BAGIAN I Dari Filsafat Ke Politik Karl Marx lahir di Trier, di Rhineland Prusia, tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Marx adalah keturunan Yahudi, tetapi mereka kemudian dibaptis oleh gereja-negara Prusia ketika Marx masih kanak-kanak. Ideologi pencerahan Perancis telah memenangkan basis yang kuat Rheineland, yang dikuasai oleh Perancis dari tahun 1798 sampai 1815, dan dari ayah serta guru-guru sekolahnya, Marx mendapatkan pendidikan liberal dan humanis. Jerman, negeri di mana Marx tumbuh dewasa, ketika itu adalah negeri yang terbelakang dibanding negeri tetangga Barat lainnya. Mayoritas penduduk negeri itu bekerja di sektor agraris, dan produksi di perkotaan masih didominasi oleh sistem gilda, dan industri modern baru masuk di Rheinland UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
212
Embed
teraskita.files.wordpress.com€¦ · Web viewDari Filsafat Ke Politik. Karl Marx lahir di Trier, di Rhineland Prusia, tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Marx adalah keturunan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN I
Dari Filsafat Ke Politik
Karl Marx lahir di Trier, di Rhineland Prusia, tanggal 5 Mei 1818.
Kedua orang tua Marx adalah keturunan Yahudi, tetapi mereka kemudian
dibaptis oleh gereja-negara Prusia ketika Marx masih kanak-kanak.
Ideologi pencerahan Perancis telah memenangkan basis yang kuat
Rheineland, yang dikuasai oleh Perancis dari tahun 1798 sampai 1815, dan
dari ayah serta guru-guru sekolahnya, Marx mendapatkan pendidikan
liberal dan humanis.
Jerman, negeri di mana Marx tumbuh dewasa, ketika itu adalah
negeri yang terbelakang dibanding negeri tetangga Barat lainnya.
Mayoritas penduduk negeri itu bekerja di sektor agraris, dan produksi di
perkotaan masih didominasi oleh sistem gilda, dan industri modern baru
masuk di Rheinland bagian utara. Kota-kota di Jerman hanya sedikit saja
pertumbuhannya, atau tidak sama sekali, sejak abad 16, dan jumlah
penduduk Jerman pada masa itu hanya separuh dari jumlah penduduk
Paris. Keterbelakangan ekonomi itu tercermin dalam struktur-struktur
politik Jerman. Jerman pada waktu itu belum pernah mengalami bentuk
revolusi borjuis apapun, dan masih terbagi dalam 39 negara bagian, yang
umumnya bersifat absolutis, dalam sebuah konfederasi di bawah Aliansi
Suci yang terdiri dari Prusia, Austria dan Rusia. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Walaupun terbelakang, sejarah Jerman tidaklah statis. Revolusi
Perancis telah memberi inspirasi bagi lahirnya suatu sentimen demokratik
yang kuat di antara kaum pengrajin/seniman dan kaum intelektual di kota-
kota Jerman. Sentimen ini tidak sepenuhnya hilang setelah mengalami
pendudukan Napoleon, dan masih terus hadir untuk memberi inspirasi bagi
lahirnya sebuah revolusi kerakyatan. `Perang Pembebasan' di tahun 1813,
walaupun dilancarkan di bawah kepemimpinan Prusia, namun mampu
membangkitkan antuasisme bagi sebuah Jerman bersatu, yang muncul
seiring arus demokratik dan kemudian mendorong terbentuknya
komunitas-komunitas rahasia, yang dikenal sebagai Burschenschaften
(Asosiasi-Asosiasi Mahasiswa). Walaupun hanya berdiri di universitas-
universitas, namun demonstrasi-demonstrasi yang mereka lakukan,
khususnya pada Festival Wartburg tahun 1817, telah mengarahkan gerakan
demokratik nasional pada satu fokus. Pada tahun 1819, tindakan-tindakan
represif dari Dekrit Karlsbad, yang diperintahkan oleh Aliansi Suci,
dilancarkan untuk menindas gerakan ini, yang menyala kembali setelah
revolusi Juli di Perancis pada tahun 1830 dan mengalami tingkat represi
yang baru.
Perkembangan industri, baik tekstil maupun industri berat,
berlangsung sangat serius sepanjang tahun 1830-an, yang diuntungkan oleh
kemajuan teknologi yang terjadi di Inggris selama 60 tahun sebelumnya.
Pembangunan jalur kereta api menyusul dengan pesat pada tahun 1840-an.
Zollverin (serikat cukai) Jerman Utara dibentuk di bawah kepemimpinan
Prusia pada tahun 1834 untuk mengantisipasi tuntutan borjuis bagi UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
unifikasi (penyatuan) nasional, namun seiring kemajuan perkembangan
kaum kapitalis, maka tekanan kaum liberal untuk adanya konstitusi pun
semakin berkembang di Prusia, khususnya di Rhineland, yang makin
meningkat setelah naiknya Frederick William IV ke tampuk kekuasaan
pada tahun 1840. Jumlah penduduk Jerman meningkat 50% antara tahun
1816-1846, meski emigrasi ke Amerika tetap terjadi, dan ini menambah
tekanan pada persolan tanah, khususnya di propinsi-propinsi di timur
Prusia. Para petani di Jerman Selatan dan Barat pun semakin terjerat dalam
hutang. Di tahun 1840-an, depresi agraria dan perdagangan mulai
menyebabkan kegelisahan di perkotaan dan di pedesaan. Dengan demikian
faktor ekonomi, politik, dan ideologi mulai terbentuk, yang kemudian akan
berpadu dalam jalinan revolusioner tahun 1848.
Pengaruh paradoksikal yang muncul sebagai dampak
keterbelakangan Jerman mengguratkan tanda pada kehidupan intelektual,
satu lingkungan di mana orang Jerman tidak disangsikan lagi
kemajuannya. Sejak revolusi Perancis dan seterusnya, filsafat Jerman
mengalami perkembangan berlebihan yang istimewa, yang menghasilkan
sistem-sistem idealis yang sangat kuat dari Kant, Fichte, Schelling, dan
Hegel. Dalam konteks keterbelakangan historis nasional mereka,
intelektual Jerman telah dipaksa, sebagaimana dinyatakan oleh Marx,
untuk `memikirkan apa yang telah dilakukan orang lain',1) dan paksaan
untuk melakukan abstraksi terhadap pemikiran mereka ini menjadikan
filsafat Jerman pada periode ini tidak tertandingi dalam cakupan
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
sintesisnya, yang mencapai puncaknya dalam intregrasi sistematis Hegel
terhadap ilmu-ilmu alam, logika, dan teori sosial.
Pada tahun 1836, Marx memulai karir perkuliahannya di Bonn, tapi
tahun berikutnya ia pindah ke Berlin. Semula Marx ingin belajar hukum,
namun kecenderungan teoritiknya segera membawanya ke filsafat. Pada
1831, Hegel wafat di masa jabatannya sebagai profesor di bidang filsafat di
Berlin, tetapi sejak pertengahan dekade tersebut, warisan pemikirannya
telah mulai diperdebatkan, yaitu ketika kaum Hegelian Muda (Hegelian
Kiri) melancarkan serangan pertama terhadap sistem yang kolot dengan
menerbitkan karya David Strauss, Life Of Jesus (Kehidupan Yesus).2)
Dalam gabungan keterbelakangan ekonomi dan politik Jerman
yang istimewa itu dengan perkembangan teorinya yang berlebihan, maka
filsafat Hegelian, dengan implikasi-implikasi politiknya yang ambigu dan
ketegangan internal dalam sistem dan metodenya, pada dekade berikutnya
ternyata menyediakan ruang bagi pertarungan-pertarungan politik yang
ketika itu belum dipertarungkan dalam arena perjuangan kelas terbuka.
Kaum `Kanan', yaitu para Hegelian Ortodoks, yang berjuang
mempertahankan konvervatisme dengan membela sistematika Hegel,
berdasarkan pernyataan/diktum bahwa `hal yang nyata adalah hal yang
rasional' menyediakan legimitasi bagi segala yang ada masa itu, khususnya
agama Kristen dan Monarki Prusia. Kelompok Hegelian Kiri
menggunakan metode Hegel yang dialektik untuk mengkritisi lembaga-
lembaga yang ada sebagai tidak rasional, sehingga berarti `tidak riil', yaitu
telah hidup lebih lama dari moment sejarahnya, dan sudah waktunya UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
diubah. Dengan demikian, mereka melancarkan kembali pertarungan lama,
sekalipun dengan istilah yang lebih canggih, peperangan melawan agama
dan absolutisme seperti yang terjadi pada masa Pencerahan Perancis di
abad sebelumnya. Kaum Hegelian Muda tidak menolak kebenaran agama
atas landasan agama itu sendiri, melainkan mencoba rmenjelaskan dogma
agama dalam level yang berbeda dalam realitas, yang contoh utamanya
adalah dalam hal etika. Pada tahun 1841 Ludwig Feuerbach mencapai apa
yang bagi Hegelian Muda nampak sebagai suatu `penghapusan' agama
secara tegas melalui bukunya The Essence of Christianity (Hakikat
Kristianitas),3) di mana ia mentransformasikan idealisme Hegel menjadi
humanisme radikal dengan mengganti subjek abstrak dalam Philosopy of
Mind (Filsafat Akal)-nya Hegel dengan spesies manusia, dan menjelaskan
agama sebagai keterasingan (alienasi) manusia dari kekuasaan atau
hakikatnya sendiri, sehingga kemudian ia dikuasai oleh hal-hal yang ia
ciptakan sendiri. Di Prusia dan negara bagian Jerman lainnya yang
absolutis, agama adalah pijakan awal alami bagi kritik kaum rasionalis
karena negara dan tatanan sosial tradisional masih mendirikan
legitimasinya di atas basis agama. Tesis doktoral Marx yang diselesaikan
pada tahun 1841, dianggap sebagai sebuah karya yang anti agama.4)
Marx melakukan pendekatan terhadap politik dengan bantuan dari
kawan Hegelian Muda-nya, Bruno Bauer, yang melakukan transisi dari
kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap politik secara ekspisit
dengan bukunya The Christian State (Negara Kristen). Pada tahun 1841
Marx bergabung dengan Bauer di Bonn dan bekerja sama untuk beberapa UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
waktu, sembari berencana menerbitkan sebuah jurnal, yang akhirnya gagal.
Selain itu, Marx juga mendekati Bauer untuk mendapatkan posisi sebagai
rekan kerja Bauer di universitas tersebut. Namun demikian, beberapa bulan
kemudian, karena kegiatan-kegiatan subversifnya, Bauer akhirnya dipecat
dari Universitas Bonn, suatu kejadian yang langsung menyirnakan harapan
Marx akan sebuah karir akedemik.
Artikel politik Marx yang pertama diterbitkan di bulan Februari
1842 dalam jurnal Hegelian Muda Anekdota. Mengomentari perihal sensor
di Prusia, Marx menunjukan kontradiksi yang melekat pada sistem sensor
tersebut, dan mengajukan argumen pembelaan yang liberal dan rasional
tentang perlunya kebebasan pers dan kemerdekaan berpendapat bagi
publik.5)
Sepanjang tahun 1842 Marx semakin terlibat dalam koran
Rheinische Zeitung (Buletin Rhein) dan akhirnya diangkat menjadi
editornya. Rheinische Zeitung yang diterbitkan di Cologne, mewakili
aliansi singkat antara filsuf-filsuf Hegelian Muda, yang telah mulai
condong ke radikalisme, dengan borjuasi liberal, Rhein yang gelisah
terhadap kegagalan sang raja baru untuk mengabulkan konstitusi yang
telah lama dijanjikan. Dalam Rheinische Zeitung, Marx berkutat dengan
persoalan-persoalan politik aktual dalam batas-batas oposisi liberal, karena
ketika itu ia masih percaya dimungkinkannya dan perlunya `tugas yang
penuh penderitaan dan tanpa pamrih untuk mencapai kemerdekaan politik
tahap demi tahap'.6) Ketika bekerja di Rheinische Zeitung -lah Marx, untuk
pertama kalinya, bersentuhan dengan ide-ide sosialis dan komunis UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Perancis, yang menjadi populer di Jerman pada tahun 1842 berkat
propaganda Moses Hess7) dan diterbitkannya buku karya Lorenz Van Stein,
The Socialism and Comunism of Contemporery France (Sosialisme dan
Komunisme Perancis Kontemporer). Akan tetapi, ketika itu sikap Marx
terhadap komunisme Perancis masih sangat berhati-hati. Ketika Hess
banyak diserang dalam artikel-artikel yang ditulisnya di Rheinische
Zeitung, Marx menulis editorial ` Rheinische Zeitung … bahkan tidak
dapat menerima realitas teoritik dari ide-ide komunistik dalam bentuknya
yang sekarang, dan bahkan berpendapat bahwa realisasinya dalam praktek
lebih tidak mungkin lagi.' Namun demikian, Marx menerima bahwa
tulisan-tulisan yang dari Leroux, Considérant dan, yang terpenting, karya-
karya terobosan Proudhon hanya dapat dikritik setelah studi panjang dan
mendalam.8)
Yang lebih berperan penting bagi perkembangan Marx adalah
bahwa sebagai editor Rheinische Zeitung, ia dipaksa berhadapan secara
praktek dengan `persoalan-persoalan sosial'. Sebelumnya Marx
mencurahkan perhatiannya hanya pada persoalan politik dan agama,
sebuah bidang di mana Marx berhasil menjelaskan berbagai perdebatan
antar para pemikir, dalam cara pandang yang idealis, sekedar untuk
membenarkan atau menunjukkan kesalahan ide-ide mereka itu. Kini Marx
terlibat dalam konflik-konflik berdasarkan kepentingan material untuk
pertama kalinya, yaitu dalam kaitannya dengan pelanggaran legislatif
Parlemen Rhein9) tentang hak-hak penggunaan kayu, dan tentang
pemiskinan petani anggur di Moselle yang diakibatkan oleh Zollverein. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Marx mengritik Parlemen Rhein atas undang-undangnya yang kental akan
bias kelas, namun ketika itu Marx masih percaya bahwa perdebatan politis
dapat menyelesaikan konflik-konflik seperti itu, syaratnya adalah
kebebasan pers dan debat publik.10) Namun, seperti yang kemudian diakui
Marx, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh isu-isu inilah yang
menyebabkan ia berpaling dari arus besar kritisisme filsafat Hegelian
Muda dan berpaling pada materialisme historis.11)
Penindasan terhadap Rheinische Zeitung di bulan Maret 1843
menandai berakhirnya harapan bahwa Prusia dapat mengalami kemajuan
melalui monarki konstitusional menuju kebebasan demokratik. Kaum
Hegelian Muda kemudian terpecah menjadi beberapa kecenderungan yang
berbeda. Beberapa orang seperti Bruno dan Edgar Bauer, serta Max
Stirner, terus berusaha mengembangkan posisi-posisi teoritik yang semakin
radikal, namun tetap menjaga jarak aman dari aktivitas politik praktis; yang
lainnya, terutama Arnold Ruge,12) Moses Hess, Karl Marx, dan Frederick
Engels, mulai mencari cara untuk mengubah `senjata kritik' menjadi `kritik
dengan senjata'.13) Untuk tujuan itu Ruge dan Marx meninggalkan Jerman
pada tahun 1843 ke Paris, tempat di mana Hess telah menetap. Dan di
sanalah mereka merencanakan penerbitan sebuah jurnal, Deutsche-
Französische Jahrbücher (Buku Tahunan Perancis-Jerman). Namun
Kepindahannya ke Paris bukan hanya dipaksa oleh sensor di Prusia.
Sebagai mana tersirat dalam judul jurnal mereka, Marx dan kawan-
kawannya berharap untuk menggabungkan pencapaian filsafat mereka
dengan pencapaian teori politik Perancis, sehingga akan sampai pada UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
prinsip-prinsip pemandu bagi sebuah revolusi radikal, yang kini mereka
yakini diperlukan di Jerman.
Sepanjang 1843, Marx telah menjadi seorang penganut Feuerbach
yang bersemangat, yang telah mengembangkan posisinya sepenuhnya di
tahun itu dengan penerbitan karyanya, Provisional Theses for the Reform
of Philosophy (Tesis Sementara untuk Reformasi Filsafat). Feuerbach telah
mengajarkan bahwa penjelasan agama bahwa Tuhan adalah subjek dan
manusia hanyalah predikat hanya memerlukan pembalikan untuk
mengungkapkan hubungannya yang sejati. Dalam Provisional Theses,
Feuerbach mengajukan bahwa `metode transformatif' ini adalah alat untuk
mengritik semua filsafat spekulatif (seperti idealisme Jerman), karena
filsafat spekulatif tidaklah lebih dari agama dalam tampilan yang sekuler.
Kunci konsep kritis Feuerbach adalah konsep Gattungswessen atau
species-being (kemakhlukan, hal-hal yang menyatakan keberadaan satu
mahluk), yang digunakannya untuk mengungkapkan totalitas kekuatan
kolektif kemanusiaan, dan konsep inilah yang berusaha diterapkan oleh
Marx, mula-mula terhadap negara politik, kemudian terhadap ekonomi
kapitalis yang dimuat dalam dua naskah besar yang ditulis pada tahun 1843
dan 1844.
Marx menulis Critique of Hegel's Doctrine of the State (Kritik
terhadap Doktrin Hegel tentang Negara) di musim panas 1843. Ketika itu,
Marx baru saja menikah dengan Jenny von Westphalen, yang telah
bertunangan dengan Marx selama tujuh tahun, dan tak lama kemudian
pindah bersamanya ke Paris. Dalam naskah ini Marx menyerang penyajian UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Hegel tentang hubungan antara negara dengan masyarakat sipil (yaitu
kehidupan ekonomi) sebagai sebuah kasus umum dari filsafat spekulatif.
Bagi Hegel, masyarakat sipil adalah wilayah bagi kebutuhan-kebutuhan
material, sedang negara adalah wilayah akal, yang posisinya lebih tinggi,
tempat diselesaikannya konflik-konflik material. Marx mendasarkan
pendapatnya pada humanisme Feuerbach untuk menjelaskan bahwa
masyarakat sipil-lah dan bukan negara_ yang merupakan wilayah
kehidupan nyata manusia sebagai suatu `species-being' dan bahwa `akal'
yang mengatur negara mewakili hubungan nyata manusia dalam bentuk
yang terbalik. Birokrasi negara tidaklah mungkin secara rasional
eksistensi nyata manusia dengan menjadi kekuatan penindas.
Dalam kritik ini Marx telah melihat bahwa penyelesaian terhadap
pertentangan antara negara dan masyarakat sipil memerlukan
penghancuran negara demi terbentuknya masyarakat sipil. Inilah posisi
yang kelak akan diintegrasikan Marx dalam konsepsinya tentang
komunisme ilmiah. Akan tetapi dalam tahapan perkembangannya waktu
itu, Marx baru memiliki konsepsi yang samar tentang pertentangan kelas.
Ia masih percaya bahwa pemungutan suara secara universal akan mampu
menciptakan penghancuran negara penindas, dan pembebasan bagi bagi
species-life manusia, namun ia belum mengakui perlunya penghapusan
kepemilikan pribadi _yaitu komunisme_ sebagai syarat dasar bagi
pembebasan ini.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Namun demikian, doktrin Feuerbach tentang species-being dengan
mudah mengarah ke komunisme, dan Marx pun segera mengambil langkah
ini sebagai kelanjutannya. Beralihnya Marx ke komunisme terjadi segera
setelah ia pindah ke Paris di mana ia belajar dari tangan pertama tentang
tendensi-tendensi (aliran politik yang masih berbentuk pemikiran) sosialis
dan komunis, dan terlibat dalam diskusi-diskusi dengan kaum militan dari
gerakan buruh Perancis. Dalam buruh-buruh Perancis yang sadar kelas ini
Marx menemukan penyelesaian untuk masalah-masalah yang telah ia
telaah dalam Critique of Hegel's Doctrin of the State, dan penyebutan
istilah proletariat untuk pertama kalinya dalam Pendahuluan terhadap
Critique, yang masih dalam perencanaan penerbitan, yang diterbitkan
dalam The Deutsche-Französische Jahrbücher. Di sini Marx berargumen
bahwa satu-satunya kelas yang dapat melaksanakan revolusi radikal di
Jerman (yaitu, kelas yang akan mewujudkan tujuan-tujuan filsafat humanis
Feuerbach) adalah,
“Kelas dengan rantai-rantai radikal, sebuah kelas dalam
masyarakat sipil yang bukan merupakan sebuah kelas dari masyarakat
sipil, sebuah kelas yang memiliki karakter universal karena
penderitaannya universal, yang tidak menuntut perbaikan yang khusus
karena kesalahan yang dilakukan terhadapnya memang bukan kesalahan
khusus, melainkan kesalahan secara keseluruhan. Pemecahan atas
masyarakat ini, sebagai suatu kelas tertentu, adalah proletariat”.
Ketika tinggal di Paris selama setahun (1843-1844), Marx
berkembang melampaui rumusan awalnya dalam filsafat Jerman. Ia bukan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
hanya melanjutkan studinya tentang teori politik Perancis, yang di satu sisi
dimaksudkan untuk menuliskan sejarah Konvensi-konvensi Revolusi
Perancis, melainkan juga, karena dirangsang oleh kontaknya dengan
gerakan proletarian, mulai mempelajari para ahli ekonomi Inggris yang
menelaah `batang-tubuh' masyarakat borjuis. Walaupun begitu, dalam
naskah awal Marx yang berkutat dengan persoalan-persoalan ekonomi dan
komunisme _The Economic and Political Manuscript of 1884_ untuk
pertama dan terakhir kalinya, Marx masih berusaha mengintregrasikan
materi pokok yang baru ini ke dalam kerangka humanisme a la Feuerbach.
Dalam Naskah-naskah 1884, Marx menerapkan metode kritis
Feuerbach terhadap ekonomi politik, mengritik sistem ekonomi borjuis dan
para pembelanya karena membalikkan hubungan-hubungan yang sejati
antara kerja dan modal. Bukan modal yang menjadi subjek dari proses
ekonomi dan kerja sebagai predikatnya melainkan, pada kenyataannya,
kerja manusia-lah, aktivitas alami dari species-being manusia, yang
direnggangkan atau diasingkan dan diubah menjadi modal yang menindas
buruh. Dalam hal ini, komunisme dirumuskan sebagai pengambilalihan
kembali kekuatan-kekuatan produktif manusia yang direnggangkan,
sehingga menjadi bentuk masyarakat yang sesuai dengan species-being
manusia.
Naskah-naskah ini sering dianggap sebagai pertanda sampainya
Marx pada tema-tema dasar teorinya yang lebih matang. Tentunya sangat
tepat kalau dikatakan bahwa gagasan tentang modal sebagai `kerja yang
diasingkan' mempengaruhi telaah Marx yang selanjutnya tentang Surplus UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Value (Nilai Lebih) dan bahwa Marx, untuk pertama kalinya, secara
eksplisit menyatakan dengan bersemangat bahwa komunisme adalah
penyelesaian terhadap pertentangan-pertentangan sosial. Namun
perkembangan teoritik Marx masih jauh dari pemisahan penuh dengan
rumusan-rumusan awalnya. Dalam naskah itu, Marx bukan tidak sepakat
dengan kandungan deskriptif teori ekonomi borjuis, melainkan hanya
mengritik realitas yang diuraikan oleh teori ekonomi borjuis sebagai satu
hal yang tidak manusiawi. Demikian pula Marx mengritik para ideolog
yang menerima dan membenarkan realitas ini. Namun dalam Capital, Marx
tidak lagi mengritik masyarakat kapitalis semata berdasarkan basis kriteria
humanistik eksternal, melainkan mengritik teori ekonomi borjuis karena
tidak memiliki pemahaman ilmiah yang memadai tentang ekonomi
kapitalis dan, menjelaskan bagaimana realitas ekonomi kapitalis
mengandung kontradiksi di dalam dirinya yang mendorong sistem
ekonomi kapitalis itu ke dalam krisis. Dan, sekalipun pada tahun 1884
Marx telah menerima perlunya penyelesaian komunistik terhadap
pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis, kenyataannya ia
mengritik tendensi komunis masa itu, yang diwakili Blanqui dan Cabet,
dengan argumen bahwa politik mereka itu didasarkan pada keserakahan
dan iri hati yang ditimbulkan kapitalisme itu sendiri, padahal mereka harus
keluar dari dari dorongan-dorongan `egois' ini. Tak lama setelah itu, Marx
menerima bahwa perjuangan kelas yang `egois' adalah kekuatan penggerak
sejarah dan yang akan mengarahkannya pada komunisme, dan ia mengritik
Cabet dan Blanqui karena alasan-alasan yang agak lebih berbeda. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Naskah-naskah 1884 tentu saja mempengaruhi perhatian Marx di
masa sesudahnya, dan tulisan-tulisan itu jelas mengandung pemahaman-
pemahaman penting Marx yang kelak akan digabungkan ke dalam teorinya
tentang materialisme historis. Namun naskah itu kurang begitu
menandakan lahirnya teori-teori baru, melainkan lebih merupakan posisi
sandar terakhir Marx dalam dunia ideologi Jerman, begitulah istilah yang
kemudian disebut Marx sendiri, yaitu suatu usaha keras yang hanya
berlangsung singkat untuk menggabungkan realitas ekonomi politik dan
komunisme ke dalam humanisme filosofis Ludwig Feuerbach.
Notes1) Karl Marx, `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of
Right: Introduction' dalam Early Writings, Allen Lane/Penguin Books,
dalam persiapan. 2) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Marian Evans (George Eliot),
London, 1854. 3) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh George Eliot, London, 1853. 4) `On the Difference between the Democritian and Epicurian
Philosophies of Nature', MEW Ergänzungsband (Volume Tambahan) I. 5) `Comments on the Last Prusian Cencorship Instruction', dalam L.D.
Easton dan K.H. Guddat, Writings of the Young Marx on Philosophy
and Society, Doubley, New York, 1867. 6) Surat Marx pada Oppenheim, 25 Agustus 1842, MEW 27, h.410.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
7) Moses Hess pada saat itu sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fourier,
seorang sosialis utopian, dan tak lama kemudian menjadi pendiri
`sosialisme murni' Jerman. Belakangan Hess menjadi anggota Liga
Komunis, kendati tidak pernah menerima pemikiran Marx dan Engels
tentang Komunisme Ilmiah. 8) Easton and Guddat, op.cit., h.134-5. Pierre Leroux adalah penganut
Saint-Simon, dan Victor Considérant adalah seorang Fourierist. 9) Rhine sebagai salah satu dari delapan propinsi monarki Prusia,
memiliki parlemennya sendiri. Meskipun begitu, Diet (parlemen) ini
didominasi oleh aristokrasi, dan tak lebih dari kekuasaan penasehat
semata. 10) Lihat, `The Defence of Moselle Corespondent: Economic Distress and
Freedom of the Press', diringkaskan dalam Easton and Guddat, op.cit.,
aslinya dalam bahasa Jerman, dalam MEW 1. 11) Lihat penjelasan ringkas dan satu-satunya dari Marx tentang
perkembangan intelektualnya sendiri dalam `Preface to A Contribution
to the Critique of Political Economy', MESW, h. 181-5. 12) Meskipun begitu, Arnold Ruge tidak sepakat dengan Marx sampai
sejauh komunisme. Pada tahun 1848, ia duduk sebagai perwakilan
Partai Radikal Demokrat dalam Dewan Frankfurt dan terakhir menjadi
seorang Nasional Liberal. 13) `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right
Introduction' dalam Early Writings. Ini adalah terjemahan dari `arms of
critic' dan `critic of arms' _yang dimaksudkannya untuk membedakan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
orang-orang yang menggunakan kritik sebagai senjata, dan orang-orang
yang membawa kritik langsung ke lapangan, menjadikan gerakan
perlawanan sebagai bentuk kritik yang tertinggi.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
BAGIAN 2
Materialisme Historis dan Komunisme Ilmiah
Sebelum menjelaskan perkembangan-perkembangan teoritik
penting yang menuntun Marx dalam mengembangkan teori materialisme
historis, perlulah diperkenalkan Frederick Engels, yang sebagaimana
ditulis Marx sendiri `telah menempuh jalan yang lain … namun tiba pada
hasil yang sama'.14)
Engels dilahirkan pada tahun 1820 di Barmen, Westphalia, dalam
sebuah keluarga Kristen Calvinist yang memiliki pabrik pemintalan.
Engels tidak mengecap pendidikan tinggi secara formal, tetapi mampu
menonjolkan diri sebagai tokoh terpelajar sekalipun masih sangat muda
melalui artikel-artikel dan pamflet-pamlfetnya yang mengritik agama,
bahkan sering tulisan-tulisannya sangat satiris (penuh sindiran). Sejak
Oktober 1841, tak lama setelah Marx meninggalkan Berlin, Engels
menghabiskan waktu setahun di sana dalam dinas militer, dan dengan
penuh semangat bergabung dengan arus filsafat Hegelian Muda yang
memabukkan itu. Seperti Marx, ia menjadi penganut Feuerbach yang
bersemangat. Pada bulan November 1842, Engels berangkat ke Inggris
untuk bekerja di Manchester dalam rangka bisnis kapas keluarganya, dan
di sana ia bersentuhan langsung baik dengan penderitaan kelas pekerja
maupun dengan gerakan Chartis. Di Inggris, Engels mengumpulkan bahan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
untuk bukunya The Condition Working Class in England in 1844 (Kondisi
Kelas Pekerja di Inggris Tahun 1844),15) di mana ia menyajikan, lebih jelas
dari apa yang dilakukan Marx pada masa itu, tesis bahwa gerakan kelas
pekerja industri yang berbasiskan kondisi material kehidupannya-lah yang
akan menjadi alat bagi revolusi komunis. Di bulan September 1844 Engels
pergi ke Paris. Ia menghabiskan waktu beberapa minggu untuk berdiskusi
dengan Marx dan mereka menemukan kesepakatan-kesepakatan pada
posisi teoritik dasar mereka. Sejak itu kemitraan mereka berlangsung tanpa
putus.
Karya bersama Marx dan Engels yang pertama adalah buku yang
berjudul The Holy Family (Keluarga Suci),16) sebuah karya yang penuh
polemik (perdebatan), yang ditujukan pada beberapa orang Hegelian Muda
yang radikal dalam omongan, namun idealis dan tidak politis, yaitu Bruno
dan Edgar Bauer, serta Max Stirner. Ini sungguh merupakan karya
peralihan antara tulisan-tulisan Marx terdahulu dan teori materialisme
historis, dan mengandung tanda-tanda bahwa buku ini ditulis untuk
diterbitkan secara terburu-buru. Segera setelah menyelesaikan the Holy
Family, Marx pindah ke Brussels, dan keduanya memulai masa-masa studi
intensif, dan berangkat bersama ke Inggris untuk melakukan riset lebih
lanjut tentang ekonomi politik. Buah dari kerja mereka adalah dua jilid The
German Ideology, yang ditulis pada tahun 1845-1846, namun baru
diterbitkan pada tahun 1932 setelah keduanya wafat.17)
The German Ideology mencerminkan sampainya Marx dan Engels
pada teori materialisme historis yang kemudian membimbing semua karya UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
mereka berikutnya. Harus ditekankan di sini bahwa pandangan materialis
tentang sejarah tidaklah muncul seketika dari otak para penciptanya, dalam
dua dekade waktu antara the German Ideology dan Capital, teori sosial
Marx itu diubah dan diperbaiki dalam beberapa hal yang penting. The
German Ideology, khususnya, tidaklah lepas dari evolusionisme tertentu,
yang menyajikan berbagai model produksi yang membentuk sejarah
manusia bukan sebagai sebuah garis lurus, sekalipun belum dialektik.
Namun kerangka dasar the German Ideology, lepas dari segala
kekurangannya, telah mengandung pemutusan radikal terhadap filsafat
Hegelian Muda secara umum, khususnya humanisme ala Feuerbach.
Apapun yang akan dialami dalam perkembangan teori baru itu kelak,
basisnya, seperti juga basis dari semua ilmu baru, diletakkan dalam the
German Ideology melalui adanya sebuah `pemutusan epistemologis',18)
yang menegakkan satu sudut pandang yang sama sekali baru dalam
memahami sejarah. The German Ideology disajikan secara eksplisit
sebagai kritik menyeluruh terhadap `filsafat Jerman modern' yang baru
ditinggalkannya secara radikal itu19) yang sesaat sebelumnya masih
dipegang Marx dan Engels sebagai kerangka teoritik mereka sendiri. Tesis
dasar materialisme historis diutarakan dalam bab pertama buku tersebut,
yang secara khusus diarahkan untuk mengritik Ludwig Feuerbach, tetua
kaum Hegelian Muda dan guru Marx sendiri.
Marx membuka the German Ideology dengan mengritik para filsuf
Hegelian Muda yang hanya berusaha untuk mempengaruhi perubahan dan
kesadaran, yaitu `menafsirkan kenyataan dengan berbagai cara'.20) Filsafat UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Hegelian Muda, yang mulai dengan kritik terhadap agama, telah mengritik
konsepsi-konsepsi dominan metafisik, politik, hukum dan moral dengan
mengungkapkan basis religius mereka, namun filsafat Hegelian Muda ini
lupa bahwa ini hanyalah memindahkan satu istilah menjadi istilah yang
lain, bukannya memerangi dunia yang nyata ada.
Dalam hal ini, the Deutsche-Französische Jahrbücher tentu lebih
sedikit kesalahannya dibandingkan para kritikus yang kritis, Bruno dan
Edgar Bauer, yang diserang Marx dalam The Holy Family. Marx kemudian
meneruskan kritiknya dengan mengritik pernyataan Feuerbach yang
menyamakan komunisme dengan humanisme, yang dengan demikian, juga
mengritik akibat-akibat dari posisi yang diambil Marx sendiri dalam the
Economic and Philosopical Manuscripts. `Keseluruhan kesimpulan yang
ditarik oleh Feuerbach … hanyalah sejauh membuktikan bahwa manusia
membutuhkan, dan telah selalu membutuhkan satu sama lain', sedangkan
kaum komunis `dalam dunia yang nyata berarti pengikut sebuah partai
revolusioner tertentu'.21)
Marx membangun pembedaan antara komunisme filosofis dan
komunisme `nyata' pada sebuah sketsa umum perkembangan historis yang
menempatkan komunisme sebagai sebuah `partai revousioner tertentu',
bukan dalam dunia ide melainkan sebagai hasil yang niscaya dalam sebuah
kondisi sosial tertentu. Dari skema inilah muncul kemudian konsep-konsep
dasar tentang materialisme historis. Marx menyajikan penafsirannya
tentang sejarah dengan sangat berbeda dari apa yang disajikan oleh filsafat
Jerman dalam hal sejarah bergerak maju `dari bumi menuju surga' UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
bukannya sebaliknya. Adalah dalam proses di mana manusia memproduksi
alat material untuk penghidupannya, bagaimana mereka `bekerja di bawah
pembatasan-pembatasan syarat-syarat dan kondisi-kondisi material tertentu
yang tidak tergantung dari kehendak bebas mereka', itulah yang
menentukan `pembentukan ide-ide, pandangan dan kesadaran'. `Moralitas,
agama, metafisika, dan semua ideologi yang lain … dengan demikian tak
lagi dapat mempertahankan tampilan kemandiriannya. Ide-ide tersebut tak
punya sejarah, tidak memiliki perkembangan; tetapi manusia, yang
mengembangkan produksi materialnya dan interaksi materialnya,
mengubah, seiring dengan keberadaan nyata dirinya, pemikiran dan hasil-
hasil pemikirannya'.22)
Dinamika perkembangan sejarah ditentukan oleh perkembangan
kekuatan-kekuatan produktif dan perubahan-perubahan dalam hubungan
kepemilikan yang disyaratkannya. Dengan pernyataan bahwa `berbagai
tahap perkembangan dalam pembagian kerja hanyalah bentuk-bentuk yang
berbeda dari kepemilikan',23) Marx memperkenalkan pembagian masa
kesejarahan yang sangat penting bagi teorinya, menempatkan kepemilikan
suku, `kepemilikan komunal dan kepemilikan negara' kuno (Greko-
Roman) dan kepemilikan feudal sebagai tiga bentuk pra-borjuis yang
utama. Karena kesadaran tidak memiliki perkembangan mandiri, maka
`jika teori, teologi, filsafat etika dan lain lain ini mengalami kontradiksi
dengan hubungan-hubungan (sosial) yang ada, hal ini hanya dapat terjadi
karena hubungan-hubungan sosial yang ada telah berbenturan dengan
kekuatan-kekuatan produksi yang ada',24) yaitu karena perkembangan dari UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
kekuatan-kekuatan produktif menuntut adanya bentuk-bentuk kepemilikan
baru yang akan berbenturan dengan bentuk-bentuk (kepemilikan)yang ada
pada waktu itu.
Setiap pembagian kerja membentuk sejumlah kelas-kelas sosial,
yang saling bertentangan sejak pertama kali kepemilikan pribadi
berkembang, yang melibatkan sekaligus mengakibatkan `distribusi yang
tidak merata baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam hal
kerja dan produk-produknya'.25) Kepemilikan atas alat produksi
memberikan kemampuan pada suatu kelas untuk mendominasi kelas yang
lain, dan negara politis menjadi perlu untuk menengahi konflik-konflik
yang menyusulnya. `Semua pergulatan di dalam negara, pergulatan antara
demokrasi, aristokrasi dan monarki, perjuangan untuk memperoleh hak
pilih dan lain-lain, hanyalah bentuk-bentuk semu di mana perjuangan yang
sesungguhnya antar kelas-kelas yang berbeda dilancarkan … Setiap kelas
yang sedang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan … haruslah pertama-
tama merebut kendali atas kekuasan politik bagi dirinya agar dapat ganti
menyajikan kepentingannya sebagai kepentingan umum'.26) Aturan dari
kelas yang dominan selalu disahkan secara ideologis, karena `kelas yang
memiliki alat produksi material di tangannya, juga memegang kendali atas
alat produksi mental', dan `ide-ide penguasa tak lain adalah perwujudan
hubungan-hubungan material yang dominan dalam ide-ide … hubungan-
hubungan yang membuat satu kelas menjadi kelas berkuasa'.27)
Dalam penafsiran sejarah seperti itu, konsepsi Marx tentang
komunisme `nyata' menjadi dapat dipahami. Ide-ide komunis bukanlah UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
hasil logis dari sejarah filsafat, karena filsafat tidak memiliki sejarahnya
sendiri. Kesadaran komunis muncul karena hubungan produksi borjuis
yang tidak lagi mampu menampung perkembangan kekuatan-kekuatan
produktif.
Dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, muncullah
suatu tahap di mana kekuatan-kekuatan produktif dan alat interaksi yang
dihasilkan, di bawah hubungan-hubungan yang ada, hanya menyebabkan
kerusakan, dan tidak lagi produktif tapi destruktif (mesin dan uang); dan
sehubungan dengan ini muncullah sebuah kelas, yang harus menanggung
semua beban masyarakat tanpa menikmati keuntungannya, yang, karena
diasingkan dari masyarakat, terpaksa mengambil sikap penentangan yang
paling kuat terhadap kelas-kelas yang lain, sebuah kelas yang membentuk
mayoritas dari seluruh anggota masyarakat, dan dari mana muncul
kesadaran akan perlunya sebuah revolusi yang mendasar.28)
Singkatnya, syarat-syarat material bagi komunisme adalah hal yang
membangkitkan kesadaran komunis, yang akan mengakibatkan satu
tranformasi sosial. `Bagi kami komunisme bukanlah suatu state of affairs
(keadaan yang menentukan berlangsungnya peristiwa-peristiwa, pen.)yang
harus dibangun, suatu hal yang ideal, di mana kemudian realitas harus
menyesuaikan diri terhadapnya. Kami menyebut komunisme sebagai
gerakan yang nyata, yang akan menghapuskan berbagai keadaan yang
sekarang ada'.29)
Dengan the German Ideology, Marx dengan pasti menolak konsep-
konsep humanisme Feuerbachian yang mengasumsikan sifat manusia yang UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
ideal, yang harus mengarahkan segala usaha untuk menempa ulang seluruh
lembaga sosial. Sebaliknya, Marx menekankan pentingnya penyelidikan
ilmiah yang objektif tentang dunia nyata, yang digabungkan dengan
praktek politik untuk mengubahnya. Menyusul penemuan teori
materialisme historis, Engels kemudian menulis,
Komunisme di antara orang-orang Perancis dan Jerman,
Chartisme di antara orang-orang Inggris, kini tidak tampak sebagai suatu
yang kebetulan saja, yang dapat saja tidak terjadi sama sekali. Gerakan-
gerakan ini kini menampakkan dirinya sebagai gerakan dari kelas
tertindas modern, yaitu proletariat, sebagai bentuk yang lebih atau kurang
berkembang dari perjuangan yang secara historis memang diperlukan
untuk melawan kelas berkuasa, yaitu borjuasi. Dan komunisme kini bukan
lagi sebuah campuran, melalui khayalan, tentang sebuah masyarakat yang
ideal sesempurna mungkin, melainkan sebuah pandangan terhadap watak,
syarat-syaratnya, dan tujuan umum perjuangan dilancarkan oleh kaum
proletariat `.30)
Meskipun Marx dan Engels kini menyadari bahwa gerakan buruh
sejatilah yang telah menarik keduanya pada komunisme, namun ideologi
gerakan ini, bahkan ketika sudah menyebut diri sebagai komunis dan
memandang perlu penghapusan kepemilikan pribadi, belum menunjukkan
satu pandangan yang memadai terhadap masyarakat di mana mereka
dimunculkan, dan tentang berbagai kemungkinan dan alat untuk mencapai
tranformasi sosial itu. Terlebih lagi, Inggris ketika itu masih merupakan
satu-satunya negeri di mana kapitalisme industri mutlak merupakan bentuk UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
produksi material yang dominan, di mana pertanian hanya melibatkan
separuh dari populasi pekerja, dan di mana bentuk-bentuk produksi
perkotaan awal seperti kerajinan tangan dan manufaktur hampir semuanya
telah dihisap kering oleh industri mesin. Pada 1830-an, di Inggris
berkembang gerakan historis berwatak massa yang pertama, yang
berbasiskan proletariat industri: Chartisme. Melihat fakta ini, Marx dan
Engels pun memberikan dukungan yang konsisten terhadap orang-orang
Chartis dan bermaksud untuk bekerja sama dengan sayap kiri Chartis, yang
dipimpin oleh Ernest Jones dan Julian Harney. (Ernest Jones yang lahir
dalam sebuah keluarga bangsawan rendahan, menjadi wakil paling
konsisten dari sayap revolusioner gerakan Chartis, dan merupakan
pemimpin Chartis utama yang masih bertahan pada tahun 1850-an. Karena
peranannya dalam pemberontakan Chartis 1848, Jones dipenjara selama
dua tahun dalam kondisi yang sedemikian buruk, sehingga dua kawannya
yang dipenjara bersamanya mati dalam kondisi yang mengenaskan. Jones
satu-satunya pemimpin kelas pekerja Inggris pada abad ke-19 yang
memahami teori Marx tentang komunisme ilmiah. Walaupun pada 1858
dengan kejatuhan akhir Chartisme — Jones putus hubungan dengan Marx,
dan bekerja sama dengan oranng-orang borjuis yang radikal namun, di saat
ia wafat, Engels menulis surat kepada Marx yang menyebutkan bahwa
`Ernest Jones adalah satu-satunya orang Inggris yang terdidik … yang pada
dasarnya berada di pihak kita'.31) George Julian Harney, meskipun
terpengaruh oleh Marx dan Engels, namun lebih merupakan seorang
romantis revolusioner. Sejak 1843 sampai 1850 ia, de facto, menjadi editor UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
dari koran Chartis yang utama, Northern Star milik Feargus O' Connor.
Kemudian dalam korannya sendiri, Red Republican, yang hanya berumur
pendek, Harney menerbitkan terjemahan bahasa Inggris pertama dari
Manifeto Komunis pada bulan November 1850. Namun, pada tahun 1851,
Harney putus hubungan dengan Marx dan menggabungkan diri dengan
fraksi Schapper-Willich. Tahun berikutnya, politik Harney yang meledak-
ledak dan subjektif membawa pertengkarannya dengan Ernest Jones, dan
segera setelahnya, Harney keluar sepenuhnya dari gerakan Chartis.)
Chartisme sama sekali bukan sebuah gerakan komunis atau bahkan
bukan gerakan sosialis, melainkan hanya gerakan yang berdasarkan pada
program hak pilih umum. Ide-ide komunistik, walaupun bukan dalam
makna Marxis tentang gerakan nyata di Inggris, terwakili oleh gerakan
Robert Owen yang menyangkal perjuangan kelas, dan berharap dapat
meletakkan dasar bagi utopia mereka melalui bujukan-bujukan yang
rasional. Ketika Engels tiba di Inggris Oktober 1843, seperti Marx yang
ketika itu masih merupakan seorang humanis Feuerbachian, kontak-kontak
politiknya yang pertama adalah dengan para Owenis, dan Engels sering
kali menyumbangkan pemikirannya pada koran mereka, the New Moral
World, selama hampir dua tahun, sebelum akhirnya, dengan pencerahan
dari teori yang baru, ia mengalihkan dukungannya kepada koran Chartis,
Northern Star.
Di Perancis, walaupun perkembangan kapitalisme lebih
terbelakang dibanding Inggris, namun ideologi politiknya lebih mutakhir
dan kompleks, yang berkembang berkat tempaan revolusi 1789 dan masa-UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
masa sesudahnya. Sosialisme modern muncul pertama kali di Perancis
dengan adanya tulisan-tulisan utopis Henri de Saint-Simon dan Charles
Fourier, yang menggambarkan kemungkinan arah perkembangan teknologi
industri secara umum. Namun para sosialis utopis tidak menuntut
penghapusan kepemilikan pribadi, dan tidak melihat kelas pekerja industri,
yang di Perancis pada awal abad ke-19 belum begitu berkembang, sebagai
alat bagi perubahan sosial. Pada 1840-an, para pengikut Saint Simon dan
Fourier hanya bertahan dalam bentuk semacam sekte-sekte keagamaan,
namun tulisan mereka terus mengilhami setiap macam rencana
penyelesaian `persoalan sosial', yaitu pergolakan sosial yang disebabkan
oleh permulaan proses industrialsasi dan kegelisahan kelas pekerja yang
menyertainya.
Di antara doktrin-doktrin sosialis tahun 1840-an ini, dua di
antaranya bukan hanya penting dalam sejarah pemikiran sosialis,
melainkan juga mampu memenangkan banyak dukungan dari buruh
Perancis. Louis Blanc mempelopori `sosialisme demokratik' modern
dengan skemanya untuk sebuah `bengkel kerja nasional' mandiri yang
dibentuk melalui tindakan-tindakan pemerintah. Pierre Joseph Proudhon,
meskipun kadang digolongkan sebagai pendiri anarkisme modern karena
penolakannya terhadap negara yang dianggapnya sebagai unnecessary evil
(`iblis yang tidak diperlukan', pen.), juga mengajukan obat ajaib sosialisnya
sendiri. Proudhon mengajukan `pengorganisasian kredit' sebagai lawan
pandangan Blanc, `pengorganisasian kerja', dan memandang bahwa
penghisapan dapat dihilangkan jika kelompok-kelompok buruh yang UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
bersatu dapat berproduksi dan dapat melakukan pertukaran berdasarkan
pinjaman bebas bunga tanpa batas jatuh tempo. Blanc yakin bahwa
bengkel-bengkel kerja pada akhirnya akan dapat menggantikan ekonomi
pasar, sedang Proudhon dengan semangatnya yang betul-betul borjuis
kecil, menyamakan pasar bebas dengan kebebasan secara umum.32)
Istilah `komunisme' di Perancis pada 1840-an menandai satu
fenomena yang sangat berbeda, yang merupakan cabang dari tradisi
Jacobin dari revolusi Perancis yang pertama. Ide-idenya masih setengah
matang namun _tidak seperti sosialisme lain masa itu_ langsung berkaitan
dengan perjuangan massa. Komunisme ini mengacu pada konsepsi
Persekutuan Kaum Setara, dari Graacchus Babeuf, di tahun 1795, yang
dimaksudkan untuk mendirikan, dengan cara kudeta dengan
persekongkolan, sebuah kediktatoran `kaum republikan sejati' yang akan
menyita harta orang kaya, mengatur penempatan kerja menurut
kemampuan masing-masing pribadi, dan menetapkan upah menurut
kesetaraan yang ketat. Komunisme egaliter atau komunisme `kasar' ini,
sebagaimana Marx menyebutnya, muncul sebelum adanya perkembangan
hebat atas mesin-mesin industri. Konsep ini ditujukan pada para sans-
culloucs di Paris _para pekerja tangan (aritisan), pekerja harian dan
pengangguran_ dan mungkin juga ditujukan pada para petani miskin di
pedesaan. Namun persekongkolan Babeuf sebagai mana yang dinyatakan
oleh pengikutnya, Buonarotti,33) menyediakan model bagi organisasi-
organisasi revolusioner yang terbentuk di bawah monarki Juli di tahun
1830 sampai 1848. Dan pada waktu itu, baik watak kelas dari basis sosial UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
mereka maupun kemungkinan-kemungkinan objektif dari transformasi
sosial, sedang mengalami perubahan akibat perkembangan industri mesin.
Ide tentang komunisme industri yang berdasarkan pada industri mesin
kemudian dipopulerkan dalam novel utopis Etienne Cabet, Voyage en
Icarie (Perjalanan Ikarus, pen.), yang diterbitkan pada 1839.
Tokoh yang menonjol dari komunisme Perancis dalam periode
sebelum 1848 adalah Auguste Blanqui, yang organisasinya, Société des
Saisons, telah mengorganisir sayap revolusioner gerakan buruh Perancis
dan melakukan upaya insureksi pada Mei 1839. Blanqui tidak
mengembangkan doktrin ekonomi maupun utopis. Tulisan-tulisan Blanqui
tentang ekonomi kacau, dan mencela keras Cabet dan Proudhon yang
dianggapnya berspekulasi tentang detail-detail tatanan sosial di masa
depan. Blanqui yakin bahwa cukuplah kepercayaan bahwa pertumbuhan
ekonomi kapitalis akan menuju titik-titik ekstrim kemakmuran dan
kemiskinan, dan kemudian harus digantikan dengan semacam bentuk
koperasi buruh; lalu melangkah maju untuk memusatkan diri pada upaya
menghancurkan negara yang dilihatnya secara tepat sebagai kekuatan
terorganisir dari kelas-kelas yang menguasai alat-alat properti. Mengikuti
Babeuf dan Buonarotti, Blanqui mengajukan argumennya tentang
komunisme berdasarkan prinsip kesetaraan. Ia melihat bahwa Perancis
terbagi menjadi sekelompok kecil `orang kaya' dan '30 juta proletarian'
(yaitu termasuk petani dan artisan perkotaan beserta semua kelas pekerja
industri) dan mengandalkan penggulingan kekuasan negara pada cara-cara
kudeta yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok rahasia. Atas hal-hal UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
ini Marx kemudian mengajukan perdebatan dengan Blanqui. Sekalipun
demikian Blanquisme termasuk unik di antara sosialisme dan komunisme
pra-Marxist dalam hal sifat gerakannya yang proletar revolusioner. Dan
pada bulan Juni 1848, tantangan riil pertama terhadap kekuasaan kelas
borjuis terjadi di bawah ilham Blanquis, Blanqui-lah yang menemukan
istilah `kediktatoran proletariat'. Walaupun Marx kemudian
menstranformasi konsep proletariat, dan menolak taktik-taktik
persekongkolan Blanqui, namun ia tetap mempertahankan penekanan
Blanqui tentang perlunya penghancuran negara borjuis dengan cara
kekerasan sebagai prasyarat bagi komunisme.
Kini kita dapat dengan jelas menempatkan prinsip-prinsip dasar
komunisme ilmiah Marx dalam hubungannya dengan doktrin-doktrin
sosialis dan komunis pada tahun 1840-an. Marx dengan tegas menentang
tokoh-tokoh utopis, Saint-Simon, Fourier dan Owen, bahwa tujuan umum
penataan ulang produksi secara rasional tidak dapat dicapai hanya dengan
mengajukan alasan-alasan. Marx juga menentang skema-skema Proudhon
dan Louis Blanc, yang menyatakan bahwa kelas pekerja hanya dapat
dibebaskan melalui aksi politik revolusioner untuk menyita hak milik
pribadi. Komunisme hanya dapat muncul sebagai hasil dari pertentangan-
pertentangan dalam masyarakat kapitalis, melalui kemenangan kelas
pekerja atas borjuasi dalam perjuangan kelas. Namun, walaupun Marx
sepakat dengan Blanqui bahwa kelas penguasa yang ada harus dikalahkan
secara politik, namun ia menolak konsepsi Blanqui tentang proletariat,
basis sosial revolusi yang tak terhisap itu, yang mencakup semua kelas UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
yang bekerja. Bagi Marx masyarakat baru hanya mungkin berbasiskan
industri modern, dan hanya kelas pekerja industri yang tidak memilki alat
produksi yang dapat dipercaya untuk menghancurkan tatanan kapitalis.
Sebagai pasangan dari pembatasan yang dilakukan Marx terhadap basis
sosial revolusi, dikembangkannya alat-alat politik dari revolusi tersebut.
Masyarakat komunis tidak dapat diwujudkan seperti apa yang diinginkan
Blanqui melalui kudeta persekongkolan dan kediktatoran sekelompok elit
politik yang mengatasnamakan proletariat, melainkan hanya mungkin
diwujudkan melalui organisasi kelas pekerja industri itu sendiri. Di sini
Marx mengambil modelnya dari kelompok Chartis Inggris, yang
merupakan organisasi massa kelas pekerja modern yang pertama. Subjek
politik inilah, proletariat yang terorganisir, yang akan menyita alat-alat
produksi dan melakukan kontrol terhadap proses produktif.
Dengan penghapusan kelas-kelas yang saling bermusuhan, maka
kekuasaan politik akan ditaklukkan, sebagaimana yang diramalkan oleh
Saint Simon, menjadi sebuah tatanan administrasi produksi belaka.
Notes14) `Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy'
MESW, h. 182. 15) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Florence Kelley (1887), Allen &
Unwin, 1968. 16) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh R. Dixon, Foreign Languages
Publishing House, Moscow, 1956. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
17) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh C. Dutt, W. Lough, dan C.P.
Magill, Lawrence & Wishart, 1965. 18) Tentang konsep ini lihat Louis Althusser, For Marx, Allen Lane The
Penguin Presss, 1969, h. 32-4. 19) Subjudul dari The German Ideology adalah Critique of Modern German
Philosophy According to Its Representatives Feuerbach, Bruno Bauer,
and Stirner, and of German Socialism According to Its Various
Prophets. 20) Lawrence & Wishart edition, 1965, h. 30. 21) Ibid., h.54 22) Ibid., h.37-8 23) Ibid., h.32 24) Ibid., h.43 25) Ibid., h.44 26) Ibid., h.45 27) Ibid., h.60 28) Ibid., h.85 29) Ibid., h.47 30) `On the History of the Communist League', MESW, h.437 31) MEW , h.32, h.253 32) Selama tinggal di Paris, Marx memelihara hubungan persaudaraan
dengan Proudhon dan berusaha mempengaruhinya. Namun, di tahun
1847, penyajian karya pertama Marx yang diterbitkan mengenai teori
materialisme sejarah mengambil bentuk polemik melawan Proudhon, UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
The Poverty of Philosophy. Untuk kritik yang lebih singkat terhadap
Proudhon, lihat surat Marx kepada Schweitzer, tertanggal 24 Januari
1865; MESC, h. 151-8. 33) Philippe Buanorotti, History of Babeuf's Conspiracy of Equals, London,
1836.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
BAGIAN 3
The Communist League (Liga Komunis)
Di awal tahun 1846, setelah mengembangkan prinsip-prinsip dasar
komunisme ilmiah, Marx dan Engels bergerak melibatkan diri mereka
secara praktek dalam gerakan proletarian. Namun demikian, negeri yang
mereka prioritaskan untuk diberi perhatian bukanlah Inggris yang sudah
maju, melainkan Jerman yang masih terbelakang. Dalam beberapa hal,
pilihan ini terpaksa mereka ambil. Marx dan Engels telah memiliki
beberapa pengikut di tengah kaum terpelajar Jerman, sedangkan
kemampuan mereka untuk turut campur dalam politik Inggris maupun
Perancis sangat terbatas. Selain itu, sebagai orang Jerman, Marx dan
Engels merasakan tanggung jawab khusus kepada tanah air mereka yang
mereka pertahankan selama masa-masa pelarian politik mereka, dan di
akhir 1840-an absolutisme Jerman tampak jelas bergerak dengan cepat
menuju krisis. Revolusi Jerman yang sudah membayang, yang diharapkan
Marx dan Engels dapat menggulingkan rejim-rejim lama dan mengubah
masyarakat Jerman sejalan dengan garis politik borjuasi, dilihat keduanya
sebagai suatu tahap perlu untuk menuju tahap akhir, revolusi komunis.
Jerman di tahun 1840-an menunjukan sedikit tanda akan adanya
aktivitas terorganisir dalam kelas-pekerja industri. Meskipun terjadi
perkembangan ekonomi pada tahun 1830-an dan 1840-an, namun
proletariat, dalam makna Marxis, masih merupakan minoritas kecil dari UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
seluruh jumlah penduduk, terutama terpusat di kilang-kilang kapas di utara
Rhein. Pemberontakan penenun di Silesian pada tahun 1844 bukanlah
gerakan proletariat modem, melainkan salah satu dari banyak pengrajin
yang terpukul akibat adanya saingan oleh industri mesin. Namun di antara
buruh-buruh trampil di Jerman (skilled workers), sudah ada bibit
perkembangan politik yang penting, yang, walaupun di Jerman sendiri
hanya sedikit saja perwujudannya, karena kondisi polisional disana
membuat hal ini hampir tak mungkin, ternyata bermekaran di pusat-pusat
utama emigrasi orang-orang Jerman: yaitu Paris, Brussles, London, Jenewa
dan New York (di Paris sendiri, terdapat sekitar 85.000 buruh emigran
Jerman pada 1843).
Organisasi utama gerakan buruh Jerman saat itu, yang juga dalam
kondisi-kondisi emigrasi, yaitu `gerakan buruh internasional pertama
sepanjang masa',34) adalah the League of the Just (Liga Keadilan).
Perkumpulan rahasia ini, yang dibentuk oleh emigran-emigran Jerman di
Paris pada 1836, telah berhubungan erat dengan organisasi Blanqui,
Société des Saisons, dan turut merasakan dampak kekalahan insureksi
tahun 1839. Pada tahun 1840-an, walaupun secara formal pusat liga ini
masih di Paris, namun pusat gerakan sesungguhnya berpindah seiring
berpindahnya beberapa tokoh utamanya ke London, di mana kemudian
German Workers Educational Association didirikan pada 1840 sebagai
badan legal untuk aktivitas-aktivitas Liga.35) Pada 1840-an di London, the
League of the Just belajar dari gerakan Chartis di Inggris mengenai
kemungkinan-kemungkinan akibat yang ditimbulkan organisasi massa UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
kelas pekerja massa terhadap perkembangan industri modern. Walaupun
Liga masih mempertahankan struktur organisasinya yang berwatak rahasia,
namun mereka mulai menjauhkan diri mereka dari taktik-taktik
Blanquisme, dan berusaha mencari cara-cara lain untuk mewujudkan
tujuan komunisnya.
Jelas terhadap the League of the Just inilah, Marx dan Engels harus
mengarahkan diri mereka. Engels sudah memiliki kontak dengan lingkaran
Liga di London, dan keduanya sangat menghormati Liga atas militansinya
dan mengakui pentingnya Liga sebagai sebuah organisasi buruh. Namun
demikian, ketika itu, Liga ini masih berada di bawah pengaruh seorang
komunis utopis, Wilhelm Weitling,36) sehingga Marx dan Engels enggan
bergabung dengan Liga sebelum Liga memahami dan menerima konsep
mereka tentang komunisme ilmiah. Mereka kemudian memutuskan,
sebagai batu pijakan, untuk mendirikan sebuah Komite Korespodensi
Komunis yang berbasis di Brusless, tempat di mana Marx tinggal, dan
melakukan propaganda di tengah jajaran kaum komunis Jerman, dan
berusaha memenangkan mereka ke arah posisi teori komunisme ilmiah.
Komite Korespondensi Komunis ini hanya beranggotakan sekelompok
kecil pengikut pribadi Marx, namun komite ini mengadakan berbagai
pertemuan dan menyelenggarakan surat-menyurat dengan tokoh-tokoh
militan kelas pekerja di Inggris, Perancis dan Jerman, khususnya dengan
sebagian orang dari the League of the Just, yang perlahan-lahan berhasil
mereka pengaruhi. Pada bulan Oktober 1846, misalnya, Engels menulis
surat dari Paris kepada komite ini untuk melaporkan bahwa, setelah UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
berdiskusi selama beberapa minggu, Engels mampu memenangkan
mayoritas dari lingkaran liga untuk menerima bahwa, sebagai komunis,
mereka seharusnya memperjuangkan kepentiangan proletariat melawan
borjuasi, yang ditujukan untuk menghapuskan kepemilikan pribadi dengan
cara `paksaan revolusi demokratik'.37)
Di awal 1847, Liga ini telah cukup mendekat pada posisi teoritik
Marx dan Engels, sehingga mampu menentukan bentuk organisasi dan
taktiknya di masa sesudahnya. Pada bulan Juni 1847, sebuah kongres
dilaksanakan di London, dihadiri oleh Engels dan Wilhelm Wolf38)
mewakili Komite Korespondensi Komunis. Kongres ini kemudian
mengubah League of the Just menjadi Communist League (Liga Komunis)
dan mengorganisir ulang strukturnya berdasarkan garis demokratik
(meskipun Liga ini harus tetap mempertahankan sifat rahasia). Kongres ini
juga menetapkan, dalam pasal pertama dalam peraturan mereka yang baru,
bahwa tujuan Liga adalah `penggulingan kaum borjuasi, pendirian
kekuasaan proletariat, penghapusan masyarakat borjuis lama yang
berdasarkan pada pertentangan kelas dan pendirian masyarakat baru tanpa
kelas dan tanpa kepemilikan pribadi'.39) Setelah Kongres Juni, Marx dan
para pengikutnya mendirikan Asosiasi Buruh Jerman di Brussels
berdasarkan keberhasilan pengorganisasian front Liga di London. Asosiasi
ini dimaksudkan untuk mempengaruhi para buruh emigran Jerman. Pada
bulan November 1847, Marx dan Engels berangkat ke London untuk
menghadiri kongres kedua Liga Komunis yang diselenggarakan secara
rahasia di sebuah gedung di Great Windmill Street selama 10 hari. Kongres UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
membahas panjang-lebar prinsip-prinsip komunisme ilmiah yang
dipersentasikan oleh Marx dan Engels, dan di penghujung kongres Marx
dan Engels diberi mandat untuk merumuskan draft pernyataan mengenai
prinsip-prinsip Liga. Marx mengirim Manifesto of the Communist Party
(Manifesto Partai Komunis) ke London pada bulan Januari 1848, dan
manifesto itu diterbitkan di London dalam bahasa Jerman tepat sebelum
pecahnya revolusi di Paris pada tanggal 21 Februari 1848.40)
Manifesto Komunis sungguh merupakan naskah politik Marx yang
paling terkenal, karena di dalamnya terumus, dalam bentuk polemikal,
pandangan umum Marx tentang revolusi proletar yang sesuai dengan
pandangan materialisme tentang sejarah. Dalam Manifesto ini Marx bukan
hanya siap membuktikan tesis yang membuka bagian pertamanya, `Sejarah
dari semua masyarakat yang ada sampai sekarang adalah sejarah
perjuangan kelas'.41) Sekitar empat tahun kemudian, mengomentari
manifesto ini, Marx menekankan, Tidak ada keistimewaan yang layak
kusandang karena aku menemukan keberadaan kelas-kelas dalam
masyarakat modern ataupun pergulatan di antara kelas-kelas tersebut.
Jauh sebelum aku, para sejarawan borjuis telah menerangkan
perkembangan sejarah dari perjuangan kelas ini, dan para ekonom borjuis
telah pula menerangkan batang-tubuh ekonomis dari kelas-kelas tersebut.
Apa yang aku lakukan,yang merupakan hal baru, adalah membuktikan:
1. bahwa keberadaan kelas-kelas tersebut hanyalah terikat pada
tahap-tahap kesejarahan tertentu dalam perkembangan produksi,
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
2. bahwa perjuangan kelas niscaya akan mengarah pada
kediktatoran proletariat,
3. bahwa kediktatoran itu sendiri mengandung peralihan menuju
penghapusan semua kelas dan menuju lahirnya masyarakat tanpa
kelas.42)
Fokus perhatian Marx pada bagian pertama Manifesto ini adalah
menjelaskan bagaimana hubungan-hubungan produksi kapitalis telah
menjadi belenggu bagi perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, dan
mengapa kelas yang dihisap oleh modal, yaitu proletariat industri, mampu
menghancurkan cara produksi ini sekaligus terpaksa melakukan hal itu
karena posisi ketertindasannya. Sebagai perbandingan, Marx membuka
Manifesto dengan menerangkan secara garis besar peralihan dari
feudalisme ke kapitalisme, menggambarkan kaum borjuasi dalam kedok
heroik mereka selaku wakil dari kekuatan baru dalam produksi dan
pertukaran (manufaktur, perdagangan internasional), yang
perkembangannya dibatasi oleh hubungan-hubungan sosial feudal. Untuk
mencapai pasar bebas yang diperlukannya, borjuasi harus mengancurkan
organisasi feudal dalam pertanian dan industri, serta suprastuktur politik
yang dibangun di atasnya. Dan mereka `akhirnya, sejak didirikannya
industri modem dan pasar dunia, telah mengangkangi sendiri, dalam
bentuk negara perwakilan modern, kekuasaan politik yang eksklusif'.43)
Seperti bahwa sistem manufaktur tidak dapat ditampung dalam
serikat-serikat gilda feudal, demikian pulalah masyarakat borjuis semakin
tidak dapat mengontrol alat-alat produksi yang telah diciptakan sendiri, UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
yang telah terbukti dengan terjadinya krisis-krisis perdagangan dan industri
secara berkala oleh karena kelebihan produksi [overproduction, pen.]
_'suatu wabah menular, yang pada epos-epos sebelumnya, akan tampak
sebagai satu keanehan'.44) Dalam Manifesto, Marx mencukupkan diri untuk
sekedar menunjukkan krisis produksi sebagai tanda `pemberontakan
kekuatan-kekuatan produktif modern terhadap kondisi-kondisi produksi
modern', dan penjelasan teoritiknya tentang fenomena ini beserta dampak-
dampaknya masih harus menunggu terbitnya Capital. Namun, yang harus
ditekankan di sini adalah pembedaan yang dibuat Marx antara kekuatan-
kekuatan produktif yang terus-menerus berkembang, yang dibelenggu oleh
hubungan-hubungan kapitalis, yang digambarkan Marx sebagai `senjata'
yang `akan berbalik melawan borjuasi itu sendiri', dengan orang-orang
yang akan mengangkat senjata ini 'kaum proletar'.45) Kelas pekerja industri
adalah agen politik yang akan menghancurkan hubungan-hubungan sosial
yang kini ada, namun pekerja-pekerja ini hanya dapat melakukannya
karena perkembangan kekuatan-kekuatan produktif menempatkan tugas ini
pada agenda sejarah mereka .
Marx melanjutkan dengan telaah atas proses bagaimana proletariat
terorganisir menjadi sebuah kelas dan masuk ke arena politik justru karena
kondisi-kondisi eksistensi sosialnya. Apa yang menggerakkan
perkembangan ini dari pemberontakan yang sporadis dan terburu nafsu,
yang awalnya terarah pada alat-alat kerja dan bukannya langsung melawan
para kapitalis (yaitu, Luddisme) menjadi organisasi massa yang kuat,
adalah perkembangan industri mesin itu sendiri, yang memusatkan para UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
buruh bersama-sama dalam jumlah massa yang sangat besar. Dalam
kondisi-kondisi ini, penggabungan kaum buruh, yang semula hanya
terbentuk untuk melakukan tawar-menawar dengan seorang kapitalis
mengenai upah, niscaya akan terus berkembang dan tumbuh. Dan, dalam
kondisi-kondisi modern, para buruh dapat mencapai sebuah serikat
nasional lebih cepat dari pada warga pedagang perkotaan di abad
pertengahan. Sejalan dengan perluasan serikat-serikat buruh untuk
mencakup kelas mereka secara keseluruhan, perjuangan mereka terbukti
menjadi perjuangan politik. Sementara itu, perkembangan kapitalisme
menyebabkan kelas-kelas tengahan yang merupakan peninggalan dari
corak produksi pra-kapitalis (borjuis kecil, petani, artisan, dan lain-lain)
melenyap menjadi proletariat. Pertentangan kelas akan disederhanakan
menjadi pertentangan tunggal antara borjuis dan proletar. Dan `gerakan
proletar adalah gerakan yang sadar akan dirinya sendiri, gerakan yang
mandiri dari mayoritas yang sangat luas untuk kepentingan mayoritas yang
sangat luas pula'. `Karena itulah, apa yang dihasilkan oleh borjuasi, di atas
segalanya, adalah para penggali lobang kuburnya sendiri. Kejatuhan
borjuasi dan kemenangan proletariat sama-sama tak terhindarkan'.46)
Pada bagian kedua Manifesto, Marx merangkumkan tujuan
revolusi proletar `dalam satu kalimat: Menghapuskan kepemilikan pribadi,'
sambil menekankan, `Kepemilikan pribadi borjuis modern adalah
perwujudan akhir dan terlengkap dari sistem untuk menghasilkan dan
merampas hasil-hasil produksi, yang didasarkan pada pertentangan kelas,
pada penghisapan terhadap yang banyak oleh yang sedikit'. Karena modal UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
sudah menjadi sebuah `kekuatan sosial' dalam makna bahwa `hanya
dengan aksi bersatu dari seluruh anggota masyarakat modal itu dapat
digerakkan',47) dan mayoritas terbesar dari populasi _yaitu, proletariat_telah
dilucuti dari segala kepemilikan pribadi, maka apa yang diperlukan untuk
mewujudkan sebuah corak produksi yang tanpa pertentangan dan tanpa
kelas adalah mengubah modal menjadi milik umum, milik masyarakat
secara keseluruhan. Dan agen yang mampu melakukan tranformasi ini
hanyalah proletariat, yang membentuk diri mereka `menjadi sebuah kelas,
dan dengan demikian bersatu ke dalam sebuah partai politik'48) dalam
proses perjuangannya melawan penindas yang ada di hadapannya. Inilah
titik di mana sintesis marxis yang khas tentang revolusi sosial dan politik
ditempa, dan Marx melanjutkan pada penegasan bahwa `proletariat akan
menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, tahap demi tahap,
semua modal dari tangan borjuasi, untuk memusatkan semua alat produksi
di tangan negara, yaitu proletariat yang terorganisir sebagai kelas yang
berkuasa.'49)
Akan tetapi, perjuangan kelas proletariat itu sendiri hanyalah tahap
peralihan yang diperlukan untuk menuju masyarakat momunis yang
hendak dicapai. Karena `kekuasaan politik … tidak lain adalah kekuasaan
terorganisir dari kelas yang satu untuk menindas kelas lainnya', jadi, ketika
proletariat menyapu bersih dengan paksa keadaan-keadaan produksi yang
lama, maka _bersama dengan dihilangkannya kondisi ini_ kelas proletariat
menyapu pula kondisi-kondisi yang memungkinkan adanya pertentangan
kelas dan kelas secara umum, dan dengan demikian berarti juga UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
menghapuskan keunggulannya sendiri sebagai sebuah kelas … Sebagai
ganti masyarakat borjuis lama, dengan kelas-kelas dan pertentangan
kelasnya, kita akan mendapati sebuah perkumpulan, di mana
perkembangan bebas dari masing-masing orang merupakan syarat bagi
perkembangan bebas dari semua orang.50)
Pada bagian ketiga Manifesto, Marx melancarkan kritik yang
cukup mendetail tentang berbagai tipe dan sub-tipe dari bacaan-bacaan
sosialis dan komunis yang berkembang masa itu. Perdebatan ini diarahkan
terhadap seluruh doktrin reformasi sosial yang kacau-balau, yang
berkembang dengan menyebut diri sebagai sosialisme atau bahkan
komunisme sepanjang tahun 1840-an, yaitu ketika konflik-konflik sosial
yang ditimbulkan oleh industrialisasi kapitalis menjadi persoalan yang
semakin mendesak bagi semua kelas di Inggris, Perancis dan Jerman.
Walaupun doktrin-doktrin dan berbagai penyelesaian yang diserang Marx
secara khusus di sini hanya berlaku bagi masa tersebut, kritik Marx masih
menyediakan sebuah kerangka telaah ideologis yang dipandu oleh teori
materialisme historis. Sub-bagian terakhir, `Sosialisme dan Komunisme
Utopis-Kritis' sangatlah penting karena menyajikan penjelasan tentang
perkembangan ideologi sosialis dari utopia (khayalan) menjadi ilmu
pengetahuan, dan memperkenalkan konsep sektarianisme yang dipandang
Marx sebagai hambatan utama bagi proses perkembangan sebuah gerakan
buruh revolusioner.
Seperti yang telah disebutkan di atas, teori ekonomi dasar
komunisme, yaitu corak produksi yang direncanakan secara rasional dan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
dikontrol secara kolektif berdasarkan industri modern, pertama kali
dirumuskan oleh Saint-Simon sebagai tanggapan terhadap karakter anarkis
dari produksi kapitalis serta puncak-puncak kemakmuran dan jurang-
jurang kemiskinan yang dihasilkannya, meskipun Saint-Simon dan tokoh
utopis lainnya berwatak elitis dan anti-demokratik, dan tidak melihat
adanya hubungnnya antara ide-ide mereka dengan gerakan buruh. Marx
menganggap bahwa jarak awal antara kritik terhadap kapitalisme dan
gerakan nyata dari kelas pekerja ini ada karena kapitalisme industri yang
masih terbelakang, demikian pula keadaannya di tengah kaum proletariat,
di awal abad ke-19. Karena para pendiri sistem utopis tersebut memandang
proletariat sebagai `kelas yang tidak memiliki inisiatif sejarah ataupun
gerakan politik mandiri',51) maka mereka berusaha mewujudkan rencana-
rencana rekontruksi sosial mereka dengan berkampanye kepada
masyarakat seluas mungkin, khususnya kepada kelas berkuasa yang
terdidik. Walaupun tulisan-tulisan mereka `menyerang setiap prinsip
masyarakat yang ada' dan karenanya `dipenuhi dengan materi-materi yang
paling berharga untuk pencerahan kelas pekerja',52) namun ide-ide mereka
tentang masyarakat masa depan dan cara mencapainya niscaya bercirikan
segala macam hal yang nyentrik. Tetapi sejalan dengan berkembangnya
perjuangan proletariat melawan borjuasi, dimungkinkanlah untuk pertama
kalinya satu pandangan tentang komunisme yang dibangun bukan dari
diperdamaikannya pertentangan kelas dari luar, melainkan karena
kemenangan proletariat terhadap borjuasi di dalam pertentangan kelas.
Rancangan-rancangan yang subjektif dan acak dari para tokoh utopis itu UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
kini terlihat dalam makna yang reaksioner, karena mereka masih terus
berusaha `mematikan perjuangan kelas dan mendamaikan pertentangan
kelas'.53)
Berlatarbelakangkan watak sosialisme dan komunisme utopis yang
berusaha menyuntikkan rancangan-rancangan subjektif mereka pada
proletar yang sejati inilah, Marx merumuskan tugas-tugas kaum komunis
dalam bagian kedua Manifesto ini. Bertentangan dengan kaum utopis,
`kesimpulan teoritik dari kaum komunis … hanyalah menyatakan, secara
umum, hubungan-hubungan yang muncul dari perjuangan kelas yang
sungguh terjadi, dari sebuah gerakan historis yang berlangsung bahkan di
depan kedua mata kita'. Karena itu, kaum komunis `tidak membentuk
sebuah partai yang terpisah, yang bertentangan dengan partai-partai kelas
pekerja lainnya',54) dan `tidak membangun prinsip-prinsipnya sendiri yang
sektarian dengan maksud membentuk dan mengarahkan gerakan
proletar'.55) Tugas khusus kaum komunis, yang dibedakan dari kaum lain
hanya oleh pemahaman teoritiknya tentang proses sejarah, adalah berjuang
agar kaum proletariat mengenal peran revolusioner yang harus
dimainkannya karena dinamika objektif dari masyarakat borjuis, untuk
`menunjukkan' kepada seluruh proletariat kepentingan-kepentingannya
yang bersifat internasional dan berjangka panjang.
Manifesto hendaknya tidak dianggap sebagai summa (rangkuman)
pemikiran politik Marx. Tentu, Manifesto adalah rumusan paling umum
dari prinsip-prinsip komunisme ilmiah, dan Marx sendiri menganggapnya
sebagai sebuah tolok ukur sepanjang sisa hidupnya. Namun demikian, UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Manifesto banyak meninggalkan persoalan yang belum terselesaikan dan
memberikan penyelesaian yang tidak utuh untuk persoalan-persoalan
lainnya. Persoalan paling utama tentu saja ialah, apakah ` gerakan historis
yang berlangsung bahkan di depan kedua mata kita ` ini bergerak langsung
menuju komunisme sebagaimana yang diyakini Marx di tahun 1848, dan
kita akan kembali ke persoalan ini dalam bagian pendahuluan dari The
First International and After (Political Writings, vol. 3). Persoalan-
persoalan lain meliputi bagaimana kelas pekerja mengorganisir secara
politik untuk mengambil alih kekuasaan, dan bagaimana ia menghadapi
alat-alat negara, juga persoalan tentang pertentangan nasional dan kelas-
kelas antara, dan hal ini akan kita bahas ketika muncul dalam konteks
praktek politik Marx. Kehebatan Manifesto ini adalah karena ia
meletakkan perwujudan-perwujudan yang paling umum dari teori
materialisme historis untuk perjuangan kelas proletariat dalam sebuah
bentuk yang secara mendasar masih terus berlaku sampai saat ini:
belenggu-belenggu yang diikatkan oleh hubungan produksi kapitalis
terhadap kekuatan-kekuatan produktif niscaya akan membawa pergantian
dari kapitalisme menuju komunisme; hubungan-hubungan kapitalis hanya
dapat dihapuskan melalui perjuangan kelas yang mereka lahirkan sendiri;
proletariat hanya dapat mengubah masyarakat kapitalis menjadi
masyarakat komunis dengan cara mengorganisir diri sebagai kelas yang
berkuasa dan menggunakan kekuasaan negara untuk melucuti para pemilik
modal; dan penghapusan kelas yang menjadi akibat dari penegakan
komunisme akan mengarah pada melenyapnya negara itu sendiri. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Problem-Problem Seputar Taktik
Dalam Liga Komunis, Marx dan Engels membangun kader kelas
pekerja yang menerima teori mereka tentang komunisme ilmiah. Untuk
partai benih pekerja ini, seperti juga semua partai oposisi Jerman ketika itu,
rumusan tentang tujuan akhir perjuangan saja tidaklah memadai. Telah
jelas sejak permulaan dekade tersebut bahwa rejim absolutis Prusia
semakin terpuruk menuju krisis. Ketika pada tahun 1846 oposisi borjuis
liberal menuntut diberlakukannya sebuah konstitusi sebelum mereka
menyetujui pemungutan pajak lebih lanjut, maka kaum komunis, bersama
seluruh kaum demokrat ketika itu,56) mulai mengharapkan pecahnya
revolusi dalam waktu dekat. Pendekatan revolusioner ini mengharuskan
Liga Komunis merumuskan tujuan-tujuan taktisnya, yang, karena belum
matangnya kapitalisme industri Jerman, tidak dapat sekedar disatukan
dengan tujuan strategis berupa perebutan kekuasan oleh kelas-kelas
pekerja.
Situasi yang dihadapi oleh Liga Komunis dalam mendekati
persoalan revolusi Jerman secara sekilas nampaknya tidak dapat dijelaskan
oleh skema sejarah yang disajikan dalam Manifesto. Manifesto itu secara
mendasar diarahkan pada persoalan-persoalan gerakan proletar di negeri-
negeri kapitalis yang paling maju, yang jauh sebelumnya telah mengalami
revolusi borjuis (yaitu, Inggris pada abad ke-17 dan Perancis pada abad ke-
18), negeri-negeri di mana Marx mengharapkan kontradiksi antara
proletariat dengan borjuasi segera menajam dan mengarah pada revolusi
komunis. Akan tetapi di Jerman, yang ketika itu masih jauh ketinggalan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
dari negeri barat lainnya dalam perkembangan sosial-ekonominya sehingga
borjuasi Jerman belum siap menambil alih kekuasan, bagaimana mungkin
ada sebuah gerakan proletar yang diarahkan langsung melawan borjuasi,
dan apa yang harus dilakukan kaum komunis Jerman dalam situasi seperti
ini ?
Akar penyebab situasi politik Jerman yang khas ini dijelaskan
dalam teori Marxis dengan konsep perkembangan yang tak-merata [uneven
development, pen.], walaupun konsep ini adalah objek dari banyak telaah
Marx, namun baru di kemudian hari diberi nama yang jelas oleh seorang
marxis Rusia, George Plekhanov. Dalam proses sejarah, masyarakat-
masyarakat yang pada awalnya terpisah satu sama lain, yang berkembang
dengan kecepatan yang berbeda-beda, ketika mulai saling berhubungan
sambil menampilkan corak-corak produksi yang berbeda satu sama lain,
sama-sama saling mempengaruhi proses sejarah masing-masing melalui
perdagangan, perang, penyebaran teknologi dan lain-lain. Proses interaksi
inilah yang membuat sejarah memiliki kompleksitas yang rumit. Dan,
sekalipun Marx yakin bahwa kapitalisme ketika itu sedang berusaha
mengatasi perbedaan-perbedaan nasional, namun kapitalisme itu sendiri
juga menimbulkan bentuk-bentuk baru dari perkembangan yang tak-merata
(lihat bagian pendahuluan pada Surveys From Exile, Political Writings vol.
2). Pada akhirnya, hanya dengan komunisme dunialah kita dapat
mengharapkan sejarah umat manusia yang tunggal.
Telaah terhadap perkembangan kapitalis yang disajikan oleh Marx dalam
The German Ideology dan Manifesto of The Communist Party merupakan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
sebuah skema politik, bukan sebuah penjabaran empiris. Marx sendiri
menyadari bahwa sejarah yang nyata lebih rumit daripada itu, dan ia tidak
pernah mengharapkan setiap negeri untuk mengikuti jalur sejarah yang
serupa satu dengan lainnya. Pada bagian terakhir dari Manifesto itu, Marx
sendiri menyinggung soal pengaruh perkembangan yang tak-merata pada
kondisi Jerman, walaupun ia tak menjelaskan sebab-sebab khususnya.
Dengan pemahaman terhadap apa yang terjadi terhadap peristiwa-peristiwa
sejarah, kelihatannya yang terjadi adalah semacam ini. Sejarah Jerman
pada masa sebelumnya membuat tertinggalnya negeri ini jauh di belakang
negeri-negeri tetangganya dalam hal peralihan dari feudalisme ke
kapitalisme (sebagian besar sebagai akibat dari Perang Petani pada masa
Reformasi dan Perang Tiga Puluh Tahun di abad ke-17 yang telah
menghambat terbentuknya sebuah negara bangsa [nation-state, pen.] yang
bersatu). Jerman ketika itu belum mampu mengembangkan borjuasi
komersial dan finansial yang kuat, yang berdasarkan perdagangan
internasional, seperti yang telah berhasil menggulingkan rejim lama di
Perancis dan Inggris. Namun hal itu tidaklah mencegah kebangkitan kelas
kapitalis industri di abad ke-19 yang berdasarkan pada teknologi baru
industri mesin, yang secara bertahap berkembang di negeri-negeri termaju.
Oleh karena itu borjuasi Jerman ketika itu tidak hendak berurusan dengan
revolusi `mereka', sampai mereka menghasilkan cerminan dirinya yaitu
proletariat industri. Bagaimanapun juga, walau dalam Manifesto Marx
menyatakan bahwa sejarah Jerman akan mengalami proses yang berbeda
dari skenario `klasik' revolusi borjuis Inggris dan Perancis, namun ia UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
menyajikannya dalam skala waktu yang dipadatkan: `revolusi borjuis di
Jerman akan dilakukan di bawah kondisi peradaban Eropa yang lebih
maju, dan oleh proletariat yang jauh lebih maju, dibandingkan apa yang
terjadi di Inggris pada abad ke-17 dan Perancis pada abad ke-18', akan
menjadi `pendahuluan bagi revolusi proletar yang akan segera
menyusulnya'.57)
Sejak awal 1846, yaitu ketika Marx dan Engels memulai
propaganda sistematis mereka tentang komunisme ilmiah, keduanya juga
mengajukan sebuah taktik khusus untuk kelas pekerja dalam revolusi
Jerman. Karena anggapan bahwa revolusi yang akan datang akan
mendudukkan kaum borjuasi di tampuk kekuasaan maka proletariat harus
secara aktif mendukung borjuasi dalam perangnya melawan absolutisme
dan menahan diri untuk tidak memaksakan perjuangannya sendiri melawan
borjuasi, sampai rejim yang lama betul-betuil ditaklukkan. Pernyataan
publik pertama tentang posisi ini dimuat dalam sebuah artikel yang ditulis
Engels tentang `The State of Germany' [Negara Jerman], yang diterbitkan
dalam koran Chartist, Northern Star (4 April 1846), di mana ia menulis
bahwa gerakan buruh Jerman akan menundukkan diri kepada borjuasi
sampai hari ketika borjuasi memegang penuh kekuasaan, namun pada hari
itu pula perjuangan proletariat melawan borjuasi akan dimulai. Rumusan
serupa diulang pada Bagian IV Manifesto, dengan syarat mutlak bahwa
kaum Komunis `jangan pernah berhenti, sesaat pun, untuk menanamkan
kepada kelas pekerja kesadaran yang sejelas mungkin tentang pertentangan
yang tak terdamaikan antara borjuasi dan proletariat',58) dengan demikian UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
menyiapkan kaum pekerja untuk pertempuran yang akan datang melawan
sekutu mereka yang sekarang.
Menarik jika kita membandingkan posisi taktis yang baru ini
dengan apa yang diungkapkan Marx sebelum mengembangkan pandangan
materialisnya tentang sejarah. Ketika Marx pertama kali berkomitmen pada
proletariat di tahun 1844, itu adalah karena proletariat adalah kelas dengan
`rantai radikal', agen revolusi yang harus `melompati', dalam sebuah salta
mortale [lompatan maut, pen.], baik `keterbatasan-keterbatasan' di Jerman
maupun pada bangsa-bangsa modern lainnya, karena `perkembangan
kondisi-kondisi sosial dan kemajuan teori politik, menunjukkan bahwa
sudut pandang [kelas menengah] telah kadaluwarsa atau setidaknya sudah
terbantahkan'.59) Namun demikian, dari tahun 1846, teori Marx tentang
materialisme sejarah menyebabkan ia menarik kesimpulan bahwa
proletariat Jerman tidak dapat begitu saja mengabaikan posisi `dapat
diperdebatkan' dari borjuasi, dan bahwa pada saat-saat revolusi mendekat,
kelas pekerja pertama-tama harus sekuat tenaga bekerja sama dengan
penindas langsungnya, sampai feudalisme dan absolutisme betul-betul
hancur. Sebagaimana dapat kita lihat selanjutnya, Marx akan menekankan
perlunya aliansi dengan borjuasi ini, sekalipun dengan resiko kehilangan
sekutu-sekutunya dalam gerakan kelas pekerja Jerman.60)
Segaris dengan taktik ini, Marx dan Engels memusatkan diri untuk
menyerang ide-ide utopis yang meyakini bahwa komunisme sudah
mungkin terwujud di Jerman, khususnya ide-ide `sosialisme sejati' yang
mendominasi ideologi sosialis Jerman ketika itu,61) dan yang menggunakan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
kritik terhadap kapitalisme yang berasal dari tokoh-tokoh utopis Perancis
yang berusaha menyimpangkan kaum buruh agar tidak ikut terlibat dalam
gerakan demokratik yang ketika itu tengah bangkit. Pada sebuah diskusi
antara Komite Korespondensi Komunis dengan Weitling, yaitu ketika
Weitling mengunjungi Brussels pada Maret 1846, Marx mengecam
`harapan-harapan penuh mimpi' dari tokoh-tokoh utopis dan menegaskan
posisinya bahwa komunisme tidak dapat dicapai di Jerman tanpa didahului
borjuasi memegang tampuk kekuasaan. Dengan dasar posisi ini, Marx juga
dapat bekerja dalam jajaran orang-orang pengasingan dari gerakan
demokratik borjuasi kecil secara umum maupun para intelektual, dan
berupaya membentuk sebuah aliansi yang solid antara kaum Komunis
dengan para demokrat berdasarkan kesamaan program untuk
menghancurkan feudalisme dan absolutisme, serta penyatuan Jerman
menjadi sebuah negara republik demokratik.
Karena itu, Marx kemudian bekerja sama dengan Deutsche-
Brüseller Zeitung [Koran untuk orang Jerman dan Brussels, pen.] sejak
didirikannya pada musim semi 1847, koran berbahasa Jerman yang
diterbitkan di Brussels, yang cukup berpengaruh pada masa-masa
menjelang revolusi, dan menjelang akhir tahun itu, koran ini menjadi organ
riil sementara bagi Marx dan para pengikutnya. Marx mewakili demokrasi
Jerman dalam Asosiasi Demokratik untuk Penyatuan Seluruh Negeri , yang
dibentuk pada bulan November 1847, yaitu sebuah organisasi Belgia yang
berhubungan dengan English Fratenal Democrats, yang menyatukan kaum
buruh dan para demokrat borjuis kecil serta berkampanye dalam solidaritas UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
dengan negeri-negeri dan bangsa-bangsa Eropa yang ketika itu ditindas
oleh absolutisme.
Walaupun Marx membuat penekanan yang tidak diragukan
ketepatannya tentang prioritas perjuangan melawan absolutisme Jerman,
namun posisinya yang dalam hubungan antara proletariat dengan borjuasi
ketika itu masih agak rancu. Menurut Manifesto, kaum Komunis
`menanamkan kepada kelas pekerja kesadaran yang sejelas mungkin
tentang pertentangan yang tak terdamaikan antara borjuasi dan proletariat',
sambil sekaligus memobilisasi kaum proletariat untuk `berjuang bersama
borjuasi ketika borjuasi bertindak dalam cara yang revolusioner'.62) Dua hal
ini nampaknya akan sangat sulit dipertemukan dalam praktek, khususnya
karena gerakan buruh Jerman masih dalam tahap embrionik (janin, pen.)
dan spontan, dan belum mampu bertindak dalam sebuah kesatuan yang
disiplin. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa dalam The Demands of
the Communist Party in Germany (Tuntutan-tuntutan Partai Komunis
Jerman) yang disusun Marx dan Engels setelah revolusi Maret di Jerman
sebagai dokumen programatik dasar mereka, dan yang merangkum syarat-
syarat mutlak bagi penggulingan secara demokratik radikal terhadap
feudalisme dan absolutisme dalam tujuh belas poin, tidak menyebut satu
katapun tentang pertentangan yang tak terdamaikan antara borjuasi dan
proletariat yang sebelumnya telah ditekankan dalam Manifesto. Karena
dipaksa untuk memilih antara kebutuhan di masa sekarang dengan
kebutuhan di masa mendatang, maka Masrx mengorbankan untuk
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
sementara pendidikan anti-kapitalis bagi proletariat dan memilih
mendahulukan perjuangan yang mendesak melawan rezim lama.
Sebagaimana akan kita lihat, taktik aliansi jangka pendek dengan
borjuasi ini terbukti tidak dapat dipertahankan. Dalam konteks uneven
development di Jerman, keberadaan gerakan proletar Jerman yang
mengancamnya dari belakang telah menghentikan semangat revolusioner
yang menyala-nyala dari kaum borjuasi _sebuah fakta yang barangkali
seharusnya telah diperkirakan Marx ketika ia menulis bahwa revolusi
borjuis Jerman merupakan `pendahuluan dari revolusi proletar yang segera
akan menyusul'. Namun demikian, ketika ketika revolusi 1848 meletus,
Marx masih mengandalkan borjuasi Jerman untuk mengambil inisiatif
dalam tahapan awal revolusi itu, sebagaimana yang telah dilakukan
borjuasi Perancis pada tahun 1789. Strategi Marx adalah memacu borjuasi
lewat sebuah basis mandiri di pihak kiri, mengorganisir kelas-kelas
plebeian (kaum miskin, pen.) terpisah dari borjuasi untuk memukul rejim
lama secara serentak, dan menyiapkan blok demokratik dari proletariat,
borjuasi kecil dan petani untuk melangkah maju sewaktu-waktu menjadi
vanguard [pelopor, pen.] begitu borjuasi menunjukkan keengganan untuk
bergerak, seperti yang dicontohkan oleh pemerintahan Jacobin di Perancis
tahun 1793-4. (The Demands of the Communist Party in Germany secara
ekplisit disajikan sebagai perwakilan kepentingan bersama dari ketiga
kelas ini.) Namun demikian, kejadian-kejadian dalam proses revolusi itu
segera menunjukan bahwa proletariat tak dapat menghalangi timbulnya
kekhawatiran di kalangan borjuasi Jerman hanya dengan mendukung UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
mereka dalam perjuangan melawan rejim lama. Kendatipun wakil-wakil
politik mereka menahan diri untuk tidak menyuarakan pertentangan yang
tak terdamaikan antara mereka (proletariat) melawan borjuasi, namun
keberadaan nyata dari ancaman [dari mereka terhadap kaum borjuasi, pen.]
ini tidak dapat ditutupi. Dan perkembangan revolusi Jerman ini akhirnya
memaksa Marx untuk meninggalkan segala harapan bahwa borjuasi akan
bergerak secara tegas melawan rejim lama.
Notes34) Engels, `On the History of the Communist League', MESW, h. 431. 35) The German Workers Educational Association, dengan balai
pertemuannya di Great Windmill Street, Soho, berfungsi sebagai pusat
gerakan buruh Jerman di London selama bertahun-tahun. Ia bertahan
setelah pembubaran Liga Komunis di tahun 1852, dan kemudian
bergabung dengan Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD-
Sozialdemocratisch Partei Deutschland), sampai tahun 1918 mereka
dibubarkan oleh pemerintah Inggris. 36) Wilhelm Weitling adalah penerbit komunisme pertama di Jerman.
Bukunya, Guarantees of Harmony and Freedom, terutama diilhami oleh
Fourier, dan Marx sangat memuji buku ini semasa ia masih tinggal di
Paris. 37) MESC, h. 32. 38) Wilhelm Wolff, seorang wartawan, tetap menjadi kawan dekat Marx
dan Engels selama masa-masa revolusioner 1848 dan dalam UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
pengasingan di Inggris. Di tahun 1867, Marx mempersembahkan
volume pertama Capital kepada Wolff, sambil menyebutnya sebagai
seorang `pejuang proletariat yang gagah-berani dan mulia'. 39) Dikutip oleh Engels, `On History of the Communist League', MESW,
H. 440. 40) Manifesto aslinya muncul tanpa nama penulisnya, dan judulnya sama
sekali tidak menunjuk pada Liga Komunis (Bund der Kommunisten)
yang merupakan perkumpulan rahasia itu. `Partai' (partei) di sini
memiliki makna yang lebih-kurang sama dengan `gerakan' di masa kini;
kata itu dipergunakan secara agak longgar di pertengahan abad ke-19,
baik dalam bahasa Jerman maupun Inggris. 41) Kutipan aslinya adalah `The history of all hitherto existing societies is
the history of class struggles.' Edisi asli buku ini menyertakan
Manifesto sebagai pelengkap, sedangkan edisi ini tidak. Anda dapat
memperoleh teks lengkap Manifesto di
http://www.marxist.org/Marx/manifesto/index.html 42) Surat Marx pada Weydemeyer, 5 Maret 1852; MESC, H. 69. 43) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 44) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 45) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 46) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 47) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 48) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 49) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
50) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 51) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. Dalam bagian pertama dari
bukunya `Socialism: Utopian and Scientific', Engels mengembangkan
telaah ini tentang sosialisme utopian ini; lihat MESW, h. 394-405. 52) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 53) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 54) Lihat catatan #40 di atas. Liga Komunis, kalau bukannya satu partai,
dalam makna modern kata itu, yang terpisah tetap saja terpisah dari
berbagai organisasi kelas pekerja lainnya masa itu, dan sungguh sering
beroposisi terhadap mereka. 55) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 56) Dalam masa-masa ini, ketika gerakan proletariat baru saja mulai
membedakan diri dari gerakan borjuis kecil, istilah `demokrat'
digunakan secara umum dalam makna yang luas untuk menunjuk
semua orang yang berpihak pada pemerintahan oleh rakyat, dengan
demikian mencakup kaum Komunis. 57) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 58) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 59) `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right:
Introduction', dalam Early Writings. 60) Sekalipun ditolak oleh Marx di tahun 1846, teori "lompatan maut' ini
merupakan pendahulu dari taktik `revolusi permanen' yang
dikembangkan Marx di tahun 1850, kali ini di dalam kerangka
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
komunisme ilmiah. Lihat bagian "Perpecahan dalam Liga Komunis'
dalam buku ini. 61) Lihat Bagian III 1.c. dari Manifesto (catatan #41). 62) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
BAGIAN 4
Revolusi Jerman
Revolusi Februari di Paris, yang menggulingkan monarki
konstitusional Louis Philippe, segera memicu gerakan revolusioner di
Jerman. Pada tanggal 13 Maret sebuah pemberontakan rakyat di Wina
melumpuhkan monarki Habsbrug, dan pada tanggal 18 Maret revolusi itu
meluas ke Berlin. Frederick William IV dari Prusia dipaksa mengijinkan
kebabesan aktivitas politik, dan berjanji tidak menghalang-halangi
penyatuan nasional demokratik.
Segera setelah revolusi Februari itu, Marx meninggalkan Brussels
menuju Paris, di mana sebagai kompensasi atas pengusiran terhadap
dirinya tiga tahun yang lalu, Marx kemudian dianugrahi warga kehormatan
Perancis. Ketika itu Marx telah diberi kewenangan oleh Liga Komunis
untuk membentuk Komite Sentral baru di Paris, yang kemudian
keanggotanya terdiri dari para pengikutnya terdekat: Engels, Wilhem
Wolff dari Brussels, dan Bauer, Moll dan Schapper dari London.63)
Kelompok terbesar dari orang-orang pengasingan Jerman di Paris
membentuk sebuah Legiun yang secara optimis dimaksudkan untuk
meluaskan revolusi ke Jerman dengan kekuatan bersenjata, namum Marx
dan kawan-kawannya memilih memusatkan tenaga dengan mengirim
beberapa ratus anggota dan pendukung Liga Komunis secara rahasia ke
Jerman, sampai saat-saat di bulan Maret ketika mereka dapat kembali ke UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Berlin secara terang-terangan. Selama tinggal di Paris inilah Marx dan
Engels menyusun The Demands of The Communist Party in Germany,
yang didistribusikan secara luas di Jerman selama beberapa bulan
berikutnya.
Marx dan Engels kembali ke Jerman di bulan April dan
memutuskan untuk menetap Cologne. Pilihan ini didorong oleh beberapa
petimbangan. Cologne adalah sebuah kota Prusia, dari situ mereka dapat
menyerang salah satu dari dua kekuatan besar Jerman. Cologne berada di
propinsi Rhein, yang secara ekonomis merupakan bagian yang paling maju
dari Jerman, dan Cologne juga mempertahankan undang-undang pers yang
lebih liberal, yaitu Code Napoléon, sebagai warisan masa pendudukan
Perancis di kota ini. Cologne telah menjadi pusat kegiatan oposisi selama
1840-an dan telah memilki sebuah organisasi Liga Komunis yang aktif.
Bahkan Marx pun dikenang untuk aktivitasnya di Cologne pada masa-
masa Rheinische Zeitung tahun 1842-3. Pilihan mereka penting, terutama
karena taktik Marx dan Engels tentang blok demokratik, dan sekembalinya
mereka di Cologne, merekapun mendapatkan dukungan politik dan
finansial yang memadai untuk meluncurkan sebuah koran harian. Tepat
seperti yang diharapkan, die Neue Rheinische Zeitung terbit pada tanggal 1
Juni 1848 dengan subjudul Organ der Demokratie (Organ Demokrasi,
pen.).
Masa dua belas bulan yang dihabiskan Marx di Jerman sejak 1848-
9 ini memberikan kesempatan yang tiada taranya kepada kita untuk melihat
Marx sebagai seorang militan yang revolusioner, karena itu, kini kita akan UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
mempelajari praktek politiknya secara detil. Selama periode ini, basis
operasi Marx bukanlah Liga Komunis, melainkan die Neue Rheinische
Zeitung, hal ini memerlukan penjelasan. Engels kiranya tepat menjelaskan
langkah Marx ini dengan melihat kenyataan bahwa `Liga Komunis ini
terbukti masih terlalu lemah jika berperan sebagai penggerak terhadap
gerakan massa rakyat yang ketika itu tengah meletus'.64) Namun, ada alasan
lain yang lebih dari itu. Meskipun Engels menghindari menyebutkannya,
namun ada tanda-tanda bahwa Marx sendiri ketika itu sengaja menyabot
Liga Komunis, sebagai kelanjutan dari perdebatan yang berkembang antara
ia dengan Gottschalk.65)
Andreas Gottschalk adalah seorang tokoh dominan dalam Liga
Komunis di distrik Cologne, dan ia menggunakan posisinya sebaagai
dokter untuk membangun kelompok pengikutnya di antara para buruh dan
pengangguran. Setelah hari-hari bulan Maret, Gottschalk mendirikan
sebuah Workers' Society (Perkumpulan Buruh, pen.) yang bergerak secara
terbuka. Marx dan Engels kemudian menjalin kontak dengan perkumpulan
ini sekembalinya mereka ke Cologne. Perkumpulan-perkumpulan serupa
telah dibentuk di banyak kota Jerman, meskipun tidak selalu dipimpin
kaum Komunis. Dan di Berlin, seorang anggota Liga Komunis, Stefan
Born, tengah berupaya menyatukan perkumpulan-perkumpulan ini ke
dalam sebuah organisasi nasional. Awalnya Liga Komunis berharap dapat
mengontrol perkumpulan-perkumpulan buruh yang terbuka ini melalui
`komune-komune' rahasia mereka, namun di penghujung April, harapan ini
harus ditinggalkan karena hanyalah khayalan. Liga terlalu kecil jumlahnya, UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
jalur komunikasinya pun lemah, dan yang paling parah, perkumpulan-
perkumpulan buruh ini begitu kuat diselimuti oleh semangat gilda-gilda
lama, dan mengorganisir diri mereka dalam garis pekerja-tukang, yang
mencerminkan dominasi kaum artisan di kalangan mereka, dan bukan
buruh industri modern.
Dalam Workers' Society Cologne, yang dengan cepat mendapatkan
kepangeranan Jerman yang kecil, dan membangun sebuah barikade
menghadapi intervensi Rusia.
Marx dan Engels mewarisi pandangan dari para tokoh
demokratik-borjuis terdahulu tentang Rusia sebagai kekuatan barbar
Asiatik di luar batas peradaban Eropa. Dalam tahun-tahun berikutnya Marx
dan Engels mampu mengatasi Eropa-sentrisme mereka ini, namun
setidaknya kali ini keduanya memliki alasan untuk sikap mereka yang
antipati terhadap semua yang berbau Rusia. Pada periode 1848, tiada
kemungkinan akan dukungan terhadap gerakan revolusioner dari kelas
manapun dalam masyarakat Rusia, dan sejak tahun 1815 rejim Tzaris UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Rusia tak segan-segan, sebagai mitra terkuat dalam The Holy Alliance,
untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Eropa sebagai benteng reaksi
terkuat. Secara umum diyakini bahwa campur-tangan militer Rusia
terhadap revolusi Perancis tahun 1830 hanya tercegah oleh insureksi di
Polandia, dan Tzar kemudian mengirim pula pasukan Rusia untuk
memadamkan revolusi di Hongaria tahun 1849.
Polandia telah sama sekali terbagi-bagi di antara Prusia, Austria
dan Rusia sejak 1795, dan dukungan bagi kemerdekaan Polandia ketika
sudah sangat lazim diantara kelompok demokrat. Di samping tuntutan
penyatuan Jerman sendiri, kemerdekaan Polandia merupakan batu podasi
di mana Marx dan Engels membangun posisi mereka tentang persoalan
kebangsaan di Eropa tengah dan Timur. Dalam pidato mereka pada tanggal
29 November 1847, yaitu beberapa minggu sebelum meletusnya revolusi
tahun 1848, Marx dan Engels untuk pertama kalinya menyatukan politik
nasional ke dalam program komunis mereka, sebuah politik di mana
pemulihan kemerdekaan Polandia ditempatkan dalam posisi penting.
Pidato Marx sendiri masih tidak sanggup menutupi euforia yang agak
idealistik, yang sering kali menandai rumusan-rumusan awal komunisme
ilmiah sejak tahun 1846 sampai tibanya tungku ujian revolusi 1848, di
mana Marx cenderung untuk mereduksi perjuangan kemerdekaan Polandia
menjadi sekedar gejala sampingan dari revolusi proletar universal yang ia
yakini akan segera terjadi. `Kemenangan Proletariat atas borjuasi juga
menunjukan emansipasi dari semua bangsa tertindas' dan karena `di antara
semua negeri, Inggrislah tempat di mana pertentangan antara proletariat UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
dan borjuasi paling berkembang,' maka `Polandia harus dibebaskan bukan
di Polandia itu sendiri, melainkan di Inggris'.87) Namun pada tahap ini
Engels telah menaruh perhatian pada makna taktis gerakan Polandia
terhadap revolusi Jerman. Demokrasi Jerman dan kemerdekaan Polandia
terkait karena `syarat pertama baik bagi pembebasan Polandia maupun
Jerman adalah penggulingan rejim politik yang berkuasa di Jerman …, dan
penarikan Rusia ke Dniester dan Dvina'.88)
Selama revolusi 1848, sebagai editor dari Neue Rheinsche Zeitung,
Marx dan Engels harus mengembangkan politik nasional mereka pada
tingkat yang lebih khusus dan rinci. Karena penggulingan absolutisme
memerlukan didirikannya negara-negara nasional yang kuat, maka Engels,
yang biasanya bertindak sebagai juru bicara dari pasangan ini, mengajukan
teori ‘Great Historic Nation’ (bangsa-bangsa besar dalam sejarah) yaitu,
Jerman, Polandia, Hongaria dan Italia, karena rakyat di keempat negeri
itulah yang berhasil manciptakan nation state (negara-negara bangsa) yang
mampu bertahan hidup di Eropa Tengah dan Timur.
Alasan mengapa Engels terbawa untuk cenderung membedakan
antara `great historic nation' dengan kebangsaan-kebangsaan lain yang
lebih kecil yang seolah-olah ditakdirkan untuk tunduk adalah bahwa
kekaisaran-kekaisaran lintas-nasional tersebut mangandung pola-pola
tambal-sulam yang sangat rumit dari populasi yang tumpang-tindih pada
tahap-tahap perkembangan sosial yang berbeda. Walaupun Manifesto telah
menyatakan bahwa `perbedaan-perbedaan nasional dan pertentangan di
antara bangsa-bangsa semakin hari semakin melenyap',89) sebagai UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
konsekwensi dari perkembangan kapitalis, namun pertentangan ini justru
pecah menjadi konflik terbuka di bagian timur Eropa pada masa itu, dan
dalam revolusi tahun 1848, hal ini merupakan faktor yang sama pentingnya
dengan pertentangan-pertentangan kelas. Karena adanya tumpang tindih
dari kelompok-kelompok nasional, maka pertentangan-pertentangan ini tak
akan pernah diselesaikan berdasarkan prinsip keadilan yang abstrak. Marx
dan Engels pun selalu menolak apa yang oleh kaum idealis disebut sebagai
`prinsip kebangsaan', yang yang memberi masing-masing kelompok
nasional hak atas penentuan nasib sendiri sebagai suatu hak mutlak.
Bangsa-bangsa Jerman, Polandia, Hongaria dan Italia telah lama
membuktikan daya tahan mereka dalam perjuangan untuk mencapai
kesatuan dan kemerdekaan, dan Marx dan Engels memutuskan
menggandengkan gerbong proletariat pada bintang-bintang nasional ini.
Dalam prosesnya, klaim-klaim dari kebangsaan-kebangsaan yang lebih
kecil dan kurang vokal _Ceko, Slovakia, Croatia, Serbia dan lain-lain_
terlupakan.
Kita tidak dapat menuduh Marx dan Engels menerapkan
chauvinisme Jerman yang kasar dan vulgar, karena Engels sendiri dapat
membantahnya dengan merujuk tulisan-tulisan mereka sebelum 1848.90)
Selama revolusi tahun 1848, Marx dan Engels berjuang menentang
kecenderungan chauvinis-nasionalisme Jerman ketika Majelis Nasional
Frankfurt mengklaim sebagian propinsi Prusia yang sebelumnya
merupakan propinsi Polandia sebagai wilayah Jerman, yaitu Pozen
(Poznan) yang mencakup sebagian besar wilayah orang-orang Polandia. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Kesalahan Marx dan Engels pada tahun 1848 lebih terletak pada penerapan
chauvinisme bangsa besar secara umum, yang didasarkan pada kesalahan
penilaian bahwa bangsa-bangsa Eropa yang lebih kecil sudah ditakdirkan
oleh logika sejarah, dan telah kehilangan otonomi mereka untuk
selamanya.
Politik nasional Neue Rheinische Zeitung didasarkan pada
anggapan bahwa perbedaan ekonomi dan budaya antara `great historic
nation' dengan kebangsaan lainya adalah cukup besar dan penting sehingga
memungkinkan `great historic nation' membagi peta di antara mereka.
Namun, ternyata, jurang di antara kedua kelompok ini tidaklah cukup besar
untuk memungkinkan hal ini. Kasus Ceko adalah contoh yang paling
menonjol dari kesalahan ini. Propinsi-propinsi di mana orang-orang Ceko
dominan, Bohemia dan Moravia, telah menjadi bagian dari the Holy
Roman Empire (Kekaisaran Romawi Agung) yang terdahulu, dan
berdasarkan alasan hitoris inilah Majelis Frankfurt menganggap bahwa
wilayah tersebut terpaut ke Jerman, jadi bukan semata karena jumlah dari
minoritas Jerman yang cukup besar di wilayah tersebut, dan mengklaimnya
dari Austria atas nama sebuah Jerman bersatu. Benarlah bahwa
kebangsaan-kebangsaan Slavik secara keseluruhan kurang berkembang
dibanding Jerman, dan perkembangan-perkembangan budaya dan ekonomi
dari Slavik Tengah dan Selatan sangat tergantung pada pengaruh pada
negeri tetangganya, Jerman. Namun hal ini menunjukan adanya jurang
yang cukup lebar dalam pengetahuan sejarah Engels, yaitu ketika ia
menyatakan bahwa orang-orang Ceko `tidak pernah memiliki sejarah'.91)
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Dan ketika berargumen menentang argumen Bakunin92) tentang `pan-
Slavisme demokratik', Engels bergerak terlalu jauh dengan mengklaim
bahwa `selain bangsa Polandia, Rusia dan paling jauh orang-orang Slavik
di Turki, maka tidak ada bangsa Slavik yang punya masa depan, dengan
alasan sederhana, yaitu bahwa bangsa Slavik lainnya ini tidak memenuhi
syarat-syarat utama sejarah geografis, politik, dan industri untuk
memungkinkan daya tahan perjuangan menuju kemerdekaan.'93) Namun
demikian, jauh dari menerima penggabungan Jerman secara permanen,
bangsa Ceko justru telah sampai pada gelombang pencerahan budaya yang
dahsyat, yang bermekaran pada tahun 1848 menjadi sebuah gerakan politik
yang memperjuangkan kemerdekaan nasional. Slovakia, Croatia, Serbia,
dan lainnya segera menyusul Ceko sebagai akibatnya.
Dengan demikian, keempat `great historic nations' ini merupakan
basis yang tidak memadai bagi politik nasional Marx dan Engels, dan
taktik yang meragukan ini juga turut memberi andil bagi kegagalan
revolusi 1848. Penentangan semua kelas di Jerman terhadap kemerdekaan
Ceko, yang dianut pula oleh Neue Rheinische Zeitung, membantu
menggerakkan nasionalisme Ceko ke jalur pro-Rusia. Dan penindasan
Magyar terhadap nasionalisme Croatia, yang aktif didukung pula oleh
Neue Rheinische Zeitung, memungkinkan monarki Habsburg untuk
menggunakan tentara Croatia melawan gerakan revolusioner Wina.
Program Bakunin tahun 1848 tentang gerakan pan-Slavist demokratik
memang utopis, karena sangat beragamnya kondisi wilayah-wilayah
Slavik. Dan `prinsip-prinsip kebangsaan' yang dibenarkan oleh Bakunin UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
adalah idealis dan mustahil dipraktekkan, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Engels. Akan tetapi, setidaknya, Bakunin mengakui kekuatan
nasionalisme-nasionalisme Slavik, dan berusaha memanfaatkan potensi
anti-Tzarist mereka. Monarki Habsburg berhasil bertahan melalui revolusi
1848 semata-mata karena keahlian monarki ini dalam memainkan bangsa-
bangsa taklukkannya untuk saling bertempur. Bagaimanapun juga, Marx
dan Engels telah sama sekali gagal merumuskan politik untuk mengatasi
taktik monarki Habsburg ini.
Selama tahun pertama pengasingannya di Inggris, Marx yakin
bahwa kekalahan tahun 1849 hanyalah kemunduran sementara, karena itu
ia memusatkan energinya untuk membangun kembali Liga Komunis.
Untuk tujuan ini ia juga bekerja dalam the German Workers Educational
Assosiation (Asosiasi Pendidikan Buruh Jerman) dan the Sosial
Democratic Refugee Committee (Komite Pelarian Politik Sosial
Democratic), serta mengorganisir terbitan bulanan di Hamburg, yaitu Neue
Rheinsche Zeitung Reveu. Komite Sentral Liga telah didirikan kembali di
London pada musim gugur 1848 oleh kelompok pertama dari pelarian-
pelarian politik baru yang meninggalkan Jerman setelah krisis September,
meski hubungan komite sentral ini dengan Jerman sejauh itu tetaplah
rapuh. Sekalipun Marx sendiri telah membubarkan Komite Sentral
terdahulu pada bulan Mei 1848, namun ia menyadari bahwa organisasi
rahasia kembali diperlukan, karena aktivitas politik secara terbuka tidak
dimungkinkan lagi, dan ia dipilih secara aklamasi untuk masuk ke dalam
Komite Sentral yang baru, segera setelah ia sampai di London. Engels UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
yang melarikan diri ke Swiss setelah kekalahan insureksi Baden,
bergabung dengan Marx di London pada bulan Oktober.
Selama perode ini, Marx dan Engels menulis dua surat edaran atas
nama Komite Sentral, yaitu Addresses of the Central Commettee to the
Communist League (surat-surat komite sentral kepada liga komunis) di
bulan Maret dan Juni 1850. Di antara keduanya, surat bulan Maret adalah
yang lebih penting karena memuat kesimpulan-kesimpulan teoritik dan
taktis dari pengalaman 1848, untuk diterapkan pada babak revolusi Jerman
berikutnya, yang diharapkan terjadi dalam waktu dekat. Walaupun ditulis
oleh Marx dan Engels, surat tersebut dibuka dengan kritik terhadap tokoh-
tokoh yang tidak disebutkan namanya, yang tidak lain adalah Marx dan
Engels sendiri. Jika `sejumlah besar anggota yang waktu itu terlibat
langsung dalam gerakan berpikir bahwa saat bagi perkumpulan rahasia
sudah selesai, dan aksi publik semata sudah memadai', maka pemimpin-
pemimpin kecenderungan ini tak lain adalah Marx dan Engels, serta
sekutu-sekutu mereka dalam Neue Rheinische Zeitung. Dan jika `distrik-
distrik dan komune-komune membiarkan hubungannya dengan komite
sentral merenggang dan perlahan-lahan terhenti', maka yang harus
bertanggung jawab dalam hal ini adalah Marx, yang setelah dipercayakan
memegang kekuatan eksekutif penuh, secara sepihak membubarkan komite
sentral, sehingga sepenuhnya mencegah Liga Komunis berfungsi selama
masa-masa kritis revolusi. Untuk tuduhan bahwa, dengan terjadinya
kekacauan organisasi dalam Liga, maka partai pekerja telah `berada di
bawah dominasi dan kepemimpinan sepenuhnya dari demokrat-demokrat UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
borjuis kecil', kembali Marx dan Engels-lah yang sengaja memblokir
Cologne Workers' Society untuk tidak mengajukan calon-calon buruh
sendiri dalam pemilihan itu, dan mereka berdualah yang telah berupaya
untuk memnundukkan gerakan buruh di bawah front demokratik yang luas
sampai bulan Februari 1849.94)
Pukulan tak terduga yang telah menggagalkan posisi taktis Marx
sebelumnya dan menyebabkan ditulisnya kritik diri yang kabur ini, adalah
berpalingnya borjuasi liberal Prusia ke kubu reaksioner, seperti yang
ditelaah Marx dalam `Borjuasi dan Kontra-Revolusi'. Marx telah
menegaskan dalam Manifesto bahwa revolusi proletar di Jerman akan
segera menyusul segera setelah revolusi borjuis. Kini setelah revolusi
borjuis itu ditinggalkan oleh pemimpin alaminya, yakni borjuasi, dan tugas
menghancurkan feudalisme dan absolutisme kini hanya bertumpu pada
kelas-kelas plebeian, maka nampaknya revolusi borjuis harus langsung
melebur dengan tahap-tahap pertama revolusi proletariat. Dalam surat di
bulan Maret, Marx mengembangkan taktik `permanent revolution'
(revolusi permanen). Walaupun kaum demokrat borjuis kecil diperkirakan
akan berinisiatif pada babak revolusioner berikutnya (melanjutkan
perjuangan yang telah mereka mulai dengan Kamppanye Konstitusi
Reich), namun Marx merancang tugas bagi kelas pekerja Jerman untuk
menempatkan kepemimpinannya dalam perjuangan anti-feudal, dan
melanjutkan revolusi itu dari penghancuran absolutisme ke penghancuran
modal itu sendiri.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Oleh karena itu, Marx menekankan kepada para buruh agar, setelah
bertempur bersama borjuasi kecil melawan pemerintahan yang ada, jangan
meletakkan senjata mereka setelah bengkitnya rejim baru, bahkan bila
mereka sendiri belum mampu mengambil-alih dan mengendalikan
kekuasaan. Para buruh harus tetap bersenjata dan terorganisir sehingga,
walaupun kaum demokrat borjuis kecil akan langsung merebut kekuasaan,
mereka dapat `membuat borjuasi kecil mendapat keadaan sesulit mungkin
jika ingin menggunakan kekuasaannya melawan proletariat yang
bersenjata, dan … mendiktekan kepada borjuasi kecil itu syarat-syarat
yang sedemikian rupa sehingga kekuasaan demokrat borjuis kecil itu sejak
awal akan membawa benih-benih kehancurannya sendiri, sehingga
penggulingannya di kemudian hari oleh proletariat akan jauh lebih
mudah'.95)
Walaupun `kaum buruh Jerman tidak dapat sampai ke puncak
kekuasaan dan mencapai perwujudan kepentingan kelasnya tanpa melewati
suatu tahap perkembangan revolusioner',96) namun latihan bagi kekuasaan
politik mandiri mereka adalah hal yang mulai saat itu harus dipentingkan
oleh kaum buruh.
Berlatarbelakangkan hal ini Marx mengembangkan dua poin
penting dalam teori revolusioner. Yang pertama, aparatus negara bukanlah
semata-mata sebuah mesin yang dapat beralih kendali, dari satu kelas
kepada kelas lainnya, dan kelas pekerja harus mempersiapkan diri untuk
mengambil kekuasaan dengan membangun aparatus negaranya sendiri
sebagai tandingan yang bertentangan dengan aparatus dari kelas-kelas yang UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
berada. Para buruh akan memerlukan organisasi bersenjata dan organisasi
kontra-negara representatifnya sendiri, yang disebut Marx sebagai `dewan-
dewan revolusioner lokal' atau `pemerintahan buruh revolusioner'. Hal ini
kemudian akan menjadi kenyataan sejarah kongkrit dalam bentuk Komune
Paris 1871, dan Soviet-sovyet di Rusia tahun 1905 dan 1917. Yang kedua,
kebutuhan akan organisasi-organisasi kontra-negara ini memberikan
sebuah tugas baru kepada kaum komunis. Dalam Manifesto, Marx
membatasi tugas kaum komunis pada kerja propaganda di dalam partai
proletar, maka kini Marx memperjelas bahwa pembangunan kekuatan
kontra-negara itu adalah tugas, bukan hanya bagi partai pekerja, melainkan
khususnya juga bagi kaum komunis yang teroganisir sebagai bagian
termaju dari partai pekerja tersebut, untuk menjamin bahwa kekuatan
kontra-negara ini betul-betul terwujud.
Surat bulan Maret menandai suatu kemajuan teoritik bagi politik
komunisme ilmiah, namun pada kenyataanya taktik permanent revolusion
sama sekali tidak dapat diterapkan dalam kondisi Jerman tahun 1850. Marx
dan Engels telah memasuki periode revolusioner tahun 1848 dengan
asumsi dasar yang salah bahwa badai revolusioner yang akan segera terjadi
menandai permulaan berakhirnya tatanan borjuis. Kita memiliki
keuntungan karena kini kita dapat melihat bahwa jelas kapitalisme industri
masih berada dalam tahap sangat awal, bahkan di Inggris sekalipun, di
mana corak produksi yang baru masih dalam tahap kanak-kanaknya.
Selama periode 1848, Marx dan Engels cenderung untuk membaca pada
masa kini apa yang sesungguhnya masih akan datang jauh di masa depan. UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Inilah kesalahan penilaian yang dapat dipersalahkan pada kelahiran ide-ide
komunisme ilmiah dan kerumitannya yang jauh mendahului jamannya.97)
Kita telah melihat, dalam revolusi 1848-9, bagaimana ruh revolusi
proletariat telah membuat kaum borjuasi ketakutan dan mengkompromikan
tujuan-tujuannya, dan dengan demikian menggagalkan taktik Marx dan
Engels tentang aliansi dengan borjuasi dalam revolusi borjuis. Ketika
borjuasi telah berpaling ke pihak reaksi, maka asumsi bahwa hanya
organisasi proletariat yang sadar kelas-lah yang diperlukan untuk
menghancurkan kapitalisme kembali menjerumuskan Marx dan Engels
dalam kesalahan taktik baru. Taktik permanent revolution tidak dapat
berjalan, karena kelemahan kelas pekerja Jerman bukan hanya disebabkan
belum matangnya mereka secara politik dan ideologi, melainkan juga
disebabkan belum matangnya ekonomi kapitalis Jerman. Tidak ada
peluang sekecil apapun bagi proletariat Jerman, bagaimanapun kondisi
politiknya, untuk menghancurkan kapitalisme dan membangun ekonomi
sosialis.
Jalannya peristiwa menunjukkan, gerakan revolusioner tahun 1848
telah ditaklukkan sama sekali. Kapitalisme mencapai kemenangan tanpa
adanya penggulingan revolusioner terhadap rejim lama, yang kemudian
akan mengalami `modernisasi'-nya sendiri, dan Jerman akan disatukan dari
atas oleh Angkatan Bersenjata Prusia. Dalam ketiadaan situasi
revolusioner, maka taktik-taktik dalam Surat bulan Maret tidak sempat
diuji, dan persoalan posisi proletariat dalam revolusi borjuis pun lenyap
dari khazanah teori Marxis selama setengah abad. Baru pada tahun 1905 UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Marxisme akhirnya bertemu kembali dengan situasi yang dihasilkan oleh
menyerahnya borjuasi di hadapan `revolusinya sendiri', ketika Lenin
mengembangkan sebuah taktik yang sepenuhnya sesuai untuk mengatasi
bentuk un-even development ini untuk revolusi Rusia, yaitu dengan
membentuk `kediktatoran demokratik-revolusioner kaum proletariat dan
tani'. Menurut Lenin, dalam situasi ini proletariat harus berjuang untuk
memimpin revolusi borjuis, bahkan sedapat mungkin merebut kekuasaan
negara untuk sementara, dengan sebuah pemerintahan revolusioner masa
peralihan. Dengan begitu, proletariat dapat memastikan perwujudan dari
apa-apa yang tidak akan dilakukan borjuasi kecil, yaitu menaklukkan
secara tuntas semua sisa-sisa feudalisme dan absolutisme, kondisi yang
paling mendukung untuk melanjutkan perjuangan proletariat mencapai
tujuan-tujuan akhirnya. Proletariat dapat melakukan hal ini tanpa adanya
khayalan akan kemungkinan untuk langsung melompat ke sosialisme, dan
sesungguhnyalah proletariat harus melupakan usaha untuk bergerak maju
ke sosialisme pada tahap ini, karena ia masih memerlukan dukungan dari
kaum tani secara keseluruhan (bukan hanya dari proletariat pedesaan)
untuk secara tuntas menaklukkan rejim lama.98)
Taktik permanent revolution, walau tidak dapat diterapkan di
Jerman tahun 1850, namun tetap merupakan warisan politik yang berharga
bagi gerakan buruh. Taktik ini diusulkan oleh Trotsky untuk Rusia pada
tahun 1905, meskipun Lenin masih menganggap peralihan revolusi
demokratik menjadi revolusi proletar sebagai hal yang terlalu dini. Namun
demikian, pada tahun 1917, dalam konteks krisis di seluruh Eropa yang UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
diakibatkan Perang Dunia II, Lenin dan Partai Bolshevik mampu dengan
sukses menerapkan taktik permanent revolution ini, yaitu memimpin
revolusi Rusia pada tahun itu untuk terus bergerak maju dari
menggulingkan Tzarisme kepada penggulingan modal itu sendiri.
Surat bulan Juni menunjukkan kebangkitan kembali organisasi
Liga Komunis di Jerman, meskipun terdapat kondisi yang sulit ketika itu
akibat represi. Surat itu sangat berharga karenan penekanannya akan
perlunya kesatuan organisasional kaum komunis sebagai prasyarat bagi
tindakan-tindakan taktis, dan karena surat itu mengungkapkan makna
penting dari aliansi-aliansi internasional yang telah dibangun Liga dengan
sayap kiri gerakan Chartis di Inggris, dengan kelompok pelarian politik
Blanquis Perancis, dan dengan gerakan revolusioner Hongaria. Pada bulan
April 1850, Komite Sentral Liga Komunis, bersama dengan kelompok
Blanquis dan sayap kiri Chartist, mendirikan organisasi internasional
rahasia yang terbatasi bagi kader-kader pimpinan saja, the World Society of
Revolutionary Communists (Prekumpulan Dunia dari Kaum Komunis
Revolusioner), yang didasarkan pada pengharapan akan terjadinya situasi
revolusioner baru, dan saling bersumpah untuk saling mendukung. Dua
pasal pertama konstitusi organisasi ini, yang ditandatangani oleh Adam dan
J. Vidil (Blanquis), G. Julian Harney (Chartis) serta Marx, Engels dan
August Willich (Liga Komunis), menyatakan secara khusus:
1. Tujuan asosiasi ini adalah menggulingkan semua kelas yang
mendapat privilese (hak istimewa), dan membuat mereka tunduk
terhadap kediktatoran proletariat, yang akan menuntaskan revolusi UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
permanen sampai terwujudnya komunisme, yaitu bentuk
organisasi terakhir dari keluarga manusia.
2. Untuk terwujudnya tujuan ini, asosiasi akan membentuk ikatan
solidaritas di antara semua tendensi partai komunis revolusioner,
dan sesuai dengan prinsip persaudaraan republikan, maka asosiasi
mengabaikan batas-batas bangsa (nasional)99)
Namun, segera setelah menulis Surat Bulan Juni, Marx mengalami
perubahan penting dalam pandangannya, barangkali adalah yang paling
penting selama keseluruhan kerja politiknya sebagai seorang komunis.
Pada musim panas tahun 1850, Marx kembali menggeluti studi ekonomi
yang telah ia tinggalkan sejak 1848, dan melakukan telaah secara cermat
tentang basis ekonomi dari pergolakan-pergolakan politik selama beberapa
tahun terakhir. Kesimpulan yang ditarik Marx ialah bahwa revolusi-
revolusi tahun 1848 telah dipicu oleh krisis perdagangan tahun
sebelumnya, dan dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung,
maka `tidak ada peluang bagi sebuah revolusi yang sesungguhnya.
Revolusi seperti itu hanya dimungkinkan pada saat-saat ketika dua faktor
berbenturan: kekuatan-kekuatan produktif modern dan bentuk-bentuk
produksi borjuis … Sebuah revolusi baru hanya mungkin terjadi sebagai
akibat dari sebuah krisis baru; tetapi saat revolusi ini pasti akan datang,
sama seperti krisis itu sendiri juga pasti akan datang.'100)
Telaah ini memiliki akibat-akibat yang penting bagi praktek politik
kaum komunis, dan perdebatanpun muncul antara kelompok Marx dan
`faksi Willich-Schapper'.101) Dalam konteks pribadi dari perdebatan ini, UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Marx bergerak lebih jauh dari telaahnya, dan mengakui bahwa sebuah
revolusi proletar yang sukses, setidaknya di Jerman, bukan hanya
tergantung pada krisis perdagangan periodik berikutnya, melainkan juga
tergantung pada perkembangan yang jauh lebih maju dari kekuatan-
kekuatan produktif.
Pada tanggal 15 September 1850, Komite Sentral Liga
menyelesaikan debat mereka tentang `posisi proletar Jerman dalam
revolusi yang akan datang'.102) Schapper berargumen kepada Komite
Sentral bahwa aktivitas-aktivitas kaum komunis hanya bermakna jika
proletariat sampai ke puncak kekuasan segera setelah babak revolusi
berikutnya. Jika tidak, maka proletariat lebih baik menghentikan semua
aktivitas politik sama sekali. Mendebat Schapper, Marx secara halus
namun pasti melepaskan taktik permanent revolution yang telah
dikemukan dalam Surat bulan Maret. Walaupun Surat itu telah menyatakan
tentang kelas pekerja yang harus mengalami suatu `perkembangan
revolusioner yang berkepanjangan' sebelum mampu mencapai tujuannya,
Marx kini menyebutkan bahwa diperlukan `lima belas, dua puluh atau
bahkan lima puluh tahun' perjuangan kelas jika menggunakan skala-waktu,
karena belum matangnya kondisi-kondisi ekonomi. Kendati partai pekerja
dapat sampai ke puncak kekuasaan sekarang, namun ia hanya dapat
menjalankan langkah-langkah borjuis kecil (yaitu, tidak dapat
mensosialisasikan alat-alat produksi, yang secara umum masih dalam skala
kecil).103) Kedua belah pihak sepakat bahwa perbedaan sudut pandang ini
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
terlalu besar untuk memungkinkan mereka terus bekerja sama, dan Liga
Komunis pun terbelah menjadi dua.
Walaupun Willich dan Schapper memiliki semangat revolusioner yang
hebat, namun mereka, sebagaimana dikatakan Marx, telah menolak
komunisme ilmiah dari Manifesto.
Karena tidak dapat membantah argumen ekonomi Marx, maka mereka
mengabaikannya, dan menekankan bahwa yang lebih penting adalah
`kehendak … bukannya kondisi-kondisi aktual sebagai faktor utama dalam
revolusi'.104) Sebetulnya ini adalah posisi kaum Blanquis yang memegang
teguh bahwa hanya aktifitas kepeloporan-lah yang diperlukan untuk
membuka kembali proses revolusioner. Ketika Marx menolak
kemungkinan terjadinya sebuah revolusi baru dalam waktu dekat, maka
habislah sudah kesempatan untuk beraliansi dengan kaum Blanquis.
Setelah perpecahan dalam Liga tersebut, Marx, Engels dan Harney menulis
surat kepada para pimpinan Blanquis bahwa mereka `telah lama
menganggap asosiasi itu (yaitu The Wolrd Society of Revolutionary
Communist) secara de-facto bubar' dan meminta diadakan sebuah
pertemuan untuk membakar dokumen kesepakatan pendiriannya.105) Namun
Willich dan Schapper, yang para pendukungnya merupakan mayoritas baik
di Liga Komunis distrik London walaupum dalam The German Workers
Educational Asosiation, diam-diam mengubah aliansi taktis dengan
kelompok Blanquis menjadi aliansi prinsipil. Bukannya `bekerja untuk
membangun sebuah organisasi partai pekerja yang mandiri baik secara
terbuka, sebagai tandingan pemerintahan kaum demokrat',106) sebagaimana UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
yang telah diamanatkan dalam surat bulan Maret sebagai tugas Liga
Komunis dalam masa-masa mendesak menjelang revolusi, Willich dan
Schapper justru berpaling pada aktivitas persekongkolan erat dengan kaum
demokrat borjuis kecil, yang di bawah perlindungan pelarian mereka di
London malah menyusun segala rancangan yang sia-sia. Di sisi lain,
kelompok Marx memindahkan Komite Sentralnya ke Cologne, untuk
meneruskan kerja-kerja propaganda selama beberapa waktu. Namun pada
musim semi 1851, kedua kelompok organisasi Jerman itu dihancurkan
secara total oleh polisi Prusia, dan setelah dihukumnya para terdakwanya
oleh Pengadilan atas Kaum Komunis di Cologne bulan Oktober 1852,
Marx menyadari bahwa Liga-nya secara resmi telah berakhir.
Fase penting pertama dari praktek politik Marx sebagai seorang
komunis ilmiah berakhir dengan tutup bukunya periode revolusioner tahun
1848, dan dengan pengakuan penuh kesadaran darinya akan kenyataan ini.
Revolusi komunis terbukti memerlukan perjuangan yang lebih panjang dan
lebih sulit dari apa yang diperkirakan Marx sebelumnya. Sebelumnya Marx
melihat revolusi 1848 sebagai krisis umum dan yang terakhir dari
kapitalisme, padahal krisis ini, seperti juga semua krisis lainnya, adalah
khusus dan tertentu. Ketika gelombang revolusioner itu surut, Marx mulai
mundur dan menilai kembali kejadian-kejadian selama beberapa tahun
terakhir. Selama tahun 1850-an Marx kembali menggeluti studi ekonomi
yang kemudian menghasilkan Capital, dan mempertajam teori umumnya
tentang materialisme historis, yang pada periode 1848 masih belum
lengkap. Namum secara politik, Marx sangat terisolir selama dekade UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
reaksi. Setelah Liga Komunis dibubarkan tahun 1852, Marx tidak lagi
bergabung dalam kelompok politik manapun, dan ia hanya bertatap muka
dengan sedikit kawannya yang terdahulu. Kebanyakan kawan-kawan Marx
telah berpaling mengikuti Schapper dan Willich atau meninggalkan
aktivitas politik sama sekali. Antara tahun 1852 sampai 1864 Marx banyak
menulis tentang perkembangan politik di Eropa maupun di luar Eropa,
tetapi ia untuk sementara mengundurkan dari keterlibatan langsung dalam
aktivitas politik dan berperan sebagai pengamat.
Ketika gerakan buruh Eropa pulih dari kekalahan tahun 1848,
keseluruhan perspektif Marx secara mendasar telah meluas, cakrawala
Marx yang sebelumnya hanya meliputi Eropa kini meningkat menjadi
sudut pandang mendunia. Dan tanpa bermaksud mengabaikan tesisnya
tentang perlunya revolusi dengan kekerasan, Marx lebih menekankan pada
aspek pembangunan secara bertahap sebuah partai pekerja massa sebagai
prasyarat untuk revolusi. Proses ini berlangsung bersamaan dengan
didirikannya The Internasional Working Men's Assoiation (Asosiasi Kaum
Pekerja Internasional) Internasionale Pertama pada tahun 1864 di mana
Marx sendiri memainkan peran utama.
***
Notes63) Joseph Moll, seorang pembuat jam, dan Karl Schapper, seorang tukang
set huruf. Keduanya adalah pimpinan dari Liga Keadilan sebelum
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
berubah menjadi Liga Komunis. Keduanya bekerja dengan Marx di
Cologne selama revolusi 1848. Moll gugur pada tahun 1849 selama
Kampanye Konstitusi Reich. Schapper putus hubungan dengan Marx
ketika Liga Komunis pecah di bulan September 1850, sekalipun
keduanya kemudian mendamaikan pertentangan mereka. Heinrich
Bauer (jangan dicampuradukkan dengan Bauer bersaudara, yang
anggota Hegelian Muda itu), seorang pembuat sepatu, juga seorang
pimpinan Liga Keadilan. 64) `On the History of the Communist League', MESW, H. 442. 65) Pernyataan ini masih dapat diperdebatkan, tapi dalam pandangan saya
telah cukup dibuktikan oleh B. Nicolaevsky dalam artikelnya, `On the
History of the Communist League', International Review of Social
History, vol. I, no. 2, Amsterdam, 1956. 66) Oscar J. Hammen, The Red '48ers, Charles Scribner's Sons, New York,
1969, h. 224. 67) `Karl Marx and the Neue Rheinishe Zeitung', MESW [edisi dua
volume], Lawrence & Wishart, 1950, Vol. II, h. 300. 68) Lihat Engels, `Speech on Poland'. 69) Lihat `Camphausen's Declaration in the Sitting of 30 May', dan `The 15
June Sitting of the "Vereinbarungsversammlung". 70) `The Programmes of the Radical-Democratic Party and the Left in the
Frankfurt Assembly'. 71) `The 15 June Sitting of the "Vereinbarungsversammlung"'. 72) Dalam Surveys from Exile, h. 58-9.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
73) Lihat `The June Revolution'. 74) Hammen, The Red '48ers, h. 266. 75) Lihat `The Crisis and the Counter-Revolution'. 76) Lihat `The Cologne Revolution'. 77) MESW, h. 71-93. 78) Lihat `Revolution in Vienna', dan `The Victory of the Counter-
Revolution in Vienna'. 79) Lihat `The Counter-Revolution in Berlin' dan `No More Taxes!!!'. 80) Lihat `The Bourgeoisie and the Counter-Revolution'. 81) Dalam Freiheit, Arbeit, paper untuk Workers' Society, dikutip dalam
Hammen, The Red '48ers, h. 372. 82) `Stein", MEW 6, h. 289. 83) `Declaration', ibid., h. 426. 84) `To the Workers of Cologne'. 85) `"To My People"', MEW 6, h. 515. 86) `The Demands of the Communist Party in Germany'. 87) `Speeches on Poland'. 88) `Speech of 22 February 1848'. 89) Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. 90) Lihat `Democratic Pan-Slavism'. 91) Ibid. 92) Mikhael Bakunin terutama dikenang sebagai pendiri anarkisme
revolusioner sebagai sebuah tendensi dalam gerakan kelas pekerja.
Untuk melihat perdebatannya dengan Marx dalam hal ini, lihat UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Pengantar untuk The First International and After. Pada pertengahan
1840-an Bakunin menjadi anggota lingkaran Hegelian Muda di Jerman,
dan dekat dengan Marx ketika kelahiran Deutsche-Französische
Jahrbücher. Ketika masih menjadi seorang demorat revolusioner,
Bakunin mengambil bagian aktif dalam revolusi 1848. Di bulan mei
1849, selama Kampanye Konstitusi Reich, ia memainkan peranan
utama dalam insureksi Dresden, ditangkap dan diserahkan pada
pemerintah Rusia, dan selanjutnya menghabiskan duabelas tahun dalam
penjara sebelum berhasil melarikan diri. 93) Ibid. 94) `Addresses of the Central Committee to the Communist League of
March and June 1850'. 95) Ibid. 96) ibid. 97) Lihat Pengantar Engels untuk `The Class Struggles in France', MESW,
H. 647. `Sejarah telah membuktikan pada kita, dan semua yang berpikir
seperti kita, bahwa kita salah. Sejarah telah menjelaskan bahwa
keadaan perkembangan ekonomi di Benua ini pada waktu itu belumlah,
masih sangat jauh, matang bagi pelenyapan sistem produksi kapitalis;
sejarah telah membuktikan ini dengan revolusi ekonomi yang, sejak
1848, telah mencengkeram seluruh Benua …' 98) Lihat `Two Tactics of Social-Democracy in the Democratic
Revolution', dalam Lenin: Selected Works, vol. I, Moskow, 1970. 99) MEW 7, H. 553-4.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
100) Review, `May-October 1850'. Lihat catatan #47. 101) August Willich, seorang mantan perwira Prusia, bergabung dengan Karl
Schapper dalam memimpin oposisi `kiri' ini melawan Marx; di tahun
1853 ia pindah ke Amerika Serikat dan belakangan bertempur bagi
pihak Utara dalam Perang Saudara Amerika, seperti layaknya banyak
emigran komunis Jerman lainnya. 102) Lihat `Minutes of the Central Committee Meeting of 15 September
1850'. 103) Mungkin tetap saja sangat penting bagi proletariat untuk menduduki
tampuk kekuasaan dan menjalankan langkah-langkah borjuis kecil,
seperti yang diyakini oleh Lenin. Sekalipun Marx tidak pernah
mengembangkan taktik `kediktatoran demokratik-revolusioner', ia
sendiri menekankan dalam Surat Maret bahwa kaum borjuis kecil akan
mundur dari langkah-langkah yang benar-benar radikal untuk
menghancurkan semua sisa feudalisme, dan hal ini telah diperlihatkan
dalam praktek dengan Kampanye Konstitusi Reich. Tapi menimbang
tesis Marx bahwa `mustahil ada kemungkinan revolusi sejati', persoalan
ini telah menjadi, setidaknya untuk saat itu, satu persoalan yang
akademik. 104) `Minutes of the Central Committee Meeting of 15 September 1850'. 105) MEW 7, h. 415. 106) `Addresses of the Central Committee to the Communist League of
March and June 1850'.
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009
Pengaruh Positivisme Dalam Pemikiran Hukum (Telaah Terhadap
Aliran Positivisme Hukum Analitis John Austin)
PENDAHULUAN
Pendapat yang menyatakan bahwa induk dari segala macam ilmu
pengetahuan adalah Filsafat merupakan argumen yang hampir diterima
oleh semua kalangan. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan yang erat
antara ilmu pengetahuan tertentu dengan filsafat tertentu, seperti filsafat
hukum yang melahirkan ilmu hukum dan seterusnya. Filsafat hukum
adalah refleksi teoretis (intelektual) tentang hukum yang paling tua, dan
dapat dikatakan merupakan induk dari semua refleksi teoretis tentang
hukum.
Filsafat hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang
mengarahkan (memusatkan) refleksinya terhadap hukum atau gejala
hukum1. Sebagai refleksi kefilsafatan, filsafat hukum tidak ditujukan untuk
mempersoalkan hukum positif tertentu, melainkan merefleksi hukum
1 Lili Rasjidi, dalam Bernard Arif Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum (sebuah
penelitian tentang fundasi kefilsafatan dan sifat keilmuan lmu hukum sebagai landasan
pengembangan ilmu hukum nasional Indonesia), Mandar Maju Bandung, 2000, hlm.119.