FAKTOR-FAKTOR PERILAKU MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta WAHYUDI HARMOKO 20100320039 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
44
Embed
thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34730.docx · Web viewDari penelitian di atas menunjukkan tingkat pengetahuan anak yang baik, tetapi ada juga beberapa anak yang mempunyai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR PERILAKU MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
WAHYUDI HARMOKO
20100320039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
FAKTOR-FAKTOR PERILAKU MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama : Wahyudi Harmoko
No Mahasiswa : 20100320039
Judul : Faktor-Faktor Perilaku Merokok Pada Anak Usia
Sekolah
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang
bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing
sebagai co-author.
Demikian harap maklum
Yogyakarta, 2 Juli 2014
Pembimbing Mahasiswa
Falasifah Ani Yuniarti,S.Kep,. Ns, MAN,.HNC Wahyudi Harmoko
*) Coret yang tidak perlu
Wahyudi Harmoko (2014). Faktor-Faktor Perilaku Merokok Pada Anak Usia
Sekolah.
Pembimbing: Falasifah Ani Yuniarti,S.Kep,. Ns, MAN,.HNC
INTISARI
Latar belakang Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan hingga saat ini di Indonesia. Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia tahun 2011, menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi dibandingkan negara lain yang melaksanakan GATS. Rokok telah dikonsumsi oleh anak dengan usia yang masih dini. Data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia menunjukkan selama tahun 2008 hingga 2012 jumlah perokok anak dibawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang,
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor perilaku merokok pada anak usia sekolah dasar.
Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra dan putri kelas V di Unit Pelayanan Teknik Pelayanan Pendidikan Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta. Jumlah responden dalam penelitian ini 101 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
Hasil Faktor pengetahuan tentang rokok rata-rata siswa dapat menjawab dengan benar sejumlah 93,76%. Faktor orangtua menjadi penyebab pada 16,93% anak. Faktor teman menyebabkan merokok sebesar 36,87% anak. Faktor kepribadian menyebabkan 15,35% anak merokok. Sedangkan faktor iklan sebesar 7,56%. Dari ke lima faktor di atas faktor teman menjadi penyebab paling besar dibandingkan dengan faktor lainnya yaitu sebesar 36,87% anak. Sehingga gambaran di atas menunjukkan perilaku anak merokok terbentuk dari faktor teman.
Kata kunci : rokok, anak usia sekolah, perokok dini
Wahyudi Harmoko (2014). The Factors That Affecting Smoking Behavior In
School Age
Advisers: Falasifah Ani Yuniarti,S.Kep,. Ns, MAN,.HNC
ABSTRACT
Background Smoking is the difficult problem that unsolved until now in Indonesia. The results of the Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia in 2011, showed that Indonesia occupied the first position with the highest prevalence of active smokers compared to other countries that implement GATS. Smoking has been consumed by children with early age. Data from the Indonesian National Commission for Child Protection shows during 2008 to 2012 the number of smokers children under the age of 10 years in Indonesia reached 239,000 people.
Objective this study to know the factors of smoking behavior in children of primary school age.
Method This study used a descriptive design with cross sectional approach. The population in this study were male and female students in grade V Unit Pelayanan Teknik Pelayanan Pendidikan Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta. The number of respondents in this study 101 people. Sampling using total sampling. Instrument used was an enclosed questionnaire.
Result Factors of knowledge about smoking an average student can answer correctly is 93.76%. Parental factor cause in 16.93% of children. Friends caused smoking for 36.87% of the children. Personality factors causing 15.35% of children. While the advertising factor is 7.56%. From five factors above, friends is the greatest factor that cause smoking behavior compared with other factors is 36,87% children. So an overview above shows that smoking behavior of the children formed from friends
Keywords : cigarettes, school-age children, young smokers
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
pengkonsumsi rokok terbesar di dunia setelah China dan India, yakni 27,6%
atau satu diantaranya dari empat orang dari penduduk Indonesia adalah
seorang perokok (WHO, 2008). Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh
Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia pada tahun 2011,
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi
perokok aktif tertinggi dibandingkan dengan negara-negara lain yang
melaksanakan GATS (16 low dan middle income countries) (Depkes RI,
2012).
Rokok tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa, tetapi juga telah
dikonsumsi oleh anak dengan usia yang masih dini. Data dari Komisi Nasional
Perlindungan Anak Indonesia menunjukkan selama tahun 2008 hingga 2012
jumlah perokok anak dibawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000
orang, sedangkan jumlah perokok anak usia 10 hingga 14 tahun mencapai 1,2
juta orang (Komnaspa, 2011).
Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja.
Secara umum menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari
lingkungan dan individu. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor
dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Green, 1974, cit.,
Notoadmojo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang (termasuk perilaku
merokok), dipengaruhi oleh faktor pendahulu (predisposing) yang meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai, serta faktor
1
pemungkin (enabling) yang meliputi ketersediaan sumber-sumber/fasilitas,
dan faktor penguat/pendorong (reinforcing) yang meliputi sikap dan perilaku
orang-orang disekitarnya (Notoadmodjo, 2007).
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif
non-eksperimental atau deskriptif dengan pendekatan desain penelitian cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampel sebanyak
101 orang siswa/i. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner tertutup. Peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subyek
untuk menjawab pertanyaan secara tertulis.
C. HASIL dan PEMBAHASAN
1. Gambaran Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan sekolah
Responden dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V
yang pernah merokok di 8 Sekolah Dasar. Karakteristik responden
siswa kelas V yang pernah merokok berdasarkan sekolah siswa
berasal dari SD A sebanyak 15 orang (14,85%), SD B sebanyak 19
orang (18,81%), SD C sebanyak 12 orang (11,88%), SD D sebanyak
10 orang (9,90%), SD E sebanyak 13 orang (12,87%), SD F
sebanyak 17 orang (16,83%), SD G sebanyak 12 orang (11,88%),
dan SD H sebanyak 3 orang (2,97%).
2
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
siswa penelitian ini. Responden siswa kelas V yang pernah merokok
dengan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 96 orang (95,05%)
dan perempuan sebanyak 5 orang (4,95%).
c. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia siswa
Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia siswa
penelitian ini. Responden siswa kelas V yang pernah merokok paling
banyak pada usia 11 tahun sebanyak 62 orang (61,40%), dan paling
sedikit pada usia 14 tahun sebanyak 1 orang (1,00%).
d. Gambaran karakteristik responden berdasarkan kelas siswa
mulai merokok
Gambaran karakteristik responden berdasarkan kelas siswa
mulai merokok penelitian ini. Responden siswa kelas V yang pernah
merokok mulai merokok di kelas TK sebanyak 5 orang (5,00%),
kelas 1 sebanyak 9 orang (8,90%), kelas 2 sebanyak 7 orang
(6,90%), kelas 3 sebanyak 34 orang (33,70%), kelas 4 sebanyak 35
orang (34,70%), dan kelas 5 sebanyak 11 orang (10,90%).
Dari hasil karakteristik responden di atas dapat dijalaskan
bahwa sebagian besar anak memulai merokok pada saat mereka
duduk di kelas 3-4 SD. Sebagian anak mulai mencoba merokok saat
masih duduk di bangku TK. Hal ini sangat memprihatinkan karena
masa SD adalah masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini
3
tentu saja sangat berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan
anak. Hasil di atas tidak jauh berbeda dari penelitian oleh Rika
(2009) yang menyebutkan bahwa 48,7% siswa SMU di Medan
kebiasaan memulai merokok pada saat masih duduk di bangku SD.
Desmita (2005) menerangkan bahwa masa sekolah dasar merupakan
masa anak mulai membangun relasi yang banyak dengan teman
sebaya, keluarga, dan sekolah. Hal ini bukan saja pada masa ini anak
mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan, namun siswa juga dalam
taraf perkembangan fisik dan psikis. Sehingga ketika anak
mendapatkan pengaruh dari pengetahuan, orangtua, teman, ataupun
iklan tentang merokok anak akan penasaran untuk mencoba ingin
tahu rasanya merokok, dan ketika anak sudah mencoba dan
merasakan akan merasa ketagihan dan ingin merokok terus-menerus.
Di bawah ini secara jelas deskripsi hasil penelitian faktor-faktor
perilaku merokok pada anak usia sekolah dideskripsikan mengenai
masing-masing faktor. Adapun penjabaran faktor perilaku merokok
berdasarkan masing-masing faktor adalah sebagai berikut:
a. Faktor Pengetahuan
Jumlah jawaban benar mengenai faktor pengetahuan
dijelaskan dalam tabel berikut.
4
Tabel 1Faktor pengetahuan pada anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014
N=101No Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %1 Rokok bisa menjadikan perokok
menjadi lebih pintar.0 0 101 100
2 Rokok mengandung nikotin, tar (zat yang bersifat lengket dan menempel di paru-paru) dan karbon monoksida (CO).
101 100 0 0
3 Semua zat yang terdapat dalam rokok adalah zat yang dapat mengganggu kesehatan.
94 93,10 7 6,9
4 Merokok bisa mengakibatkan gangguan kehamilan
100 99,00 1 1,0
5 Merokok bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung.
100 99,00 1 1,0
6 Gigi perokok berwarna lebih kuning dibandingkan dengan yang tidak merokok.
95 94,10 6 5,9
7 Rokok bisa menjadikan perokok menjadi lebih pintar.
3 3,0 98 97,00
8 Merokok bisa meningkatkan kekebalan daya tahan tubuh perokok.
89 12 88,10 101
9 Orang yang tidak merokok tetapi ikut menghirup asap rokok disebut perokok pasif.
89 12 88,10 101
10 Orang yang menghisap asap rokok lebih berbahaya dari pada yang merokok.
80 21 79,20 101
Sumber: Data Primer
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, 10 item pernyataan
mengenai pengetahuan tentang rokok rata-rata siswa dapat menjawab
dengan benar sejumlah 93,76%. Prosentase tertinggi terdapat pada item
5
tes nomor 1 dan 2 dengan jumlah siswa yang menjawab benar sebesar
101 siswa (100%) dengan pernyataan ”Rokok bisa menjadikan perokok
menjadi lebih pintar” dan ”Rokok mengandung nikotin, tar (zat yang
bersifat lengket dan menempel di paru-paru) dan karbon monoksida
(CO).” Sedangkan prosentase siswa terendah terdapat pada item tes
nomor 10 dengan Jawaban 80 siswa (79,20%) dengan pernyataan ”
Orang yang menghisap asap rokok lebih berbahaya dari pada yang
merokok”. Anak usia sekolah dasar kelas V sudah sering melihat dan
membaca larangan untuk merokok dan apa saja bahaya bagi perokok
yang terdapat di bungkus rokok maupun di papan iklan yang banyak
terdapat dijalan sehingga anak mempunyai rasa takut ketika ingin
merokok. Dengan demikian pengetahuan anak tentang merokok sudah
baik, hal ini dibuktikan dengan rata-rata anak menjawab benar sebesar
93,76.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pengetahuan anak
tentang rokok sudah baik, sehingga perilaku anak tidak merokok.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang kurang
tentang rokok akan menyebabkan seseorang gampang terpengaruh dan
ingin mencoba untuk merokok. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Novi (2013) bahwa dari 57 responden yang diteliti ditemukan mayoritas
siswa memiliki pengetahuan kurang tentang rokok, yaitu sebanyak 37
responden (64,9%).
6
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2010) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence
Green sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menentukan faktor predisposisi, termasuk
diantaranya adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam
Notoatmodjo (2010) menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah
satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku. Dalam hal
merokok, dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
yang baik terkait rokok cenderung untuk tidak merokok, sebaliknya
responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang merokok
cenderung berperilaku merokok. Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Amelia Adisti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku merokok terutama pada remaja. Dari
penelitian di atas menunjukkan tingkat pengetahuan anak yang baik,
tetapi ada juga beberapa anak yang mempunyai perilaku merokok
terbentuk dari beberapa faktor, yakni orangtua, teman, kepribadian, dan
iklan yang beredar di masyarakat.
a. Faktor Orangtua
Faktor-faktor perilaku merokok pada anak usia sekolah
ditinjau dari faktor orangtua dijabarkan dalam 7 item tes sebagai
berikut:
7
Tabel 2Faktor orangtua pada anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014
N=101No Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %11 Saya melihat orang tua/keluarga
saya merokok67 66,30 34 33,70
12 Orang tua saya melarang saya merokok
95 94,10 6 5,90
13 Orang tua tidak peduli saya merokok
10 9,90 91 90,10
14 Saya sering melihat orang tua saya bertengkar
24 23,70 77 76,20
15 Saya tidak dapat perhatian dari orang tua saya
5 5,00 96 95,00
16 Masalah di dalam keluarga mendorong saya untuk merokok
1 0,90 100 99,00
17 Saya mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua saya
94 93,10 7 6,90
Sumber: Data Primer
Faktor orangtua terdiri dari 7 item pernyataan mengenai faktor
orangtua memiliki rata-rata 16,93%. Prosentase terdapat pada item tes
nomor 11 sebesar 67 siswa (66,33%) dengan pernyataan ”Saya melihat
orang tua/keluarga saya merokok”. Sedangkan prosentase siswa terendah
terdapat pada item tes nomor 16 dengan prosentase 1 siswa (0,99%)
dengan pernyataan ”Masalah di dalam keluarga mendorong saya untuk
merokok”. Dari prosentase tertinggi yang didapat bahwa anak sekolah
dasar melihat keluarga/orang tua mereka merokok sehingga anak
penasaran dan ingin mencoba mengikuti apa yang mereka lihat. Dari
8
faktor orangtua, menunjukkan bahwa sebanyak 16,93% perilaku
merokok anak terbentuk dari faktor orangtua.
Dari faktor orangtua memiliki rata-rata 16,93%. Hal ini berarti
faktor orangtua membentuk anak berperilaku merokok sebesar 16,93%.
Hal ini jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maziyatul,
2012) yang menyatakan sebanyak 51,5% perilaku merokok dipengaruhi
oleh orangtua. Aliyah (2011) menyebutkan bahwa orangtua perokok akan
berpengaruh dalam mendorong anak untuk menjadi perokok di usia
remaja. Secara psikologis, toleransi orangtua terhadap asap rokok di
rumah akan membentuk skor bagi anak bahwa merokok adalah hal yang
boleh-boleh saja dilakukan, dan bebas untuk merokok karena tidak ada
sangsi moral yang diberikan oleh orangtua.
Orang tua merupakan pendidikan pertama yang bersifat alamiah,
dan fungsi orangtua memelihara, merawat dan melindungi anak-anak
dalam proses spesialisasinya agar anak mampu mengendalikan diri dan
berjiwa social (Gofarudin, 2011). Jadi, peran orangtua di sini adalah
mendidik dan melindungi anak dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada
di lingkungannya, termasuk dalam penelitian ini adalah perilaku merokok
yang dapat terbentuk dari pergaulan dengan teman, lingkungan, dan iklan
yang beredar di masyarakat.
b. Faktor Teman
Faktor-faktor perilaku merokok pada anak usia sekolah
dilihat dari faktor teman dijabarkan dalam 4 item tes sebagai berikut:
9
Tabel 3Faktor teman pada anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014.
N=101No Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %18 Saya merokok karena teman saya
merokok47 46,50 54 53,50
19 Teman saya yang mengajak saya merokok pertama kali
63 62,40 38 37,60
20 Jika tidak merokok maka saya akan dijauhi oleh teman saya
13 12,90 88 87,10
21 Saya merasa tidak enak jika menolak ajakan teman untuk merokok
26 25,70 75 74,30
Sumber: Data Primer
Faktor teman terdiri dari 4 item pernyataan mengenai faktor
teman memiliki rata-rata 36,87%. Prosentase terdapat pada item tes
nomor 19 sebesar 63 siswa (62,40%) dengan pernyataan ”Teman saya
yang mengajak saya merokok pertama kali”. Sedangkan prosentase siswa
terendah terdapat pada item tes nomor 20 dengan Jawaban 13 siswa
(12,90%) dengan pernyataan ” Jika tidak merokok maka saya akan
dijauhi oleh teman saya”. Anak sekolah dasar masih sering berkumpul
dengan teman sebaya mereka, dimana jika teman ada yang merokok
maka akan mengajak teman lainnya untuk merokok agar bisa lebih
diterima dikalangan teman yang lain maka anak mencoba merokok
karena diajak oleh teman yang sudah merokok. Maka faktor teman,
menunjukkan bahwa sebanyak 36,87% perilaku merokok anak terbentuk
dari faktor teman.
10
Teman menjadi faktor yang paling besar dalam membentuk
perilaku merokok pada anak, hal ini disebabkan karena sebagian besar
anak bergaul sehari-harinya dengan temannya sehingga perilaku,
kebiasaan anak terbentuk dari keseharian dengan temannya. Bagi anak
yang sedang mencari kelompok temannya apabila bergabung dengan
kelompok anak yang sudah merokok, maka kemungkinan anak tersebut
akan mengikuti temannya untuk merokok. Sesuai dengan pendapat
Endrawanch (2009), menyatakan bahwa melalui hubungan teman sebaya,
anak belajar mengambil keputusan sendiri dan melakukan segala hal
dengan mandiri seraya mempelajari pola perilaku yang diterima dan
dilakukan oleh teman atau kelompoknya. Hal ini dilakukan agar
mendapat pengakuan dan penerimaan dari teman atau kelompok tersebut.
Kelompok teman sebaya merupakan hal yang penting bagi remaja
sehingga mereka cenderung mengikuti perilaku yang diterima oleh
kelompoknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang terjadi,
pertama siswa sekolah tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman siswa sekolah tersebut dipengaruhi oleh diri siswa
sekolah tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Di
antara perokok terdapat 87% sekurang-kurangnya mempunyai satu atau
lebih sahabat yang merokok (Widianti, 2009).
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terdapat 36,87%
anak menggambarkan bahwa perilaku anak merokok terbentuk dari
temannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2012) mengungkapkan
11
bahwa hal yang mempengaruhi perilaku merokok paling besar adalah
teman satu kelompok yang merokok. Anak terjebak dalam perilaku
merokok agar memperoleh keuntungan psikososial antara lain agar
diterima dalam lingkungan sebaya, ingin terlihat lebih dewasa dan
merasa lebih nyaman. Sesuai pendapat Nainggolan, 1998 cit Fuadah
(2012), seseorang mulai merokok karena pengaruh dari teman. Hal ini
karena untuk iseng, agar terlihat tenang pada saat berpacaran, berani
ambil resiko, karena bosan dan ridak ada yang sedang dilakukan, dan
kelihatan seperti orang dewasa. Perilaku merokok itu juga dapat
disebabkan oleh syarat bagi kelompoknya, jika merokok baru diterima
dalam kelompok teman barunya tersebut. Jika dibandingkan dengan
faktor yang lain, faktor teman ini lebih besar pengaruhnya. Ini berarti
teman memiliki pengaruh yang kuat bagi pembentukan perilaku dan
karakter anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Karamhamzal (2010)
menunjukkan bahwa dari 15 responden yang merokok, sebagian besar
responden berperilaku merokok karena pengaruh pergaulan atau
temannya yaitu sebanyak 11 orang (73,3%). Berdasarkan penelitian ini
diketahui sebagian besar responden mengenal atau memiliki kebisaan
merokok karena pengaruh teman-teman. Hal ini karena remaja memiliki
hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya, dorongan sosial
dari lingkungan yang mendesak remaja untuk merokok atau kalu tidak
merokok dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya. Selain itu,
12
dari 15 responden yang memiliki kebiasaan merokok terdapat responden
yang memperoleh rokok dari pemberian teman.
Usia anak sekolah dasar (SD) adalah usia yang sangat labil untuk
meniru lingkungannya. Sebagian besar alasan anak-anak mulai mencoba
merokok adalah coba-coba dan sebagian kecil karena dipaksa teman. Hal
tersebut menunjukkan motivasi merokok pada anak umumnya karena
adanya dorongan dari rasa ingin tahu, adanya persepsi positif tentang
rokok dan pengaruh teman. Teman berperan penting dalam
perkembangan anak. Sebuah penilitian di India tahun 2007 pada pelajar
usia 10-19 tahun menunjukan bahwa 61,69% seorang anak merokok
karena pengaruh teman, 11,03% karena pengaruh orangtua, dan 7,79%
karena pengaruh saudara.
a. Faktor Kepribadian
Faktor-faktor perilaku merokok pada anak usia sekolah
dilihat dari faktor kepribadian dijabarkan dalam 6 item tes sebagai
berikut:
Tabel 4Faktor kepribadian pada anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014.
N=101No Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %
22 Saya merokok karena ingin tahu rasa rokok
51 50,50 50 49,50
23 Saya merasa tenang ketika merokok 11 10,90 90 89,10
24 Saya merokok ketika marah 10 9,90 91 90,10
25 Saya merasa lebih percaya diri ketika merokok
10 9,90 91 90,10
13
Tabel LanjutanNo Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %26 Saya merokok untuk
menghilangkan stress4 4,00 97 96,00
27 Merokok sudah menjadi kebiasaan saya
7 6,90 94 93,10
Sumber: Data Primer
Dalam pernyataan faktor kepribadian terdiri dari 6 item
pernyataan mengenai faktor kepribadian memiliki rata-rata 15,35%.
Prosentase terdapat pada item tes nomor 22 sebesar 51 siswa (50,50%)
dengan pernyataan ”Saya merokok karena ingin tahu rasa rokok”.
Sedangkan prosentase siswa terendah terdapat pada item tes nomor 26
dengan prosentase 4 siswa (4,00%) dengan pernyataan ” Saya merokok
untuk menghilangkan stress”. Kepribadian anak usia sekolah masih
sangat mudah terpengaruh dengan hal yang negatif salah satunya dengan
merokok, dimana anak banyak yang merokok karena ingin tahu rasa
rokok ini berarti anak rasa ingin tahunya sangat besar dan banyak juga
jika ada permasalahan pada anak mereka melampiaskannya dengan
menghisap rokok sehingga jika tidak diberi pemahaman yang baik
nantinya anak akan bertindak dan mencoba hal-hal yang buruk. Dari
prosentase siswa yang menjawab anak merokok karena ingin tahu rasa
rokok yang tinggi Maka faktor kepribadian, menunjukkan bahwa
sebanyak 15,35% perilaku merokok anak terbentuk dari faktor
kepribadian.
14
Yusuf dan Juntika (2007) mengemukakan bahwa kepribadian
merupakan kualitas total individu dan gambaran total tentang tingkah
laku individu yang terorganisasi. Lebih lanjut Derlega dkk (2005)
kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/stabil mengenai karakter
internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam
pikiran, perasaan dan tingkah laku. Jadi, kepribadian anak dapat
terbentuk dari pengaruh orangtua, lingkungan, dan teman sebaya. Dalam
hal ini perilaku merokok terbentuk dari kepribadian anak yang kurang
stabil dalam menyikapi tentang rokok. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Maziyyatul (2012) menunjukkan sebanyak 51% anak
dikarenakan dari faktor kepribadian, orang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan
kebosanan. Secara kepribadian, kondisi mental yang sedang menurun
seperti stress, gelisah, takut, kecewa, dan putus asa sering mendorong
orang untuk menghisap asap rokok.
a. Faktor Iklan
Faktor-faktor perilaku merokok pada anak usia sekolah
dilihat dari faktor iklan dijabarkan dalam 3 item tes sebagai berikut:
Tabel 5Faktor iklan pada anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014.
N=101No Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %28 Setelah melihat iklan rokok, saya
ingin merokok7 6,90 94 93,10
15
Tabel LanjutanNo Pernyataan Jawaban
Iya % Tidak %29 Iklan rokok mencitrakan hal yang
positif seperti gagah, kuat, dan mengasyikkan.
7 6,90 94 93,10
30 Iklan rokok mempengaruhi saya untuk merokok
9 8,90 92 91,10
Sumber: Data Primer
Pernyataan terakhir adalah mengenai faktor iklan. Faktor iklan
terdiri dari 3 item pernyataan mengenai faktor iklan memiliki rata-rata
7,56%. Prosentase terdapat pada item tes nomor 30 sebesar 9 siswa
(8,90%) dengan pernyataan ”Iklan rokok mempengaruhi saya untuk
merokok”. Sedangkan prosentase siswa terendah terdapat pada item tes
nomor 28 dan 29 dengan Jawaban 7 siswa (6,90%) dengan pernyataan
”Setelah melihat iklan rokok, saya ingin merokok” dan ” Iklan rokok
mencitrakan hal yang positif seperti gagah, kuat, dan mengasyikkan.”
tidak sedikit anak sering melihat iklan dimana salah satunya iklan rokok
yang banyak melihatkan hal-hal yang mencitrakan bahwa dengan
merokok bisa jauh lebih hebat, hal ini mengakibatkan anak sekolah dasar
menghisap rokok karena sering melihat iklan rokok. Pada saat melakukan
perbincangan dengan siswa, diketahui bahwa sebagian anak yang
merokok membenci iklan rokok, karena iklan yang ditampilkan berbeda
dengan kenyataan bahwa rokok tidak enak. Maka faktor iklan,
menunjukkan bahwa sebanyak 7,56% perilaku merokok anak terbentuk
dari faktor iklan.
16
Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat menarik para konsumen atau khalayak secara sukarela
terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang
diinginkan pengiklan. Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik
dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu penonton tentang
produk rokok. Penggambaran tokoh serta adegan-adegan menantang
dalam iklan membuat masyarakat menirunya. Iklan-iklan yang ada
merangsang mereka untuk merokok dengan bujukan yang berbeda.
Meskipun dalam iklan rokok tidak digambarkan orang akan tetapi
adegan-adegan yang identik dengan keperkasaan atau kebebasan
mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok (Mu’tadin, 2002).
Sejalan dengan Embriana (2002) menunjukkan bahwa 48,9% anak
merokok karena faktor iklan. Penelitian Maziyyatul (2012) menyatakan
bahwa 56,1 % anak merokok dikarenakan pengaruh iklan yang beredar di
masyarakat.
Berdasarkan analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
gambaran sebagian besar anak mempunyai pengetahuan tentang merokok
sangat baik, sehingga dari ke empat faktor orangtua, teman, kepribadian,
dan iklan hasilnya rendah. Pengetahuan siswa tentang merokok yang baik
tidak membentuk perilaku merokok pada anak. Sebagian besar anak sudah
mengetahui bahaya dari merokok, sehingga anak tidak merokok walaupun
pengaruh untuk merokok datang dari berbagai faktor.
17
Namun dari ke empat faktor di atas faktor teman memiliki nilai yang
paling tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya yaitu sebesar 36,87%.
Sehingga gambaran di atas menunjukkan perilaku anak merokok terbentuk
dari faktor teman.
D. KESIMPULAN
1. 93,76% anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping tahun 2014 memiliki
pengetahuan yang baik tentang merokok.
2. Gambaran perilaku merokok anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping
tahun 2014 dari faktor orangtua memiliki rata-rata 16,93%.
3. Gambaran perilaku merokok anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping
tahun 2014 dari faktor teman memiliki rata-rata 36,87%.
4. Gambaran perilaku merokok anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping
tahun 2014 dari faktor kepribadian memiliki rata-rata 15,35%.
5. Gambaran perilaku merokok anak usia sekolah di UPT Yandik Gamping
tahun 2014 dari faktor iklan memiliki rata-rata 7,56%.
6. Faktor teman memiliki prosentase rata-rata paling tinggi dibandingkan
dengan faktor lainnya yaitu sebesar 36,87%. Sehingga gambaran di atas
menunjukkan perilaku anak merokok terbentuk dari faktor teman.
18
E. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada anak usia sekolah dan perilaku
merokok anak usia sekolah.
2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
dengan jawaban ya atau tidak, akan lebih baik jika disertakan wawancara
dalam penelitian selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih detail
tentang pengaruh dari faktor yang ditentukan maupun sebab dari anak
merokok.
3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu diadakan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada anak usia sekolah dasar
dengan menggunakan metode lainnya.
4. Bagi masyarakat, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran dan memberikan solusi bagi orangtua, guru, dan tenaga
kesehatan untuk dapat mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Anak perlu
mendapatkan pengawasan, perhatian, dan empati yang lebih agar tidak
terjerumus pada hal-hal yang negatif, misalnya merokok. Orangtua dan
guru agar dapat mendidik anak untuk berperilaku sehat, dan dapat menjaga
kesehatan.
5. Bagi guru, lebih memperhatikan, mendidik dan memberikan pengawasan
kepada siswa-siswinya agar tidak terjerumus ke pergaulan yang tidak baik,
salah satunya yaitu merokok.
19
6. Bagi profesi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
referensi dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Profesi kesehatan diharapkan dapat menggunakan sekolah dasar sebagai
salah satu sasaran penyuluhan kesehatan sehingga dapat mencetak
generasi penerus dan calon pemimpin bangsa yang sehat jasmani sejak
usia sekolah.
7. Mengingat sebagian besar anak SD sudah mulai merokok maka perlu
diadakan seminar atau penyuluhan tentang bahaya dari merokok pada
anak-anak SD.
F. UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Bpk. (alm). Iskandar dan Ibu Ida
susilowati serta kakakku dan adikku, Iwan S, Chandra Dian, Lily
Andriani, Novita Yuli dan keluarga besar saya di Bontang, Kediri dan
yang tidak bisa disebut satu persatu. Tiada kata terucap selain terimakasih
atas semuanya.
2. Ibunda Falasifah Ani Yuniarti, Skep., Ns, MAN., HNC selaku
pembimbing penulis yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan
mendengarkan keluhan di setiap konsultasi.
3. Dosen penguji Ibu Rahmah,M.Kep., Ns. Sp.Kep.An yang telah
meluangkan waktu untuk menguji penulis, Jazakillah.
20
A. RUJUKAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta.
WHO. (2008). WHO Report On The Global Tobacco Epidemic. United Kingdom.Diakses pada tanggal 19 oktober 2013 dari who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf
Departemen Kesehatan Indonesia.(2012). Laporan GATS Final Revisi.Jakarta. Diakses pada tanggal 14 November 2013darihttp://depkes.go.id/downloads/laporan%20gats/FINAL_REVISI_DAFTAR_ISI.pdf
Komisi Perlindungan Anak. (2011). Catatan Akhir Tahun 2011 Komisi Perlindungan Anak. Diakses Tanggal 11 November 2013 dari http://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-perlindungan-anak/
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Rika Mayasari Alamsyah (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok dengn status penyakit periodontal remaja di kota Medan Tahun 2009. Jurnal. Pascasarjana USU.
Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Novi .(2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Di SMA Negeri 1 Banda Aceh Th. 2013. Skripsi. Stikes u’budiyah Banda Aceh.
Amelia, Adisti, 2009. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi.Psikologi USU
M. Fuadah. (2012). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Merokok pada mahasiswa laki-laki fakultas teknik universitas negeri Jakarta angkatan 2009. Skiripsi. Jakarta: FakultasIlmuKeperawatan UI.
Gofarudin (2011). Peran orangtua dalam pendidikan. KTI: FKIP Universitas Muh. Prof. DR. Hamka.
Endrawanch. 2009. Indonesia dan Rokok. http://medicastore.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.
Widianti, A. (2009). Hubungan lingkungan teman sebaya dengan perilaku merokok remaja di SMU N 11 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Agus. (2012). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja Putra. www.academia.edu/4313571/Jurnal_faktor_yg_mempengarui_perilaku_merokok_remaja_putra#. Diakses pada tanggal 8 Juni 2014.
Karamhamzal (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.http://karamhamzal.blogspot.com/2012/02/v behaviorurldefaultvmlo_5347.html. diakses pada tanggal 26 Juni 2014
Survey merokok pada remaja. (2007). http://www.sinarharapan.co.id/berita0601/16/nas04.html. diakses pada tanggal 8 Juni 2014
Yusuf, SLN dan Juntika N. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda.
Derlega, vorelian S., Barbara winstead., Jones. 2005. Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth
Mu’tadin, Z (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja. Diakses pada 18 desember 2013 dari http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.html
Embriana, F. (2002). Perilaku Merokok Di Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ispol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FK UMY.