PERANAN ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAIALAT BANTU MANAJEMEN DALAM PERENCANAAN LABA PADA PT. INTIRUB SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Junisan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor Mengctahui, Dekan Fakultas Ekonomi i a^ hM, Dra., AK.,MM) Ketua Jurusan Akuntansi ( Ketut Sunarta, Drs., AK., MM.)
119
Embed
( Ketut Sunarta, Drs., AK., MM.) - Universitas Pakuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANAN ANALISIS BREAK EVEN POINT
SEBAGAIALAT BANTU MANAJEMEN
DALAM PERENCANAAN LABA
PADA PT. INTIRUB
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syaratdalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Junisan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor
Mengctahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
i
a^ hM, Dra., AK.,MM)
Ketua Jurusan Akuntansi
( Ketut Sunarta, Drs., AK., MM.)
PERANAN ANAUSIS BREAK EVEN POINT
SEBAGAIALAT BANTU MANAJEMEN
DALAM PERENCANAAN LABA
PADA PT. INTIRUB
SKRIPSI
Telah diuji dan disahkan oleh panitia ujian sidang
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada tanggal 19 Juli 1997
Menyetujui
Penguji
uTSunarta, Drs., AK., MM.) P., Drs., AK., MBA.)
Co. Pembimbini
(Kusnanda|^, Urs., MM)
Apabila Aku Berseru,
Jawablah Aku Ya Allah,
Yang membenarkan aku
Didalam Kesesakan
Engkau memberi Kelegahan kepadaku
Kasihanilah aku
Dengaikanlah doaku
(MZM4:2)
Tuhan telah mendengar
Pennohonanku
Tuhan menerima doaku
(MZM6:10)
Sekiranya Engkau memperhatikan
Perintah-perintahku,maka damai sejahtera
Atasmu akan seperti sungai yang
Tidak pemah kering dan kebahagianmu
Akan terus berlimpah seperti
Gelombang-gelombang laut
Yang tidak pemah berhenti
( Yesaya48 : 18 )
Kupersembahka kepada yang tercinta
Papa (aim) - Mama, Abang, Ito, Lae,
dan Keponakanku serta Kekasihku.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang beijudul" Peranan
Analisis Break Even Point Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Perencanaan
Laba".
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merupakan salah
satu syarat guna mencapai gelar Saijana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Ibu Fazariah M., Dra., AK., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Bogor.
2. Bapak Eddy Mulyadi, Drs., AK., MM, selaku Pembantu Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
3. Bapak Ketut Sunarta, Drs., AK., MM. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
telah banyak memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Kusnandar, Drs., MM, selaku Dosen Co. Pembimbing dalam yang telah
banyak memberikan dorongan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini
6. Seluruh Staff Tata Usaha dan Perpustakaan yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Pimpinan dan Staff PT. INTIRUB, yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak A. Purba, Drs., selaku Bagian Keuangan pada PT. INTIRUB.
9. Bapak (aim) dan Mama yang sangat kukasihi dan keluarga serta bang Agia Satia
Nugraha yang telah memberikan dorongan dan semangat baik secara material dan
moril dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Pdt Tjoa Giok Tjoen yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan dalam penyususnan skripsi ini.
11. Seseorang yang telah memberikan moril kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku Bang Ricardo, Bang Waldez, Bang Manarsar, Kakak Risma,
Maruli, Rudy Girsang, Adel Ramba, Romel Mare dan rekan MKO.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skrisi ini mungkin masah banyak
kekurangannya, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
memyempumakan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang berkepentingan.
Bogor, Juni 1997
Penulis
(Henrico Eben Ezer)
ABSTRAKSl
PT. INTIRUB (Indonesia Tire and Rubber Works ) adalah suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha industri ban mobil. Perusahaan ini didirikan di Jakarta
tepatnya di jalan Cililitan Besar No. 454 Halim Perdana Kusumah Jakarta Timur diatas
seluas tanah 12,5 Ha pada tanggal 16 September 1954 dengan Akte Notaris Mr.
Soewandi No. 59 dw diumumkan dalam berita Negara No.52 tanggal 1 Juli 1955 dengan
nama Namlose Venotschap ( NV ) Intirub dengan bentuk Badan Usaha Milik Negara (
BUMN).
PT. INTIRUB didirikan bertujuan memperoleh laba dimana total penghasilan lebih
besar dibandingkan dengan total biaya, untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu
diadakan suatu perencanaan yang lebih baik agar dapat dipakai sebagai pedoman dalam
melakukan operasi-operasi perusahaan.
Pada prinsipnya analisis break event point adalah salah satu alat analisis yang
digunakan manajemen untuk perencanaan laba, untuk mengetahui gambaran yang jelas
tentang kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hubungannya terhadap biaya
yang dikeluarkan dengan keimtungan yang diperoleh. Kemudian analisis break event
point mempunyai peranan penting bagi manajemen dalam menentukan harga jual,
menentukan volume penjualan dan menentukan laba yang akan diperoleh.
Analisis break event point adalah suatu keadaan perusahaan dimana jumlah total
penghasilan besamya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan perusahaan
dimana rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak
10. Bapak Pdt Tjoa Giok Tjoen yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan dalam penyususnan skripsi ini.
11. Seseorang yang telah memberikan moril kepada penulis dalam penyusiman
skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku Bang Ricardo, Bang Waldez, Bang Manarsar, Kakak Risma,
Maruli, Rudy Girsang, Adel Ramba, Romel Mare dan rekan MKO.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skrisi ini mungkin masah banyak
kekurangannya, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
memyempumakan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang berkepentingan.
Bogor, Juni 1997
Penulis
(Henrico Eben Ezer)
ABSTRAKSI
PT. INTIRUB ( Indonesia Tire and Rubber Works ) adalah suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha industri ban mobil. Perusahaan ini didirikan di Jakarta
tepatnya di jalan Cililitan Besar No. 454 Halim Perdana Kusumah Jakarta Timur diatas
seluas tanah 12,5 Ha pada tanggal 16 September 1954 dengan Akte Noiaris Mr.
Soewandi No. 59 d^ diumumkan dalam berita Negara No.52 tanggal 1 Juli 1955 dengan
nama Namlose Venotschap (NV ) Intirub dengan bentuk Badan Usaha Milik Negara (
BUMN).
PT. INTIRUB didirikan bertujuan memperoleh laba dimana total penghasilan lebih
besar dibandingkan dengan total biaya, untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu
diadakan suatu perencanaan yang lebih baik agar dapat dipakai sebagai pedoman dalam
melakukan operasi-operasi perusahaan.
Pada prinsipnya analisis break event point adalah salah satu alat analisis yang
digunakan manajemen untuk perencanaan laba, untuk mengetahui gambaran yang jelas
tentang kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hubungannya terhadap biaya
yang dikeluarkan dengan keuntimgan yang diperoleh. Kemudian analisis break event
point mempunyai peranan penting bagi manajemen dalam menentukan harga jual,
menentukan volume penjualan dan menentukan laba yang akan diperoleh.
Analisis break event point adalah suatu keadaan perusahaan dimana jumlah total
penghasilan besamya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan perusahaan
dimana rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak
menderita rugi, sedangkan laba adalah merupakan selisih positip antara total penghasilan
dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh
penghasilan untuk pengambilan keputusan bagi manajemen dalam perencanaan laba
melalui penetapan volume penjualan maka perlu dilakukan analisis break event point.
Adapun tujuan penelitian adalah imtuk memperoleh gambaran pengetahuan tentang
masalah yang diteliti secara lebih jelas berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian yang dilakukan. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi
kasus pada suatu perusahaan ban yaitu PT Intirub. Dalam memperoleh data yang
diperlukan, penulis mendapatkeinnya dengan wawancara, tanyajawab dengan para staf
dengan mengajukan daftar pertanyaan yang disampaikan pada orang-orang yang
dianggap tepat dan cukup mengetahui situasi dan kondisi perusahaan serta bidang
permasalahan yang akan diteliti dan menggunakan dokumen-dokumen yang diberikan
oleh perusahaan tersebut.
Dengan membandingkan antara teori dengan hasil yang diperoleh, maka dapat
diketahui bahwa perusahaan tidak melaksanakan aktivitas ini dengan baik. Ini dapat
diketahui dari rugi/laba yang diperoleh dimana antara anggaran dan realisasinya teijadi
penyimpangan yang cukup besar.
Dari hasil perhitungan pada pembahasan diperoleh hasil sebagai berikut: selama 1
tahun telah diproduksi sebanyak 596925 unit, yang masing-masing terdiri dari 130251
unit ban radial,8582 unit ban passenger, dan 385011 unit ban light truck, serta 73081 unit
ban truck and bus. Kemudian total unit penjualan 587793 unit yang meliputi harga jual
ban radial Rp. 563.458, harga jual ban Pasengger Rp. 64401, dan harga jual ban light
truck Rp. 51711 serta harga jual ban truck and bus Rp. 239392, diperoleh hasil penjualan
total Rp. 7059793,0374iasil penjualan untuk ban pasengger Rp. 444110,625 dan hasil
penjualan untuk ban light truck Rp. 19587126,887 serta hasil penjualan untuk ban truck
and bus Rp. 18390842,913, sedangka total biaya variabel yang dikeluarkan selama tahun
tersebut Rp. 37791406,39 yang meliputi biaya variabel untuk ban radial Rp.
5367921,085, biaya variabel untuk ban pasengger Rp. 493676,2984 dan biaya variabel
untuk ban light truck Rp. 17563738,77 serta biaya variabel untuk truck and bus Rp.
14366070,24 dan total biaya tetap Rp. 10455450,7. Berdasarkan data tersebut dan telah
dilakukan analisis break even point secara matematis diperoleh break event point totalitas
Rp. 61837300,09. Dari hasil penjualan dan total biaya yang dikeluarkan dapat dihitung
rugi perusahaan sebesar Rp. 2764983,63.
Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa PT. Intirub dalam
petrencanaan laba tidak menggunakan analisis break event point berdasarkan hasil
pembahasan maka penulis menyarankan agar PT. Intirub dalam perencanaan laba supaya
menggunakan analisis break event point.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR «
DAFTARISI iii
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 4
1.4. Kegunaan Penelitian 5
1.5. Kerangka Pemikiran 6
1.6. Metodolo^ Penelitian 7
1.7. Lokasi Penelitian 8
1.8. Sistematika Pembahasan 8
BAB n TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Tujuan Analisis Break Even Point 11
2.2. Pengertian Biaya 14
2.3. Penggolongan Biaya 16
2.4. Asumsi-Asumsi Yang Mendasari Break Even Point 18
111
Skripsi dengmmeogambil judul: FERANAN ANAUSIS BREAK EVEN POfNTrSEBAQAI yULAT BANTa MANAJEMEN DALAM PERENCANAAN LABA.
1.2. THontifiVnai Masalah
Berdssarkan uraian diatas diwi sasuai deagan latar balakang sknpai ini, makapaiiulis
mepgideiitifikBsi masalah adalah sebagai berikut:
1 Sampai sejaufamanakahperanan aaalisis break even point dq[)at dijadikan sebagai
dasar dalam perencanaan laba
2. Sampai sejauhmanakah aimiisi break even poiid dt^memberikan infonnasi tentaqg
1.3. Maksud dan mjuan Penelitian
uu
diolah sebagai karyatulis, yang mana dsq>at digimakan sebagai studi peibandingan dengan
teori yang didspat dari studi kepustakaan. T^uan penulis melakukan penelitian adalah
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Saijana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, dan juga
diharapkan dapat berguna bagi kita semua.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan analisis break even
point sebagai dasar perencanaan laba, dimana tercakup dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara analisis break even point dengan
perencanaan laba.
2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat
diperoleh.
3. Untuk mempelajari dan mengevaluasi besar kecilnya biaya yang hams
dikeluarkan perusahaan.
4. Mengevaluasi besamya penjualan untuk mencapw laba yang diharapkan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan yang
dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Ba^ pembaca semoga hasil penulisan ini dapat memberikan penerangan
yang cukup berarti dan juga dapat dijadikan sebagai bahan penelitian.
f2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Naik Turunnya Tingkat Break
Even Point 19
2.6. Pengenian Pendapaian 22
2.7. Keuntungan dan Kerugian Analisis Break Even Point 24
2.8. Peranan Analisis Break Even Point Sebagai Alat Bantu
Manajemen Dalam Perencanaan Laba 25
2.8.1 Laporan Rugi Laba Sebagai Sumber Utama
Analisis Break Even Point 26
2.8.2. Cara Penentuan Break Even Point dan Perhitungannya.. .29
2.8.3. Teknik Break Even Point Untuk Perencanaan Laba 35
BAB. Ill OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelilian 37
3.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Intirub 37
3.1.2. Sturuktur Organisasi Perusahaan 44
3.1.3. Kegiatan Usaha Perusahaan 51
3.2. Metode Penelitian 57
BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Unsur-Unsur Biaya Yang Berhubungan Dengan Volume Produksi
Pada Perusahaan 59
IV
4.2. AnaKsis Break Even Point 67
4.3. Perencanaan Laba PT. Intirub 82
4.4. Pcranan Analisis Break Even Point Sebagai Alat Bantu
Manajemen Dalam Perencanaan Laba 84
BAB V RANGKUMAN 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 92
BAB Vn RINGKASAN 95
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Struktur Organisasi 1
Sales Volume, Finish Production, Biaya Material 2
Ferhitungan Biaya Produksi Anggaran 2
Perhitungan Biaya Produksi Realisasi 3
Perincian Biaya Konversi 4
Perincian Biaya Administrasi dan Umum 5
Perincian Biaya Penjualan 6
VI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan disegala bidang yang mana pembangunan yang telah dilaksanakan,
sedang dilaksanakan maupun akan dilaksanakan pada dasamya bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup Bangsa Indonesia. Kesejahieraan yang semakin adil dan
merata serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, disusunlah Pola Umum Pembangunan
Jangka Panjang yang meliputl waktu 25 sampai 30 tahun. Pembangunan Jangka
Panjang 25 sampai 30 tahun dilaksanakan secara bertahap, yang senng disebut
PELITA. Setiap tahap pembangunan benujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat sena meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan
berikutnya.
Saat ini, Indonesia telah memasuki REPELITA VI, yang merupakan tahap
awal Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, dimana akan dibangun masyarakat
industri yang berkepribadian Pancasila dengan melibatkan misalnya; kalangan
pendidikan, kalangan dunia usaha, kalangan pers, kalangan cendekiawan, kalangan
agama, kalangan budaya dan seniman, segenap kekuaian sosial politik dan organisasi
kemasyarakatan. Dengan demikian perlu keseimbangan dan keserasian dalam
pembangunan.
Usaha pembangunan dewasa ini lebih dititik beratkan pada sektor sandang,
pangan da" swasembada pangan dan keberhasilan pemerintah didalam membangkitkan
gairah membangun disektor-sektor lainnya. Salah satu sektor pembangunan yang
sedang digiatkan oleh pemerintah, diantaranya adalah sektor perekonomian khususnya
dalam bidang industri, baik industri kecil, menengah dan besar yang menghasilkan
sarana produksi maupun yang menghasilkan barang-barang yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.
Salah satu faktor yang mendorong pengusaha menginvestasikan modalnya
disektor industri diantaranya karena tersedianya peralatan atau teknologi yang modem.
Dengan adanya inovasi teknologi memberikan pembahan pada hasil atau produksi
yang diperoleh sehingga tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besamya akan
tercapai.
Sebagian manajer pemsahaan dan masyarakat ada yang beranggapan bahwa
laba yang tinggi akan diperoleh dengan melaksanakan omzet penjualan yang tinggi.
Namun kenyataannya belum tentu demikian. Oleh karena itu sudah sehamsnya para
pengusaha untuk mengetahui manajemen akuntansi mempakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam kegiatan operasional pemsahaan.
Manajemen Akuntansi dianggap penting, karena didalamnya dibahas
bagaimana cara penetapan biaya dari suatu proses produksi, pengaturan tentang sistem
pelaporan, analisa biaya dan pengendalian biaya yang sangat berguna bagi pimpinan
perusahaan dalam merumuskan kehidupan usahanya demi menjaga kelangsungan hidup
perusahaan.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, PT. Intirub hams
maju dan mampu mengembangkan dirinya. Kemajuan dan perkembangan suatu
pemsahaan pada umumnya diukur dengan kemampuan mendapatkan laba setiap tahun.
Laba akan diperoleh bila jumlah pengeluaran lebih kecil dibandingkan dari penerimaan
yang diperoleh pemsahaan. Upaya untuk mendapatkan keuntungan/laba tentu menjadi
tanggung jawab semua aparat pengelola pemsahaan, karena besar kecilnya laba yang
dapat dicapai akan memptikan keberhasilan manajcmen dalam mengelola
pemsahaannya. Dalam hal ini Pimpinan PT. Intimb dapat menggunakan salah satu alat
kontrol diantaranya analisa break even point. Analisis Break Even Point adaiah salah
satu alat analisis keuangan yang digunakan manajemen pemsahaan sebagai alat
pengambil keputusan.
Dengan analisis break even point ini manajemen pemsahaan akan mengetahui
gambaran yang jelas tentang kegiatan operasional pemsahaan, temtama dalam
hubungannya terhadap biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point sebagai alat analisis mempunym banyak kegunaan
yang dapat membantu manajemen pemsahaan dalam memecahkan masalah-masalah
seperti menentukan harga jual, menentukan volume penjualan dan menentukan laba
yang akan diperoleh.
2. Melatih penulis membiasakan diri melakukan penelitian lebih dahulu bila
menghadapi pennasalahan.
3. Bagi perusahaan yang diteliti, semoga hasil penulisan ini dapat digunakan
oleh perusahaan dalam perencanaan laba.
1.5. Kerangka Pemlkiran
Perkembangan suatu perusahaan akan mengakibatkan aktivitas-aktivitas yang
dijalankan semakin luas dan rumit. Dengan semakin luas dan rumit aktivitas yang
dijalankan, menuntut pelaksanaan yang efektif dan efisien guna mendukung
keberhasilan perusahaan. Keberhasilan perusahaan sering diukur dengan laba yang
diperoleh perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan memperoleh laba yang
cukup besar, maka perusahaan tersebut dianggap cukup berhasil, Namun untuk
memperoleh laba yang cukup besar ini tidak mudah. Banyak faktor yang
mempengaruhi antara Imn pengaruh biaya, volume dan harga jual barang yang
bersangkutan.
Analisis break even point merupakan teknik perencanaan yang dapat digunakan
untuk menilai kemungkinan-kemungkinan yang teijadi terhadap laba yang ingin
dicapai. Sebelum melakukan analisis, perhitungan biaya-biaya yang teijadi hams
dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian dihitung break even
pointnya yaitu besamya volume penjualan minimal yang hams dicapai agar pemsahaan
tidak menderita mgi. tetapi juga tidak memperoleh keuntungan, Informasi ini
diperlukan pimpinan untuk mengetahui berbagai tingkat volume penjualan yang
direncanakan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menumt
tingkat penjualan tersebut. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan dengan
keuntungan yang in^n dicapai, perusahaan dapat menerapkan analisis break even point
sebagai dasar untuk melaksanakan kebijakan operasionalnya.
Hal ini disebabkan karena analisis break even point adalah suatu analisa yang
mempelajari hubungan antara biaya, laba dan penjualan.
Apabila perusahaan tidak dapat mencaptu volume penjualan yang lebih besar
dari tingkat break even point, maka dalam hal ini pimpinan hams dapat mencari faktor-
faktor penyebabnya dan bemsaha untuk mencapai volume penjualan yang lebih besar
dari tingkat break even point sehingga laba yang diharapkan dapat diperoleh
pemsahaan.
1.6. Metode Penelitian
Penulis menyusun skripsi ini dengan mengadakan riset pada pemsahaan
industri, guna memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan, maka metode
penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut;
i. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi Kepustakaan mempakan salah satu bentuk penelitian dalam memperoleh data-
data informasi penelitian yang diperlukan, melalui membaca dan mempelajari teori-
teori dari berbagai buku dan literatur yang mana kaitannya dalam mendukung
skripsi ini.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi T 4»pangan merupakan salah satu bentuk penelitian dalam memperoleh data-
data dan informasi yang diperlukan melalui teijun langsung kelapangan perusahaan
yang diteliti dengan cara observasi yaitu mengamati kegiatan-kegiatan yang
rtiialfiilfan oleh perusahaan dan wawancara dengan pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan dan sesuai dengan fokus utama skripsi ini.
1.7. Lokasi Penelitian
Dalam rangka memperoleh dan mengumpulkan data-data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, maka penyusun melakukan penelitian di
FT. Intirub Jl. Cililitan Besar 454, Jakarta Timur.
1.8. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi 7 (tujuh) bab sebagaimana
tercantum dalam daftar isi. Untuk dapat memberikan gambaran secara singkat
daripada isi skripsi ini, maka akan dikemukakan pokok-pokok pembahasan dari
masing-masing bab sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka
Pemikiran, dan Sistematika Pembahasan.
Bab n Tinjauan Pustaka
Bab ini akan membahas dan menguraikan se^-segi teoritis dari hasil
penelitian kepustakaan yang dilakukan penulis berhubungan serta relevan
dengan pokok permasalahan. Dalam bab ini menjelaskan Tentang Pengertian
dan Tujuan Anaiisis Break Even Point, Pengertian Biaya, Penggolongan
Biaya, Asumsi-asumsi yang Mendasari Break Even Point, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Naik Tuninnya Tingkat Break Even Point, Peranan Anaiisis
Break Even Point Dalam Perencanaan Laba, Pengertian Pendapatan,
Keuntungan dan Keru^an Anaiisis Break Even Point dan Peranan Anaiisis
Break Even Point Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Perencanaan Laba.
Bab m Objek Dan Metode Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas mengenai Sejarah berdirinya PT. Intirub, Struktur
Organisasi Perusahaan, Kegiatan Usaha Perusahaan, dan Metodelogi
Penelitian.
Bab rv Hasil Dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis memadukan data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan dan hasil penelitian kepustakaan untuk kemudian membahas dan
memecahkan masalah yang terurai dalam Identifikasi Masalah.
Bab V Ringkasan
Bab 5 (lima) ini merupakan rangkuman atau ringkasan atas hasil rumusan dari
pembahasan permasalahan.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan dari berbagai masalah yang
dibahas setelah dianalisis dan saran-saran yang dikemukakan sebagai hasil
analisa tersebut.
BabVn Ringkasan
10
BABH
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan tujuan analisis break even point
Pada dasarnya setiap badan usaha yang didirikan bertujuan untuk memperoleh
laba, dengan demikian laba mempakan bagian yang sangat penting dalam ke^atan
pemsahaan dan mempakan salah satu ceraiin keberhasilan dari seorang manajer
pemsahaan dalam mengoperasikan pemsahaannya. Untuk memperoleh laba tidaklah
mudah, perlu perencanaan yang baik, dimana manajer pemsahaan hams
mengikutsertakan selumh bagian yang ada dalam pemsahaan dan
mengkordinasikannya dengan sebaik-baiknya sehingga selumh bagian yang
diikutsertakan tumt merasa bertanggung jawab dalam rangka pencapaian laba. Selain
daripada itu manajer pemsahaan hams memperhatikan berbagai faktor yang akan
mempengamhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh pemsahaan. Adapun faktor
tersebut antara lain:
1. Harga pokok penjualan dan biaya-biaya lainnya yang hams dikeluarkan dalam
rangka proses produksi.
2. Jumlah barang yang dijual atau volume penjualan.
3. Harga jual daripada barang yang bersangkutan
11
Agar laba yang direncanakan oleh perusahaan dapat dicapai dengan baik, maka
manajer perusahaan harus dapat mengendalikan ketiga faktor diatas, dengan cara
menekan biaya-biaya sampai pada tingkat yang paling minimum. Selain itu harga jual
harus ditetapkan pada tingkat yang layak yang dapat teijangkau dan sesuai dengan
daya beli konsumen.
Apabila manajer perusahaan hendak mengestimasikan laba yang ingin dicapai.
salah satu cara yang paling mudah manajer perusahaan dapat menggunakan analisis
break even point. Dengan analisis ini pimpinan perusahaan dapat memperkirakan
berapa volume penjualan yang harus dilaksanakan, agar laba yang telah direncanakan
dapat dicapai dengan baik.
Untuk lebih jelas mengenai pengertian break even point, penulis akan
mengemukakan pandapat para ahli.
Menurut Matz Usry dan Milton F. Usry dalam bukunya Cost Accounting
Planning and Control sebagai berikut:
" Break even analysis determines at what level cost and revenue are inequilibrium. The brek even point, obtained directly by mathematicalcomputation, usually presented in graphic form because it not only showsmanagement the point at which neither a profit nor a loss occurs, but alsoindicates the possibilitis associated with changes in cost or sales.'' ( 1 : 686 )
Menurut R.A. Supriyono dalam bukunya Perencanaan dan Pengendalian Biaya
serta Pembuatan Keputusan sebagai berikut:
"Break even point adalah suatu keadaan perusahaan dimana jumlahtotal penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu
12
keadaan perusahaan dimana rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidakmemperoleh laba tetapi juga tidak menderita rugl". (2 : 332)
Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan mengemukakan sebagai berikut:
''Volume penjualan dimana penghasilannya (revenue) tetap samabesarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidakmendapatkan keuntungan-keuntungan ataupun menderita kerugian".(3 ; 292)
Menurut Charles T Horngren and George Foster dalam bukunya Cost
Accounting A Managerial Emphasis, mengemukakan sebagai berikut:
" The Break even point is that point of activity ( sales volume ) wheretotal revenues and total expenses are equal; that is, there is neither profitnor loss." ( 4 :48 )
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan break even point adalah dimana besarnya
penghasilan sama dengan besarnya biaya total.
Sudah barang tentu kondisi break even point bukanlah merupakan tujuan
utama dilaksanakannya operasi perusahaan karena pada umumnya perusahaan ingin
mencapai laba tertentu yang diharapkan, sedangkan break even point hanya sebagai
dasar bagi manajer perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan untuk
menentukan tingkat aktivitas usahanya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat juga diambil suatu kesimpulan bahwa
tujuan analisis break even point adalah ;
13
1. Untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang hams dipertahankan agar
pemsahaan tidak mengalami kemgian.
2. Untuk menentukan jumlah penjualan yang hams dicapai untuk mencapai tingkat
laba yang telah direncanakan.
3. Untuk mengukur seberapa jauh berkurangnya penjualan agar pemsahan tidak
menderita kemgian.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek pembahan harga jual biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
2.2. Pengertian biaya
Dalam rangka menciptakan atau memproduksi suatu barang atau jasa tentu
diperlukan sejumlah biaya tertentu. Besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan
tergantung pada kebutuhan pemsahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Biaya operasi dan biaya produksi suatu pemsahaan mempengamhi harga jual
atau produk akhir yang dipasarkan. Apabila biaya operasi dan biaya produksi suatu
pemsahaan tinggi, maka harga jual atau produk akhir yang dipasarkan juga tinggi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pimpinan pemsahaan hams dapat cermat dan
teliti dalam menghadapi masalah biaya.
Berdasarkan pentingnya suatu biaya, maka penulis menguraikan pengertian
biaya tersebut dari para ahli seperti:
14
y
Geoffrey Knott dalam bukimya Practical Cost and Management Accounting
adalah sebagai berikut:
" Cost is the relevant value of resources used or planned to be used for a
particular purpose **. ( 5 : 33)
Menurut Edward B. Deakin and Michael W. Maher dalam bukvinya Cost
Accounting mengemukakan sebagai berukut:
A cost is sacrifice of resources. An expence is a cost that is charged against
revenue in an accounting period ; handle, expenses are deducted from revenue in
that accounting period ". ( 6 : 27)
Menurut Usry, Hammer and Matz dalam bukunya Cost Accounting dalam judul
Planning and Control, mengemukakan sebagai berikut:
" Cost as ** an exchange price, forgoing, a sacrifice made to secure benefit*'. (
7:17)
Menurut Garrison H. Ray, D.B.A. CPA., dalam bukunya Managerial Accounting
mengemukakan sebagai berikut:
** The term cost defined as the sacrifice made in order to obtain some good
or service". ( 8 : 27)
Menuirut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya dengan judul Penentuan
Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, mengemukakan sebagai berikut:
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu ". (
9:3)
15
Menumt D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi Untuk Usahawan,
mengemukakan sebagai berikut;
"Cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat(service potencial) diwaktu yang akan datang dan karenanya merupakanaktiva yang dicantumkan dalam neraca". (10 : 75)
Menumt Eldon S. Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory, yang
disadur oleh Marianus Sinaga adalah sebagai berikut;
"Beban (expenses) adalah penggunaan atau pemakaian barang dan jasadidalam proses mendapatkan pendapatan. Beban merupakan habisnya(expiration) jasa faktor yang berkaitan langsung ataupun tidak langsungdengan pembuatan dan penjualan produk penisahaan. Beban seringdidefinisikan dalam arti biaya yang habis terpakai (cost expiration) ataualokasi biaya". ( 11 : 177 )
Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dalam pengcrtian biaya ialah suatu
pengorbanan yang hams teijadi untuk mendapatkan suatu keinginan yang akan dicapai
dengan perbandingan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari manfaat yang akan
diharapkan.
2.3. Penggolongan biaya
Jika suatu pemsahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka dalam
pemsahaan tersebut tidak akan timbu! masalah break even (impas). Masalah tersebut
bam timbul apabila suatu pemsahaan disamping mempunyai biaya variabel juga
mempunyai biaya tetap.
Konsep biaya yang digunakan menumt D. Hartanto dalam bukunya Akuntansi
Untuk Usahawan adalah sebagai berikut;
16
1. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang keseluruhannya ikut berubah dengan perubahan
volume produksi (penjualan). Bila volume produksi bertambah maka biaya variabel
juga akan meningkat, begitu jiiga sebaliknya, bila volume produksi berkurang maka
biaya variabel akan menurun, untuk menganalisa break even point diasumsikan
biaya variabel menunjukkan sifat proporsional (berbanding lurus) dengan perubahan
volume produksi, misalnya volume produksi/penjualan bertambah 25%, jumlah
biaya variabelnya bertambah pula sebesar 25%. Sedangkan yang termasuk dalam
kelompok biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti biaya pemakaian bahan
baku, biaya tenaga ketja langsung dan beberapa biaya yang tidak langsung seperti
biaya pemeliharaan, biaya penerangan dan Iain-lain yang sejenis.
2. Biaya Konstan (Tetap)
Biaya tetap adalah biaya yang sebagai keseluruhan tidak berubah dengan perubahan
volume produksi periode tertentu. Biaya yang termasuk kelompok biaya tetap,
misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya gaji, biaya asumsi, biaya bunga dan
biaya tidak langsung lainnya. Tidak semua biaya tidak langsung merupakan biaya
tetap, sebagian ada yang merupakan biaya variabel seperti biaya penurunan
pemakaian listrik.
17
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang sebagai keseluruhannya ikut berubah dengan
perubahan volume, tetapi tidak sejumlah biaya variabel. Dalam analisis ini biaya
semi variabel harus dipecah menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dengan
demikian dalam analisis break even point, hanya ada dua kategori biaya, yakni biaya
tetap dan biaya variabel.
2.4. Asumsi-asumsi yang mendasari analisis break even point
Untuk memudahkan analisis break even point ada beberapa dasar asumsi yang
dapat digunakan. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut;
1. Bahwa variabilitas biaya akan mendekati pola tingkah laku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Bahwa harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika
dalam usaha menaikkan volume penjualn dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan
biaya, volume dan laba.
3. Bahwa kapasitas produksi pabrik secara relatif konstan. Penambahan kapasitas
produksi akan berakibat pada penambahanbiaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya, volume dan laba.
18
r/
4. Bahwa harga faktor-fidctor produksi tidak berubah. Jika harga bahan baku dan tarif
upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai dasar
perhitimgan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan
laba.
5. Bahwa efisiensi produksi tidak berubah. Apabila teijadi penghematan biaya karena
adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau perubahan
metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi biaya, volume dan laba.
6. Bahwa perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.
7. Bahwa komposisi produk yang dijual tidak berubah. Apabila perusahaan menjual
lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi
apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap
hasil penjualan.
8. Mimgkin diantara anggapan-anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok
adalah " Bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya."
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi naik tuninnya tingkat break even point
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa keberhasilan perusahaan sering
diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan. Laba dapat menjamin kelangsungan
hidup perusahaan. Dalam analisis break even point besamya laba ditentukan
berdasarkan selisih antara nilai penjualan (sales) dengan total biaya pada tingkat
volume produksi tertentu atau volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah
19
volume penjualan yang berada di atas titik break even point. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya laba antara lain :
a. Perubahan volume penjualan
Apabila volume penjualan berubah sedangkan faktor yang lain tidak berubah maka
perolehan laba juga akan berubah. Dalam hal ini titik break even point akan tetap
tidak bergeser.
b. Perubahan harga jual
Selain dari faktor-faktor biaya volume penjualan, maka harga jual dari barang
tersebut dapat pula berpengaruh terhadap usaha memperoleh laba. Dalam hal ini
ikut menentukan bagaimana miringnya garis penjualan. Naiknya harga jual per unit
akan menurunkan titik break even point sebaliknya bila harga jual rendah, maka
akan menaikkan titik break even point.
c. Perubahan biaya variabel
Sebagai salah satu asumsi dimungkinkannya diadakan analisis break even point
adalah besamya biaya variabel secara totalitas berubah secara proporsional dengan
perubahan volume produksi. Ini berarti bahwa biaya variabel per unit berubah
sedang faktor-faktor lainnya tidak berubah, maka perolehan laba juga akan
mengalami perubahan dan titik break even point akan berubah pula. Meningkatnya
biaya total dan laba akan berkurang serta titik break even point akan lebih tinggi
lagi. Begitu juga sebaliknya bila biaya variabel per unit turun maka akan
20
mengurangi biaya total dan laba akan bertambah serta titik break even point akan
menjadi rendah.
d. Perubahan biaya tetap
Apabila biaya tetap berubah dan faktor lainnya tetap, maka perolehan laba juga
akan mengalami perubahan dan titik break even point akan bergeser. Meningkatnya
biaya tetap akan menaikkan biaya total, maka perolehan laba juga akan mengalami
perubahan dan titik break even point akan bergeser. Meningkatnya biaya tetap
akan menaikkan biaya total, sehingga perolehan laba akan berkurang dan titik break
even point akan lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila turun biaya tetap akan
mengurangi biaya total, sehingga laba akan bertambah dan titik break even point
akan lebih rendah.
21
2.6. Pengertian Pendapatan
Seperti halnya dengan biaya, pendapatan (revenue ) apabila
dihubungkan dengan masalah proses produksi, maka hal ini dapat kita bagi
menjadi pendapatan operasional dan pendapatan non operasional.
Pendapatan operasional adalah suatu pendapatan yang diperoleh
suatu perusahaan dari hasil pokok operasi, sedangkan yang dimaksud dengan
pendapatan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari
hasil di luar hasil pokok perusahaan.
Dalam analisis break even point pendapatan yang dihitung adalah
pendapatan yang diperoleh dari hasil operasionalperusahaan saja yang
umumnya terdiri dari hasil penjualan kredit setelah dikurangi potongan.
Untuk lebih jelas lagi tentang pengertian pendapatan penulis akan
menguraikan beberapa pendapat para ahli.
Menurut Hy. Sri Widodo dalam bukunya Teori Akuntansi, mengemukakan
sebagai berikut:
"Pendapatan adalah produk perusahaan yang dengan jumlah
rupiah aktiva bam yang diterlma dari langganan. Laba akan
timbul bila jumlah aktiva yang menunjukkan pendapatan diatas
rupiah total dari harga pokok}'ang dibebankan." (12 ; 39 )
Menurut M. Munandar dalam bukunya " Pokok- Pokok Intermediate
Accounting " mengemukakan sebagai berikut:
22
Revenues adalah suatu pertambahan Assets yang mengakibatkanbertambahnya Owner's Equity tetapi bukan karena penambahanmodal bam dari pemUiknya, dan bukan pula merupakanpertambahan assets yang disebabkan karena bertambahnyaliabilities". (13 :26 )
Menurut Soemarso S. R. dalam bukunya Akimtansi Suatu Pengantarmengemukakan sebagai berikut:
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
kewajiban yang timbul dari penyerahan barang jasa atau aktivitasusaha lainnya dalam suatu periode «. (14 :162)
Menumt Kermit D. Larson dalam bukunya Financial Accounting,mengemukakan sebagai berikut:
" Revenue are inflows of assets recceved in exchange for goods orservices provided customers as part of the business (15 ; 11)
Menurut Imdieke and Smith dalam bukunya Financial Accountingmengemukakan sebagai berikut:
" Revenues arc inflows of assets to an entity resulting from the saleand delivery of goods or the rendering of services by the entity ". (16:14)
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka penulismenyimpulkan bahwa pendapatan adalah penambahan modal dan penguranganhutang yang diperoleh dari penjualan barang / jasa atau usaha lainnya yang diukurdalam satuan uang dalam satu peride.
23
2.7. Keuntungan dan Kenigian Analisis Break Even Point
Dalam usaha mengembangkan produk perlu dibuat suatu rencana yang tepat
dan pengawasan yang baik, agar perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya secara
efisien dan efektif. Untuk mengadakan perencanaan dan pengawasan yang baik
diperlukan suatu alat. Alat tersebut adalah analisis break even point. Analisis break
even point adalah salah satu alat analisis financial yang digunakan manajemen
perusahaan sebagai alat pengambil keputusan.
Dengan analisis break even point ini manajemen perusahaan akan mengetahui
gambaran yang jelas tentang kegiatan operasional perusahaan terutama dalam
hubungannya terhadap biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
Analisis break even point sebagai alat analisis mempunyai banyak keuntungan
yang dapat membantu manajemen perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan akan mengetahui tentang titik impas dimana TR = TC.
2. Perusahaan akan mengetahui biaya tetap kembali dimana TR = FC.
3. Perusahaan akan mengetahui biaya variabel sama dengan biaya tetap dimana
VC = FC.
Disamping itu analisis break even point juga mempunyai kerugian bagi
manajemen, seperti:
24
1. Adanya kesulitan untuk memisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap secara
tepat, karena ada beberapa biaya yang sifatnya band yaitu biaya yang mempunyai
sifat variabel dan sifat tetap.
2. Anggapan dasar bahwa biaya variabel bembah secara proporsional (sebanding)
dengan perubahan volume produksi/penjualan, dalam kenyataannya atau
prakteknya jarang teijadi. Misalnya biaya variabel berupa bahan baku, semakin
besar volume penjualan semakin ada kesempatan memperoleh potongan-potongan
atau bisa dibeli dengan harga yang lebih murah.
3. Dalam prakteknya sulit ditemukan bahwa biaya tetap secara total tidak berubah,
meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan.
2.8. Peranan Analisa Break Even Point Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam
Perencanaan laba.
Di muka telah diuraikan pengertian tentang analisa Break Even Point
dengan berbagai macam yang memungkinkan dapat dilakukannya analisis
tersebut. Analisis break even point adalah merupakan salah satu alat yang
dapat membantumanajer perusahaan dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam merencanakan laba yang hendak dicapai perusahaan.
25
2.8.1. Laporan Rugi Laba Sebagai Sumber Utama Untuk Analisis Break
Even Point.
Di dalam pelaksanaan analisis break even point dibutuhkan data
mengenai laporan rugi laba (meome statement) yang ada dalam perusahaan,
oleh sebab itu hendaklah perusahaan menyajikan laporan rugi laba yang baik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum, atau sesuai dengan teori yang
ada. Sebelum melangkah pada uraian yang lebih lanjut, terlebih dahulu penulis
akan menguraikan masalah laba. Laba adalah merupakan selisih positif antara
total penghasilan dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh penghasilan. Mengingat banyak unsur-unsur yang akan
dilibatkan dalam menghitung laba, maka perhitungannya harus disajikan dalam
bentuk laporan rugi laba dengan menggunakan pola penyusunan tertentu
sebagai sumber informasi utama yang akan dipergunakan dalam pengambilan
keputusan dan keperluan pimpinan perusahaan.
Selain itu perlu juga mengetahui konsep penentuan harga pokok yang akan
muncul dalam laporan rugi laba. Mengenai konsep penentuan harga pokok
menurut Mulyadi adalah sebagai berikut; Di dalam membebankan harga pokok
kepada produk dapat digunakan salah satu dari dua konsep pembebanan harga
pokok, yaitu konsep penentuan harga pokok penuh (full costing) dan
penentuan harga pokok variabel (variabel costing).
26
Melihat hal tersebut di atas, pada dasamya hanya ada dua konsep
penentuan harga pokok yang dibebankan kedalam produk yang dihasilkan
perusahaan, yaitu konsep fiill costing dan konsep variabel costing. Pada
konsep penentuan harga pokok penuh, dimana semua elemen biaya produksi
yaitu meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga keija langsung dan biaya
overhead pabrik bak yang bersifat tetap maupun variabel semuanyadibebankan
kedalam harga pokok produk. Sedangkan pada konsep penentuan harga
variabel (variabel costing) dimana elemen biaya yang dibebankan kedalam
harga pokok produk hanya yang bersifet biaya variabel saja.
Untuk kepentingan pengendalian dalam perusahaan yang dilakukan
oleh pimpinan perusahaan, maka konsep penentuan harga pokok yang paling
membantu adalah konsep variabel costing, sebab dalam jangka pendek biaya
yang dapat dikendalikan hanya biaya yang bersifat variabel, sedangkan untuk
biaya tetap dalam jangka pendek tidak bisa dikendalikan. Misalnya biaya
penyusutan mesin dalam jangka pendek tidak bisa ditambah atau dikurangi..
Apabila perusahaan mempergunakan konsep penentuan harga pokok variabel,
maka akan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam perencanaan
laba, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan oleh manajemen
dan pengendalian biaya.
27
Untuk kepentingan dalam analisis break even point, maka konsep
penentuan harga pokok yang paling membantu terhadap analisis ini adalah
perusahaan yang mempergunakan konsep variabel costing, karena berdasarkan
konsep ini biaya dikelompokkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.
Dalam menyajikan laporan rugi laba antara konsep penentuan harga
pokok foil costing dengan variabel costing mempunym susunan yang berbeda,
ilustrasi dibawah ini memperlihatkan perbedaan antara keduanya.
Sususnan Laporan Rugi Laba kKnsep
Full Costing
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 19xx
Hasil penjualan xx
Harga pokok penjualan (termasuk biaya/overhead tetap xx
Laba bruto xx
Biaya administrasi dan umum xx
Biaya pemasaran xx
Laba bersih usaha xx
28
volume atau unit, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara
yang antara lain sebagai berikut:
1. Dengan cara persamaan (matematis)
2. Dengan cara grafts
Berikut ini diuraikan secara jelas kedua cara penentuan titik break even
point.
1. Dengan cara persamaan (matematis)
Penjualan TR = P x Q
Biaya total TC = FC + VC x Q
Laba fl = TR - TC
- Break even point akan tercapai pada saat TR -TC = 0 atau TR = TC
Keterangan TR = Total revenue
P = Price (harga jual per-unit)
Q = Quantity
TC = Total cost
FC = Total fixed cost
VC = Variabel cost (biaya variabel per-unit)
Rumus analisis break even point
- Break even point dalam unit atau volume penjualan
BEP/Q QX = FC
30
Susunan Laporan Rugi Laba Konsep Variabel Costing
Laporan Rugi Laba Per 31 Desember 19xx
Hasil penjualan XX
Biaya-biaya variabel
Biaya produksi variabel XX
Biaya pemasaran variabel XX
Biaya administrasi dan umum XX
Contribution margin XX
Biaya-biaya tetap
Biaya-biaya produksi tetap XX
Biaya pemasaran tetap XX
Biaya administrasi dan umum tetap XX
Laba bersih usaha XX
2.8.2. Cara Penentuan Break Even Point dan Perhitungannya
Setelah menentukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan yang
memungkinkan dapat dilaksanakannya analisis break even point dengan
berbagai variabel yang dapat mempengaruhinya, langkah selanjutnya adalah
mencoba bagaimana cara menghitung dan menentukan break even point.
Break even point dapat ditentukan dalam nilai uang, atau dapat pula dalam
39
• Batas kootribusi per-unit adalah haijga jiial per-unit dikuraogi dengan
bieyavariabel per-unit (S - VC )
• Ratio batas laba diperoleh: 1 - VC
S
• Variabel Cost Ratio: TVC
TR
2. Dengan Cars Grafis
Telah dijelaskao bafawa titik break even point adalah keadaan pada saat
penjualan sama dengan bii^ Berdasaikan ketentuan tersebut dapatlah
diBinq[)ulkan bafawa secara grafis, maka titik break even point terletak pada
titik perpotongan antarafaasii penjualan dengan bis^ total, olefa sebab itu
untuk melukiskan titik break even point dalam bentuk grafis Irarus ditentukan
terlebih dafaulu basil penjualan, biagmtetsq), bisQ^ variabel dan total bisya
dalam berbagai volume penjualan.
Kemudian untuk menentukan titik break even point melalui grafik
disusun tabel yang menggambarkan besamya basil penjualan, bi^ variabel,
bis^ tet^, total bi^ dan nigi laba dalam berbagai volume penjualan
sebagai berikut:
VolumeHasilBiayaBiaya TetapTotal BiayaR/L
PenjualanPenjualanVariabel
0P X 0VCFCFC + VCPO- fPC+VCl
10050.00020.000180.000200.000(150.000)
200100.00040.000180.000220.000(120.000)
300200.00060.000180.000240.000(90.000)
400300.00080.000180.000260.000(60.000)
500400.000100.000180.000280.000(30.000)
600500,000120.000180.000300.000—
700600.000140.000180.000320.00030.000
800700.000160.000180.000340.00060.000
900800.000180.000180.000360.00090.000
10001.000.000200.000180.000380.000120.000
33
-•A
Berdasarkan daflar diatas, grafik untuk menentukaii break even poinl sebagai berikut:
Dari data diatas terlihat untuk produk radial pada tingkat penjualan sebesar R
5218930,445 atau 103822,1223 unit perusahaan memperoleh keuntungan sebesar
Rp989772,806, untuk produk passenger pada tingkat penjualan 162449,7406 atau
2739,5485 unit perusahaan menderita keruuian sebesar Rp 17815,4716 untuk li^t
truck pada tingkat penjualan sebesar Rp 12666181,45 atau 281120,8597 unit
perusahaan menderita kerugian sebesr Rp 91943,319, untuk produk truck & bus pada
tingkat penjualan Rp 15642757,61 atau 74951,5230 unit perusahaan menderita
kerugian sebesar Rp 879.958,17 Untuk Break Even Point total volume penjualan akan
dicapai pada tingkat penjualan sebesar Rp 462634,0533 atau penghasilan penjualan
sebesar Rp 33690319,25 Tingkat ini menunjiikan jumlah basil penjualan sama dengan
biaya yang dikeluarkan sehingga pada tingkat tersebut laba sama dengan nol.
Dengan demikian volume break even poiiit total dicapai pada tingkat penjualan70,245 % dari volume penjualan yang akan ci:a;iggarkan, yaitu berasal danperhitungan 462 634,0533
X 1L.'%
658 600
70,245 %
1?
Fersentase sebesar 70,245 % dapat pulameaaniiiMtaD bilatnana terj^fa
penunman 70,245%
dalam penjualan sebesar 100%- 29,75% dari volume yaug dianggaiimn makapenjualan tidak lagi dapat meng^iarapkan adanyakeimliingan. Deqgankatalainangkapersentase 29,75% ini memmjukkan batas maximum kiranya penjualan
yaog dapat ditoleramsi untuk dapat mencegah teijadiiQ^kenigtan.Setelah mengguuakan periutimgan secara matematis uutuk menentukan
titik break even point untuk mix product pada FT. Dm liKlJB bahwa basil
peiliitungan adalah sebesar Rp. 336.903,1925 atau 462634,0533 unitBesanQm variabel cost ratio FT. DMTIRUB untuk ti^-tiep produk dan
total keseluruhan produk adalah sebagai berikut:
1 Produk Radial=VCR = TVC
IR
= 4.097.049.9
7.429629.2
= 54.144%
2. Produk Pasengger=VCR= TVC
TR
lA.
yy
= 174631.6
231262.2
= 75,513%
3. ProdukLigJit Truck = VCR= TVCTR
= 12359449.2
18031478,4
4. Froduk Truck & Bus= VCR= TVC
TR
=16006435.8
22268909,3
5 Untuk Total Prodnfc= VCR=TVCTR
=32637567
47961279,1
= 68,05%
15
b). Pendekatan Secara Grafis
Dari data-data tersebut, dimana P.T. Intenib menghasilkan produk
lebih dari satu, ada dua cara untuk membuat grafik break even point. Adapun
kedua cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Total
2. Pendekatan Peijenis produk
1). Pendekatan total yaitu budget penjualan total penjumlahan dari budget
penjualan perunit, digunakan untuk mencari ratio margin kontribusi dan
ratio biaya variabel juga, biaya variabel total tidak dipisahkan per-jenis
produk, demikian juga margin konstribusinya untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas, penulis menyajikan grafik dibawah ini;
Ban Radial Rn 7429629J 4097049.9 44.856% 3332634.474
Ban Liefat Trudc RP 18031478.4 12359449.2 31.456% 5671981.846
Ban Track & bus Rp 62S64S6.44 4497015.76 28.122 % 1759440.68
Rp 31717564,04 Rp 20953514.86 Rp 10764057
4. Pada saat ban truck &bus teijual seluruhnya, total hasil penjualan Rp
47730016,9 (Radial +Light truck + Truck & bus ) dan laba yang
dihasilkan = Rp 47730016,9 - (32462934,9 + 10764057) = 4503025
5. Dengan pendekatan total pemjualan Rp 47730016,9 akan tampak pada
grafik laba Rp 44856834,4 (yaitu Rp 47730016,9)-(biaya variabel Rp
32480276,5 + 10764057).
80
Pendekatan per jenis menunjukkan laba sebesar Rp 4503025 dengan
perincian sebagai berikut:
h'll'Baya'VambelCkiMiibationiMantm
Ban Radial7429629a4097049.93332579,3
Ban Liiibt Tnick18031478.412359449a5672029a
Ban Truck & bus22268909,316006435.86262473,5
47730016,932462934,91526708a
Biaya tetap 10764057Iflbp 4503025
Keterangan TI3
1. Pada saat ban light truck teijual habis maka biaya tetap bisa diserap
sebesar RP 5671981,846 yaitu sebesar contribution margin ban light
truck . Biaya tetap yang belum terserap Rp 10764057 - 5671981,846
= Rp 5092075,154
2. Biaya tetap akan terserap seluruhnya apabila ban light truck teijaul
habis sesaui dengan budget dan ban truck & bus teijual sebesar
Rp 18107087,53. Pada keadaan tersebut biaya tetap akan terserap
seluruhnya yaitu sebesar;
.-jieDisBanBeniiiabn' Biaya Vambd:CMRatio
Ban Lifdit Tnid(RP 18031478,412359449,231,456%5671981,846
Ban Truck & busRp 18107087,3313015012,728,122%5092075,154
Rp 361383655325374416,57Rp 10764057
3. Pada saat ban truck &bus teijual seluruhnya, total hasil penjualan
Rp 40300387,7 (Light truck + Truck & bus ) dan laba yang dihasilkan
= Rp 40300387,7 - (28365885 + 10764057) = 1170445,7
81
4. Dengan pendekatan total pemjualan Rp 40300387,7 akan tampak pada
grafik laba Rp 2111916,87 (yaitu Rp 40300387,7X27424413,83 +
10764057).
Pendekatan per jenis menunjukkan laba sebesar Rp 1170445,7 dengan
perincian sebagai berikut:
Jenis Ban Peniualsi Biava V8n^)el C«ilnbutionMarom
Ban Lijdit Truck 18031478.4 123594492 56720292
Ban Truck & bus 22268909,3 16006435,8 .5262473.5
Total 40300387,7 28365885 11934502,7
Biaya tetap 10764057
Laba 1170445.7
4.3. Perencanaan Laba Pada P.T. Intirub
Pada bab ini penulis tertarik melihat perencanaan yang dilakukan
P.T Intirub sehubungan dengan perencanaan laba (profits planning), yang kalau
digabungkan menjadi satu membentuk rencana bisnis yang terpadu yang
dikenal sebagai anggaran induk, Pada bab ini penulis hanya menitik beratkan
pada sejumlah anggaran yang membentuk anggaran mgi laba pada P.T. Intirub
disusun melalui dari data anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran
bahan baku, anggaran tenaga keija langsung, anggaran overhead pabrik,
anggaran biaya penjualan serta anggaran biaya administrasi dan umum untuk
jangka waktu satu tahun. Setelah anggaran tersebut diketahui P.T.Intirub
menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan konsep penentuan
harga pokok penuh (full costing). Pada konsep penentuan harga pokok penuh,
dimana semua elemen produksi yaitu meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
82
keiia langsung, biaya overhead pabrik yang bersifat tetap maupun variabel
semuanya dibebankan kepada harga pokok produksi, Skedul dibawah ini
berisikan anggaran laporan mgi laba P.T. Intirub dengan mengun^an metode
full costing tahun 1995
P.T, INTIRUB
PERHTTUNGAN LABA/RUGl
TAHUN 1995
Kuantum Penjualan
RADIAL
Passenger
Light Truck
Truck & Bus
147800 X 50268
3900X59298
400200 X 45056
106700X208705
7429629,2
231262,2
18031478,4
22268909,3
Penjualan Bersih 658600 47961279,1
Biaya BahanBaku 28353792
Tenaga Keija Langsung 1302190
Overhead Pabrik 7030133
Biaya Penyusutan 2370000
Harga Pokok Barang yang dijual (39056115)
Laba Kotor 8905164,1
83
Beban Usaha
Penjualan
Administrasi
2705308
1640201
(4345509)
Laba Bersih 4559655,1
4. 4. Peranan Analisis Break Even Point Dalam Perencanaan Laba
Analisis Break Even Point sangat berguna bagi pimpinan perusahaan
dalam rangka pengambilan kepuiusan dan kebijaksanaan, terutama keputusan
yang menyangkut produksi dan penjualan yang harus dilaksanakan agar laba
yang telah dianggarkan oleh perusahaan dapat dicapai dengan baik. Malalui
analisis break even point ini pimpinan perusahaan akan memperoleh informasi
berapa perusahaan harus memproduksi dan menjual produknya agar perusahaan
mendapatkan laba sesuai dengan yang diharapkan.
Dari basil perhitungan analisis break even point diatas perusahaan
memiliki batas minimal penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak menderita kerugian yakni sebagai berikut ; Berdasarkan biaya dan
penghasilan yang telah dianggarkan oleh P.T. Intirub, perusahaan harus
mempertahankan penjualan minimal untuk ban radial sebesar Rp 5218930,445
atau 103822,1223 unit, mempertahankan penjualan minimal untuk ban
passenger sebesar Rp 162449,7406 atau 2739,5483 unit, mempertahankan
84
/
/
►enjualan minimal untuk ban truck sebesar 12666181,45 atau 281120,8597init dan mempertahankan penjualan minimal untuk ban truck dan bus sebesar Rp15642757,61 atau 74951,5230 unit serta mempertahankan minimal total ban sebesarElp 33690319,25 atau 462634,0533 . Dikarenakan adanya mekanisme pasar|)erusahaan dapat menaikan harga jual ban radial dari Rp 50.268 menjadi 56.3458,tnenaikan harga jual ban passenger dari Rp 59298 menjadi Rp 64401 , menaikanharga jual ban light truck dari Rp 45.056 menjadi Rp 51711, dan menaikan harga jualban truck dan bus dari Rp 208705 menjadi 77377. Kenaikan harga jual ban tersebut
tidak ^iimbangi oleh efisien dari bagian produksi ini dapat terlihat dimana ratio biayavariabel untuk ban radial naik dari 55,144 % menjadi 76,035%, ratio biaya variabel
untuk ban passenger naik dari 75.513 % menjadi 111,16%, untuk ban light truck ratiobiaya variabel nya naik dari 68,544 % menjadi 89,6698% dan untuk ban truck dan busratio biaya variabelnya naik dari 71,878 % menjadi 78,1153 % serta untuk totalproduksi ratio biaya variabelnya naik dari 68,05 % menjadi 83,0921 %. Sementarauntuk biaya tetap perusahaan mengeluarkan biaya realisasi lebih tinggi dananggarannya yakni dari Rp 16,3438 per unit menjadi 17,7876 per unit. Denganadanya perubahan harga jual , biaya variabel dan biaya tetap maka posisikeseimbangan perusahaan bergeser kekanan dari 33690319,25 menjadi Rp613837300,09 atau turunnya ratio CM dari 31,95 % menjadi 16,908 %
85
Pada tahun 1995 penisahaan menganggarkan laba yang ingin dicapai
sebesar Rp 4559655,1. Bersarkan realisasi penisahaan dapt meningkatkan harga
jual untuk tiap jenis produk ban akan tetapi dilain pihak teijadi penuninan
Iqmnritas penjualan dari anggaran yang telah ditetapkan, hal ini disebaban
adanya kenaikan harga jual.
Agar perusahaan memperoleh laba sesuai dengan yang diharapkan yaitu
laba sebesar Rp 4559655,1, maka penisahaan hams melakukan penjualan untuk
ban radial sebesar Rp 13784460,77 pada tingkat harga sebesar Rp 56,3458 dan
biaya variabel Rp 10481014,75 untuk ban passenger sebesar Rp 867139,5114
pada tingkat harga sebesar Rp 64,401 dan biaya variabel 963912,2809,untuk
ban light tmck harga sebesar Rp 38244461,35 untuk tingkat harga sebesar Rp
51,711 da" biaya variabel sebesar Rp 34293732 dan untuk ban tmck & bus
sebesar 35908680,49 tingkat harga sebesar RP 239,392 dan biaya variabel Rp
28050173,49 serta untuk total proM Rp 88804742,13 tingkat harga sebesar
77,377 dan biaya variabel Rp 73789725,14.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan komposisi realisasi
penjualan, realisasi biaya variabel dan biaya tetap sebagai berikut:
86
UNIT YANG DUUALHARGAJUAL
PRODUK
RADIKAL
125294
563458
7059793.057
PRODUK
PASSENGER
6896
64401
444110.625
PRODUK
LIGHT TRUCK378780
51711
19587126.8871 77
PRODUKTRUCK & BUS
76823
239J92
18390842.913
14366070J4
TOTAL
587793
77377
45481873.46
37791406J9VC
CMRATIO CM
RATIO VC
5367921.085
1691871.952
23,905%76.035 %
149565.6734)
111.16%
2023388.11
10,3301 %89.6698%
4024772.67
21,8846%78.1153%
7690467.07
16,908%83.0921 %
Bia)^ tetap total = 10.455.450,7
FC
Break even point totalitas -1 - vc/s
10455450,7
Break evev point totalitas =
16,9080%
61837300,09
FC + Laba yang dianggarkan
1 - VC/S
10455450,7 + 4559655,1
Sales Mix (Radial : Passenger
( 7059793,087 ; 444110,625
Produk Mix (125294 :6896
16,9080%
= 88804742,13
Light truck : Truck & Bus ; Total)
19587126,887 : 18390842,913 :45481873,46)
378780 : 76823 : 587793)
7059793,057
Sales Produk Radial = X 88804742,1345481873,46= 0,1552x88804742,13
87
Dalam Unit
= 13784460,77
13784460,77
56348
= 244640,4305
444110,65
Sales Produk Passenger = X 88804742,1345481873,46
= 0,009764 X 88804742,13
= 867139,5114
867139,5114
Dalam Unit
64401
= 13464,69017
19587126,887
Sales Produk light Truck = X 88804742,1345481873,46
= 0,4306X88804742,13
= 38244461,35
Dalam Unit
38244461,35
51,711
= 739580,7729
18390842,913
Sales Produk truck & bus = X 88804742,1345481873,46