BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia sebagai sub sistem dari pembangunan nasional dituntut kesiapannya agar mampu menjawab tantangan kemajuan zaman. Tantangan tersebut tentu saja berupa berbagai masalah atau tuntutan yang sudah kita hadapi dan kemungkinan yang akan timbul terbawa oleh arus era globalisasi, industrialisasi dan kemajuan teknologi. Perlu adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar terbentuk manusia pembangunan yang memiliki daya inovasi, daya kreatifitas dan tanggung jawab untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman. Pendidikan sebagai media pembangunan sumber daya manusia harus jelas dapat berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif dan 1
84
Embed
eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6887/1/1. ISI (1-52).docx · Web viewPekerjaan pengukuran yang memerlukan meteran antara lain pengukuran panjang balok dan kolom, pengukuran panjang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia sebagai sub sistem dari pembangunan nasional
dituntut kesiapannya agar mampu menjawab tantangan kemajuan zaman. Tantangan
tersebut tentu saja berupa berbagai masalah atau tuntutan yang sudah kita hadapi dan
kemungkinan yang akan timbul terbawa oleh arus era globalisasi, industrialisasi dan
kemajuan teknologi. Perlu adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) agar terbentuk manusia pembangunan yang memiliki daya inovasi, daya
kreatifitas dan tanggung jawab untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman.
Pendidikan sebagai media pembangunan sumber daya manusia harus jelas
dapat berperan dalam pembentukan peserta didik agar menjadi manusia yang
produktif dan mampu menciptakan produk standar industri serta mampu menghadapi
persaingan pada pasar global. Dengan demikian Indonesia memerlukan tenaga kerja
yang memiliki keahlian profesional tinggi untuk dapat menghadapi permasalahan
masa kini dan masa mendatang.
Sukmadinata (2011:59) menjelaskan bahwa tujuan umum pendidikan sering
dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa anggota
masyarakat yang mandiri dan produktif. Dengan demikian generasi muda perlu
1
2
mengetahui apa saja yang ada di dalam masyarakat dan kecakapan untuk
berpartisipasi di masyarakat.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang
telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang didalamnya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan
pendidikan termasuk wajib belajar, penjamin kualitas pendidikan serta peran
masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Untuk mendukung hal tersebut harus
ditentukan standar sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai badan yang menentukan 8 (delapan) standar
dan kriteria pencapaian penyelenggaraan pendidikan.
Adapun standar-standar yang menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
(Peraturan Pemerintah, 2005:4) tersebut yaitu ; (1) Standar Isi; (2) Standar Proses; (3)
Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5)
Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan; dan
(8) Standar Penilaian Pendidikan. Namun pada tulisan ini yang menjadi bahasan
penulis adalah standar sarana dan prasarana yang diterapkan oleh Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri pada kompetensi keahlian teknik konstruksi batu dan beton.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga yang
diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja terampil tingkat menengah bagi dunia
3
industri. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan
pendidikan dasar serta mengadakan hubungan timbal balik lingkungan serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi.
Dalam rangka melaksanakan kurikulum pihak sekolah perlu menerapkan
program pengendalian agar kualitas hasil belajar yang dicapai tetap terjaga. Bagi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), keberhasilan pelaksanaan kurikulum
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah guru yang profesional,
peralatan praktek yang memadai, fasilitas sarana dan prasarana yang baik.
Salah satu komponen yang terkait dengan pembahasan dalam kajian ini
adalah sarana praktek bengkel kejuruan khususnya pada ruang bengkel konstruksi
batu dan beton. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pasal 42 ayat 1 menjelaskan
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sekolah Menengah Kejuruan 45 Kalosi merupakan salah satu sekolah
menengah tertua di Enrekang dan cukup punya nama di dunia industri maupun
pemerintahan. Banyak lulusannya tersebar di seantero Indonesia yang mampu
memimpin di bidang industri maupun pemerintahan. Sekolah ini merupakan sekolah
4
unggulan yang mampu menciptakan generasi terampil dan mendapat banyak
penghargaan kejuaraan pada lomba-lomba kompetensi siswa.
Visi SMK 45 Kalosi adalah siap mengantarkan tamatan untuk mendapatkan
atau menciptakan lapangan kerja. Sementara itu misi yang menyertainya adalah siswa
dapat memasuki dunia kerja dengan sikap profesional, mampu berkompetensi dan
memilih karir untuk mengembangkan diri, menjadi warga negara yang produktif,
normatif, adaptif dan kreatif, menjadi tenaga kerja menengah untuk mengisi
kebutuhan dunia usaha/ dunia industri di masa sekarang maupun yang akan datang,
serta mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan IMTAQ dalam era globalisasi.
Dalam rangka membentuk siswa menjadi tenaga kerja profesional yang siap
menghadapi tuntutan zaman di era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini,
sekolah perlu mengoptimalisasi proses belajar mengajar di sekolah. Proses belajar
mengajar di SMK 45 Kalosi ini terdiri sekitar 30% teori dan 70% praktek. Dengan
demikian kebutuhan akan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan praktek
sangat tinggi.
Di SMK 45 Kalosi terbagi menjadi beberapa jurusan, salah satunya yaitu
Jurusan Bangunan. Di dalam Jurusan Bangunan memiliki beberapa program keahlian,
antara lain Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB), Teknik Survay dan
Pemetaan (TSP) dan sekolah Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB). Ini
menunjukkan bahwa harus mampu menyediakan fasilitas dari segi sarana dan
prasarana. Untuk Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB)
5
perlu diperhatikan pada sarana praktek bengkel meliputi perabot, peralatan praktek
bengkel serta media pembelajaran.
Sarana pendidikan berupa perabot dan media pembelajaran di sekolah perlu
diperhatikan dilihat dari segi pengadaan dan kenyamanan pemakaian. Perabot dan
media pembelajaran yang tersedia harus mampu memenuhi persyaratan agar bisa
lebih efektif mendukung jalannya proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, sarana
yang juga harus diperhatikan adalah peralatan praktek bengkel dari segi kuantitas dan
kualitas sesuai dengan persyaratan yang ada agar pembelajaran praktek dapat berjalan
secara optimal.
Ketersediaan dan kualitas sarana pendidikan juga dapat memberi pengaruh
terhadap nilai hasil praktek siswa karena apabila sarana pendidikan yang tersedia
belum mencukupi untuk sejumlah siswa di kelas, maka proses pembelajaran juga
kurang efektif. Begitu pula dengan kualitas sarana pendidikan terutama pada
peralatan praktek yaitu dalam kondisi layak atau tidak ketika akan digunakan untuk
proses kegiatan praktek. Ketersediaan dan kualitas sarana praktek yang kurang
mendukung dapat memperlambat siswa melakukan praktek dan hasil karya siswa
juga kurang memuaskan sehingga dapat mempengaruhi nilai hasil praktek siswa.
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka penulis ingin mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Sarana Praktek Bengkel Teknik Konstruksi Batu
dan Beton Sekolah Menengah Kejuruan 45 Kalosi”.
6
B. Identifikasi Masalah
Seiring kemajuan teknologi yang semakin pesat, pendidikan di Indonesia juga
harus semakin maju agar tercipta lulusan yang profesional dan kompeten sehingga
bisa mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi saat ini. Oleh sebab itu, perlu adanya
perbaikan pendidikan di sekolah salah satunya memperhatikan kelengkapan sarana
praktek. Setiap satuan pendidikan memiliki sarana praktek untuk menunjang
pembelajaran di kelas. Sedangkan sarana yang telah tersedia di sekolah masih kurang
dan belum semua memenuhi persyaratan. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Kelengkapan perabot di ruang bengkel praktik batu dan beton masih kurang
dan belum memenuhi standar
2. Peralatan praktek di bengkel batu dan beton belum semuanya dalam kondisi
baik dan siap untuk digunakan.
3. Jumlah peralatan yang disediakan belum sesuai dengan jumlah siswa yang
melaksanakan praktik di bengkel.
4. Media pembelajaran praktek dan perlengkapan lain di bengkel batu dan beton
masih belum menunjang pelaksanaan praktek.
5. Nilai hasil praktek bengkel siswa SMK 45 Kalosi belum memenuhi nilai
standar Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 76.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, pada subbab batasan masalah ini
pokok permasalahan hanya dibatasi pada analisis mengenai tingkat pemenuhan
sarana yang berada di ruang praktek dan nilai hasil praktek siswa. Pokok
permasalahan mengenai sarana praktek bengkel dibagi menjadi beberapa aspek antara
lain :
1. Penelitian difokuskan pada kuantitas dan kondisi perabot yang tersedia di
SMK 45 Kalosi Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton.
2. Kuantitas dan kondisi peralatan praktek bengkel yang tersedia di SMK 45
Kalosi Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton.
3. Kuantitas dan kondisi media pembelajaran dan perlengkapan lain yang
tersedia di SMK 45 Kalosi Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan
Beton.
4. Deskripsi penggolongan nilai hasil praktek difokuskan pada siswa kelas XI
tahun ajaran 2016/2017 Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan
Beton SMK 45 Kalosi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan antara
lain:
1. Bagaimanakah tingkat pemenuhan perabot di bengkel praktek Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK 45 Kalosi dilihat dari
8
kesesuaian dengan standar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun
2008?
2. Bagaimanakah tingkat pemenuhan peralatan praktek di bengkel Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK 45 Kalosi dilihat dari
kesesuaian dengan standar Instrumen Verifikasi dari Badan Standar Nasional
Pendidikan?
3. Bagaimanakah tingkat pemenuhan media pembelajaran dan perlengkapan lain di
bengkel praktek Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK
45 Kalosi dilihat dari kesesuaian dengan standar Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 40 Tahun 2008?
4. Bagaimanakah tingkat ketercapaian nilai hasil praktek siswa Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK 45 Kalosi dengan kelengkapan
dan kondisi sarana yang tersedia di bengkel batu dan beton?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tingkat pemenuhan perabot di bengkel praktek Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK 45 Kalosi dilihat dari
kesesuaian dengan standar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 40 Tahun
2008.
2. Untuk mengetahui tingkat pemenuhan peralatan praktek di bengkel Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK 45 Kalosi dilihat dari
9
kesesuaian dengan standar Instrumen Verifikasi dari Badan Standar Nasional
Pendidikan.
3. Untuk mengetahui tingkat pemenuhan media pembelajaran dan perlengkapan lain
di bengkel praktek Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton
SMK 45 Kalosi dilihat dari kesesuaian dengan standar Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 40 Tahun 2008.
4. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian nilai hasil praktek siswa Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton 45 Kalosi dengan kelengkapan dan
kondisi sarana yang tersedia di bengkel batu dan beton.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti mengharapkan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan tidak hanya untuk satu pihak, namun juga beberapa pihak yang terkait.
1. Teoritis
a. Menambah pembendaharaan teori yang ada sehingga dapat mengembangkan
disiplin ilmu pendidikan teknik sipil dan perencanaan.
b. Sebagai acuan penelitian yang lebih lanjut terutama pada penelitian masalah-
masalah yang ada hubungannya dengan sarana praktek bengkel kejuruan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan kepada kepala sekolah sebagai pelaksana program betapa
pentingnya sarana praktek bengkel kejuruan terhadap nilai hasil praktek siswa
yang harus dicapai.
10
b. Memberi masukan kepada sekolah, khususnya sarana praktek bengkel
kejuruan program keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton, tentang apa
yang perlu dibenahi dan ditingkatkan agar dapat memaksimalkan hasil
pencapaian kompetensi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Gambaran Umum Pendidikan Kejuruan
Pendidikan memiliki arti yang luas, dalam arti sederhana pendidikan sering
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Hasbullah (2012:5) mengatakan
bahwa pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik yang berlangsung
terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung
dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila,
maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan
masyarakatnya.
Definisi-definisi lain yang dikutip dalam Hasbullah (2012: 2) menurut John
Dewey menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia. J.J. Rousseau berpendapat bahwa pendidikan adalah memberi kita
perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya
pada waktu dewasa.
Dalam Hasbullah (2012: 4) Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa
pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak adapun maksudnya,
11
12
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dari kutipan-kutipan di atas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
kecakapan-kecakapan hidup tehadap anak didik agar menjadi pribadi dewasa susila
yang mampu sepenuhnya bertindak sendiri bagi kesehteraan hidupnya dan
bermasyarakat.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menerangkan bahwa
pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan ketrampilan,
mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan
dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan
mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaanya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri.
Menurut Evans dan Adwin dalam http://ayuraimanagement.blogspot.com,
mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem
pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok
pekerjaan. Sementara (Harris dalam Slamet,1990: 2) menyatakan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang
13
disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House committe on Education
and Labour (HCEL) dalam (Oemar H. Malik, 1990 : 94) bahwa pendidikan kejuruan
adalah kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan
ketrampilan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan
adalah pendidikan yang memberikan bekal berbagai pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman kepada peserta didik sehingga mampu melakukan pekerjaan tertentu
yang dibutuhkan, baik bagi dirinya, bagi dunia kerja maupun bagi pembangunan
bangsanya.
SMK merupakan salah satu jenjang pendidikan kejuruan di tingkat menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis
pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan
nasional yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu
kelompok pekerjaan atau suatu bidang pekerjaan. Pendidikan kejuruan secara luas
mencangkup semua jenis dan bentuk pengalaman belajar yang membantu anak didik
mengembangkan kemampuannya dalam suatu bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan
dirinya dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan. Sebagai suatu pendidikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga
kerja produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di
14
pasar global dan profesional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya
(keahliannya). Di samping itu, pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan
siswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
2. Pembelajaran Praktek Bengkel
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada