1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari sebuah industri kesehatan. Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di rumah sakit
60
Embed
ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewAnalisis break even point baik dengan mengunakan rumus matematika ... Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. < ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk
menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan
penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung
secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap
pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari
sebuah industri kesehatan.
Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian
kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor
kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut
pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi
maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan
keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di
rumah sakit menjadi sangat penting. Hanya rumah sakit yang dapat
menyediakan jasa pelayanan yang bermutu dengan biaya yang relatif murah
dan penanganan pasien yang baik dapat unggul dalam kompetisi tersebut.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Guna mendukung tujuan tersebut perlu
ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan
kesehatan pada masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan mutu yang
baik.
2
Agar pembangunan kesehatan dan biaya produksi dapat berjalan
selaras, perlu ada sebuah penghitungan rinci mengenai pengadaan layanan
kesehatan sehingga sesuai permintaan konsumen. Konsep need and demand
dalam dasar ilmu ekonomi mendasari penghitungan biaya produksi. Besar
pengeluaran biaya produksi merupakan kunci keberhasilan produsen. Untuk
itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis-jenis biaya produksi
secara umum sampai studi kasus penghitungan biaya produksi pada industri
pelayanan kesehatan agar dapat memberi wawasan mengenai biaya produksi
di lingkup pelayanan jasa kesehatan.
1.2 Rumusan masalah
Beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu.
a. Bagaimana konsep biaya produksi dalam industri pelayanan
kesehatan?
b. Bagaimana ilmu ekonomi mikro menjelaskan tentang klasifikasi
biaya?
c. Bagaimana penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan
kesehatan?
d. Bagaimana contoh penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan?
1.3 Tujuan
a. Me-review konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi dasar.
b. Untuk mereview klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro.
c. Untuk mempelajari penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
3
1.4 Manfaat
a. Dapat mengingat kembali konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi
dasar
b. Dapat mengingat kembali klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro
c. Dapat mengetahui penerapan penghitungan biaya produksi dalam
industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Biaya Produksi
Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya
memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat
menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output
pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan
(input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya
yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.
Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat
menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan, untuk menghitung biaya
produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya dalam
pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk
menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen.
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung
oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi, sehingga biaya produksi
adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang
untuk menghasilkan suatu barang.
Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut
memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi
ada juga yang sulit diidentifikasikan hitungannya. Biaya produksi dapat
meliputi beberapa unsur sebagai berikut:
a. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
b. Bahan-bahan pembantu atau penolong
5
c. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur
d. Penyusutan peralatan produksi
e. Uang modal sewa
f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,
pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan
h. Pajak
Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen
biaya sebagai berikut.
a. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan
langsung dengan produksi.
b. Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja
c. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua
pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.
2.2 Klasifikasi Biaya Produksi
Beberapa kriteria untuk keperluan analisis, konsep biaya
dikelompokkan sebagai berikut.
a. Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi
1) Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya
secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi
(output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada
pelayanan. Contoh FC adalah nilai dari gedung yang digunakan,
nilai dari peralatan (besar) kedokteran, ataupun nilai tanah. Nilai
gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung yang
6
digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat
maupun menurun, demikian pula dengan alat kedokteran.
Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa dua
pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa
dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk
memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah
tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani
berubah.
2) Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang
nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Contoh yang
termasuk dalam VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat
tulis kantor, biaya pemeliharaan.
Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena
jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh
banyaknya pelayanan yang diberikan. Biaya obat dan makanan
untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan biaya obat dan
makanan untuk melayani sepuluh pasien, dengan demikian
besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh
secara langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani.
Pada umumnya besar volume produksi sudah
direncanakan secara rutin, oleh sebab itu, VC sering juga disebut
dengan biaya rutin. Dalam praktek sering kali dialami kesulitan
untuk membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk
FC atau VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai misalnya
7
gaji pegawai dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai
terkadang tidak dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada
fasilitas pemerintah.
Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau
pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah,
tidak semudah seperti penurunan dan penambahan output
pelayanan. Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya
dipengaruhi oleh besarnya output.
Sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik
pada jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya
pegawai akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah
pasien. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai
sebagai semi variable cost (SVC).
3) Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel
cost.
b. Pembagian Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya
1) Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat
berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu
untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu
tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan
merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun.
Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan
pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan
kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam
8
biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya
pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan
sebagainya.
Beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk
biaya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai)
suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan
adalah Rp. 100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp.
100.000,- tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipum
penggunaannya dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan
dalam biaya operasional).
Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang
disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan).
Nilai barang investasi dalam analisis biaya harus
memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang) masing-
masing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang
tersebut, (3) laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur
ekonomis barang tersebut.
Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang
timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi
(asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.
Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi
akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau
karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang
9
investasi, seperti gedung, kendaraan, dan peralatan, disebut
sebagai biaya penyusutan.
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus
(straight line method) dimana jumlah historis yang sama
dikurangi setiap tahun. Pada umumnya analisis biaya dilakukan
untuk satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran,
maka untuk itu perlu dicari nilai biaya investasi setahun,
sehingga biaya investasi itu dapat digabung dengan biaya
operasional.
Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan
Biaya penyusutan peralatan non medis 175,250,000 175,250,000
175,250,000
175,250,000
9
Biaya penyusutan gedung perawatan anak 150,000,000 150,000,000
150,000,000
150,000,000
TOTAL 1,050,550,000 770,252,170 1,160,252,170 660,550,00
0 510,500,00
0 1,310,302,170
TOTAL COST 1,820,802,17
0 1,820,802,170 1,820,802,170 1,820,802,170
Keterangan Studi Kasus:
1) Jumlah hari pasien rawat inap = 12,990 hari
2) Jumlah Dokter 5 orang
Tenaga dokter anak pada RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo berjumlah 5 orang. Dokter mendapat gaji dan
tunjangan yang bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh
29
rumah sakit. Gaji ditambah dengan tunjangan -tunjangan
rumah sakit yang dibayarkan kepada dokter sebesar Rp.
3.500.000, - setiap bulan, sehingga total gaji seorang dokter
selama setahun sebesar Rp 42.000.000,- (Rp 3.500.000 x 12
bulan). Jadi total biaya dokter anak setahun yang dikeluarkan
oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar Rp
210.000.000,- (Rp 42.000.000 x 5)
b. Jumlah Perawat = 10 orang
Tenaga perawat pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
berjumlah 10 orang. Perawat mendapat gaji dan tunjangan yang
bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit. Gaji
ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang
dibayarkan kepad a perawat sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulan,
sehingga total gaji seorang perawat setahun sebesar Rp. 18.000.000,-
(Rp 1.500.000 x 12 bulan). Jadi total biaya gaji perawat setahun
yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar
Rp 180.000.000,- (Rp 18.000.000 x 10).
c. Penghitungan biaya penyusutan peralatan medis (dalam penelitian
yang dihitung hanye kelas II)
Biaya penyusutan peralatan medis khususnya Lontara IV
yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk
tahun 2010 sebesar Rp. 185.250.000. Adapun jam kerja langsung
rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan menggunakan jam kerja sebagai
30
dasar penentuan biaya overhead penyusutan peralatan medis maka
dihitung sebagai berikut:
Setelah biaya overhead untuk biaya overhead peralatan
medis ditentukan, maka biaya penyusutan peralatan medis dapat
dihitung sebagai berikut:
1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung
jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.
2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan peralatan medis
per hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:
31
d. Penghitungan biaya penyusutan peralatan non medis (dalam penelitian
yang dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan peralatan non
medis khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 175.250.000.
Adapun jam kerja langsung rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan
menggunakan jam kerja sebagai dasar penentuan biaya overhead
penyusutan peralatan non medis, maka dihitung sebagai berikut:
e. Penghitungan biaya depresiasi gedung (dalam penelitian yang
dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan gedung khususnya Lontara
IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk
tahun 2010 sebesar Rp. 150.000.000. adapun luas keseluruhan
gedung rumah sakit khususnya bagian perawatan anak yaitu:
32
Setelah biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung
ditentukan, maka biaya penyusutan gedung dapat dihitung sebagai
berikut:
1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung
jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.
2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung per
hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:
33
a) Perhitungan Unit Cost
Unit Cost adalah harga yang harus dibayarkan per pasien
per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak. Pada
bagian ini akan dihitung Unit Cost Actual.
UC = TC/Q
= Rp 1,820,802,170 / 12,990
= Rp 140,169.53
Diketahui harga rawat inap per hari di unit perawatan anak
adalah Rp 187,000.00.
Keterangan:
UC = Unit Cost
TC = Total Cost aktual
Q = Quantitiy (jumlah hari rawat inap)
b) Perhitungan BEP
34
Titik impas (break even point) adalah sebuah titik
dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah
seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau
keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan
data yang ada dalam penelitian yaitu jumlah pasien yang
dapat dilayani agar biaya pengeluaran dan pendapatan
adalah seimbang.
AVC = VC/ Jumlah hari pasien rawat inap
= Rp 770,252,170/12990
= Rp 59,295.78
QBEP = TFC/(P-AVC)
= Rp 1,050,550,000/( Rp 187,000.00 -
59,295.78)
= 8,226.43 hari rawat
Keterangan:
AVC = Average Variabel Cost
VC = Variabel Cost
QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pasien
TFC = Total Fixed Cost
P = Price actual
d. Perhitungan CRR
TR : Total Revenue = P x Q
= Rp 187,000 x 12,990
= Rp 2,429,130,000
35
Cost Recovery Rate = (TR/ TC) x 100 %
= (Rp 2,429,130,000/ Rp 1,820,802,170) x
100%
= 133%
3.2 Analisis Perhitungan
Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi, didapat total cost
berdasar tiap skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas produksi
adalah sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual
merupakan hasil pembagian Total cost dengan jumlah hari rawat per tahun
(2010), dari perhitungan tersebut didapat unit cost di ruang rawat inap anak
sebesar Rp 140,169.53. Jadi harga aktual yang harus dibayarkan per pasien
per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak adalah Rp 140,169.53,
dan tarif yang ditetapkan rumah sakit adalah Rp 187,000.00.
Dengan diketahui tarif rawat inap per hari yang sudah ditentukan oleh
RS. X, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan total fix cost dibagi
dengan price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa rumah sakit harus
melayani 8,226.43 pasien agar modalnya kembali (mencapai titik impas).
CRR adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan
rumah sakit untuk menutupi biayanya dengan penerimaan dari
pembayaran pasien yang dihitung dari pembagian antara TR unit
bersangkutan dengan TC unit bersangkutan dikali 100%.
Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 133% yang berarti mengalami
surplus. Hasil CRR dapat memberi informasi bahwa rumah sakit mampu
36
menutupi biaya yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit
sebesar 33% per unit (hari rawat inap).
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen
dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria
untuk keperluan analisis klasifikasi konsep biaya, yaitu pembagian biaya
berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi, pembagian biaya
berdasarkan lama penggunaannya, dan pembagian biaya berdasarkan fungsi
atau aktifitas sumber biaya.
Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi
dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost = FC), biaya variabel (variabel cost =
VC), dan total cost. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya
dibagi menjadi biaya invetasi, biaya opersional dan total biaya.
Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya,
dibagi menjadi biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (direct
cost) dan total biaya. Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk
mengetahui laba atau rugi suatu pelayanan kesehatan atas segala usaha yang
dilakukan.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu
mengetahui terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed
Cost/AFC), biaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC), dan biaya
total rerata (Average Cost/AC).
Cost recovery rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan
besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan
38
penghasilan yang didapatkan (revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu
dilakukan kegiatan analisis biaya untuk mendapatkan informasi real kondisi
dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga didapatkan gambaran
realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi dalam
menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biaya-produksi.html>
http://www.klikharry.com/2012/06/14/fixed-cost-break-even-point-cost-recovery-rate-adalah/http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1492/1273http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/jasa_pelaksana_pelayanan_di_rs_umum_daerah.pdfIlmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013.
<http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html>Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret
Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsep-dan-jenis.html>
Rosyidi,Suherman.Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro & Makro.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudara-saudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi 17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta.
Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.