Transcript
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang
tumbuh berderet menyamping pada batang kayu yang telah lapuk, Jamur ini
memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit
kerang (tiram) tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe
atau stalk). Jamur termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga
tidak bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Oleh
karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah di buat manusia atau
yang dihasilkan oleh organisme lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki komoditas pertanian yang
beragam jenisnya. Keragaman komoditas ini merupakan aset yang potensial
untuk dikembangkan. Salah satu komoditas hortikultura yang kompetensi untuk
dikembangkan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostereatus). Daerah penghasil
jamur di Indonesia masih di dominasi oleh wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Beberapa komoditas jamur yang banyak dibudidayakan di Jawa Barat adalah
jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur shitake. Sebagai sentra jamur di
Jawa Barat tersebar di beberapa daerah Lembang, Cisarua, Pengalengan dan
Cipanas yang merupakan lokasi ideal, serta memiliki iklim yang cocok untuk
budidaya jamur tiram (Parjimo & Agus Andoko, 2009).
1
Menurut data yang dibuat BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi sayur
masyarakat Indonesia pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8 kg/kapita/tahun.
Badan kesehatan makanan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi
sayuran untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun.
Dari kedua data tersebut terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia
belum separuhnya dari rekomendasi FAO. Kondisi inilah yang menjadikan
peluang usaha jamur konsumsi di dalam negeri masih sangat terbuka lebar
(Parjimo & Agus Andoko, 2009).
Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) juga merupakan jamur kayu yang
sangat diminati masyarakat luas karena memiliki cita rasa tinggi dan nilai gizi
yang banyak Kalori (Energi), Protein, Karbohidat, Lemak, Thiamin, Robiflavin,
Niacin, Ca (kalsium), K (kalium), P (fosfor), Na (natrium), Fe (besi), (Parjimo &
Agus Andoko (2009). Menurut Sinaga (1990), jamur tiram mempunyai protein
yang lebih tinggi dibandingkan kandungan protein secara umum walaupun tidak
setinggi dengan protein hewani seperti ikan atau telur tetapi hampir sebanding
dengan protein susu, jagung, kacang-kacangan dan lebih tinggi dari protein
sayuran dan buah-buahan.
1.2. Tujuan
Adapun Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah :
1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
khususnya di bidang budidaya jamur tiram putih.
2
2. Melatih cara berfikir kritis dan mampu mengembangkan usaha baik usaha
kecil maupun besar.
1.3. Kontribusi
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi petani jamur tiram putih
tentang usaha jamur tiram putih dan dapat memberikan keuntungan maksimal.
2. Memberikan informasi dan masukan bagi kemajuan PT Dio Mushroom.
3. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang budidaya jamur tiram dan
rencana bisnis yang mempunyai prospek yang sangat luas untuk berwirausaha.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada
batang kayu yang lapuk, Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar
membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram) tubuh buah jamur ini
memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk).
Jamur tiram mempunyai nama lain shimeji (Jepang), abalone mushroom
atau oyster mushroom (Eropa atau Amerika), supa liat (Jawa Barat). Warna
tubuhnya putih, kecoklat-coklatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, kemerah-
merahan, dan sebagainya sehingga namanya tergantung pada warna tubuh
buahnya. Bila sudah terlalu tua, apalagi kalu sudah kering, jamur tiram akan alot
dan liat walau terus-menerus direbus (Suriawiria, 2002).
Jamur tiram putih termasuk dalam divisi Fungi, klas Eumycetes, sub klas
Basidiomycetes, ordo Agarricaceae, genus Pleurotus, dan spesies Pleurotus
ostreatus (Suriawiria, 2002).
Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media. Setiap
rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih
lama bila dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu, meskipun tudungnya lebih
tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram abu-abu (Cahyana,
2001).
4
2.2 Komposisi Gizi Jamur Tiram
Jamur tiram Merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram
mengandung protein, lemak, Fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam
amino yang dibutukan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol
(Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001)
Table 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram per 100 gram
Zat GiziKandungan
Jumlah Satuan
Kalori (Energi)
Protein
Karbohidat
Lemak
Thiamin
Robiflavin
Niacin
Ca (kalsium)
K (kalium)
P (fosfor)
Na (natrium)
Fe (besi)
367
10,5 - 30,4
56,6
1,7 - 2,2
0,20
4,7 – 4,9
77,2
314,0
3793,0
717,0
837,0
3,4 – 18,2
kal
%
%
%
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
Sumber : Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001
5
Table 2. Komposisi Gizi Beberapa Jenis Jamur Dibandingkan dengan Bahan Pangan Lainnya (g/100 g)
Bahan Pangan
Kadar Air
Protein Lemak Karbohidrat Mineral Energi (KJ)
Jamur Champignon
90,00 3.50 0,30 4,50 1,00 105
Jamur Merang 89,42 1,04 0,45 7,31 0,82 -Jamur Tiram Putih*)
89,60 27,00 1,60 58,00 9,30 265
Jamur Tiram Coklat*)
91,60 26,6 2,00 50,70 6,50 300
Jamur Shiitake
88,21 17,50 8,00 70,70 7,00 392
Bayam 93,00 2,20 0,20 1,00 1,90 63Asparagus 95,00 1,80 0,10 2,70 0,60 84Kentang 75,00 2,00 0,10 21,00 1,10 356Susu 87,00 3,50 3,70 4,80 0,70Daging 68,00 18,00 13,00 0,50 0,50 792
Sumber: Suriawiria (2002) dan Henky Isnawan Hendritomo (2010)*): Dihitung dalam berat kering
2.3 Taksonomi Jamur Tiram
Jamur tiram putih merupakan keluarga Agariceceae dari kelas
Basidomycetes. Klasifikasi jamur tiram putih menurut Isnaen Wiardani (2010)
sebagai berikut:
Super Kingdom : Eucaryota
Kingdom : Myceteae (fungi)
Divisio : Amastigomycota
Sub division : Basidomycetae
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
6
Species : Pleurotus spp.
2.4 Morfologi Jamur Tiram Putih
Jamur tiram ini merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet-deret
menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur tiram memiliki tubuh buah yang
tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh
jamur tiram ini memiliki tubuh dan tangkai, tudung mirip cangkang tiram
berukuran 5–15 cm dan bagian permukaan bawah barlapis-lapis, sedangkan
tangkai dapat pendek atau panjang antara 2–6 cm tergantung kondisi lingkungan
pertumbuhannya. Jamur tiram putih memiliki warna susu atau putih kekuningan
dengan garis tengah 3–14 cm, hifa jamur terdiri dari sel-sel yang berinti satu atau
haploid (Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).
Kehidupan jamur tiram putih berasal dari spora yang kemudian
berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa akan
menyebar keseluruh media tumbuh, kemudian dari kumpulan hifa akan terbentuk
gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh jamur
mulai terbentuk. Pada stadia dewasa, jamur tiram putih lebih menyerupai bentuk
paying dengan bagian atasnya menebal membentuk setengah bola (Nunung
Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).
Berdasarkan morfologinya, Suhardirman (1995), merinci bagian-bagian
jamur tiram menjadi:
1. Tudung Jamur, merupakan bagian teratas dari tubuh buah, berbentuk bulat
seperti payung, berwarna putih sampai abu-abu.
7
2. Bilah (Lamella), merupakan bagian-bagian yang berbilah dibagian bawah
tudung jamur, pada bilah ini terdapat banyak spora.
3. Tangkai Jamur (stipe), merupakan jaringan yang berbentuk bulat memanjang
yang menopang tudung jamur, berwarna putih, berisi agak keras.
4. Tiram (ostrea), merupakan jaringan yang berbentuk seperti tiram yang
terdapat di dasar tangkai.
2.5 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih
Jamur tiram termasuk tanaman yang hidupnya tergantung pada lingkungan
dimana tempatnya tumbuh. Miselium jamur tiram dapat tumbuh optimal pada
suhu 220C−300C (Suriawiria 2002), sedangkan tubuh buah jamur tiram dari
sebagian spesies dapat tumbuh optimal pada suhu 180C−200C (Nunung Marlina
Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).
Jamur tiram hidup dalam periode gelap dan kondisi asam dengan pH sekitar
5,5–6,5. Tangkai jamur dan tudung jamur abnormal jika saat pembentukan
primordia tidak memperoleh penyinaran lebih dari 40 lux. Masa pertumbuhan
miselium membutuhkan kelembaban udara antara 65%−70% tetapi untuk
merangsang pertumbuhan tunas membutuhkan kelembaban sekitar 80%−85%.
Miselium jamur dapat tumbuh optimal pada media tumbuh dengan kadar air
sekitar 60%. Jamur tiram dapat tumbuh diberbagai kayu baik di dataran tinggi
atau di dataran rendah dengan ketinggian 600 m–800 m di atas permukaan laut.
Pertumbuhan miselium jamur tiram membutuhkan kandungan CO2 dari volume
udara (Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah, 2001).
8
2.5.1 Suhu
Jamur tiram mempunyai kisaran suhu untuk pertumbuhan misselium jamur
tiram berkisar antara 220C−300C, karena pada kisaran suhu tersebut miselium
jamur akan tumbuh dengan baik. Sedangkan suhu yang diperlukan pada saat
setelah media dibuka harus diatur sesuai dengan kebutuhan yaitu 160C−220C.
(Suriawiria, 2002).
2.5.2 Kelembaban
Menurut Suriawiria (2002), jamur tiram putih akan tumbuh baik pada
kelembaban udara berkisar 90%−96%. Sedangkan menurut Nunung Marlina
Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah 2001, Masa pertumbuhan miselium
membutuhkan kelembaban udara antara 65%−70% tetapi untuk merangsang
pertumbuhan tunas (tubuh buah) membutuhkan kelembaban sekitar 80%─85%.
2.5.3 Derajat Keasaman Media
Menurut Suriawiria 2002, menunjukkan bahwa pH optimum untuk
pertumbuhan miselia jamur tiram putih adalah 5,5–6,5.
2.5.4 Karbondioksida
Miselia beberapa jamur tiram putih tumbuh lebih tepat pada konsentrasi CO2
22%, tetapi hal ini bergantung pada jenis jamur. Konsentrasi CO2 sampai dengan
28% dapat merangsang pertumbuhan jamur tiram putih dan pleurotus florida,
tetapi pleurotus eryngii mencapai batas maksimum akan terangsang oleh CO2
pada konsentrasi 22%. Pada konsentrasi CO2 di atas 37,5% akan menyebabkan
pertumbuhan miselia pada jamur tiram putih terganggu (Jaelani. 2008)
9
2.5.5 Oksigen
Menurut Rasmiyanto (1997), bahwa jamur tiram putih lebih sedikit
membutuhkan oksigen dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya.
Pertumbuhan miselia jamur tiram putih terjadi pada kondisi anaerob, sedangkan
perkembangan basidioma terjadi pada kondisi aerob.
2.5.6 Kadar Air Media
Kandungan air dalam media tumbuh sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan miselia dan perkembangan basidioma jamur tiram putih. Terlalu
sedikit air, pertumbuhan dan perkembangan jamur akan terganggu atau terhenti
sama sekali, terlampau banyak air, miselia akan membusuk atau mati. Menurut
Suriawira (2002), bahwa kandungan air di dalam media tumbuh sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur, terlalu
banyak air miselia akan membusuk dan mati. Kadar air media 40%−45%
(Suriawira 2002)
2.5.7 Pengomposan
Tujuan dari pengomposan dalam budidaya jamur adalah untuk menyiapkan
media tumbuh yang dapat memenuhi syarat bagi pertumbuhan jamur yang
dibudidayakan.
Pengomposan adalah suatu proses yang mengontrol mikroorganisme di
dalam media tumbuh. Melalui pengomposan substrat yang kaya akan bahan
organik diubah menjadi substrat yang stabil, layak untuk pertumbuhan jamur yang
di budidayakan tetapi tidak untuk mikroorganisme penyaing. Setiap
10
mikroorganisme kompos generasi baru tidak hanya menggunakan bahan dalam
substrat, tetapi juga menggunakan komponen selulose dari pendahulunya
(Suriawiria 2002).
11
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksananaan Tugas Akhir dilaksanakan bulan Maret sampai Mei
2010. Dan tempat pelaksanananya di PT Dio Mushroom Desa Kertawangi,
Kecamatan Ciasarua, Kabupaten Bandung Barat, Bandung - Jawa Barat.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Tugas Akhir (TA) ini antara lain : Serbuk kayu,
dedak padi, kapur Dolomit (pertanian) dan bibit Jamur.
3.2.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Tugas Akhir (TA) adalah drum
pasteurisasi yang dimodifikasi, gas, kompor, kubung jamur, timbangan, cangkul,
ayakan, tempat penanaman, ember, tali rafia, karung, kantong plastik ukuran 23 x
35 cm x 0,3 mm dan ukuran 40 x 60 cm x 0,3 mm, karet gelang, kain majun
(kapas), kereta dorong dan lain - lain.
3.3. Pengambilan Data
Pengambilan Data untuk Tugas Akhir (TA) dilakukan dengan cara
melakukan wawancara kepada pegawai perusahaan, petani, dan melakukan
praktik lapang di PT Dio Mushroom, serta mecari referesi dari buku–buku jamur
tiram.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembudidayaan Jamur Tiram Putih
Dalam teknik budidaya jamur tiram putih ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya : bahan baku, bahan tambahan, pembuatan media tanam,
inokulasi, inkubasi, penumbuhan tubuh buah (growing), pemeliharaan, dan
pemasaran.
4.1.1. Bahan Baku
Untuk pengadaan bahan baku PT Dio Mushroom melakukan kerja sama
dengan panglong (pengergajian) kayu, penggilingan padi, dan toko–toko
pertanian. Adapun bahan baku yang digunakan budidaya jamur tiram di PT Dio
Mushroom adalah sebagai berikut :
1. Serbuk Kayu
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu dimana media yang
digunakan berasal dari kayu. Tetapi disini media tumbuh yang digunakan dari
limbah kayu (serbuk) yang didapat dari pengergajian (panglong) kayu.
Menurut Suhardiman 1995, jenisjenis kayu dibedakan menjadi tiga kategori:
Kayu yang sangat keras. Misalnya, kayu jati, kayu nangka, dll.
Kayu yang cukup keras. Misalnya, kayu mindi, kayu jambu dan kayu
mangga.
Kayu lunak. Misalnya, kayu dadap, kayu randu dan kayu sengon.
13
Namun ada bebarapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih serbuk kayu
sebagai bahan baku media tanam, diantaranya :
Mengandung bahan yang diperlukan oleh jamur tiram putih yaitu
karbohidrat dan lignin.
Serbuk kayu berasal dari kayu lunak seperti sengon, randu.
Serbuk kayu berasal dari kayu yang bagus (tidak busuk)
Serbuk kayu tidak banyak mengandung getah dan minyak atsiri.
Serbuk kayu harus bersih.
2. Air Bersih
Air bersih berperan untuk melembabkan media tumbuah agar
pertumbuhan miselia tidak terhambat jika media terlalu kering terlalu basah, dan
untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Kelembaban
yang dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram ialah antara 45% – 50 %.
4.1.2. Bahan Tambahan
1. Dedak Padi
Dedak padi (bekatul) berfungsi untuk meningkatkan nutrisi subtract
sebagai sumber karbohidrat, karbon, nitrogen, dan vitamin. Dedak yang
digunakan dedak yang masih baru.
2. Kapur Dolomit (kapur Pertanian)
Kapur Dolonit yang berfungsi sebagai sumber kalsium dan sebagai
pengatur pH media tumbuh.
4.1.3. Pencampuran Media Tumbuh
14
Media tumbuh jamur terdiri dari serbuk kayu sebagai bahan baku dan
beberapa bahan tambahan lainnya seperti dedak padi (bekatul), dan kapur
dolomite, dimana semua bahan baku dicampur hingga media merata. Sedangka
untuk komposisi medis tumbuh yang telah ditentukan. komposisi media media
tumbuh jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Media Tumbuh Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Untuk Satu Kali Adukan di PT Dio Mushroom.
No Bahan Media Tumbuh Jumlah Satuan
1 Sernuk Kayu 2400 Kg
2 Dedak 360 Kg
3 Kapur Dolomit 60 Kg
4 Kadar Air 40−50 %
Sumber : PT Dio Mushroom, Tahun 2010
Proses pencampuran dilakukan secara manual dan alat yang digunakan adalah
cangkul dan skop.
Langkah–langkah pembuatan media tumbuh jamur tiram putih di PT dio
Mushroom adalah sebagai berikut :
a. Metakkan serbuk gergaji di lantai sebanyak 120 karung dan ratakan dengan
cangkul.
b. Menaburkan dedak yang sudah ditimbang sebanyak 360 kg secara merata
diatas tumpukan serbuk gergaji.
c. Menaburkan kapur dolonit diatas media serbuk gergaji sebanyak 60 kg dan
sekaligus diayak.
15
d. Setelah semua bahan baku ditumpuk mejadi satu kemudian dilakukan
pengadukan dengan menggunakan cangkul dan skop serta sekaligus semua
bahan diayak sedikit demi sedikit sampai semua bahan tercampur.
4.1.4. Pengayakan
Setelah bahan baku diaduk kemudian dilakukan pengayakan dengan
bertujuan untuk memisahkan antara potongan kayu dan sampah seperti plastik,
sisa-sisa potongan kayu yang ada pada media yang akan dijadikan sebagai media
tumbuh jamur tiram. Pengayakan dilakukan dengan cara maual yaitu : dengan
melempar serbuk gergaji ke ayakan dengan menggunakan skop. Ayakan yang
digunakan berukuran panjang 2 meter lebar 1 meter, diameter lubang ayakan 0,5
cm dan lubang berbentuk lingkaran.
Gambar 1. Pengadukan dan Pengayakan
4.1.5. Pemberian Air
Air berfungsi untuk untuk melembabkan media tumbuah agar
pertumbuhan miselia tidak terhambat jika media terlalu kering terlalu basah, dan
16
untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Pemberian air
dilakukan setelah proses pencampuran dan pengayakan media dengan tujuan
untuk mempermudah pengdukan dan pencampuran, air yang diberikan harus air
yang bersih agat tidak membawa penyakit dan bakteri penyebab kontaminasi
media tumbuh. Kadar air yang cukup adalah 45%−50%, dengan cara mengambil
media yang telah dicampur lalu media digenggam dengan telapak tangan, bila
gengaman dibuka media terlihat menggumpal dan tidak pecah serta tidak ada air
yang menetes maka pemberian air sudah cukup.
4.1.6. Pengarungan
Pengarungan dilakukan setelah proses pencampuran media selesai.
Langkah–langkah pengarungan sebagai berikut :
1. Masukkan media yang telah dicampur ke dalam karung dengan kapasitas
20−25 kg dengan mengunakan skop.
2. setelah media dimasukkan dalam karung, kemudian karung diikat
ujungnya dengan tali rafia, lalu karung disusun didalam bangker (ruang
pengukusan) untuk dilakukan pengukusan (sterilisasi).
4.1.7. Pengukusan (Pasturisasi)
Pengukusan (Pasturisasi) dilakukan untuk membunuh mikroba, baik
bakteri, maupun khamir yang dapat menggangu pertumbuahn jamur yang
ditanam. Pengukusan dilakukan selama 18 jam dengan suhu 100°C, alat yang di
gunakan untuk memgukus adalah bangker dan bahan bakar gas.
17
PT Dio Mushroom mempunyai ruang pengukusan dua buah dengan
ukuran panjang 3,5 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 2 meter, yang memiliki
kapasitas 650 karung dengan ukuran 2025 kg. Pada pintu pengukusan dilengkapi
dengan alat thermometer untuk pengukur suhu serta bagian atas ruang pengukusan
diberi pipa yang berfungsi untuk pembuangan uap yang terlalu banyak.
Langkah – langkah pengukusan (Pasturisasi) di PT Do Mushroom, sbagai berikut:
1. Menyusun karung berisi media dengan rapih sampai penuh.
2. Menutup pintu dengan mengencangkan baut menggunakan kunci inggris.
3. Menutup kran atau pipa pembuangan uap yang terletak diatas ruang
pengukusan, agar uap yang di dalam tidak keluar.
4. Sebelum kompor gasnya dihidupkan maka air sisa pengukusan yang lalu
dibuang dahulu.
5. Hidupkan termis listrik untuk mengisi air ketabung penampungan air dan
secara otomatis akan berhenti bila air sampai batas yang ditentukan.
6. Hidupkan kompor gas dan kompor dimatikan setelah 18 jam.
18
Gambar 2. Alat pengukusan dan alat Thermometer pada pintu pengukusan
4.1.8. Pembuatan Baglog
Pembungkusan media dilakukan dengan mengunakan kantong plastik
bening PP dengan ukuran lebar 23 cm, panjang 35 cm, dan dengan ketebalan 0,3
mm, pada saat memasukkan media kedalam keadaan panas dengan suhu 300C.
Pembuatan bagloag dilakukan dengan cara memasukkan media kedalam kantong
plastik bening kemudian bagian bawah kanan dan kiri dilipat kedalam lalu media
dipadatkan dengan cara dipukul dengan botol. Baglog yang sudah dipadatkan
disusun ditempat itu sampai ketinggian tiga baglog, dan untuk baglog yang paling
atas disusun terbalik agar untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi, setelah itu
di dinginkan selama 12 jam (semalam).
19
Gambar 3. Proses Pembuatan baglog
4.1.9. Inokulasi (Penanaman)
Inokulasi dilakukan dengan syarat yang perlu diperhatikan yaitu
kebersihan dan kualitas bibit. kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat dan
pelaksananya. Oleh karena itu, sebelum melakukan inokulasi, alat disemprot
dengan alcohol 96%, dan tangan orang yang akan menginokulasikan bibit jamur.
Gambar 4. Persiapan Inokulasi (Tanam)
Inokulasi bibit di PT Dio Mushroom dilakukan sebelum masuk ruangan
alat (sendok makan) dan tangan pekerja inokulasi disterilkan dengan
menyemprotkan alcohol, guna untuk meminimalkan terjadinya terkontaminasi
jamur lain, meskipun demikian masih ada yang terkontaminasi.
Langkah–langkah inikulasi (penanaman) bibit jamur di PT Dio Mushroom :
20
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan yaitu sendok makan, alkohol 96%, karet
gelang, kain majun, dan tempat duduk.
b. Membuka baglog yang semula disusun dengan rapih sedikit demi
sedikit, kemudian menghancurkan bibit sampai remah.
c. Menaburkan bibit kedalam permukaan atas baglog sebanyak 3–5 sendok
makan, dan setiap satu baglog kecil bibit dapat menjadi 15−18 baglog besar.
d. Setelah permukaan baglog terisi oleh bibit, kenudian dipadatka
dengan tangan dan diikat dengan kart gelang lalu ditutup dengan kain majun.
e. Fungsi penutupan dengan kain majuan dan diikat karet untuk membantu laju
pertumbuhan misselium pada masa inkubasi (tahap pemutihan).
f. Kemudian baglog siap dipasarkan dan diinkubasi sampai berproduksi.
4.2.10. Inkubasi
Baglog yang sudah ditanami bibit kemudian dipindahkan kedalam ruangan
inkubasi yang mana ruang inkubasi juga digunakan untuk ruang growing
(penumbuhan), yakni dengan cara baglog dimasukkan dalam grobak dorong
kemudian baglog disusun rapih dalam rak pada ruangan inkubasi dimana ruang
tersebut adalah ruangan untuk mengkondisikan bibit jamur yang sudah ditanam
guna menunggu tumbuhnya miselia keseluruh permukaan baglog. Inkubasi
dilakukan selama 30–45 hari dengan suhu yang diperlukan inkubasi adalah
22−28°C dan kelembaban 90−100%.
21
4.2. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan hal terpenting dalm budidaya jamur tiram.
Kegiatan pemeliharaan seperti sortasi baglog, pembukaan baglog, penumbuhan
tubuh buah dan penyiraman, sebagai berikut :
4.2.1. Sortasi Baglog
Baglog yang berada di ruang inkubasi selalu dilakukan sortasi, tujuan
untuk memisahkan antara baglog yang sehat dengan baglog yang terkontaminasi
serta yang terserang hama dan penyakit. Baglog yang sehat disusun rapih dirak
kubung untuk melakukan masa berikutnya yaitu growing (penumbuhan tubuh
buah), sedangkan baglog yang terkontaminasi langsung dimasukkan dalam
karung dan dibuang sejauh mungkin agar tidak menjadi sarang hama dan
menyebarkan penyakit. Untuk baglog yanmg terserang hama dan penyakit juga
yag tidak dapat dikendalikan juga ikut dibuang.
4.2.2. Pembukaan baglog
Pembukaan baglog dilakukan setelah inkubasi selesai, yang mana
Pembukaan baglog bertujuan untuk memberikan oksigen bagi pertumbuhan tubuh
buah jamur dan memudahkan jamur tiram tumbuh dengan baik.
Pembukaan baglog dilakukan secara manual dan alat yang digunakan sederhana
yaitu cater (pisau), langkah pembukaan baglog antara lain:
1. Membuka karet gelang yang terikat pada ujung baglog.
2. Merobek plastik baglog pada bagian atas dengan menggunakan cater (pisau),
Kemudian ujung plastic baglog dilipat.
22
3. Setelah selesai pembukaan, sekitar 7−15 hari sejak pembukaan baglog jamur
akan tumbuh kecil dam sekitar 3−5 hari jamur akan tumbuh besar.
4.2.3. Penumbuhan Tubuh Buah (growing)
Baglog yang sudah berda dalam ruang inkubasi selama 30−40 hari, lalu
ditambah beberapa hari sebelum dilakukan pembuakan bagloag. Baglog tidak
dilakukan pemindahan diman tepat inkubasi sekaligus dijadikan untuk ruang
growing. Pada masa growing membutuhkan suhu kira–kira 20°C−28°C dan
kelembaban 80−90%.
4.2.4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kelembapan media
tumbuh jamur tiram. Proses penyiraman dilakukan dengan menggunaka mesin
pompa air yang dihubungkan melalui selang dan stik (nozl), Namun ada juga yang
tidak menggunakan nozl yakni dengan cara menutup sedikit ujung selangnya saja.
Air yang disemprotkan berupa kabut dan merata keseluruh bagian baglog,
usahakan penyiraman jangan terlalu basah karena akan mengakibatakan jamur dan
media akan mudah busuk, tetapi jangan pula terlalu kering karena akan
menyebabkan jamur mrnjadi kering. Pada musim penghujan penyiraman
dilakukan 2 hari sekali, akan tetapi pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1
–2 kali sehari.
23
4.2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
4.2.5.1. Hama
4.2.5.1.1. Ulat dari Lalat (Megaselia spp.)
Ulat ini adalah larva dari lalat Megaselia dan merupakan hama yang sering
merugikan dalam budidaya jamur tiram. Lalat ini biasanya masuk bersama para
pekerja, melalui ventilasi dan kondisi yang lembab ditambah dengan aroma
subtrat media sangat disukai serangga, akhirnya berkembiang biak di dalam
kubung dan setelah menetas larva−larva ini menyerang tubuh buah jamur dengan
cara memakan tubuh buah pada bagian dibawah tudung jamur. Hama ini dapat
dikendalikan dengan beberapa cara antara lain :
a. Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan ruangan (kubung)
dengan cara menyiram dan menyapu lantai dengan bersih dari tanah lumut dan
sisa-sisa jamur serta memasang perangkap berupa lem seranggayang dioleskan
pada lembaran kertas (plastik).
b. Jika serangan ulat sudah banyak maka dilakukan dengan menyemprot
insectisida Rizotin 50 EC (bahan aktif supermetrin) dengan konsentrasi 3ml/
liter air. Di PT Dio Mushroom pengendalian hama menggunakan Insectisida
tersebut dilakukan setelah panen ke-3 dengan interval waktu 1 bulan sekali.
4.2.5.1.2. Ulat dari Nyamuk (Lycoriella spp.)
Ulat ini adalah larva dari nyamuk lycorella dan juga merupakan hama yang
sering merugikan dalam budidaya jamur tiram. Nyamuk ini biasanya masuk
bersama para pekerja, melalui ventilasi dan kondisi yang lembab ditambah dengan
aroma subtrat media sangat disukai serangga, akhirnya berkembiang biak di dalam
24
kubung dan setelah menetas larva−larva ini menyerang media dengan cara
merusak miselium media, menyebabkan pembusukan pada media dan memakan
bagian pangkal tubuh buah jamur. Hama ini dapat dikendalikan dengan beberapa
cara antara lain :
a. Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan ruangan (kubung)
dengan cara menyiram dan menyapu lantai dengan bersih dari tanah lumut dan
sisa-sisa jamur serta memasang perangkap berupa lem seranggayang dioleskan
pada lembaran kertas (plastik).
b. Jika serangan ulat sudah banyak maka dilakukan dengan menyemprot
insectisida Rizotin 50 EC (bahan aktif supermetrin) dengan konsentrasi 3ml /
liter air. Di PT Dio Mushroom pengendalian hama menggunakan Insectisida
tersebut dilakukan setelah panen ke-3 dengan interval waktu 1 bulan sekali.
Gambar 5. Insektisida yang sering digunakan
4.2.5.1.3. Klekat/ Janggel (Sejenis molusca).
Hama lain yang sering dijumpai dalam budidaya jamur tiram adalah
Klekat/ Janggel (Sejenis molusca). Untuk klekat/ janggel biasanya sering
dijumpai pada mulut baglog dan menyerang bagian bawah tudung jamur,
25
sehinnga tudung jamur menipis. Untuk mengatasinya dilakukan dengan cara
mekanis yakni dengan mengambil satu per satu.
4.2.5.2. Penyakit
4.2.5.2.1. Penyakit Jamur Oncom (Neurospora sithophila)
Jamur ini kerap menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram,
miselium Jamur ini berwarna orange. Gejala awalnya timbul tepung berwarna
orange pada permukaan baglog dan permukaan kain majun (kapas) penyumbat
baglog media tumbuh. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan
kumbung yang terlalu lembap dan Pasturisasi media tumbuh kurang baik. Untuk
mengatasi penyakit ini, maka kelembaban di dalam kubung juga diatur agar tidak
berlebihan dan memperbaiki cara pesturisasi. Penyakit ini dapat menyerang
baglog yang belum dibuka baik baglog bibit maupun baglog produksi. Jika
baglog sudah terserang, sebaiknya baglog segera dikeluarkan dari kumbung dan
dibuang.
4.2.5.2.2. Penyakit jamur hijau (Trichoderma spp.)
Jamur ini juga kerap menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram.
Menurut Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah 2001, Miselium
jamur ini berwarna hijau dan gejala awalnya adalah timbulnya bintik (noda) hijau
pada permukaan baglog. Penyakit ini sering menyerang pada saat baglog belum
dibuka (pada masa inkubasi). Untuk pengendaliannya yaitu membuang media
tumbuh yang terkontaminasi, perbaiki cara pasturisasi media dan jaga kebersihan
pada waktu inokulasi.
26
4.3. Panen dan Pascapanen
4.3.1. Panen
Pertumbuaha tubuh buah jamur tidak serentak, oleh karena itu pemanenan
dilakukan setiap hari dengan memilih jamur yang telah mencapai ukuran optimal
cukup besar. Jamur tiram putih dapat dipanen pertama pada umur hari setelah 7
pembukaan baglog, dengan ciri-ciri panen tudung jamur berdiameter 7 cm, ujung
tudung tipis, dan jamur belum mekar penuh. Pemanenan jamur tiram dilakukan
pada pagi hari karena jamur masih dalam kondisi segar dan selain itu karena
permintaan pasar (agen).
Cara panen jamur tiram adalah sebagai berikut :
1. Mencabut seluruh rumpun jamur yang ada, dalam satu rumpun terdapat
salah satu jamur yang sudah siap dipanen..
2. setelah selesai pemanenan, kemudian jamur dilakukan perlakuan pasca
panen.
Gambar 6. Cara Pemanenan
27
4.3.2. Pascapanen
Jamur yang telah panen dimasukan kedalam keranjang ukuran tinggi 30
cm dan lebar 50 cm, kemudian dibersihkan dengan cara memotong bagian
pangkal jamur yang terkena kotoran, setelah dibersihkan jamur tersebut dikemas
kedalam kantong plastic PP dengan ukuran lebar 40 cm, panjang 60 cm dan tebal
0,3 mm. setiap satu bungkus jamur seberat 5 kg, dan ada juga yang 1 kg
tergantung pemesanan. Setelah jamur tersebut dikemas kedalam plastik jamur
tersebut siap dijual/ dipasarkan.
Gambar 7. Penaganan Pasca Panen
4.4. Pemasaran
4.4.1. Pemasaran baglog
Dalam pemasaran baglog pada PT Dio Mushroom biasanya pembeli atau
konsumen memesan baglog jamur langsung datang keperusahaan karena semua
pelanggan datang langsung membeli baglog jamur, dan baglog jamur tersebut
diantar kepada konsumen dengan memakai mobil bok. PT Dio Mushroom
menjual baglog sekitar 20.000─30.000 baglog/ hari, tergamtung bahan baku yng
ada mesipun demikian masih banyak pesanan yang belum dipenuhi dalam
seharinya.. Dan baglog baru tanam dijual dengan harga Rp 1550/ baglog,
28
sedangkan baglog yang misseliumnya telah penuh (siap panen) dijual dengan
harga Rp 2200/ baglog. Dan berikut analisisnya.
4.4.2. Pemasaran jamur
Proses pemasaran jamur tiram putih pada perusahaan PT Dio Mushroom
hanya dilakukan dilokasi usaha karena semua pelanggan datang langsung
membeli jamur, biasanya para konsumen barkumpul sudah berada di depan ruang
penumbuhan dan bagitu jamur dipanen dibawa keluar dan masing-masing akan
mengemas jamus kedalam plastik berukuran 5 kg dan langsung dibawa
kepasaruntuk dipasarkan. Dalam proses pembayaran biasanya para pelanggan
yang mengambil jamur tersebut setelah jamur yang mereka ambil tersebut laku
habis dipasar penyalur barang yang ada di PT Dio Mushroom.
Gambar 8. Jamur yang siap dipasarkan
29
Tabel 4. Analisis usaha budidaya jamur tiram
ANALISIS USAHA TANI JAMUR TIRAM
URAIAN
VOLUME BIAYA (Rp)JUMLAH SATUAN SATUAN JUMLAH
A. A. BIAYA TETAP
1) Sewa Kubung 20.000 baglog 300 6.000.000
2) Peralatan a. Cangkul 10 buah 50.000 500.000b. Skop 5 buah 45.000 225.000c. Drum Plastik (200 lt) 7 buah 300.000 2.100.000d. Keranjang 5 buah 15.000 75.000e. Karung 650 karung 750 487.500f. Gerobak 1 buah 170.000 170.000g. Cutter 5 buah 2.000 10.000h. Mesin pompa air 1 buah 350.000 350.000i. Selang 8 meter 10.000 80.000j. Terpal (2mx3m) 2 buah 175.000 350.000TOTAL BIAYA TETAP 10.347.500
B.BIAYA OPERASIONAL
1) Bibit Jamur 500 baglog 2500 1.250.000
2) Bahan media tanam a) Serbuk kayu 120 karung 4.500 540.000b) Kapur 3 karung 15.000 45.000c) Dedak 360 Kg 1.500 540.000d) Gas (50kg) 4 tabung 375.000 1.500.000e) Kain majun 20 Kg 4.500 90.000f) Karet gelang 1 Kg 35.000 35.000g) Tali rapia 1 gulung 12.000 12.000h) Plastik pp (23cm x
25cm x 0,3 mm) 60 Kg 23.000 1.380.000i) Plastik pp (40cm x
60cm x 0,3mm) 40 Kg 25.000 1.000.000j) Insektisida Rhizotin 1 botol 37.000 37.0003) Tenaga Kerja
30
a) Pengadukan media (1 hari) 15 orang 17.000 255.000b) Pembuatan baglog
dan inokulasi (1 Hari) 25 orang 16.000 400.000c) Perawatan dan panen
(120 hari) 2 orang 17.000 4.080.000TOTAL BIAYA OPERASIONAL 11.164.000
TOTAL
PENGELUARAN 21.511.500
C. PENJUALANBaglog yang dihasilkan 20.000 baglogKontaminasi 10% 2.000 baglogBaglog produksi 18.000 baglog
1. Jual baglog baru inokulasi Pendapatan Rp 27.900.000 Keuntungan Rp 16.736.000
BEP (Break Event Point) a) BEP jumlah produk 7202 baglogb) BEP harga produk Rp 620,22 B/C ratio 1,49
2. Jual baglog putih a) Pendapatan Rp 39.600.000 b) Keuntungan Rp 18.088.500 BEP jumlah produk 5074 baglogB/C ratio 1,62
a) Pendapatan Rp 63.000.000 b) Keuntungan Rp 41.488.500 c) BEP jumlah produk 1594,85 KgB/C ratio 3,71
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan kegiatan Budidaya Jamur Tiram Putih di PT Dio Mushroom
sebagai sarana memperluas wawasan dan pengtahuan bagi mahasiswa serta
menjadi tempat belajar berwirausaha tentang budidaya jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus).
2. Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam budidaya jamur tiram yaitu
komposisi media, pengadukan, sterilisai, bibit, perawatan, panen dan pasca
panen serta pemasaran.
3. Sebagai alternatif setelah penaganan pasca panen jamur tiram dapat di olah
menjadi seperti khripsi jamur, kripik jamur, cicken jamur dan lain – lain.
5.6. Saran
1. Mengingat permintaan baglog makin meningkat seharusnya perusahaan
meningkatkan produksi baglognya.
2. Disarankan agar kedisiplinan pekerja, alat tanam dan kebersihan lingkungan
kubung lebih diperhatikan agar meminimalisasi terjadinnya kontaminasi dan
penyebaran hama dan penykit pada jamur.
32
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana Y A, Muchroji, dan M. Bakrun. 2001. Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya.
Chazali Syammahfuz dan Putri Sekar Pratiwi. 2009. Usaha Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Jaelani. 2008. Jamur Berkasiat obat. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Parjimo dan Agus Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, Jamur Merang). Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Isnawan Henky Hendritomo. 2010. Jamur Konsumsi Berkasiat Obat. Yogyakarta: Lili Pulisher.
Isnaen Wardani. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lili Pulisher.
Nunung Marlina Djarijah dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rusmiyanto. 1997. Budidaya Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suhardiman. 1995. Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadya.
Suriawiria Unus. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius.
33
top related