PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR STUDI KUALITAS AIR PADA EKOSISTEM SUNGAI DI DESA TAPAK, KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU SEMARANG PROPOSAL Disusun oleh : Kelompok 3 AGHRE PAHLAWAN K2B 009 072 BENEDIKTUS R.I.G. K2B 009 016 FAHMI ROYAN K2B 009 041 HAYU ANINDYA A K2B 009 054 AYU WULANDARI K2B 009 036 YENI TRISNAWATI K2B 009 002 MOH ADITYA P K2B 009 034 ISTIKHANAH 26010210130066 PUNGKY NANDA P 26010210130100
50
Embed
karyatulisilmiah.com · Web viewmasukkan banyaknya ml titrasi ke dalam rumus: DO (mg/l) = c. karbondioksida (CO2) Metode yang digunakan dalam pengukuran CO2 bebas adalah mengambil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIRSTUDI KUALITAS AIR PADA EKOSISTEM SUNGAI DI DESA
Selain itu, tanah mempunyai perbedaan dalam memegang air, kemampuan ini
tergantung pada teksturnya. Tekstur tanah dapat dibahas dan dikemukakan
tentang bahan mineral seperti pasir, debu dan liat dalam susunan tanah yang
penting bagi berbagai kehidupan di muka bumi. Partikel-partikel tanah yang
dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi(partikel) tanah,
fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus.
c. Salinitas tanah
Menurut Hutabarat (1984), kadar garam yang terlalu tinggi dalam tanah
akan sangat mengganggu penyerapan hara dan lengas tanah, karena menimbulkan
tegangan lengas tanah yang berlebihan. Tegangan lengas tanah sering dinyatakan
dalam besaran pF, meningkat karena nilai osmosa larutan tanah yang bertambah
tinggi. Akibat dari peristiwa ini, pengaruh fisika, kadar garam mempunyai
pengaruh kimiawi, salah satunya adalah berhubungan dengan kadar bromium dan
sulfat.
Estuarin atau eustaria atau air payau dapat digolongkan sebagai
oligo-,meso- atau polyhalin, menurut salinitas rata-ratanya. Salinitas di tempat
tertentu berbeda-beda dalam waktu satu hari, satu minggu dan satu tahun. Kecuali
pada eustaria daerah tropika tertentu, keragaman merupakan karakteristik pokok
dan organisme yang hidup pada habitat ini harus memiliki toleransi yang tinggi
yaitu euryhalin dan eurythermal (Hutabarat, 1984).
2.2.2. Parameter kimia
a. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman air sangat berperan penting dalam kehidupan ikan.
Derajat keasaman yang cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 - 8,6.
Akan tetapi ada jenis ikan yang hidup pada daerah rawa yang mempunyai
ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat rendah
maupun tinggi yaitu 4 – 9, misalnya ikan sepat siam (Sutanto, 1994).
Menurut Nuitja dan Syafei (1997), kisaran pH suatu perairan kadang
mengalami fluktuasi atau perubahan yang cukup drastis. Hal ini kurang
menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara.
Fluktuasi atau perubahan pH yang drastis di suatu perairan dapat dicegah apabila
perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai. Suatu perairan apabila
mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan
tersebut akan memilki pH diatas netral (bersifat basa) dan dapat mencegah
terjadinya penurunan pH secara drastis.
Tanah yang produktif untuk dijadikan tambak adalah tanah yang
mempunyai pH netral sampai basa. Tanah demikian kaya akan garam dan nutrien,
yang dapat merangsang pertumbuhan klekap menjadi lebih cepat. Klekap dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kiasaran pH antara 6,5 – 7,5
karena pada kisaran demikian unsur hara dan kandungan phosfor mencapai
tingkat terbaik untuk pertumbuhan klekap (Afrianto dan Liviawati, 1991).
b. Bahan organik
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah.Bahan
organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah.Tanah yang
sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%, sedangkan tanah
yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah.Kesehatan tanah
penting untuk menyamin produktivitas pertanian.
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik
tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu fungsi fisika,fungsi
kimia dan fungsi biologi. Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan
satu dengan yang lain, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi
untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan
organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih
tanah (Isroi, 2009).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Kualitas Air ini tersaji
pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Manajemen Kualitas AirNo. Alat Ketelitian Kegunaan
1.
2.
Gelas ukur
Oven
1 ml
-
Mengukur volume air
Untuk mengeringkan sampel tanah
3. Sieve sheker - Untuk menyaring sampel
4. Tissue - Membersihkan alat
5. Stirer - Pengaduk sampel
6. Secchi disk 1 cm Mengukur kedalaman dan kecerahan air
7. Termometer 1 oC Mengukur suhu tanah dan air
8. Spuit suntik 0,1 ml Melakukan titrasi
9. Kertas label - Menandai botol sampel
10. Alumunium foil - Membungkus sampel tanah
11. Botol cuka - Tempat reagen
12. Erlenmeyer 50 ml Tempat sampel
13. Pipet tetes - Mengambil reagen
14. Alat tulis - Mencatat data
15. Meteran jahit 1 mm Mengukur secchi disk
16. Kertas Ph - Mengukur derajat keasamaan
17. Beaker glass 50 ml Tempat bahan uji
18. Refraktometer 1 ‰ Mengukur salinitas tanah dan air
19. Saringan tepung - Menyaring sampel tanah
20. Paralon - Mengambil sampel tanah
Lanjutan Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Manajemen Kualitas AirNo. Alat Ketelitian Kegunaan
21. Mortar - Menumbuk sampel tanah
22. Bola arus - Mengukur kecepatan arus air
23. Botol BOD - Mengambil sampel air
24. Porselen - Alas untuk menumbuk tanah
25. Botol aqua - Wadah sampel air
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Kualitas Air ini
tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Manajemen Kualitas AirNo. Alat Kegunaan
1. H2SO4 Pekat Reagen Pengukuran DO
2. Aquades Untuk mengencerkan larutan sampel
3. MnSO4 Reagen oksigen terlarut
4. NaOH dalam KI Reagen oksigen terlarut
5. Na2S2O3 0,025 N Sebagai titran dalam pengukuran DO
6. Indikator PP Indikator CO2
7. Na2CO3 0,045 N Sebagai titran dalam pengukuran CO2
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Amilum
Indikator MO
NA-EDTA
Chrom Black T
HCL 0,025 N
Buffer
Air sampel
Sampel tanah
Indikator dalam pengukuran DO
Indikator dalam pengukuran alkalinitas
Titran dalam pengukuran kesadahan
Indikator dalam pengukuran kesadahan
Titran dalam pengukuran alkalinitas
Meningkatan pH air
Bahan dalam pengukuran salinitas
Sebagai sampel uji
3.2. Metode
3.2.1. Penentuan lokasi sampling
Lokasi sampling ditentukan dengan melihat kondisi sekitarnya, apakah ada
indikasi terjadi gangguan air ataupun tanah oleh kegiatan di sekitarnya, seperti
keberadaan pabrik, ataupun perubahan lingkungan geogafisnya, seperti pengaruh
air laut. Kegiatan pelaksanaan praktikum sampling Manajemen Kualitas Air
dilaksanakan di Mangkang dengan 4 lokasi sampling yaitu muara, sungai, tambak
dan pantai.
3.2.2. Pengukuran parameter fisika air
a. suhu
Metode yang di lakukan dalam pengukuran suhu adalah memasukkan
termometer ke dalam perairan kemudian mendiamkan beberapa saat, kira-kira
sekitar 5 menit. membaca skala yang tertera pada termometer.
b. kecerahan dan kedalaman
Metode yang dilakukan pada pengukuran kecerahan dan kedalaman adalah
dengan memasukkan secchidisk ke dalam perairan. Secchidisk meturunkan pelan-
pelan dan mencatat kedalaman secchidisk saat terlihat jelas, samar-samar, dan
tidak terlihat. Jumlah batas samar-samar menambah batas tidak terlihat di bagi
dua merupakan tingkat kecerahan. mengukur kedalaman dengan cara menurunkan
tongkat secchidisk hingga menyentuh dasar perairan. Hasil pembacaan skala
kemudian memasukkan ke dalam rumus:
D =
Dimana: D = kedalaman kecerahan air
K1 = kedalaman secchidisk tidak terlihat
K2 = kedalaman secchidisk samar-samar
c. warna air
Metode yang di gunakan pada pengukuran warna air dari perairan yaitu
dengan melihatnya secara organoleptik.
d. bau
Mengukur bau air dengan mencium baunya secara organoleptik.
e. salinitas
Metode yang digunakan dalam pengukuran salinitas adalah menggunakan
refraktometer yang sudah dikalibrasi. Mengkalibrasi refraktometer dengan cara
membersihkan kaca prisma dengan aquades dan tissu. Meneteskan beberapa
aquades pada kaca prisma. Menutup kaca prisma hingga rapat dan tidak terdapat
gelembung. mengkalibrasi refraktometer sehingga saat dilihat, menunjukkan skala
0. Mengukur salinitas air dan meneteteskan ke prisma refraktometer yang telah
dikalibrasi. Tutup prisma dan membaca skala yang ditunjukkan pada
refraktometer.
f. muatan padatan tersuspensi
Metode yang digunakan dalam pengukuran muatan padatan tersuspensi
adalah menimbang kertas saring. Timbang sampel air dengan kertas saringan 250
µm menggunakan vacum pump. Oven sampel kemudian hingga menghasilkan
nilai konstan. Masukkan kedalam rumus :
MPT (mg/l) = ( B-A) x 1000 ml C ml
Keterangan: A (mg) = berat filer
B (mg) = berat filer + sampel setelah pemanasan
C (mg) = jumlah sampel
3.2.3. Pengukuran parameter kimia air
a. derajat keasaman (pH)
Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran derajat keasaman adalah
memasukkan kertas lakmus ke dalam air kemudian menyocokkan warna dengan
skala yang sudah ditentukan.
b. oksigen terlarut (DO)
Metode yang digunakan dalam pengukuran oksigen terlarut adalah
mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 250 ml. Menambahkan 1
ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI (alkali yodida), kemudian menutup botol
dan kocok hingga larutan mengendap. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian
menutup botol BOD, mengocok sampai larutan berwarna kuning. Memasukkan
25 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml. Melakukan titrasi dengan 0,025 N
Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda. Menambahkan 2 tetes indikator
amilum, apabilaberubah menjadi biru, titrasi melanjutkan dengan 0,025 N
Na2S2O3 hingga larutan menjadi bening (warna biru hilang). membaca skala
penurunan titrasi pada spuit suntik kemudian masukkan banyaknya ml titrasi ke
dalam rumus:
DO (mg/l) =
c. karbondioksida (CO2)
Metode yang digunakan dalam pengukuran CO2 bebas adalah mengambil
sampel air 25 ml dan memasukkan ke tabung Erlenmeyer. Menambahkan 2 tetes
(ml titran x N titran x 8 x 1000) (ml sampel)
indikator PP, apabila setelah menambahkan indikator PP warna larutan sampel
menjadi merah muda, maka karbondioksida adalah 0. Apabila tidak merah muda,
mentitrasi lagi larutan sampel dengan 0,045 N natrium karbonat (Na2CO3) hingga
berwarna merah muda. Membaca skala banyaknya penurunan titran pada spuit
suntik. Banyaknya ml titran memasukan ke dalam rumus:
CO2 (mg/l) =
d. alkalinitas
Metode yang digunakan dalam pengukuran alkalinitas adalah mengambil
sampel air 50 ml dan memasukkan ke tabung Erlenmeyer. Menambahkan 2 tetes
indikator PP bila terjadi warna merah muda melanjutkan titrasi dengan 0,025 N
HCl hingga warna merah muda hilang, mencatat jumlah HCl yang digunakan (A)
dan memasukkan ke dalam rumus. Kemudian menambahkan 1-2 tetes indikator
MO, kemudian mentitrasi dengan larutan HCl 0,025 N hingga berwarna merah
seulas. Membaca skala penurunan titran pada spuit suntik, banyaknya HCL yang
menggunakan menghitung sebagai nilai (B), memasukkan banyaknya ml titran
pada rumus:
P (parsial) =
P (total) =
e. kesadahan
Metode yang digunakan dalam pengukuran kesadahan adalah mengambil air
sampel 10 ml dan mengencerkan sampai 50 ml dengan aquadest. Mambahkan 1-2
ml larutan buffer hingga pH 10 (biasanya cukup 1 ml). Tambahkan indikator
Chrom black T, hingga warna berubah menjadi ungu violet. Titrasi mempercepat
(A+B) x N HCl x 50 x 1000 ppm ml sampel
(ml titran x N titran x 22 x 1000) (ml sampel)
A + N HCl x 50 x 1000 ppm ml sampel
dengan menggunakan Na-EDTA sampai warna berubah menjadi biru. Apabila
warna tidak berubah menjadi biru (sebelum 5 menit) ada kemungkinan indikator
sudah rusak atau air contoh perlu menambah indikator yaitu 5 g Na2S9H2O atau
3,7 g Na2S5HO dalam 100 ml aquadest. Perlu diketahui larutan ini mudah rusak
oleh udara sehingga harus menutup rapat-rapat, pemakaian indikator cukup 1 ml
per 25 ml air sampel. Setelah mengetahui jumlah Na-EDTA yang digunakan, lalu
memasukkan ke dalam rumus :
Kesadahan = A x 150 (mg/l)
Dimana: A = ml Na-EDTA
3.2.4. Pengukuran parameter biologi air
a. produktivitas primer
Metode yang digunakan dalam pengukuran produktivitas primer adalah
mengambil air sampel dengan menggunakan 2 botol BOD (gelap dan terang).
memasukkan botol tersebut dan merendam selama 4 jam. Mengambil botol
setelah 4 jam lalu mengukur oksigen terlarutnya. melakukan penghitungan PP
berdasarkan perbedaan kelarutan oksigen di botol gelap dan botol terang dengan
rumus:
PP (gC/m³/jam)=
Keterangan:
BT : botol terang
BG : botol gelap
X : waktu inkubasi
pq : 1,2
3.2.5. Pengukuran parameter fisika tanah
a. warna tanah
Menentukan warna tanah dengan mencatat warna yang ada secara
organoleptik.
b. tekstur tanah
Menentukan tekstur tanah mengikuti metoda dari Buchanan (1992). Fraksi
pasir adalah partikel-partikel yang berdiameter 0,0625 mm. Memisahkan fraksi
pasir dengan metoda penyaringan basah (Wet sieving).
1. Teknik pengambilan sampel
Mempersiapkan alat untuk mengambil sampel tanah (paralon diameter 5
cm). Memasukkan paralon sedalam 30 cm ke dalam tanah yang agak lunak.
Mengambil sampel tanah yang ada dalam paralon, kemudian mengeringkan
sampel tanah. Menganalisa sampel tanah di laboratorium.
2. Teknik lapangan
Menyiapkan papan kayu berukuran 1x1x0,1 m. Mengambil sampel tanah
dan menimbang 100 g. Melemparkan sampel tanah ke papan kayu. Menghitung
fraksi lempung (yang menempel pada papan kayu) dan fraksi pasir (yang tidak
menempel pada papan kayu) dengan timbangan.
3. Teknik laboratorium
Mengeringkan sampel tanah dengan oven sampai kering. Setelah kering,
menumbuk sampel tanah dengan mortar sampai halus. Menyaring sampel tanah
yang sudah halus dengan saringan tepung. Menimbang sampel tanah sebanyak 25
g dan memasukkan ke dalam cawan. Melakukan penyaringan basah (dengan air)
dengan saringan mesh size 53 m. Memasukkan tanah yang tersaring ke dalam
gelas ukur berisi 1 l.
Memasukkan sisa tanah yang tidak tersaring ke dalam cawan dan mengoven
sampai kering, menyaring dengan sieve shaker (penyaring bertingkat),
memasukkan sisa tanag yang lolos ke dalam gelas ukur 1 l diatas. Menimbang
tanah yang tidak tersaring pada masing-masing saringan menurut ukuran
saringannya. Berat total tiap saringan merupakan berat pasir (sand).
Masukkan ke rumus Fraksi Pasir =
Melakukan pemipetan pada tanah di dalam gelas ukur 1 l, dengan langkah-
langkah gelas ukur menggojok (membolak-balikkan). Melakukan pemipetan I
setelah 58 s, memasukkan pipet hisap sedalam 20 cm dan menghisap air sebanyak
20 ml air, kemudian memasukkan ke dalam cawan A. Melakukan pemipetan II
setelah 1 m 56 s, ke dalam pipet 10 cm dan isi pipet sebanyak 20 ml, kemudian
memasukkan ke dalam cawan B. melakukan pemipetan III setelah 7 m 44 s, ke
dalam pipet 10 cm dan isi pipet sebanyak 20 ml, kemudian memasukkan ke dalam
cawan C. melakukan pemipetan IV setelah 31 m, ke dalam pipet 10 cm dan isi
pipet sebanyak 20 ml, kemudian memasukkan ke dalam cawan D. melakukan
pemipetan V setelah 2 jam 3 m’, ke dalam pipet 10 cm dan isi pipet sebanyak 20
ml, kemudian memasukkan ke dalam cawan E. Memasukkan cawan A, B, C, D,
dan E ke dalam oven, mengoven sampai kering, kemudian menimbang. Setelah
kering masukkan kedalam rumus sebagai berikut :
Fraksi Lempung = Berat Total (g) x 100% 25
Berat Total (g) x 100% 25
Menambahkan aquades sebanyak 250 ml untuk mengencerkan tanah.
Mengaduk tanah dengan stirrer selama 30 menit. kemudian memasukkan air tanah
hasil saringan ke dalam refraktometer kemudian membaca skala salinitasnya.
3.2.6. Pengukuran parameter kimia tanah
a. derajat keasaman (pH) tanah
Metode yang digunakan dalam pengukuran pH tanah adalah mengambil
sampel tanah kering sebanyak 20 g. Memasukkan sampel tanah ke dalam gelas
beker 500 ml gelas beaker. Mengukur pH larutan tanah tersebut dengan kertas
pH.
b. bahan organik
Teknik lapangan pada pengamatan bahan organik yaitu yang pertama dengan
mengambil sampel tanah dengan menggunakan paralon diameter 5 cm dengan
cara paralon memasukkan sedalam 30 cm dalam tanah. Mengambil sampel tanah
dalam paralon dan mengeringkan dengan cara mengangin-anginkan. Menganalisa
sampel tanah di laboratorium.
Teknik laboratorium pada pengamatan bahan organik yaitu dengan cara
memasukkan sampel tanah dalam cawan kemudian mengoven sampai kering,
kemudian menggerus sampai halus dengan mortar pada mangkok porselen.
Mengambil tanah sebanyak 1 g dan masukkan dalam cawan 5 ml, kemudian
masukkan dalam mesin pengabuan (furnace) pada suhu 550o C selama 4 jam.
Mengeluarkan cawan dari mesin pengabuan kemudian memasukkan dalam
desikator selama ± 10 menit untuk menstabilkan suhu. Menimbang berat tanah
setelah mengoven (wa) dan memasukkan dalam rumus:
BO = x 100%
Keterangan:
BO = Bahan organik
Wt = Berat tanah sebelum dioven
Wa = Berat tanah setelah dioven
C = Berat cawan porselen
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Dasa-Dasar Ilmu Tanah. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/. Diakses tanggal 18 Juni 2009.
Anonim, 2009. http://dydear.multiply.com/journal/item/8/Tekstur Tanah. Diakses tanggal 18 Juni 2009.
Arifudin, R., Artati, Cholik, F. 1991. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Direktorat Jendral Perikanan Bekerja sama dengan International Development Research Center.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing . Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA.
______. 1993. Bottom, Sediment and Pond Aquaculture. Departement of Fisheries and Allied Aquaculture at Aubum University, Alabama, New York.
Cholik, et al, 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. UNFISH dan IDRC, Jakarta.
Darmawijaya, M.I. 1990. Tekstur Tanah dalam Lahan Berair di Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta.
Hawks. 1978. Od Plankton and Produktifity On the Ocean. Pergamon Press. Oxford.
Hutabarat, S. 1984. Produktivitas Perairan dan Plankton. Universiatas Diponegoro. Semarang.
________ dan Evans. 2000. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lesmana, D. S.2001.Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Nybakken, J. W. 1985. Biologi Laut Suatu Pedekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.
Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
Soedarsono, P dan Suminto. 1989. Petunjuk Identifikasi Plankton di Perairan Jepara. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sutedjo. 1991. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 1983. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Seminar Pengendalian Pencemaran. Direktorat Jenderal Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Winarno, F.G. 1986. Air untuk Industri Pangan. Gramedia, Jakarta.