BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap anak, dipengaruhi dan berpengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan yang paling utama adalah keluarga, bagaimana orang tua terutama ibu membimbing anaknya agar siap untuk menghadapi kehidupan di zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Disinilah kecakapan hidup seorang anak harus di bimbing dan di arahkan agar tidak menyimpang dalam norma-norma agama yang sesuai dengan Al-Qur’an, agar mampu menghasilkan generasi-generasi muda yang beriman, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga, masyarakat,dan pemerintah. Mempesiapkan generasi muslim yang tangguh merupakan harapan Al-Qur’an. Setiap muslim, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, harus berupaya mewujudkan generasi yang berkualitas dalam semua aspek kehidupan manusia. Salah satu firman Allah swt yang mengharuskan setiap umat tidak meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah tak berdaya dan tak memiliki daya saing dalam kompetisi kehidupan dapat dibaca dalam surat An-Nisa ayat 9. Selain itu pendidikan anak dapat dilihat dari moral dan tingkah lakunya sehari-hari dalam berucap ataupun 1
43
Embed
sukronfirudin52.files.wordpress.com file · Web viewPendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga, masyarakat,dan pemerintah.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap anak, dipengaruhi
dan berpengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan yang paling utama adalah
keluarga, bagaimana orang tua terutama ibu membimbing anaknya agar siap
untuk menghadapi kehidupan di zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
Disinilah kecakapan hidup seorang anak harus di bimbing dan di arahkan agar
tidak menyimpang dalam norma-norma agama yang sesuai dengan Al-Qur’an,
agar mampu menghasilkan generasi-generasi muda yang beriman, kreatif,
inovatif dan bertanggung jawab.
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi
keluarga, masyarakat,dan pemerintah. Mempesiapkan generasi muslim yang
tangguh merupakan harapan Al-Qur’an. Setiap muslim, baik sebagai individu
maupun sebagai komunitas, harus berupaya mewujudkan generasi yang
berkualitas dalam semua aspek kehidupan manusia. Salah satu firman Allah swt
yang mengharuskan setiap umat tidak meninggalkan dibelakang mereka generasi
yang lemah tak berdaya dan tak memiliki daya saing dalam kompetisi
kehidupan dapat dibaca dalam surat An-Nisa ayat 9.
Selain itu pendidikan anak dapat dilihat dari moral dan tingkah lakunya sehari-
hari dalam berucap ataupun bersikap kepada orang tua (brebakti kepada kedua
orang tua/ birul walidaini) serta karib kerabat sebagaimana tertera dalam Qs.
Al-Isra ayat 23-25 . Selain itu dalam bersikap hendaknya kita dapat membantu
sesama serta menjauhi sikap boros, sebagaimana Alloh berfirman dalam Qs. Al-
Isra’ ayat 26-28.
1
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ANAK
A. Surat Al-Isra’ ayat 23-28
Surat Al Isra’ ayat 23-28 ini menerangka tentang keterkaitan
antara dasar-dasar prilaku, etika dan kewajiban individu serta
masyarakat tentang aqidah keesaan Alloh, yang dengannya terkait
semua hubunghan pada tingkat keluarga, masyarakat dan sektor-
sektor kehidupan lainnya.
Pada ayat ini akan dipaparkan tentang beberapa diantara
perintah dan larangan Alloh yang memberi petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus.
1. Bunyi Ayat
2
2. Terjemahan
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra’ 23)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil". (Al-Isra’ 24)
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika
kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha
Pengampun bagi orang-orang yang bertobat. (Al- Isra’ 25)
3
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Al-Isra’ 26)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan
dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al-Isra’ 27)
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
ucapan yang pantas.( Al-Isra’ 28)1
3. Arti Kata
قض : Perintah
) تعبدوا ) يعبدوا ـ Menyembah : عبدا
احسنا ) (–حسن يحسن : Baik
يخفص –خفض : Rendah
يعلم –علم : Mengetahui
) بين ) او ج آواب : Orang-orang yang kembali kepada
kebaikan
) ( - تبديرا- يبدر بدر : Menghambur-hamburkan
4. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul Al-Israa ayat : 28
‘Atha’ al-khurasani memaparkan bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan beberapa orang bani Khuzainah yang suatu saat
datng meminta bantuan tunggangan untuk berperang kepada
1 Anonim ,Al-Qur’an dan terjemahnya,Diponegoro,2007,hal.284-285.
4
Rasulullah. Rasul menjawab aku tidak mempunyai tunggangan yang
akan mengangkut kalian.” Merekapun pergi dengan berlinang air mata
dan mengira bahwa Rasul marah kepada mereka.(HR.Sa’id bin
Manshur)2
5. Tafsir fi Jalalain, fi zhilalil, fi Ibnu Katsir dan Al-fatih.
023. (Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya
janganlah) lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian
menyembah selain Dia dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu
bapak kalian dengan sebaik-baiknya) yaitu dengan berbakti kepada
keduanya. (Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa adalah fa`il (atau
kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna dibaca
yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal
daripada alif lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan ah kepada keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau
uffi dan uffa; lafal ini adalah mashdar yang artinya adalah celaka dan
sial (dan janganlah kamu membentak mereka) jangan kamu menghardik
keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia)
perkataan yang baik dan sopan.3
2 Dr. Ahmad Hatta, MA. Tafsir Qur’an perkata dilengkapi dengan asbabun nuzul dan Terjemah, Maghfirah Pustaka. 2009, hal.78
3 Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, Tafsir Jalalain, Pesantren Persatuan Islam 91, 2010. ..
5
Ayat ini memerintahkan untuk mengesakan Allah dalam
menyembahnya setelah larangan berlaku syirik. Kata قضى dalam
arti ini memberikan frame pada perintah yang ada berupa penekanan,
disamping penekanan khusus atas masalah ini, yang dapat dilihat pada
kata nafi (peniadaan) dan istisnaa ‘pengecualian’, yaitu pada firman-
Nya آياه آال تعبدوا Dengan begitu tampak jelas pada ungkapan . آال
ayat ini nuansa keseriusan dan penekanan masalah tauhid didalam
kehidupan.4 Demikian pula Ubay bin Ka’ab, Ibnu Masud dan dh-
Dhahhak bin Muzahim membaca ayat tersebut dengan bacaan
اياه ووصى آال تعبدوا آال ربك “Rabbmu berwasiat agar kamu tidak
beribadah kecuali kepadanya semata”.5 Oleh karena itu Alloh
meyertakan perintaah beribadah kepada-Nya dengan perintah berbuat
baik kepada kedua orang tua, dimana ia berfirman, لوالدين وبا
Dan“ أحسانا hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya.” Maksudnya, Dia menyuruh hamba-Nya untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua, yang demikian itu seperti firman-
Nya dalam surat lain, dimana Dia berfirman “ ولوالديك أشكرلي آن
المصير Bersyukurlah“ آلى kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu (Qs.Luqman : 14.)
“... Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-
kali kamu mengatakan kepadanya suatu perkataan ‘ah’.” Maksudnya,
4 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 14, Gema Insani, 2004, Hal. 81.
5 Dr.Abdulloh bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Pustaka Imam Asy-syafi’i,2003, hal 152-153.
6
jangan engkau memperdengarkan kata-kata buruk, bahkan sampai kata
‘ah’ sekalipun itu merupakan tingkatan ucapan yang paling rendah.
Ayat ini memberikan keteduhan suasana dalam mengungkap
kesadaran nurani sang anak. penyebutn usia lanjut kedua orang tua
tentu menimbulkan rasa hormat, dan kondisi yang lemah dimasa tua,
mereka akan membawa inspirasi tersendiri disini.
“……..Maka, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka….”
Inilah awal tingkatan dalam memelihara kedua orang tua dan dengan
penuh tata krama. “….. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia”, ini merupakan sikap positif yang sangat tinggi
tingkatannya. Yakni hendaknya ucapan sang anak kepada orang
tuanya menunjukkan sikap hormat dan cinta.
“…… Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan”, sebuah ungkapan lembut yang mampu menembus
inti hati nurani. Yaitu rasa kasih saying nan penuh kelembutan.
024. (Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua) artinya
berlaku sopanlah kamu terhadap keduanya (dengan penuh kesayangan)
maksudnya, bertawadhulah kamu kepada keduanya melalui
tindakanmu dengan sikap lemah lembutmu kepada keduanya (dan
ucapkanlah, "Wahai Rabbku! Kasihanilah mereka keduanya,
sebagaimana) keduanya mengasihaniku sewaktu (mereka berdua
mendidik aku waktu kecil."). yakni diusia tuanya dan padasaat
wafatnya. Sebuah kenangan masa lalu yang penuh kelembutan, dan
7
masa kanak-kanak yang masih lemah dibawah asuhan kedua orang
tua. Kini mereka berdua (orang tua) seperti pada masa kanak-kanak
itu, perlu perhatian, dan rasa kasih sayang. Setidaknya dengan
kesediaan sang anak untuk menengadahkan doa kepada Alloh agar ia
berkenan memberikan kasih sayang-Nya kepada keduanya, karena
kasih sayang Alloh lebih luas dan perhatian serta perlindungan-Nya
lebih besar.
Al-Hafidz Abu Bakar al-Bazzar meriwayatkan dari Buraidah
daaribapaknya, bahwa ada seorang laki-laki sedang melakukan thawaf
sambil menggendong ibunya. Maka laki-kali itu bertanya kepada
Rosullulloh “Apakah aku sudah memenuhi hak ibuku ini?” Nabi
menjawab, “Tidak. bahkan tidak menyamai satu kalipun tarikan
nafasnya.”
Mengenai masalah birrul walidain ini telah banyak hadis yang
membahasnya, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan melalui
jalan Anas dan juga dan lainya, bahwasannhya Rosululloh SAW
pernah menaiki mimbar kemudian mengucap :
) آمين , آمين آتا : : ) )آمين ل قا ؟ امنت عالما الله رسول يا قيل
: فلم عنده ذكرت رجل انف رغم د محم يأ فقال جبريل نى
: , : , عليه دخل رجل انف رغم قال ثم آمين قل عليك يصل
, : : , آمين فقلت آمين قل له يغفر فلم خرج ثم ن رمضا شهر
: يدحله فلم احدهما آو والديه ادرك رجل انف رغم قال ثم
) : , آمين , : فقلت آمين قل الجنة
8
Amin. amin.amin. “ Lalu ditanyakan ‘Ya Rosullalloh, apa yang
engkau aminkan tadi? beliau menjawab : ‘Aku telah didatangi Jibril ,
lalu ia berkata : ‘Sungguh hina orang yang (namamu disebut
disisinya), namun ia tidak bersholawat kepadamu. Maka ucapkanlah
ammin. ‘Maka aku mengucapkan ammiin. kemudia ia berkata lagi :’
Sungguh hina orang yang masuk bulan Ramadhan lalu ia keluar
darinya dengan tidak mendapat ampunan. maka ucapkanlah ammiin.
‘Maka ku ucap ammiin. Selanjutnya Jibril berkata : ‘Sungguh hina
seseorang yang mendapatkan kedua atau salah satu orang tuanya,
namun (kesempatan bakti kepada) keduanya tidak memasukkannya ke
surga. Maka ucapkanlah ammiin.’ Maka ku ucapkan ammiin.
Imam Ahamad juga meriwayatkan dari Abu Hurairoh ra. yang
intinya sama dengan hadist diatas. Imam ahmad juga meriwayatkan
dari Mu’awiyah bin Jahimah as Sulami, bahwasannya Jahimah pernah
datang kepada nabi SAW. dan berkata : “Yaa Rosulalloh, aku ingin
ikut perang dan aku datang kepadamu untuk meminta saran.” Maka
beliau pun menjawab : “Apakah kamu masih mempunyai ibu?
“Ya,masih” jawabnya. Maka beliau berkata “Kalau begitu temanilah
ia karna surga itu terletak di kedua kakinya.”
025. (Rabb kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian)
apa yang terpendam di dalamnya berupa perasaan berbakti dan
menyakiti (jika kalian orang-orang yang baik) taat kepada Allah (maka
sesungguhnya Dia kepada orang-orang yang bertobat) orang-orang
yang kembali kepada Allah dengan berbuat taat kepada-Nya (Maha
9
Pengampun) terhadap apa yang telah mereka lakukan sehubungan
dengan hak-hak kedua orang tua, yaitu berupa perbuatan yang
menyakitkan lalu dengan segera mereka bertobat dan tidak akan
berbuat yang menyakitkan lagi kepada keduanya.
Penegasan ini dihadirkan disini sebelum pembicaraan tentang
tugas, kewajiban dan prinsip-prinsip moral yang lain, agar dijadikan
parameter dalam setiap ucapan dan perbuatan. Juga untuk membuka
pintu tobat dan rahmad bagi yang bersalah atau kurang dalam
melaksanaan tugas atau kewajibannya.
Sa’id bin Jubair mengatakan, yakni orang yang ersegera
mengurus kedua orang tuanya, sedangkan dalam niat dan hatinya tidak
ada keinginan untuk menyakitinya. Dalam riwayat yang lain
disebutkan: dengan demikian ia tidak menghendaki kecuali kebaikan.
Dalam hal ini Dia berfirman “Robbmu lebih mengetahui apa yang ada
dalam hatimu, jika kamu orang-orang yang baik.” Dan firman-Nya
yang artiny:”Maka sesungguhnya ia maha pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat.” Qatadah mengemukakan : “yakni bagi orang-
orang yang taat dari kalangan orang-orang yang mengerjakan shalat.”
sedangkan sebagian ulama’berkata “Awwabiin ialah orang-orang yang
mengerjakan shalat dhuha.”
Syu’bah menceritakan dari Yahya bin Sa’id bin Al-Musayyab,
mengenai firman Alloh ta’ala, ia mengatakan bahwa Awwabiin ialah
orang-orang yangberbuat dosa lalu ia bertaubat. Demikian pula yang
diriwayatkan oleh Abdurrazaq dan Mu’amar serta ‘Atha’ bin Yasar,
10
Said bin Jubair dan Mujahid mengatakan: Awwabiin ialah orang-
orang yang kembali kepada kebaikan.
026. (Dan berikanlah) kasihkanlah (kepada keluarga-keluarga yang
dekat) famili-famili terdekat (akan haknya) yaitu memuliakan mereka
dan menghubungkan silaturahmi kepada mereka (kepada orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan hartamu secara boros) yaitu
menginfakkannya bukan pada jalan ketaatan kepada Allah.
Setelah Alloh menceritakan tentang birrul waalidain, Dia
langsung menyambungnya dengan menceritakan tentang berbuat baik
kepada kaum kerabat dan tali silaturahmi.
Al-qur’an memberikan hak kepada para kerabat dekat, orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan yang wajib ditunaikan oleh
kaum yang berpunya dengan berinfak. Selain itu Al-qur’an juga
melarang menghamburkan harta (berbuat mubazir).
027. (Sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara-saudara
setan) artinya berjalan pada jalan setan (dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Rabbnya) sangat ingkar kepada nikmat-nikmat yang
dilimpahkan oleh-Nya, maka demikian pula saudara setan yaitu orang
yang pemboros.
028. (Dan jika kamu berpaling dari mereka) artinya dari orang-orang
yang telah disebutkan tadi, yaitu kaum kerabat yang dekat dan orang-
orang lain sesudahnya, dalam arti kata kamu masih belum mampu
untuk memberi mereka akan hak-haknya (untuk memperoleh rahmat
11
dari Rabbmu yang kamu harapkan) artinya kamu masih mencari rezeki
yang kamu harap-harapkan kedatangannya, kemudian setelah kamu
mendapatkannya akan memberikan sebagian daripadanya kepada
mereka (maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas) yakni
ucapan yang lemah lembut; seumpamanya kamu menjanjikan kepada
mereka akan memberi jika rezeki telah datang kepadamu. 6
Maksudnya, apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah
Alloh seperti yang tersebut dalam ayat 26 maka katakanlah kepada
mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa karena mereka
belum mendapat bantuan dari kamu. dalam hal itu kamu berusaha
untuk mendapat rizki (rahmat) dari Tuhanmu.sehingga kamu dapat
memberikan kepada mereka hak-hak mereka.7
6. Nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-Isra’ ayat 23-28
Adapun beberapa hikmah yangh dapat kita ambil dari Qs. Al-Isra’
ayat 23-28 ini diantaranya adalah :
a. Hendaknya berbakti kepada kedua orang tua
b. Supaya mengucapkan perkataan yangbaik kepada kedua
orang tua
c. Tidak berkata buruk bahkan berkata yang sedikit
menyinggung seperti “ah”
6 Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, Tafsir Jalalain, Pesantren Persatuan Islam 91, 2010. ..
7 No name, The Holy Qur’an Al Fatih, Al-Fatih Insan Media Pustaka. 2009, hal.285.
12
d. Selalu merawat kedua orang tua dengan penuh kasih sayang
saat mereka masih ada
e. Membantu ssasama baik maasyarakat sekitar ataupun kaum
kerabat
f. Tidak bersikap boros dan Mubadzir
B. Surah Al-Luqman ayat 12-19
Surah makkiyah ini merupakan salah satu contoh dari metode al-
qur’an dalam berdialog dengan hati manusia.Ia membahas tentang
permasalahan aqidah dalam jiwa orang-orang musyrikin yang telah
menyimpang dari aqidah. Permasalahan aqidah diringkas dalam masalah
pengesaan Kholiq beribadah kepada-Nya semata-mata dan mensyukuri
nikmat-nikmat-Nya. Juga meyakini kehidupan akhirat dan segala yang
terjadi didalamnya. Yaitu, hisab yang detail dan balasan yang adil dan
dalam mengikuti apa-apa yang diturunkan oleh Allah dan meninggalkan
aqidah dan adat istiadat lainnya.
Surah al-luqman ini memaparkan permasalahan ini dengan cara yang
membangkitkan pemikiran untuk mengenal metode al-qur’an yang
menakjubkan dalam berdialog dengan fitrah dan hati.
1. Bunyi Ayat
13
2. Terjemahan
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang
14
siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji".(QS.31:12)
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang besar".(QS.31:13)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(QS.31:14)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.(QS.31:15)
(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(QS.31:16)
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
15
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(QS.31:17)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.(QS.31:18)
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(QS.31:19)8
3. Arti Kata
يشكر – شكر : Bersyukur
كفر : Ingkar
غني : Kaya
benar-benar kedzaliman : ظلم
4. Asbabunnuzul Al-Lukman ayat:13 dan 15
Abdillah mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
nasehat Rasulullah kepada para sahabat tentang wasiat Lukman
kepada anaknya. Saat turun QS. 6:82, para sahabat keberatan,
mereka menghadap Rasulullah dan bertanya. “Wahai Rasul, siapa
diantara kami yang dapat membersihkan keimanan dari kedzaliman?
apa kalian telah mendengar wasiat Luqman kepada anaknya,
‘Anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena hal itu
adalah kedzaliman yang sangat besar.’(HR.Bukhari)9 8 Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh.2002.Tafsir Ibnu