1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Selatan merupakan propinsi yang memiliki beragam kebudayaan dan kesenian tradsi. Hal ini disebabkan karena di kawasan ini bermukim berbagai macam suku, diantaranya terdapat empat suku mayoritas yaitu: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Ke empat suku tersebut masing-masing memiliki kesenian tradisi yang lahir dan berkembang seiring dengan peradaban dimasa lampau di Sulawesi Selatan. Secara unum masyarakat Sulawesi Selatan dikenal sebagai pelaut- pelaut ulung yang menguasai sebagian daerah perairan sampai ke luar negeri, menjadikan masyarakat Sulawesi Selatan berinteraksi dengan masyarakat luar baik dibidang ekonomi, agama, kebudayaan dan keseniaan.
96
Embed
eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7502/1/Skripsi Susi susanti.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan merupakan propinsi yang memiliki beragam
kebudayaan dan kesenian tradsi. Hal ini disebabkan karena di kawasan ini
bermukim berbagai macam suku, diantaranya terdapat empat suku mayoritas
yaitu: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Ke empat suku tersebut masing-
masing memiliki kesenian tradisi yang lahir dan berkembang seiring dengan
peradaban dimasa lampau di Sulawesi Selatan. Secara unum masyarakat
Sulawesi Selatan dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung yang menguasai sebagian
daerah perairan sampai ke luar negeri, menjadikan masyarakat Sulawesi Selatan
berinteraksi dengan masyarakat luar baik dibidang ekonomi, agama,
kebudayaan dan keseniaan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan Kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat. Meliputi keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. (Moeliono, 1989:
131)
1
2
Manusia dalam berbudaya tidak hanya terpacu pada upaya pemenuhan
kebutuhan pokok dalam setiap harinya, namun harus disadari bahwa kebutuhan
yang bersifat rohani seperti kebutuhan akan seni serta keinginan terus
melestarikan kebudayaan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pola
pengembangan dan pembina kebudayaan disebutkan bahwa nilai kebudayaan
Indonesia terus semakin dibina dan dikembangkan guna mempertebal rasa harga
diri serta merupakan kebanggaan Nasional. Hal yang demikian itu mengandung
maksud bahwa usaha penggalian, pembinaan dan pengembangan seni budaya
daerah yang harus diarahkan untuk kepentingan Nasional, mewujudkan
kepribadian bangsa sesuai dengan pencerminaan Bhinneka Tunggal Ika.
Melestarikan kebudayaan Nasional, bukan berarti harus kembali ke
zaman dahulu, karena perbedaan perkembangan pandangan hidup serta cara
berfikir. Selain itu pula, penyampaian apresiasi baik berupa pementasan,
ceramah ataupun lewat media cetak, radio serta televisi dan film, akan
membantu tumbuhnya rasa cinta dan rasa memiliki dikalangan generasi muda
terhadap kesenian.
Mengacu dalam landasan kesenian maka potensi budaya yang terdapat
pada suatu daerah, hendaknya dapat dikembangkan dan dipelihara untuk
mendukung kebudayaan nasional sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
budaya bangsa Indonesia. Bahwa budaya daerah merupakan pagar kebudayaan
nasional yang hingga ini masih menggali dan melestarikan.
3
Kesenian mempunyai kedudukan dalam bagian hidup ini karena
kesenian dapat dimiliki oleh siapapun yang memerlukan seperti yang diuraikan
oleh S. Budhi Santoso, (1982: 23). “Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan
rasa keindahan yang merupakan salah satu kebutuhan manusia yang universal
namun ia tidak hanya milik orang kaya atau yang serba kekurangan melainkan
juga menjadi kebutuhan orang miskin.
Kehidupan seni tari di Sulawesi Selatan pada hakekatnya erat
hubungannya dengan kehidupan adat istiadat, falsafah pergaulan hidup yang
tercermin dalam tari-tarian di daerah ini walaupun sudah banyak mengalami
perubahan namun di dalam kehidupan tari tetap merupakan sumber perwatakan.
Masyarakat Sul-Sel yang merupakan masyarakat majemuk terdiri dari empat
etnis yakni suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja setiap suku bangsa
menempati areal pemukiman tersendiri dan bentuk kesatuan hidup sendiri-
sendiri pula dengan latar belakang yang berbeda antara yang satu dengan yang
lain. Perbedaan kehidupan sosial dan budaya tersebut dimungkinkan karena
latar belakang perjalanan sejarah lingkungan dan sosial.
Bertitik tolak dari kondisi masyarakat dan kenyataan yang ada dalam
masyarakat saat ini maka timbullah semangat dan motivasi bagi penulis
mengambil topik tentang Tari Jala Rompong Karya Andi Sarinah di Kecamatan
Barru Kabupaten Barru. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
menyukseskan kepariwisataan di Indonesia. Khususnya di Sulawesi Selatan dan
4
sekaligus untuk memberikan andil dalam melaksanakan program pemerintah
dalam melestarikan kebudayaan bangsa.
Dipandang dari segi jenis tari terdapat dua jenis tari, yakni: tari
tradisional dan tari non-tradisional. Tari tradisional di Indonesia seperti tari
primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Ketiga jenis tari ini tujuan upacara, hiburan,
dan tontonan. Sementara yang termasuk ke dalam jenis tari non-tradisional
adalah tari kreasi baru, tari modern, dan tari kontemporer.
Kabupaten Barru merupakan salah satu wilayah yang terdiri dari tiga
dimensi, yaitu: pegunungan, daratan, dan pesisir pantai. Sebagai daerah pesisir
pantai tentunya pencaharian masyarakat pada umumnya adalah nelayan.
Kehidupan nelayan pekerjaannya mencari ikan tersebut tentunya diperlukan
berbagai peralatan yang dianggap efektif dan efesian dalam usaha menangkap
ikan-ikan di laut. Salah satu diantaranya adalah membuat Jala Rompong dibuat
dengan tujuan agar ikan-ikan dapat berkumpul dan bernaung, bersembunyi,
bertelur di tempat itu. Dengan alat ini maka para nelayan dengan mudah dapat
menangkap ikan.
Ciri dan identitas serta kepribadian para nelayan ini dikreasi sedemikian
rupa dan diabadikan sebagai sesuatu yang bernilai seni, yaitu: Tari Jala
Rompong yang digarap oleh salah satu seniman yaitu Ibu Andi Sarinah. Untuk
menelusuri lebih jauh tentang keberadaan Tari Jala Rompong tersebut, maka
perlu penelitian ilmiah. Sehingga Tari Jala Rompong tersebut dapat menambah
khasanah budaya daerah, khususnya Daerah Kabupaten Barru.
5
Sehubungan dengan keberadaan penulis yang selama ini menekuni
bidang seni, maka hal tersebut menjadi pendorong yang kuat untuk mengangkat
Tari Jala Rompong Karya Andi Sarinah di Kecamatan Barru Kabupaten
Barru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana latar belakang penciptaan tari Jala Rompong Karya Andi
Sarinah di Kecamatan Barru Kabupaten Barru?
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Jala Rompong Karya Andi Sarinah di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang jelas,
lengkap, benar dan akurat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang penciptaan tari Jala Rompong Karya
Andi Sarinah di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.
2. Untuk mengetahui bentuk penyajian tari Jala Rompong Karya Andi
Sarinah di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain.
2. Untuk menambah wawasan tentang informasi tari Jala Rompong Karya
Andi Sarinah di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.
3. Sebagai upaya pengembangan dan pelestarian seni budaya khususnya
seni tari agar tidak punah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan judul
penelitian dan merupakan faktor pendukung dan terlaksananya penelitian,
yakni:
1. Pengertian Tari
Seni Tari adalah salah satu cabang kesenian dalam bidang seni gerak dan
keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis di dalam suatu ruang Tari, dan
kehidupan manusia saling bersentuhan erat dan kehadirannya bersamaan dengan
tumbuhnya peradaban manusia. Tari merupakan kegiatan kreatif dan konstruktif
yang dapat menimbulkan intensitas emosional dan makna.
Pengertian tari dapat diperhatikan pendapat berikut: Tari adalah “bicara
gerak” dalam melukiskan suatu kisah atau cerita. Tari adalah gerak yang
ditimbulkan oleh pengaruh bunyi-bunyian yang dimainkan berbentuk lagu yang
membangkitkan kegairahan dan kegembiraan atau suatu khayalan (Dewan
Kesenian Jakarta, 1976: 77).
7
8
Tari adalah gerakan-gerakan yang indah menuruti irama musik yang
mencerminkan kehidupan manusia dan bahkan mungkin pengungkapan
kehidupan hewan serta alam (Djaya, 1976: 97).
Bagong kussudiardjo (1985: 16). Menyebutkan Tari adalah keindahan
bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa
harmonis. Keindahan, indah bukan hanya hal-hal yang halus dan bagus saja,
melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Jadi gerak yang
kasar, keras, kuat, dan lainnya bisa merupakan gerak yang indah. Berjiwa bisa
diartikan memberi kekuatan yang bias menghidupkan: jadi, gerak yang telah
dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan pesan yang
dapat kita mengerti dan berani. Harmoni adalah kesatuan yang selaras dari
keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut.
Soedarsono, (1997: 17) “dalam bukunya Tari Tarian Indonesia,
mengemukakan definisi yaitu “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang
diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah”. Selanjutnya, menurut
(Subagyo,2007: 4) bahwa seni Tari adalah “seni yang dihasilkan oleh gerak,
mimik, dan tingkah laku seseorang yang indah. Tarian diiringin musik pengiring
agar gerakannya menarik dan enak dipandang”. Pandangan memberikan
penekanan pada perlunya musik pengiring pada seni tari agar menjadi tontonan
yang menarik dan enak didengar.
9
Jika mengetahui batasan-batasan tari di atas secara seksama maka dapat
menarik kesimpulan bahwa tari itu tidak akan pernah lepas dari gerak. Karena
tari merupakan suatu cabang seni yang mempunyai persoalan pokok dan
medium utamanya adalah gerak atau anggota tubuh, maka timbullah suatu
pengertian bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui
gerak tubuh yang ritmis dan indah pada suatu ruang dan waktu di mana unsur-
unsur tari meliputi tubuh, gerak, irama, ekspresi dan ruang.
Kalau dipelajari lebih banyak lagi defenisi tentang tari, maka dapat
ditemukan perbedaan-perbedaan yang kadang-kadang sifatnya sangat prinsipil.
Hal itu disebabkan karena perbedaan cara dan sudut pandang yang menyebabkan
perbedaan di dalam penilaian terhadap suatu karya seni tari, sehingga suatu
golongan, mengagapnya sebagai suatu kemajuan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pada prinsipnya media tari
adalah gerak tubuh manusia. Melalui gerak tubuh manusia dipakai untuk
mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman sang seniman kepada orang
lain. Ciri khas gerak tari adalah gerak yang sudah diolah dari aspek tenaga,
ruang, dan waktu. Ada jenis tari, yakni tari tradisional dan tari non-tradisional.
Hal yang termasuk tari tradisional Indonesia adalah tari primitive, tari rakyat,
dan tari klasik. Ketiga jenis tari ini tujuan upacara, hiburan, dan tontonan.
Sedangkan yang termasuk dalam jenis tari non-tradisional adalah tari kreasi
baru, tari modern, dan tari kontemporer. Ciri khas tari kreasi baru adalah tari
10
tradisional yang diperbaharui. Ciri khas tari modern dan tari kontemporer adalah
penemuan baru dalam hal tema, bentuk, dan penyajian tari.
lampu untuk mendukung pergelaran tari. Tata suara adalah penataan
seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan pengaturan musik iringan tari, pada
waktu pergelaran tari berlangsung.
a. Wiraga
Wiraga (raga atau tubuh yaitu gerak kaki sampai kepala yang
merupakan media pokok gerak tari yang dirangkai dan digayakan sesuai dengan
bentuk-bentuk yang tepat tersebut dapat berupa kesesuaian antara bentuk
gerakan dengan makna filosofis yang dikandungnya atau dapat pula berupa
keselarasan antara bentuk gerak dengan sesuatu yang disimbolkan).
b. Wirama
Wirama (ritme/tempo) mengacu ke berapa lama rangaian gerak serta
yang selaras dengan jatuhnya irama musik pengiring apakah alat musik gerak,
alat musik tiup maupun alat musik pukul.
c. Wirasa
Wirasa (penghayatan) adalah perasaan yang diekspresikan melalui
raut muka dan gerak yang secara keseluruhan menjelaskan jiwa dan emosi
tarian yang sedang dipentaskan seperti perasaan gembira, sedih, tegas, maupun
perasaan marah.
11
d. Wirupa
Wirupa adalah perwujudan atau rupa yang memberi kejelasan
tentang gerak tari yang diperagakan melalui warna-warni, busana atau kostum,
dan tata rias yang disesuaikan dengan peranannya masing-masing. Tim Abdi
Guru, Drs. Setyobudi M.Pd. dkk (2004: 146-7)
2. Tari Kreasi Baru
Istilah tari kreasi baru mulai banyak disebut-sebut orang pada tahun 1960-
an, untuk itu menandai lahirnya repertoar-repertoar tari baru yang masih tetap
bersumber pada tarian-tarian tradisi. Kata “Kreasi” itu sendiri artinya hasil daya
khayal sebagai buah pikiran atau kecerdasan akal manusia. Sedangkan
kemampuan berkreasi dan mencipta itu disebut kreatifitas. Orang yang memiliki
kemampuan seperti ini disebut sebagai orang kreatif. Karena itu, orang yang
menciptakan suatu (seni) lazim disebut kreator. Sedangkan pencipta tari disebut
koreografer dan susunan tarinya disebut koreografi. Kata kreasi ini kemudian
sering digunakan pada saat orang membicarakan perkembangan kesenian.
Demikian pula kata koreografi kini menjadi lebih dikenal dalam kehidupan dan
perkembangan seni tari Indonesia, khususnya dilingkungan sekolah seni.
Tari kreasi merupakan pengembangan dari tari tradisional yang
dikembangkan adalah gerak-gerak, pola lantai dan juga kostum yang digunakan,
ini menunjukan kreatifitas penggarapannya. Tari kreasi baru pada dewasa ini
12
sangat banyak mengalami pertumbuhan serta sangat banyak diminati oleh
masyarakat umum.
Tergolong dalam hal ini maka tari yang sudah berkembang dan dalam
perkembangannya ada yang berpijak pada tradisi dan ada pula yang sama sekali
melepaskan diri (lepas dari kerangka/pola-pola tradisi). Iyus Rusliana, (1990: 50)
mengemukakan bahwa “Tari kreasi baru adalah khasana tari yang merupakan
perkembangan baru dengan dilandasi atas kebebasan pengungkapan yang tidak
berpijak lagi pada norma-norma dan pola-pola tradisi itu”.
“Tari-tarian kreasi baru adalah merupakan perwujudan dari tari yang
digarap untuk mengungkapan nilai-nilai baru yang komposisi tetap
menggunakan materi lama berdasarkan wilayah adatnya. Paduan dengan
menggunakan materi tari di luar wilayah adatnya serta garapan tari yang
melepaskan diri dari aturan-aturan tradisi atau tidak terkait lagi dengan
aturan pola-pola lain (Tim proyek, 2000: 77)”.
Tari kreasi baru adalah salah satu rumpun tari yang mengalami
pembaharuan, dapat pula dikatakan bahwa tari kreasi baru adalah inovasi dari
seorang koreografer atau pencipta tari untuk menciptakan suatu tarian baru.
Endang Caturwati mengatakan, kreasi baru merupakan karya yang dihasilkan
atas kreativitas indvidual atau kelompok, sebagai karya yang ditata dengan
sentuhan atau cita rasa baru.
Tari kreasi baru merupakan jenis tarian yang memiliki kebebasan dalam
penciptaannya. Dalam penciptaan tersebut para koreografer tari mengacu pada
tari tradisi di daerah setempatnya, bahkan ada juga para koreografer tari yang
13
mengambil inspirasinya dari daerah-daerah lain dan mencampurkan gerak tari
yang lepas dari ikatan-ikatan tradisi yang biasa disebut dengan gerakan modern.
Tari kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya surakarta.
Selain tari yang bertaraf kraton, yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di
daerah Jawa Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat, baru
diciptakan dalam dua jenis. Jenis pertama, adalah tari-tarian kreasi baru yang
tetap menonjolkan elemen-elemen seni tradisi lokal. Sedangkan jenis kedua,
berupa tari-tarian kreasi baru yang dihasilkan melalui percampuran dengan
unsur-unsur seni daerah lain.
chacalidiyah.blogspot.com
3. Bentuk Penyajian Tari
a. Tari Tunggal
Tari tunggal adalah jenis tari yang dimainkan mutlak oleh seorang penari.
Dalam tari tunggal komposisi geraknya telah diarahkan atau diatur untuk
ditampilkan oleh hanya satu orang penari. Hal ini berarti bahwa si penari harus
mempunyai kemampuan kemampuan, trampil dalam olah gerak, peka terhadap
irama, dapat mengekspresikan tari yang dibawakan, baik koreografinya
maupun karakter tari dengan penuh percaya diri, serta dapat mengolah/mengisi
ikan), ragam 10 Mattiwi baka (membawa keranjang yang berisi ikan).
3. Kostum yang digunakann dalam melakukan Tari Jala Rompong terbagi
atas dua kostum, yaitu: kostum untuk penari pria dan penari wanita.
4. Alat musik yang digunakan antara lain: Gendang, Kecapi, Suling, Katto-
katto.
5. Tata rias yang digunakan pada tari Jala Rompong yaitu berfungsi sebagai
pembantu dalam mengekspresikan wajah penari.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka disarankan bahwa:
1. Diperlukan perhatian dari Pemerintah, khususnya dari Taman Budaya
atau Bidang Kesenian yang ada di Sulawesi Selatan Khususnya di daerah
Kabupaten Barru agar dapat dibina dan dikembangkan guna memperkaya
khasanah kebudayaan nasional.
2. Perlunya pendokumentasian agar kebudayaan yang kita miliki khususnya
Tari Jala Rompong tetap dilestarikan atau tidak punah.
3. Kepada Masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Sumpang Binangae
diharapkan dapat menjaga dan melesatarikan Tari Jala Rompong sebagai
tradisi nenek moyang kita.
63
4. Kepada generasi muda/peneliti yang lain, diharapkan dapat melanjutkan
penelitian ini yang di tinjau dari sudut lain.
64
DAFTAR PUSTAKA
Sumber tercetak
Atmadibrata, Enoch, 1986. Drama Sebagai Suatu Bentuk Karya Seni, Dalam Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.
Budhi Santoso, 1982. Kesenian dan Nilai-nilai Budaya, Analisi kebudayaan pendidikan dan kebudayaan .
Departemen Pendidikan dan Kebrudayaan, 1979.Pendidikan Seni Tari Pegangan Guru.Jakarta : Pendidikan dan Kebudayaan.
__________, 1986. Sure’ Eja. Sulawesi Selatan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
__________, 1987.Elong Ugi. Sulawesi Selatan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djaja, Dadi. 1976. Pentas Seni, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Endo Suanda, Sumarjono PNS 2006. Tari Tontonan Pendidikan Seni Nusantara.
Hidayat, Robby. 2011. Koreografi Dan Kreatifitas. Yogyakarta: Kendil Media Pustaka Seni Indonesia.
Kussudiardjo, Bagong. 1981, Tentang Tari, Yogjakarta: Nur cahya
Moeliono, Anton M, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Proyek, Tim 2000. Perubahan nilai upacara Tradisional Masyarakat di Sulawesi Selatan, Departemen P & K Sul-Sel.
Rusliana, Yus dkk, 1997.Pendidikan Kesenian Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Soedarsono, 1997. Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Subagyo, 2007. Terampil bermain Musik. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
65
Tim Abdi Guru, Drs. Setyobudi, M. Pd. Dkk 2007. Kesenian untuk SMP VII Jakarta: Penerbit dan Kebudayaan.
Wardhana, 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Depdiknas
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
WS, Hasanuddin. 2009. Drama karya dalam dua dimensi kajian teori, sejarah dan analisis Bandung: Angkasa