,

oksigen diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O. Hal ini untuk

mencegah timbulnya inflasi paru berlebihan yang dapat mengakibatkan ruptur

alveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan oksigen yang tinggi

ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantung ke pipa. Bila

diragukan terjadinya infeksi maka dapat dberikan antibiotik profilaksis.

Keadaan asfiksia berat selalu disertai dengan asidosis yang membutuhkan

koreksi segera, karena itu bikarbonas natrikus diberikan dengan dosis 2-4

mEq/kgbb. Disamping itu, diberikan glukosa 1-20% dengan dosis 2-4

mEq/kgbb. Kedua obat ini disuntikkan secara intravena dengan perlahan-

lahan melalui vena umbilicus (Manuaba, 1998).

Usaha pernafasan/gasping biasanya mulai timbul setelah tekanan

positif diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan

perbaikan pernafasan atau frekuensi jantung, massage jantung eksternal harus

segera dikerjakan dengan frekuensi 80-100 per menit. Tindakan ini dilakukan

dengan diselingi ventilasi tekanan dengan perbandingan 1:3, yaitu setiap 1

kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks. Dila tidak

berhasil maka bayi harus dinilai kembali, karena mungkin saja hal ini

7

Page 11: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

disebabkan oleh faktor yang lain dan rujuk segera bayi ke tempat pelayanan

kesehatan yang lebih komprehensif (Manuaba, 1998).

STANDAR PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,

mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan

bayibaru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum (Sarwono, 1998)

Prasarat

1. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan

memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.

2. Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk kelahiran

bayi mereka

3. Bidan terlatih dan terampil untuk :

a. Memulai pernafasan pada bayi baru lahir

b. Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan

mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi

8

PernyataanStandarBidanmengenalidengantepatbayibarulahirdenganasfiksia, sertamelakukan tindakansecepatnya, memulairesusitasibayibarulahir, mengusahakanbantuanmedis yang diperlukan,merujukbayibarulahirdengan tepat, danmemberikan perawatanlanjutan yang tepat.

Hasil- Penurunankematianbayi

akibatasfiksianeonatoru

m.

- Penurunankesakitanaki

batasfiksianeonatorum

- Meningkatnyapemanfaa

tanbidan.

Page 12: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

c. Menggunakan skor APGAR

d. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir

4. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan.

5. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang aman bagi bayi

baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, 2 handuk atau kain

hangat yang bersih (untuk mengeringakn bayi dan untuk menyelimuti bayi),

sarung tangan bersih dan DTT, termometer bersih / DTT dan jam.

6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambu bag bersih dalam

keadaan berfungsi baik, masker DTT (ukuran 0 dan1). Bola karet penghisap

atau penghisap de lee steril/DTT.

7. Kartu ibu, kartu bayi, dan partograf

8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru yang efektif

Proses

Bidan harus :

1. Slalu mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum

menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik pada

saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.

2. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap

kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam keadaan

bersih, tersedia yang berfungsi dengan baik.

3. Segera setelah bayi baru lahir, nilai keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan

segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. setelah bayi kering,

9

Page 13: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan

hangat.

4. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas atau

menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis

dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas cepat dan dangkal, pucat

atau biru, dan / atau lemas.

a. Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala

sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus tetap diselimuti

karena hal ini penting sekali untuk mencegah hipotermi bayi baru lahir.

b. Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan bola karet

penghisap DTT / penghisap Deelee DTT/steril. (jangan memasukkan alat

terlalu dalam pada kerongkongan bayi).Penghisapan yang terlalu dalam

akan menyebabkan bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur atau

spasme pada laring / tenggorokan bayi).

c. Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi ( gosok punggung bayi,

atau menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi, keduanya aman

dan efektif untuk menstimulasi bayi).

d. Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas degan

normal, tidak perlu tindakan lanjutan, lanjutkan dengan perawatan bayi

baru lahir normal.

e. Jika bayi tetap tidak bernafas dengan normal ( 40 – 60 kali/menit) atau

menangis, teruskan dengan fentilasi (Sarwono, 1998).

5. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

a. Letakkan bayi di permukaan yang datar, disellimuti dengan baik

10

Page 14: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

b. Periksa kembali posisi bayi barulahir. Kepala HARs sedikit ditengadahkan.

c. Pilih masker ukurannya sesuai ( no 0 untuk bayi yang kecil, no 1 untuk

bayi yang cukup bulan). Gunakan ambu bag dan masker atau sungkup.

d. Pasang masker dan periksa perlekatannya. Pada saat dipasang di muka

bayi, masker harus menutupi dagu, mulut dan hidung.

e. Lekatkan wajah bayi dan masker

f. Remas kantung ambu bag atau bernafaslah kedalam sungkup.

g. Periksa perlengkapannya dengan cara fentilasi dua kali dan amati apakah

dadanya mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai fentilasi

dengan kecepatan 40-60 kali/menit.

h. Jika dada bayi tidak mengembang :

Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh. Periksa

hidung dan mulut apkah ada darah, mukus atau cairan ketuban,

lakukan penghisapan bila perlu.

Remas kantong ambu bag lebih keras untuk meningkatkan tekanan

ventilasi.

Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan nilai dengan cepat

apakah bayi bernafas spontan ( 30 – 60 menit) dan tidak ada

pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih

lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawuzatn sesan bayi baru

lahir.

Jika bayi belum bernafas atau pernafasan lemah, teruskan ventilasi.

Bawa bayi kerumu pusah sakit atau puskesmas – teruskan ventilasi

bayi selama perjalanan.

11

Page 15: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi selama 5

menit. Jika pernafasan sesuai batas normal (30-60 kali/menit),

teruskan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/menit teruskan venilasi dan

bawa ketempat rujukan.

Jika terjadi perlekukan dada yang sangat dalam, ventilasi dengan

oksigen jika mungkin.

Segera bawa bayi ke tempat rujukan teruskan ventilasi.

6. Lanjutkan venitilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai keadaan bayi

membaik atau selama 30 menit. (membaiknya bayi ditandai dengan warna

kulit bayi merah muda, menangis atau bernafas spontan).

7. Kompresi dada

8. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika , 360Catau punggung sangat

dingin, lakukan penghangatan yang memadai (dapat dilakukan dengan

metode kangguru.

9. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, perhatikan warna kulit bayi,

pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam, ukur suhu tubuh bayi setiap jam

hingga normal (36,5 – 37,5)

10. Jika kondisinya memburuk rujuk ke fasilitas rujukan terdekat, dengan tetap

melakukan dengan teteap melakukan penghangatan.

11. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam selanjutnya. Jika

tanda – tanda kesulitan bernafas kembali terjadi, persiapkan untuk membawa

bayi segera ke RS yg paling tepat.

12

Page 16: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

12. Ajarkan pada ibu, suami atau keluarganya tentang bahaya dan tanda –

tandanya pada BBL. Anjurkan ibu, suami atau keluarga agar memperhatikan

bayinya baik – baik. Jika ada tanda –tanda sakit atau kejang, bayi harus

segera dirujuk ke RS atau menghubungi bidan secepatnya.

13. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.

Prinsip resusitasi

Airway : Bersihkan jalan nafas

Breath : Lakukan bantuan pernafasan sederhana. Kebanyakan bayi

akan membaik hanya dengan ventilasi.

Circulation : jika tidak ada/nadi dibawah 60, lakukan pijatan jantung.

Dua tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk

melakukan kompresi dada dan ventilasi.

2. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi apda

neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). Tetanus sendiri meupakan penyakit

toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat, oleh karena adanya

tetanospasmin dari clostridium tetani. Masa inkubasi berkisar antara 3-14

hari, tetapi bisa kurang atau lebih. Gejala klinis tetanus neonatorum

umumnya muncul pada hari ke 3 sampai hari ke 10 (Prawirohardjo, 2008).

Gejala Tetanus Neonatorum

a. Tiba-tiba bayi demam/panas

b. Bayi rewel

13

Page 17: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

c. Trismus ( kesukaran membuka mulut karena spasme otot maseter) dan

malas menyusu

d. Mulut mencucu seperti mulut ikan

e. Mudah sekali kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara,

dan sentuhan

f. Kuduk kaku sampai opistotonus

g. Kesukaran menelan akibat spasme otot laring

h. Asfiksia dan sianosis akibat spame otot pernafasan

i. Bayi sadar dan gelisah

Penanganan

a. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas.

Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain kasa untuk

mencegah lidah tergigit.

b. Mengatasi kejang dengan suntikan anti kejang ( Diazepam 0,5 mg/kg

IM atau supositoria), apabila masih kejang ulangi tiap 30 menit.

Ditambah luminal 30 mg IM sampai kejang berhenti.

c. Perawatan yang adekuat : kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan

cairan dan elektrolit.

d. Penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar

mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat

merangsang kejang.

e. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di

telinga.

14

Page 18: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

f. Bersihkan tali pusat.

g. Rujuk ke Rumah Sakit

3. Sindrom Gawat Nafas

Menurut( respiratory distress syndroma, RDS ) adalah:Kumpulan

gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi

pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi

didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi

(Prawirohardjo, 2008).

Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari

60x/i atau kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari

gejala tambahan gangguan nafas sebagai berikut (Prawirohardjo, 2008).

a. Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )

b. Ada tarikan dinding dada

c. Merintih

d. Apnea ( nafas berhenti lebih dari 20 detik )

Menurut Prawirohardjo, 2008. Definisi dan kriteria RDS bila

didapatkan sesak nafas berat (dyspnea), frekuensi nafas meningkat

(tachypnea), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya

pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada

foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema

paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi.

Menurut Alimul Aziz A,2008. Apabila onset akut, ada infiltrat

bilateral pada foto thorak, tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak

15

Page 19: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

ada bukti secara klinik adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerosakan

paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 300, adanya

sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama

dengan 200, menyokong suatu RDS .

Etiologi

1. Kelainan paru: pneumonia

2. Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium

3. Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Aspiksia, perdarahan otak

4. Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik

5. Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia

diafragmatika.

6. Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin

(Prawirohardjo, 2008).

Bila menurut masa gestasi penyebab gangguan nafas adalah

1. Pada bayi kurang bulan

a. Penyakit membran hialin

b. Pneumonia

c. Asfiksia

d. Kelainan atau malformasi kongenital

2. Pada bayi cukup bulan

a. Sindrom Aspirasi Mekonium

b. Pneumonia

16

Page 20: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

c. Asidosis

d. Kelainan atau malformasi kongenital

Paru-paruterisicairan,

seringterjadipadabayicaesarkarenadadanyatidakmengalam

ikompresiolehjalanlahirsehinggamenghambatpengeluarancairandaridalamp

aru(Prawirohardjo, 2008).

a Infeksi(Pneumonia)

b Sindroma Aspirasi

c Hipoplasia Paru

d Hipertensi pulmonal

e Kelainan kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre-

robin syndrome)

f Pleural Effusion

g Kelumpuhan saraf frenikus

h Luar traktus respiratoris

i Kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP

Manifestasi Klinis

Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat

dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan

usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.

Menurut Prawirohardjo 2008. Tanda dan gejala yang muncul

adalah sebagai berikut :

a. Takhipneu (> 60 kali/menit)

17

Page 21: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

b. Pernafasan dangkal

c. Mendengkur

d. Sianosis

e. Pucat

f. Kelelahan

g. Apneu dan pernafasan tidak teratur

h. Penurunan suhu tubuh

i. Retraksi suprasternal dan substernal

j. Pernafasan cuping hidung

Klasifikasi

Secaraklinisgangguannafasdibedakanmenjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Gangguan nafas berat

b. Gangguan nafas sedang

c. Gangguan nafas ringan

Klasifikasi Frekuensi nafas Gejala tambahan

Gangguan nafas

berat

>60 kali/ menit

<90 kali/ menit

Dengan sianosis sentral

dan tarikan dinding dada

atau merintih saat

ekspirasi

Dengan sianosis sentral

atau tarikan dinding dada

atau merintih saat

ekspirasi

18

Page 22: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Dengan atau tanpa gejala

lain dari gangguan nafas

Gangguan nafas

sedang

60-90 kali/ menit

> 90 kali/ menit

Dengan tarikan dinding

dada atau merintih saat

ekspirasi tetapi tanpa

sianosis sentral

Tanpa tarikan dinding

dada atau merintih saat

ekspirasi atau sianosis

sentral

Gangguan nafas

ringan

60-90 kali/ menit Tanpa tarikan dinding

dada atau merintih saat

ekspirasi atau sianosis

sentral

Pemeriksaan

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),

pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping

hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit

bernafas dan sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal

kemudian dengan menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan

pernapasan dalam.Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan

pernafasan dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi

kardiovaskuler (Prawirohrdjo, 2008).

Penilaian fungsi respirasi meliputi:

19

Page 23: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

1) Frekuensi nafas

Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi.

Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha

kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok,

diare, dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan

insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler

sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan

tanda memburuknya keadaan klinik (Sarwono prawiriharjo, 1997)

2) Mekanika usaha pernafasan

Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping

hidung, retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan

nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor

dan ekspansi memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha

pernafasan (Sarwono prawiriharjo, 1997).

3) Warna kulit/membran mukosa

Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat

berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba

dingin (Sarwono prawiriharjo, 1997).

Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:

a. Frekuensi jantung dan tekanan darah

Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress,

ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.

b. Kualitas nadi

20

Page 24: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui

volume dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak

teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau

tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang

memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat dan sianosis

(Sarwono prawiriharjo, 1997).

Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara:

1) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)

2) Blancing Skin Test

caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan

jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik,

biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan

menghilang 2-3 detik.

c. Perfusi pada otak dan respirasi

Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi

agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan

kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.

Penatalaksanaan

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan

untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :

1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekwat.

2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.

3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.

21

Page 25: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

4. Mempertahankan perfusi jaringan adekwat.

5. Mencegah hipotermia.

6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekwat.

Penatalaksanaan secara umum :

a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering

dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %

1. Pantau selalu tanda vital

2. Jaga patensi jalan nafas

3. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)

b. Jika bayi mengalami apneu

1. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

2. Lakukan penilaian lanjut

c. Bila terjadi kejang potong kejang

d. Segera periksa kadar gula darah

e. Pemberian nutrisi adekuat : Setelah menajemen umum, segera dilakukan

menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau

derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut

Gangguan nafas ringan

Beberapabayicukupbulan yang

mengalamigangguannapasringanpadawaktulahirtanpagejala-gejala lain

disebut “Transient Tacypnea of the Newborn”

(TTN).Terutamaterjadisetelahbedahsesar.Biasanyakondis

itersebutakanmembaikdansembuhsendiritanpapengobatan.

Meskipundemikian,

22

Page 26: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

padabeberapakasus.Gangguannapasringanmerupakantandaawaldariinfeksisist

emik.

Gangguan nafas sedang

a. Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih

sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup

b. Bayi jangan diberi minukm

c. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)

untuk terapi kemungkinan besar sepsis:

1. Suhu aksiler lebihataukurangdari39˚C

2. Air ketuban bercampur mekonium

3. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban

pecah dini (> 18 jam)

4. Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah

suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:

5. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada

perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis

6. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali

abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.

7. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2

jam

8. Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda

perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.

9. Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi O2

secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2

23

Page 27: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai

salah satu cara pemberian minum.

10. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan.

Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3

hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit

bayi dapat dipulangkan.

Gangguan nafas ringan

1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.

2. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis

lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan

nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.

3. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras

dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.

4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan

napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60

kali/menit.

Penatalaksanaan medis:

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:

1. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder

2. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan

caiaran paru.

3. Fenobarbital

4. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen

24

Page 28: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

5. Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk

pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)

Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan

dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari

sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru

sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan)

Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah

komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran

prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan

indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan

kelahiran bayi resiko tinggi, dan pada penatalaksanaan kelahiran dengan usia

kehamilan 32 minggu atau kurang dianjurkan memberi dexametason atau

betametason 48-72 jam sebelum persalinan. Pemberian glukortikoid juga

dianjurkan karana berfungsi meningkatkan perkembangan paru janin.

4. Hipotermia

Suhu bayi baru lahir dapat dikaji diberbagai tempat yaitu suhu

rectal dan axsila tetap dalam rentang 36,5-37,5 ˚C dan suhu kulit abdomen

dalam rentang 36-36,5˚C. suhu ini (rectum) biasanya sedikit lebih tinggi

yaitu 0,4˚C (Wiknjosastro H dkk, 2002).

Gejala klinis hipotermia dapat sulit di bedakan termasuk takipnea

dan peningkatan frekuensi jantung. Bayi hipotermia dalah bayi dengan

suhu badan dibawah normal yaitu hipotermia apabila suhu< 36˚C atau

kedua kaki dantang antera badingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin

25

Page 29: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang yaitu suhu 32-36˚C.bayi

mengalami hipotermi berat jika suhu<32˚C (Obstetri dan Ginekologi,

1984).

Tanda-tanda klinis hipotermi

a. Hipotermi sedang

1. Kaki terasa dingin

2. menghisap lemak

3. Tangisan lemah

4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.

b. Hipotermi Berat

1. Sama dengan hipotermi sedang

2. Pernafasn lambat, tidak teratur

3. Bunyi jantung lambat

4. Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic

c. Stadium lanjut hipotermi

1. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.

2. Bagian tubuh lainnya pucat

3. Kulit mengeras,merah dan timbul edema terutama pada punggung,

kaki, dan tangan (sklerema).

Penatalaksanaan :

a. Menjaga agar bayi tetap hangat

b. Hindari ketersingkapan bayi yang berlebihan

c. Suhu kamar min 25C

26

Page 30: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

d. Beri pakaian katun dan selimuti bayi

e. Hindari suhu terlalu panas

f. Ganti pakaian yang basah

g. Suhu air mandi 37C

Asuhan kebidanan

Asuhan kebidanan untuk perawatan bayi :

1. Ajarkan ibu tentang menghangatkan, memandikan bayi dan

memebrikan ASI. Seperti ; menyellimuti bayi, menjemurnya        dibawah

sinar matahari pagi jam 08.00-09.00, memandikan bayi        dengan air

hangat.

2. Ajari orangtua mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta

mereka mendemonstrasikannya.

27

Page 31: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain

ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.

Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah

bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan

dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan

atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah

bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat,

dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

28

Page 32: elearning.uui.ac.id · Web viewPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan dalam kesempatan ini penulis

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000.

Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta,

1998.

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998.

Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta,

1997.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Syok Hemoragika dan Syok

Septik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran.

Obstetri Patologi.Bandung:1984

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:2008

Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

29