Feb 16, 2020
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KEPUTUSAN MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: SK. 3511/MENLHK-PKTL/SETDIT/KUM.1/5/2018
TENT ANG PETA INDIKATIF DAN AREAL PERHUTANAN SOSIAL
(REVIS! II)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 10/2016 , diatur
Mengingat
bahwa pemberian Hak Pengelolaan Hutan Desa, Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan clan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Rakyat berdasarkan Peta Indikatif Areal
Perhutanan Sosial (PIAPS);
b. bahwa Peta lndikatif dan Areal Perhutanan Sosial
dimaksud pada huruf a direvisi setiap 6 (enam)
bulan sekali oleh Direktorat Jenderal yang
membidangi Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan atas nama Menteri;
c. bahwa Peta lndikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi I) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor SK.4865/MENLHK
PKT/REN/PLA.0/9/2017 perlu dilakukan revisi;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tentang Peta lndikatif dan Areal
Perhutanan Sosial (Revisi 11 ) ;
1 . Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 4 1 T a h u n 1999 tentang
Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004; 3. Undang . . .
-2-
3. Undang-Undang Nomor 2 1 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua;
4 . Undang-Undang Nomor 1 1 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7 . Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
9 . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 ;
10 . Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Konservasi Tanah dan Air;
1 1 . Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan;
1 2 . Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2009;
1 3 . Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2008;
14 . Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 ;
15 . Peraturan . . .
-3-
15 . Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015 ;
16 . Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2 0 1 1
tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108
Tahun 2015 ;
17 . Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 2014
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016;
18 . Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
RPJMN Tahun 2 0 1 5 - 2019 ;
19 . Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 ten tang
Organisasi Kementerian Negara;
20. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2 1 . Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 58 Tahun 2017 ;
22. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola
Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;
23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut
I I / 2 0 1 1 tentang Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional (RKTN) Tahun 2011 -2030 ;
24. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-11/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
25. Peraturan . . .
-4-
Lingkungan Hidup dan
P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/ Kehutanan Nomor
25 . Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015
tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional
Dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka
Margasatwa, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata
Alam;
26. Peraturan Menteri
6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hu tan;
27. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.81/MENLHK/SETJEN/
KUM. I / 10/2016 tentang Kerjasama Penggunaan
dan Pemanfaatan Kawasan Hu tan Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan;
28. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/ SETJEN/
KUM.I/ 10/2016 tentang Perhutanan Sosial;
29. Peraturan Menteri Lingkungan Hid up dan
Kehutanan Nomor P.39 /MENLHK/SETJEN/
KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial di
Wilayah Kerja Perum Perhutani;
30. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.
1 / 6 / 2 0 1 7 tentang Pemberdayaan Masyarakat Di
Sekitar Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan
Pelestarian Alam;
3 1 . Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.49/MENLHK/SETJEN/KUM.
1 / 9 / 2 0 1 7 tentang Kerjasama Pemanfaatan Hutan
Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan;
Memperhatikan 1 . Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.4732/MenLHK-PHPL/KPHP/
HPL .0/9/2017 tentang Peta Indikatif Arahan
Pemanfaatan Hutan Produksi Yang Tidak Dibebani
Izin Untuk Usaha Pemanfaatan Hutan;
2 . Keputusan . . .
-5-
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK. 129 /MENLHK/SETJEN
/PKL.0/2/2017 tentang Penetapan Peta Kesatuan
Hidrologis Gambut Nasional;
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.130/MENLHK/SETJEN/
PKL.0/2/2017 tentang Penetapan Peta Fungsi
Ekosistem Gambut Nasional;
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.6559/MENLHK-PKTL/
IPSDH/PLA . 1 / 12/2017 tentang Penetapan Peta
Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan
Dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Dan
Areal Penggunaan Lain (Revisi XIII);
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PETA INDIKATIF DAN AREAL
PERHUTANAN SOSIAL (REVIS! II).
Menetapkan Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi II) seluas ± 13.638.049,54 (tiga belas juta enam
ratus tiga puluh delapan ribu empat puluh sembilan dan
lima puluh em pat perseratus) hektar skala 1 :250.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial (Revisi II)
seluas ± 13.638.049,54 (tiga belas juta enam ratus tiga
puluh delapan ribu empat puluh sembilan dan lima
puluh empat perseratus) hektar sebagaimana dimaksud
dalam AMAR KESATU terdiri dari:
a. areal Indikatif Perhutanan Sosial yang berada di
Hutan Produksi seluas ± 7 .071 .631 (tujuh juta tujuh
puluh satu ribu enam ratus tiga puluh satu) hektar;
b. areal . . .
KETIGA
KEEMPAT
KELI MA
-6-
b. areal Indikatif Perhutanan Sosial yang berada di
Hutan Lindung seluas ± 2 .331 .857 (dua juta tiga
ratus tiga puluh satu ribu delapan ratus lima puluh
tujuh) hektar;
c. areal Indikatif Perhutanan Sosial yang berada di
lahan gambut seluas ± 2.733.862 (dua juta tujuh
ratus tiga puluh tiga ribu delapan ratus enam puluh
dua) hektar; dan
d. areal Perhutanan Sosial yang definitif seluas
± 1 .500 .699,54 (satu juta lima ratus ribu enam ratus
sembilan puluh sembilan dan lima puluh empat
perseratus) hektar.
Areal dalam Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi II) yang berada pada Hutan Produksi
sebagaimana dimaksud dalam AMAR KEDUA huruf a,
menjadi dasar permohonan untuk Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat
(IUPHHK-HTR), Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD),
Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan
(IUPHKm), dan Kemitraan dengan KPH.
Areal dalam Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi 11) yang berada pada Hutan Lindung sebagaimana
dimaksud dalam AMAR KEDUA huruf b, menjadi dasar
permohonan untuk Hak Pengelolaan Hutan Desa
(HPHD), Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan
(IUPHKm), dan Kemitraan dengan KPH.
Areal dalam Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi 11) yang berada pada lahan gambut sebagaimana
dimaksud dalam AMAR KEDUA huruf c, hanya dapat
diberikan untuk Perhutanan Sosial dengan pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
KEENAM . . .
KEEN AM
-7-
Potensi Perhutanan Sosial yang tidak dan/ atau belum
dipetakan dalam Peta Indikatif dan Areal Perhutanan
Sosial (Revisi 11) seluas ± 3.852.438 (tiga juta delapan
ratus lima puluh dua ribu empat ratus tiga puluh
delapan) hektar yaitu :
a. Potensi Kemitraan Perhutanan Sosial yang berada di
wilayah 20% Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Tanaman Industri seluas ± 2 . 195 .281
(dua juta seratus sembilan puluh lima ribu dua ratus
delapan puluh satu) hektar;
b. Potensi Kemitraan Perhutanan Sosial yang berada di
wilayah kerja Perum Perhutani seluas ± 512 .382
(lima ratus dua belas ribu tiga ratus delapan puluh
dua) hektar;
c . Potensi Kemitraan Perhutanan Sosial yang berada di
Zona/Blok Tradisional Hutan Konservasi seluas ±
922 .713 (sembilan ratus dua puluh dua ribu tujuh
ratus tiga belas) hektar; dan
d. Areal Indikatif Perhutanan Sosial yang berada di
wilayah kerja Perum Perhutani untuk Izin
Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial sesuai arahan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017
KETUJUH
KEDELAPAN
seluas ± 222.062 (dua ratus dua puluh dua ribu
enam puluh dua) hektar.
Potensi Areal Indikatif Perhutanan Sosial yang berada di
wilayah kerja Perum Perhutani sebagaimana dimaksud
dalam Amar KEENAM huruf d, menjadi dasar pengajuan
Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial.
a. Areal Indikatif Perhutanan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEDUA huruf a, huruf b, dan
huruf c, dapat diberikan untuk penggunaan kawasan
hutan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan
kawasan hutan.
b. Areal . . .
KESEMBILAN
-8-
b. Areal Indikatif Perhutanan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEDUA huruf a, huruf b, dan
huruf c yang masuk dalam Peta Indikatif Penundaan
Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hu tan,
Penggunaan Kawasan Hutan Dan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Dan Areal Penggunaan
Lain (Revisi XIII) tidak dapat diberikan untuk
penggunaan kawasan hutan kecuali penggunaan
kawasan hutan untuk pelaksanaan pembangunan
nasional yang bersifat vital, yaitu panas bumi, minyak
dan gas bumi, ketenagalistrikan, dan lahan untuk
program kedaulatan pangan nasional antara lain padi,
tebu, jagung, sagu, dan kedelai.
c. Areal Indikatif Perhutanan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEDUA huruf a, huruf b, dan
huruf c yang tidak masuk dalam Peta Indikatif
Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan,
Penggunaan Kawasan Hutan Dan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Dan Areal Penggunaan
Lain (Revisi XIII) dapat diberikan untuk penggunaan
kawasan hutan kecuali penggunaan kawasan hutan
untuk kegiatan pertambangan mineral dan batubara.
d. Areal Perhutanan Sosial yang definitif sebagaimana
dimaksud dalam Amar KEDUA huruf d, dapat
diberikan untuk penggunaan kawasan hutan kecuali
penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan
pertambangan mineral dan batubara.
a. Dalam hal terdapat permohonan Perhutanan Sosial
tidak sesuai PIAPS (Revisi II ) , dapat diproses lebih
lanjut apabila telah dilakukan verifikasi dan disetujui
oleh instansi yang berwenang.
b. Tata cara verifikasi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan.
KESEPULUH . . .
-9-
KESEPULUH a. PIAPS direvisi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
sekali.
b. Revisi PIAPS sebagaimana dimaksud pada huruf a
dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Direktur
dan Kemitraan Sosial Jenderal Perhutanan
Lingkungan.
c. Penetapan PIAPS hasil revisi sebagaimana dimaksud
pada huruf b dilakukan oleh Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan atas nama
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
KESEBELAS Revisi PIAPS dilakukan dengan memperhatikan:
a. hasil survey kondisi fisik lapangan;
b. perubahan tata ruang;
c. data dan informasi penutupan lahan terkini;
d. masukan dari masyarakat; dan
e. pem baharuan data perizinan.
KEDUA BELAS
KETIGA BELAS
Arahan Perhutanan Sosial yang diterbitkan melalui
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor SK.4 732/MenLHK-PHPL/KPHP /HPL.O /9/2017
tentang Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Hutan
Produksi Yang Tidak Dibebani Izin Untuk Usaha
Pemanfaatan Hutan, masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Keputusan ini.
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.
4865/MENLHK-PKTL/REN/PLA.0/9/2017 tentang Peta
Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial (Revisi I) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT BELAS . . .
KEEMPAT BELAS
- 1 0 -
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian H ukum Dan Kerjasama Teknik,
ENDI SUGANDI NIP. 1 9 6 5 1 1 2 3 199803 1 005
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 2018
a.n. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,
ttd.
SIGIT HARDWINARTO NIP . 19610202 198603 1 003
. Tembusan: 1 . Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2 . Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 4. Direktur Jenderal/Kepala Badan Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; 5. Gubernur seluruh Indonesia; 6. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
kehutanan di seluruh Indonesia; 8. Kepala Balai Besar / Balai Taman Nasional di seluruh Indonesia; 9 . Kepala Balai Besar / Balai Konservasi Sumber Daya Alam di seluruh Indonesia; 10 . Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I s/d XXII; 1 1 . Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung di seluruh Indonesia; 12 . Kepala Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah I s/d XVI; 13 . Kepala Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan di seluruh
Indonesia.