KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya jualah makalah biologi laut ini dapat terselesaikan dengan baik. Demikian juga shalawat dan salam penulis sampaikan pada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kealam islamiyah. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas praktikum “Ekologi Padang Lamun dan Metode Pendataannya“ yang disimulasikan di halaman laboratorium Biologi Laut, jurusan Ilmu Kelautan (ODC) Unsyiah. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing, dan kepada kakak dan abang asisten yang telah mengarahkan penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada pihak Perpustakaan Unsyiah yang telah membantu dalam peminjaman buku-buku yang penulis perlukan. Semoga maksud dan harapan dari penulisan makalah ini menemukan sasarannya dan tak lupa penulis harapkan kritik 1
28
Embed
karyatulisilmiah.com · Web viewIndonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya jualah makalah biologi laut ini dapat terselesaikan dengan
baik. Demikian juga shalawat dan salam penulis sampaikan pada nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kealam islamiyah.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
praktikum “Ekologi Padang Lamun dan Metode Pendataannya“ yang disimulasikan
di halaman laboratorium Biologi Laut, jurusan Ilmu Kelautan (ODC) Unsyiah.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing, dan
kepada kakak dan abang asisten yang telah mengarahkan penyusunan makalah ini.
Begitu pula kepada pihak Perpustakaan Unsyiah yang telah membantu dalam
peminjaman buku-buku yang penulis perlukan.
Semoga maksud dan harapan dari penulisan makalah ini menemukan
sasarannya dan tak lupa penulis harapkan kritik dan saran-saran para pembaca guna
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
Darussalam, 3 Mei 2011
Penulis
i
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………...
iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………………… 3
BAB II DASAR TEORI …………………………………………………………….. 4
2.1 Tinjauan Pustaka ………………………………………………………… 4
BAB III METODELOGI PERCOBAAN ……………………………………………7
3.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………….... 7
3.2 Alat dan Bahan ………………………………………………………….. 7
3.3 Metode Kerja …………………………………………………………… 7
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 9
4.1 Data Hasil Pengamatan …………………………………………………. 9
4.2 Analisa Data ……………………………………………………………..10
4.3 Pembahasan ……………………………………………………………...14
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………..16
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………16
5.2 Saran ……………………………………………………………………..16
2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Kelas Vegetasi Lamun .............................................................................. 8
Tabel 4.1.1. Data Thalassia hemprichii .................................................................... 9
Tabel 4.1.2. Data Halophila spinulosa..................................................................... 9
Table 4.1.3. Data Halodule uninervis........................................................................ 9
Tabel 4.2.1 Penutupan Thalassia hemprichii ( Lokasi 1) ........................................ 10
Tabel 4.2.2 Penutupan Thalassia hemprichii ( Lokasi 2).......................................... 10
Tabel 4.2.3 Penutupan Thalassia hemprichii ( Lokasi 3 )......................................... 11
Tabel 4.2.4 Penutupan Halophila spinulosa ( Lokasi 1)........................................... 11
Tabel 4.2.5 Penutupan Halophila spinulosa ( Lokasi 2)........................................... 12
Tabel 4.2.6 Penutupan Halophila spinulosa ( Lokasi 3)........................................... 12
Tabel 4.2.7 Penutupan Halodule uninervis ( Lokasi 1 )............................................ 12
Table 4.2.8 Penutupan Halodule uninervis ( Lokasi 2 )............................................ 13
Table 4.2.9 Penutupan Halodule uninervis ( Lokasi 3 )............................................ 13
Tabel 4.2.10 Data Persentase Penutupan Lamun....................................................... 13
3
iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena
itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan
berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad–
jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang
saling berkesinambungan. Salah satunya adalah lamun.
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya
kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut
merupakan penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan,
tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau
pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan
manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun, Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang
berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah.
Dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir.
4
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Di Indonesia hanya terdapat 12 jenis lamun tergolong dalam 7 marga, ketujuh
marga lamun di Indonesia terdiri dari 3 marga dari suku Hydrocharitaceae yaitu
Enhalus, Thalassia dan Holophila, dan 4 marga dari suku Potamogetonaceae yaitu
Halodule, Cymodocea, Syringodium dan Thalassodendron.
Lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula di jumpai di
terumbu karang. Kadang-kadang ia membentuk komunitas yang lebat hingga
merupakan padang lamun (sea gress bed) yang cukup luas. Padang lamun ini
merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktivitas organiknya. Disitu hidup
bermacam-macam biota laut seperti krustacea, moluska, cacing, dan juga ikan. Ada
yang hidup menetap di padang lamun ini ada pula sebagai pengunjung yang setia.
Beberapa jenis ikan misalnya berkunjung ke padang lamun untuk mencari makan atau
untuk memijah. Beberapa jenis biota laut yang mempunyai nilai niaga menggunakan
daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan, antara lain ikan beronang.
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen
abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan
saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini
secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan
pada salah satu dari komponen-komponen tersebut maka akan menyebabkan
perubahan pada komponen lainnya. Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi
keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam
keseimbangannya.
Meskipun padang lamun merupakan ekosistem yang penting, namun pemanfaatan
langsung tumbuhan lamun untuk kebutuhan manusia tidak banyak di lakukan.
5
Beberapa jenis padang lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan. Padang
lamun juga dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan
gelombang, hingga menyebabkan perairan sekitarnya menjadi lebih tenang. Dengan
demikian ia bertindak sebagai penangkap sedimen, sebagai pelindung pantai, dan
mencegah terjadinya erosi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain agar mahasiswa dapat mengenali
dan membedakan jenis-jenis lamun, melakukan pengambilan data lamun, dan
melakukan pengolahan analisa data lamun.
6
BAB IIDASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari
rhizome, daun dan akar sejati. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan
merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh
batang pendek yang tegak lurus ke atas, berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh
pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.
Sebagian besar lamun berumah dua artinya dalam satu tumbuhan hanya ada bunga
jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakannya bersifat khas karena mampu
melakukan penyerbukan di dalam air (Hydrophilous polination). Buahnya pun
terendam di dalam air ( Anugerah,2002 ).
Lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula di jumpai di
terumbu karang. Kadang-kadang ia membentuk komunitas yang lebat hingga
merupakan padang lamun (sea gress bed) yang cukup luas. Padang lamun ini
merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktivitas organiknya. Disitu hidup
bermacam-macam biota laut seperti krustacea, moluska, cacing, dan juga ikan. Ada
yang hidup menetap di padang lamun ini ada pula sebagai pengunjung yang setia.
7
Beberapa jenis ikan misalnya berkunjung ke padang lamun untuk mencari makan atau
untuk memijah. Beberapa jenis biota laut yang mempunyai nilai niaga menggunakan
daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan, antara lain ikan beronang
( Sukardjo,1984 ).
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah
padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu
area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat
atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari
komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat
tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai
di terumbu karang. Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat
khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang
( Nybakken,1988 ).
Klasifikasi Lamun. Tanaman lamun memilki bunga, berpolinasi, menghasilkan
buah dan menyebarkan bibit seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah
berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan. Selain itu, generadi daerah tropis memiliki
morfologi dan anatomi. Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara
utuh memiliki perkembangan system parakaran dan rhizome yang baik. Pada system
klasifikasi, lamun berada pada Sub kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae.
Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada diperairan Indonesia yaitu
Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Family Hydrocharitaceae dominan merupakan
lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang
tumbuh di laut ( Azkab,1999 ).
Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan
termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan
8
akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan
reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi
reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi
di bawah air ( Raharjo,1996 ).
Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkat keseragaman yang
tinggi, hamper semua genera memiliki rhizoma yang sudah berkembang dengan
baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau berbentuk sangat panjang seperti
ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila memiliki bentuk lonjong. Berbagai
bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaan ekologik lamun
( Sukarno,1983 ).
9
BAB IIIMETODELOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini kami laksanakan pada tanggal 27 April 2011 pukul 14.00 dan
selesai pada pukul 16.00, disimulasikan dihalaman laboratorium biologi laut, jurusan
Ilmu Kelautan (ODC) .
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada praktikum simulasi
pengambilan data habitat dasar ekosisrem terumbu karang adalah sebagai berikut ini :
Transek kuadrat 1 m x 1 m
Lapangan / padang lamun
Alat tulis dan lembar data
3.3 Metode Kerja
Untuk melakukan pengamatan ekologi padang lamun dan metode
pendataannya dengan menggunakan transek kuadrat. Berikut ini adalah cara kerja
yang dilakukan :
10
Dibentangkan transek garis sepanjang 10 meter. Pada tiap bentangan transek
garis ( meteran ) dibuat plot pengamatan ( transek kuadrat 1 m x 1 m ).
Nb : plot pengamatan ditentukan oleh asisten masing-masinh kelompok.
Disetiap plot pengamatan ( transek 1 m x 1 m ) dibagi menjadi 25 bagian
yang harus diamati secara terpisah. Pengamatan dilakukan pada tiap bagian
transek kuadrat.
Diamati dan catat penutupan setiap spesies vegetasi lamun yang terdapat
dalam plot pengamatan, sesuai dengan kelas yang ditentukan berikut.
Tabel 3.3 Kelas Vegetasi Lamun
Kelas ( i ) Proporsi substrat yang
tertutupi
% substrat yang
tertutupi
Nilai tengah ( M
)
5 1/2 - seluruhnya 50 – 100 75
4 1/4 - ½ 25 – 50 37,5
3 1/8 - ¼ 12,5 – 25 18,75
2 1/16 - 1/8 6,25 – 12,5 9,38
1 Kurang dari 1/16 <6,25 3,13
0 Kosong 0 0
Diperkirakan penutupan vegetasi tiap jenis lamun yang terdapat dalam sub-
plot pengamatan.
Rumus untuk menghitung penutup vegetasi lamun ( C ) :
C ¿∑ (Mi x fi)
∑ f
11
Keterangan : C = nilai penutupan lamun
Mi = nilai tengah kelas penutupan ke-i
Fi = frekuensi munculnya kelas penutupan ke-i
∑ f = jumlah total frekuensi seluruh penutupan kelas
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan yang didapat dari praktikum yang kami lakukan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Data Thalassia hemprichii
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Tabel 4.1.2. Data Halophila spinulosa
12
5 5 5 5 55 5 5 5 55 5 5 3 55 4 4 5 55 5 5 5 5
5 5 5 5 55 3 5 5 55 5 5 5 55 4 4 5 54 5 5 5 5
5 5 5 5 45 5 5 5 55 5 5 5 55 5 5 3 55 5 5 4 5
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Table 4.1.3. Data Halodule uninervis
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
4.2 Analisa DataPenutupan Thalassia hemprichii
Tabel 4.2.1 Penutupan Thalassia hemprichii ( Lokasi 1) Kelas Nilai tengah (M) Frekuensi (f) Mi x f