UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANOL 96% …

Post on 11-Nov-2021

7 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

Transcript

i

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK

ETANOL 96 KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea

coromandelica) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus

aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosa

SKRIPSI

FITRI RAHMADANI

1111102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK

ETANOL 96 KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea

coromandelica) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus

aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosa

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Farmasi

OLEH

FITRI RAHMADANI

1111102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JUNI 2015

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri

dan semua sumber baik diketik maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama Fitri Rahmadani

NIM 1111102000048

Tanda tangan

Tanggal 28-5-2015

iv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

v

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Fitri Rahmadani

Program Studi Farmasi

Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

antibakteri

Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name Fitri Rahmadani

Program Study Pharmacy

Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

pylori Pseudomonas aeruginosa

This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

coromandelica) bark was have activity antibacterial

Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

zone diameter Minimum inhibitory concentration

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada

1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

penulis

4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis

6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

Aamiin

7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

dalam hidup penulis

8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

selama penelitian

10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu

Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

Jakarta 28 Mei 2015

Penulis

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama Fitri Rahmadani

NIM 11110200048

Program Study Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

judul

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosa

Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

dengan sebenar-benarnya

Dibuat di Jakarta

Pada tanggal 30 Mei 2015

Yang menyatakan

(Fitri Rahmadani)

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

HALAMAN PENGESEHAN v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

KATA PENGANTAR viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 3

13 Tujuan Penelitian 3

14 Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

23 Pelarut 10

24 Bakteri 12

25 Antibakteri 15

26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

25 Antibiotik Pembanding 19

BAB III METODE PENELITIAN 21

31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

32 Alat dan Bahan 21

321 Alat 21

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

322 Bahan 21

323 Bakteri Uji 22

33 Prosedur kerja 22

331 Pembuatan Simplisia 22

332 Pembuatan Ekstrak 22

333 Parameter Ekstrak 23

334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

3352 Pembuatan Media 26

3353 Peremajaan Bakteri 26

3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

3356 Pembuatan Larutan Uji 27

3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

BAB IV PEMBAHASAN 29

41 Determinasi Tanaman 29

42 Penyiapan sample 29

43 Ekstraksi 30

44 Parameter Ekstrak 30

45 Penapisan Fitokimia 32

46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

BAB V PENUTUP 38

51 Kesimpulan 38

52 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

Lannea coromandelica 31

Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

(Gana 2008)

Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

(Akbar 2010)

Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

1

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

uji toksisitas (Erwin 2014)

Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

dan luka bakar yang berat

Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

(Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

12 Rumusan Masalah

1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

Sulawesi Indonesia

2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

(Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

13 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosa

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Manfaat Penelitian

1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

( Erwin Prawirodiharjo 2014)

Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

Kingdom Plantae

Phylum Mannoliophyta

Class Magnoliatae

Order Sapindales

Family Anacardiaceae

Genus Lannea

Species Lannea coromandelica

(Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

5

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

nyeri lokal (Wahid 2009)

22 Ektrak dan Ektraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (DepKes RI 2000)

Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

1 Parameter non spesifik

a Kadar air

Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b Kadar abu

Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

(DepKes RI 2000)

2 Parameter spesifik

a Identitas

Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

dan spesifik dari senyawa identitas

b Organoleptik

Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

(aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

1 Cara dingin

a Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

b Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

2 Cara panas

a Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

c Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

2000)

d Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

panas (Tiwari et al 2011)

e Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

23 Pelarut

Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

(Tiwari et al 2011)

Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

1 Air

Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

2 Aseton

Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

dengan aseton (Tiwari et al 2011)

3 Alkohol

Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

ekstraksi (Tiwari et al 2011)

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 Kloroform

Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

5 Eter

Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

lemak (Tiwari et al 2011)

6 n-Heksana

n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

ekstraksi minyak nabati

7 Etil asetat

Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

24 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

penampang maupun panjangnya

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

(Jawetz 1996)

Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

1 Golongan basil

Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

2 Golongan kokus

Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

yang berdiameter sampai 25μ

3 Golongan spiral

Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

dengan golongan kokus maupun golongan basil

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bakteri uji

1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

manusia (Jawetz 1996)

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

Divisi Protophyta atau Schizophyta

Kelas Schizomycetes

Bangsa Eubacteriales

Suku Micrococcaceae

Marga Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

2 Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

(Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

akuatik makanan air seni dan tinja

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

Devisi Bacteria

Kelas Schizomycetes

Bangsa Enterobacteriales

Suku Enterobacteriaceae

Marga Escherichia

Spesies Escherichia coli

3 Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

duodenum)

Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

Devisi Bacteria

Kelas Epsilon Probacteria

Bangsa Campylobacteralis

Suku Helicobateraceae

Marga Helicobacter

Spesis Helicobacter pylori

4 Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

42o

C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

Divisi Bacteria

Phylum Proteobacteria

Kelas Gamma Proteobacteria

Marga Pseudomonadales

Suku Pseudomonadaceae

Genus Pseudomonas

Species Pseudomonas aeruginosa

25 Antibakteri

Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

Mekanisme kerja antibakteri

1 Menghambat sintesis dinding sel

Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

1988)

2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

matinya sel (Pleczar 1988)

3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

4 Menganggu metabolisme sel mikroba

Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

matinya sel (Pleczar 1988)

5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

efisien

Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

1 Metode difusi

a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

(Pratiwi 2008)

b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

diuji (Pratiwi 2008)

e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

Y = panjang pertumbuhan aktual

C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

mgmL atau μgmL

Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

2 Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

(Pratiwi 2008)

b Metode dilusi padat solid dilution test

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

mikroba uji (Pratiwi 2008)

27 Antibiotika Pembanding

Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

(Depkes RI 1995)

Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

peptida (Katzung 2004)

Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

memakan bakteri) (Kester et al 2007)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

Januari-April 2015

32 Alat dan Bahan

321 Alat

Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

standar laboratorium

Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

(Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

(Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

(oxoid) jangka sorong

322 Bahan

Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

96 spirtus

21

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

323 Bakteri Uji

Bakteri yang digunakan antara lain

Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

33 Prosedur Kerja

331 Pembuatan simplisia

Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

332 Pembuatan Ekstak

Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Kemudian dihitung persen rendeman

Rendeman ekstrak = i i i x 100

333 Parameter ekstrak

a Identitas Ekstrak

Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b Organoleptik Ekstrak

Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

c Residu Pelarut Etanol

Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

d Kadar Air

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

hari (Depkes RI 2000)

e Kadar Abu Total

Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

1 Uji alkaloid

Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

2 Uji Flavonoid

Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

3 Uji Saponin

Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

1969)

4 Uji Glikosida

Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

5 Uji Triterpenoid dan steroid

Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

(Ayoola GA 2008)

6 Uji Fenol

Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Uji Tanin

Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

adanya tannin (Ayoola GA 2008)

335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

3352 Pembuatan Medium

1 NA (Nutrient Agar)

Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

2007)

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 NB (Nutrient Broth)

Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

15 menit (Alexander 2007)

3354 Peremajaan Bakteri

Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

3355 Identifikasi Bakteri Uji

Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

Dan siap diwarnai

Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

mikroskopik pada perbesaran 1000 x

3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

4 (pokyni2010)

3357 Pembuatan larutan uji

Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

(dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

2013)

3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

42 Penyiapan Sampel

Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

sebagai tanaman pagar

Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43 Ekstraksi

Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

44 Parameter Ekstrak

Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

Karakteristik Hasil

Parameter spesifik

1 Identitas

- Nama Latin

- Bagian Tumbuhan

- Nama Indonesia

- Lannea coromandelica

- Kulit batang

- Kayu jawa

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Organoleptik

- Bentuk

- Warna

- Bau

- Rasa

- Kental

- Coklat kehitaman

- Khas

- Agak sepat

Parameter non spesifik

1 Residu pelarut etanol 0

2 Kadar air 58

3 Kadar abu 14

Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

pancaindera

Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

pengujian aktivitas antibakteri

Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

45 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

jawa (Lannea coromandelica)

Penguji senyawa Hasil

Alkaloid -

Flavonoid +

Saponin +

Glikosida +

Steroid Triterpenoid -

Fenol +

Tanin +

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

46 Penentuan Diameter Zona Hambat

Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

terhadap bakteri uji

Konsentrasi

ekstrak

Diameter zona hambat (mm) rata-rata

Staphylococcus

aureus

Escherichia

coli

Helicobacter

pylori

Pseudomonas

aeruginosa

625 μgml - - - -

125 μgml - 70 - -

250 μgml - 78 73 68

500 μgml 71 85 82 85

Kontrol (-)

DMSO 5

- - - -

Kontrol (+)

kloramfenikol

204 250 233 203

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

zona bening pada DMSO 5 tidak ada

Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

(penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

menggunakan kloramfenikol

Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

85 mm dan 68 mm

Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

Konsentrasi

ekstrak

Nilai absorbansi kekeruhan

Staphylococcus

aureus

Escherichia

coli

Helicobacter

pylori

Psedomonas

aeruginosa

500 ppm 1312 1096 1190 1128

250 ppm 1512 1252 1556 1395

125 ppm 1603 1293 1940 1603

625 ppm 1623 1369 1952 1645

Kontrol

kuman

1504 1295 1938 1546

Kontrol media

(blanko)

0000 0000 0000 0000

Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

adalah 85 mm dan 68 mm

3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

52 Saran

Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

Institut Pertanian Bogor

Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

McGraw Hill Higer Education

Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

Pharmaceutical Research

Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

University Press

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Jakarta

Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

31 2008

Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

Balai penerbit FKUI Jakarta

Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

ITB Hal 6-17

Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

edition

The Pharmaceutical Press London England

Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

(Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

methodology

Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

dan Industri Pangan Vol XXII No 1

Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

Sciences

Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

Yogyakarta

Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

Agricultural and Food Chemistry

Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

Bio Sciences

Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

Pharmacy East West University Bangladesh

WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1 Alur penelitian

Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

Tanaman segar Kayu jawa

(Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

1 kg kulit batang Kayu jawa

(Lannea coromandelica)

Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

Serbuk simplisia 600 gram

Maserasi dengan menggunakan

etanol 96 sebanyak 12 L

Disaring dengan kapas

dan kertas saring

kemudian diuapkan

dengan vacum rotary

evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

Skrining Fitokimia

Uji Aktivitas Antibakteri

Sterilisasi

alat

Pembuatan

media (NA amp

NB)

Peremajaan

bakteri

Pembuatan

larutan uji

Pembuatan

suspensi bakteri

uji

Uji Diameter Zona

Hambat

Uji Konsentrasi

Hambat Minimum

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

NO Golongan

senyawa

Gambar Keterangan (hasil uji)

1 Alkaloid

(Dragendorf) (Mayer)

- Tidak terbentuk

endapan kream atau

putih (Mayer)

- Hasil (-) alkaloid

- Tidak terbentuk

endapan coklat

kemerahan

(Dragendorf)

- Hasil (-) alkaloid

2 Flavonoid

- Perubahan

intensitas warna

kuning menjadi

tidak berwarna

- Hasil (+)

flavonoid

3 Saponin

- Tebentuk busa

setinggi 1 cm

yang stabil

- Hasil (+)saponin

4 Glikosida

- Terbentuk larutan

berwarna kuning

- Hasil (+) glikosida

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Steroid dan

Triterpenoid

(steroid) (triterpenoid)

- Tidak terbentuk

warna hijau

kehitaman

(steroid) warna

merah

(triterprnoid)

- Hasil (-) steroid

dan triterpenoid

6 Fenol

- Terbentuk warna

hitam kebiruan

- Hasil (+) fenol

7 Tanin

(sebelum) (setelah)

Penambahan Fecl3 01

- Terbentuk biru

kehitaman

- Hasil (+) tanin

Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

= g g X

= 701

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

= w minusww minusw Bobot jenis =

i g minus i g i g minus i g

Bobot jenis = minus minus

Bobot jenis = 1026

Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

kesetaraan sama dengan 0

Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

= minus minus x =

Ket W0 berat cawan kosong (gram)

W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

= gram minus gram gram x =

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

Gambar I pengenceran larutan uji

Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

Larutan induk g =

μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

500 ppm = V1 N1 V2 N2

= 5000 μL X 10 mL 500 μL

=

= 1 mL

250 ppm = V1 N1 V2 N2

= 500 μL X 10 mL 250 μL

=

= 5 mL

125 ppm = V1 N1 V2 N2

= 250 μL X 10 mL 125 μL

=

= 5 mL

625 ppm = V1 N1 V2 N2

= 125 μL X 10 mL 625 μL

=

= 5 mL

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

Perbandingan dengan McFarland

Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

Gambar I Staphylococcus aureus

Gambar II Escherichia coli

Ket Gambar pewarnaan bakteri

staphylococcus aureus dengan

perbesaran 10 x 100

Berbentuk bulat dan berkelompok

seperti anggur

Berwarna ungu

ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

coli dengan perbesaran 10 x 100

Bebentuk batang pendek

Berwarna merah

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar III Helicobacter pylori

Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

Ket Gambar pewarnaan bakteri

Helicobacter pylori dengan

perbesaran 10 x 100

Berbentuk spiral atau batang

bengkok

Berwarna merah

Ket Gambar pewarnaan bakteri

Pseudomoas aeruginosa dengan

perbesaran 10 x 100

Berbentuk batang tunggal

Berwarna merah

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

(+) kloramfenikol

(-) DMSO 5

Ekstrak konsentrasi 500

ppm

Ekstrak konsentrasi 250

ppm

Ekstrak konsentrasi 125

ppm

Ekstrak konsentrasi 625

ppm

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

(+) kloramfenikol

(-) DMSO 5

Ekstrak konsentrasi 500

ppm

Ekstrak konsentrasi 250

ppm

Ekstrak konsentrasi 125

ppm

Ekstrak konsentrasi 625

ppm

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

(+) kloramfenikol

(-) DMSO 5

Ekstrak konsentrasi 500

ppm

Ekstrak konsentrasi 250

ppm

Ekstrak konsentrasi 125

ppm

Ekstrak konsentrasi 625

ppm

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

(+) kloramfenikol

(-) DMSO 5

Ekstrak konsentrasi 500

ppm

Ekstrak konsentrasi 250

ppm

Ekstrak konsentrasi 125

ppm

Ekstrak konsentrasi 625

ppm

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

250 ppm

1512

125 ppm

1523

625 ppm

1623

k kuman

1504

k media

0000

500 ppm

1096

250 ppm

1252

125 ppm

1293

k kuman

1295

k media

0000

500 ppm

1321

625 ppm

1369

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

spektrofotometer uv-vis

500 ppm

1190

250 ppm

1556

125 ppm

1940

k kuman

1938

k media

0000

500 ppm

1128

250 ppm

1395

125 ppm

1603

k kuman

1546

k media

0000

625 ppm

1952

625 ppm

1645

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

Simplisia kulit batang

kayu jawa

Ekstrak kulit batang kayu

jawa

Vortex

Mikropipet

Hotplate

Refrigator

LAF

Oven

Autoklaf

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Inkubator

Spektrofotometer uv-vis

Jangka sorong

  • DAFTAR ISI
  • Halaman
  • HALAMAN SAMPUL i
  • HALAMAN JUDUL ii
  • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
  • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
  • HALAMAN PENGESEHAN v
  • ABSTRAK vi
  • ABSTRACT vii
  • KATA PENGANTAR viii
  • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
  • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
  • DAFTAR ISI xi
  • DAFTAR TABEL xiii
  • DAFTAR GAMBAR xiv
  • DAFTAR LAMPIRAN xv
  • BAB I PENDAHULUAN 1
  • 11 Latar Belakang 1
  • 12 Rumusan Masalah 3
  • 13 Tujuan Penelitian 3
  • 14 Manfaat Penelitian 4
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
  • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
  • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
  • 23 Pelarut 10
  • 24 Bakteri 12
  • 25 Antibakteri 15
  • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
  • 25 Antibiotik Pembanding 19
  • BAB III METODE PENELITIAN 21
  • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
  • 32 Alat dan Bahan 21
  • 321 Alat 21
  • 322 Bahan 21
  • 323 Bakteri Uji 22
  • 33 Prosedur kerja 22
  • 331 Pembuatan Simplisia 22
  • 332 Pembuatan Ekstrak 22
  • 333 Parameter Ekstrak 23
  • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
  • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
  • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
  • 3352 Pembuatan Media 26
  • 3353 Peremajaan Bakteri 26
  • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
  • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
  • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
  • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
  • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
  • BAB IV PEMBAHASAN 29
  • 41 Determinasi Tanaman 29
  • 42 Penyiapan sample 29
  • 43 Ekstraksi 30
  • 44 Parameter Ekstrak 30
  • 45 Penapisan Fitokimia 32
  • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
  • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
  • BAB V PENUTUP 38
  • 51 Kesimpulan 38
  • 52 Saran 38
  • DAFTAR PUSTAKA 39
  • LAMPIRAN 43
  • DAFTAR TABEL
  • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
  • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
  • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
  • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
  • DAFTAR GAMBAR
  • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
  • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
  • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
  • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
  • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
  • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
  • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
  • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
  • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
  • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
  • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
  • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
  • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
  • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
  • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

    ii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK

    ETANOL 96 KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea

    coromandelica) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus

    aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

    aeruginosa

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Farmasi

    OLEH

    FITRI RAHMADANI

    1111102000048

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JUNI 2015

    iii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya sendiri

    dan semua sumber baik diketik maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar

    Nama Fitri Rahmadani

    NIM 1111102000048

    Tanda tangan

    Tanggal 28-5-2015

    iv

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    v

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    vi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Nama Fitri Rahmadani

    Program Studi Farmasi

    Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

    Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

    Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

    Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

    kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

    aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

    43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

    kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

    dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

    menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

    Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

    antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

    bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

    pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

    82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

    pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

    Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

    (Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

    500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

    pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

    ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

    etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

    antibakteri

    Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

    Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

    vii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACT

    Name Fitri Rahmadani

    Program Study Pharmacy

    Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

    Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

    pylori Pseudomonas aeruginosa

    This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

    jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

    Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

    Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

    maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

    diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

    control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

    with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

    zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

    concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

    250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

    Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

    mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

    500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

    Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

    coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

    6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

    concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

    of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

    μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

    coromandelica) bark was have activity antibacterial

    Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

    zone diameter Minimum inhibitory concentration

    viii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

    Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

    kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

    Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

    Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

    etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

    aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

    begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

    mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

    terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

    penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada

    1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

    Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

    Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

    meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

    penulis

    4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

    yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

    ix

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah memberikan ilmunya kepada penulis

    6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

    yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

    maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

    membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

    pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

    mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

    rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

    Aamiin

    7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

    tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

    serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

    dalam hidup penulis

    8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

    memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

    indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

    9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

    Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

    selama penelitian

    10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu per satu

    Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

    bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

    penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

    dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

    pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

    Jakarta 28 Mei 2015

    Penulis

    x

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

    AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

    Nama Fitri Rahmadani

    NIM 11110200048

    Program Study Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Jenis Karya Skripsi

    Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

    judul

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

    BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

    aeruginosa

    Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

    perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

    kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

    Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

    dengan sebenar-benarnya

    Dibuat di Jakarta

    Pada tanggal 30 Mei 2015

    Yang menyatakan

    (Fitri Rahmadani)

    xi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL i

    HALAMAN JUDUL ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

    HALAMAN PENGESEHAN v

    ABSTRAK vi

    ABSTRACT vii

    KATA PENGANTAR viii

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

    DAFTAR ISI xi

    DAFTAR TABEL xiii

    DAFTAR GAMBAR xiv

    DAFTAR LAMPIRAN xv

    BAB I PENDAHULUAN 1

    11 Latar Belakang 1

    12 Rumusan Masalah 3

    13 Tujuan Penelitian 3

    14 Manfaat Penelitian 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

    21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

    22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

    23 Pelarut 10

    24 Bakteri 12

    25 Antibakteri 15

    26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

    25 Antibiotik Pembanding 19

    BAB III METODE PENELITIAN 21

    31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

    32 Alat dan Bahan 21

    321 Alat 21

    xii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    322 Bahan 21

    323 Bakteri Uji 22

    33 Prosedur kerja 22

    331 Pembuatan Simplisia 22

    332 Pembuatan Ekstrak 22

    333 Parameter Ekstrak 23

    334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

    335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

    3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

    3352 Pembuatan Media 26

    3353 Peremajaan Bakteri 26

    3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

    3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

    3356 Pembuatan Larutan Uji 27

    3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

    3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

    BAB IV PEMBAHASAN 29

    41 Determinasi Tanaman 29

    42 Penyiapan sample 29

    43 Ekstraksi 30

    44 Parameter Ekstrak 30

    45 Penapisan Fitokimia 32

    46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

    47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

    BAB V PENUTUP 38

    51 Kesimpulan 38

    52 Saran 38

    DAFTAR PUSTAKA 39

    LAMPIRAN 43

    xiii

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

    Lannea coromandelica 31

    Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

    Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

    Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

    xiv

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

    Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

    xv

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

    Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

    Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

    Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

    Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

    Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

    Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

    Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

    Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

    Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

    Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

    Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

    Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

    1

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB I

    PENDAHULUAN

    11 Latar Belakang

    Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

    tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

    alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

    Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

    tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

    (Gana 2008)

    Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

    berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

    maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

    pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

    menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

    Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

    Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

    yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

    maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

    Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

    jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

    telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

    untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

    tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

    digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

    (Akbar 2010)

    Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

    masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

    jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

    sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

    yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

    karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

    1

    2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

    menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

    Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

    misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

    tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

    biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

    menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

    Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

    coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

    steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

    Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

    antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

    Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

    dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

    asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

    antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

    yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

    uji toksisitas (Erwin 2014)

    Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

    dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

    kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

    sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

    pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

    digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

    Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

    dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

    Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

    luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

    normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

    menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

    3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

    berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

    pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

    dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

    Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

    penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

    dan luka bakar yang berat

    Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

    pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

    coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

    aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

    tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

    coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

    12 Rumusan Masalah

    1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

    kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

    Sulawesi Indonesia

    2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

    Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

    13 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

    96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

    aeruginosa

    4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    14 Manfaat Penelitian

    1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

    aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

    coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

    antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

    Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

    2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

    mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

    5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

    Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

    ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

    Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

    Kingdom Plantae

    Phylum Mannoliophyta

    Class Magnoliatae

    Order Sapindales

    Family Anacardiaceae

    Genus Lannea

    Species Lannea coromandelica

    (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

    Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

    hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

    sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

    5

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

    eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

    tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

    kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

    hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

    di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

    Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

    Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

    pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

    ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

    paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

    mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

    sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

    Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

    impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

    nyeri lokal (Wahid 2009)

    22 Ektrak dan Ektraksi

    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

    senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

    yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

    ditetapkan (DepKes RI 2000)

    Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

    1 Parameter non spesifik

    a Kadar air

    Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

    dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

    destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b Kadar abu

    Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

    dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

    sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

    untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

    eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

    (DepKes RI 2000)

    2 Parameter spesifik

    a Identitas

    Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

    latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

    Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

    dan spesifik dari senyawa identitas

    b Organoleptik

    Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

    mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

    (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

    Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

    terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

    diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

    dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

    terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

    atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

    terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

    ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

    Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

    tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

    yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

    material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

    sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

    8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

    1 Cara dingin

    a Maserasi

    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

    pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

    kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

    adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

    kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

    banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

    cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

    pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

    pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

    cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

    b Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

    penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

    Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

    tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

    secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

    menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

    secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

    digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

    ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

    2 Cara panas

    a Sokletasi

    Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

    menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

    pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

    titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

    konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

    c Infusa

    Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

    menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

    digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

    2000)

    d Dekok

    Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

    titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

    air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

    ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

    panas (Tiwari et al 2011)

    e Digesti

    Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

    temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

    40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

    kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

    25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

    digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

    23 Pelarut

    Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

    Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

    tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

    pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

    menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

    (Tiwari et al 2011)

    Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

    akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

    kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

    pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

    Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

    1 Air

    Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

    produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

    secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

    dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

    antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

    melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

    signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

    yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

    2 Aseton

    Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

    tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

    mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

    untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

    dengan aseton (Tiwari et al 2011)

    3 Alkohol

    Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

    dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

    lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

    lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

    intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

    namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

    ekstraksi (Tiwari et al 2011)

    11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4 Kloroform

    Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

    menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

    aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

    dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

    pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

    5 Eter

    Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

    lemak (Tiwari et al 2011)

    6 n-Heksana

    n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

    bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

    molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

    953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

    71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

    ekstraksi minyak nabati

    7 Etil asetat

    Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

    secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

    dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

    24 Bakteri

    Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

    tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

    mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

    pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

    mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

    berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

    penampang maupun panjangnya

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

    reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

    negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

    sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

    struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

    karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

    Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

    Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

    tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

    lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

    mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

    (Jawetz 1996)

    Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

    golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

    1 Golongan basil

    Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

    bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

    sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

    2 Golongan kokus

    Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

    golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

    yang berdiameter sampai 25μ

    3 Golongan spiral

    Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

    Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

    dengan golongan kokus maupun golongan basil

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Bakteri uji

    1 Staphylococcus aureus

    Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

    patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

    berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

    teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

    Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

    paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

    aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

    ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

    manusia (Jawetz 1996)

    Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

    Divisi Protophyta atau Schizophyta

    Kelas Schizomycetes

    Bangsa Eubacteriales

    Suku Micrococcaceae

    Marga Staphylococcus

    Spesies Staphylococcus aureus

    2 Escherichia coli

    Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

    yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

    (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

    sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

    permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

    bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

    manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

    pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

    saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

    akuatik makanan air seni dan tinja

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

    Devisi Bacteria

    Kelas Schizomycetes

    Bangsa Enterobacteriales

    Suku Enterobacteriaceae

    Marga Escherichia

    Spesies Escherichia coli

    3 Helicobacter pylori

    Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

    bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

    lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

    diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

    duodenum)

    Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

    Devisi Bacteria

    Kelas Epsilon Probacteria

    Bangsa Campylobacteralis

    Suku Helicobateraceae

    Marga Helicobacter

    Spesis Helicobacter pylori

    4 Pseudomonas aeruginosa

    Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

    2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

    terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

    Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

    42o

    C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

    kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

    bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

    15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

    Divisi Bacteria

    Phylum Proteobacteria

    Kelas Gamma Proteobacteria

    Marga Pseudomonadales

    Suku Pseudomonadaceae

    Genus Pseudomonas

    Species Pseudomonas aeruginosa

    25 Antibakteri

    Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

    diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

    yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

    Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

    Mekanisme kerja antibakteri

    1 Menghambat sintesis dinding sel

    Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

    pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

    1988)

    2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

    Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

    serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

    memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

    membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

    matinya sel (Pleczar 1988)

    3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

    Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

    protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

    substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

    asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

    Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

    16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

    komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

    4 Menganggu metabolisme sel mikroba

    Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

    sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

    Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

    Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

    matinya sel (Pleczar 1988)

    5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

    DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

    kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

    terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

    mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

    26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

    Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

    konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

    mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

    menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

    pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

    antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

    efisien

    Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

    1 Metode difusi

    a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

    Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

    telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

    tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

    mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

    (Pratiwi 2008)

    b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

    Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

    17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

    mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

    mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

    diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

    mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

    ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

    c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

    antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

    memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

    membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

    parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

    d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

    dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

    mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

    diuji (Pratiwi 2008)

    e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

    pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

    agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

    kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

    selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

    memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

    mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

    dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

    total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

    dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

    X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

    Y = panjang pertumbuhan aktual

    C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

    mgmL atau μgmL

    Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

    18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

    dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

    mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

    2 Metode dilusi

    Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

    a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

    Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

    Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

    Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

    dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

    pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

    agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

    pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

    dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

    agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

    tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

    (Pratiwi 2008)

    b Metode dilusi padat solid dilution test

    Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

    media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

    agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

    mikroba uji (Pratiwi 2008)

    27 Antibiotika Pembanding

    Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

    Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

    19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

    putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

    praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

    Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

    propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

    (Depkes RI 1995)

    Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

    sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

    dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

    antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

    secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

    amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

    merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

    peptida (Katzung 2004)

    Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

    disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

    anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

    kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

    efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

    Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

    memakan bakteri) (Kester et al 2007)

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    31 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

    Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

    Januari-April 2015

    32 Alat dan Bahan

    321 Alat

    Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

    spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

    evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

    standar laboratorium

    Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

    (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

    325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

    (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

    magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

    laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

    (oxoid) jangka sorong

    322 Bahan

    Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

    kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

    Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

    Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

    akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

    kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

    fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

    NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

    96 spirtus

    21

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    323 Bakteri Uji

    Bakteri yang digunakan antara lain

    Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

    Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

    diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

    33 Prosedur Kerja

    331 Pembuatan simplisia

    Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

    diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

    peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

    disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

    dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

    kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

    bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

    serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

    332 Pembuatan Ekstak

    Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

    600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

    etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

    kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

    kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

    menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

    menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

    Kemudian dihitung persen rendeman

    Rendeman ekstrak = i i i x 100

    333 Parameter ekstrak

    a Identitas Ekstrak

    Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

    ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

    nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

    22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b Organoleptik Ekstrak

    Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

    mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

    c Residu Pelarut Etanol

    Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

    mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

    mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

    cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

    etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

    etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

    d Kadar Air

    Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

    yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

    Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

    Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

    kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

    hari (Depkes RI 2000)

    e Kadar Abu Total

    Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

    etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

    perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

    dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

    terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

    334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

    terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

    alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

    1 Uji alkaloid

    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

    disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

    ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

    23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

    dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

    pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

    Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

    coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

    senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

    2 Uji Flavonoid

    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

    ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

    kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

    mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

    3 Uji Saponin

    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

    larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

    setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

    1969)

    4 Uji Glikosida

    Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

    larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

    senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

    5 Uji Triterpenoid dan steroid

    Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

    diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

    kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

    dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

    kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

    triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

    (Ayoola GA 2008)

    6 Uji Fenol

    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

    ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

    mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

    24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    7 Uji Tanin

    Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

    reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

    FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

    adanya tannin (Ayoola GA 2008)

    335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

    3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

    Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

    disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

    mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

    autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

    disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

    dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

    tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

    Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

    plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

    Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

    disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

    sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

    Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

    selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

    sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

    3352 Pembuatan Medium

    1 NA (Nutrient Agar)

    Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

    aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

    kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

    menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

    telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

    kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

    2007)

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2 NB (Nutrient Broth)

    Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

    aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

    stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

    15 menit (Alexander 2007)

    3354 Peremajaan Bakteri

    Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

    yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

    aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

    digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

    inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

    3355 Identifikasi Bakteri Uji

    Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

    dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

    kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

    diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

    Dan siap diwarnai

    Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

    atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

    sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

    kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

    dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

    dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

    preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

    dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

    mikroskopik pada perbesaran 1000 x

    3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

    Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

    selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

    dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

    divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

    pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

    09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

    Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

    kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

    4 (pokyni2010)

    3357 Pembuatan larutan uji

    Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

    (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

    yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

    tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

    ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

    3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

    Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

    steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

    Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

    menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

    diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

    ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

    telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

    30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

    370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

    yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

    2013)

    3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

    Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

    batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

    masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

    tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

    ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

    dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

    09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

    diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

    kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

    kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

    pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

    Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

    konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

    absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    41 Determinasi Tanaman

    Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

    tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

    Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

    Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

    Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

    42 Penyiapan Sampel

    Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

    dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

    sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

    Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

    sebagai tanaman pagar

    Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

    dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

    dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

    batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

    dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

    mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

    terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

    proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

    menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

    perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

    pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

    Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

    kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

    disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

    pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

    menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    43 Ekstraksi

    Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

    metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

    batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

    dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

    sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

    hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

    12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

    2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

    tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

    etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

    pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

    antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

    mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

    dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

    mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

    kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

    evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

    gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

    44 Parameter Ekstrak

    Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

    non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

    Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

    96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

    Karakteristik Hasil

    Parameter spesifik

    1 Identitas

    - Nama Latin

    - Bagian Tumbuhan

    - Nama Indonesia

    - Lannea coromandelica

    - Kulit batang

    - Kayu jawa

    30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2 Organoleptik

    - Bentuk

    - Warna

    - Bau

    - Rasa

    - Kental

    - Coklat kehitaman

    - Khas

    - Agak sepat

    Parameter non spesifik

    1 Residu pelarut etanol 0

    2 Kadar air 58

    3 Kadar abu 14

    Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

    dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

    kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

    kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

    pancaindera

    Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

    aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

    dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

    pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

    yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

    masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

    memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

    pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

    antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

    dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

    yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

    dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

    kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

    Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

    air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

    beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

    96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

    31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

    bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

    air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

    pengujian aktivitas antibakteri

    Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

    kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

    terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

    dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

    anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

    Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

    bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

    dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

    coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

    45 Penapisan Fitokimia

    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

    metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

    coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

    memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

    dilihat pada tabel berikut ini

    Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

    jawa (Lannea coromandelica)

    Penguji senyawa Hasil

    Alkaloid -

    Flavonoid +

    Saponin +

    Glikosida +

    Steroid Triterpenoid -

    Fenol +

    Tanin +

    32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

    adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

    glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

    polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

    46 Penentuan Diameter Zona Hambat

    Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

    difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

    bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

    tabel berikut

    Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

    terhadap bakteri uji

    Konsentrasi

    ekstrak

    Diameter zona hambat (mm) rata-rata

    Staphylococcus

    aureus

    Escherichia

    coli

    Helicobacter

    pylori

    Pseudomonas

    aeruginosa

    625 μgml - - - -

    125 μgml - 70 - -

    250 μgml - 78 73 68

    500 μgml 71 85 82 85

    Kontrol (-)

    DMSO 5

    - - - -

    Kontrol (+)

    kloramfenikol

    204 250 233 203

    Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

    96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

    antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

    zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

    250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

    penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

    literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

    33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

    pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

    Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

    menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

    zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

    ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

    sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

    menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

    konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

    terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

    kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

    zona bening pada DMSO 5 tidak ada

    Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

    30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

    Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

    sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

    Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

    kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

    penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

    dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

    satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

    Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

    (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

    amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

    Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

    menggunakan kloramfenikol

    Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

    bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

    konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

    adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

    diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

    34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

    73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

    antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

    85 mm dan 68 mm

    Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

    sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

    Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

    (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

    tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

    antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

    kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

    glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

    47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

    Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

    konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

    berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

    Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

    menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

    Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

    menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

    Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

    di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

    tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

    suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

    yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

    inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

    kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

    kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

    kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

    35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

    Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

    kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

    Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

    (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

    membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

    mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

    Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

    secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

    dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

    Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

    menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

    sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

    Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

    Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

    Konsentrasi

    ekstrak

    Nilai absorbansi kekeruhan

    Staphylococcus

    aureus

    Escherichia

    coli

    Helicobacter

    pylori

    Psedomonas

    aeruginosa

    500 ppm 1312 1096 1190 1128

    250 ppm 1512 1252 1556 1395

    125 ppm 1603 1293 1940 1603

    625 ppm 1623 1369 1952 1645

    Kontrol

    kuman

    1504 1295 1938 1546

    Kontrol media

    (blanko)

    0000 0000 0000 0000

    Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

    coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

    nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

    36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

    Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

    37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    51 Kesimpulan

    1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

    memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

    aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

    2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

    500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

    menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

    dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

    mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

    500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

    dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

    pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

    adalah 85 mm dan 68 mm

    3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

    jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

    adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

    terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

    bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

    52 Saran

    Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

    aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

    38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

    Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

    Institut Pertanian Bogor

    Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

    Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

    Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

    Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

    Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

    Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

    McGraw Hill Higer Education

    Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

    Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

    Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

    Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

    Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

    americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

    Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

    Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

    Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

    leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

    Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

    EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

    Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

    In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

    Pharmaceutical Research

    Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

    Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

    University Press

    39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

    Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

    Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

    Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

    Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

    Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia Jakarta

    Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

    Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

    Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

    coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

    of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

    Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

    production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

    31 2008

    Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

    Balai penerbit FKUI Jakarta

    Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

    Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

    ITB Hal 6-17

    Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

    edition

    The Pharmaceutical Press London England

    Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

    EGC

    Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

    Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

    Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

    Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

    Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

    40

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

    Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

    Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

    (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

    httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

    Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

    Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

    India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

    Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

    Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

    the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

    International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

    4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

    Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

    Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

    methodology

    Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

    Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

    dan Industri Pangan Vol XXII No 1

    Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

    Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

    Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

    Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

    Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

    Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

    Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

    Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

    American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

    Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

    secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

    Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

    41

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

    Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

    Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

    Sciences

    Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

    Yogyakarta

    Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

    Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

    Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

    Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

    Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

    against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

    Agricultural and Food Chemistry

    Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

    Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

    Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

    Bio Sciences

    Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

    coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

    Pharmacy East West University Bangladesh

    WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

    Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

    Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

    Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

    42

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 1 Alur penelitian

    Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

    Tanaman segar Kayu jawa

    (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

    1 kg kulit batang Kayu jawa

    (Lannea coromandelica)

    Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

    Serbuk simplisia 600 gram

    Maserasi dengan menggunakan

    etanol 96 sebanyak 12 L

    Disaring dengan kapas

    dan kertas saring

    kemudian diuapkan

    dengan vacum rotary

    evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

    Skrining Fitokimia

    Uji Aktivitas Antibakteri

    Sterilisasi

    alat

    Pembuatan

    media (NA amp

    NB)

    Peremajaan

    bakteri

    Pembuatan

    larutan uji

    Pembuatan

    suspensi bakteri

    uji

    Uji Diameter Zona

    Hambat

    Uji Konsentrasi

    Hambat Minimum

    43

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    44

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

    NO Golongan

    senyawa

    Gambar Keterangan (hasil uji)

    1 Alkaloid

    (Dragendorf) (Mayer)

    - Tidak terbentuk

    endapan kream atau

    putih (Mayer)

    - Hasil (-) alkaloid

    - Tidak terbentuk

    endapan coklat

    kemerahan

    (Dragendorf)

    - Hasil (-) alkaloid

    2 Flavonoid

    - Perubahan

    intensitas warna

    kuning menjadi

    tidak berwarna

    - Hasil (+)

    flavonoid

    3 Saponin

    - Tebentuk busa

    setinggi 1 cm

    yang stabil

    - Hasil (+)saponin

    4 Glikosida

    - Terbentuk larutan

    berwarna kuning

    - Hasil (+) glikosida

    45

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5 Steroid dan

    Triterpenoid

    (steroid) (triterpenoid)

    - Tidak terbentuk

    warna hijau

    kehitaman

    (steroid) warna

    merah

    (triterprnoid)

    - Hasil (-) steroid

    dan triterpenoid

    6 Fenol

    - Terbentuk warna

    hitam kebiruan

    - Hasil (+) fenol

    7 Tanin

    (sebelum) (setelah)

    Penambahan Fecl3 01

    - Terbentuk biru

    kehitaman

    - Hasil (+) tanin

    Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

    = g g X

    = 701

    46

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

    = w minusww minusw Bobot jenis =

    i g minus i g i g minus i g

    Bobot jenis = minus minus

    Bobot jenis = 1026

    Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

    jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

    kesetaraan sama dengan 0

    Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

    = minus minus x =

    Ket W0 berat cawan kosong (gram)

    W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

    W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

    Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

    = gram minus gram gram x =

    47

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

    Gambar I pengenceran larutan uji

    Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

    Larutan induk g =

    μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

    500 ppm = V1 N1 V2 N2

    = 5000 μL X 10 mL 500 μL

    =

    = 1 mL

    250 ppm = V1 N1 V2 N2

    = 500 μL X 10 mL 250 μL

    =

    = 5 mL

    125 ppm = V1 N1 V2 N2

    = 250 μL X 10 mL 125 μL

    =

    = 5 mL

    625 ppm = V1 N1 V2 N2

    = 125 μL X 10 mL 625 μL

    =

    = 5 mL

    48

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

    Perbandingan dengan McFarland

    Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

    Gambar I Staphylococcus aureus

    Gambar II Escherichia coli

    Ket Gambar pewarnaan bakteri

    staphylococcus aureus dengan

    perbesaran 10 x 100

    Berbentuk bulat dan berkelompok

    seperti anggur

    Berwarna ungu

    ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

    coli dengan perbesaran 10 x 100

    Bebentuk batang pendek

    Berwarna merah

    49

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar III Helicobacter pylori

    Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

    Ket Gambar pewarnaan bakteri

    Helicobacter pylori dengan

    perbesaran 10 x 100

    Berbentuk spiral atau batang

    bengkok

    Berwarna merah

    Ket Gambar pewarnaan bakteri

    Pseudomoas aeruginosa dengan

    perbesaran 10 x 100

    Berbentuk batang tunggal

    Berwarna merah

    50

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

    Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

    Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

    (+) kloramfenikol

    (-) DMSO 5

    Ekstrak konsentrasi 500

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 250

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 125

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 625

    ppm

    51

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

    (+) kloramfenikol

    (-) DMSO 5

    Ekstrak konsentrasi 500

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 250

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 125

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 625

    ppm

    52

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

    (+) kloramfenikol

    (-) DMSO 5

    Ekstrak konsentrasi 500

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 250

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 125

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 625

    ppm

    53

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

    (+) kloramfenikol

    (-) DMSO 5

    Ekstrak konsentrasi 500

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 250

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 125

    ppm

    Ekstrak konsentrasi 625

    ppm

    54

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

    Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

    Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

    Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

    250 ppm

    1512

    125 ppm

    1523

    625 ppm

    1623

    k kuman

    1504

    k media

    0000

    500 ppm

    1096

    250 ppm

    1252

    125 ppm

    1293

    k kuman

    1295

    k media

    0000

    500 ppm

    1321

    625 ppm

    1369

    55

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

    Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

    Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

    dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

    spektrofotometer uv-vis

    500 ppm

    1190

    250 ppm

    1556

    125 ppm

    1940

    k kuman

    1938

    k media

    0000

    500 ppm

    1128

    250 ppm

    1395

    125 ppm

    1603

    k kuman

    1546

    k media

    0000

    625 ppm

    1952

    625 ppm

    1645

    56

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

    Simplisia kulit batang

    kayu jawa

    Ekstrak kulit batang kayu

    jawa

    Vortex

    Mikropipet

    Hotplate

    Refrigator

    LAF

    Oven

    Autoklaf

    57

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Inkubator

    Spektrofotometer uv-vis

    Jangka sorong

    • DAFTAR ISI
    • Halaman
    • HALAMAN SAMPUL i
    • HALAMAN JUDUL ii
    • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
    • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
    • HALAMAN PENGESEHAN v
    • ABSTRAK vi
    • ABSTRACT vii
    • KATA PENGANTAR viii
    • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
    • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
    • DAFTAR ISI xi
    • DAFTAR TABEL xiii
    • DAFTAR GAMBAR xiv
    • DAFTAR LAMPIRAN xv
    • BAB I PENDAHULUAN 1
    • 11 Latar Belakang 1
    • 12 Rumusan Masalah 3
    • 13 Tujuan Penelitian 3
    • 14 Manfaat Penelitian 4
    • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
    • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
    • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
    • 23 Pelarut 10
    • 24 Bakteri 12
    • 25 Antibakteri 15
    • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
    • 25 Antibiotik Pembanding 19
    • BAB III METODE PENELITIAN 21
    • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
    • 32 Alat dan Bahan 21
    • 321 Alat 21
    • 322 Bahan 21
    • 323 Bakteri Uji 22
    • 33 Prosedur kerja 22
    • 331 Pembuatan Simplisia 22
    • 332 Pembuatan Ekstrak 22
    • 333 Parameter Ekstrak 23
    • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
    • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
    • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
    • 3352 Pembuatan Media 26
    • 3353 Peremajaan Bakteri 26
    • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
    • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
    • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
    • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
    • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
    • BAB IV PEMBAHASAN 29
    • 41 Determinasi Tanaman 29
    • 42 Penyiapan sample 29
    • 43 Ekstraksi 30
    • 44 Parameter Ekstrak 30
    • 45 Penapisan Fitokimia 32
    • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
    • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
    • BAB V PENUTUP 38
    • 51 Kesimpulan 38
    • 52 Saran 38
    • DAFTAR PUSTAKA 39
    • LAMPIRAN 43
    • DAFTAR TABEL
    • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
    • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
    • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
    • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
    • DAFTAR GAMBAR
    • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
    • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
    • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
    • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
    • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
    • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
    • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
    • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
    • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
    • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
    • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
    • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
    • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
    • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
    • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

      iii

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

      Skripsi ini adalah hasil karya sendiri

      dan semua sumber baik diketik maupun dirujuk

      telah saya nyatakan dengan benar

      Nama Fitri Rahmadani

      NIM 1111102000048

      Tanda tangan

      Tanggal 28-5-2015

      iv

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      v

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      vi

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      ABSTRAK

      Nama Fitri Rahmadani

      Program Studi Farmasi

      Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

      Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

      Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

      Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

      Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

      kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

      aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

      43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

      kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

      dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

      menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

      Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

      antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

      bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

      pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

      82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

      pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

      Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

      (Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

      500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

      pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

      ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

      etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

      antibakteri

      Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

      Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

      vii

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      ABSTRACT

      Name Fitri Rahmadani

      Program Study Pharmacy

      Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

      Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

      Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

      pylori Pseudomonas aeruginosa

      This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

      jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

      Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

      Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

      maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

      diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

      control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

      with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

      zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

      concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

      250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

      Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

      mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

      500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

      Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

      coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

      6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

      concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

      of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

      μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

      coromandelica) bark was have activity antibacterial

      Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

      zone diameter Minimum inhibitory concentration

      viii

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      KATA PENGANTAR

      Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

      Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

      kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

      sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

      Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

      Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

      etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

      Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

      aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

      Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

      Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

      Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

      begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

      mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

      terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

      penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

      kepada

      1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

      Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

      Hidayatullah Jakarta

      2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

      Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

      Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

      3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

      Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

      meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

      penulis

      4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

      yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

      ix

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

      Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

      telah memberikan ilmunya kepada penulis

      6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

      yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

      maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

      membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

      pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

      mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

      rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

      Aamiin

      7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

      tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

      serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

      dalam hidup penulis

      8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

      memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

      indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

      9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

      Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

      selama penelitian

      10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

      dapat penulis sebutkan satu per satu

      Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

      bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

      penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

      dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

      pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

      Jakarta 28 Mei 2015

      Penulis

      x

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

      AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

      Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

      Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

      Nama Fitri Rahmadani

      NIM 11110200048

      Program Study Farmasi

      Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

      Jenis Karya Skripsi

      Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

      judul

      UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

      BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

      Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

      aeruginosa

      Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

      perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

      kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

      Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

      dengan sebenar-benarnya

      Dibuat di Jakarta

      Pada tanggal 30 Mei 2015

      Yang menyatakan

      (Fitri Rahmadani)

      xi

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      DAFTAR ISI

      Halaman

      HALAMAN SAMPUL i

      HALAMAN JUDUL ii

      HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

      HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

      HALAMAN PENGESEHAN v

      ABSTRAK vi

      ABSTRACT vii

      KATA PENGANTAR viii

      HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

      TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

      DAFTAR ISI xi

      DAFTAR TABEL xiii

      DAFTAR GAMBAR xiv

      DAFTAR LAMPIRAN xv

      BAB I PENDAHULUAN 1

      11 Latar Belakang 1

      12 Rumusan Masalah 3

      13 Tujuan Penelitian 3

      14 Manfaat Penelitian 4

      BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

      21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

      22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

      23 Pelarut 10

      24 Bakteri 12

      25 Antibakteri 15

      26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

      25 Antibiotik Pembanding 19

      BAB III METODE PENELITIAN 21

      31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

      32 Alat dan Bahan 21

      321 Alat 21

      xii

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      322 Bahan 21

      323 Bakteri Uji 22

      33 Prosedur kerja 22

      331 Pembuatan Simplisia 22

      332 Pembuatan Ekstrak 22

      333 Parameter Ekstrak 23

      334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

      335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

      3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

      3352 Pembuatan Media 26

      3353 Peremajaan Bakteri 26

      3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

      3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

      3356 Pembuatan Larutan Uji 27

      3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

      3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

      BAB IV PEMBAHASAN 29

      41 Determinasi Tanaman 29

      42 Penyiapan sample 29

      43 Ekstraksi 30

      44 Parameter Ekstrak 30

      45 Penapisan Fitokimia 32

      46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

      47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

      BAB V PENUTUP 38

      51 Kesimpulan 38

      52 Saran 38

      DAFTAR PUSTAKA 39

      LAMPIRAN 43

      xiii

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      DAFTAR TABEL

      Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

      Lannea coromandelica 31

      Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

      Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

      Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

      xiv

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      DAFTAR GAMBAR

      Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

      Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

      xv

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      DAFTAR LAMPIRAN

      Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

      Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

      Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

      Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

      Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

      Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

      Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

      Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

      Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

      Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

      Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

      Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

      Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

      1

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      BAB I

      PENDAHULUAN

      11 Latar Belakang

      Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

      tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

      alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

      Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

      tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

      (Gana 2008)

      Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

      berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

      maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

      pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

      menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

      Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

      Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

      yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

      maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

      Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

      jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

      telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

      untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

      tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

      digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

      (Akbar 2010)

      Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

      masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

      jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

      sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

      yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

      karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

      1

      2

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

      menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

      Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

      misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

      tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

      biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

      menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

      Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

      coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

      steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

      Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

      antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

      Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

      dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

      asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

      antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

      yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

      uji toksisitas (Erwin 2014)

      Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

      dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

      kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

      sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

      pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

      digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

      Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

      dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

      Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

      luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

      normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

      menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

      3

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

      berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

      pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

      dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

      Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

      penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

      dan luka bakar yang berat

      Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

      pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

      coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

      aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

      tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

      (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

      coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

      12 Rumusan Masalah

      1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

      kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

      Sulawesi Indonesia

      2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

      (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

      Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

      13 Tujuan Penelitian

      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

      96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

      Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

      aeruginosa

      4

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      14 Manfaat Penelitian

      1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

      aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

      coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

      antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

      Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

      2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

      mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

      5

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      BAB II

      TINJAUAN PUSTAKA

      21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

      Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

      ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

      Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

      Kingdom Plantae

      Phylum Mannoliophyta

      Class Magnoliatae

      Order Sapindales

      Family Anacardiaceae

      Genus Lannea

      Species Lannea coromandelica

      (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

      Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

      hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

      sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

      5

      6

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

      eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

      tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

      kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

      hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

      di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

      Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

      Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

      pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

      ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

      paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

      mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

      sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

      Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

      impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

      nyeri lokal (Wahid 2009)

      22 Ektrak dan Ektraksi

      Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

      senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

      yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

      serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

      ditetapkan (DepKes RI 2000)

      Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

      1 Parameter non spesifik

      a Kadar air

      Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

      dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

      destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

      7

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      b Kadar abu

      Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

      dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

      sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

      untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

      eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

      (DepKes RI 2000)

      2 Parameter spesifik

      a Identitas

      Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

      latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

      Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

      dan spesifik dari senyawa identitas

      b Organoleptik

      Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

      mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

      (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

      Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

      terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

      diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

      dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

      terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

      atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

      terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

      ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

      Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

      tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

      yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

      material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

      sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

      8

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

      1 Cara dingin

      a Maserasi

      Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

      pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

      kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

      adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

      kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

      banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

      cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

      pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

      pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

      cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

      b Perkolasi

      Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

      penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

      Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

      tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

      secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

      menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

      secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

      digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

      ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

      2 Cara panas

      a Sokletasi

      Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

      menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

      pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

      9

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      b Refluks

      Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

      titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

      konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

      c Infusa

      Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

      menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

      digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

      2000)

      d Dekok

      Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

      titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

      air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

      ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

      panas (Tiwari et al 2011)

      e Digesti

      Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

      temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

      40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

      kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

      25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

      digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

      23 Pelarut

      Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

      Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

      tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

      pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

      menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

      10

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

      (Tiwari et al 2011)

      Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

      akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

      kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

      pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

      Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

      1 Air

      Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

      produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

      secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

      dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

      antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

      melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

      signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

      yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

      2 Aseton

      Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

      tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

      mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

      untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

      dengan aseton (Tiwari et al 2011)

      3 Alkohol

      Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

      dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

      lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

      lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

      intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

      namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

      ekstraksi (Tiwari et al 2011)

      11

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      4 Kloroform

      Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

      menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

      aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

      dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

      pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

      5 Eter

      Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

      lemak (Tiwari et al 2011)

      6 n-Heksana

      n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

      bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

      molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

      953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

      71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

      ekstraksi minyak nabati

      7 Etil asetat

      Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

      secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

      dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

      24 Bakteri

      Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

      tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

      mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

      pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

      mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

      berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

      penampang maupun panjangnya

      12

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

      reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

      negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

      sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

      struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

      karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

      Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

      Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

      tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

      lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

      mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

      (Jawetz 1996)

      Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

      golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

      1 Golongan basil

      Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

      bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

      sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

      2 Golongan kokus

      Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

      golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

      yang berdiameter sampai 25μ

      3 Golongan spiral

      Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

      Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

      dengan golongan kokus maupun golongan basil

      13

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Bakteri uji

      1 Staphylococcus aureus

      Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

      patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

      berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

      teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

      Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

      paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

      aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

      ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

      manusia (Jawetz 1996)

      Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

      Divisi Protophyta atau Schizophyta

      Kelas Schizomycetes

      Bangsa Eubacteriales

      Suku Micrococcaceae

      Marga Staphylococcus

      Spesies Staphylococcus aureus

      2 Escherichia coli

      Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

      yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

      (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

      sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

      permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

      bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

      manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

      pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

      saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

      akuatik makanan air seni dan tinja

      14

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

      Devisi Bacteria

      Kelas Schizomycetes

      Bangsa Enterobacteriales

      Suku Enterobacteriaceae

      Marga Escherichia

      Spesies Escherichia coli

      3 Helicobacter pylori

      Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

      bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

      lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

      diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

      duodenum)

      Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

      Devisi Bacteria

      Kelas Epsilon Probacteria

      Bangsa Campylobacteralis

      Suku Helicobateraceae

      Marga Helicobacter

      Spesis Helicobacter pylori

      4 Pseudomonas aeruginosa

      Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

      2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

      terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

      Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

      42o

      C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

      kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

      bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

      15

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

      Divisi Bacteria

      Phylum Proteobacteria

      Kelas Gamma Proteobacteria

      Marga Pseudomonadales

      Suku Pseudomonadaceae

      Genus Pseudomonas

      Species Pseudomonas aeruginosa

      25 Antibakteri

      Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

      diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

      yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

      Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

      Mekanisme kerja antibakteri

      1 Menghambat sintesis dinding sel

      Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

      pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

      1988)

      2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

      Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

      serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

      memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

      membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

      matinya sel (Pleczar 1988)

      3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

      Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

      protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

      substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

      asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

      Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

      16

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

      komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

      4 Menganggu metabolisme sel mikroba

      Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

      sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

      Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

      Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

      matinya sel (Pleczar 1988)

      5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

      DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

      kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

      terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

      mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

      26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

      Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

      konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

      mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

      menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

      pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

      antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

      efisien

      Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

      1 Metode difusi

      a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

      Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

      telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

      tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

      mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

      (Pratiwi 2008)

      b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

      Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

      17

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

      mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

      mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

      diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

      mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

      ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

      pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

      c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

      antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

      memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

      membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

      parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

      d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

      dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

      mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

      diuji (Pratiwi 2008)

      e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

      pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

      agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

      kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

      selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

      memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

      mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

      dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

      total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

      dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

      X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

      Y = panjang pertumbuhan aktual

      C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

      mgmL atau μgmL

      Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

      18

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

      dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

      mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

      2 Metode dilusi

      Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

      a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

      Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

      Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

      Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

      dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

      pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

      agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

      pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

      dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

      agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

      tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

      (Pratiwi 2008)

      b Metode dilusi padat solid dilution test

      Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

      media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

      agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

      mikroba uji (Pratiwi 2008)

      27 Antibiotika Pembanding

      Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

      Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

      19

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

      putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

      praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

      Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

      propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

      (Depkes RI 1995)

      Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

      sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

      dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

      antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

      secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

      amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

      merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

      peptida (Katzung 2004)

      Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

      disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

      anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

      kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

      efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

      Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

      memakan bakteri) (Kester et al 2007)

      20

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      BAB III

      METODE PENELITIAN

      31 Tempat dan Waktu Penelitian

      Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

      Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

      Januari-April 2015

      32 Alat dan Bahan

      321 Alat

      Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

      spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

      evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

      standar laboratorium

      Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

      (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

      325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

      (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

      magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

      laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

      (oxoid) jangka sorong

      322 Bahan

      Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

      kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

      Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

      Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

      akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

      kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

      fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

      NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

      96 spirtus

      21

      21

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      323 Bakteri Uji

      Bakteri yang digunakan antara lain

      Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

      Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

      diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

      33 Prosedur Kerja

      331 Pembuatan simplisia

      Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

      diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

      peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

      disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

      dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

      kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

      bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

      serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

      332 Pembuatan Ekstak

      Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

      600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

      etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

      kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

      kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

      menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

      menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

      Kemudian dihitung persen rendeman

      Rendeman ekstrak = i i i x 100

      333 Parameter ekstrak

      a Identitas Ekstrak

      Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

      ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

      nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

      22

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      b Organoleptik Ekstrak

      Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

      mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

      c Residu Pelarut Etanol

      Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

      mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

      mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

      cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

      etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

      etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

      d Kadar Air

      Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

      yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

      Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

      Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

      kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

      hari (Depkes RI 2000)

      e Kadar Abu Total

      Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

      etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

      perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

      dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

      terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

      334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

      terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

      alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

      1 Uji alkaloid

      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

      disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

      ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

      23

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

      dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

      pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

      Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

      coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

      senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

      2 Uji Flavonoid

      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

      ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

      kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

      mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

      3 Uji Saponin

      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

      larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

      setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

      1969)

      4 Uji Glikosida

      Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

      larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

      senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

      5 Uji Triterpenoid dan steroid

      Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

      diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

      kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

      dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

      kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

      triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

      (Ayoola GA 2008)

      6 Uji Fenol

      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

      ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

      mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

      24

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      7 Uji Tanin

      Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

      reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

      FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

      adanya tannin (Ayoola GA 2008)

      335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

      3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

      Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

      disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

      mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

      autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

      disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

      dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

      tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

      Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

      plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

      Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

      disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

      sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

      Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

      selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

      sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

      3352 Pembuatan Medium

      1 NA (Nutrient Agar)

      Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

      aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

      kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

      menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

      telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

      kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

      2007)

      25

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      2 NB (Nutrient Broth)

      Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

      aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

      stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

      15 menit (Alexander 2007)

      3354 Peremajaan Bakteri

      Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

      yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

      aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

      digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

      inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

      3355 Identifikasi Bakteri Uji

      Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

      dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

      kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

      diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

      Dan siap diwarnai

      Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

      atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

      sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

      kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

      dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

      dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

      preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

      dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

      mikroskopik pada perbesaran 1000 x

      3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

      Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

      selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

      dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

      divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

      pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

      26

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

      09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

      Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

      kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

      4 (pokyni2010)

      3357 Pembuatan larutan uji

      Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

      (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

      yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

      tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

      ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

      3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

      Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

      steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

      Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

      menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

      diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

      ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

      telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

      30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

      370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

      yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

      2013)

      3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

      Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

      batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

      masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

      tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

      ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

      dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

      09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

      27

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

      diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

      kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

      kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

      pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

      Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

      konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

      absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

      28

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      BAB IV

      HASIL DAN PEMBAHASAN

      41 Determinasi Tanaman

      Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

      tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

      Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

      Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

      Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

      42 Penyiapan Sampel

      Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

      dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

      sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

      Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

      sebagai tanaman pagar

      Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

      dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

      dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

      batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

      dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

      mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

      terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

      proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

      menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

      perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

      pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

      Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

      kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

      disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

      pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

      menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

      29

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      43 Ekstraksi

      Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

      metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

      batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

      dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

      sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

      hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

      12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

      2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

      tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

      etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

      pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

      antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

      mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

      dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

      mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

      kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

      evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

      gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

      44 Parameter Ekstrak

      Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

      non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

      Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

      96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

      Karakteristik Hasil

      Parameter spesifik

      1 Identitas

      - Nama Latin

      - Bagian Tumbuhan

      - Nama Indonesia

      - Lannea coromandelica

      - Kulit batang

      - Kayu jawa

      30

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      2 Organoleptik

      - Bentuk

      - Warna

      - Bau

      - Rasa

      - Kental

      - Coklat kehitaman

      - Khas

      - Agak sepat

      Parameter non spesifik

      1 Residu pelarut etanol 0

      2 Kadar air 58

      3 Kadar abu 14

      Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

      dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

      kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

      kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

      pancaindera

      Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

      aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

      dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

      pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

      yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

      masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

      memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

      pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

      antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

      dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

      yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

      dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

      kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

      Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

      air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

      beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

      96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

      31

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

      bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

      air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

      pengujian aktivitas antibakteri

      Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

      kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

      terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

      dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

      anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

      Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

      bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

      dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

      coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

      45 Penapisan Fitokimia

      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

      metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

      coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

      memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

      dilihat pada tabel berikut ini

      Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

      jawa (Lannea coromandelica)

      Penguji senyawa Hasil

      Alkaloid -

      Flavonoid +

      Saponin +

      Glikosida +

      Steroid Triterpenoid -

      Fenol +

      Tanin +

      32

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

      adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

      glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

      polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

      46 Penentuan Diameter Zona Hambat

      Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

      difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

      bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

      tabel berikut

      Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

      terhadap bakteri uji

      Konsentrasi

      ekstrak

      Diameter zona hambat (mm) rata-rata

      Staphylococcus

      aureus

      Escherichia

      coli

      Helicobacter

      pylori

      Pseudomonas

      aeruginosa

      625 μgml - - - -

      125 μgml - 70 - -

      250 μgml - 78 73 68

      500 μgml 71 85 82 85

      Kontrol (-)

      DMSO 5

      - - - -

      Kontrol (+)

      kloramfenikol

      204 250 233 203

      Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

      96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

      antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

      zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

      250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

      penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

      literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

      33

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

      pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

      Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

      menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

      zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

      ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

      sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

      menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

      konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

      terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

      kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

      zona bening pada DMSO 5 tidak ada

      Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

      30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

      Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

      sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

      Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

      kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

      penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

      dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

      satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

      Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

      (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

      amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

      Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

      menggunakan kloramfenikol

      Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

      bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

      konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

      adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

      diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

      34

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

      73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

      antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

      85 mm dan 68 mm

      Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

      sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

      Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

      (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

      tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

      antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

      kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

      glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

      47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

      Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

      konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

      berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

      Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

      menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

      Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

      menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

      Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

      di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

      tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

      suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

      yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

      inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

      kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

      kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

      kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

      35

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

      Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

      kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

      Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

      (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

      membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

      mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

      Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

      secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

      dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

      Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

      menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

      sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

      Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

      Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

      Konsentrasi

      ekstrak

      Nilai absorbansi kekeruhan

      Staphylococcus

      aureus

      Escherichia

      coli

      Helicobacter

      pylori

      Psedomonas

      aeruginosa

      500 ppm 1312 1096 1190 1128

      250 ppm 1512 1252 1556 1395

      125 ppm 1603 1293 1940 1603

      625 ppm 1623 1369 1952 1645

      Kontrol

      kuman

      1504 1295 1938 1546

      Kontrol media

      (blanko)

      0000 0000 0000 0000

      Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

      coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

      nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

      36

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

      Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

      37

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      BAB V

      KESIMPULAN DAN SARAN

      51 Kesimpulan

      1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

      memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

      aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

      2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

      500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

      menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

      dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

      mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

      500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

      dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

      pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

      adalah 85 mm dan 68 mm

      3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

      jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

      adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

      terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

      bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

      52 Saran

      Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

      aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

      38

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      DAFTAR PUSTAKA

      Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

      Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

      Institut Pertanian Bogor

      Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

      Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

      Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

      Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

      Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

      Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

      McGraw Hill Higer Education

      Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

      Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

      Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

      Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

      Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

      americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

      Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

      Syarif Hidayatullah Jakarta

      Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

      Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

      Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

      leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

      Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

      EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

      Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

      In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

      Pharmaceutical Research

      Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

      Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

      University Press

      39

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

      Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

      Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

      Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

      Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

      Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

      Indonesia Jakarta

      Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

      Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

      Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

      coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

      of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

      Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

      production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

      31 2008

      Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

      Balai penerbit FKUI Jakarta

      Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

      Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

      ITB Hal 6-17

      Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

      edition

      The Pharmaceutical Press London England

      Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

      EGC

      Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

      Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

      Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

      Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

      Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

      40

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

      Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

      Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

      (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

      httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

      Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

      Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

      India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

      Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

      Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

      the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

      International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

      4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

      Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

      Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

      methodology

      Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

      Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

      dan Industri Pangan Vol XXII No 1

      Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

      Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

      Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

      Hidayatullah Jakarta

      Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

      Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

      Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

      Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

      Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

      Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

      American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

      Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

      secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

      Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

      41

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

      Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

      Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

      Sciences

      Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

      Yogyakarta

      Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

      Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

      Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

      Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

      Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

      against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

      Agricultural and Food Chemistry

      Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

      Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

      Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

      Bio Sciences

      Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

      coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

      Pharmacy East West University Bangladesh

      WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

      Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

      Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

      Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

      42

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 1 Alur penelitian

      Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

      Tanaman segar Kayu jawa

      (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

      1 kg kulit batang Kayu jawa

      (Lannea coromandelica)

      Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

      Serbuk simplisia 600 gram

      Maserasi dengan menggunakan

      etanol 96 sebanyak 12 L

      Disaring dengan kapas

      dan kertas saring

      kemudian diuapkan

      dengan vacum rotary

      evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

      Skrining Fitokimia

      Uji Aktivitas Antibakteri

      Sterilisasi

      alat

      Pembuatan

      media (NA amp

      NB)

      Peremajaan

      bakteri

      Pembuatan

      larutan uji

      Pembuatan

      suspensi bakteri

      uji

      Uji Diameter Zona

      Hambat

      Uji Konsentrasi

      Hambat Minimum

      43

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      44

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

      NO Golongan

      senyawa

      Gambar Keterangan (hasil uji)

      1 Alkaloid

      (Dragendorf) (Mayer)

      - Tidak terbentuk

      endapan kream atau

      putih (Mayer)

      - Hasil (-) alkaloid

      - Tidak terbentuk

      endapan coklat

      kemerahan

      (Dragendorf)

      - Hasil (-) alkaloid

      2 Flavonoid

      - Perubahan

      intensitas warna

      kuning menjadi

      tidak berwarna

      - Hasil (+)

      flavonoid

      3 Saponin

      - Tebentuk busa

      setinggi 1 cm

      yang stabil

      - Hasil (+)saponin

      4 Glikosida

      - Terbentuk larutan

      berwarna kuning

      - Hasil (+) glikosida

      45

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      5 Steroid dan

      Triterpenoid

      (steroid) (triterpenoid)

      - Tidak terbentuk

      warna hijau

      kehitaman

      (steroid) warna

      merah

      (triterprnoid)

      - Hasil (-) steroid

      dan triterpenoid

      6 Fenol

      - Terbentuk warna

      hitam kebiruan

      - Hasil (+) fenol

      7 Tanin

      (sebelum) (setelah)

      Penambahan Fecl3 01

      - Terbentuk biru

      kehitaman

      - Hasil (+) tanin

      Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

      = g g X

      = 701

      46

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

      = w minusww minusw Bobot jenis =

      i g minus i g i g minus i g

      Bobot jenis = minus minus

      Bobot jenis = 1026

      Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

      jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

      kesetaraan sama dengan 0

      Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

      = minus minus x =

      Ket W0 berat cawan kosong (gram)

      W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

      W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

      Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

      = gram minus gram gram x =

      47

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

      Gambar I pengenceran larutan uji

      Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

      Larutan induk g =

      μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

      500 ppm = V1 N1 V2 N2

      = 5000 μL X 10 mL 500 μL

      =

      = 1 mL

      250 ppm = V1 N1 V2 N2

      = 500 μL X 10 mL 250 μL

      =

      = 5 mL

      125 ppm = V1 N1 V2 N2

      = 250 μL X 10 mL 125 μL

      =

      = 5 mL

      625 ppm = V1 N1 V2 N2

      = 125 μL X 10 mL 625 μL

      =

      = 5 mL

      48

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

      Perbandingan dengan McFarland

      Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

      Gambar I Staphylococcus aureus

      Gambar II Escherichia coli

      Ket Gambar pewarnaan bakteri

      staphylococcus aureus dengan

      perbesaran 10 x 100

      Berbentuk bulat dan berkelompok

      seperti anggur

      Berwarna ungu

      ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

      coli dengan perbesaran 10 x 100

      Bebentuk batang pendek

      Berwarna merah

      49

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Gambar III Helicobacter pylori

      Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

      Ket Gambar pewarnaan bakteri

      Helicobacter pylori dengan

      perbesaran 10 x 100

      Berbentuk spiral atau batang

      bengkok

      Berwarna merah

      Ket Gambar pewarnaan bakteri

      Pseudomoas aeruginosa dengan

      perbesaran 10 x 100

      Berbentuk batang tunggal

      Berwarna merah

      50

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

      Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

      Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

      (+) kloramfenikol

      (-) DMSO 5

      Ekstrak konsentrasi 500

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 250

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 125

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 625

      ppm

      51

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

      (+) kloramfenikol

      (-) DMSO 5

      Ekstrak konsentrasi 500

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 250

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 125

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 625

      ppm

      52

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

      (+) kloramfenikol

      (-) DMSO 5

      Ekstrak konsentrasi 500

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 250

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 125

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 625

      ppm

      53

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

      (+) kloramfenikol

      (-) DMSO 5

      Ekstrak konsentrasi 500

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 250

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 125

      ppm

      Ekstrak konsentrasi 625

      ppm

      54

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

      Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

      Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

      Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

      250 ppm

      1512

      125 ppm

      1523

      625 ppm

      1623

      k kuman

      1504

      k media

      0000

      500 ppm

      1096

      250 ppm

      1252

      125 ppm

      1293

      k kuman

      1295

      k media

      0000

      500 ppm

      1321

      625 ppm

      1369

      55

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

      Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

      Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

      dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

      spektrofotometer uv-vis

      500 ppm

      1190

      250 ppm

      1556

      125 ppm

      1940

      k kuman

      1938

      k media

      0000

      500 ppm

      1128

      250 ppm

      1395

      125 ppm

      1603

      k kuman

      1546

      k media

      0000

      625 ppm

      1952

      625 ppm

      1645

      56

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

      Simplisia kulit batang

      kayu jawa

      Ekstrak kulit batang kayu

      jawa

      Vortex

      Mikropipet

      Hotplate

      Refrigator

      LAF

      Oven

      Autoklaf

      57

      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

      Inkubator

      Spektrofotometer uv-vis

      Jangka sorong

      • DAFTAR ISI
      • Halaman
      • HALAMAN SAMPUL i
      • HALAMAN JUDUL ii
      • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
      • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
      • HALAMAN PENGESEHAN v
      • ABSTRAK vi
      • ABSTRACT vii
      • KATA PENGANTAR viii
      • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
      • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
      • DAFTAR ISI xi
      • DAFTAR TABEL xiii
      • DAFTAR GAMBAR xiv
      • DAFTAR LAMPIRAN xv
      • BAB I PENDAHULUAN 1
      • 11 Latar Belakang 1
      • 12 Rumusan Masalah 3
      • 13 Tujuan Penelitian 3
      • 14 Manfaat Penelitian 4
      • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
      • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
      • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
      • 23 Pelarut 10
      • 24 Bakteri 12
      • 25 Antibakteri 15
      • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
      • 25 Antibiotik Pembanding 19
      • BAB III METODE PENELITIAN 21
      • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
      • 32 Alat dan Bahan 21
      • 321 Alat 21
      • 322 Bahan 21
      • 323 Bakteri Uji 22
      • 33 Prosedur kerja 22
      • 331 Pembuatan Simplisia 22
      • 332 Pembuatan Ekstrak 22
      • 333 Parameter Ekstrak 23
      • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
      • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
      • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
      • 3352 Pembuatan Media 26
      • 3353 Peremajaan Bakteri 26
      • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
      • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
      • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
      • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
      • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
      • BAB IV PEMBAHASAN 29
      • 41 Determinasi Tanaman 29
      • 42 Penyiapan sample 29
      • 43 Ekstraksi 30
      • 44 Parameter Ekstrak 30
      • 45 Penapisan Fitokimia 32
      • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
      • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
      • BAB V PENUTUP 38
      • 51 Kesimpulan 38
      • 52 Saran 38
      • DAFTAR PUSTAKA 39
      • LAMPIRAN 43
      • DAFTAR TABEL
      • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
      • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
      • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
      • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
      • DAFTAR GAMBAR
      • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
      • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
      • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
      • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
      • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
      • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
      • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
      • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
      • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
      • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
      • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
      • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
      • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
      • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
      • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

        iv

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        v

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        vi

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        ABSTRAK

        Nama Fitri Rahmadani

        Program Studi Farmasi

        Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

        Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

        Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

        Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

        Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

        kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

        aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

        43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

        kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

        dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

        menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

        Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

        antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

        bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

        pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

        82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

        pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

        Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

        (Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

        500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

        pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

        ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

        etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

        antibakteri

        Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

        Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

        vii

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        ABSTRACT

        Name Fitri Rahmadani

        Program Study Pharmacy

        Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

        Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

        Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

        pylori Pseudomonas aeruginosa

        This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

        jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

        Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

        Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

        maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

        diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

        control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

        with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

        zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

        concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

        250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

        Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

        mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

        500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

        Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

        coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

        6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

        concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

        of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

        μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

        coromandelica) bark was have activity antibacterial

        Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

        zone diameter Minimum inhibitory concentration

        viii

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        KATA PENGANTAR

        Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

        Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

        kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

        sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

        Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

        Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

        etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

        Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

        aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

        Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

        Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

        Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

        begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

        mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

        terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

        penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

        kepada

        1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

        Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

        Hidayatullah Jakarta

        2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

        Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

        Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

        3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

        Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

        meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

        penulis

        4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

        yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

        ix

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

        Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

        telah memberikan ilmunya kepada penulis

        6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

        yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

        maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

        membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

        pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

        mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

        rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

        Aamiin

        7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

        tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

        serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

        dalam hidup penulis

        8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

        memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

        indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

        9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

        Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

        selama penelitian

        10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

        dapat penulis sebutkan satu per satu

        Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

        bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

        penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

        dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

        pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

        Jakarta 28 Mei 2015

        Penulis

        x

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

        AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

        Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

        Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

        Nama Fitri Rahmadani

        NIM 11110200048

        Program Study Farmasi

        Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

        Jenis Karya Skripsi

        Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

        judul

        UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

        BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

        Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

        aeruginosa

        Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

        perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

        kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

        Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

        dengan sebenar-benarnya

        Dibuat di Jakarta

        Pada tanggal 30 Mei 2015

        Yang menyatakan

        (Fitri Rahmadani)

        xi

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        DAFTAR ISI

        Halaman

        HALAMAN SAMPUL i

        HALAMAN JUDUL ii

        HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

        HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

        HALAMAN PENGESEHAN v

        ABSTRAK vi

        ABSTRACT vii

        KATA PENGANTAR viii

        HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

        TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

        DAFTAR ISI xi

        DAFTAR TABEL xiii

        DAFTAR GAMBAR xiv

        DAFTAR LAMPIRAN xv

        BAB I PENDAHULUAN 1

        11 Latar Belakang 1

        12 Rumusan Masalah 3

        13 Tujuan Penelitian 3

        14 Manfaat Penelitian 4

        BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

        21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

        22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

        23 Pelarut 10

        24 Bakteri 12

        25 Antibakteri 15

        26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

        25 Antibiotik Pembanding 19

        BAB III METODE PENELITIAN 21

        31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

        32 Alat dan Bahan 21

        321 Alat 21

        xii

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        322 Bahan 21

        323 Bakteri Uji 22

        33 Prosedur kerja 22

        331 Pembuatan Simplisia 22

        332 Pembuatan Ekstrak 22

        333 Parameter Ekstrak 23

        334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

        335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

        3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

        3352 Pembuatan Media 26

        3353 Peremajaan Bakteri 26

        3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

        3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

        3356 Pembuatan Larutan Uji 27

        3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

        3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

        BAB IV PEMBAHASAN 29

        41 Determinasi Tanaman 29

        42 Penyiapan sample 29

        43 Ekstraksi 30

        44 Parameter Ekstrak 30

        45 Penapisan Fitokimia 32

        46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

        47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

        BAB V PENUTUP 38

        51 Kesimpulan 38

        52 Saran 38

        DAFTAR PUSTAKA 39

        LAMPIRAN 43

        xiii

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        DAFTAR TABEL

        Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

        Lannea coromandelica 31

        Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

        Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

        Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

        xiv

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        DAFTAR GAMBAR

        Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

        Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

        xv

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        DAFTAR LAMPIRAN

        Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

        Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

        Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

        Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

        Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

        Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

        Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

        Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

        Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

        Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

        Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

        Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

        Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

        1

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        BAB I

        PENDAHULUAN

        11 Latar Belakang

        Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

        tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

        alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

        Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

        tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

        (Gana 2008)

        Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

        berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

        maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

        pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

        menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

        Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

        Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

        yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

        maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

        Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

        jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

        telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

        untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

        tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

        digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

        (Akbar 2010)

        Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

        masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

        jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

        sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

        yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

        karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

        1

        2

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

        menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

        Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

        misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

        tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

        biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

        menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

        Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

        coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

        steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

        Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

        antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

        Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

        dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

        asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

        antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

        yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

        uji toksisitas (Erwin 2014)

        Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

        dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

        kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

        sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

        pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

        digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

        Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

        dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

        Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

        luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

        normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

        menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

        3

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

        berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

        pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

        dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

        Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

        penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

        dan luka bakar yang berat

        Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

        pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

        coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

        aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

        tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

        (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

        coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

        12 Rumusan Masalah

        1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

        kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

        Sulawesi Indonesia

        2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

        (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

        Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

        13 Tujuan Penelitian

        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

        96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

        Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

        aeruginosa

        4

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        14 Manfaat Penelitian

        1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

        aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

        coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

        antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

        Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

        2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

        mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

        5

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        BAB II

        TINJAUAN PUSTAKA

        21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

        Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

        ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

        Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

        Kingdom Plantae

        Phylum Mannoliophyta

        Class Magnoliatae

        Order Sapindales

        Family Anacardiaceae

        Genus Lannea

        Species Lannea coromandelica

        (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

        Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

        hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

        sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

        5

        6

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

        eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

        tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

        kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

        hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

        di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

        Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

        Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

        pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

        ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

        paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

        mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

        sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

        Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

        impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

        nyeri lokal (Wahid 2009)

        22 Ektrak dan Ektraksi

        Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

        senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

        yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

        serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

        ditetapkan (DepKes RI 2000)

        Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

        1 Parameter non spesifik

        a Kadar air

        Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

        dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

        destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

        7

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        b Kadar abu

        Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

        dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

        sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

        untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

        eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

        (DepKes RI 2000)

        2 Parameter spesifik

        a Identitas

        Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

        latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

        Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

        dan spesifik dari senyawa identitas

        b Organoleptik

        Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

        mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

        (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

        Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

        terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

        diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

        dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

        terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

        atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

        terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

        ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

        Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

        tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

        yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

        material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

        sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

        8

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

        1 Cara dingin

        a Maserasi

        Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

        pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

        kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

        adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

        kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

        banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

        cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

        pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

        pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

        cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

        b Perkolasi

        Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

        penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

        Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

        tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

        secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

        menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

        secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

        digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

        ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

        2 Cara panas

        a Sokletasi

        Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

        menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

        pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

        9

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        b Refluks

        Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

        titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

        konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

        c Infusa

        Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

        menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

        digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

        2000)

        d Dekok

        Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

        titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

        air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

        ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

        panas (Tiwari et al 2011)

        e Digesti

        Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

        temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

        40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

        kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

        25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

        digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

        23 Pelarut

        Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

        Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

        tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

        pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

        menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

        10

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

        (Tiwari et al 2011)

        Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

        Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

        akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

        kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

        pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

        Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

        1 Air

        Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

        produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

        secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

        dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

        antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

        melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

        signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

        yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

        2 Aseton

        Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

        tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

        mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

        untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

        dengan aseton (Tiwari et al 2011)

        3 Alkohol

        Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

        dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

        lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

        lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

        intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

        namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

        ekstraksi (Tiwari et al 2011)

        11

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        4 Kloroform

        Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

        menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

        aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

        dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

        pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

        5 Eter

        Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

        lemak (Tiwari et al 2011)

        6 n-Heksana

        n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

        bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

        molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

        953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

        71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

        ekstraksi minyak nabati

        7 Etil asetat

        Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

        secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

        dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

        24 Bakteri

        Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

        tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

        mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

        pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

        mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

        berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

        penampang maupun panjangnya

        12

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

        reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

        negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

        sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

        struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

        karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

        Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

        Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

        tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

        lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

        mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

        (Jawetz 1996)

        Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

        golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

        1 Golongan basil

        Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

        bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

        sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

        2 Golongan kokus

        Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

        golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

        yang berdiameter sampai 25μ

        3 Golongan spiral

        Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

        Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

        dengan golongan kokus maupun golongan basil

        13

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Bakteri uji

        1 Staphylococcus aureus

        Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

        patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

        berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

        teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

        Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

        paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

        aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

        ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

        manusia (Jawetz 1996)

        Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

        Divisi Protophyta atau Schizophyta

        Kelas Schizomycetes

        Bangsa Eubacteriales

        Suku Micrococcaceae

        Marga Staphylococcus

        Spesies Staphylococcus aureus

        2 Escherichia coli

        Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

        yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

        (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

        sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

        permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

        bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

        manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

        pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

        saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

        akuatik makanan air seni dan tinja

        14

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

        Devisi Bacteria

        Kelas Schizomycetes

        Bangsa Enterobacteriales

        Suku Enterobacteriaceae

        Marga Escherichia

        Spesies Escherichia coli

        3 Helicobacter pylori

        Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

        bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

        lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

        diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

        duodenum)

        Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

        Devisi Bacteria

        Kelas Epsilon Probacteria

        Bangsa Campylobacteralis

        Suku Helicobateraceae

        Marga Helicobacter

        Spesis Helicobacter pylori

        4 Pseudomonas aeruginosa

        Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

        2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

        terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

        Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

        42o

        C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

        kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

        bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

        15

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

        Divisi Bacteria

        Phylum Proteobacteria

        Kelas Gamma Proteobacteria

        Marga Pseudomonadales

        Suku Pseudomonadaceae

        Genus Pseudomonas

        Species Pseudomonas aeruginosa

        25 Antibakteri

        Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

        diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

        yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

        Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

        Mekanisme kerja antibakteri

        1 Menghambat sintesis dinding sel

        Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

        pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

        1988)

        2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

        Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

        serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

        memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

        membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

        matinya sel (Pleczar 1988)

        3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

        Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

        protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

        substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

        asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

        Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

        16

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

        komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

        4 Menganggu metabolisme sel mikroba

        Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

        sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

        Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

        Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

        matinya sel (Pleczar 1988)

        5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

        DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

        kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

        terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

        mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

        26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

        Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

        konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

        mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

        menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

        pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

        antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

        efisien

        Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

        1 Metode difusi

        a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

        Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

        telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

        tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

        mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

        (Pratiwi 2008)

        b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

        Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

        17

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

        mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

        mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

        diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

        mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

        ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

        pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

        c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

        antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

        memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

        membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

        parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

        d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

        dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

        mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

        diuji (Pratiwi 2008)

        e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

        pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

        agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

        kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

        selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

        memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

        mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

        dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

        total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

        dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

        X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

        Y = panjang pertumbuhan aktual

        C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

        mgmL atau μgmL

        Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

        18

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

        dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

        mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

        2 Metode dilusi

        Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

        a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

        Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

        Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

        Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

        dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

        pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

        agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

        pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

        dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

        agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

        tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

        (Pratiwi 2008)

        b Metode dilusi padat solid dilution test

        Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

        media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

        agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

        mikroba uji (Pratiwi 2008)

        27 Antibiotika Pembanding

        Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

        Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

        19

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

        putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

        praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

        Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

        propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

        (Depkes RI 1995)

        Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

        sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

        dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

        antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

        secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

        amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

        merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

        peptida (Katzung 2004)

        Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

        disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

        anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

        kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

        efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

        Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

        memakan bakteri) (Kester et al 2007)

        20

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        BAB III

        METODE PENELITIAN

        31 Tempat dan Waktu Penelitian

        Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

        Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

        Januari-April 2015

        32 Alat dan Bahan

        321 Alat

        Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

        spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

        evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

        standar laboratorium

        Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

        (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

        325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

        (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

        magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

        laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

        (oxoid) jangka sorong

        322 Bahan

        Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

        kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

        Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

        Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

        akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

        kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

        fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

        NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

        96 spirtus

        21

        21

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        323 Bakteri Uji

        Bakteri yang digunakan antara lain

        Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

        Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

        diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

        33 Prosedur Kerja

        331 Pembuatan simplisia

        Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

        diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

        peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

        disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

        dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

        kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

        bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

        serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

        332 Pembuatan Ekstak

        Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

        600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

        etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

        kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

        kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

        menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

        menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

        Kemudian dihitung persen rendeman

        Rendeman ekstrak = i i i x 100

        333 Parameter ekstrak

        a Identitas Ekstrak

        Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

        ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

        nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

        22

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        b Organoleptik Ekstrak

        Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

        mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

        c Residu Pelarut Etanol

        Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

        mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

        mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

        cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

        etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

        etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

        d Kadar Air

        Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

        yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

        Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

        Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

        kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

        hari (Depkes RI 2000)

        e Kadar Abu Total

        Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

        etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

        perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

        dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

        terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

        334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

        terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

        alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

        1 Uji alkaloid

        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

        disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

        ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

        23

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

        dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

        pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

        Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

        coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

        senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

        2 Uji Flavonoid

        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

        ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

        kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

        mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

        3 Uji Saponin

        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

        larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

        setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

        1969)

        4 Uji Glikosida

        Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

        larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

        senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

        5 Uji Triterpenoid dan steroid

        Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

        diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

        kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

        dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

        kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

        triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

        (Ayoola GA 2008)

        6 Uji Fenol

        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

        ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

        mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

        24

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        7 Uji Tanin

        Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

        reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

        FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

        adanya tannin (Ayoola GA 2008)

        335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

        3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

        Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

        disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

        mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

        autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

        disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

        dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

        tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

        Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

        plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

        Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

        disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

        sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

        Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

        selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

        sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

        3352 Pembuatan Medium

        1 NA (Nutrient Agar)

        Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

        aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

        kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

        menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

        telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

        kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

        2007)

        25

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        2 NB (Nutrient Broth)

        Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

        aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

        stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

        15 menit (Alexander 2007)

        3354 Peremajaan Bakteri

        Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

        yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

        aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

        digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

        inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

        3355 Identifikasi Bakteri Uji

        Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

        dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

        kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

        diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

        Dan siap diwarnai

        Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

        atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

        sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

        kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

        dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

        dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

        preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

        dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

        mikroskopik pada perbesaran 1000 x

        3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

        Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

        selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

        dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

        divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

        pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

        26

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

        09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

        Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

        kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

        4 (pokyni2010)

        3357 Pembuatan larutan uji

        Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

        (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

        yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

        tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

        ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

        3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

        Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

        steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

        Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

        menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

        diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

        ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

        telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

        30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

        370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

        yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

        2013)

        3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

        Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

        batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

        masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

        tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

        ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

        dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

        09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

        27

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

        diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

        kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

        kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

        pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

        Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

        konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

        absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

        28

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        BAB IV

        HASIL DAN PEMBAHASAN

        41 Determinasi Tanaman

        Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

        tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

        Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

        Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

        Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

        42 Penyiapan Sampel

        Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

        dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

        sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

        Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

        sebagai tanaman pagar

        Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

        dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

        dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

        batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

        dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

        mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

        terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

        proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

        menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

        perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

        pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

        Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

        kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

        disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

        pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

        menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

        29

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        43 Ekstraksi

        Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

        metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

        batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

        dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

        sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

        hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

        12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

        2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

        tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

        etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

        pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

        antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

        mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

        dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

        mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

        kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

        evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

        gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

        44 Parameter Ekstrak

        Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

        non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

        Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

        96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

        Karakteristik Hasil

        Parameter spesifik

        1 Identitas

        - Nama Latin

        - Bagian Tumbuhan

        - Nama Indonesia

        - Lannea coromandelica

        - Kulit batang

        - Kayu jawa

        30

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        2 Organoleptik

        - Bentuk

        - Warna

        - Bau

        - Rasa

        - Kental

        - Coklat kehitaman

        - Khas

        - Agak sepat

        Parameter non spesifik

        1 Residu pelarut etanol 0

        2 Kadar air 58

        3 Kadar abu 14

        Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

        dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

        kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

        kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

        pancaindera

        Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

        aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

        dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

        pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

        yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

        masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

        memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

        pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

        antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

        dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

        yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

        dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

        kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

        Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

        air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

        beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

        96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

        31

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

        bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

        air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

        pengujian aktivitas antibakteri

        Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

        kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

        terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

        dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

        anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

        Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

        bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

        dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

        coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

        45 Penapisan Fitokimia

        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

        metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

        coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

        memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

        dilihat pada tabel berikut ini

        Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

        jawa (Lannea coromandelica)

        Penguji senyawa Hasil

        Alkaloid -

        Flavonoid +

        Saponin +

        Glikosida +

        Steroid Triterpenoid -

        Fenol +

        Tanin +

        32

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

        adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

        glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

        polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

        46 Penentuan Diameter Zona Hambat

        Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

        difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

        bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

        tabel berikut

        Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

        terhadap bakteri uji

        Konsentrasi

        ekstrak

        Diameter zona hambat (mm) rata-rata

        Staphylococcus

        aureus

        Escherichia

        coli

        Helicobacter

        pylori

        Pseudomonas

        aeruginosa

        625 μgml - - - -

        125 μgml - 70 - -

        250 μgml - 78 73 68

        500 μgml 71 85 82 85

        Kontrol (-)

        DMSO 5

        - - - -

        Kontrol (+)

        kloramfenikol

        204 250 233 203

        Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

        96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

        antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

        zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

        250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

        penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

        literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

        33

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

        pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

        Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

        menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

        zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

        ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

        sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

        menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

        konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

        terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

        kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

        zona bening pada DMSO 5 tidak ada

        Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

        30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

        Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

        sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

        Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

        kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

        penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

        dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

        satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

        Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

        (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

        amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

        Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

        menggunakan kloramfenikol

        Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

        bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

        konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

        adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

        diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

        34

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

        73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

        antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

        85 mm dan 68 mm

        Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

        sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

        Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

        (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

        tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

        antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

        kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

        glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

        47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

        Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

        konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

        berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

        Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

        menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

        Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

        menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

        Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

        di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

        tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

        suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

        yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

        inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

        kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

        kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

        kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

        35

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

        Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

        kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

        Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

        (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

        membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

        mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

        Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

        secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

        dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

        Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

        menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

        sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

        Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

        Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

        Konsentrasi

        ekstrak

        Nilai absorbansi kekeruhan

        Staphylococcus

        aureus

        Escherichia

        coli

        Helicobacter

        pylori

        Psedomonas

        aeruginosa

        500 ppm 1312 1096 1190 1128

        250 ppm 1512 1252 1556 1395

        125 ppm 1603 1293 1940 1603

        625 ppm 1623 1369 1952 1645

        Kontrol

        kuman

        1504 1295 1938 1546

        Kontrol media

        (blanko)

        0000 0000 0000 0000

        Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

        coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

        nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

        36

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

        Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

        37

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        BAB V

        KESIMPULAN DAN SARAN

        51 Kesimpulan

        1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

        memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

        aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

        2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

        500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

        menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

        dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

        mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

        500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

        dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

        pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

        adalah 85 mm dan 68 mm

        3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

        jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

        adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

        terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

        bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

        52 Saran

        Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

        aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

        38

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        DAFTAR PUSTAKA

        Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

        Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

        Institut Pertanian Bogor

        Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

        Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

        Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

        Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

        Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

        Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

        McGraw Hill Higer Education

        Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

        Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

        Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

        Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

        Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

        americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

        Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

        Syarif Hidayatullah Jakarta

        Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

        Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

        Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

        leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

        Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

        EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

        Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

        In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

        Pharmaceutical Research

        Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

        Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

        University Press

        39

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

        Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

        Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

        Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

        Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

        Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

        Indonesia Jakarta

        Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

        Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

        Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

        coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

        of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

        Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

        production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

        31 2008

        Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

        Balai penerbit FKUI Jakarta

        Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

        Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

        ITB Hal 6-17

        Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

        edition

        The Pharmaceutical Press London England

        Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

        EGC

        Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

        Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

        Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

        Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

        Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

        40

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

        Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

        Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

        (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

        httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

        Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

        Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

        India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

        Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

        Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

        the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

        International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

        4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

        Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

        Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

        methodology

        Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

        Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

        dan Industri Pangan Vol XXII No 1

        Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

        Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

        Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

        Hidayatullah Jakarta

        Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

        Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

        Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

        Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

        Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

        Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

        American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

        Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

        secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

        Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

        41

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

        Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

        Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

        Sciences

        Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

        Yogyakarta

        Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

        Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

        Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

        Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

        Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

        against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

        Agricultural and Food Chemistry

        Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

        Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

        Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

        Bio Sciences

        Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

        coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

        Pharmacy East West University Bangladesh

        WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

        Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

        Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

        Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

        42

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 1 Alur penelitian

        Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

        Tanaman segar Kayu jawa

        (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

        1 kg kulit batang Kayu jawa

        (Lannea coromandelica)

        Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

        Serbuk simplisia 600 gram

        Maserasi dengan menggunakan

        etanol 96 sebanyak 12 L

        Disaring dengan kapas

        dan kertas saring

        kemudian diuapkan

        dengan vacum rotary

        evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

        Skrining Fitokimia

        Uji Aktivitas Antibakteri

        Sterilisasi

        alat

        Pembuatan

        media (NA amp

        NB)

        Peremajaan

        bakteri

        Pembuatan

        larutan uji

        Pembuatan

        suspensi bakteri

        uji

        Uji Diameter Zona

        Hambat

        Uji Konsentrasi

        Hambat Minimum

        43

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        44

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

        NO Golongan

        senyawa

        Gambar Keterangan (hasil uji)

        1 Alkaloid

        (Dragendorf) (Mayer)

        - Tidak terbentuk

        endapan kream atau

        putih (Mayer)

        - Hasil (-) alkaloid

        - Tidak terbentuk

        endapan coklat

        kemerahan

        (Dragendorf)

        - Hasil (-) alkaloid

        2 Flavonoid

        - Perubahan

        intensitas warna

        kuning menjadi

        tidak berwarna

        - Hasil (+)

        flavonoid

        3 Saponin

        - Tebentuk busa

        setinggi 1 cm

        yang stabil

        - Hasil (+)saponin

        4 Glikosida

        - Terbentuk larutan

        berwarna kuning

        - Hasil (+) glikosida

        45

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        5 Steroid dan

        Triterpenoid

        (steroid) (triterpenoid)

        - Tidak terbentuk

        warna hijau

        kehitaman

        (steroid) warna

        merah

        (triterprnoid)

        - Hasil (-) steroid

        dan triterpenoid

        6 Fenol

        - Terbentuk warna

        hitam kebiruan

        - Hasil (+) fenol

        7 Tanin

        (sebelum) (setelah)

        Penambahan Fecl3 01

        - Terbentuk biru

        kehitaman

        - Hasil (+) tanin

        Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

        = g g X

        = 701

        46

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

        = w minusww minusw Bobot jenis =

        i g minus i g i g minus i g

        Bobot jenis = minus minus

        Bobot jenis = 1026

        Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

        jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

        kesetaraan sama dengan 0

        Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

        = minus minus x =

        Ket W0 berat cawan kosong (gram)

        W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

        W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

        Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

        = gram minus gram gram x =

        47

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

        Gambar I pengenceran larutan uji

        Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

        Larutan induk g =

        μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

        500 ppm = V1 N1 V2 N2

        = 5000 μL X 10 mL 500 μL

        =

        = 1 mL

        250 ppm = V1 N1 V2 N2

        = 500 μL X 10 mL 250 μL

        =

        = 5 mL

        125 ppm = V1 N1 V2 N2

        = 250 μL X 10 mL 125 μL

        =

        = 5 mL

        625 ppm = V1 N1 V2 N2

        = 125 μL X 10 mL 625 μL

        =

        = 5 mL

        48

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

        Perbandingan dengan McFarland

        Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

        Gambar I Staphylococcus aureus

        Gambar II Escherichia coli

        Ket Gambar pewarnaan bakteri

        staphylococcus aureus dengan

        perbesaran 10 x 100

        Berbentuk bulat dan berkelompok

        seperti anggur

        Berwarna ungu

        ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

        coli dengan perbesaran 10 x 100

        Bebentuk batang pendek

        Berwarna merah

        49

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Gambar III Helicobacter pylori

        Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

        Ket Gambar pewarnaan bakteri

        Helicobacter pylori dengan

        perbesaran 10 x 100

        Berbentuk spiral atau batang

        bengkok

        Berwarna merah

        Ket Gambar pewarnaan bakteri

        Pseudomoas aeruginosa dengan

        perbesaran 10 x 100

        Berbentuk batang tunggal

        Berwarna merah

        50

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

        Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

        Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

        (+) kloramfenikol

        (-) DMSO 5

        Ekstrak konsentrasi 500

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 250

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 125

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 625

        ppm

        51

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

        (+) kloramfenikol

        (-) DMSO 5

        Ekstrak konsentrasi 500

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 250

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 125

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 625

        ppm

        52

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

        (+) kloramfenikol

        (-) DMSO 5

        Ekstrak konsentrasi 500

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 250

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 125

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 625

        ppm

        53

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

        (+) kloramfenikol

        (-) DMSO 5

        Ekstrak konsentrasi 500

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 250

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 125

        ppm

        Ekstrak konsentrasi 625

        ppm

        54

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

        Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

        Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

        Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

        250 ppm

        1512

        125 ppm

        1523

        625 ppm

        1623

        k kuman

        1504

        k media

        0000

        500 ppm

        1096

        250 ppm

        1252

        125 ppm

        1293

        k kuman

        1295

        k media

        0000

        500 ppm

        1321

        625 ppm

        1369

        55

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

        Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

        Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

        dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

        spektrofotometer uv-vis

        500 ppm

        1190

        250 ppm

        1556

        125 ppm

        1940

        k kuman

        1938

        k media

        0000

        500 ppm

        1128

        250 ppm

        1395

        125 ppm

        1603

        k kuman

        1546

        k media

        0000

        625 ppm

        1952

        625 ppm

        1645

        56

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

        Simplisia kulit batang

        kayu jawa

        Ekstrak kulit batang kayu

        jawa

        Vortex

        Mikropipet

        Hotplate

        Refrigator

        LAF

        Oven

        Autoklaf

        57

        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

        Inkubator

        Spektrofotometer uv-vis

        Jangka sorong

        • DAFTAR ISI
        • Halaman
        • HALAMAN SAMPUL i
        • HALAMAN JUDUL ii
        • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
        • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
        • HALAMAN PENGESEHAN v
        • ABSTRAK vi
        • ABSTRACT vii
        • KATA PENGANTAR viii
        • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
        • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
        • DAFTAR ISI xi
        • DAFTAR TABEL xiii
        • DAFTAR GAMBAR xiv
        • DAFTAR LAMPIRAN xv
        • BAB I PENDAHULUAN 1
        • 11 Latar Belakang 1
        • 12 Rumusan Masalah 3
        • 13 Tujuan Penelitian 3
        • 14 Manfaat Penelitian 4
        • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
        • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
        • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
        • 23 Pelarut 10
        • 24 Bakteri 12
        • 25 Antibakteri 15
        • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
        • 25 Antibiotik Pembanding 19
        • BAB III METODE PENELITIAN 21
        • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
        • 32 Alat dan Bahan 21
        • 321 Alat 21
        • 322 Bahan 21
        • 323 Bakteri Uji 22
        • 33 Prosedur kerja 22
        • 331 Pembuatan Simplisia 22
        • 332 Pembuatan Ekstrak 22
        • 333 Parameter Ekstrak 23
        • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
        • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
        • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
        • 3352 Pembuatan Media 26
        • 3353 Peremajaan Bakteri 26
        • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
        • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
        • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
        • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
        • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
        • BAB IV PEMBAHASAN 29
        • 41 Determinasi Tanaman 29
        • 42 Penyiapan sample 29
        • 43 Ekstraksi 30
        • 44 Parameter Ekstrak 30
        • 45 Penapisan Fitokimia 32
        • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
        • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
        • BAB V PENUTUP 38
        • 51 Kesimpulan 38
        • 52 Saran 38
        • DAFTAR PUSTAKA 39
        • LAMPIRAN 43
        • DAFTAR TABEL
        • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
        • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
        • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
        • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
        • DAFTAR GAMBAR
        • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
        • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
        • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
        • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
        • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
        • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
        • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
        • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
        • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
        • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
        • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
        • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
        • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
        • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
        • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

          v

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          vi

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          ABSTRAK

          Nama Fitri Rahmadani

          Program Studi Farmasi

          Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

          Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

          Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

          Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

          Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

          kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

          aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

          43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

          kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

          dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

          menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

          Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

          antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

          bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

          pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

          82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

          pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

          Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

          (Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

          500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

          pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

          ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

          etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

          antibakteri

          Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

          Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

          vii

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          ABSTRACT

          Name Fitri Rahmadani

          Program Study Pharmacy

          Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

          Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

          Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

          pylori Pseudomonas aeruginosa

          This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

          jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

          Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

          Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

          maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

          diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

          control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

          with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

          zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

          concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

          250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

          Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

          mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

          500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

          Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

          coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

          6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

          concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

          of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

          μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

          coromandelica) bark was have activity antibacterial

          Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

          zone diameter Minimum inhibitory concentration

          viii

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          KATA PENGANTAR

          Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

          Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

          kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

          sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

          Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

          Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

          etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

          Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

          aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

          Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

          Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

          Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

          begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

          mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

          terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

          penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

          kepada

          1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

          Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

          Hidayatullah Jakarta

          2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

          Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

          Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

          3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

          Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

          meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

          penulis

          4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

          yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

          ix

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

          Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

          telah memberikan ilmunya kepada penulis

          6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

          yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

          maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

          membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

          pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

          mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

          rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

          Aamiin

          7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

          tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

          serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

          dalam hidup penulis

          8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

          memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

          indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

          9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

          Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

          selama penelitian

          10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

          dapat penulis sebutkan satu per satu

          Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

          bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

          penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

          dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

          pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

          Jakarta 28 Mei 2015

          Penulis

          x

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

          AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

          Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

          Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

          Nama Fitri Rahmadani

          NIM 11110200048

          Program Study Farmasi

          Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

          Jenis Karya Skripsi

          Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

          judul

          UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

          BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

          Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

          aeruginosa

          Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

          perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

          kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

          Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

          dengan sebenar-benarnya

          Dibuat di Jakarta

          Pada tanggal 30 Mei 2015

          Yang menyatakan

          (Fitri Rahmadani)

          xi

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          DAFTAR ISI

          Halaman

          HALAMAN SAMPUL i

          HALAMAN JUDUL ii

          HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

          HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

          HALAMAN PENGESEHAN v

          ABSTRAK vi

          ABSTRACT vii

          KATA PENGANTAR viii

          HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

          TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

          DAFTAR ISI xi

          DAFTAR TABEL xiii

          DAFTAR GAMBAR xiv

          DAFTAR LAMPIRAN xv

          BAB I PENDAHULUAN 1

          11 Latar Belakang 1

          12 Rumusan Masalah 3

          13 Tujuan Penelitian 3

          14 Manfaat Penelitian 4

          BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

          21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

          22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

          23 Pelarut 10

          24 Bakteri 12

          25 Antibakteri 15

          26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

          25 Antibiotik Pembanding 19

          BAB III METODE PENELITIAN 21

          31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

          32 Alat dan Bahan 21

          321 Alat 21

          xii

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          322 Bahan 21

          323 Bakteri Uji 22

          33 Prosedur kerja 22

          331 Pembuatan Simplisia 22

          332 Pembuatan Ekstrak 22

          333 Parameter Ekstrak 23

          334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

          335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

          3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

          3352 Pembuatan Media 26

          3353 Peremajaan Bakteri 26

          3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

          3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

          3356 Pembuatan Larutan Uji 27

          3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

          3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

          BAB IV PEMBAHASAN 29

          41 Determinasi Tanaman 29

          42 Penyiapan sample 29

          43 Ekstraksi 30

          44 Parameter Ekstrak 30

          45 Penapisan Fitokimia 32

          46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

          47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

          BAB V PENUTUP 38

          51 Kesimpulan 38

          52 Saran 38

          DAFTAR PUSTAKA 39

          LAMPIRAN 43

          xiii

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          DAFTAR TABEL

          Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

          Lannea coromandelica 31

          Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

          Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

          Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

          xiv

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          DAFTAR GAMBAR

          Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

          Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

          xv

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          DAFTAR LAMPIRAN

          Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

          Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

          Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

          Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

          Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

          Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

          Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

          Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

          Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

          Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

          Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

          Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

          Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

          1

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          BAB I

          PENDAHULUAN

          11 Latar Belakang

          Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

          tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

          alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

          Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

          tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

          (Gana 2008)

          Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

          berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

          maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

          pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

          menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

          Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

          Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

          yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

          maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

          Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

          jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

          telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

          untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

          tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

          digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

          (Akbar 2010)

          Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

          masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

          jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

          sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

          yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

          karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

          1

          2

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

          menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

          Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

          misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

          tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

          biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

          menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

          Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

          coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

          steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

          Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

          antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

          Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

          dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

          asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

          antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

          yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

          uji toksisitas (Erwin 2014)

          Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

          dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

          kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

          sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

          pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

          digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

          Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

          dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

          Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

          luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

          normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

          menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

          3

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

          berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

          pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

          dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

          Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

          penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

          dan luka bakar yang berat

          Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

          pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

          coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

          aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

          tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

          (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

          coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

          12 Rumusan Masalah

          1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

          kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

          Sulawesi Indonesia

          2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

          (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

          Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

          13 Tujuan Penelitian

          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

          96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

          Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

          aeruginosa

          4

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          14 Manfaat Penelitian

          1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

          aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

          coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

          antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

          Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

          2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

          mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

          5

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          BAB II

          TINJAUAN PUSTAKA

          21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

          Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

          ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

          Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

          Kingdom Plantae

          Phylum Mannoliophyta

          Class Magnoliatae

          Order Sapindales

          Family Anacardiaceae

          Genus Lannea

          Species Lannea coromandelica

          (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

          Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

          hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

          sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

          5

          6

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

          eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

          tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

          kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

          hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

          di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

          Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

          Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

          pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

          ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

          paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

          mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

          sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

          Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

          impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

          nyeri lokal (Wahid 2009)

          22 Ektrak dan Ektraksi

          Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

          senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

          yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

          serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

          ditetapkan (DepKes RI 2000)

          Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

          1 Parameter non spesifik

          a Kadar air

          Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

          dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

          destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

          7

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          b Kadar abu

          Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

          dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

          sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

          untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

          eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

          (DepKes RI 2000)

          2 Parameter spesifik

          a Identitas

          Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

          latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

          Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

          dan spesifik dari senyawa identitas

          b Organoleptik

          Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

          mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

          (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

          Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

          terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

          diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

          dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

          terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

          atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

          terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

          ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

          Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

          tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

          yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

          material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

          sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

          8

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

          1 Cara dingin

          a Maserasi

          Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

          pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

          kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

          adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

          kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

          banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

          cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

          pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

          pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

          cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

          b Perkolasi

          Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

          penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

          Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

          tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

          secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

          menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

          secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

          digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

          ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

          2 Cara panas

          a Sokletasi

          Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

          menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

          pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

          9

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          b Refluks

          Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

          titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

          konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

          c Infusa

          Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

          menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

          digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

          2000)

          d Dekok

          Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

          titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

          air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

          ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

          panas (Tiwari et al 2011)

          e Digesti

          Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

          temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

          40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

          kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

          25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

          digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

          23 Pelarut

          Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

          Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

          tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

          pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

          menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

          10

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

          (Tiwari et al 2011)

          Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

          Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

          akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

          kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

          pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

          Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

          1 Air

          Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

          produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

          secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

          dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

          antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

          melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

          signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

          yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

          2 Aseton

          Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

          tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

          mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

          untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

          dengan aseton (Tiwari et al 2011)

          3 Alkohol

          Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

          dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

          lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

          lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

          intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

          namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

          ekstraksi (Tiwari et al 2011)

          11

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          4 Kloroform

          Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

          menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

          aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

          dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

          pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

          5 Eter

          Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

          lemak (Tiwari et al 2011)

          6 n-Heksana

          n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

          bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

          molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

          953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

          71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

          ekstraksi minyak nabati

          7 Etil asetat

          Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

          secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

          dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

          24 Bakteri

          Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

          tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

          mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

          pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

          mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

          berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

          penampang maupun panjangnya

          12

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

          reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

          negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

          sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

          struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

          karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

          Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

          Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

          tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

          lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

          mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

          (Jawetz 1996)

          Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

          golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

          1 Golongan basil

          Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

          bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

          sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

          2 Golongan kokus

          Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

          golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

          yang berdiameter sampai 25μ

          3 Golongan spiral

          Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

          Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

          dengan golongan kokus maupun golongan basil

          13

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Bakteri uji

          1 Staphylococcus aureus

          Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

          patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

          berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

          teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

          Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

          paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

          aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

          ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

          manusia (Jawetz 1996)

          Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

          Divisi Protophyta atau Schizophyta

          Kelas Schizomycetes

          Bangsa Eubacteriales

          Suku Micrococcaceae

          Marga Staphylococcus

          Spesies Staphylococcus aureus

          2 Escherichia coli

          Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

          yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

          (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

          sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

          permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

          bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

          manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

          pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

          saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

          akuatik makanan air seni dan tinja

          14

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

          Devisi Bacteria

          Kelas Schizomycetes

          Bangsa Enterobacteriales

          Suku Enterobacteriaceae

          Marga Escherichia

          Spesies Escherichia coli

          3 Helicobacter pylori

          Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

          bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

          lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

          diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

          duodenum)

          Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

          Devisi Bacteria

          Kelas Epsilon Probacteria

          Bangsa Campylobacteralis

          Suku Helicobateraceae

          Marga Helicobacter

          Spesis Helicobacter pylori

          4 Pseudomonas aeruginosa

          Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

          2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

          terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

          Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

          42o

          C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

          kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

          bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

          15

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

          Divisi Bacteria

          Phylum Proteobacteria

          Kelas Gamma Proteobacteria

          Marga Pseudomonadales

          Suku Pseudomonadaceae

          Genus Pseudomonas

          Species Pseudomonas aeruginosa

          25 Antibakteri

          Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

          diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

          yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

          Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

          Mekanisme kerja antibakteri

          1 Menghambat sintesis dinding sel

          Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

          pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

          1988)

          2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

          Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

          serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

          memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

          membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

          matinya sel (Pleczar 1988)

          3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

          Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

          protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

          substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

          asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

          Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

          16

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

          komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

          4 Menganggu metabolisme sel mikroba

          Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

          sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

          Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

          Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

          matinya sel (Pleczar 1988)

          5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

          DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

          kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

          terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

          mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

          26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

          Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

          konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

          mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

          menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

          pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

          antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

          efisien

          Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

          1 Metode difusi

          a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

          Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

          telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

          tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

          mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

          (Pratiwi 2008)

          b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

          Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

          17

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

          mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

          mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

          diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

          mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

          ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

          pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

          c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

          antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

          memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

          membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

          parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

          d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

          dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

          mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

          diuji (Pratiwi 2008)

          e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

          pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

          agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

          kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

          selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

          memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

          mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

          dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

          total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

          dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

          X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

          Y = panjang pertumbuhan aktual

          C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

          mgmL atau μgmL

          Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

          18

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

          dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

          mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

          2 Metode dilusi

          Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

          a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

          Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

          Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

          Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

          dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

          pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

          agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

          pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

          dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

          agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

          tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

          (Pratiwi 2008)

          b Metode dilusi padat solid dilution test

          Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

          media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

          agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

          mikroba uji (Pratiwi 2008)

          27 Antibiotika Pembanding

          Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

          Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

          19

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

          putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

          praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

          Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

          propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

          (Depkes RI 1995)

          Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

          sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

          dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

          antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

          secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

          amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

          merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

          peptida (Katzung 2004)

          Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

          disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

          anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

          kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

          efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

          Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

          memakan bakteri) (Kester et al 2007)

          20

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          BAB III

          METODE PENELITIAN

          31 Tempat dan Waktu Penelitian

          Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

          Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

          Januari-April 2015

          32 Alat dan Bahan

          321 Alat

          Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

          spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

          evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

          standar laboratorium

          Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

          (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

          325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

          (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

          magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

          laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

          (oxoid) jangka sorong

          322 Bahan

          Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

          kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

          Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

          Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

          akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

          kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

          fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

          NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

          96 spirtus

          21

          21

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          323 Bakteri Uji

          Bakteri yang digunakan antara lain

          Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

          Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

          diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

          33 Prosedur Kerja

          331 Pembuatan simplisia

          Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

          diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

          peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

          disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

          dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

          kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

          bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

          serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

          332 Pembuatan Ekstak

          Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

          600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

          etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

          kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

          kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

          menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

          menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

          Kemudian dihitung persen rendeman

          Rendeman ekstrak = i i i x 100

          333 Parameter ekstrak

          a Identitas Ekstrak

          Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

          ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

          nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

          22

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          b Organoleptik Ekstrak

          Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

          mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

          c Residu Pelarut Etanol

          Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

          mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

          mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

          cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

          etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

          etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

          d Kadar Air

          Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

          yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

          Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

          Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

          kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

          hari (Depkes RI 2000)

          e Kadar Abu Total

          Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

          etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

          perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

          dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

          terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

          334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

          terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

          alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

          1 Uji alkaloid

          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

          disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

          ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

          23

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

          dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

          pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

          Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

          coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

          senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

          2 Uji Flavonoid

          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

          ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

          kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

          mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

          3 Uji Saponin

          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

          larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

          setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

          1969)

          4 Uji Glikosida

          Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

          larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

          senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

          5 Uji Triterpenoid dan steroid

          Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

          diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

          kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

          dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

          kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

          triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

          (Ayoola GA 2008)

          6 Uji Fenol

          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

          ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

          mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

          24

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          7 Uji Tanin

          Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

          reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

          FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

          adanya tannin (Ayoola GA 2008)

          335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

          3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

          Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

          disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

          mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

          autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

          disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

          dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

          tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

          Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

          plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

          Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

          disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

          sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

          Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

          selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

          sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

          3352 Pembuatan Medium

          1 NA (Nutrient Agar)

          Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

          aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

          kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

          menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

          telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

          kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

          2007)

          25

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          2 NB (Nutrient Broth)

          Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

          aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

          stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

          15 menit (Alexander 2007)

          3354 Peremajaan Bakteri

          Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

          yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

          aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

          digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

          inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

          3355 Identifikasi Bakteri Uji

          Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

          dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

          kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

          diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

          Dan siap diwarnai

          Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

          atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

          sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

          kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

          dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

          dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

          preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

          dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

          mikroskopik pada perbesaran 1000 x

          3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

          Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

          selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

          dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

          divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

          pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

          26

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

          09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

          Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

          kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

          4 (pokyni2010)

          3357 Pembuatan larutan uji

          Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

          (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

          yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

          tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

          ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

          3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

          Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

          steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

          Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

          menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

          diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

          ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

          telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

          30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

          370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

          yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

          2013)

          3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

          Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

          batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

          masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

          tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

          ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

          dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

          09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

          27

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

          diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

          kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

          kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

          pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

          Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

          konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

          absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

          28

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          BAB IV

          HASIL DAN PEMBAHASAN

          41 Determinasi Tanaman

          Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

          tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

          Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

          Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

          Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

          42 Penyiapan Sampel

          Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

          dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

          sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

          Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

          sebagai tanaman pagar

          Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

          dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

          dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

          batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

          dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

          mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

          terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

          proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

          menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

          perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

          pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

          Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

          kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

          disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

          pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

          menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

          29

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          43 Ekstraksi

          Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

          metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

          batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

          dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

          sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

          hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

          12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

          2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

          tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

          etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

          pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

          antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

          mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

          dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

          mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

          kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

          evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

          gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

          44 Parameter Ekstrak

          Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

          non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

          Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

          96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

          Karakteristik Hasil

          Parameter spesifik

          1 Identitas

          - Nama Latin

          - Bagian Tumbuhan

          - Nama Indonesia

          - Lannea coromandelica

          - Kulit batang

          - Kayu jawa

          30

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          2 Organoleptik

          - Bentuk

          - Warna

          - Bau

          - Rasa

          - Kental

          - Coklat kehitaman

          - Khas

          - Agak sepat

          Parameter non spesifik

          1 Residu pelarut etanol 0

          2 Kadar air 58

          3 Kadar abu 14

          Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

          dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

          kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

          kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

          pancaindera

          Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

          aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

          dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

          pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

          yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

          masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

          memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

          pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

          antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

          dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

          yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

          dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

          kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

          Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

          air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

          beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

          96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

          31

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

          bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

          air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

          pengujian aktivitas antibakteri

          Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

          kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

          terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

          dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

          anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

          Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

          bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

          dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

          coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

          45 Penapisan Fitokimia

          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

          metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

          coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

          memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

          dilihat pada tabel berikut ini

          Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

          jawa (Lannea coromandelica)

          Penguji senyawa Hasil

          Alkaloid -

          Flavonoid +

          Saponin +

          Glikosida +

          Steroid Triterpenoid -

          Fenol +

          Tanin +

          32

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

          adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

          glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

          polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

          46 Penentuan Diameter Zona Hambat

          Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

          difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

          bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

          tabel berikut

          Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

          terhadap bakteri uji

          Konsentrasi

          ekstrak

          Diameter zona hambat (mm) rata-rata

          Staphylococcus

          aureus

          Escherichia

          coli

          Helicobacter

          pylori

          Pseudomonas

          aeruginosa

          625 μgml - - - -

          125 μgml - 70 - -

          250 μgml - 78 73 68

          500 μgml 71 85 82 85

          Kontrol (-)

          DMSO 5

          - - - -

          Kontrol (+)

          kloramfenikol

          204 250 233 203

          Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

          96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

          antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

          zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

          250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

          penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

          literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

          33

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

          pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

          Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

          menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

          zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

          ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

          sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

          menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

          konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

          terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

          kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

          zona bening pada DMSO 5 tidak ada

          Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

          30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

          Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

          sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

          Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

          kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

          penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

          dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

          satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

          Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

          (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

          amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

          Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

          menggunakan kloramfenikol

          Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

          bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

          konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

          adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

          diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

          34

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

          73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

          antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

          85 mm dan 68 mm

          Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

          sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

          Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

          (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

          tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

          antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

          kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

          glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

          47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

          Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

          konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

          berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

          Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

          menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

          Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

          menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

          Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

          di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

          tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

          suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

          yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

          inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

          kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

          kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

          kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

          35

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

          Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

          kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

          Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

          (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

          membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

          mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

          Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

          secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

          dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

          Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

          menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

          sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

          Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

          Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

          Konsentrasi

          ekstrak

          Nilai absorbansi kekeruhan

          Staphylococcus

          aureus

          Escherichia

          coli

          Helicobacter

          pylori

          Psedomonas

          aeruginosa

          500 ppm 1312 1096 1190 1128

          250 ppm 1512 1252 1556 1395

          125 ppm 1603 1293 1940 1603

          625 ppm 1623 1369 1952 1645

          Kontrol

          kuman

          1504 1295 1938 1546

          Kontrol media

          (blanko)

          0000 0000 0000 0000

          Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

          coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

          nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

          36

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

          Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

          37

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          BAB V

          KESIMPULAN DAN SARAN

          51 Kesimpulan

          1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

          memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

          aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

          2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

          500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

          menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

          dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

          mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

          500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

          dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

          pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

          adalah 85 mm dan 68 mm

          3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

          jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

          adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

          terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

          bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

          52 Saran

          Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

          aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

          38

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          DAFTAR PUSTAKA

          Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

          Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

          Institut Pertanian Bogor

          Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

          Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

          Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

          Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

          Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

          Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

          McGraw Hill Higer Education

          Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

          Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

          Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

          Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

          Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

          americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

          Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

          Syarif Hidayatullah Jakarta

          Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

          Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

          Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

          leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

          Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

          EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

          Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

          In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

          Pharmaceutical Research

          Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

          Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

          University Press

          39

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

          Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

          Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

          Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

          Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

          Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

          Indonesia Jakarta

          Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

          Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

          Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

          coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

          of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

          Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

          production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

          31 2008

          Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

          Balai penerbit FKUI Jakarta

          Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

          Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

          ITB Hal 6-17

          Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

          edition

          The Pharmaceutical Press London England

          Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

          EGC

          Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

          Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

          Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

          Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

          Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

          40

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

          Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

          Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

          (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

          httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

          Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

          Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

          India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

          Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

          Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

          the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

          International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

          4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

          Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

          Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

          methodology

          Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

          Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

          dan Industri Pangan Vol XXII No 1

          Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

          Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

          Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

          Hidayatullah Jakarta

          Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

          Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

          Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

          Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

          Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

          Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

          American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

          Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

          secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

          Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

          41

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

          Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

          Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

          Sciences

          Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

          Yogyakarta

          Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

          Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

          Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

          Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

          Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

          against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

          Agricultural and Food Chemistry

          Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

          Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

          Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

          Bio Sciences

          Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

          coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

          Pharmacy East West University Bangladesh

          WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

          Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

          Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

          Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

          42

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 1 Alur penelitian

          Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

          Tanaman segar Kayu jawa

          (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

          1 kg kulit batang Kayu jawa

          (Lannea coromandelica)

          Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

          Serbuk simplisia 600 gram

          Maserasi dengan menggunakan

          etanol 96 sebanyak 12 L

          Disaring dengan kapas

          dan kertas saring

          kemudian diuapkan

          dengan vacum rotary

          evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

          Skrining Fitokimia

          Uji Aktivitas Antibakteri

          Sterilisasi

          alat

          Pembuatan

          media (NA amp

          NB)

          Peremajaan

          bakteri

          Pembuatan

          larutan uji

          Pembuatan

          suspensi bakteri

          uji

          Uji Diameter Zona

          Hambat

          Uji Konsentrasi

          Hambat Minimum

          43

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          44

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

          NO Golongan

          senyawa

          Gambar Keterangan (hasil uji)

          1 Alkaloid

          (Dragendorf) (Mayer)

          - Tidak terbentuk

          endapan kream atau

          putih (Mayer)

          - Hasil (-) alkaloid

          - Tidak terbentuk

          endapan coklat

          kemerahan

          (Dragendorf)

          - Hasil (-) alkaloid

          2 Flavonoid

          - Perubahan

          intensitas warna

          kuning menjadi

          tidak berwarna

          - Hasil (+)

          flavonoid

          3 Saponin

          - Tebentuk busa

          setinggi 1 cm

          yang stabil

          - Hasil (+)saponin

          4 Glikosida

          - Terbentuk larutan

          berwarna kuning

          - Hasil (+) glikosida

          45

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          5 Steroid dan

          Triterpenoid

          (steroid) (triterpenoid)

          - Tidak terbentuk

          warna hijau

          kehitaman

          (steroid) warna

          merah

          (triterprnoid)

          - Hasil (-) steroid

          dan triterpenoid

          6 Fenol

          - Terbentuk warna

          hitam kebiruan

          - Hasil (+) fenol

          7 Tanin

          (sebelum) (setelah)

          Penambahan Fecl3 01

          - Terbentuk biru

          kehitaman

          - Hasil (+) tanin

          Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

          = g g X

          = 701

          46

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

          = w minusww minusw Bobot jenis =

          i g minus i g i g minus i g

          Bobot jenis = minus minus

          Bobot jenis = 1026

          Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

          jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

          kesetaraan sama dengan 0

          Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

          = minus minus x =

          Ket W0 berat cawan kosong (gram)

          W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

          W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

          Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

          = gram minus gram gram x =

          47

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

          Gambar I pengenceran larutan uji

          Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

          Larutan induk g =

          μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

          500 ppm = V1 N1 V2 N2

          = 5000 μL X 10 mL 500 μL

          =

          = 1 mL

          250 ppm = V1 N1 V2 N2

          = 500 μL X 10 mL 250 μL

          =

          = 5 mL

          125 ppm = V1 N1 V2 N2

          = 250 μL X 10 mL 125 μL

          =

          = 5 mL

          625 ppm = V1 N1 V2 N2

          = 125 μL X 10 mL 625 μL

          =

          = 5 mL

          48

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

          Perbandingan dengan McFarland

          Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

          Gambar I Staphylococcus aureus

          Gambar II Escherichia coli

          Ket Gambar pewarnaan bakteri

          staphylococcus aureus dengan

          perbesaran 10 x 100

          Berbentuk bulat dan berkelompok

          seperti anggur

          Berwarna ungu

          ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

          coli dengan perbesaran 10 x 100

          Bebentuk batang pendek

          Berwarna merah

          49

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Gambar III Helicobacter pylori

          Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

          Ket Gambar pewarnaan bakteri

          Helicobacter pylori dengan

          perbesaran 10 x 100

          Berbentuk spiral atau batang

          bengkok

          Berwarna merah

          Ket Gambar pewarnaan bakteri

          Pseudomoas aeruginosa dengan

          perbesaran 10 x 100

          Berbentuk batang tunggal

          Berwarna merah

          50

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

          Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

          Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

          (+) kloramfenikol

          (-) DMSO 5

          Ekstrak konsentrasi 500

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 250

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 125

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 625

          ppm

          51

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

          (+) kloramfenikol

          (-) DMSO 5

          Ekstrak konsentrasi 500

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 250

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 125

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 625

          ppm

          52

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

          (+) kloramfenikol

          (-) DMSO 5

          Ekstrak konsentrasi 500

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 250

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 125

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 625

          ppm

          53

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

          (+) kloramfenikol

          (-) DMSO 5

          Ekstrak konsentrasi 500

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 250

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 125

          ppm

          Ekstrak konsentrasi 625

          ppm

          54

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

          Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

          Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

          Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

          250 ppm

          1512

          125 ppm

          1523

          625 ppm

          1623

          k kuman

          1504

          k media

          0000

          500 ppm

          1096

          250 ppm

          1252

          125 ppm

          1293

          k kuman

          1295

          k media

          0000

          500 ppm

          1321

          625 ppm

          1369

          55

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

          Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

          Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

          dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

          spektrofotometer uv-vis

          500 ppm

          1190

          250 ppm

          1556

          125 ppm

          1940

          k kuman

          1938

          k media

          0000

          500 ppm

          1128

          250 ppm

          1395

          125 ppm

          1603

          k kuman

          1546

          k media

          0000

          625 ppm

          1952

          625 ppm

          1645

          56

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

          Simplisia kulit batang

          kayu jawa

          Ekstrak kulit batang kayu

          jawa

          Vortex

          Mikropipet

          Hotplate

          Refrigator

          LAF

          Oven

          Autoklaf

          57

          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

          Inkubator

          Spektrofotometer uv-vis

          Jangka sorong

          • DAFTAR ISI
          • Halaman
          • HALAMAN SAMPUL i
          • HALAMAN JUDUL ii
          • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
          • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
          • HALAMAN PENGESEHAN v
          • ABSTRAK vi
          • ABSTRACT vii
          • KATA PENGANTAR viii
          • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
          • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
          • DAFTAR ISI xi
          • DAFTAR TABEL xiii
          • DAFTAR GAMBAR xiv
          • DAFTAR LAMPIRAN xv
          • BAB I PENDAHULUAN 1
          • 11 Latar Belakang 1
          • 12 Rumusan Masalah 3
          • 13 Tujuan Penelitian 3
          • 14 Manfaat Penelitian 4
          • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
          • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
          • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
          • 23 Pelarut 10
          • 24 Bakteri 12
          • 25 Antibakteri 15
          • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
          • 25 Antibiotik Pembanding 19
          • BAB III METODE PENELITIAN 21
          • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
          • 32 Alat dan Bahan 21
          • 321 Alat 21
          • 322 Bahan 21
          • 323 Bakteri Uji 22
          • 33 Prosedur kerja 22
          • 331 Pembuatan Simplisia 22
          • 332 Pembuatan Ekstrak 22
          • 333 Parameter Ekstrak 23
          • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
          • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
          • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
          • 3352 Pembuatan Media 26
          • 3353 Peremajaan Bakteri 26
          • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
          • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
          • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
          • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
          • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
          • BAB IV PEMBAHASAN 29
          • 41 Determinasi Tanaman 29
          • 42 Penyiapan sample 29
          • 43 Ekstraksi 30
          • 44 Parameter Ekstrak 30
          • 45 Penapisan Fitokimia 32
          • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
          • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
          • BAB V PENUTUP 38
          • 51 Kesimpulan 38
          • 52 Saran 38
          • DAFTAR PUSTAKA 39
          • LAMPIRAN 43
          • DAFTAR TABEL
          • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
          • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
          • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
          • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
          • DAFTAR GAMBAR
          • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
          • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
          • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
          • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
          • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
          • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
          • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
          • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
          • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
          • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
          • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
          • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
          • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
          • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
          • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

            vi

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            ABSTRAK

            Nama Fitri Rahmadani

            Program Studi Farmasi

            Judul Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak etanol 96 Kulit

            Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap

            Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

            Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

            Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

            kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus

            aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC

            43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 Ekstrak etanol 96 kulit batang

            kayu jawa diperoleh melalui metode maserasi Pengujian aktivitas antibakteri

            dilakukan dengan uji diameter zona hambat dengan metode difusi agar

            menggunakan kontrol positif kloramfenikol kontrol negatif DMSO 5 dan

            Konsentrasi Hambat Minimum dengan metode dilusi cair Hasil uji aktivitas

            antibakteri yang dilakukan menunjukkan nilai diameter zona hambat terhadap

            bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 500 μlml adalah 71 mm Bakteri Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml 125 μlml beturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70 mm Bakteri Helicobacter

            pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berturut-turut adalah

            82 mm 73 mm dan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

            pada konsentrasi 500 μlml 250 μlml berutut-turut adalah 85 mm 68 mm Nilai

            Konsentrasi Hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

            (Lannea coromandelica) terhdap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi

            500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 pada konsentrasi 125 μlml Helicobacter

            pylori ATCC 43504 pada konsentrasi 250 μlml dan Pseudomonas aeruginosa

            ATCC 27853 pada konsentrasi 250 μlml Berdasarkan penelitian ini ekstrak

            etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki antivitas

            antibakteri

            Kata kunci Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) Antibakteri

            Diameter zona hambat Konsentrasi hambat minimum

            vii

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            ABSTRACT

            Name Fitri Rahmadani

            Program Study Pharmacy

            Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

            Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

            Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

            pylori Pseudomonas aeruginosa

            This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

            jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

            Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

            Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

            maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

            diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

            control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

            with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

            zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

            concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

            250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

            Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

            mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

            500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

            Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

            coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

            6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

            concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

            of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

            μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

            coromandelica) bark was have activity antibacterial

            Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

            zone diameter Minimum inhibitory concentration

            viii

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            KATA PENGANTAR

            Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

            kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

            sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

            Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

            Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

            etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

            Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

            aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

            Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

            Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

            Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

            begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

            mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

            terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

            penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

            kepada

            1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

            Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

            Hidayatullah Jakarta

            2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

            Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

            Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

            3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

            Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

            meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

            penulis

            4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

            yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

            ix

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

            Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

            telah memberikan ilmunya kepada penulis

            6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

            yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

            maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

            membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

            pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

            mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

            rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

            Aamiin

            7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

            tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

            serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

            dalam hidup penulis

            8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

            memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

            indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

            9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

            Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

            selama penelitian

            10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

            dapat penulis sebutkan satu per satu

            Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

            bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

            penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

            dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

            pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

            Jakarta 28 Mei 2015

            Penulis

            x

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

            AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

            Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

            Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

            Nama Fitri Rahmadani

            NIM 11110200048

            Program Study Farmasi

            Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

            Jenis Karya Skripsi

            Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

            judul

            UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

            BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

            Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

            aeruginosa

            Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

            perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

            kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

            Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

            dengan sebenar-benarnya

            Dibuat di Jakarta

            Pada tanggal 30 Mei 2015

            Yang menyatakan

            (Fitri Rahmadani)

            xi

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            DAFTAR ISI

            Halaman

            HALAMAN SAMPUL i

            HALAMAN JUDUL ii

            HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

            HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

            HALAMAN PENGESEHAN v

            ABSTRAK vi

            ABSTRACT vii

            KATA PENGANTAR viii

            HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

            TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

            DAFTAR ISI xi

            DAFTAR TABEL xiii

            DAFTAR GAMBAR xiv

            DAFTAR LAMPIRAN xv

            BAB I PENDAHULUAN 1

            11 Latar Belakang 1

            12 Rumusan Masalah 3

            13 Tujuan Penelitian 3

            14 Manfaat Penelitian 4

            BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

            21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

            22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

            23 Pelarut 10

            24 Bakteri 12

            25 Antibakteri 15

            26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

            25 Antibiotik Pembanding 19

            BAB III METODE PENELITIAN 21

            31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

            32 Alat dan Bahan 21

            321 Alat 21

            xii

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            322 Bahan 21

            323 Bakteri Uji 22

            33 Prosedur kerja 22

            331 Pembuatan Simplisia 22

            332 Pembuatan Ekstrak 22

            333 Parameter Ekstrak 23

            334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

            335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

            3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

            3352 Pembuatan Media 26

            3353 Peremajaan Bakteri 26

            3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

            3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

            3356 Pembuatan Larutan Uji 27

            3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

            3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

            BAB IV PEMBAHASAN 29

            41 Determinasi Tanaman 29

            42 Penyiapan sample 29

            43 Ekstraksi 30

            44 Parameter Ekstrak 30

            45 Penapisan Fitokimia 32

            46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

            47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

            BAB V PENUTUP 38

            51 Kesimpulan 38

            52 Saran 38

            DAFTAR PUSTAKA 39

            LAMPIRAN 43

            xiii

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            DAFTAR TABEL

            Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

            Lannea coromandelica 31

            Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

            Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

            Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

            xiv

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            DAFTAR GAMBAR

            Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

            Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

            xv

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            DAFTAR LAMPIRAN

            Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

            Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

            Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

            Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

            Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

            Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

            Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

            Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

            Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

            Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

            Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

            Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

            Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

            1

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            BAB I

            PENDAHULUAN

            11 Latar Belakang

            Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

            tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

            alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

            Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

            tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

            (Gana 2008)

            Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

            berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

            maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

            pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

            menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

            Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

            Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

            yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

            maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

            Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

            jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

            telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

            untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

            tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

            digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

            (Akbar 2010)

            Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

            masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

            jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

            sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

            yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

            karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

            1

            2

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

            menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

            Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

            misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

            tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

            biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

            menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

            Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

            coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

            steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

            Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

            antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

            Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

            dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

            asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

            antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

            yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

            uji toksisitas (Erwin 2014)

            Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

            dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

            kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

            sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

            pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

            digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

            Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

            dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

            Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

            luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

            normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

            menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

            3

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

            berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

            pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

            dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

            Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

            penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

            dan luka bakar yang berat

            Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

            pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

            coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

            aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

            tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

            (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

            coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

            12 Rumusan Masalah

            1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

            kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

            Sulawesi Indonesia

            2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

            (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

            Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

            13 Tujuan Penelitian

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

            96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

            Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

            aeruginosa

            4

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            14 Manfaat Penelitian

            1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

            aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

            coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

            antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

            Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

            2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

            mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

            5

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            BAB II

            TINJAUAN PUSTAKA

            21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

            Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

            ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

            Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

            Kingdom Plantae

            Phylum Mannoliophyta

            Class Magnoliatae

            Order Sapindales

            Family Anacardiaceae

            Genus Lannea

            Species Lannea coromandelica

            (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

            Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

            hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

            sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

            5

            6

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

            eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

            tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

            kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

            hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

            di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

            Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

            Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

            pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

            ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

            paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

            mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

            sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

            Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

            impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

            nyeri lokal (Wahid 2009)

            22 Ektrak dan Ektraksi

            Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

            senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

            yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

            serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

            ditetapkan (DepKes RI 2000)

            Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

            1 Parameter non spesifik

            a Kadar air

            Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

            dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

            destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

            7

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            b Kadar abu

            Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

            dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

            sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

            untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

            eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

            (DepKes RI 2000)

            2 Parameter spesifik

            a Identitas

            Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

            latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

            Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

            dan spesifik dari senyawa identitas

            b Organoleptik

            Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

            mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

            (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

            Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

            terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

            diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

            dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

            terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

            atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

            terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

            ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

            Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

            tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

            yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

            material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

            sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

            8

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

            1 Cara dingin

            a Maserasi

            Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

            pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

            kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

            adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

            kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

            banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

            cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

            pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

            pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

            cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

            b Perkolasi

            Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

            penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

            Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

            tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

            secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

            menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

            secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

            digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

            ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

            2 Cara panas

            a Sokletasi

            Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

            menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

            pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

            9

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            b Refluks

            Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

            titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

            konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

            c Infusa

            Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

            menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

            digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

            2000)

            d Dekok

            Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

            titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

            air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

            ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

            panas (Tiwari et al 2011)

            e Digesti

            Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

            temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

            40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

            kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

            25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

            digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

            23 Pelarut

            Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

            Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

            tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

            pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

            menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

            10

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

            (Tiwari et al 2011)

            Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

            Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

            akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

            kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

            pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

            Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

            1 Air

            Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

            produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

            secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

            dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

            antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

            melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

            signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

            yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

            2 Aseton

            Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

            tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

            mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

            untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

            dengan aseton (Tiwari et al 2011)

            3 Alkohol

            Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

            dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

            lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

            lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

            intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

            namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

            ekstraksi (Tiwari et al 2011)

            11

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            4 Kloroform

            Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

            menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

            aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

            dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

            pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

            5 Eter

            Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

            lemak (Tiwari et al 2011)

            6 n-Heksana

            n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

            bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

            molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

            953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

            71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

            ekstraksi minyak nabati

            7 Etil asetat

            Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

            secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

            dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

            24 Bakteri

            Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

            tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

            mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

            pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

            mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

            berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

            penampang maupun panjangnya

            12

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

            reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

            negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

            sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

            struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

            karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

            Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

            Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

            tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

            lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

            mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

            (Jawetz 1996)

            Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

            golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

            1 Golongan basil

            Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

            bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

            sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

            2 Golongan kokus

            Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

            golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

            yang berdiameter sampai 25μ

            3 Golongan spiral

            Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

            Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

            dengan golongan kokus maupun golongan basil

            13

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Bakteri uji

            1 Staphylococcus aureus

            Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

            patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

            berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

            teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

            Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

            paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

            aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

            ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

            manusia (Jawetz 1996)

            Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

            Divisi Protophyta atau Schizophyta

            Kelas Schizomycetes

            Bangsa Eubacteriales

            Suku Micrococcaceae

            Marga Staphylococcus

            Spesies Staphylococcus aureus

            2 Escherichia coli

            Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

            yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

            (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

            sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

            permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

            bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

            manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

            pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

            saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

            akuatik makanan air seni dan tinja

            14

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

            Devisi Bacteria

            Kelas Schizomycetes

            Bangsa Enterobacteriales

            Suku Enterobacteriaceae

            Marga Escherichia

            Spesies Escherichia coli

            3 Helicobacter pylori

            Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

            bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

            lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

            diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

            duodenum)

            Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

            Devisi Bacteria

            Kelas Epsilon Probacteria

            Bangsa Campylobacteralis

            Suku Helicobateraceae

            Marga Helicobacter

            Spesis Helicobacter pylori

            4 Pseudomonas aeruginosa

            Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

            2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

            terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

            Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

            42o

            C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

            kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

            bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

            15

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

            Divisi Bacteria

            Phylum Proteobacteria

            Kelas Gamma Proteobacteria

            Marga Pseudomonadales

            Suku Pseudomonadaceae

            Genus Pseudomonas

            Species Pseudomonas aeruginosa

            25 Antibakteri

            Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

            diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

            yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

            Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

            Mekanisme kerja antibakteri

            1 Menghambat sintesis dinding sel

            Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

            pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

            1988)

            2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

            Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

            serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

            memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

            membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

            matinya sel (Pleczar 1988)

            3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

            Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

            protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

            substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

            asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

            Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

            16

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

            komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

            4 Menganggu metabolisme sel mikroba

            Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

            sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

            Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

            Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

            matinya sel (Pleczar 1988)

            5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

            DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

            kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

            terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

            mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

            26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

            Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

            konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

            mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

            menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

            pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

            antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

            efisien

            Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

            1 Metode difusi

            a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

            Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

            telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

            tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

            mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

            (Pratiwi 2008)

            b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

            Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

            17

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

            mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

            mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

            diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

            mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

            ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

            pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

            c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

            antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

            memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

            membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

            parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

            d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

            dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

            mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

            diuji (Pratiwi 2008)

            e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

            pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

            agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

            kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

            selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

            memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

            mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

            dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

            total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

            dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

            X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

            Y = panjang pertumbuhan aktual

            C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

            mgmL atau μgmL

            Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

            18

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

            dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

            mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

            2 Metode dilusi

            Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

            a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

            Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

            Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

            Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

            dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

            pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

            agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

            pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

            dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

            agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

            tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

            (Pratiwi 2008)

            b Metode dilusi padat solid dilution test

            Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

            media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

            agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

            mikroba uji (Pratiwi 2008)

            27 Antibiotika Pembanding

            Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

            Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

            19

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

            putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

            praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

            Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

            propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

            (Depkes RI 1995)

            Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

            sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

            dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

            antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

            secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

            amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

            merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

            peptida (Katzung 2004)

            Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

            disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

            anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

            kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

            efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

            Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

            memakan bakteri) (Kester et al 2007)

            20

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            BAB III

            METODE PENELITIAN

            31 Tempat dan Waktu Penelitian

            Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

            Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

            Januari-April 2015

            32 Alat dan Bahan

            321 Alat

            Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

            spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

            evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

            standar laboratorium

            Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

            (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

            325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

            (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

            magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

            laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

            (oxoid) jangka sorong

            322 Bahan

            Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

            kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

            Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

            Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

            akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

            kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

            fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

            NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

            96 spirtus

            21

            21

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            323 Bakteri Uji

            Bakteri yang digunakan antara lain

            Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

            Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

            diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

            33 Prosedur Kerja

            331 Pembuatan simplisia

            Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

            diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

            peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

            disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

            dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

            kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

            bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

            serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

            332 Pembuatan Ekstak

            Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

            600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

            etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

            kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

            kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

            menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

            menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

            Kemudian dihitung persen rendeman

            Rendeman ekstrak = i i i x 100

            333 Parameter ekstrak

            a Identitas Ekstrak

            Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

            ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

            nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

            22

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            b Organoleptik Ekstrak

            Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

            mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

            c Residu Pelarut Etanol

            Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

            mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

            mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

            cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

            etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

            etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

            d Kadar Air

            Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

            yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

            Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

            Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

            kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

            hari (Depkes RI 2000)

            e Kadar Abu Total

            Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

            etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

            perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

            dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

            terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

            334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

            terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

            alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

            1 Uji alkaloid

            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

            disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

            ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

            23

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

            dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

            pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

            Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

            coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

            senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

            2 Uji Flavonoid

            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

            ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

            kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

            mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

            3 Uji Saponin

            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

            larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

            setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

            1969)

            4 Uji Glikosida

            Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

            larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

            senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

            5 Uji Triterpenoid dan steroid

            Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

            diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

            kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

            dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

            kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

            triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

            (Ayoola GA 2008)

            6 Uji Fenol

            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

            ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

            mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

            24

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            7 Uji Tanin

            Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

            reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

            FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

            adanya tannin (Ayoola GA 2008)

            335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

            3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

            Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

            disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

            mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

            autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

            disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

            dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

            tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

            Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

            plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

            Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

            disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

            sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

            Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

            selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

            sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

            3352 Pembuatan Medium

            1 NA (Nutrient Agar)

            Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

            aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

            kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

            menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

            telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

            kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

            2007)

            25

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            2 NB (Nutrient Broth)

            Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

            aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

            stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

            15 menit (Alexander 2007)

            3354 Peremajaan Bakteri

            Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

            yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

            aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

            digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

            inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

            3355 Identifikasi Bakteri Uji

            Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

            dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

            kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

            diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

            Dan siap diwarnai

            Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

            atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

            sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

            kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

            dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

            dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

            preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

            dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

            mikroskopik pada perbesaran 1000 x

            3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

            Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

            selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

            dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

            divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

            pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

            26

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

            09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

            Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

            kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

            4 (pokyni2010)

            3357 Pembuatan larutan uji

            Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

            (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

            yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

            tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

            ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

            3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

            Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

            steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

            Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

            menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

            diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

            ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

            telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

            30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

            370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

            yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

            2013)

            3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

            Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

            batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

            masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

            tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

            ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

            dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

            09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

            27

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

            diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

            kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

            kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

            pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

            Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

            konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

            absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

            28

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            BAB IV

            HASIL DAN PEMBAHASAN

            41 Determinasi Tanaman

            Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

            tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

            Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

            Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

            Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

            42 Penyiapan Sampel

            Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

            dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

            sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

            Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

            sebagai tanaman pagar

            Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

            dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

            dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

            batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

            dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

            mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

            terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

            proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

            menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

            perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

            pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

            Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

            kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

            disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

            pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

            menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

            29

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            43 Ekstraksi

            Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

            metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

            batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

            dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

            sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

            hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

            12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

            2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

            tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

            etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

            pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

            antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

            mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

            dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

            mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

            kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

            evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

            gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

            44 Parameter Ekstrak

            Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

            non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

            Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

            96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

            Karakteristik Hasil

            Parameter spesifik

            1 Identitas

            - Nama Latin

            - Bagian Tumbuhan

            - Nama Indonesia

            - Lannea coromandelica

            - Kulit batang

            - Kayu jawa

            30

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            2 Organoleptik

            - Bentuk

            - Warna

            - Bau

            - Rasa

            - Kental

            - Coklat kehitaman

            - Khas

            - Agak sepat

            Parameter non spesifik

            1 Residu pelarut etanol 0

            2 Kadar air 58

            3 Kadar abu 14

            Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

            dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

            kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

            kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

            pancaindera

            Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

            aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

            dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

            pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

            yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

            masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

            memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

            pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

            antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

            dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

            yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

            dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

            kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

            Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

            air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

            beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

            96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

            31

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

            bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

            air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

            pengujian aktivitas antibakteri

            Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

            kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

            terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

            dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

            anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

            Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

            bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

            dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

            coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

            45 Penapisan Fitokimia

            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

            metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

            coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

            memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

            dilihat pada tabel berikut ini

            Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

            jawa (Lannea coromandelica)

            Penguji senyawa Hasil

            Alkaloid -

            Flavonoid +

            Saponin +

            Glikosida +

            Steroid Triterpenoid -

            Fenol +

            Tanin +

            32

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

            adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

            glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

            polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

            46 Penentuan Diameter Zona Hambat

            Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

            difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

            bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

            tabel berikut

            Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

            terhadap bakteri uji

            Konsentrasi

            ekstrak

            Diameter zona hambat (mm) rata-rata

            Staphylococcus

            aureus

            Escherichia

            coli

            Helicobacter

            pylori

            Pseudomonas

            aeruginosa

            625 μgml - - - -

            125 μgml - 70 - -

            250 μgml - 78 73 68

            500 μgml 71 85 82 85

            Kontrol (-)

            DMSO 5

            - - - -

            Kontrol (+)

            kloramfenikol

            204 250 233 203

            Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

            96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

            antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

            zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

            250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

            penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

            literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

            33

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

            pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

            Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

            menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

            zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

            ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

            sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

            menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

            konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

            terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

            kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

            zona bening pada DMSO 5 tidak ada

            Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

            30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

            Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

            sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

            Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

            kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

            penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

            dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

            satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

            Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

            (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

            amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

            Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

            menggunakan kloramfenikol

            Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

            bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

            konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

            adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

            diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

            34

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

            73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

            antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

            85 mm dan 68 mm

            Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

            sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

            Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

            (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

            tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

            antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

            kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

            glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

            47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

            Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

            konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

            berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

            Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

            menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

            Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

            menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

            Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

            di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

            tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

            suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

            yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

            inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

            kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

            kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

            kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

            35

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

            Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

            kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

            Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

            (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

            membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

            mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

            Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

            secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

            dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

            Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

            menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

            sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

            Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

            Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

            Konsentrasi

            ekstrak

            Nilai absorbansi kekeruhan

            Staphylococcus

            aureus

            Escherichia

            coli

            Helicobacter

            pylori

            Psedomonas

            aeruginosa

            500 ppm 1312 1096 1190 1128

            250 ppm 1512 1252 1556 1395

            125 ppm 1603 1293 1940 1603

            625 ppm 1623 1369 1952 1645

            Kontrol

            kuman

            1504 1295 1938 1546

            Kontrol media

            (blanko)

            0000 0000 0000 0000

            Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

            coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

            nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

            36

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

            Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

            37

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            BAB V

            KESIMPULAN DAN SARAN

            51 Kesimpulan

            1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

            memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

            aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

            2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

            500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

            menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

            dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

            mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

            500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

            dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

            pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

            adalah 85 mm dan 68 mm

            3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

            jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

            adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

            terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

            bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

            52 Saran

            Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

            aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

            38

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            DAFTAR PUSTAKA

            Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

            Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

            Institut Pertanian Bogor

            Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

            Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

            Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

            Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

            Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

            Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

            McGraw Hill Higer Education

            Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

            Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

            Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

            Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

            Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

            americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

            Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

            Syarif Hidayatullah Jakarta

            Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

            Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

            Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

            leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

            Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

            EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

            Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

            In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

            Pharmaceutical Research

            Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

            Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

            University Press

            39

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

            Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

            Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

            Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

            Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

            Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

            Indonesia Jakarta

            Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

            Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

            Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

            coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

            of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

            Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

            production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

            31 2008

            Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

            Balai penerbit FKUI Jakarta

            Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

            Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

            ITB Hal 6-17

            Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

            edition

            The Pharmaceutical Press London England

            Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

            EGC

            Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

            Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

            Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

            Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

            Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

            40

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

            Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

            Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

            (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

            httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

            Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

            Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

            India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

            Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

            Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

            the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

            International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

            4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

            Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

            Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

            methodology

            Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

            Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

            dan Industri Pangan Vol XXII No 1

            Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

            Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

            Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

            Hidayatullah Jakarta

            Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

            Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

            Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

            Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

            Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

            Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

            American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

            Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

            secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

            Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

            41

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

            Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

            Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

            Sciences

            Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

            Yogyakarta

            Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

            Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

            Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

            Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

            Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

            against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

            Agricultural and Food Chemistry

            Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

            Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

            Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

            Bio Sciences

            Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

            coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

            Pharmacy East West University Bangladesh

            WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

            Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

            Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

            Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

            42

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 1 Alur penelitian

            Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

            Tanaman segar Kayu jawa

            (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

            1 kg kulit batang Kayu jawa

            (Lannea coromandelica)

            Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

            Serbuk simplisia 600 gram

            Maserasi dengan menggunakan

            etanol 96 sebanyak 12 L

            Disaring dengan kapas

            dan kertas saring

            kemudian diuapkan

            dengan vacum rotary

            evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

            Skrining Fitokimia

            Uji Aktivitas Antibakteri

            Sterilisasi

            alat

            Pembuatan

            media (NA amp

            NB)

            Peremajaan

            bakteri

            Pembuatan

            larutan uji

            Pembuatan

            suspensi bakteri

            uji

            Uji Diameter Zona

            Hambat

            Uji Konsentrasi

            Hambat Minimum

            43

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            44

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

            NO Golongan

            senyawa

            Gambar Keterangan (hasil uji)

            1 Alkaloid

            (Dragendorf) (Mayer)

            - Tidak terbentuk

            endapan kream atau

            putih (Mayer)

            - Hasil (-) alkaloid

            - Tidak terbentuk

            endapan coklat

            kemerahan

            (Dragendorf)

            - Hasil (-) alkaloid

            2 Flavonoid

            - Perubahan

            intensitas warna

            kuning menjadi

            tidak berwarna

            - Hasil (+)

            flavonoid

            3 Saponin

            - Tebentuk busa

            setinggi 1 cm

            yang stabil

            - Hasil (+)saponin

            4 Glikosida

            - Terbentuk larutan

            berwarna kuning

            - Hasil (+) glikosida

            45

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            5 Steroid dan

            Triterpenoid

            (steroid) (triterpenoid)

            - Tidak terbentuk

            warna hijau

            kehitaman

            (steroid) warna

            merah

            (triterprnoid)

            - Hasil (-) steroid

            dan triterpenoid

            6 Fenol

            - Terbentuk warna

            hitam kebiruan

            - Hasil (+) fenol

            7 Tanin

            (sebelum) (setelah)

            Penambahan Fecl3 01

            - Terbentuk biru

            kehitaman

            - Hasil (+) tanin

            Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

            = g g X

            = 701

            46

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

            = w minusww minusw Bobot jenis =

            i g minus i g i g minus i g

            Bobot jenis = minus minus

            Bobot jenis = 1026

            Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

            jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

            kesetaraan sama dengan 0

            Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

            = minus minus x =

            Ket W0 berat cawan kosong (gram)

            W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

            W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

            Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

            = gram minus gram gram x =

            47

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

            Gambar I pengenceran larutan uji

            Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

            Larutan induk g =

            μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

            500 ppm = V1 N1 V2 N2

            = 5000 μL X 10 mL 500 μL

            =

            = 1 mL

            250 ppm = V1 N1 V2 N2

            = 500 μL X 10 mL 250 μL

            =

            = 5 mL

            125 ppm = V1 N1 V2 N2

            = 250 μL X 10 mL 125 μL

            =

            = 5 mL

            625 ppm = V1 N1 V2 N2

            = 125 μL X 10 mL 625 μL

            =

            = 5 mL

            48

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

            Perbandingan dengan McFarland

            Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

            Gambar I Staphylococcus aureus

            Gambar II Escherichia coli

            Ket Gambar pewarnaan bakteri

            staphylococcus aureus dengan

            perbesaran 10 x 100

            Berbentuk bulat dan berkelompok

            seperti anggur

            Berwarna ungu

            ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

            coli dengan perbesaran 10 x 100

            Bebentuk batang pendek

            Berwarna merah

            49

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Gambar III Helicobacter pylori

            Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

            Ket Gambar pewarnaan bakteri

            Helicobacter pylori dengan

            perbesaran 10 x 100

            Berbentuk spiral atau batang

            bengkok

            Berwarna merah

            Ket Gambar pewarnaan bakteri

            Pseudomoas aeruginosa dengan

            perbesaran 10 x 100

            Berbentuk batang tunggal

            Berwarna merah

            50

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

            Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

            Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

            (+) kloramfenikol

            (-) DMSO 5

            Ekstrak konsentrasi 500

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 250

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 125

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 625

            ppm

            51

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

            (+) kloramfenikol

            (-) DMSO 5

            Ekstrak konsentrasi 500

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 250

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 125

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 625

            ppm

            52

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

            (+) kloramfenikol

            (-) DMSO 5

            Ekstrak konsentrasi 500

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 250

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 125

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 625

            ppm

            53

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

            (+) kloramfenikol

            (-) DMSO 5

            Ekstrak konsentrasi 500

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 250

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 125

            ppm

            Ekstrak konsentrasi 625

            ppm

            54

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

            Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

            Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

            Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

            250 ppm

            1512

            125 ppm

            1523

            625 ppm

            1623

            k kuman

            1504

            k media

            0000

            500 ppm

            1096

            250 ppm

            1252

            125 ppm

            1293

            k kuman

            1295

            k media

            0000

            500 ppm

            1321

            625 ppm

            1369

            55

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

            Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

            Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

            dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

            spektrofotometer uv-vis

            500 ppm

            1190

            250 ppm

            1556

            125 ppm

            1940

            k kuman

            1938

            k media

            0000

            500 ppm

            1128

            250 ppm

            1395

            125 ppm

            1603

            k kuman

            1546

            k media

            0000

            625 ppm

            1952

            625 ppm

            1645

            56

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

            Simplisia kulit batang

            kayu jawa

            Ekstrak kulit batang kayu

            jawa

            Vortex

            Mikropipet

            Hotplate

            Refrigator

            LAF

            Oven

            Autoklaf

            57

            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

            Inkubator

            Spektrofotometer uv-vis

            Jangka sorong

            • DAFTAR ISI
            • Halaman
            • HALAMAN SAMPUL i
            • HALAMAN JUDUL ii
            • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
            • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
            • HALAMAN PENGESEHAN v
            • ABSTRAK vi
            • ABSTRACT vii
            • KATA PENGANTAR viii
            • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
            • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
            • DAFTAR ISI xi
            • DAFTAR TABEL xiii
            • DAFTAR GAMBAR xiv
            • DAFTAR LAMPIRAN xv
            • BAB I PENDAHULUAN 1
            • 11 Latar Belakang 1
            • 12 Rumusan Masalah 3
            • 13 Tujuan Penelitian 3
            • 14 Manfaat Penelitian 4
            • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
            • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
            • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
            • 23 Pelarut 10
            • 24 Bakteri 12
            • 25 Antibakteri 15
            • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
            • 25 Antibiotik Pembanding 19
            • BAB III METODE PENELITIAN 21
            • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
            • 32 Alat dan Bahan 21
            • 321 Alat 21
            • 322 Bahan 21
            • 323 Bakteri Uji 22
            • 33 Prosedur kerja 22
            • 331 Pembuatan Simplisia 22
            • 332 Pembuatan Ekstrak 22
            • 333 Parameter Ekstrak 23
            • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
            • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
            • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
            • 3352 Pembuatan Media 26
            • 3353 Peremajaan Bakteri 26
            • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
            • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
            • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
            • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
            • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
            • BAB IV PEMBAHASAN 29
            • 41 Determinasi Tanaman 29
            • 42 Penyiapan sample 29
            • 43 Ekstraksi 30
            • 44 Parameter Ekstrak 30
            • 45 Penapisan Fitokimia 32
            • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
            • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
            • BAB V PENUTUP 38
            • 51 Kesimpulan 38
            • 52 Saran 38
            • DAFTAR PUSTAKA 39
            • LAMPIRAN 43
            • DAFTAR TABEL
            • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
            • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
            • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
            • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
            • DAFTAR GAMBAR
            • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
            • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
            • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
            • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
            • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
            • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
            • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
            • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
            • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
            • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
            • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
            • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
            • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
            • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
            • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

              vii

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              ABSTRACT

              Name Fitri Rahmadani

              Program Study Pharmacy

              Tittle Antimicrobial Activity Test of 96 Ethanolic Extract of

              Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Against

              Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter

              pylori Pseudomonas aeruginosa

              This study aimed to find out antibacterial activity of 96 ethanolic extract of kayu

              jawa (Lannea coromandelica) Bark against Staphylococcus aureus ATCC 6538

              Escherichia coli ATCC 8739 Helicobacter pylori ATCC 43504 and

              Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 96 ethanolic exctract was obtained by

              maceration method Antibacterial activity test conducted by test inhibition zone

              diameter with the agar diffusion method using chloramphenicol as positive

              control DMSO 5 as negative control and Minimum Inhibitory Concentration

              with liquid dilution method The antibacterial activity showed that the inhibition

              zone diameter of Staphylococcus aureus ATCC 6538 bacteria using 500 μlml

              concentration extract was 71 mm Escherichia coli ATCC 8739 using 500 μlml

              250 μlml and 125 μlml extract were 85 mm 78 mm and 70 mm respectively

              Helicobacter pylori ATCC 43504 using 500 μlml and 125 μlml extract were 85

              mm and 73 mm respectively And Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 using

              500 μlml and 250 μlml extract were 85 mm and 68 mm respectively Minimum

              Inhibitory Concentration of 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

              coromandelica) Bark most effective against bacteri Staphylococcus aureus ATCC

              6538 at concentrations of 500 μlml Escherichia coli ATCC 8739 at

              concentrations of 125 μlml Helicobacter pylori ATCC 43504 at concentrations

              of 250 μlml Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 at concentrations of 250

              μlml Based on this study 96 ethanolic extract of kayu jawa (Lannea

              coromandelica) bark was have activity antibacterial

              Key word Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark Antibacterial Inhibition

              zone diameter Minimum inhibitory concentration

              viii

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              KATA PENGANTAR

              Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

              Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

              kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

              sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

              Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

              Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

              etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

              Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

              aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

              Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

              Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

              Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

              begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

              mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

              terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

              penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

              kepada

              1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

              Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

              Hidayatullah Jakarta

              2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

              Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

              Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

              3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

              Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

              meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

              penulis

              4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

              yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

              ix

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

              Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

              telah memberikan ilmunya kepada penulis

              6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

              yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

              maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

              membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

              pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

              mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

              rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

              Aamiin

              7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

              tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

              serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

              dalam hidup penulis

              8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

              memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

              indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

              9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

              Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

              selama penelitian

              10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

              dapat penulis sebutkan satu per satu

              Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

              bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

              penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

              dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

              pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

              Jakarta 28 Mei 2015

              Penulis

              x

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

              AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

              Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

              Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

              Nama Fitri Rahmadani

              NIM 11110200048

              Program Study Farmasi

              Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

              Jenis Karya Skripsi

              Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

              judul

              UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

              BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

              Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

              aeruginosa

              Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

              perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

              kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

              Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

              dengan sebenar-benarnya

              Dibuat di Jakarta

              Pada tanggal 30 Mei 2015

              Yang menyatakan

              (Fitri Rahmadani)

              xi

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              DAFTAR ISI

              Halaman

              HALAMAN SAMPUL i

              HALAMAN JUDUL ii

              HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

              HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

              HALAMAN PENGESEHAN v

              ABSTRAK vi

              ABSTRACT vii

              KATA PENGANTAR viii

              HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

              TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

              DAFTAR ISI xi

              DAFTAR TABEL xiii

              DAFTAR GAMBAR xiv

              DAFTAR LAMPIRAN xv

              BAB I PENDAHULUAN 1

              11 Latar Belakang 1

              12 Rumusan Masalah 3

              13 Tujuan Penelitian 3

              14 Manfaat Penelitian 4

              BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

              21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

              22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

              23 Pelarut 10

              24 Bakteri 12

              25 Antibakteri 15

              26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

              25 Antibiotik Pembanding 19

              BAB III METODE PENELITIAN 21

              31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

              32 Alat dan Bahan 21

              321 Alat 21

              xii

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              322 Bahan 21

              323 Bakteri Uji 22

              33 Prosedur kerja 22

              331 Pembuatan Simplisia 22

              332 Pembuatan Ekstrak 22

              333 Parameter Ekstrak 23

              334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

              335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

              3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

              3352 Pembuatan Media 26

              3353 Peremajaan Bakteri 26

              3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

              3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

              3356 Pembuatan Larutan Uji 27

              3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

              3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

              BAB IV PEMBAHASAN 29

              41 Determinasi Tanaman 29

              42 Penyiapan sample 29

              43 Ekstraksi 30

              44 Parameter Ekstrak 30

              45 Penapisan Fitokimia 32

              46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

              47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

              BAB V PENUTUP 38

              51 Kesimpulan 38

              52 Saran 38

              DAFTAR PUSTAKA 39

              LAMPIRAN 43

              xiii

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              DAFTAR TABEL

              Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

              Lannea coromandelica 31

              Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

              Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

              Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

              xiv

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              DAFTAR GAMBAR

              Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

              Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

              xv

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              DAFTAR LAMPIRAN

              Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

              Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

              Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

              Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

              Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

              Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

              Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

              Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

              Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

              Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

              Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

              Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

              Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

              1

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              BAB I

              PENDAHULUAN

              11 Latar Belakang

              Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

              tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

              alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

              Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

              tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

              (Gana 2008)

              Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

              berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

              maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

              pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

              menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

              Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

              Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

              yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

              maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

              Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

              jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

              telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

              untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

              tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

              digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

              (Akbar 2010)

              Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

              masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

              jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

              sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

              yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

              karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

              1

              2

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

              menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

              Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

              misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

              tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

              biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

              menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

              Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

              coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

              steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

              Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

              antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

              Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

              dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

              asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

              antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

              yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

              uji toksisitas (Erwin 2014)

              Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

              dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

              kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

              sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

              pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

              digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

              Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

              dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

              Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

              luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

              normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

              menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

              3

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

              berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

              pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

              dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

              Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

              penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

              dan luka bakar yang berat

              Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

              pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

              coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

              aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

              tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

              (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

              coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

              12 Rumusan Masalah

              1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

              kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

              Sulawesi Indonesia

              2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

              (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

              Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

              13 Tujuan Penelitian

              Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

              96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

              Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

              aeruginosa

              4

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              14 Manfaat Penelitian

              1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

              aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

              coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

              antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

              Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

              2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

              mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

              5

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              BAB II

              TINJAUAN PUSTAKA

              21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

              Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

              ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

              Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

              Kingdom Plantae

              Phylum Mannoliophyta

              Class Magnoliatae

              Order Sapindales

              Family Anacardiaceae

              Genus Lannea

              Species Lannea coromandelica

              (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

              Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

              hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

              sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

              5

              6

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

              eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

              tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

              kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

              hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

              di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

              Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

              Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

              pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

              ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

              paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

              mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

              sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

              Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

              impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

              nyeri lokal (Wahid 2009)

              22 Ektrak dan Ektraksi

              Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

              senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

              yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

              serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

              ditetapkan (DepKes RI 2000)

              Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

              1 Parameter non spesifik

              a Kadar air

              Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

              dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

              destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

              7

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              b Kadar abu

              Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

              dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

              sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

              untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

              eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

              (DepKes RI 2000)

              2 Parameter spesifik

              a Identitas

              Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

              latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

              Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

              dan spesifik dari senyawa identitas

              b Organoleptik

              Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

              mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

              (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

              Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

              terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

              diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

              dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

              terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

              atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

              terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

              ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

              Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

              tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

              yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

              material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

              sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

              8

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

              1 Cara dingin

              a Maserasi

              Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

              pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

              kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

              adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

              kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

              banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

              cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

              pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

              pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

              cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

              b Perkolasi

              Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

              penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

              Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

              tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

              secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

              menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

              secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

              digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

              ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

              2 Cara panas

              a Sokletasi

              Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

              menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

              pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

              9

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              b Refluks

              Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

              titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

              konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

              c Infusa

              Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

              menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

              digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

              2000)

              d Dekok

              Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

              titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

              air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

              ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

              panas (Tiwari et al 2011)

              e Digesti

              Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

              temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

              40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

              kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

              25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

              digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

              23 Pelarut

              Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

              Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

              tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

              pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

              menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

              10

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

              (Tiwari et al 2011)

              Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

              Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

              akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

              kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

              pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

              Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

              1 Air

              Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

              produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

              secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

              dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

              antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

              melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

              signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

              yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

              2 Aseton

              Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

              tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

              mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

              untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

              dengan aseton (Tiwari et al 2011)

              3 Alkohol

              Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

              dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

              lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

              lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

              intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

              namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

              ekstraksi (Tiwari et al 2011)

              11

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              4 Kloroform

              Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

              menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

              aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

              dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

              pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

              5 Eter

              Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

              lemak (Tiwari et al 2011)

              6 n-Heksana

              n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

              bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

              molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

              953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

              71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

              ekstraksi minyak nabati

              7 Etil asetat

              Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

              secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

              dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

              24 Bakteri

              Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

              tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

              mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

              pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

              mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

              berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

              penampang maupun panjangnya

              12

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

              reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

              negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

              sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

              struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

              karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

              Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

              Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

              tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

              lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

              mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

              (Jawetz 1996)

              Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

              golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

              1 Golongan basil

              Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

              bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

              sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

              2 Golongan kokus

              Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

              golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

              yang berdiameter sampai 25μ

              3 Golongan spiral

              Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

              Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

              dengan golongan kokus maupun golongan basil

              13

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Bakteri uji

              1 Staphylococcus aureus

              Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

              patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

              berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

              teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

              Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

              paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

              aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

              ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

              manusia (Jawetz 1996)

              Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

              Divisi Protophyta atau Schizophyta

              Kelas Schizomycetes

              Bangsa Eubacteriales

              Suku Micrococcaceae

              Marga Staphylococcus

              Spesies Staphylococcus aureus

              2 Escherichia coli

              Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

              yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

              (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

              sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

              permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

              bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

              manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

              pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

              saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

              akuatik makanan air seni dan tinja

              14

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

              Devisi Bacteria

              Kelas Schizomycetes

              Bangsa Enterobacteriales

              Suku Enterobacteriaceae

              Marga Escherichia

              Spesies Escherichia coli

              3 Helicobacter pylori

              Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

              bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

              lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

              diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

              duodenum)

              Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

              Devisi Bacteria

              Kelas Epsilon Probacteria

              Bangsa Campylobacteralis

              Suku Helicobateraceae

              Marga Helicobacter

              Spesis Helicobacter pylori

              4 Pseudomonas aeruginosa

              Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

              2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

              terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

              Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

              42o

              C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

              kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

              bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

              15

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

              Divisi Bacteria

              Phylum Proteobacteria

              Kelas Gamma Proteobacteria

              Marga Pseudomonadales

              Suku Pseudomonadaceae

              Genus Pseudomonas

              Species Pseudomonas aeruginosa

              25 Antibakteri

              Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

              diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

              yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

              Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

              Mekanisme kerja antibakteri

              1 Menghambat sintesis dinding sel

              Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

              pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

              1988)

              2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

              Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

              serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

              memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

              membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

              matinya sel (Pleczar 1988)

              3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

              Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

              protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

              substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

              asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

              Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

              16

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

              komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

              4 Menganggu metabolisme sel mikroba

              Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

              sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

              Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

              Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

              matinya sel (Pleczar 1988)

              5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

              DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

              kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

              terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

              mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

              26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

              Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

              konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

              mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

              menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

              pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

              antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

              efisien

              Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

              1 Metode difusi

              a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

              Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

              telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

              tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

              mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

              (Pratiwi 2008)

              b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

              Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

              17

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

              mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

              mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

              diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

              mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

              ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

              pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

              c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

              antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

              memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

              membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

              parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

              d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

              dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

              mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

              diuji (Pratiwi 2008)

              e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

              pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

              agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

              kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

              selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

              memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

              mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

              dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

              total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

              dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

              X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

              Y = panjang pertumbuhan aktual

              C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

              mgmL atau μgmL

              Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

              18

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

              dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

              mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

              2 Metode dilusi

              Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

              a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

              Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

              Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

              Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

              dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

              pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

              agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

              pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

              dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

              agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

              tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

              (Pratiwi 2008)

              b Metode dilusi padat solid dilution test

              Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

              media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

              agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

              mikroba uji (Pratiwi 2008)

              27 Antibiotika Pembanding

              Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

              Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

              19

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

              putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

              praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

              Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

              propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

              (Depkes RI 1995)

              Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

              sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

              dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

              antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

              secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

              amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

              merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

              peptida (Katzung 2004)

              Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

              disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

              anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

              kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

              efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

              Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

              memakan bakteri) (Kester et al 2007)

              20

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              BAB III

              METODE PENELITIAN

              31 Tempat dan Waktu Penelitian

              Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

              Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

              Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

              Januari-April 2015

              32 Alat dan Bahan

              321 Alat

              Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

              spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

              evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

              standar laboratorium

              Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

              (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

              325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

              (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

              magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

              laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

              (oxoid) jangka sorong

              322 Bahan

              Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

              kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

              Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

              Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

              akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

              kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

              fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

              NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

              96 spirtus

              21

              21

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              323 Bakteri Uji

              Bakteri yang digunakan antara lain

              Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

              Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

              diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

              33 Prosedur Kerja

              331 Pembuatan simplisia

              Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

              diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

              peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

              disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

              dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

              kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

              bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

              serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

              332 Pembuatan Ekstak

              Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

              600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

              etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

              kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

              kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

              menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

              menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

              Kemudian dihitung persen rendeman

              Rendeman ekstrak = i i i x 100

              333 Parameter ekstrak

              a Identitas Ekstrak

              Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

              ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

              nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

              22

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              b Organoleptik Ekstrak

              Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

              mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

              c Residu Pelarut Etanol

              Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

              mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

              mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

              cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

              etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

              etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

              d Kadar Air

              Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

              yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

              Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

              Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

              kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

              hari (Depkes RI 2000)

              e Kadar Abu Total

              Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

              etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

              perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

              dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

              terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

              334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

              Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

              terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

              alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

              1 Uji alkaloid

              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

              disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

              ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

              23

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

              dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

              pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

              Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

              coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

              senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

              2 Uji Flavonoid

              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

              ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

              kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

              mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

              3 Uji Saponin

              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

              larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

              setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

              1969)

              4 Uji Glikosida

              Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

              larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

              senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

              5 Uji Triterpenoid dan steroid

              Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

              diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

              kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

              dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

              kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

              triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

              (Ayoola GA 2008)

              6 Uji Fenol

              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

              ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

              mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

              24

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              7 Uji Tanin

              Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

              reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

              FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

              adanya tannin (Ayoola GA 2008)

              335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

              3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

              Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

              disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

              mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

              autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

              disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

              dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

              tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

              Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

              plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

              Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

              disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

              sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

              Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

              selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

              sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

              3352 Pembuatan Medium

              1 NA (Nutrient Agar)

              Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

              aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

              kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

              menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

              telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

              kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

              2007)

              25

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              2 NB (Nutrient Broth)

              Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

              aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

              stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

              15 menit (Alexander 2007)

              3354 Peremajaan Bakteri

              Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

              yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

              aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

              digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

              inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

              3355 Identifikasi Bakteri Uji

              Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

              dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

              kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

              diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

              Dan siap diwarnai

              Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

              atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

              sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

              kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

              dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

              dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

              preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

              dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

              mikroskopik pada perbesaran 1000 x

              3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

              Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

              selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

              dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

              divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

              pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

              26

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

              09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

              Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

              kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

              4 (pokyni2010)

              3357 Pembuatan larutan uji

              Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

              (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

              yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

              tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

              ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

              3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

              Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

              steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

              Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

              menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

              diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

              ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

              telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

              30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

              370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

              yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

              2013)

              3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

              Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

              batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

              masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

              tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

              ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

              dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

              09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

              27

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

              diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

              kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

              kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

              pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

              Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

              konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

              absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

              28

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              BAB IV

              HASIL DAN PEMBAHASAN

              41 Determinasi Tanaman

              Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

              tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

              Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

              Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

              Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

              42 Penyiapan Sampel

              Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

              dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

              sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

              Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

              sebagai tanaman pagar

              Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

              dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

              dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

              batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

              dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

              mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

              terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

              proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

              menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

              perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

              pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

              Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

              kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

              disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

              pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

              menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

              29

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              43 Ekstraksi

              Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

              metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

              batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

              dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

              sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

              hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

              12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

              2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

              tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

              etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

              pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

              antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

              mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

              dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

              mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

              kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

              evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

              gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

              44 Parameter Ekstrak

              Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

              non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

              Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

              96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

              Karakteristik Hasil

              Parameter spesifik

              1 Identitas

              - Nama Latin

              - Bagian Tumbuhan

              - Nama Indonesia

              - Lannea coromandelica

              - Kulit batang

              - Kayu jawa

              30

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              2 Organoleptik

              - Bentuk

              - Warna

              - Bau

              - Rasa

              - Kental

              - Coklat kehitaman

              - Khas

              - Agak sepat

              Parameter non spesifik

              1 Residu pelarut etanol 0

              2 Kadar air 58

              3 Kadar abu 14

              Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

              dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

              kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

              kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

              pancaindera

              Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

              aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

              dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

              pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

              yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

              masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

              memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

              pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

              antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

              dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

              yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

              dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

              kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

              Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

              air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

              beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

              96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

              31

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

              bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

              air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

              pengujian aktivitas antibakteri

              Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

              kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

              terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

              dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

              anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

              Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

              bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

              dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

              coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

              45 Penapisan Fitokimia

              Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

              metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

              coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

              memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

              dilihat pada tabel berikut ini

              Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

              jawa (Lannea coromandelica)

              Penguji senyawa Hasil

              Alkaloid -

              Flavonoid +

              Saponin +

              Glikosida +

              Steroid Triterpenoid -

              Fenol +

              Tanin +

              32

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

              adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

              glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

              polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

              46 Penentuan Diameter Zona Hambat

              Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

              difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

              bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

              tabel berikut

              Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

              terhadap bakteri uji

              Konsentrasi

              ekstrak

              Diameter zona hambat (mm) rata-rata

              Staphylococcus

              aureus

              Escherichia

              coli

              Helicobacter

              pylori

              Pseudomonas

              aeruginosa

              625 μgml - - - -

              125 μgml - 70 - -

              250 μgml - 78 73 68

              500 μgml 71 85 82 85

              Kontrol (-)

              DMSO 5

              - - - -

              Kontrol (+)

              kloramfenikol

              204 250 233 203

              Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

              96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

              antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

              zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

              250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

              penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

              literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

              33

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

              pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

              Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

              menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

              zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

              ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

              sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

              menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

              konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

              terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

              kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

              zona bening pada DMSO 5 tidak ada

              Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

              30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

              Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

              sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

              Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

              kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

              penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

              dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

              satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

              Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

              (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

              amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

              Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

              menggunakan kloramfenikol

              Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

              batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

              bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

              konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

              adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

              diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

              34

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

              73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

              antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

              85 mm dan 68 mm

              Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

              sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

              Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

              (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

              tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

              antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

              kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

              glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

              47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

              Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

              konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

              hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

              berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

              Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

              menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

              Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

              menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

              Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

              di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

              tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

              suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

              yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

              inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

              kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

              kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

              kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

              35

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

              Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

              kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

              batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

              Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

              (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

              membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

              mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

              Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

              secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

              dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

              Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

              menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

              sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

              Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

              Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

              Konsentrasi

              ekstrak

              Nilai absorbansi kekeruhan

              Staphylococcus

              aureus

              Escherichia

              coli

              Helicobacter

              pylori

              Psedomonas

              aeruginosa

              500 ppm 1312 1096 1190 1128

              250 ppm 1512 1252 1556 1395

              125 ppm 1603 1293 1940 1603

              625 ppm 1623 1369 1952 1645

              Kontrol

              kuman

              1504 1295 1938 1546

              Kontrol media

              (blanko)

              0000 0000 0000 0000

              Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

              hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

              coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

              nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

              36

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

              Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

              37

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              BAB V

              KESIMPULAN DAN SARAN

              51 Kesimpulan

              1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

              memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

              aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

              2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

              500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

              menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

              dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

              mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

              500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

              dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

              pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

              adalah 85 mm dan 68 mm

              3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

              jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

              adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

              terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

              bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

              52 Saran

              Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

              aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

              38

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              DAFTAR PUSTAKA

              Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

              Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

              Institut Pertanian Bogor

              Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

              Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

              Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

              Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

              Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

              Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

              McGraw Hill Higer Education

              Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

              Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

              Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

              Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

              Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

              americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

              Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

              Syarif Hidayatullah Jakarta

              Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

              Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

              Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

              leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

              Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

              EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

              Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

              In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

              Pharmaceutical Research

              Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

              Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

              University Press

              39

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

              Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

              Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

              Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

              Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

              Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

              Indonesia Jakarta

              Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

              Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

              Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

              coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

              Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

              of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

              Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

              production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

              31 2008

              Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

              Balai penerbit FKUI Jakarta

              Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

              Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

              ITB Hal 6-17

              Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

              edition

              The Pharmaceutical Press London England

              Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

              EGC

              Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

              Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

              Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

              Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

              Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

              40

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

              Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

              Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

              (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

              httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

              Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

              Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

              India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

              Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

              Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

              the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

              International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

              4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

              Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

              Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

              methodology

              Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

              Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

              dan Industri Pangan Vol XXII No 1

              Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

              Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

              Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

              Hidayatullah Jakarta

              Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

              Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

              Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

              Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

              Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

              Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

              American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

              Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

              secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

              Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

              41

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

              Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

              Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

              Sciences

              Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

              Yogyakarta

              Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

              Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

              Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

              Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

              Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

              against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

              Agricultural and Food Chemistry

              Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

              Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

              Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

              Bio Sciences

              Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

              coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

              Pharmacy East West University Bangladesh

              WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

              Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

              Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

              Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

              42

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 1 Alur penelitian

              Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

              Tanaman segar Kayu jawa

              (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

              1 kg kulit batang Kayu jawa

              (Lannea coromandelica)

              Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

              Serbuk simplisia 600 gram

              Maserasi dengan menggunakan

              etanol 96 sebanyak 12 L

              Disaring dengan kapas

              dan kertas saring

              kemudian diuapkan

              dengan vacum rotary

              evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

              Skrining Fitokimia

              Uji Aktivitas Antibakteri

              Sterilisasi

              alat

              Pembuatan

              media (NA amp

              NB)

              Peremajaan

              bakteri

              Pembuatan

              larutan uji

              Pembuatan

              suspensi bakteri

              uji

              Uji Diameter Zona

              Hambat

              Uji Konsentrasi

              Hambat Minimum

              43

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              44

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

              NO Golongan

              senyawa

              Gambar Keterangan (hasil uji)

              1 Alkaloid

              (Dragendorf) (Mayer)

              - Tidak terbentuk

              endapan kream atau

              putih (Mayer)

              - Hasil (-) alkaloid

              - Tidak terbentuk

              endapan coklat

              kemerahan

              (Dragendorf)

              - Hasil (-) alkaloid

              2 Flavonoid

              - Perubahan

              intensitas warna

              kuning menjadi

              tidak berwarna

              - Hasil (+)

              flavonoid

              3 Saponin

              - Tebentuk busa

              setinggi 1 cm

              yang stabil

              - Hasil (+)saponin

              4 Glikosida

              - Terbentuk larutan

              berwarna kuning

              - Hasil (+) glikosida

              45

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              5 Steroid dan

              Triterpenoid

              (steroid) (triterpenoid)

              - Tidak terbentuk

              warna hijau

              kehitaman

              (steroid) warna

              merah

              (triterprnoid)

              - Hasil (-) steroid

              dan triterpenoid

              6 Fenol

              - Terbentuk warna

              hitam kebiruan

              - Hasil (+) fenol

              7 Tanin

              (sebelum) (setelah)

              Penambahan Fecl3 01

              - Terbentuk biru

              kehitaman

              - Hasil (+) tanin

              Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

              = g g X

              = 701

              46

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

              = w minusww minusw Bobot jenis =

              i g minus i g i g minus i g

              Bobot jenis = minus minus

              Bobot jenis = 1026

              Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

              jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

              kesetaraan sama dengan 0

              Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

              = minus minus x =

              Ket W0 berat cawan kosong (gram)

              W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

              W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

              Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

              = gram minus gram gram x =

              47

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

              Gambar I pengenceran larutan uji

              Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

              Larutan induk g =

              μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

              500 ppm = V1 N1 V2 N2

              = 5000 μL X 10 mL 500 μL

              =

              = 1 mL

              250 ppm = V1 N1 V2 N2

              = 500 μL X 10 mL 250 μL

              =

              = 5 mL

              125 ppm = V1 N1 V2 N2

              = 250 μL X 10 mL 125 μL

              =

              = 5 mL

              625 ppm = V1 N1 V2 N2

              = 125 μL X 10 mL 625 μL

              =

              = 5 mL

              48

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

              Perbandingan dengan McFarland

              Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

              Gambar I Staphylococcus aureus

              Gambar II Escherichia coli

              Ket Gambar pewarnaan bakteri

              staphylococcus aureus dengan

              perbesaran 10 x 100

              Berbentuk bulat dan berkelompok

              seperti anggur

              Berwarna ungu

              ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

              coli dengan perbesaran 10 x 100

              Bebentuk batang pendek

              Berwarna merah

              49

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Gambar III Helicobacter pylori

              Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

              Ket Gambar pewarnaan bakteri

              Helicobacter pylori dengan

              perbesaran 10 x 100

              Berbentuk spiral atau batang

              bengkok

              Berwarna merah

              Ket Gambar pewarnaan bakteri

              Pseudomoas aeruginosa dengan

              perbesaran 10 x 100

              Berbentuk batang tunggal

              Berwarna merah

              50

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

              Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

              Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

              (+) kloramfenikol

              (-) DMSO 5

              Ekstrak konsentrasi 500

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 250

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 125

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 625

              ppm

              51

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

              (+) kloramfenikol

              (-) DMSO 5

              Ekstrak konsentrasi 500

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 250

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 125

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 625

              ppm

              52

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

              (+) kloramfenikol

              (-) DMSO 5

              Ekstrak konsentrasi 500

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 250

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 125

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 625

              ppm

              53

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

              (+) kloramfenikol

              (-) DMSO 5

              Ekstrak konsentrasi 500

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 250

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 125

              ppm

              Ekstrak konsentrasi 625

              ppm

              54

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

              Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

              Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

              Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

              250 ppm

              1512

              125 ppm

              1523

              625 ppm

              1623

              k kuman

              1504

              k media

              0000

              500 ppm

              1096

              250 ppm

              1252

              125 ppm

              1293

              k kuman

              1295

              k media

              0000

              500 ppm

              1321

              625 ppm

              1369

              55

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

              Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

              Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

              dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

              spektrofotometer uv-vis

              500 ppm

              1190

              250 ppm

              1556

              125 ppm

              1940

              k kuman

              1938

              k media

              0000

              500 ppm

              1128

              250 ppm

              1395

              125 ppm

              1603

              k kuman

              1546

              k media

              0000

              625 ppm

              1952

              625 ppm

              1645

              56

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

              Simplisia kulit batang

              kayu jawa

              Ekstrak kulit batang kayu

              jawa

              Vortex

              Mikropipet

              Hotplate

              Refrigator

              LAF

              Oven

              Autoklaf

              57

              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

              Inkubator

              Spektrofotometer uv-vis

              Jangka sorong

              • DAFTAR ISI
              • Halaman
              • HALAMAN SAMPUL i
              • HALAMAN JUDUL ii
              • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
              • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
              • HALAMAN PENGESEHAN v
              • ABSTRAK vi
              • ABSTRACT vii
              • KATA PENGANTAR viii
              • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
              • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
              • DAFTAR ISI xi
              • DAFTAR TABEL xiii
              • DAFTAR GAMBAR xiv
              • DAFTAR LAMPIRAN xv
              • BAB I PENDAHULUAN 1
              • 11 Latar Belakang 1
              • 12 Rumusan Masalah 3
              • 13 Tujuan Penelitian 3
              • 14 Manfaat Penelitian 4
              • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
              • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
              • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
              • 23 Pelarut 10
              • 24 Bakteri 12
              • 25 Antibakteri 15
              • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
              • 25 Antibiotik Pembanding 19
              • BAB III METODE PENELITIAN 21
              • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
              • 32 Alat dan Bahan 21
              • 321 Alat 21
              • 322 Bahan 21
              • 323 Bakteri Uji 22
              • 33 Prosedur kerja 22
              • 331 Pembuatan Simplisia 22
              • 332 Pembuatan Ekstrak 22
              • 333 Parameter Ekstrak 23
              • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
              • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
              • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
              • 3352 Pembuatan Media 26
              • 3353 Peremajaan Bakteri 26
              • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
              • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
              • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
              • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
              • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
              • BAB IV PEMBAHASAN 29
              • 41 Determinasi Tanaman 29
              • 42 Penyiapan sample 29
              • 43 Ekstraksi 30
              • 44 Parameter Ekstrak 30
              • 45 Penapisan Fitokimia 32
              • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
              • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
              • BAB V PENUTUP 38
              • 51 Kesimpulan 38
              • 52 Saran 38
              • DAFTAR PUSTAKA 39
              • LAMPIRAN 43
              • DAFTAR TABEL
              • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
              • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
              • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
              • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
              • DAFTAR GAMBAR
              • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
              • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
              • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
              • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
              • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
              • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
              • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
              • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
              • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
              • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
              • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
              • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
              • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
              • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
              • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                viii

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                KATA PENGANTAR

                Assalamu lsquoalaikum warahmatullahi wabarakatuh

                Alhamdulillahirabbilrsquoalamin puji syukur selalu terpanjatkan atas

                kehadirat Allah subhanahu wa tarsquoala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya

                sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

                Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

                Muhammad SAW Skripsi dengan judul ldquoUji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

                etanol 96 Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri

                Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                aeruginosardquo Ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

                Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

                Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

                begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

                mendidik dan membimbing memberikan secercah harapan dan mendoakan yang

                terbaik kepada penulis Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

                penghargaan setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

                kepada

                1 Bapak Dr H Arif Sumantri SKm MKes selaku dekan Fakultas

                Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

                Hidayatullah Jakarta

                2 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku Ketua Program Studi

                Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

                Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

                3 Ibu Eka Putri MSi Apt dan ProfDrAtiek Soemiati MSi Apt sebagai

                Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa

                meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mendidik

                penulis

                4 Ibu Puteri Amelia MFarm Apt Selaku dosen pembimbing Akademik

                yang setia membimbing selama kuliah dengan penuh kasih sayang

                ix

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

                Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

                telah memberikan ilmunya kepada penulis

                6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

                yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

                maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

                membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

                pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

                mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

                rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

                Aamiin

                7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

                tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

                serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

                dalam hidup penulis

                8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

                memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

                indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

                9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

                Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

                selama penelitian

                10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

                dapat penulis sebutkan satu per satu

                Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

                bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

                penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

                dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

                pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

                Jakarta 28 Mei 2015

                Penulis

                x

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

                AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

                Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

                Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

                Nama Fitri Rahmadani

                NIM 11110200048

                Program Study Farmasi

                Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

                Jenis Karya Skripsi

                Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

                judul

                UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

                BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

                Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                aeruginosa

                Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

                perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

                kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

                Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

                dengan sebenar-benarnya

                Dibuat di Jakarta

                Pada tanggal 30 Mei 2015

                Yang menyatakan

                (Fitri Rahmadani)

                xi

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                DAFTAR ISI

                Halaman

                HALAMAN SAMPUL i

                HALAMAN JUDUL ii

                HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

                HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

                HALAMAN PENGESEHAN v

                ABSTRAK vi

                ABSTRACT vii

                KATA PENGANTAR viii

                HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

                TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

                DAFTAR ISI xi

                DAFTAR TABEL xiii

                DAFTAR GAMBAR xiv

                DAFTAR LAMPIRAN xv

                BAB I PENDAHULUAN 1

                11 Latar Belakang 1

                12 Rumusan Masalah 3

                13 Tujuan Penelitian 3

                14 Manfaat Penelitian 4

                BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

                21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

                22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

                23 Pelarut 10

                24 Bakteri 12

                25 Antibakteri 15

                26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

                25 Antibiotik Pembanding 19

                BAB III METODE PENELITIAN 21

                31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

                32 Alat dan Bahan 21

                321 Alat 21

                xii

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                322 Bahan 21

                323 Bakteri Uji 22

                33 Prosedur kerja 22

                331 Pembuatan Simplisia 22

                332 Pembuatan Ekstrak 22

                333 Parameter Ekstrak 23

                334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

                335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

                3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

                3352 Pembuatan Media 26

                3353 Peremajaan Bakteri 26

                3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

                3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

                3356 Pembuatan Larutan Uji 27

                3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

                3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

                BAB IV PEMBAHASAN 29

                41 Determinasi Tanaman 29

                42 Penyiapan sample 29

                43 Ekstraksi 30

                44 Parameter Ekstrak 30

                45 Penapisan Fitokimia 32

                46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

                47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

                BAB V PENUTUP 38

                51 Kesimpulan 38

                52 Saran 38

                DAFTAR PUSTAKA 39

                LAMPIRAN 43

                xiii

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                DAFTAR TABEL

                Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                Lannea coromandelica 31

                Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                xiv

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                DAFTAR GAMBAR

                Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                xv

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                DAFTAR LAMPIRAN

                Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                1

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                BAB I

                PENDAHULUAN

                11 Latar Belakang

                Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                (Gana 2008)

                Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                (Akbar 2010)

                Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                1

                2

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                uji toksisitas (Erwin 2014)

                Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                3

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                dan luka bakar yang berat

                Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                12 Rumusan Masalah

                1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                Sulawesi Indonesia

                2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                13 Tujuan Penelitian

                Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                aeruginosa

                4

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                14 Manfaat Penelitian

                1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                5

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                BAB II

                TINJAUAN PUSTAKA

                21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                Kingdom Plantae

                Phylum Mannoliophyta

                Class Magnoliatae

                Order Sapindales

                Family Anacardiaceae

                Genus Lannea

                Species Lannea coromandelica

                (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                5

                6

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                nyeri lokal (Wahid 2009)

                22 Ektrak dan Ektraksi

                Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                ditetapkan (DepKes RI 2000)

                Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                1 Parameter non spesifik

                a Kadar air

                Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                7

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                b Kadar abu

                Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                (DepKes RI 2000)

                2 Parameter spesifik

                a Identitas

                Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                dan spesifik dari senyawa identitas

                b Organoleptik

                Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                8

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                1 Cara dingin

                a Maserasi

                Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                b Perkolasi

                Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                2 Cara panas

                a Sokletasi

                Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                9

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                b Refluks

                Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                c Infusa

                Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                2000)

                d Dekok

                Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                panas (Tiwari et al 2011)

                e Digesti

                Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                23 Pelarut

                Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                10

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                (Tiwari et al 2011)

                Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                1 Air

                Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                2 Aseton

                Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                3 Alkohol

                Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                11

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                4 Kloroform

                Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                5 Eter

                Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                lemak (Tiwari et al 2011)

                6 n-Heksana

                n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                ekstraksi minyak nabati

                7 Etil asetat

                Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                24 Bakteri

                Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                penampang maupun panjangnya

                12

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                (Jawetz 1996)

                Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                1 Golongan basil

                Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                2 Golongan kokus

                Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                yang berdiameter sampai 25μ

                3 Golongan spiral

                Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                dengan golongan kokus maupun golongan basil

                13

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Bakteri uji

                1 Staphylococcus aureus

                Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                manusia (Jawetz 1996)

                Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                Divisi Protophyta atau Schizophyta

                Kelas Schizomycetes

                Bangsa Eubacteriales

                Suku Micrococcaceae

                Marga Staphylococcus

                Spesies Staphylococcus aureus

                2 Escherichia coli

                Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                akuatik makanan air seni dan tinja

                14

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                Devisi Bacteria

                Kelas Schizomycetes

                Bangsa Enterobacteriales

                Suku Enterobacteriaceae

                Marga Escherichia

                Spesies Escherichia coli

                3 Helicobacter pylori

                Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                duodenum)

                Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                Devisi Bacteria

                Kelas Epsilon Probacteria

                Bangsa Campylobacteralis

                Suku Helicobateraceae

                Marga Helicobacter

                Spesis Helicobacter pylori

                4 Pseudomonas aeruginosa

                Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                42o

                C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                15

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                Divisi Bacteria

                Phylum Proteobacteria

                Kelas Gamma Proteobacteria

                Marga Pseudomonadales

                Suku Pseudomonadaceae

                Genus Pseudomonas

                Species Pseudomonas aeruginosa

                25 Antibakteri

                Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                Mekanisme kerja antibakteri

                1 Menghambat sintesis dinding sel

                Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                1988)

                2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                matinya sel (Pleczar 1988)

                3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                16

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                matinya sel (Pleczar 1988)

                5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                efisien

                Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                1 Metode difusi

                a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                (Pratiwi 2008)

                b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                17

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                diuji (Pratiwi 2008)

                e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                Y = panjang pertumbuhan aktual

                C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                mgmL atau μgmL

                Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                18

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                2 Metode dilusi

                Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                (Pratiwi 2008)

                b Metode dilusi padat solid dilution test

                Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                mikroba uji (Pratiwi 2008)

                27 Antibiotika Pembanding

                Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                19

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                (Depkes RI 1995)

                Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                peptida (Katzung 2004)

                Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                20

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                BAB III

                METODE PENELITIAN

                31 Tempat dan Waktu Penelitian

                Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                Januari-April 2015

                32 Alat dan Bahan

                321 Alat

                Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                standar laboratorium

                Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                (oxoid) jangka sorong

                322 Bahan

                Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                96 spirtus

                21

                21

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                323 Bakteri Uji

                Bakteri yang digunakan antara lain

                Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                33 Prosedur Kerja

                331 Pembuatan simplisia

                Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                332 Pembuatan Ekstak

                Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                Kemudian dihitung persen rendeman

                Rendeman ekstrak = i i i x 100

                333 Parameter ekstrak

                a Identitas Ekstrak

                Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                22

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                b Organoleptik Ekstrak

                Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                c Residu Pelarut Etanol

                Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                d Kadar Air

                Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                hari (Depkes RI 2000)

                e Kadar Abu Total

                Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                1 Uji alkaloid

                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                23

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                2 Uji Flavonoid

                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                3 Uji Saponin

                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                1969)

                4 Uji Glikosida

                Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                5 Uji Triterpenoid dan steroid

                Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                (Ayoola GA 2008)

                6 Uji Fenol

                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                24

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                7 Uji Tanin

                Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                3352 Pembuatan Medium

                1 NA (Nutrient Agar)

                Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                2007)

                25

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                2 NB (Nutrient Broth)

                Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                15 menit (Alexander 2007)

                3354 Peremajaan Bakteri

                Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                3355 Identifikasi Bakteri Uji

                Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                Dan siap diwarnai

                Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                26

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                4 (pokyni2010)

                3357 Pembuatan larutan uji

                Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                2013)

                3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                27

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                28

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                BAB IV

                HASIL DAN PEMBAHASAN

                41 Determinasi Tanaman

                Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                42 Penyiapan Sampel

                Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                sebagai tanaman pagar

                Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                29

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                43 Ekstraksi

                Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                44 Parameter Ekstrak

                Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                Karakteristik Hasil

                Parameter spesifik

                1 Identitas

                - Nama Latin

                - Bagian Tumbuhan

                - Nama Indonesia

                - Lannea coromandelica

                - Kulit batang

                - Kayu jawa

                30

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                2 Organoleptik

                - Bentuk

                - Warna

                - Bau

                - Rasa

                - Kental

                - Coklat kehitaman

                - Khas

                - Agak sepat

                Parameter non spesifik

                1 Residu pelarut etanol 0

                2 Kadar air 58

                3 Kadar abu 14

                Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                pancaindera

                Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                31

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                pengujian aktivitas antibakteri

                Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                45 Penapisan Fitokimia

                Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                dilihat pada tabel berikut ini

                Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                jawa (Lannea coromandelica)

                Penguji senyawa Hasil

                Alkaloid -

                Flavonoid +

                Saponin +

                Glikosida +

                Steroid Triterpenoid -

                Fenol +

                Tanin +

                32

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                tabel berikut

                Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                terhadap bakteri uji

                Konsentrasi

                ekstrak

                Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                Staphylococcus

                aureus

                Escherichia

                coli

                Helicobacter

                pylori

                Pseudomonas

                aeruginosa

                625 μgml - - - -

                125 μgml - 70 - -

                250 μgml - 78 73 68

                500 μgml 71 85 82 85

                Kontrol (-)

                DMSO 5

                - - - -

                Kontrol (+)

                kloramfenikol

                204 250 233 203

                Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                33

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                menggunakan kloramfenikol

                Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                34

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                85 mm dan 68 mm

                Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                35

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                Konsentrasi

                ekstrak

                Nilai absorbansi kekeruhan

                Staphylococcus

                aureus

                Escherichia

                coli

                Helicobacter

                pylori

                Psedomonas

                aeruginosa

                500 ppm 1312 1096 1190 1128

                250 ppm 1512 1252 1556 1395

                125 ppm 1603 1293 1940 1603

                625 ppm 1623 1369 1952 1645

                Kontrol

                kuman

                1504 1295 1938 1546

                Kontrol media

                (blanko)

                0000 0000 0000 0000

                Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                36

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                37

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                BAB V

                KESIMPULAN DAN SARAN

                51 Kesimpulan

                1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                adalah 85 mm dan 68 mm

                3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                52 Saran

                Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                38

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                DAFTAR PUSTAKA

                Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                Institut Pertanian Bogor

                Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                McGraw Hill Higer Education

                Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                Syarif Hidayatullah Jakarta

                Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                Pharmaceutical Research

                Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                University Press

                39

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                Indonesia Jakarta

                Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                31 2008

                Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                Balai penerbit FKUI Jakarta

                Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                ITB Hal 6-17

                Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                edition

                The Pharmaceutical Press London England

                Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                EGC

                Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                40

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                methodology

                Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                Hidayatullah Jakarta

                Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                41

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                Sciences

                Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                Yogyakarta

                Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                Agricultural and Food Chemistry

                Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                Bio Sciences

                Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                Pharmacy East West University Bangladesh

                WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                42

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 1 Alur penelitian

                Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                Tanaman segar Kayu jawa

                (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                1 kg kulit batang Kayu jawa

                (Lannea coromandelica)

                Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                Serbuk simplisia 600 gram

                Maserasi dengan menggunakan

                etanol 96 sebanyak 12 L

                Disaring dengan kapas

                dan kertas saring

                kemudian diuapkan

                dengan vacum rotary

                evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                Skrining Fitokimia

                Uji Aktivitas Antibakteri

                Sterilisasi

                alat

                Pembuatan

                media (NA amp

                NB)

                Peremajaan

                bakteri

                Pembuatan

                larutan uji

                Pembuatan

                suspensi bakteri

                uji

                Uji Diameter Zona

                Hambat

                Uji Konsentrasi

                Hambat Minimum

                43

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                44

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                NO Golongan

                senyawa

                Gambar Keterangan (hasil uji)

                1 Alkaloid

                (Dragendorf) (Mayer)

                - Tidak terbentuk

                endapan kream atau

                putih (Mayer)

                - Hasil (-) alkaloid

                - Tidak terbentuk

                endapan coklat

                kemerahan

                (Dragendorf)

                - Hasil (-) alkaloid

                2 Flavonoid

                - Perubahan

                intensitas warna

                kuning menjadi

                tidak berwarna

                - Hasil (+)

                flavonoid

                3 Saponin

                - Tebentuk busa

                setinggi 1 cm

                yang stabil

                - Hasil (+)saponin

                4 Glikosida

                - Terbentuk larutan

                berwarna kuning

                - Hasil (+) glikosida

                45

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                5 Steroid dan

                Triterpenoid

                (steroid) (triterpenoid)

                - Tidak terbentuk

                warna hijau

                kehitaman

                (steroid) warna

                merah

                (triterprnoid)

                - Hasil (-) steroid

                dan triterpenoid

                6 Fenol

                - Terbentuk warna

                hitam kebiruan

                - Hasil (+) fenol

                7 Tanin

                (sebelum) (setelah)

                Penambahan Fecl3 01

                - Terbentuk biru

                kehitaman

                - Hasil (+) tanin

                Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                = g g X

                = 701

                46

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                = w minusww minusw Bobot jenis =

                i g minus i g i g minus i g

                Bobot jenis = minus minus

                Bobot jenis = 1026

                Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                kesetaraan sama dengan 0

                Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                = minus minus x =

                Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                = gram minus gram gram x =

                47

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                Gambar I pengenceran larutan uji

                Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                Larutan induk g =

                μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                500 ppm = V1 N1 V2 N2

                = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                =

                = 1 mL

                250 ppm = V1 N1 V2 N2

                = 500 μL X 10 mL 250 μL

                =

                = 5 mL

                125 ppm = V1 N1 V2 N2

                = 250 μL X 10 mL 125 μL

                =

                = 5 mL

                625 ppm = V1 N1 V2 N2

                = 125 μL X 10 mL 625 μL

                =

                = 5 mL

                48

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                Perbandingan dengan McFarland

                Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                Gambar I Staphylococcus aureus

                Gambar II Escherichia coli

                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                staphylococcus aureus dengan

                perbesaran 10 x 100

                Berbentuk bulat dan berkelompok

                seperti anggur

                Berwarna ungu

                ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                coli dengan perbesaran 10 x 100

                Bebentuk batang pendek

                Berwarna merah

                49

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Gambar III Helicobacter pylori

                Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                Helicobacter pylori dengan

                perbesaran 10 x 100

                Berbentuk spiral atau batang

                bengkok

                Berwarna merah

                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                Pseudomoas aeruginosa dengan

                perbesaran 10 x 100

                Berbentuk batang tunggal

                Berwarna merah

                50

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                (+) kloramfenikol

                (-) DMSO 5

                Ekstrak konsentrasi 500

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 250

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 125

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 625

                ppm

                51

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                (+) kloramfenikol

                (-) DMSO 5

                Ekstrak konsentrasi 500

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 250

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 125

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 625

                ppm

                52

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                (+) kloramfenikol

                (-) DMSO 5

                Ekstrak konsentrasi 500

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 250

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 125

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 625

                ppm

                53

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                (+) kloramfenikol

                (-) DMSO 5

                Ekstrak konsentrasi 500

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 250

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 125

                ppm

                Ekstrak konsentrasi 625

                ppm

                54

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                250 ppm

                1512

                125 ppm

                1523

                625 ppm

                1623

                k kuman

                1504

                k media

                0000

                500 ppm

                1096

                250 ppm

                1252

                125 ppm

                1293

                k kuman

                1295

                k media

                0000

                500 ppm

                1321

                625 ppm

                1369

                55

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                spektrofotometer uv-vis

                500 ppm

                1190

                250 ppm

                1556

                125 ppm

                1940

                k kuman

                1938

                k media

                0000

                500 ppm

                1128

                250 ppm

                1395

                125 ppm

                1603

                k kuman

                1546

                k media

                0000

                625 ppm

                1952

                625 ppm

                1645

                56

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                Simplisia kulit batang

                kayu jawa

                Ekstrak kulit batang kayu

                jawa

                Vortex

                Mikropipet

                Hotplate

                Refrigator

                LAF

                Oven

                Autoklaf

                57

                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                Inkubator

                Spektrofotometer uv-vis

                Jangka sorong

                • DAFTAR ISI
                • Halaman
                • HALAMAN SAMPUL i
                • HALAMAN JUDUL ii
                • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                • HALAMAN PENGESEHAN v
                • ABSTRAK vi
                • ABSTRACT vii
                • KATA PENGANTAR viii
                • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                • DAFTAR ISI xi
                • DAFTAR TABEL xiii
                • DAFTAR GAMBAR xiv
                • DAFTAR LAMPIRAN xv
                • BAB I PENDAHULUAN 1
                • 11 Latar Belakang 1
                • 12 Rumusan Masalah 3
                • 13 Tujuan Penelitian 3
                • 14 Manfaat Penelitian 4
                • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                • 23 Pelarut 10
                • 24 Bakteri 12
                • 25 Antibakteri 15
                • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                • 25 Antibiotik Pembanding 19
                • BAB III METODE PENELITIAN 21
                • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                • 32 Alat dan Bahan 21
                • 321 Alat 21
                • 322 Bahan 21
                • 323 Bakteri Uji 22
                • 33 Prosedur kerja 22
                • 331 Pembuatan Simplisia 22
                • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                • 333 Parameter Ekstrak 23
                • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                • 3352 Pembuatan Media 26
                • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                • BAB IV PEMBAHASAN 29
                • 41 Determinasi Tanaman 29
                • 42 Penyiapan sample 29
                • 43 Ekstraksi 30
                • 44 Parameter Ekstrak 30
                • 45 Penapisan Fitokimia 32
                • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                • BAB V PENUTUP 38
                • 51 Kesimpulan 38
                • 52 Saran 38
                • DAFTAR PUSTAKA 39
                • LAMPIRAN 43
                • DAFTAR TABEL
                • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                • DAFTAR GAMBAR
                • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                  ix

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  5 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

                  Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

                  telah memberikan ilmunya kepada penulis

                  6 Kedua orangtua tercinta ayahanda Habimar Habib dan ibunda Rosnani

                  yang selalu memberikan doa kasih sayang yang luar biasadukungan moril

                  maupun materil dan nasihatnya yang tak akan pernah mampu penulis

                  membalas itu semua Penulis hanya bisa berdorsquoa kepada Allah yang maha

                  pengasih lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya

                  mengasihi dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta melimpahkan

                  rezeki dan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak

                  Aamiin

                  7 Kakakku yang terhebat Marsoni Syahputra dan Yosmardiansyah adikku

                  tersayang Ferdinand Julian Kakek dan Nenekku Syofyan dan Rosmini

                  serta tante Rosnidar yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

                  dalam hidup penulis

                  8 Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2011 yang selalu

                  memberikan warna baru dalam hidup penulis kebersamaan yang begitu

                  indah dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga

                  9 Sahabat-sahabatku Dini Fauzana M Firda Happy Rahma Mazay Tari

                  Mozer Dhenny dan Ari yang setia menemani cerita suka maupun duka

                  selama penelitian

                  10 Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak

                  dapat penulis sebutkan satu per satu

                  Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala

                  bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa dalam

                  penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan Maka dari itu

                  dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

                  pembaca agar lebih sempurnanya skripsi ini

                  Jakarta 28 Mei 2015

                  Penulis

                  x

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

                  AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

                  Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

                  Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

                  Nama Fitri Rahmadani

                  NIM 11110200048

                  Program Study Farmasi

                  Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

                  Jenis Karya Skripsi

                  Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

                  judul

                  UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

                  BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

                  Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                  aeruginosa

                  Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

                  perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

                  kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

                  Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

                  dengan sebenar-benarnya

                  Dibuat di Jakarta

                  Pada tanggal 30 Mei 2015

                  Yang menyatakan

                  (Fitri Rahmadani)

                  xi

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  DAFTAR ISI

                  Halaman

                  HALAMAN SAMPUL i

                  HALAMAN JUDUL ii

                  HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

                  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

                  HALAMAN PENGESEHAN v

                  ABSTRAK vi

                  ABSTRACT vii

                  KATA PENGANTAR viii

                  HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

                  TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

                  DAFTAR ISI xi

                  DAFTAR TABEL xiii

                  DAFTAR GAMBAR xiv

                  DAFTAR LAMPIRAN xv

                  BAB I PENDAHULUAN 1

                  11 Latar Belakang 1

                  12 Rumusan Masalah 3

                  13 Tujuan Penelitian 3

                  14 Manfaat Penelitian 4

                  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

                  21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

                  22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

                  23 Pelarut 10

                  24 Bakteri 12

                  25 Antibakteri 15

                  26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

                  25 Antibiotik Pembanding 19

                  BAB III METODE PENELITIAN 21

                  31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

                  32 Alat dan Bahan 21

                  321 Alat 21

                  xii

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  322 Bahan 21

                  323 Bakteri Uji 22

                  33 Prosedur kerja 22

                  331 Pembuatan Simplisia 22

                  332 Pembuatan Ekstrak 22

                  333 Parameter Ekstrak 23

                  334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

                  335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

                  3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

                  3352 Pembuatan Media 26

                  3353 Peremajaan Bakteri 26

                  3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

                  3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

                  3356 Pembuatan Larutan Uji 27

                  3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

                  3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

                  BAB IV PEMBAHASAN 29

                  41 Determinasi Tanaman 29

                  42 Penyiapan sample 29

                  43 Ekstraksi 30

                  44 Parameter Ekstrak 30

                  45 Penapisan Fitokimia 32

                  46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

                  47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

                  BAB V PENUTUP 38

                  51 Kesimpulan 38

                  52 Saran 38

                  DAFTAR PUSTAKA 39

                  LAMPIRAN 43

                  xiii

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  DAFTAR TABEL

                  Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                  Lannea coromandelica 31

                  Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                  Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                  Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                  xiv

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  DAFTAR GAMBAR

                  Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                  Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                  xv

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  DAFTAR LAMPIRAN

                  Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                  Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                  Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                  Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                  Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                  Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                  Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                  Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                  Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                  Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                  Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                  Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                  Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                  1

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  BAB I

                  PENDAHULUAN

                  11 Latar Belakang

                  Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                  tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                  alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                  Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                  tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                  (Gana 2008)

                  Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                  berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                  maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                  pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                  menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                  Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                  Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                  yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                  maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                  Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                  jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                  telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                  untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                  tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                  digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                  (Akbar 2010)

                  Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                  masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                  jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                  sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                  yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                  karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                  1

                  2

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                  menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                  Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                  misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                  tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                  biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                  menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                  Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                  steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                  Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                  antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                  Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                  dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                  asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                  antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                  yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                  uji toksisitas (Erwin 2014)

                  Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                  dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                  kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                  sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                  pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                  digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                  Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                  dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                  Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                  luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                  normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                  menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                  3

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                  berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                  pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                  dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                  Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                  penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                  dan luka bakar yang berat

                  Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                  pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                  coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                  aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                  tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                  (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                  coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                  12 Rumusan Masalah

                  1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                  kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                  Sulawesi Indonesia

                  2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                  (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                  Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                  13 Tujuan Penelitian

                  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                  96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                  Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                  aeruginosa

                  4

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  14 Manfaat Penelitian

                  1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                  aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                  coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                  antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                  Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                  2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                  mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                  5

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  BAB II

                  TINJAUAN PUSTAKA

                  21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                  Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                  ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                  Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                  Kingdom Plantae

                  Phylum Mannoliophyta

                  Class Magnoliatae

                  Order Sapindales

                  Family Anacardiaceae

                  Genus Lannea

                  Species Lannea coromandelica

                  (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                  Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                  hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                  sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                  5

                  6

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                  eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                  tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                  kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                  hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                  di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                  Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                  Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                  pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                  ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                  paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                  mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                  sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                  Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                  impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                  nyeri lokal (Wahid 2009)

                  22 Ektrak dan Ektraksi

                  Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                  senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                  yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                  serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                  ditetapkan (DepKes RI 2000)

                  Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                  1 Parameter non spesifik

                  a Kadar air

                  Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                  dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                  destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                  7

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  b Kadar abu

                  Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                  dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                  sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                  untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                  eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                  (DepKes RI 2000)

                  2 Parameter spesifik

                  a Identitas

                  Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                  latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                  Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                  dan spesifik dari senyawa identitas

                  b Organoleptik

                  Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                  mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                  (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                  Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                  terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                  diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                  dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                  terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                  atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                  terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                  ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                  Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                  tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                  yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                  material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                  sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                  8

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                  1 Cara dingin

                  a Maserasi

                  Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                  pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                  kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                  adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                  kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                  banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                  cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                  pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                  pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                  cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                  b Perkolasi

                  Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                  penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                  Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                  tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                  secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                  menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                  secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                  digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                  ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                  2 Cara panas

                  a Sokletasi

                  Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                  menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                  pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                  9

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  b Refluks

                  Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                  titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                  konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                  c Infusa

                  Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                  menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                  digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                  2000)

                  d Dekok

                  Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                  titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                  air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                  ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                  panas (Tiwari et al 2011)

                  e Digesti

                  Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                  temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                  40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                  kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                  25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                  digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                  23 Pelarut

                  Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                  Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                  tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                  pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                  menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                  10

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                  (Tiwari et al 2011)

                  Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                  Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                  akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                  kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                  pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                  Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                  1 Air

                  Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                  produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                  secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                  dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                  antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                  melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                  signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                  yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                  2 Aseton

                  Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                  tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                  mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                  untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                  dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                  3 Alkohol

                  Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                  dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                  lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                  lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                  intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                  namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                  ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                  11

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  4 Kloroform

                  Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                  menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                  aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                  dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                  pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                  5 Eter

                  Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                  lemak (Tiwari et al 2011)

                  6 n-Heksana

                  n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                  bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                  molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                  953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                  71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                  ekstraksi minyak nabati

                  7 Etil asetat

                  Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                  secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                  dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                  24 Bakteri

                  Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                  tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                  mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                  pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                  mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                  berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                  penampang maupun panjangnya

                  12

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                  reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                  negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                  sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                  struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                  karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                  Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                  Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                  tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                  lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                  mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                  (Jawetz 1996)

                  Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                  golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                  1 Golongan basil

                  Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                  bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                  sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                  2 Golongan kokus

                  Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                  golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                  yang berdiameter sampai 25μ

                  3 Golongan spiral

                  Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                  Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                  dengan golongan kokus maupun golongan basil

                  13

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Bakteri uji

                  1 Staphylococcus aureus

                  Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                  patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                  berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                  teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                  Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                  paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                  aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                  ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                  manusia (Jawetz 1996)

                  Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                  Divisi Protophyta atau Schizophyta

                  Kelas Schizomycetes

                  Bangsa Eubacteriales

                  Suku Micrococcaceae

                  Marga Staphylococcus

                  Spesies Staphylococcus aureus

                  2 Escherichia coli

                  Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                  yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                  (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                  sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                  permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                  bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                  manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                  pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                  saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                  akuatik makanan air seni dan tinja

                  14

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                  Devisi Bacteria

                  Kelas Schizomycetes

                  Bangsa Enterobacteriales

                  Suku Enterobacteriaceae

                  Marga Escherichia

                  Spesies Escherichia coli

                  3 Helicobacter pylori

                  Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                  bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                  lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                  diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                  duodenum)

                  Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                  Devisi Bacteria

                  Kelas Epsilon Probacteria

                  Bangsa Campylobacteralis

                  Suku Helicobateraceae

                  Marga Helicobacter

                  Spesis Helicobacter pylori

                  4 Pseudomonas aeruginosa

                  Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                  2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                  terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                  Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                  42o

                  C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                  kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                  bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                  15

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                  Divisi Bacteria

                  Phylum Proteobacteria

                  Kelas Gamma Proteobacteria

                  Marga Pseudomonadales

                  Suku Pseudomonadaceae

                  Genus Pseudomonas

                  Species Pseudomonas aeruginosa

                  25 Antibakteri

                  Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                  diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                  yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                  Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                  Mekanisme kerja antibakteri

                  1 Menghambat sintesis dinding sel

                  Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                  pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                  1988)

                  2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                  Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                  serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                  memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                  membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                  matinya sel (Pleczar 1988)

                  3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                  Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                  protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                  substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                  asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                  Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                  16

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                  komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                  4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                  Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                  sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                  Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                  Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                  matinya sel (Pleczar 1988)

                  5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                  DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                  kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                  terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                  mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                  26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                  Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                  konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                  mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                  menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                  pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                  antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                  efisien

                  Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                  1 Metode difusi

                  a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                  Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                  telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                  tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                  mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                  (Pratiwi 2008)

                  b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                  Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                  17

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                  mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                  mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                  diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                  mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                  ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                  pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                  c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                  antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                  memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                  membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                  parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                  d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                  dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                  mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                  diuji (Pratiwi 2008)

                  e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                  pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                  agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                  kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                  selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                  memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                  mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                  dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                  total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                  dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                  X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                  Y = panjang pertumbuhan aktual

                  C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                  mgmL atau μgmL

                  Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                  18

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                  dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                  mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                  2 Metode dilusi

                  Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                  a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                  Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                  Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                  Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                  dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                  pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                  agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                  pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                  dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                  agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                  tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                  (Pratiwi 2008)

                  b Metode dilusi padat solid dilution test

                  Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                  media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                  agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                  mikroba uji (Pratiwi 2008)

                  27 Antibiotika Pembanding

                  Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                  Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                  19

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                  putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                  praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                  Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                  propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                  (Depkes RI 1995)

                  Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                  sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                  dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                  antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                  secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                  amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                  merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                  peptida (Katzung 2004)

                  Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                  disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                  anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                  kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                  efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                  Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                  memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                  20

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  BAB III

                  METODE PENELITIAN

                  31 Tempat dan Waktu Penelitian

                  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                  Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                  Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                  Januari-April 2015

                  32 Alat dan Bahan

                  321 Alat

                  Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                  spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                  evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                  standar laboratorium

                  Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                  (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                  325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                  (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                  magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                  laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                  (oxoid) jangka sorong

                  322 Bahan

                  Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                  kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                  Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                  Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                  akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                  kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                  fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                  NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                  96 spirtus

                  21

                  21

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  323 Bakteri Uji

                  Bakteri yang digunakan antara lain

                  Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                  Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                  diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                  33 Prosedur Kerja

                  331 Pembuatan simplisia

                  Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                  diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                  peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                  disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                  dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                  kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                  bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                  serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                  332 Pembuatan Ekstak

                  Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                  600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                  etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                  kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                  kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                  menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                  menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                  Kemudian dihitung persen rendeman

                  Rendeman ekstrak = i i i x 100

                  333 Parameter ekstrak

                  a Identitas Ekstrak

                  Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                  ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                  nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                  22

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  b Organoleptik Ekstrak

                  Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                  mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                  c Residu Pelarut Etanol

                  Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                  mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                  mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                  cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                  etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                  etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                  d Kadar Air

                  Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                  yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                  Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                  Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                  kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                  hari (Depkes RI 2000)

                  e Kadar Abu Total

                  Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                  etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                  perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                  dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                  terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                  334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                  Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                  terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                  alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                  1 Uji alkaloid

                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                  disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                  ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                  23

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                  dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                  pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                  Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                  coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                  senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                  2 Uji Flavonoid

                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                  ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                  kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                  mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                  3 Uji Saponin

                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                  larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                  setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                  1969)

                  4 Uji Glikosida

                  Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                  larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                  senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                  5 Uji Triterpenoid dan steroid

                  Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                  diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                  kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                  dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                  kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                  triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                  (Ayoola GA 2008)

                  6 Uji Fenol

                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                  ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                  mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                  24

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  7 Uji Tanin

                  Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                  reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                  FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                  adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                  335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                  3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                  Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                  disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                  mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                  autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                  disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                  dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                  tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                  Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                  plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                  Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                  disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                  sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                  Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                  selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                  sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                  3352 Pembuatan Medium

                  1 NA (Nutrient Agar)

                  Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                  aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                  kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                  menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                  telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                  kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                  2007)

                  25

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  2 NB (Nutrient Broth)

                  Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                  aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                  stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                  15 menit (Alexander 2007)

                  3354 Peremajaan Bakteri

                  Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                  yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                  aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                  digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                  inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                  3355 Identifikasi Bakteri Uji

                  Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                  dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                  kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                  diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                  Dan siap diwarnai

                  Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                  atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                  sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                  kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                  dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                  dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                  preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                  dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                  mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                  3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                  Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                  selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                  dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                  divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                  pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                  26

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                  09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                  Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                  kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                  4 (pokyni2010)

                  3357 Pembuatan larutan uji

                  Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                  (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                  yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                  tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                  ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                  3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                  Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                  steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                  Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                  menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                  diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                  ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                  telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                  30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                  370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                  yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                  2013)

                  3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                  Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                  batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                  masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                  tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                  ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                  dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                  09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                  27

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                  diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                  kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                  kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                  pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                  Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                  konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                  absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                  28

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  BAB IV

                  HASIL DAN PEMBAHASAN

                  41 Determinasi Tanaman

                  Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                  tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                  Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                  Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                  Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                  42 Penyiapan Sampel

                  Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                  dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                  sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                  Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                  sebagai tanaman pagar

                  Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                  dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                  dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                  batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                  dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                  mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                  terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                  proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                  menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                  perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                  pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                  Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                  kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                  disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                  pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                  menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                  29

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  43 Ekstraksi

                  Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                  metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                  batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                  dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                  sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                  hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                  12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                  2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                  tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                  etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                  pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                  antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                  mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                  dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                  mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                  kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                  evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                  gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                  44 Parameter Ekstrak

                  Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                  non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                  Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                  96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                  Karakteristik Hasil

                  Parameter spesifik

                  1 Identitas

                  - Nama Latin

                  - Bagian Tumbuhan

                  - Nama Indonesia

                  - Lannea coromandelica

                  - Kulit batang

                  - Kayu jawa

                  30

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  2 Organoleptik

                  - Bentuk

                  - Warna

                  - Bau

                  - Rasa

                  - Kental

                  - Coklat kehitaman

                  - Khas

                  - Agak sepat

                  Parameter non spesifik

                  1 Residu pelarut etanol 0

                  2 Kadar air 58

                  3 Kadar abu 14

                  Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                  dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                  kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                  kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                  pancaindera

                  Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                  aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                  dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                  pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                  yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                  masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                  memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                  pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                  antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                  dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                  yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                  dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                  kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                  Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                  air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                  beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                  96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                  31

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                  bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                  air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                  pengujian aktivitas antibakteri

                  Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                  kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                  terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                  dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                  anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                  Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                  bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                  dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                  coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                  45 Penapisan Fitokimia

                  Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                  metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                  coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                  memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                  dilihat pada tabel berikut ini

                  Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                  jawa (Lannea coromandelica)

                  Penguji senyawa Hasil

                  Alkaloid -

                  Flavonoid +

                  Saponin +

                  Glikosida +

                  Steroid Triterpenoid -

                  Fenol +

                  Tanin +

                  32

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                  adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                  glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                  polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                  46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                  Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                  difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                  bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                  tabel berikut

                  Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                  terhadap bakteri uji

                  Konsentrasi

                  ekstrak

                  Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                  Staphylococcus

                  aureus

                  Escherichia

                  coli

                  Helicobacter

                  pylori

                  Pseudomonas

                  aeruginosa

                  625 μgml - - - -

                  125 μgml - 70 - -

                  250 μgml - 78 73 68

                  500 μgml 71 85 82 85

                  Kontrol (-)

                  DMSO 5

                  - - - -

                  Kontrol (+)

                  kloramfenikol

                  204 250 233 203

                  Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                  96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                  antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                  zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                  250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                  penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                  literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                  33

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                  pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                  Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                  menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                  zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                  ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                  sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                  menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                  konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                  terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                  kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                  zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                  Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                  30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                  Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                  sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                  Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                  kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                  penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                  dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                  satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                  Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                  (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                  amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                  Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                  menggunakan kloramfenikol

                  Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                  batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                  bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                  konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                  adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                  diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                  34

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                  73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                  antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                  85 mm dan 68 mm

                  Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                  sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                  Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                  (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                  tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                  antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                  kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                  glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                  47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                  Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                  konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                  hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                  berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                  Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                  menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                  Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                  menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                  Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                  di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                  tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                  suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                  yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                  inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                  kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                  kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                  kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                  35

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                  Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                  kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                  batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                  Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                  (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                  membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                  mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                  Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                  secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                  dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                  Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                  menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                  sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                  Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                  Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                  Konsentrasi

                  ekstrak

                  Nilai absorbansi kekeruhan

                  Staphylococcus

                  aureus

                  Escherichia

                  coli

                  Helicobacter

                  pylori

                  Psedomonas

                  aeruginosa

                  500 ppm 1312 1096 1190 1128

                  250 ppm 1512 1252 1556 1395

                  125 ppm 1603 1293 1940 1603

                  625 ppm 1623 1369 1952 1645

                  Kontrol

                  kuman

                  1504 1295 1938 1546

                  Kontrol media

                  (blanko)

                  0000 0000 0000 0000

                  Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                  hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                  coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                  nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                  36

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                  Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                  37

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  BAB V

                  KESIMPULAN DAN SARAN

                  51 Kesimpulan

                  1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                  memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                  aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                  2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                  500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                  menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                  dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                  mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                  500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                  dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                  pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                  adalah 85 mm dan 68 mm

                  3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                  jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                  adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                  terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                  bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                  52 Saran

                  Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                  aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                  38

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  DAFTAR PUSTAKA

                  Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                  Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                  Institut Pertanian Bogor

                  Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                  Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                  Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                  Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                  Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                  Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                  McGraw Hill Higer Education

                  Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                  Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                  Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                  Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                  Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                  americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                  Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                  Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                  Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                  Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                  leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                  Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                  EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                  Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                  In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                  Pharmaceutical Research

                  Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                  Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                  University Press

                  39

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                  Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                  Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                  Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                  Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                  Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                  Indonesia Jakarta

                  Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                  Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                  Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                  coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                  Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                  of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                  Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                  production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                  31 2008

                  Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                  Balai penerbit FKUI Jakarta

                  Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                  Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                  ITB Hal 6-17

                  Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                  edition

                  The Pharmaceutical Press London England

                  Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                  EGC

                  Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                  Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                  Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                  Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                  Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                  40

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                  Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                  Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                  (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                  httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                  Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                  Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                  India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                  Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                  Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                  the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                  International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                  4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                  Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                  Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                  methodology

                  Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                  Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                  dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                  Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                  Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                  Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                  Hidayatullah Jakarta

                  Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                  Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                  Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                  Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                  Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                  Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                  American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                  Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                  secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                  Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                  41

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                  Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                  Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                  Sciences

                  Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                  Yogyakarta

                  Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                  Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                  Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                  Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                  Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                  against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                  Agricultural and Food Chemistry

                  Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                  Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                  Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                  Bio Sciences

                  Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                  coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                  Pharmacy East West University Bangladesh

                  WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                  Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                  Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                  Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                  42

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 1 Alur penelitian

                  Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                  Tanaman segar Kayu jawa

                  (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                  1 kg kulit batang Kayu jawa

                  (Lannea coromandelica)

                  Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                  Serbuk simplisia 600 gram

                  Maserasi dengan menggunakan

                  etanol 96 sebanyak 12 L

                  Disaring dengan kapas

                  dan kertas saring

                  kemudian diuapkan

                  dengan vacum rotary

                  evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                  Skrining Fitokimia

                  Uji Aktivitas Antibakteri

                  Sterilisasi

                  alat

                  Pembuatan

                  media (NA amp

                  NB)

                  Peremajaan

                  bakteri

                  Pembuatan

                  larutan uji

                  Pembuatan

                  suspensi bakteri

                  uji

                  Uji Diameter Zona

                  Hambat

                  Uji Konsentrasi

                  Hambat Minimum

                  43

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  44

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                  NO Golongan

                  senyawa

                  Gambar Keterangan (hasil uji)

                  1 Alkaloid

                  (Dragendorf) (Mayer)

                  - Tidak terbentuk

                  endapan kream atau

                  putih (Mayer)

                  - Hasil (-) alkaloid

                  - Tidak terbentuk

                  endapan coklat

                  kemerahan

                  (Dragendorf)

                  - Hasil (-) alkaloid

                  2 Flavonoid

                  - Perubahan

                  intensitas warna

                  kuning menjadi

                  tidak berwarna

                  - Hasil (+)

                  flavonoid

                  3 Saponin

                  - Tebentuk busa

                  setinggi 1 cm

                  yang stabil

                  - Hasil (+)saponin

                  4 Glikosida

                  - Terbentuk larutan

                  berwarna kuning

                  - Hasil (+) glikosida

                  45

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  5 Steroid dan

                  Triterpenoid

                  (steroid) (triterpenoid)

                  - Tidak terbentuk

                  warna hijau

                  kehitaman

                  (steroid) warna

                  merah

                  (triterprnoid)

                  - Hasil (-) steroid

                  dan triterpenoid

                  6 Fenol

                  - Terbentuk warna

                  hitam kebiruan

                  - Hasil (+) fenol

                  7 Tanin

                  (sebelum) (setelah)

                  Penambahan Fecl3 01

                  - Terbentuk biru

                  kehitaman

                  - Hasil (+) tanin

                  Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                  = g g X

                  = 701

                  46

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                  = w minusww minusw Bobot jenis =

                  i g minus i g i g minus i g

                  Bobot jenis = minus minus

                  Bobot jenis = 1026

                  Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                  jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                  kesetaraan sama dengan 0

                  Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                  = minus minus x =

                  Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                  W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                  W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                  Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                  = gram minus gram gram x =

                  47

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                  Gambar I pengenceran larutan uji

                  Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                  Larutan induk g =

                  μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                  500 ppm = V1 N1 V2 N2

                  = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                  =

                  = 1 mL

                  250 ppm = V1 N1 V2 N2

                  = 500 μL X 10 mL 250 μL

                  =

                  = 5 mL

                  125 ppm = V1 N1 V2 N2

                  = 250 μL X 10 mL 125 μL

                  =

                  = 5 mL

                  625 ppm = V1 N1 V2 N2

                  = 125 μL X 10 mL 625 μL

                  =

                  = 5 mL

                  48

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                  Perbandingan dengan McFarland

                  Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                  Gambar I Staphylococcus aureus

                  Gambar II Escherichia coli

                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                  staphylococcus aureus dengan

                  perbesaran 10 x 100

                  Berbentuk bulat dan berkelompok

                  seperti anggur

                  Berwarna ungu

                  ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                  coli dengan perbesaran 10 x 100

                  Bebentuk batang pendek

                  Berwarna merah

                  49

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Gambar III Helicobacter pylori

                  Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                  Helicobacter pylori dengan

                  perbesaran 10 x 100

                  Berbentuk spiral atau batang

                  bengkok

                  Berwarna merah

                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                  Pseudomoas aeruginosa dengan

                  perbesaran 10 x 100

                  Berbentuk batang tunggal

                  Berwarna merah

                  50

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                  Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                  Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                  (+) kloramfenikol

                  (-) DMSO 5

                  Ekstrak konsentrasi 500

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 250

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 125

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 625

                  ppm

                  51

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                  (+) kloramfenikol

                  (-) DMSO 5

                  Ekstrak konsentrasi 500

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 250

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 125

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 625

                  ppm

                  52

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                  (+) kloramfenikol

                  (-) DMSO 5

                  Ekstrak konsentrasi 500

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 250

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 125

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 625

                  ppm

                  53

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                  (+) kloramfenikol

                  (-) DMSO 5

                  Ekstrak konsentrasi 500

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 250

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 125

                  ppm

                  Ekstrak konsentrasi 625

                  ppm

                  54

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                  Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                  Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                  Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                  250 ppm

                  1512

                  125 ppm

                  1523

                  625 ppm

                  1623

                  k kuman

                  1504

                  k media

                  0000

                  500 ppm

                  1096

                  250 ppm

                  1252

                  125 ppm

                  1293

                  k kuman

                  1295

                  k media

                  0000

                  500 ppm

                  1321

                  625 ppm

                  1369

                  55

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                  Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                  Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                  dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                  spektrofotometer uv-vis

                  500 ppm

                  1190

                  250 ppm

                  1556

                  125 ppm

                  1940

                  k kuman

                  1938

                  k media

                  0000

                  500 ppm

                  1128

                  250 ppm

                  1395

                  125 ppm

                  1603

                  k kuman

                  1546

                  k media

                  0000

                  625 ppm

                  1952

                  625 ppm

                  1645

                  56

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                  Simplisia kulit batang

                  kayu jawa

                  Ekstrak kulit batang kayu

                  jawa

                  Vortex

                  Mikropipet

                  Hotplate

                  Refrigator

                  LAF

                  Oven

                  Autoklaf

                  57

                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                  Inkubator

                  Spektrofotometer uv-vis

                  Jangka sorong

                  • DAFTAR ISI
                  • Halaman
                  • HALAMAN SAMPUL i
                  • HALAMAN JUDUL ii
                  • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                  • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                  • HALAMAN PENGESEHAN v
                  • ABSTRAK vi
                  • ABSTRACT vii
                  • KATA PENGANTAR viii
                  • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                  • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                  • DAFTAR ISI xi
                  • DAFTAR TABEL xiii
                  • DAFTAR GAMBAR xiv
                  • DAFTAR LAMPIRAN xv
                  • BAB I PENDAHULUAN 1
                  • 11 Latar Belakang 1
                  • 12 Rumusan Masalah 3
                  • 13 Tujuan Penelitian 3
                  • 14 Manfaat Penelitian 4
                  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                  • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                  • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                  • 23 Pelarut 10
                  • 24 Bakteri 12
                  • 25 Antibakteri 15
                  • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                  • 25 Antibiotik Pembanding 19
                  • BAB III METODE PENELITIAN 21
                  • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                  • 32 Alat dan Bahan 21
                  • 321 Alat 21
                  • 322 Bahan 21
                  • 323 Bakteri Uji 22
                  • 33 Prosedur kerja 22
                  • 331 Pembuatan Simplisia 22
                  • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                  • 333 Parameter Ekstrak 23
                  • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                  • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                  • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                  • 3352 Pembuatan Media 26
                  • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                  • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                  • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                  • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                  • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                  • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                  • BAB IV PEMBAHASAN 29
                  • 41 Determinasi Tanaman 29
                  • 42 Penyiapan sample 29
                  • 43 Ekstraksi 30
                  • 44 Parameter Ekstrak 30
                  • 45 Penapisan Fitokimia 32
                  • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                  • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                  • BAB V PENUTUP 38
                  • 51 Kesimpulan 38
                  • 52 Saran 38
                  • DAFTAR PUSTAKA 39
                  • LAMPIRAN 43
                  • DAFTAR TABEL
                  • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                  • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                  • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                  • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                  • DAFTAR GAMBAR
                  • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                  • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                  • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                  • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                  • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                  • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                  • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                  • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                  • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                  • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                  • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                  • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                  • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                  • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                  • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                    x

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

                    AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

                    Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

                    Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini

                    Nama Fitri Rahmadani

                    NIM 11110200048

                    Program Study Farmasi

                    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

                    Jenis Karya Skripsi

                    Demi perkembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsi saya dengan

                    judul

                    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96 KULIT

                    BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) TERHADAP BAKTERI

                    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                    aeruginosa

                    Untuk publikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

                    perpustakaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

                    kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta

                    Demikian surat pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat

                    dengan sebenar-benarnya

                    Dibuat di Jakarta

                    Pada tanggal 30 Mei 2015

                    Yang menyatakan

                    (Fitri Rahmadani)

                    xi

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    DAFTAR ISI

                    Halaman

                    HALAMAN SAMPUL i

                    HALAMAN JUDUL ii

                    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

                    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

                    HALAMAN PENGESEHAN v

                    ABSTRAK vi

                    ABSTRACT vii

                    KATA PENGANTAR viii

                    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

                    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

                    DAFTAR ISI xi

                    DAFTAR TABEL xiii

                    DAFTAR GAMBAR xiv

                    DAFTAR LAMPIRAN xv

                    BAB I PENDAHULUAN 1

                    11 Latar Belakang 1

                    12 Rumusan Masalah 3

                    13 Tujuan Penelitian 3

                    14 Manfaat Penelitian 4

                    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

                    21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

                    22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

                    23 Pelarut 10

                    24 Bakteri 12

                    25 Antibakteri 15

                    26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

                    25 Antibiotik Pembanding 19

                    BAB III METODE PENELITIAN 21

                    31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

                    32 Alat dan Bahan 21

                    321 Alat 21

                    xii

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    322 Bahan 21

                    323 Bakteri Uji 22

                    33 Prosedur kerja 22

                    331 Pembuatan Simplisia 22

                    332 Pembuatan Ekstrak 22

                    333 Parameter Ekstrak 23

                    334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

                    335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

                    3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

                    3352 Pembuatan Media 26

                    3353 Peremajaan Bakteri 26

                    3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

                    3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

                    3356 Pembuatan Larutan Uji 27

                    3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

                    3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

                    BAB IV PEMBAHASAN 29

                    41 Determinasi Tanaman 29

                    42 Penyiapan sample 29

                    43 Ekstraksi 30

                    44 Parameter Ekstrak 30

                    45 Penapisan Fitokimia 32

                    46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

                    47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

                    BAB V PENUTUP 38

                    51 Kesimpulan 38

                    52 Saran 38

                    DAFTAR PUSTAKA 39

                    LAMPIRAN 43

                    xiii

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    DAFTAR TABEL

                    Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                    Lannea coromandelica 31

                    Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                    Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                    Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                    xiv

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    DAFTAR GAMBAR

                    Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                    Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                    xv

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    DAFTAR LAMPIRAN

                    Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                    Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                    Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                    Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                    Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                    Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                    Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                    Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                    Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                    Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                    Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                    Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                    Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                    1

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    BAB I

                    PENDAHULUAN

                    11 Latar Belakang

                    Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                    tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                    alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                    Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                    tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                    (Gana 2008)

                    Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                    berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                    maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                    pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                    menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                    Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                    Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                    yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                    maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                    Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                    jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                    telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                    untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                    tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                    digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                    (Akbar 2010)

                    Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                    masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                    jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                    sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                    yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                    karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                    1

                    2

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                    menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                    Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                    misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                    tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                    biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                    menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                    Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                    steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                    Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                    antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                    Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                    dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                    asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                    antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                    yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                    uji toksisitas (Erwin 2014)

                    Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                    dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                    kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                    sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                    pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                    digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                    Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                    dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                    Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                    luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                    normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                    menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                    3

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                    berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                    pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                    dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                    Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                    penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                    dan luka bakar yang berat

                    Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                    pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                    coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                    aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                    tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                    coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                    12 Rumusan Masalah

                    1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                    kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                    Sulawesi Indonesia

                    2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                    Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                    13 Tujuan Penelitian

                    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                    96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                    aeruginosa

                    4

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    14 Manfaat Penelitian

                    1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                    aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                    coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                    antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                    Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                    2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                    mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                    5

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    BAB II

                    TINJAUAN PUSTAKA

                    21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                    Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                    ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                    Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                    Kingdom Plantae

                    Phylum Mannoliophyta

                    Class Magnoliatae

                    Order Sapindales

                    Family Anacardiaceae

                    Genus Lannea

                    Species Lannea coromandelica

                    (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                    Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                    hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                    sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                    5

                    6

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                    eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                    tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                    kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                    hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                    di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                    Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                    Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                    pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                    ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                    paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                    mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                    sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                    Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                    impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                    nyeri lokal (Wahid 2009)

                    22 Ektrak dan Ektraksi

                    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                    senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                    yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                    ditetapkan (DepKes RI 2000)

                    Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                    1 Parameter non spesifik

                    a Kadar air

                    Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                    dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                    destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                    7

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    b Kadar abu

                    Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                    dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                    sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                    untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                    eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                    (DepKes RI 2000)

                    2 Parameter spesifik

                    a Identitas

                    Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                    latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                    Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                    dan spesifik dari senyawa identitas

                    b Organoleptik

                    Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                    mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                    (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                    Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                    terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                    diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                    dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                    terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                    atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                    terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                    ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                    Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                    tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                    yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                    material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                    sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                    8

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                    1 Cara dingin

                    a Maserasi

                    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                    pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                    kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                    adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                    kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                    banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                    cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                    pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                    pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                    cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                    b Perkolasi

                    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                    penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                    Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                    tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                    secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                    menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                    secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                    digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                    ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                    2 Cara panas

                    a Sokletasi

                    Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                    menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                    pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                    9

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    b Refluks

                    Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                    titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                    konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                    c Infusa

                    Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                    menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                    digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                    2000)

                    d Dekok

                    Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                    titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                    air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                    ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                    panas (Tiwari et al 2011)

                    e Digesti

                    Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                    temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                    40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                    kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                    25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                    digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                    23 Pelarut

                    Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                    Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                    tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                    pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                    menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                    10

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                    (Tiwari et al 2011)

                    Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                    akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                    kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                    pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                    Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                    1 Air

                    Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                    produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                    secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                    dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                    antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                    melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                    signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                    yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                    2 Aseton

                    Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                    tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                    mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                    untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                    dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                    3 Alkohol

                    Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                    dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                    lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                    lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                    intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                    namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                    ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                    11

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    4 Kloroform

                    Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                    menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                    aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                    dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                    pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                    5 Eter

                    Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                    lemak (Tiwari et al 2011)

                    6 n-Heksana

                    n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                    bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                    molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                    953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                    71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                    ekstraksi minyak nabati

                    7 Etil asetat

                    Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                    secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                    dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                    24 Bakteri

                    Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                    tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                    mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                    pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                    mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                    berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                    penampang maupun panjangnya

                    12

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                    reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                    negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                    sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                    struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                    karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                    Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                    Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                    tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                    lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                    mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                    (Jawetz 1996)

                    Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                    golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                    1 Golongan basil

                    Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                    bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                    sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                    2 Golongan kokus

                    Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                    golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                    yang berdiameter sampai 25μ

                    3 Golongan spiral

                    Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                    Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                    dengan golongan kokus maupun golongan basil

                    13

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Bakteri uji

                    1 Staphylococcus aureus

                    Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                    patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                    berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                    teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                    Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                    paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                    aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                    ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                    manusia (Jawetz 1996)

                    Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                    Divisi Protophyta atau Schizophyta

                    Kelas Schizomycetes

                    Bangsa Eubacteriales

                    Suku Micrococcaceae

                    Marga Staphylococcus

                    Spesies Staphylococcus aureus

                    2 Escherichia coli

                    Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                    yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                    (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                    sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                    permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                    bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                    manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                    pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                    saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                    akuatik makanan air seni dan tinja

                    14

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                    Devisi Bacteria

                    Kelas Schizomycetes

                    Bangsa Enterobacteriales

                    Suku Enterobacteriaceae

                    Marga Escherichia

                    Spesies Escherichia coli

                    3 Helicobacter pylori

                    Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                    bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                    lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                    diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                    duodenum)

                    Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                    Devisi Bacteria

                    Kelas Epsilon Probacteria

                    Bangsa Campylobacteralis

                    Suku Helicobateraceae

                    Marga Helicobacter

                    Spesis Helicobacter pylori

                    4 Pseudomonas aeruginosa

                    Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                    2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                    terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                    Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                    42o

                    C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                    kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                    bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                    15

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                    Divisi Bacteria

                    Phylum Proteobacteria

                    Kelas Gamma Proteobacteria

                    Marga Pseudomonadales

                    Suku Pseudomonadaceae

                    Genus Pseudomonas

                    Species Pseudomonas aeruginosa

                    25 Antibakteri

                    Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                    diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                    yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                    Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                    Mekanisme kerja antibakteri

                    1 Menghambat sintesis dinding sel

                    Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                    pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                    1988)

                    2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                    Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                    serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                    memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                    membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                    matinya sel (Pleczar 1988)

                    3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                    Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                    protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                    substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                    asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                    Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                    16

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                    komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                    4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                    Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                    sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                    Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                    Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                    matinya sel (Pleczar 1988)

                    5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                    DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                    kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                    terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                    mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                    26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                    Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                    konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                    mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                    menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                    pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                    antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                    efisien

                    Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                    1 Metode difusi

                    a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                    Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                    telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                    tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                    mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                    (Pratiwi 2008)

                    b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                    Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                    17

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                    mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                    mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                    diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                    mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                    ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                    pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                    c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                    antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                    memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                    membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                    parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                    d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                    dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                    mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                    diuji (Pratiwi 2008)

                    e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                    pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                    agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                    kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                    selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                    memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                    mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                    dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                    total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                    dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                    X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                    Y = panjang pertumbuhan aktual

                    C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                    mgmL atau μgmL

                    Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                    18

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                    dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                    mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                    2 Metode dilusi

                    Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                    a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                    Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                    Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                    Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                    dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                    pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                    agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                    pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                    dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                    agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                    tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                    (Pratiwi 2008)

                    b Metode dilusi padat solid dilution test

                    Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                    media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                    agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                    mikroba uji (Pratiwi 2008)

                    27 Antibiotika Pembanding

                    Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                    Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                    19

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                    putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                    praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                    Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                    propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                    (Depkes RI 1995)

                    Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                    sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                    dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                    antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                    secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                    amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                    merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                    peptida (Katzung 2004)

                    Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                    disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                    anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                    kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                    efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                    Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                    memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                    20

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    BAB III

                    METODE PENELITIAN

                    31 Tempat dan Waktu Penelitian

                    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                    Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                    Januari-April 2015

                    32 Alat dan Bahan

                    321 Alat

                    Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                    spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                    evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                    standar laboratorium

                    Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                    (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                    325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                    (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                    magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                    laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                    (oxoid) jangka sorong

                    322 Bahan

                    Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                    kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                    Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                    Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                    akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                    kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                    fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                    NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                    96 spirtus

                    21

                    21

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    323 Bakteri Uji

                    Bakteri yang digunakan antara lain

                    Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                    Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                    diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                    33 Prosedur Kerja

                    331 Pembuatan simplisia

                    Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                    diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                    peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                    disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                    dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                    kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                    bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                    serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                    332 Pembuatan Ekstak

                    Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                    600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                    etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                    kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                    kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                    menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                    menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                    Kemudian dihitung persen rendeman

                    Rendeman ekstrak = i i i x 100

                    333 Parameter ekstrak

                    a Identitas Ekstrak

                    Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                    ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                    nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                    22

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    b Organoleptik Ekstrak

                    Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                    mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                    c Residu Pelarut Etanol

                    Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                    mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                    mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                    cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                    etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                    etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                    d Kadar Air

                    Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                    yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                    Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                    Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                    kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                    hari (Depkes RI 2000)

                    e Kadar Abu Total

                    Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                    etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                    perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                    dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                    terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                    334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                    terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                    alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                    1 Uji alkaloid

                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                    disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                    ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                    23

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                    dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                    pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                    Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                    coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                    senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                    2 Uji Flavonoid

                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                    ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                    kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                    mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                    3 Uji Saponin

                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                    larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                    setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                    1969)

                    4 Uji Glikosida

                    Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                    larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                    senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                    5 Uji Triterpenoid dan steroid

                    Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                    diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                    kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                    dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                    kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                    triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                    (Ayoola GA 2008)

                    6 Uji Fenol

                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                    ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                    mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                    24

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    7 Uji Tanin

                    Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                    reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                    FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                    adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                    335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                    3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                    Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                    disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                    mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                    autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                    disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                    dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                    tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                    Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                    plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                    Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                    disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                    sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                    Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                    selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                    sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                    3352 Pembuatan Medium

                    1 NA (Nutrient Agar)

                    Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                    aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                    kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                    menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                    telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                    kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                    2007)

                    25

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    2 NB (Nutrient Broth)

                    Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                    aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                    stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                    15 menit (Alexander 2007)

                    3354 Peremajaan Bakteri

                    Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                    yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                    aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                    digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                    inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                    3355 Identifikasi Bakteri Uji

                    Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                    dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                    kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                    diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                    Dan siap diwarnai

                    Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                    atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                    sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                    kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                    dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                    dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                    preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                    dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                    mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                    3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                    Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                    selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                    dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                    divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                    pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                    26

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                    09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                    Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                    kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                    4 (pokyni2010)

                    3357 Pembuatan larutan uji

                    Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                    (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                    yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                    tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                    ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                    3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                    Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                    steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                    Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                    menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                    diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                    ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                    telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                    30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                    370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                    yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                    2013)

                    3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                    Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                    batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                    masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                    tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                    ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                    dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                    09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                    27

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                    diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                    kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                    kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                    pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                    Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                    konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                    absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                    28

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    BAB IV

                    HASIL DAN PEMBAHASAN

                    41 Determinasi Tanaman

                    Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                    tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                    Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                    Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                    Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                    42 Penyiapan Sampel

                    Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                    dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                    sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                    Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                    sebagai tanaman pagar

                    Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                    dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                    dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                    batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                    dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                    mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                    terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                    proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                    menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                    perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                    pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                    Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                    kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                    disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                    pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                    menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                    29

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    43 Ekstraksi

                    Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                    metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                    batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                    dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                    sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                    hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                    12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                    2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                    tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                    etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                    pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                    antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                    mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                    dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                    mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                    kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                    evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                    gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                    44 Parameter Ekstrak

                    Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                    non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                    Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                    96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                    Karakteristik Hasil

                    Parameter spesifik

                    1 Identitas

                    - Nama Latin

                    - Bagian Tumbuhan

                    - Nama Indonesia

                    - Lannea coromandelica

                    - Kulit batang

                    - Kayu jawa

                    30

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    2 Organoleptik

                    - Bentuk

                    - Warna

                    - Bau

                    - Rasa

                    - Kental

                    - Coklat kehitaman

                    - Khas

                    - Agak sepat

                    Parameter non spesifik

                    1 Residu pelarut etanol 0

                    2 Kadar air 58

                    3 Kadar abu 14

                    Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                    dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                    kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                    kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                    pancaindera

                    Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                    aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                    dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                    pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                    yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                    masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                    memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                    pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                    antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                    dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                    yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                    dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                    kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                    Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                    air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                    beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                    96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                    31

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                    bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                    air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                    pengujian aktivitas antibakteri

                    Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                    kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                    terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                    dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                    anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                    Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                    bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                    dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                    coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                    45 Penapisan Fitokimia

                    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                    metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                    coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                    memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                    dilihat pada tabel berikut ini

                    Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                    jawa (Lannea coromandelica)

                    Penguji senyawa Hasil

                    Alkaloid -

                    Flavonoid +

                    Saponin +

                    Glikosida +

                    Steroid Triterpenoid -

                    Fenol +

                    Tanin +

                    32

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                    adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                    glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                    polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                    46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                    Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                    difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                    bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                    tabel berikut

                    Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                    terhadap bakteri uji

                    Konsentrasi

                    ekstrak

                    Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                    Staphylococcus

                    aureus

                    Escherichia

                    coli

                    Helicobacter

                    pylori

                    Pseudomonas

                    aeruginosa

                    625 μgml - - - -

                    125 μgml - 70 - -

                    250 μgml - 78 73 68

                    500 μgml 71 85 82 85

                    Kontrol (-)

                    DMSO 5

                    - - - -

                    Kontrol (+)

                    kloramfenikol

                    204 250 233 203

                    Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                    96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                    antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                    zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                    250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                    penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                    literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                    33

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                    pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                    Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                    menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                    zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                    ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                    sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                    menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                    konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                    terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                    kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                    zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                    Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                    30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                    Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                    sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                    Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                    kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                    penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                    dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                    satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                    Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                    (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                    amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                    Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                    menggunakan kloramfenikol

                    Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                    bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                    konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                    adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                    diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                    34

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                    73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                    antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                    85 mm dan 68 mm

                    Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                    sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                    Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                    (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                    tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                    antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                    kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                    glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                    47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                    Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                    konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                    berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                    Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                    menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                    Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                    menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                    Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                    di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                    tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                    suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                    yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                    inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                    kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                    kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                    kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                    35

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                    Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                    kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                    Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                    (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                    membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                    mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                    Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                    secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                    dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                    Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                    menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                    sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                    Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                    Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                    Konsentrasi

                    ekstrak

                    Nilai absorbansi kekeruhan

                    Staphylococcus

                    aureus

                    Escherichia

                    coli

                    Helicobacter

                    pylori

                    Psedomonas

                    aeruginosa

                    500 ppm 1312 1096 1190 1128

                    250 ppm 1512 1252 1556 1395

                    125 ppm 1603 1293 1940 1603

                    625 ppm 1623 1369 1952 1645

                    Kontrol

                    kuman

                    1504 1295 1938 1546

                    Kontrol media

                    (blanko)

                    0000 0000 0000 0000

                    Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                    coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                    nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                    36

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                    Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                    37

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    BAB V

                    KESIMPULAN DAN SARAN

                    51 Kesimpulan

                    1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                    memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                    aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                    2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                    500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                    menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                    dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                    mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                    500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                    dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                    pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                    adalah 85 mm dan 68 mm

                    3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                    jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                    adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                    terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                    bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                    52 Saran

                    Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                    aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                    38

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    DAFTAR PUSTAKA

                    Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                    Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                    Institut Pertanian Bogor

                    Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                    Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                    Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                    Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                    Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                    Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                    McGraw Hill Higer Education

                    Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                    Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                    Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                    Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                    Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                    americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                    Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                    Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                    Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                    Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                    leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                    Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                    EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                    Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                    In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                    Pharmaceutical Research

                    Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                    Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                    University Press

                    39

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                    Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                    Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                    Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                    Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                    Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                    Indonesia Jakarta

                    Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                    Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                    Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                    coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                    of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                    Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                    production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                    31 2008

                    Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                    Balai penerbit FKUI Jakarta

                    Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                    Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                    ITB Hal 6-17

                    Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                    edition

                    The Pharmaceutical Press London England

                    Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                    EGC

                    Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                    Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                    Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                    Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                    Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                    40

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                    Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                    Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                    (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                    httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                    Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                    Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                    India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                    Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                    Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                    the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                    International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                    4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                    Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                    Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                    methodology

                    Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                    Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                    dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                    Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                    Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                    Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                    Hidayatullah Jakarta

                    Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                    Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                    Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                    Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                    Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                    Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                    American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                    Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                    secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                    Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                    41

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                    Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                    Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                    Sciences

                    Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                    Yogyakarta

                    Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                    Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                    Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                    Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                    Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                    against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                    Agricultural and Food Chemistry

                    Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                    Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                    Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                    Bio Sciences

                    Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                    coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                    Pharmacy East West University Bangladesh

                    WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                    Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                    Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                    Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                    42

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 1 Alur penelitian

                    Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                    Tanaman segar Kayu jawa

                    (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                    1 kg kulit batang Kayu jawa

                    (Lannea coromandelica)

                    Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                    Serbuk simplisia 600 gram

                    Maserasi dengan menggunakan

                    etanol 96 sebanyak 12 L

                    Disaring dengan kapas

                    dan kertas saring

                    kemudian diuapkan

                    dengan vacum rotary

                    evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                    Skrining Fitokimia

                    Uji Aktivitas Antibakteri

                    Sterilisasi

                    alat

                    Pembuatan

                    media (NA amp

                    NB)

                    Peremajaan

                    bakteri

                    Pembuatan

                    larutan uji

                    Pembuatan

                    suspensi bakteri

                    uji

                    Uji Diameter Zona

                    Hambat

                    Uji Konsentrasi

                    Hambat Minimum

                    43

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    44

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                    NO Golongan

                    senyawa

                    Gambar Keterangan (hasil uji)

                    1 Alkaloid

                    (Dragendorf) (Mayer)

                    - Tidak terbentuk

                    endapan kream atau

                    putih (Mayer)

                    - Hasil (-) alkaloid

                    - Tidak terbentuk

                    endapan coklat

                    kemerahan

                    (Dragendorf)

                    - Hasil (-) alkaloid

                    2 Flavonoid

                    - Perubahan

                    intensitas warna

                    kuning menjadi

                    tidak berwarna

                    - Hasil (+)

                    flavonoid

                    3 Saponin

                    - Tebentuk busa

                    setinggi 1 cm

                    yang stabil

                    - Hasil (+)saponin

                    4 Glikosida

                    - Terbentuk larutan

                    berwarna kuning

                    - Hasil (+) glikosida

                    45

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    5 Steroid dan

                    Triterpenoid

                    (steroid) (triterpenoid)

                    - Tidak terbentuk

                    warna hijau

                    kehitaman

                    (steroid) warna

                    merah

                    (triterprnoid)

                    - Hasil (-) steroid

                    dan triterpenoid

                    6 Fenol

                    - Terbentuk warna

                    hitam kebiruan

                    - Hasil (+) fenol

                    7 Tanin

                    (sebelum) (setelah)

                    Penambahan Fecl3 01

                    - Terbentuk biru

                    kehitaman

                    - Hasil (+) tanin

                    Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                    = g g X

                    = 701

                    46

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                    = w minusww minusw Bobot jenis =

                    i g minus i g i g minus i g

                    Bobot jenis = minus minus

                    Bobot jenis = 1026

                    Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                    jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                    kesetaraan sama dengan 0

                    Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                    = minus minus x =

                    Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                    W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                    W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                    Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                    = gram minus gram gram x =

                    47

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                    Gambar I pengenceran larutan uji

                    Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                    Larutan induk g =

                    μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                    500 ppm = V1 N1 V2 N2

                    = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                    =

                    = 1 mL

                    250 ppm = V1 N1 V2 N2

                    = 500 μL X 10 mL 250 μL

                    =

                    = 5 mL

                    125 ppm = V1 N1 V2 N2

                    = 250 μL X 10 mL 125 μL

                    =

                    = 5 mL

                    625 ppm = V1 N1 V2 N2

                    = 125 μL X 10 mL 625 μL

                    =

                    = 5 mL

                    48

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                    Perbandingan dengan McFarland

                    Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                    Gambar I Staphylococcus aureus

                    Gambar II Escherichia coli

                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                    staphylococcus aureus dengan

                    perbesaran 10 x 100

                    Berbentuk bulat dan berkelompok

                    seperti anggur

                    Berwarna ungu

                    ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                    coli dengan perbesaran 10 x 100

                    Bebentuk batang pendek

                    Berwarna merah

                    49

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Gambar III Helicobacter pylori

                    Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                    Helicobacter pylori dengan

                    perbesaran 10 x 100

                    Berbentuk spiral atau batang

                    bengkok

                    Berwarna merah

                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                    Pseudomoas aeruginosa dengan

                    perbesaran 10 x 100

                    Berbentuk batang tunggal

                    Berwarna merah

                    50

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                    Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                    Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                    (+) kloramfenikol

                    (-) DMSO 5

                    Ekstrak konsentrasi 500

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 250

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 125

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 625

                    ppm

                    51

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                    (+) kloramfenikol

                    (-) DMSO 5

                    Ekstrak konsentrasi 500

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 250

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 125

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 625

                    ppm

                    52

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                    (+) kloramfenikol

                    (-) DMSO 5

                    Ekstrak konsentrasi 500

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 250

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 125

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 625

                    ppm

                    53

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                    (+) kloramfenikol

                    (-) DMSO 5

                    Ekstrak konsentrasi 500

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 250

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 125

                    ppm

                    Ekstrak konsentrasi 625

                    ppm

                    54

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                    Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                    Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                    Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                    250 ppm

                    1512

                    125 ppm

                    1523

                    625 ppm

                    1623

                    k kuman

                    1504

                    k media

                    0000

                    500 ppm

                    1096

                    250 ppm

                    1252

                    125 ppm

                    1293

                    k kuman

                    1295

                    k media

                    0000

                    500 ppm

                    1321

                    625 ppm

                    1369

                    55

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                    Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                    Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                    dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                    spektrofotometer uv-vis

                    500 ppm

                    1190

                    250 ppm

                    1556

                    125 ppm

                    1940

                    k kuman

                    1938

                    k media

                    0000

                    500 ppm

                    1128

                    250 ppm

                    1395

                    125 ppm

                    1603

                    k kuman

                    1546

                    k media

                    0000

                    625 ppm

                    1952

                    625 ppm

                    1645

                    56

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                    Simplisia kulit batang

                    kayu jawa

                    Ekstrak kulit batang kayu

                    jawa

                    Vortex

                    Mikropipet

                    Hotplate

                    Refrigator

                    LAF

                    Oven

                    Autoklaf

                    57

                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                    Inkubator

                    Spektrofotometer uv-vis

                    Jangka sorong

                    • DAFTAR ISI
                    • Halaman
                    • HALAMAN SAMPUL i
                    • HALAMAN JUDUL ii
                    • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                    • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                    • HALAMAN PENGESEHAN v
                    • ABSTRAK vi
                    • ABSTRACT vii
                    • KATA PENGANTAR viii
                    • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                    • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                    • DAFTAR ISI xi
                    • DAFTAR TABEL xiii
                    • DAFTAR GAMBAR xiv
                    • DAFTAR LAMPIRAN xv
                    • BAB I PENDAHULUAN 1
                    • 11 Latar Belakang 1
                    • 12 Rumusan Masalah 3
                    • 13 Tujuan Penelitian 3
                    • 14 Manfaat Penelitian 4
                    • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                    • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                    • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                    • 23 Pelarut 10
                    • 24 Bakteri 12
                    • 25 Antibakteri 15
                    • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                    • 25 Antibiotik Pembanding 19
                    • BAB III METODE PENELITIAN 21
                    • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                    • 32 Alat dan Bahan 21
                    • 321 Alat 21
                    • 322 Bahan 21
                    • 323 Bakteri Uji 22
                    • 33 Prosedur kerja 22
                    • 331 Pembuatan Simplisia 22
                    • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                    • 333 Parameter Ekstrak 23
                    • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                    • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                    • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                    • 3352 Pembuatan Media 26
                    • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                    • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                    • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                    • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                    • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                    • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                    • BAB IV PEMBAHASAN 29
                    • 41 Determinasi Tanaman 29
                    • 42 Penyiapan sample 29
                    • 43 Ekstraksi 30
                    • 44 Parameter Ekstrak 30
                    • 45 Penapisan Fitokimia 32
                    • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                    • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                    • BAB V PENUTUP 38
                    • 51 Kesimpulan 38
                    • 52 Saran 38
                    • DAFTAR PUSTAKA 39
                    • LAMPIRAN 43
                    • DAFTAR TABEL
                    • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                    • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                    • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                    • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                    • DAFTAR GAMBAR
                    • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                    • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                    • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                    • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                    • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                    • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                    • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                    • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                    • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                    • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                    • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                    • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                    • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                    • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                    • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                      xi

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      DAFTAR ISI

                      Halaman

                      HALAMAN SAMPUL i

                      HALAMAN JUDUL ii

                      HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii

                      HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

                      HALAMAN PENGESEHAN v

                      ABSTRAK vi

                      ABSTRACT vii

                      KATA PENGANTAR viii

                      HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

                      TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x

                      DAFTAR ISI xi

                      DAFTAR TABEL xiii

                      DAFTAR GAMBAR xiv

                      DAFTAR LAMPIRAN xv

                      BAB I PENDAHULUAN 1

                      11 Latar Belakang 1

                      12 Rumusan Masalah 3

                      13 Tujuan Penelitian 3

                      14 Manfaat Penelitian 4

                      BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

                      21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5

                      22 Ekstrak dan Ekstraksi 6

                      23 Pelarut 10

                      24 Bakteri 12

                      25 Antibakteri 15

                      26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17

                      25 Antibiotik Pembanding 19

                      BAB III METODE PENELITIAN 21

                      31 Waktu dan Tempat Penellitian 21

                      32 Alat dan Bahan 21

                      321 Alat 21

                      xii

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      322 Bahan 21

                      323 Bakteri Uji 22

                      33 Prosedur kerja 22

                      331 Pembuatan Simplisia 22

                      332 Pembuatan Ekstrak 22

                      333 Parameter Ekstrak 23

                      334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

                      335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

                      3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

                      3352 Pembuatan Media 26

                      3353 Peremajaan Bakteri 26

                      3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

                      3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

                      3356 Pembuatan Larutan Uji 27

                      3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

                      3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

                      BAB IV PEMBAHASAN 29

                      41 Determinasi Tanaman 29

                      42 Penyiapan sample 29

                      43 Ekstraksi 30

                      44 Parameter Ekstrak 30

                      45 Penapisan Fitokimia 32

                      46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

                      47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

                      BAB V PENUTUP 38

                      51 Kesimpulan 38

                      52 Saran 38

                      DAFTAR PUSTAKA 39

                      LAMPIRAN 43

                      xiii

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      DAFTAR TABEL

                      Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                      Lannea coromandelica 31

                      Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                      Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                      Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                      xiv

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      DAFTAR GAMBAR

                      Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                      Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                      xv

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      DAFTAR LAMPIRAN

                      Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                      Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                      Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                      Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                      Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                      Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                      Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                      Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                      Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                      Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                      Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                      Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                      Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                      1

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      BAB I

                      PENDAHULUAN

                      11 Latar Belakang

                      Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                      tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                      alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                      Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                      tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                      (Gana 2008)

                      Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                      berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                      maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                      pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                      menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                      Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                      Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                      yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                      maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                      Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                      jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                      telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                      untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                      tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                      digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                      (Akbar 2010)

                      Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                      masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                      jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                      sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                      yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                      karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                      1

                      2

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                      menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                      Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                      misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                      tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                      biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                      menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                      Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                      steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                      Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                      antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                      Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                      dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                      asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                      antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                      yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                      uji toksisitas (Erwin 2014)

                      Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                      dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                      kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                      sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                      pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                      digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                      Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                      dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                      Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                      luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                      normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                      menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                      3

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                      berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                      pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                      dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                      Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                      penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                      dan luka bakar yang berat

                      Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                      pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                      coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                      aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                      tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                      (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                      coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                      12 Rumusan Masalah

                      1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                      kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                      Sulawesi Indonesia

                      2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                      (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                      Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                      13 Tujuan Penelitian

                      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                      96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                      Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                      aeruginosa

                      4

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      14 Manfaat Penelitian

                      1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                      aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                      coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                      antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                      Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                      2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                      mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                      5

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      BAB II

                      TINJAUAN PUSTAKA

                      21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                      Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                      ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                      Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                      Kingdom Plantae

                      Phylum Mannoliophyta

                      Class Magnoliatae

                      Order Sapindales

                      Family Anacardiaceae

                      Genus Lannea

                      Species Lannea coromandelica

                      (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                      Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                      hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                      sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                      5

                      6

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                      eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                      tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                      kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                      hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                      di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                      Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                      Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                      pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                      ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                      paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                      mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                      sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                      Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                      impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                      nyeri lokal (Wahid 2009)

                      22 Ektrak dan Ektraksi

                      Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                      senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                      yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                      serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                      ditetapkan (DepKes RI 2000)

                      Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                      1 Parameter non spesifik

                      a Kadar air

                      Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                      dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                      destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                      7

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      b Kadar abu

                      Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                      dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                      sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                      untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                      eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                      (DepKes RI 2000)

                      2 Parameter spesifik

                      a Identitas

                      Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                      latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                      Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                      dan spesifik dari senyawa identitas

                      b Organoleptik

                      Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                      mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                      (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                      Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                      terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                      diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                      dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                      terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                      atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                      terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                      ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                      Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                      tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                      yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                      material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                      sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                      8

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                      1 Cara dingin

                      a Maserasi

                      Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                      pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                      kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                      adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                      kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                      banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                      cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                      pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                      pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                      cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                      b Perkolasi

                      Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                      penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                      Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                      tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                      secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                      menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                      secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                      digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                      ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                      2 Cara panas

                      a Sokletasi

                      Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                      menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                      pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                      9

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      b Refluks

                      Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                      titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                      konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                      c Infusa

                      Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                      menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                      digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                      2000)

                      d Dekok

                      Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                      titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                      air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                      ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                      panas (Tiwari et al 2011)

                      e Digesti

                      Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                      temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                      40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                      kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                      25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                      digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                      23 Pelarut

                      Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                      Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                      tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                      pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                      menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                      10

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                      (Tiwari et al 2011)

                      Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                      akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                      kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                      pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                      Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                      1 Air

                      Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                      produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                      secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                      dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                      antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                      melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                      signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                      yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                      2 Aseton

                      Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                      tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                      mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                      untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                      dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                      3 Alkohol

                      Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                      dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                      lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                      lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                      intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                      namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                      ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                      11

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      4 Kloroform

                      Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                      menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                      aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                      dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                      pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                      5 Eter

                      Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                      lemak (Tiwari et al 2011)

                      6 n-Heksana

                      n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                      bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                      molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                      953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                      71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                      ekstraksi minyak nabati

                      7 Etil asetat

                      Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                      secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                      dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                      24 Bakteri

                      Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                      tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                      mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                      pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                      mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                      berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                      penampang maupun panjangnya

                      12

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                      reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                      negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                      sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                      struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                      karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                      Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                      Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                      tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                      lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                      mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                      (Jawetz 1996)

                      Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                      golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                      1 Golongan basil

                      Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                      bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                      sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                      2 Golongan kokus

                      Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                      golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                      yang berdiameter sampai 25μ

                      3 Golongan spiral

                      Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                      Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                      dengan golongan kokus maupun golongan basil

                      13

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Bakteri uji

                      1 Staphylococcus aureus

                      Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                      patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                      berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                      teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                      Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                      paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                      aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                      ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                      manusia (Jawetz 1996)

                      Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                      Divisi Protophyta atau Schizophyta

                      Kelas Schizomycetes

                      Bangsa Eubacteriales

                      Suku Micrococcaceae

                      Marga Staphylococcus

                      Spesies Staphylococcus aureus

                      2 Escherichia coli

                      Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                      yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                      (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                      sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                      permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                      bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                      manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                      pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                      saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                      akuatik makanan air seni dan tinja

                      14

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                      Devisi Bacteria

                      Kelas Schizomycetes

                      Bangsa Enterobacteriales

                      Suku Enterobacteriaceae

                      Marga Escherichia

                      Spesies Escherichia coli

                      3 Helicobacter pylori

                      Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                      bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                      lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                      diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                      duodenum)

                      Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                      Devisi Bacteria

                      Kelas Epsilon Probacteria

                      Bangsa Campylobacteralis

                      Suku Helicobateraceae

                      Marga Helicobacter

                      Spesis Helicobacter pylori

                      4 Pseudomonas aeruginosa

                      Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                      2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                      terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                      Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                      42o

                      C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                      kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                      bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                      15

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                      Divisi Bacteria

                      Phylum Proteobacteria

                      Kelas Gamma Proteobacteria

                      Marga Pseudomonadales

                      Suku Pseudomonadaceae

                      Genus Pseudomonas

                      Species Pseudomonas aeruginosa

                      25 Antibakteri

                      Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                      diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                      yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                      Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                      Mekanisme kerja antibakteri

                      1 Menghambat sintesis dinding sel

                      Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                      pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                      1988)

                      2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                      Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                      serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                      memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                      membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                      matinya sel (Pleczar 1988)

                      3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                      Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                      protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                      substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                      asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                      Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                      16

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                      komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                      4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                      Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                      sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                      Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                      Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                      matinya sel (Pleczar 1988)

                      5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                      DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                      kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                      terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                      mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                      26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                      Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                      konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                      mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                      menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                      pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                      antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                      efisien

                      Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                      1 Metode difusi

                      a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                      Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                      telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                      tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                      mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                      (Pratiwi 2008)

                      b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                      Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                      17

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                      mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                      mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                      diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                      mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                      ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                      pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                      c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                      antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                      memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                      membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                      parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                      d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                      dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                      mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                      diuji (Pratiwi 2008)

                      e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                      pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                      agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                      kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                      selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                      memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                      mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                      dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                      total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                      dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                      X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                      Y = panjang pertumbuhan aktual

                      C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                      mgmL atau μgmL

                      Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                      18

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                      dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                      mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                      2 Metode dilusi

                      Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                      a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                      Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                      Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                      Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                      dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                      pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                      agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                      pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                      dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                      agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                      tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                      (Pratiwi 2008)

                      b Metode dilusi padat solid dilution test

                      Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                      media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                      agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                      mikroba uji (Pratiwi 2008)

                      27 Antibiotika Pembanding

                      Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                      Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                      19

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                      putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                      praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                      Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                      propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                      (Depkes RI 1995)

                      Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                      sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                      dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                      antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                      secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                      amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                      merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                      peptida (Katzung 2004)

                      Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                      disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                      anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                      kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                      efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                      Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                      memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                      20

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      BAB III

                      METODE PENELITIAN

                      31 Tempat dan Waktu Penelitian

                      Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                      Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                      Januari-April 2015

                      32 Alat dan Bahan

                      321 Alat

                      Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                      spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                      evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                      standar laboratorium

                      Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                      (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                      325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                      (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                      magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                      laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                      (oxoid) jangka sorong

                      322 Bahan

                      Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                      kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                      Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                      Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                      akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                      kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                      fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                      NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                      96 spirtus

                      21

                      21

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      323 Bakteri Uji

                      Bakteri yang digunakan antara lain

                      Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                      Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                      diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                      33 Prosedur Kerja

                      331 Pembuatan simplisia

                      Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                      diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                      peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                      disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                      dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                      kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                      bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                      serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                      332 Pembuatan Ekstak

                      Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                      600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                      etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                      kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                      kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                      menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                      menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                      Kemudian dihitung persen rendeman

                      Rendeman ekstrak = i i i x 100

                      333 Parameter ekstrak

                      a Identitas Ekstrak

                      Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                      ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                      nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                      22

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      b Organoleptik Ekstrak

                      Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                      mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                      c Residu Pelarut Etanol

                      Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                      mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                      mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                      cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                      etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                      etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                      d Kadar Air

                      Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                      yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                      Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                      Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                      kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                      hari (Depkes RI 2000)

                      e Kadar Abu Total

                      Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                      etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                      perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                      dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                      terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                      334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                      terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                      alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                      1 Uji alkaloid

                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                      disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                      ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                      23

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                      dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                      pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                      Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                      coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                      senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                      2 Uji Flavonoid

                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                      ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                      kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                      mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                      3 Uji Saponin

                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                      larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                      setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                      1969)

                      4 Uji Glikosida

                      Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                      larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                      senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                      5 Uji Triterpenoid dan steroid

                      Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                      diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                      kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                      dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                      kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                      triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                      (Ayoola GA 2008)

                      6 Uji Fenol

                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                      ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                      mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                      24

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      7 Uji Tanin

                      Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                      reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                      FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                      adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                      335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                      3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                      Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                      disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                      mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                      autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                      disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                      dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                      tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                      Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                      plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                      Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                      disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                      sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                      Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                      selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                      sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                      3352 Pembuatan Medium

                      1 NA (Nutrient Agar)

                      Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                      aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                      kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                      menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                      telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                      kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                      2007)

                      25

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      2 NB (Nutrient Broth)

                      Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                      aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                      stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                      15 menit (Alexander 2007)

                      3354 Peremajaan Bakteri

                      Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                      yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                      aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                      digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                      inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                      3355 Identifikasi Bakteri Uji

                      Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                      dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                      kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                      diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                      Dan siap diwarnai

                      Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                      atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                      sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                      kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                      dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                      dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                      preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                      dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                      mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                      3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                      Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                      selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                      dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                      divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                      pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                      26

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                      09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                      Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                      kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                      4 (pokyni2010)

                      3357 Pembuatan larutan uji

                      Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                      (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                      yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                      tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                      ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                      3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                      Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                      steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                      Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                      menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                      diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                      ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                      telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                      30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                      370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                      yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                      2013)

                      3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                      Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                      batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                      masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                      tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                      ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                      dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                      09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                      27

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                      diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                      kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                      kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                      pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                      Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                      konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                      absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                      28

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      BAB IV

                      HASIL DAN PEMBAHASAN

                      41 Determinasi Tanaman

                      Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                      tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                      Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                      Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                      Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                      42 Penyiapan Sampel

                      Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                      dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                      sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                      Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                      sebagai tanaman pagar

                      Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                      dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                      dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                      batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                      dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                      mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                      terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                      proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                      menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                      perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                      pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                      Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                      kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                      disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                      pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                      menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                      29

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      43 Ekstraksi

                      Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                      metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                      batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                      dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                      sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                      hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                      12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                      2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                      tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                      etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                      pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                      antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                      mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                      dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                      mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                      kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                      evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                      gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                      44 Parameter Ekstrak

                      Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                      non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                      Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                      96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                      Karakteristik Hasil

                      Parameter spesifik

                      1 Identitas

                      - Nama Latin

                      - Bagian Tumbuhan

                      - Nama Indonesia

                      - Lannea coromandelica

                      - Kulit batang

                      - Kayu jawa

                      30

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      2 Organoleptik

                      - Bentuk

                      - Warna

                      - Bau

                      - Rasa

                      - Kental

                      - Coklat kehitaman

                      - Khas

                      - Agak sepat

                      Parameter non spesifik

                      1 Residu pelarut etanol 0

                      2 Kadar air 58

                      3 Kadar abu 14

                      Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                      dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                      kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                      kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                      pancaindera

                      Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                      aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                      dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                      pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                      yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                      masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                      memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                      pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                      antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                      dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                      yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                      dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                      kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                      Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                      air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                      beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                      96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                      31

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                      bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                      air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                      pengujian aktivitas antibakteri

                      Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                      kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                      terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                      dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                      anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                      Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                      bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                      dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                      coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                      45 Penapisan Fitokimia

                      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                      metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                      coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                      memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                      dilihat pada tabel berikut ini

                      Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                      jawa (Lannea coromandelica)

                      Penguji senyawa Hasil

                      Alkaloid -

                      Flavonoid +

                      Saponin +

                      Glikosida +

                      Steroid Triterpenoid -

                      Fenol +

                      Tanin +

                      32

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                      adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                      glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                      polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                      46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                      Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                      difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                      bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                      tabel berikut

                      Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                      terhadap bakteri uji

                      Konsentrasi

                      ekstrak

                      Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                      Staphylococcus

                      aureus

                      Escherichia

                      coli

                      Helicobacter

                      pylori

                      Pseudomonas

                      aeruginosa

                      625 μgml - - - -

                      125 μgml - 70 - -

                      250 μgml - 78 73 68

                      500 μgml 71 85 82 85

                      Kontrol (-)

                      DMSO 5

                      - - - -

                      Kontrol (+)

                      kloramfenikol

                      204 250 233 203

                      Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                      96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                      antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                      zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                      250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                      penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                      literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                      33

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                      pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                      Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                      menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                      zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                      ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                      sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                      menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                      konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                      terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                      kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                      zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                      Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                      30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                      Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                      sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                      Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                      kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                      penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                      dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                      satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                      Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                      (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                      amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                      Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                      menggunakan kloramfenikol

                      Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                      bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                      konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                      adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                      diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                      34

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                      73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                      antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                      85 mm dan 68 mm

                      Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                      sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                      Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                      (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                      tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                      antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                      kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                      glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                      47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                      Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                      konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                      berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                      Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                      menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                      Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                      menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                      Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                      di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                      tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                      suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                      yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                      inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                      kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                      kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                      kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                      35

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                      Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                      kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                      Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                      (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                      membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                      mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                      Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                      secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                      dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                      Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                      menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                      sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                      Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                      Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                      Konsentrasi

                      ekstrak

                      Nilai absorbansi kekeruhan

                      Staphylococcus

                      aureus

                      Escherichia

                      coli

                      Helicobacter

                      pylori

                      Psedomonas

                      aeruginosa

                      500 ppm 1312 1096 1190 1128

                      250 ppm 1512 1252 1556 1395

                      125 ppm 1603 1293 1940 1603

                      625 ppm 1623 1369 1952 1645

                      Kontrol

                      kuman

                      1504 1295 1938 1546

                      Kontrol media

                      (blanko)

                      0000 0000 0000 0000

                      Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                      coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                      nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                      36

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                      Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                      37

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      BAB V

                      KESIMPULAN DAN SARAN

                      51 Kesimpulan

                      1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                      memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                      aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                      2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                      500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                      menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                      dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                      mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                      500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                      dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                      pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                      adalah 85 mm dan 68 mm

                      3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                      jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                      adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                      terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                      bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                      52 Saran

                      Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                      aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                      38

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      DAFTAR PUSTAKA

                      Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                      Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                      Institut Pertanian Bogor

                      Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                      Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                      Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                      Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                      Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                      Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                      McGraw Hill Higer Education

                      Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                      Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                      Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                      Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                      Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                      americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                      Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                      Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                      Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                      Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                      leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                      Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                      EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                      Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                      In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                      Pharmaceutical Research

                      Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                      Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                      University Press

                      39

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                      Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                      Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                      Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                      Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                      Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                      Indonesia Jakarta

                      Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                      Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                      Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                      coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                      of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                      Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                      production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                      31 2008

                      Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                      Balai penerbit FKUI Jakarta

                      Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                      Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                      ITB Hal 6-17

                      Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                      edition

                      The Pharmaceutical Press London England

                      Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                      EGC

                      Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                      Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                      Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                      Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                      Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                      40

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                      Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                      Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                      (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                      httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                      Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                      Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                      India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                      Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                      Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                      the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                      International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                      4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                      Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                      Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                      methodology

                      Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                      Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                      dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                      Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                      Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                      Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                      Hidayatullah Jakarta

                      Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                      Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                      Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                      Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                      Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                      Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                      American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                      Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                      secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                      Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                      41

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                      Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                      Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                      Sciences

                      Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                      Yogyakarta

                      Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                      Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                      Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                      Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                      Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                      against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                      Agricultural and Food Chemistry

                      Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                      Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                      Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                      Bio Sciences

                      Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                      coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                      Pharmacy East West University Bangladesh

                      WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                      Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                      Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                      Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                      42

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 1 Alur penelitian

                      Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                      Tanaman segar Kayu jawa

                      (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                      1 kg kulit batang Kayu jawa

                      (Lannea coromandelica)

                      Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                      Serbuk simplisia 600 gram

                      Maserasi dengan menggunakan

                      etanol 96 sebanyak 12 L

                      Disaring dengan kapas

                      dan kertas saring

                      kemudian diuapkan

                      dengan vacum rotary

                      evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                      Skrining Fitokimia

                      Uji Aktivitas Antibakteri

                      Sterilisasi

                      alat

                      Pembuatan

                      media (NA amp

                      NB)

                      Peremajaan

                      bakteri

                      Pembuatan

                      larutan uji

                      Pembuatan

                      suspensi bakteri

                      uji

                      Uji Diameter Zona

                      Hambat

                      Uji Konsentrasi

                      Hambat Minimum

                      43

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      44

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                      NO Golongan

                      senyawa

                      Gambar Keterangan (hasil uji)

                      1 Alkaloid

                      (Dragendorf) (Mayer)

                      - Tidak terbentuk

                      endapan kream atau

                      putih (Mayer)

                      - Hasil (-) alkaloid

                      - Tidak terbentuk

                      endapan coklat

                      kemerahan

                      (Dragendorf)

                      - Hasil (-) alkaloid

                      2 Flavonoid

                      - Perubahan

                      intensitas warna

                      kuning menjadi

                      tidak berwarna

                      - Hasil (+)

                      flavonoid

                      3 Saponin

                      - Tebentuk busa

                      setinggi 1 cm

                      yang stabil

                      - Hasil (+)saponin

                      4 Glikosida

                      - Terbentuk larutan

                      berwarna kuning

                      - Hasil (+) glikosida

                      45

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      5 Steroid dan

                      Triterpenoid

                      (steroid) (triterpenoid)

                      - Tidak terbentuk

                      warna hijau

                      kehitaman

                      (steroid) warna

                      merah

                      (triterprnoid)

                      - Hasil (-) steroid

                      dan triterpenoid

                      6 Fenol

                      - Terbentuk warna

                      hitam kebiruan

                      - Hasil (+) fenol

                      7 Tanin

                      (sebelum) (setelah)

                      Penambahan Fecl3 01

                      - Terbentuk biru

                      kehitaman

                      - Hasil (+) tanin

                      Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                      = g g X

                      = 701

                      46

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                      = w minusww minusw Bobot jenis =

                      i g minus i g i g minus i g

                      Bobot jenis = minus minus

                      Bobot jenis = 1026

                      Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                      jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                      kesetaraan sama dengan 0

                      Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                      = minus minus x =

                      Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                      W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                      W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                      Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                      = gram minus gram gram x =

                      47

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                      Gambar I pengenceran larutan uji

                      Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                      Larutan induk g =

                      μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                      500 ppm = V1 N1 V2 N2

                      = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                      =

                      = 1 mL

                      250 ppm = V1 N1 V2 N2

                      = 500 μL X 10 mL 250 μL

                      =

                      = 5 mL

                      125 ppm = V1 N1 V2 N2

                      = 250 μL X 10 mL 125 μL

                      =

                      = 5 mL

                      625 ppm = V1 N1 V2 N2

                      = 125 μL X 10 mL 625 μL

                      =

                      = 5 mL

                      48

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                      Perbandingan dengan McFarland

                      Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                      Gambar I Staphylococcus aureus

                      Gambar II Escherichia coli

                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                      staphylococcus aureus dengan

                      perbesaran 10 x 100

                      Berbentuk bulat dan berkelompok

                      seperti anggur

                      Berwarna ungu

                      ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                      coli dengan perbesaran 10 x 100

                      Bebentuk batang pendek

                      Berwarna merah

                      49

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Gambar III Helicobacter pylori

                      Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                      Helicobacter pylori dengan

                      perbesaran 10 x 100

                      Berbentuk spiral atau batang

                      bengkok

                      Berwarna merah

                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                      Pseudomoas aeruginosa dengan

                      perbesaran 10 x 100

                      Berbentuk batang tunggal

                      Berwarna merah

                      50

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                      Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                      Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                      (+) kloramfenikol

                      (-) DMSO 5

                      Ekstrak konsentrasi 500

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 250

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 125

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 625

                      ppm

                      51

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                      (+) kloramfenikol

                      (-) DMSO 5

                      Ekstrak konsentrasi 500

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 250

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 125

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 625

                      ppm

                      52

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                      (+) kloramfenikol

                      (-) DMSO 5

                      Ekstrak konsentrasi 500

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 250

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 125

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 625

                      ppm

                      53

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                      (+) kloramfenikol

                      (-) DMSO 5

                      Ekstrak konsentrasi 500

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 250

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 125

                      ppm

                      Ekstrak konsentrasi 625

                      ppm

                      54

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                      Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                      Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                      Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                      250 ppm

                      1512

                      125 ppm

                      1523

                      625 ppm

                      1623

                      k kuman

                      1504

                      k media

                      0000

                      500 ppm

                      1096

                      250 ppm

                      1252

                      125 ppm

                      1293

                      k kuman

                      1295

                      k media

                      0000

                      500 ppm

                      1321

                      625 ppm

                      1369

                      55

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                      Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                      Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                      dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                      spektrofotometer uv-vis

                      500 ppm

                      1190

                      250 ppm

                      1556

                      125 ppm

                      1940

                      k kuman

                      1938

                      k media

                      0000

                      500 ppm

                      1128

                      250 ppm

                      1395

                      125 ppm

                      1603

                      k kuman

                      1546

                      k media

                      0000

                      625 ppm

                      1952

                      625 ppm

                      1645

                      56

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                      Simplisia kulit batang

                      kayu jawa

                      Ekstrak kulit batang kayu

                      jawa

                      Vortex

                      Mikropipet

                      Hotplate

                      Refrigator

                      LAF

                      Oven

                      Autoklaf

                      57

                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                      Inkubator

                      Spektrofotometer uv-vis

                      Jangka sorong

                      • DAFTAR ISI
                      • Halaman
                      • HALAMAN SAMPUL i
                      • HALAMAN JUDUL ii
                      • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                      • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                      • HALAMAN PENGESEHAN v
                      • ABSTRAK vi
                      • ABSTRACT vii
                      • KATA PENGANTAR viii
                      • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                      • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                      • DAFTAR ISI xi
                      • DAFTAR TABEL xiii
                      • DAFTAR GAMBAR xiv
                      • DAFTAR LAMPIRAN xv
                      • BAB I PENDAHULUAN 1
                      • 11 Latar Belakang 1
                      • 12 Rumusan Masalah 3
                      • 13 Tujuan Penelitian 3
                      • 14 Manfaat Penelitian 4
                      • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                      • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                      • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                      • 23 Pelarut 10
                      • 24 Bakteri 12
                      • 25 Antibakteri 15
                      • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                      • 25 Antibiotik Pembanding 19
                      • BAB III METODE PENELITIAN 21
                      • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                      • 32 Alat dan Bahan 21
                      • 321 Alat 21
                      • 322 Bahan 21
                      • 323 Bakteri Uji 22
                      • 33 Prosedur kerja 22
                      • 331 Pembuatan Simplisia 22
                      • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                      • 333 Parameter Ekstrak 23
                      • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                      • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                      • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                      • 3352 Pembuatan Media 26
                      • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                      • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                      • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                      • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                      • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                      • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                      • BAB IV PEMBAHASAN 29
                      • 41 Determinasi Tanaman 29
                      • 42 Penyiapan sample 29
                      • 43 Ekstraksi 30
                      • 44 Parameter Ekstrak 30
                      • 45 Penapisan Fitokimia 32
                      • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                      • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                      • BAB V PENUTUP 38
                      • 51 Kesimpulan 38
                      • 52 Saran 38
                      • DAFTAR PUSTAKA 39
                      • LAMPIRAN 43
                      • DAFTAR TABEL
                      • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                      • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                      • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                      • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                      • DAFTAR GAMBAR
                      • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                      • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                      • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                      • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                      • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                      • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                      • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                      • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                      • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                      • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                      • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                      • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                      • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                      • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                      • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                        xii

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        322 Bahan 21

                        323 Bakteri Uji 22

                        33 Prosedur kerja 22

                        331 Pembuatan Simplisia 22

                        332 Pembuatan Ekstrak 22

                        333 Parameter Ekstrak 23

                        334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24

                        335 Pengujian aktivitas antibakteri 25

                        3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25

                        3352 Pembuatan Media 26

                        3353 Peremajaan Bakteri 26

                        3354 Identifikasi Bakteri Uji 26

                        3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26

                        3356 Pembuatan Larutan Uji 27

                        3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27

                        3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28

                        BAB IV PEMBAHASAN 29

                        41 Determinasi Tanaman 29

                        42 Penyiapan sample 29

                        43 Ekstraksi 30

                        44 Parameter Ekstrak 30

                        45 Penapisan Fitokimia 32

                        46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33

                        47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35

                        BAB V PENUTUP 38

                        51 Kesimpulan 38

                        52 Saran 38

                        DAFTAR PUSTAKA 39

                        LAMPIRAN 43

                        xiii

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        DAFTAR TABEL

                        Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                        Lannea coromandelica 31

                        Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                        Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                        Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                        xiv

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        DAFTAR GAMBAR

                        Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                        Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                        xv

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        DAFTAR LAMPIRAN

                        Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                        Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                        Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                        Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                        Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                        Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                        Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                        Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                        Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                        Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                        Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                        Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                        Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                        1

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        BAB I

                        PENDAHULUAN

                        11 Latar Belakang

                        Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                        tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                        alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                        Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                        tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                        (Gana 2008)

                        Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                        berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                        maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                        pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                        menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                        Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                        Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                        yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                        maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                        Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                        jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                        telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                        untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                        tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                        digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                        (Akbar 2010)

                        Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                        masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                        jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                        sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                        yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                        karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                        1

                        2

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                        menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                        Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                        misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                        tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                        biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                        menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                        Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                        steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                        Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                        antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                        Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                        dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                        asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                        antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                        yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                        uji toksisitas (Erwin 2014)

                        Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                        dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                        kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                        sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                        pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                        digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                        Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                        dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                        Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                        luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                        normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                        menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                        3

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                        berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                        pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                        dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                        Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                        penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                        dan luka bakar yang berat

                        Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                        pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                        coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                        aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                        tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                        (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                        coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                        12 Rumusan Masalah

                        1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                        kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                        Sulawesi Indonesia

                        2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                        (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                        Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                        13 Tujuan Penelitian

                        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                        96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                        Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                        aeruginosa

                        4

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        14 Manfaat Penelitian

                        1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                        aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                        coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                        antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                        Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                        2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                        mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                        5

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        BAB II

                        TINJAUAN PUSTAKA

                        21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                        Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                        ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                        Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                        Kingdom Plantae

                        Phylum Mannoliophyta

                        Class Magnoliatae

                        Order Sapindales

                        Family Anacardiaceae

                        Genus Lannea

                        Species Lannea coromandelica

                        (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                        Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                        hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                        sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                        5

                        6

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                        eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                        tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                        kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                        hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                        di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                        Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                        Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                        pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                        ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                        paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                        mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                        sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                        Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                        impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                        nyeri lokal (Wahid 2009)

                        22 Ektrak dan Ektraksi

                        Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                        senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                        yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                        serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                        ditetapkan (DepKes RI 2000)

                        Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                        1 Parameter non spesifik

                        a Kadar air

                        Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                        dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                        destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                        7

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        b Kadar abu

                        Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                        dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                        sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                        untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                        eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                        (DepKes RI 2000)

                        2 Parameter spesifik

                        a Identitas

                        Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                        latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                        Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                        dan spesifik dari senyawa identitas

                        b Organoleptik

                        Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                        mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                        (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                        Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                        terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                        diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                        dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                        terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                        atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                        terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                        ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                        Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                        tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                        yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                        material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                        sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                        8

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                        1 Cara dingin

                        a Maserasi

                        Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                        pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                        kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                        adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                        kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                        banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                        cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                        pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                        pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                        cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                        b Perkolasi

                        Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                        penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                        Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                        tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                        secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                        menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                        secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                        digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                        ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                        2 Cara panas

                        a Sokletasi

                        Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                        menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                        pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                        9

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        b Refluks

                        Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                        titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                        konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                        c Infusa

                        Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                        menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                        digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                        2000)

                        d Dekok

                        Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                        titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                        air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                        ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                        panas (Tiwari et al 2011)

                        e Digesti

                        Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                        temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                        40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                        kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                        25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                        digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                        23 Pelarut

                        Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                        Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                        tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                        pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                        menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                        10

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                        (Tiwari et al 2011)

                        Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                        Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                        akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                        kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                        pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                        Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                        1 Air

                        Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                        produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                        secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                        dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                        antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                        melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                        signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                        yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                        2 Aseton

                        Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                        tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                        mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                        untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                        dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                        3 Alkohol

                        Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                        dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                        lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                        lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                        intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                        namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                        ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                        11

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        4 Kloroform

                        Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                        menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                        aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                        dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                        pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                        5 Eter

                        Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                        lemak (Tiwari et al 2011)

                        6 n-Heksana

                        n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                        bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                        molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                        953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                        71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                        ekstraksi minyak nabati

                        7 Etil asetat

                        Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                        secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                        dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                        24 Bakteri

                        Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                        tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                        mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                        pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                        mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                        berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                        penampang maupun panjangnya

                        12

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                        reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                        negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                        sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                        struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                        karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                        Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                        Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                        tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                        lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                        mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                        (Jawetz 1996)

                        Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                        golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                        1 Golongan basil

                        Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                        bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                        sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                        2 Golongan kokus

                        Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                        golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                        yang berdiameter sampai 25μ

                        3 Golongan spiral

                        Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                        Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                        dengan golongan kokus maupun golongan basil

                        13

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Bakteri uji

                        1 Staphylococcus aureus

                        Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                        patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                        berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                        teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                        Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                        paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                        aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                        ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                        manusia (Jawetz 1996)

                        Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                        Divisi Protophyta atau Schizophyta

                        Kelas Schizomycetes

                        Bangsa Eubacteriales

                        Suku Micrococcaceae

                        Marga Staphylococcus

                        Spesies Staphylococcus aureus

                        2 Escherichia coli

                        Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                        yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                        (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                        sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                        permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                        bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                        manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                        pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                        saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                        akuatik makanan air seni dan tinja

                        14

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                        Devisi Bacteria

                        Kelas Schizomycetes

                        Bangsa Enterobacteriales

                        Suku Enterobacteriaceae

                        Marga Escherichia

                        Spesies Escherichia coli

                        3 Helicobacter pylori

                        Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                        bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                        lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                        diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                        duodenum)

                        Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                        Devisi Bacteria

                        Kelas Epsilon Probacteria

                        Bangsa Campylobacteralis

                        Suku Helicobateraceae

                        Marga Helicobacter

                        Spesis Helicobacter pylori

                        4 Pseudomonas aeruginosa

                        Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                        2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                        terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                        Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                        42o

                        C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                        kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                        bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                        15

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                        Divisi Bacteria

                        Phylum Proteobacteria

                        Kelas Gamma Proteobacteria

                        Marga Pseudomonadales

                        Suku Pseudomonadaceae

                        Genus Pseudomonas

                        Species Pseudomonas aeruginosa

                        25 Antibakteri

                        Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                        diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                        yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                        Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                        Mekanisme kerja antibakteri

                        1 Menghambat sintesis dinding sel

                        Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                        pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                        1988)

                        2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                        Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                        serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                        memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                        membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                        matinya sel (Pleczar 1988)

                        3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                        Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                        protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                        substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                        asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                        Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                        16

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                        komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                        4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                        Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                        sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                        Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                        Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                        matinya sel (Pleczar 1988)

                        5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                        DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                        kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                        terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                        mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                        26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                        Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                        konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                        mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                        menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                        pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                        antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                        efisien

                        Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                        1 Metode difusi

                        a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                        Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                        telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                        tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                        mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                        (Pratiwi 2008)

                        b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                        Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                        17

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                        mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                        mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                        diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                        mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                        ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                        pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                        c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                        antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                        memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                        membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                        parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                        d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                        dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                        mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                        diuji (Pratiwi 2008)

                        e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                        pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                        agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                        kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                        selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                        memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                        mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                        dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                        total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                        dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                        X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                        Y = panjang pertumbuhan aktual

                        C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                        mgmL atau μgmL

                        Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                        18

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                        dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                        mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                        2 Metode dilusi

                        Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                        a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                        Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                        Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                        Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                        dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                        pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                        agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                        pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                        dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                        agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                        tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                        (Pratiwi 2008)

                        b Metode dilusi padat solid dilution test

                        Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                        media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                        agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                        mikroba uji (Pratiwi 2008)

                        27 Antibiotika Pembanding

                        Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                        Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                        19

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                        putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                        praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                        Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                        propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                        (Depkes RI 1995)

                        Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                        sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                        dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                        antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                        secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                        amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                        merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                        peptida (Katzung 2004)

                        Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                        disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                        anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                        kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                        efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                        Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                        memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                        20

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        BAB III

                        METODE PENELITIAN

                        31 Tempat dan Waktu Penelitian

                        Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                        Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                        Januari-April 2015

                        32 Alat dan Bahan

                        321 Alat

                        Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                        spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                        evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                        standar laboratorium

                        Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                        (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                        325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                        (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                        magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                        laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                        (oxoid) jangka sorong

                        322 Bahan

                        Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                        kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                        Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                        Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                        akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                        kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                        fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                        NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                        96 spirtus

                        21

                        21

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        323 Bakteri Uji

                        Bakteri yang digunakan antara lain

                        Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                        Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                        diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                        33 Prosedur Kerja

                        331 Pembuatan simplisia

                        Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                        diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                        peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                        disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                        dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                        kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                        bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                        serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                        332 Pembuatan Ekstak

                        Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                        600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                        etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                        kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                        kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                        menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                        menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                        Kemudian dihitung persen rendeman

                        Rendeman ekstrak = i i i x 100

                        333 Parameter ekstrak

                        a Identitas Ekstrak

                        Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                        ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                        nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                        22

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        b Organoleptik Ekstrak

                        Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                        mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                        c Residu Pelarut Etanol

                        Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                        mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                        mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                        cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                        etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                        etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                        d Kadar Air

                        Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                        yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                        Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                        Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                        kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                        hari (Depkes RI 2000)

                        e Kadar Abu Total

                        Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                        etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                        perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                        dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                        terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                        334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                        terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                        alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                        1 Uji alkaloid

                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                        disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                        ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                        23

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                        dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                        pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                        Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                        coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                        senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                        2 Uji Flavonoid

                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                        ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                        kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                        mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                        3 Uji Saponin

                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                        larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                        setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                        1969)

                        4 Uji Glikosida

                        Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                        larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                        senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                        5 Uji Triterpenoid dan steroid

                        Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                        diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                        kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                        dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                        kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                        triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                        (Ayoola GA 2008)

                        6 Uji Fenol

                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                        ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                        mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                        24

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        7 Uji Tanin

                        Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                        reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                        FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                        adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                        335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                        3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                        Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                        disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                        mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                        autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                        disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                        dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                        tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                        Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                        plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                        Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                        disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                        sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                        Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                        selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                        sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                        3352 Pembuatan Medium

                        1 NA (Nutrient Agar)

                        Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                        aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                        kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                        menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                        telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                        kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                        2007)

                        25

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        2 NB (Nutrient Broth)

                        Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                        aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                        stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                        15 menit (Alexander 2007)

                        3354 Peremajaan Bakteri

                        Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                        yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                        aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                        digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                        inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                        3355 Identifikasi Bakteri Uji

                        Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                        dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                        kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                        diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                        Dan siap diwarnai

                        Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                        atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                        sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                        kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                        dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                        dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                        preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                        dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                        mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                        3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                        Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                        selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                        dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                        divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                        pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                        26

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                        09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                        Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                        kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                        4 (pokyni2010)

                        3357 Pembuatan larutan uji

                        Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                        (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                        yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                        tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                        ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                        3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                        Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                        steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                        Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                        menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                        diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                        ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                        telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                        30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                        370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                        yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                        2013)

                        3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                        Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                        batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                        masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                        tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                        ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                        dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                        09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                        27

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                        diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                        kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                        kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                        pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                        Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                        konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                        absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                        28

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        BAB IV

                        HASIL DAN PEMBAHASAN

                        41 Determinasi Tanaman

                        Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                        tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                        Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                        Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                        Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                        42 Penyiapan Sampel

                        Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                        dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                        sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                        Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                        sebagai tanaman pagar

                        Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                        dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                        dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                        batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                        dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                        mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                        terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                        proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                        menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                        perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                        pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                        Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                        kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                        disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                        pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                        menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                        29

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        43 Ekstraksi

                        Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                        metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                        batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                        dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                        sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                        hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                        12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                        2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                        tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                        etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                        pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                        antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                        mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                        dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                        mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                        kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                        evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                        gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                        44 Parameter Ekstrak

                        Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                        non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                        Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                        96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                        Karakteristik Hasil

                        Parameter spesifik

                        1 Identitas

                        - Nama Latin

                        - Bagian Tumbuhan

                        - Nama Indonesia

                        - Lannea coromandelica

                        - Kulit batang

                        - Kayu jawa

                        30

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        2 Organoleptik

                        - Bentuk

                        - Warna

                        - Bau

                        - Rasa

                        - Kental

                        - Coklat kehitaman

                        - Khas

                        - Agak sepat

                        Parameter non spesifik

                        1 Residu pelarut etanol 0

                        2 Kadar air 58

                        3 Kadar abu 14

                        Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                        dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                        kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                        kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                        pancaindera

                        Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                        aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                        dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                        pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                        yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                        masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                        memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                        pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                        antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                        dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                        yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                        dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                        kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                        Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                        air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                        beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                        96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                        31

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                        bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                        air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                        pengujian aktivitas antibakteri

                        Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                        kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                        terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                        dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                        anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                        Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                        bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                        dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                        coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                        45 Penapisan Fitokimia

                        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                        metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                        coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                        memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                        dilihat pada tabel berikut ini

                        Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                        jawa (Lannea coromandelica)

                        Penguji senyawa Hasil

                        Alkaloid -

                        Flavonoid +

                        Saponin +

                        Glikosida +

                        Steroid Triterpenoid -

                        Fenol +

                        Tanin +

                        32

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                        adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                        glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                        polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                        46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                        Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                        difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                        bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                        tabel berikut

                        Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                        terhadap bakteri uji

                        Konsentrasi

                        ekstrak

                        Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                        Staphylococcus

                        aureus

                        Escherichia

                        coli

                        Helicobacter

                        pylori

                        Pseudomonas

                        aeruginosa

                        625 μgml - - - -

                        125 μgml - 70 - -

                        250 μgml - 78 73 68

                        500 μgml 71 85 82 85

                        Kontrol (-)

                        DMSO 5

                        - - - -

                        Kontrol (+)

                        kloramfenikol

                        204 250 233 203

                        Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                        96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                        antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                        zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                        250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                        penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                        literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                        33

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                        pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                        Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                        menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                        zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                        ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                        sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                        menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                        konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                        terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                        kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                        zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                        Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                        30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                        Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                        sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                        Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                        kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                        penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                        dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                        satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                        Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                        (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                        amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                        Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                        menggunakan kloramfenikol

                        Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                        bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                        konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                        adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                        diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                        34

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                        73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                        antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                        85 mm dan 68 mm

                        Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                        sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                        Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                        (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                        tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                        antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                        kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                        glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                        47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                        Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                        konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                        berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                        Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                        menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                        Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                        menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                        Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                        di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                        tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                        suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                        yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                        inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                        kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                        kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                        kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                        35

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                        Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                        kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                        Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                        (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                        membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                        mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                        Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                        secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                        dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                        Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                        menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                        sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                        Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                        Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                        Konsentrasi

                        ekstrak

                        Nilai absorbansi kekeruhan

                        Staphylococcus

                        aureus

                        Escherichia

                        coli

                        Helicobacter

                        pylori

                        Psedomonas

                        aeruginosa

                        500 ppm 1312 1096 1190 1128

                        250 ppm 1512 1252 1556 1395

                        125 ppm 1603 1293 1940 1603

                        625 ppm 1623 1369 1952 1645

                        Kontrol

                        kuman

                        1504 1295 1938 1546

                        Kontrol media

                        (blanko)

                        0000 0000 0000 0000

                        Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                        coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                        nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                        36

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                        Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                        37

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        BAB V

                        KESIMPULAN DAN SARAN

                        51 Kesimpulan

                        1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                        memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                        aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                        2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                        500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                        menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                        dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                        mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                        500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                        dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                        pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                        adalah 85 mm dan 68 mm

                        3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                        jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                        adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                        terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                        bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                        52 Saran

                        Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                        aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                        38

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        DAFTAR PUSTAKA

                        Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                        Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                        Institut Pertanian Bogor

                        Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                        Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                        Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                        Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                        Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                        Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                        McGraw Hill Higer Education

                        Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                        Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                        Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                        Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                        Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                        americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                        Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                        Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                        Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                        Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                        leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                        Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                        EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                        Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                        In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                        Pharmaceutical Research

                        Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                        Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                        University Press

                        39

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                        Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                        Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                        Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                        Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                        Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                        Indonesia Jakarta

                        Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                        Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                        Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                        coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                        of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                        Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                        production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                        31 2008

                        Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                        Balai penerbit FKUI Jakarta

                        Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                        Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                        ITB Hal 6-17

                        Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                        edition

                        The Pharmaceutical Press London England

                        Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                        EGC

                        Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                        Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                        Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                        Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                        Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                        40

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                        Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                        Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                        (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                        httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                        Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                        Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                        India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                        Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                        Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                        the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                        International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                        4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                        Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                        Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                        methodology

                        Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                        Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                        dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                        Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                        Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                        Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                        Hidayatullah Jakarta

                        Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                        Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                        Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                        Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                        Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                        Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                        American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                        Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                        secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                        Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                        41

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                        Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                        Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                        Sciences

                        Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                        Yogyakarta

                        Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                        Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                        Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                        Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                        Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                        against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                        Agricultural and Food Chemistry

                        Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                        Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                        Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                        Bio Sciences

                        Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                        coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                        Pharmacy East West University Bangladesh

                        WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                        Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                        Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                        Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                        42

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 1 Alur penelitian

                        Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                        Tanaman segar Kayu jawa

                        (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                        1 kg kulit batang Kayu jawa

                        (Lannea coromandelica)

                        Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                        Serbuk simplisia 600 gram

                        Maserasi dengan menggunakan

                        etanol 96 sebanyak 12 L

                        Disaring dengan kapas

                        dan kertas saring

                        kemudian diuapkan

                        dengan vacum rotary

                        evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                        Skrining Fitokimia

                        Uji Aktivitas Antibakteri

                        Sterilisasi

                        alat

                        Pembuatan

                        media (NA amp

                        NB)

                        Peremajaan

                        bakteri

                        Pembuatan

                        larutan uji

                        Pembuatan

                        suspensi bakteri

                        uji

                        Uji Diameter Zona

                        Hambat

                        Uji Konsentrasi

                        Hambat Minimum

                        43

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        44

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                        NO Golongan

                        senyawa

                        Gambar Keterangan (hasil uji)

                        1 Alkaloid

                        (Dragendorf) (Mayer)

                        - Tidak terbentuk

                        endapan kream atau

                        putih (Mayer)

                        - Hasil (-) alkaloid

                        - Tidak terbentuk

                        endapan coklat

                        kemerahan

                        (Dragendorf)

                        - Hasil (-) alkaloid

                        2 Flavonoid

                        - Perubahan

                        intensitas warna

                        kuning menjadi

                        tidak berwarna

                        - Hasil (+)

                        flavonoid

                        3 Saponin

                        - Tebentuk busa

                        setinggi 1 cm

                        yang stabil

                        - Hasil (+)saponin

                        4 Glikosida

                        - Terbentuk larutan

                        berwarna kuning

                        - Hasil (+) glikosida

                        45

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        5 Steroid dan

                        Triterpenoid

                        (steroid) (triterpenoid)

                        - Tidak terbentuk

                        warna hijau

                        kehitaman

                        (steroid) warna

                        merah

                        (triterprnoid)

                        - Hasil (-) steroid

                        dan triterpenoid

                        6 Fenol

                        - Terbentuk warna

                        hitam kebiruan

                        - Hasil (+) fenol

                        7 Tanin

                        (sebelum) (setelah)

                        Penambahan Fecl3 01

                        - Terbentuk biru

                        kehitaman

                        - Hasil (+) tanin

                        Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                        = g g X

                        = 701

                        46

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                        = w minusww minusw Bobot jenis =

                        i g minus i g i g minus i g

                        Bobot jenis = minus minus

                        Bobot jenis = 1026

                        Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                        jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                        kesetaraan sama dengan 0

                        Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                        = minus minus x =

                        Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                        W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                        W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                        Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                        = gram minus gram gram x =

                        47

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                        Gambar I pengenceran larutan uji

                        Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                        Larutan induk g =

                        μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                        500 ppm = V1 N1 V2 N2

                        = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                        =

                        = 1 mL

                        250 ppm = V1 N1 V2 N2

                        = 500 μL X 10 mL 250 μL

                        =

                        = 5 mL

                        125 ppm = V1 N1 V2 N2

                        = 250 μL X 10 mL 125 μL

                        =

                        = 5 mL

                        625 ppm = V1 N1 V2 N2

                        = 125 μL X 10 mL 625 μL

                        =

                        = 5 mL

                        48

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                        Perbandingan dengan McFarland

                        Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                        Gambar I Staphylococcus aureus

                        Gambar II Escherichia coli

                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                        staphylococcus aureus dengan

                        perbesaran 10 x 100

                        Berbentuk bulat dan berkelompok

                        seperti anggur

                        Berwarna ungu

                        ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                        coli dengan perbesaran 10 x 100

                        Bebentuk batang pendek

                        Berwarna merah

                        49

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Gambar III Helicobacter pylori

                        Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                        Helicobacter pylori dengan

                        perbesaran 10 x 100

                        Berbentuk spiral atau batang

                        bengkok

                        Berwarna merah

                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                        Pseudomoas aeruginosa dengan

                        perbesaran 10 x 100

                        Berbentuk batang tunggal

                        Berwarna merah

                        50

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                        Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                        Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                        (+) kloramfenikol

                        (-) DMSO 5

                        Ekstrak konsentrasi 500

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 250

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 125

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 625

                        ppm

                        51

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                        (+) kloramfenikol

                        (-) DMSO 5

                        Ekstrak konsentrasi 500

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 250

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 125

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 625

                        ppm

                        52

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                        (+) kloramfenikol

                        (-) DMSO 5

                        Ekstrak konsentrasi 500

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 250

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 125

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 625

                        ppm

                        53

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                        (+) kloramfenikol

                        (-) DMSO 5

                        Ekstrak konsentrasi 500

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 250

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 125

                        ppm

                        Ekstrak konsentrasi 625

                        ppm

                        54

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                        Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                        Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                        Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                        250 ppm

                        1512

                        125 ppm

                        1523

                        625 ppm

                        1623

                        k kuman

                        1504

                        k media

                        0000

                        500 ppm

                        1096

                        250 ppm

                        1252

                        125 ppm

                        1293

                        k kuman

                        1295

                        k media

                        0000

                        500 ppm

                        1321

                        625 ppm

                        1369

                        55

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                        Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                        Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                        dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                        spektrofotometer uv-vis

                        500 ppm

                        1190

                        250 ppm

                        1556

                        125 ppm

                        1940

                        k kuman

                        1938

                        k media

                        0000

                        500 ppm

                        1128

                        250 ppm

                        1395

                        125 ppm

                        1603

                        k kuman

                        1546

                        k media

                        0000

                        625 ppm

                        1952

                        625 ppm

                        1645

                        56

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                        Simplisia kulit batang

                        kayu jawa

                        Ekstrak kulit batang kayu

                        jawa

                        Vortex

                        Mikropipet

                        Hotplate

                        Refrigator

                        LAF

                        Oven

                        Autoklaf

                        57

                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                        Inkubator

                        Spektrofotometer uv-vis

                        Jangka sorong

                        • DAFTAR ISI
                        • Halaman
                        • HALAMAN SAMPUL i
                        • HALAMAN JUDUL ii
                        • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                        • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                        • HALAMAN PENGESEHAN v
                        • ABSTRAK vi
                        • ABSTRACT vii
                        • KATA PENGANTAR viii
                        • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                        • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                        • DAFTAR ISI xi
                        • DAFTAR TABEL xiii
                        • DAFTAR GAMBAR xiv
                        • DAFTAR LAMPIRAN xv
                        • BAB I PENDAHULUAN 1
                        • 11 Latar Belakang 1
                        • 12 Rumusan Masalah 3
                        • 13 Tujuan Penelitian 3
                        • 14 Manfaat Penelitian 4
                        • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                        • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                        • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                        • 23 Pelarut 10
                        • 24 Bakteri 12
                        • 25 Antibakteri 15
                        • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                        • 25 Antibiotik Pembanding 19
                        • BAB III METODE PENELITIAN 21
                        • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                        • 32 Alat dan Bahan 21
                        • 321 Alat 21
                        • 322 Bahan 21
                        • 323 Bakteri Uji 22
                        • 33 Prosedur kerja 22
                        • 331 Pembuatan Simplisia 22
                        • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                        • 333 Parameter Ekstrak 23
                        • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                        • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                        • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                        • 3352 Pembuatan Media 26
                        • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                        • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                        • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                        • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                        • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                        • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                        • BAB IV PEMBAHASAN 29
                        • 41 Determinasi Tanaman 29
                        • 42 Penyiapan sample 29
                        • 43 Ekstraksi 30
                        • 44 Parameter Ekstrak 30
                        • 45 Penapisan Fitokimia 32
                        • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                        • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                        • BAB V PENUTUP 38
                        • 51 Kesimpulan 38
                        • 52 Saran 38
                        • DAFTAR PUSTAKA 39
                        • LAMPIRAN 43
                        • DAFTAR TABEL
                        • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                        • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                        • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                        • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                        • DAFTAR GAMBAR
                        • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                        • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                        • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                        • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                        • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                        • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                        • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                        • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                        • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                        • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                        • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                        • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                        • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                        • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                        • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                          xiii

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          DAFTAR TABEL

                          Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik

                          Lannea coromandelica 31

                          Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33

                          Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34

                          Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36

                          xiv

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          DAFTAR GAMBAR

                          Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                          Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                          xv

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          DAFTAR LAMPIRAN

                          Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                          Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                          Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                          Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                          Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                          Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                          Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                          Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                          Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                          Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                          Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                          Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                          Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                          1

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          BAB I

                          PENDAHULUAN

                          11 Latar Belakang

                          Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                          tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                          alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                          Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                          tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                          (Gana 2008)

                          Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                          berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                          maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                          pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                          menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                          Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                          Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                          yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                          maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                          Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                          jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                          telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                          untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                          tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                          digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                          (Akbar 2010)

                          Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                          masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                          jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                          sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                          yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                          karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                          1

                          2

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                          menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                          Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                          misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                          tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                          biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                          menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                          Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                          steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                          Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                          antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                          Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                          dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                          asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                          antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                          yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                          uji toksisitas (Erwin 2014)

                          Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                          dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                          kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                          sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                          pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                          digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                          Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                          dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                          Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                          luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                          normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                          menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                          3

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                          berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                          pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                          dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                          Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                          penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                          dan luka bakar yang berat

                          Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                          pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                          coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                          aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                          tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                          (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                          coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                          12 Rumusan Masalah

                          1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                          kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                          Sulawesi Indonesia

                          2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                          (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                          Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                          13 Tujuan Penelitian

                          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                          96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                          Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                          aeruginosa

                          4

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          14 Manfaat Penelitian

                          1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                          aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                          coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                          antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                          Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                          2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                          mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                          5

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          BAB II

                          TINJAUAN PUSTAKA

                          21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                          Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                          ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                          Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                          Kingdom Plantae

                          Phylum Mannoliophyta

                          Class Magnoliatae

                          Order Sapindales

                          Family Anacardiaceae

                          Genus Lannea

                          Species Lannea coromandelica

                          (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                          Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                          hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                          sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                          5

                          6

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                          eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                          tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                          kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                          hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                          di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                          Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                          Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                          pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                          ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                          paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                          mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                          sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                          Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                          impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                          nyeri lokal (Wahid 2009)

                          22 Ektrak dan Ektraksi

                          Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                          senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                          yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                          serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                          ditetapkan (DepKes RI 2000)

                          Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                          1 Parameter non spesifik

                          a Kadar air

                          Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                          dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                          destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                          7

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          b Kadar abu

                          Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                          dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                          sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                          untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                          eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                          (DepKes RI 2000)

                          2 Parameter spesifik

                          a Identitas

                          Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                          latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                          Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                          dan spesifik dari senyawa identitas

                          b Organoleptik

                          Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                          mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                          (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                          Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                          terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                          diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                          dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                          terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                          atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                          terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                          ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                          Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                          tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                          yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                          material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                          sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                          8

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                          1 Cara dingin

                          a Maserasi

                          Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                          pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                          kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                          adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                          kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                          banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                          cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                          pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                          pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                          cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                          b Perkolasi

                          Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                          penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                          Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                          tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                          secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                          menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                          secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                          digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                          ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                          2 Cara panas

                          a Sokletasi

                          Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                          menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                          pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                          9

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          b Refluks

                          Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                          titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                          konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                          c Infusa

                          Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                          menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                          digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                          2000)

                          d Dekok

                          Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                          titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                          air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                          ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                          panas (Tiwari et al 2011)

                          e Digesti

                          Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                          temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                          40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                          kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                          25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                          digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                          23 Pelarut

                          Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                          Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                          tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                          pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                          menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                          10

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                          (Tiwari et al 2011)

                          Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                          Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                          akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                          kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                          pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                          Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                          1 Air

                          Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                          produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                          secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                          dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                          antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                          melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                          signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                          yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                          2 Aseton

                          Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                          tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                          mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                          untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                          dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                          3 Alkohol

                          Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                          dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                          lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                          lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                          intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                          namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                          ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                          11

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          4 Kloroform

                          Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                          menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                          aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                          dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                          pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                          5 Eter

                          Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                          lemak (Tiwari et al 2011)

                          6 n-Heksana

                          n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                          bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                          molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                          953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                          71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                          ekstraksi minyak nabati

                          7 Etil asetat

                          Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                          secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                          dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                          24 Bakteri

                          Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                          tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                          mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                          pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                          mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                          berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                          penampang maupun panjangnya

                          12

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                          reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                          negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                          sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                          struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                          karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                          Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                          Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                          tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                          lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                          mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                          (Jawetz 1996)

                          Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                          golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                          1 Golongan basil

                          Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                          bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                          sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                          2 Golongan kokus

                          Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                          golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                          yang berdiameter sampai 25μ

                          3 Golongan spiral

                          Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                          Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                          dengan golongan kokus maupun golongan basil

                          13

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Bakteri uji

                          1 Staphylococcus aureus

                          Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                          patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                          berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                          teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                          Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                          paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                          aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                          ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                          manusia (Jawetz 1996)

                          Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                          Divisi Protophyta atau Schizophyta

                          Kelas Schizomycetes

                          Bangsa Eubacteriales

                          Suku Micrococcaceae

                          Marga Staphylococcus

                          Spesies Staphylococcus aureus

                          2 Escherichia coli

                          Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                          yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                          (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                          sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                          permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                          bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                          manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                          pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                          saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                          akuatik makanan air seni dan tinja

                          14

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                          Devisi Bacteria

                          Kelas Schizomycetes

                          Bangsa Enterobacteriales

                          Suku Enterobacteriaceae

                          Marga Escherichia

                          Spesies Escherichia coli

                          3 Helicobacter pylori

                          Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                          bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                          lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                          diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                          duodenum)

                          Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                          Devisi Bacteria

                          Kelas Epsilon Probacteria

                          Bangsa Campylobacteralis

                          Suku Helicobateraceae

                          Marga Helicobacter

                          Spesis Helicobacter pylori

                          4 Pseudomonas aeruginosa

                          Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                          2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                          terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                          Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                          42o

                          C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                          kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                          bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                          15

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                          Divisi Bacteria

                          Phylum Proteobacteria

                          Kelas Gamma Proteobacteria

                          Marga Pseudomonadales

                          Suku Pseudomonadaceae

                          Genus Pseudomonas

                          Species Pseudomonas aeruginosa

                          25 Antibakteri

                          Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                          diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                          yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                          Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                          Mekanisme kerja antibakteri

                          1 Menghambat sintesis dinding sel

                          Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                          pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                          1988)

                          2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                          Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                          serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                          memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                          membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                          matinya sel (Pleczar 1988)

                          3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                          Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                          protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                          substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                          asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                          Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                          16

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                          komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                          4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                          Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                          sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                          Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                          Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                          matinya sel (Pleczar 1988)

                          5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                          DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                          kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                          terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                          mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                          26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                          Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                          konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                          mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                          menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                          pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                          antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                          efisien

                          Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                          1 Metode difusi

                          a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                          Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                          telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                          tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                          mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                          (Pratiwi 2008)

                          b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                          Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                          17

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                          mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                          mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                          diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                          mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                          ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                          pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                          c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                          antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                          memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                          membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                          parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                          d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                          dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                          mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                          diuji (Pratiwi 2008)

                          e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                          pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                          agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                          kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                          selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                          memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                          mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                          dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                          total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                          dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                          X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                          Y = panjang pertumbuhan aktual

                          C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                          mgmL atau μgmL

                          Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                          18

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                          dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                          mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                          2 Metode dilusi

                          Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                          a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                          Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                          Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                          Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                          dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                          pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                          agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                          pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                          dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                          agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                          tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                          (Pratiwi 2008)

                          b Metode dilusi padat solid dilution test

                          Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                          media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                          agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                          mikroba uji (Pratiwi 2008)

                          27 Antibiotika Pembanding

                          Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                          Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                          19

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                          putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                          praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                          Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                          propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                          (Depkes RI 1995)

                          Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                          sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                          dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                          antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                          secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                          amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                          merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                          peptida (Katzung 2004)

                          Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                          disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                          anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                          kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                          efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                          Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                          memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                          20

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          BAB III

                          METODE PENELITIAN

                          31 Tempat dan Waktu Penelitian

                          Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                          Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                          Januari-April 2015

                          32 Alat dan Bahan

                          321 Alat

                          Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                          spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                          evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                          standar laboratorium

                          Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                          (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                          325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                          (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                          magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                          laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                          (oxoid) jangka sorong

                          322 Bahan

                          Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                          kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                          Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                          Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                          akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                          kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                          fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                          NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                          96 spirtus

                          21

                          21

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          323 Bakteri Uji

                          Bakteri yang digunakan antara lain

                          Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                          Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                          diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                          33 Prosedur Kerja

                          331 Pembuatan simplisia

                          Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                          diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                          peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                          disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                          dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                          kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                          bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                          serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                          332 Pembuatan Ekstak

                          Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                          600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                          etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                          kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                          kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                          menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                          menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                          Kemudian dihitung persen rendeman

                          Rendeman ekstrak = i i i x 100

                          333 Parameter ekstrak

                          a Identitas Ekstrak

                          Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                          ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                          nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                          22

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          b Organoleptik Ekstrak

                          Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                          mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                          c Residu Pelarut Etanol

                          Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                          mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                          mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                          cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                          etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                          etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                          d Kadar Air

                          Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                          yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                          Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                          Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                          kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                          hari (Depkes RI 2000)

                          e Kadar Abu Total

                          Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                          etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                          perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                          dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                          terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                          334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                          terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                          alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                          1 Uji alkaloid

                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                          disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                          ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                          23

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                          dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                          pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                          Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                          coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                          senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                          2 Uji Flavonoid

                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                          ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                          kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                          mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                          3 Uji Saponin

                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                          larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                          setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                          1969)

                          4 Uji Glikosida

                          Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                          larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                          senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                          5 Uji Triterpenoid dan steroid

                          Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                          diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                          kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                          dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                          kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                          triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                          (Ayoola GA 2008)

                          6 Uji Fenol

                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                          ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                          mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                          24

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          7 Uji Tanin

                          Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                          reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                          FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                          adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                          335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                          3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                          Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                          disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                          mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                          autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                          disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                          dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                          tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                          Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                          plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                          Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                          disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                          sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                          Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                          selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                          sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                          3352 Pembuatan Medium

                          1 NA (Nutrient Agar)

                          Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                          aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                          kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                          menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                          telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                          kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                          2007)

                          25

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          2 NB (Nutrient Broth)

                          Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                          aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                          stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                          15 menit (Alexander 2007)

                          3354 Peremajaan Bakteri

                          Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                          yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                          aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                          digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                          inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                          3355 Identifikasi Bakteri Uji

                          Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                          dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                          kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                          diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                          Dan siap diwarnai

                          Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                          atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                          sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                          kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                          dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                          dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                          preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                          dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                          mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                          3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                          Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                          selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                          dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                          divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                          pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                          26

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                          09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                          Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                          kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                          4 (pokyni2010)

                          3357 Pembuatan larutan uji

                          Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                          (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                          yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                          tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                          ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                          3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                          Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                          steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                          Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                          menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                          diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                          ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                          telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                          30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                          370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                          yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                          2013)

                          3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                          Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                          batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                          masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                          tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                          ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                          dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                          09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                          27

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                          diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                          kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                          kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                          pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                          Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                          konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                          absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                          28

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          BAB IV

                          HASIL DAN PEMBAHASAN

                          41 Determinasi Tanaman

                          Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                          tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                          Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                          Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                          Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                          42 Penyiapan Sampel

                          Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                          dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                          sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                          Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                          sebagai tanaman pagar

                          Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                          dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                          dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                          batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                          dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                          mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                          terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                          proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                          menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                          perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                          pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                          Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                          kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                          disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                          pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                          menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                          29

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          43 Ekstraksi

                          Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                          metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                          batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                          dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                          sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                          hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                          12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                          2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                          tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                          etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                          pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                          antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                          mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                          dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                          mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                          kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                          evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                          gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                          44 Parameter Ekstrak

                          Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                          non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                          Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                          96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                          Karakteristik Hasil

                          Parameter spesifik

                          1 Identitas

                          - Nama Latin

                          - Bagian Tumbuhan

                          - Nama Indonesia

                          - Lannea coromandelica

                          - Kulit batang

                          - Kayu jawa

                          30

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          2 Organoleptik

                          - Bentuk

                          - Warna

                          - Bau

                          - Rasa

                          - Kental

                          - Coklat kehitaman

                          - Khas

                          - Agak sepat

                          Parameter non spesifik

                          1 Residu pelarut etanol 0

                          2 Kadar air 58

                          3 Kadar abu 14

                          Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                          dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                          kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                          kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                          pancaindera

                          Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                          aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                          dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                          pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                          yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                          masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                          memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                          pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                          antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                          dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                          yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                          dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                          kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                          Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                          air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                          beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                          96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                          31

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                          bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                          air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                          pengujian aktivitas antibakteri

                          Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                          kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                          terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                          dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                          anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                          Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                          bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                          dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                          coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                          45 Penapisan Fitokimia

                          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                          metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                          coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                          memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                          dilihat pada tabel berikut ini

                          Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                          jawa (Lannea coromandelica)

                          Penguji senyawa Hasil

                          Alkaloid -

                          Flavonoid +

                          Saponin +

                          Glikosida +

                          Steroid Triterpenoid -

                          Fenol +

                          Tanin +

                          32

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                          adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                          glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                          polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                          46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                          Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                          difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                          bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                          tabel berikut

                          Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                          terhadap bakteri uji

                          Konsentrasi

                          ekstrak

                          Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                          Staphylococcus

                          aureus

                          Escherichia

                          coli

                          Helicobacter

                          pylori

                          Pseudomonas

                          aeruginosa

                          625 μgml - - - -

                          125 μgml - 70 - -

                          250 μgml - 78 73 68

                          500 μgml 71 85 82 85

                          Kontrol (-)

                          DMSO 5

                          - - - -

                          Kontrol (+)

                          kloramfenikol

                          204 250 233 203

                          Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                          96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                          antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                          zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                          250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                          penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                          literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                          33

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                          pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                          Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                          menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                          zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                          ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                          sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                          menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                          konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                          terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                          kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                          zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                          Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                          30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                          Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                          sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                          Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                          kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                          penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                          dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                          satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                          Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                          (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                          amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                          Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                          menggunakan kloramfenikol

                          Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                          bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                          konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                          adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                          diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                          34

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                          73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                          antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                          85 mm dan 68 mm

                          Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                          sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                          Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                          (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                          tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                          antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                          kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                          glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                          47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                          Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                          konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                          berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                          Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                          menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                          Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                          menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                          Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                          di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                          tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                          suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                          yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                          inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                          kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                          kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                          kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                          35

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                          Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                          kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                          Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                          (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                          membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                          mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                          Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                          secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                          dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                          Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                          menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                          sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                          Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                          Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                          Konsentrasi

                          ekstrak

                          Nilai absorbansi kekeruhan

                          Staphylococcus

                          aureus

                          Escherichia

                          coli

                          Helicobacter

                          pylori

                          Psedomonas

                          aeruginosa

                          500 ppm 1312 1096 1190 1128

                          250 ppm 1512 1252 1556 1395

                          125 ppm 1603 1293 1940 1603

                          625 ppm 1623 1369 1952 1645

                          Kontrol

                          kuman

                          1504 1295 1938 1546

                          Kontrol media

                          (blanko)

                          0000 0000 0000 0000

                          Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                          coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                          nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                          36

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                          Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                          37

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          BAB V

                          KESIMPULAN DAN SARAN

                          51 Kesimpulan

                          1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                          memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                          aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                          2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                          500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                          menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                          dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                          mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                          500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                          dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                          pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                          adalah 85 mm dan 68 mm

                          3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                          jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                          adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                          terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                          bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                          52 Saran

                          Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                          aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                          38

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          DAFTAR PUSTAKA

                          Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                          Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                          Institut Pertanian Bogor

                          Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                          Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                          Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                          Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                          Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                          Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                          McGraw Hill Higer Education

                          Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                          Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                          Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                          Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                          Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                          americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                          Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                          Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                          Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                          Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                          leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                          Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                          EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                          Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                          In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                          Pharmaceutical Research

                          Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                          Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                          University Press

                          39

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                          Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                          Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                          Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                          Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                          Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                          Indonesia Jakarta

                          Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                          Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                          Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                          coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                          of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                          Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                          production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                          31 2008

                          Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                          Balai penerbit FKUI Jakarta

                          Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                          Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                          ITB Hal 6-17

                          Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                          edition

                          The Pharmaceutical Press London England

                          Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                          EGC

                          Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                          Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                          Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                          Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                          Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                          40

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                          Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                          Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                          (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                          httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                          Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                          Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                          India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                          Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                          Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                          the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                          International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                          4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                          Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                          Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                          methodology

                          Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                          Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                          dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                          Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                          Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                          Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                          Hidayatullah Jakarta

                          Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                          Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                          Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                          Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                          Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                          Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                          American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                          Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                          secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                          Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                          41

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                          Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                          Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                          Sciences

                          Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                          Yogyakarta

                          Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                          Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                          Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                          Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                          Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                          against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                          Agricultural and Food Chemistry

                          Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                          Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                          Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                          Bio Sciences

                          Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                          coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                          Pharmacy East West University Bangladesh

                          WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                          Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                          Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                          Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                          42

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 1 Alur penelitian

                          Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                          Tanaman segar Kayu jawa

                          (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                          1 kg kulit batang Kayu jawa

                          (Lannea coromandelica)

                          Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                          Serbuk simplisia 600 gram

                          Maserasi dengan menggunakan

                          etanol 96 sebanyak 12 L

                          Disaring dengan kapas

                          dan kertas saring

                          kemudian diuapkan

                          dengan vacum rotary

                          evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                          Skrining Fitokimia

                          Uji Aktivitas Antibakteri

                          Sterilisasi

                          alat

                          Pembuatan

                          media (NA amp

                          NB)

                          Peremajaan

                          bakteri

                          Pembuatan

                          larutan uji

                          Pembuatan

                          suspensi bakteri

                          uji

                          Uji Diameter Zona

                          Hambat

                          Uji Konsentrasi

                          Hambat Minimum

                          43

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          44

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                          NO Golongan

                          senyawa

                          Gambar Keterangan (hasil uji)

                          1 Alkaloid

                          (Dragendorf) (Mayer)

                          - Tidak terbentuk

                          endapan kream atau

                          putih (Mayer)

                          - Hasil (-) alkaloid

                          - Tidak terbentuk

                          endapan coklat

                          kemerahan

                          (Dragendorf)

                          - Hasil (-) alkaloid

                          2 Flavonoid

                          - Perubahan

                          intensitas warna

                          kuning menjadi

                          tidak berwarna

                          - Hasil (+)

                          flavonoid

                          3 Saponin

                          - Tebentuk busa

                          setinggi 1 cm

                          yang stabil

                          - Hasil (+)saponin

                          4 Glikosida

                          - Terbentuk larutan

                          berwarna kuning

                          - Hasil (+) glikosida

                          45

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          5 Steroid dan

                          Triterpenoid

                          (steroid) (triterpenoid)

                          - Tidak terbentuk

                          warna hijau

                          kehitaman

                          (steroid) warna

                          merah

                          (triterprnoid)

                          - Hasil (-) steroid

                          dan triterpenoid

                          6 Fenol

                          - Terbentuk warna

                          hitam kebiruan

                          - Hasil (+) fenol

                          7 Tanin

                          (sebelum) (setelah)

                          Penambahan Fecl3 01

                          - Terbentuk biru

                          kehitaman

                          - Hasil (+) tanin

                          Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                          = g g X

                          = 701

                          46

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                          = w minusww minusw Bobot jenis =

                          i g minus i g i g minus i g

                          Bobot jenis = minus minus

                          Bobot jenis = 1026

                          Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                          jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                          kesetaraan sama dengan 0

                          Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                          = minus minus x =

                          Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                          W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                          W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                          Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                          = gram minus gram gram x =

                          47

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                          Gambar I pengenceran larutan uji

                          Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                          Larutan induk g =

                          μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                          500 ppm = V1 N1 V2 N2

                          = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                          =

                          = 1 mL

                          250 ppm = V1 N1 V2 N2

                          = 500 μL X 10 mL 250 μL

                          =

                          = 5 mL

                          125 ppm = V1 N1 V2 N2

                          = 250 μL X 10 mL 125 μL

                          =

                          = 5 mL

                          625 ppm = V1 N1 V2 N2

                          = 125 μL X 10 mL 625 μL

                          =

                          = 5 mL

                          48

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                          Perbandingan dengan McFarland

                          Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                          Gambar I Staphylococcus aureus

                          Gambar II Escherichia coli

                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                          staphylococcus aureus dengan

                          perbesaran 10 x 100

                          Berbentuk bulat dan berkelompok

                          seperti anggur

                          Berwarna ungu

                          ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                          coli dengan perbesaran 10 x 100

                          Bebentuk batang pendek

                          Berwarna merah

                          49

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Gambar III Helicobacter pylori

                          Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                          Helicobacter pylori dengan

                          perbesaran 10 x 100

                          Berbentuk spiral atau batang

                          bengkok

                          Berwarna merah

                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                          Pseudomoas aeruginosa dengan

                          perbesaran 10 x 100

                          Berbentuk batang tunggal

                          Berwarna merah

                          50

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                          Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                          Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                          (+) kloramfenikol

                          (-) DMSO 5

                          Ekstrak konsentrasi 500

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 250

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 125

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 625

                          ppm

                          51

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                          (+) kloramfenikol

                          (-) DMSO 5

                          Ekstrak konsentrasi 500

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 250

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 125

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 625

                          ppm

                          52

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                          (+) kloramfenikol

                          (-) DMSO 5

                          Ekstrak konsentrasi 500

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 250

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 125

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 625

                          ppm

                          53

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                          (+) kloramfenikol

                          (-) DMSO 5

                          Ekstrak konsentrasi 500

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 250

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 125

                          ppm

                          Ekstrak konsentrasi 625

                          ppm

                          54

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                          Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                          Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                          Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                          250 ppm

                          1512

                          125 ppm

                          1523

                          625 ppm

                          1623

                          k kuman

                          1504

                          k media

                          0000

                          500 ppm

                          1096

                          250 ppm

                          1252

                          125 ppm

                          1293

                          k kuman

                          1295

                          k media

                          0000

                          500 ppm

                          1321

                          625 ppm

                          1369

                          55

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                          Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                          Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                          dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                          spektrofotometer uv-vis

                          500 ppm

                          1190

                          250 ppm

                          1556

                          125 ppm

                          1940

                          k kuman

                          1938

                          k media

                          0000

                          500 ppm

                          1128

                          250 ppm

                          1395

                          125 ppm

                          1603

                          k kuman

                          1546

                          k media

                          0000

                          625 ppm

                          1952

                          625 ppm

                          1645

                          56

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                          Simplisia kulit batang

                          kayu jawa

                          Ekstrak kulit batang kayu

                          jawa

                          Vortex

                          Mikropipet

                          Hotplate

                          Refrigator

                          LAF

                          Oven

                          Autoklaf

                          57

                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                          Inkubator

                          Spektrofotometer uv-vis

                          Jangka sorong

                          • DAFTAR ISI
                          • Halaman
                          • HALAMAN SAMPUL i
                          • HALAMAN JUDUL ii
                          • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                          • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                          • HALAMAN PENGESEHAN v
                          • ABSTRAK vi
                          • ABSTRACT vii
                          • KATA PENGANTAR viii
                          • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                          • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                          • DAFTAR ISI xi
                          • DAFTAR TABEL xiii
                          • DAFTAR GAMBAR xiv
                          • DAFTAR LAMPIRAN xv
                          • BAB I PENDAHULUAN 1
                          • 11 Latar Belakang 1
                          • 12 Rumusan Masalah 3
                          • 13 Tujuan Penelitian 3
                          • 14 Manfaat Penelitian 4
                          • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                          • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                          • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                          • 23 Pelarut 10
                          • 24 Bakteri 12
                          • 25 Antibakteri 15
                          • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                          • 25 Antibiotik Pembanding 19
                          • BAB III METODE PENELITIAN 21
                          • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                          • 32 Alat dan Bahan 21
                          • 321 Alat 21
                          • 322 Bahan 21
                          • 323 Bakteri Uji 22
                          • 33 Prosedur kerja 22
                          • 331 Pembuatan Simplisia 22
                          • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                          • 333 Parameter Ekstrak 23
                          • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                          • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                          • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                          • 3352 Pembuatan Media 26
                          • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                          • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                          • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                          • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                          • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                          • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                          • BAB IV PEMBAHASAN 29
                          • 41 Determinasi Tanaman 29
                          • 42 Penyiapan sample 29
                          • 43 Ekstraksi 30
                          • 44 Parameter Ekstrak 30
                          • 45 Penapisan Fitokimia 32
                          • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                          • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                          • BAB V PENUTUP 38
                          • 51 Kesimpulan 38
                          • 52 Saran 38
                          • DAFTAR PUSTAKA 39
                          • LAMPIRAN 43
                          • DAFTAR TABEL
                          • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                          • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                          • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                          • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                          • DAFTAR GAMBAR
                          • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                          • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                          • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                          • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                          • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                          • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                          • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                          • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                          • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                          • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                          • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                          • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                          • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                          • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                          • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                            xiv

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            DAFTAR GAMBAR

                            Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5

                            Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19

                            xv

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            DAFTAR LAMPIRAN

                            Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                            Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                            Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                            Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                            Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                            Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                            Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                            Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                            Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                            Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                            Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                            Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                            Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                            1

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            BAB I

                            PENDAHULUAN

                            11 Latar Belakang

                            Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                            tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                            alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                            Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                            tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                            (Gana 2008)

                            Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                            berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                            maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                            pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                            menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                            Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                            Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                            yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                            maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                            Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                            jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                            telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                            untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                            tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                            digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                            (Akbar 2010)

                            Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                            masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                            jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                            sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                            yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                            karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                            1

                            2

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                            menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                            Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                            misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                            tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                            biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                            menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                            Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                            steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                            Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                            antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                            Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                            dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                            asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                            antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                            yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                            uji toksisitas (Erwin 2014)

                            Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                            dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                            kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                            sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                            pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                            digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                            Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                            dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                            Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                            luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                            normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                            menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                            3

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                            berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                            pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                            dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                            Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                            penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                            dan luka bakar yang berat

                            Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                            pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                            coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                            aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                            tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                            (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                            coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                            12 Rumusan Masalah

                            1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                            kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                            Sulawesi Indonesia

                            2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                            (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                            Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                            13 Tujuan Penelitian

                            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                            96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                            Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                            aeruginosa

                            4

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            14 Manfaat Penelitian

                            1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                            aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                            coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                            antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                            Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                            2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                            mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                            5

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA

                            21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                            Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                            ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                            Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                            Kingdom Plantae

                            Phylum Mannoliophyta

                            Class Magnoliatae

                            Order Sapindales

                            Family Anacardiaceae

                            Genus Lannea

                            Species Lannea coromandelica

                            (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                            Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                            hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                            sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                            5

                            6

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                            eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                            tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                            kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                            hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                            di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                            Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                            Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                            pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                            ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                            paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                            mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                            sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                            Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                            impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                            nyeri lokal (Wahid 2009)

                            22 Ektrak dan Ektraksi

                            Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                            senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                            yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                            serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                            ditetapkan (DepKes RI 2000)

                            Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                            1 Parameter non spesifik

                            a Kadar air

                            Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                            dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                            destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                            7

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            b Kadar abu

                            Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                            dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                            sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                            untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                            eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                            (DepKes RI 2000)

                            2 Parameter spesifik

                            a Identitas

                            Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                            latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                            Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                            dan spesifik dari senyawa identitas

                            b Organoleptik

                            Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                            mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                            (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                            Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                            terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                            diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                            dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                            terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                            atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                            terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                            ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                            Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                            tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                            yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                            material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                            sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                            8

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                            1 Cara dingin

                            a Maserasi

                            Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                            pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                            kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                            adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                            kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                            banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                            cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                            pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                            pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                            cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                            b Perkolasi

                            Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                            penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                            Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                            tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                            secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                            menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                            secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                            digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                            ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                            2 Cara panas

                            a Sokletasi

                            Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                            menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                            pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                            9

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            b Refluks

                            Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                            titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                            konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                            c Infusa

                            Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                            menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                            digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                            2000)

                            d Dekok

                            Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                            titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                            air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                            ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                            panas (Tiwari et al 2011)

                            e Digesti

                            Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                            temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                            40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                            kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                            25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                            digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                            23 Pelarut

                            Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                            Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                            tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                            pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                            menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                            10

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                            (Tiwari et al 2011)

                            Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                            Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                            akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                            kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                            pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                            Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                            1 Air

                            Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                            produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                            secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                            dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                            antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                            melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                            signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                            yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                            2 Aseton

                            Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                            tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                            mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                            untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                            dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                            3 Alkohol

                            Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                            dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                            lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                            lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                            intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                            namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                            ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                            11

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            4 Kloroform

                            Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                            menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                            aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                            dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                            pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                            5 Eter

                            Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                            lemak (Tiwari et al 2011)

                            6 n-Heksana

                            n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                            bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                            molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                            953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                            71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                            ekstraksi minyak nabati

                            7 Etil asetat

                            Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                            secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                            dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                            24 Bakteri

                            Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                            tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                            mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                            pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                            mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                            berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                            penampang maupun panjangnya

                            12

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                            reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                            negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                            sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                            struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                            karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                            Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                            Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                            tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                            lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                            mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                            (Jawetz 1996)

                            Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                            golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                            1 Golongan basil

                            Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                            bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                            sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                            2 Golongan kokus

                            Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                            golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                            yang berdiameter sampai 25μ

                            3 Golongan spiral

                            Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                            Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                            dengan golongan kokus maupun golongan basil

                            13

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Bakteri uji

                            1 Staphylococcus aureus

                            Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                            patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                            berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                            teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                            Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                            paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                            aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                            ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                            manusia (Jawetz 1996)

                            Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                            Divisi Protophyta atau Schizophyta

                            Kelas Schizomycetes

                            Bangsa Eubacteriales

                            Suku Micrococcaceae

                            Marga Staphylococcus

                            Spesies Staphylococcus aureus

                            2 Escherichia coli

                            Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                            yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                            (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                            sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                            permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                            bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                            manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                            pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                            saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                            akuatik makanan air seni dan tinja

                            14

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                            Devisi Bacteria

                            Kelas Schizomycetes

                            Bangsa Enterobacteriales

                            Suku Enterobacteriaceae

                            Marga Escherichia

                            Spesies Escherichia coli

                            3 Helicobacter pylori

                            Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                            bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                            lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                            diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                            duodenum)

                            Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                            Devisi Bacteria

                            Kelas Epsilon Probacteria

                            Bangsa Campylobacteralis

                            Suku Helicobateraceae

                            Marga Helicobacter

                            Spesis Helicobacter pylori

                            4 Pseudomonas aeruginosa

                            Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                            2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                            terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                            Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                            42o

                            C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                            kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                            bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                            15

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                            Divisi Bacteria

                            Phylum Proteobacteria

                            Kelas Gamma Proteobacteria

                            Marga Pseudomonadales

                            Suku Pseudomonadaceae

                            Genus Pseudomonas

                            Species Pseudomonas aeruginosa

                            25 Antibakteri

                            Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                            diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                            yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                            Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                            Mekanisme kerja antibakteri

                            1 Menghambat sintesis dinding sel

                            Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                            pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                            1988)

                            2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                            Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                            serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                            memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                            membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                            matinya sel (Pleczar 1988)

                            3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                            Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                            protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                            substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                            asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                            Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                            16

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                            komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                            4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                            Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                            sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                            Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                            Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                            matinya sel (Pleczar 1988)

                            5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                            DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                            kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                            terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                            mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                            26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                            Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                            konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                            mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                            menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                            pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                            antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                            efisien

                            Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                            1 Metode difusi

                            a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                            Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                            telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                            tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                            mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                            (Pratiwi 2008)

                            b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                            Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                            17

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                            mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                            mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                            diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                            mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                            ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                            pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                            c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                            antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                            memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                            membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                            parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                            d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                            dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                            mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                            diuji (Pratiwi 2008)

                            e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                            pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                            agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                            kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                            selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                            memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                            mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                            dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                            total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                            dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                            X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                            Y = panjang pertumbuhan aktual

                            C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                            mgmL atau μgmL

                            Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                            18

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                            dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                            mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                            2 Metode dilusi

                            Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                            a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                            Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                            Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                            Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                            dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                            pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                            agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                            pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                            dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                            agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                            tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                            (Pratiwi 2008)

                            b Metode dilusi padat solid dilution test

                            Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                            media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                            agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                            mikroba uji (Pratiwi 2008)

                            27 Antibiotika Pembanding

                            Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                            Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                            19

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                            putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                            praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                            Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                            propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                            (Depkes RI 1995)

                            Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                            sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                            dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                            antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                            secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                            amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                            merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                            peptida (Katzung 2004)

                            Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                            disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                            anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                            kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                            efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                            Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                            memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                            20

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            BAB III

                            METODE PENELITIAN

                            31 Tempat dan Waktu Penelitian

                            Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                            Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                            Januari-April 2015

                            32 Alat dan Bahan

                            321 Alat

                            Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                            spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                            evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                            standar laboratorium

                            Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                            (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                            325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                            (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                            magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                            laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                            (oxoid) jangka sorong

                            322 Bahan

                            Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                            kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                            Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                            Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                            akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                            kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                            fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                            NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                            96 spirtus

                            21

                            21

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            323 Bakteri Uji

                            Bakteri yang digunakan antara lain

                            Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                            Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                            diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                            33 Prosedur Kerja

                            331 Pembuatan simplisia

                            Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                            diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                            peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                            disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                            dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                            kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                            bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                            serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                            332 Pembuatan Ekstak

                            Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                            600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                            etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                            kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                            kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                            menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                            menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                            Kemudian dihitung persen rendeman

                            Rendeman ekstrak = i i i x 100

                            333 Parameter ekstrak

                            a Identitas Ekstrak

                            Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                            ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                            nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                            22

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            b Organoleptik Ekstrak

                            Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                            mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                            c Residu Pelarut Etanol

                            Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                            mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                            mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                            cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                            etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                            etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                            d Kadar Air

                            Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                            yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                            Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                            Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                            kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                            hari (Depkes RI 2000)

                            e Kadar Abu Total

                            Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                            etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                            perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                            dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                            terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                            334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                            terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                            alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                            1 Uji alkaloid

                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                            disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                            ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                            23

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                            dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                            pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                            Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                            coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                            senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                            2 Uji Flavonoid

                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                            ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                            kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                            mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                            3 Uji Saponin

                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                            larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                            setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                            1969)

                            4 Uji Glikosida

                            Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                            larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                            senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                            5 Uji Triterpenoid dan steroid

                            Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                            diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                            kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                            dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                            kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                            triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                            (Ayoola GA 2008)

                            6 Uji Fenol

                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                            ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                            mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                            24

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            7 Uji Tanin

                            Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                            reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                            FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                            adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                            335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                            3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                            Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                            disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                            mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                            autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                            disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                            dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                            tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                            Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                            plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                            Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                            disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                            sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                            Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                            selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                            sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                            3352 Pembuatan Medium

                            1 NA (Nutrient Agar)

                            Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                            aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                            kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                            menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                            telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                            kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                            2007)

                            25

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            2 NB (Nutrient Broth)

                            Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                            aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                            stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                            15 menit (Alexander 2007)

                            3354 Peremajaan Bakteri

                            Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                            yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                            aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                            digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                            inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                            3355 Identifikasi Bakteri Uji

                            Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                            dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                            kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                            diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                            Dan siap diwarnai

                            Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                            atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                            sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                            kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                            dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                            dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                            preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                            dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                            mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                            3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                            Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                            selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                            dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                            divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                            pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                            26

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                            09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                            Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                            kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                            4 (pokyni2010)

                            3357 Pembuatan larutan uji

                            Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                            (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                            yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                            tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                            ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                            3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                            Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                            steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                            Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                            menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                            diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                            ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                            telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                            30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                            370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                            yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                            2013)

                            3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                            Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                            batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                            masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                            tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                            ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                            dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                            09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                            27

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                            diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                            kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                            kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                            pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                            Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                            konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                            absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                            28

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            BAB IV

                            HASIL DAN PEMBAHASAN

                            41 Determinasi Tanaman

                            Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                            tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                            Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                            Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                            Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                            42 Penyiapan Sampel

                            Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                            dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                            sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                            Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                            sebagai tanaman pagar

                            Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                            dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                            dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                            batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                            dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                            mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                            terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                            proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                            menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                            perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                            pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                            Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                            kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                            disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                            pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                            menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                            29

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            43 Ekstraksi

                            Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                            metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                            batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                            dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                            sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                            hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                            12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                            2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                            tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                            etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                            pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                            antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                            mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                            dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                            mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                            kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                            evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                            gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                            44 Parameter Ekstrak

                            Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                            non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                            Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                            96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                            Karakteristik Hasil

                            Parameter spesifik

                            1 Identitas

                            - Nama Latin

                            - Bagian Tumbuhan

                            - Nama Indonesia

                            - Lannea coromandelica

                            - Kulit batang

                            - Kayu jawa

                            30

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            2 Organoleptik

                            - Bentuk

                            - Warna

                            - Bau

                            - Rasa

                            - Kental

                            - Coklat kehitaman

                            - Khas

                            - Agak sepat

                            Parameter non spesifik

                            1 Residu pelarut etanol 0

                            2 Kadar air 58

                            3 Kadar abu 14

                            Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                            dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                            kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                            kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                            pancaindera

                            Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                            aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                            dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                            pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                            yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                            masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                            memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                            pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                            antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                            dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                            yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                            dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                            kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                            Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                            air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                            beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                            96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                            31

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                            bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                            air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                            pengujian aktivitas antibakteri

                            Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                            kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                            terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                            dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                            anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                            Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                            bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                            dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                            coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                            45 Penapisan Fitokimia

                            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                            metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                            coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                            memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                            dilihat pada tabel berikut ini

                            Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                            jawa (Lannea coromandelica)

                            Penguji senyawa Hasil

                            Alkaloid -

                            Flavonoid +

                            Saponin +

                            Glikosida +

                            Steroid Triterpenoid -

                            Fenol +

                            Tanin +

                            32

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                            adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                            glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                            polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                            46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                            Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                            difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                            bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                            tabel berikut

                            Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                            terhadap bakteri uji

                            Konsentrasi

                            ekstrak

                            Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                            Staphylococcus

                            aureus

                            Escherichia

                            coli

                            Helicobacter

                            pylori

                            Pseudomonas

                            aeruginosa

                            625 μgml - - - -

                            125 μgml - 70 - -

                            250 μgml - 78 73 68

                            500 μgml 71 85 82 85

                            Kontrol (-)

                            DMSO 5

                            - - - -

                            Kontrol (+)

                            kloramfenikol

                            204 250 233 203

                            Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                            96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                            antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                            zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                            250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                            penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                            literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                            33

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                            pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                            Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                            menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                            zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                            ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                            sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                            menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                            konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                            terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                            kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                            zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                            Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                            30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                            Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                            sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                            Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                            kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                            penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                            dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                            satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                            Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                            (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                            amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                            Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                            menggunakan kloramfenikol

                            Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                            bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                            konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                            adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                            diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                            34

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                            73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                            antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                            85 mm dan 68 mm

                            Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                            sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                            Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                            (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                            tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                            antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                            kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                            glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                            47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                            Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                            konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                            berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                            Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                            menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                            Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                            menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                            Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                            di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                            tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                            suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                            yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                            inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                            kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                            kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                            kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                            35

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                            Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                            kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                            Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                            (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                            membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                            mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                            Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                            secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                            dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                            Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                            menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                            sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                            Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                            Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                            Konsentrasi

                            ekstrak

                            Nilai absorbansi kekeruhan

                            Staphylococcus

                            aureus

                            Escherichia

                            coli

                            Helicobacter

                            pylori

                            Psedomonas

                            aeruginosa

                            500 ppm 1312 1096 1190 1128

                            250 ppm 1512 1252 1556 1395

                            125 ppm 1603 1293 1940 1603

                            625 ppm 1623 1369 1952 1645

                            Kontrol

                            kuman

                            1504 1295 1938 1546

                            Kontrol media

                            (blanko)

                            0000 0000 0000 0000

                            Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                            coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                            nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                            36

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                            Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                            37

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            BAB V

                            KESIMPULAN DAN SARAN

                            51 Kesimpulan

                            1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                            memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                            aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                            2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                            500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                            menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                            dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                            mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                            500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                            dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                            pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                            adalah 85 mm dan 68 mm

                            3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                            jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                            adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                            terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                            bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                            52 Saran

                            Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                            aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                            38

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            DAFTAR PUSTAKA

                            Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                            Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                            Institut Pertanian Bogor

                            Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                            Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                            Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                            Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                            Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                            Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                            McGraw Hill Higer Education

                            Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                            Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                            Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                            Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                            Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                            americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                            Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                            Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                            Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                            Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                            leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                            Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                            EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                            Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                            In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                            Pharmaceutical Research

                            Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                            Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                            University Press

                            39

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                            Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                            Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                            Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                            Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                            Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                            Indonesia Jakarta

                            Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                            Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                            Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                            coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                            of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                            Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                            production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                            31 2008

                            Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                            Balai penerbit FKUI Jakarta

                            Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                            Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                            ITB Hal 6-17

                            Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                            edition

                            The Pharmaceutical Press London England

                            Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                            EGC

                            Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                            Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                            Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                            Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                            Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                            40

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                            Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                            Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                            (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                            httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                            Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                            Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                            India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                            Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                            Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                            the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                            International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                            4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                            Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                            Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                            methodology

                            Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                            Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                            dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                            Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                            Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                            Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                            Hidayatullah Jakarta

                            Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                            Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                            Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                            Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                            Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                            Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                            American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                            Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                            secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                            Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                            41

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                            Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                            Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                            Sciences

                            Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                            Yogyakarta

                            Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                            Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                            Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                            Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                            Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                            against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                            Agricultural and Food Chemistry

                            Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                            Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                            Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                            Bio Sciences

                            Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                            coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                            Pharmacy East West University Bangladesh

                            WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                            Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                            Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                            Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                            42

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 1 Alur penelitian

                            Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                            Tanaman segar Kayu jawa

                            (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                            1 kg kulit batang Kayu jawa

                            (Lannea coromandelica)

                            Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                            Serbuk simplisia 600 gram

                            Maserasi dengan menggunakan

                            etanol 96 sebanyak 12 L

                            Disaring dengan kapas

                            dan kertas saring

                            kemudian diuapkan

                            dengan vacum rotary

                            evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                            Skrining Fitokimia

                            Uji Aktivitas Antibakteri

                            Sterilisasi

                            alat

                            Pembuatan

                            media (NA amp

                            NB)

                            Peremajaan

                            bakteri

                            Pembuatan

                            larutan uji

                            Pembuatan

                            suspensi bakteri

                            uji

                            Uji Diameter Zona

                            Hambat

                            Uji Konsentrasi

                            Hambat Minimum

                            43

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            44

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                            NO Golongan

                            senyawa

                            Gambar Keterangan (hasil uji)

                            1 Alkaloid

                            (Dragendorf) (Mayer)

                            - Tidak terbentuk

                            endapan kream atau

                            putih (Mayer)

                            - Hasil (-) alkaloid

                            - Tidak terbentuk

                            endapan coklat

                            kemerahan

                            (Dragendorf)

                            - Hasil (-) alkaloid

                            2 Flavonoid

                            - Perubahan

                            intensitas warna

                            kuning menjadi

                            tidak berwarna

                            - Hasil (+)

                            flavonoid

                            3 Saponin

                            - Tebentuk busa

                            setinggi 1 cm

                            yang stabil

                            - Hasil (+)saponin

                            4 Glikosida

                            - Terbentuk larutan

                            berwarna kuning

                            - Hasil (+) glikosida

                            45

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            5 Steroid dan

                            Triterpenoid

                            (steroid) (triterpenoid)

                            - Tidak terbentuk

                            warna hijau

                            kehitaman

                            (steroid) warna

                            merah

                            (triterprnoid)

                            - Hasil (-) steroid

                            dan triterpenoid

                            6 Fenol

                            - Terbentuk warna

                            hitam kebiruan

                            - Hasil (+) fenol

                            7 Tanin

                            (sebelum) (setelah)

                            Penambahan Fecl3 01

                            - Terbentuk biru

                            kehitaman

                            - Hasil (+) tanin

                            Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                            = g g X

                            = 701

                            46

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                            = w minusww minusw Bobot jenis =

                            i g minus i g i g minus i g

                            Bobot jenis = minus minus

                            Bobot jenis = 1026

                            Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                            jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                            kesetaraan sama dengan 0

                            Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                            = minus minus x =

                            Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                            W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                            W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                            Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                            = gram minus gram gram x =

                            47

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                            Gambar I pengenceran larutan uji

                            Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                            Larutan induk g =

                            μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                            500 ppm = V1 N1 V2 N2

                            = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                            =

                            = 1 mL

                            250 ppm = V1 N1 V2 N2

                            = 500 μL X 10 mL 250 μL

                            =

                            = 5 mL

                            125 ppm = V1 N1 V2 N2

                            = 250 μL X 10 mL 125 μL

                            =

                            = 5 mL

                            625 ppm = V1 N1 V2 N2

                            = 125 μL X 10 mL 625 μL

                            =

                            = 5 mL

                            48

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                            Perbandingan dengan McFarland

                            Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                            Gambar I Staphylococcus aureus

                            Gambar II Escherichia coli

                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                            staphylococcus aureus dengan

                            perbesaran 10 x 100

                            Berbentuk bulat dan berkelompok

                            seperti anggur

                            Berwarna ungu

                            ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                            coli dengan perbesaran 10 x 100

                            Bebentuk batang pendek

                            Berwarna merah

                            49

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Gambar III Helicobacter pylori

                            Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                            Helicobacter pylori dengan

                            perbesaran 10 x 100

                            Berbentuk spiral atau batang

                            bengkok

                            Berwarna merah

                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                            Pseudomoas aeruginosa dengan

                            perbesaran 10 x 100

                            Berbentuk batang tunggal

                            Berwarna merah

                            50

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                            Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                            Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                            (+) kloramfenikol

                            (-) DMSO 5

                            Ekstrak konsentrasi 500

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 250

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 125

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 625

                            ppm

                            51

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                            (+) kloramfenikol

                            (-) DMSO 5

                            Ekstrak konsentrasi 500

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 250

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 125

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 625

                            ppm

                            52

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                            (+) kloramfenikol

                            (-) DMSO 5

                            Ekstrak konsentrasi 500

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 250

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 125

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 625

                            ppm

                            53

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                            (+) kloramfenikol

                            (-) DMSO 5

                            Ekstrak konsentrasi 500

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 250

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 125

                            ppm

                            Ekstrak konsentrasi 625

                            ppm

                            54

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                            Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                            Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                            Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                            250 ppm

                            1512

                            125 ppm

                            1523

                            625 ppm

                            1623

                            k kuman

                            1504

                            k media

                            0000

                            500 ppm

                            1096

                            250 ppm

                            1252

                            125 ppm

                            1293

                            k kuman

                            1295

                            k media

                            0000

                            500 ppm

                            1321

                            625 ppm

                            1369

                            55

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                            Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                            Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                            dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                            spektrofotometer uv-vis

                            500 ppm

                            1190

                            250 ppm

                            1556

                            125 ppm

                            1940

                            k kuman

                            1938

                            k media

                            0000

                            500 ppm

                            1128

                            250 ppm

                            1395

                            125 ppm

                            1603

                            k kuman

                            1546

                            k media

                            0000

                            625 ppm

                            1952

                            625 ppm

                            1645

                            56

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                            Simplisia kulit batang

                            kayu jawa

                            Ekstrak kulit batang kayu

                            jawa

                            Vortex

                            Mikropipet

                            Hotplate

                            Refrigator

                            LAF

                            Oven

                            Autoklaf

                            57

                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                            Inkubator

                            Spektrofotometer uv-vis

                            Jangka sorong

                            • DAFTAR ISI
                            • Halaman
                            • HALAMAN SAMPUL i
                            • HALAMAN JUDUL ii
                            • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                            • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                            • HALAMAN PENGESEHAN v
                            • ABSTRAK vi
                            • ABSTRACT vii
                            • KATA PENGANTAR viii
                            • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                            • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                            • DAFTAR ISI xi
                            • DAFTAR TABEL xiii
                            • DAFTAR GAMBAR xiv
                            • DAFTAR LAMPIRAN xv
                            • BAB I PENDAHULUAN 1
                            • 11 Latar Belakang 1
                            • 12 Rumusan Masalah 3
                            • 13 Tujuan Penelitian 3
                            • 14 Manfaat Penelitian 4
                            • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                            • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                            • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                            • 23 Pelarut 10
                            • 24 Bakteri 12
                            • 25 Antibakteri 15
                            • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                            • 25 Antibiotik Pembanding 19
                            • BAB III METODE PENELITIAN 21
                            • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                            • 32 Alat dan Bahan 21
                            • 321 Alat 21
                            • 322 Bahan 21
                            • 323 Bakteri Uji 22
                            • 33 Prosedur kerja 22
                            • 331 Pembuatan Simplisia 22
                            • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                            • 333 Parameter Ekstrak 23
                            • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                            • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                            • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                            • 3352 Pembuatan Media 26
                            • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                            • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                            • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                            • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                            • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                            • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                            • BAB IV PEMBAHASAN 29
                            • 41 Determinasi Tanaman 29
                            • 42 Penyiapan sample 29
                            • 43 Ekstraksi 30
                            • 44 Parameter Ekstrak 30
                            • 45 Penapisan Fitokimia 32
                            • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                            • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                            • BAB V PENUTUP 38
                            • 51 Kesimpulan 38
                            • 52 Saran 38
                            • DAFTAR PUSTAKA 39
                            • LAMPIRAN 43
                            • DAFTAR TABEL
                            • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                            • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                            • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                            • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                            • DAFTAR GAMBAR
                            • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                            • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                            • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                            • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                            • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                            • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                            • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                            • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                            • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                            • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                            • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                            • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                            • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                            • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                            • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                              xv

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              DAFTAR LAMPIRAN

                              Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44

                              Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45

                              Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46

                              Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47

                              Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48

                              Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48

                              Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48

                              Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49

                              Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50

                              Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50

                              Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52

                              Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56

                              Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                              1

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              BAB I

                              PENDAHULUAN

                              11 Latar Belakang

                              Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                              tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                              alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                              Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                              tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                              (Gana 2008)

                              Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                              berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                              maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                              pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                              menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                              Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                              Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                              yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                              maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                              Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                              jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                              telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                              untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                              tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                              digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                              (Akbar 2010)

                              Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                              masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                              jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                              sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                              yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                              karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                              1

                              2

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                              menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                              Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                              misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                              tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                              biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                              menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                              Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                              steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                              Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                              antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                              Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                              dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                              asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                              antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                              yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                              uji toksisitas (Erwin 2014)

                              Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                              dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                              kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                              sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                              pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                              digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                              Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                              dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                              Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                              luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                              normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                              menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                              3

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                              berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                              pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                              dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                              Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                              penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                              dan luka bakar yang berat

                              Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                              pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                              coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                              aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                              tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                              (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                              coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                              12 Rumusan Masalah

                              1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                              kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                              Sulawesi Indonesia

                              2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                              (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                              Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                              13 Tujuan Penelitian

                              Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                              96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                              Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                              aeruginosa

                              4

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              14 Manfaat Penelitian

                              1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                              aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                              coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                              antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                              Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                              2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                              mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                              5

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              BAB II

                              TINJAUAN PUSTAKA

                              21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                              Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                              ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                              Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                              Kingdom Plantae

                              Phylum Mannoliophyta

                              Class Magnoliatae

                              Order Sapindales

                              Family Anacardiaceae

                              Genus Lannea

                              Species Lannea coromandelica

                              (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                              Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                              hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                              sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                              5

                              6

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                              eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                              tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                              kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                              hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                              di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                              Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                              Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                              pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                              ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                              paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                              mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                              sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                              Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                              impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                              nyeri lokal (Wahid 2009)

                              22 Ektrak dan Ektraksi

                              Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                              senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                              yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                              serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                              ditetapkan (DepKes RI 2000)

                              Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                              1 Parameter non spesifik

                              a Kadar air

                              Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                              dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                              destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                              7

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              b Kadar abu

                              Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                              dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                              sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                              untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                              eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                              (DepKes RI 2000)

                              2 Parameter spesifik

                              a Identitas

                              Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                              latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                              Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                              dan spesifik dari senyawa identitas

                              b Organoleptik

                              Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                              mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                              (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                              Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                              terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                              diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                              dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                              terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                              atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                              terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                              ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                              Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                              tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                              yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                              material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                              sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                              8

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                              1 Cara dingin

                              a Maserasi

                              Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                              pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                              kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                              adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                              kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                              banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                              cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                              pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                              pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                              cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                              b Perkolasi

                              Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                              penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                              Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                              tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                              secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                              menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                              secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                              digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                              ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                              2 Cara panas

                              a Sokletasi

                              Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                              menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                              pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                              9

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              b Refluks

                              Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                              titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                              konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                              c Infusa

                              Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                              menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                              digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                              2000)

                              d Dekok

                              Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                              titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                              air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                              ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                              panas (Tiwari et al 2011)

                              e Digesti

                              Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                              temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                              40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                              kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                              25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                              digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                              23 Pelarut

                              Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                              Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                              tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                              pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                              menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                              10

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                              (Tiwari et al 2011)

                              Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                              Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                              akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                              kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                              pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                              Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                              1 Air

                              Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                              produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                              secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                              dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                              antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                              melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                              signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                              yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                              2 Aseton

                              Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                              tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                              mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                              untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                              dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                              3 Alkohol

                              Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                              dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                              lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                              lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                              intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                              namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                              ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                              11

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              4 Kloroform

                              Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                              menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                              aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                              dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                              pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                              5 Eter

                              Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                              lemak (Tiwari et al 2011)

                              6 n-Heksana

                              n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                              bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                              molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                              953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                              71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                              ekstraksi minyak nabati

                              7 Etil asetat

                              Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                              secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                              dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                              24 Bakteri

                              Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                              tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                              mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                              pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                              mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                              berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                              penampang maupun panjangnya

                              12

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                              reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                              negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                              sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                              struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                              karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                              Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                              Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                              tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                              lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                              mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                              (Jawetz 1996)

                              Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                              golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                              1 Golongan basil

                              Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                              bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                              sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                              2 Golongan kokus

                              Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                              golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                              yang berdiameter sampai 25μ

                              3 Golongan spiral

                              Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                              Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                              dengan golongan kokus maupun golongan basil

                              13

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Bakteri uji

                              1 Staphylococcus aureus

                              Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                              patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                              berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                              teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                              Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                              paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                              aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                              ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                              manusia (Jawetz 1996)

                              Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                              Divisi Protophyta atau Schizophyta

                              Kelas Schizomycetes

                              Bangsa Eubacteriales

                              Suku Micrococcaceae

                              Marga Staphylococcus

                              Spesies Staphylococcus aureus

                              2 Escherichia coli

                              Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                              yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                              (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                              sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                              permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                              bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                              manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                              pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                              saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                              akuatik makanan air seni dan tinja

                              14

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                              Devisi Bacteria

                              Kelas Schizomycetes

                              Bangsa Enterobacteriales

                              Suku Enterobacteriaceae

                              Marga Escherichia

                              Spesies Escherichia coli

                              3 Helicobacter pylori

                              Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                              bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                              lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                              diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                              duodenum)

                              Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                              Devisi Bacteria

                              Kelas Epsilon Probacteria

                              Bangsa Campylobacteralis

                              Suku Helicobateraceae

                              Marga Helicobacter

                              Spesis Helicobacter pylori

                              4 Pseudomonas aeruginosa

                              Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                              2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                              terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                              Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                              42o

                              C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                              kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                              bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                              15

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                              Divisi Bacteria

                              Phylum Proteobacteria

                              Kelas Gamma Proteobacteria

                              Marga Pseudomonadales

                              Suku Pseudomonadaceae

                              Genus Pseudomonas

                              Species Pseudomonas aeruginosa

                              25 Antibakteri

                              Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                              diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                              yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                              Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                              Mekanisme kerja antibakteri

                              1 Menghambat sintesis dinding sel

                              Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                              pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                              1988)

                              2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                              Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                              serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                              memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                              membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                              matinya sel (Pleczar 1988)

                              3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                              Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                              protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                              substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                              asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                              Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                              16

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                              komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                              4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                              Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                              sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                              Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                              Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                              matinya sel (Pleczar 1988)

                              5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                              DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                              kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                              terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                              mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                              26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                              Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                              konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                              mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                              menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                              pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                              antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                              efisien

                              Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                              1 Metode difusi

                              a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                              Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                              telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                              tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                              mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                              (Pratiwi 2008)

                              b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                              Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                              17

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                              mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                              mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                              diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                              mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                              ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                              pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                              c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                              antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                              memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                              membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                              parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                              d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                              dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                              mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                              diuji (Pratiwi 2008)

                              e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                              pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                              agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                              kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                              selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                              memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                              mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                              dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                              total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                              dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                              X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                              Y = panjang pertumbuhan aktual

                              C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                              mgmL atau μgmL

                              Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                              18

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                              dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                              mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                              2 Metode dilusi

                              Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                              a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                              Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                              Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                              Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                              dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                              pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                              agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                              pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                              dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                              agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                              tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                              (Pratiwi 2008)

                              b Metode dilusi padat solid dilution test

                              Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                              media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                              agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                              mikroba uji (Pratiwi 2008)

                              27 Antibiotika Pembanding

                              Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                              Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                              19

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                              putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                              praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                              Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                              propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                              (Depkes RI 1995)

                              Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                              sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                              dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                              antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                              secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                              amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                              merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                              peptida (Katzung 2004)

                              Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                              disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                              anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                              kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                              efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                              Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                              memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                              20

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              BAB III

                              METODE PENELITIAN

                              31 Tempat dan Waktu Penelitian

                              Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                              Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                              Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                              Januari-April 2015

                              32 Alat dan Bahan

                              321 Alat

                              Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                              spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                              evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                              standar laboratorium

                              Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                              (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                              325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                              (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                              magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                              laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                              (oxoid) jangka sorong

                              322 Bahan

                              Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                              kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                              Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                              Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                              akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                              kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                              fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                              NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                              96 spirtus

                              21

                              21

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              323 Bakteri Uji

                              Bakteri yang digunakan antara lain

                              Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                              Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                              diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                              33 Prosedur Kerja

                              331 Pembuatan simplisia

                              Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                              diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                              peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                              disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                              dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                              kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                              bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                              serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                              332 Pembuatan Ekstak

                              Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                              600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                              etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                              kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                              kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                              menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                              menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                              Kemudian dihitung persen rendeman

                              Rendeman ekstrak = i i i x 100

                              333 Parameter ekstrak

                              a Identitas Ekstrak

                              Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                              ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                              nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                              22

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              b Organoleptik Ekstrak

                              Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                              mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                              c Residu Pelarut Etanol

                              Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                              mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                              mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                              cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                              etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                              etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                              d Kadar Air

                              Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                              yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                              Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                              Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                              kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                              hari (Depkes RI 2000)

                              e Kadar Abu Total

                              Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                              etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                              perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                              dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                              terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                              334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                              Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                              terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                              alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                              1 Uji alkaloid

                              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                              disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                              ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                              23

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                              dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                              pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                              Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                              coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                              senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                              2 Uji Flavonoid

                              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                              ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                              kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                              mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                              3 Uji Saponin

                              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                              larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                              setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                              1969)

                              4 Uji Glikosida

                              Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                              larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                              senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                              5 Uji Triterpenoid dan steroid

                              Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                              diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                              kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                              dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                              kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                              triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                              (Ayoola GA 2008)

                              6 Uji Fenol

                              Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                              ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                              mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                              24

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              7 Uji Tanin

                              Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                              reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                              FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                              adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                              335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                              3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                              Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                              disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                              mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                              autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                              disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                              dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                              tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                              Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                              plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                              Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                              disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                              sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                              Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                              selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                              sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                              3352 Pembuatan Medium

                              1 NA (Nutrient Agar)

                              Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                              aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                              kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                              menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                              telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                              kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                              2007)

                              25

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              2 NB (Nutrient Broth)

                              Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                              aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                              stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                              15 menit (Alexander 2007)

                              3354 Peremajaan Bakteri

                              Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                              yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                              aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                              digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                              inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                              3355 Identifikasi Bakteri Uji

                              Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                              dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                              kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                              diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                              Dan siap diwarnai

                              Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                              atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                              sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                              kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                              dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                              dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                              preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                              dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                              mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                              3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                              Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                              selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                              dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                              divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                              pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                              26

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                              09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                              Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                              kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                              4 (pokyni2010)

                              3357 Pembuatan larutan uji

                              Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                              (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                              yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                              tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                              ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                              3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                              Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                              steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                              Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                              menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                              diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                              ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                              telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                              30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                              370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                              yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                              2013)

                              3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                              Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                              batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                              masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                              tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                              ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                              dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                              09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                              27

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                              diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                              kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                              kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                              pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                              Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                              konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                              absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                              28

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              BAB IV

                              HASIL DAN PEMBAHASAN

                              41 Determinasi Tanaman

                              Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                              tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                              Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                              Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                              Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                              42 Penyiapan Sampel

                              Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                              dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                              sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                              Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                              sebagai tanaman pagar

                              Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                              dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                              dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                              batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                              dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                              mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                              terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                              proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                              menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                              perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                              pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                              Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                              kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                              disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                              pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                              menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                              29

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              43 Ekstraksi

                              Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                              metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                              batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                              dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                              sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                              hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                              12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                              2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                              tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                              etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                              pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                              antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                              mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                              dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                              mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                              kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                              evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                              gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                              44 Parameter Ekstrak

                              Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                              non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                              Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                              96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                              Karakteristik Hasil

                              Parameter spesifik

                              1 Identitas

                              - Nama Latin

                              - Bagian Tumbuhan

                              - Nama Indonesia

                              - Lannea coromandelica

                              - Kulit batang

                              - Kayu jawa

                              30

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              2 Organoleptik

                              - Bentuk

                              - Warna

                              - Bau

                              - Rasa

                              - Kental

                              - Coklat kehitaman

                              - Khas

                              - Agak sepat

                              Parameter non spesifik

                              1 Residu pelarut etanol 0

                              2 Kadar air 58

                              3 Kadar abu 14

                              Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                              dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                              kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                              kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                              pancaindera

                              Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                              aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                              dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                              pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                              yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                              masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                              memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                              pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                              antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                              dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                              yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                              dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                              kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                              Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                              air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                              beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                              96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                              31

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                              bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                              air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                              pengujian aktivitas antibakteri

                              Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                              kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                              terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                              dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                              anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                              Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                              bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                              dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                              coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                              45 Penapisan Fitokimia

                              Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                              metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                              coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                              memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                              dilihat pada tabel berikut ini

                              Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                              jawa (Lannea coromandelica)

                              Penguji senyawa Hasil

                              Alkaloid -

                              Flavonoid +

                              Saponin +

                              Glikosida +

                              Steroid Triterpenoid -

                              Fenol +

                              Tanin +

                              32

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                              adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                              glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                              polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                              46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                              Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                              difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                              bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                              tabel berikut

                              Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                              terhadap bakteri uji

                              Konsentrasi

                              ekstrak

                              Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                              Staphylococcus

                              aureus

                              Escherichia

                              coli

                              Helicobacter

                              pylori

                              Pseudomonas

                              aeruginosa

                              625 μgml - - - -

                              125 μgml - 70 - -

                              250 μgml - 78 73 68

                              500 μgml 71 85 82 85

                              Kontrol (-)

                              DMSO 5

                              - - - -

                              Kontrol (+)

                              kloramfenikol

                              204 250 233 203

                              Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                              96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                              antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                              zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                              250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                              penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                              literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                              33

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                              pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                              Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                              menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                              zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                              ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                              sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                              menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                              konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                              terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                              kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                              zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                              Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                              30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                              Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                              sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                              Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                              kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                              penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                              dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                              satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                              Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                              (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                              amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                              Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                              menggunakan kloramfenikol

                              Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                              batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                              bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                              konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                              adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                              diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                              34

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                              73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                              antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                              85 mm dan 68 mm

                              Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                              sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                              Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                              (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                              tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                              antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                              kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                              glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                              47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                              Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                              konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                              hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                              berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                              Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                              menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                              Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                              menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                              Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                              di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                              tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                              suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                              yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                              inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                              kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                              kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                              kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                              35

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                              Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                              kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                              batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                              Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                              (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                              membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                              mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                              Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                              secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                              dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                              Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                              menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                              sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                              Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                              Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                              Konsentrasi

                              ekstrak

                              Nilai absorbansi kekeruhan

                              Staphylococcus

                              aureus

                              Escherichia

                              coli

                              Helicobacter

                              pylori

                              Psedomonas

                              aeruginosa

                              500 ppm 1312 1096 1190 1128

                              250 ppm 1512 1252 1556 1395

                              125 ppm 1603 1293 1940 1603

                              625 ppm 1623 1369 1952 1645

                              Kontrol

                              kuman

                              1504 1295 1938 1546

                              Kontrol media

                              (blanko)

                              0000 0000 0000 0000

                              Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                              hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                              coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                              nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                              36

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                              Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                              37

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              BAB V

                              KESIMPULAN DAN SARAN

                              51 Kesimpulan

                              1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                              memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                              aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                              2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                              500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                              menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                              dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                              mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                              500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                              dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                              pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                              adalah 85 mm dan 68 mm

                              3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                              jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                              adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                              terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                              bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                              52 Saran

                              Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                              aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                              38

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              DAFTAR PUSTAKA

                              Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                              Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                              Institut Pertanian Bogor

                              Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                              Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                              Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                              Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                              Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                              Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                              McGraw Hill Higer Education

                              Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                              Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                              Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                              Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                              Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                              americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                              Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                              Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                              Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                              Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                              leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                              Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                              EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                              Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                              In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                              Pharmaceutical Research

                              Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                              Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                              University Press

                              39

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                              Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                              Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                              Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                              Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                              Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                              Indonesia Jakarta

                              Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                              Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                              Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                              coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                              Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                              of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                              Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                              production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                              31 2008

                              Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                              Balai penerbit FKUI Jakarta

                              Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                              Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                              ITB Hal 6-17

                              Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                              edition

                              The Pharmaceutical Press London England

                              Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                              EGC

                              Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                              Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                              Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                              Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                              Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                              40

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                              Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                              Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                              (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                              httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                              Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                              Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                              India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                              Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                              Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                              the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                              International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                              4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                              Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                              Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                              methodology

                              Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                              Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                              dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                              Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                              Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                              Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                              Hidayatullah Jakarta

                              Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                              Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                              Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                              Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                              Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                              Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                              American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                              Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                              secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                              Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                              41

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                              Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                              Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                              Sciences

                              Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                              Yogyakarta

                              Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                              Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                              Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                              Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                              Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                              against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                              Agricultural and Food Chemistry

                              Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                              Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                              Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                              Bio Sciences

                              Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                              coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                              Pharmacy East West University Bangladesh

                              WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                              Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                              Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                              Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                              42

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 1 Alur penelitian

                              Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                              Tanaman segar Kayu jawa

                              (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                              1 kg kulit batang Kayu jawa

                              (Lannea coromandelica)

                              Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                              Serbuk simplisia 600 gram

                              Maserasi dengan menggunakan

                              etanol 96 sebanyak 12 L

                              Disaring dengan kapas

                              dan kertas saring

                              kemudian diuapkan

                              dengan vacum rotary

                              evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                              Skrining Fitokimia

                              Uji Aktivitas Antibakteri

                              Sterilisasi

                              alat

                              Pembuatan

                              media (NA amp

                              NB)

                              Peremajaan

                              bakteri

                              Pembuatan

                              larutan uji

                              Pembuatan

                              suspensi bakteri

                              uji

                              Uji Diameter Zona

                              Hambat

                              Uji Konsentrasi

                              Hambat Minimum

                              43

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              44

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                              NO Golongan

                              senyawa

                              Gambar Keterangan (hasil uji)

                              1 Alkaloid

                              (Dragendorf) (Mayer)

                              - Tidak terbentuk

                              endapan kream atau

                              putih (Mayer)

                              - Hasil (-) alkaloid

                              - Tidak terbentuk

                              endapan coklat

                              kemerahan

                              (Dragendorf)

                              - Hasil (-) alkaloid

                              2 Flavonoid

                              - Perubahan

                              intensitas warna

                              kuning menjadi

                              tidak berwarna

                              - Hasil (+)

                              flavonoid

                              3 Saponin

                              - Tebentuk busa

                              setinggi 1 cm

                              yang stabil

                              - Hasil (+)saponin

                              4 Glikosida

                              - Terbentuk larutan

                              berwarna kuning

                              - Hasil (+) glikosida

                              45

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              5 Steroid dan

                              Triterpenoid

                              (steroid) (triterpenoid)

                              - Tidak terbentuk

                              warna hijau

                              kehitaman

                              (steroid) warna

                              merah

                              (triterprnoid)

                              - Hasil (-) steroid

                              dan triterpenoid

                              6 Fenol

                              - Terbentuk warna

                              hitam kebiruan

                              - Hasil (+) fenol

                              7 Tanin

                              (sebelum) (setelah)

                              Penambahan Fecl3 01

                              - Terbentuk biru

                              kehitaman

                              - Hasil (+) tanin

                              Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                              = g g X

                              = 701

                              46

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                              = w minusww minusw Bobot jenis =

                              i g minus i g i g minus i g

                              Bobot jenis = minus minus

                              Bobot jenis = 1026

                              Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                              jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                              kesetaraan sama dengan 0

                              Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                              = minus minus x =

                              Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                              W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                              W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                              Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                              = gram minus gram gram x =

                              47

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                              Gambar I pengenceran larutan uji

                              Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                              Larutan induk g =

                              μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                              500 ppm = V1 N1 V2 N2

                              = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                              =

                              = 1 mL

                              250 ppm = V1 N1 V2 N2

                              = 500 μL X 10 mL 250 μL

                              =

                              = 5 mL

                              125 ppm = V1 N1 V2 N2

                              = 250 μL X 10 mL 125 μL

                              =

                              = 5 mL

                              625 ppm = V1 N1 V2 N2

                              = 125 μL X 10 mL 625 μL

                              =

                              = 5 mL

                              48

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                              Perbandingan dengan McFarland

                              Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                              Gambar I Staphylococcus aureus

                              Gambar II Escherichia coli

                              Ket Gambar pewarnaan bakteri

                              staphylococcus aureus dengan

                              perbesaran 10 x 100

                              Berbentuk bulat dan berkelompok

                              seperti anggur

                              Berwarna ungu

                              ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                              coli dengan perbesaran 10 x 100

                              Bebentuk batang pendek

                              Berwarna merah

                              49

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Gambar III Helicobacter pylori

                              Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                              Ket Gambar pewarnaan bakteri

                              Helicobacter pylori dengan

                              perbesaran 10 x 100

                              Berbentuk spiral atau batang

                              bengkok

                              Berwarna merah

                              Ket Gambar pewarnaan bakteri

                              Pseudomoas aeruginosa dengan

                              perbesaran 10 x 100

                              Berbentuk batang tunggal

                              Berwarna merah

                              50

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                              Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                              Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                              (+) kloramfenikol

                              (-) DMSO 5

                              Ekstrak konsentrasi 500

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 250

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 125

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 625

                              ppm

                              51

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                              (+) kloramfenikol

                              (-) DMSO 5

                              Ekstrak konsentrasi 500

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 250

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 125

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 625

                              ppm

                              52

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                              (+) kloramfenikol

                              (-) DMSO 5

                              Ekstrak konsentrasi 500

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 250

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 125

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 625

                              ppm

                              53

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                              (+) kloramfenikol

                              (-) DMSO 5

                              Ekstrak konsentrasi 500

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 250

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 125

                              ppm

                              Ekstrak konsentrasi 625

                              ppm

                              54

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                              Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                              Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                              Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                              250 ppm

                              1512

                              125 ppm

                              1523

                              625 ppm

                              1623

                              k kuman

                              1504

                              k media

                              0000

                              500 ppm

                              1096

                              250 ppm

                              1252

                              125 ppm

                              1293

                              k kuman

                              1295

                              k media

                              0000

                              500 ppm

                              1321

                              625 ppm

                              1369

                              55

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                              Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                              Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                              dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                              spektrofotometer uv-vis

                              500 ppm

                              1190

                              250 ppm

                              1556

                              125 ppm

                              1940

                              k kuman

                              1938

                              k media

                              0000

                              500 ppm

                              1128

                              250 ppm

                              1395

                              125 ppm

                              1603

                              k kuman

                              1546

                              k media

                              0000

                              625 ppm

                              1952

                              625 ppm

                              1645

                              56

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                              Simplisia kulit batang

                              kayu jawa

                              Ekstrak kulit batang kayu

                              jawa

                              Vortex

                              Mikropipet

                              Hotplate

                              Refrigator

                              LAF

                              Oven

                              Autoklaf

                              57

                              UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                              Inkubator

                              Spektrofotometer uv-vis

                              Jangka sorong

                              • DAFTAR ISI
                              • Halaman
                              • HALAMAN SAMPUL i
                              • HALAMAN JUDUL ii
                              • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                              • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                              • HALAMAN PENGESEHAN v
                              • ABSTRAK vi
                              • ABSTRACT vii
                              • KATA PENGANTAR viii
                              • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                              • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                              • DAFTAR ISI xi
                              • DAFTAR TABEL xiii
                              • DAFTAR GAMBAR xiv
                              • DAFTAR LAMPIRAN xv
                              • BAB I PENDAHULUAN 1
                              • 11 Latar Belakang 1
                              • 12 Rumusan Masalah 3
                              • 13 Tujuan Penelitian 3
                              • 14 Manfaat Penelitian 4
                              • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                              • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                              • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                              • 23 Pelarut 10
                              • 24 Bakteri 12
                              • 25 Antibakteri 15
                              • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                              • 25 Antibiotik Pembanding 19
                              • BAB III METODE PENELITIAN 21
                              • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                              • 32 Alat dan Bahan 21
                              • 321 Alat 21
                              • 322 Bahan 21
                              • 323 Bakteri Uji 22
                              • 33 Prosedur kerja 22
                              • 331 Pembuatan Simplisia 22
                              • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                              • 333 Parameter Ekstrak 23
                              • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                              • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                              • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                              • 3352 Pembuatan Media 26
                              • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                              • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                              • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                              • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                              • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                              • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                              • BAB IV PEMBAHASAN 29
                              • 41 Determinasi Tanaman 29
                              • 42 Penyiapan sample 29
                              • 43 Ekstraksi 30
                              • 44 Parameter Ekstrak 30
                              • 45 Penapisan Fitokimia 32
                              • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                              • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                              • BAB V PENUTUP 38
                              • 51 Kesimpulan 38
                              • 52 Saran 38
                              • DAFTAR PUSTAKA 39
                              • LAMPIRAN 43
                              • DAFTAR TABEL
                              • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                              • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                              • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                              • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                              • DAFTAR GAMBAR
                              • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                              • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                              • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                              • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                              • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                              • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                              • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                              • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                              • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                              • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                              • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                              • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                              • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                              • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                              • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                1

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                BAB I

                                PENDAHULUAN

                                11 Latar Belakang

                                Dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan baik dari

                                tumbuhan hewan ataupun mineral Pengobatan dengan menggunakan bahan

                                alam diperkirakan berusia sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri

                                Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

                                tumbuhan telah dikenal oleh masyarakat sejak masa sebelum masehi

                                (Gana 2008)

                                Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh

                                berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang ataupun negara

                                maju Sekitar 80 penduduk negara berkembang masih mengandalkan

                                pengobatan tradisional dan 85 pengobatan tradisional dalam prakteknya

                                menggunakan tumbuh-tumbuhan (Gana 2008)

                                Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

                                Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah SWT

                                yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang kesehatan

                                maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya

                                Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat lebih dari 20000

                                jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini Sekitar 1000 jenis tanaman

                                telah terdata dan baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

                                untuk pengobatan secara tradisional Penggunaan tanaman sebagai bahan obat

                                tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui khasiatnya dan

                                digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru

                                (Akbar 2010)

                                Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan

                                masyarakat Indonesia masyarakat Sulawesi tenggara khususnya adalah Kayu

                                jawa (Lannea coromandelica) atau dalam masyarakat Bugis dikenal dengan

                                sebutan ldquoaju jawardquo Tanaman ini adalah salah satu tanaman obat tradisional

                                yang masih sering digunakan oleh masyarakat Bugis sampai sekarang ini

                                karena khasiatnya yang dipercaya sangat ampuh Biasanya digunakan untuk

                                1

                                2

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                                menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                                Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                                misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                                tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                                biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                                menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                                Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                                steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                                Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                                antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                                Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                                dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                                asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                                antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                                yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                                uji toksisitas (Erwin 2014)

                                Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                                dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                                kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                                sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                                pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                                digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                                Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                                dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                                Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                                luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                                normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                                menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                                3

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                                berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                                pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                                dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                                Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                                penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                                dan luka bakar yang berat

                                Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                                pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                                coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                                aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                                tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                                (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                                coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                12 Rumusan Masalah

                                1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                                kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                                Sulawesi Indonesia

                                2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                                (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                13 Tujuan Penelitian

                                Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                                96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                                Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                aeruginosa

                                4

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                14 Manfaat Penelitian

                                1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                                aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                                coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                                antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                                Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                                2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                                mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                                5

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                BAB II

                                TINJAUAN PUSTAKA

                                21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                                ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                                Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                                Kingdom Plantae

                                Phylum Mannoliophyta

                                Class Magnoliatae

                                Order Sapindales

                                Family Anacardiaceae

                                Genus Lannea

                                Species Lannea coromandelica

                                (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                                Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                                hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                                sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                                5

                                6

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                nyeri lokal (Wahid 2009)

                                22 Ektrak dan Ektraksi

                                Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                1 Parameter non spesifik

                                a Kadar air

                                Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                7

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                b Kadar abu

                                Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                (DepKes RI 2000)

                                2 Parameter spesifik

                                a Identitas

                                Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                dan spesifik dari senyawa identitas

                                b Organoleptik

                                Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                8

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                1 Cara dingin

                                a Maserasi

                                Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                b Perkolasi

                                Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                2 Cara panas

                                a Sokletasi

                                Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                9

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                b Refluks

                                Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                c Infusa

                                Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                2000)

                                d Dekok

                                Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                panas (Tiwari et al 2011)

                                e Digesti

                                Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                23 Pelarut

                                Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                10

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                (Tiwari et al 2011)

                                Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                1 Air

                                Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                2 Aseton

                                Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                3 Alkohol

                                Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                11

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                4 Kloroform

                                Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                5 Eter

                                Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                lemak (Tiwari et al 2011)

                                6 n-Heksana

                                n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                ekstraksi minyak nabati

                                7 Etil asetat

                                Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                24 Bakteri

                                Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                penampang maupun panjangnya

                                12

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                (Jawetz 1996)

                                Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                1 Golongan basil

                                Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                2 Golongan kokus

                                Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                yang berdiameter sampai 25μ

                                3 Golongan spiral

                                Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                13

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Bakteri uji

                                1 Staphylococcus aureus

                                Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                manusia (Jawetz 1996)

                                Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                Kelas Schizomycetes

                                Bangsa Eubacteriales

                                Suku Micrococcaceae

                                Marga Staphylococcus

                                Spesies Staphylococcus aureus

                                2 Escherichia coli

                                Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                akuatik makanan air seni dan tinja

                                14

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                Devisi Bacteria

                                Kelas Schizomycetes

                                Bangsa Enterobacteriales

                                Suku Enterobacteriaceae

                                Marga Escherichia

                                Spesies Escherichia coli

                                3 Helicobacter pylori

                                Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                duodenum)

                                Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                Devisi Bacteria

                                Kelas Epsilon Probacteria

                                Bangsa Campylobacteralis

                                Suku Helicobateraceae

                                Marga Helicobacter

                                Spesis Helicobacter pylori

                                4 Pseudomonas aeruginosa

                                Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                42o

                                C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                15

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                Divisi Bacteria

                                Phylum Proteobacteria

                                Kelas Gamma Proteobacteria

                                Marga Pseudomonadales

                                Suku Pseudomonadaceae

                                Genus Pseudomonas

                                Species Pseudomonas aeruginosa

                                25 Antibakteri

                                Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                Mekanisme kerja antibakteri

                                1 Menghambat sintesis dinding sel

                                Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                1988)

                                2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                matinya sel (Pleczar 1988)

                                3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                16

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                matinya sel (Pleczar 1988)

                                5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                efisien

                                Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                1 Metode difusi

                                a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                (Pratiwi 2008)

                                b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                17

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                diuji (Pratiwi 2008)

                                e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                Y = panjang pertumbuhan aktual

                                C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                mgmL atau μgmL

                                Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                18

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                2 Metode dilusi

                                Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                (Pratiwi 2008)

                                b Metode dilusi padat solid dilution test

                                Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                27 Antibiotika Pembanding

                                Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                19

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                (Depkes RI 1995)

                                Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                peptida (Katzung 2004)

                                Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                20

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                BAB III

                                METODE PENELITIAN

                                31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                Januari-April 2015

                                32 Alat dan Bahan

                                321 Alat

                                Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                standar laboratorium

                                Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                (oxoid) jangka sorong

                                322 Bahan

                                Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                96 spirtus

                                21

                                21

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                323 Bakteri Uji

                                Bakteri yang digunakan antara lain

                                Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                33 Prosedur Kerja

                                331 Pembuatan simplisia

                                Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                332 Pembuatan Ekstak

                                Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                Kemudian dihitung persen rendeman

                                Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                333 Parameter ekstrak

                                a Identitas Ekstrak

                                Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                22

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                b Organoleptik Ekstrak

                                Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                c Residu Pelarut Etanol

                                Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                d Kadar Air

                                Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                hari (Depkes RI 2000)

                                e Kadar Abu Total

                                Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                1 Uji alkaloid

                                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                23

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                2 Uji Flavonoid

                                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                3 Uji Saponin

                                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                1969)

                                4 Uji Glikosida

                                Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                (Ayoola GA 2008)

                                6 Uji Fenol

                                Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                24

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                7 Uji Tanin

                                Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                3352 Pembuatan Medium

                                1 NA (Nutrient Agar)

                                Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                2007)

                                25

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                2 NB (Nutrient Broth)

                                Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                15 menit (Alexander 2007)

                                3354 Peremajaan Bakteri

                                Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                Dan siap diwarnai

                                Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                26

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                4 (pokyni2010)

                                3357 Pembuatan larutan uji

                                Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                2013)

                                3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                27

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                28

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                BAB IV

                                HASIL DAN PEMBAHASAN

                                41 Determinasi Tanaman

                                Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                42 Penyiapan Sampel

                                Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                sebagai tanaman pagar

                                Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                29

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                43 Ekstraksi

                                Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                44 Parameter Ekstrak

                                Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                Karakteristik Hasil

                                Parameter spesifik

                                1 Identitas

                                - Nama Latin

                                - Bagian Tumbuhan

                                - Nama Indonesia

                                - Lannea coromandelica

                                - Kulit batang

                                - Kayu jawa

                                30

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                2 Organoleptik

                                - Bentuk

                                - Warna

                                - Bau

                                - Rasa

                                - Kental

                                - Coklat kehitaman

                                - Khas

                                - Agak sepat

                                Parameter non spesifik

                                1 Residu pelarut etanol 0

                                2 Kadar air 58

                                3 Kadar abu 14

                                Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                pancaindera

                                Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                31

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                pengujian aktivitas antibakteri

                                Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                45 Penapisan Fitokimia

                                Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                dilihat pada tabel berikut ini

                                Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                jawa (Lannea coromandelica)

                                Penguji senyawa Hasil

                                Alkaloid -

                                Flavonoid +

                                Saponin +

                                Glikosida +

                                Steroid Triterpenoid -

                                Fenol +

                                Tanin +

                                32

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                tabel berikut

                                Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                terhadap bakteri uji

                                Konsentrasi

                                ekstrak

                                Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                Staphylococcus

                                aureus

                                Escherichia

                                coli

                                Helicobacter

                                pylori

                                Pseudomonas

                                aeruginosa

                                625 μgml - - - -

                                125 μgml - 70 - -

                                250 μgml - 78 73 68

                                500 μgml 71 85 82 85

                                Kontrol (-)

                                DMSO 5

                                - - - -

                                Kontrol (+)

                                kloramfenikol

                                204 250 233 203

                                Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                33

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                menggunakan kloramfenikol

                                Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                34

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                85 mm dan 68 mm

                                Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                35

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                Konsentrasi

                                ekstrak

                                Nilai absorbansi kekeruhan

                                Staphylococcus

                                aureus

                                Escherichia

                                coli

                                Helicobacter

                                pylori

                                Psedomonas

                                aeruginosa

                                500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                Kontrol

                                kuman

                                1504 1295 1938 1546

                                Kontrol media

                                (blanko)

                                0000 0000 0000 0000

                                Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                36

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                37

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                BAB V

                                KESIMPULAN DAN SARAN

                                51 Kesimpulan

                                1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                adalah 85 mm dan 68 mm

                                3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                52 Saran

                                Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                38

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                DAFTAR PUSTAKA

                                Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                Institut Pertanian Bogor

                                Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                McGraw Hill Higer Education

                                Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                Pharmaceutical Research

                                Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                University Press

                                39

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                Indonesia Jakarta

                                Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                31 2008

                                Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                Balai penerbit FKUI Jakarta

                                Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                ITB Hal 6-17

                                Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                edition

                                The Pharmaceutical Press London England

                                Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                EGC

                                Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                40

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                methodology

                                Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                Hidayatullah Jakarta

                                Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                41

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                Sciences

                                Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                Yogyakarta

                                Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                Agricultural and Food Chemistry

                                Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                Bio Sciences

                                Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                Pharmacy East West University Bangladesh

                                WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                42

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 1 Alur penelitian

                                Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                Tanaman segar Kayu jawa

                                (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                1 kg kulit batang Kayu jawa

                                (Lannea coromandelica)

                                Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                Serbuk simplisia 600 gram

                                Maserasi dengan menggunakan

                                etanol 96 sebanyak 12 L

                                Disaring dengan kapas

                                dan kertas saring

                                kemudian diuapkan

                                dengan vacum rotary

                                evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                Skrining Fitokimia

                                Uji Aktivitas Antibakteri

                                Sterilisasi

                                alat

                                Pembuatan

                                media (NA amp

                                NB)

                                Peremajaan

                                bakteri

                                Pembuatan

                                larutan uji

                                Pembuatan

                                suspensi bakteri

                                uji

                                Uji Diameter Zona

                                Hambat

                                Uji Konsentrasi

                                Hambat Minimum

                                43

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                44

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                NO Golongan

                                senyawa

                                Gambar Keterangan (hasil uji)

                                1 Alkaloid

                                (Dragendorf) (Mayer)

                                - Tidak terbentuk

                                endapan kream atau

                                putih (Mayer)

                                - Hasil (-) alkaloid

                                - Tidak terbentuk

                                endapan coklat

                                kemerahan

                                (Dragendorf)

                                - Hasil (-) alkaloid

                                2 Flavonoid

                                - Perubahan

                                intensitas warna

                                kuning menjadi

                                tidak berwarna

                                - Hasil (+)

                                flavonoid

                                3 Saponin

                                - Tebentuk busa

                                setinggi 1 cm

                                yang stabil

                                - Hasil (+)saponin

                                4 Glikosida

                                - Terbentuk larutan

                                berwarna kuning

                                - Hasil (+) glikosida

                                45

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                5 Steroid dan

                                Triterpenoid

                                (steroid) (triterpenoid)

                                - Tidak terbentuk

                                warna hijau

                                kehitaman

                                (steroid) warna

                                merah

                                (triterprnoid)

                                - Hasil (-) steroid

                                dan triterpenoid

                                6 Fenol

                                - Terbentuk warna

                                hitam kebiruan

                                - Hasil (+) fenol

                                7 Tanin

                                (sebelum) (setelah)

                                Penambahan Fecl3 01

                                - Terbentuk biru

                                kehitaman

                                - Hasil (+) tanin

                                Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                = g g X

                                = 701

                                46

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                = w minusww minusw Bobot jenis =

                                i g minus i g i g minus i g

                                Bobot jenis = minus minus

                                Bobot jenis = 1026

                                Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                kesetaraan sama dengan 0

                                Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                = minus minus x =

                                Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                = gram minus gram gram x =

                                47

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                Gambar I pengenceran larutan uji

                                Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                Larutan induk g =

                                μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                =

                                = 1 mL

                                250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                =

                                = 5 mL

                                125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                =

                                = 5 mL

                                625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                =

                                = 5 mL

                                48

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                Perbandingan dengan McFarland

                                Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                Gambar I Staphylococcus aureus

                                Gambar II Escherichia coli

                                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                staphylococcus aureus dengan

                                perbesaran 10 x 100

                                Berbentuk bulat dan berkelompok

                                seperti anggur

                                Berwarna ungu

                                ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                coli dengan perbesaran 10 x 100

                                Bebentuk batang pendek

                                Berwarna merah

                                49

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Gambar III Helicobacter pylori

                                Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                Helicobacter pylori dengan

                                perbesaran 10 x 100

                                Berbentuk spiral atau batang

                                bengkok

                                Berwarna merah

                                Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                Pseudomoas aeruginosa dengan

                                perbesaran 10 x 100

                                Berbentuk batang tunggal

                                Berwarna merah

                                50

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                (+) kloramfenikol

                                (-) DMSO 5

                                Ekstrak konsentrasi 500

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 250

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 125

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 625

                                ppm

                                51

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                (+) kloramfenikol

                                (-) DMSO 5

                                Ekstrak konsentrasi 500

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 250

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 125

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 625

                                ppm

                                52

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                (+) kloramfenikol

                                (-) DMSO 5

                                Ekstrak konsentrasi 500

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 250

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 125

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 625

                                ppm

                                53

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                (+) kloramfenikol

                                (-) DMSO 5

                                Ekstrak konsentrasi 500

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 250

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 125

                                ppm

                                Ekstrak konsentrasi 625

                                ppm

                                54

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                250 ppm

                                1512

                                125 ppm

                                1523

                                625 ppm

                                1623

                                k kuman

                                1504

                                k media

                                0000

                                500 ppm

                                1096

                                250 ppm

                                1252

                                125 ppm

                                1293

                                k kuman

                                1295

                                k media

                                0000

                                500 ppm

                                1321

                                625 ppm

                                1369

                                55

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                spektrofotometer uv-vis

                                500 ppm

                                1190

                                250 ppm

                                1556

                                125 ppm

                                1940

                                k kuman

                                1938

                                k media

                                0000

                                500 ppm

                                1128

                                250 ppm

                                1395

                                125 ppm

                                1603

                                k kuman

                                1546

                                k media

                                0000

                                625 ppm

                                1952

                                625 ppm

                                1645

                                56

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                Simplisia kulit batang

                                kayu jawa

                                Ekstrak kulit batang kayu

                                jawa

                                Vortex

                                Mikropipet

                                Hotplate

                                Refrigator

                                LAF

                                Oven

                                Autoklaf

                                57

                                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                Inkubator

                                Spektrofotometer uv-vis

                                Jangka sorong

                                • DAFTAR ISI
                                • Halaman
                                • HALAMAN SAMPUL i
                                • HALAMAN JUDUL ii
                                • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                • HALAMAN PENGESEHAN v
                                • ABSTRAK vi
                                • ABSTRACT vii
                                • KATA PENGANTAR viii
                                • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                • DAFTAR ISI xi
                                • DAFTAR TABEL xiii
                                • DAFTAR GAMBAR xiv
                                • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                • BAB I PENDAHULUAN 1
                                • 11 Latar Belakang 1
                                • 12 Rumusan Masalah 3
                                • 13 Tujuan Penelitian 3
                                • 14 Manfaat Penelitian 4
                                • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                • 23 Pelarut 10
                                • 24 Bakteri 12
                                • 25 Antibakteri 15
                                • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                • 32 Alat dan Bahan 21
                                • 321 Alat 21
                                • 322 Bahan 21
                                • 323 Bakteri Uji 22
                                • 33 Prosedur kerja 22
                                • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                • 333 Parameter Ekstrak 23
                                • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                • 3352 Pembuatan Media 26
                                • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                • 41 Determinasi Tanaman 29
                                • 42 Penyiapan sample 29
                                • 43 Ekstraksi 30
                                • 44 Parameter Ekstrak 30
                                • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                • BAB V PENUTUP 38
                                • 51 Kesimpulan 38
                                • 52 Saran 38
                                • DAFTAR PUSTAKA 39
                                • LAMPIRAN 43
                                • DAFTAR TABEL
                                • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                • DAFTAR GAMBAR
                                • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                  2

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  mengobati luka dalam maupun luka luar Masyarakat Bugis juga sering

                                  menggunakan tanaman aju jawa ini untuk mengobati diare mual dan muntah

                                  Cara penggunaan tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya

                                  misalnya untuk pengobatan diare atau muntah masyarakat meminum rebusan

                                  tanaman ini Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka masyarakat

                                  biasanya langsung menggunakan bagian tanaman aju jawa dengan

                                  menempelkannya ke bagian luka (Rahayu 2006)

                                  Berdasarkan studi fitokimia kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat

                                  steroid glikosida jantung terpenoid tanin dan flavonoid (Manik et al 2013)

                                  Ektsrak metanol kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

                                  antidiare yang disebabkan mikroorganisme patogen (Rajib et al 2013)

                                  Avinash (2011) juga melaporkan bahwa kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) digunakan untuk pengobatan ulcer pengobatan luka hipotensi

                                  dan antimikroba di India Selain itu fraksi n-heksana diklorometana dan etil

                                  asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas

                                  antioksidan antimikroba dan trombolitik (Manik et al 2013) Kayu jawa

                                  yang berasal dari Sulawesi baru dilaporkan memiliki antivitas antioksidan dan

                                  uji toksisitas (Erwin 2014)

                                  Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kayu jawa yang berasal

                                  dari Sulawesi juga memiliki potensi sebagai antibakteri Berdasarkan khasiat

                                  kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) di daerah sulawesi yaitu

                                  sebagai obat luka dan obat diare serta sebagai obat peptic ulcer di India Maka

                                  pada penelitian aktivitas antibakteri kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) ini digunakan bakteri yang berhubungan dengan empiris yang

                                  digunakan masyarakat untuk pengobatan diantaranya adalah sebagai berikut

                                  Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada mulut

                                  dan saluran pernapasan tetapi bersifat patogen menyebabkan infeksi pada kulit

                                  Bakteri ini banyak terdapat pada selaput lendir kulit bisul dan

                                  luka(Dwidjoseputro 1990) Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

                                  normal usus namun dalam keadaan tidak normal bersifat patogen umumnya

                                  menyebabkan diare dan sebagai indikator pencemaran air dengan tinja

                                  3

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                                  berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                                  pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                                  dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                                  Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                                  penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                                  dan luka bakar yang berat

                                  Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                                  pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                                  coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                                  aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                                  tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                                  (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                                  coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                  12 Rumusan Masalah

                                  1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                                  kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                                  Sulawesi Indonesia

                                  2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                                  (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                  Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                  13 Tujuan Penelitian

                                  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                                  96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                                  Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                  aeruginosa

                                  4

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  14 Manfaat Penelitian

                                  1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                                  aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                                  coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                                  antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                                  Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                                  2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                                  mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                                  5

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  BAB II

                                  TINJAUAN PUSTAKA

                                  21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                  Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                                  ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                                  Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                                  Kingdom Plantae

                                  Phylum Mannoliophyta

                                  Class Magnoliatae

                                  Order Sapindales

                                  Family Anacardiaceae

                                  Genus Lannea

                                  Species Lannea coromandelica

                                  (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                                  Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                                  hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                                  sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                                  5

                                  6

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                  eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                  tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                  kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                  hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                  di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                  Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                  Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                  pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                  ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                  paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                  mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                  sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                  Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                  impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                  nyeri lokal (Wahid 2009)

                                  22 Ektrak dan Ektraksi

                                  Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                  senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                  yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                  serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                  ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                  Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                  1 Parameter non spesifik

                                  a Kadar air

                                  Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                  dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                  destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                  7

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  b Kadar abu

                                  Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                  dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                  sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                  untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                  eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                  (DepKes RI 2000)

                                  2 Parameter spesifik

                                  a Identitas

                                  Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                  latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                  Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                  dan spesifik dari senyawa identitas

                                  b Organoleptik

                                  Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                  mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                  (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                  Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                  terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                  diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                  dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                  terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                  atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                  terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                  ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                  Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                  tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                  yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                  material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                  sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                  8

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                  1 Cara dingin

                                  a Maserasi

                                  Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                  pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                  kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                  adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                  kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                  banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                  cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                  pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                  pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                  cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                  b Perkolasi

                                  Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                  penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                  Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                  tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                  secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                  menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                  secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                  digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                  ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                  2 Cara panas

                                  a Sokletasi

                                  Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                  menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                  pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                  9

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  b Refluks

                                  Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                  titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                  konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                  c Infusa

                                  Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                  menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                  digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                  2000)

                                  d Dekok

                                  Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                  titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                  air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                  ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                  panas (Tiwari et al 2011)

                                  e Digesti

                                  Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                  temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                  40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                  kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                  25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                  digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                  23 Pelarut

                                  Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                  Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                  tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                  pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                  menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                  10

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                  (Tiwari et al 2011)

                                  Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                  Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                  akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                  kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                  pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                  Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                  1 Air

                                  Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                  produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                  secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                  dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                  antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                  melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                  signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                  yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                  2 Aseton

                                  Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                  tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                  mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                  untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                  dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                  3 Alkohol

                                  Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                  dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                  lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                  lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                  intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                  namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                  ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                  11

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  4 Kloroform

                                  Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                  menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                  aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                  dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                  pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                  5 Eter

                                  Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                  lemak (Tiwari et al 2011)

                                  6 n-Heksana

                                  n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                  bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                  molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                  953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                  71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                  ekstraksi minyak nabati

                                  7 Etil asetat

                                  Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                  secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                  dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                  24 Bakteri

                                  Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                  tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                  mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                  pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                  mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                  berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                  penampang maupun panjangnya

                                  12

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                  reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                  negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                  sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                  struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                  karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                  Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                  Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                  tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                  lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                  mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                  (Jawetz 1996)

                                  Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                  golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                  1 Golongan basil

                                  Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                  bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                  sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                  2 Golongan kokus

                                  Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                  golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                  yang berdiameter sampai 25μ

                                  3 Golongan spiral

                                  Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                  Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                  dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                  13

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Bakteri uji

                                  1 Staphylococcus aureus

                                  Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                  patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                  berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                  teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                  Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                  paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                  aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                  ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                  manusia (Jawetz 1996)

                                  Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                  Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                  Kelas Schizomycetes

                                  Bangsa Eubacteriales

                                  Suku Micrococcaceae

                                  Marga Staphylococcus

                                  Spesies Staphylococcus aureus

                                  2 Escherichia coli

                                  Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                  yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                  (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                  sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                  permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                  bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                  manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                  pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                  saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                  akuatik makanan air seni dan tinja

                                  14

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                  Devisi Bacteria

                                  Kelas Schizomycetes

                                  Bangsa Enterobacteriales

                                  Suku Enterobacteriaceae

                                  Marga Escherichia

                                  Spesies Escherichia coli

                                  3 Helicobacter pylori

                                  Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                  bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                  lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                  diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                  duodenum)

                                  Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                  Devisi Bacteria

                                  Kelas Epsilon Probacteria

                                  Bangsa Campylobacteralis

                                  Suku Helicobateraceae

                                  Marga Helicobacter

                                  Spesis Helicobacter pylori

                                  4 Pseudomonas aeruginosa

                                  Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                  2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                  terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                  Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                  42o

                                  C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                  kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                  bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                  15

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                  Divisi Bacteria

                                  Phylum Proteobacteria

                                  Kelas Gamma Proteobacteria

                                  Marga Pseudomonadales

                                  Suku Pseudomonadaceae

                                  Genus Pseudomonas

                                  Species Pseudomonas aeruginosa

                                  25 Antibakteri

                                  Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                  diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                  yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                  Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                  Mekanisme kerja antibakteri

                                  1 Menghambat sintesis dinding sel

                                  Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                  pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                  1988)

                                  2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                  Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                  serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                  memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                  membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                  matinya sel (Pleczar 1988)

                                  3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                  Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                  protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                  substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                  asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                  Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                  16

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                  komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                  4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                  Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                  sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                  Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                  Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                  matinya sel (Pleczar 1988)

                                  5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                  DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                  kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                  terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                  mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                  26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                  Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                  konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                  mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                  menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                  pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                  antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                  efisien

                                  Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                  1 Metode difusi

                                  a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                  Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                  telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                  tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                  mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                  (Pratiwi 2008)

                                  b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                  Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                  17

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                  mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                  mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                  diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                  mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                  ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                  pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                  c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                  antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                  memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                  membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                  parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                  d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                  dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                  mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                  diuji (Pratiwi 2008)

                                  e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                  pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                  agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                  kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                  selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                  memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                  mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                  dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                  total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                  dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                  X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                  Y = panjang pertumbuhan aktual

                                  C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                  mgmL atau μgmL

                                  Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                  18

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                  dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                  mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                  2 Metode dilusi

                                  Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                  a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                  Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                  Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                  Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                  dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                  pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                  agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                  pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                  dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                  agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                  tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                  (Pratiwi 2008)

                                  b Metode dilusi padat solid dilution test

                                  Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                  media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                  agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                  mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                  27 Antibiotika Pembanding

                                  Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                  Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                  19

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                  putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                  praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                  Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                  propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                  (Depkes RI 1995)

                                  Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                  sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                  dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                  antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                  secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                  amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                  merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                  peptida (Katzung 2004)

                                  Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                  disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                  anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                  kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                  efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                  Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                  memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                  20

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  BAB III

                                  METODE PENELITIAN

                                  31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                  Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                  Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                  Januari-April 2015

                                  32 Alat dan Bahan

                                  321 Alat

                                  Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                  spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                  evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                  standar laboratorium

                                  Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                  (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                  325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                  (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                  magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                  laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                  (oxoid) jangka sorong

                                  322 Bahan

                                  Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                  kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                  Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                  Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                  akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                  kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                  fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                  NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                  96 spirtus

                                  21

                                  21

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  323 Bakteri Uji

                                  Bakteri yang digunakan antara lain

                                  Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                  Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                  diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                  33 Prosedur Kerja

                                  331 Pembuatan simplisia

                                  Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                  diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                  peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                  disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                  dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                  kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                  bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                  serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                  332 Pembuatan Ekstak

                                  Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                  600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                  etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                  kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                  kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                  menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                  menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                  Kemudian dihitung persen rendeman

                                  Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                  333 Parameter ekstrak

                                  a Identitas Ekstrak

                                  Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                  ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                  nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                  22

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  b Organoleptik Ekstrak

                                  Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                  mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                  c Residu Pelarut Etanol

                                  Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                  mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                  mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                  cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                  etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                  etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                  d Kadar Air

                                  Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                  yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                  Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                  Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                  kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                  hari (Depkes RI 2000)

                                  e Kadar Abu Total

                                  Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                  etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                  perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                  dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                  terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                  334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                  Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                  terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                  alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                  1 Uji alkaloid

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                  disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                  ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                  23

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                  dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                  pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                  Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                  coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                  senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                  2 Uji Flavonoid

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                  ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                  kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                  mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                  3 Uji Saponin

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                  larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                  setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                  1969)

                                  4 Uji Glikosida

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                  larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                  senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                  5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                  Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                  diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                  kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                  dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                  kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                  triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                  (Ayoola GA 2008)

                                  6 Uji Fenol

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                  ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                  mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                  24

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  7 Uji Tanin

                                  Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                  reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                  FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                  adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                  335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                  3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                  Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                  disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                  mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                  autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                  disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                  dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                  tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                  Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                  plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                  Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                  disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                  sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                  Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                  selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                  sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                  3352 Pembuatan Medium

                                  1 NA (Nutrient Agar)

                                  Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                  aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                  kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                  menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                  telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                  kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                  2007)

                                  25

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  2 NB (Nutrient Broth)

                                  Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                  aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                  stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                  15 menit (Alexander 2007)

                                  3354 Peremajaan Bakteri

                                  Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                  yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                  aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                  digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                  inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                  3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                  Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                  dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                  kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                  diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                  Dan siap diwarnai

                                  Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                  atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                  sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                  kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                  dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                  dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                  preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                  dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                  mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                  3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                  Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                  selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                  dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                  divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                  pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                  26

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                  09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                  Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                  kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                  4 (pokyni2010)

                                  3357 Pembuatan larutan uji

                                  Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                  (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                  yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                  tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                  ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                  3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                  Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                  steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                  Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                  menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                  diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                  ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                  telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                  30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                  370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                  yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                  2013)

                                  3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                  Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                  batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                  masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                  tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                  ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                  dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                  09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                  27

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                  diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                  kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                  kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                  pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                  Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                  konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                  absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                  28

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  BAB IV

                                  HASIL DAN PEMBAHASAN

                                  41 Determinasi Tanaman

                                  Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                  tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                  Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                  Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                  Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                  42 Penyiapan Sampel

                                  Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                  dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                  sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                  Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                  sebagai tanaman pagar

                                  Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                  dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                  dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                  batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                  dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                  mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                  terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                  proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                  menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                  perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                  pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                  Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                  kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                  disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                  pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                  menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                  29

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  43 Ekstraksi

                                  Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                  metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                  batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                  dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                  sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                  hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                  12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                  2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                  tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                  etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                  pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                  antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                  mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                  dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                  mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                  kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                  evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                  gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                  44 Parameter Ekstrak

                                  Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                  non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                  Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                  96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                  Karakteristik Hasil

                                  Parameter spesifik

                                  1 Identitas

                                  - Nama Latin

                                  - Bagian Tumbuhan

                                  - Nama Indonesia

                                  - Lannea coromandelica

                                  - Kulit batang

                                  - Kayu jawa

                                  30

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  2 Organoleptik

                                  - Bentuk

                                  - Warna

                                  - Bau

                                  - Rasa

                                  - Kental

                                  - Coklat kehitaman

                                  - Khas

                                  - Agak sepat

                                  Parameter non spesifik

                                  1 Residu pelarut etanol 0

                                  2 Kadar air 58

                                  3 Kadar abu 14

                                  Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                  dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                  kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                  kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                  pancaindera

                                  Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                  aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                  dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                  pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                  yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                  masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                  memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                  pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                  antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                  dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                  yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                  dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                  kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                  Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                  air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                  beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                  96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                  31

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                  bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                  air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                  pengujian aktivitas antibakteri

                                  Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                  kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                  terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                  dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                  anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                  Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                  bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                  dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                  coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                  45 Penapisan Fitokimia

                                  Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                  metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                  coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                  memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                  dilihat pada tabel berikut ini

                                  Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                  jawa (Lannea coromandelica)

                                  Penguji senyawa Hasil

                                  Alkaloid -

                                  Flavonoid +

                                  Saponin +

                                  Glikosida +

                                  Steroid Triterpenoid -

                                  Fenol +

                                  Tanin +

                                  32

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                  adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                  glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                  polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                  46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                  Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                  difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                  bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                  tabel berikut

                                  Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                  terhadap bakteri uji

                                  Konsentrasi

                                  ekstrak

                                  Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                  Staphylococcus

                                  aureus

                                  Escherichia

                                  coli

                                  Helicobacter

                                  pylori

                                  Pseudomonas

                                  aeruginosa

                                  625 μgml - - - -

                                  125 μgml - 70 - -

                                  250 μgml - 78 73 68

                                  500 μgml 71 85 82 85

                                  Kontrol (-)

                                  DMSO 5

                                  - - - -

                                  Kontrol (+)

                                  kloramfenikol

                                  204 250 233 203

                                  Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                  96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                  antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                  zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                  250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                  penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                  literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                  33

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                  pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                  Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                  menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                  zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                  ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                  sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                  menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                  konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                  terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                  kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                  zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                  Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                  30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                  Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                  sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                  Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                  kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                  penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                  dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                  satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                  Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                  (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                  amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                  Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                  menggunakan kloramfenikol

                                  Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                  batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                  bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                  konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                  adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                  diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                  34

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                  73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                  antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                  85 mm dan 68 mm

                                  Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                  sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                  Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                  (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                  tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                  antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                  kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                  glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                  47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                  Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                  konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                  hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                  berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                  Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                  menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                  Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                  menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                  Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                  di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                  tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                  suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                  yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                  inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                  kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                  kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                  kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                  35

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                  Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                  kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                  batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                  Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                  (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                  membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                  mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                  Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                  secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                  dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                  Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                  menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                  sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                  Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                  Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                  Konsentrasi

                                  ekstrak

                                  Nilai absorbansi kekeruhan

                                  Staphylococcus

                                  aureus

                                  Escherichia

                                  coli

                                  Helicobacter

                                  pylori

                                  Psedomonas

                                  aeruginosa

                                  500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                  250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                  125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                  625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                  Kontrol

                                  kuman

                                  1504 1295 1938 1546

                                  Kontrol media

                                  (blanko)

                                  0000 0000 0000 0000

                                  Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                  hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                  coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                  nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                  36

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                  Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                  37

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  BAB V

                                  KESIMPULAN DAN SARAN

                                  51 Kesimpulan

                                  1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                  memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                  aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                  2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                  500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                  menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                  dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                  mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                  500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                  dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                  pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                  adalah 85 mm dan 68 mm

                                  3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                  jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                  adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                  terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                  bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                  52 Saran

                                  Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                  aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                  38

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  DAFTAR PUSTAKA

                                  Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                  Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                  Institut Pertanian Bogor

                                  Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                  Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                  Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                  Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                  Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                  Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                  McGraw Hill Higer Education

                                  Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                  Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                  Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                  Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                  Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                  americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                  Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                  Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                  Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                  Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                  leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                  Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                  EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                  Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                  In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                  Pharmaceutical Research

                                  Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                  Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                  University Press

                                  39

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                  Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                  Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                  Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                  Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                  Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                  Indonesia Jakarta

                                  Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                  Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                  Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                  coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                  Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                  of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                  Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                  production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                  31 2008

                                  Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                  Balai penerbit FKUI Jakarta

                                  Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                  Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                  ITB Hal 6-17

                                  Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                  edition

                                  The Pharmaceutical Press London England

                                  Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                  EGC

                                  Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                  Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                  Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                  Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                  Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                  40

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                  Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                  Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                  (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                  httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                  Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                  Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                  India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                  Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                  Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                  the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                  International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                  4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                  Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                  Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                  methodology

                                  Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                  Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                  dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                  Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                  Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                  Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                  Hidayatullah Jakarta

                                  Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                  Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                  Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                  Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                  Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                  Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                  American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                  Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                  secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                  Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                  41

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                  Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                  Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                  Sciences

                                  Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                  Yogyakarta

                                  Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                  Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                  Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                  Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                  Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                  against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                  Agricultural and Food Chemistry

                                  Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                  Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                  Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                  Bio Sciences

                                  Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                  coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                  Pharmacy East West University Bangladesh

                                  WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                  Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                  Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                  Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                  42

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 1 Alur penelitian

                                  Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                  Tanaman segar Kayu jawa

                                  (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                  1 kg kulit batang Kayu jawa

                                  (Lannea coromandelica)

                                  Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                  Serbuk simplisia 600 gram

                                  Maserasi dengan menggunakan

                                  etanol 96 sebanyak 12 L

                                  Disaring dengan kapas

                                  dan kertas saring

                                  kemudian diuapkan

                                  dengan vacum rotary

                                  evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                  Skrining Fitokimia

                                  Uji Aktivitas Antibakteri

                                  Sterilisasi

                                  alat

                                  Pembuatan

                                  media (NA amp

                                  NB)

                                  Peremajaan

                                  bakteri

                                  Pembuatan

                                  larutan uji

                                  Pembuatan

                                  suspensi bakteri

                                  uji

                                  Uji Diameter Zona

                                  Hambat

                                  Uji Konsentrasi

                                  Hambat Minimum

                                  43

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  44

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                  NO Golongan

                                  senyawa

                                  Gambar Keterangan (hasil uji)

                                  1 Alkaloid

                                  (Dragendorf) (Mayer)

                                  - Tidak terbentuk

                                  endapan kream atau

                                  putih (Mayer)

                                  - Hasil (-) alkaloid

                                  - Tidak terbentuk

                                  endapan coklat

                                  kemerahan

                                  (Dragendorf)

                                  - Hasil (-) alkaloid

                                  2 Flavonoid

                                  - Perubahan

                                  intensitas warna

                                  kuning menjadi

                                  tidak berwarna

                                  - Hasil (+)

                                  flavonoid

                                  3 Saponin

                                  - Tebentuk busa

                                  setinggi 1 cm

                                  yang stabil

                                  - Hasil (+)saponin

                                  4 Glikosida

                                  - Terbentuk larutan

                                  berwarna kuning

                                  - Hasil (+) glikosida

                                  45

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  5 Steroid dan

                                  Triterpenoid

                                  (steroid) (triterpenoid)

                                  - Tidak terbentuk

                                  warna hijau

                                  kehitaman

                                  (steroid) warna

                                  merah

                                  (triterprnoid)

                                  - Hasil (-) steroid

                                  dan triterpenoid

                                  6 Fenol

                                  - Terbentuk warna

                                  hitam kebiruan

                                  - Hasil (+) fenol

                                  7 Tanin

                                  (sebelum) (setelah)

                                  Penambahan Fecl3 01

                                  - Terbentuk biru

                                  kehitaman

                                  - Hasil (+) tanin

                                  Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                  = g g X

                                  = 701

                                  46

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                  = w minusww minusw Bobot jenis =

                                  i g minus i g i g minus i g

                                  Bobot jenis = minus minus

                                  Bobot jenis = 1026

                                  Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                  jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                  kesetaraan sama dengan 0

                                  Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                  = minus minus x =

                                  Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                  W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                  W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                  Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                  = gram minus gram gram x =

                                  47

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                  Gambar I pengenceran larutan uji

                                  Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                  Larutan induk g =

                                  μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                  500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                  = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                  =

                                  = 1 mL

                                  250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                  = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                  =

                                  = 5 mL

                                  125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                  = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                  =

                                  = 5 mL

                                  625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                  = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                  =

                                  = 5 mL

                                  48

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                  Perbandingan dengan McFarland

                                  Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                  Gambar I Staphylococcus aureus

                                  Gambar II Escherichia coli

                                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                  staphylococcus aureus dengan

                                  perbesaran 10 x 100

                                  Berbentuk bulat dan berkelompok

                                  seperti anggur

                                  Berwarna ungu

                                  ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                  coli dengan perbesaran 10 x 100

                                  Bebentuk batang pendek

                                  Berwarna merah

                                  49

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Gambar III Helicobacter pylori

                                  Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                  Helicobacter pylori dengan

                                  perbesaran 10 x 100

                                  Berbentuk spiral atau batang

                                  bengkok

                                  Berwarna merah

                                  Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                  Pseudomoas aeruginosa dengan

                                  perbesaran 10 x 100

                                  Berbentuk batang tunggal

                                  Berwarna merah

                                  50

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                  Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                  Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                  (+) kloramfenikol

                                  (-) DMSO 5

                                  Ekstrak konsentrasi 500

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 250

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 125

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 625

                                  ppm

                                  51

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                  (+) kloramfenikol

                                  (-) DMSO 5

                                  Ekstrak konsentrasi 500

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 250

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 125

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 625

                                  ppm

                                  52

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                  (+) kloramfenikol

                                  (-) DMSO 5

                                  Ekstrak konsentrasi 500

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 250

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 125

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 625

                                  ppm

                                  53

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                  (+) kloramfenikol

                                  (-) DMSO 5

                                  Ekstrak konsentrasi 500

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 250

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 125

                                  ppm

                                  Ekstrak konsentrasi 625

                                  ppm

                                  54

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                  Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                  Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                  Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                  250 ppm

                                  1512

                                  125 ppm

                                  1523

                                  625 ppm

                                  1623

                                  k kuman

                                  1504

                                  k media

                                  0000

                                  500 ppm

                                  1096

                                  250 ppm

                                  1252

                                  125 ppm

                                  1293

                                  k kuman

                                  1295

                                  k media

                                  0000

                                  500 ppm

                                  1321

                                  625 ppm

                                  1369

                                  55

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                  Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                  Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                  dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                  spektrofotometer uv-vis

                                  500 ppm

                                  1190

                                  250 ppm

                                  1556

                                  125 ppm

                                  1940

                                  k kuman

                                  1938

                                  k media

                                  0000

                                  500 ppm

                                  1128

                                  250 ppm

                                  1395

                                  125 ppm

                                  1603

                                  k kuman

                                  1546

                                  k media

                                  0000

                                  625 ppm

                                  1952

                                  625 ppm

                                  1645

                                  56

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                  Simplisia kulit batang

                                  kayu jawa

                                  Ekstrak kulit batang kayu

                                  jawa

                                  Vortex

                                  Mikropipet

                                  Hotplate

                                  Refrigator

                                  LAF

                                  Oven

                                  Autoklaf

                                  57

                                  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                  Inkubator

                                  Spektrofotometer uv-vis

                                  Jangka sorong

                                  • DAFTAR ISI
                                  • Halaman
                                  • HALAMAN SAMPUL i
                                  • HALAMAN JUDUL ii
                                  • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                  • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                  • HALAMAN PENGESEHAN v
                                  • ABSTRAK vi
                                  • ABSTRACT vii
                                  • KATA PENGANTAR viii
                                  • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                  • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                  • DAFTAR ISI xi
                                  • DAFTAR TABEL xiii
                                  • DAFTAR GAMBAR xiv
                                  • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                  • BAB I PENDAHULUAN 1
                                  • 11 Latar Belakang 1
                                  • 12 Rumusan Masalah 3
                                  • 13 Tujuan Penelitian 3
                                  • 14 Manfaat Penelitian 4
                                  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                  • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                  • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                  • 23 Pelarut 10
                                  • 24 Bakteri 12
                                  • 25 Antibakteri 15
                                  • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                  • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                  • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                  • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                  • 32 Alat dan Bahan 21
                                  • 321 Alat 21
                                  • 322 Bahan 21
                                  • 323 Bakteri Uji 22
                                  • 33 Prosedur kerja 22
                                  • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                  • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                  • 333 Parameter Ekstrak 23
                                  • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                  • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                  • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                  • 3352 Pembuatan Media 26
                                  • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                  • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                  • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                  • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                  • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                  • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                  • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                  • 41 Determinasi Tanaman 29
                                  • 42 Penyiapan sample 29
                                  • 43 Ekstraksi 30
                                  • 44 Parameter Ekstrak 30
                                  • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                  • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                  • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                  • BAB V PENUTUP 38
                                  • 51 Kesimpulan 38
                                  • 52 Saran 38
                                  • DAFTAR PUSTAKA 39
                                  • LAMPIRAN 43
                                  • DAFTAR TABEL
                                  • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                  • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                  • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                  • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                  • DAFTAR GAMBAR
                                  • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                  • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                  • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                  • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                  • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                  • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                  • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                  • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                  • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                  • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                  • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                  • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                  • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                  • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                  • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                    3

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    (Dwidjoseputro 1990) Bakteri Helicobacter pylori (H pylori) adalah bakteri

                                    berbentuk spiral yang ditemukan pada lapisan mukosa lambung atau melekat

                                    pada lapisan epitel lambung Helicobacter pylori menyebabkan lebih dari 90

                                    dari ulkus duodenum dan hingga 80 dari ulkus lambung (Jawetz 1992)

                                    Bakeri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang sering menyebabkan

                                    penyakit bagi manusia dimana sering diisolasi dari penderita neoplastik luka

                                    dan luka bakar yang berat

                                    Berdasarkan uraian diatas dan penggunaan empiris secara luas

                                    pengobatan masyarakat Bugis menggunakan Kulit batang Kayu Jawa (Lannea

                                    coromandelica) serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian

                                    aktivitas antibakteri tanaman ini di Indonesia maka dilakukan penelitian

                                    tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa

                                    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia

                                    coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                    12 Rumusan Masalah

                                    1 Belum adanya penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96

                                    kulit batang kayu jawa (Lannae coromandelica) yang berasal dari daerah

                                    Sulawesi Indonesia

                                    2 Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa

                                    (Lannea coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                    Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                    13 Tujuan Penelitian

                                    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol

                                    96 kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap bakteri

                                    Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                    aeruginosa

                                    4

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    14 Manfaat Penelitian

                                    1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                                    aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                                    coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                                    antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                                    Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                                    2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                                    mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                                    5

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    BAB II

                                    TINJAUAN PUSTAKA

                                    21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                    Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                                    ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                                    Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                                    Kingdom Plantae

                                    Phylum Mannoliophyta

                                    Class Magnoliatae

                                    Order Sapindales

                                    Family Anacardiaceae

                                    Genus Lannea

                                    Species Lannea coromandelica

                                    (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                                    Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                                    hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                                    sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                                    5

                                    6

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                    eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                    tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                    kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                    hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                    di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                    Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                    Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                    pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                    ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                    paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                    mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                    sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                    Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                    impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                    nyeri lokal (Wahid 2009)

                                    22 Ektrak dan Ektraksi

                                    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                    senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                    yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                    ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                    Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                    1 Parameter non spesifik

                                    a Kadar air

                                    Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                    dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                    destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                    7

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    b Kadar abu

                                    Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                    dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                    sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                    untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                    eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                    (DepKes RI 2000)

                                    2 Parameter spesifik

                                    a Identitas

                                    Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                    latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                    Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                    dan spesifik dari senyawa identitas

                                    b Organoleptik

                                    Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                    mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                    (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                    Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                    terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                    diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                    dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                    terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                    atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                    terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                    ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                    Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                    tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                    yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                    material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                    sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                    8

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                    1 Cara dingin

                                    a Maserasi

                                    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                    pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                    kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                    adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                    kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                    banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                    cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                    pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                    pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                    cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                    b Perkolasi

                                    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                    penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                    Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                    tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                    secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                    menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                    secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                    digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                    ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                    2 Cara panas

                                    a Sokletasi

                                    Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                    menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                    pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                    9

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    b Refluks

                                    Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                    titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                    konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                    c Infusa

                                    Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                    menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                    digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                    2000)

                                    d Dekok

                                    Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                    titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                    air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                    ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                    panas (Tiwari et al 2011)

                                    e Digesti

                                    Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                    temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                    40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                    kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                    25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                    digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                    23 Pelarut

                                    Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                    Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                    tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                    pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                    menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                    10

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                    (Tiwari et al 2011)

                                    Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                    akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                    kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                    pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                    Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                    1 Air

                                    Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                    produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                    secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                    dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                    antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                    melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                    signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                    yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                    2 Aseton

                                    Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                    tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                    mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                    untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                    dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                    3 Alkohol

                                    Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                    dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                    lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                    lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                    intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                    namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                    ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                    11

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    4 Kloroform

                                    Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                    menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                    aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                    dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                    pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                    5 Eter

                                    Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                    lemak (Tiwari et al 2011)

                                    6 n-Heksana

                                    n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                    bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                    molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                    953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                    71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                    ekstraksi minyak nabati

                                    7 Etil asetat

                                    Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                    secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                    dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                    24 Bakteri

                                    Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                    tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                    mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                    pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                    mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                    berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                    penampang maupun panjangnya

                                    12

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                    reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                    negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                    sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                    struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                    karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                    Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                    Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                    tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                    lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                    mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                    (Jawetz 1996)

                                    Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                    golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                    1 Golongan basil

                                    Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                    bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                    sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                    2 Golongan kokus

                                    Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                    golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                    yang berdiameter sampai 25μ

                                    3 Golongan spiral

                                    Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                    Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                    dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                    13

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Bakteri uji

                                    1 Staphylococcus aureus

                                    Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                    patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                    berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                    teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                    Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                    paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                    aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                    ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                    manusia (Jawetz 1996)

                                    Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                    Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                    Kelas Schizomycetes

                                    Bangsa Eubacteriales

                                    Suku Micrococcaceae

                                    Marga Staphylococcus

                                    Spesies Staphylococcus aureus

                                    2 Escherichia coli

                                    Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                    yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                    (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                    sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                    permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                    bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                    manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                    pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                    saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                    akuatik makanan air seni dan tinja

                                    14

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                    Devisi Bacteria

                                    Kelas Schizomycetes

                                    Bangsa Enterobacteriales

                                    Suku Enterobacteriaceae

                                    Marga Escherichia

                                    Spesies Escherichia coli

                                    3 Helicobacter pylori

                                    Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                    bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                    lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                    diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                    duodenum)

                                    Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                    Devisi Bacteria

                                    Kelas Epsilon Probacteria

                                    Bangsa Campylobacteralis

                                    Suku Helicobateraceae

                                    Marga Helicobacter

                                    Spesis Helicobacter pylori

                                    4 Pseudomonas aeruginosa

                                    Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                    2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                    terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                    Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                    42o

                                    C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                    kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                    bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                    15

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                    Divisi Bacteria

                                    Phylum Proteobacteria

                                    Kelas Gamma Proteobacteria

                                    Marga Pseudomonadales

                                    Suku Pseudomonadaceae

                                    Genus Pseudomonas

                                    Species Pseudomonas aeruginosa

                                    25 Antibakteri

                                    Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                    diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                    yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                    Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                    Mekanisme kerja antibakteri

                                    1 Menghambat sintesis dinding sel

                                    Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                    pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                    1988)

                                    2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                    Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                    serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                    memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                    membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                    matinya sel (Pleczar 1988)

                                    3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                    Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                    protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                    substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                    asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                    Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                    16

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                    komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                    4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                    Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                    sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                    Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                    Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                    matinya sel (Pleczar 1988)

                                    5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                    DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                    kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                    terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                    mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                    26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                    Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                    konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                    mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                    menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                    pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                    antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                    efisien

                                    Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                    1 Metode difusi

                                    a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                    Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                    telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                    tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                    mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                    (Pratiwi 2008)

                                    b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                    Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                    17

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                    mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                    mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                    diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                    mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                    ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                    pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                    c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                    antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                    memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                    membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                    parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                    d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                    dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                    mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                    diuji (Pratiwi 2008)

                                    e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                    pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                    agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                    kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                    selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                    memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                    mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                    dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                    total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                    dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                    X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                    Y = panjang pertumbuhan aktual

                                    C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                    mgmL atau μgmL

                                    Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                    18

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                    dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                    mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                    2 Metode dilusi

                                    Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                    a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                    Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                    Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                    Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                    dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                    pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                    agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                    pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                    dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                    agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                    tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                    (Pratiwi 2008)

                                    b Metode dilusi padat solid dilution test

                                    Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                    media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                    agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                    mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                    27 Antibiotika Pembanding

                                    Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                    Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                    19

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                    putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                    praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                    Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                    propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                    (Depkes RI 1995)

                                    Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                    sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                    dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                    antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                    secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                    amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                    merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                    peptida (Katzung 2004)

                                    Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                    disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                    anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                    kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                    efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                    Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                    memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                    20

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    BAB III

                                    METODE PENELITIAN

                                    31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                    Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                    Januari-April 2015

                                    32 Alat dan Bahan

                                    321 Alat

                                    Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                    spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                    evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                    standar laboratorium

                                    Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                    (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                    325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                    (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                    magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                    laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                    (oxoid) jangka sorong

                                    322 Bahan

                                    Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                    kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                    Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                    Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                    akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                    kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                    fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                    NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                    96 spirtus

                                    21

                                    21

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    323 Bakteri Uji

                                    Bakteri yang digunakan antara lain

                                    Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                    Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                    diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                    33 Prosedur Kerja

                                    331 Pembuatan simplisia

                                    Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                    diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                    peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                    disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                    dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                    kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                    bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                    serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                    332 Pembuatan Ekstak

                                    Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                    600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                    etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                    kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                    kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                    menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                    menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                    Kemudian dihitung persen rendeman

                                    Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                    333 Parameter ekstrak

                                    a Identitas Ekstrak

                                    Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                    ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                    nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                    22

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    b Organoleptik Ekstrak

                                    Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                    mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                    c Residu Pelarut Etanol

                                    Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                    mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                    mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                    cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                    etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                    etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                    d Kadar Air

                                    Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                    yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                    Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                    Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                    kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                    hari (Depkes RI 2000)

                                    e Kadar Abu Total

                                    Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                    etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                    perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                    dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                    terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                    334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                    terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                    alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                    1 Uji alkaloid

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                    disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                    ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                    23

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                    dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                    pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                    Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                    coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                    senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                    2 Uji Flavonoid

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                    ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                    kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                    mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                    3 Uji Saponin

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                    larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                    setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                    1969)

                                    4 Uji Glikosida

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                    larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                    senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                    5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                    Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                    diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                    kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                    dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                    kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                    triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                    (Ayoola GA 2008)

                                    6 Uji Fenol

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                    ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                    mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                    24

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    7 Uji Tanin

                                    Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                    reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                    FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                    adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                    335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                    3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                    Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                    disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                    mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                    autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                    disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                    dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                    tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                    Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                    plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                    Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                    disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                    sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                    Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                    selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                    sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                    3352 Pembuatan Medium

                                    1 NA (Nutrient Agar)

                                    Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                    aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                    kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                    menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                    telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                    kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                    2007)

                                    25

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    2 NB (Nutrient Broth)

                                    Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                    aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                    stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                    15 menit (Alexander 2007)

                                    3354 Peremajaan Bakteri

                                    Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                    yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                    aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                    digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                    inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                    3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                    Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                    dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                    kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                    diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                    Dan siap diwarnai

                                    Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                    atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                    sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                    kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                    dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                    dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                    preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                    dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                    mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                    3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                    Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                    selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                    dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                    divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                    pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                    26

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                    09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                    Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                    kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                    4 (pokyni2010)

                                    3357 Pembuatan larutan uji

                                    Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                    (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                    yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                    tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                    ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                    3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                    Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                    steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                    Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                    menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                    diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                    ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                    telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                    30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                    370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                    yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                    2013)

                                    3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                    Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                    batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                    masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                    tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                    ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                    dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                    09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                    27

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                    diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                    kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                    kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                    pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                    Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                    konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                    absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                    28

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    BAB IV

                                    HASIL DAN PEMBAHASAN

                                    41 Determinasi Tanaman

                                    Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                    tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                    Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                    Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                    Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                    42 Penyiapan Sampel

                                    Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                    dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                    sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                    Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                    sebagai tanaman pagar

                                    Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                    dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                    dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                    batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                    dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                    mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                    terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                    proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                    menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                    perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                    pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                    Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                    kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                    disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                    pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                    menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                    29

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    43 Ekstraksi

                                    Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                    metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                    batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                    dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                    sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                    hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                    12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                    2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                    tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                    etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                    pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                    antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                    mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                    dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                    mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                    kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                    evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                    gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                    44 Parameter Ekstrak

                                    Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                    non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                    Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                    96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                    Karakteristik Hasil

                                    Parameter spesifik

                                    1 Identitas

                                    - Nama Latin

                                    - Bagian Tumbuhan

                                    - Nama Indonesia

                                    - Lannea coromandelica

                                    - Kulit batang

                                    - Kayu jawa

                                    30

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    2 Organoleptik

                                    - Bentuk

                                    - Warna

                                    - Bau

                                    - Rasa

                                    - Kental

                                    - Coklat kehitaman

                                    - Khas

                                    - Agak sepat

                                    Parameter non spesifik

                                    1 Residu pelarut etanol 0

                                    2 Kadar air 58

                                    3 Kadar abu 14

                                    Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                    dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                    kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                    kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                    pancaindera

                                    Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                    aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                    dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                    pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                    yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                    masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                    memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                    pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                    antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                    dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                    yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                    dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                    kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                    Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                    air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                    beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                    96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                    31

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                    bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                    air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                    pengujian aktivitas antibakteri

                                    Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                    kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                    terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                    dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                    anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                    Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                    bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                    dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                    coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                    45 Penapisan Fitokimia

                                    Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                    metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                    coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                    memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                    dilihat pada tabel berikut ini

                                    Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                    jawa (Lannea coromandelica)

                                    Penguji senyawa Hasil

                                    Alkaloid -

                                    Flavonoid +

                                    Saponin +

                                    Glikosida +

                                    Steroid Triterpenoid -

                                    Fenol +

                                    Tanin +

                                    32

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                    adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                    glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                    polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                    46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                    Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                    difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                    bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                    tabel berikut

                                    Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                    terhadap bakteri uji

                                    Konsentrasi

                                    ekstrak

                                    Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                    Staphylococcus

                                    aureus

                                    Escherichia

                                    coli

                                    Helicobacter

                                    pylori

                                    Pseudomonas

                                    aeruginosa

                                    625 μgml - - - -

                                    125 μgml - 70 - -

                                    250 μgml - 78 73 68

                                    500 μgml 71 85 82 85

                                    Kontrol (-)

                                    DMSO 5

                                    - - - -

                                    Kontrol (+)

                                    kloramfenikol

                                    204 250 233 203

                                    Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                    96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                    antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                    zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                    250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                    penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                    literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                    33

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                    pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                    Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                    menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                    zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                    ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                    sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                    menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                    konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                    terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                    kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                    zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                    Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                    30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                    Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                    sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                    Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                    kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                    penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                    dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                    satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                    Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                    (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                    amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                    Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                    menggunakan kloramfenikol

                                    Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                    bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                    konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                    adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                    diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                    34

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                    73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                    antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                    85 mm dan 68 mm

                                    Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                    sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                    Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                    (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                    tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                    antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                    kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                    glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                    47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                    Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                    konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                    berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                    Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                    menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                    Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                    menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                    Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                    di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                    tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                    suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                    yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                    inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                    kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                    kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                    kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                    35

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                    Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                    kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                    batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                    Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                    (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                    membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                    mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                    Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                    secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                    dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                    Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                    menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                    sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                    Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                    Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                    Konsentrasi

                                    ekstrak

                                    Nilai absorbansi kekeruhan

                                    Staphylococcus

                                    aureus

                                    Escherichia

                                    coli

                                    Helicobacter

                                    pylori

                                    Psedomonas

                                    aeruginosa

                                    500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                    250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                    125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                    625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                    Kontrol

                                    kuman

                                    1504 1295 1938 1546

                                    Kontrol media

                                    (blanko)

                                    0000 0000 0000 0000

                                    Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                    hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                    coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                    nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                    36

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                    Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                    37

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    BAB V

                                    KESIMPULAN DAN SARAN

                                    51 Kesimpulan

                                    1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                    memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                    aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                    2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                    500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                    menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                    dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                    mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                    500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                    dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                    pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                    adalah 85 mm dan 68 mm

                                    3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                    jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                    adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                    terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                    bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                    52 Saran

                                    Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                    aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                    38

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    DAFTAR PUSTAKA

                                    Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                    Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                    Institut Pertanian Bogor

                                    Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                    Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                    Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                    Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                    Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                    Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                    McGraw Hill Higer Education

                                    Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                    Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                    Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                    Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                    Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                    americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                    Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                    Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                    Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                    Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                    leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                    Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                    EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                    Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                    In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                    Pharmaceutical Research

                                    Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                    Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                    University Press

                                    39

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                    Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                    Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                    Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                    Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                    Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                    Indonesia Jakarta

                                    Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                    Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                    Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                    coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                    of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                    Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                    production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                    31 2008

                                    Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                    Balai penerbit FKUI Jakarta

                                    Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                    Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                    ITB Hal 6-17

                                    Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                    edition

                                    The Pharmaceutical Press London England

                                    Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                    EGC

                                    Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                    Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                    Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                    Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                    Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                    40

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                    Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                    Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                    (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                    httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                    Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                    Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                    India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                    Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                    Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                    the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                    International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                    4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                    Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                    Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                    methodology

                                    Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                    Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                    dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                    Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                    Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                    Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                    Hidayatullah Jakarta

                                    Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                    Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                    Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                    Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                    Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                    Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                    American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                    Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                    secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                    Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                    41

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                    Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                    Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                    Sciences

                                    Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                    Yogyakarta

                                    Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                    Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                    Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                    Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                    Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                    against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                    Agricultural and Food Chemistry

                                    Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                    Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                    Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                    Bio Sciences

                                    Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                    coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                    Pharmacy East West University Bangladesh

                                    WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                    Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                    Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                    Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                    42

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 1 Alur penelitian

                                    Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                    Tanaman segar Kayu jawa

                                    (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                    1 kg kulit batang Kayu jawa

                                    (Lannea coromandelica)

                                    Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                    Serbuk simplisia 600 gram

                                    Maserasi dengan menggunakan

                                    etanol 96 sebanyak 12 L

                                    Disaring dengan kapas

                                    dan kertas saring

                                    kemudian diuapkan

                                    dengan vacum rotary

                                    evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                    Skrining Fitokimia

                                    Uji Aktivitas Antibakteri

                                    Sterilisasi

                                    alat

                                    Pembuatan

                                    media (NA amp

                                    NB)

                                    Peremajaan

                                    bakteri

                                    Pembuatan

                                    larutan uji

                                    Pembuatan

                                    suspensi bakteri

                                    uji

                                    Uji Diameter Zona

                                    Hambat

                                    Uji Konsentrasi

                                    Hambat Minimum

                                    43

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    44

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                    NO Golongan

                                    senyawa

                                    Gambar Keterangan (hasil uji)

                                    1 Alkaloid

                                    (Dragendorf) (Mayer)

                                    - Tidak terbentuk

                                    endapan kream atau

                                    putih (Mayer)

                                    - Hasil (-) alkaloid

                                    - Tidak terbentuk

                                    endapan coklat

                                    kemerahan

                                    (Dragendorf)

                                    - Hasil (-) alkaloid

                                    2 Flavonoid

                                    - Perubahan

                                    intensitas warna

                                    kuning menjadi

                                    tidak berwarna

                                    - Hasil (+)

                                    flavonoid

                                    3 Saponin

                                    - Tebentuk busa

                                    setinggi 1 cm

                                    yang stabil

                                    - Hasil (+)saponin

                                    4 Glikosida

                                    - Terbentuk larutan

                                    berwarna kuning

                                    - Hasil (+) glikosida

                                    45

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    5 Steroid dan

                                    Triterpenoid

                                    (steroid) (triterpenoid)

                                    - Tidak terbentuk

                                    warna hijau

                                    kehitaman

                                    (steroid) warna

                                    merah

                                    (triterprnoid)

                                    - Hasil (-) steroid

                                    dan triterpenoid

                                    6 Fenol

                                    - Terbentuk warna

                                    hitam kebiruan

                                    - Hasil (+) fenol

                                    7 Tanin

                                    (sebelum) (setelah)

                                    Penambahan Fecl3 01

                                    - Terbentuk biru

                                    kehitaman

                                    - Hasil (+) tanin

                                    Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                    = g g X

                                    = 701

                                    46

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                    = w minusww minusw Bobot jenis =

                                    i g minus i g i g minus i g

                                    Bobot jenis = minus minus

                                    Bobot jenis = 1026

                                    Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                    jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                    kesetaraan sama dengan 0

                                    Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                    = minus minus x =

                                    Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                    W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                    W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                    Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                    = gram minus gram gram x =

                                    47

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                    Gambar I pengenceran larutan uji

                                    Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                    Larutan induk g =

                                    μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                    500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                    = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                    =

                                    = 1 mL

                                    250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                    = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                    =

                                    = 5 mL

                                    125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                    = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                    =

                                    = 5 mL

                                    625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                    = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                    =

                                    = 5 mL

                                    48

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                    Perbandingan dengan McFarland

                                    Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                    Gambar I Staphylococcus aureus

                                    Gambar II Escherichia coli

                                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                    staphylococcus aureus dengan

                                    perbesaran 10 x 100

                                    Berbentuk bulat dan berkelompok

                                    seperti anggur

                                    Berwarna ungu

                                    ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                    coli dengan perbesaran 10 x 100

                                    Bebentuk batang pendek

                                    Berwarna merah

                                    49

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Gambar III Helicobacter pylori

                                    Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                    Helicobacter pylori dengan

                                    perbesaran 10 x 100

                                    Berbentuk spiral atau batang

                                    bengkok

                                    Berwarna merah

                                    Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                    Pseudomoas aeruginosa dengan

                                    perbesaran 10 x 100

                                    Berbentuk batang tunggal

                                    Berwarna merah

                                    50

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                    Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                    Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                    (+) kloramfenikol

                                    (-) DMSO 5

                                    Ekstrak konsentrasi 500

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 250

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 125

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 625

                                    ppm

                                    51

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                    (+) kloramfenikol

                                    (-) DMSO 5

                                    Ekstrak konsentrasi 500

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 250

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 125

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 625

                                    ppm

                                    52

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                    (+) kloramfenikol

                                    (-) DMSO 5

                                    Ekstrak konsentrasi 500

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 250

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 125

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 625

                                    ppm

                                    53

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                    (+) kloramfenikol

                                    (-) DMSO 5

                                    Ekstrak konsentrasi 500

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 250

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 125

                                    ppm

                                    Ekstrak konsentrasi 625

                                    ppm

                                    54

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                    Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                    Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                    Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                    250 ppm

                                    1512

                                    125 ppm

                                    1523

                                    625 ppm

                                    1623

                                    k kuman

                                    1504

                                    k media

                                    0000

                                    500 ppm

                                    1096

                                    250 ppm

                                    1252

                                    125 ppm

                                    1293

                                    k kuman

                                    1295

                                    k media

                                    0000

                                    500 ppm

                                    1321

                                    625 ppm

                                    1369

                                    55

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                    Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                    Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                    dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                    spektrofotometer uv-vis

                                    500 ppm

                                    1190

                                    250 ppm

                                    1556

                                    125 ppm

                                    1940

                                    k kuman

                                    1938

                                    k media

                                    0000

                                    500 ppm

                                    1128

                                    250 ppm

                                    1395

                                    125 ppm

                                    1603

                                    k kuman

                                    1546

                                    k media

                                    0000

                                    625 ppm

                                    1952

                                    625 ppm

                                    1645

                                    56

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                    Simplisia kulit batang

                                    kayu jawa

                                    Ekstrak kulit batang kayu

                                    jawa

                                    Vortex

                                    Mikropipet

                                    Hotplate

                                    Refrigator

                                    LAF

                                    Oven

                                    Autoklaf

                                    57

                                    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                    Inkubator

                                    Spektrofotometer uv-vis

                                    Jangka sorong

                                    • DAFTAR ISI
                                    • Halaman
                                    • HALAMAN SAMPUL i
                                    • HALAMAN JUDUL ii
                                    • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                    • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                    • HALAMAN PENGESEHAN v
                                    • ABSTRAK vi
                                    • ABSTRACT vii
                                    • KATA PENGANTAR viii
                                    • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                    • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                    • DAFTAR ISI xi
                                    • DAFTAR TABEL xiii
                                    • DAFTAR GAMBAR xiv
                                    • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                    • BAB I PENDAHULUAN 1
                                    • 11 Latar Belakang 1
                                    • 12 Rumusan Masalah 3
                                    • 13 Tujuan Penelitian 3
                                    • 14 Manfaat Penelitian 4
                                    • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                    • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                    • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                    • 23 Pelarut 10
                                    • 24 Bakteri 12
                                    • 25 Antibakteri 15
                                    • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                    • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                    • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                    • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                    • 32 Alat dan Bahan 21
                                    • 321 Alat 21
                                    • 322 Bahan 21
                                    • 323 Bakteri Uji 22
                                    • 33 Prosedur kerja 22
                                    • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                    • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                    • 333 Parameter Ekstrak 23
                                    • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                    • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                    • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                    • 3352 Pembuatan Media 26
                                    • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                    • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                    • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                    • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                    • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                    • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                    • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                    • 41 Determinasi Tanaman 29
                                    • 42 Penyiapan sample 29
                                    • 43 Ekstraksi 30
                                    • 44 Parameter Ekstrak 30
                                    • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                    • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                    • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                    • BAB V PENUTUP 38
                                    • 51 Kesimpulan 38
                                    • 52 Saran 38
                                    • DAFTAR PUSTAKA 39
                                    • LAMPIRAN 43
                                    • DAFTAR TABEL
                                    • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                    • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                    • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                    • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                    • DAFTAR GAMBAR
                                    • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                    • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                    • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                    • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                    • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                    • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                    • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                    • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                    • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                    • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                    • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                    • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                    • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                    • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                    • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                      4

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      14 Manfaat Penelitian

                                      1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

                                      aktivitas ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannae

                                      coromandelica) yang berasal dari daerah Sulawesi Indonesia sebagai

                                      antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli

                                      Helicobacter pylor Pseudomonas aeruginosa

                                      2 Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

                                      mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia

                                      5

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      BAB II

                                      TINJAUAN PUSTAKA

                                      21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                      Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                                      ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                                      Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                                      Kingdom Plantae

                                      Phylum Mannoliophyta

                                      Class Magnoliatae

                                      Order Sapindales

                                      Family Anacardiaceae

                                      Genus Lannea

                                      Species Lannea coromandelica

                                      (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                                      Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                                      hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                                      sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                                      5

                                      6

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                      eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                      tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                      kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                      hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                      di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                      Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                      Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                      pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                      ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                      paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                      mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                      sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                      Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                      impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                      nyeri lokal (Wahid 2009)

                                      22 Ektrak dan Ektraksi

                                      Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                      senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                      yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                      serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                      ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                      Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                      1 Parameter non spesifik

                                      a Kadar air

                                      Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                      dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                      destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                      7

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      b Kadar abu

                                      Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                      dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                      sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                      untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                      eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                      (DepKes RI 2000)

                                      2 Parameter spesifik

                                      a Identitas

                                      Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                      latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                      Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                      dan spesifik dari senyawa identitas

                                      b Organoleptik

                                      Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                      mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                      (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                      Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                      terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                      diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                      dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                      terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                      atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                      terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                      ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                      Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                      tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                      yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                      material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                      sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                      8

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                      1 Cara dingin

                                      a Maserasi

                                      Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                      pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                      kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                      adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                      kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                      banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                      cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                      pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                      pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                      cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                      b Perkolasi

                                      Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                      penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                      Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                      tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                      secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                      menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                      secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                      digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                      ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                      2 Cara panas

                                      a Sokletasi

                                      Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                      menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                      pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                      9

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      b Refluks

                                      Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                      titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                      konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                      c Infusa

                                      Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                      menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                      digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                      2000)

                                      d Dekok

                                      Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                      titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                      air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                      ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                      panas (Tiwari et al 2011)

                                      e Digesti

                                      Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                      temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                      40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                      kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                      25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                      digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                      23 Pelarut

                                      Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                      Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                      tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                      pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                      menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                      10

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                      (Tiwari et al 2011)

                                      Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                      akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                      kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                      pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                      Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                      1 Air

                                      Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                      produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                      secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                      dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                      antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                      melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                      signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                      yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                      2 Aseton

                                      Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                      tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                      mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                      untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                      dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                      3 Alkohol

                                      Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                      dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                      lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                      lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                      intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                      namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                      ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                      11

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      4 Kloroform

                                      Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                      menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                      aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                      dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                      pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                      5 Eter

                                      Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                      lemak (Tiwari et al 2011)

                                      6 n-Heksana

                                      n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                      bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                      molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                      953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                      71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                      ekstraksi minyak nabati

                                      7 Etil asetat

                                      Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                      secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                      dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                      24 Bakteri

                                      Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                      tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                      mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                      pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                      mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                      berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                      penampang maupun panjangnya

                                      12

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                      reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                      negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                      sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                      struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                      karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                      Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                      Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                      tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                      lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                      mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                      (Jawetz 1996)

                                      Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                      golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                      1 Golongan basil

                                      Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                      bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                      sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                      2 Golongan kokus

                                      Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                      golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                      yang berdiameter sampai 25μ

                                      3 Golongan spiral

                                      Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                      Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                      dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                      13

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Bakteri uji

                                      1 Staphylococcus aureus

                                      Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                      patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                      berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                      teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                      Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                      paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                      aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                      ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                      manusia (Jawetz 1996)

                                      Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                      Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                      Kelas Schizomycetes

                                      Bangsa Eubacteriales

                                      Suku Micrococcaceae

                                      Marga Staphylococcus

                                      Spesies Staphylococcus aureus

                                      2 Escherichia coli

                                      Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                      yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                      (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                      sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                      permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                      bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                      manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                      pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                      saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                      akuatik makanan air seni dan tinja

                                      14

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                      Devisi Bacteria

                                      Kelas Schizomycetes

                                      Bangsa Enterobacteriales

                                      Suku Enterobacteriaceae

                                      Marga Escherichia

                                      Spesies Escherichia coli

                                      3 Helicobacter pylori

                                      Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                      bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                      lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                      diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                      duodenum)

                                      Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                      Devisi Bacteria

                                      Kelas Epsilon Probacteria

                                      Bangsa Campylobacteralis

                                      Suku Helicobateraceae

                                      Marga Helicobacter

                                      Spesis Helicobacter pylori

                                      4 Pseudomonas aeruginosa

                                      Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                      2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                      terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                      Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                      42o

                                      C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                      kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                      bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                      15

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                      Divisi Bacteria

                                      Phylum Proteobacteria

                                      Kelas Gamma Proteobacteria

                                      Marga Pseudomonadales

                                      Suku Pseudomonadaceae

                                      Genus Pseudomonas

                                      Species Pseudomonas aeruginosa

                                      25 Antibakteri

                                      Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                      diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                      yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                      Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                      Mekanisme kerja antibakteri

                                      1 Menghambat sintesis dinding sel

                                      Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                      pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                      1988)

                                      2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                      Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                      serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                      memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                      membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                      matinya sel (Pleczar 1988)

                                      3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                      Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                      protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                      substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                      asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                      Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                      16

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                      komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                      4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                      Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                      sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                      Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                      Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                      matinya sel (Pleczar 1988)

                                      5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                      DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                      kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                      terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                      mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                      26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                      Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                      konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                      mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                      menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                      pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                      antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                      efisien

                                      Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                      1 Metode difusi

                                      a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                      Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                      telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                      tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                      mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                      (Pratiwi 2008)

                                      b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                      Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                      17

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                      mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                      mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                      diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                      mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                      ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                      pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                      c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                      antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                      memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                      membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                      parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                      d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                      dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                      mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                      diuji (Pratiwi 2008)

                                      e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                      pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                      agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                      kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                      selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                      memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                      mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                      dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                      total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                      dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                      X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                      Y = panjang pertumbuhan aktual

                                      C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                      mgmL atau μgmL

                                      Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                      18

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                      dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                      mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                      2 Metode dilusi

                                      Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                      a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                      Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                      Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                      Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                      dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                      pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                      agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                      pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                      dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                      agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                      tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                      (Pratiwi 2008)

                                      b Metode dilusi padat solid dilution test

                                      Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                      media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                      agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                      mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                      27 Antibiotika Pembanding

                                      Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                      Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                      19

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                      putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                      praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                      Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                      propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                      (Depkes RI 1995)

                                      Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                      sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                      dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                      antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                      secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                      amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                      merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                      peptida (Katzung 2004)

                                      Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                      disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                      anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                      kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                      efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                      Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                      memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                      20

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      BAB III

                                      METODE PENELITIAN

                                      31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                      Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                      Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                      Januari-April 2015

                                      32 Alat dan Bahan

                                      321 Alat

                                      Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                      spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                      evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                      standar laboratorium

                                      Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                      (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                      325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                      (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                      magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                      laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                      (oxoid) jangka sorong

                                      322 Bahan

                                      Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                      kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                      Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                      Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                      akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                      kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                      fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                      NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                      96 spirtus

                                      21

                                      21

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      323 Bakteri Uji

                                      Bakteri yang digunakan antara lain

                                      Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                      Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                      diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                      33 Prosedur Kerja

                                      331 Pembuatan simplisia

                                      Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                      diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                      peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                      disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                      dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                      kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                      bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                      serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                      332 Pembuatan Ekstak

                                      Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                      600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                      etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                      kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                      kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                      menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                      menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                      Kemudian dihitung persen rendeman

                                      Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                      333 Parameter ekstrak

                                      a Identitas Ekstrak

                                      Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                      ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                      nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                      22

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      b Organoleptik Ekstrak

                                      Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                      mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                      c Residu Pelarut Etanol

                                      Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                      mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                      mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                      cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                      etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                      etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                      d Kadar Air

                                      Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                      yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                      Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                      Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                      kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                      hari (Depkes RI 2000)

                                      e Kadar Abu Total

                                      Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                      etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                      perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                      dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                      terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                      334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                      terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                      alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                      1 Uji alkaloid

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                      disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                      ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                      23

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                      dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                      pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                      Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                      coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                      senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                      2 Uji Flavonoid

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                      ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                      kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                      mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                      3 Uji Saponin

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                      larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                      setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                      1969)

                                      4 Uji Glikosida

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                      larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                      senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                      5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                      Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                      diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                      kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                      dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                      kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                      triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                      (Ayoola GA 2008)

                                      6 Uji Fenol

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                      ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                      mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                      24

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      7 Uji Tanin

                                      Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                      reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                      FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                      adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                      335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                      3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                      Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                      disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                      mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                      autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                      disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                      dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                      tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                      Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                      plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                      Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                      disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                      sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                      Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                      selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                      sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                      3352 Pembuatan Medium

                                      1 NA (Nutrient Agar)

                                      Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                      aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                      kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                      menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                      telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                      kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                      2007)

                                      25

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      2 NB (Nutrient Broth)

                                      Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                      aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                      stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                      15 menit (Alexander 2007)

                                      3354 Peremajaan Bakteri

                                      Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                      yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                      aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                      digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                      inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                      3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                      Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                      dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                      kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                      diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                      Dan siap diwarnai

                                      Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                      atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                      sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                      kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                      dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                      dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                      preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                      dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                      mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                      3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                      Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                      selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                      dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                      divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                      pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                      26

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                      09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                      Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                      kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                      4 (pokyni2010)

                                      3357 Pembuatan larutan uji

                                      Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                      (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                      yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                      tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                      ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                      3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                      Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                      steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                      Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                      menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                      diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                      ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                      telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                      30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                      370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                      yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                      2013)

                                      3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                      Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                      batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                      masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                      tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                      ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                      dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                      09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                      27

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                      diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                      kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                      kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                      pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                      Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                      konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                      absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                      28

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      BAB IV

                                      HASIL DAN PEMBAHASAN

                                      41 Determinasi Tanaman

                                      Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                      tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                      Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                      Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                      Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                      42 Penyiapan Sampel

                                      Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                      dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                      sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                      Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                      sebagai tanaman pagar

                                      Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                      dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                      dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                      batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                      dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                      mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                      terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                      proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                      menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                      perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                      pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                      Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                      kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                      disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                      pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                      menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                      29

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      43 Ekstraksi

                                      Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                      metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                      batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                      dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                      sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                      hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                      12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                      2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                      tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                      etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                      pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                      antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                      mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                      dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                      mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                      kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                      evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                      gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                      44 Parameter Ekstrak

                                      Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                      non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                      Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                      96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                      Karakteristik Hasil

                                      Parameter spesifik

                                      1 Identitas

                                      - Nama Latin

                                      - Bagian Tumbuhan

                                      - Nama Indonesia

                                      - Lannea coromandelica

                                      - Kulit batang

                                      - Kayu jawa

                                      30

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      2 Organoleptik

                                      - Bentuk

                                      - Warna

                                      - Bau

                                      - Rasa

                                      - Kental

                                      - Coklat kehitaman

                                      - Khas

                                      - Agak sepat

                                      Parameter non spesifik

                                      1 Residu pelarut etanol 0

                                      2 Kadar air 58

                                      3 Kadar abu 14

                                      Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                      dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                      kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                      kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                      pancaindera

                                      Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                      aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                      dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                      pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                      yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                      masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                      memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                      pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                      antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                      dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                      yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                      dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                      kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                      Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                      air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                      beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                      96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                      31

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                      bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                      air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                      pengujian aktivitas antibakteri

                                      Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                      kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                      terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                      dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                      anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                      Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                      bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                      dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                      coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                      45 Penapisan Fitokimia

                                      Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                      metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                      coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                      memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                      dilihat pada tabel berikut ini

                                      Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                      jawa (Lannea coromandelica)

                                      Penguji senyawa Hasil

                                      Alkaloid -

                                      Flavonoid +

                                      Saponin +

                                      Glikosida +

                                      Steroid Triterpenoid -

                                      Fenol +

                                      Tanin +

                                      32

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                      adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                      glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                      polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                      46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                      Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                      difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                      bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                      tabel berikut

                                      Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                      terhadap bakteri uji

                                      Konsentrasi

                                      ekstrak

                                      Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                      Staphylococcus

                                      aureus

                                      Escherichia

                                      coli

                                      Helicobacter

                                      pylori

                                      Pseudomonas

                                      aeruginosa

                                      625 μgml - - - -

                                      125 μgml - 70 - -

                                      250 μgml - 78 73 68

                                      500 μgml 71 85 82 85

                                      Kontrol (-)

                                      DMSO 5

                                      - - - -

                                      Kontrol (+)

                                      kloramfenikol

                                      204 250 233 203

                                      Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                      96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                      antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                      zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                      250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                      penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                      literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                      33

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                      pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                      Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                      menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                      zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                      ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                      sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                      menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                      konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                      terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                      kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                      zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                      Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                      30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                      Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                      sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                      Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                      kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                      penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                      dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                      satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                      Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                      (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                      amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                      Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                      menggunakan kloramfenikol

                                      Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                      bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                      konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                      adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                      diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                      34

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                      73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                      antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                      85 mm dan 68 mm

                                      Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                      sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                      Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                      (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                      tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                      antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                      kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                      glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                      47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                      Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                      konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                      berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                      Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                      menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                      Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                      menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                      Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                      di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                      tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                      suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                      yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                      inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                      kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                      kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                      kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                      35

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                      Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                      kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                      batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                      Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                      (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                      membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                      mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                      Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                      secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                      dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                      Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                      menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                      sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                      Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                      Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                      Konsentrasi

                                      ekstrak

                                      Nilai absorbansi kekeruhan

                                      Staphylococcus

                                      aureus

                                      Escherichia

                                      coli

                                      Helicobacter

                                      pylori

                                      Psedomonas

                                      aeruginosa

                                      500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                      250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                      125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                      625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                      Kontrol

                                      kuman

                                      1504 1295 1938 1546

                                      Kontrol media

                                      (blanko)

                                      0000 0000 0000 0000

                                      Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                      hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                      coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                      nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                      36

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                      Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                      37

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      BAB V

                                      KESIMPULAN DAN SARAN

                                      51 Kesimpulan

                                      1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                      memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                      aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                      2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                      500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                      menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                      dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                      mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                      500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                      dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                      pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                      adalah 85 mm dan 68 mm

                                      3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                      jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                      adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                      terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                      bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                      52 Saran

                                      Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                      aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                      38

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      DAFTAR PUSTAKA

                                      Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                      Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                      Institut Pertanian Bogor

                                      Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                      Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                      Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                      Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                      Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                      Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                      McGraw Hill Higer Education

                                      Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                      Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                      Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                      Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                      Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                      americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                      Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                      Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                      Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                      Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                      leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                      Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                      EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                      Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                      In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                      Pharmaceutical Research

                                      Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                      Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                      University Press

                                      39

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                      Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                      Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                      Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                      Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                      Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                      Indonesia Jakarta

                                      Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                      Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                      Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                      coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                      Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                      of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                      Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                      production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                      31 2008

                                      Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                      Balai penerbit FKUI Jakarta

                                      Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                      Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                      ITB Hal 6-17

                                      Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                      edition

                                      The Pharmaceutical Press London England

                                      Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                      EGC

                                      Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                      Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                      Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                      Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                      Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                      40

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                      Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                      Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                      (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                      httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                      Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                      Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                      India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                      Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                      Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                      the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                      International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                      4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                      Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                      Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                      methodology

                                      Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                      Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                      dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                      Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                      Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                      Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                      Hidayatullah Jakarta

                                      Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                      Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                      Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                      Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                      Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                      Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                      American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                      Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                      secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                      Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                      41

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                      Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                      Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                      Sciences

                                      Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                      Yogyakarta

                                      Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                      Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                      Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                      Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                      Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                      against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                      Agricultural and Food Chemistry

                                      Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                      Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                      Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                      Bio Sciences

                                      Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                      coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                      Pharmacy East West University Bangladesh

                                      WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                      Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                      Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                      Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                      42

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 1 Alur penelitian

                                      Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                      Tanaman segar Kayu jawa

                                      (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                      1 kg kulit batang Kayu jawa

                                      (Lannea coromandelica)

                                      Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                      Serbuk simplisia 600 gram

                                      Maserasi dengan menggunakan

                                      etanol 96 sebanyak 12 L

                                      Disaring dengan kapas

                                      dan kertas saring

                                      kemudian diuapkan

                                      dengan vacum rotary

                                      evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                      Skrining Fitokimia

                                      Uji Aktivitas Antibakteri

                                      Sterilisasi

                                      alat

                                      Pembuatan

                                      media (NA amp

                                      NB)

                                      Peremajaan

                                      bakteri

                                      Pembuatan

                                      larutan uji

                                      Pembuatan

                                      suspensi bakteri

                                      uji

                                      Uji Diameter Zona

                                      Hambat

                                      Uji Konsentrasi

                                      Hambat Minimum

                                      43

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      44

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                      NO Golongan

                                      senyawa

                                      Gambar Keterangan (hasil uji)

                                      1 Alkaloid

                                      (Dragendorf) (Mayer)

                                      - Tidak terbentuk

                                      endapan kream atau

                                      putih (Mayer)

                                      - Hasil (-) alkaloid

                                      - Tidak terbentuk

                                      endapan coklat

                                      kemerahan

                                      (Dragendorf)

                                      - Hasil (-) alkaloid

                                      2 Flavonoid

                                      - Perubahan

                                      intensitas warna

                                      kuning menjadi

                                      tidak berwarna

                                      - Hasil (+)

                                      flavonoid

                                      3 Saponin

                                      - Tebentuk busa

                                      setinggi 1 cm

                                      yang stabil

                                      - Hasil (+)saponin

                                      4 Glikosida

                                      - Terbentuk larutan

                                      berwarna kuning

                                      - Hasil (+) glikosida

                                      45

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      5 Steroid dan

                                      Triterpenoid

                                      (steroid) (triterpenoid)

                                      - Tidak terbentuk

                                      warna hijau

                                      kehitaman

                                      (steroid) warna

                                      merah

                                      (triterprnoid)

                                      - Hasil (-) steroid

                                      dan triterpenoid

                                      6 Fenol

                                      - Terbentuk warna

                                      hitam kebiruan

                                      - Hasil (+) fenol

                                      7 Tanin

                                      (sebelum) (setelah)

                                      Penambahan Fecl3 01

                                      - Terbentuk biru

                                      kehitaman

                                      - Hasil (+) tanin

                                      Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                      = g g X

                                      = 701

                                      46

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                      = w minusww minusw Bobot jenis =

                                      i g minus i g i g minus i g

                                      Bobot jenis = minus minus

                                      Bobot jenis = 1026

                                      Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                      jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                      kesetaraan sama dengan 0

                                      Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                      = minus minus x =

                                      Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                      W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                      W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                      Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                      = gram minus gram gram x =

                                      47

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                      Gambar I pengenceran larutan uji

                                      Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                      Larutan induk g =

                                      μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                      500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                      = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                      =

                                      = 1 mL

                                      250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                      = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                      =

                                      = 5 mL

                                      125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                      = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                      =

                                      = 5 mL

                                      625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                      = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                      =

                                      = 5 mL

                                      48

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                      Perbandingan dengan McFarland

                                      Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                      Gambar I Staphylococcus aureus

                                      Gambar II Escherichia coli

                                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                      staphylococcus aureus dengan

                                      perbesaran 10 x 100

                                      Berbentuk bulat dan berkelompok

                                      seperti anggur

                                      Berwarna ungu

                                      ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                      coli dengan perbesaran 10 x 100

                                      Bebentuk batang pendek

                                      Berwarna merah

                                      49

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Gambar III Helicobacter pylori

                                      Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                      Helicobacter pylori dengan

                                      perbesaran 10 x 100

                                      Berbentuk spiral atau batang

                                      bengkok

                                      Berwarna merah

                                      Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                      Pseudomoas aeruginosa dengan

                                      perbesaran 10 x 100

                                      Berbentuk batang tunggal

                                      Berwarna merah

                                      50

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                      Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                      Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                      (+) kloramfenikol

                                      (-) DMSO 5

                                      Ekstrak konsentrasi 500

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 250

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 125

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 625

                                      ppm

                                      51

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                      (+) kloramfenikol

                                      (-) DMSO 5

                                      Ekstrak konsentrasi 500

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 250

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 125

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 625

                                      ppm

                                      52

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                      (+) kloramfenikol

                                      (-) DMSO 5

                                      Ekstrak konsentrasi 500

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 250

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 125

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 625

                                      ppm

                                      53

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                      (+) kloramfenikol

                                      (-) DMSO 5

                                      Ekstrak konsentrasi 500

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 250

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 125

                                      ppm

                                      Ekstrak konsentrasi 625

                                      ppm

                                      54

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                      Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                      Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                      Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                      250 ppm

                                      1512

                                      125 ppm

                                      1523

                                      625 ppm

                                      1623

                                      k kuman

                                      1504

                                      k media

                                      0000

                                      500 ppm

                                      1096

                                      250 ppm

                                      1252

                                      125 ppm

                                      1293

                                      k kuman

                                      1295

                                      k media

                                      0000

                                      500 ppm

                                      1321

                                      625 ppm

                                      1369

                                      55

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                      Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                      Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                      dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                      spektrofotometer uv-vis

                                      500 ppm

                                      1190

                                      250 ppm

                                      1556

                                      125 ppm

                                      1940

                                      k kuman

                                      1938

                                      k media

                                      0000

                                      500 ppm

                                      1128

                                      250 ppm

                                      1395

                                      125 ppm

                                      1603

                                      k kuman

                                      1546

                                      k media

                                      0000

                                      625 ppm

                                      1952

                                      625 ppm

                                      1645

                                      56

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                      Simplisia kulit batang

                                      kayu jawa

                                      Ekstrak kulit batang kayu

                                      jawa

                                      Vortex

                                      Mikropipet

                                      Hotplate

                                      Refrigator

                                      LAF

                                      Oven

                                      Autoklaf

                                      57

                                      UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                      Inkubator

                                      Spektrofotometer uv-vis

                                      Jangka sorong

                                      • DAFTAR ISI
                                      • Halaman
                                      • HALAMAN SAMPUL i
                                      • HALAMAN JUDUL ii
                                      • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                      • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                      • HALAMAN PENGESEHAN v
                                      • ABSTRAK vi
                                      • ABSTRACT vii
                                      • KATA PENGANTAR viii
                                      • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                      • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                      • DAFTAR ISI xi
                                      • DAFTAR TABEL xiii
                                      • DAFTAR GAMBAR xiv
                                      • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                      • BAB I PENDAHULUAN 1
                                      • 11 Latar Belakang 1
                                      • 12 Rumusan Masalah 3
                                      • 13 Tujuan Penelitian 3
                                      • 14 Manfaat Penelitian 4
                                      • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                      • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                      • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                      • 23 Pelarut 10
                                      • 24 Bakteri 12
                                      • 25 Antibakteri 15
                                      • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                      • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                      • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                      • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                      • 32 Alat dan Bahan 21
                                      • 321 Alat 21
                                      • 322 Bahan 21
                                      • 323 Bakteri Uji 22
                                      • 33 Prosedur kerja 22
                                      • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                      • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                      • 333 Parameter Ekstrak 23
                                      • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                      • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                      • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                      • 3352 Pembuatan Media 26
                                      • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                      • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                      • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                      • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                      • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                      • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                      • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                      • 41 Determinasi Tanaman 29
                                      • 42 Penyiapan sample 29
                                      • 43 Ekstraksi 30
                                      • 44 Parameter Ekstrak 30
                                      • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                      • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                      • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                      • BAB V PENUTUP 38
                                      • 51 Kesimpulan 38
                                      • 52 Saran 38
                                      • DAFTAR PUSTAKA 39
                                      • LAMPIRAN 43
                                      • DAFTAR TABEL
                                      • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                      • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                      • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                      • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                      • DAFTAR GAMBAR
                                      • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                      • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                      • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                      • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                      • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                      • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                      • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                      • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                      • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                      • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                      • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                      • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                      • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                      • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                      • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                        5

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        BAB II

                                        TINJAUAN PUSTAKA

                                        21 Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                        Gambar 21 Tanaman Lannea coromandelica

                                        ( Erwin Prawirodiharjo 2014)

                                        Secara taksonomi tanaman Kayu Jawa digolongkan sebagai berikut

                                        Kingdom Plantae

                                        Phylum Mannoliophyta

                                        Class Magnoliatae

                                        Order Sapindales

                                        Family Anacardiaceae

                                        Genus Lannea

                                        Species Lannea coromandelica

                                        (Houtt) Merr (httpindiabiodiversityorgspeciesshow230190)

                                        Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh

                                        hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m) Permukaan batang berwarna abu-abu

                                        sampai coklat tua kasar ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur

                                        5

                                        6

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                        eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                        tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                        kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                        hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                        di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                        Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                        Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                        pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                        ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                        paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                        mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                        sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                        Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                        impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                        nyeri lokal (Wahid 2009)

                                        22 Ektrak dan Ektraksi

                                        Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                        senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                        yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                        serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                        ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                        Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                        1 Parameter non spesifik

                                        a Kadar air

                                        Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                        dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                        destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                        7

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        b Kadar abu

                                        Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                        dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                        sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                        untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                        eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                        (DepKes RI 2000)

                                        2 Parameter spesifik

                                        a Identitas

                                        Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                        latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                        Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                        dan spesifik dari senyawa identitas

                                        b Organoleptik

                                        Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                        mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                        (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                        Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                        terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                        diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                        dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                        terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                        atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                        terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                        ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                        Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                        tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                        yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                        material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                        sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                        8

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                        1 Cara dingin

                                        a Maserasi

                                        Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                        pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                        kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                        adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                        kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                        banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                        cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                        pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                        pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                        cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                        b Perkolasi

                                        Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                        penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                        Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                        tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                        secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                        menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                        secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                        digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                        ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                        2 Cara panas

                                        a Sokletasi

                                        Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                        menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                        pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                        9

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        b Refluks

                                        Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                        titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                        konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                        c Infusa

                                        Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                        menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                        digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                        2000)

                                        d Dekok

                                        Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                        titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                        air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                        ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                        panas (Tiwari et al 2011)

                                        e Digesti

                                        Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                        temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                        40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                        kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                        25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                        digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                        23 Pelarut

                                        Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                        Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                        tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                        pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                        menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                        10

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                        (Tiwari et al 2011)

                                        Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                        Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                        akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                        kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                        pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                        Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                        1 Air

                                        Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                        produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                        secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                        dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                        antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                        melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                        signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                        yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                        2 Aseton

                                        Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                        tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                        mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                        untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                        dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                        3 Alkohol

                                        Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                        dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                        lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                        lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                        intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                        namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                        ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                        11

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        4 Kloroform

                                        Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                        menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                        aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                        dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                        pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                        5 Eter

                                        Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                        lemak (Tiwari et al 2011)

                                        6 n-Heksana

                                        n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                        bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                        molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                        953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                        71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                        ekstraksi minyak nabati

                                        7 Etil asetat

                                        Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                        secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                        dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                        24 Bakteri

                                        Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                        tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                        mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                        pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                        mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                        berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                        penampang maupun panjangnya

                                        12

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                        reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                        negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                        sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                        struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                        karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                        Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                        Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                        tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                        lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                        mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                        (Jawetz 1996)

                                        Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                        golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                        1 Golongan basil

                                        Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                        bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                        sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                        2 Golongan kokus

                                        Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                        golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                        yang berdiameter sampai 25μ

                                        3 Golongan spiral

                                        Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                        Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                        dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                        13

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Bakteri uji

                                        1 Staphylococcus aureus

                                        Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                        patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                        berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                        teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                        Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                        paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                        aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                        ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                        manusia (Jawetz 1996)

                                        Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                        Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                        Kelas Schizomycetes

                                        Bangsa Eubacteriales

                                        Suku Micrococcaceae

                                        Marga Staphylococcus

                                        Spesies Staphylococcus aureus

                                        2 Escherichia coli

                                        Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                        yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                        (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                        sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                        permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                        bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                        manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                        pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                        saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                        akuatik makanan air seni dan tinja

                                        14

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                        Devisi Bacteria

                                        Kelas Schizomycetes

                                        Bangsa Enterobacteriales

                                        Suku Enterobacteriaceae

                                        Marga Escherichia

                                        Spesies Escherichia coli

                                        3 Helicobacter pylori

                                        Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                        bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                        lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                        diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                        duodenum)

                                        Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                        Devisi Bacteria

                                        Kelas Epsilon Probacteria

                                        Bangsa Campylobacteralis

                                        Suku Helicobateraceae

                                        Marga Helicobacter

                                        Spesis Helicobacter pylori

                                        4 Pseudomonas aeruginosa

                                        Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                        2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                        terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                        Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                        42o

                                        C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                        kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                        bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                        15

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                        Divisi Bacteria

                                        Phylum Proteobacteria

                                        Kelas Gamma Proteobacteria

                                        Marga Pseudomonadales

                                        Suku Pseudomonadaceae

                                        Genus Pseudomonas

                                        Species Pseudomonas aeruginosa

                                        25 Antibakteri

                                        Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                        diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                        yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                        Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                        Mekanisme kerja antibakteri

                                        1 Menghambat sintesis dinding sel

                                        Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                        pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                        1988)

                                        2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                        Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                        serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                        memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                        membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                        matinya sel (Pleczar 1988)

                                        3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                        Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                        protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                        substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                        asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                        Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                        16

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                        komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                        4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                        Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                        sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                        Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                        Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                        matinya sel (Pleczar 1988)

                                        5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                        DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                        kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                        terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                        mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                        26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                        Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                        konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                        mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                        menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                        pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                        antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                        efisien

                                        Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                        1 Metode difusi

                                        a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                        Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                        telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                        tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                        mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                        (Pratiwi 2008)

                                        b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                        Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                        17

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                        mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                        mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                        diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                        mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                        ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                        pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                        c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                        antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                        memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                        membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                        parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                        d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                        dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                        mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                        diuji (Pratiwi 2008)

                                        e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                        pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                        agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                        kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                        selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                        memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                        mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                        dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                        total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                        dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                        X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                        Y = panjang pertumbuhan aktual

                                        C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                        mgmL atau μgmL

                                        Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                        18

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                        dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                        mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                        2 Metode dilusi

                                        Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                        a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                        Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                        Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                        Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                        dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                        pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                        agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                        pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                        dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                        agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                        tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                        (Pratiwi 2008)

                                        b Metode dilusi padat solid dilution test

                                        Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                        media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                        agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                        mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                        27 Antibiotika Pembanding

                                        Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                        Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                        19

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                        putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                        praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                        Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                        propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                        (Depkes RI 1995)

                                        Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                        sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                        dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                        antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                        secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                        amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                        merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                        peptida (Katzung 2004)

                                        Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                        disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                        anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                        kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                        efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                        Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                        memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                        20

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        BAB III

                                        METODE PENELITIAN

                                        31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                        Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                        Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                        Januari-April 2015

                                        32 Alat dan Bahan

                                        321 Alat

                                        Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                        spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                        evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                        standar laboratorium

                                        Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                        (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                        325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                        (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                        magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                        laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                        (oxoid) jangka sorong

                                        322 Bahan

                                        Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                        kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                        Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                        Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                        akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                        kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                        fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                        NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                        96 spirtus

                                        21

                                        21

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        323 Bakteri Uji

                                        Bakteri yang digunakan antara lain

                                        Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                        Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                        diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                        33 Prosedur Kerja

                                        331 Pembuatan simplisia

                                        Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                        diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                        peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                        disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                        dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                        kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                        bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                        serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                        332 Pembuatan Ekstak

                                        Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                        600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                        etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                        kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                        kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                        menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                        menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                        Kemudian dihitung persen rendeman

                                        Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                        333 Parameter ekstrak

                                        a Identitas Ekstrak

                                        Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                        ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                        nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                        22

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        b Organoleptik Ekstrak

                                        Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                        mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                        c Residu Pelarut Etanol

                                        Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                        mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                        mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                        cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                        etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                        etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                        d Kadar Air

                                        Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                        yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                        Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                        Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                        kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                        hari (Depkes RI 2000)

                                        e Kadar Abu Total

                                        Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                        etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                        perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                        dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                        terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                        334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                        terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                        alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                        1 Uji alkaloid

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                        disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                        ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                        23

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                        dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                        pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                        Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                        coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                        senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                        2 Uji Flavonoid

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                        ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                        kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                        mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                        3 Uji Saponin

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                        larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                        setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                        1969)

                                        4 Uji Glikosida

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                        larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                        senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                        5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                        Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                        diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                        kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                        dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                        kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                        triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                        (Ayoola GA 2008)

                                        6 Uji Fenol

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                        ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                        mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                        24

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        7 Uji Tanin

                                        Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                        reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                        FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                        adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                        335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                        3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                        Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                        disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                        mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                        autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                        disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                        dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                        tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                        Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                        plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                        Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                        disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                        sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                        Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                        selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                        sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                        3352 Pembuatan Medium

                                        1 NA (Nutrient Agar)

                                        Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                        aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                        kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                        menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                        telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                        kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                        2007)

                                        25

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        2 NB (Nutrient Broth)

                                        Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                        aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                        stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                        15 menit (Alexander 2007)

                                        3354 Peremajaan Bakteri

                                        Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                        yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                        aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                        digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                        inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                        3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                        Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                        dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                        kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                        diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                        Dan siap diwarnai

                                        Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                        atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                        sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                        kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                        dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                        dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                        preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                        dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                        mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                        3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                        Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                        selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                        dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                        divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                        pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                        26

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                        09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                        Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                        kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                        4 (pokyni2010)

                                        3357 Pembuatan larutan uji

                                        Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                        (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                        yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                        tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                        ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                        3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                        Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                        steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                        Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                        menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                        diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                        ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                        telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                        30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                        370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                        yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                        2013)

                                        3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                        Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                        batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                        masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                        tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                        ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                        dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                        09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                        27

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                        diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                        kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                        kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                        pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                        Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                        konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                        absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                        28

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        BAB IV

                                        HASIL DAN PEMBAHASAN

                                        41 Determinasi Tanaman

                                        Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                        tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                        Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                        Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                        Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                        42 Penyiapan Sampel

                                        Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                        dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                        sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                        Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                        sebagai tanaman pagar

                                        Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                        dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                        dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                        batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                        dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                        mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                        terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                        proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                        menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                        perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                        pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                        Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                        kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                        disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                        pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                        menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                        29

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        43 Ekstraksi

                                        Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                        metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                        batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                        dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                        sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                        hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                        12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                        2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                        tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                        etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                        pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                        antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                        mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                        dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                        mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                        kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                        evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                        gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                        44 Parameter Ekstrak

                                        Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                        non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                        Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                        96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                        Karakteristik Hasil

                                        Parameter spesifik

                                        1 Identitas

                                        - Nama Latin

                                        - Bagian Tumbuhan

                                        - Nama Indonesia

                                        - Lannea coromandelica

                                        - Kulit batang

                                        - Kayu jawa

                                        30

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        2 Organoleptik

                                        - Bentuk

                                        - Warna

                                        - Bau

                                        - Rasa

                                        - Kental

                                        - Coklat kehitaman

                                        - Khas

                                        - Agak sepat

                                        Parameter non spesifik

                                        1 Residu pelarut etanol 0

                                        2 Kadar air 58

                                        3 Kadar abu 14

                                        Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                        dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                        kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                        kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                        pancaindera

                                        Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                        aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                        dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                        pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                        yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                        masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                        memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                        pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                        antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                        dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                        yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                        dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                        kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                        Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                        air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                        beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                        96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                        31

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                        bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                        air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                        pengujian aktivitas antibakteri

                                        Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                        kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                        terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                        dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                        anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                        Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                        bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                        dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                        coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                        45 Penapisan Fitokimia

                                        Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                        metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                        coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                        memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                        dilihat pada tabel berikut ini

                                        Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                        jawa (Lannea coromandelica)

                                        Penguji senyawa Hasil

                                        Alkaloid -

                                        Flavonoid +

                                        Saponin +

                                        Glikosida +

                                        Steroid Triterpenoid -

                                        Fenol +

                                        Tanin +

                                        32

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                        adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                        glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                        polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                        46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                        Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                        difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                        bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                        tabel berikut

                                        Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                        terhadap bakteri uji

                                        Konsentrasi

                                        ekstrak

                                        Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                        Staphylococcus

                                        aureus

                                        Escherichia

                                        coli

                                        Helicobacter

                                        pylori

                                        Pseudomonas

                                        aeruginosa

                                        625 μgml - - - -

                                        125 μgml - 70 - -

                                        250 μgml - 78 73 68

                                        500 μgml 71 85 82 85

                                        Kontrol (-)

                                        DMSO 5

                                        - - - -

                                        Kontrol (+)

                                        kloramfenikol

                                        204 250 233 203

                                        Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                        96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                        antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                        zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                        250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                        penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                        literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                        33

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                        pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                        Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                        menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                        zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                        ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                        sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                        menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                        konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                        terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                        kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                        zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                        Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                        30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                        Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                        sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                        Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                        kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                        penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                        dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                        satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                        Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                        (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                        amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                        Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                        menggunakan kloramfenikol

                                        Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                        bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                        konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                        adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                        diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                        34

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                        73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                        antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                        85 mm dan 68 mm

                                        Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                        sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                        Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                        (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                        tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                        antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                        kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                        glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                        47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                        Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                        konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                        berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                        Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                        menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                        Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                        menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                        Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                        di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                        tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                        suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                        yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                        inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                        kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                        kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                        kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                        35

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                        Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                        kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                        batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                        Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                        (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                        membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                        mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                        Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                        secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                        dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                        Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                        menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                        sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                        Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                        Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                        Konsentrasi

                                        ekstrak

                                        Nilai absorbansi kekeruhan

                                        Staphylococcus

                                        aureus

                                        Escherichia

                                        coli

                                        Helicobacter

                                        pylori

                                        Psedomonas

                                        aeruginosa

                                        500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                        250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                        125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                        625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                        Kontrol

                                        kuman

                                        1504 1295 1938 1546

                                        Kontrol media

                                        (blanko)

                                        0000 0000 0000 0000

                                        Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                        hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                        coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                        nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                        36

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                        Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                        37

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        BAB V

                                        KESIMPULAN DAN SARAN

                                        51 Kesimpulan

                                        1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                        memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                        aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                        2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                        500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                        menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                        dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                        mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                        500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                        dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                        pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                        adalah 85 mm dan 68 mm

                                        3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                        jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                        adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                        terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                        bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                        52 Saran

                                        Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                        aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                        38

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        DAFTAR PUSTAKA

                                        Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                        Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                        Institut Pertanian Bogor

                                        Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                        Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                        Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                        Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                        Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                        Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                        McGraw Hill Higer Education

                                        Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                        Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                        Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                        Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                        Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                        americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                        Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                        Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                        Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                        Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                        leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                        Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                        EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                        Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                        In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                        Pharmaceutical Research

                                        Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                        Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                        University Press

                                        39

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                        Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                        Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                        Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                        Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                        Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                        Indonesia Jakarta

                                        Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                        Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                        Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                        coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                        Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                        of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                        Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                        production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                        31 2008

                                        Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                        Balai penerbit FKUI Jakarta

                                        Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                        Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                        ITB Hal 6-17

                                        Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                        edition

                                        The Pharmaceutical Press London England

                                        Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                        EGC

                                        Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                        Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                        Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                        Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                        Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                        40

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                        Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                        Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                        (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                        httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                        Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                        Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                        India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                        Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                        Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                        the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                        International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                        4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                        Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                        Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                        methodology

                                        Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                        Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                        dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                        Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                        Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                        Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                        Hidayatullah Jakarta

                                        Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                        Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                        Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                        Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                        Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                        Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                        American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                        Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                        secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                        Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                        41

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                        Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                        Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                        Sciences

                                        Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                        Yogyakarta

                                        Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                        Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                        Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                        Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                        Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                        against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                        Agricultural and Food Chemistry

                                        Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                        Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                        Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                        Bio Sciences

                                        Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                        coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                        Pharmacy East West University Bangladesh

                                        WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                        Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                        Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                        Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                        42

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 1 Alur penelitian

                                        Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                        Tanaman segar Kayu jawa

                                        (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                        1 kg kulit batang Kayu jawa

                                        (Lannea coromandelica)

                                        Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                        Serbuk simplisia 600 gram

                                        Maserasi dengan menggunakan

                                        etanol 96 sebanyak 12 L

                                        Disaring dengan kapas

                                        dan kertas saring

                                        kemudian diuapkan

                                        dengan vacum rotary

                                        evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                        Skrining Fitokimia

                                        Uji Aktivitas Antibakteri

                                        Sterilisasi

                                        alat

                                        Pembuatan

                                        media (NA amp

                                        NB)

                                        Peremajaan

                                        bakteri

                                        Pembuatan

                                        larutan uji

                                        Pembuatan

                                        suspensi bakteri

                                        uji

                                        Uji Diameter Zona

                                        Hambat

                                        Uji Konsentrasi

                                        Hambat Minimum

                                        43

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        44

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                        NO Golongan

                                        senyawa

                                        Gambar Keterangan (hasil uji)

                                        1 Alkaloid

                                        (Dragendorf) (Mayer)

                                        - Tidak terbentuk

                                        endapan kream atau

                                        putih (Mayer)

                                        - Hasil (-) alkaloid

                                        - Tidak terbentuk

                                        endapan coklat

                                        kemerahan

                                        (Dragendorf)

                                        - Hasil (-) alkaloid

                                        2 Flavonoid

                                        - Perubahan

                                        intensitas warna

                                        kuning menjadi

                                        tidak berwarna

                                        - Hasil (+)

                                        flavonoid

                                        3 Saponin

                                        - Tebentuk busa

                                        setinggi 1 cm

                                        yang stabil

                                        - Hasil (+)saponin

                                        4 Glikosida

                                        - Terbentuk larutan

                                        berwarna kuning

                                        - Hasil (+) glikosida

                                        45

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        5 Steroid dan

                                        Triterpenoid

                                        (steroid) (triterpenoid)

                                        - Tidak terbentuk

                                        warna hijau

                                        kehitaman

                                        (steroid) warna

                                        merah

                                        (triterprnoid)

                                        - Hasil (-) steroid

                                        dan triterpenoid

                                        6 Fenol

                                        - Terbentuk warna

                                        hitam kebiruan

                                        - Hasil (+) fenol

                                        7 Tanin

                                        (sebelum) (setelah)

                                        Penambahan Fecl3 01

                                        - Terbentuk biru

                                        kehitaman

                                        - Hasil (+) tanin

                                        Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                        = g g X

                                        = 701

                                        46

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                        = w minusww minusw Bobot jenis =

                                        i g minus i g i g minus i g

                                        Bobot jenis = minus minus

                                        Bobot jenis = 1026

                                        Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                        jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                        kesetaraan sama dengan 0

                                        Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                        = minus minus x =

                                        Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                        W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                        W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                        Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                        = gram minus gram gram x =

                                        47

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                        Gambar I pengenceran larutan uji

                                        Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                        Larutan induk g =

                                        μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                        500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                        = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                        =

                                        = 1 mL

                                        250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                        = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                        =

                                        = 5 mL

                                        125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                        = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                        =

                                        = 5 mL

                                        625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                        = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                        =

                                        = 5 mL

                                        48

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                        Perbandingan dengan McFarland

                                        Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                        Gambar I Staphylococcus aureus

                                        Gambar II Escherichia coli

                                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                        staphylococcus aureus dengan

                                        perbesaran 10 x 100

                                        Berbentuk bulat dan berkelompok

                                        seperti anggur

                                        Berwarna ungu

                                        ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                        coli dengan perbesaran 10 x 100

                                        Bebentuk batang pendek

                                        Berwarna merah

                                        49

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Gambar III Helicobacter pylori

                                        Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                        Helicobacter pylori dengan

                                        perbesaran 10 x 100

                                        Berbentuk spiral atau batang

                                        bengkok

                                        Berwarna merah

                                        Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                        Pseudomoas aeruginosa dengan

                                        perbesaran 10 x 100

                                        Berbentuk batang tunggal

                                        Berwarna merah

                                        50

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                        Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                        Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                        (+) kloramfenikol

                                        (-) DMSO 5

                                        Ekstrak konsentrasi 500

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 250

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 125

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 625

                                        ppm

                                        51

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                        (+) kloramfenikol

                                        (-) DMSO 5

                                        Ekstrak konsentrasi 500

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 250

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 125

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 625

                                        ppm

                                        52

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                        (+) kloramfenikol

                                        (-) DMSO 5

                                        Ekstrak konsentrasi 500

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 250

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 125

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 625

                                        ppm

                                        53

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                        (+) kloramfenikol

                                        (-) DMSO 5

                                        Ekstrak konsentrasi 500

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 250

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 125

                                        ppm

                                        Ekstrak konsentrasi 625

                                        ppm

                                        54

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                        Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                        Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                        Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                        250 ppm

                                        1512

                                        125 ppm

                                        1523

                                        625 ppm

                                        1623

                                        k kuman

                                        1504

                                        k media

                                        0000

                                        500 ppm

                                        1096

                                        250 ppm

                                        1252

                                        125 ppm

                                        1293

                                        k kuman

                                        1295

                                        k media

                                        0000

                                        500 ppm

                                        1321

                                        625 ppm

                                        1369

                                        55

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                        Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                        Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                        dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                        spektrofotometer uv-vis

                                        500 ppm

                                        1190

                                        250 ppm

                                        1556

                                        125 ppm

                                        1940

                                        k kuman

                                        1938

                                        k media

                                        0000

                                        500 ppm

                                        1128

                                        250 ppm

                                        1395

                                        125 ppm

                                        1603

                                        k kuman

                                        1546

                                        k media

                                        0000

                                        625 ppm

                                        1952

                                        625 ppm

                                        1645

                                        56

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                        Simplisia kulit batang

                                        kayu jawa

                                        Ekstrak kulit batang kayu

                                        jawa

                                        Vortex

                                        Mikropipet

                                        Hotplate

                                        Refrigator

                                        LAF

                                        Oven

                                        Autoklaf

                                        57

                                        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                        Inkubator

                                        Spektrofotometer uv-vis

                                        Jangka sorong

                                        • DAFTAR ISI
                                        • Halaman
                                        • HALAMAN SAMPUL i
                                        • HALAMAN JUDUL ii
                                        • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                        • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                        • HALAMAN PENGESEHAN v
                                        • ABSTRAK vi
                                        • ABSTRACT vii
                                        • KATA PENGANTAR viii
                                        • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                        • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                        • DAFTAR ISI xi
                                        • DAFTAR TABEL xiii
                                        • DAFTAR GAMBAR xiv
                                        • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                        • BAB I PENDAHULUAN 1
                                        • 11 Latar Belakang 1
                                        • 12 Rumusan Masalah 3
                                        • 13 Tujuan Penelitian 3
                                        • 14 Manfaat Penelitian 4
                                        • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                        • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                        • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                        • 23 Pelarut 10
                                        • 24 Bakteri 12
                                        • 25 Antibakteri 15
                                        • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                        • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                        • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                        • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                        • 32 Alat dan Bahan 21
                                        • 321 Alat 21
                                        • 322 Bahan 21
                                        • 323 Bakteri Uji 22
                                        • 33 Prosedur kerja 22
                                        • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                        • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                        • 333 Parameter Ekstrak 23
                                        • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                        • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                        • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                        • 3352 Pembuatan Media 26
                                        • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                        • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                        • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                        • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                        • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                        • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                        • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                        • 41 Determinasi Tanaman 29
                                        • 42 Penyiapan sample 29
                                        • 43 Ekstraksi 30
                                        • 44 Parameter Ekstrak 30
                                        • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                        • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                        • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                        • BAB V PENUTUP 38
                                        • 51 Kesimpulan 38
                                        • 52 Saran 38
                                        • DAFTAR PUSTAKA 39
                                        • LAMPIRAN 43
                                        • DAFTAR TABEL
                                        • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                        • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                        • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                        • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                        • DAFTAR GAMBAR
                                        • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                        • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                        • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                        • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                        • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                        • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                        • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                        • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                        • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                        • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                        • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                        • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                        • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                        • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                        • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                          6

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap dan memiliki

                                          eksudat yang bergetah Daun meruncing dan berjumlah 7-11 Bunga berkelamin

                                          tunggal berwarna hijau kekuningan Buah berbiji panjang 12 mm bulat telur

                                          kemerahan dan agak keras Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari

                                          hingga Mei Lannea coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar

                                          di Himalaya (Swat-Bhutan) Assam Burma Indo-China Ceylon Pulau

                                          Andaman China dan Malaysia (Avinash 2004)

                                          Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

                                          pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

                                          ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar luka dalam dan perawatan

                                          paska persalinan (Rahayu 2006) Kulit batang dapat digunakan sebagai astringen

                                          mengobati sakit perut lepra peptic ulcer penyakit jantung disentri dan

                                          sariawan Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos

                                          Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

                                          impotensi Perebusan daun juga dianjurkan untuk mengobati pembengkakan dan

                                          nyeri lokal (Wahid 2009)

                                          22 Ektrak dan Ektraksi

                                          Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

                                          senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

                                          yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

                                          serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

                                          ditetapkan (DepKes RI 2000)

                                          Parameter non spesifik dan spesifik ekstrak

                                          1 Parameter non spesifik

                                          a Kadar air

                                          Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada

                                          dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat dengan cara titrasi

                                          destilasi atau gravimetri (DepKes RI 2000)

                                          7

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          b Kadar abu

                                          Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                          dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                          sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                          untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                          eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                          (DepKes RI 2000)

                                          2 Parameter spesifik

                                          a Identitas

                                          Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                          latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                          Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                          dan spesifik dari senyawa identitas

                                          b Organoleptik

                                          Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                          mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                          (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                          Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                          terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                          diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                          dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                          terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                          atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                          terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                          ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                          Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                          tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                          yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                          material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                          sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                          8

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                          1 Cara dingin

                                          a Maserasi

                                          Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                          pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                          kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                          adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                          kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                          banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                          cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                          pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                          pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                          cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                          b Perkolasi

                                          Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                          penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                          Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                          tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                          secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                          menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                          secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                          digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                          ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                          2 Cara panas

                                          a Sokletasi

                                          Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                          menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                          pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                          9

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          b Refluks

                                          Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                          titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                          konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                          c Infusa

                                          Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                          menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                          digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                          2000)

                                          d Dekok

                                          Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                          titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                          air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                          ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                          panas (Tiwari et al 2011)

                                          e Digesti

                                          Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                          temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                          40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                          kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                          25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                          digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                          23 Pelarut

                                          Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                          Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                          tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                          pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                          menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                          10

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                          (Tiwari et al 2011)

                                          Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                          Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                          akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                          kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                          pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                          Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                          1 Air

                                          Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                          produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                          secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                          dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                          antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                          melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                          signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                          yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                          2 Aseton

                                          Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                          tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                          mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                          untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                          dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                          3 Alkohol

                                          Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                          dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                          lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                          lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                          intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                          namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                          ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                          11

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          4 Kloroform

                                          Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                          menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                          aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                          dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                          pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                          5 Eter

                                          Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                          lemak (Tiwari et al 2011)

                                          6 n-Heksana

                                          n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                          bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                          molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                          953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                          71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                          ekstraksi minyak nabati

                                          7 Etil asetat

                                          Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                          secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                          dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                          24 Bakteri

                                          Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                          tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                          mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                          pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                          mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                          berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                          penampang maupun panjangnya

                                          12

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                          reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                          negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                          sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                          struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                          karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                          Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                          Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                          tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                          lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                          mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                          (Jawetz 1996)

                                          Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                          golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                          1 Golongan basil

                                          Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                          bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                          sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                          2 Golongan kokus

                                          Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                          golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                          yang berdiameter sampai 25μ

                                          3 Golongan spiral

                                          Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                          Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                          dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                          13

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Bakteri uji

                                          1 Staphylococcus aureus

                                          Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                          patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                          berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                          teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                          Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                          paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                          aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                          ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                          manusia (Jawetz 1996)

                                          Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                          Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                          Kelas Schizomycetes

                                          Bangsa Eubacteriales

                                          Suku Micrococcaceae

                                          Marga Staphylococcus

                                          Spesies Staphylococcus aureus

                                          2 Escherichia coli

                                          Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                          yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                          (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                          sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                          permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                          bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                          manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                          pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                          saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                          akuatik makanan air seni dan tinja

                                          14

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                          Devisi Bacteria

                                          Kelas Schizomycetes

                                          Bangsa Enterobacteriales

                                          Suku Enterobacteriaceae

                                          Marga Escherichia

                                          Spesies Escherichia coli

                                          3 Helicobacter pylori

                                          Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                          bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                          lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                          diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                          duodenum)

                                          Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                          Devisi Bacteria

                                          Kelas Epsilon Probacteria

                                          Bangsa Campylobacteralis

                                          Suku Helicobateraceae

                                          Marga Helicobacter

                                          Spesis Helicobacter pylori

                                          4 Pseudomonas aeruginosa

                                          Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                          2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                          terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                          Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                          42o

                                          C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                          kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                          bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                          15

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                          Divisi Bacteria

                                          Phylum Proteobacteria

                                          Kelas Gamma Proteobacteria

                                          Marga Pseudomonadales

                                          Suku Pseudomonadaceae

                                          Genus Pseudomonas

                                          Species Pseudomonas aeruginosa

                                          25 Antibakteri

                                          Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                          diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                          yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                          Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                          Mekanisme kerja antibakteri

                                          1 Menghambat sintesis dinding sel

                                          Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                          pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                          1988)

                                          2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                          Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                          serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                          memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                          membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                          matinya sel (Pleczar 1988)

                                          3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                          Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                          protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                          substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                          asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                          Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                          16

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                          komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                          4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                          Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                          sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                          Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                          Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                          matinya sel (Pleczar 1988)

                                          5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                          DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                          kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                          terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                          mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                          26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                          Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                          konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                          mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                          menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                          pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                          antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                          efisien

                                          Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                          1 Metode difusi

                                          a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                          Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                          telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                          tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                          mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                          (Pratiwi 2008)

                                          b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                          Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                          17

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                          mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                          mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                          diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                          mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                          ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                          pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                          c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                          antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                          memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                          membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                          parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                          d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                          dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                          mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                          diuji (Pratiwi 2008)

                                          e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                          pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                          agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                          kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                          selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                          memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                          mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                          dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                          total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                          dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                          X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                          Y = panjang pertumbuhan aktual

                                          C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                          mgmL atau μgmL

                                          Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                          18

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                          dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                          mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                          2 Metode dilusi

                                          Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                          a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                          Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                          Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                          Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                          dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                          pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                          agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                          pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                          dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                          agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                          tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                          (Pratiwi 2008)

                                          b Metode dilusi padat solid dilution test

                                          Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                          media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                          agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                          mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                          27 Antibiotika Pembanding

                                          Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                          Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                          19

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                          putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                          praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                          Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                          propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                          (Depkes RI 1995)

                                          Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                          sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                          dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                          antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                          secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                          amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                          merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                          peptida (Katzung 2004)

                                          Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                          disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                          anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                          kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                          efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                          Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                          memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                          20

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          BAB III

                                          METODE PENELITIAN

                                          31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                          Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                          Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                          Januari-April 2015

                                          32 Alat dan Bahan

                                          321 Alat

                                          Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                          spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                          evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                          standar laboratorium

                                          Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                          (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                          325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                          (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                          magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                          laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                          (oxoid) jangka sorong

                                          322 Bahan

                                          Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                          kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                          Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                          Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                          akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                          kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                          fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                          NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                          96 spirtus

                                          21

                                          21

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          323 Bakteri Uji

                                          Bakteri yang digunakan antara lain

                                          Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                          Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                          diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                          33 Prosedur Kerja

                                          331 Pembuatan simplisia

                                          Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                          diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                          peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                          disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                          dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                          kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                          bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                          serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                          332 Pembuatan Ekstak

                                          Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                          600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                          etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                          kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                          kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                          menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                          menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                          Kemudian dihitung persen rendeman

                                          Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                          333 Parameter ekstrak

                                          a Identitas Ekstrak

                                          Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                          ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                          nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                          22

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          b Organoleptik Ekstrak

                                          Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                          mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                          c Residu Pelarut Etanol

                                          Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                          mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                          mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                          cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                          etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                          etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                          d Kadar Air

                                          Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                          yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                          Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                          Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                          kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                          hari (Depkes RI 2000)

                                          e Kadar Abu Total

                                          Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                          etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                          perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                          dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                          terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                          334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                          terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                          alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                          1 Uji alkaloid

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                          disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                          ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                          23

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                          dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                          pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                          Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                          coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                          senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                          2 Uji Flavonoid

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                          ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                          kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                          mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                          3 Uji Saponin

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                          larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                          setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                          1969)

                                          4 Uji Glikosida

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                          larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                          senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                          5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                          Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                          diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                          kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                          dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                          kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                          triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                          (Ayoola GA 2008)

                                          6 Uji Fenol

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                          ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                          mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                          24

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          7 Uji Tanin

                                          Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                          reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                          FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                          adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                          335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                          3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                          Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                          disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                          mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                          autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                          disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                          dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                          tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                          Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                          plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                          Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                          disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                          sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                          Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                          selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                          sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                          3352 Pembuatan Medium

                                          1 NA (Nutrient Agar)

                                          Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                          aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                          kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                          menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                          telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                          kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                          2007)

                                          25

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          2 NB (Nutrient Broth)

                                          Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                          aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                          stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                          15 menit (Alexander 2007)

                                          3354 Peremajaan Bakteri

                                          Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                          yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                          aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                          digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                          inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                          3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                          Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                          dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                          kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                          diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                          Dan siap diwarnai

                                          Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                          atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                          sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                          kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                          dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                          dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                          preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                          dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                          mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                          3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                          Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                          selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                          dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                          divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                          pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                          26

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                          09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                          Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                          kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                          4 (pokyni2010)

                                          3357 Pembuatan larutan uji

                                          Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                          (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                          yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                          tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                          ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                          3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                          Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                          steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                          Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                          menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                          diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                          ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                          telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                          30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                          370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                          yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                          2013)

                                          3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                          Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                          batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                          masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                          tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                          ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                          dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                          09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                          27

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                          diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                          kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                          kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                          pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                          Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                          konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                          absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                          28

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          BAB IV

                                          HASIL DAN PEMBAHASAN

                                          41 Determinasi Tanaman

                                          Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                          tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                          Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                          Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                          Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                          42 Penyiapan Sampel

                                          Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                          dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                          sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                          Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                          sebagai tanaman pagar

                                          Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                          dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                          dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                          batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                          dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                          mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                          terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                          proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                          menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                          perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                          pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                          Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                          kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                          disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                          pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                          menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                          29

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          43 Ekstraksi

                                          Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                          metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                          batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                          dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                          sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                          hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                          12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                          2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                          tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                          etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                          pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                          antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                          mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                          dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                          mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                          kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                          evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                          gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                          44 Parameter Ekstrak

                                          Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                          non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                          Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                          96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                          Karakteristik Hasil

                                          Parameter spesifik

                                          1 Identitas

                                          - Nama Latin

                                          - Bagian Tumbuhan

                                          - Nama Indonesia

                                          - Lannea coromandelica

                                          - Kulit batang

                                          - Kayu jawa

                                          30

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          2 Organoleptik

                                          - Bentuk

                                          - Warna

                                          - Bau

                                          - Rasa

                                          - Kental

                                          - Coklat kehitaman

                                          - Khas

                                          - Agak sepat

                                          Parameter non spesifik

                                          1 Residu pelarut etanol 0

                                          2 Kadar air 58

                                          3 Kadar abu 14

                                          Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                          dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                          kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                          kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                          pancaindera

                                          Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                          aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                          dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                          pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                          yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                          masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                          memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                          pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                          antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                          dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                          yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                          dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                          kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                          Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                          air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                          beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                          96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                          31

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                          bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                          air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                          pengujian aktivitas antibakteri

                                          Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                          kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                          terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                          dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                          anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                          Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                          bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                          dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                          coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                          45 Penapisan Fitokimia

                                          Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                          metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                          coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                          memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                          dilihat pada tabel berikut ini

                                          Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                          jawa (Lannea coromandelica)

                                          Penguji senyawa Hasil

                                          Alkaloid -

                                          Flavonoid +

                                          Saponin +

                                          Glikosida +

                                          Steroid Triterpenoid -

                                          Fenol +

                                          Tanin +

                                          32

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                          adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                          glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                          polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                          46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                          Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                          difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                          bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                          tabel berikut

                                          Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                          terhadap bakteri uji

                                          Konsentrasi

                                          ekstrak

                                          Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                          Staphylococcus

                                          aureus

                                          Escherichia

                                          coli

                                          Helicobacter

                                          pylori

                                          Pseudomonas

                                          aeruginosa

                                          625 μgml - - - -

                                          125 μgml - 70 - -

                                          250 μgml - 78 73 68

                                          500 μgml 71 85 82 85

                                          Kontrol (-)

                                          DMSO 5

                                          - - - -

                                          Kontrol (+)

                                          kloramfenikol

                                          204 250 233 203

                                          Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                          96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                          antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                          zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                          250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                          penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                          literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                          33

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                          pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                          Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                          menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                          zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                          ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                          sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                          menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                          konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                          terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                          kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                          zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                          Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                          30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                          Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                          sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                          Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                          kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                          penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                          dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                          satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                          Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                          (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                          amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                          Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                          menggunakan kloramfenikol

                                          Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                          bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                          konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                          adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                          diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                          34

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                          73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                          antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                          85 mm dan 68 mm

                                          Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                          sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                          Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                          (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                          tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                          antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                          kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                          glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                          47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                          Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                          konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                          berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                          Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                          menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                          Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                          menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                          Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                          di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                          tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                          suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                          yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                          inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                          kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                          kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                          kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                          35

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                          Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                          kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                          batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                          Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                          (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                          membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                          mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                          Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                          secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                          dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                          Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                          menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                          sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                          Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                          Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                          Konsentrasi

                                          ekstrak

                                          Nilai absorbansi kekeruhan

                                          Staphylococcus

                                          aureus

                                          Escherichia

                                          coli

                                          Helicobacter

                                          pylori

                                          Psedomonas

                                          aeruginosa

                                          500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                          250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                          125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                          625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                          Kontrol

                                          kuman

                                          1504 1295 1938 1546

                                          Kontrol media

                                          (blanko)

                                          0000 0000 0000 0000

                                          Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                          hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                          coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                          nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                          36

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                          Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                          37

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          BAB V

                                          KESIMPULAN DAN SARAN

                                          51 Kesimpulan

                                          1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                          memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                          aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                          2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                          500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                          menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                          dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                          mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                          500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                          dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                          pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                          adalah 85 mm dan 68 mm

                                          3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                          jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                          adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                          terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                          bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                          52 Saran

                                          Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                          aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                          38

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          DAFTAR PUSTAKA

                                          Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                          Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                          Institut Pertanian Bogor

                                          Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                          Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                          Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                          Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                          Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                          Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                          McGraw Hill Higer Education

                                          Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                          Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                          Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                          Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                          Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                          americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                          Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                          Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                          Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                          Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                          leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                          Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                          EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                          Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                          In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                          Pharmaceutical Research

                                          Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                          Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                          University Press

                                          39

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                          Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                          Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                          Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                          Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                          Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                          Indonesia Jakarta

                                          Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                          Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                          Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                          coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                          Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                          of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                          Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                          production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                          31 2008

                                          Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                          Balai penerbit FKUI Jakarta

                                          Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                          Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                          ITB Hal 6-17

                                          Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                          edition

                                          The Pharmaceutical Press London England

                                          Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                          EGC

                                          Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                          Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                          Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                          Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                          Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                          40

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                          Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                          Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                          (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                          httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                          Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                          Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                          India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                          Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                          Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                          the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                          International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                          4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                          Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                          Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                          methodology

                                          Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                          Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                          dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                          Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                          Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                          Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                          Hidayatullah Jakarta

                                          Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                          Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                          Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                          Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                          Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                          Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                          American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                          Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                          secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                          Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                          41

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                          Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                          Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                          Sciences

                                          Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                          Yogyakarta

                                          Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                          Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                          Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                          Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                          Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                          against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                          Agricultural and Food Chemistry

                                          Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                          Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                          Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                          Bio Sciences

                                          Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                          coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                          Pharmacy East West University Bangladesh

                                          WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                          Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                          Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                          Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                          42

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 1 Alur penelitian

                                          Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                          Tanaman segar Kayu jawa

                                          (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                          1 kg kulit batang Kayu jawa

                                          (Lannea coromandelica)

                                          Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                          Serbuk simplisia 600 gram

                                          Maserasi dengan menggunakan

                                          etanol 96 sebanyak 12 L

                                          Disaring dengan kapas

                                          dan kertas saring

                                          kemudian diuapkan

                                          dengan vacum rotary

                                          evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                          Skrining Fitokimia

                                          Uji Aktivitas Antibakteri

                                          Sterilisasi

                                          alat

                                          Pembuatan

                                          media (NA amp

                                          NB)

                                          Peremajaan

                                          bakteri

                                          Pembuatan

                                          larutan uji

                                          Pembuatan

                                          suspensi bakteri

                                          uji

                                          Uji Diameter Zona

                                          Hambat

                                          Uji Konsentrasi

                                          Hambat Minimum

                                          43

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          44

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                          NO Golongan

                                          senyawa

                                          Gambar Keterangan (hasil uji)

                                          1 Alkaloid

                                          (Dragendorf) (Mayer)

                                          - Tidak terbentuk

                                          endapan kream atau

                                          putih (Mayer)

                                          - Hasil (-) alkaloid

                                          - Tidak terbentuk

                                          endapan coklat

                                          kemerahan

                                          (Dragendorf)

                                          - Hasil (-) alkaloid

                                          2 Flavonoid

                                          - Perubahan

                                          intensitas warna

                                          kuning menjadi

                                          tidak berwarna

                                          - Hasil (+)

                                          flavonoid

                                          3 Saponin

                                          - Tebentuk busa

                                          setinggi 1 cm

                                          yang stabil

                                          - Hasil (+)saponin

                                          4 Glikosida

                                          - Terbentuk larutan

                                          berwarna kuning

                                          - Hasil (+) glikosida

                                          45

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          5 Steroid dan

                                          Triterpenoid

                                          (steroid) (triterpenoid)

                                          - Tidak terbentuk

                                          warna hijau

                                          kehitaman

                                          (steroid) warna

                                          merah

                                          (triterprnoid)

                                          - Hasil (-) steroid

                                          dan triterpenoid

                                          6 Fenol

                                          - Terbentuk warna

                                          hitam kebiruan

                                          - Hasil (+) fenol

                                          7 Tanin

                                          (sebelum) (setelah)

                                          Penambahan Fecl3 01

                                          - Terbentuk biru

                                          kehitaman

                                          - Hasil (+) tanin

                                          Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                          = g g X

                                          = 701

                                          46

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                          = w minusww minusw Bobot jenis =

                                          i g minus i g i g minus i g

                                          Bobot jenis = minus minus

                                          Bobot jenis = 1026

                                          Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                          jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                          kesetaraan sama dengan 0

                                          Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                          = minus minus x =

                                          Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                          W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                          W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                          Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                          = gram minus gram gram x =

                                          47

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                          Gambar I pengenceran larutan uji

                                          Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                          Larutan induk g =

                                          μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                          500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                          = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                          =

                                          = 1 mL

                                          250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                          = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                          =

                                          = 5 mL

                                          125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                          = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                          =

                                          = 5 mL

                                          625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                          = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                          =

                                          = 5 mL

                                          48

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                          Perbandingan dengan McFarland

                                          Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                          Gambar I Staphylococcus aureus

                                          Gambar II Escherichia coli

                                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                          staphylococcus aureus dengan

                                          perbesaran 10 x 100

                                          Berbentuk bulat dan berkelompok

                                          seperti anggur

                                          Berwarna ungu

                                          ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                          coli dengan perbesaran 10 x 100

                                          Bebentuk batang pendek

                                          Berwarna merah

                                          49

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Gambar III Helicobacter pylori

                                          Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                          Helicobacter pylori dengan

                                          perbesaran 10 x 100

                                          Berbentuk spiral atau batang

                                          bengkok

                                          Berwarna merah

                                          Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                          Pseudomoas aeruginosa dengan

                                          perbesaran 10 x 100

                                          Berbentuk batang tunggal

                                          Berwarna merah

                                          50

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                          Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                          Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                          (+) kloramfenikol

                                          (-) DMSO 5

                                          Ekstrak konsentrasi 500

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 250

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 125

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 625

                                          ppm

                                          51

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                          (+) kloramfenikol

                                          (-) DMSO 5

                                          Ekstrak konsentrasi 500

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 250

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 125

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 625

                                          ppm

                                          52

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                          (+) kloramfenikol

                                          (-) DMSO 5

                                          Ekstrak konsentrasi 500

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 250

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 125

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 625

                                          ppm

                                          53

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                          (+) kloramfenikol

                                          (-) DMSO 5

                                          Ekstrak konsentrasi 500

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 250

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 125

                                          ppm

                                          Ekstrak konsentrasi 625

                                          ppm

                                          54

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                          Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                          Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                          Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                          250 ppm

                                          1512

                                          125 ppm

                                          1523

                                          625 ppm

                                          1623

                                          k kuman

                                          1504

                                          k media

                                          0000

                                          500 ppm

                                          1096

                                          250 ppm

                                          1252

                                          125 ppm

                                          1293

                                          k kuman

                                          1295

                                          k media

                                          0000

                                          500 ppm

                                          1321

                                          625 ppm

                                          1369

                                          55

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                          Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                          Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                          dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                          spektrofotometer uv-vis

                                          500 ppm

                                          1190

                                          250 ppm

                                          1556

                                          125 ppm

                                          1940

                                          k kuman

                                          1938

                                          k media

                                          0000

                                          500 ppm

                                          1128

                                          250 ppm

                                          1395

                                          125 ppm

                                          1603

                                          k kuman

                                          1546

                                          k media

                                          0000

                                          625 ppm

                                          1952

                                          625 ppm

                                          1645

                                          56

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                          Simplisia kulit batang

                                          kayu jawa

                                          Ekstrak kulit batang kayu

                                          jawa

                                          Vortex

                                          Mikropipet

                                          Hotplate

                                          Refrigator

                                          LAF

                                          Oven

                                          Autoklaf

                                          57

                                          UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                          Inkubator

                                          Spektrofotometer uv-vis

                                          Jangka sorong

                                          • DAFTAR ISI
                                          • Halaman
                                          • HALAMAN SAMPUL i
                                          • HALAMAN JUDUL ii
                                          • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                          • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                          • HALAMAN PENGESEHAN v
                                          • ABSTRAK vi
                                          • ABSTRACT vii
                                          • KATA PENGANTAR viii
                                          • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                          • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                          • DAFTAR ISI xi
                                          • DAFTAR TABEL xiii
                                          • DAFTAR GAMBAR xiv
                                          • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                          • BAB I PENDAHULUAN 1
                                          • 11 Latar Belakang 1
                                          • 12 Rumusan Masalah 3
                                          • 13 Tujuan Penelitian 3
                                          • 14 Manfaat Penelitian 4
                                          • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                          • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                          • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                          • 23 Pelarut 10
                                          • 24 Bakteri 12
                                          • 25 Antibakteri 15
                                          • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                          • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                          • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                          • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                          • 32 Alat dan Bahan 21
                                          • 321 Alat 21
                                          • 322 Bahan 21
                                          • 323 Bakteri Uji 22
                                          • 33 Prosedur kerja 22
                                          • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                          • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                          • 333 Parameter Ekstrak 23
                                          • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                          • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                          • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                          • 3352 Pembuatan Media 26
                                          • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                          • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                          • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                          • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                          • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                          • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                          • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                          • 41 Determinasi Tanaman 29
                                          • 42 Penyiapan sample 29
                                          • 43 Ekstraksi 30
                                          • 44 Parameter Ekstrak 30
                                          • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                          • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                          • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                          • BAB V PENUTUP 38
                                          • 51 Kesimpulan 38
                                          • 52 Saran 38
                                          • DAFTAR PUSTAKA 39
                                          • LAMPIRAN 43
                                          • DAFTAR TABEL
                                          • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                          • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                          • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                          • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                          • DAFTAR GAMBAR
                                          • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                          • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                          • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                          • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                          • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                          • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                          • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                          • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                          • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                          • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                          • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                          • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                          • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                          • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                          • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                            7

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            b Kadar abu

                                            Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur

                                            dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap

                                            sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuannya adalah

                                            untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

                                            eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak

                                            (DepKes RI 2000)

                                            2 Parameter spesifik

                                            a Identitas

                                            Parameter identitas deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak nama

                                            latin tumbuhan dan ekstrak yang mempunyai kandungan identitas

                                            Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari mana

                                            dan spesifik dari senyawa identitas

                                            b Organoleptik

                                            Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera yang

                                            mendeskripsikan bentuk (padat serbuk kental dan cair) warna bau

                                            (aromatik tidak bau) dan rasa (DepKes RI 2000)

                                            Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga

                                            terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Simplisia yang

                                            diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

                                            dapat larut seperti serat karbohidrat protein dan lain-lain Senyawa aktif yang

                                            terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

                                            atsiri alkaloid flavonoid dan lain-lain Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

                                            terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

                                            ekstraksi yang tepat (DepKes RI 2000)

                                            Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

                                            tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

                                            yang telah ditetapkan Selama proses ekstraksi pelarut akan berdifusi sampai ke

                                            material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang

                                            sesuai dengan pelarutnya (Tiwari et al 2011)

                                            8

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu

                                            1 Cara dingin

                                            a Maserasi

                                            Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

                                            pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

                                            kamar (Ditjen POM 2000) Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

                                            adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana sedangkan

                                            kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama membutuhkan pelarut yang

                                            banyak dan penyarian kurang sempurna Dalam maserasi (untuk ekstrak

                                            cairan) serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan

                                            pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan

                                            pengadukan yang sering sampai zat tertentu dapat terlarut Metode ini

                                            cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al 2011)

                                            b Perkolasi

                                            Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

                                            penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar

                                            Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan tahap perendaman

                                            tahap perkolasi antara tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak)

                                            secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) Untuk

                                            menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat

                                            secara kualitatif pada perkolat akhir Ini adalah prosedur yang paling sering

                                            digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan

                                            ekstrak cairan (Tiwari et al 2011)

                                            2 Cara panas

                                            a Sokletasi

                                            Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru dengan

                                            menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

                                            pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                            9

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            b Refluks

                                            Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

                                            titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

                                            konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM 2000)

                                            c Infusa

                                            Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

                                            menit Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur yang

                                            digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM

                                            2000)

                                            d Dekok

                                            Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

                                            titik didih air (Ditjen POM 2000) Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

                                            air pada temperatur 90oC selama 30 menit Metode ini digunakan untuk

                                            ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang stabil terhadap

                                            panas (Tiwari et al 2011)

                                            e Digesti

                                            Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

                                            temperatur suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

                                            40-50oC (Ditjen POM 2000) Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

                                            kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya

                                            25-30oC) Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

                                            digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                            23 Pelarut

                                            Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain

                                            Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

                                            tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Sifat

                                            pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah mudah

                                            menguap pada suhu yang rendah dapat mengekstraksi komponen senyawa

                                            10

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            dengan cepat dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi

                                            (Tiwari et al 2011)

                                            Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan

                                            Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

                                            akan diekstraksi laju ekstraksi keragaman senyawa yang akan diekstraksi

                                            kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya toksisitas

                                            pelarut potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari et al 2011)

                                            Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain

                                            1 Air

                                            Air adalah pelarut universal biasanya digunakan untuk mengekstraksi

                                            produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba Meskipun penyembuhan

                                            secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut tetapi ekstrak tumbuhan

                                            dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas

                                            antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Air juga

                                            melarutkan flavonoid (kebanyakan antosianin) yang tidak memilik aktivitas

                                            signifikansi terhadap antimikroba dan senyawa fenolat yang larut dalam air

                                            yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Tiwari et al 2011)

                                            2 Aseton

                                            Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari

                                            tumbuhan Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air

                                            mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah Aseton digunakan terutama

                                            untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa fenolik yang terekstraksi

                                            dengan aseton (Tiwari et al 2011)

                                            3 Alkohol

                                            Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol dibandingkan

                                            dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah polifenol yang

                                            lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak air Etanol

                                            lebih mudah untuk menembus membran sel untuk mengekstrak bahan

                                            intraseluler dari bahan tumbuhan Metanol lebih polar dibanding etanol

                                            namun karena sifat yang toksik sehingga tidak cocok digunakan untuk

                                            ekstraksi (Tiwari et al 2011)

                                            11

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            4 Kloroform

                                            Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

                                            menggunakan heksana kloroform dan methanol dengan konsentrasi

                                            aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform Kadang-kadang tanin

                                            dan terpenoid ditemukan dalam fase air tetapi lebih sering diperoleh dengan

                                            pelarut semipolar (Tiwari et al 2011)

                                            5 Eter

                                            Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam

                                            lemak (Tiwari et al 2011)

                                            6 n-Heksana

                                            n-Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar volatil mempunyai

                                            bau khas yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) Berat

                                            molekul heksana adalah 862 grammol dengan titik leleh -943 sampai -

                                            953degC Titik didih n-Heksana pada tekanan 760mmHg adalah 66 sampai

                                            71degC (Daintith 1994) n-Heksana biasanya digunakan sebagai pelarut untuk

                                            ekstraksi minyak nabati

                                            7 Etil asetat

                                            Etil asetat merupakan pelarut dengan karakteristik semipolar Etil asetat

                                            secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti fenol

                                            dan terpenoid (Tiwari et al 2011)

                                            24 Bakteri

                                            Nama bakteri berasal dari kata ldquoBakterionrdquo (bahasa Yunani) yang berarti

                                            tongkat atau batang Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

                                            mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil berkembangbiak dengan

                                            pembelahan diri serta dengan demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan

                                            mikroskop (Dwidjoseputro1990) Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan

                                            berkembang biak membelah diri (aseksual) Ukuran bakteri bervariasi baik

                                            penampang maupun panjangnya

                                            12

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan

                                            reaksinya terhadap pewarnaan Gram Perbedaan antara Gram positif dan Gram

                                            negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel Dinding sel bakteri Gram positif

                                            sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk

                                            struktur yang tebal dan kaku Kekakuan dinding sel bakteri yang disebabkan

                                            karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri

                                            Gram positif resisten terhadap lisis osmotik (Jawetz 1996)

                                            Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang

                                            tipis membran luar yang terdiri dari protein lipoprotein fosfolipid

                                            lipopolisakarida dan membran dalam Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif

                                            mengandung polisakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia

                                            (Jawetz 1996)

                                            Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga

                                            golongan yaitu (Dwidjoseputro1990)

                                            1 Golongan basil

                                            Basil (dari bacillus) berbentuk serupa batang silindris Sebagian besar

                                            bakteri berupa basil Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 02 sampai 20μ

                                            sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15μ

                                            2 Golongan kokus

                                            Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat Golongan ini tidak sebanyak

                                            golongan basil Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter 05μ ada pula

                                            yang berdiameter sampai 25μ

                                            3 Golongan spiral

                                            Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral

                                            Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat jika dibandingkan

                                            dengan golongan kokus maupun golongan basil

                                            13

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Bakteri uji

                                            1 Staphylococcus aureus

                                            Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang bersifat

                                            patogen Morfologi bakteri ini selnya berbentuk bulat atau kokus

                                            berdiameter 08 - 10μm tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

                                            teratur seperti buah anggur tidak membentuk spora dan tidak bergerak

                                            Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ordmC tetapi membentuk pigmen

                                            paling baik pada suhu kamar (20-25ordmC) Pertumbuhan terbaik pada suasana

                                            aerob namun juga bersifat aerob fakultatif Bakteri ini sering ditemukan

                                            ditanah air tawar dan selaput lendir pada binatang berdarah panas termasuk

                                            manusia (Jawetz 1996)

                                            Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut

                                            Divisi Protophyta atau Schizophyta

                                            Kelas Schizomycetes

                                            Bangsa Eubacteriales

                                            Suku Micrococcaceae

                                            Marga Staphylococcus

                                            Spesies Staphylococcus aureus

                                            2 Escherichia coli

                                            Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek

                                            yang memiliki panjang sekitar 2μm diameter 07μm lebar 04μm

                                            (Jawetz1996) Bakteri ini tidak membentuk spora tidak tahan asam

                                            sebagian besar bergerak dengan flagel pentrikus (merata tersebar diseluruh

                                            permukaan sel dan beberapa strain mempunyai kapsul) Escherichia coli ini

                                            bersifat patogen bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada

                                            manusia antara lain menyebabkan infeksi primer pada usus manusia (diare

                                            pada anak) infeksi pada saluran kemih Bakteri ini banyak ditemukan dalam

                                            saluran pencernaan habitat pada umumnya adalah ditanah lingkungan

                                            akuatik makanan air seni dan tinja

                                            14

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut

                                            Devisi Bacteria

                                            Kelas Schizomycetes

                                            Bangsa Enterobacteriales

                                            Suku Enterobacteriaceae

                                            Marga Escherichia

                                            Spesies Escherichia coli

                                            3 Helicobacter pylori

                                            Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral atau batang bengkok

                                            bersifat Gram negatif dan hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam

                                            lapisan mukosa epitel dan jaringan lambung Infeksi H pylori telah

                                            diketahui sebagai penyebab utama penyakit peptic ulcer (tukak lambung dan

                                            duodenum)

                                            Klasifikasi Helicobacter pylori adalah sebagai berikut

                                            Devisi Bacteria

                                            Kelas Epsilon Probacteria

                                            Bangsa Campylobacteralis

                                            Suku Helicobateraceae

                                            Marga Helicobacter

                                            Spesis Helicobacter pylori

                                            4 Pseudomonas aeruginosa

                                            Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 06 x

                                            2μm Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan dan

                                            terkadang membentuk rantai yang pendek P aeruginosa termasuk bakteri

                                            Gram negatif Suhu optimum untuk pertumbuhan P aeruginosa adalah

                                            42o

                                            C P aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena

                                            kebutuhan nutrisinya sangat sederhana Bakteri ini dijumpai pada luka

                                            bakar infeksi telinga serta luka-luka setelah operasi

                                            15

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Klasifikasi Pseudomonas aerugenosa adalah sebagai berikut

                                            Divisi Bacteria

                                            Phylum Proteobacteria

                                            Kelas Gamma Proteobacteria

                                            Marga Pseudomonadales

                                            Suku Pseudomonadaceae

                                            Genus Pseudomonas

                                            Species Pseudomonas aeruginosa

                                            25 Antibakteri

                                            Antibakteri merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik yang

                                            diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik Bakteriostatik

                                            yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme

                                            Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh mikroorganisme

                                            Mekanisme kerja antibakteri

                                            1 Menghambat sintesis dinding sel

                                            Struktur diding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

                                            pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk (Pleczar

                                            1988)

                                            2 Menganggu keutuhan membran sel mikroba

                                            Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

                                            serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain Membran

                                            memelihara integritas komponen-komponen selular Kerusakan pada

                                            membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

                                            matinya sel (Pleczar 1988)

                                            3 Menghambat sintesis protein sel mikroba

                                            Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

                                            protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya Suatu kondisi atau

                                            substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan

                                            asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali

                                            Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

                                            16

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversible (tidak dapat balik)

                                            komponen-komponen selular yang vital ini (Pleczar 1988)

                                            4 Menganggu metabolisme sel mikroba

                                            Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda ada yang di dalam

                                            sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat

                                            Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia

                                            Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

                                            matinya sel (Pleczar 1988)

                                            5 Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

                                            DNA RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

                                            kehidupan normal sel Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang akan

                                            terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

                                            mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pleczar 1988)

                                            26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

                                            Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai penentu

                                            konsentrasi komponen tertentu pada campuran komplek kimia untuk

                                            mendiagnosis penyakit tertentu serta untuk menguji bahan kimia guna

                                            menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan Pada uji ini diukur

                                            pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen antimikroba Kegunaan uji

                                            antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan

                                            efisien

                                            Adapun uji antimikroba antara lain sebagai berikut

                                            1 Metode difusi

                                            a Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba

                                            Piringan yang berisi agen antimiroba diletakan pada media agar yang

                                            telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar

                                            tersebut Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

                                            mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar

                                            (Pratiwi 2008)

                                            b Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

                                            Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

                                            17

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

                                            mikroorganisme Pada metode ini digunakan strip plastik yang

                                            mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan

                                            diletakan pada permukaan media agar yang telah ditanami

                                            mikroorganisme Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

                                            ditimbulkan yang menunjukan kadar agen antimikroba yang menghambat

                                            pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi 2008)

                                            c Ditch plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen

                                            antimikroba yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

                                            memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara

                                            membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

                                            parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi 2008)

                                            d Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion

                                            dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan

                                            mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang

                                            diuji (Pratiwi 2008)

                                            e Gradient-plate technique Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba

                                            pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal Media

                                            agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan Campuran kemudian dituang

                                            kedalam cawan petri dan diletakan dalam posisi miring Nutrisi kedua

                                            selanjutnya dituang diatasnya dan inkubasi selama 24 jam untuk

                                            memungkinkan agen antimikroba berdifusidan permukaan media

                                            mengering Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai

                                            dari konsentrasi tinggi ke rendah Hasil diperhitungkan sebagai panjang

                                            total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

                                            dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan Bila

                                            X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

                                            Y = panjang pertumbuhan aktual

                                            C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

                                            mgmL atau μgmL

                                            Maka konsentrasi hambat adalah = C (mg mL atau μg Ml)

                                            18

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat

                                            dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat

                                            mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi 2008)

                                            2 Metode dilusi

                                            Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu

                                            a Metode dilusi cair broth dilution test (serial dilution)

                                            Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory concentration atau

                                            Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

                                            Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM) Cara yang

                                            dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

                                            pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji Larutan uji

                                            agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

                                            pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

                                            dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

                                            agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24jam Media cair yang

                                            tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

                                            (Pratiwi 2008)

                                            b Metode dilusi padat solid dilution test

                                            Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

                                            media padat (solid) Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

                                            agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

                                            mikroba uji (Pratiwi 2008)

                                            27 Antibiotika Pembanding

                                            Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding adalah Kloramfenikol

                                            Gambar 27 Struktur kimia kloramfenikol (Depkes RI 1995)

                                            19

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Pemerian hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang

                                            putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan larutan

                                            praktis netral atau larutan agak asam (Depkes RI 1995)

                                            Kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dalam

                                            propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat

                                            (Depkes RI 1995)

                                            Mekanisme aksi Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada

                                            sel bakteri Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel

                                            dengan unit ribosom 50 S sehingga mencegah ikatan

                                            antara asam amino dengan ribosom Obat ini berikatan

                                            secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari

                                            amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil yang

                                            merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai

                                            peptida (Katzung 2004)

                                            Penggunaan klinik kloramfenikol digunakan untuk pengobatan infeksi yang

                                            disebabkan oleh Salmonella Hinfluenza dan infeksi

                                            anaerob termasuk yang disebabkan oleh B fragilis

                                            kloramfenikol juga digunakan pada saat antibiotik tidak

                                            efektif untuk infeksi meningitis ricketsia dan infeksi

                                            Gram negatif yang disebabkan oleh bakterimia (virus yang

                                            memakan bakteri) (Kester et al 2007)

                                            20

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            BAB III

                                            METODE PENELITIAN

                                            31 Tempat dan Waktu Penelitian

                                            Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Laboratorium

                                            Farmakognosi dan Fitokimia Laboratorium Steril Fakultas Kesehatan dan Ilmu

                                            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian dimulai pada bulan

                                            Januari-April 2015

                                            32 Alat dan Bahan

                                            321 Alat

                                            Alat untuk ekstraksi terdiri dari timbangan analitik (Sartonius CP224S)

                                            spatula erlenmeyer (Pyrex) botol maserasi alumunium foil corong labu

                                            evaporator (Pyrex) cawan penguap kaca arloji pipet blender dan alat-alat gelas

                                            standar laboratorium

                                            Alat untuk uji antibakteri terdiri dari erlenmeyer (Pyrex) tabung reaksi

                                            (Wikai) rak tabung reaksi spatula gelas ukur (pyrex) autoklaf (Tommytipe SS-

                                            325) cawan petri (Indomark) jarum ose batang L pinset mikropipet dan tip

                                            (Epphendrorf) lampu spiritus kapas steril vortex (Labnet) hot plate dan

                                            magnetic stirer (Daiki Kblee 5001) oven lemari pendingin (Sanyo Medicool)

                                            laminar air flow LAF (EACI) inkubator (Gallenkamp) cakram kosong steril

                                            (oxoid) jangka sorong

                                            322 Bahan

                                            Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kulit batang

                                            kayu jawa (Lannea coromandelica) diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten

                                            Bone Sulawesi Selatan Tanaman dideterminasi di Herbarium Bogoriense Pusat

                                            Penelitian Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan bahan uji yang

                                            akan digunakan etanol 96 Nutrient Agar (NA) Nutrient Borth (NB) antibiotik

                                            kloramfenikol diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI aquadest steril NaCl

                                            fisiologis DMSO pereaksi Dragendorff Hcl pereaksi Lieberman-Bouchardat

                                            NaOH asam sulfat kloroform asam asetat anhidrat Fe Cl3 etanol 70 etanol

                                            96 spirtus

                                            21

                                            21

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            323 Bakteri Uji

                                            Bakteri yang digunakan antara lain

                                            Staphylococcus aureus ATCC 6538 Escherichia coli ATCC 8739

                                            Helicobacter pylori ATCC 43504 Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang

                                            diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi UI

                                            33 Prosedur Kerja

                                            331 Pembuatan simplisia

                                            Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                            diperoleh dari daerah Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dari

                                            peneliti sebelumnya dalam bentuk rajangan Sebanyak 1 kg kulit batang segar

                                            disortasi basah selanjutnya dicuci dengan air mengalir Sampel kemudian

                                            dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan dan selanjutnya disortasi

                                            kering (dilakukan oleh peneliti sebelumnya) Simplisia yang telah kering dalam

                                            bentuk rajangan Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh

                                            serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                            332 Pembuatan Ekstak

                                            Serbuk kering kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) ditimbang

                                            600 gram dan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut

                                            etanol 96 Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia kulit batang

                                            kayu jawa selama 3 hari dengan sesekali diaduk Prosedur diulangi hingga enam

                                            kali proses maserasi kemudian disaring menggunakan kapas dan selanjutnya

                                            menggunakan kertas saring Hasil maserasi (maserat) tersebut dikentalkan

                                            menggunakan alat vacum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

                                            Kemudian dihitung persen rendeman

                                            Rendeman ekstrak = i i i x 100

                                            333 Parameter ekstrak

                                            a Identitas Ekstrak

                                            Identitas ekstrak di identifikasi dengan tata nama yang meliputi nama

                                            ekstrak nama latin tumbuhan bagian tumbuhan yang digunakan dan

                                            nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI 2000)

                                            22

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            b Organoleptik Ekstrak

                                            Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk

                                            mengetahui bentuk warna bau dan rasa (Depkes RI 2000)

                                            c Residu Pelarut Etanol

                                            Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10

                                            mL dan di destilasi pada suhu 785degC hingga diperoleh destilat sebanyak 2

                                            mL Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL Selanjutnya bobot jenis

                                            cairan ditetapkan menggunakan piknometer Persentase residu pelarut

                                            etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar

                                            etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI 2000)

                                            d Kadar Air

                                            Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam cawan penguap

                                            yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap

                                            Dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang

                                            Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu

                                            kamar Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2

                                            hari (Depkes RI 2000)

                                            e Kadar Abu Total

                                            Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak

                                            etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan

                                            perlahan Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600plusmn25degC Didinginkan

                                            dalam desikator dan ditimbang berat abu Kadar abu dihitung dalam persen

                                            terhadap berat sampel awal (Depkes RI 2000)

                                            334 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa

                                            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

                                            terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain

                                            alkaloid flavonoid saponin glikosida triterpenoid dan steroid fenol dan tanin

                                            1 Uji alkaloid

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian

                                            disaring Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia kemudian

                                            ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk

                                            23

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            mengekstraksi basa alkaloid Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi

                                            dengan 10 ml asam asetat kemudian dibagi menjadi 2 bagian Pada bagian

                                            pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen

                                            Dragendorff Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan

                                            coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya

                                            senyawa golongan alkaloid ( Ayoola GA 2008)

                                            2 Uji Flavonoid

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                            ditambahkan 3 tetes larutan NaOH Terjadinya perubahan intensitas warna

                                            kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

                                            mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari et al 2011)

                                            3 Uji Saponin

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades kemudian

                                            larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit Terbentuknya busa

                                            setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Farnsworth

                                            1969)

                                            4 Uji Glikosida

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan

                                            larutan NaOH Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya

                                            senyawa glikosida (Tiwari et al 2011)

                                            5 Uji Triterpenoid dan steroid

                                            Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard Larutan uji sebanyak 2 mL

                                            diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 05 mL kloroform

                                            kemudian ditambahkan 05 mL asam asetat anhidrat selanjutnya melalui

                                            dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat Terbentuk cicin

                                            kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif

                                            triterpenoid jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid

                                            (Ayoola GA 2008)

                                            6 Uji Fenol

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan

                                            ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 Terbentuknya warna hitam kebiruan

                                            mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari et al 2011)

                                            24

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            7 Uji Tanin

                                            Sebanyak 05 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung

                                            reaksi lalu disaring Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan

                                            FeCl3 Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan

                                            adanya tannin (Ayoola GA 2008)

                                            335 Pengujian Aktivitas Antibakteri

                                            3351 Sterilisasi Alat dan Bahan

                                            Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dikeringkan dan

                                            disterilkan terlebih dahulu Alat alat gelas seperti gelas ukur labu ukur dan tip

                                            mikropipet dimasukan kedalam plastik tahan panas disterilkan menggunakan

                                            autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit Bahan-bahan yang terbuat dari karet

                                            disterilkan dengan direndam dengan alkohol 70 dan jarum ose disterilkan

                                            dengan dipijarkan menggunakan nyala bunsen Alat-alat kaca non presisi seperti

                                            tabung reaksi beaker glass dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas

                                            Cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam

                                            plastik tahan panas dan disterilkan dengan oven pada suhu 1800C selama 2 jam

                                            Laminar Air Flow disterilkan dengan lampu UV selama 15 menit dan

                                            disemprotkan dengan alkohol 70 Sterilisasi laminar ini dilakukan sebelum dan

                                            sesudah bekerja didalamnya (Pertiwi 2010)

                                            Media (NA dan NB) disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 1210C

                                            selama 15 menit Pengerjaan aseptis dilakukan didalam lemari aseptis yang

                                            sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70 lalu disterilkan dengan UV

                                            3352 Pembuatan Medium

                                            1 NA (Nutrient Agar)

                                            Sebanyak 20 gram NA dilarutkan dengan pemanasan dalam 1 liter

                                            aquadest diatas hot plate dan menggunakan magnetik stirer sampai bening

                                            kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15

                                            menit pembuatan agar miring NA dilakukan dengan memasukan media yang

                                            telah disterilkan kedalam tabung reaksi sebanyak plusmn5 ml tabung disumbat dengan

                                            kapas steril dan diletakan miring plusmn 450 ditunggu hingga memadat (Alexander

                                            2007)

                                            25

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            2 NB (Nutrient Broth)

                                            Sebanyak 8 gram serbuk nutrient broth (NB) ditambahkan dengan 1 liter

                                            aquades dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan magnetik

                                            stirer sampai bening Media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama

                                            15 menit (Alexander 2007)

                                            3354 Peremajaan Bakteri

                                            Peremajaan bakteri menggunakan agar miring NA peremajaan bakteri

                                            yaitu Staphylococcus aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas

                                            aeruginosa Bakteri diambil satu ose menggunakan ose steril selanjutnya

                                            digoreskan pada permukaan agar miring dengan cara silang (zig-zag) dan di

                                            inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C (Nurcahyani dan Timous 2011)

                                            3355 Identifikasi Bakteri Uji

                                            Identifikasi bakteri uji dilakukan dengan teknik pewarnaan Gram yaitu

                                            dengan cara sebagai berikut sebanyak 1 tetes NaCL diteteskan diatas kaca objek

                                            kemudian disebar setipis mungkin menggunakan ose yang ada bakterinya yang

                                            diambil dari bakteri uji Selanjutnya difiksasi dengan melewatkanya diatas api

                                            Dan siap diwarnai

                                            Sebanyak 1 tetes larutan karbol kristal ungu diteteskan pada preparat di

                                            atas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Setelah itu

                                            sebanyak 1 tetes Lugol diteteskan pada preparat dan dibiarkan selama 1 menit

                                            kemudian dicuci dengan air kemudian preparat dibilas dengan alkohol 70

                                            dengan cara dicelupkan kedalam bejana berisi alkohol Selanjutnya dicuci kembali

                                            dengan air selanjutnya sebanyak 1 tetes larutan air Safranin diteteskan pada

                                            preparat dan dibiarkan selama 1 sampai 2 menit setelah itu dicuci dengan air dan

                                            dibiarkan mengering Bentuk dan warna sel bakteri dalam preparat diamati secara

                                            mikroskopik pada perbesaran 1000 x

                                            3356 Pembuatan Suspensi Bakteri

                                            Bakteri dibiakan dengan cara di inkubasi dengan nutrien agar miring

                                            selama 24 jam pada suhu 370C kemudian diambil dengan ose dan disuspensikan

                                            dengan cara dimasukan kedalam tabung berisi 10 mL NaCl fisiologis 09 lalu

                                            divortex sampai homogen dan dilihat kekeruhannya yang menandai bahwa ada

                                            pertumbuhan bakteri kekeruhan disetarakan dengan Mc Farland no 3 yaitu

                                            26

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            setara dengan 109 sel bakterimL Kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis

                                            09 steril sampai diperoleh konsentrasi 106 sel bakterimL (Kuete 2011)

                                            Penggunaan konsentrasi 106 sel bakterimL pada suspensi bakteri berdasarkan

                                            kerentanan anaerobik yaitu 106 - 10

                                            4 (pokyni2010)

                                            3357 Pembuatan larutan uji

                                            Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak menggunakan DMSO 5

                                            (dimetil sulfoxide) Larutan uji dibuat dengan membuat larutan induk 5000 ppm

                                            yaitu sebanyak 025 gram ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5 kemudian larutan induk

                                            tersebut diencerkan menjadi konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625

                                            ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri

                                            3357 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                            Media agar NA yang telah disterilkan dimasukan kedalam cawan petri

                                            steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat pada suhu kamar

                                            Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan

                                            menggunakan batang L sampai rata dan kering Kertas cakram steril dengan

                                            diameter 6 mm diteteskan ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) sebanyak 10 μl masing-masing konsentrasi yaitu 500 ppm 250

                                            ppm 125 ppm dan 652 ppm kemudian diletakan pada media agar padat yang

                                            telah ditetesi suspensi bakteri uji DMSO 5 sebagai kontrol negatif dan cakram

                                            30 μg kloramfenikol sebagai kontrol positif Kemudian di inkubasi pada suhu

                                            370C selama 24 jam dan setelah di inkubasi diukur zona hambat yang terbentuk

                                            yang ditandai dengan adanya zona bening menggunakan jangka sorong (Atikah

                                            2013)

                                            3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                            Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit

                                            batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat Masing-

                                            masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 04 mL dimasukkan ke dalam

                                            tabung reaksi yang telah berisi NB (Nutrient Broth) sebanyak 05 mL dan

                                            ditambahkan 01 mL suspensi bakteri uji Kemudian untuk kontrol media (KM)

                                            dimasukan 1 mL NB (Nutrient Broth) ke dalam tabung dan kontrol kuman (KK)

                                            09 mL NB (Nutrient Broth) dan 01 mL suspensi bakteri uji dimasukan ke dalam

                                            27

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            tabung kontrol kuman Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan

                                            diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam pada inkubator kemudian diamati

                                            kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan

                                            kontrol Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang dapat menghambat

                                            pertumbuhan bakteri ditandai dengan mulai adanya kejernihan secara visual

                                            Konsentrasi inilah yang ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum Nilai

                                            konsentrasi Hambat Minimum juga dapat diketahui dengan mengukur nilai

                                            absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM (Atikah 2013)

                                            28

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            BAB IV

                                            HASIL DAN PEMBAHASAN

                                            41 Determinasi Tanaman

                                            Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas

                                            tanaman yang digunakan Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi

                                            Tumbuhan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya Bogor

                                            Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan

                                            Lannea coromandelica (Houtt) Merr dari famili Anacardiacea

                                            42 Penyiapan Sampel

                                            Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

                                            dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) Kayu jawa yang menjadi

                                            sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone kabupaten Bone

                                            Sulawesi Selatan Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

                                            sebagai tanaman pagar

                                            Sebanyak 1 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

                                            dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

                                            dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang Kulit

                                            batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir Kulit batang yang telah dicuci

                                            dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

                                            mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

                                            terkandung dalam sampel lebih maksimal Setelah proses perajangan dilanjutkan

                                            proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan Pengeringan dilakukan untuk

                                            menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

                                            perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang Selain itu

                                            pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung

                                            Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

                                            kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan Kulit batang yang telah kering

                                            disortasi kering untuk memisahkan dari pengotor-pengotor yang masih terbawa

                                            pada saat proses pengeringan Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan

                                            menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram

                                            29

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            43 Ekstraksi

                                            Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan

                                            metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit

                                            batang dengan etanol 96 Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah

                                            dan peralatan yang cukup sederhana Pada maserasi ini digunakan simplisia

                                            sebanyak 600 gram Proses maserasi dilakukan selama 3 hari Prosedur diulangi

                                            hingga 6 kali proses maserasi Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak

                                            12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu Menurut (Tiwari et al

                                            2011) etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan

                                            tersari lebih banyak Selain itu flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan

                                            etanol pada proses ekstraksi Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena

                                            pada uji antibakteri air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas

                                            antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

                                            mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme

                                            dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat

                                            mengurangi kontaminasi pada ekstrak Filtrat hasil maserasi disaring dengan

                                            kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary

                                            evaporator pada suhu 45-50degC hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42111

                                            gram Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 701 (lampiran 4)

                                            44 Parameter Ekstrak

                                            Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter

                                            non spesifik Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut

                                            Tabel 41 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol

                                            96 Kulit batang Kayu Jawa (lannea coromandelica)

                                            Karakteristik Hasil

                                            Parameter spesifik

                                            1 Identitas

                                            - Nama Latin

                                            - Bagian Tumbuhan

                                            - Nama Indonesia

                                            - Lannea coromandelica

                                            - Kulit batang

                                            - Kayu jawa

                                            30

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            2 Organoleptik

                                            - Bentuk

                                            - Warna

                                            - Bau

                                            - Rasa

                                            - Kental

                                            - Coklat kehitaman

                                            - Khas

                                            - Agak sepat

                                            Parameter non spesifik

                                            1 Residu pelarut etanol 0

                                            2 Kadar air 58

                                            3 Kadar abu 14

                                            Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas

                                            dan organoleptik ekstrak yang digunakan Tanaman yang digunakan merupakan

                                            kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica Ekstrak dibuat dari bagian

                                            kulit batang tanaman tersebut Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan

                                            pancaindera

                                            Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

                                            aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

                                            dan stabilitas ekstrak (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Parameter residu

                                            pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

                                            yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak Bila sisa pelarut berupa etanol

                                            masih tinggi dalam ekstrak maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

                                            memberikan reaksi efek samping (Saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu

                                            pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas

                                            antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat

                                            dan konsentrasi hambat minimum Pada hasil penelitian inibobot jenis rata-rata

                                            yang diperoleh adalah 1026 Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis

                                            dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa

                                            kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol (lampiran 5)

                                            Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar

                                            air hasil penentuan kadar air adalah 58 (lampiran 7) Kadar air dikatakan cukup

                                            beresiko jika lebih dari 10 Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol

                                            96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui

                                            31

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            batas 10 dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan

                                            bentuk sediaan selanjutnya (saifudin Rahayu amp Teruna 2011) Selain itu kadar

                                            air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada

                                            pengujian aktivitas antibakteri

                                            Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran

                                            kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

                                            terbentuknya ekstrak Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik

                                            dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan

                                            anorganik saja (Depkes RI 2000) Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang

                                            Lannea coromandelica sebesar 14517 (lampiran 6) Hal ini menunjukkan

                                            bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi Tingginya kadar abu ini dapat

                                            dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

                                            coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal)

                                            45 Penapisan Fitokimia

                                            Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

                                            metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 96 Lannea

                                            coromandelica sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi

                                            memiliki aktivitas antibakteri Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat

                                            dilihat pada tabel berikut ini

                                            Tabel 42 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu

                                            jawa (Lannea coromandelica)

                                            Penguji senyawa Hasil

                                            Alkaloid -

                                            Flavonoid +

                                            Saponin +

                                            Glikosida +

                                            Steroid Triterpenoid -

                                            Fenol +

                                            Tanin +

                                            32

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96 menunjukkan

                                            adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid saponin

                                            glikosida fenol dan tanin Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat

                                            polar sehingga tersari di dalam pelarut yang digunakan yaitu etanol 96

                                            46 Penentuan Diameter Zona Hambat

                                            Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode

                                            difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona

                                            bening tersebut Hasil diameter zona hambat dari penelitian ini dapat dilihat pada

                                            tabel berikut

                                            Tabel 43 Hasil diameter zona hambat ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                            terhadap bakteri uji

                                            Konsentrasi

                                            ekstrak

                                            Diameter zona hambat (mm) rata-rata

                                            Staphylococcus

                                            aureus

                                            Escherichia

                                            coli

                                            Helicobacter

                                            pylori

                                            Pseudomonas

                                            aeruginosa

                                            625 μgml - - - -

                                            125 μgml - 70 - -

                                            250 μgml - 78 73 68

                                            500 μgml 71 85 82 85

                                            Kontrol (-)

                                            DMSO 5

                                            - - - -

                                            Kontrol (+)

                                            kloramfenikol

                                            204 250 233 203

                                            Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa ekstrak etanol

                                            96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

                                            antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening pada penentuan diameter

                                            zona hambat Konsentrasi uji yang dipakai pada penelitian ini adalah 500 ppm

                                            250 ppm 125 ppm 625 ppm Pemilihan konsentrasi yang digunakan pada

                                            penelitian ini adalah berdasarkan penelitian sebelumnya dan juga berdasarkan

                                            literatur yang mengatakan bahwa Ekstrak dikatakan berpotensi sebagai

                                            33

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            antimikroba jika pada kadar pemberian le 1000 μgmL mampu menghambat

                                            pertumbuhan antimikroba (Mitscher et al 1992)

                                            Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 Kontrol negatif

                                            menggunakan DMSO 5 pada beberapa bakteri menunjukkan adanya sedikit

                                            zona bening pada uji diameter zona hambat Hal ini disebabkan oleh cakram yang

                                            ditetesi DMSO 5 saat penanaman pada uji diameter zona hambat belum kering

                                            sehingga menimbulkan zona bening pada uji diameter zona hambat Selain itu

                                            menurut Kumar et al 2008 DMSO memiliki aktivitas antibakteri pada

                                            konsentrasi diatas 5 Sehingga pada penelitian ini diameter zona bening yang

                                            terbentuk dalam kontrol negatif (DMSO 5) ditambahkan dalam diameter ekstrak

                                            kulit batang kayu jawa yang memiliki diameter zona bening dan dianggap dimeter

                                            zona bening pada DMSO 5 tidak ada

                                            Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol dengan konsentrasi

                                            30 μg Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri

                                            Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S

                                            sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom (Katzung 2004)

                                            Pemilihan kontrol positif kloramfenikol pada penelitian ini adalah karena

                                            kloramfenikol adalah antibakteri yang bersifat spektrum luas (Pertiwi 2008) Pada

                                            penelitian ini menggunakan bakteri gram positif dan gram negatif sehingga

                                            dengan menggunakan kontrol positif kloramfenikol dapat hanya menggunakan

                                            satu kontrol positif saja yaitu kloramfenikol Kontrol positif terhadap Bakteri

                                            Helicobacter pylori sebaiknya menggunakan antibiotik golongan PPP

                                            (penghambat pompa proton) seperti metronidazole clarithromycin dan

                                            amoxicillin karena lebih efektif dan yang biasa digunakan untuk infeksi

                                            Helicobacter pylori karena keterbatasan antibiotik maka pada penelitian ini tetap

                                            menggunakan kloramfenikol

                                            Dari hasil yang tertera diatas menunjukan bahwa ekstrak etanol 96 kulit

                                            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

                                            bakteri Staphylococcus aureus ditunjukan dengan adanya zona bening pada

                                            konsentrasi 500 ppm dengan diameter 71 mm Terhadap bakteri Escherichia coli

                                            adanya zona bening pada konsentrasi 500 ppm 250 ppm 125 ppm dengan

                                            diameter 85 mm 78 mm 70 mm Terhadap bakteri Helicobacter pylori adanya

                                            34

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            zona bening pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter 82 mm dan

                                            73 mm Sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki aktivitas

                                            antibakteri pada konsentrasi 500 ppm dan 250 ppm dengan diameter zona hambat

                                            85 mm dan 68 mm

                                            Ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) aktif

                                            sebagai antibakteri dikarenakan komponen kimia yang tekandung dalam ekstrak

                                            Berdasarkan hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                            (Lannea coromandelica) mengandung senyawa flavonoid glikosida saponin

                                            tanin dan fenol Diduga senyawa inilah yang berpotensi memiliki aktivitas

                                            antibakteri Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa

                                            kimia yang berpotensi sebagai aktibakteri adalah flavonoid saponin steroid

                                            glikosida tanin fenol (Harbone 1987)

                                            47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

                                            Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum adalah untuk mengetahui

                                            konsentrasi minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Konsentrasi

                                            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa terhadap bakteri uji

                                            berbeda-beda dapat dilihat pada konsentrasi penentuan diameter zona hambat

                                            Pada penelitian ini penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri uji dengan

                                            menggunakan konsentrasi ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) 500 ppm 250 ppm 125 ppm dan 625 ppm

                                            Penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi cair dimana

                                            menggunakan media cair dan menggunakan kontrol media dan kontrol kuman

                                            Kontrol media adalah NB (Nutrien Borth) yang dimasukan ke dalam tabung jika

                                            di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C tidak mengalami kekeruhan karena

                                            tidak ada bakteri yang tumbuh dalam media dan karena tidak ditambahkan

                                            suspensi bakteri pada kontrol media Sedangkan kontrol kuman adalah media NB

                                            yang ditambahkan suspensi bakteri yang akan menunjukkan kekeruhan jika di

                                            inkubasi karena adanya bakteri yang tumbuh didalam media Kontrol media dan

                                            kontrol kuman yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai pembanding

                                            kekeruhan terhadap media yang ditambahkan ekstrak etanol 96 kulit batang

                                            kayu jawa Dimana ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa sebagai larutan uji

                                            35

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            ditambahkan NB suspensi bakteri dan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

                                            Setelah di inkubasi akan terlihat kekeruhan oleh pertumbuhan bakteri dan

                                            kekeruhan akan berkurang dengan ditambahkannya ekstrak etanol 96 kulit

                                            batang kayu jawa (Lannea coromandelica) yang memiliki antivitas antibakteri

                                            Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                            (Lannea coromandelica) dapat ditentukan dengan melihat kekeruhan dan

                                            membandingan dengan kontrol konsentrasi hambat minimum ditandai dengan

                                            mulai adanya kejernihan secara visual (Pratiwi2008)

                                            Konsentrasi Hambat Minimum ditentukan dengan melihat kekeruhan

                                            secara visual dari hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum diatas dapat

                                            dilihat kekeruhan pada lampiran 12 namun untuk meningkatkan keefektifan nilai

                                            Konsentrasi Hambat Minimum maka di ukur nilai absorbansi kekeruhan dengan

                                            menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 600 nm

                                            sehingga didapatkan nilai absorbansi sebagai berikut (Pratiwi 2008)

                                            Tabel 44 Hasil nilai absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri Uv-

                                            Vis ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa

                                            Konsentrasi

                                            ekstrak

                                            Nilai absorbansi kekeruhan

                                            Staphylococcus

                                            aureus

                                            Escherichia

                                            coli

                                            Helicobacter

                                            pylori

                                            Psedomonas

                                            aeruginosa

                                            500 ppm 1312 1096 1190 1128

                                            250 ppm 1512 1252 1556 1395

                                            125 ppm 1603 1293 1940 1603

                                            625 ppm 1623 1369 1952 1645

                                            Kontrol

                                            kuman

                                            1504 1295 1938 1546

                                            Kontrol media

                                            (blanko)

                                            0000 0000 0000 0000

                                            Dari hasil nilai absorbansi diatas dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi

                                            hambat minimum ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa (Lannea

                                            coromandelica) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 500 ppm karena

                                            nilai absorbansi 500 ppm lebih kecil dari pada nilai absorbansi kontrol kuman

                                            36

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Staphylococcus aureus Sedangkan terhadap Escherichia coli 125 ppm

                                            Helicobacter pylori 250 ppm dan Pseudomonas aeruginosa 250 ppm

                                            37

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            BAB V

                                            KESIMPULAN DAN SARAN

                                            51 Kesimpulan

                                            1) Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                            memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

                                            aureus Escherichia coli Helicobacter pylori Pseudomonas aeruginosa

                                            2) Bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                            500 μgml dengan diameter zona hambat 71 mm Bakteri Escherichia coli

                                            menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μgml 250 μgml 125 μgml

                                            dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 85 mm 78 mm 70

                                            mm Bakteri Helicobacter pylori menunjukkan aktivitas pada konsentrasi

                                            500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat adalah 82 mm

                                            dan 73 mm Bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan aktivitas

                                            pada konsentrasi 500 μgml dan 250 μgml dengan diameter zona hambat

                                            adalah 85 mm dan 68 mm

                                            3) Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu

                                            jawa (Lannea coromandelica terhadap bakteri Staphylococcus aureus

                                            adalah 500 μgml terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μgml

                                            terhadap bakteri Helicobacter pylori adalah 250 μgml dan terhadap

                                            bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μgml

                                            52 Saran

                                            Perlu penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa yang memiliki

                                            aktivitas antibakteri dari kulit batang Kayu jawa (Lannea coromandelica)

                                            38

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            DAFTAR PUSTAKA

                                            Akbar HR 2010 Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang

                                            Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan Skripsi

                                            Institut Pertanian Bogor

                                            Aghighi S Bonjar S Rawashdeh Batayneh and Saadoun 2004 First Report of

                                            Antifungial Spectra of Activity of Iranian Actynomicetes Strains

                                            Against Alterinaria solani alterinaria alternate Phytophtora

                                            Megaspermae Verticillium dahliae and Sacharomyces Cereviceae Asian

                                            Journal of Plant Sciences three (4) 2004 463 ndash 471

                                            Alexander K Strete D Niles MJ 2007 Organismal and molecular Microbiologi

                                            McGraw Hill Higer Education

                                            Asni A amp Dewi Y 2010 Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

                                            Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

                                            Farmakognostiknya Prosiding Seminar Nasional ldquoEight Star

                                            Performance Pharmacistrdquo Yogyakarta

                                            Atikah Nur 2013 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum

                                            americanum L) Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

                                            Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

                                            Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Avinash Kumar Reddy Lannea coromandelica The Researcherrsquos Tree Journal of

                                            Pharmacy Research 2011 4(3)577-579

                                            Avinash Kumar Reddy 2004 Harmacological investigations on the standardized

                                            leaf extractsof Lannea coromandelica (Hout) Merr Journal Indian

                                            Ayoola Ga Hab Coker Sa Adesegun Aa Adepoju-Bello K Obaweya Ec

                                            EzenniaTo Atangbayila 2008 Phytochemical Screening and Antooxidant

                                            Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy

                                            In Southwestern Nigeria Research Article Tropical Journal of

                                            Pharmaceutical Research

                                            Badan POM RI 2010 Acuan Sediaan Herbal

                                            Daintith John 1994 A Concise Dictionary of Chemistry Oxford Oxford

                                            University Press

                                            39

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum

                                            Ekstrak Tanaman Obat Cetakan 1 Jakarta

                                            Depkes RI 1995 Materia Medika Indonesia Jilid VI Jakarta

                                            Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Jilid IV Jakarta

                                            Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000 Parameter Standar

                                            Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Departemen Kesehatan Republik

                                            Indonesia Jakarta

                                            Dwijiseputro D 1990 Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta Penerbit Djambatan

                                            Erwin prawirodiharjo 2014 Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak

                                            Etanol 70 dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

                                            coromandelica) Jurusan farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

                                            Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Fransworth NR 1966 Biological and Phytochemical Screening of Plants Jurnal

                                            of Pharmaceutical Sciences55 1966-225-276

                                            Gana AK 2008 Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane

                                            production African Journal of General Agriculture Vol 4 No 1 March

                                            31 2008

                                            Gandahusada SS Pribadi Ilahude HD 2004 Parasitologi Kedokteran Edisi III

                                            Balai penerbit FKUI Jakarta

                                            Harborne JB 1987Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

                                            Tumbuhan Penerjemah Kosasih P Soediro Iwang Bandung Penerbit

                                            ITB Hal 6-17

                                            Howarth WH et al 1982 Martindale The extra Pharmacopoeia 28th

                                            edition

                                            The Pharmaceutical Press London England

                                            Jawetz E 1996 Mikrobiologi Kedokteran Jakarta Penerbit Buku Kedokteran

                                            EGC

                                            Katzung BG 2004 Farmakologi Dasar dan Klinik Jakarta Salemba Medika

                                            Kaur Rupinder Lal Jaiswal Mohan dan Jeik Vivien 2014 Protective effect of

                                            Lannea coromandelica HouttMerrill against three common pathogens

                                            Department of Pharmacy Faculty of Science and Technology Banasthali

                                            Vidhyapith Tonk Rajasthan India IP 1122156679

                                            40

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Kester M V rana KE Quraishi SADowhower Karpa K 2007 Elsevierrsquos

                                            Integrated Pharmacology Philadephia Mosby Elsevier

                                            Kuette 2011 Antimicrobial Activities of Methanol Exstrac and Compuonds from

                                            (Artocopus communis) BMC Complementory and Altenatife Medicine

                                            httpwwwbiomedcentralcom1472-68821142

                                            Kumar CS VL Dronamraju Sarada Rengasamy R 2008 Seaweed Extract

                                            Control thr lraf Spot Diasease of The Medical Plant Gymnema sylvestre

                                            India Journal of Sciense and Technology vol 1 no 13

                                            Manik MA Wahid SMA Islam A Pal KT Ahmed 2013 A Comparative

                                            Study of the Antioxidant Antimicrobial and Thrombolytic Activity of

                                            the Bark and Leaves of Lannea coromandelica (Anacardiaceae)

                                            International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol

                                            4(7) 2609-2614 E-ISSN 0975-8232 P-ISSN 2320-5148

                                            Mitscher LARyey PingL BathalaMS Wu-wu-Nan D and Roger W 1992

                                            Antimicrobial agents from higher Plants Introduction Rational and

                                            methodology

                                            Nurcahyani Agustina dkk 2011 Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak

                                            Polar dan Non Polar Biji Selasih (Ocimum sanctum L) Jurnal Teknologi

                                            dan Industri Pangan Vol XXII No 1

                                            Pertiwi Nursitasari 2010 Uji Aktivitas Antibakteri dan Mekanisme Hambat

                                            Ekstrak Air Campuran Daun Piper betle L Terhadaap Bakteri Uji

                                            Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

                                            Hidayatullah Jakarta

                                            Pleczar Michael J and Chan ECS 1988 Dasar-Dasar Mikrobiologi 2

                                            Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo et al Jakarta UI Press

                                            Pratiwi Silvya T 2008 Mikrobiologi Farmasi Jakarta Erlangga

                                            Pokyni et al 2010 Prepared Turbidity Standard Mc Farland USA

                                            Rajib Majumder Md Safkath Ibne JamiMd Efte Kharul Alam and Md Badrul

                                            Alam Antidiarrheal Activity of Lannea coromandelica Linn Bark Extract

                                            American-Eurasian Journal of Scientific Research 8 (3) 128-134 2013

                                            Rahayu Sunarti S Diah P Suhardjono 2006 Pemanfaatan Tumbuhan Obat

                                            secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi

                                            Tenggara Jurnal Biodiversitas Vol 7 (3)

                                            41

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Rao V Srinivasa Einstein John Wilkin Das Kuntal 2014 Hepatoprotective and

                                            Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn on Thioacetamide

                                            Induced Hepatotoxicity in Rats International Letters of Natural

                                            Sciences

                                            Saifudin Rahayu amp Teruna 2011 Standarisasi Bahan Obat Alam Graha Ilmu

                                            Yogyakarta

                                            Tiwari Kumar Kaur Mandeep Kaur Gurpreet amp Kaur Harleem 2011

                                            Phytochemical Screening and Extraction A Review Internationale

                                            Pharmaceutica Sciencia vol 1 issue 1

                                            Tofazzal I Toshiaki S Mitsuyoshi T Satoshi 2002 Zoosporicidal Activity of

                                            Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

                                            against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides Journal of

                                            Agricultural and Food Chemistry

                                            Venkata s S N Kantamreddi Y Nagendra Lakshmi and V V V Satyanarayana

                                            Kasapu 2010 Preliminary Phytochemical Analysis of Some

                                            Important Indian Plant Species International Journal of Pharma and

                                            Bio Sciences

                                            Wahid Arif In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

                                            coromandelica(Family Anacardiaceae) Thesis to Department of

                                            Pharmacy East West University Bangladesh

                                            WM Koneacute D Soro B Dro K Yao K Kamanz 2011 Chemical Composition

                                            Antioxidant Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory

                                            Properties of Lannea Barteri (Anacardiaceae) Australian Journal of

                                            Basic and Applied Sciences 5(10) 1516-1523

                                            42

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 1 Alur penelitian

                                            Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman

                                            Tanaman segar Kayu jawa

                                            (Lannea coromandelica) Determinasi Tanaman

                                            1 kg kulit batang Kayu jawa

                                            (Lannea coromandelica)

                                            Penyiapan simplisia Sortasi basah dicuci dikering anginkan diblender

                                            Serbuk simplisia 600 gram

                                            Maserasi dengan menggunakan

                                            etanol 96 sebanyak 12 L

                                            Disaring dengan kapas

                                            dan kertas saring

                                            kemudian diuapkan

                                            dengan vacum rotary

                                            evaporator Ekstrak kental etanol 96 sebanyak 42111 gram

                                            Skrining Fitokimia

                                            Uji Aktivitas Antibakteri

                                            Sterilisasi

                                            alat

                                            Pembuatan

                                            media (NA amp

                                            NB)

                                            Peremajaan

                                            bakteri

                                            Pembuatan

                                            larutan uji

                                            Pembuatan

                                            suspensi bakteri

                                            uji

                                            Uji Diameter Zona

                                            Hambat

                                            Uji Konsentrasi

                                            Hambat Minimum

                                            43

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            44

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu jawa

                                            NO Golongan

                                            senyawa

                                            Gambar Keterangan (hasil uji)

                                            1 Alkaloid

                                            (Dragendorf) (Mayer)

                                            - Tidak terbentuk

                                            endapan kream atau

                                            putih (Mayer)

                                            - Hasil (-) alkaloid

                                            - Tidak terbentuk

                                            endapan coklat

                                            kemerahan

                                            (Dragendorf)

                                            - Hasil (-) alkaloid

                                            2 Flavonoid

                                            - Perubahan

                                            intensitas warna

                                            kuning menjadi

                                            tidak berwarna

                                            - Hasil (+)

                                            flavonoid

                                            3 Saponin

                                            - Tebentuk busa

                                            setinggi 1 cm

                                            yang stabil

                                            - Hasil (+)saponin

                                            4 Glikosida

                                            - Terbentuk larutan

                                            berwarna kuning

                                            - Hasil (+) glikosida

                                            45

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            5 Steroid dan

                                            Triterpenoid

                                            (steroid) (triterpenoid)

                                            - Tidak terbentuk

                                            warna hijau

                                            kehitaman

                                            (steroid) warna

                                            merah

                                            (triterprnoid)

                                            - Hasil (-) steroid

                                            dan triterpenoid

                                            6 Fenol

                                            - Terbentuk warna

                                            hitam kebiruan

                                            - Hasil (+) fenol

                                            7 Tanin

                                            (sebelum) (setelah)

                                            Penambahan Fecl3 01

                                            - Terbentuk biru

                                            kehitaman

                                            - Hasil (+) tanin

                                            Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak = bobot total ekstrakbobot serbuk simplisia totak X

                                            = g g X

                                            = 701

                                            46

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol

                                            = w minusww minusw Bobot jenis =

                                            i g minus i g i g minus i g

                                            Bobot jenis = minus minus

                                            Bobot jenis = 1026

                                            Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot

                                            jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III sehingga diperoleh

                                            kesetaraan sama dengan 0

                                            Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak = W minus WWI minus W x

                                            = minus minus x =

                                            Ket W0 berat cawan kosong (gram)

                                            W1 berat cawan + ekstrak sebelum dipanaskan

                                            W2 berat cawan + ekstrak sesudah dipanaskan

                                            Lampiran 7 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak = bobot abu akhir minus bobo krus tanpa tutupbobot ekstrak x

                                            = gram minus gram gram x =

                                            47

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 8 Pembuatan konsentrasi larutan uji

                                            Gambar I pengenceran larutan uji

                                            Larutan induk 025 gram ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5

                                            Larutan induk g =

                                            μ = 5000 μlml atau 5000 ppm

                                            500 ppm = V1 N1 V2 N2

                                            = 5000 μL X 10 mL 500 μL

                                            =

                                            = 1 mL

                                            250 ppm = V1 N1 V2 N2

                                            = 500 μL X 10 mL 250 μL

                                            =

                                            = 5 mL

                                            125 ppm = V1 N1 V2 N2

                                            = 250 μL X 10 mL 125 μL

                                            =

                                            = 5 mL

                                            625 ppm = V1 N1 V2 N2

                                            = 125 μL X 10 mL 625 μL

                                            =

                                            = 5 mL

                                            48

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 9 Pembuatan suspensi bakteri

                                            Perbandingan dengan McFarland

                                            Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

                                            Gambar I Staphylococcus aureus

                                            Gambar II Escherichia coli

                                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                            staphylococcus aureus dengan

                                            perbesaran 10 x 100

                                            Berbentuk bulat dan berkelompok

                                            seperti anggur

                                            Berwarna ungu

                                            ket Gambar pewarnaan bakteri Escherichia

                                            coli dengan perbesaran 10 x 100

                                            Bebentuk batang pendek

                                            Berwarna merah

                                            49

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Gambar III Helicobacter pylori

                                            Gambar IV Pseudomoas aeruginosa

                                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                            Helicobacter pylori dengan

                                            perbesaran 10 x 100

                                            Berbentuk spiral atau batang

                                            bengkok

                                            Berwarna merah

                                            Ket Gambar pewarnaan bakteri

                                            Pseudomoas aeruginosa dengan

                                            perbesaran 10 x 100

                                            Berbentuk batang tunggal

                                            Berwarna merah

                                            50

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol 96 Kulit

                                            Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                            Gambar 1 Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                            (+) kloramfenikol

                                            (-) DMSO 5

                                            Ekstrak konsentrasi 500

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 250

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 125

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 625

                                            ppm

                                            51

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Gambar 2 Terhadap Bakteri Escherichia coli

                                            (+) kloramfenikol

                                            (-) DMSO 5

                                            Ekstrak konsentrasi 500

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 250

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 125

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 625

                                            ppm

                                            52

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Gambar 3 Terhadap Bakteri Helicobacter pylori

                                            (+) kloramfenikol

                                            (-) DMSO 5

                                            Ekstrak konsentrasi 500

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 250

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 125

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 625

                                            ppm

                                            53

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Gambar 4 Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

                                            (+) kloramfenikol

                                            (-) DMSO 5

                                            Ekstrak konsentrasi 500

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 250

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 125

                                            ppm

                                            Ekstrak konsentrasi 625

                                            ppm

                                            54

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol 96

                                            Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

                                            Gambar 1 KHM Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

                                            Gambar 2 KHM Terhadap Escherichia coli

                                            250 ppm

                                            1512

                                            125 ppm

                                            1523

                                            625 ppm

                                            1623

                                            k kuman

                                            1504

                                            k media

                                            0000

                                            500 ppm

                                            1096

                                            250 ppm

                                            1252

                                            125 ppm

                                            1293

                                            k kuman

                                            1295

                                            k media

                                            0000

                                            500 ppm

                                            1321

                                            625 ppm

                                            1369

                                            55

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Gambar 3 KHM Terhadap Helicobacter pylori

                                            Gambar 4 KHM Terhadap Psedomonas aeruginosa

                                            Note karena dengan melihat secara visual tidak terlalu jelas perbedaannya maka

                                            dilakukan menghitung nilai absorbansi kekeruhan dengan menggunakan

                                            spektrofotometer uv-vis

                                            500 ppm

                                            1190

                                            250 ppm

                                            1556

                                            125 ppm

                                            1940

                                            k kuman

                                            1938

                                            k media

                                            0000

                                            500 ppm

                                            1128

                                            250 ppm

                                            1395

                                            125 ppm

                                            1603

                                            k kuman

                                            1546

                                            k media

                                            0000

                                            625 ppm

                                            1952

                                            625 ppm

                                            1645

                                            56

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Lampiran 13 Alat dan bahan yang digunakan

                                            Simplisia kulit batang

                                            kayu jawa

                                            Ekstrak kulit batang kayu

                                            jawa

                                            Vortex

                                            Mikropipet

                                            Hotplate

                                            Refrigator

                                            LAF

                                            Oven

                                            Autoklaf

                                            57

                                            UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

                                            Inkubator

                                            Spektrofotometer uv-vis

                                            Jangka sorong

                                            • DAFTAR ISI
                                            • Halaman
                                            • HALAMAN SAMPUL i
                                            • HALAMAN JUDUL ii
                                            • HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS iii
                                            • HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
                                            • HALAMAN PENGESEHAN v
                                            • ABSTRAK vi
                                            • ABSTRACT vii
                                            • KATA PENGANTAR viii
                                            • HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
                                            • TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS x
                                            • DAFTAR ISI xi
                                            • DAFTAR TABEL xiii
                                            • DAFTAR GAMBAR xiv
                                            • DAFTAR LAMPIRAN xv
                                            • BAB I PENDAHULUAN 1
                                            • 11 Latar Belakang 1
                                            • 12 Rumusan Masalah 3
                                            • 13 Tujuan Penelitian 3
                                            • 14 Manfaat Penelitian 4
                                            • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
                                            • 21 Kayu Jawa (Lannae coromandelica) 5
                                            • 22 Ekstrak dan Ekstraksi 6
                                            • 23 Pelarut 10
                                            • 24 Bakteri 12
                                            • 25 Antibakteri 15
                                            • 26 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 17
                                            • 25 Antibiotik Pembanding 19
                                            • BAB III METODE PENELITIAN 21
                                            • 31 Waktu dan Tempat Penellitian 21
                                            • 32 Alat dan Bahan 21
                                            • 321 Alat 21
                                            • 322 Bahan 21
                                            • 323 Bakteri Uji 22
                                            • 33 Prosedur kerja 22
                                            • 331 Pembuatan Simplisia 22
                                            • 332 Pembuatan Ekstrak 22
                                            • 333 Parameter Ekstrak 23
                                            • 334 Pemeriksaan Kulit Batang Kayu Jawa 24
                                            • 335 Pengujian aktivitas antibakteri 25
                                            • 3351 Sterilisasi Alat dan Bahan 25
                                            • 3352 Pembuatan Media 26
                                            • 3353 Peremajaan Bakteri 26
                                            • 3354 Identifikasi Bakteri Uji 26
                                            • 3355 Pembuatan Suspensi Bakteri 26
                                            • 3356 Pembuatan Larutan Uji 27
                                            • 3357 Penentuan Diameter Zona Hambat 27
                                            • 3358 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 28
                                            • BAB IV PEMBAHASAN 29
                                            • 41 Determinasi Tanaman 29
                                            • 42 Penyiapan sample 29
                                            • 43 Ekstraksi 30
                                            • 44 Parameter Ekstrak 30
                                            • 45 Penapisan Fitokimia 32
                                            • 46 Penentuan Diameter Zona Hambat 33
                                            • 47 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum 35
                                            • BAB V PENUTUP 38
                                            • 51 Kesimpulan 38
                                            • 52 Saran 38
                                            • DAFTAR PUSTAKA 39
                                            • LAMPIRAN 43
                                            • DAFTAR TABEL
                                            • Tabel 41 Hasil Penetapan Ekstrak Parameter spesifik dan Non Spesifik Lannea coromandelica 31
                                            • Tabel 42 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Lannea coromandelica 33
                                            • Tabel 43 Hasil Diameter Zona Hambat Ekstrak Lannea coromandelica 34
                                            • Tabel 44 Hasil Nilai Absorbansi Kekeruhan 36
                                            • DAFTAR GAMBAR
                                            • Gambar 21 Tanaman Kayu Jawa (Lannea coromandelica) 5
                                            • Gambar 26 Struktur Kimia Kloramfenikol 19
                                            • Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian 44
                                            • Lampiran 2 Hasil Determinasi Tanaman 45
                                            • Lampiran 3 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kayu Jawa 46
                                            • Lampiran 4 Perhitungan Rendeman Ekstrak 47
                                            • Lampiran 5 Perhitungan Residu Pelarut Etanol 48
                                            • Lampiran 6 Perhitungan Kadar Air Ekstrak 48
                                            • Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Abu 48
                                            • Lampiran 8 Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji 49
                                            • Lampiran 9 Pembuatan Suspensi Bakteri 50
                                            • Lampiran 10 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji 50
                                            • Lampiran 11 Hasil Uji Diameter Zona Hambat 52
                                            • Lampiran 12 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum 56
                                            • Lampiran 13 Alat dan Bahan yang digunakan 58

                                              top related