Transcript
Jamilatus Syamsiah A, Ns, S.Kep
TRANSCULTURAL NURSING
transkultural berasal dari kata trans dan culture.
Trans berarti alur perpindahan, jalan lintas, atau penghubung
Cultural berarti budayaTranscultural dapat diartikan lintas budaya
yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain.
Pengertian
Leininger (1991), mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien/klien)
Transcultural Nursing Knowledge akan menjadi milik seorang perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan bila dirinya terus dikembangkan dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus melakukan evaluasi pada setiap intervensi pada klien / pasien
lima (5) element budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi keperawatan yakni :
1. menilai keanekaragaman budaya2. mempunyai kapasitas untuk meng-assessmentbudaya3. menyadari bahwa budaya bersifat dinamis
dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya
4. mempunyai pengetahuan budaya yang sudah dilembagakan
5. mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan merefleksikan dan memamahami keanekaragaman budaya.
Kelima element diatas hendaknya akan selalu diwujudkan pada setiap langkah, perilaku layanan kepada pasien / klien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat kesehatan harus mampu mewujudkan peran / fungsi seorang perawat mulai dari tingkat pelaksana, pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena setiap perwujudan peran seorang perawat akan selalu berinteraksi dengan manusia / klien.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungan terus menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai, yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan hirarki yang telah dibuat oleh Maslow
Pendekatan perawat dalam menghadapi pasien dengan budaya yg berbeda
Gagasan utama yang berhubungan dengan konsep Culture care yaitu seorang perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum.
Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya dibutuhkan seorang klien. Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care
Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya.
Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang.
Generik (emic) Care / Cure Professional (Etic) Care / Cure
berorientasi pada humanistik
seseorang didasari dengan
praktis dan keakraban keluarga
pendekatan holistik dan
terintegrasi dengan fokus pada
sosial hubungan, bahasa, dan
jalan hidup
fokus terbesar pada caring
sebagian besar rakyat
nonteknologi menggunakan obat
dan hubungan pribadi
berfokus pada pencegahan
penyakit, ketidakmampuan dan
pemeliharaan jalan hidup
menggunakan mode komunikasi
konteks tinggi
mempercayaiperawatan dan
penyembuhan rakyat tradisional
orientasi ilmiah
Klien bertindak dengan tekhnik tidak
kekeluargaan dan asing
membedakan dan tidak menggabungkan
pelayanan dengan focus fisik tubuh dan
pikiran
Fokus sebagian besar pada
menyembuhkan, diagnosis, dan perawatan
Sebagian besar teknologi dengan berbagai
tes diagnostik dan perawatan ilmiah
Fokus pada mengobati penyakit, cacat,
dan patologi
menggunakan moe komunikasi rendah
Bergantung pada faktor biofisik dan
emosional untuk mengkaji dan bertindak
Meyer CR, (1996) bahkan memberikan tuntutan empat hal yang harus dipunyai seorang perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan kompetensi asuhan keperawatan yakni:
1). mempunyai kapabelitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda suku dan ras
2). mempunyai kemampuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latar belakang
Peran perawat dalam menghadapi pasien dengan budaya yang berbeda
3). mempunyai kapabelitas dalam bidang ethics4). mempunyai kapebelitas menumbuhkan
kepercayaan.
Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik. Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi.
KesimpulanKonsep yang dikembangkan Leininger
merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang.
Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring.
Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual
Thank you
top related