Top Banner
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA V PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT PERKECAMBAHAN BIJI Disusun oleh Nama : 1.Muhammad Miftahussurur (12126) 2. Dhemas Adi Purwa (12131) 3. Zulham Aaron Mochammad (12172) 4. Rivandi Pranandita Putra (12175) 5. Nawang Wulandari (12177) 6. Ary Danar Kisworo (12184) Gol / Kel : A4 / 4 Asisten : 1. Ar Roufi Karina 2. Bagus Herwibawa 3. Devita Areifvia Ningsih
29

rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Mar 13, 2019

Download

Documents

buithien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

ACARA V

PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT

PERKECAMBAHAN BIJI

Disusun oleh

Nama : 1.Muhammad Miftahussurur (12126)

2. Dhemas Adi Purwa (12131)

3. Zulham Aaron Mochammad (12172)

4. Rivandi Pranandita Putra (12175)

5. Nawang Wulandari (12177)

6. Ary Danar Kisworo (12184)

Gol / Kel : A4 / 4

Asisten : 1. Ar Roufi Karina 2. Bagus Herwibawa 3. Devita Areifvia Ningsih

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2011=

Page 2: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

ACARA V

PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT

PERKECAMBAHAN BIJI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemecahan dormansi dikatakan bahwa biji suatu tanaman tidak dapat berkecambah.

Dormansi biji dapat disebabkan karena adanya zat penghambat kulit biji yang keras,

embrio yang dorman, embrio yang rudimintair, dan kulit biji yang impermeabel.

Proses dormansi pada perkecambahan biji perlu dilakukan pengamatan. Dalam

pengamatan tersebut yang diuji adalah zat penghambatnya.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui penyebab terjadinya dormansi biji.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan khemis terhadap perkecambahan

biji berkulit keras.

3. Megetahui pengaruh cairan buah terhadap perkecambahan biji.

Page 3: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu biji dikatakan dorman apabila biji itu tidak berkecambah meskipun keadaan

dalam dan luar biji memungkinkan untuk berlangsungnya suatu perkecambahan. Adanya

dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu

biji namun juga memberikan pengaruh positif. Pengaruh positif adanya dormansi adalah

kemampuan mempertahankan daya hidup biji dalam usaha penyebaran tumbuhan. Sedangkan

pengaruh negatifnya yaitu waktu yang lama dalam perkecambahan (Suhardi, 1989).

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,

hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.

Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap

untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk

dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment

skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi

digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Skarifikasi merupakan salah satu upaya

pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi

serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa

pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis (Anonim, 2007).

Perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari biji setelah mengalami masa

dormansi bila kondisi-kondisi sekelilingnya memungkinkan banyak faktor yang berpengaruh

dalam merangsang maupun memacu proses perkecambahan ini, baik yang bersifat internal

maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut antara lain ketersediaan air, suhu udara (gas-gas)

dan cahaya (Novijanto, 1996).

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum

berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya

radicle dan plumule. Biasanya radikula keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan

membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini

proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar

dapat dilarutkan, hormon auksin terbentuk pada endosperma dan kotiledon. Hormon tersebut

dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan

energi kinetik (Edmond et al., 1975).

Istilah dormansi mempunyai aplikasi yang luas dalam fisiologi tanaman yang mengacu

pada ketidakadaan pertumbuhan di dalam bagian tanaman yang dipengaruhi faktor dalam dan

Page 4: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

luar. Dormansi pada biji merupakan salah satu penyebab gagalnya perkecambahan walaupun

biji dapat menyerap air dan berada pada temperatur dan tingkat oksigen yang baik. Jika biji

dapat segera berkecambah setelah menyerap air tanpa adanya penghalang dalam

perkecambahan, embrio dikatakan tidak dorman (Hartmann dan Dale, 1975).

Dormansi dapat disebut sebagai kondisi biji saat biji gagal untuk berkecambah

walaupun tersedia cukup banyak kelembaban luar, biji dipajangkan ke kondisi atmosfer yang

lazim ditemukan pada tanah beraerasi baik pada permukaan tanah dan suhu berada berada

dalam rentang yang biasanya berkaitan dengan aktifitas fisiologis. Konsep dormansi

mencerminkan konsep induksi hampir pada kejadian perkecambahan tidak berlangsung

selama ada perlakuan yang mengakhiri dormansi, tapi justru sebaliknya. Contoh yang paling

mudah mengenal dormansi adalah adanya kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan

oksigen atau air. Beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena

jalan masuk dihalangi oleh sumpal seperti gabus. Pemecahan penghalang kulit biji dinamakan

skarifikasi atau penggoresan untuk yang menggunakan pisau, kikir atau kertas amplas.

Senyawa kimia penghambat sering juga terdapat di dalam biji dan penghambat ini harus

dikeluarkan lebih dahulu sebelum perkecambahan dapat berlangsung. Di alam bila terdapat

cukup curah hujan yang dapat mencuci penghambat dan biji, tanah akan cukup basah bagi

kecambah baru untuk bertahan hidup, misalnya saja buah tomat (Sallisburry dan Ross, 1995).

Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperpendek dormansi adalah dengan

perendaman. Pada padi, perendaman gabah bertujuan memberikan keleluasaan gabah untuk

menghisap air secukupnya. Masuknya air ke dalam biji akan diatur oleh kulit gabah. Gabah

akan berkecambah sepanjang 1-2 mm sesudah 2 malam, kecambah ini paling baik untuk

disemai, karena kecambah yang lebih panjang menyukarkan penebaran benih. Akarnya akan

berkait-kaitan satu sama lain dan dapat patah (Soemartono et al., 1981).

Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel dapat

dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk untuk membuatnya menjadi

permeabel terhadap gas-gas dan air. Ini tercapai dengan bermacam-macam teknik dan cara

mekanik termasuk tindakan pengamplasan merupakan tindakan yang paling umum,

sedangkan tindakan air panas 77-100oC efektif untuk benih ”honey locust”. Beberapa benih

juga dapat diskarifikasi dengan tindakan H2SO4 (Harjadi, 2002).

Page 5: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

III. METODOLOGI

Percobaan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 24 Maret 2011 di Laboratorium

Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam percobaan ini bahan yang digunakan adalah

biji saga (Abrus precatorius), biji padi (Oryza sativa), H2SO4 pekat, aquadest, Coumarin 0%,

25%, 50%, dan 100%. Alat-alat yang diperlukan adalah kertas filter, corong penyaring,

beaker glass, pengaduk kaca, petridish, amplas, dan pinset.

Cara kerja pada perlakuan khemis pada biji berkulit keras adalah 40 biji saga diambil,

kemudian direndam dalam H2SO4 selama 1 menit, 3 menit, 6 menit, dan dalam air sebagai

kontrol masing-masing 10 biji. Biji yang telah direndam H2SO4 dicuci dengan air sampai

bersih, lalu dikecambahkan pada petridish yang telah dialasi kertas filter basah. Setiap hari

selama 10 hari diamati yang berkecambah dan dihitung lalu dibuang, yang berjamur juga

dibuang, jika perlu media perkecambahan dapat diganti. Gaya berkecambah dan indeks vigor

dihitung. Kemudian dibuat grafik GB dan IV vs hari pengamataan. Cara kerja pada

perlakuan mekanis pada biji berkulit keras adalah 20 biji saga diambil dan dibagi dua, 10 biji

tanpa perlakuan dan sebagai kontrol, sedangkan 10 yang lain diperlakukan secara mekanis

(tepinya diamplas). Biji-biji tersebut dikecambahkan pada petridish yang telah dialasi sehelai

kertas filter basah. Setiap hari selama 10 hari diamati, yang berkecambah dihitung lalu

dibuang, yang berjamur dibuang, jika perlu media dapat diganti. Gaya berkecambah dan

indeks vigor dihitung dan grafik GB dan IV vs hari pengamataan dibuat. Cara kerja pada

percobaan pengaruh cairan daging buah adalah 100 biji padi disiapkan. Biji-biji tersebut

dikecambahkan pada 4 petridish, masing-masing 25 biji dengan alas kertas saring masing-

masing dibasahi dengan Coumarin 0%, 25%, 50%, dan 100%. Setiap hari selama 1 minggu

diamati perkecambahannya, yang berkecambah dihitung lalu dibuang, bila media berjamur

diganti dengan yang baru sesuai dengan perlakuan. Perlakuan kontrol (Coumarin 0%) dilihat,

bila biji sudah berkecambah lebih dari 50% maka seluruh biji dari perlakuan lain dicuci dan

diganti medianya dengan air biasa. Kemudian pengamatan dilanjutkan hingga hari kesepuluh.

Perhitungan gaya berkecambah dan indeks vigor, grafik gaya berkecambah dan indeks vigor

vs hari pengamataan dibuat.

Page 6: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Cara perhitungan pada Gaya Berkecambah (GB) dan Indeks Vigor (IV):

Gaya Berkecambah (GB):

Indeks Vigor (IV):

Page 7: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan GB Biji Saga pada Perlakuan Khemis

Perlakuan Gaya Berkecambah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10H2SO4 1 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 2 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 3 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Hasil Pengamatan IV Biji Saga pada Perlakuan Khemis

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1H2SO4 1 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 2 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 3 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 3. Hasil Pengamatan GB Biji Saga pada Perlakuan Mekanis

Perlakuan Gaya Berkecabah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Diamplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 4. Hasil Pengamatan IV Biji Saga pada Perlakuan Mekanis

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Diamplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 5. Hasil Pengamatan GB Benih Padi pada Perlakuan Coumarin

Page 8: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Perlakuan Gaya Berkecambah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coumarin 0% 0 0 76 0 0 0 0 0 0 0Coumarin 25% 0 0 68 4 8 0 0 0 0 0Coumarin 50% 0 0 40 8 8 4 0 0 0 0Coumarin 100% 0 0 4 4 28 0 4 0 0 4

Tabel 6. Hasil Pengamatan IV Benih Padi pada Perlakuan Coumarin

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coumarin 0% 0 0 6.33 0 0 0 0 0 0 0Coumarin 25% 0 0 5.67 0.25 0.40 0 0 0 0 0Coumarin 50% 0 0 3.33 0.5 0.40 0.17 0 0 0 0Coumarin 100% 0 0 0.33 0.25 1.40 0 0.14 0 0 0.10

4.1.2 Histogram

Page 9: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.
Page 10: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

4.2. Pembahasan

Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk membuktikan fungsi dari beberapa

perlakuan yang dapat mematahkan dormansi suatu biji dan untuk untuk mengetahui

pengaruh dari suatu zat penghambat perkecambahan. Dormansi merupakan keadaan biji

yang tidak bisa berkecambah meskipun keadaan internal dan eksternal sangat

menguntungkan untuk perkecambahan. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa hal,

antara lain: (1) kulit biji yang bersifat keras (suberine dan kutine), (2) embrio biji dalam

keadaan dorman, (3) embrio dalam keadaan rudimentair, (4) kulit biji yang impermeable,

dan (5) adanya zat penghambat. Keadaan biji yang dorman ini sangat merugikan, oleh

karena itu perlu dilakukan beberapa cara untuk mematahkan dormansi suatu biji, antara

lain sebagai berikut:

1. Kulit Biji yang Bersifat Keras

Dormansi pada biji berkulit keras terjadi karena air dan gas-gas yang harusnya dapat

mendukung perkecambahan tidak dapat menembus kulit biji. Keadaan ini terjadi pada

biji yang tersusun atas kulit dari suberine dan kutine. Persoalan ini dapat diatasi

dengan:

(a) perlakuan mekanis melalui skarifikasi misalnya pengamplasan, pengipasan,

pemecahan, pengikiran, pemotongan sebagian kulit, dan sebagainya.Percobaan acara V

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan khemis dan mekanis terhadap

perkecambahan biji.

(b) perlakuan secara khemis bisa dilakukan dengan alcohol, asam sulfat, kalium nitrat,

dan sebagainya.

(c) perlakuan secara fisis misalnya dengan perebusan maupun perlakuan suhu tertentu.

2. Embrio yang Dorman

Keadaan embrio yang dorman bisa diatasi dengan melakukan stratifikasi yaitu

memperlakukan biji pada suhu yang berbeda-beda supaya terjadi proses after ripening.

3. Embrio yang Rudimentair

Embrio rudimentair merupakan keadaan biji yang tidak sempurna, kadang hanya berisi

endosperm atau embrio yang kecil (tidak normal). Keadaan ini dapat diatasi dengan

pemberian larutan dextrose 5% yang dapat memacu perkembangan embrio.

4. Kulit Biji yang Impermeabel

Keadaan ini sama dengan kondisi biji berkulit keras, sehingga bisa diatasi dengan cara

yang sama (mekanis, khemis, atau fisis).

Page 11: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

5. Adanya Zat Penghambat

Zat penghambat seperti asam sianida, amoniak, kafein, etilen, atau coumarin dapat

mempengaruhi perkecambahan. Dalam kadar yang rendah zat ini dapat memacu

perkecambahan tetapi dalam kadar yang tinggi akan menghambat perkecambahan. Zat

penghambat dapat dihilangkan dengan cara perendaman, memperlakukan biji pada

suhu dengan interval yang jauh berbeda-beda, pemberian khemikalia, maupun

dibiarkan supaya hilang dengan sendirinya (terjadi penetralan di dalam tanah).

Percobaan yang telah dilakukan menerapkan beberapa perlakuan untuk mematahkan

dormansi biji yaitu dengan cara khemis maupun mekanik. Pada perlakuan khemis, 10 biji

saga masing-masing direndam pada H2SO4 dengan durasi waktu yang berbeda yaitu selama 1

menit, 3 menit, 6 menit, dan sebagai kontrol hanya direndam di air. Berdasarkan teori, biji

saga yang direndam dalam H2SO4 lebih lama akan berkecambah lebih cepat dan mempunyai

GB maupun IV yang tinggi, akan tetapi hasil pengamatan menunjukan hal yang berbeda.

Dapat dilihat pada histogram bahwa perendaman pada H2SO4 tidak dapat memecah dormansi

sebagaimana mestinya (tidak ada biji yang berkecambah hingga hari ke-10). Hal ini

merupakan ketidaktepatan hasil yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya

perendaman pada H2SO4 yang tidak maksimal, biji yang tidak dicuci dengan bersih, maupun

kesalahan dalam pengamatan dan percobaan.

Pada perlakuan secara mekanis, 20 biji saga dibagi dua, 10 biji sebagai kontrol (tanpa

perlakuan) dan 10 biji diamplas bagian tepinya (skarifikasi). Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan sebagian kulit biji saga yang sangat keras dan yang menyebabkan air maupun

gas tidak dapat masuk. Berdasarkan teori, biji saga yang telah diskarifikasi akan dapat

berkecambah, sedangkan biji yang tanpa perlakuan tidak akan bisa berkecambah. Hasil

pengamatan menunjukan ketidaktepatan karena biji yang telah diamplas tidak ada yang

berkecambah hingga hari ke-10. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu

pengamplasan yang kurang sempurna sehingga biji masih bersifat impermeabel, pencucian

yang kurang bersih, atau media perkecambahan yang kurang mendukung. Dengan tidak

adanya biji yang berkecambah maka gaya berkecambah dan indeks vigor biji tidak dapat

diketahui.

Perlakuan ketiga pada percobaan ini adalah pemberian coumarin yang merupakan zat

penghambat perkecambahan untuk mengetahui pengaruhnya pada biji. Hasil pengamatan

menunjukan bahwa pada hari yang sama (misalnya hari ke-3), biji dengan perlakuan

coumarin kadar rendah memiliki GB dan IV yang lebih tinggi, semakin besar kadar coumarin

maka GB dan IV semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

Page 12: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

coumarin dengan kadar rendah akan memacu perkecambahan biji, sedangkan coumarin pada

kadar tinggi akan menghambat perkecambahan biji. Pada perlakuan ketiga ini, dapat

diketahui pula bahwa gaya berkecambah benih padi yang terbaik adalah pada hari ke-3 dan

benih padi mempunyai indeks vigor tertinggi pada hari ke-3 yang ditunjukan dengan

pertumbuhan benih padi dengan serempak lebih banyak dari pada hari yang lain.

Page 13: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

V. KESIMPULAN1. Dormansi biji dapat dihilangkan dengan perlakuan secara mekanis dan

khemis.

2. Perlakuan secara mekanis lebih efektif dalam mengurangi kekerasan kulit biji

(dormansi biji).

3. Semakin besar konsentrasi Coumarin (daging buah) akan mengurangi besar

GB yang didapat.

4. Kontrol yang didapat pada biji padi dengan perlakuan dengan Coumarin

memiliki nilai GB yang lebih besar daripada kontrol pada biji saga.

5. Dalam kadar rendah, coumarin dapat memacu perkecambahan, tetapi pada

kadar tinggi coumarin dapat menghambat perkecambahan.

Page 14: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Referensi

Anonim.(2007). Aplikasi Manipulasi Lingkungan.< http://209.85.175.104/search?

q=cache:G_iGXnM8INoJ:elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/DGVN5o6N/II-

kualitas%2520dan%2520prod-peningk%2520prod-malink.doc>, diakses pada tanggal

18 Maret 2011.

Edmond, J. B., T. L. Senn dan F. S. Andrews. 1957. Fundamentals of Horticulture. Mc

Grown – Hill Book Company. New York.

Harjadi, M.M. Sri Styati. (2002). Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Hartmann, H. T. dan Dale E. K. (1975). Plant Propagation Principles and Practices. Prentice-

Hall, Inc. New Jersey.

Novijanto, N., (1996), Pengaruh suhu dan lama perendaman terhadap mutu kecambah kacang

hijau. Agri Journal 3: 30.

Sallisburry, F.B dan C. W. Ross. (1995). Plant Phisiology (Fisiologi Tumbuhan, alih bahasa

oleh Lukman dan Sumaryono). Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Soemartono, S. Somad. dan R. Harjono. (1981). Bercocok Tanam Padi. Yasa Guna, Jakarta.

Suhardi. (1989). Pengaruh umur semaian terhadap pertumbuhan dan hasil kentang asal biji

botani. Jurnal Hortikultura 5 : 1-3.

Sumiasri, N. dan Priadi, D. (2002). Pertumbuhan biji sengon pada variasi lamanya

perendaman dalam zat pengatur tumbuh BAP. Duta Farming 20 : 1– 4.

Page 15: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

LAMPIRAN

Perhitungan:

1. Khemis

Hari ke-10 (kontrol)

GB

=

= 10 %

IV =

=

= 0,1

2. Mekanis(GB dan IV Tidak dapat dihitung)

3. Coumarin

Hari ke-3Coumarin 0%

GB

=

= 76%

IV =

=

= 6,33

Page 16: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Coumarin 25%

GB

=

= 68%

IV =

=

= 5,67

Coumarin 50%

GB

=

= 40%

IV =

=

= 3,33

Coumarin 100%

GB

=

= 4%

IV =

=

= 0,33

Hari ke-4

Page 17: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Coumarin 25%

GB

=

= 4%

IV =

=

= 0,25

Coumarin 50%

GB

=

= 8%

IV =

=

= 0,5

Coumarin 100%

GB

=

= 4%

IV =

=

= 0,25

Hari ke-5

Coumarin 25%

Page 18: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

GB

=

= 8%

IV =

=

= 0,4

Coumarin 50%

GB

=

= 8%

IV =

=

= 0,4

Coumarin 100%

GB

=

= 28%

IV =

=

= 1,4

Hari ke-6

Coumarin 50%

GB

Page 19: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

=

= 4%

IV =

=

= 0,17

Hari ke-7

Coumarin 100%

GB

=

= 4%

IV =

=

= 0,14

Hari ke-10

Coumarin 100%

GB

=

= 4%

IV =

=

= 0,1

Tabel:

1. Khemis

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bji Saga yang berkecambah

Perlakuan Jumalah Biji Saga yang berkecambah pada Hari ke-n

Page 20: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1H2SO4 1 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 2 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 3 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Hasil Pengamatan GB Biji Saga pada Perlakuan Khemis

Perlakuan Gaya Berkecambah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10H2SO4 1 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 2 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 3 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 3. Hasil Pengamatan IV Biji Saga pada Perlakuan Khemis

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1H2SO4 1 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 2 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0H2SO4 3 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Mekanis

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jumlah Biji yang Berkecambah

Perlakuan Jumlah Biji yang Berkecambah pada Hari ke-n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Diamplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 5. Hasil Pengamatan GB Biji Saga pada Perlakuan Mekanis

Perlakuan Gaya Berkecabah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Diamplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 21: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewAdanya dormansi ternyata tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan suatu biji namun juga memberikan pengaruh positif.

Tabel 6. Hasil Pengamatan IV Biji Saga pada Perlakuan Mekanis

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Diamplas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Coumarin

Tabel 7. Hasil Pengamatan Jumlah Biji yang Berkecambah

Perlakuan Jumlah Biji yang Berkecambah pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coumarin 0% 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0Coumarin 25% 0 0 17 1 2 0 0 0 0 0Coumarin 50% 0 0 10 2 2 1 0 0 0 0Coumarin 100% 0 0 1 1 7 0 1 0 0 1

Tabel 8. Hasil Pengamatan GB Benih Padi pada Perlakuan Coumarin

Perlakuan Gaya Berkecambah (GB) pada Hari ke-n (%)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coumarin 0% 0 0 76 0 0 0 0 0 0 0Coumarin 25% 0 0 68 4 8 0 0 0 0 0Coumarin 50% 0 0 40 8 8 4 0 0 0 0Coumarin 100% 0 0 4 4 28 0 4 0 0 4

Tabel 9. Hasil Pengamatan IV Benih Padi pada Perlakuan Coumarin

Perlakuan Indeks Vigor (IV) pada Hari ke-n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coumarin 0% 0 0 6.33 0 0 0 0 0 0 0Coumarin 25% 0 0 5.67 0.25 0.40 0 0 0 0 0Coumarin 50% 0 0 3.33 0.5 0.40 0.17 0 0 0 0Coumarin 100% 0 0 0.33 0.25 1.40 0 0.14 0 0 0.10