Top Banner
Introduction Pengantar 1 EFFECTIVE HELPING INTERVIEWING AND COUNSELING TECHNIQUES ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTION Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulih: Konseling Keagamaan Dosen Pembina: Prof.Dr.H.Abin Syamsudin.M, MA Oleh : Dudung Rahmat Hidayat Popon Sumarni PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007
30

( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Mar 15, 2019

Download

Documents

trancong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 1

EFFECTIVE HELPING

INTERVIEWING AND COUNSELING TECHNIQUES

( Barbara F.Okun )

CHAPTER 1: INTRODUCTION

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kulih: Konseling Keagamaan

Dosen Pembina: Prof.Dr.H.Abin Syamsudin.M, MA

Oleh :

Dudung Rahmat Hidayat

Popon Sumarni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007

Page 2: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................

C. Tujuan Pembahasan..............................................................

D. Sitematika Penulisan.............................................................

BAB II ISI BUKU......................................................................................

A. Pengantar..........................................................................

B. Tujuan dari Buku Ini................................................

C. Siapakah Penolong itu ?........................................................

D. Penolong Profesional...............................................................

E. Penolong Semi Profesional................................................

F. Penolong Tidak Profesional/Amatiran...............................

G. Bilamanakah Penolong Dikatakan Berhasil...........................

H. Konseling.....................................................................................

I. Dua Tahapan dalam Konseling...............................................

J. Model Konseling Hubungan Antar Manusia.........................

K. Latihan 1...................................................................................

L. Hubungan ( Relationship )......................................................

M. Strategi Kerja / Working.........................................................

N. Menyimak berbagai Pesan Verbal........................................

O. Menangkap Berbagai Pesan Non Verbal...............................

P. Pemberian Respon....................................................................

Q. Nilai-nilai..............................................................................

R. Topik-topik...........................................................................

S. Rangkuman..........................................................................

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................

BAB IV KESIMPULAN...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

Page 3: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 3

BAB 1

Pengantar

Pada era 1980an kita telah mengalami kemajuan dalam bidang teknologi yang di

samping memberikan berbagai keuntungan bagi kehidupan dan hubungan yang

kita miliki, namun juga mempersulitnya. Keuntungan yang dibawa oleh kemajuan

teknologi di antaranya berupa penemuan dalam perawatan kesehatan dan

kemungkinan untuk memperpanjang usia, meluasnya cakupan komunikasi dan

tujuan perjalanan, serta berbagai pilihan pekerjaan / profesi dan pendidikan.

Dampak negatif dari kemajuan teknologi di antaranya, melebarnya persoalan-

persoalan yang bersifat personal, interpersonal, sosial (masyarakat) dan

internasional, seperti meningkatnya kekerasan dalam lingkungan keluarga,

penyalahgunaan / penyimpangan substansi, pengangguran, inflasi dan kemiskinan,

kejahatan, terorisme, rasa takut akan pembinasaan dengan menggunakan nuklir

serta ketakutan akan kemunculan penyakit-penyakit baru seperti AIDS. Sedikit

sekali individu yang tidak terpengaruh oleh teknologi yang salah arah ini dan juga

oleh perubahan sosial yang terjadi. Ketika norma-norma awal sudah tidak berlaku

lagi, dan rasa aman yang terdapat dalam ekspektasi dan gaya hidup tradisional

menghilang, maka kita menghadapi persoalan individual dan keluarga yang

semakin parah.

Adanya peningkatan dalam kompleksitas sosial ini menyebabkan perlunya

memandang individu beserta perilakunya dalam konteks psikologis dari beragam

sistem sosial: keluarga inti dan keluarga besar (extended), lingkungan dan

komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah dan lingkungan

kerja yang konvensional maupun alternatif. Bukan saja penting untuk

membedakan antara variabel personal, interpersonal dan masyarakat (sosial),

namun juga penting untuk memahami hubungan antara ketiga variabel tersebut.

Sebagai contoh, ketidakpuasan akan pekerjaan dapat membuat anda merasa

terperangkap dan frustrasi. Rasa frustrasi tersebut dapat menimbulkan adanya

konflik dalam pernikahan, maupun melalui gejala-gejala fisik seperti sakit kepala,

gangguan pada kulit atau pun hipertensi. Pada umumnya persoalan-persoalan

personal dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal.

Page 4: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 4

Selama tahun 1960 dan 1970an, yakni pada saat kami mengalami akibat

dari adanya perubahan sosial yang sangat cepat, kami menjadi lebih menyadari

dan juga mengartikulasikan mengenai kebutuhan kami untuk menjalin hubungan

dengan orang lain. Kami menemukan bahwa kedekatan / hubungan interpersonal

dapat membantu dalam mengurangi rasa keterasingan, kesendirian, serta rasa stres

lainnya yang merupakan akibat dari perubahan yang terjadi. Kebutuhan dan hasrat

untuk peduli akan dan menolong orang lain masih dapat dirasakan di tahun

1980an, namun terbentur oleh faktor ekonomi dan politik yang telah

meningkatkan persaingan bagi sumber-sumber / profesi tertentu sehingga

mengakibatkan sebuah konsolidasi dan penyusutan jumlah tenaga ahli dalam

bidang tolong-menolong dan praktisi dari pelayanan manusia / human service. Hal

ini tentu saja merupakan sesuatu yang bersifat paradoks, yakni terdapatnya

perbedaan antara meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan manusia /

human service dengan berkurangnya ketersediaan dan dukungan bagi layanan-

layanan yang dimaksud.

Media masa memuat mengenai berbagai penyakit sosial yang muncul di

masyarakat kita pada masa kini, dan kita juga mengetahui bahwa persoalan

mengenai diri, keluarga dan lingkungan dapat dilihat melalui gejala-gejala fisik,

psikologis dan sosial. Gejala-gejala ini dapat menimbulkan berbagai persoalan

yang bersifat interpersonal yang akan mempengaruhi persahabatan, hubungan

kekeluargaan dan hubungan kerja, serta hubungan masyarakat, bangsa dan

internasional. Banyak dari kita benar-benar peduli terhadap orang lain beserta

persoalan yang dihadapi oleh orang tersebut, namun masih tetap mengalami

kesalahpahaman yang diakibatkan oleh ketidakmampuan kita dalam

mengomunikasikan kepedulian dan keinginan kita untuk menolong.

Komunikasi yang tidak efektif maupun yang salah tampaknya merupakan

penyebab dari mayoritas kesulitan-kesulitan dalam hubungan interpersonal.

Sebaliknya, komunikasi yang efektif sangatlah diperlukan dalam mengembangkan

dan mempertahankan berbagai bentuk hubungan interpersonal. Namun sayangnya,

hanya keahlian komunikasi tertulis saja / teoretis (bukan komunikasi yang bersifat

tatap muka / praktis), yang secara tradisional dianggap sebagai bagian dari

kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah. Walaupun di sekolah kita belajar

Page 5: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 5

untuk merespon berbagai informasi, namun mereka tidak sepenuhnya berani

untuk mengajarkan kita (para muridnya) untuk mendengar, menangkap dan

merespon berbagai pesan verbal dan non verbal inti dan mendasar. Bagaimana

pun juga, pelatihan kemampuan komunikasi sangatlah penting dalam merintis

segala bentuk hubungan antar umat manusia.

Tujuan dari Buku Ini

Premis utama dari buku ini adalah bahwa setiap individu dapat mempelajari

kemampuan komunikasi yang lebih efektif yang dapat diterapkan oleh individu,

masyarakat, di lingkungan pekerjaan maupun oleh para profesional. Komunikasi

yang efektif merupakan inti dari proses tolong-menolong dan memungkinkan

terciptanya hubungan yang lebih memuaskan dalam segala aspeknya. Peningkatan

hubungan interpersonal memungkinkan seseorang untuk mencari dan memperoleh

dukungan, dan juga membagi serta memberikannya kepada pihak yang

mengalami persoalan baik persoalan yang bersifat personal, berhubungan dengan

keluarga, pekerjaan maupun dengan masyarakat.

Tujuan utama dari buku ini adalah untuk menyediakan sebuah landasan

bagi individu untuk mengembangkan keahlian hubungan antar manusia yang ia

perlukan dalam membangun hubungan tolong-menolong yang efektif. Sebagai

bagian dari landasan ini adalah sebuah gambaran / tinjauan pengantar mengenai

proses konseling yang ditampilkan guna memperkenalkan penolong dengan

pengetahuan dan keahlian yang digunakan dalam proses tolong-menolong yang

bersifat segera, jangka pendek dan juga jangka panjang.

Buku ini dirancang untuk digunakan baik oleh kelompok maupun

individu, dalam pelatihan hubungan antar manusia baik yang bersifat formal

maupun informal. Fokus utama dari buku ini adalah pengetahuan dan keahlian

yang diperlukan oleh individu-individu yang bergerak dalam bidang pelayanan

manusia / human service (seperti asisten kesehatan mental, konselor/penasehat,

pengawas orang-orang yang berada dalam masa percobaan, pegawai dinas tenaga

kerja) atau individu-individu yang terlibat / memiliki peran untuk menolong orang

lain (seperti pasangan hidup, teman, supervisor, guru dan rekan sejawat).

Page 6: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 6

Gambar 1.1 Keahlian dan pengetahuan yang diperlukan dalam berbagai

tingkatan hubungan tolong-menolong

Bahan dalam buku ini dirancang untuk digunakan dalam pelatihan baik

bagi para siswa pemula yang akan mempelajari profesi dalam bidang tolong-

menolong, maupun bagi orang-orang yang memerlukan atau menginginkan

adanya peningkatan keefektifan hubungan antar manusia yang mereka miliki.

Dikarenakan buku ini mengajarkan keahlian fundamental, maka materi dalam

buku ini akan berguna bagi mereka yang akan melanjutkan pelatihan konseling

baik secara profesional maupun secara non profesional (menerapkannya dalam

hubungan tolong-menolong yang informal). Walaupun beberapa contoh dan studi

kasus yang ditampilkan menggambarkan penggunaan keahlian menolong yang

profesional (lihat gambar 1.1), namun contoh dan studi kasus ini dapat juga

berguna bagi semua penolong, karena merupakan ilustrasi dari materi-materi yang

terdapat di dalam buku ini, dan juga menunjukkan kepada semua orang mengenai

apa yang sebenarnya terjadi di dalam hubungan tolong-menolong yang

profesional. Buku ini terkadang menggunakan terminologi/istilah yang mungkin

tidak anda pahami. Pada saat terminologi ini muncul untuk pertama kalinya akan

ditandai oleh cetakan tebal untuk mengindikasikan letak dari penjelasan istilah

tersebut dalam daftar istilah yang terdapat di akhir buku ini.

Page 7: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 7

Secara keseluruhan, buku ini ditujukan sebagai panduan penerapan

keahlian (bersifat praktis) bukan merupakan sebuah risalah teori (bersifat teoretis).

Bagaimana pun juga, buku ini mencakup sebuah tinjauan dasar mengenai berbagai

pendekatan teoretis yang terdapat dalam proses tolong-menolong sebagai dasar

dari pemahaman terhadap strategi (aplikasi dari teori) dalam proses tersebut. Buku

ini merupakan sebuah pengantar keahlian terapan dalam hubungan antara manusia

yang mendorong penggunanya untuk menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya, untuk belajar dari pengalamannya, serta untuk mengintegrasikan

pengetahuan baru dengan kemampuan yang ia miliki. Meskipun begitu, hubungan

antar manusia – interaksi antar manusia- adalah sebuah subjek yang luas. Melalui

buku-buku seperti buku ini, seseorang hanya dapat memperoleh pemahaman yang

terbatas saja mengenai bidang ini. Anda tidak dapat mengharapkan menjadi

seorang ahli dalam bidang ini hanya dengan mengandalkan materi perkenalan

mengenai teori, keahlian, dan praktek yang terdapat dalam satu buku.

Pendekatan dalam proses tolong-menolong yang terdapat dalam buku ini

bersifat fleksibel dan dapat dengan mudah disesuaikan: Apapun strategi dan

pendekatan yang dianggap lebih masuk akal dan berguna dalam situasi yang

dihadapi akan diterapkan, bukan hanya menerapkan satu atau beberapa teori saja

dalam berbagai situasi. Strategi yang dapat digunakan bagi klien tertentu dapat

dimodifikasi atau bahkan ditolak oleh klien yang lain yang menghadapi persoalan

yang sama ataupun berbeda. Demikian juga strategi tertentu akan memiliki

kecocokan dengan nilai personal dan gaya dari penolong / orang tertentu.

Walaupun anda tidak mampu untuk menggunakan strategi-strategi yang

terdapat di dalam buku ini tanpa bantuan maupun latihan lanjutan, namun anda

tetap dapat menerapkan keahlian komunikasi yang dibahas di dalam buku ini. Jadi

pengetahuan anda mengenai strategi dan aplikasinya dapat membantu anda dalam

menghubungkan antara cara kerja anda dengan cara kerja dari para penasehat

profesional yang bergerak dalam bidang jasa manusia / human service. Sebagai

contoh, jika anda bekerja sebagai pengawas dari orang-orang yang sedang berada

dalam masa percobaan dan kemudian menemukan bahwa satu atau beberapa dari

orang-orang yang berada di bawah pengawasan anda memiliki kesulitan dalam

menjalani masa percobaan, maka akan sangat membantu dan sangat penting bagi

Page 8: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 8

anda untuk mengetahui tentang strategi modifikasi perilaku dan bagaimana

strategi ini dapat membantu klien anda dalam mengendalikan lingkungan dan

perilaku mereka. Anda mungkin memerlukan bantuan dalam memformulasikan

dan menerapkan strategi tersebut, namun setidaknya anda telah mengetahui

bidang pengetahuan dan pelatihan apa yang perlu anda pelajari / tingkatkan.

Secara keseluruhan buku ini mengemukakan bahwa (1) komunikasi yang

efektif merupakan inti dari seluruh hubungan tolong-menolong; (2) tujuan dari

setiap penolong adalah untuk membantu klien dalam; (a) meningkatkan

penghargaan terhadap dirinya dan agar klien memiliki penerimaan diri; (b)

memperoleh kemampuan untuk mengendalikan dan memikul tanggung jawab atas

perbuatan dan keputusan yang telah dibuatnya; (3) lebih dari satu strategi dapat

digunakan terhadap setiap klien; (4) evaluasi diri yang terus-menerus yang

dilakukan oleh penolong serta evaluasi mengenai “di manakah hubungan tolong-

menolong itu” diperlukan untuk mengefektifkan proses tolong-menolong; (5)

Penolong harus menyadari nilai, perasaan dan pemikirannya sendiri agar dapat

menolong klien sesuai dengan kebutuhan klien, bukan dengan kebutuhan si

penolong. Dengan menyadari bias personal seseorang, akan membuat penolong

berusaha untuk mencarikan alternatif bagi kliennya bukan berusaha untuk

memaksakan alternatif tersebut kepada si klien.

Seluruh penolong perlu mengetahui dan mengenal materi-materi yang

terdapat di dalam buku ini agar dapat memahami bagian dari praktek konseling

dalam koridor pelayanan manusia / human service.

Siapakah Penolong Itu?

Penolong merupakan orang yang dapat membantu orang lain untuk memahami,

menanggulangi dan menghadapi berbagai persoalan internal maupun persoalan

eksternal. Sering kali kita berpendapat bahwa penolong dalam bidang hubungan

antara manusia merupakan para spesialis yang terlatih: psikiatris, psikolog,

pekerja sosial ataupun penasehat. Namun terdapat juga penolong yang semi

profesional dan amatir yang bekerja baik secara formal maupun informal, asisten

dari penolong profesional maupun tidak bekerja bersama seorang penolong

profesional (mandiri).

Page 9: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 9

Penolong Profesional

Para spesialis yang terlatih merupakan penolong yang profesional (gambaran dari

tingkat profesionalitas dalam hubungan tolong menolong yang terdapat pada

gambar 1.1) yang menjalani pelatihan ekstensif dan berjenjang dalam bidang

perilaku manusia, mempelajari penerapan dari strategi tolong-menolong, serta

telah menjalani pelatihan klinis / praktek yang didampingi oleh pembimbing

dalam menolong individu, keluarga maupun kelompok.

Meskipun mungkin terdapat berbagai penumpukan dalam pelayanan yang

diberikan oleh spesialis yang terlatih, mereka memiliki perbedaan dalam latar

belakang dan tingkat kepercayaan. Psikiatris merupakan dokter yang telah

menyelesaikan praktek/magang pada rumah sakit jiwa maupun unit psikiatri dari

sebuah rumah sakit umum. Kontribusi dari masing-masing psikiatris terhadap

profesi menolong di antaranya berupa pengetahuan mengenai psikofarmalogi,

serta kemampuan untuk menggunakan obat-obatan, pengetahuan mengenai

berbagai penyakit medis dan cara untuk menyembuhkannya, serta berpengalaman

dalam menangani pasien-pasien dengan berbagai penyakit. Sebaliknya, seorang

psikolog memperoleh pelatihan (biasanya pada tingkat doktoral) tentang ilmu-

ilmu behavioral dan khususnya benar-benar paham akan teori-teori psikologi

(belajar, perkembangan, dan kepribadian) yang tentunya berbeda dengan model

medikal. Kontribusi dari psikolog dalam bidang ini adalah melalui pengetahuan

mereka dalam bidang psikodiagnosis dan dalam metodologi penelitian. Pada

kategori profesional yang ketiga, pembimbing biasanya telah mengikuti

pendidikan gelar mengenai cara menciptakan pelayanan yang bersifat preventif

dan developmental yang bertolak belakang dengan pemulihan gangguan-

gangguan yang berat, pendidikan ini minimal berlangsung selama dua tahun. Para

profesional yang termasuk ke dalam kategori ini pada umumnya mengikuti

pendidikan gelar yang sama seperti yang diambil oleh para psikolog, namun

berkonsentrasi pada praktek bukan pada metodologi. Para pekerja sosial juga

mengikuti pendidikan gelar selama dua tahun namun ilmu yang mereka pelajari

lebih berhubungan dengan model remediasional / perbaikan medikal, berdasarkan

pengetahuan serta koordinasi dari pelayanan yang disediakan oleh masyarakat

Page 10: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 10

maupun pemerintah, para profesional ini menawarkan pelayanan yang khas

(memiliki ciri khas).

Para tenaga profesional ini menawarkan bantuan kepada klien sebagai

individu, keluarga maupun kelompok, dan sering kali sangatlah sulit untuk

membedakan antara jenis terapi yang didasari oleh identitas profesional (jenis

terapi yang dilakukan oleh profesional). Melanjutkan pendidikan secara

profesional memberikan kesempatan terciptanya sebuah forum bagi interaksi

interdisipliner serta pengantar terhadap pengetahuan yang diperlukan oleh seluruh

profesi yang berhubungan dengan bidang tolong-menolong. Karenanya persamaan

dan perbedaan di antara penolong profesional lebih terletak pada gaya dan praktek

individual dibanding pada identitas profesionalnya (keprofesionalitasannya).

Gambar 1.2 Kategori penolong yang beririsan (tumpang tindih / overlapping)

Penolong Semi Profesional

Profesi pelayanan manusia / human service yang termasuk ke dalam irisan dari

(termasuk ke dalam kategori penolong profesional dan juga semi profesional)

kategori penolong profesional dan semi profesional (lihat gambar 1.2) di

antaranya, teknisi atau ajudan psikiatris, petugas yang menangani anak-anak

jalanan, staf penitipan anak (day care), pengawas orang-orang yang berada dalam

masa percobaan, serta para pekerja gereja. Pada umumnya, mereka memperoleh

pelatihan hubungan antar manusia melalui pendidikan non gelar dan biasanya

bekerja di dalam tim dengan para profesional atau didampingi oleh seorang ahli /

profesional yang akan memberikan saran / masukan dan juga mengawasi kerja

Page 11: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 11

mereka. Banyak dari pelatihan-pelatihan tersebut dilakukan di dalam pekerjaan

(on the job) baik secara formal maupun informal.

Penolong Tidak Profesional / Amatir

Tentunya kita harus memasukan para penolong yang non profesional ke

dalam pembahasan kita. Meskipun mereka tidak memperoleh pelatihan formal

sebagai penolong, namun mereka bisa saja sering menghadiri seminar-seminar

ataupun berbagai pertemuan yang membahas berbagai persoalan dalam pelayanan

hubungan antar manusia. Kelompok ini terdiri dari individu-individu yang

menyediakan bantuan / pertolongan baik secara formal (pewawancara, supervisor,

guru) maupun secara informal (teman,saudara, rekan sejawat).

Persamaan umum dari ketiga kelompok penolong adalah bahwa mereka

harus menggunakan keahlian komunikasinya secara efektif (lihat bab 3) untuk

memprakarsai dan meningkatkan hubungan tolong menolong (lihat bab 4) dengan

orang-orang yang mereka bantu. Dalam rangka menyediakan dukungan bagi

berbagai jenis persoalan, penolong akan menerapkan berbagai strategi (lihat bab 6

dan 7). Penerapan dari strategi-strategi tersebut memerlukan pelatihan formal dan

pengalaman; buku ini mengilustrasikan penggunaan strategi tersebut oleh

penolong profesional dan oleh beberapa penolong semi profesional.

Bilamanakah Penolong Dikatakan Berhasil?

Penolong yang berhasil adalah penolong yang familier dengan berbagai

pendekatan dan strategi. Dengan memiliki berbagai alternatif memungkinkan

penolong untuk memilih strategi yang sesuai dengan kebutuhan maupun dengan

sistem tertentu dari si klien. Pada saat strategi yang telah dipilih diterapkan,

strategi tersebut disaring oleh kepribadian dari masing-masing penolong. Dengan

kata lain, persepsi, sikap, pikiran dan perasaan dari masing-masing orang akan

mempengaruhi penginterpretasian dan pengaplikasian sebuah teori.

Hal yang mendasari keefektifan dari berbagai strategi yang diterapkan

adalah tingkat kepercayaan di antara penolong dan klien yang berkembang dalam

tahap pertama dari proses tolong-menolong. Kepercayaan berkembang melalui

kemampuan komunikasi dan sangat menunjang keefektifan dari keseluruhan

Page 12: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 12

proses tolong-menolong. Bahkan sering dikatakan bahwa sikap atau kepribadian

dari penolong jauh lebih penting dari pada keahlian strategi yang dimiliki oleh si

penolong.

Agar penolong dapat merasa nyaman dalam menerapkan berbagai strategi

tolong-menolong, maka penolong harus mampu untuk menangani berbagai

domain dari klien, yakni domain afektif (berhubungan dengan perasaan atau

emosi), domain kognitif (berhubungan dengan pemikiran atau proses intelektual),

serta domain perilaku / behavioral (berhubungan dengan aksi atau perbuatan).

Sebagai tambahan, penolong harus mengajarkan klien untuk dapat berfungsi

secara lebih efektif di ketiga domain. Karenanya, penolong harus terus

mengembangkan pemahaman akan dirinya sendiri; penolong perlu mengenali

nilai-nilai sosial, ekonomi dan kebudayaan yang mereka miliki agar dapat

mengenali dan memisahkan kebutuhan dan persoalan mereka dari kebutuhan dan

persoalan yang dihadapi oleh klien.

Strategi yang dipilih dalam menolong klien tertentu secara formal

sangatlah bergantung pada penilaian penolong mengenai kekurangan dalam

domain tertentu (kognitif, afektif dan psikomotor), dan juga tergantung pada

perspektif teoretis penolong. Berikut ini merupakan contoh dari poin-poin yang

dimaksud:

Pada suatu hari, salah seorang rekan saya mereferensikan kliennya

untuk menemui saya guna terapi “systematic desensitization” yakni sebuah

teknik presisi perilaku yang dikembangkan oleh Joseph Wolfe dan

bertujuan untuk mengurangi kecemasan seseorang dengan cara

menggabungkan respon yang tidak diinginkan dengan relaksasi, dan

respon antagonis dengan kecemasan, hal ini dilakukan untuk

menghilangkan respon-respon yang tidak diinginkan. Klien adalah seorang

pria berusia 30 tahun yang gusar / jengkel terhadap suara-suara yang ia

anggap mengganggu: Suara istrinya ketika mengunyah, suara pensil yang

diketuk-ketukkan ke meja oleh rekan kerjanya, serta suara tangis bayinya

dapat membuatnya menjadi sangat marah. Setelah beberapa sesi, kami

menemukan bahwa domain yang berfungsi dalam diri si klien hanyalah

domain kognitif dan psikomotornya saja, dan si klien benar-benar tidak

Page 13: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 13

dapat memahami perasaannya maupun perasaan orang lain. Hal ini

menyebabkan ia tidak dapat menciptakan dan merasakan sebuah hubungan

antar manusia yang efektif, dan juga mengakibatkan pernikahannya berada

di ambang kehancuran. Selama berlangsungnya beberapa sesi, kami tetap

tidak berhasil menerapkan “systematic desensitization” ini untuk dapat

memenuhi harapan si klien. Pada saat yang bersamaan, saya berusaha

untuk menciptakan sebuah hubungan yang dilandasi oleh rasa saling

percaya. Pada saat klien mulai mempercayai saya, dan merasa lebih

nyaman berada di dekat saya, saya mengusulkan untuk menggunakan

strategi yang berorientasi pada klien dan juga strategi Gestalt guna

membuka domain afektifnya dan membantunya untuk menyadari dan

mengeksplorasi perasaannya. Istri dari klien juga ikut dilibatkan pada sesi

terakhir, dan ia membuktikan/membenarkan laporan dari suaminya bahwa

ketika sang suami mulai belajar untuk merasakan dan mengeksplorasi

emosinya, hubungan di antara keduanya dan juga antara diri suaminya

dengan orang lain menjadi semakin baik, selain itu toleransi sang suami

terhadap berbagai bunyi juga semakin meningkat.

Seorang wanita muda bekerja menjadi seorang pengasuh anak pada

sebuah keluarga dengan tiga orang anak pada saat orang tua anak-anak

tersebut melakukan perjalanan. Nenek dari anak-anak terebut yang baru

saja menjanda pindah dan tinggal bersama dengan keluarga tersebut. Si

pengasuh anak telah diberitahukan oleh orang tua anak-anak tersebut

bahwa si nenek sedang menderita penyakit depresi (manic-depressive

illness) yang sangat parah. Selama dua hari pertama, si pengasuh

mengamati bahwa si nenek mengatur keluarga dengan cara menolak untuk

makan, dengan membicarakan mengenai dirinya yang malang, dan dengan

terus menerus bersikap muram. Si nenek sangatlah semrawut, dan seluruh

anggota keluarga selalu merasa bersalah dan tidak pernah dapat

membuatnya gembira, dengan cara apa pun! Berdasarkan prinsip mengenai

perilaku dan juga teknik terapi realita yang ia ketahui dan juga karena

keinginannya untuk mengubah suasana di rumah ini, maka si pengasuh

Page 14: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 14

menunjukkan kepada ketiga anak asuhnya mengenai cara mereka dalam

menghadapi situasi tersebut, selain itu ia juga memberikan contoh kepada

anak-anak mengenai perilaku yang membantu dengan harapan agar mereka

juga ikut menerapkannya: mengabaikan keluhan dan penolakan dari sang

nenek untuk makan, namun duduk di samping sang nenek dan berbicara

kepadanya serta “menyerangnya” (dengan memberikan perhatian yang

lebih) pada saat ia menunjukkan minat terhadap hal lain selain dirinya.

Pada saat yang sama, si pengasuh memberitahukan kepada sang nenek

bahwa ia sangat mengerti keadaan sang nenek, dan memberitahukan

bagaimana ia telah menarik diri dari anggota keluarga lainnya. Si pengasuh

juga memberitahukan kepada si nenek bahwa ia tidak akan menerima

depresi maupun penolakannya untuk makan. Hal ini dilakukan dengan cara

yang penuh kasih namun tegas. Di akhir minggu, si nenek mendiskusikan

mengenai debat presidensial dengan siapa pun yang mau

mendengarkannya, berjalan-jalan dengan tetangga, mulai membaca buku-

buku dan koran, serta tidak lagi menolak untuk makan. Si nenek

sesungguhnya benar-benar membutuhkan perhatian, agar ia merasa

berharga. Kini ia telah belajar untuk memperolehnya melalui perilaku yang

positif.

Seorang salesmen yang bekerja pada sebuah pabrik datang dan

menceritakan keluhannya kepada penasehat karyawan bahwa ia bekerja di

bawah banyak tekanan dan ia juga merasa bahwa dirinya tidak akan

sanggup menjalankan pekerjaan ini. Secara panjang lebar ia membicarakan

gejala-gejala dari rasa cemasnya: ia tidak dapat tidur, dan tidak memiliki

selera makan. Selama ini ia selalu berhasil, namun kini ia beranggapan

bahwa ia tidak akan dapat memenuhi tugas dari manajernya. Si penasehat

merasa bahwa si klien terlalu terfokus pada perasaannya secara berlebihan

sehingga menyebabkannya mengalami gangguan syaraf / histeria.

Karenanya si penasehat mencoba beberapa restrukturisasi kognitif

berdasarkan pada terapi rasional- emosi. Setelah beberapa pertemuan dan

setelah si klien diberikan beberapa bahan bacaan, maka ia pun mampu

Page 15: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 15

mengoreksi beberapa dari pikirannya yang salah. Ia tidak lagi berkata pada

dirinya bahwa ia harus memperoleh kuota pemasaran tertinggi pada

departemennya untuk menjadi seorang yang berarti / berharga, dan dia

dapat bertanggung jawab / menyadari akan tekanan-tekanan yang ia

berikan pada dirinya serta berhenti menyalahkan manajernya. Pada saat ia

mampu mengubah pemikirannya, maka gejala-gejala yang dulu dialaminya

pun menghilang. Bahkan penjualannya semakin meningkat seiring dengan

semakin nyatanya harapan/ekspektasi dirinya .

Dari contoh-contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa (1) masing-

masing orang memerlukan pertolongan dalam berbagai fungsi yang berbeda

(afektif, kognitif dan psikomotor); (2) hasil akhir akan memuaskan / dikatakan

sukses jika penolong menyesuaikan strategi yang dipakainya dengan kebutuhan

tiap klien (tidak menggunakan strategi yang sama untuk setiap kasus); dan (3)

terkadang strategi yang efektif cenderung sangat sederhana dan dapat

dipergunakan oleh seseorang yang bukan profesional.

Konseling

Istilah “konseling” yang digunakan dalam buku ini meliputi bentuk tolong

menolong yang bersifat profesional, semi profesional dan amatir. Istilah

pembimbing / konselor dan penolong digunakan secara bergantian, begitu pun

istilah orang yang memerlukan pertolongan dan klien.

Keahlian dan pengetahuan dalam bidang konseling yang terdapat di dalam

buku ini dapat digunakan baik oleh penolong yang profesional, semi profesional

maupun amatir. Hal ini dikarenakan dasar dari keahlian berkomunikasi yang

diperlukan dalam proses tolong-menolong yang formal maupun informal dan juga

yang diperlukan dalam hubungan tolong-menolong yang profesional, semi

profesional maupun amatir tetaplah sama, banyak hal yang merupakan bagian dari

pelatihan profesional terbukti efektif untuk para penolong yang semi profesional

dan amatir.

Banyak orang menganggap konseling sebagai sebuah seni dan juga ilmu.

Konseling dipandang sebagai sebuah seni dalam artian bahwa kepribadian, nilai-

Page 16: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 16

nilai dan tindakan (yang disertai oleh keahlian dan pengetahuan) dari

penasehat/pembimbing merupakan variabel yang subjektif dalam sebuah proses

bimbingan yang juga sulit untuk diukur ataupun didefinisikan. Konseling

dipandang sebagai sebuah ilmu dikarenakan perilaku manusia dan beberapa

strategi tolong-menolong telah dikembangkan ke dalam sebuah sistem bimbingan

yang terstruktur, dapat diukur dan objektif. Konseling dapat digambarkan sebagai

sebuah proses yang terdiri dari dua bagian atau tahapan yang tumpang tindih:

tahapan pertama lebih merupakan sebuah seni, dan tahap yang kedua lebih

merupakan sebuah ilmu. Selain itu gaya seorang pembimbing dalam

membawakan tugasnya juga dapat dikategorikan sebagai sebuah seni yang

dipraktekkan dalam seluruh hubungan tolong-menolong.

Dua Tahapan dalam Konseling

Empati, didefinisikan sebagai memahami orang lain berdasarkan kerangka atau

referensi yang berasal dari orang tersebut, dasar dari suksesnya sebuah hubungan

tolong-menolong, serta sebagai sesuatu yang perlu dipupuk pada tahap awal

penciptaan hubungan dalam proses ini. Penolong dan klien membangun

kepercayaan satu sama lain pada tahap pertama dari proses konseling ini, dan

penolong menawarkan dukungan kepada klien untuk melakukan proses

penyingkapan diri (self disclosure) guna sebanyak mungkin membongkar dan

mengeksplor informasi dan perasaan. Eksplorasi ini memungkinkan penolong dan

klien untuk bersama-sama menentukan sasaran dan tujuan dari tolong-menolong,

yakni menentukan arah dari hubungan tolong-menolong.

Keahlian yang digunakan dalam membangun sebuah hubungan satu lawan

satu (satu penolong, satu klien) merupakan keahlian fundamental yang dapat

digunakan pada saat berinteraksi dengan orang lain di rumah, sekolah, kantor,

maupun di dalam masyarakat. Keahlian-keahlian yang diperlukan dalam membina

hubungan ini berdasarkan pada hasil penelitian dari Carkhuff (1967, 1969, 1971,

1973, 1980), Gordon (1970), Egan (1986), Kagan (1975), Ivey dan Authier

(1978), dan peneliti lainnya yang telah mengembangkan sistem pelatihan bagi

penolong yang sistematis yang berasal dari teori Rogerian yang berorientasi /

berpusat pada klien (lihat bab 5). Sistem ini meliputi menyimak, menghadiri,

Page 17: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 17

merasakan, dan merespon yang juga merupakan komponen dari komunikasi (lihat

bab 2).

Tahap kedua dari proses tolong-menolong terdiri dari perencanaan strategi,

implementasi dan evaluasi, yang menuju pada terminasi / penghentian proses dan

tindak lanjut (follow up).Tahapan dari proses tolong-menolong ini pada kasus

tertentu bisa juga dilakukan oleh penolong yang semi profesional, namun pada

dasarnya merupakan wewenang/bidang dari penolong profesional. Meskipun para

penolong amatir biasanya tidak terlibat di dalam tahapan ini, namun mereka tetap

memerlukan pengetahuan elementer mengenai teori dan aplikasi dari strategi

tolong-menolong dalam sebuah hubungan tolong-menolong yang bersifat

profesional maupun semi profesional agar dapat memahami dan secara tepat

menggunakan sumber-sumber pelayanan manusia / human services. Keberhasilan

dari tahap kedua ini sangat bergantung pada keefektifan dari keahlian komunikasi

dalam menciptakan sebuah hubungan tolong-menolong yang positif yang

dilakukan pada tahap pertama.

Para penolong harus selalu mengingat bahwa terdapat perbedaan budaya

dalam cara kelompok menunjukkan rasa empati mereka; dengan kata lain, apa

yang dianggap sebagai empati oleh seorang klien (sebagai contoh,

menyentuh/sentuhan) belum tentu berarti sama bagi orang lain. Selain itu,

pemilihan strategi juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya. Sensitivitas

akan nuansa dan implikasi dari variabel budaya dapat membantu seorang

penolong untuk bekerja secara efektif dengan klien-klien dengan berbagai latar

belakang.

Model Konseling Hubungan Antar Manusia

Buku ini ditulis berdasarkan model bimbingan hubungan antar manusia. Model ini

sebagian besar diambil dari berbagai pandangan teoretis formal yang dibahas pada

bab 5. Model ini merupakan sebuah model yang berpusat pada klien (client-

centered), serta menekankan pentingnya hubungan tolong menolong yang

berfungsi untuk memecahkan persoalan, di mana perubahan perilaku dan aksi

dapat berasal dari salah satu atau kedua hal berikut ini: (1) eksplorasi dan

pemahaman klien tentang perasaan, pikiran dan tindakannya, atau (2) pemahaman

Page 18: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 18

klien terhadap variabel serta keputusan klien untuk memodifikasi variabel yang

berhubungan dengan lingkungan dan sistem. Strategi-strategi kognitif, afektif,

ataupun psikomotor digunakan secara terpisah ataupun secara bersamaan pada

saat penolong dan klien bersama-sama menentukan sasaran dan waktu yang tepat.

Selain itu, terdapat juga strategi-strategi yang mengombinasikan beberapa aspek

yang berasal dari teori dasar tolong-menolong.

Berbagai asumsi teoretis mengenai model konseling hubungan antar

manusia merefleksikan pengaruh-pengaruh baik yang eksistensial maupun

behavioral. Berikut ini merupakan serangkaian asumsi yang dimaksud:

1. Manusia bertanggung jawab atas dan mampu untuk mengambil keputusan

secara mandiri.

2. Pada tingkat tertentu, manusia dikendalikan oleh lingkungannya, namun

mereka mampu untuk mengarahkan kehidupannya jauh dari apa yang

mereka sadari. Manusia selalu memiliki kebebasan untuk memilih, bahkan

jika pilihan yang tersedia dibatasi oleh variabel lingkungan, sifat biologis

maupun kecenderungan kepribadian.

3. Perilaku merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh maksud dan tujuan.

Manusia secara terus-menerus berusaha untuk memenuhi kebutuhannya,

dari mulai kebutuhan psikologis dasar hingga aktualisasi diri yang sifatnya

abstrak (kebutuhan psikologis, sosiologis dan estetis).

4. Manusia ingin merasa puas dengan dirinya dan selalu memerlukan sebuah

konfirmasi yang positif mengenai arti dari keberadaannya dari orang-orang

tertentu. Mereka ingin merasa dan berperilaku sepantasnya untuk

mengurangi ketidaksesuaian antara realita internal dan eksternal.

5. Manusia mampu mempelajari perilaku baru dan juga perilaku yang

dimiliki secara alamiah, dan perilaku manusia menimbulkan konsekuensi

terhadap lingkungan maupun dirinya sendiri, yang pada akhirnya berfungsi

sebagai sebuah penguatan. Manusia berusaha untuk memperkuat hal-hal

yang berarti dan sejalan dengan nilai dan sistem kepercayaan mereka.

6. Persoalan pribadi seseorang bisa saja diakibatkan oleh persoalan yang

belum diselesaikan (konflik yang tidak dapat dipecahkan) yang berasal

dari masa lalu (menyangkut peristiwa dan hubungan), dan meskipun

Page 19: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 19

penelusuran terhadap penyebab dapat membantu di beberapa kasus, namun

sebagian besar persoalan diselesaikan dengan memfokuskan diri pada

kejadian masa kini- yakni pada pilihan yang dimiliki oleh seseorang pada

saat ini. Persoalan juga dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian antara

persepsi internal dan eksternal yang sedang berlangsung (pada saat ini) –

yakni jarak antara pengalaman nyata seseorang dengan gambaran orang

tersebut mengenai pengalamannya.

7. Persoalan-persoalan yang dialami oleh kebanyakan orang pada masa kini

pada umumnya lebih merupakan masalah sosial atau sistem dibanding

persoalan yang bersifat intra maupun interpersonal. Manusia mampu untuk

belajar dalam menentukan pilihan serta dalam mengadakan perubahan

baik dari dalam maupun dari luar sistem.

Latihan

Latihan 1.1 Lihatlah kembali daftar dari ketujuh asumsi di atas, kemudian

pelajarilah setiap dugaan berdasarkan skala sikap (setuju dan tidak setuju).

Apakah menurut anda, anda sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju ataukah

sangat setuju dengan masing-masing asumsi? Perubahan apakah yang akan anda

lakukan terhadap masing-masing asumsi dan mengapa? Apa yang akan anda

tambahkan? Dugaan mana yang paling sulit untuk anda terima dan bagaimana

dugaan tersebut akan mempengaruhi anda ketika bekerja dengan klien anda?

Pada saat seluruh anggota dalam kelompok anda memberitakan sikapnya

terhadap asumsi-asumsi di atas, kenalilah anggota kelompok mana yang

sependapat dan tidak sependapat dengan anda. Anda mungkin menginginkan

sebuah kelompok kecil untuk mendiskusikan setiap dugaan, yang dikelompokkan

berdasarkan masing-masing sikap, yakni kelompok yang sangat tidak setuju, tidak

setuju, setuju dan sangat setuju; setelah itu kumpulkanlah/gabungkanlah kembali

kelompok-kelompok kecil tadi untuk mendiskusikan persamaan dan perbedaan

yang anda temukan.

Model konseling hubungan antar manusia juga menekankan identifikasi

mutual oleh kedua belah pihak – penolong dan klien - mengenai sasaran, tujuan

Page 20: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 20

dan strategi intervensi, di mana keberhasilannya dapat dilihat melalui perubahan

perilaku pada diri klien yang terlihat (dapat diamati). Model ini menampilkan

sebuah pendekatan eklektik, yakni menggunakan berbagai teknik dan strategi

konseling dalam mendorong terjadinya sebuah perubahan, namun sarana utama

untuk terjadinya perubahan adalah perkembangan dan pemeliharaan hubungan

yang hangat, terlibat secara personal dan berempati.

Penolong dituntut untuk mempelajari sistem (konteks) yang berhubungan

dengan kehidupan dan fungsi dari kliennya. Selain itu, penolong juga harus

mempelajari saat dan cara yang tepat dalam menggunakan berbagai teknik dan

strategi, serta belajar untuk menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap

seorang klien guna mengungkap berbagai persoalan yang dialami oleh si klien

baik dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotor. Tujuan dari menolong

adalah untuk mengintegrasikan ketiga bidang tersebut, untuk membantu klien agar

menyadari tanggung jawab dan pilihannya baik secara emosional maupun

kognitif, serta untuk melihat bahwa kesadaran diterjemahkan ke dalam tindakan.

Jika klien mampu untuk bertanggung jawab terhadap perasaan, pikiran dan

tindakannya, serta mampu untuk mengurangi kontradiksi di antara ketiganya,

maka klien akan merasa puas dengan dirinya dan dunia, serta mampu untuk

menentukan pilihan yang merefleksikan adanya integrasi antara variabel internal

dan eksternal. Klien pun akan mampu untuk bertindak secara proaktif dalam

sistem hubungannya.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa hubungan tolong-

menolong merupakan landasan yang esensial dari sebuah proses tolong-menolong.

Dan dasar dari hubungan ini adalah proses dari komunikasi verbal dan non verbal,

bukan isi/konten. Selama terdapat sebuah hubungan tolong-menolong yang efektif

yang mampu mengomunikasikan kepada klien mengenai kapasitas penolong

dalam memahami, dalam memperlakukan seseorang secara manusiawi

(humanness), serta kapasitasnya untuk menolak manipulasi, maka akan tercipta

sebuah kondisi yang aman dan terlindung yang memungkinkan adanya

fleksibilitas dalam pemilihan dan penerapan strategi.

Strategi merupakan hal yang tidak terlalu penting dalam sebuah hubungan

tolong-menolong. Bahkan, penelitian mengindikasikan bahwa dalam proses

Page 21: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 21

tolong-menolong, variabel klien dan variabel penasehat / konselor lebih signifikan

dibandingkan variabel teknik. (Variabel penolong dan variabel klien akan dibahas

pada bab 2.) Jika strategi tertentu tidak bekerja/tidak dapat digunakan, namun

terdapat hubungan tolong-menolong yang erat, maka proses tolong menolong

tidak akan terganggu. Sebagai contoh, Jika anda telah berhasil menciptakan

sebuah hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan dengan klien anda kemudian

anda memintanya untuk “berperan” sebagai ibunya (Lihat teknik Gestalt yang

terdapat pada bab 5) – dengan berperan sebagi dirinya dan juga sebagi ibunya,

maka klien akan lebih menyadari perasaan negatif dan positif yang ia miliki

terhadap ibunya- dan jika ia tidak dapat melakukannya, maka ia tidak akan

menganggap anda gila atau tidak mampu untuk menerapkan strategi ini. Jika si

klien mempercayai dan menghormati anda, ia akan melanjutkan eksplorasi ini

dengan anda, mencari strategi yang akan dapat membantu. Hubungan tolong-

menolong ini bersifat resiprok, yakni penolong dianggap sama / setara dengan

klien, bukan dianggap sebagai seorang ahli maupun pesulap. “Kesetaraan” dalam

hal ini berarti bahwa penolong meminimalkan jarak sosial, dan kedua pihak sama-

sama bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi: penolong dan klien bekerja

sama dalam menetapkan sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Pada waktu yang

bersamaan, penolong harus mampu mengomunikasikan kepada si klien mengenai

pemahaman terhadap perilaku manusia, serta harus memiliki kemampuan untuk

membantu klien dalam mengubah perilakunya. Hubungan tolong-menolong

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan eksplorasi diri si klien, namun

bukan dengan cara menenangkan hati dan dengan pemberian dukungan yang

palsu. Tujuan dari hubungan ini lebih bersifat jujur dan menyediakan ruang untuk

mengekspresikan ketidaknyamanan dan luka yang mungkin terlibat dalam proses

tolong-menolong. Kejujuran ini memungkinkan penolong untuk menolerir

ketidaknyamanan yang ia dan kliennya rasakan tanpa perlu menutup-nutupinya

dengan penenteraman hati yang semu dan menjaga jarak.

Berikut ini merupakan implikasi utama dari model bimbingan hubungan

antar manusia bagi penolong. Model dalam buku ini juga mencakup implikasi-

implikasi tersebut.

Page 22: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 22

1. Mendefinisikan keahlian dalam berkomunikasi sebagai inti dari hubungan

antar manusia yang efektif.

2. Memungkinkan keahlian komunikasi untuk diajarkan kepada seluruh

penolong pada segala jenis hubungan tolong-menolong.

3. Menyediakan ruang bagi perbedaan dan fleksibilitas sehingga penolong

dapat mempelajari berbagai strategi intervensi yang dikatakan efektif jika

mampu mengembangkan dan memelihara hubungan tolong-menolong

yang berhasil.

4. Memodifikasi dan mengintegrasikan berbagai strategi dan pendekatan

yang ada.

5. Menyediakan keragaman (versatility) dan fleksibilitas yang diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan dari populasi yang heterogen.

6. Memungkinkan untuk menangani perasaan, pikiran dan perilaku dalam

jangka pendek, yang pada pelaksanaannya disesuaikan dengan kehidupan

si klien.

7. Lebih berpusat pada / memperhatikan aspek-aspek positif dari kehidupan

klien dari pada aspek-aspek negatifnya (yakni memperhatikan aspek yang

dapat diubah oleh seseorang, bukan aspek yang tidak dapat dikendalikan

oleh orang tersebut).

8. Membantu klien untuk secara aktif bertanggung jawab atas kehidupannya

dan atas keputusan yang dibuatnya.

Konseling terdiri dari tiga dimensi yang saling terintegrasi: tingkatan (stage),

keahlian dan persoalan.

Gambar 1.3 menunjukkan bahwa dimensi yang pertama meliputi proses

tolong-menolong yang terdiri dari dua tahapan seperti yang terdapat pada halaman

9 dan 10. Kedua tahapan tersebut meliputi:

1. Hubungan (perkembangan hubungan, kepercayaan, kejujuran dan empati)

a. Permulaan / masuk (entry)

b. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

c. Struktur atau perjanjian dalam hubungan tolong-menolong

d. Eksplorasi permasalahan secara intensif

Page 23: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 23

e. Penetapan tujuan yang mungkin dapat dicapai dari hubungan tolong-

menolong

2. Strategi (kerja)

a. Kedua belah pihak –penolong dan klien- menerima tujuan dari tolong-

menolong yang telah didefinisikan.

b. Perencanaan strategi

c. Penerapan strategi

d. Evaluasi Strategi

e. Terminasi / Penghentian

f. Tindak lanjut / Follow-up

Gambar 1.3. Berbagai Dimensi dalam Model Konseling Hubungan Antara

Manusia

Hubungan (Relationship)

Tesis dari buku ini adalah bahwa hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan

antara penolong dan orang yang memerlukan pertolongan (klien) merupakan dasar

dari seluruh strategi atau pendekatan yang digunakan dalam proses tolong-

Page 24: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 24

menolong, dan juga merupakan sebuah persyaratan mutlak bagi keberhasilan

seluruh proses tolong-menolong. Pada dasarnya, hubungan ini tergantung pada

pandangan teoretis seseorang mengenai manusia, perilaku, dunia dan tolong-

menolong. Upaya untuk mengembangkan sebuah hubungan merupakan sebuah

usaha yang memerlukan waktu lama; namun, penolong yang memiliki keahlian

dapat memandu perkembangan ini sehingga ia dapat membantu klien

mengembangkan hubungan ini dalam waktu yang cukup singkat.

Perkembangan dimulai dengan kontak awal antara penolong dan orang

yang memerlukan pertolongan (klien). Penolong haruslah menciptakan iklim yang

dapat membantu klien dalam mengeksplorasi persoalan yang dihadapinya dan

juga membantu klien dalam mengidentifikasi kerisauannya baik yang tampak

ataupun tidak. Kemudian klien akan mulai dapat memahami kerisauannya tersebut

serta implikasi dari kerisauannya terhadap kehidupan, dan klien akan mulai

menjelaskan kebutuhan dan harapannya dari hubungan tolong-menolong agar

dapat memfasilitasi eksplorasi diri, pemahaman diri, serta pemilihan aksi.

Suksesnya hubungan tolong-menolong sangatlah penting dalam penentuan

sasaran dan tujuan yang tepat.

Strategi (Kerja / working)

Ketika sasaran dan tujuan telah ditetapkan, maka penolong meninjau kembali

seluruh strategi efektif yang ada (atau serangkaian aksi yang dapat menunjang

keefektifan tolong-menolong) kemudian secara rasional penolong berdiskusi

dengan klien mengenai pemilihan strategi tertentu. Semua konsekuensi dan

kemungkinan yang diakibatkan oleh penerapan strategi tersebut juga turut

dibahas.

Jika kedua pihak telah menyepakati serangkaian aksi yang akan

digunakan, maka penolong pun akan mulai menerapkan strategi tersebut, melihat

segala kemungkinan untuk memodifikasi ataupun menyesuaikannya dengan

kebutuhan klien. Karenanya evaluasi yang berkelanjutan sangatlah diperlukan

agar strategi yang dipilih bisa bekerja secara efektif.

Jika hasil akhir telah disepakati oleh kedua belah pihak -penolong dan

klien-, maka hubungan tolong-menolong dapat diakhiri, atau dapat juga

Page 25: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 25

dilanjutkan namun berkonsentrasi pada sasaran dan tujuan yang lain. Jika kedua

pihak memilih untuk mengakhiri hubungan, maka kemudian penolong baik secara

formal maupun informal memantau kemajuan dari kliennya. Biasanya,

pengakhiran sebuah hubungan tolong-menolong lebih merupakan sebuah proses

yang cukup panjang, bukan merupakan sebuah penghentian kegiatan yang

mendadak. Ward (1984) mengungkapkan tiga tahapan utama dari proses

penghentian / terminasi: (1) menilai kesiapan klien dalam mengakhiri hubungan

tolong-menolong; (2) menyempurnakan akhir dari hubungan tolong-menolong;

dan (3) memaksimalkan kepercayaan diri dan keyakinan klien untuk

mempertahankan perubahan yang telah dicapainya seusai berakhirnya hubungan

tolong-menolong. Sebuah penghentian / terminasi yang berhasil,

mengimplikasikan bahwa hubungan dan keterampilan dalam memecahkan

permasalahan yang telah dipelajari oleh klien selama berlangsungnya proses

tolong menolong akan diterapkan dalam hubungan dan persoalan di masa yang

akan datang. Karenanya, proses penghentian atau pelepasan sebuah hubungan

sama pentingnya dengan proses pengembangan atau pembentukan sebuah

hubungan yang baru.

Dimensi yang kedua (bagian teratas pada gambar 1.3) menampilkan

keahlian dalam berkomunikasi: menyimak berbagai pesan verbal, menangkap

berbagai pesan non verbal dan merespon pesan verbal dan non verbal. Keahlian

komunikasi ini diperlukan dalam mengefektifkan kedua tahap proses tolong-

menolong (hubungan dan strategi) yang merupakan bagian dari dimensi pertama.

Model mengasumsikan adanya konsistensi antara pesan verbal dan non verbal dari

si penolong. Hal ini juga tergantung pada kemampuan si penolong dalam

merespon kliennya, yakni dengan menjelaskan perasaan dan pemikiran utama

yang muncul kemudian melalui cara yang sama dengan cara yang digunakan

untuk meningkatkan pemahaman diri klien.

Dengan mengembangkan keahlian komunikasi ini, penolong juga turut

mengembangkan kesadaran dirinya. Hal ini terjadi pada saat penolong belajar

untuk menggunakan perasaan dan kata hatinya yang dapat memandunya agar

dapat menyimak pesan dari orang lain, dengan cara ini penolong mengasah

Page 26: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 26

keahlian menolongnya. Penolong selalu bertanya pada dirinya, “Apa yang

sebenarnya orang ini coba katakan padaku?”, “Apa yang sesungguhnya ia

rasakan?”- kemudian penolong mencoba untuk mengomunikasikan kepada klien

mengenai pemahamannya terhadap pesan dan perasaan si klien.

Menyimak Berbagai Pesan Verbal

Pesan verbal merupakan muatan yang paling pokok dan paling nyata dari

pernyataan kognitif dan afektif klien. Biasanya pemahaman terhadap muatan

implisit dan eksplisit merupakan modal tambahan dalam memahami perasaan

yang dikomunikasikan oleh klien.

Menangkap Berbagai Pesan Non Verbal

Pesan non verbal biasanya disampaikan melalui gerak tubuh, nada suara, ekspresi

wajah, serta isyarat lainnya yang menyertai pesan verbal. Penolong belajar untuk

mengenali ketidaksesuaian antara pesan verbal dan non verbal serta meningkatkan

kesadaran klien mengenai ketidaksesuaian dan ketidakkonsistenan tersebut.

Pemberian Respon

Pemberian respon memerlukan reaksi yang segera, tulus, nyata dam empati

terhadap pesan-pesan verbal dan non verbal. Baik signifikansi pesan yang utama

dan nyata maupun hubungan dan ketidakkonsistenannya akan menentukan

ketepatan dalam pemberian respon.

Dimensi ketiga dari model bimbingan (Bagian samping dari gambar 1.3)

adalah berbagai persoalan, di mana nilai dan topik kognitif memotong / melintasi

kedua dimensi lainnya. Persoalan ini tidak hanya mencakup hubungan seorang

individu dengan individu lainnya dan juga dengan lingkungannya, namun juga

mencakup berbagai subjek seperti seks, rasisme, ageism / penuaan dan

kemiskinan. Selain itu, dimensi ini juga mencakup persoalan-persoalan dari pihak

pakar (penolong), seperti etika, pelatihan dan praktek serta nilai-nilai yang

berhubungan dengan profesionalitas dan perilaku dari si penolong.

Page 27: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 27

Persoalan-persoalan yang merembet akan mempengaruhi kedua tahapan

proses tolong-menolong. Dengan mengekspos dan mengklarifikasi persoalan-

persoalan ini maka para penolong akan mampu menemukan jenis hubungan

tolong-menolong yang akan mendukung keberhasilan proses tolong-menolong.

Kemampuan untuk menyimak secara responsif merupakan sebuah teknik yang

efektif dalam mengungkap dan menyelidiki persoalan-persoalan tersebut.

Nilai-Nilai

Agar dapat mengklarifikasi nilai, penolong dan klien harus turut bertanggung

jawab terhadap perilaku, keyakinan dan nilai yang mereka anut. Sebagai contoh,

seorang pembimbing pria (berjenis kelamin laki-laki) di sebuah sekolah menengah

yang mengatakan kepada seorang siswi bahwa ia tidak dapat mengambil atau

seharusnya tidak mempertimbangkan untuk mempelajari mata pelajaran yang

berhubungan dengan pertukangan, mungkin telah membiarkan nilai-nilai yang

dianutnya sebagai seorang pria mempengaruhi pendapatnya dalam proses

konseling / pembimbingan. Jika penolong tidak menyadari prasangkanya, maka

hal tersebut akan menimbulkan efek yang berbahaya. Namun jika penolong sadar

akan prasangka mereka, maka akan mengurangi kecenderungan penolong untuk

memaksakannya prasangka mereka kepada klien. Penelitian telah membuktikan

bahwa pada dasarnya penolong memang mengomunikasikan nilai yang mereka

anut kepada kliennya, baik secara sadar maupun tidak. Dengan membeberkan dan

berusaha untuk menyadari nilai yang dianutnya, dapat mencegah penolong agar

tidak memaksakannya / menerapkannya pada orang lain.

Topik-Topik

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses tolong-menolong di antaranya

adalah, ketidakrelaan (penolakan) dari klien, rasa tidak suka penolong terhadap

klien, dan persoalan-persoalan etika seperti kerahasiaan dan tanggung jawab

penolong terhadap institusi tempat ia bernaung.

Dalam menggambarkan sebuah model bimbingan dalam bentuk diagram

diperlukan perumusan dan sebuah sistem yang teratur yang tampaknya kaku dan

berubah-ubah. Namun pandangan multidimensional ini sangat berguna dalam

Page 28: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 28

menampilkan sebuah tinjauan yang sederhana mengenai apa yang sebenarnya

terjadi dan apa saja yang diperlukan untuk mencapai sebuah proses tolong-

menolong yang efektif. Karenanya hal tersebut dapat menyediakan sebuah

kerangka kerja yang berguna dalam mempelajari berbagai keahlian yang

diperlukan dalam proses konseling dan perkembangan. Pada dasarnya, para

penolong akan memodifikasi dan merancang ulang model konseptual ini sesuai

dengan kerangka kerjanya masing-masing.

Keseluruhan buku ini membahas mengenai model konseling hubungan

antar manusia. Bab 2 dari buku ini mendefinisikan dan menggambarkan hubungan

tolong-menolong yang efektif dan yang tidak efektif. Bab 3 menampilkan materi

yang diperlukan dalam mengembangkan teknik dari komunikasi yang efektif. Bab

4 mengupas tuntas berbagai tahapan dalam hubungan, dan bab 5 menampilkan

sebuah tinjauan mengenai pendekatan teoretis yang berhubungan dengan strategi-

strategi yang dibahas pada bab 6. Bab 7 membahas mengenai penerapan strategi,

sedangkan bab 8 menampilkan krisis / persoalan dalam teori dan intervensi. Bab 9

memberikan sebuah tinjauan singkat mengenai persoalan-persoalan yang

mempengaruhi proses tolong-menolong dan sebuah catatan akhir tambahan yang

merupakan rangkuman dari keseluruhan model.

Bab-bab dalam buku ini juga dilengkapi dengan contoh kasus dan latihan-

latihan yang dirancang untuk memfasilitasi anda agar dapat menerapkan

pemahaman konseptual dan praktikal anda mengenai materi-materi yang terdapat

di dalam buku ini. Latihan-latihan yang terdapat dalam buku ini dirancang untuk

dipraktekkan dalam kelompok yang diawasi oleh pembimbing.

Rangkuman

Maksud dari penulisan buku ini adalah untuk menyediakan sebuah pengantar yang

fundamental mengenai keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk

menciptakan sebuah hubungan tolong-menolong yang efektif. Keahlian dan

pengetahuan ini dalam tingkat yang berbeda diperlukan oleh para “pekerja di

bidang pelayanan manusia (human service)” baik yang amatir, semi profesional,

maupun profesional agar dapat meningkatkan dan mempertahankan hubungan

interpersonal yang memuaskan dan membantu.

Page 29: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 29

Bab ini diawali dengan menggambarkan dampak dari perubahan teknologi

dan sosial yang kompleks terhadap individu dan keluarga. Kekacauan dan

persoalan yang berasal dari perubahan yang terjadi dapat memperburuk

kecemasan serta rasa keterasingan dan ketidakberdayaan: karenanya buku ini

membahas bahwa seseorang dapat menolong dirinya dan orang lain agar tidak

terlalu merasa terasing dan tak berdaya dengan cara meningkatkan hubungan

interpersonal. Jika seorang penolong telah berhasil menciptakan hubungan

interpersonal yang baik bagi dirinya, maka ia dapat menggunakan keahliannya

sebagai sebuah model dan mengajarkannya kepada orang lain melalui sarana yang

berupa hubungan tolong-menolong, agar mereka juga dapat meningkatkan

kualitas hubungannya. Konseling sebagai salah satu jenis interaksi dalam

menolong dan juga merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan manusia

(human service)”, dan digunakan untuk mendemonstrasikan hubungan tolong-

menolong.

Tujuan dari hubungan tolong-menolong adalah untuk membantu klien agar

dapat menerima dan menghargai dirinya (self-acceptance dan self-esteem) serta

agar klien mampu mengendalikan perilaku dan keputusannya. Hubungan tolong-

menolong didasari oleh pengomunikasian rasa empati dan aplikasi dari berbagai

strategi yang tepat. Oleh sebab itu, maka model konseling hubungan antar

manusia terdiri dari tiga dimensi yang sama pentingnya dan saling berhubungan

antara satu dengan yang lainnya: tingkatan/stage (hubungan dan strategi/kerja),

keahlian dan persoalan. Proses tolong-menolong sangat bergantung pada

perkembangan dari hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan antara penolong

dan orang yang memerlukan pertolongan (klien); komunikasi yang efektif dapat

membantu menciptakan dan meningkatkan hubungan tersebut, serta dapat

menyediakan sebuah cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang

kontroversial, sedangkan strategi berfungsi sebagai pendekatan yang digunakan

oleh penolong untuk mendorong eksplorasi diri, pemahaman dan perubahan

dalam diri orang yang memerlukan pertolongan (klien), yang pada akhirnya akan

turut meningkatkan penerimaan diri dan tanggung jawab dari si klien. Strategi

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran klien dan meningkatkan keberhasilan

dari fungsi afektif (perasaan), perilaku (aksi), dan kognitif (pemikiran). Terminasi

Page 30: ( Barbara F.Okun ) CHAPTER 1: INTRODUCTIONfile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021... · komunitas yang selalu berubah, serta suasana lingkungan sekolah

Introduction

Pengantar 30

/ penghentian dari hubungan ini adalah pada saat kedua pihak – penolong dan

klien- sama-sama merasa bahwa klien secara mendiri dapat mengatasi dan

menyelesaikan persoalannya serta mampu menerapkan apa yang telah ia pelajari

dari hubungan tolong-menolong dalam situasi dan hubungan di masa yang akan

datang.

DAFTAR PUSTAKA

Okun Barbara F.1987. Effective Helping Interviewing and Counseling

Techniques, California. Brooks/Cole Publishing

Company Monterey