teori pemb kritik
Post on 30-Jan-2016
42 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Kritik Teori Pembangunanby: Harits Hijrah Wicaksana
PENDAHULUAN
Pemikiran pembangunan yang umum dipakai dapat dianalisis berdasarkan poros yang menghubungkan dua kutub ideologi yang bertolak belakang, sosialisme vs kapitalisme. Sepanjang poros ini kita bisa meletakkan beberapa strategi pembangunan dalam sejarah ekonomi Eropa. Karena itu, sebagian besar perdebatan politik di Barat ditujukan pada negara versus pasar, dan manfaat relatif lembaga ini dalam konteks pembangunan ekonomi. Pada tahapan pembangunan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan peranan pasar dan peranan negara dalam ikut menentukan kebijakan pasar ekonomi.Di Indonesia, kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Namun secara sempit dapat diartikan disini yaitu tentang kemajuan material semata, maka sering kali orientasi pembangunan hanya menyentuh dan membahas bidang ekonomi saja. Namun dari realita sosial yang terjadi, ada dua golongan yang dapat diklasifikasikan berdasarkan orientasi pembangunan, yaitu adanya golongan orang yang sukses dari pembngunan dan adanya golongan yang teraniaya kehidupanya karena pembangunan.Dampak dari adanya pembangunan dan modernisasi yang diharapkan adalah untuk mensejahterakan warga masyarakat bagi masing-masing negara. Namun selain dampak yang menguntungkan, ternyata terdapat dampak yang buruk bagi sebagian golongan masyarakat. Tujuan dari pembangunan bagi bangsa Indonesia adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan tidak manjadi negara yang diremehkan dan ditindas oleh negara lain yang lebih superior. Kenyataan pahit ini harus kita terima bahwa pembangunan yang dilaksanakan di indonesia belum menampakkan hasil yang optimal sehingga di Indonesia termasuk kedalam negara yang miskin.Dari proses dan perubahan pola pikir masyarakat tentang pembangunan, pembangunan dapat dikatakan berhasil bila memenuhi syarat yaitu adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas, namun pembangunan juga harus berkesinambungan serta adanya pemerataan sumber daya, maksudnya dampaknya pembangunan dapat diminimalisir yaitu minimalisisr kerusakan sosial serta meminimalisir terjadinya kerusakan alam. (Budiman Arief, 2000:8) Hal ini diperlukan karena orientasi pembangunan bukan hanya untuk saat ini, namun untuk dimasa yang akan datang atau dalam arti sustainable development atau pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu perlu kiranya memberikan suatu kritikan moral atas teori pembangunan.
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Teori PembangunanPembangunan mempunyai pengertian dinamis, maka tidak boleh dilihat dari konsep yang statis. Pembangunan juga mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir. Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi aktif dan kreatif dalam proses pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses pendewasaan.Kecendrungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era seperti ini, kondisi persaingan antar pelaku
ekonomi (badan usaha dan/atau negara) akan semakin tajam. Dalam kondisi persaingan yang sangat tajam ini, tiap pelaku ekonomi (tanpa kecuali) dituntut menerapkan dan mengimplementasikan secara efisien dan efektif strategi bersaing yang tepat (Kuncoro, 2004). Dalam konteksi inilah diperlukan ”strategi berperang” modern untuk memenangkan persaingan dalam lingkungan hiperkompetitif diperlukan tiga hal (D’Aveni, 1995), pertama, visi terhadap perubahan dan gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga, taktik yang mempengaruhi arah dan gerakan pesaing.Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut
didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini
belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.”Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.Dari sejarah perubahan dalam mengkonseptualisasikan pembangunan, terdapat berbagai variasi cara mendefinisikan pembangunan. Mula-mula pembangunan hanya diartikan dalam arti ekonomi, namun berkembang pemikiran, bahwa pembangunan tidak hanya diartikan dalam arti ekonomi, tetapi pembangunan dilihat sebagai suatu konsep yang dinamis dan bersifat multidimensional atau mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti; ekonomi, politik, sosial budaya, dan sebagainya.Berbagai istilah yang sering digunakan saling bergantian dalam menjelaskan pengertian pembangunan, seperti; perubahan, pertumbuhan, kemajuan, dan modernisasi. Akan tetapi istilah-istilah tersebut tidak sama makna dari arti pembangunan, karena pembangunan merupakan rujukan semua yang baik, positif, dan menyenangkan. Sementara perubahan, pertumbuhan, kemajuan, maupun modernisasi dapat saja terjadi tanpa unsur pembangunan.Dilihat dari arti hakiki pembangunan, pada dasarnya menekankan pada aspek nilai-nilai kemanusiaan, seperti; menunjang kelangsungan hidup atau kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, harga diri atau adanya perasaan yang layak menghormati diri sendiri dan tidak menjadi alat orang lain, kebebasan atau kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan. Selain itu, arti pembangunan yang paling dalam adalah kemampuan orang untuk mempengaruhi masa depannya, yang mencakup; kapasitas, keadilan, penumbuhan kuasa dan wewenang, dan saling ketergantungan.Pengertian pembangunan sebagai suatu proses, akan terkait dengan mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut Easton (dalam Miriam Budiardjo, 1985), proses sistemik paling tidak terdiri atas tiga unsur: Pertama, adanya input, yaitu bahan masukan konversi; Kedua, adanya proses konversi, yaitu wahana untuk ”mengolah” bahan masukan; Ketiga, adanya output, yaitu sebagai hasil dari proses konversi yang dilaksanakan. Proses sistemik dari suatu sistem akan saling terkait dengan subsistem dan sistem-sistem lainnya termasuk lingkungan internasional.Proses pembangunan sebagai proses sistemik, pada akhirnya akan menghasilkan keluaran (output) pembangunan, kualitas dari output pembangunan tergantung pada bahan masukan (input), kualitas dari proses pembangunan yang dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh lingkungan dan faktor-faktor alam lainnya. Bahan masukan pembangunan, salah satunya adalah sumber daya manusia, yang dalam bentuk konkritnya adalah manusia. Manusia dalam proses pembangunan mengandung beberapa pengertian, yaitu manusia sebagai pelaksana pembangunan, manusia sebagai perencana pembangunan, dan manusia sebagai sasaran dari proses pembangunan (as object).Secara ilmu, pembangunan ekonomi, politik dapat diklasifikasi secara sosiologis ke dalam tiga kategori. Pertama, masyarakat yang masih bersifat tradisional; kedua adalah masyarakat yang bersifat peralihan; dan ke tiga adalah masyarakat maju. Ke tiga kategori tersebut saling berkaitan, karena berada dalam satu negara. Semua negara di dunia masih mempunyai tiga kategori tersebut, meskipun dalam negara modern sekalipun. Hanya dalam negara maju lebih
mempunyai kondisi sosial yang stabil, bila dibandingkan dengan kategori dari yang pertama dan ke dua.Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori pembangunan dikelompokkan atas tiga, yaitu; kelompok Teori Modernisasi, kelompok Teori Ketergantungan, dan kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah pembangunan pada dasarnya adalah masalah kekurangan modal. Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat pembangunan sebagai proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat maju.Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap, yaitu; masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi massal yang tinggi. Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan. Andre Gunder Frank melihat hubungan dengan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Berbeda dengan pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit hanya merupakan bayangan dari negara metropolis. Artinya, perkembangan negara satelit tergantung dari perkembangan negara metropolis yang menjadi induknya. Demikian sebaliknya, krisis negara metropolis, negara satelitnya pun kejangkitan krisis. Adapun bentuk ketergantungan terdiri atas tiga; ketergantungan kolonial, ketergantungan finasial-industrial, dan ketergantungan teknologis-industrial.Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya dari Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia. Kedua teori ini merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori pembangunan, khususnya dalam kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Teori Artikulasi menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan dengan konsep cara produksi. Adapun Teori Sistem Dunia melihat bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat ditentukan oleh sistem dunia.
Pendekatan dan Indikator Dalam PembagunanYang paling luas digunakan adalah pendekatan pertumbuhan ekonomi, dengan Terdapat berbagai pendekatan dan upaya untuk mengukur hasil pembangunan. Salah satu menggunakan PNB atau PDB sebagai kriteria ukuran keberhasilan pembangunan. Namun, muncul pendekatan pemerataan sebagai reaksi terhadap pendekatan pertumbuhan ekonomi, karena pendapatan tidak merata pada seluruh penduduk. Secara sederhana pemerataan diukur dengan berapa besarnya pendapatan yang diterima oleh 40 persen kelompok bawah, berapa besarnya pendapatan yang diterima oleh 40% kelompok menengah, dan berapa besarnya pendapatan yang diterima oleh 20% kelompok atas. Indeks Gini merupakan salah satu cara yang biasa digunakan untuk mengukur ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat.Pendekatan kebutuhan dasar adalah salah satu cara lain untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan. Indikator yang biasa digunakan adalah Indeks Mutu Kehidupan Fisik atau Physical Quality of Life Index (PQLI). PQLI mengukur tiga komponen, yaitu; harapan hidup, kematian bayi, dan melek huruf. Kemudian Sajogyo dan Abustam mencoba menambahkan satu komponen dari IMH tersebut, yaitu Total Fertility Rate (TFR), yang dinamakan IMH-plus atau IMH berkomponen empat.Terakhir, pendekatan pembangunan sumber daya manusia adalah suatu model pembangunan yang mencoba meletakkan diri manusia sebagai unsur mutlak dalam proses pembangunan. Tujuan utama pembangunan manusia adalah memperluas pilihan-pilihan dan membuat pembangunan lebih demokratis dan partisipatoris. Salah satu indikator yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia. Indeks ini menggabungkan pendapatan nasional dan dua indikator sosial, yakni melek huruf dan harapan hidup. Jadi bedanya dengan indeks mutu manusia adalah dimasukkannya pendapatan nasional.Contoh pembangunan yang sangat diperlukan dalam pembangunan di indonesia adalah salah satu contohnya pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat adalah perubahan
secara berencana dan dilakukan secara berencana pula dari keadaan yang kurang baik, menuju pada keadaan yang lebih baik. Pembangunan masyarakat ini, meliputi dua dimensi utama, yakni dimensi struktural “vertikal”, dan dimensi “horisontal”. Model pembangunan ini bertujuan untuk membatasi kesenjangan dalam masyarakat, agar lebih memungkinkan terjadinya proses partisipasi (empowerment). Hal ini diharapkan terjadi agar tercipta peluang kepada anggota masyarakat untuk mengaktualisasikan potensi, prakarsa maupun kreativitasnya untuk memperkuat solidaritas dan persatuan nasional.Ciri-ciri model pembangunan, antara lain; bertolak dari konsep komunitas; menganut prinsip distribusi kekuasaan yang merata; mengutamakan distribusi pelayanan yang merata kepada segenap anggota komunitas; pelaksanaan kegiatan dalam pembangunan berdasarkan pada pendekatan program; peranan pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan, lebih berperan sebagai fasilitator; penekanan kegiatan pada aspek dapat lebih untuk memandirikan masyarakat (mengutamakan aspek pendidikan dalam arti luas); program kegiatannya berkesinambungan (berkelanjutan) antara satu periode ke periode berikutnya.Beberapa Teori Pembangunan Masyarakat. Teori pembangunan masyarakat mencakup tiga pembahasan utama, yakni teori pembangunan masyarakat sebagai proses; teori pembangunan masyarakat sebagai cara (metode); dan teori yang berkaitan dengan peranan program di dalam pembangunan masyarakat. Teori pembangunan masyarakat sebagai proses, berlandaskan pada pendekatan sistem dalam pengelolaan pembangunan. Sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri dari berbagai bagian, di mana bagian tersebut saling berinteraksi satu sama lain.Bagian-bagian yang ada dalam teori pembangunan masyarakat sebagai proses, yakni input (masukan), proses konversi, dan output (luaran). Input yang berasal dari lingkungan (lingkungan fisik dan sosial), selanjutnya dikonversi untuk dijadikan sebagai output proses pembangunan. Ada satu tahap yang sangat penting pula dalam pendekatan ini, yakni proses umpan balik (feed back) dari output menjadi input kembali.Teori pembangunan masyarakat sebagai metode, yang diuraikan di sini adalah teori tentang partisipasi masyarakat. Teori menghendaki bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan, tidak hanya bersifat keikutsertaan secara fisik dalam kegiatan pembangunan, tetapi yang lebih penting bagaimana melibatkan masyarakat secara mental yang disertai motivasi dalam program pembangunan. Ini sebabnya dalam kegiatan belajar ini, diutarakan beberapa metode yang terbukti telah efektif dalam memobilisasi peranserta masyarakat dalam berbagai pembangunan masyarakat. Keberadaan suatu program pembangunan masyarakat di suatu komunitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara umum. Pada bagian terakhir kegiatan belajar ini, diuraikan tentang substansi program dan tahap-tahap dalam penyelenggaraan pembangunan masyarakat.Teori Sumber daya manusia memandang mutu penduduk sebagai kunci pembangunan dan pengembangan masyarakat. Banyak penduduk bukan beban pembangunan bila mutunya tinggi. Pengembangan hakikat manusiawi hendaknya menjadi arah pembangunan. Perbaikan mutu sumber daya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewirausahaan. Teori sumber daya manusia diklasifikasikan kedalam teori yang menggunakan pendekatan yang fundamental.Community development juga bisa didefinisikan sebagai pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan masyarakat lingkungan dalam aspek material dan spiritual tanpa merombak keutuhan komunitas dalam proses perubahannya. Keutuhan komunitas dipandang sebagai persekutuan hidup atas sekelompok manusia dengan karakteristik: terikat pada interaksi sosial, mempunyai rasa kebersaman berdasarkan genealogis dan kepentingan bersama, bergabung dalam satu identitas tertentu, taat pada norma-norma kebersamaan, menghormati hak dan tanggung jawab berdasarkan kepentingan bersama, memiliki kohesi sosial yang kuat, dan menempati lingkungan hidup yang terbatas.
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah satu model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada. Dan dalam pengembangan masyarakat hendaknya diperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang kemungkinan sebagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial.Adapun pertimbangan dasar dari pengembangan masyarakat adalah yang pertama, melaksanakan perintah agama untuk membantu sesamanya dalam hal kebaikan. Kedua, adalah pertimbangan kemanusiaan, karena pada dasarnya manusia itu bersaudara. Sehingga pengembangan masyarakat mempunyai tujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan masyarakat, agar mereka dapat hidup lebih baik dalam arti mutu atau kualitas hidupnya.Secara umum ada beberapa pendekatan dalam pengembangan masyarakat, diantaranya adalah: Pendekatan potensi lingkungan, hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang ada pada masyarakat setempat. Pendekatan Kewilayahan, hal ini berkaitan dengan pengembangan terhadap wilayah dalam arti kesesuaian dengan wilayahnya (desa/kota) terhadap hal yang akan dikembangkan. Pendekatan kondisi fisik, lebih pada kondisi fisik manusianya. Pendekatan ekonomi, hal ini berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Pendekatan politik. Pendekatan Manajemen, Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan pndataan terhadap potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam masyarakat kemudian dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, bugeting dan controlling. Model pendekatan ini sebenarnya dapat dilakukan dalam masyarakat yang bermacam-macam (pedesaan,perkotaan, marjinal, dan lain-lain). Pendekatan sistem, Pendekatan ini melibatkan semua unsur dalam masyarakatIndikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan. Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap kelima indikator tersebut :1. Pendapatan perkapitaPendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.2. Struktur ekonomiTelah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan
transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.3. UrbanisasiUrbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.4. Angka TabunganPerkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.5. Indeks Kualitas HidupIKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam
hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat (social welfare) dalam arti luas (kesejahteraan lahir mapun bathin). Kesejahteraan lahir akan terkait dengan tingkat kehidupan baik yang menyangkut ekonomi maupun strata sosial, sementara kesejahteraan bathin akan berkaitan dengan believe system yang ada pada dirinya. Bagaimana manusia memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance) serta bagaimana cara dia mengaktualisasikan dirinya (self actualization) sehingga merasa puas (satisfaction). Manusia sejahtera secara bathin bila “konsep dirinya merasa puas serta memahami tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi”. Sebagai khalifah mempunyai tugas memelihara bumi ini agar tidak terjadi kerusakan, dan fungsinya untuk menjaga keseimbangan alam melalui akal dan pikitran serta nuraninya (qolbu), sehingga alam berfungsi sebagaimana mestinya.Demi kelangsungan hidupnya manusia selalu berupaya memenuhi kebutuhan diri serta mengatasi tantangan dan hambatan lingkungan alam dan sosialnya. Untuk itu selalu berupaya melakukan penciptaan-penciptaan (kreativitas) yang mengkristal menjadi kebudayaan. Pembangunan pada intinya merupakan penciptaan-penciptaan dalam memenuhi tuntutan hidup dan mengatasi tantangan lingkungan alam dan sosial. Seperti penciptaan kegiatan lapangan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penciptaan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan daya nalar dan kreativitas agar terjadi akulturasi kebudayaan yang tetap mempertahankan nilai-nilai yang telah berkembang.Pada saat ini, indikator keberhasilan pembangunan terdiri atas bagaimana tingkat pengembangan sumber daya manusia (Indeks Pembangunan Manusia/human development index/HDI), tingkat pencapaian ekonomi dan tingkat keseimbangan alam (ekosistem). Ketiga aspek tersebut memiliki keterkaitan dan ketergantungan (interrelasi dan interdependensi). Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks dari angka harapan hidup (AHH), angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Hurup (AMH), dan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity/PPP). Sementara tingkat pencapaian ekonomi meliputi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), inplasi, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan sembilan lapangan usahanya (pertanian – peternakan – kehutanan – perikanan, pertambangan – penggalian, industri pengolahan, listrik – gas – air bersih, bangunan, perdagangan – hotel – restoran, penganggkutan – komunikasi, keuangan-persewaan – jasa perusahaan – dan jasa-jasa lainnya.Keseimbangan alam dan lingkungan berkaitan dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), pelestarian lingkungan hidup (hewani-hayati), serta tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan (polusi udara, air, tanah) yang secara nyata berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.Terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ada tiga bidang yang terkait didalamnya yaitu bidang pendidikan, kaitan dengan capaian Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), bidang kesehatan kaitan dengan Angka Harapan Hidup (AHH) dan bidang ekonomi kaitan dengan kemampuan daya beli masyarakat (PPP). Walaupun AMH dan RLS belum menggambarkan kualitas pendidikan secara menyeluruh, tapi itulah yang disepakati dunia internasional sebagai indikator, dalam hal ini yaitu UNDP. Permasalahan dan tugas kita adalah bagaimana kita merancang pembangunan agar indikator
tersebut dapat diraih dengan penekanan pada kualitas pendidikan. Inti dari proses pendidikan adalah tansfer of knowledge and transfer of value. Selain memenuhi standar tersebut, maka kita perlu memikirkan bagaimana proses pendidikan berjalan dengan pemerataan kesempatan menuju indikator RLS, kita pikirkan juga bagaimana kualitas proses dalam melakukan tansfer of knowledge dan transfer of value-nya serta muatan nilai-nilai seperti apa yang disampaikan sehingga pada gilirannya dapat membentuk kualitas warga belajar/peserta didik yang disatu sisi dapat mencerminkan budaya masyarakat setempat secara komunal, tetapi juga dapat mencerminkan komunitas modern yang senapas dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi internasional.Untuk itu, mungkin fokus kita akan diarahkan kepada: (1) Pemerataan kesempatan belajar (dengan segala pola dan bentuknya), (2) kualitas proses belajar yang syarat nilai-nilai (value), (3) Kualitas hasil dengan orientasi pada pembentukan sikap dan kebiasaan (habbit and attitude), yang pada gilirannya akan membentuk manusia yang berkarakter.Dalam penangannya tentu tidak berdiri sendiri melainkan dikolaborasikan dengan sistem lain diantaranya dengan peningkatan pendapatan (ekonomi), memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, dengan peningkatan derajat kesehatan, serta membuka diri dengan sistem kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikarenakan ketiga aspek tersebut di atas, memiliki interrelasi dan interdependensi, maka dalam perkembangannya harus seiring dan sejalan. Agar kondisi tersebut dapat dicapai maka perlu suatu kreativitas (melalui nalar, wawasan, pengetahuan, nurani, keyakinan-keimanan) sehingga melahirkan budaya baru dalam masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai dan falsapah kehidupan.Oleh karena itu dalam implementasi (pelaksanaan) pembangunan akan banyak dipengaruhi oleh local community and environment, dalam arti pola dan bentuknya akan tergantung kepada masyarakat dan lingkungan lokal.
Kritik Moral Terhadap PembangunanPembangunan berada dalam dua sudut pandang, dimana diibaratkan sebagai mata pisau. Maksud dari kalimat tersebut bahwa pembangunan memiliki peran yang sangat penting dalam peranan kehidupan semua manusia. Adanya pembangunan menjadikan adanya kebudayaan yang modernisasi dan segala hal dapat dengan praktis dilakukan dan didapatkan sesuai dengan kebutuhan yang ingin kita penuhi. Namun di sisi lain, pembangunan dapat merugikan golongan lain yang merasa tertindas dari praktik pembangunan ini. Maka dalam proses pembangunan ini ada dua pihak yang mendapatkan impact atau dampak yang ditimbulkan dari proses pembangunan tersebut. Sebagian golongan menikmati dan memanfaatkan proses berjalannya pembangunan dengan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang banyak sekali. Namun di pihak lain ada sebagian golongan yang hidupnya tersiksa dan teraniaya oleh proses pembangunan.Namun, dari dampak merugikan yang terjadi, kita juga tidak bisa memungkiri bahwa kita juga butuh adanya proses pembangunan. Banyak dampak positif yang ditimbulkan dari pembangunan, seperti adanya kemajuan pola pikir masyarakat yang modernisme serta pembangunan dalam bentuk fisik lainnya yang bisa kita manfaatkan hasilnya pada saat sekarang ini.Pembangunan selalu mengingatkan kita pada gagasan tentang kemajuan, kesejahteraan, dan kekayaan. Ikhtiar pembangunan memang demi mencapai hal-hal itu. Namun, pada praktiknya, pembangunan justru seringkali menemui kebuntuannya sendiri. Praktik dan wacana pembangunan saat ini berada dalam titik kritis akibat pelbagai ketidakselarasan dan kesenjangan. Maka, kalau Robertson (1984) pernah menganggap pembangunan sebagai usaha kolektif paling ambisius umat manusia, itu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Ini karena pembangunan seringkali gagal mewujudkan cita-citanya dan malah menjerumuskan rakyat ke jurang kesengsaraan. Maka perlu adanya kritik moral atas praktik-praktik
pembangunan yang seringkali melenceng dari cita-cita awalnya serta telah merusak kepedulian antarsesama, terhadap pelaksanaan pembangunan, terutama dalam pelaksanaan di Indonesia.Robertson (1984) juga melakukan gugatan dan kritik tajam terhadap pondasi yang menopang terhadap proyek pembangunan yang terjadi di Dunia Ketiga yang sering mengalami paradoks-paradoks dan kebuntuan. Beragam proyek pembangunan yang selama ini terus menerus dipaksakan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, ternyata hanya berorientasi bisnis semata dengan mengesampingkan dimensi-dimensi lainnya. Atau dalam istilah pembangunan yang berlangsung saat ini telah menjadi mesin pembangunan yang monolitis, yang hanya berorientasi pasar semata, yang siap menggulung dan menggilas siapapun yang mencoba merintangi proses pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Pembangunan telah kehilangan muatan universal yang berorientasi pada kemanfaatan bagi kelangsungan hidup manusia dan masyarakat.Akibatnya, proyek-proyek pembangunan ternyata bukan hanya dianggap telah gagal, terutama dalam menghapus kemiskinan yang semakin luas, tetapi teori pembangunan juga telah mengalami kemacetan, terjebak dalam orientasinya sendiri dan gagal dalam memahami perbedaan-perbedaan dan persoalan-persoalan dalam masyarakat. Di Indonesia, indikator yang bisa dilihat dari kegagalan tersebut adalah terjadinya berbagai ketimpangan yang sangat tajam. Mulai dari angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, timbulnya masalah pemerataan penduduk, diskriminasi dalam kesempatan berusaha, kesenjangan desa-kota dan antarwilayah, sampai pada kesenjangan pendapatan antargolongan masyarakat yang sangat timpang dan sebagainya. Yang lebih parah, demi kebijakan ekonomi yang hyperpragmatis, pembangunan tak jarang melakukan penghancuran modal sosial yang sebetulnya sudah diwarisi dari generasi ke generasi dan berfungsi sebagai tiang penyangga ketahanan dan keutuhan sebuah masyarakat. Maka, perlahan tapi pasti, praktik pembangunan semacam itu akan terus menumpuk persoalan dalam pembagunan sosial dalam sekala yang lebih luas dan mempercepat kemerosotan kualitas hubungan sosial dalam masyarakat. Akibatnya, pembangunan bukan saja semakin menjauhi tujuan untuk memperbaiki kehidupan, tetapi juga terbawa masuk dalam model baru pembangunan, yakni ”pembangunan ala bisnis” yang sering mengesampingkan nilai-nilai moralitas dan etika. Di tengah arus dan tata ekonomi global yang sering meninggalkan dan menanggalkan sesuatu yang berhubungan dengan etika dan moralitas.Keadaan ini menunjukkan bahwa pembangunan yang tengah berlangsung saat ini sedang berada pada persimpangan jalan, dan karena itu ia memerlukan suatu keterlibatan moral yang bersifat global. Karena itu penulis ingin menegaskan bahwa studi-studi pembangunan seharusnya mampu menyatakan secara lantang suatu tanggung jawab moral bersama atas pembangunan. Dengan demikian, di dalam pembangunan yang dijalankan diharapkan masih terkandung suatu naratif moral dan empiris. Karena, yang sering terjadi, sebagaimana pernah dikatakan Weber bahwa dalam masyarakat modern manusia sering terjebak pada apa yang disebut dengan rasionalitas instrumental bertujuan. Dalam segala tindakan, termasuk dalam hal ini pelaksanaan pembangunan, orang cenderung hanya mengejar keuntungan semata dengan mengkalkulasinya secara matematis, teknis, logis, dengan mengesampingkan persoalan nurani.Kondisi semacam inilah yang dikhawatirkan Habermas (Habermas: 1990) akan memunculkan terjadinya pemujaan berlebihan terhadap teknologi, sehingga teknologi menjadi sebuah ideologi baru dalam kehidupan. Maka, buku ini, sekali lagi ingin menegaskan tentang pentingnya untuk mengedepankan sebuah prinsip etika dan moralitas dalam setiap pelaksanaan pembangunan. Kelompok-kelompok marjinal yang selama ini tersisihkan dalam proses pembangunan dan energinya terkuras habis karena berhadapan dengan ketidakadilan global, perlu dikembalikan lagi martabat mereka sebagai manusia serta melibatkan mereka
dalam seluruh proses sosial yang terjadi. Kesadaran kritis untuk terus melakukan kritik terhadap proses pembangunan semacam ini perlu dibangun, sehingga kita tahu bahwa tidak selamanya proyek kemajuan itu berupa kisah tentang jalan terang seperti selalu dilukiskan literatur mainstream mengenai pembangunan dan demokrasi. Ada sudut gelap yang senantiasa ditepikan dan dilupakan, yang kemudian justru dapat memunculkan gugatan mendasar tehadap proyek kemajuan.
PENUTUP
KesimpulanDari pemaparan diatas mengenai kritik teori pembangunan, maka ada beberapa point yang menjadi kesimpulan dari pemaparan diatas, yaitu:1. Teori pembangunan membawa dampak yang positif dan negatif bagi lingkungan. Dimana orientasi dari pembangunan ini yaitu adanya peningkatan pendapatan bidang ekonomi yang signifikan serta diikuti dengan adanya berkesinambungan antara pelaksanaan pembangunan terhadap lingkungan sosial dan minimalisir kerusakan alam.2. Adanya penyimpangan tujuan awal dari teori pembangunan, tujuan utamanya yaitu mensejahterakan rakyat dan adanya pemerataan ekonomi. Namun realita yang terjadi yaitu makin adanya jurang ketimpangan ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin. Dan hal ini diperparah dengan rusaknya tatanan sosial masyarakat. Dimana pembangunan lebih berorientasi pada keuntungan secara matematis dan menyampingkan etika, moral dan nilai-nilai yang terkandung pada masyarakat.3. Diperlukan studi-studi pembangunan yang memperhatikan segala aspek bidang kehidupan, sehingga tidak terjadinya ketimpangan dalam segala bidang. Menemukan kearifan lokal dan nilai-nilai yang memelihara keseimbangan bidang kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Fakih, Mansour. 2001. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar.Handoko, T. Hani, 1994. Manajemen Edisi Ke 2, Yogyakarta : BPFE———————-, 1998. Manajemen Kepegawaian Dan Sumberdaya Manusia, BPFE, YogyakartaHandayaningrat, Soewarno, 1996, Pengantar Studi Ilmu Admiistrasi Negara, Jakarta : Toko Gunung Agung.LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Penerbit Lembaga Administrasi Negara.Mustopadidjaja, AR, 2005. Dimensi-Dimensi Pokok Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, cetakan kelima, Jakarta: Duta Pertiwi Foundation.————————-2003. Paradigma-Paradigma Pembangunan, Jakarta: LAN.Nigro, Filex A., and Lloyd G. Nigro, 1984. Modem Publik Administration, Six Edition. New York: Harper & Row Publishers.Todaro.MP.1995. Pembangun
CRITICAL REVIEW
Judul buku : “Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi”Pengarang : Dr. Mansour FakihTahun : 2001Penerbit :INSIST Press & Pustaka Pelajar, Jakarta
PENDAHULUAN
Buku berjudul “Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi” berisikan hubungan
dan kebermaknaan teori pembangunan dan globalisasi. Penyusunan buku ini dilatarbelakangi
oleh gejala timbulnya kerancuan teoritik dan paradigmatic dari para aktivis lapangan yang
tanpa disadari menggunakan dasar teoritik dan visi idiologis mengenai suatu perubahan social
yang menjadi landasan aktivitas sehari-hari para praktisi, dengan demikian memerlukan
pemahaman tentang paradigma dan berbagi teori perubahan sosial.
Buku ini terbagi ke dalam enam bagian. Bagian pertama, merupakan pendahuluan
yang membahas latarbelakang dan tujuan penyusunan buku ini di samping alasan penulis
menggunakan istilah teori pembangunan maupun teori perubahan sosial.
Bagian kedua, membahas tentang bagaimana dan apa yang mempengaruhi sebuah
teori dengan fokus pada paradigma dan peranannya dalam membentuk teori perubahan sosial
dan pembangunan : pengertian paradigma, paradigma ilmu sosial menurut Habermas,
paradigma perspektif Freire, paradigma-paradigma sosiologi.
Bagian ketiga dan keempat membahas tentang paradigma dan teori pembangunan dan
perubahan sosial berlandasakan kapitalisme, marxisme, sosialisme, teori ketergantungan atau
depedensia dan kritik terhadapnya.
Sedangkan bagian keilima, refleksi penulis terhadap beberapa teori yang dapat
dikategorikan sebagai teori-teori perubahan sosial alternatif. Pertama, teori feminimisme,
teori liberalisasi dan teori analisis sosial dekonstruksi terhadap developmentalisme.
Bagian keenam, membahas sejarah perjalanan teori pembangunan yang mengambil
bentuk dalam teori pertumbuhan cepat (rapid growth development) .Pada bagian ini, dibahas
detail tentang krisis pembangunanisme dan mulainya era globalisasi ditambah dengan refleksi
penulis terhadap berbagai perdebatan mengenai globalisasi dan berbagai skenario teoritik
tentang formasi sosial globalisasi serta implikasinya.
PEMBAHASAN
Buku ini selain disediakan untuk bacaan khalayak umum, juga untuk praktisi
lapangan, membahasan konsep paradigma dan peranannya dalam membentuk ilmu social
sangat detail dan mudah di fahami, di mulai dari bahasan apa itu paradigma, mengapa dan
bagaimana suatu paradigma terbentuk serta apa pengaruh paradigma terhadap terbentuknya
teori-teori perubahan social dan praktek pembangunan.
Paradigma adalah alat pandang atau aliran yang kemudian penulis menyitir
pendapatnya Thomas Khun yang terkenal dengan karyanya “ the structur of science
revolution” bahwa paradigma adalah suatu kerangka referensi atau pandangan dunia yang
menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori, juga menyadur dari Pattun ( 1975 )
memberikan pengertian paradigma dalam bukunya “A World View, A General Perspektif
Way of Dreaking Down The Complexity of The Riel World” yang tidak jauh memberikan
pengertian paradigma dari Thomas Kun yang bisa ditarik kesimpulan bahwa paradigma
adalah konstelasi teori, pertanyaan, pendekatan serta prosedur yang digunakan oleh suatu
nilai dan tema pemikiran.
Pengarang mampu menjelaskan dominasi paradigma terhadap paradigma lain yang
merupakan dasar lahirnya sebuah teori perubahan social. Dicontohkan pada fase marxisme
perkembangan dan kritik intern terhadap kapitalisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan teori social. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemahaman paradigma dan teori
perubahan social seharusnya tidak sekedar untuk memahami dan mempelajarinya tetapi lebih
dalam rangka menegakkan komitmen suatu proses emansipasi, keadilan social, dan
transformasi social. Demikian juga pemilihan paradigma dan teori perubahan social adalah
suatu pemihakan berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Dalam rangka memahami pengaruh paradigma dan teori perubahan social terhadap
pembangunan, Dr. Mansour Faqih menguraikan 1. Peta paradigma dalam ilmu social
diantaranya paradigma dominative lawan emansipatoris, paradigma reformasi kearah
paradigma transformasi dimana paradigma ini digunakan untuk memahami dan menganalisis
suatu praktek social, 2. Paradigma fungsionalis, 3. Paradigma interpretatif, 4. Paradigma
humanis radikal, 5. Paradigma strukturalis radikal. Dengan pemahaman ke lima paradigma
akhirnya akan dipahami pula berbagai metodologi dan pendekatan proyek pembangunan
maupun aksi social di akar rumput, karena pada dasarnya metodologi dan teknik program
perubahan social maupun pembangunan serta teori-teorinya sangat konsisten dalam
mengikuti paradigma yang ada sehingga memberikan makna terhadap realita social,
mempengaruhi visi dan misi suatu teori social, mempengaruhi penentuan pendekatan di
dalam pelaksanaan program pembangunan.
Pada bagian lain buku ini memuat teori perubahan social dominan yang dikenal
sebagai bagian dari teori modernisasi dan teori pembangunan yang dapat mengantarkan
pemahaman terhadap dasar pandangan teori. Dr. Mansour Faqih menyajikan semua teori dan
paradigma modernisasi dan pembangunan yang berlandaskan paradigma kapitalisme juga
berbagai teori yang kemudian muncul dibawah pengaruh paradigma teori perubahan social
kapitalisme dan teori modernisasi dan pembangunan yang dicontohkan dengan teori basic
needs. Untuk memahami lahirnya teori modernisasi dan pembangunan dibahas tiga teori
social dan ekonomi terpenting yaitu teori ekonomi klasik, teori evolusionisme, serta teori
fungsionalisme yang banyak menyadur dari pemikiran W.W. Rostow dimana teori
pertumbuhannya sering dianggap sebagai pilar utama bagi teori pembangunan yang
menguraikan tentang pendekatan perubahan social dari pendekatan kapitalisme. Juga
disajikan mengenai motivasi karya David Mc-Clelland yang merupakan aplikasi terbaik dari
teori modernisasi.
Beberapa contoh yang disajikan dalam memperjelas teori perubahan social kapitalis
dan teori modernisasi pembangunan digunakan Negara-negara di wilayah Asia yang lebih
banyak menggunakan model teori pembangunan pertumbuhan cepat yang akhirnya
mengalami proses kejatuhan yang dikarenakan tidak dilandasi factor fondasi ideologis dan
paradigmatic teori pembangunan yang dianggap sebagai penyebabnya.
Pada bagian lain di analisis berbagai teori kritik dan reaksi terhadap paradigma dan
teori perubahan social yang berakar pada ideology mainstream kapitalisme yakni paradigma
dan teori modernisasi dan pertumbuhan. Paham dan teori kritik yang diungkap berangkat dari
paradigma dan analisis structural radikal dan paradigma radikal humanis tentang perubahan
social. Focus bahasanya diarahkan pada pembahasan berbagai teori kritik dan kritik terhadap
teori pembangunan pertumbuhan dan pemerataan.
Paradigma teori kritik yang digunakan merujuk pada pemikiran Karl Marx, Resnick
dan Wolf, juga pemikiran dari bukan marxis seperti Heilbroner. Yang akhirnya dikatakan
bahwa teori kritik sesungguhnya merupakan dasar teori perubahan social atau transformasi
social. Teori ini menempatkan masyarakat sebagai subyek perubahan social dalam
pembangunan yang akhirnya melahirkan berbagai metodologi partisipatori dalam berbagai
aspek. Juga model riset partisipatori.
Pembahasan paradigma dan teori kritik perubahan social diakhiri dengan penjelasan
tata ekonomi dunia masa depan yang berasumsi bahwa tidak mungkin untuk
mengembangkan suatu dunia yang adil dan demokratis dengan strategi masing-masing
Negara melakukan pembangunan dan pertumbuhan nasional, selain tidak sehat dan merusak
model pembangunan nasional mustahil melahirkan tata ekonomi dunia yang adil. Pada
dasarnya maju dan berhasilnya pembangunan dan pertumbuhan suatu Negara selalu dibayar
dengan keringat, penderitaan Negara lain dan bahkan tersingkirnya Negara lain. Model
kompetisi pembangunan dan pertumbuhan cepat atau lambat akan membawa konflik global.
Akhirnya teori kritik dan perubahan social ini mengajukan suatu strategi untuk mengarahkan
energy gerakan pada sumber surplus ekonomi, penyedotan surplus ekonomi global dengan
jalan mengurangi tingkat laba dan secara global memperhatikan persoalan pemerataan.
Setalah membahas teori perubahan social yang dominan yakni teori pembangunan
kapitalis serta teori-teori yang menjadi yang berpijak pada paradigma marxisme, buku ini
menjelaskan paradigma dan teori alternatif terhadap teori modernisasi maupun sosialisme
yang dikategorikan dalam teori alternatif , contohnya critical theory yang dikemukakan oleh
Stephen Leonard pada tahun 1990 yang disadur dari bukunya yang berjudul Critical Theory
in Political Practice. yang memberikan kritik terhadap institusi dan praktek social politik
yang ada dalam masyarakat yang tidak adil. Teori ini dikategorikan sebagai teori kritik
karena berdimensi praktis dikenal dengan istilah praxis yaitu suatu perenungan teoritik untuk
melakukan aksi perubahan social. Teori tersebut tidak dapat secara mudah masuk dalam
kategori paradigma dan aliran marxisme maupun pembangunan kapitalistik. Berbagai teori
yang masuk dalam kategori teori alternatif meliputi berbagai paradigma. Yang pertama
gerakan feminisme dengan berbagai alirannya, yang kedua teori alternative yang merujuk
pada teologi pembebasan khususnya gerakan pembebasan agama katholik di Amerika Latin
yang ditokohi oleh Gustavo Gutieres, yang ketiga pendekatan post modernisme. Sasaran
utama pada gerakan ini adalah persoalan power/knowledge yang merupakan kritik dari
Michel Foucault.
Gerakan post mordenisme dapat mencerahkan dan memberikan inspirasi secara
radikal dan kritis terhadap setiap usaha untuk melahirkan pemikiran alternative terhadap
pembangunan. Jika teori post modernism lebih melihat gagalnya develepmentalist dalam
menjawab tantangan rakyat selatan, sebaliknya justru mengantar semakin kokohnya
perusahaan multinasional untuk menguasai ekonomi politik dan budaya rakyat selatan, maka
terdapat juga pandangan yang lebih optimis dari teoritisi ilmu social untuk meletakkan teori
perubahan social agar tetap memainkan peran penting di masa depan. Pandangan ini disebut
atau dikenal dengan teori konvergensi pembangunan. Penganut teori konvergensi secara
optimis percaya akan kuatnya kecenderungan konvergensi antara teori perubahan social dan
pembangunan di masa mendatang, konvergensi antar berbagai teori yang tadinya
bertentangan diharapkan melahirkan sintesis yang akan bermanfaat bagi umat manusia.
Mereka tidak akan lagi memaksakan berlakunya satu tesis tertentu yang mewakili teori
perubahan social modernisasi, pembangunan, globalisasi, dependensia, sosialisme, maupun
yang lain. Namun, secara teoritik teori konvergensi belum benar-benar mampu
menggambarkan diri dan sosoknya sebagai suatu teori perubahan social alternative terhadap
globalisasi yang dikatakan sebagai jalan ketiga; yang terakhir ditawarkan oleh Giddens dalam
kenyataannya merupakan bagian dari gagasan neo-liberalisme dan menjadi bagian dari
globalisasi kapitalisme sehingga banyak yang meragukannya apakah benar-benar bisa
sebagai jalan ketiga.
Teori pembangunan yang lebih dikenal dengan paham develepmentalisme selain
dikembangkan dalam rangka membendung pengaruh dan semangat anti kapitalisme bagi
rakyat dunia ketiga juga merupakan siasat baru untuk mengganti formasi social kolonialisme
yang baru runtuh. Diskursus develepmentalisme yang lahir tahun 1949 telah resmi menjadi
doktrin kebijakan luar negri Amerika Serikat. Develepmentalisme dilontarkan dalam era
perang dingin untuk membentuk socialisme, sehingga ia merupakan bungkus baru dari
kapitalisme. Konsep pembangunan dan modernisasi yang kemudian dianut oleh rakyat dunia
ketiga pada dasarnya merupakan refleksi dari paradigma barat tentang perubahan social.
Development diidentikkan dengan gerakan langkah demi langkah menuju higher modernity.
Modernitas dimaksutkan merefleksi bentuk perkembangan dan kemajuan teknologi serta
ekonomi seperti yang dialami oleh Negara-negara industry. Konsep ini mempunyai akar
sejarah dan intelektualitas perubahan social yang diasosiasikan dengan revolusi industry di
Eropa. Interpretasi konsep pembangunan di sebagian besar dunia ketiga difamahami sebagai
general improvement in the standard of living.
Perbedaan yang terpenting era pembangunan dan globalisasi diantaranya jika
pembangunan lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi nasional dan melihat ke dalam
negri sendiri sedang globalisasi mendorong Negara untuk menjadi bagian dari pertumbuhan
ekonomi global dimana aktornya bukan hanya Negara tetapi perusahaan trans nasional, bank-
bank trans nasional serta lembaga keuangan multilateral seperti bank dunia dan International
Monetary Found (IMF), serta birokrasi perdagangan regional dan global seperti WTO,
NAFTA, APEC. Dengan penjelasan ini maka globalisasi lebih bisa dilihat sebagai
perkembangan dari kapitalisme liberal merupakan salah satu fase perjalanan panjang
perkembangan kapitalisme liberal yang secara teoritis sebenarnya telah dikembangkan oleh
Adam Smith. Globalisasi juga sesungguhnya kelanjutan dari kolonialisme dan
develepmentalisme sebelumnya dimana ditawarkan sebagai jalan keluar bagi kemacetan
pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. Sejak awal para ilmuwan kritis memikirkan perlunya
tata ekonomi yang adil serta bagi kalangan yang melakukan pemihakan terhadap yang lemah
telah dicurigai sebagai bungkus baru dari imperalisme dan kolonialisme.
Proses globalisasi yang ditandai dengan pesatnya kemajuan dari tingkat internasional
hingga tingkat local, berbagai korban terutama masyarakat adat kaum miskin kota dan
golongan marginal lainnya telah mulai dirasakan. Meskipun hamper semua pemerintah
menerima globalisasi dan mulai menyesuaikan kebijakan dan undang-undang dalam negeri
dengan kebijakan global menyangkut investasi perdagangan, pertanian, dan pertanahan pajak
hak paten dan lainnya namun sesunggguhnya rakyat di masing-masing Negara belum tentu
sepenuhnya menerima globalisasi akibatnya pada saat ini telah mulai tumbuh gerakan
resistensi terhadap globalisasi baik di tingkat internasional maupun local.
Penulis buku ini sangat cermat dan detail dalam memperhatikan setiap fenomena pada
teori perubahan social yang menggambarkan perubahan yang terjadi di dalam setiap fase
pembangunan dan setiap karakteristik wilayah, untuk dapat mengungkap akar permasalahan
dari setiap dampak teori pembangunan, penulis mengajukan pertanyaan yang menarik yang
kemudian mencari penyebabnya dan mencoba untuk menjawabnya dengan kajian teori,
sehingga bahasan dalam buku ini sangat menyeluruh dalam mengupas teori-teori
pembangunan dengan berbagai kelemahannya. Hubungan gagasan-gagasan dalam
mengungkapkan runtuhnya teori pembangunan dan globalisasi sangat logis dan teratur,
kemampuan analisis permasalahan dan penguasaan teori sangat kuat di miliki oleh penulis.
Contoh dan bukti pendukung yang di berikan sangat factual, logis dan cukup kuat untuk
mendukung pikiran utama dalam buku ini.
Data pendukung banyak digunakan dari data sekunder, persamaan buku ini dengan
buku yang bertema teori pembangunan yang lain adalah selalu sama dalam memulai melihat
lahirnya teori-teori pembanguan selalu dari teori marxisme dan teori kapitalisme yang
akhirnya kearah konsep globalisasi. Perbedaan; buku ini lebih bisa menerangkan kelemahan
dari berbagai teori pembangunan, serta memberikan kritik pada setiap fase implementasi
teori, serta mempu menemukan sisi kosong dari sejarah perjalanan teori pembangunan
dengan memaknainya sebagai paradigma yang jumlahnya lebih banyak dari yang
diungkapkan di buku yang lain.
Pada bagian kesimpulan penulis jelaskan mengenai prinsip-prinsip di dalam
menegakkan perubahan social di masa mendatang tidak mengabaikan perkembangan
kemanusiaan secara utuh, memiliki sensitivitas kultur pada minoritas, perubahan social
memberi ruang bagi penentuan nasib sendiri bagi kaum marjinal, harus menghormati
kedaulatan bangsa dan rakyat, hak azazi manusia, berlandaskan keadilan social. Sesuai
dengan tujuan di susunnya buku ini yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai
paradigma dan teori pembangunan bagi para praktisi lapangan yang terjun kemasyarakat
untuk melakukan aksi social.
Di dalam kesimpulan penulis tidak memberikan saran studi atau penelitian lebih
lanjut terkait dengan pembahsan topic. Daftar pustaka yang dicantumkan sangat lengkap,
yang sangat bermanfaat bagi para pembaca untuk memperdalam bahasan dari penulisan buku
ini.
PENUTUP
Dari pembahasan bagian demi bagian sampai dengan penutup dapat disimpulkan
bahwa penulis sudah bisa dikatakan berhasil memberikan pemahaman bagi para praktisi juga
akademisi untuk memahami teori pembangunan dan globalisasi, dengan mampu bersifat
objektif dalam menyampaikan prinsip-prinsip dalam menegakkan perubahan social di masa
mendatang.
Esensi penulisan buku ini untuk bidang keilmuan secara umum adalah menambah
pemahaman mengenai teori pembangunan dan berbagai kritik serta kelemahannya dan lebih
khusus dengan teortis yang ditampilkan dalam buku tersebut akan mempu mengembangkan
teori lain untuk menjawab kegagalan pembangunan dan menemukan konsep pembangunan
yang baru.
Manfaat artikel atau buku dan topi ini dalam mata kuliah Seminar Pembangunan dan
Publik Affairs bagi mahasiswa adalah kelengkapan materi bahasan dan tehnik penulisan yang
runtut mempermudah mahasiswa untuk memahami dan mendiskusikan sifat pembangunan
yang multidimensional dengan suatu pendekatan secara paradigmatic
Sejarah Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialis
1. Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-
ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya
dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 sM, masyarakat Yunani telah
menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berekonomi.
2. Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir tradisi
kaum ningrat. Ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mereka
yang mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis suatu
negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat
merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri
berbagai kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi
kemudian dikembangkan oleh Adam Smith.
3. Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi dasar
analisis ilmuwan modern sebab analisisnya berpangkal dari data. Konsep
pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah tangga yang
baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua macam nilai
barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang dan pinjam-
meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar saja, jika
menumpuk kekayaan dengan jalan minta/mengambil riba, maka uang menjadi
mandul atau tidak produktif.
4. Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang mengarang buku
Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon adalah
pertanian dipandang sebagai dasar kesejahteraan ekonomi, pelayaran dan
perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara, modal patungan
dalam usaha, spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor
pertambangan menjadi milik bersama.
5. THOMAS AQUINAS (1225-1274) seorang filosof dan tokoh pemikir ekonomi pada
abad pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua
menjadi keadilan distributife dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum
Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan dengan harga yang adil (just-price)
sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga
yang layak ini merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu
ekonomi.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilis
1. Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan
pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan
neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan .
2. Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya
pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis
dan pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan
internasional.
3. Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat
melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu
terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar
negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak,
kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi
industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang
rendah mendorong ekspor.
4. Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi
tingkat bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya logam-logam mulia
mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri serta jumlah uang yang beredar, dan
kecepatan uang beredar.
5. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan
proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang
menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam
perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat
1. Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis,
tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay.
Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah
hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
2. Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel
ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani, classe des
froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe stipendile yang
meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum
pekerja.
3. Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu
ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori
nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga
penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori uang yang
dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya
pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.
4. Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua
sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan
teori fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang mempersulit pengamatan
fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan gagasan ke arah
menemukan dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi
barter dengan nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik
1. Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat
mazhab pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional,
dan bertolak dari suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu
ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain secara normatif.
2. Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini
menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik,
dan dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa
secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.
3. Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar.
Teori harga merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan
bahwa proses produksi dan pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme
pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan penawaran itu akan
menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam susunan kehidupan
ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan perusahaan orang-
perorangan.
4. Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah,
pemikiran pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan
kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan
individulah yang menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian
politik ekonomi klasik pada prinsip laissez faire.
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik Adam Smith (1723-1790)
1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy
Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh,
perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada
masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay dan Turgot
dan Voltaire.
2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya besar
yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang
pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi yang mengoperasionalkan
dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh invisible hand, pemerintah
bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan
prasarana kelembagaan umum.
3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun
semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan
nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta
dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang
harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori tersebut
timbul konsep paradoks tentang nilai.
4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal.
Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk
pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah
akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi berlaku dana
upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan
tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer.
Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha
meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi.
Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini
meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan David Ricardo
1. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal
dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say
memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis serta logis.
Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan
dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap
penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam
perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over
production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan
terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya
sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
2. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum
Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834.
Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan
perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus
diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India College.
Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka
analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk
dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori
Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol
menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan
makanan bertambah secara deret hitung.
3. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar
Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode
pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan
pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis.
Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang
dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut
pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat
kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai
pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa
tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan
internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.
PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB SOSIALIS
Sejarah Pemikiran Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
1. Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan dengan doktrin laissez
faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi
pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori nilai, pembagian kerja,
teori kependudukan, dan the law of deminishing return, dan kritiknya karena
asumsi bahwa negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa.
2. Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan
Bastiat. Lauderdale mengajukan kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh
kelangkaan dan permintaan, sedangkan Muller dan List melihat bahwa nilai
barang ditentukan juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi juga oleh modal
spiritual dan modal mental. Demikian juga Carey melihat tentang teori nilai dari
segi teori biaya reproduksi, sedangkan Bastiat bahwa faktor-faktor yang
menentukan nilai barang adalah besarnya tenaga kerja yang dikorbankan pada
pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang menjadi karunia alam tidak
mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
3. Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan Malthus, dan tidak
mungkin dapat dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab
sangat tergantung pada kemauan manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang
selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin mempunyai fungsi untuk
menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai
keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat
pertambahan modal lebih cepat dari pertambahan penduduk.
4. Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi menjadi semakin
besar dan tidak dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller
berpendapat bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke dalam
perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan pembagian
kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan
produktif dalam usaha meningkatkan kekayaan bangsa.
5. Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang
beraliran falsafah utilitarian, bebannya sangat berat dalam mempelajari falsafah,
politik dan ilmu sosial, yang menjadikan mental breakdown. Kritik terhadap
ekonomi klasik terutama pada Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh Mill.
Sementara itu pemikiran ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem
ekonomi klasik adalah laissez faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum
lahan yang semakin berkurang, teori dana upah mendapat tantangan. Dalam era
inilah pemikiran Mill dituangkan dalam bukunya yang berjudul Principle of
Political Economy, dengan pemikiran yang eklektiknya.
6. Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang bersifat
deduktif dan bersama dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum
didukung dengan data empirik, di samping itu pembahasannya tentang teori nilai
tidak melihat dari biaya produksi, tetapi telah menggunakan sisi permintaan
melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi
lain dengan hukum distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital
investment yaitu keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam
meningkatkan produktivitas.
Ekonomi Mazhab Sosialis Utopis
1. Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini
biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan
cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis
utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella,
Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington..
2. Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516
Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis
Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623)
dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).
3. Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles
Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik
bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc
mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun
negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan
dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.
Ekonomi Mazhab Sosialis Ilmiah
1. Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang
ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia
belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan
memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi
oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.
2. Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya
memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak
usia muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan
masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya
sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di
Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu
Marx hidup dalam pembuangan.
3. Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi
menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan
konsentrasi, kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die
verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang
cenderung menurun.
4. Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar,
sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing
dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan
kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa.
Para pengusaha kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.
5. Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin
lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa
orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang
berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud
di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat
produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk
konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.
PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK
Perintis Analisis Marjinal
1. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang
dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis
barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa
perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan
perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger
menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu
barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya.
Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
3. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori
produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan
teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah
satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas
ekonomi
Teori Produktivitas Marjinal
1. Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam
karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi
pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua
menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas
sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi
yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
2. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat
menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan
teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang
secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal
upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil.
Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt
nya?
3. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi
produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya
juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal
ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini
merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri.
Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi
terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva
produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-
rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant
return to scale.
4. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk
telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga.
Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat
bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa
depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh
produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya
premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang.
Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang,
yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula
terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan
investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga
merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai
merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik.
Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat
bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi
merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti
pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial,
maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan
unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka
sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan
marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke
dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca,
maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan
pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai
sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan
modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang
yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini
dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua
masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni
aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat
membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya
terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi
kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan
welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja
lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus
konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada
surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat
digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya
telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata
menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal
perusahaan atau industri.
5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan,
karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata
membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan
tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-
bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah
harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Mazhab Institusionalisme
1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang
terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh
motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan
kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku
individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian,
ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam
pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan
memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan
perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel
ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial
sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan
bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks,
seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal,
persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang
banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan
lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan
pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis
telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses
produksi.
4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli
ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain.
Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya
aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan
melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif
1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia
mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen
disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen
mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang
abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai
teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan
data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang
menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis.
Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha,
reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa
tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di Universitas
Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial,
penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak
memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap
ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit,
statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan
politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku
dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran,
tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam
pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan,
dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek
kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok,
yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak
dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi
ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik
untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak
disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang
timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di
dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru.
Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full
employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan
produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas
kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan
kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian
pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi,
dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi
jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi
komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan
ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya
inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan
terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-
persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi
ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya
fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan
inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat
dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini
tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya
kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi
persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks,
oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang
sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan
perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan,
kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh
Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan
politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian
yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang
tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi
ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak
sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera
konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-
effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan
para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat
telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas
barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik.
Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti
kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian,
untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka
meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Sumber Buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman
Tentang iklan-iklan ini
Perkembangan Pemikiran Ekonomi dan Kontroversi
1. Perhatian terhadap ekonomi sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu, tetapi
kelahiran ekonomi sebagai ilmu sejak terbitnya buku Adam Smith tahun 1776 yang
berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth on Nations. Yang
kemudian Adam Smith dinobatkan menjadi Bapak Ilmu Ekonomi.
2. Struktur ilmu ekonomi adalah sehimpunan dari pengorganisasian konsep dan
generalisasi, serta metode keilmuan yang khusus menguji teori-teori pada setiap
disiplin ilmu yang bersangkutan. Penguasaan terhadap struktur ilmu akan
mempermudah bagi kita untuk memanfaatkannya dalam rangka pemecahan
masalah yang kita hadapi.
3. Pengertian teori ekonomi adalah abstraksi dari kenyataan ekonomi yang berupa
konsep-konsep tentang variabel, andaian, perilaku dan prediksi variabel dengan
metodologi yang jelas. Uraian teori dilakukan dengan sistematik yang konsisten.
4. Teori ekonomi berkembang terus karena masalah-masalah ekonomi yang dihadapi
manusia mengalami perubahan. Dalam usaha untuk menyelesaikan masalah
tersebut lahirlah pemikiran-pemikiran yang diakui sebagai teori. Teori ini
merupakan jawaban teoretik terhadap masalah tadi.
5. Ilmu ekonomi positif lebih menitikberatkan pada mencari alasan untuk
menjelaskan, mencari hubungan sebab akibat, serta berdasarkan hubungan sebab
akibat tersebut mengemukakan apa adanya. Sedangkan ilmu ekonomi normatif
adalah ilmu ekonomi itu dikembangkan berdasarkan kepentingan-kepentingan
tertentu dengan membahas pertimbangan etika dan nilai maka disebut ilmu
ekonomi normatif.
6. Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi bertujuan agar kita dapat mengetahui
perkembangan pemikiran dan teori ekonomi, memberi inspirasi, menanamkan
sikap demokratik dan toleran.
Kontroversi Teori Ekonomi
1. Ilmu ekonomi termasuk rumpun ilmu sosial yang mempelajari perilaku orang atau
masyarakat yang sering bertumpang-tindih dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dalam
perkembangannya menggunakan metode deduktif dan induktif. Disebabkan ilmu
ekonomi tidak dapat melakukan eksperimen-eksperimen yang terkendali seperti
halnya ilmu eksakta, maka ahli ekonomi harus memecahkan masalah metodologi
yang mendasar, dengan asumsi-asumsi yang tegas.
2. Ilmu ekonomi dalam menarik kesimpulannya berusaha memisahkan dengan tegas
deskripsi dari perimbangan nilai, menghindari kekeliruan post hoc, dan kekeliruan
komposisi, mengakui adanya subjektivitas yang tidak terelakan dalam teori dan
kebijakan. Suatu cara yang paling meyakinkan agar pola berpikir tetap lurus
dalam penggunaan metode ilmiah.
3. Pandangan para pemikir dan kritisi ekonomi tidak selalu sama untuk menjawab
masalah realitas ekonomi, sehingga menimbulkan perbedaan, dan menimbulkan
kontroversi. Beberapa sumber penyebab terjadinya kontroversi dalam teori
ekonomi adalah kesulitan untuk merumuskan hipotesis yang tepat, perilaku
ekonomi, dan kadar nilai baik disengaja atau tidak, ikut memasuki pembahasan.
4. Kontroversi dapat mencapai penyelesaian, jika salah satu teori terbukti lebih
relevan menjelaskan realitas ekonomi. Hal ini dapat diketahui melalui pengujian
teoretik maupun empirik. Tetapi peranan nilai juga dapat mempertajam terjadinya
kontroversi. Dengan demikian, salah satu usaha untuk mencapai rekonsiliasi
adalah dengan mengurangi peranan nilai dalam teori.
Tokoh-tokoh Pemikir Ekonomi
1. Aristoteles merupakan orang yang pertama yang memberikan batasan terhadap
ekonomi, dalam karyanya berjudul Politika menjelaskan tentang Oeconomicus dan
Chrematisticus membahas segi-segi perdagangan dan produksi dengan nilai-nilai.
Jadi segala aspek yang terkandung dalam produksi, harga, pasar, uang, tingkat
bunga telah menjadi perdebatan massa.
2. Mazhab Praklasik yaitu kaum Merkantilis yang dipelopori oleh Thomas Mun
(1571-1641), Jean Baptist Colbert (1619-1683), merupakan pemikir ekonomi mulai
zaman Renaissance sampai pertengahan abad ke-18. Mereka berpendapat bahwa
kekayaan bisa bermanfaat bagi negara agar bisa kuat dan jaya negara harus kaya,
harus banyak memiliki banyak logam mulia.
3. Kaum Pisiokrat, tokoh-tokohnya Francois Quesnay (1694-1774), Jaques Turgot
(1721-1781), lingkungan arus barang dan uang. Quesnay dan Tableau
Economique. Sektor Pertanian sebagai satu-satunya sektor produktif. Produksi
masyarakat secara netto (product net). Tingkat sewa tanah dan kecenderungan
(hukum) semakin menurunnya tingkat imbalan jasa (law of diminishing return).
4. Adam Smith lahir pada tahun 1723 di Kirkaldy, Skotlandia. Bapak ilmu ekonomi,
Guru Besar pada Universitas Glasgow, dan pelopor dalam Mazhab klasik. Karya
besar yang ditulis adalah berjudul :The Theory of Moral Sentiments yang terbit
sekitar 17 tahun sebelum buku yang sangat terkenal yaitu An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations. Inti pokok-pokok pikiran yang telah
dikemukakan oleh Adam Smith adalah dasar falsafah tata susunan masyarakat
agar didasarkan atas hukum alam yang secara wajar berlaku dalam dunia nyata
(the order of things according to natural law ). Pembagian kegiatan dan
spesialisasi, teori tentang nilai dan harga barang, pembagian hasil produksi di
antara faktor produksi, tenaga kerja (upah), tanah (sewa tanah), modal (bunga),
pengelolaan usaha (laba). Kebebasan individu dan kemandiriannya akan
membawa keserasian ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat Laizez fair, laizzez
fasser.
5. David Ricardo lahir pada tahun 1772 di Inggris, seorang praktisi yang berasal dari
keluarga pedagang sebagai stock broker, tidak pernah menuntut pelajaran formal
di sebuah lembaga pendidikan tinggi. Bukunya yang adalah Principles of Political
Economy and Taxation terbit pada tahun 1817. Ricardo penganut Laissez Faire,
dan mengembangkan dasar teori nilai yang terkenal dengan labor theory of value.
Pergaulannya sangat luas, dan kenal dengan James Mill, Jeremy Bentham , Jean
Baptiste Say. Perangkat teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat
pokok permasalahan, yaitu (1) teori tentang nilai dan harga barang dan berkaitan
dengan itu, (2) teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari
seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga
dan laba, (3) teori tentang perdagangan internasional, dan (4) teori tentang
akumulasi dan perkembangan ekonomi.
6. Alfred Marshall adalah Guru Besar di Cambridge University, Inggris, pakar
mazhab Neoklasik, buku karangannya yang terkenal adalah The Principles of
Economics, terbit pada tahun 1890. Marshall berhasil menurunkan kurva
permintaan, mekanisme pasar adalah bekerjanya kekuatan penawaran dan
permintaan, merapikan teori surplus konsumen, utilitas marginal uang, ilmu
pengetahuan berjalan secara evolusioner, natura non facit saltum. Teori tentang
perilaku konsumen (theory of consumers behavior). Teori disutility tentang upah
pengorbanan oleh pihak tenaga kerja. Teori waiting tentang bunga imbalan jasa
bagi pemilik modal yang bersedia menunggu. Perpaduan antara nilai subjektif
pada faedah marginal dengan unsur objektif pada biaya marginal. Pendekatan
Marshall berpola pada ekuilibrium parsial. Ekuilibrium sementara, ekuilibrium
jangka pendek dan ekuilibrium jangka panjang.
7. John Maynard Keynes lahir tahun 1883 di Inggris adalah putera seorang ekonomi
penganut aliran Klasik bernama John Neville Keynes. Buku hasil karyanya adalah
pertama The Economic Consequences of the Peace, (1919) kedua, A Treatise on
Money, 2 Vol (1930) dan yang ketiga yang sangat populer yaitu The General
Theory of Employment, Interest and Money (1936). Sumbangan Keynes yang
terkenal dalam teori ekonomi antara lain perangkap likuiditas, tingkat suku bunga
yang inelastik terhadap permintaan investasi, ketegaran upah, keseimbangan
dalam pengangguran dan intervensi pemerintah untuk menyelamatkan
kapitalisme. The General Theory merupakan jawaban yang diberikan Keynes
terhadap depresi ekonomi tahun-tahun 1934-an, yang tak kunjung datang dari
pemikir kaum Neoklasik.
Sumber buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman
Tentang iklan-iklan ini
PERKEMBANGAN DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI EKONOMI
Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi.
Paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori yang mendukung perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut antara lain: Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan negara.
Ekonomi Sebagai Subsistem Masyarakat
Di dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat.
Pemahaman Ekonomi dan Sosiologi sebagai Disiplin Ilmu
Baik ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran.
Dengan sendirinya dalam pemenuhan kebutuhannya atau dalam melakukan tindakan ekonomi, seseorang akan berhubungan dengan institusi-institusi sosial seperti pasar, rumah sakit, keluarga dan lainnya. Smelser kemudian mendefinisikan ilmu ekonomi: “Studi mengenai cara manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa memakai uang, untuk menggunakan sumber daya produktif yang dapat mempunyai alternatif untuk menghasilkan berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk konsumsi, sekarang atau masa depan, di antara berbagai orang dan kelompok orang dalam masyarakat.
Sedangkan sosiologi merupakan disiplin ilmu yang berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sebagai hal-hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat di mana terjadi proses-proses perubahan seperti pertumbuhan kapitalisme pada akhir abad ke-15; perubahan-perubahan di bidang sosial dan politik perubahan yang berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme; lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18 serta revolusi Perancis.
Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.
Proses Produksi
Dalam sebuah proses produksi, rumah tangga produksi (organisasi produksi) dan rumah tangga konsumen dilibatkan. Proses produksi membutuhkan perangkat teknis, yaitu faktor-faktor produksi (secara lebih spesifik adalah faktor modal seperti mesin-mesin pabrik dan sumber daya alam sebagai bahan baku). Untuk melangsungkan proses itu diperlukan tenaga kerja yang juga menjadi faktor produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan pula peranan okupasi untuk memungkinkan produksi barang dan jasa oleh rumah tangga produksi (organisasi produksi). Terdapat dua macam organisasi produksi, yaitu organisasi formal dan informal.
Proses produksi ini dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur masyarakat.
Proses Distribusi atau Tukar-Menukar
Dengan mempelajari ciri-ciri pasar yang di dalamnya terdapat tukar-menukar dan menjadi ajang pertemuan antara produsen dan konsumen, kita dapat menilai apakah kepentingan ekonomis dapat dijembatani dengan kepentingan sosiologis. Akan lebih menguntungkan apabila keduanya dapat dijembatani sehingga kelanggengan masyarakat dapat dipertahankan.
Dalam proses pertukaran atau distribusi ini terlihat proses relasi antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil produksi saja proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses distribusi kita dapat melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Dalam proses inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan penawaran kita semakin melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial.
Jenis Perubahan Sosial
Setiap masyarakat mempunyai kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Namun ciri penting kehidupan manusia adalah tingkat perubahan yang dialaminya.Dalam mengamati perubahan ekonomi, sosial, politik, para teoritis menggunakan berbagai label dan kategori teoritis yang berbeda untuk menggambarkan ciri-ciri dan
struktur masyarakat lama yang telah runtuh dan tatanan masyarakat baru yang sedang terbentuk. Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaft dan Gesellschaft, Durkheim mengamati dengan solidaritas mekanik dan organik, Comte menguji dengan tiga tahap perkembangan, yaitu teologi, metafisik, dan positif.
Aspek Sosiologi Pembangunan Ekonomi
Proses pembangunan dalam sebuah masyarakat bergerak dalam suatu garis lurus, yaitu dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Rostow membagi proses perkembangan masyarakat menjadi lima tahap, yaitu masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan, dan zaman konsumsi masal yang tinggi. Rostow juga membicarakan tentang akan adanya sekelompok wiraswasta, yaitu orang-orang yang berani melakukan tindakan ekonomi dengan risiko
Perubahan Struktur yang Terkait dengan Pembangunan
Dalam proses pembangunan akan selalu melibatkan diferensiasi struktural. Hal ini terjadi karena dalam proses pembangunan, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalani berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjelaskan satu fungsi yang lebih khusus.
Demikian pula halnya dengan sistem ekonomi. Perubahan yang terjadi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern tentunya membawa pengaruh bagi sistem ekonomi yang berada di dalam struktur yang berubah itu. Diferensiasi dalam kegiatan ekonomi tersebut dapat dianalisis dalam tiga masalah pokok; teknologi yang diaplikasikan dalam industri; nilai-nilai yang mengatur tingkah laku ekonomi; dan organisasi industri.
Konsep Pasar dengan Persaingan Bebas
Pasar bebas yang dijiwai oleh individualisme terciri lewat prinsip kebebasan dan kemandirian manusia yang hakiki maka biarkanlah manusia mengatur perekonomiannya sendiri, negara tak perlu ikut campur karena hukum alam yang mewujud dalam the invisible hand akan mengatur itu (asumsi Laisser Faire). Negara pun sebagai institusi yang dibentuk oleh individu agar menjadi alat pencapaian kepentingan tidak perlu merisaukan kecenderungan manusia yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan mencari nikmat. Walaupun manusia pencari kenikmatan tetapi kenikmatan itu adalah kenikmatan bagi sebagian besar orang bukan segelintir saja (utilitarianisme). Dan, mekanisme itu semakin dijaga dengan perencanaan dan penghitungan yang matang berdasarkan dalil optimalitas Pareto, karena pastilah sebuah sistem perekonomian, terlebih lagi sistem perekonomian pasar bebas, menginginkan alokasi yang efisien dan produktif.
Dengan memahami hal ini kita mengetahui bahwa pasar bebas sebagai sebuah sistem ekonomi yang meminimkan campur tangan negara bahkan jika dapat ditiadakan dan menyerahkan keberlangsungan sistem itu pada dinamika pasar (pertemuan permintaan dan penawaran), yang dilatarbelakangi oleh paham individualisme, utilitarianisme, optimalitas atau efisiensi Pareto, serta asumsi laissez faire. Masing-masing paham dan konsep memiliki andil dalam membentuk wajah pasar bebas yang ada saat ini (WTO).
Memahami Kritik terhadap Pasar BebasSecara singkat kita melihat bahwa banyak kritik dapat dilontarkan terhadap pasar bebas karena secara etis pasar bebas sendiri tidak begitu mendapat dasar yang kuat dan secara praktis pasar bebas ternyata mengandung berbagai kelemahan yang mungkin sebelumnya tidak diperkirakan atau memang sudah tetapi dibiarkan saja, seperti: kecenderungan monopoli dan tidak meratanya pendapatan untuk setiap pelaku ekonomi.
Konsep Rasionalitas dalam Pengelolahan Pasar Bebas dan KegagalannyaRasionalitas yang kaku tanpa memikirkan kemultidimensionalan manusia akan menemui kegagalan seperti ketika para ekonom ortodoks memformulasikan pasar bebas (sistem ekonomi pasar) yang terwujud saat ini. Kegagalan itu tampak dalam adanya informasi asimetrik dalam pasar, eksternalitas, dan kecenderungan monopoli dalam pasar bebas. Sebelumnya, kegagalan itu ditandai dengan adanya banyak dilema seperti dilema efisiensi dan pemerataan serta kasus Nash (The Prisoner’s Dilemma). Untuk menyikapi, (kegagalan itu) reevaluasi atas rasionalitas perlu dilakukan dan dicoba diterapkan untuk memperbaiki kegagalan tersebut. Rasionalitas seperti itu telah dipaparkan dalam bagian tadi yang di antaranya meliputi: keterbukaan dan intervensi pemerintah.
Ukuran Dampak Mobilitas
Data dan informasi mengenai mobilitas penduduk sangat penting artinya bagi kebijakan persebaran penduduk dan pembangunan daerah, yang dikaitkan dengan daya dukung dan daya tampung suatu wilayah, dan dengan strategi penentuan tempat-tempat industri yang menarik penduduk untuk bermukim dan sebagainya. Akan tetapi untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan pencatatan yang akurat pula, terlebih mengenai data mobilitas. Data mobilitas terbagi menjadi dua, yaitu data tentang individu, dan data tentang populasi atau agregat.
Mobilitas tidak hanya dipandang melalui pendekatan ekonomi, tetapi juga dilihat melalui pendekatan sosial dan politik. Namun karena sebagian besar dari alasan pindah ke kota adalah alasan ekonomi maka ada beberapa model ekonomi untuk migrasi dari desa ke kota, yaitu: model biaya (cost/benefit); model pendapatan yang diharap (expected income); model pertautan antarsektoral (intersectoral linkage).
Konsekuensi Sosial dan Mobilitas
Di antara banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya mobilitas penduduk, pada umumnya faktor ekonomi dianggap sebagai alasan utama mengapa terjadi mobilitas penduduk dari desa ke kota. Mobilitas penduduk mengubah struktur ekonomi masyarakat desa yang semula berorientasi pada ekonomi keluarga menjadi ekonomi pasar.
Di samping itu mobilitas penduduk dari desa ke kota menjadi salah satu kekuatan yang mengubah kehidupan sosial masyarakat desa. Perubahan-perubahan tersebut antara lain : perubahan gaya hidup, peranan wanita, kehidupan remaja, struktur keluarga dan jaringan kekerabatan, hubungan antara anak dan orang tua, solidaritas sosial, hubungan patron-klien, dan partisipasi politik.
Sumber DayaPengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Dengan semakin berkembangnya teknologi yang mengelola sumber daya alam, teknologi harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup sehingga teknologi nantinya bukanlah menjadi masalah baru dan berat di dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Ekonomi Eksternal
Peranan relatif sumber daya alam dalam perkembangan ekonomi cenderung untuk turun bila perekonomian itu semakin berkembang. Hal ini disebabkan antara lain oleh karena ada beberapa kondisi terhambatnya penggunaan optimal dari sumber daya alam yang disebabkan oleh kegiatan perekonomian.
Dengan perkembangan ekonomi, banyak sumber daya alam yang harus diolah sehingga akan mengurangi sumber daya alam yang ada, khususnya sumber daya alam yang bersifat sebagai persediaan. Demikian pula sumber daya alam yang bersifat dapat pulih, bila penggunaannya tidak hati-hati maka sumber daya alam jenis ini akan menjadi langka. Namun dengan semakin langkanya sumber daya alam yang tersedia mendorong kemajuan dengan menciptakan barang-barang substitusi dan menimbulkan semangat menciptakan inovasi. Dengan demikian, manusia diharapkan dapat mengembangkan teknologi sambil memanfaatkan sumber daya alam lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungannya.
Analisis Ekologi, Organisasi Ekologi dan Stratifikasi
Pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia makin meningkat, sementara kualitas lingkungan juga makin baik. Dalam rangka pengembangan lingkungan hidup maka manusia dan masyarakat menduduki peranan sangat menentukan. Manusia dan masyarakat bisa jadi perusak, tetapi bisa juga menjadi pembangun lingkungan. Tanpa manusia dan masyarakat tidak ada masalah lingkungan hidup.Sumber buku Sosiologi Ekonomi karya Manase MaloMasalah lingkungan justru timbul akibat ulah manusia dan masyarakat. Dengan demikian yang perlu diusahakan adalah manusia dan masyarakat tergerak terdorong kesadaran diri untuk mengembangkan lingkungan hidup.
Pemahaman Aspek-aspek pemerataan pembangunan Nasional
Pembangunan suatu negara tidak hanya dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga harus dilihat dari segi pemerataan pembangunan itu sendiri sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu negara. Ketidakmerataan dalam suatu pembangunan nasional sesungguhnya tidak terbatas dari masalah kemiskinan saja. Golongan masyarakat miskin muncul sebagai akibat perubahan struktur ekonomi menuju modern yang tidak seimbang. Model perubahan struktur yang disampaikan Lewis belum bisa menciptakan terwujudnya pertumbuhan dan pemerataan, khususnya di negara-negara berkembang. Teori trickle down effect yang menyatakan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan-ketimpangan ekonomi dapat teratasi dengan jalan penetesan hasil pertumbuhan ekonomi dari lapisan atas ke lapisan bawah, tidak dapat digunakan lagi.
Pemerataan dan Masalah Kemiskinan
Ketidakmerataan dalam pembangunan nasional sesungguhnya tidak terlepas dari kemiskinan. Bila dalam suatu pembangunan mengabaikan pemerataan ekonomi maka dampak yang timbul dari pembangunan tersebut adalah masalah-masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Pemerataan input merupakan usaha untuk mendistribusikan kesempatan-kesempatan dalam segala sektor kehidupan masyarakat dengan seadil-adilnya dengan mengusahakan program-program penunjang sebagai suatu proses awal. Kemudian berlanjut pada pemerataan proses, yang mulai membedakan faktor status sosial, suku, pendidikan, agama dan kondisi ekonomi. Sedangkan pemerataan output cenderung melihat bagaimana keberhasilan seseorang dalam mengakomodasikan kesempatan-kesempatan pemerataan yang telah diberikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Kerangka Pemikiran Menuju Pemahaman Realitas Sumber Daya Manusia
Dalam memahami realitas sumber daya manusia secara luas pada tempat tertentu, dibutuhkan beberapa pendekatan atau pun kerangka pandang yang cukup memadai. Salah satu pendekatan yang selama ini dipakai adalah pendekatan kependudukan.
Melalui pendekatan kependudukan dapat diambil berbagai macam keuntungan, antara lain: dapat diketahui informasi dasar tentang penduduk yang mencakup distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya. Dengan melihat distribusi penduduk pada umumnya dimaksudkan untuk menganalisis dinamika perkembangan penduduk dan kebutuhannya. Hal ini terutama dikaitkan dengan variabel-variabel demografi, yaitu: kelahiran, kematian, perkawinan, gerak penduduk teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status) yang mempengaruhi sumber daya masyarakat secara umum.
Kualita Hidup sebagai Tolok Ukur Realitas Sumber Daya Manusia
Dalam memahami realitas sumber daya manusia, diperlukan kajian yang lebih operasional sehingga penjelasan yang memadai terhadapnya dapat diperoleh. Salah satu bentuk kajian operasional tersebut dapat dilihat dari kerangka pandang demografi atau studi tentang kependudukan. Banyak teori-teori dalam studi kependudukan, berkembang dan cukup dapat menjadi pisau analisis kita dalam memahami sumber daya manusia secara umum (walau kita tidak boleh lepas dari otokritik terhadapnya) seperti teori Malthus atau teori transisi demografis. Satu hal yang penting untuk diingat adalah bahwa mempelajari penduduk, tidak terbatas hanya dalam angka-angka saja. Para ahli kependudukan beraliran sosial malah mengatakan bahwa perubahan penduduk merupakan hasil dari kondisi sosial-ekonomi penduduk yang bersangkutan. Berarti selain studi-studi kuantitatif dapat diadakan, penduduk juga dapat dipelajari dengan pengamatan yang lebih mendalam menggunakan studi kualitatif guna mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi kondisi tertentu.
Sumber Buku Sosiologi Ekonomi Karya Manase Malo
Tentang iklan-iklan ini
Ruang Lingkup Ekonomi dan implementasinya
Kata ekonomi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum”, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.Sementara yang dimaksud ilmu ekonomi menurut ahli ekonomi adalah orang yang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.Sebuah ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Secara umum, subjek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara yang palingterkenal adalah mikroekonomi dan makroekonomi. Selain itu, subjek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) dan normative,mainstream dan heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teoriekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang moneter, seperti penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnyaekonomi adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah“pembuatan keputusan” dalam berbagai bidang dimana orang dihadapkan pada pilihan-pilihan, misalnya bidang politik, pendidikan, pernikahan, kesehatan, hokum, kriminal, perang dan agama. Menurut Gary Backer dariUnivercity of Chicago “ Ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembelajaran IPS dalam kaitannya dengan ekonomi berkenaan dengan bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan individu maupun kebutuhan kelompok. Pembelajaran ekonomi dibatasisampai gejala dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam memenuhi kehidupannya dari berbagai macam pilihan-pilihan.Jadi yang dipelajari Ekonomi adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, maka ruang lingkup ekonomi adalah1. Substansi materi ilmu ekonomi yang bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat2. Gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan bermasyarakat.
Kedua hal tersebut dipelajari dalam ekonomi secara terpadu, karena pengajaran ekonomi tidak hanya sekedar penyajikan materi-materi melainkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutanmasyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran ekonomi harus selalu menggali materi-materi yang bersumber dari potensi alam serta potensi manusia.
Tujuan Ekonomi
Tujuan dari ekonomi adalah sekurang-kurangnya meliputi:a. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan manusia;b. membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternative pemecahan masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupan manusia; danc. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan ilmu ekonomi sesuai dengan perkembangan kehidupanmanusia dan perkembangan ilmu dan teknologi.Hal tersebut menjadi tanggungjawab yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran ekonomi di berbagai bidang pendidikan dengan disertai keluasan, kedalaman, dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.
B. Konsep DasarKonsep Dasar EkonomiKonsep adalah suatu pengertian yang disimpulkan dari sekumpulan fakta yang memiliki ciri-ciri yang sama. Konsep merupakan pembedaan dan pemilikansecara sadar atas pengalaman persepsi yang pernah diperoleh.
Menurut Heilbroner, ilmu ekonomi pada dasarnya mempelajari bagaimana manusia memecahkan tantangan dalam memenuhi kebutuhannya. Senesh mengemukakan 5 (lima) langkah konsep dasar dari ilmu ekonomi sebagaiberikut.
1. Konsep dasar sentral adalah kelangkaan, bahwa setiap masyarakat dihadapkan pada masalah kebutuhan yang tidak terbatas berhadapan dengan sumber-sumber produksi yang terbatas.2. Karena sumber yang langka ini, orang harus berupaya mengembangkan metode produksi yang baru hingga timbullah spesialisasi yang lebih menguntungkan.3. Sistem spesialisasi menyebabkan ketergantungan antara yang satu dengan lainnya sebab itu perlu suatu sistem moneter dan sistem transportasi.4. Setiap masyarakat yang ingin dan memerlukan sesuatu harus ke pasar, untuk memperoleh barang dan jasa maka akan terjadi interaksi pembelian dan penjualan sehingga terbentuk harga dengan segala perubahanperubahannya.5. Keputusan yang terjadi di pasar dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah dalam tujuannya yaitu kesejahteraaan masyarakat.
Implementasi Konsep dasar Ekonomi
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisis ekonomi adalah pembuatan keputusan dalam berbagai bidang di mana orang dihadapkan padapilihan-pilihan, seperti dalam bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker adalah perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya,tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya tersebut kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.
Sementara itu, para ahli ekonomi mainstream memandang bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam hal ide, konsep, dan metodenya, meski menurut pendapat sebagian kritikus ekonomi perubahan tersebut dipandang merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?
Konsep dasar ekonomi dan implementasinya tidak terlepas dari adanya teori ekonomi dan sejarahnya. Sejarah perkembangan teori ekonomi lekat dengan pemikiran kapitalisme yang dapat dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang kali pertama memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan antara yang bersifat natural atau innatural.Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendaki. Transaksi unnatural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial takterbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dari transaksi ini adalahperdagangan moneter dan retail yang diejek sebagai unnatural dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak banyak dipuji oleh para penulis Kristen Abad Pertengahan.Aristoteles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yangbaik ala Aristotles”. Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah professor ilmu politik padaTakshashila University pada masa India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya.Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli’s The Prince. Berbagaimasalah yang dibahas dalam karya tersebut masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaimana konsep manajemen yang efisien dan solid, juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isukesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. Ibnu Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena. Dia menunjukkan bahwa kepadatan populasi terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang dari segi sebaliknya dapat mengakibatkan penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkankonsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafatlaissez faire.
Di era Reformation pada abad 16, ide tentang perdagangan bebas munculyang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius.Kebijakan ekonomi di Eropa selama akhir Abad Pertengahan dan awal renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja. Pertukaran ekonomi diaturdengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan keagamaan dalam masalah penyewaan.Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkaitkemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda.Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannyadengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan.Dengan cara itu, negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa early modern period, mercantilis hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan initercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payment.Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad ke 16 dan 18, dan kerap disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan initerkait dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya dominan.Mercantilism adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya freetrade di Britain pada tahun 1830-an.Di bawah mercantilism, European Merchants diperkuat oleh sistem kontroldari negara, subsidies, dan monopolies, yang menghasilkan kebanyakanprofits dari jual-beli bermacam-macam barang. Di bawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism adalah the opening and well-balancing of trade; the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of prices….Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals. Mercantilists juga berpendapatbahwa bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan tarif perlindungan monopoli (monopoly protective tariffs), untuk meningkatkanproduksi dalam negeri dari manufactured goods.
Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya, makamereka harus mendapatkan koloni yang memungkinkan mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agartidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.Selama the enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, yang oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisanawal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras.Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon (1680-1734), oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang sebenarnya.Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni penawarandan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter “pra-Austrian” yang canggih, yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung laissez faire. Dia pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum danmempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja, meski akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation andDistribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertaniansebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saatmenjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasanekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang, di manakedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oleh nilai guna, bukan nilai kerja.Tokoh lainnya, Anders Chydenius (1729–1803) menulis buku The NationalGain pada 1765 yang menerangkan ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara ekonomi danmasyarakat dan meletakkan dasar liberalisme, sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalam The Wealth ofNations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh
anggota masyarakat.Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan abad 18, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith menantangdasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlahkeseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanyadapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipunbegitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith’s The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yangdiajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam distribusi barang danjasa karena hal itu akan mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith’s thesis berkeyakinan bahwasebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai invisible hand dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri.Smith adalah salah satu tokoh dalam era classical economics dengan kontributor utama John Stuart Mill dan David Ricardo. Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19 berfokus pada wealth yang didefinisikannya secarakhusus dalam kaitannya dengan nilai tukar objek atau yang sekarang disebut dengan price.Pertengahan abad 18 terjadi peningkatan industrial capitalism, yang memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangandan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks, dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of production.Hasil dari proses tersebut adalah industrial revolution, di mana industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Selama masa ini pula, capitalism menandai perubahan hubunganantara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan produksi daricash crops untuk pasar lebih dari pada yang digunakan untuk feudal manor.Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture.Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Selama masa pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Inggris dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism. Laissezfairemendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840sdengan persetujuan Corn Laws and Navigation Acts. Sejalan dengan ajaranclassical political economists yang dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market economy.Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari
Georg Wilhelm Friedrich Hegel menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxistberlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan olehclassical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkanoleh Marx.Pemikiran Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada eksploitasi kelas pekerja. Pendapatan yang diterima oleh pekerja selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil olehkaum kapitalis dalam bentuk profit.Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai finance capitalism, yang dicirikan dengan subordinasi proses produksi ke dalam accumulation ofmoney profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies, kepemilikan dan managemen dari industri oleh financiers berpisah dariproduction process, dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market dan corporate memegang capital melalui kepemilikan stock.Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators. Akhir abad 19 juga muncul marginal revolution yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity.Akhir abad 19 dan awal abad 20 kapitalisme juga disebutkan segagai era monopoly capitalism, yang ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phaseof capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan dicirikan dengan pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.Dalam perkembangan selanjutnya, ekonomi menjadi lebih bersifat statistical, dan studi tentang econometrics menjadi penting. Statistik memperlakukanprice, unemployment, money supply dan variabel lainnya serta perbandingan antar variabel-variabel ini menjadi sentral dari penulisan ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi.
Pada kwartal terakhir abad 19, kemunculan dari large industrial trusts mendorong legislation di Amerika untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini. Secara berangsur-angsur pemerintah federal Amerika memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long Depression dari tahun 1870-an dan 1880-an dan Great Depression dari tahun 1930-an berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s, Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat dari global depression.Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada tahun 1920-an, dan menjadi kesepakatan bersama pada tahun 1930-an oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking
dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya General Theory of Employment, Interest and Money menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada tahun 1930-an, negara memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia.
Pada tahun 1929, sebagai contoh, total pengeluaran pemerintah Amerika Serikat (federal, negara, and lokal) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP. Pada tahun 1970-an jumlahnya meningkat mencapai sepertiga.Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies, seperti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat. Sistem economi ini seringkali disebut dengan mixed economies.Selama periode postwar boom, penampakan yang luas dari new analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk menjelaskan social and economic trends dari masa ini, yang mencakup konsep post-industrial society dan welfare statism. Fase dari kapitalisme sejak awal masa pasca perang hingga 1970-an memiliki sesuatu yang kerap disebut sebagai state capitalism, terutama oleh pemikir Marxian.
Banyak ekonom menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah perang dunia II hingga akhir 1970-an. Pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, yang dibentuk pada akhir 1940-an dan awal 1950-an oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.
Pada akhir abad 20 terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk. Keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutioner dibandingkan pertukaran yang abstrak.Pemahaman terhadap risk menjadi signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics, di mana risk-return trade off menjadi keputusan penting yang harus dibuat.
Masa postwar boom yang lama berakhir pada tahun 1970-an dengan adanya economic crises experienced mengikuti krisis minyak pada tahun 1973.Stagflation dari tahun 1970-an mendorong banyak economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy yang diilhami oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19, terutama dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat dalam capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada tahun 1980-an.Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph Stiglitz.
Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas di sini seperti karena mempengaruhi modern economic dan menghasilkan dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets,dan Third-World Debt Relief.Jadi, konsep dasar ekonomi dan implementasinya tercermin dalam kegiatan pasar,
perbankan, industri, perkembangan harga, penawaran, permintaan dan lain sebagainya dalam aspek kehidupan manusia. Bagian yang tak kalah penting adalah aspek manusia yang merupakan sumber dari segala daya.
Tentang iklan-iklan ini
top related