Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyel esaikan tugas referat dalam
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam di RSUD Kota Bekasi,
mengenai “PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI” dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini , tidak sedikit hambatan yang
dihadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak,
sehingga kendala - kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dr. Syahrir Nurdin, Sp.JP sebagai dokter pembimbing dalam
pembuatan referat ini dan rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Bekasi yang ikut membantu dalam penyelesaian
referat ini .
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan
dapat membantu sejawat dalam memahami efusi pleura tuberculosis.
Bekasi, 28 Agustus 2013
Ko-asisten IPD
1
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………........……….......... 1
DAFTAR ISI……………………………………………………................. 2
DAFTAR GAMBAR&TABEL........………………………………............. 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
II.1 Anatomi dan Fisiologi Pleura............................................................5
II.2 Definisi.......................................................................................... 8
II.3 Epidemiologi.................................................................................. 9
II.4 Etiologi......................................................................................... 10
II.5 Patofisiolog.................................................................................... 10
II.6 Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik................................................. 15
II.7 Pemeriksaan Penunjang....................................................................18
II.8 Diagnosis........................................................................................19
II.9 Penatalaksanaan.............................................................................. 21
II.10 Prognosis......................................................................................24
BAB III KESIMPULAN..................................................................... ..25
BAB IV DAFTAR PUSTAKA...............................................................26
2
Page 3
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1. Anatomi Jantung 5
Gambar 2. Katup-Katup Jantung 6
Gambar 3. Klasifikasi Hipertensi JNC VII 9
Gambar 4, Patofisiologi Hipertrofi Ventrikel 12
Gambar 5. Kelainan Pada Retina Akibat Hipertensi 18
Gambar 6. Echocardiogram Left Ventrikel Hipertrofi and Atrial Dilatation 19
Gambar 7, Echocardiogram M-mode Lefy Ventricular Hipertrofi 19
Gambar 8. Tabel Terapi Non-Medikamentosa Hipertensi 21
Gambar 9. Tabel Algoritma Klasifikasi dan terapi Hipertensi 22
Gambar 10, Tabel Pilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Dengan Keadaan Khusus 22
3
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi
teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif dan man made
diseases yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas.1,2 Terjadinya
transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan
perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat,
misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi
alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang
dewasa menderita hipertensi.5 Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target
organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan.
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive
heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.4- 7 Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di
seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat.8 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi
27,5% pada tahun 2004.
I.2. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosis, diagnosis banding, komplikasi dan terapi dari Hypertension Heart Disease.
4
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
II.1. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Gambar 1, anatomi jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga
dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih
kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram
Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan,
dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih
tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi sebagai
penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel
kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-
paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.
Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput
pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri
5
Page 6
dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel
disebut endocardium.
Katup Jantung
Di antara ruangan atrium dan ventrikel terdapat katup-katup jantung. Katup-katup
jantung berjumlah 4 buah yaitu trikuspid, bicuspid atau mitral, aorta, dan pulmonal. Fungsi
katup-katup ini adalah menjaga agar darah yang sudah dipompa dari atrium ke ventrikel atau
dari ventrikel keluar dari jantung, ke paru maupun seluruh tubuh, tidak kembali ketempat
semula. Jika ada kebocoran dari katup jantung dapat menyebabkan darah yang sudah
dipompakan kembali ke ruangan sebelumnya, misalnya setelah darah dipompakan ke dalam
ventrikel kanan lalu ventrikel berkontraksi, darah ini akan kembali ke atrium kanan
dikarenakan oleh bocornya katup trikuspid. Pada katup jantung yang susah terbuka atau
disebut juga stenosis, darah akan susah dipompakan ke ruangan berikutnya.
Gambar 2, katup-katup Jantung
Katup Trikuspidalis
Katup trikuspid terletak di antara ruangan atrium kanan dan ruangan ventrikel kanan.
Katup ini mencegah terjadinya arus balik darah ke atrium kanan saat ventrikel
berkontraksi. Sesuai namanya, katup Trikuspid terdiri dari 3 buah katup.
6
Page 7
Katup Bikuspidalis/Mitral
Katup Bikuspidalis atau sering disebut katup Mitral terletak di antara ruangan atrium kiri
dan ventrikel kiri. Fungsi dari katup Mitral ini kurang lebih sama seperti fungsi katup
Trikuspidalis. Sesuai namanya katup Mitral terdiri atas 2 buah katup.
Katup Pulmonal
Katup pulmonal terletak di ventrikel kiri. Sebelum darah mengalir ke trunkus pulmonalis,
darah akan melalui katup ini. Katup ini berfungsi sebagai penahan agar darah yang sudah
dipompakan ke trunkus pulmonalis tidak kembali lagi ke dalam ruang ventrikel kanan.
Katup Aorta
Katup Aorta terletak di ventrikel kiri. Sebelum darah dipompakan keseluruh tubuh
melalui pembuluh darah aorta, darah akan melewati katup ini. Katup Aorta berfungsi
sebagai penahan agar darah yang dipompakan ke pembuluh darah Aorta tidak kembali ke
ruang ventrikel kiri. Tepat di atas katup aorta ada saluran yang menuju arteri koronaria
yaitu disebut sinus koronarius.
Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara
serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi
ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasiny selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium
pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebi lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri
harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi
tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.16
Curah jantung
Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada
keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan
ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat
7
Page 8
tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup.
Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit.16
Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya
sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan
volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan
tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat
meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.
Denyut Jantung dan Daya pompa Jantung
Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis
dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80 denyut per
menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan
darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2)
meningkat dan pengeluaran karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan
jantung bisa mencapai 150 x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit.16 Pada keadaan
normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga
tidak terjadi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel
gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi
membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa
menjadi edema
II.2. DEFINISI
Penyakit Jantung Hipertensi adalah kelainan masalah pada jantung akibat tekanan
darah tinggi yang lama dan tidak terkontrol. Tekanan darah tinggi yang lama dan tidak
terkontrol akan mengakibatkan perubahan pada struktur otot jantung, dan dapat
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri, penyakit jantung coroner, aritmia jantung, dan gagal
jantung secara langsung atau tidak langsung.
Hipertensi itu sendiri adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah
(hasil perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer), di mana seseorang dapat
dikatakan menderita hipertensi bila tekanan systole sama atau lebih dari 130 mmHg dan
tekanan diastole sama atau lebih dari 90 mmHg. Tingginya tekanan systole berhubungan
dengan besarnya curah jantung sedangkan tingginya tekanan diastoleberhubungan dengan
besarnya resistensi perifer dapat meningkatkan tekanan darah.
8
Page 9
Hipertensi dipengaruhi oleh adanya interaksi dua faktor yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Meskipun awalnya tergantung dari faktor keturunan. Dalam perjalanannya
menuju masa dewasa, banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan dan faktor
stres. Pada stadium dini hipertensi sering tidak memberikan gejala apapun, sehingga banyak
yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah menderita hipertensi. Sedangkan pada golongan
yang menyadari dapat merasakan adanya gejala berupa sakit kepala, mimisan, pusing, mudah
marah, telinga berdenging, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan
sukar tidur sebagai gejala yang banyak
Klasifikasi menurut JNC IV untuk hipertensi
Gambar 3, Klasifikasi Hipertensi JNC VII
II.3. EPIDEMIOLOGI
Estimasi prevalensi penyakit jantung hipertensi di Amerika Serikat pada tahun 2005
sebanyak 35,3 juta untuk laki-laki dan 38,3 juta untuk perempuan. Kejadian hipertensi lebih
banyak terjadi pada ras kulit hitam dibandingkan dengan ras kulit putih.
Pendataan yang dilakukan sejak 1988-1994 dan 1999-2002 memperlihatkan adanya
peningkatan prevalensi hipertensi pada ras kulit hitam dari 35,8% sampai 41,4%, sedangkan
9
Page 10
untuk ras kulit putih dan asia juga memperlihatkan adanya peningkatan tetapi tidak
signifikan. Perbedaan di sini bukan diukur dari ras, tetapi dari gaya hidup kebanyakan, hal ini
dibuktikan dengan sedikitnya jumlah hipertensi di afrika.
Tekanan darah sistolik meningkat sesuai umur, peningkatan ini lebih besar terjadi
pada pria disbanding wanita sampai wanita mencapai masa menopause yaitu masa dimana
tekanan darah akan wanita akan meningkat hinggal lebih dari level tekanan darah pria.
Prevalensi terjadinya penyakit jantung hipertensi mempunyai pola yang sama dan
dipengaruhi oleh keparahan dari peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan sebuah studi dari Framingham, hipertensi menyumbang sekitar
seperempat dari kasus gagal jantung. Pada populasi usia lanjut, sebanyak 68% kasus gagal
jantung dikaitkan denganhipertensi. Studi berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa
hipertensi dapat berkontribusi bagi perkembangan gagal jantung sebanyak 50-60% dari
pasien. Pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal jantung meningkat sebesar 2 kali lipat
pada laki-laki dan 3 kali lipat pada wanita. Meskipun frekuensi tepat LVH tidak diketahui,
berdasarkan temuan EKG adalah sekitar 2,9% pada pria dan 1,5% pada perempuan. Tingkat
LVH berdasarkan temuan echocardiography adalah 15-20%. Dari data pasien tanpa LVH,
33% memiliki bukti disfungsi diastolik LV tanpa gejala
II.4. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah dari beberapa faktor yang saling
mempengaruhi seperti, hemodinamik, structural, neuroendokrin, selular, dan faktor
molecular. Beberapa faktor tersebut merupakan faktor-faktor utama yang memegang peran
penting pada terjadinya peningkatan tekanan darah, namun peningkatan tekanan darah juga
dapat menyebabkan faktor-faktor tersebut dapat terjadi.
Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada
struktur dan fungsi dari jantung. Hal tersebut dapat terjadi dengan 2 cara yaitu langsung
dengan meningkatnya afterload dan secara tidak langsung yang berhubungan dengan
neurohormonal dan perubahan pembuluh darah (vascular).
II.5. PATOFISIOLOGI
Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai peningkatan massa otot ventrikel kiri,
disebabkan karena respon dari myocyte atas berbagai stimulus yang menyertai peningkatan
10
Page 11
tekanan darah. Pembesaran myocyte atau myocyte hypertrophy bisa terjadi sebagai respon
kompensasi untuk meningkatkan afterload. Stimulus mekanis maupun neurohormonal yang
menyertai peningkatan tekanan darah dapat mengaktivasi pertumbuhan dari myocyte,
ekspresi gen-gen berakhir pada pembesaran ventrikel kiri. Dengan tambahan dari aktivasi
sistem renin-angiotensin melalui angiotensin II pada reseptor angiotensin I dapat
mengakibatkan pertumbuhan dari komponen sel interstisial dan sel matriks.
Beberapa dari varian gen ini mempromosikan LVH pada penderita hipertensi. Gen
lainnya telah diidentifikasi yang mempengaruhi kontraktilitas miokard, misalnya, myosin-
binding protein C (MyBPC) gene, and the β- adrenergic receptor kinase (βARK) gene.
terdapat gen lainnya yang diidentifikasiyang muncul untuk memodulasi disfungsi diastolik.
Urutan kejadian yang mengarah dari stres seluler dengan mekanisme hipertrofy
adalah karena interaksi antara beberapa sistem yang menerjemahkan terjadinya stress pada
cardiac myocyte hypertrophy. Coupling dari sinyal hipertrofi pada membran sel dengan
pemograman ulang ekspresi gen kardiomiosit melibatkan rilis kalsium intraselular, yang
merupakan respon awal untuk myocyte meregangkan dan rangsangan humoral lainnya,
termasuk angiotensin II, fenilefrin dan endotelin. Peningkatan hasil kalsium intraseluler
dalam pengaktifan kalsineurin fosfatase, yang kemudian dephosphorylates transcription
factor NFAT3 , mengakibatkan translokasi ke nukleus. Dalam inti, berinteraksi AT3 dengan
faktor lain transkripsi, GATA4, untuk memulai transkripsi gen yang mengarah ke myocyte
hypertrophy7, pada rantai β-myosin heavy chain dan β-skeletal actin.
Pola pembesaran ventrikel kiri telah dideskripsikan menjadi concentric remodelling,
concentric LVH, dan eccentric LVH. Concentric LVH ini adalah peningkatan dari tebal dan
massa ventrikel kiri dengan peningkatan tekanan dan volume diastolik, biasanya ditemukan
pada pasien hipertensi. Dibandingkan dengan eccentric LVH yaitu penebalan ventrikel kiri
yang tidak seraga, melainkan pada beberapa situs di jantung saja seperti di penebalan di
septum.
11
Page 12
Gambar 4, Patofisiologi Hipertrofi Ventrikel
Sedangkan transisi dari LVH sehingga menyebabkan gagal jantung melibatkan
banyak faktor, peningkatan fibrosis memainkan peran sentral. Stres oksidatif, hipertensi
arteri, kemungkinan besar memainkan beberapa peran dalam proses ini dengan
mempromosikan apoptosis kardiomiosit dan fibrosis. Sebagai bagian dari respon hipertrofi,
fibroblas jantung mengalami perubahan fenotipik, dengan asumsi konfigurasi myofibroblast.
Stimulasi dari myofibroblasts kemudian berproliferasi dan mengalami peningkatan produk
matriks protein ekstraseluler, termasuk fibronektin, laminin,dan kolagen I dan III. Hal ini
menyebabkan fibrosis progresif. Banyak dari proses ini dikendalikan oleh integrins, yang
reseptor permukaan sel menengahi kemampuan sel untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Satu integrin tersebut, disebut osteopontin, telah ditargetkan untuk penanganan untuk
meningkatkan fungsi diastolik (lihat di bawah). Faktor lain yang mempengaruhi fibrosis
adalah disregulasi dari interaksi antara matrix metalloproteinases (MMPs) dan inhibitor
mereka, inhibitor jaringan dari metaloproteinase (TIMPS). MMPs adalah enzim-enzim yang
diproduksi secara lokal dalam matriks ekstraseluler.
12
Page 13
MMPs meningkatkan degradasi fibrillar kolagen dan matriks ekstraseluler. Pada gagal
jantung, mereka menambah degradasi kolagen tipe normal, yang kemudian digantikan oleh
deposit fibrosa intestinal yang memiliki konsentrasi kolagen buruk. Hal ini mendorong
dilatasi ventrikel. Selain itu, pencernaan komponen matriks oleh MMPs menyebabkan
kenaikan reaktif dalam produksi faktor-faktor lain, termasuk mengubah faktor pertumbuhan β
(TGF-β), insulin-like growth factor an fibroblast growth factor. MMPs diinhibisi oleh
keluarga lain enzim, TIMPs, Data dari studi Framingham dan studi echocardiographic lain
menunjukkan terdapat korelasi hubungan antara sirkulasi TIMP-1 dan echocardiographic
yang menunjukkan dari LVH dan fungsi diastolik. Studi ini menunjukkan bahwa tidak
adequatnya inhibisi dari TIMP-1 (TIMP-resisten) menghasilkan beberapa produksi dari
TIMPs. Dengan demikian mereka dapat digunakan sebagai penanda telah terjadinya fibrosis
yang progresif pada penyakit jantung hipertensi..
Dilatasi atrium kanan
Perubahan struktural dan fungsional pada atrium kiri sangat sering terjadi pada pasien
dengan hipertensi. Peningkatan afterload yang dikenakan pada left atrium dikarenakan
elevasi tekanan end-diastolic ventrikel kiri untuk meningkatkan tekanan darah dapat
mengakibatkan kelainan pada atrium kiri seperti penambahan ukuran dan ketebalannya.
Pembesaran ukuran dari atrium kiri menyertai hipertensi pada penyakit kelainan katup
jantung atau disfungsi sistolik biasanya mempunyai manifestasi klinis hipertensi kronis dan
berujung pada disfungsi sistolik ventrikel kiri yang berat. Pasien dengan perubahan structural
atrium kiri mempunyai faktor resiko terjadinya fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium, dengan
hilangnya kontribusi dari atrium dalam keadaan disfungsi diastolik dapat menyebabkan suatu
kegagalan jantung.
Kelainan Katup Jantung
Walaupun kelainan katup jantung tidak menyebabkan gagal jantung, hipertensi yang berat
dan kronis dapat menyebabkan dilatasi aorticroot yang dapat menyebabkan insufisiensi aorta.
Dalam insufisiensi aorta dengan perubahan hemodinamika yang tidak signifikan sering
ditemukan pada orang dengan hipertensi kronis dan tidak terkontrol. Selain dapat
menyebabkan insufisiensi aorta, hipertensi juga dapat mempercepat proses terjadinya
sclerosis aorta dan menyebabkan mitral regurgitasi.
13
Page 14
Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan
hipertensi kronis. Pasien dapat masuk dalam beberapa kategori yaitu :
- Asimptomatis tapi resiko tinggi terjadi gagal jantung. Kategori ini terdapat pada orang
dengan hipertensi stase A atau B, yang sudah mempunyai perkembangan kelainan
structural jantung.
- Simptomatis, yaitu orang yang sudah mengalami gejala-gejala gagal jantung . gagal
jantung dapat terjadi akibat disfungsi dari ventrikel kiri yang tidak bisa menghasilkan
suatu tekanan darah (stroke volume menurun) sehingga orang tersebut mengalami
gagal jantung. Kategori ini dialami oleh orang dengan hipertensi stase C atau D
menurut ACC/AHA.
Disfungsi Diastolik
Disfungsi diastolic sering terjadi pada orang dengan hipertensi. Hal ini sering terjadi dengan
atau tanpa adanya hipertrofi ventrikel kiri. Ada bebrapa faktor lain dapat berkontribusi
terjadinya disfungsi diastolik seperti adanya penyakit jantung coroner, penuaan, disfungsi
sistolik, dan kelainan struktur seperti fibrosis hipertrofi ventrikel kiri. Dapat juga diikuti
dengan disfungsi sistolik asimptomatis.
Disfungsi Sistolik
Selanjutnya dalam perjalanan penyakit, hipertrofi ventrikel kiri gagal untuk mengompensasi
dengan cara meninggikan cardiac output dan ventrikel kiri mulai terjadi dilatasi untuk
mempertahankan tekanan darah. Saat penyakit jatuh dalam end-stage, fungsi sistolik
vantrikel kiri mengalami penurunan yang drastis. Hal ini mencetuskan aktivasi dari sistem
renin-angiotensin-aldosteron yang menyebabkan retensi garam, air, dan meningkatan
vasokonstriksi perifer.
Decompensasi
Apoptosis atau program bunuh diri pada sel yang distimulasi oleh myocyte dan
ketidakseimbangan antara stimultan dan inhibitor, dipercaya mempunyai peran penting dalam
perubahan fase kompensasi menjadi dekompensasi. Pasien bisa menjadi simptomatis dalam
fase asimptomatis pada disfungsi sistolik, diastolic ventrikel kiri. Peningkatan tekanan darah
14
Page 15
secara tiba-tba dapat berujung pada edema paru akut tanpa disertai dengan adanya perubahan
ejeksi ventrikel kiri. Pada umumnya, perkembangan penyakit dari fase kompensasi menjadi
dekompensasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya kematian. Pada disfungsi ventrikel
kiri, penebalan dan disfungsi diastolik pada ventrikel kanan dapat terjadi, sebagai hasil dari
penebalan septum dan disfungsi ventrikel kiri.
Iskemia Miokard
Pasien dengan angina mempunya prevalensi tinggi untuk terjadi hipertensi. Hipertensi
ditetapkan sebagai faktor resiko terjadinya penyakit jantung coroner, hampir dua kali lipat.
Perkembangan terjadinya iskemia pada pasien dengan hipertensi dipengaruhi mulitfaktorial.
Pada pasien hipertensi, angina dapat timbul walaupun tidak ada penyakit jantung coroner.
Alasan terjadinya hal tersebut yaitu penebalan dinding ventrikel kiri yang menyebabkan
penurunan aliran darah pada pembuluh coroner pada saat diastole, dan pada hipertensi,
kapiler-kapiler diatas pembuluh darah coroner yang dapat menjadi jalur alternative oksigen
dan menjadi kompensasi bila terjadi masalah pada pembuluh darah coroner mengalami
disfungsi sehingga tidak dapat mengompensasi.
Pada hipertensi, dapat terjadi disfungsi dari endotel pembuluh darah yang menyebabkan
terjadinya kelainan atau kegagalan pembentukan dan pelepasan nitrit oksida sebagai
vasodilator. Hal ini dapat mempercepat terjadinya arteriosclerosis dan pembentukan plaque.
Aritmia Jantung
Aritmia jantung dapat terjadi pada orang dengan hipertensi termasuk atrial fibrillation,
premature ventricular contraction (PVC), Ventricular tachycardia (VT). Resiko terjadinya
kematian jantung mendadak meningkat pada pasien dengan hipertensi. Mekanisme terjadinya
aritmia termasuk perubahan struktur jantung, inhomogenitas mikardium, perfusi yang buruk,
fibrosis mikard, dan afterload yang fluktuatif. Semua itu, bisa juga berujung pada ventricular
tachicaridia.
II.6. GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Gejala dari penyakit jantung hipertensi bergantung dari durasi, keparahan dan tipe dari
penyakit. Bagaimanapun, penderita hipertensi dapat atau tidak dapat mengetahui bahwa ia
menderita hipertensi, ituah mengapa hipertensi disebut sebagai “the silent killer”1
15
Page 16
Pasien dengan yang hanya mengalami LVH biasanya asimtomatik, sampai LVH berkembang
menjadi disfungsi diastole dan gagal jantung. Gejala Gagal jantung meliputi exertional and
nonexertional dyspnea (New York Heart Association [NYHA] kelas I-IV); ortopnea;
paroksismal nokturnal dispnea, kelelahan (lebih sering terjadi pada disfungsi sistolik), edema
pergelangan kaki; sakit perut akibat sekunder dari congesti, distensi hepar. Pasien dapat juga
dijumpai dengan edema paru akut akibat dekompensasi tiba-tiba dari disfungsi LV sistolik
atau diastolik disebabkan oleh faktor seperti kenaikan akut pada BP, ketidak bijaksanaan diet,
atau iskemia miokard. Pasien dapat mengalami aritmia jantung, terutama fibrilasi atrium, atau
mereka dapat mengembangkan gejala gagal jantung secara diam-diam dari waktu ke waktu.
Myocardial infarction
Angina yaitu salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit jantunng
hipertensi, tidak dapat dibedakan dengan myocardial iskemia akibat penyebab lain. Gejala
yang khas pada angina termasuk nyeri substernal dengan durasi kurang dari 15 menit, (durasi
lebih dari 20 menit terjadi dalam infark). Nyeri dapat digambarkan seperti :
Seperti tertiban benda berat
Menjalar ke leher, rahang, punggung, dan tangan kiri.
Dicetuskan oleh emosi yang tinggi atau aktivitas fisik
Menghilang jika diberikan obat nitrogliserin sublingual
Tetapi, pasien juga dapat mengeluhkan gejala-gejala yang tidak khas seperti sesak napas
setelaah bekerja, kelelahan yang luar biasa, dll. Biasanya pasien berjenis kelamin wanita
sering muncul gejala-gejala khas seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit jantung hipertensi tergantung pada kelainan jantung yang
terjadi dan durasi serta keparahan penyakit jantung hipertensinya itu sendiri. Penemuan
pemeriksaan fisik dapat menghasilkan keseluruhan normal pada tahap awal penyakit.
Pada pemeriksaan secara umum, dapat ditemukan petunjuk-petunjuk etiologi yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi seperti obesitas, striae-striae khas pada sindroma cushing,
renal arteri bruit pada stenosis arteri renalis, massa intra abdomen pada polycystic kidney
disease
.
16
Page 17
Nadi
Nadi pada arteri bisa ditemukan normal pada tahap awal penyakit jantung hipertensi. Irama
jantung regulerr jika pasien dalam keadaan normal, dan ireguler jika pasien dala keadaan
atrial fibrillation. Heart rate yang dapat ditemukan :
Normal pada pasien dengan keadaan normal
Tidak normal pada pasien dengan gagal jantung
Takikardi pada pasien dengan gagal jantung yang disertai atrial fibrillation dan rapid
ventricular respons.
Tekanan Darah
Tekanan sistolik dan/atau diastolik meningkat (>140/90mmHg). Rata-rata tekanan darah dan
tekanan nadi juga meningkat secara menyeluruh. Tekanan darah pada extremitas superior
lebih tinggi dari pada extremitas inferior pada coarctation aorta. Tekanan darah bisa normal
pada pasien dengan pengobatan pengontrol tekanan darah yang adekuat.
Jantung
Denyutan apex jantung bisa menetap dan tidak berpindah pada pasien tanpa disfungsi sistolik
ventrikel kiri yang signifikan tetapi dengan hipertrofi ventrikel kiri. Bila terjadi disfungsi
sistolik ventrikel kiri, apeks jantung akan bergeser ke lateral. Pada sebelah kanan,
pembesaran dapat terjadi jika terdapat hipertensi pulmonal yang signifiikan.
Bunyi Jantung atau S dapat terdengar normal. S biasanya bisa terdengar ataupun teraba,
tergantung pada ketebalan dari dinding jantung. Early decrescendo diastolic murmur dapat
terdengar pada insufisiensi aorta, bisa terdengar jelas pada linea parasternal kiri, khusunya
pada pasien dengan hipertensi akut. Early systolic murmur dapat juga terdengar pada aorta
sclerosis, dan murmur juga dapat terdengar pada pada mitral regurgitasi akibat dilatasi
ventrikel kiri.
Habitus tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada pemeriksaan awal,
tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik pada posisi terlentang, duduk dan
berdiri untuk mengevaluasi keberadaan hipotensi postural. Bahkan jika nadi femoral teraba
normal, tekanan arterial harus diukur sekurangnya sekali pada ekstremitas inferior pada
pasien di mana hipertensi ditemui sebelum usia 30 tahun. Kecepatan detak jantung juga harus
dicatat. Individu hipertensif memiliki peningkatan prevalensi untuk mengalami fibrilasi atrial.
17
Page 18
Leher harus dipalpasi untuk mencari pembesaran kelenjar tiroid, dan para pasien harus
diperiksa untuk tanda-tana hipo dan hipertiroidisme. Pemeriksaan pembuluh darah dapat
menyediakan petunjuk mengenai penyakit vakular yang mendasari dan harus menyertakan
pemeriksaan funduskopik, auskultasi untuk bruit di arteri karotid dan femoral, dan palpasi
denyut nadi femoral dan pedal (pedis). Retina adalah satu-satunya jaringan di mana arteri dan
arteriol dapat diamati secara langsung. Seiring peningkatan tingkat keparahan hipertensi dan
penyakit atherosklerotik, perubahan funduskopik progresif antara lain seperti peningkatan
refleks cahaya arteriolar, defek perbandingan arteriovenous, hemorrhagi dan eksudat, dan,
pada pasien dengan hipertensi maligna, papilledema.
Gambar 5, Kelainan Pada Retina Akibat Hipertensi
II.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
STUDI LABORATORIUM
Evaluasi fungsi ginjal
Blood urea nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin yang meningkat pada pasien dengan gagal
ginjal. Studi lainnya termasuk urine, GFR, dan ekskresi albumin urin atau albumin /
pengukuran rasio kreatinin.
Transthoracic Echocardiography
Transthoracic echocardiography (TTE) dapat sangat berguna dalam mengidentifikas ciri
penyakit jantung hipertensi (lihat gambar di bawah).
18
Page 19
Gambar 6, Echhocardiogram Two-dimensional echocardiogram
(parasternal long and short axis view) from a 70-year-old woman showing concentric left ventricular
hypertrophy and left atrial enlargement.
Gambar 7, M-mode echocardiogram from a 70-year-old woman showing concentric left ventricular
hypertrophy.
TTE lebih sensitif dan spesifik daripada EKG untuk mendiagnosis adanya LVH - 57%
untuk ringan dan 98% untuk LVH berat. LVH simetris, sedangkan hipertrofi kardiomiopati
hipertrofik adalah asimetris. Definisi dari LVH berdasarkan temuan echocardiography agak
controversial dengan tidak adanya kriteria standar.
Pada pemeriksaan 2-dimensi (2-D) dan pemeriksaan M-mode, dapat menunjukkan
penebalan pada septum interventricular, seperti pada dinding posterior (> 1.1 cm). LVH
kuantitatif didefinisikan sebagai peningkatan massa LV atau LVMI. Berbagai formula telah
digunakan untuk menghitung massa LV1.
II.8. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis terjadinya Penyakit Jantung Hipertensi harus meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mendiagnosis penyakit jantung hipertensi adalah sebagai berikut :
19
Page 20
Latar belakang dan gejala klinis
Penderita penyakit jantung hipertensi bisa mengeluhkan adanya sakit kepala, sakit dada,
pembengkakan kaki, lemas, dan napas yang pendek saat bekerja ataupun saat istirahat.
Beberapa ada juga yang mengeluhkan bangun malam akibat sesak atau yang biasa kita sebut
paroxysmal nocturnal dispnea yang merupakan gejala khas pada gagal jantung atau bisa juga
merupakan suatu aritmia. Mereka mungkin tidak mengetahui akan adanya hipertensi ataupun
mereka yang sudah didiagnosis hipertensi dan sudah mengonsumsi obat-obat penurun
tekanan darah secara regular. Riwayat hipertensi di keluarga biasanya dilaporkan.
Pemeriksaan Fisik
Tingginya tekanan darah atau hipertensi pasti ditemukan, walaupun nilai dan tingkat
keparahan bervariasi pada masing-masing orang. Perubahan pembuluh darah kapiler di mata
dapat ditemukan, nadi bisa ditemukan irregular atau cepat, pada pemeriksaan auskultasi bisa
ditemukan irama yang irregular, murmur jantung, atau gallop. Pada kasus penyakit jantung
hipertensi tingkat lanjut, individu dapat memperlihatkan adanya pembesaran hepar,
pembengkakan kaki dan tungkai dan gejala gagal jantung lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan ekg, echocardiografi, dan foto rontgen dapat ditemukan pembesaran
ventrikel kiri dan berkaitan pada kelainan jantung. Pemeriksaan darah termasuk cardiac
enzim dan elektrolit. Fungsi ginjal bisa dievaluasi dengan mengumpulkan urin 24 jam dan
menilai GFR. Protein serum (albumin) dan BUN juga dapat diperiksa.
Untuk mendiagnosis penyakit jantung hipertensi dapat mengikuti kriteria berikut ini :
Pasti – satu dari beberapa pilihan di bawah ini :
1. Hipertensi ditambah LBBB atau adanya hipertrofi ventrikel dilihat melalui EKG.
(pada pasien dengan umur kurang dari 35 tahun hipertrofi ventrikel kiri atau iskemia
subendocardial dapat dipastikan ada. Tidak ada orang di bawah 35 tahun yang
mempunyai hipertensi dengan kombinasi seperti di atas)
2. Hipertensi ditambah dengan hipertrofi ventrikel kiri atau hipertrofi jantung secara
menyeluruh dilihat dari Foto rontgen atau X-ray.
3. Riwayat Hipertensi dan sudah melakukan pengobatan kontrol secara rutin disertai
hipertrofi ventrikel kiri melalui EKG atau X-ray.
Suspek – satu dari beberapa pilihan berikut ini :
20
Page 21
1. Hipertensi borderline dengan hipertrofi ventrikel kiri melalui ekg.
2. Hipertensi borderline dengan hipertrofi ventrikel kiri melalui X-ray
II.9. TERAPI
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang
terjadi yaitu dengan:
1. Menurunkan tekanan darah menjadi normal
2. Mengobati payah jantung karena hipertensi
3. Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler
4. Menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinaju 3 faktor fisiologis yaitu: 1)
Menurukan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretik; 2) menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovakuler terhadap rangsangan adrenergik dengan obat
dari golongan anti-simpatis dan 3) menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
Pengontrolan diet juga merupakan salah satu terapi dari penyakit jantung hipertensi,
karena sebelum mengintervensi dengan menggunakan obat-obatan. Berikut merupakan tabel
diet pengontrolan tekanan darah.
21
Page 22
Gambar 8, Tabel Terapi Non-Medikamentosa Hipertensi
Algoritma untuk pengobatan medikamentosa yang dilakukan pada pasien hipertensi adalah
sebagai berikut :
Gambar 9, Tabel Algoritma Klasifikasi dan terapi Hipertensi
Beberapa pengobatan hipertensi untuk pasien dengan keadaan khusus adalah sebagai berikut :
Gambar 10, Tabel Pilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Dengan Keadaan Khusus
22
Page 23
Selain LVH, disfungsi diastolik merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap
penyakit jantung hipertensi dan berlanjut menjadi gagal jantung kongestif simtomatik.
Selanjutnya, difungsi diastolik dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggu. Lebih dari
23% pasien meninggal dalam 3,1 tahun dalam pemantauan dengan Digitalis Investigation
Group (DIG), dengan kematian tertinggi terkait dengan usia lanjut, jenis kelamin laki laki dan
fungsi ginjal. Meskipun gagal jantung karena disfungsi diastol (CHF-D) telah diakui lebih
dari dua dekade, strategi pengobatan untuk gejala pasien dipandu oleh penelitian yang relatif
sedikit.
Baris pertama pengobatan untuk CHF-D adalah untuk menjaga tekanan darah tidak
tinggi. Hal ini jelas pada penelitian yang menunjukkan bahwa ketika pasien dengan CHF-D
dijumpai dengan edema paru mereka hampir selalu dalam keadaan krisis hipertensi dengan
fungsi sistolik normal. Beberapa pakar merekomendasikan bahwa garis pertama pengobatan
termasuk β-bloker atau antagonis kalsium. Pakar Lain setuju bahwa manajemen gejala pada
pasien sering membutuhkan penggunaan diuretik. Beberapa peneliti mendukung peningkatan
disfungsi diastolik oleh penghambatan sistem renin-angiotensin dengan penghambat ACE,
angiotensin reseptor blockers dan / atau antagonis aldosteron, dengan tujuan untuk
membalikkan fibrosis jantung interstisial. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC-VII) merekomendasikan ACE inhibitor, β-bloker, angiotensin reseptor blocker dan
aldosteron bloker dengan loop diuretik untuk pasien dengan gejala gagal jantung dengan
disfungsi ventrikel sistolik atau diastolik. Evaluasi untuk penyakit jantung iskemik juga
direkomendasikan.
Tindak lanjut jangka panjang dari pasien dengan penyakit jantung hipertensi
mencakup pemantauan beberapa faktor. Sebagai contoh, pasien dengan gagal jantung
memerlukan pengukuran harian berat dan evaluasi keseimbangan cairan akurat. Selain itu,
efektivitas dan pilihan pengobatan anti hipertensi, efektivitas pengobatan dan kepatuhan, ada
atau tidak adanya penyakit arteri koroner dan derajat fungsi LV sistolik, dan kebiasaan diet
pasien dan pola latihan memerlukan penilaian. Selain itu, penting untuk memperkuat edukasi
diet dan edukasi mengenai pentingnya olahraga teratur.
Pengobatan untuk penyebab sekunder hipertensi harus dilakukan jika belum
dilakukan. Selain itu, skreening untuk komplikasi yang terkait dengan hipertensi, seperti
penyakit serebrovaskular, retinopati hipertensi, memburuknya gagal jantung, dangagal ginjal,
serta menilai untuk LVH dengan EKG atau echocardiography.
23
Page 24
Ketika mengevaluasi dampak merugikan dari berbagai obat, memperoleh urine dan
hasil BUN, tingkat kreatinin, dan tingkat elektrolit untuk menyingkirkan insufisiensi ginjal
dan ketidakseimbangan elektrolit sekunder untuk obat-obatan dan menduga jumlah
proteinuria. Selain itu, menasihati pasien untuk menghindari memakai obat over-the-counter,
seperti NSAIDs umum digunakan, penekan batuk, dan dekongestan yang mengandung
simpatomimetik, yang berpotensi dapat meningkatkan tekanan darah.
II.10. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien dengan penyakit jantung hipertensi sangat relatif. Tinggi
rendahnya resiko kematian atau mortalitas pada penyakit jantung hipertensi tergantung pada
seberapa berat komplikasi yang terjadi, dan masuk tahapan awal atau akhir. Pada pasien
dengan penyakit jantung hipertensi disertai dengan kegagalan jantung yang berat serta sudah
terjadi komplikasi pada organ lain mempunyai prognosis yang buruk dan resiko kematiannya
tinggi. Berbeda dengan orang dengan penyakit jantung hipertensi pada tahap awal dengan
kelainan anatomi maupun fisiologi yang minimal dibantu dengan pengobatan hipertensi yang
berkelanjutan akan menghasilkan prognosis yang baik.
24
Page 25
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Jantung Hipertensi adalah kelainan masalah pada jantung akibat tekanan
darah tinggi yang lama dan tidak terkontrol. Tekanan darah tinggi yang lama dan tidak
terkontrol akan mengakibatkan perubahan pada struktur otot jantung, dan dapat
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri, penyakit jantung coroner, aritmia jantung, dan gagal
jantung secara langsung atau tidak langsung. Pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal
jantung meningkat sebesar 2 kali lipat pada laki-laki dan 3 kali lipat pada wanita. Meskipun
frekuensi tepat LVH tidak diketahui, berdasarkan temuan EKG adalah sekitar 2,9% pada pria
dan 1,5% pada perempuan. Prognosis pada pasien dengan penyakit jantung hipertensi sangat
relatif. Tinggi rendahnya resiko kematian atau mortalitas pada penyakit jantung hipertensi
tergantung pada seberapa berat komplikasi yang terjadi, dan masuk tahapan awal atau akhir.
25
Page 26
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Marulam M. Panggabean; Penyakit Jantung Hipertensi; Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi Keempat; Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006; 1639-1640.
2. Riaz K, Ahmed A, Talavera F, Ali YS, Hypertensive Heart Disease. Medscape
reference drug, disease and procedure. 2011 available at
http://emedicine.medscape.com/article/162449-overview accessed on September
2013.
3. Hypertension And Cardiovascular Disease. On Hypertension. World Heart
Federation. Available at http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-
health/cardiovascular-disease-risk-factors/hypertension/ accessed on September
2013
4. Diamond JA, PhillipsRA. Hypertensive Heart Disease. Hypertens Res Vol. 28,
No. 3 (2005). On International journal of obesity. Hypertension research available
at http://www.nature.com/hr/journal/v28/n3/abs/hr200525a. accessed on
September 2013.
5. Izzo JL,Jr, Gradman AH. Mechanisms and management of hypertensive heart
disease: from left ventricular hypertrophy to heart failure. In The Medical Clinic
of North America. 2008. Page 1257-71.
6. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al: The seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA 2003; 289: 2560−2571.
26