Page 1
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI SUSUT ENERGI PADA JARINGAN TEGANGAN
RENDAH WILAYAH PLN APJ CEMPAKA PUTIH DENGAN
VARIASI BEBAN PELANGGAN INDUSTRI
SKRIPSI
Aditya Prihambada
0606073700
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
JULI 2012
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 2
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI SUSUT ENERGI PADA JARINGAN TEGANGAN
RENDAH WILAYAH PLN APJ CEMPAKA PUTIH DENGAN
VARIASI BEBAN PELANGGAN INDUSTRI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Aditya Prihambada
0606073700
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
JULI 2012
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 3
iii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Aditya Prihambada
NPM : 0606073700
Tanda Tangan :
Tanggal : 6 Juli 2012
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 4
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Aditya Prihambada
NPM : 0606073700
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Studi Susut Energi pada Jaringan Tegangan
Rendah Wilayah PLN APJ Cempaka Putih dengan
Variasi Beban Pelanggan Industri
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana S1 pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir I Made Ardita, MT ( )
Penguji : Prof. Dr. Ir Iwa Garniwa M.K, MT ( )
Penguji : Ir Amien Rahardjo, MT ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 6 Juli 2012
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 5
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik dari Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Atas terselesaikannya skripsi ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. I Made Ardita, MT selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penyelesaian skripsi ini;
2. Karyawan-karyawan PT PLN Area Pelayanan Jaringan Cempaka Putih,
yang telah memberikan bantuan dalam proses pencarian data aset;
3. Orang tua, keluarga, dan Niki Fadhliyah yang menjadi inspirasi serta
selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi;
4. Alfan Yusuf Habibie, Haris Hakim, dan Pandu Nugroho Prianto sebagai
rekan perjuangan satu tim susut selama masa pembuatan skripsi;
5. Efricko Praditya dan Arifana sebagai sahabat setia yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi;
6. Rekan-rekan angkatan 2006 yang telah bersama-sama melalui susah dan
senang selama masa perkuliahan dan akan selalu bersama hingga masa
kesuksesan kami kelak;
7. Seluruh keluarga besar Civitas Akademika Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 6 Juli 2012
Penulis
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 6
vi Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Aditya Prihambada
NPM : 0606073700
Program Studi : Sarjana Reguler Teknik Elektro
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Studi Susut Energi pada Jaringan Tegangan Rendah Wilayah
PLN APJ Cempaka Putih dengan Variasi Beban Pelanggan Industri
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 6 Juli 2012
Yang Menyatakan,
(Aditya Prihambada)
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 7
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Aditya Prihambada
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Studi Susut Energi Pada Jaringan Tegangan Rendah Wilayah
PLN APJ Cempaka Putih Dengan Variasi Beban Pelanggan
Industri
Industri merupakan sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
perekonomian dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tujuh persen per tahun.
Untuk memenuhi keberlangsungan proses industri, pemerintah yang diwakili oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki kewajiban untuk menyediakan
infrastruktur pendukung industri berupa pasokan listrik yang memadai.
Sehubungan dengan itu, perlu dikaji bagaimana pengaruh susut teknis pada
jaringan tegangan rendah dengan objek beban pelanggan industri. Pelanggan
industri memiliki profil beban yang dapat digunakan untuk mencari susut teknis
setiap jam sesuai dengan profil beban. Dengan demikian bisa didapatkan
komposisi pembebanan pelanggan yang ideal, yaitu I1 (450-2200 VA) 50% - I1
(3500-14000 VA) 25% - I2 25% dengan efisiensi 98.76%.
Kata Kunci:
Sistem Tenaga Listrik, Jaringan Tegangan Rendah, Industri, Susut Energi, Profil
Beban
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 8
vii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Aditya Prihambada
Study Program : Electrical Engineering
Title : Study of Energy Losses at PLN Cempaka Putih Area Low
Voltage Distribution System Using Industrial Load Variations
Industry is a business sector that giving the highest contribution for economic by
growing 7% year on year. In order to fulfill this industry, Indonesian Government
represented by Perusahaan Listrik Negara (PLN) has obligation to develop
infrastructure that support this industry with sufficient electricity. In relevancy of
this, it should be examined how the influence of technical losses in low voltage
networks to industrial customer object. Industrialized customer has a load profile
that can be used to find technical losses per hour in accordance with the load
profile. With this, the ideal composition of customer can be found: I1 (450-2200
VA) 50% - I1 (3500-14000 VA) 25% - I2 25% with efficiency of 98.76%.
Keywords:
Electric Power System, Low Voltage Distribution System, Industrial, Energy
Losses, Load Profile
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 9
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ III
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. IV
KATA PENGANTAR ........................................................................................... V
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... VI
ABSTRAK ........................................................................................................... VII
ABSTRACT ....................................................................................................... VIII
DAFTAR ISI ......................................................................................................... IX
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... XII
DAFTAR TABEL .............................................................................................. XIII
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ XIV
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... XV
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN PENELITIAN ...................................................................................... 2
1.3 BATASAN MASALAH ....................................................................................... 2
1.4 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 3
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN .............................................................................. 3
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 4
2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK .............................................................................. 4
2.2 SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK .......................................................... 8
2.2.1 KOMPONEN SISTEM DISTRIBUSI ................................................................... 9
2.2.2 PERSYARATAN SISTEM DISTRIBUSI ............................................................ 11
2.2.2.1 Faktor Keandalan Sistem ........................................................................ 11
2.2.2.2 Faktor Kualitas Sistem ........................................................................... 12
2.2.2.3 Faktor Keselamatan ................................................................................ 12
2.2.2.4 Faktor Pemeliharaan ............................................................................... 13
2.2.2.5 Faktor Perencanaan ................................................................................ 14
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 10
x Universitas Indonesia
2.3 PENYALURAN TENAGA LISTRIK .................................................................. 14
2.3.1 GARDU DISTRIBUSI .................................................................................... 14
2.3.2 PENYALURAN SETEMPAT ........................................................................... 17
2.4 TEGANGAN DISTRIBUSI ............................................................................... 17
2.4.1 TEGANGAN MENENGAH (TM) .................................................................... 17
2.4.2 TEGANGAN RENDAH (TR) .......................................................................... 18
2.4.3 TEGANGAN PELAYANAN ............................................................................ 18
2.5 SUSUT ENERGI JARINGAN ............................................................................ 19
2.5.1 SUSUT JARINGAN TEGANGAN RENDAH ...................................................... 20
2.5.2 SUSUT TRANSFORMATOR ........................................................................... 21
2.5.3 SUSUT SAMBUNGAN PELANGGAN .............................................................. 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 23
3.1 PENJELASAN UMUM ..................................................................................... 23
3.2 KERANGKA PENELITIAN .............................................................................. 23
3.3 TAHAP PRA PENELITIAN .............................................................................. 24
3.3.1 STUDI PUSTAKA ......................................................................................... 24
3.3.2 DATA PLN APJ CEMPAKA PUTIH .............................................................. 25
3.4 KLASIFIKASI DATA ...................................................................................... 27
3.4.1 JARINGAN TEGANGAN RENDAH ................................................................. 27
3.4.2 PENGHANTAR ............................................................................................. 28
3.4.3 PELANGGAN DALAM JARINGAN TEGANGAN RENDAH ................................ 30
3.5 PENGOLAHAN DATA .................................................................................... 34
3.5.1 PARAMETER PENGHITUNGAN SUSUT ENERGI ............................................. 34
3.5.2 FORMULA PENGHITUNGAN SUSUT .............................................................. 36
3.6 ANALISIS DATA ............................................................................................ 37
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA ............................................. 39
4.1 PENGOLAHAN DATA .................................................................................... 39
4.1.1 ARUS MAKSIMUM TRANSFORMATOR DISTRIBUSI ........................................ 39
4.1.2 RESISTANSI SALURAN ................................................................................ 39
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 11
xi Universitas Indonesia
4.1.3 PERSEN PEMBEBANAN ................................................................................ 40
4.1.4 ARUS PANGKAL PEMBEBANAN................................................................... 41
4.1.5 ARUS PADA MASING-MASING TITIK BEBAN ................................................. 41
4.1.6 SUSUT PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH ............................................. 42
4.1.7 EFISIENSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH .................................................. 42
4.2 ANALISIS GRAFIK ........................................................................................ 43
4.2.1 ANALISIS PROFIL SUSUT DAN EFISIENSI BEBAN SATU JENIS 100 % ........... 44
4.2.2 ANALISIS PROFIL SUSUT DAN EFISIENSI JARINGAN DENGAN DUA JENIS
PELANGGAN BOBOT 50%-50% .............................................................................. 50
4.2.3 ANALISIS PROFIL SUSUT DAN EFISIENSI JARINGAN DENGAN DUA JENIS
PELANGGAN BOBOT 70%-30% .............................................................................. 53
4.2.4 ANALISIS PROFIL SUSUT DAN EFISIENSI JARINGAN DENGAN DUA
PELANGGAN BOBOT 30%-70% .............................................................................. 56
4.2.5 ANALISIS PROFIL SUSUT DAN EFISIENSI JARINGAN DENGAN TIGA
PELANGGAN ........................................................................................................... 59
4.3 ANALISIS HUBUNGAN PELANGGAN DENGAN SUSUT DAN EFISIENSI .......... 63
BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 66
DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 67
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 12
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Sistem Tenaga Listrik ............................................................. 4
Gambar 2.2. Overhead Lines .................................................................................. 6
Gambar 2.3. Underground cables ........................................................................... 7
Gambar 2.4. Skema Umum Distribusi Listrik ........................................................ 7
Gambar 2.5. Komponen Penyusun Sistem Distribusi ....................................... 10
Gambar 2.6. Konstruksi Gardu Beton ................................................................... 15
Gambar 2.7. Konstruksi Gardu Metal Clad .......................................................... 15
Gambar 2.8. Konstruksi Gardu Portal ................................................................... 16
Gambar 2.9. Konstruksi Gardu Mobil................................................................... 16
Gambar 2.10. Saluran Distribusi Tegangan Rendah ............................................. 18
Gambar 2.11. Susut Jaringan Tegangan Rendah .................................................. 21
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian ......................................................................... 24
Gambar 3.2. Ilustrasi Alur Penyaluran Energi Listrik .......................................... 27
Gambar 3.3. Ilustrasi Penyaluran listrik ke titik-titik Beban ................................ 28
Gambar 3.4. Gambar Ilustrasi Jaringan................................................................. 36
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 13
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Sampel Jaringan Tegangan Rendah ..................................................... 28
Tabel 3.2. Resistansi Kabel Distribusi (Tembaga)................................................ 30
Tabel 3.3. Tipe Tarif Pelanggan PLN ................................................................... 31
Tabel 3.4. Variasi Pembebanan Pelanggan Industri.............................................. 37
Tabel 4.1. Tabel Pelanggan PLN APJ Cempaka Putih ......................................... 40
Tabel 4.2. Susut Teknis dan Efisiensi Kondisi Real di Area Cempaka Putih ...... 43
Tabel 4.3. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA) ...... 44
Tabel 4.4. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14 kVA) ...... 45
Tabel 4.5. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I2 (di atas 14 kVA s.d 200 kVA)
............................................................................................................................... 46
Tabel 4.6. Variasi Pembebanan dengan Komposisi dari Tiga Tipe Pelanggan .... 59
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 14
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1. Profil Beban Pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA) ........................... 32
Grafik 3.2. Profil Beban Pelanggan I1 (di atas 2200 VA s.d. 14 kVA) ................ 32
Grafik 3.3. Profil Beban Pelanggan I2 (di atas 14kVA s.d. 200kVA) .................. 33
Grafik 4.1. Profil Susut Satu Jenis Pelanggan Industri ......................................... 47
Grafik 4.2. Efisiensi Jaringan Untuk Satu Jenis Pelanggan Industri..................... 49
Grafik 4.3. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 50%-50% ........................ 50
Grafik 4.4. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 50%-50% ................ 52
Grafik 4.5. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 70%-30% ........................ 53
Grafik 4.6. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 70%-30% ................ 55
Grafik 4.7. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 30%-70% ........................ 56
Grafik 4.8. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 30%-70% ................ 57
Grafik 4.9. Profil Susut dengan Komposisi Tiga Pelanggan Industri ................... 60
Grafik 4.10. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi dari Tiga Tipe Pelanggan ....... 62
Grafik 4.11. Efisiensi terhadap Komposisi Pelanggan .......................................... 63
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 15
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Jaringan Distribusi Gardu TP 27 ............................................ 68
Lampiran 2: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 VA) 50 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 50% ................................. 70
Lampiran 3: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 VA) 50 % dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 50% ......................... 71
Lampiran 4: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b (3500 VA
s.d. 14 kVA) 50 % dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 50% ........................... 72
Lampiran 5: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 kVA) 70 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 30% ............................... 73
Lampiran 6: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30%.............................................. 74
Lampiran 7: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b (3500 VA
s.d. 14 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30% ................................................. 75
Lampiran 8: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 kVA) 30 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 70% ............................... 76
Lampiran 9: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d. 2200 kVA) 30 % dan I2 (di atas 14 kVA) 70%.............................................. 77
Lampiran 10: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b (3500 VA
s.d. 14 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30% ................................................. 78
Lampiran 11: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d 2200 VA) 50%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 25 % dan I2 25%..................... 79
Lampiran 12: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d 2200 VA) 25%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 50 % dan I2 25%..................... 80
Lampiran 13: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d 2200 VA) 25%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 25 % dan I2 50%..................... 81
Lampiran 14: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a (450 VA
s.d 2200 VA) 34%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 34% dan I2 32%...................... 82
Lampiran 15: Tabel Rekap Akhir Susut Teknis, Daya Masuk, Daya Keluar, dan
Efisiensi dari Seluruh Variasi Pembebanan .......................................................... 83
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 16
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri adalah salah satu sektor usaha yang memberikan kontribusi besar
terhadap perekonomian negara. Selama ini, Industri Pengolahan menjadi
penyumbang utama tertinggi terhadap perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat
dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2009, sektor Industri Pengolahan
memberi sumbangan 26,38 persen terhadap PDB total dan rata-rata kontribusi
sektor ini (tahun 2005-2009) yaitu sebesar 27,47 persen.1
Peran sektor Industri yang sangat penting terhadap perekonomian nasional
membuat pemerintah memberikan perhatian khusus kepada pertumbuhan sektor
ini. Para pelaku usaha, yang diwakili oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
Sofjan Wanandi, memproyeksikan pertumbuhan industri di 2012 sama dengan
proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 6,4 persen. Pertumbuhan sektor
Industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun menuntut tersedianya
infrastruktur yang memadai untuk berlangsungnya proses industri. Salah satu
infrastruktur yang menjadi peranan penting adalah ketersediaan pasokan listrik
yang dapat menunjang sektor industri. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
merupakan badan negara yang memiliki wewenang dalam mengatur lalu lintas
listrik di Indonesia, namun PLN memiliki kewajiban untuk menyediakan listrik
bagi seluruh masyarakat Indonesia, entah dari golongan masyarakat, perusahaan
kantoran ataupun industri-industri.
Salah satu permasalahan utama yang dihadapi PLN adalah besarnya rugi-
rugi daya yang terjadi selama proses pengiriman listrik tersebut kepada
konsumen. Rugi-rugi daya ini menyebabkan daya yang dikirimkan tidak sebesar
daya yang dihasilkan, apabila dikonversi menjadi satuan rupiah, maka bisa
dikatakan banyak uang yang terbuang secara percuma.
Rugi-rugi daya tersebut berhubungan dengan banyak faktor, salah satunya
jumlah pemakai, karena hal tersebut berhubungan langsung dengan arus yang
1 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian,
2010
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 17
2
Universitas Indonesia
dikeluarkan, dan semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar rugi-rugi
daya karena kabel dan masalah teknis lainnya. Pemasangan transformator yang
cocok dengan daya yang terpasang juga berpengaruh terhadap besarnya daya yang
dihasilkan, karena apabila transformator berkapasitas kecil diharuskan menyuplai
beban besar, maka akan terjadi overload dan bisa menyebabkan kerusakan pada
transformator, sebaliknya jika transformator berkapasitas besar sementara beban
yang terhubung kecil, maka transformator akan bekerja pada efisiensi yang kecil,
dan berakibat adanya rugi-rugi daya pada transformator. Kemudian ada juga
kemungkinan pencurian listrik oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan
hal ini sangat sering terjadi di kehidupan nyata.
Seiring dengan kewajiban PLN untuk menyediakan listrik yang berkualitas
kepada pelanggan, maka diperlukan standar pelayanan yang baik. Berkaitan
dengan itu akan dianalisis bagaimana perilaku pelanggan industri berpengaruh
terhadap rugi-rugi daya yang terjadi, sehingga bisa dilihat potensi perbaikan
sistem yang sudah ada untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh profil
beban pelanggan industri terhadap susut teknis di jaringan tegangan rendah pada
wilayah PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Cempaka Putih, sehingga bisa
diketahui tingkat susut dan efisiensi jaringan rendah pada wilayah tersebut. Selain
itu, dari penelitian ini diharapkan dapat melihat komposisi yang cocok untuk
menekan susut pada jaringan tegangan rendah.
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan skripsi ini akan dibatasi pada analisis besarnya rugi-rugi daya
teknis yang dialami PLN akibat perilaku pemakaian listrik oleh pelanggan
industri. Pelanggan yang diperhitungkan adalah golongan I1 (450 VA s.d. 2200
VA), I1 (di atas 2200 VA s.d. 14 kVA), dan I2 dengan kurva beban masing-
masing pelanggan dengan asumsi sistem memiliki beban seimbang pada setiap
jam. Sementara simulasi sistem yang digunakan adalah dengan menggunakan data
aset yang didapat dari PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Cempaka Putih.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 18
3
Universitas Indonesia
1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
adanya studi literatur tentang rugi-rugi daya yang mungkin terjadi di sistem
distribusi, lalu adanya pengambilan data sekunder di PLN APJ Cempaka Putih
yang akan digunakan sebagai data pendukung dan bahan untuk perhitungan.
Kemudian dari data tersebut akan dibuat analisis perhitungan dengan model yang
disesuaikan dengan data asset PLN APJ Cempaka Putih.
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan rincian bab satu berisi latar
belakang penulisan skripsi tentang mengapa analisis rugi daya teknis pada
jaringan pelanggan industri perlu dilakukan, kemudian juga dijelaskan tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi. Bab dua menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk
metode analisis, baik itu dari dasar sistem tenaga listrik, komponen-komponen
yang digunakan pada sistem distribusi, dan susut teknis yang ada pada jaringan.
Bab tiga membahas tentang metodologi yang digunakan dalam melakukan
penelitian dan penulisan, langkah-langkah yang dilakukan, parameter-parameter
yang dicari saat melakukan pengolahan data, dan urutan penulisan yang
dilakukan. Bab empat berisi pengolahan data dan analisis yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari penulisan skripsi ini. Terdapat sampel pengolahan data
untuk mencari susut dan analisis susut, serta efisiensi dari jaringan tegangan
rendah. Bab lima mencakup tentang kesimpulan yang didapat setelah melakukan
penelitian ini.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 19
4 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem Tenaga Listrik memiliki pengertian suatu kesatuan dari unit
pembangkit listrik, unit transmisi listrik, dan unit distribusi listrik yang
menyalurkan listrik dari produsen kepada konsumen dengan dilengkapi sistem
proteksi pada kesatuan tersebut. Secara umum skema STL adalah sebagai berikut:
c
Pembangkit
Tenaga Listrik
TM
Gardu Induk
Trafo Step Up
Gardu Induk
Trafo Step Down
TTTET
Gardu Distribusi
Trafo Distribusi
Ke Pelanggan TM Ke Gardu Distribusi
TM
TR
Pengukuran KWh
Instalasi
Pelanggan TR
Utilisasi
Saluran DistribusiSekunder
Saluran DistribusiPrimer
Saluran Transmisi
Pembangkit
Gambar 2.1. Skema Sistem Tenaga Listrik
Sumber: Susanto, Daman. “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”
Tenaga listrik dibangkitkan oleh generator dalam sistem pembangkitan.
Tegangan yang dihasilkan oleh generator akan dinaikkan oleh transformator
penaik tegangan (step up tranformer) di gardu induk transmisi. Tujuan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 20
5
Universitas Indonesia
dinaikkannya tegangan transmisi supaya rugi-rugi yang terdapat dalam proses
transmisi menjadi lebih kecil. Kerugian energi yang timbul sebanding dengan nilai
kuadrat dari arus. Dengan daya yang ditransmisikan sama, apabila nilai tegangan
dinaikkan maka nilai arus semakin kecil, sehingga rugi-rugi energi juga kecil, dan
sebaliknya. Secara umum, sistem tenaga listik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pembangkitan, transmisi, dan distribusi.
Pembangkitan
Listrik dapat dibangkitkan dengan berbagai macam cara. Saat ini di dunia
banyak yang menggunakan hidroelektrik, nuklir, dan bahan bakar fosil. Bahan
bakar fosil di sini bisa berarti batu bara, gas alam, ataupun minyak bumi. Namun
kecenderungan akan kelangkaan bahan bakar fosil mendorong para ilmuwan
untuk mencari alternatif sumber energi baru, yaitu biasa digunakan geothermal,
air, dan angin. Pada intinya prinsip kerja semua pembangkit listrik adalah sama,
yaitu menggunakan sumber-sumber energi tersebut untuk memutar turbin yang
akan menghasilkan listrik.
Biasanya dalam satu sistem kelistrikan terdiri dari beberapa pembangkit
listrik, dan tidak mungkin semuanya beroperasi setiap waktu, pengoperasian
pembangkit-pembangkit listrik tersebut disesuaikan dengan beban yang
beroperasi, apakah sedang beban normal atau beban puncak, biasanya untuk
beban normal cukup menggunakan pembangkit - pembangkit besar yang
membutuhkan waktu lama untuk starting, sementara saat akan mencapai beban
puncak, pembangkit listrik tambahan beroperasi, yaitu pembangkit yang
membutuhkan waktu cepat untuk starting.
Rasio yang biasa digunakan untuk menyatakan utilitas dari pembangkit
adalah load factor dan capacity factor. Load factor merupakan beban rata-rata
yang dibandingkan dengan beban puncak pada periode yang sama, sementara
capacity factor merupakan perbandingan antara beban rata-rata dengan output
kapasitas dari pembangkit.
Transmisi
Transmisi merupakan komponen yang sangat vital dalam sistem tenaga
listrik, hal ini disebabkan karena jarak yang digunakan untuk transmisi biasanya
jauh, sehingga proteksi sistem harus benar-benar dipikirkan, karena yang merusak
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 21
6
Universitas Indonesia
sistem bisa dari faktor alam ataupun faktor teknis. Biasanya tahap transmisi
dimulai dari Gardu Induk sampai Gardu Distribusi, dengan level tegangan yang
paling tinggi di sistem kelistrikan yang terpasang.
Komponen paling penting di transmisi adalah konduktor. Bahan yang
paling umum digunakan untuk penghantar adalah tembaga, aluminium, dan baja.
Pemilihan bahan itu dilihat dari daya hantar, biaya, dan kekuatan fisik. Sementara
ada dua kategori desain penghantar yang biasa digunakan dalam mentransmisikan
listrik, yaitu overhead lines dan underground cables.
Overhead lines biasanya menggunakan udara sebagai isolasi kawat. Dari
segi biaya lebih murah karena tidak dibutuhkan isolasi pada kawat, namun harus
ada proteksi lebih karena sangat rendah terhadap gangguan, seperti petir, pesawat,
burung, ataupun gangguan-gangguan lainnya.
Gambar 2.2. Overhead Lines
Sumber:www.nationalgrid.com
Sementara underground cables merupakan jalur transmisi menggunakan
kabel bawah tanah atau bawah laut. Sistem ini biasa digunakan di kota-kota
dengan alasan estetika, namun isolasi yang digunakan sangat memakan biaya,
karena kabel tersebut harus tahan terhadap tekanan tanah ataupun air laut.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 22
7
Universitas Indonesia
Gambar 2.3. Underground cables
Sumber: www.erkaelektrik.com
Distribusi
Distribusi merupakan bagian yang menghubungkan antara sisi transmisi
dengan konsumen, biasanya dimulai dari gardu distribusi dan berakhir di
konsumen. Topologi yang umum digunakan di distribusi adalah radial, ring, mesh,
ataupun spindle. Semakin besar suatu kota, maka akan semakin rumit jaringannya,
dan semakin rumit jaringan tersebut, semakin banyak komponen sistem tenaga
listrik yang bisa terhubung. Berikut adalah skema umum dari distribusi:
Gambar 2.4. Skema Umum Distribusi Listrik
Sumber: AC Power System Handbook
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 23
8
Universitas Indonesia
Secara umum, terdapat dua metode dalam pendistribusian tenaga listrik,
yaitu distribusi langsung ataupun tidak langsung. Sistem distribusi langsung
merupakan sistem penyaluran listrik yang tidak melalui jaringan transmisi terlebih
dahulu, umumnya dilakukan apabila lokasi pembangkit dekat dengan konsumen.
Sementara sistem distribusi tidak langsung dilakukan jika lokasi Pembangkit
Listrik dan konsumen berjauhan, sehingga dibutuhkan saluran transmisi.
Sementara menurut PUIL 2000, klasifikasi tegangan yang digunakan di
Indonesia adalah sebagai berikut,
Tegangan Ekstra Rendah, dengan batasan sampai nilai tegangan setingi-
tingginya 50 V
Tegangan Rendah, level tegangan dari 50 V sampai 1000 V, level
tegangan ini biasa digunakan di konsumen-konsumen, ada yang 220 V
ataupun 110 V
Tegangan Menengah, level tegangan dari 1000 V sampai 35000 V, level
tegangan ini biasa digunakan di sistem distribusi, dengan nilai nominal
20000 V
Tegangan Tinggi, level tegangan di atas 35000 V sampai 245000 V, biasa
digunakan di saluran transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi, dengan nilai nominal di atas 245000 V,
digunakan juga di sistem transmisi.
Nilai-nilai tegangan di atas merupakan level tegangan yang biasa digunakan di
sistem tenaga listrik Indonesia.
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi adalah keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik
yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (Bulk
Power Source) dengan konsumen tenaga listrik. Sedangkan fungsinya adalah
menyalurkan tenaga listrik ke beberapa pelanggan dan merupakan subsistem
tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 24
9
Universitas Indonesia
2.2.1 Komponen Sistem Distribusi
Secara umum yang termasuk komponen sistem distribusi antara lain [2]:
1. Gardu Induk
Gardu induk merupakan unit di dalam sistem distribusi yang berfungsi
untuk menerima daya dari sistem transmisi untuk kemudian diteruskan ke
sistem distribusi. Di dalam Gardu Induk tegangan dari sistem transmisi
(150 kV-500 kV) akan diubah menjadi tegangan untuk distribusi (20 kV).
2. Jaringan Subtransmisi
Jaringan subtransmisi merupakan jaringan yang berfungsi untuk
mengalirkan daya dari GI menuju menuju gardu gardu distribusi. Namun
jaringan subtransmisi belum tentu ada di seluruh sistem distribusi, karena
jaringan subtransmisi merupakan jaringan dengan tegangan peralihan.
Seandainya pada jaringan transmisi tengangan yang dipakai adalah 500
kV, amka setelah masuk GI tegangan akan menjadi 150 kV (belum
termasuk tegangan untuk distribusi). Sehingga jaringan ini dinamakan
subtransmisi karena masih bertegangan tinggi.
3. Gardu Distribusi Utama
Gardu distribusi merupakan unit dalam sistem distribusi yang berfungsi
untuk menyalurkan daya listrik dari GI atau dari jaringan sub transmisi
untuk kemudian disalurkan kepada penyulang primer atau langsung
kepada konsumen.
4. Saluran Penyulang Utama
Saluran penyulang utama merupakan rangkaian yang berfungsi untuk
menghubungkan antara gardu distribusi utama dengan gardu transformator
distribusi atau menghubungkan Gardu Induk (GI) dengan transformator
distribusi.
5. Transformator Distribusi
Transformator Distribusi berada di dalam gardu gardu distibusi. Berfungsi
untuk mengubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah
(220/380 kV). Kemudian daya dengan tegangan rendah tersebut disalurkan
kepada konsumen.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 25
10
Universitas Indonesia
6. Rangkaian Sekunder
Rangkaian sekunder merupakan rangkaian yang berasal dari gardu gardu
distribusi yang berfungsi untuk melayani konsumen yang tersebar di
sepanjang simpul simpul distribusi.
Gambar 2.5. Komponen Penyusun Sistem Distribusi
Sumber: Electrical Transmission and Distribution Reference Book
Saluran distribusi ini terhubung dengan pusat-pusat beban yang terbagi
menjadi berbagai macam golongan. Penggolongan PLN untuk pelanggan
listrik di Indonesia adalah sebagai berikut :
Pelanggan Residensial
Merupakan pelanggan rumah tangga biasa, atau masyarakat umum.
Golongan ini dibagi menjadi 3, yaitu R1, R2, dan R3. R1 adalah pelanggan
residensial dengan daya terpasang 450 VA s.d. 2200 VA, R2 pelanggan
dengan daya terpasang di atas 2200 VA sampai 6600 VA, sementara R3
merupakan pelanggan dengan daya terpasang di atas 6600 VA dan
biasanya sudah tiga fasa.
Pelanggan Sosial
Merupakan golongan yang bersifat sebagai sarana sosial, contohnya
tempat-tempat ibadah atau puskesmas. Kategori ini juga terbagi menjadi 3
kelas S1, S2, dan S3. S1 dengan kapasitas 220 VA s.d. 450 VA. S2
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 26
11
Universitas Indonesia
memiliki kapasitas 450 VA s.d. 200 kVA, sementara S3 dengan kapasitas
di atas 200 kVA.
Pelanggan Bisnis
Golongan ini biasa digunakan oleh kantor-kantor ataupun supermarket
maupun minimarket, dengan kata lain merupakan bangunan yang bisa
menghasilkan uang walaupun tidak memproduksi barang. Ruko bisa
termasuk ke dalam golongan ini juga. Ketiga golongan di bisnis adalah
B1, B2, dan B3. B1 berkapasitas 450 VA s.d. 2200 VA, B2 dengan
kapasitas 2200 VA s.d. 200 kVA, dan B3 memiliki kapasitas di atas 200
kVA.
Pelanggan Industri
Berbeda dengan pelanggan bisnis, untuk kelas industri, pelanggan
merupakan bangunan yang mampu menghasilkan uang namun harus ada
barang yang dihasilkan, contohnya pabrik-pabrik ataupun percetakan.
Ketiga golongan I1, I2, I3 memiliki kapasitas dengan I1 450 VA s.d. 14
kVA, I2 di atas 14 kVA s.d. 200 kVA, dan I3 di atas 200 kVA.
Pelanggan Publik
Pelanggan ini digunakan untuk fasilitas umum, seperi penerangan lampu.
P1 memiliki kapasitas 450 VA s.d. 200 kVA, P2 berkapasitas di atas 200
kVA, dan P3 digunakan untuk penerangan jalan umum.
2.2.2 Persyaratan Sistem Distribusi
Sistem distribusi merupakan sistem terdekat dan langsung berhubungan ke
pelanggan listrik. Kualitas mutu listrik yang dikirimkan merupakan suatu
keharusan untuk dijaga agar tidak mengecewakan pengguna listrik. Parameter
parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dari sistem distribusi
antara lain:
2.2.2.1 Faktor Keandalan Sistem
a. Kontinuitas listrik merupakan salah satu tuntutan dari setiap pelanggan
listrik, karena pelayanan yang baik berarti tidak ada gangguan dalam
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 27
12
Universitas Indonesia
pengiriman yang menyebabkan mati listrik. Untuk memenuhi tuntutan ini,
diperlukan cadangan-cadangan suplai listrik dengan penggolongan :
1. Cadangan siap merupakan suplai listrik yang didapat dari
pembangkit-pembangkit yang tidak dibebani secara penuh namun
beroperasi setiap saat
2. Cadangan panas adalah cadangan yang didapat dari pusat-pusat
pembangkit yang menggunakan tenaga termal ataupun PLTA yang
memiliki kapasitas air yang siap bekerja setiap saat
3. Cadangan diam adalah cadangan tenaga dari pusat-pusat
pembangkit yang tidak bekerja namun memiliki waktu starting
yang cepat sehingga langsung bisa bekerja ketika dibutuhkan.
b. Kemudahan akan identifikasi dan perbaikan kerusakan juga menjadi salah
satu faktor keandalan sistem. Salah satu cara untuk membantu proses ini
adalah dengan pemasangan relay-relay dan switch di lokasi-lokasi penting,
sehingga bisa mengisolir wilayah yang mengalami gangguan
c. Sistem proteksi berjalan dengan baik dan responsif
2.2.2.2 Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas tegangan yang stabil merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menentukan kualitas suatu sistem tenaga listrik.
b. Menurut IEC Publication 38/1967, tegangan jatuh pada setiap wilayah
beban dibatasi sampai 10%, karena itu harus ada voltage regulator pada
setiap sistem.
c. Peralatan yang tersedia harus tahan terhadap tegangan lebih dalam waktu
singkat
2.2.2.3 Faktor Keselamatan
a. Keselamatan penduduk pada wilayah yang ada peralatan transmisi dan
distribusi harus terjamin, seperti contoh dapat diletakkan papan peringatan
bahaya listrik ataupun pagar-pagar pembatas.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 28
13
Universitas Indonesia
b. Alat keselamatan bagi pekerja instalasi listrik juga harus terjamin dengan
baik, selain itu sistem pengaman dan pelindung harus terpasang di
peralatan ataupun di jaringan.
2.2.2.4 Faktor Pemeliharaan
Proses pemeliharaan penting adanya dikarenankan ini berkaitan dengan
umur dari peralatan peralatan yang digunakan serta kualitas sistem tetap
terjaga dengan baik. Proses pemeliharaan ini harus berkala dikukan
dengan membuat jadwal pemeliharaan baik pemeliharaan harian,
mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Selain itu proses pemeliharaan
ini penting adanya agar mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan pada peralatan, mengurangi lama waktu pemadaman akibat
sering terjadinya gangguan dan mengingkatkan keamanan (safety)
peralatan. Jenis pemeliharaan sendiri dapat dibedakan menjadi :
Predictive Maintenance ( Conditional Maintenace )
yaitu pemeliharaan yang dilakukan dengan memperkirakan waktu
terjadinya kerusakan atau kegagalan pada peraltan listrik. Dengan
memperkirakan kemungkinan terjadinya kegagalan, dapat diketahui
tanda – tanda kerusakan secara dini. Proses pemeliharaan ini
membutuhkan pekerja dan peralatan yang mampu memantau dan
menganalisis terjadinya kerusakan. Pemeliharaan ini disebut juga
dengan pemeliharaan berdasarkan kondisi (conditional maintenance).
Preventive Maintenance ( Time Base Maintenance )
yaitu pemeliharaan yang dilakukan sebagai bentuk dari tindakan
pencegahan agar kerusakan alat tidak terjadi secara tiba – tiba. Selain
itu, pemeliharaan juga bertujuan untuk mempertahankan kinerja
peralatan agar sesuai dengan umur teknisnya
Corrective Maintenance ( Currative Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan dengan memperbaiki serta
menyempurnakan peralatan yang mengalami gangguan. agar perlatan
listrik mampu bekerja kembali secara optimal. Pemeliharaan ini
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 29
14
Universitas Indonesia
disebut juga sebagai curative maintenance yang berupa trouble
shooting
Breakdown Maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan apabila terjadi gangguan yang
mengakibatkan peralatan tidak berfungsi dengan baik terjadi secara
mendadak (waktunya tidak menentu dan bersifat darurat).
2.2.2.5 Faktor Perencanaan
Perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga memudahkan
untuk perkembangan lebih lanjut.
2.3 Penyaluran Tenaga Listrik
Terdapat dua cara dalam menyalurkan atau distribusi tenaga listrik ke
daerah pemukiman, antara lain melalui gardu gardu distribusi atau melalui
penyaluran setempat.
2.3.1 Gardu Distribusi
Penyaluran daya dengan menggunakan gardu distribusi menggunakan
sistem tiga fasa untuk jaringan tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan
rendah (JTR) dengan transformator tiga fasa dengan kapasitas yang cukup besar.
Jaringan tegangan rendah ditarik dari sisi sekunder transformator unutk kemudian
disalurkan kepada konsumen. Sistem tiga fasa tersedia unutk seluruh daerah
pelayanan distribusi, walaupun sebagian besar konsumen mendapat pelayanan
distribusi tenaga listrik satu fasa. Jaringan tegangan menengah berpola radial
dengan kawat udarasistem tiga fasa tiga kawat. Sementara jaringan tegangan
rendah berpola radial dengan sistem tiga fasa empat kawat dengan netral. Gardu
distribusi sendiri dari instalasinya dapat dibedakan menjadi [3] :
Gardu Tembok (Gardu Beton)
Gardu hubung atau gardu trafo yang secara keseluruhan konstruksinya
terbuat dari tembok/beton.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 30
15
Universitas Indonesia
Gambar 2.6. Konstruksi Gardu Beton
Sumber: Dokumentasi PLN Area Cempaka Putih, 2011
Gardu Besi (Gardu Metal Clad)
Gardu hubung atau gardu trafo yang bangunan keseluruhannya terbuat dari
plat besi dengan konstruksi seperti kios.
Gambar 2.7. Konstruksi Gardu Metal Clad
Sumber: Dokumentasi PLN Area Cempaka Putih
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 31
16
Universitas Indonesia
Gardu Portal
Gardu hubung atau gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya
dipasang pada 2 buah tiang atau lebih.
Gambar 2.8. Konstruksi Gardu Portal
Sumber: Suhadi, “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”
Gardu Mobil
Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa sebuah mobil
(diletakkan diatas mobil), sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan
tempat yang membutuhkan. Oleh karenanya gardu mobil ini pada
umumnya untuk pemakaian sementara (darurat), yaitu untuk mengatasi
kebutuhan daya yang bersifat temporer.
Gambar 2.9. Konstruksi Gardu Mobil
Sumber: Dokumentasi pribadi Alfan YH
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 32
17
Universitas Indonesia
Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang (bagian)
yaitu, bagian penyambungan/pemutusan sisi tegangan tinggi, bagian pengukuran
sisi tegangan tinggi, bagian trafo distribusi dan bagian panel sisi tegangan rendah.
Pada gardu beton dan gardu metal bagian-bagian tersebut tersekat satu dengan
lainnya, sedang pada gardu tiang panel distribusi tegangan rendah diletakkan pada
bagian bawah tiang. Pada gardu distribusi, sistem pengaman yang digunakan
umumnya berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage),
kawat tanah (ground wire) untuk melindungi saluran fasa dari sambaran petir dan
sistem pentanahan untuk menetralisir muatan lebih, serta sekring pada sisi
tegangan tinggi (fuse cut out) untuk memutus rangkaian jika terjadi arus lebih
(beban lebih).
2.3.2 Penyaluran Setempat
Penyaluran daya dengan menggunakan penyaluran setempat umumnya
digunakan pada daerah dengan kondisi beban perumahan ataupun beban
kantor/bisnis tidak terlalu besar, atau pada suatu daerah dengan tingkat
pertumbuhan beban yang tinggi. Untuk jaringan tegangan menengahnya
menggunakan sistem tiga fasa dengan percabangan satu fasa. Sementara untuk
jaringan tengangan menengahnya menggunakan sistem satu fasa. Transformator
yang digunakan memiliki kapasitas yang kecil dan cenderung dekat dengan
konsumen. Jaringan tegangan menengah berpola radial dengan kawat udara sistem
tiga fasa empat kawat denga netral. Sementara jaringan tegagnan rendah berpola
radial dengan sistem tiga fasa tiga kawat bersama netral.
2.4 Tegangan Distribusi
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
antara lain :
2.4.1 Tegangan Menengah (TM)
Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang nilai 1 kV sampai
dengan 30 kV. Untuk di Indonesia menggunakan tegangan menengah sebesar 20
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 33
18
Universitas Indonesia
kV. Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran tenaga listrik dari GI menuju
gardu gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.
2.4.2 Tegangan Rendah (TR)
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nulai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu gardu distribusi menuju pelanggan
tegangan rendah. Penyaluran dilakukan dengan menggunakan sistem tiga fasa
empat kawat yang dilengkapi dengan netral. Di Indonesia menggunakan tegangan
rendah 380/220 V. Dengan 380 V merupakan besar tegangan antar fasa dan
tegangan 220 V merupakan tegangan fasa netral.
Gambar 2.10. Saluran Distribusi Tegangan Rendah
Sumber: Djiteng Marsudi, 2006, Operasi Sistem Tenaga Listrik
2.4.3 Tegangan Pelayanan
Tegangan pelayanan merupakan ketetapan dari penyedia listrik untuk
pelanggan pelanggannya. Di Indonesia besarnya tegangan pelayanan pada
umumnya antara lain :
380/220 V tiga fasa empat kawat
220 V satu fasa dua kawat
6 kV tiga fasa tiga kawat
12 kV tiga fasa tiga kawat
20 kV tiga fasa tiga kawat
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 34
19
Universitas Indonesia
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini sistem distribusi mengarah kepada
sitem dengan tegangan yang lebih tinggi. Dengan sistem distribusi yang lebih
tinggi ini, maka sistem akan dapat membawa daya lebih besar dengan nilai arus
yang sama. Arus yang lebih kecil berarti jatuh tegangan yang lebih kecil, rugi rugi
lebih sedikit dan kapasitas membawa daya yang lebih besar.
2.5 Susut Energi Jaringan
Susut energi merupakan adanya energi yang hilang akibat berbagai macam
sebab, secara umum susut energi tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian
utama, yaitu susut teknis dan susut non teknis.
Susut Non-Teknis merupakan susut atau daya yang hilang akibat faktor-
faktor non teknis, dalam artian merupakan susut yang benar-benar tidak bisa
diperhitungkan penyebab dari susut ini. Beberapa contoh dari penyebab susut non
teknis ini adalah adanya pencurian listrik, karena banyak masyarakat tidak
bertanggung jawab yang langsung mencuri listrik dari gardu tanpa melalui izin
dari PLN, sehingga mengakibatkan adanya pemakaian energi listrik yang tidak
wajar atau melewati batas normal. Penyebab lain yang sering terjadi juga adalah
karena adanya kesalahan dalam pencatatan nilai. Lebih jelas parameter yang harus
diperhatikan yang seringkali menjadi penyebab timbulnya susut non teknis adalah
sebagai berikut :
Pengukuran Energi Listrik
Pencatatan meter pelanggan
Pemakaian sendiri
Prosedur perhitungan dan pelaporan susut
Kontak pelanggan
Konfigurasi Jaringan
Sementara susut teknis merupakan susut yang terjadi karena memang
ketidaksempunaan sistem, dengan kata lain susut yang sudah pasti ada dan
biasanya dapat dibuat model perhitungannya. Secara umum rumusan dari susut
teknis berasal dari rumus berikut :
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 35
20
Universitas Indonesia
(2.1)
I : besar arus yang mengalir di jaringan
R : besar hambatan dalam penghantar
Kemudian besar hambatan kabel tersebut didefinisikan dengan persamaan
(2.2)
R : hambatan dalam penghantar
ρ : hambatan jenis penghantar
l : panjang penghantar
A : luas penampang penghantar
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa secara sederhana rugi-rugi di jaringan
diakibatkan oleh besar arus yang mengalir, ini dipengaruhi terutama oleh pusat-
pusat beban, semakin banyak beban yang bekerja maka akan semakin besar pula
arus yang mengalir di jaringan. Kemudian juga disebabkan oleh penghantar itu
sendiri, semakin bagus penghantar maka hambatan dalam penghantar juga akan
lebih kecil.
Namun ternyata dalam konteks sistem tenaga listrik, sangat sulit untuk
menjelaskan susut teknis pada suatu jaringan hanya dengan menggunakan
persamaan-persamaan yang telah dijabarkan sebelumnya. Dalam saluran
distribusi, susut yang terjadi di setiap jaringan dihitung secara lebih detail.
2.5.1 Susut Jaringan Tegangan Rendah
Merupakan susut yang terjadi pada jaringan distribusi primer, dengan kata
lain merupakan susut yang terjadi pada tegangan nominal 380/220 Volt.
Pemodelan dilakukan dengan melihat sisi sekunder transformator distribusi
sebagai sumber dan tiang-tiang penyaluran sebagai titik beban. Selain itu susut
yang diperhitungkan biasanya merupakan susut untuk tiga fasa, sementara untuk
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 36
21
Universitas Indonesia
mencari susut tiap fasa biasanya menggunakan data penggunaan arus setiap
fasanya. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kemungkinan pemakaian
transformator satu fasa, sehingga ada pembagian arus apabila dipasangkan dengan
transformator tiga fasa. Namun hal tersebut jarang terjadi sehingga tidak terlalu
harus diperhitungkan.
Gambar 2.11. Susut Jaringan Tegangan Rendah
Untuk model di atas, persamaan yang biasa digunakan adalah
∑
(2.3)
Psusut = Susut jaringan (W)
n = jumlah titik beban (tranformator distibusi atau khusus)
Itb = besar arus yang masuk ke titik beban (A)
RJTM = besar resistansi penghantar pada JTM (Ω)
LsF = faktor susut
2.5.2 Susut Transformator
Susut transformator merupakan susut yang terjadi akibat rugi-rugi di
transformator. Susut transformator ini terdiri dari susut besi dan susut tembaga,
susut besi biasanya tergantung dari tegangan dan bersifat konstan, sementara susut
tembaga kuadrat dari tingkat pembebanan. Susut dari transformator dapat
dituliskan dengan :
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 37
22
Universitas Indonesia
(2.4)
Ptransformator = susut akibat transformator (W)
Pbesi = susut akibat bahan besi (W)
Ptembaga = susut akibat lilitan tembaga di transformator (W)
K = tingkat pembebanan
LsF = faktor susut
2.5.3 Susut Sambungan Pelanggan
Susut sambungan rumah merupakan susut yang terjadi di sepanjang
penghantar antara tiang saluran distribusi dengan rumah, biasanya terdapat
beberapa jenis sambungan pelanggan, yaitu sambungan pelanggan satu fasa satu
konsumen, sambungan pelanggan satu fasa beberapa konsumen, dan juga
sambungan pelanggan tiga fasa satu konsumen.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 38
23 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penjelasan Umum
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil beban
pelanggan industri terhadap efisiensi sistem. Sehingga objek bahasan adalah
pelanggan industri yang berada pada jaringan tegangan rendah 220 V. Pelanggan
industri yang dibagi menjadi 3 golongan I1 (450 VA s.d. 2200 VA), I1 (3500 VA
s.d. 14 kVA), dan I2 (di atas 14kVA s.d. 200 kVA). Masing-masing tipe
pelanggan industri tersebut memiliki profil beban yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan kebutuhan listrik untuk menjalankan industri yang berbeda sehingga
pola konsumsi listrik pun akan berbeda.
Penelitian ini akan dititikberatkan pada rugi-rugi yang terjadi pada
jaringan tegangan rendah, berawal dari titik sekunder transformator distribusi dan
berakhir pada industri dan melalui tiang-tiang listrik, dimana tiang-tiang listrik ini
akan dianggap sebagai titik beban. Penelitian dilakukan pada DKI Jakarta wilayah
Cempaka Putih, yang merupakan wilayah pelayanan PT PLN Area Pelayanan
Jaringan Cempaka Putih.
Pada Metodologi Penelitian akan dijabarkan langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ini, yang meliputi proses pengumpulan data dan studi
literatur, pembuatan model jaringan, serta perhitungan dan analisis. Metodologi
Penelitian ini merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian.
3.2 Kerangka Penelitian
Kerangka Penelitian merupakan penulisan langkah-langkah penelitian
yang dilakukan dari awal hingga akhir. Kerangka Penelitian merupakan gambaran
singkat dari Metodologi Penelitian, dimana dalam penelitian ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap Pra Penelitian, kemudian tahap Pengolahan Data, dan yang
terakhir adalah tahap Analisis Data. Kerangka pada penelitian ini dibuat dengan
format seperti itu karena penelitian yang dilakukan sebagian besar menggunakan
data sekunder, sehingga harus ada pengolahan data dengan membuat model
sehingga hasil yang didapat sebisa mungkin mendekati nilai asli. Berikut adalah
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 39
24
Universitas Indonesia
kerangka penelitian yang dituliskan secara lebih detail dan digunakan dalam
penelitian kali ini :
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
3.3 Tahap Pra Penelitian
Salah satu tahapan paling penting dari semua penelitian adalah
pengumpulan data yang menunjang, karena data yang akan didapat akan sangat
menentukan seperti apa pengolahan data yang akan digunakan. Tahapan pra
penelitian yang ada dalam penulisan skripsi ini dipecah menjadi dua bagian lagi,
yaitu studi pustaka dan pengumpulan data dari PLN APJ Cempaka Putih.
3.3.1 Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan tahapan paling mendasar dari semua penelitian,
dengan tujuan mencari teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sehingga penelitian tersebut memiliki landasan yang kuat dan tidak asal-asalan.
Berikut adalah teori-teori yang dicari dalam studi pustaka pada penelitian ini :
a. Dasar Sistem Tenaga Listrik
Teori mengenai Sistem Tenaga Listrik merupakan salah satu yang penting
dicari karena berhubungan dengan teori susut dan komposisi jaringan,
Pra Penelitian
Studi Pustaka
Pengumpulan data PLN APJ Cempaka
Putih
Pengolahan Data
Pemilihan data aset dari PLN APJ Cempaka
Putih
Pembuatan Model Perhitungan dan Pencarian Losses
Analisis Data
Mendapatkan hasil losses dan pembuatan
grafik losses
Pembuatan grafik losses sesuai dengan kapasitas langganan
Penarikan kesimpulan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 40
25
Universitas Indonesia
kemudian juga pemilahan yang tepat untuk saluran, apakah bagian tersebut
masih transmisi atau distribusi merupakan hal yang penting, sehingga
tidak ada kekeliruan dalam pembuatan model.
b. Komponen-Komponen Distribusi
Komponen-komponen yang terdapat dalam saluran distribusi juga penting
untuk diperhatikan sehingga dapat diketahui darimana sumber-sumber
susut yang ada dalam jaringan.
c. Jenis Pelanggan
Jenis pelanggan yang ada Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yang
berhubungan dengan pengaruh susut yang disebabkan oleh perilaku
penggunaan energi listrik pelanggan-pelanggan tersebut. Perlu diketahui
jenis pelanggan sehingga memudahkan untuk tahap pengolahan data dan
analisis.
d. Susut Energi Jaringan
Pengetahuan mengenai susut teknis yang terjadi di jaringan juga sangat
penting, sehingga dapat diperoleh formula dan pemodelan yang tepat
untuk melakukan pengolahan data dan analisis data. Selain itu, jenis-jenis
dari susut energi juga perlu diketahui sehingga tidak ada kekeliruan dalam
pembuatan model dan perhitungan.
3.3.2 Data PLN APJ Cempaka Putih
Selain data hasil dari studi literatur, juga diperlukan data yang didapat dari
PLN APJ Cempaka Putih, karena sesuai tujuan penelitian akan dicari susut pada
area Cempaka Putih, sehingga dibutuhkan data dari area tersebut. Selain itu data
yang didapat diharapkan bisa memberikan validitas dari hasil perhitungan. Berikut
adalah data yang dibutuhkan dari PLN APJ Cempaka Putih :
a. Data Aset Jaringan
Data aset jaringan merupakan salah satu data vital yang diperlukan.
Dengan adanya data ini bisa didapatkan gambaran jaringan pada area
Cempaka Putih. Data aset ini meliputi meliputi jumlah penyulang, jumlah
gardu distribusi, kapasitas transformator gardu distribusi, dan jumlah tiang
dalam satu jaringan tiap gardu distribusi, jenis penghantar. Data aset ini
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 41
26
Universitas Indonesia
digunakan untuk membuat model jumlah titik beban yang terdapat pada
suatu jaringan tegangan rendah pada wilayah Cempaka Putih. Data aset ini
didapat dari bagian Pemeliharaan PLN Area Pelayanan Jaringan Cempaka
Putih.
b. Data Konsumsi Energi Listrik
Data konsumsi energi merupakan rekapan dari energi jual dan energi beli
pada kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu bulanan. Dengan adanya
data transaksi energi ini dapat diketahui besar pembebanan pada masing-
masing penyulang dan gardu distribusi. Data yang didapat adalah data
transaksi energi pada tahun 2011 dan pada bulan Januari - April 2012,
sehingga bisa diketahui kecenderungan konsumsi sepanjang tahun. Data
Konsumsi Energi Listrik ini didapat dari bagian Transaksi Energi PLN
APJ Cempaka Putih.
c. Data Konsumsi Pelanggan
Data konsumsi pelanggan merupakan gambaran dari konsumsi energi para
pelanggan dalam harian sehingga dapat diketahui perilaku konsumsi
energi listrik dalam setiap jam. Data yang diambil merupakan pelanggan
industri pada jaringan tegangan rendah dengan golongan I1 (450 VA s.d.
2200 VA), I1 (3500 VA s.d. 14 kVA), dan I2. Konsumsi pelanggan
tersebut akan diolah sehingga didapatkan besarnya susut teknis dalam
suatu jaringan tegangan rendah.
d. Data Standar
Data Standar ini merupakan data spesifikasi teknik yang meliputi tata cara
dan metode instalasi listrik yang disepakati para pakar dan pihak-pihak
terkait. Data standar ini memperhatikan berbagai faktor seperi kesehatan,
keamanan, dan teknologi. Standar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) dan Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Standar ini digunakan dalam landasan
teori dan analisis.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 42
27
Universitas Indonesia
3.4 Klasifikasi Data
Setelah data-data dari PLN APJ Cempaka Putih didapat, maka dilakukan
klasifikasi data untuk menentukan data-data yang digunakan.
3.4.1 Jaringan Tegangan Rendah
Studi susut energi pada jaringan tegangan rendah menganalisis susut
teknis yang terjadi pada saluran mulai dari salah satu gardu distribusi dan pada
titik-titik beban yang ada pada jaringan tegangan rendah tersebut, tentu saja
wilayah yang diambil masih merupakan wilayah APJ Cempaka Putih. Gardu
distribusi yang terdaftar pada data aset PLN memiliki tiga kapasitas yang biasa
digunakan, yaitu 400 kVA, 630 kVA, dan 1000 kVA. . Sesuai dengan data yang
didapat bahwa jumlah gardu distibusi pada PLN area pelayanan Cempaka Putih
sebanyak 200 buah dan kapasitas masing-masing trafo distribusi diasumsikan
memiliki kapasitas 630 kVA. Sehingga susut energi yang akan dianalisa
merupakan susut energi dari total kapasitas sistem (200 x 630 kVA) yang
terpasang untuk menyuplai energi listrik ke seluruh pelanggan.
Gambar 3.2. Ilustrasi Alur Penyaluran Energi Listrik
Kemudian hal yang berpengaruh terhadap analisis juga adalah panjang saluran
yang akan berdampak pada banyaknya tiang pada jaringan tegangan rendah
tersebut, karena tiang listrik dianggap sebagai titik beban dimana terdapat
konsumen-konsumen yang harus disuplai pada titik beban tersebut. Jaringan yang
Kapasitas Trafo Distribusi
(200x630 kVA)
Pelanggan
Pelanggan Pelanggan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 43
28
Universitas Indonesia
diambil sebagai sampel adalah jaringan dengan gardu distribusi TP 18, TP 27, dan
TP 60. Berikut adalah spesifikasi dari jaringan tegangan rendah tersebut :
Tabel 3.1. Sampel Jaringan Tegangan Rendah
Penyulang Gardu
Distribusi
Kapasitas
Gardu (kVA) Jumlah Tiang
Panjang
Jaringan (km)
Putih TP 18 400 16 1,04
Putih TP 27 630 47 1,154
Orange TP 60 1000 85 9,88
Sumber : Data Aset PLN APJ Cempaka Putih
Gardu yang digunakan sebagai sampel jaringan adalah gardu distribusi TP 27.
Gardu tersebut memiliki jarak 1154 meter dari gardu hingga titik beban terjauh
dan memiliki jumlah titik beban sebanyak 47 tiang. Jaringan distribusi ini
nantinya yang digunakan sebagai jaringan sampel dalam perhitungan dan
penganalisaan susut energi yang terjadi pada kapasitas sistem terpasang. Tabel
komponen Jaringan Distibusi Tegangan Rendah dari Gardu TP 27 dapat dilihat
pada Lampiran 1. Jika digambarkan secara sederhana, maka jaringan-jaringan
tersebut kira-kira seperti berikut :
3.4.2 Penghantar
Trafo Cempaka Putih
Titik beban 1
Titik beban 2
Titik beban 3
Titik beban n-1
Titik beban n
Gambar 3.3. Ilustrasi Penyaluran listrik ke titik-titik Beban
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 44
29
Universitas Indonesia
Penghantar yang umum digunakan dalam sistem distribusi bisa berupa
kawat ataupun kabel. Kawat hanya terdiri dari konduktor saja, sementara untuk
kabel selain inti konduktor, masih terdapat lapisan semikonduktor, lapisan isolasi
selubung dalam, dan lapisan selubung luar. Konduktor yang biasa digunakan bisa
berbahan tembaga, aluminium, ataupun besi. Sementara di wilayah PLN APJ
Cempaka Putih, penghantar yang digunakan adalah kabel, karena untuk distribusi
dalam kota biasa digunakan kabel bawah tanah sehingga tidak merusak seni
keindahan kota. Kabel distribusi pada data aset adalah XLPE 4 x 95 mm2. Setiap
penghantar memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung material
penghantar tersebut. Material ini menentukan besar resistansi dari kabel dan
kemampuan dari kabel tersebut dalam menghantarkan arus. Faktor eksternal yang
mempengaruhi besarnya resistansi kabel penghantar adalah faktor suhu. Faktor
suhu ini akan membuat besar nominal resistansi kabel distribusi akan bervariasi.
Berikut persamaan untuk menentukan besarnya nilai resistansi berdasarkan
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000:
untuk tembaga (3.1)
untuk aluminium (3.2)
keterangan : Rt = resistansi kabel pada suhu t derajat Celcius (Ω)
R0 = resistansi kabel pada suhu 20 derajat Celcius (Ω)
t = suhu penghantar dalam Celcius (oC)
l = panjang penghantar (m)
Berdasarkan Persayaratan Umum Instalasi Listrik 2000 resistansi dari
kabel XLPE 4x95 mm2 pada suhu 20 ºC sebesar 0.191 Ω, tabel berikut
menggambarkan variasi resistansi kabel distribusi akibat faktor suhu,
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 45
30
Universitas Indonesia
Tabel 3.2. Resistansi Kabel Distribusi (Tembaga)
No Suhu (ºC) Resistansi kabel (Ω /km)
1 15 0.187
2 20 0.191
3 25 0.195
4 30 0.199
5 35
0.202
Ketika jaringan masuk ke dalam gardu distribusi, maka tegangan sistem
akan diturunkan dari tegangan primer (20 kV) menjadi tegangan pelayanan
(220V) sehingga dengan besar daya yang tetap maka ketika tegangan diturunkan
arus pada sistem tersebut akan mengalami kenaikan sesuai dengan besarnya daya
tersebut. Arus yang besar pada konduktor dapat menimbulkan susut teknis yang
besar pada konduktor tersebut. Selain itu besarnya nilai resistansi dari saluran juga
akan mempengaruhi besarnya susut energi yang terjadi pada jaringan. Semakin
besar resitansi saluran maka semakin besar pula susut energi yang terjadi di
saluran. Hal ini yang akan dianalisa untuk mencari susut teknis sesuai dengan
persamaan 2.1 yang telah disebutkan sebelumnya.
3.4.3 Pelanggan dalam Jaringan Tegangan Rendah
Pelanggan listrik yang ada di Indonesia terbagi menjadi beberapa
golongan, tergantung dari fungsi bangunan dan besar daya yang digunakan. Tipe-
tipe pelanggan yang di Indonesia adalah residensial, bisnis, industri, sosial, dan
publik. Namun untuk penelitian kali ini akan lebih dititikberatkan pada pelanggan
industri di jaringan tegangan rendah, dengan kapasitas beban I1 (450 s.d 2200
VA), I1 (3500VA s.d 14kVA), dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA). Untuk lebih
jelas dalam melihat kapasitas masing-masing pelanggan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 46
31
Universitas Indonesia
Tabel 3.3. Tipe Tarif Pelanggan PLN
Tipe Pelanggan Kelas Pelanggan Daya Listrik
Residensial
R1 450 VA s.d. 2200 VA
R2 Di atas 2200 VA s.d. 6600 VA
R3 Di atas 6600 VA
Bisnis
B1 450 VA s.d. 2200 VA
B2 Di atas 2200 VA s.d. 200 kVA
B3 Di atas 200 kVA
Industri
I1 450 VA s.d. 14 kVA
I2 Di atas 14 kVA s.d. 200 kVA
I3 Di atas 200 kVA
Sosial
S1 220 VA
S2 450 s.d. 200 kVA
S3 Di atas 200 kVA
Publik
P1 450 s.d. 200 kVA
P2 Di atas 200 kVA
P3 Untuk penerangan jalan umum
Sumber : Laporan Akhir Profil Beban PLN, 2007
Analisis susut teknis yang dilakukan adalah pada jaringan tegangan
rendah, sehingga sampel pelanggan yang akan diambil adalah pelanggan industri
dengan kapasitas beban 450 VA s.d. 200 kVA. Setiap pelanggan tersebut
memiliki karakteristik penggunaan listrik yang berbeda-beda, kemudian dari
kelas-kelas pelanggan ini akan dianalisis profil beban mereka sehingga bisa
diketahui tingkat susut teknis akibat tren penggunaan listrik para pelanggan kelas
tersebut.
Profil beban (load profile) itu sendiri merupakan grafik yang menunjukkan
besarnya pemakaian energi listrik yang digambarkan dalam kurun waktu tertentu,
bisa dalam kurun satu tahun, satu bulan, atau bahkan dalam satu hari. Profil beban
tersebut biasanya berbeda setiap kelas pelanggan dan juga setiap hari akan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 47
32
Universitas Indonesia
berbeda. Terutama pada hari kerja dan hari libur, profil beban yang tercipta akan
berbeda jauh. Berikut adalah profil beban pelanggan industri :
Grafik 3.1. Profil Beban Pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA)
Sumber: Laporan Akhir Profil Beban PLN, 2007
Grafik 3.2. Profil Beban Pelanggan I1 (di atas 2200 VA s.d. 14 kVA)
Sumber: Laporan Akhir Profil Beban PLN, 2007
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 48
33
Universitas Indonesia
Grafik 3.3. Profil Beban Pelanggan I2 (di atas 14kVA s.d. 200kVA)
Sumber: Laporan Akhir Profil Beban PLN, 2007
Dapat dilihat tren konsumsi listrik para pelanggan industri dengan
kapasitas berbeda memiliki pola (trends) yang cukup berbeda. Terlihat bahwa
untuk pelanggan industrial, hal yang umum terjadi adalah pada pagi hari (01.00 –
06.00) dan pada malam hari (18.00 – 24.00) pemakaian beban cenderung konstan
dan cukup rendah. Berbeda dengan waktu-waktu tersebut, untuk jam kerja mulai
pukul 08.00 pola konsumsi energi listrik cenderung meningkat dan pola
konsumsinya akan menurun menjelang berakhir waktu kerja, antara pukul 16.00 –
17.00. Beban puncak dari masing-masing tipe pelanggan terjadi di waktu yang
berbeda, hal ini disebabkan oleh pola pemakaian alat-alat industri dan jam kerja
yang berbeda pula di masing-masing tipe pelanggan industri. Untuk tipe
pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA) beban puncak terjadi pada pukul 14.00 –
15.00, tipe pelanggan I1 (di atas 2200 VA s.d. 14 kVA) beban puncak terjadi pada
pukul 09.00 – 10.00, dan tipe pelanggan I2 beban puncaknya terjadi pada pukul
11.00 dan 14.00.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 49
34
Universitas Indonesia
3.5 Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari PLN APJ Cempaka Putih, yaitu data aset,
data transaksi energi, dan data standar dapat diolah sehingga dapat diketahui besar
susut teknis pada jaringan tegangan rendah. Pengolahan dilakukan dengan
mencari parameter-parameter yang diperlukan untuk memperoleh susut teknis
tersebut, berikut adalah parameter-parameter yang perlu dicari untuk analisis susut
pada jaringan tegangan rendah :
Kapasitas sistem
Arus maksimum transformator distribusi
Persen pembebanan pada profil pelanggan
Panjang saluran tegangan rendah
Impedansi saluran tegangan rendah
Jumlah titik beban saluran tegangan rendah
3.5.1 Parameter Penghitungan Susut Energi
a. Kapasitas sistem
Pada data aset PLN area pelayanan Cempaka Putih, sistem distibusinya
memiliki 200 trafo distribusi, yang diasumsikan memiliki kapasitas trafo
masing-masing 630 kVA. Sehingga bisa didapatkan kapasitas sistem yang
digunakan sebesar 200 x 630 kVA.
b. I max Jaringan.
Dari kapasitas sistem yang ada, maka dapat dihitung nilai I max yang dapat
disuplai oleh trafo distribusi. Persamaan yang digunakan adalah
I max =
……….....…................(3.1)
Arus ini merupakan nominal maksimum dari kemampuan trafo (kapasitas
sistem) dalam menyuplai arus ke beban. Besarnya arus yang disuplai pada
trafo selama sehari bervariasi di tiap jamnya. Besar arus yang mengalir
pada setiap jamnya dapat diketahui dengan mengetahui besarnya
pembebanan trafo di setiap jamnya.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 50
35
Universitas Indonesia
c. Persen Pembebanan Trafo
Persen pembebanan trafo didapatkan dari profil beban (Load Profile) yang
telah dijelaskan sebelumnya. Persen pembebanan ini digunakan untuk
menghitung besarnya arus pembebanan yang mengalir pada jaringan
distribusi pada setiap jamnya sehingga nantinya dapat dilihat variasi nilai
pembebanan terhadap susut energi yang terjadi di jaringan distribusi.
Persamaan yang digunakan dalam menghitung persen pembebanan trafo
adalah,
…(3. 2)
d. Faktor Kepadatan Beban (I gw)
Faktor kepadatan beban merepresentasikan besarnya arus di setiap seksi.
Arus di setiap seksi nilainya sama besar karena arus di setiap titik beban
nilainya sama (beban terdistribusi merata). Untuk mendapatkan faktor
pembebanan, bisa dihitung dengan mendapatkan arus pangkal
pembebanan terlebih dahulu yang di dapat dari perhitungan persen
pembebanan dikalikan Imax. Berikut persamaan yang digunakan dalam
menghitung faktor kepadatan beban,
...................... (3.5)
…….............……….....…...(3.6)
Dimana:
Ipp = Arus Pangkal Pembebanan
Igw = Faktor Kepadatan Beban
n = jumlah titik beban (tiang)
e. Impedansi Saluran
Impedansi saluran didapatkan dengan mengkalikan panjang saluran
dengan impedansi kabel distribusi. Sedangakan untuk impedansi jaringan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 51
36
Universitas Indonesia
antar titik beben dapat ditentukan dengan mengkalikan jarak antar titik
beban dengan impedansi kabel distribusi.
……........................(3. 7)
3.5.2 Formula Penghitungan Susut
Dalam menghitung susut energi pada Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah digunaka persamaan :
….(3.8)
Dimana :
n = Jumlah Titik Beban.
R gw = Resistansi Saluran. (Ω)
Ipp = Arus pembebanan (Ampere)
Igw = Faktor Kepadatan Beban = Ipp/n (Amperer)
LsF = Faktor susut bernilai 1 karena susut energi di hitung pada setiap jam.
LF = Faktor Beban (Load Factor)
Fkor = Faktor koreksi kabel penghantar (bernilai 1 pada suhu 20ºC)
Gambar di atas mengilustrasikan persebaran arus pada setiap titik beban. Dalam
perhitungan ini, beban diasumsikan merata pada setiap titik bebannya. Sehingga
arus beban pada setiap titik beban (tiang) nilainya sama besar (Ia = Ib = Ic = Id = Ie)
Ia Ib
Ib
Ic
Id
Ie
Ie 2Ie 3Ie 4Ie
Ia = Ib = Ic = Id = Ie
Gambar 3.4. Gambar Ilustrasi Jaringan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 52
37
Universitas Indonesia
3.6 Analisis Data
Setelah didapatkan susut teknis jaringan tegangan rendah, maka dapat
dibuat susut saluran tersebut dalam waktu tertentu sehingga bisa dibuat profil
susut teknis pada saluran, dan dapat dibuat juga grafik efisiensi dari masing-
masing jenis saluran dengan variasi pelanggan yang berbeda.
Pelanggan yang berbeda dapat menghasilkan profil susut teknis yang
berbeda pula, sehingga akan dibuat simulasi dengan menggunakan berbagai
macam kombinasi pelanggan dalam satu jaringan tegangan rendah, sehingga dapat
dilihat kira-kira seberapa besar pengaruh pelanggan yang satu terhadap pelanggan
lainnya, berikut adalah variasi yang dilakukan :
Tabel 3.4. Variasi Pembebanan Pelanggan Industri
No I1 (450 VA –
2200 VA)
I1 ( > 2200 VA) I2 (14 KVA – 200
KVA)
1 100 % - -
2 - 100 % -
3 - - 100 %
4 50 % 50 % -
5 50 % - 50 %
6 - 50 % 50 %
7 70 % 30 % -
8 70 % - 30 %
9 - 70 % 30 %
10 30 % 70 %
11 30 % - 70 %
12 - 30 % 70 %
13 50 % 25 % 25 %
14 25 % 50 % 25 %
15 25 % 25 % 50 %
16 34 % 34 % 32 %
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 53
38
Universitas Indonesia
Tabel tersebut menunjukkan kombinasi yang akan dilakukan untuk
melakukan analisis pada jaringan tegangan rendah, terdapat tiga jenis beban yang
terpasang, yaitu pelanggan I1 dengan kapasitas daya 450 VA s.d. 2200 VA, I1
dengan kapasitas daya 3500 VA s.d. 14 kVA, dan I2 dengan daya di atas 14 kVA
s.d. 200 KVA.
Pertama kali penulis akan menganalisis pengaruh besar susut teknis untuk
beban 100 persen dari masing-masing jenis pelanggan, dengan tujuan untuk
melihat nilai susut teknis sebenarnya dari jenis pelanggan tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan pembebanan dengan bobot 50% - 50% untuk dua buah
kombinasi, setelah itu diadakan simulasi besar susut teknis dengan besar
pembebanan lebih dititikberatkan pada salah satu pelanggan, ataupun terdapat
kombinasi tiga pelanggan sekaligus, terakhir dibuat simulasi untuk mencari besar
susut teknis untuk pelanggan dengan kombinasi merata.
Variasi pembebanan digunakan untuk mengetahui besarnya susut energi
listrik yang disesuaikan dengan beban masing-masing pelanggan. Suatu jaringan
dengan pembebanan yang berbeda akan memunculkan nilai susut energi yang
berbeda pula. Simulasi yang dibuat memiliki berbagai macam variasi sehingga
sebisa mungkin didapatkan model yang sesuai dengan kondisi nyata.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 54
39 Universitas Indonesia
BAB 4
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
4.1 Pengolahan Data
Sebagai permulaan, harus dicari parameter-parameter yang diperlukan
untuk menghitung susut yang terjadi pada jaringan tegangan rendah, beberapa
parameter tersebut adalah :
4.1.1 Arus maksimum transformator distribusi
Parameter ini menunjukkan arus yang mampu dikeluarkan oleh
transformator gardu distribusi pada saluran Cempaka Putih pada nilai maksimal,
dicari dengan persamaan 3.3, sehingga nilai yang didapatkan untuk transformator
dengan kapasitas 630 kVA adalah:
4.1.2 Resistansi Saluran
Penghantar yang digunakan pada jaringan tegangan rendah menurut
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 adalah menggunakan kabel dengan
ukuran 3x70 mm2
dan 3x95 mm2. Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000, resistansi dalam kabel penghantar yang digunakan pada jaringan
yang dilayani gardu TP 27 memiliki nilai 0,195 Ω/km, dan jaringan ini memiliki
panjang kabel 1,154 km dan jumlah tiang sebanyak 47 tiang. Dengan asumsi jarak
antar tiang sama, maka dapat diketahui besar resistansi saluran antar tiang
sehingga bisa didapatkan besar resistansi dalam satu jaringan tegangan rendah.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 55
40
Universitas Indonesia
Kemudian dapat diketahui besar resistansi saluran antar tiang :
4.1.3 Persen Pembebanan
Parameter ini menunjukkan berapa besar pembebanan yang terjadi akibat
pelanggan pada satu waktu tertentu. Pembebanan ini mengacu pada profil beban
setiap waktu, jumlah pelanggan yang disuplai oleh PLN APJ Cempaka Putih,
serta daya yang disuplai oleh PLN APJ Cempaka Putih. Berikut adalah tabel
jumlah pelanggan yang disuplai oleh PLN APJ Cempaka Putih :
Tabel 4.1. Tabel Pelanggan PLN APJ Cempaka Putih
Pelanggan Daya (Watt) Jumlah
Pelanggan
Persentase
Pelanggan (%)
I1 (450VA s.d. 2200 VA) 1870 1 0,244
I1 (3500 VA s.d. 14 kVA) 670508,33 87 21,219
I2 (> 14 kVA s.d. 200 kVA) 19433266,67 322 78,547
Sumber : Laporan Bulanan Transaksi Energi PLN APJ Cempaka Putih
Sehingga contoh pembebanan dapat diambil sebagai berikut dengan menggunakan
persamaan 3.4:
Untuk pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14 kVA) pada pukul 09.00
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 56
41
Universitas Indonesia
Nilai 2250 Watt berasal dari pemakaian pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14 kVA)
pada pukul 09.00 menurut kurva beban yang telah diberikan, sementara nilai 87
merupakan jumlah pelanggan tipe pelanggan tersebut pada satu jaringan Cempaka
Putih, dan nilai 670508,33 Watt merupakan besar daya terpasang untuk pelanggan
I1 (3500 VA s.d. 14 kVA) dalam satuan Watt di jaringan Cempaka Putih.
4.1.4 Arus Pangkal Pembebanan
Arus pembebanan merupakan parameter yang menunjukkan berapa besar
arus yang dikeluarkan oleh transformator pada waktu tertentu akibat pembebanan
oleh pelanggan. Diambil sampel pembebanan pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14
kVA) pada jam 09.00, persamaan yang digunakan adalah persamaan 3.5.
4.1.5 Arus pada masing-masing titik beban
Arus ini merupakan arus yang mengalir pada titik beban, diperoleh dari
hubungan antara arus pembebanan dengan jumlah tiang. Dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 3.8, berikut akan diambil sampel besar arus pada titik
beban pada pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14 kVA) pada jam 09.00.
Sehingga arus yang masuk ke titik beban sebesar 1007,965 A.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 57
42
Universitas Indonesia
4.1.6 Susut pada Jaringan Tegangan Rendah
Setelah didapat arus yang masuk pada titik beban, dapat dicari susut dari
jaringan tegangan rendah, dengan menggunakan persamaan 2.3. Berikut adalah
sampel besar susut pada jaringan tegangan rendah untuk pelanggan I1 (3500 VA
s.d. 14 kVA) pada jam 09.00:
4.1.7 Efisiensi Jaringan Tegangan Rendah
Setelah didapat susut pada jaringan tegangan rendah, dapat dicari efisiensi
pada jaringan tegangan rendah. Tahap pertama yang dilakukan ada mencari daya
yang masuk pada jaringan tegangan rendah, berikut sampel untuk mencari daya
yang masuk pada jaringan tegangan rendah pada pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14
kVA) pada jam 09.00:
Kemudian dicari daya yang masuk pada tiang, merupakan selisih antara daya
masuk jaringan tegangan rendah dengan susut pada jaringan tegangan rendah
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 58
43
Universitas Indonesia
Setelah itu mencari efisiensi pada jaringan tegangan rendah tersebut
Setelah didapatkan parameter-parameter tersebut, maka dapat dibuat grafik profil
susut dan efisiensi selama satu hari sehingga bisa dibandingkan dengan grafik
profil beban.
4.2 Analisis Grafik
Setelah dibuat berbagai perhitungan, maka telah diketahui profil susut dan
bagaimana efisiensi dari jaringan tegangan rendah untuk pelanggan industri, baik
itu untuk satu jenis pelanggan, ataupun apabila ada komposisi antara pelanggan
industri tersebut. Sebagai awalan akan diperlihatkan bagaimana susut dan efisiensi
jaringan tegangan rendah di area Cempaka Putih, dengan komposisi pelanggan
mendekati kondisi nyata, yaitu I1 (450 VA s.d. 2200 VA), pelanggan I1 (3500 VA
s.d. 14 kVA), dan I2.
Tabel 4.2. Susut Teknis dan Efisiensi Kondisi Real di Area Cempaka Putih
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 92.418169 10581.54538 10489.12721 99.12660991
1 82.94594669 10024.62194 9941.675994 99.17257781
2 78.40184005 9746.16022 9667.75838 99.19556176
3 79.90231971 9838.980794 9759.078474 99.18790044
4 76.91558294 9653.339647 9576.424064 99.20322307
5 81.41702192 9931.801367 9850.384345 99.18023912
6 97.34628466 10860.0071 10762.66082 99.10362596
7 147.4594608 13366.16259 13218.70313 98.89677041
8 350.4722254 20606.16732 20255.6951 98.29918771
9 565.5172724 26175.40173 25609.88446 97.83950872
10 577.6135563 26453.86345 25876.2499 97.81652477
11 623.061734 27474.88976 26851.82803 97.73225029
12 409.6096133 22276.93765 21867.32803 98.16128402
13 466.0447156 23762.06682 23296.02211 98.03870295
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 59
44
Universitas Indonesia
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
14 618.8589687 27382.06919 26763.21022 97.7399116
15 553.5489915 25896.94001 25343.39102 97.86249267
16 430.3461 22833.86109 22403.51499 98.11531612
17 307.6623318 19306.67929 18999.01696 98.40644615
18 217.782889 16243.60037 16025.81748 98.65926959
19 198.3264324 15501.03578 15302.70935 98.72056013
20 186.6283801 15036.93291 14850.30453 98.75886671
21 177.5259442 14665.65062 14488.12467 98.78951198
22 135.4271784 12809.23915 12673.81197 98.94273831
23 105.8442619 11324.10997 11218.26571 99.06531937
Total 6661.077221 411752.0642 405090.9869
max 623.061734 27474.88976 26851.82803 99.20322307
min 76.91558294 9653.339647 9576.424064 97.73225029
4.2.1 Analisis Profil Susut dan Efisiensi Beban Satu Jenis 100 %
Pelanggan yang mungkin terpasang adalah I1 (450 VA s.d 2200 VA), I1
(3500 VA s.d. 14 kVA), dan I2 (diatas 14 kVA s.d. 200 kVA). Berikut adalah
tabel dari nilai susut, daya masuk, daya keluar, dan efisien pada rentang waktu
selama satu hari.
Tabel 4.3. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA)
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 25.86952312 5598.409091 5572.539568 99.53791296
1 21.56608638 5111.590909 5090.024823 99.57809444
2 23.66890206 5355 5331.331098 99.5580037
3 27.23684234 5744.454545 5717.217703 99.52585851
4 29.593952 5987.863636 5958.269684 99.50576777
5 44.01242118 7302.272727 7258.260306 99.39727777
6 24.97753805 5501.045455 5476.067916 99.54594925
7 26.77715705 5695.772727 5668.99557 99.52987666
8 105.2855359 11294.18182 11188.89628 99.06778961
9 441.3467791 23123.86364 22682.51686 98.0913796
10 378.7024329 21420 21041.29757 98.23201479
11 455.3940769 23488.97727 23033.5832 98.06124349
12 84.22265821 10101.47727 10017.25461 99.16623425
13 219.5241763 16308.40909 16088.88491 98.65392035
14 498.8563428 24584.31818 24085.46184 97.97083515
15 581.0128623 26531.59091 25950.57805 97.81010922
16 108.0260427 11440.22727 11332.20123 99.05573517
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 60
45
Universitas Indonesia
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
17 18.40501649 4722.136364 4703.731347 99.61023962
18 39.44295381 6912.818182 6873.375228 99.42942295
19 33.05821858 6328.636364 6295.578145 99.47764073
20 44.01242118 7302.272727 7258.260306 99.39727777
21 41.12716246 7058.863636 7017.736474 99.41736851
22 27.23684234 5744.454545 5717.217703 99.52585851
23 27.70043984 5793.136364 5765.435924 99.52184036
Total 3327.056384 258451.7727 255124.7163
max 581.0128623 26531.59091 25950.57805 99.61023962
min 18.40501649 4722.136364 4703.731347 97.81010922
Tabel 4.4. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I1 (3500 VA s.d. 14 kVA)
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 28.79029465 5906.000423 5877.210128 99.51252468
1 26.53313555 5669.760406 5643.22727 99.53202369
2 24.36810539 5433.520389 5409.152283 99.5515227
3 24.36810539 5433.520389 5409.152283 99.5515227
4 28.21736779 5846.940418 5818.723051 99.51739943
5 28.79029465 5906.000423 5877.210128 99.51252468
6 34.83625653 6496.600465 6461.764208 99.46377714
7 77.43437649 9685.840693 9608.406317 99.20054047
8 232.2110005 16773.0412 16540.8302 98.61557008
9 583.0034667 26577.0019 25993.99843 97.80636105
10 557.3801044 25986.40186 25429.02175 97.85510858
11 483.9648531 24214.60173 23730.63688 98.00135117
12 340.6928308 20316.64145 19975.94862 98.32308489
13 352.6811095 20671.00148 20318.32037 98.29383637
14 394.1391338 21852.20156 21458.06243 98.1963413
15 294.8126172 18899.20135 18604.38873 98.44007897
16 171.4058982 14410.64103 14239.23513 98.81056021
17 115.1611786 11812.00085 11696.83967 99.02504935
18 77.43437649 9685.840693 9608.406317 99.20054047
19 73.70315431 9449.600676 9375.897522 99.22003948
20 64.77816296 8859.000634 8794.222471 99.26878702
21 53.25052899 8032.160575 7978.910046 99.33703356
22 41.4580243 7087.200507 7045.742483 99.41502961
23 34.83625653 6496.600465 6461.764208 99.46377714
Total 4144.250633 301501.3216 297357.0709
max 583.0034667 26577.0019 25993.99843 99.5515227
min 24.36810539 5433.520389 5409.152283 97.80636105
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 61
46
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Susut Teknis dan Efisiensi Pelanggan I2 (di atas 14 kVA s.d 200 kVA)
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 108.4734025 11463.89106 11355.41766 99.05378198
1 107.0508159 11388.47072 11281.41991 99.0600071
2 105.6376193 11313.05039 11207.41277 99.06623222
3 105.6376193 11313.05039 11207.41277 99.06623222
4 104.2338127 11237.63005 11133.39624 99.07245734
5 105.0749699 11282.88225 11177.80728 99.06872227
6 114.257649 11765.5724 11651.31475 99.02888151
7 199.237245 15536.5892 15337.35195 98.71762558
8 480.7685429 24134.50749 23653.73895 98.00796207
9 751.2008483 30168.13437 29416.93352 97.50995259
10 789.2303913 30922.33773 30133.10734 97.44770141
11 844.0492732 31978.22243 31134.17316 97.36054975
12 555.5881474 25944.59556 25389.00741 97.85855923
13 595.0261919 26849.63959 26254.6134 97.78385781
14 828.1989353 31676.54109 30848.34215 97.38545022
15 751.2008483 30168.13437 29416.93352 97.50995259
16 581.7299369 26547.95824 25966.22831 97.80875828
17 422.5504772 22626.10078 22203.5503 98.13246444
18 293.4378314 18855.08398 18561.64615 98.44372037
19 270.4323054 18100.88062 17830.44832 98.50597155
20 248.3657805 17346.67726 17098.31148 98.56822274
21 227.2382566 16592.4739 16365.23565 98.63047392
22 187.8002121 15084.06718 14896.26697 98.7549763
23 152.1181718 13575.66047 13423.54229 98.87947867
Total 8928.539284 475872.1515 466943.6122
Max 844.0492732 31978.22243 31134.17316 99.07245734
Min 104.2338127 11237.63005 11133.39624 97.36054975
Dari tabel-tabel di atas dapat dilihat bahwa konsumsi energi harian, paling
besar berada pada pelanggan I2 dengan daya di atas 14 kVA s.d. 200 kVA,
dimana nilai untuk konsumsi energi yang masuk mencapai 475872.1515 kWh
dengan susut di jaringan sebesar 8928.5393 kWh sehingga daya yang masuk ke
tiang atau dalam hal ini diasumsikan industri adalah 466943.6122 kWh.
Sementara konsumsi energi yang masuk ke jaringan tegangan rendah yang paling
kecil dimiliki oleh jaringan dengan jenis pelanggan I1 dengan kapasitas 450 VA
s.d. 2200 VA yang bernilai 258451.7727 kWh dengan susut 3327.056 kWh dan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 62
47
Universitas Indonesia
konsumsi energi pada tiang adalah 255124.7163 kWh. Nilai susut pada jaringan
tegangan rendah ini cukup besar melihat besarnya hambatan dalam penghantar
dan besarnya arus yang mengalir pada penghantar tersebut.
Kemudian akan dipaparkan grafik susut dari jaringan tegangan rendah yang berisi
satu jenis pelanggan dibandingkan dengan kondisi real Cempaka Putih.
Grafik 4.1. Profil Susut Satu Jenis Pelanggan Industri
Pada grafik di atas, warna biru menunjukkan profil susut untuk pelanggan
I1 dengan daya 450 VA s.d 2200 VA, warna merah untuk menunjukkan profil
susut pelanggan I1 dengan daya 3500 VA s.d. 14 kVA, dan warna hijau untuk
menunjukkan susut pelanggan I2 dengan daya di atas 14 kVA s.d. 200 kVA,
sementara warna hitam untuk menunjukkan kondisi real.
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa untuk pelanggan I2 akan memiliki
nilai susut yang lebih besar, dibandingkan dengan pelanggan I1-a (450 VA s.d
2200 VA) dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) di waktu yang sama. Kemudian hal
bisa diperhatikan lagi adalah untuk pelanggan I1-b untuk daya 3500 VA s.d. 14
kVA, akan ada penurunan susut dari pukul 09.00 sampai pukul 18.00, dan hanya
ada sedikir kenaikan pada pukul 13.00 – 14.00. Sementara pada pelanggan I1-a
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Susu
t (k
W)
Waktu (Jam)
Susut Satu Jenis Pelanggan
I1a (450-2200)
I1b (3500-14kVA)
I2 ( >14kVA - 200kVA)
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 63
48
Universitas Indonesia
(450 VA s.d 2200 VA) dan I2 kecenderungan tersebut tidak ada, penurunan
tingkat susut hanya terjadi pada pukul 12.00. Hal ini bisa terjadi karena pelanggan
industri untuk ketiga tipe pelanggan memiliki pola jam kerja yang sama dimulai
dari pukul 09.00 sehingga pada waktu tersebut terjadi lonjakan kenaikan
konsumsi listrik yang cukup signifikan. Begitupun yang terjadi pada pukul 12.00
dimana para pekerja industri istirahat makan siang, hal ini menyebabkan penurun
tingkat konsumsi energi listrik sejalan dengan penurunan tingkat susut pada
pelanggan tersebut.
Kemudian untuk waktu beban puncak, masing-masing tipe pelanggan
memiliki waktu beban puncak yang berbeda-beda yaitu untuk tipe pelanggan I1-a
terjadi pada pukul 11.00 sebesar 455,3941 kW dan pukul 15.00 sebesar 581,0129
kW, tipe pelanggan I1-b terjadi pada pukul 09.00 sebesar 583,0347 kW, dan tipe
pelanggan I2 terjadi pada pukul 11.00 sebesar 844,04927 kW dan pukul 14.00
sebesar 828,1989 kW. Hal ini terjadi karena pada waktu-waktu tersebut
pemakaian listrik tinggi, di saat semua industri menjalankan seluruh aktifitas,
mereka pun menggunakan alat-alat kelistrikan mereka, sehingga permintaan akan
listrik meningkat dan menyebabkan arus yang masuk ke jaringan pun meningkat.
Karena arus yang masuk ke jaringan meningkat maka susut yang terjadi pada
jaringan tegangan rendah pun meningkat Perbedaan waktu beban puncak pada
masin-masing tipe pelanggan disebabkan oleh perbedaan perilaku pemakaian
mesin-mesin listrik yang digunakan oleh industri tersebut dan pola kerja dari
masing-masing industri. Untuk waktu di luar jam kerja industri yaitu pada pukul
01.00 – 07.00 dan 18.00 – 24.00, susut yang terjadi cenderung rendah karena pada
waktu-waktu tersebut tidak banyak peralatan listrik yang digunakan.
Kemudian jika dilihat perbandingan antara susut dengan pelanggan yang
dilayani, maka dapat dilihat bahwa susut terbesar tejadi pada pelanggan I2 dengan
daya di atas 14 kVA s.d. 200 kVA memiliki susut energi sebesar 8928,5393 kWh,
dan paling rendah terjadi pada pelanggan I1-a dengan daya 450 VA s.d. 2200 VA
memiliki susut energi sebesar 3327,0564 kWh.
Setelah melihat profil susut pada jaringan tegangan rendah, akan dilihat
bagaimana efisiensi pada jaringan tegangan rendah tersebut, seperti ditunjukan
pada grafik berikut ini:
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 64
49
Universitas Indonesia
Grafik 4.2. Efisiensi Jaringan Untuk Satu Jenis Pelanggan Industri
Grafik di atas menunjukkan bagaimana efisiensi suatu saluran tegangan rendah
apabila jaringan tersebut berisi satu jenis beban saja. Warna biru menunjukkan
besar efisiensi jaringan yang melayani pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA),
warna merah menunjukkan jaringan dengan pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA), dan warna hijau untuk jaringan dengan pelanggan I2. Terlihat bahwa grafik
ini merupakan kebalikan dari grafik susut pada jaringan, apabila susut kecil, maka
efisiensi jaringan yang terjadi tinggi, dan begitu juga sebaliknya apabila susut
besar, maka efisiensi jaringan akan bernilai rendah.
Dari grafik terlihat bahwa secara umum efisiensi jaringan tertinggi
dimiliki oleh pelanggan I1-a, dengan nilai efisiensi terbesar berada pada nilai
99,61% pada jam 17.00, rata-rata pada nilai 99,11%, dan nilai efisiensi terendah
dengan nilai 97,81% pada jam 15.00. Kemudian nilai efisiensi jaringan tertinggi
kedua adalah untuk jaringan dengan pelanggan I1-b, dimana nilai efisiensi
tertinggi adalah 99,55% pada pukul jam 02.00, rata-rata bernilai 98,96%, dan
efisiensi terendah adalah 97,81% pada jam 09.00. Kemudian untuk jaringan
dengan efisiensi paling rendah adalah jaringan dengan beban jenis I2, dimana nilai
97
97.5
98
98.5
99
99.5
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Efis
ien
si (
%)
Waktu (Jam)
Efisiensi Satu Pelanggan
I1a (450-2200)
I1b (3500-14kVA)
I2 ( >14kVA-200kVA)
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 65
50
Universitas Indonesia
efisiensi tertinggi hanya mencapai 95.64% pada jam 10.00 atau 11.00, dengan
rata-rata 94.72%, dan efisiensi terendah mencapai nilai 93.4% pada jam 21.00.
4.2.2 Analisis Profil Susut dan Efisiensi Jaringan dengan Dua Jenis Pelanggan
Bobot 50%-50%
Pada bagian ini akan dilihat bagaimana pengaruh perilaku susut dan
efisiensi jaringan tegangan rendah apabila jaringan tersebut berisi komposisi dua
jenis pelanggan dengan bobot masing-masing 50%-50%. Komposisi yang
dilakukan adalah pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I-b (3500 VA
s.d. 14 kVA), pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I2 (di atas 14 kVA
s.d. 200 kVA), dan pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) dengan I2 (di atas 14
kVA s.d. 200 kVA) yang akan dibandingkan dengan kondisi real. Untuk tabel
perhitungan dari komposisi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2-4.
Dari tabel tersebut dapat dilihat hasil pengolahan data untuk mencari
susut, daya masuk, daya keluar, dan efisiensi jaringan tegangan rendah dengan
komposisi dua pelanggan berbobot 50%-50%. Berikut akan ditampilkan hasil
pengolahan dalam grafik untuk mempermudah pengamatan:
Grafik 4.3. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 50%-50%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Susu
t (k
W)
Waktu (Jam)
Susut Komposisi 50%-50%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 66
51
Universitas Indonesia
Grafik di atas menunjukkan karakteristik susut jaringan tegangan rendah
dengan dua jenis pelanggan berbobot 50%-50%. Warna biru menunjukkan
komposisi dari pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dan I1-b (3500 s.d. 14
kVA), warna merah menunjukkan komposisi dari pelanggan I1-a (450 VA s.d.
2200 VA) dengan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA), dan warna hijau
menunjukkan komposisi dari pelanggan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) dengan I2 (di
atas 14 kVA s.d. 200 kVA), sementara warna hitam menunjukkan kondisi real
Cempaka Putih.
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa yang memberi komposisi susut
terbesar adalah beban I1-b (3500 s.d. 14 kVA) dengan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200
kVA). Secara bentuk, kecenderungan susut yang terjadi hampir mirip dengan
profil beban, yaitu cenderung rendah di luar jam kerja dan waktu istirahat, dan
saat memasuki waktu beban puncak susut akan meningkat cukup tajam. Hal yang
bisa diperhatikan juga adalah, pada waktu mulai bekerja, yaitu pukul 08.00-11.00,
dimana pelanggan I1-a dan I2 cenderung meningkat dan pelanggan I1-b
cenderung turun. Ketika dilakukan penggabungan, ternyata komposisi susut dari
I1-a dengan I2 (garis warna merah) dan I1-b dengan I2 (garis warna hijau)
memiliki pola yang mirip. Hal ini dikarenakan pengaruh beban pelanggan I2 yang
cukup besar.
Dari grafik dapat dilihat ternyata jaringan memiliki susut terbesar apabila
jaringan berisi komposisi dari I1-b (3500 s.d. 14 kVA) dengan I2 (di atas 14 kVA
s.d. 200 kVA), dengan nilai mencapai 670.8388 kW pada pukul 10.00. Sementara
susut terkecil berada pada komposisi I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dan I1-b (3500
s.d. 14 kVA) dengan nilai 23.9968 kW pada pukul 01.00, kemudian rata-rata susut
terbesar dimiliki oleh jaringan dengan komposisi I1-b (3500 s.d. 14 kVA) dengan
I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA), dan rata-rata susut terkecil dimiliki oleh
jaringan dengan komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dan I1-b (3500
s.d. 14 kVA).
Berikutnya akan dipaparkan bagaimana efisiensi jaringan tegangan rendah
dengan komposisi beban seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 67
52
Universitas Indonesia
Grafik 4.4. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 50%-50%
Grafik di atas menunjukkan efisiensi jaringan tegangan rendah apabila
jaringan tersebut berisi komposisi dua pelanggan bobot 50%-50%. Warna biru
menunjukkan efisiensi jaringan dengan komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d.
2200 VA) dan I1-b (3500 s.d. 14 kVA), warna merah menunjukkan efisiensi
jaringan dengan komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I2 (di
atas 14 kVA s.d. 200 kVA), warna hijau menunjukkan efisiensi jaringan dengan
komposisi pelanggan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) dengan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200
kVA), dan warna hitam menunjukkan kondisi real di Cempaka Putih. Komposisi
yang dipilih ini mencoba mencari beban yang cenderung seimbang, sehingga
tidak ada perbedaan yang terlalu timpang, karena seperti telah dipaparkan
sebelumnya bahwa pelanggan I2 memberikan komposisi susut yang jauh lebih
besar dibandingkan pelanggan I1-a dan I1-b.
Dari grafik efisiensi terlihat bahwa jaringan yang memiliki efisiensi paling
baik adalah jaringan dengan komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA)
bobot 50% dengan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) bobot 50%, yang memiliki nilai
efisiensi rata-rata 99.02%. Kemudian jaringan dengan efisiensi terendah adalah
jaringan dengan komposisi pelanggan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) 50% dengan I2 (di
97
97.5
98
98.5
99
99.5
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Efis
ien
si (
%)
Waktu (Jam)
Efisiensi Komposisi 50%-50%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 68
53
Universitas Indonesia
atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 50% yang memiliki nilai efisiensi rata-rata 98.59%.
Sementara untuk waktu tertentu, efisiensi terbesar dimiliki oleh jaringan dengan
komposisi I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 50% dengan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) bobot 50%, yaitu pada nilai 99.55% pada pukul 02.00, sementara efisiensi
terendah dicapai oleh jaringan dengan komposisi pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) dengan I2 (di atas 14 kVA) dengan efisiensi 97.6380% pada pukul 10.00.
4.2.3 Analisis Profil Susut dan Efisiensi Jaringan dengan Dua Jenis Pelanggan
Bobot 70%-30%
Pada kali ini akan diperlihatkan bagaimana karakteristik susut dan
efisiensi jaringan apabila jaringan yang dibebani oleh komposisi dua buah
pelanggan, dengan bobot 70%-30%. Komposisi yang dilakukan ada tiga, yaitu
komposisi pelanggan I1-a (450 s.d. 2200 VA) bobot 70% dengan I1-b (3500 VA
s.d. 14 kVA) bobot 30%, komposisi pelanggan I1-a bobot 70 % dengan I2 bobot
30%, dan komposisi lainnya adalah I1-b bobot 70% dengan I2 bobot 30%. Untuk
tabel perhitungan dari komposisi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5-7.
Dari tabel tersebut dapat dilihat hasil pengolahan data untuk mencari
susut, daya masuk, daya keluar, dan efisiensi jaringan tegangan rendah dengan
komposisi dua pelanggan berbobot 70%-30%. Berikut akan ditampilkan hasil
pengolahan dalam grafik untuk mempermudah pengamatan:
Grafik 4.5. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 70%-30%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Susu
t (k
W)
Waktu (Jam)
Susut Komposisi 70%-30%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 69
54
Universitas Indonesia
Grafik 4.5. menunjukkan bagaimana perilaku susut pada jaringan yang
memiliki komposisi dua pelanggan dengan bobot masing-masing 70% - 30%.
Warna biru menunjukkan komposisi dari pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA)
bobot 70% dan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) bobot 30%, warna merah menunjukkan
komposisi dari pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 70% dengan I2 (di
atas 14 kVA s.d. 200 kVA) bobot 30%, dan warna hijau menunjukkan komposisi
dari pelanggan I1-b (3500 s.d. 14 kVA) bobot 70% dengan I2 (di atas 14 kVA s.d.
200 kVA) bobot 30%, sementara warna hitam menunjukkan kondisi real
Cempaka Putih.
Terlihat dari grafik bahwa besar susut untuk ketiga jaringan sangat mirip,
baik dari bentuk kurva akan tetapi besar nilainya saja yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya susut yang diakibatkan oleh pelanggan I2 sangat
besar pengaruhnya, sementara susut yang diakibatkan pelanggan I1-a dan I1-b
cenderung kecil, sehingga tidak terlalu ada pengaruh yang signifikan. Secara
umum ketiga jaringan tersebut memiliki susut yang lebih kecil daripada kondisi
real di Cempaka Putih, hanya di beberapa waktu saja yang memiliki nilai susut
lebih tinggi dibanding kondisi real.
Dari kurva dan data terlihat bahwa susut terkecil untuk komposisi
pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 70% dengan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) bobot 30% adalah 23.0456 kW pada pukul 02.00, untuk komposisi
pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 70% dengan I2 bobot 30% adalah
47.03 kW pada pukul 01.00, sementara untuk komposisi pelanggan I1-b (3500
VA s.d. 14 kVA) bobot 70% dengan I2 bobot 30% adalah 48.58 kW pada pukul
02.00 dan 03.00. Kemudian untuk nilai susut terbesar diperoleh pada sekitar
waktu beban puncak, yaitu pada pukul 15.00 dengan 495.76 kW untuk pelanggan
I1-a bobot 70% dengan I1-b bobot 30%; untuk pelanggan I1-a bobot 70% dengan
I2 bobot 30% juga terjadi pada pukul 15.00 dengan nilai susut sebessar
631.71kW; dan pada pukul 09.00 untuk komposisi pelanggan I1-b bobot 70%
dengan I2 bobot 30% yang memiliki nilai susut sebesar 633.10 kW.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 70
55
Universitas Indonesia
Grafik 4.6. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 70%-30%
Grafik di atas menunjukkan bagaimana efisiensi jaringan apabila dibebani
oleh dua jenis pelanggan dengan bobot 70%-30%. Berdasarkan grafik, nilai
efisiensi tertinggi, untuk komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot
70% dengan I1-b (3500 VA s.d. 14kVA) bobot 30% memiliki nilai 99.56% pada
pukul 01.00, untuk komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 70%
dengan I2 bobot 30% memiliki nilai 99.33% pada pukul 01.00, dan untuk
komposisi pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 70% dengan I2 bobot
30% memiliki nilai 99.32% pada pukul 02.00 dan 03.00. Lalu untuk nilai efisiensi
terendah, I1-a bobot 70% dengan I1-b bobot 30% memiliki nilai 97.96% pada
pukul 15.00, untuk komposisi pelanggan I1-a bobot 70% dengan I2 bobot 30%
memiliki nilai 97.7124% pada pukul 15.00, dan untuk komposisi pelanggan I1-b
bobot 70% dengan I2 bobot 30% memiliki nilai 97.7100% pada pukul 09.00 dan
03.00. Berdasarkan grafik dan data hasil perhitungan maka dapat dikatakan bahwa
hanya ada sedikit perbedaan untuk komposisi I1-a bobot 70% dengan I2 bobot
30% dan komposisi I1-b bobot 70% dengan I2 bobot 30%, karena yang paling
berpengaruh adalah susut akibat pelanggan I2.
97
97.5
98
98.5
99
99.5
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Efis
ien
si (
%)
Waktu (Jam)
Efisiensi Kontribusi 70%-30%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 71
56
Universitas Indonesia
4.2.4 Analisis Profil Susut dan Efisiensi Jaringan dengan Dua Pelanggan Bobot
30%-70%
Untuk pengolahan kali ini akan dilakukan perhitungan susut dan efisiensi
jaringan tegangan rendah apabila jaringan tersebut berisi komposisi dua
pelanggan juga, namun dengan bobot 30%-70%, sehingga beban timpang.
Komposisi yang diambil adalah pelanggan I1-a (450 s.d. 2200 VA) bobot 30%
dengan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 70%, komposisi pelanggan I1-a bobot
30 % dengan I2 bobot 70%, dan komposisi lainnya adalah I1-b bobot 30% dengan
I2 bobot 70%. Untuk tabel perhitungan dari komposisi tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 8-10.
Dari tabel tersebut dapat dilihat hasil pengolahan data untuk mencari susut, daya
masuk, daya keluar, dan efisiensi jaringan tegangan rendah dengan komposisi dua
pelanggan berbobot 30%-70%. Berikut akan ditampilkan hasil pengolahan dalam
grafik untuk mempermudah pengamatan:
Grafik 4.7. Profil Susut dengan Komposisi Pelanggan 30%-70%
Grafik di atas. menampilkan perbandingan susut jaringan untuk komposisi
pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 30% dengan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) bobot 70% yang ditunjukkan dengan warna biru, komposisi I1-a (450 VA
s.d.2200 VA) bobot 30% dengan I2 (di atas 14 kVA) bobot 70% yang ditunjukkan
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Susu
t (k
W)
Waktu (Jam)
Susut Komposisi 30%-70%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 72
57
Universitas Indonesia
dengan warna merah, dan komposisi pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA)
bobot 30% dengan I2 (di atas 14 kVA) yang ditunjukkan dengan warna hijau.
Warna hitam pada grafik menunjukkan kondisi real di Cempaka Putih.
Jika dilihat dari grafik dan tabel pada Lampiran, nilai maksimum susut
teknis untuk komposisi I1-a bobot 30% dengan I1-b bobot 70% adalah 540.81 kW
pada pukul 09.00; untuk komposisi I1-a bobot 30% dengan I2 bobot 70% adalah
730.0968 kW pada pukul 14.00, dan untuk jaringan dengan komposisi pelanggan
I1-b bobot 30% dengan I2 bobot 70% memiliki nilai susut maksimum 736.79 kW
pada pukul 11.00.
Untuk nilai susut terendah komposisi pelanggan I1-a bobot 30% dengan
I1-b bobot 70% ada pada nilai 24.16 kW pada pukul 02.00; untuk susut terendah
komposisi pelanggan I1-a bobot 30% dengan I2 bobot 70% adalah 81.22 kW pada
pukul 02.00. Kemudian untuk jaringan dengan komposisi pelanggan I1-b bobot
30% dengan I2 bobot 70% memiliki nilai susut minimum yaitu 81.43 kW pada
waktu yang sama dengan dua kombinasi lainnya.
Susut energi terbesar dimiliki oleh jaringan dengan komposisi pelanggan
I1-a bobot 30% dengan I2 bobot 70% yang memiliki nilai sebesar 7260.0125
kWh, sedangkan susut energi dengan nilai terendah dimiliki komposisi pelanggan
I1-a bobot 30% dengan I1-b bobot 70% dengan nilai 3880.2447 kWh.
Grafik 4.8. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi Pelanggan 30%-70%
97
97.5
98
98.5
99
99.5
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Efis
ien
si (
%)
Waktu (Jam)
Efisiensi Komposisi 30%-70%
I1a - I1b
I1a - I2
I1b - I2
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 73
58
Universitas Indonesia
Grafik 4.8. menunjukkan bagaimana efisiensi kerja dari jaringan tegangan
rendah apabila jaringan tersebut berisi kombinasi pelanggan I1-a (450 VA s.d.
2200 VA) bobot 30% dengan pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 70%
seperti yang ditunjukan garis warna biru; kombinasi pelanggan I1-a (450 VA s.d.
2200 VA) bobot 30% dengan pelanggan I2 bobot 70% yang ditunjukan oleh garis
warna merah; dan kombinasi pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 30%
dengan pelanggan I2 bobot 70% yang ditunjukan oleh garis warna hijau.
Sedangkan warna hitam menunjukkan kondisi real Cempaka Putih sebagai
perbandingan.
Efisiensi memiliki hubungan berbanding terbalik dengan susut pada
jaringan, sehingga apabila susut yang dihasilkan kecil maka nilai efisiensi akan
tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Dari grafik dapat dilihat bahwa efisiensi
jaringan apabila berisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I1-b (3500
VA s.d. 14kV) akan memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan efisiensi jaringan yang memiliki komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d.
2200 VA) dengan pelanggan I2 dan juga komposisi pelanggan I1-b (3500 VA s.d.
14 kVA) dengan pelanggan I2. Dari nilai rata-rata efisiensi, jaringan dengan
komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan pelanggan I1-b (3500
VA s.d. 14 kVA) memiliki nilai efisiensi 98.99% sementara jaringan dengan
komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I2 bernilai 98.49%.
Untuk nilai efisiensi tertinggi pada jam-jam tertentu, jaringan dengan komposisi
pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) memiliki nilai 99.55% pada pukul 02.00 sementara untuk jaringan dengan
komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I2 memiliki nilai
efisiensi terbesar 99.15% pada pukul 04.00. Kemudian untuk nilai terendah
efisiensi, dicapai pada area waktu beban puncak, dengan nilai 97.88% untuk
komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan I1-b (3500 VA s.d. 14
kVA) pada pukul 09.00, lalu untuk komposisi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200
VA) dengan I2 memiliki nilai efisiensi terendah pada pukul 11.00 dengan nilai
sebesar 97.53%.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 74
59
Universitas Indonesia
Dari nilai rata-rata efisiensi, jaringan dengan komposisi pelanggan I1-b
(3500 s.d. 14 kVA) dengan pelanggan I2 memiliki nilai efisiensi 98.53%. Nilai
tertinggi efisiensi pada jam tertentu dicapai oleh jaringan dengan komposisi
pelanggan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) dengan I2 memiliki nilai 99.1529% pada
pukul 04.00 sementara untuk nilai efisiensi terendah, dicapai pada waktu beban
puncak, dengan nilai 97.516% pada pukul 11.00.
4.2.5 Analisis Profil Susut dan Efisiensi Jaringan dengan Tiga Pelanggan
Pada subbab ini akan dilihat bagaimana perilaku susut dan efisiensi dari
jaringan tegangan rendah seandainya jaringan tegangan rendah tersebut berisi
semua kelas beban pelanggan industri namun dengan bobot yang bervariasi,
seperti yang disebutkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Variasi Pembebanan dengan Komposisi dari Tiga Tipe Pelanggan
No I1 (450 VA –
2200 VA)
I1 ( > 2200 VA) I2 (14 KVA – 200
KVA)
1 50 % 25 % 25 %
2 25 % 50 % 25 %
3 25 % 25 % 50 %
4 34 % 34 % 32 %
Untuk hasil perhitungan yang mencakup nilai susut jaringan, daya masuk
ke jaringan tegangan rendah, daya keluar jaringan tegangan rendah yang berarti
daya yang masuk ke industri, dan nilai efisiensi dari jaringan tegangan rendah
tersebut dapat dilihat di Lampiran 11-14.
Berikut ini adalah grafik yang menyajikan hasil dari pengolahan data
mengenai profil susut dengan komposisi tiga pelanggan industri:
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 75
60
Universitas Indonesia
Grafik 4.9. Profil Susut dengan Komposisi Tiga Pelanggan Industri
Grafik di atas menunjukkan susut teknis dari jaringan tegangan rendah
apabila jaringan tersebut berisi ketiga jenis pelanggan namun memiliki variasi
bobot yang berbeda-beda. Warna biru pada grafik mewakili kombinasi pelanggan
I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 50% – I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 25%
– I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) bobot 25%. Warna merah mewakili kombinasi
pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 25% – I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA)
bobot 50% – I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) bobot 25%. Warna hijau untuk
mewakili kombinasi pelanggan I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 25% – I1-b
(3500 VA s.d. 14 kVA) bobot 25% – I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) bobot
50%. Sedangkan warna ungu mewakili kombinasi pelanggan yang lebih merata,
yaitu I1-a (450 VA s.d. 2200 VA) bobot 34% – I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA)
bobot 34% – I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) bobot 32%.
Bentuk dari karateristik susut untuk keempat kombinasi pelanggan
tersebut memiliki pola grafik yang cenderung sama dengan grafik susut teknis
kondisi real di Cempaka Putih. Pola grafik yang cenderung sama dari keempat
variasi pembebanan ini disebabkan karena masing-masing tipe pelanggan ada
dalam kombinasi pembebanan tersebut. Dari ketiga tipe pelanggan yang memiliki
pengaruh paling besar terhadap kombinasi-kombinasi ini adalah tipe pelanggan I2
(di atas 14 kVA). Hal ini bisa dilihat dari pola grafik keempat kombinasi tersebut
0
100
200
300
400
500
600
700
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Susu
t (k
W)
Waktu (Jam)
Susut Komposisi Tiga Pelanggan (I1a-I1b-I2)
50-25-25 (%)
25-50-25 (%)
25-25-50 (%)
34-34-32 (%)
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 76
61
Universitas Indonesia
apabila dibandingkan dengan profil beban pelanggan I2. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar susut dari jaringan tegangan rendah untuk cluster industri
di area Cempaka Putih ini berasal dari pelanggan I2.
Berdasarkan grafik dan perhitungan, susut terbesar untuk kombinasi ketiga
tipe pelanggan dengan bobot masing-masing 50%-25%-25% dicapai saat pukul
11.00, saat-saat utama waktu beban puncak, dengan susut sebesar 561.9198 kW.
Sementara untuk nilai susut terkecil kombinasi tersebut diperoleh saat pukul
01.00, dengan nilai susut 44.66 kW. Untuk kombinasi ketiga tipe pelanggan
dengan bobot berturut-turut 25%-50%-25%, susut terbesar dicapai saat pukul
09.00 dengan nilai susut sebesar 589.78 kW dan susut terkecil terjadi saat pukul
02.00 dengan nilai susut sebesar 44.94 kW. Sedangkan untuk kombinasi yang
lebih menitikberatkan ke pelanggan I2 dengan kombinasi bobot pelanggan
berturut-turut 25%-25%-50% memiliki susut teknis pada waktu tertentu paling
besar yaitu 652.88 kW yang terjadi pada pukul 11.00 dan susut terkecil untuk
kombinasi pelanggan ini adalah 63.96 kW yang terjadi pada pukul 02.00.
Untuk kombinasi pelanggan dengan bobot yang lebih merata (diwakili
grafik warna ungu), susut terbesar terjadi pada pukul 11.00 dengan nilai susut
sebesar 589.16 kW. Sedangkan susut terkecil dari kombinasi ini terjadi pada
pukul 02.00 dengan nilai susut sebesar 50.0672 kW.
Dari keempat kombinasi dengan 3 tipe pelanggan, yang memiliki susut
energi paling besar adalah kombinasi I1-a (450 VA s.d. 2200 VA), I1-b (3500 VA
s.d. 14 kVA), I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) dengan bobot berturut-turut 25%-
25%-50%. Kombinasi pelanggan tersebut memiliki susut energi sebesar
6275.2299 kWh. Sedangkan yang memiliki susut energi terkecil adalah kombinasi
3 tipe pelanggan dengan bobot berturut-turut 50%-25%-25%, yaitu sebesar
4965.8676 kWh.
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana efisiensi jaringan tegangan rendah
dengan komposisi beban dari tiga tipe pelanggan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 77
62
Universitas Indonesia
Grafik 4.10. Efisiensi Jaringan Untuk Komposisi dari Tiga Tipe Pelanggan
Grafik di atas menunjukkan bagaimana efisiensi jaringan tegangan rendah
apabila jaringan tersebut berisi tiga jenis pelanggan dengan berbagai kombinasi
pelanggan. Karena pada dasarnya efisiensi merupakan kebalikan dari susut
jaringan, maka pada beban puncak efisiensi jaringan akan rendah, seperti pada
waktu jam kerja antara pukul 09.00 – 15.00. Sementara pada waktu dini hari
efisiensi jaringan cenderung akan tinggi dikarenakan sedikit peralatan listrik yang
digunakan dan waktu tersebut di luar dari jam operasi industri.
Berdasarkan grafik dan perhitungan, semua kombinasi beban pelanggan
akan memiliki efisiensi tertinggi pada saat jam 02.00 dengan efisiensi sebesar
99.35% untuk kombinasi dengan bobot 50%-25%-25% dan bobot 25%-50%-25%;
99.23% untuk kombinasi dengan bobot 25%-25%-50%; dan 99.31% untuk
kombinasi dengan bobot merata 34%-34%-32%. Sementara efisiensi terendah dari
keempat kombinasi tersebut tercapai pada pukul 11.00 untuk kombinasi dengan
bobot 25%-25%-50%, yang memiliki nilai efisiensi hanya sebesar 97.65%.
97.4
97.6
97.8
98
98.2
98.4
98.6
98.8
99
99.2
99.4
99.6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Efis
ien
si (
%)
Waktu (Jam)
Efisiensi Komposisi 3 Pelanggan (I1a-I1b-I2)
50-25-25 (%)
25-50-25 (%)
25-25-50 (%)
34-34-32 (%)
Kondisi Real
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 78
63
Universitas Indonesia
4.3 Analisis Hubungan Pelanggan Dengan Susut dan Efisiensi
Setelah dilakukan analisis pada masing-masing komposisi, akan dilihat
secara keseluruhan bentuk seperti apa yang paling baik dan bisa diterapkan pada
sistem. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bentuk-bentuk yang sudah dianalisis
adalah apabila suatu jaringan berisi satu jenis pelanggan saja, berisi dua pelanggan
dengan bobot 50%-50%, berisi dua pelanggan dengan bobot 70%-30% dan juga
sebaliknya, dan terakhir berisi kombinasi dari tiga jenis pelanggan dengan bobot
50%-25%-25%, bobot 25%-50%-25%, bobot 25%-25%-50% dan bobot 34%-
34%-32%.
Pada subbab ini akan dilakukan rekapitulasi hasil perhitungan yang
menunjukkan nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata, dan total nilai dari
parameter-parameter susut jaringan, daya masuk jaringan, daya masuk ke
pelanggan, dan efisiensi sistem. Setelah diperlihatkan hasil rekapitulasi tersebut,
akan dibandingkan sistem seperti apakah yang memiliki susut paling kecil, susut
paling besar, dan efisiensinya. Tabel hasil rekapitulasi akhir dapat dilihat pada
Lampiran 15.
Untuk melihat hubungan pelanggan dengan susut dan efisiensi, akan
ditampilkan grafik dari efisiensi jaringan yang memiliki hubungan berbanding
terbalik dengan susut dari jaringan, grafik tersebut adalah sebagai berikut:
Grafik 4.11. Efisiensi terhadap Komposisi Pelanggan
96
96.5
97
97.5
98
98.5
99
99.5
100
Tunggal 50%-50% 70%-30% 30%-70% Gabungan Real
Efisiensi Rata-Rata (%) I1a, I1a-I1b,50-25-25 (%),real
I1b, I1a-I2, 25-50-25 (%)
I2, I1b-I2, 25-25-50 (%)
34-34-32 (%)
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 79
64
Universitas Indonesia
Pada Grafik 4.11. hubungan yang diperlihatkan adalah bagaimana
hubungan antara efisiensi sistem dengan komposisi-komposisi pelanggan yang
telah dijabarkan sebelumnya. Dari grafik 4.11., terlihat bahwa efisiensi tertinggi
yang dicapai oleh jaringan merupakan komposisi pelanggan dengan kombinasi
I1a (450 VA s.d. 2200 VA) dengan pelanggan I1b (3500 VA s.d. 14 kVA) dimana
efisiensi mencapai nilai 99%. Sementara efisiensi terendah adalah pada jaringan
yang berisi komposisi pelanggan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) saja, yaitu
dengan nilai sekitar 98,36%. Namun secara umum efisiensi sistem akan lebih
buruk apabila hanya terdapat satu jenis pelanggan pada jaringan, dapat dilihat
pada bagian tunggal, efisiensi jaringan secara rata-rata akan lebih rendah
dibandingkan dengan jaringan yang memiliki komposisi dari kombinasi tipe
pelanggan lainnya.
Melihat dari grafik susut dan efisiensi yang telah dipaparkan sebelumnya,
terlihat bahwa jaringan yang hanya memiliki satu jenis pelanggan saja akan
memiliki susut yang cenderung besar, sehingga membuat efisiensi jaringan
tersebut rendah, sehingga desain jaringan distribusi yang sudah dibuat pun
menjadi kurang baik karena memiliki efisiensi yang rendah, terlepas dari
tingginya arus permintaan pada titik beban. Arus permintaan pelanggan bisa
menjadi besar terutama pada beban puncak, sementara semakin banyak
pelanggan, maka arus permintaan yang masuk ke jaringan pun akan lebih besar.
Dengan menggunakan asumsi kapasitas jaringan yang tetap, semakin besar
kapasitas pelanggan, maka semakin sedikit pelanggan yang bisa disuplai oleh
jaringan dengan kapasitas tertentu, sehingga apabila arus permintaan pelanggan
meningkat pada waktu beban puncak, lonjakan arus yang masuk ke jaringan tidak
akan terlalu besar. Kemudian jika melihat pada grafik susut dan efisiensi jaringan
tegangan rendah tersebut dapat dilihat bahwa ternyata pelanggan industri berdaya
besar memiliki susut yang lebih tinggi, dan sebaliknya pelanggan industri berdaya
rendah memiliki susut jaringan yang kecil.
Berdasarkan grafik juga dapat dilihat bahwa pemilihan jaringan yang
paling baik adalah dengan menggunakan komposisi tiga pelanggan I1a (450 VA
s.d. 2200 VA) – I1b (3500 VA s.d. 14 kVA) – I2 (di atas 14 kVA) dengan
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 80
65
Universitas Indonesia
kombinasi bobot 50%-25%-25%. Hal ini ditinjau dari segi susut teknis dan
efisiensi komposisi tersebut memiliki nilai susut yang rendah dan efisiensi yang
tinggi. Pada tabel rekapitulasi yang terdapat pada lampiran 15 juga dapat
diketahui bahwa daya yang masuk ke sistem untuk komposisi tiga pelanggan
bernilai besar, sehingga bisa menyuplai banyak pelanggan.
Pemilihan komposisi tiga pelanggan lebih menguntungkan karena bisa
lebih banyak variasi pelanggan yang disuplai. Hal yang cukup perlu mendapat
perhatian adalah terdapat dua tipe pelanggan I1, yaitu I1 berdaya 450 VA s.d.
2200 VA dan I1 berdaya 3500 VA s.d. 14 kVA. Menurut tabel dan perhitungan I1
berdaya 450 VA s.d. 2200 VA memiliki susut dan efisiensi yang lebih baik
dibandingkan dengan I1 berdaya 3500 VA s.d. 14 kVA apabila digabungkan
dengan pelanggan I2.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk menekan susut dan
meningkatkan efisiensi jaringan tegangan rendah adalah dengan adanya program
untuk monitoring penggunaan mesin-mesin listrik pada industri. Dengan adanya
monitoring ini diharapkan dapat mengetahui perilaku penggunaan mesin-mesin
listrik dari setiap jenis industri. Apabila telah diketahui perilaku penggunaan
mesin listrik tersebut, bisa dibuat kebijakan tarif listrik pada waktu-waktu tertentu.
Sehingga para pelaku industri bisa mengatur ulang jadwal pengoperasian industri
mereka yang diharapkan dapat menggeser konsumsi energi listrik pada waktu
beban puncak.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 81
66 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semua tarif industrial akan memiliki susut terbesar pada waktu beban
puncak, yaitu pukul 11.00 dan 14.00
2. Semua pelanggan industri memiliki efisiensi terbesar diluar jam kerja,
yaitu antara pukul 01.00-07.00 dengan nilai efisiensi 97.81% untuk kedua
jenis pelanggan I1, sementara untuk pelanggan I2 dengan nilai 97.36%.
3. Komposisi pembebanan pada jaringan tegangan rendah dengan satu jenis
pelanggan saja memiliki susut energi paling besar dengan nilai susut
8928.54 kWh untuk jenis pelanggan I2. Sedangkan untuk susut energi
paling kecil adalah komposisi hanya pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA)
dengan nilai susut 3327.06 kWh.
4. Komposisi pembebanan pada jaringan yang paling efisien adalah dengan
menggunakan tiga jenis pelanggan dalam satu jaringan tegangan rendah,
dengan kombinasi pelanggan I1 (450 VA s.d. 2200 VA) 50%, I1 (3500
VA s.d. 14 kVA) 25%, dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 25% dengan
nilai susut energi 4965.87 kWh dan nilai efisiensi rata-rata 98.76%
5. Salah satu solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan melakukan
monitoring penggunaan mesin-mesin listrik pada setiap jenis industri
untuk pengaturan waktu penggunaannya, sehingga dapat mengurangi
beban puncak di satu waktu.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 82
67
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1] Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, Kementerian
Perindustrian, 2010
[2] Jerry C. Whittaker, AC Power System Handbook, California 2007
[3] Electrical Transmission and Distribution Reference Book, Oxford & IBH
Publishing Company, New Delhi 1950
[4] Chapman, Stephen J., Electric Machinery and Power System Fundamentals
International Edition, McGraw Hill, Singapore, 2002
[5] Susanto, Daman. “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”. Jakarta, Materi 9 dan
Materi 12.
[6] Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. “Peralatan Energi Listrik”.
http://www.energyefficiencyasia.org
[7] Standard Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000) Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 (PUIL 2000)
[8] Williams D., Stevenson Jr. (1996). Analisis Sistem Tenaga Listrik
[9] Schultz, K.R, "Distribution Primary Feeder I2R susut", IEEE Transaction on
Power Apparatus and System, Vol. PAS 97 no 2, Maret/April, 1978
[10] Suhariyanto. Profil Beban Untuk Kelas Pelanggan Industri, Komersial,
Residensial, dan Publik Jawa-Bali. PLN Litbang, 2007.
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 83
68
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Tabel Jaringan Distribusi Gardu TP 27
PENYULANG: PUTIH
NO GARDU
TIANG
NOMOR KOORDINAT GPS JARAK
[M]
1 2 3 4 5
1 TP 27. TP 27 S6 10.538 E106 52.503 36
2 TP 27. TP27-1 S6 10.528 E106 52.501 26
3 TP 27. TP27-10 S6 10.501 E106 52.434 21
4 TP 27. TP27-11 S6 10.534 E106 52.430 24
5 TP 27. TP27-12 S6 10.533 E106 52.412 22
6 TP 27. TP27-13 S6 10.530 E106 52.406 21
7 TP 27. TP27-14 S6 10.541 E106 52.401 24
8 TP 27. TP27-15 S6 10.560 E106 52.399 21
9 TP 27. TP27-16 S6 10.582 E106 52.394 21
10 TP 27. TP27-17 S6 10.582 E106 52.375 28
11 TP 27. TP27-18 S6 10.581 E106 52.349 27
12 TP 27. TP27-19 S6 10.577 E106 52.333 27
13 TP 27. TP27-2 S6 10.540 E106 52.494 25
14 TP 27. TP27-20 S6 10.541 E106 52.389 28
15 TP 27. TP27-21 S6 10.528 E106 52.391 24
16 TP 27. TP27-22 S6 10.475 E106 52.414 25
17 TP 27. TP27-23 S6 10.488 E106 52.411 25
18 TP 27. TP27-24 S6 10.511 E106 52.406 23
19 TP 27. TP27-25 S6 10.512 E106 52.471 21
20 TP 27. TP27-26 S6 10.525 E106 52.467 21
21 TP 27. TP27-27 S6 10.559 E106 52.489 22
22 TP 27. TP27-28 S6 10.578 E106 52.488 23
23 TP 27. TP27-29 S6 10.589 E106 52.491 21
24 TP 27. TP27-3 S6 10.543 E106 52.486 22
25 TP 27. TP27-30 S6 10.604 E106 52.492 25
26 TP 27. TP27-31 S6 10.601 E106 52.478 33
27 TP 27. TP27-32 S6 10.598 E106 52.471 49
28 TP 27. TP27-33 S6 10.596 E106 52.450 39
29 TP 27. TP27-34 S6 10.579 E106 52.450 29
30 TP 27. TP27-35 S6 10.570 E106 52.450 26
31 TP 27. TP27-36 S6 10.553 E106 52.450 21
32 TP 27. TP27-37 S6 10.592 E106 52.435 22
33 TP 27. TP27-38 S6 10.591 E106 52.424 25
34 TP 27. TP27-39 S6 10.574 E106 52.425 25
35 TP 27. TP27-4 S6 10.543 E106 52.477 20
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 84
69
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Tabel Jaringan Distribusi Gardu TP 27 (Lanjutan)
NO GARDU TIANG
NOMOR KOORDINAT GPS JARAK
[M]
1 2 3 4 5
36 TP 27. TP27-40 S6 10.551 E106 52.429 25
37 TP 27. TP27-41 S6 10.589 E106 52.409 27
38 TP 27. TP27-42 S6 10.605 E106 52.421 29
39 TP 27. TP27-43 S6 10.620 E106 52.418 30
40 TP 27. TP27-44 S6 10.636 E106 52.409 18
41 TP 27. TP27-45 S6 10.648 E106 52.413 20
42 TP 27. TP27-46 S6 10.638 E106 52.401 21
43 TP 27. TP27-5 S6 10.542 E106 52.467 16
44 TP 27. TP27-6 S6 10.541 E106 52.462 17
45 TP 27. TP27-7 S6 10.537 E106 52.446 19
46 TP 27. TP27-8 S6 10.519 E106 52.449 20
47 TP 27. TP27-9 S6 10.500 E106 52.453 20
1154
Sumber: Data Aset PLN APJ Cempaka Putih
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 85
70
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 VA) 50 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 50%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 27.29883685 5748.932509 5721.633672 99.52514946
1 23.99677002 5384.737684 5360.740914 99.55435582
2 24.01106539 5393.424871 5369.413806 99.55480857
3 25.83299234 5592.295277 5566.462285 99.53806101
4 28.92030441 5918.901211 5889.980906 99.51139066
5 36.56329543 6618.990536 6582.42724 99.44760013
6 29.8020173 5988.231949 5958.429932 99.5023236
7 51.56686018 7648.359179 7596.792318 99.32577879
8 167.3979973 13975.32577 13807.92777 98.80218894
9 510.6681369 24813.69726 24303.02912 97.94199094
10 466.1404424 23654.62219 23188.48174 98.02938961
11 469.3755205 23844.07009 23374.69457 98.03147903
12 209.7293384 15100.3874 14890.65807 98.61109962
13 284.6860798 18443.29473 18158.60865 98.45642504
14 447.6117511 23247.32494 22799.71319 98.07456663
15 440.9574232 22796.59176 22355.63434 98.06568707
16 139.0417167 12893.83401 12754.79229 98.9216418
17 65.75377667 8191.644514 8125.890737 99.19730676
18 58.03450108 8269.829198 8211.794697 99.29823821
19 52.94829351 7855.916772 7802.968478 99.32600745
20 54.17437993 8064.075745 8009.901365 99.328201
21 47.05987374 7535.157883 7488.098009 99.37546267
22 34.19614415 6401.542995 6367.346851 99.46581404
23 31.19243524 6137.384754 6106.192318 99.49176341
Total 3726.959953 279518.5732 275791.6133
max 510.6681369 24813.69726 24303.02912 99.55480857
min 23.99677002 5384.737684 5360.740914 97.94199094
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 86
71
Universitas Indonesia
Lampiran 3: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 VA) 50 % dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 50%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 66.29269813 8468.751331 8402.458633 99.21720812
1 63.39903912 8183.255499 8119.85646 99.22525896
2 63.78125305 8270.641679 8206.860426 99.2288234
3 65.60318 8469.512085 8403.908905 99.22541961
4 66.19762933 8556.898265 8490.700636 99.22638289
5 73.89409394 9250.230581 9176.336487 99.20116484
6 68.66780512 8566.665025 8497.99722 99.19843014
7 111.1725192 10511.49143 10400.31891 98.94237159
8 289.0325393 17577.74545 17288.71291 98.35569049
9 592.9774938 26571.05995 25978.08246 97.76833331
10 579.5990934 26070.08016 25490.48107 97.7767652
11 645.5870453 27643.28873 26997.70169 97.66457945
12 314.8908763 17854.4926 17539.60173 98.23634934
13 403.2804818 21466.88359 21063.60311 98.1213832
14 660.0239944 28054.98045 27394.95646 97.647391
15 664.2963448 28311.17601 27646.87966 97.65358972
16 339.8385867 18833.37222 18493.53363 98.19555105
17 216.178327 13483.65086 13267.47254 98.39673743
18 163.7383194 12756.9057 12593.16738 98.71647308
19 149.2200057 12089.52185 11940.30185 98.76570796
20 144.0151289 12217.61963 12073.6045 98.82125051
21 132.2028043 11724.24738 11592.04458 98.87239837
22 105.8104063 10314.90328 10209.09288 98.97419876
23 88.58571292 9601.605605 9513.019892 99.07738646
Total 6068.285378 364848.9794 358780.694
max 664.2963448 28311.17601 27646.87966 99.2288234
min 63.39903912 8183.255499 8119.85646 97.647391
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 87
72
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b
(3500 VA s.d. 14 kVA) 50 % dan I2 (di atas 14 kVA s.d. 200 kVA) 50%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 67.78415594 8625.819245 8558.035089 99.21417138
1 65.93540465 8468.278221 8402.342816 99.22138358
2 64.13829305 8310.737197 8246.598904 99.22824785
3 64.13829305 8310.737197 8246.598904 99.22824785
4 65.41690466 8484.937473 8419.520568 99.22902314
5 66.12109316 8537.240467 8471.119374 99.22549806
6 73.70204435 9075.033541 9001.331497 99.18785926
7 137.0400355 12548.97294 12411.93291 98.90795816
8 353.8455426 20375.46088 20021.61533 98.26337404
9 665.3128236 28334.3646 27669.05177 97.65192256
10 670.8387554 28401.85984 27731.02108 97.63804638
11 660.1763778 28013.82037 27353.64399 97.64339041
12 445.8543687 23070.74665 22624.89228 98.06744716
13 471.2755115 23694.59034 23223.31483 98.01104174
14 606.5513771 26659.85707 26053.3057 97.72485135
15 518.1515388 24413.78559 23895.63405 97.87762722
16 372.2027682 20350.17924 19977.97647 98.17100988
17 265.585729 17104.00719 16838.42147 98.44723096
18 183.1381948 14172.9172 13989.779 98.70782992
19 169.9748665 13683.20576 13513.23089 98.75778476
20 154.618912 13012.54452 12857.9256 98.81177035
21 138.3934595 12221.25008 12082.85662 98.86759981
22 113.0722864 11000.5608 10887.48851 98.97212253
23 92.22953421 9960.821316 9868.591782 99.07407701
Total 6485.498271 386831.7277 380346.2294
max 670.8387554 28401.85984 27731.02108 99.22902314
min 64.13829305 8310.737197 8246.598904 97.63804638
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 88
73
Universitas Indonesia
Lampiran 5: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 kVA) 70 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 30%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 26.73954017 5690.032041 5663.292501 99.53006345
1 23.04563294 5277.854163 5254.80853 99.56335222
2 23.87717539 5378.389052 5354.511877 99.5560534
3 26.38232495 5651.83586 5625.453536 99.53320787
4 29.18390564 5945.886508 5916.702602 99.50917486
5 39.47817073 6886.361828 6846.883657 99.42671948
6 27.9141776 5797.593755 5769.679578 99.51852132
7 41.86654156 6884.303611 6842.437069 99.3918551
8 143.0931211 12926.18249 12783.08936 98.89299783
9 483.5423882 24152.45801 23668.91563 97.99795786
10 431.9255691 22780.20481 22348.27924 98.10394343
11 463.9045208 23705.12073 23241.21621 98.04301979
12 160.6180288 13144.29214 12983.67411 98.77803972
13 259.1879436 17607.9047 17348.71675 98.52800235
14 467.6639827 23770.49621 23302.83223 98.03258637
15 495.7617255 24258.11317 23762.35144 97.9563055
16 126.9051486 12325.03137 12198.12622 98.97034624
17 47.22600095 6834.01089 6786.784889 99.30895631
18 50.7595478 7738.824887 7688.065339 99.34409231
19 45.16522071 7258.285308 7213.120087 99.37774255
20 50.19796129 7765.978912 7715.780951 99.35361708
21 44.73837802 7348.781873 7304.043495 99.39121369
22 31.47293909 6144.421428 6112.948489 99.48778027
23 29.82600226 6002.678862 5972.85286 99.50312181
Total 3570.475947 271275.0426 267704.5666
max 495.7617255 24258.11317 23762.35144 99.56335222
min 23.04563294 5277.854163 5254.80853 97.9563055
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 89
74
Universitas Indonesia
Lampiran 6: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 50.474934 7345.573933 7295.098999 99.31285241
1 47.02962283 6981.29979 6934.270167 99.32634861
2 48.0851157 7129.738413 7081.653298 99.32556971
3 50.59026526 7403.185222 7352.594957 99.31664191
4 51.827102 7551.623845 7499.796743 99.31369593
5 62.20126547 8487.986203 8425.784938 99.26718465
6 51.57161366 7367.074758 7315.503145 99.29997163
7 78.14824707 8627.079761 8548.931514 99.0941518
8 217.131538 15118.95968 14901.82814 98.56384604
9 533.6437359 25222.15705 24688.51331 97.88422642
10 500.9873567 24250.48358 23749.49622 97.93411395
11 571.1637098 26017.6886 25446.52489 97.80471002
12 224.6293997 14820.704 14596.0746 98.48435405
13 331.3758406 19448.35009 19116.97425 98.29612364
14 596.9583916 26696.89522 26099.93683 97.76394076
15 631.707156 27614.81662 26983.10946 97.712434
16 249.1293303 15940.40246 15691.27313 98.4371202
17 138.7887707 10055.23215 9916.443375 98.61973579
18 115.1010024 10470.08885 10354.98784 98.90066833
19 103.7653934 9835.262312 9731.496919 98.94496567
20 104.8836346 10294.22301 10189.33938 98.98114084
21 96.56450966 9898.662439 9802.097929 99.02446911
22 75.06422907 8526.466821 8451.402592 99.11963266
23 64.76104084 8111.335032 8046.573991 99.20159825
Total 4995.583205 323215.2898 318219.7066
max 631.707156 27614.81662 26983.10946 99.32634861
min 47.02962283 6981.29979 6934.270167 97.712434
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 90
75
Universitas Indonesia
Lampiran 7: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b
(3500 VA s.d. 14 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi
(%)
0 52.52568848 7561.542314 7509.016626 99.30535747
1 50.51712544 7373.206032 7322.688907 99.31485537
2 48.5760457 7184.86975 7136.293704 99.32391195
3 48.5760457 7184.86975 7136.293704 99.32391195
4 50.86056415 7452.677756 7401.817192 99.31755316
5 51.51338939 7507.624798 7456.111408 99.31385237
6 58.49369259 8066.081468 8007.587775 99.27481897
7 113.716082 11428.61684 11314.90076 99.00498824
8 306.2494174 18965.81839 18659.56898 98.38525598
9 633.1048144 27646.70093 27013.59612 97.71001677
10 626.441892 27456.68063 26830.23874 97.71843545
11 591.224042 26527.1696 25935.94556 97.77125094
12 404.7042017 21993.05331 21588.34911 98.15985441
13 424.8690064 22511.44687 22086.57787 98.11265349
14 523.4335427 24778.60057 24255.16703 97.88755809
15 430.7580478 22255.9048 21825.14676 98.06452242
16 293.63008 18026.01212 17732.38204 98.37107576
17 206.7239484 15033.2221 14826.49815 98.62488596
18 141.7758311 12417.10465 12275.32882 98.8582215
19 132.303327 12026.57768 11894.27435 98.89990876
20 119.4638363 11387.24474 11267.7809 98.95089779
21 105.0766606 10582.04114 10476.96448 99.00702842
22 85.04931427 9469.2459 9384.196586 99.10183646
23 69.77129511 8605.256635 8535.48534 99.18920146
Total 5569.357891 353441.5688 347872.2109
max 633.1048144 27646.70093 27013.59612 99.32391195
min 48.5760457 7184.86975 7136.293704 97.71001677
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 91
76
Universitas Indonesia
Lampiran 8: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 kVA) 30 % dan I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 70%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 27.9202776 5814.377473 5786.457195 99.51980624
1 25.05358899 5503.497151 5478.443562 99.54476966
2 24.15983206 5410.131337 5385.971505 99.55343354
3 25.22262278 5526.139074 5500.916451 99.54357604
4 28.62741415 5888.917547 5860.290133 99.51387647
5 33.32454511 6321.911322 6288.586777 99.47287231
6 31.89961698 6200.052164 6168.152547 99.48549438
7 62.34499198 8497.30981 8434.964818 99.26629729
8 194.4034153 15141.04053 14946.63712 98.71604983
9 540.8078576 25548.40752 25007.59967 97.88320326
10 504.1569683 24626.19705 24122.04008 97.95276158
11 475.4544091 23998.45828 23523.00387 98.01881269
12 264.2974602 17273.82659 17009.52913 98.46995419
13 313.0173422 19371.50587 19058.48853 98.38413521
14 425.3314939 22666.02353 22240.69204 98.12348428
15 380.0637541 21172.67909 20792.61534 98.2049331
16 152.5267923 13525.83693 13373.31014 98.8723301
17 65.75377667 8191.644514 8125.890737 99.19730676
18 66.1177825 8859.833988 8793.716205 99.25373565
19 61.59615217 8519.951732 8458.35558 99.27703637
20 58.59262286 8395.294449 8336.701826 99.30207781
21 49.63931343 7742.242338 7692.603024 99.35885095
22 37.22192754 6687.233625 6650.011697 99.44338826
23 32.71069411 6287.057967 6254.347272 99.47971381
Total 3880.244652 287169.5699 283289.3252
max 540.8078576 25548.40752 25007.59967 99.55343354
min 24.15983206 5410.131337 5385.971505 97.88320326
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 92
77
Universitas Indonesia
Lampiran 9: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d. 2200 kVA) 30 % dan I2 (di atas 14 kVA) 70%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 83.86799162 9716.726218 9632.858226 99.13686987
1 81.58727944 9518.761843 9437.174563 99.14287929
2 81.22140565 9538.311974 9457.090569 99.14847191
3 82.28419637 9654.319711 9572.035515 99.14769555
4 82.00066271 9673.869843 9591.86918 99.15234891
5 86.88612557 10097.16878 10010.28265 99.13950012
6 87.66357342 9899.543099 9811.879526 99.11446849
7 147.866155 12605.28217 12457.41601 98.82695085
8 368.9225408 20309.72963 19940.80709 98.18351821
9 658.9038915 28069.84096 27410.93707 97.65262692
10 666.9454675 28091.85415 27424.90868 97.62584035
11 728.2796402 29449.51111 28721.23147 97.52702299
12 415.1814059 21225.36883 20810.18743 98.04393785
13 483.1745277 23709.69859 23226.52406 97.96212286
14 730.0968864 29563.96405 28833.86716 97.53044996
15 700.5065546 29084.90866 28384.4021 97.59151193
16 440.6266493 22047.78306 21607.15641 98.00149227
17 302.1667229 17293.00499 16990.83827 98.25266503
18 217.7797827 15297.81332 15080.03353 98.57639927
19 199.7251306 14594.25467 14394.52954 98.63148112
20 187.4945671 14354.72697 14167.23241 98.69384791
21 171.8009094 13752.6751 13580.87419 98.75078188
22 139.9728253 12302.05491 12162.08208 98.86219964
23 115.0575708 11257.4618 11142.40423 98.97794394
Total 7260.012463 411108.6344 403848.622
max 730.0968864 29563.96405 28833.86716 99.15234891
min 81.22140565 9518.761843 9437.174563 97.52702299
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 93
78
Universitas Indonesia
Lampiran 10: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-b
(3500 VA s.d. 14 kVA) 70 % dan I2 (di atas 14 kVA) 30%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 84.73800867 9808.349168 9723.611159 99.13606248
1 83.066826 9685.025097 9601.958271 99.14231687
2 81.42967898 9561.701026 9480.271347 99.14837665
3 81.42967898 9561.701026 9480.271347 99.14837665
4 81.59061635 9631.892714 9550.302098 99.15291191
5 82.35187512 9681.257878 9598.906003 99.14936802
6 90.60021296 10196.0914 10105.49119 99.11142212
7 162.9555395 13793.81305 13630.85751 98.81863312
8 406.730126 21941.7303 21535.00017 98.14631699
9 381.8930221 29098.43534 28716.54231 98.68758228
10 720.1686037 29452.05896 28731.89035 97.55477671
11 736.7900842 29665.65456 28928.86448 97.51635319
12 491.5767765 24268.1837 23776.60692 97.97439816
13 522.838295 25009.19419 24486.3559 97.90941567
14 698.9045263 28750.14208 28051.23755 97.56903975
15 615.2554178 26811.43092 26196.1755 97.7052496
16 459.5057552 22932.58716 22473.0814 97.99627599
17 330.9877074 19404.87952 19073.89181 98.29430682
18 229.0963767 16123.82002 15894.72365 98.5791433
19 211.8321327 15523.90362 15312.07148 98.63544545
20 193.6801072 14818.43316 14624.75305 98.6929785
21 175.412125 14042.59334 13867.18121 98.75085662
22 144.2089221 12702.02179 12557.81287 98.86467742
23 117.1831332 11467.0043 11349.82116 98.97808416
Total 7184.225548 423931.9043 416747.6787
max 736.7900842 29665.65456 28928.86448 99.15291191
min 81.42967898 9561.701026 9480.271347 97.51635319
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 94
79
Universitas Indonesia
Lampiran 11: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d 2200 VA) 50%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 25 % dan I2 25%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 47.7056042 7174.512912 7126.807308 99.33506839
1 44.66015753 6856.709882 6812.049725 99.34866491
2 44.77560518 6896.252113 6851.476508 99.35072552
3 46.52161851 7086.836252 7040.314634 99.34354884
4 48.29946941 7292.249134 7243.949664 99.33766019
5 55.71635875 7962.103507 7906.387148 99.30023067
6 50.28957961 7354.683402 7304.393822 99.31622373
7 83.74327808 9227.062371 9143.319093 99.09241669
8 233.5600393 15971.42056 15737.86052 98.53763766
9 556.6261213 25804.05317 25247.42705 97.8428733
10 529.1379129 25012.01862 24482.8807 97.88446538
11 561.9198571 25841.70994 25279.79008 97.82553144
12 270.0530399 16754.65577 16484.60273 98.38819106
13 349.3945462 20113.64047 19764.24592 98.26289753
14 556.2075045 25697.53681 25141.3293 97.83556102
15 551.3927111 25511.37488 24959.98217 97.83863977
16 245.1538086 16055.9238 15810.76999 98.47312549
17 146.2947925 11103.53949 10957.24469 98.68244903
18 113.9926475 10669.91307 10555.92042 98.93164408
19 104.0417988 10131.1577 10027.1159 98.97305124
20 101.4896385 10264.26399 10162.77435 99.01123316
21 91.74021625 9741.478242 9649.738025 99.05825159
22 71.86268532 8471.865252 8400.002566 99.15174896
23 61.28857992 7959.771649 7898.48307 99.23002088
Total 4965.867571 324954.733 319988.8654
max 561.9198571 25841.70994 25279.79008 99.35072552
min 44.66015753 6856.709882 6812.049725 97.82553144
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 95
80
Universitas Indonesia
Lampiran 12: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d 2200 VA) 25%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 50 % dan I2 25%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 48.38918903 7246.502373 7198.113184 99.33224076
1 45.8226584 6987.345296 6941.522638 99.34420504
2 44.93924852 6914.629225 6869.689977 99.35008448
3 45.85021199 7014.064429 6968.214217 99.34631037
4 47.97729012 7259.267104 7211.289814 99.33908906
5 52.15373339 7635.316372 7583.162639 99.31694077
6 52.59693926 7587.685638 7535.088699 99.30681183
7 95.59922306 10160.90807 10065.30884 99.05914686
8 263.2659991 17253.70679 16990.4408 98.47414818
9 589.7798141 26612.23446 26022.45465 97.78380198
10 570.9560913 26080.75097 25509.79488 97.81081422
11 568.6066345 26011.53694 25442.93031 97.81402139
12 330.0779739 19145.43888 18815.36091 98.27594459
13 380.5589348 21134.67273 20754.11379 98.19936206
14 531.6992216 25058.10526 24526.40604 97.87813477
15 484.409675 23725.07095 23240.66127 97.95823719
16 259.9873918 16751.12702 16491.13963 98.4479409
17 168.9398517 12762.86947 12593.92962 98.67631764
18 122.8842571 11318.91834 11196.03408 98.91434629
19 113.5544433 10861.59616 10748.04171 98.95453263
20 106.3497057 10628.60456 10522.25486 98.99940105
21 94.57759991 9969.271142 9874.693542 99.05130878
22 75.19104706 8786.124945 8710.933898 99.14420695
23 62.95866467 8124.412184 8061.453519 99.22506806
Total 5157.125799 335030.1593 329873.0335
max 589.7798141 26612.23446 26022.45465 99.35008448
min 44.93924852 6914.629225 6869.689977 97.78380198
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 96
81
Universitas Indonesia
Lampiran 13: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d 2200 VA) 25%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 25 % dan I2 50%
Jam Susut (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 67.03842703 8547.285288 8480.246861 99.2156758
1 64.66722189 8325.76686 8261.099638 99.2232881
2 63.95977305 8290.689438 8226.729665 99.22853493
3 64.87073652 8390.124641 8325.253905 99.22682035
4 65.76837297 8520.917869 8455.149496 99.22815389
5 68.38451535 8779.333783 8710.949268 99.22107398
6 71.18492474 8820.849283 8749.664358 99.19299239
7 124.1062774 11530.23218 11406.12591 98.92364459
8 321.4390409 18976.60316 18655.16412 98.30612972
9 629.1451587 27452.71227 26823.56712 97.70825865
10 625.2189244 27235.97 26610.75108 97.70443673
11 652.8817115 27828.55455 27175.67284 97.6539144
12 380.3726225 20462.61963 20082.24701 98.14113428
13 437.2779967 22580.73696 22143.45897 98.06349103
14 633.2876857 27357.41876 26724.13108 97.68513363
15 591.2239418 26362.4808 25771.25686 97.75732813
16 356.0206774 19591.77573 19235.75505 98.18280547
17 240.882028 15293.82903 15052.947 98.4249724
18 173.4382571 13464.91145 13291.47319 98.71192426
19 159.5974361 12886.3638 12726.76637 98.76150139
20 149.3170204 12615.08207 12465.76505 98.81636109
21 135.2981319 11972.74873 11837.4506 98.86994929
22 109.4413463 10657.73204 10548.29069 98.97312725
23 90.40762356 9781.213461 9690.805837 99.07570135
Total 6275.229852 375725.9518 369450.7219
max 652.8817115 27828.55455 27175.67284 99.22853493
min 63.95977305 8290.689438 8226.729665 97.6539144
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 97
82
Universitas Indonesia
Lampiran 14: Tabel Susut Teknis dan Efisiensi dengan Komposisi I1-a
(450 VA s.d 2200 VA) 34%, I1-b (3500 VA s.d. 14 kVA) 34% dan I2 32%
Jam Losses (kW) Pin (kW) Pout (kW) Efisiensi (%)
0 53.22676855 7575.083364 7521.856596 99.29734412
1 50.53935722 7304.865572 7254.326215 99.30814117
2 50.06715763 7283.235788 7233.16863 99.31256986
3 51.2817756 7415.816059 7364.534283 99.30848102
4 52.94655973 7615.347142 7562.400582 99.30473872
5 58.31846811 8097.353281 8039.034813 99.27978358
6 56.82734997 7839.27491 7782.44756 99.27509431
7 99.06262152 10194.77984 10095.71722 99.02830053
8 268.329207 17257.30172 16988.97251 98.44512652
9 588.4599289 26547.57158 25959.11165 97.78337568
10 570.5484355 26007.18076 25436.63232 97.80618883
11 589.159191 26445.33193 25856.17274 97.77216186
12 321.9674476 18635.29432 18313.32687 98.27227066
13 384.6952649 21157.76942 20773.07416 98.18177778
14 568.3172692 25917.71132 25349.39405 97.80722433
15 537.8983063 25093.92961 24556.0313 97.85646045
16 280.7842576 17273.04822 16992.26397 98.37443713
17 180.3258783 12849.73845 12669.41257 98.59665721
18 133.4383991 11668.18727 11534.74887 98.85639135
19 122.6524797 11148.19153 11025.53905 98.89979931
20 116.3007671 11037.88367 10921.58291 98.94634904
21 104.6514237 10432.84034 10328.18891 98.99690381
22 83.32172441 9182.286991 9098.965267 99.09258201
23 69.83744082 8516.397792 8446.560351 99.17996502
Total 5392.957479 342496.4209 337103.4634
max 589.159191 26547.57158 25959.11165 99.31256986
min 50.06715763 7283.235788 7233.16863 97.77216186
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 98
83 Universitas Indonesia
Lampiran 15: Tabel Rekap Akhir Susut Teknis, Daya Masuk, Daya Keluar, dan Efisiensi dari Seluruh Variasi Pembebanan
Pelanggan
Susut Teknis Pin Pout Efisiensi (%)
Max
(kW)
Min
(kW)
Total
(kWh)
Max
(kW)
Min
(kW)
Total
(kWh)
Max
(kW)
Min
(kW)
Total
(kWh) Max Min
Tunggal
I1a 581.01 18.41 3327.06 26531.59 4722.14 258451.77 25950.58 4703.73 255124.72 99.61 97.81
I1b 583.00 24.37 4144.25 26577.00 5433.52 301501.32 25994.00 5409.15 297357.07 99.55 97.81
I2 844.05 104.23 8928.54 31978.22 11237.63 475872.15 31134.17 11133.40 466943.61 99.07 97.36
Bobot 50%-50%
I1a-I1b 510.67 24.00 3726.96 24813.70 5384.74 279518.57 24303.03 5360.74 275791.61 99.55 97.94
I1a-I2 664.30 63.40 6068.29 28311.18 8183.26 364848.98 27646.88 8119.86 358780.69 99.23 97.65
I1b-I2 670.84 64.14 6485.50 28401.86 8310.74 386831.73 27731.02 8246.60 380346.23 99.23 97.64
Bobot 70%-30%
I1a-I1b 495.76 23.05 3570.48 24258.11 5277.85 271275.04 23762.35 5254.81 267704.57 99.56 97.96
I1a-I2 631.71 47.03 4995.58 27614.82 6981.30 323215.29 26983.11 6934.27 318219.71 99.33 97.71
I1b-I2 633.10 48.58 5569.36 27646.70 7184.87 353441.57 27013.60 7136.29 347872.21 99.32 97.71
Bobot 30%-70%
I1a-I1b 540.81 24.16 3880.24 25548.41 5410.13 287169.57 25007.60 5385.97 283289.33 99.55 97.88
I1a-I2 730.10 81.22 7260.01 29563.96 9518.76 411108.63 28833.87 9437.17 403848.62 99.15 97.53
I1b-I2 736.79 81.43 7184.23 29665.65 9561.70 423931.90 28928.86 9480.27 416747.68 99.15 97.52
Beban Gabungan (I1a, I1b, I2)
50%-25%-25% 561.92 44.66 4965.87 25841.71 6856.71 324954.73 25279.79 6812.05 319988.87 99.35 97.83
25%-50%-25% 589.78 44.94 5157.13 26612.23 6914.63 335030.16 26022.45 6869.69 329873.03 99.35 97.78
25%-25%-50% 652.88 63.96 6275.23 27828.55 8290.69 375725.95 27175.67 8226.73 369450.72 99.23 97.65
34%-34%-32% 589.16 50.07 5392.96 26547.57 7283.24 342496.42 25959.11 7233.17 337103.46 99.31 97.77
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012
Page 99
84
Universitas Indonesia
Studi susut..., Aditya Prihambada, FT UI, 2012