7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies http://slidepdf.com/reader/full/-semifinalproposal-kelompok-lawang-karies 1/39 PROPOSAL DIAGNOSIS KOMUNITAS Upaya Mempertahankan Jumlah Gigi Sehat Tanpa Karies pada Siswa Kelas IV, V, VI di SDN Turirejo 02 Melalui Program “GGS”Oleh: Agra Dhira Narendraputra 0910710001 Annisa Fitri L. 0610713007 Annisa Rahma 0910711004 Edah Humaidah 0910710062 Ervan Adhiwiyana K 0910710068 Icmi Dian R 0910713017 Tia Maya Afrita 0910710123 Putri Kartika Sari 0910714048 Pembimbing : drg. Purwani Tirahiningrum, MPd dr. Nuretha H.P. Kepala Puskesmas : Drg. Izzah El Maila LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
mempunyai status kebersihan gigi pada kategori bersih. Hal ini merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi mengingat bahwa kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam proses pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Salah satu faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies adalah
kebersihan gigi dan mulut (hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebersihan mulut
menduduki urutan pertama sebagai penyebab timbulnya karies. Kidd dan Bechal, 2009
berpendapat bahwa gigi yang bersih, misalnya gigi yang bebas dari plak tidak akan mempunyai
karies. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak
sekolah adalah perilaku menyikat gigi yang masih belum baik.
Susenas 1998 menyatakan dari 77,2% masyarakat yang menyikat gigi hanya 8,1%
yang menyikat gigi tepat pada waktunya (Susenas, 1998). Sementara itu, data SKRT 2001
menunjukkan perilaku sikat gigi anak sekolah yangsangat baik hanya 9% dan cukup baik 13%,sedangkan 61% lainnya mempunyai perilaku yang kurang baik dalam menyikat gigi (SKRT,
2001). Salah satu faktor lokal timbulnya penyakit gigi adalah plak. Plak memegang peranan
penting sebagai penyebab dua penyakit utama yaitu karies dan gingivitis.
Menurut Nio, 1987 usaha yang paling penting untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan plak adalah penyikatan gigi. Murid-murid di SD yang terdapat di Kecamatan
Lawang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi karena sekitar lokasi
sekolah banyak sekali terdapat fasilitas jajanan anak-anak, pada umumnya jajanan anak-anak
bersifat manis dan melekat seperti coklat, biskuit dan permen, ditambah lagi kebiasaan
memelihara kebersihan gigi dan mulut yang masih kurang. Menurut Tarigan, 1989 makanan
sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, makanan yang bersifat membersihkan gigi yang
dapat mengurangi kerusakan gigi seperti apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya,
sebaliknya makanan yang manis, lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti
permen dan coklat, walaupun air ludah dan lidah merupakan pembersih alamiah terhadap gigi
tapi pelekatan permen sukar dibersihkan oleh pembersih alamiah ini terlebih pada fisur atau
celah antara gigi.
Upaya pencegahan kerusakan gigi anak dititikberatkan ada anak kelompok umur < 14
tahun (usia SD) karena anak-anak seusia tersebut mulai tumbuh gigi tetap sehingga rentan
terhadap penyakit karies gigi (Rumaropen, 2005). Pada anak-anak terutama pada usia sekolah
dasar (kelas IV, V, dan VI), struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur antara gigi susu dan
gigi permanen, sehingga rentan mengalami karies gigi. Anak kelas dua sekolah dasar yang
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
Gambar 4.5 Data Deskriptif Hasil Survei no. 5 dan 6.
Dari data kuesioner yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa
setuju bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut adalah hal yang perlu diperhatikan. Hal ini
tercermin dari hasil kuisioner untuk pertanyaan nomor 1 dan nomor 6. Sebanyak 88,7% siswav
menganggap bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah yang penting dan sebanyak
68,56% siswa setuju bahwa gigi berlubang merupakan hal yang berbahaya. Nnamun
sayangnya mereka tidak mengetahui bagaimana menyikapi permasalahan gigi dan mulut, halini terlihat dari pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, dan 5. Sebanyak 90% siswa mengetahui
bahwa menyikat gigi perlu dilakukan 2 kali sehari. Tapi mayoritas siswa tidak tahu kapan
pemeriksaan gigi ke dokter perlu dilakukan. Pengetahuan mengenai resiko yang dapat
menyebabkan permasalahan gigi dan mulut memadai, namun pengetahuan mengenai tatacara
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut kurang tepat. Sehingga kami berkesimpulan bahwa
perlu diadakan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
38.670%
13.500%
2.330%
68.560%
59.000%
17.940%
.000%
10.000%
20.000%
30.000%
40.000%
50.000%
60.000%
70.000%
80.000%
90.000%
100.000%
Periksa gigi 1 tahun sekali Gigi berlubang bukan hal yang berbahaya
Benar Salah Tidak Tahu
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (Fishbone) dibuat untuk menganalisis
faktor risiko dan akar permasalahan kesehatan komunitas yang merupakan prioritas utama.
Diagram Ishikawa adalah diagram yang menjelaskan bagaimana suatu permasalahanterjadi. Diagram Ishikawa terdiri daripada bagian kepala ikan dan bagian tulang ikan. Di
bagian kepala ikan berupa masalah utama atau topik yang akan di cari tahu penyebabnya
dan untuk bagian tulang ikan dibagi menjadi kategori-kategori yang bisa berpengaruh
terhadap masalah utama. Kategori-kategori yang dimasukkan ke dalam bagian tulang ikan
adalah Man, Environment, Policy, Health Service, dan Resources. Dari masing-masing
kategori, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail. Hasil dari diagram ini dapat
digunakan untuk menemukan solusi dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan tersebut.
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam upaya pencegahan karies gigi, maka
perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya karies gigi serta faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Suwelo, 1986). Awal mula terjadinya
karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu lapisan tipis transparan yang menempel pada
permukaan email gigi. Plak gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan
sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi. Dalam
keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua orang dan bila berinteraksi
dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan dihasilkan asam. Gigi yang berada dalam
kondisi asam terus menerus akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi pada
permukaan email gigi. Oleh karena setiap gigi membentuk plak setiap hari maka untuk
mencegah terjadinya plak sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi karbohidrat
terfermentasi dan menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur
setiap hari (Houwink, dkk; 1993). Konsumsi karbohidrat yang mudah terfermentasi, terutama
sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada integritas dan kekuatan gigi seseorang.
Karbohidrat dapat dihidrolisis oleh air ludah menjadi substrat yang dapat meningkatkan
aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi di bawah 5,5
selama 20-30 menit dan dalam waktu 1-2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan asam
akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa (Decker, Loveren, 2003). Karbohidrat
seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan sebutan
makanan kariogenik (Rugg-Gun, Hackett, 1993; Decker, Loveren, 2003). Risiko peningkatan
aktivitas karies karena konsumsi makanan kariogenik, paling besar apabila makanan
tersebut dikonsumsi di antara waktu makan dan dalam bentuk yang lengket (Kidd, Buchell,
1993). Di samping itu frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi
terhadap tingkat kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan
kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan
sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi (Decker,
Loveren, 2003).
5.4 Pencegahan
Pencegahan karies gigi pada anak perlu ditangani dengan serius. Cara yang
ditempuh sebaiknya tidak hanya ditujukan kepada satu faktor saja tetapi dengan beberapa
faktor yang berhubungan dengan karies. 4 Karena karies gigi adalah penyakit yang
kompleks yang meliputi faktor yang bekerja secara simultan antara mikroflora atau agent,
host, subtrat, dan waktu(Beck, 2000)..
Strategi mayor yang dapat dilakukan langsung untuk mengurangi atau
menghilangkan antara lain adalah meningkatkan resistensi gigi/host, misalnya denganfluoride sistemik atau topikal dan occlusant sealent. Fluoride sistemik didapatkan melalui
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
fluoridasi air minum. Berdasarkan peneletian, floridasi air minum dapat mengurangi karies
sebesar 50%. Konsentrasi fluoride fluoride 1,5ppm dapat menurunkan karies secra optimum
di daerah iklim utara, sedangkan pada daerah dengan iklim panas yang mengonsumsi air
lebih banyak, diperlukan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,5 ppm. Selain itu, untuk
fluoride topikal dapat melalui penggunaan pasta gigi berfluoride. Pasta gigi berfluor sangat
murah, mudah didapatkan dan merupakan sarana yang efektif untuk aplikasi fluor pada gigi.
Anak usia 6-12 tahun komposisi fluor yang dianjurkan adalah 1000-1100 ppm. Anak diatas
usia 12 tahun dapat menggunakan pasta gigi dengan komposisi fluor yang lebih tinggi, yaitu
1500-3000 ppm (Decker, Loveren, 2003).
Untuk meningkatkan resistensi host dapat pula dengan pengaplikasian occlusal
sealent. Merupakan resin yang diaplikasikan pada permukaan email untuk mencegah atau
menurunkan insiden karies. Karies biasanya sering muncul pada pit dan fisura dari
permukaan gigi. Karena aplikasi fluoride topikal biasanya tidak dapat sedalam fit dan fisura,
hal ini dapat diatasi dengan occlusal sealent. Indikasi pelapisan pit dan fisura yaitu pada
individu yang beresiko tinggi terhadap karies, gigi dengan resiko karies tinggi dengan pit dan
fisura yang dalam(Decker, Loveren, 2003).
Yang kedua adalah dengan memutus rantai agent atau mikrobial, misalkan dengan
program mengenai DHE yang menyangkut pendidikan OH dan pengangkatan plak atau plak
kontrol. Metode untuk pencegahan karies melalui kontrol plak yang pertama adalah
pengangkatan plak secara mekanik. Dilakukan dengan bantuan dokter gigi dan secara
individual di rumah. Pada pengangkatan plak secara individu al, menyikat gigi dengan pasta
gigi berfluoride. Metode untuk pencegahan karies melalui kontrol plak yang kedua adalah
dengan pengangkatan plak secara kimia, yaitu dengan antiseptik (Decker, Loveren, 2003).
Strategi yang ketiga adalah dengan memutus rantai substrat dengan memodifikasi
kebiasaan makan mereka /diet, misalnya dengan kontrol diet, larangan makanan dan
kudapan yang kariogenik, maupun penggunaan pemanis nonkariogenik. Strategi yang
terakhir adalah memodifikasi faktor waktu. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
frekuensi pembersihan dan kumur-kumur pada waktu yang tepat serta mengurangi periodewaktu yang tersedia bagi pemaparan substrat dan bakteri pada permukaan gigi (Decker,
Loveren, 2003).
5.5 Komplikasi Karies Gigi
Gigi dan mulut memegang peranan penting pada masa anak-anak yang sedang
mengalami proses tumbuh kembang, karena merupakan ujung sefalik dari saluran
pencernaan yang menjadi pintu masuk makanan yang dibutuhkan tubuh untuk
menghasilkan energi maupun untuk perbaikan dan pertumbuhan anak (Hayati, 1994).
Morfologi gigi susu lebih memungkinkan retensi sisa makanan yang dapat menyebabkan
7/18/2019 !!!. (SEMIFINAL)Proposal Kelompok Lawang - Karies
Alvarez, Jose. 1995. Nutrition, Tooth Development and Dental Caries. American JournalClinical Nutrition. 41
Beck, ME. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawatdan Dokter. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta
Decker, Loveren, 2003. Sugars and Dental Caries, Am J Clin Nutr
Depkes, 1999. Profil Kesehatan Gigi Dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI, Dirjen Yanmed.Jakarta
Depkes, 2006. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga. DirjenYanmed. Jakarta.
Depkes, 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Ford, 1993. Restorasi Gigi. EGC. Jakarta.
Haryani, Wibowo, et al. 2002. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat Dengan TingkatKeparahan Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah Di Kecamatan Depok, SlemanYogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. XVIII: 132-133.
Hayati, R 1994. Fungsi Gigi Pada Tumbuh Kembang Anak. Kumpulan Makalah IlmiahKPPIKG ke X: 446-450.
Houwink, B. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Cetakan I. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Junaidi. 2004. Hubungan Keparahan Karies Gigi Dengan Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar . Tesis. ProgramPascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada.
Kidd, EAM, and Bechal, SJ. 2002. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya.Jakarta: EGC.
Kings, Burgers, 2000. Nutrition for Developing Countries. Oxford, USA
Kretzmer, Zimmerman, 1996. Developmental Nutrition. Oxford, USA.
Kusnoto J,Jenie I, Astoeti T E. 2003. Hubungan Perilaku Terhadap Kebersihan Gigi danMulut Murid-murid SDN DKI Jakarta. Penderita Gigi Berjejal. Jurnal Kedokteran GigiUniversitas Indonesia. Edisi Khusus: 490-95