STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENDIDIK MURID AUTISME …
Post on 13-Jan-2022
10 Views
Preview:
Transcript
32
BENTUK- BENTUK KOMUNIKASI GURU DALAM
MENDIDIK MURID AUTISME DI SEKOLAH KHUSUS
SPECTRUM CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hidayat Riyadi
NIM: 206051003907
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
33
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI GURU DALAM
MENDIDIK MURID AUTISME DI SEKOLAH KHUSUS
SPECTRUM CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hidayat Riyadi
NIM: 206051003907
Pembimbing
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP. 1971041222000032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
34
ABSTRAK
HIDAYAT RIYADI Bentuk Komunikasi Guru Dalam Mendidik Murid Autisme Di Sekolah Khusus
Spectrum Ciputat
Komunikasi adalah pertukaran informasi, sehingga setiap individu yang
berinteraksi dapat dengan mudah dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Komunikasi merupakan proses aktivitas dasar manusia karena dengan berkomunikasi
kita bisa mencurahkan isi hati begitu juga dengan orang tua atau guru bisa
memberikan kasih sayang. Oleh karena itu, dengan komunikasi semua manusia akan
mengetahui perasaan, sikap, sifat, keinginan atau tujuan setiap individu dan
menghasilkan rasa kasih sayang dalam kehidupan. Namun, berbeda bagi para penderita autisme. Mereka yang menderita autisme
memiliki keterbelakangan mental dan fisik, sehingga sulit untuk mengekspresikan
gagasan dan ide dalam peran sosial lingkungan masyarakat dalam berkomunikasi.
Anak yang menderita autisme harus diberikan bimbingan dan perhatian yang khusus.
Sekolah Khusus Spectrum inilah salah satu lembaga yang menangani anak
berkebutuhan khusus. Sekolah ini memberikan motivasi belajar pada anak yang
mempunyai minat dan bakat untuk mengembangkan intelegensi atau kemampuan
bagi anak-anak autisme.
Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang
digunakan guru-guru pada Sekolah Khusus Spectrum dan sekaligus ingin
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan penunjang dalam
berkomunikasi dengan anak-anak autisme pada proses kegiatan belajar mengajar
(KBM). Kemudian hasilnya dapat diketahui, bentuk yang digunakan adalah
bentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi antar pribadi.
Dan faktor penghambatnya ialah gangguan komunikasi, gangguan tingkah laku,
dan gangguan interaksi, sedangkan faktor penunjangnya ialah perhatian orang tua,
sarana-prasarana, dan media gambar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan seluruh
data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam terhadap
guru yang mengajar di Sekolah Khusus Spectrum, sedangkan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penulis ikut terjun langsung kelapangan
pada Sekolah Khusus Spectrum untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi,
semuanya itu berhasil dilakukan oleh guru terhadap murid autisme di Sekolah
Khusus Spectrum, hasil yang diperoleh cukup baik. Sekolah Khusus Spectrum ini
cukup memberikan kontribusi terhadap kemajuan pendidikan bagi penderita
autisme dan memberikan banyak pengetahuan serta menjadi wadah bagi
masyarakat untuk menimba ilmu.
35
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW, pembawa syariat islam yang menjadi pedoman umat
manusia dalam mengarungi samudera ini sampai hari kiamat.
Dalam menyusun skripsi ini penulis merasa berhutang budi kepada
berbagai pihak yang telah membantu baik secara material maupun moral. Karena
itu, sudah sepantasnya dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Mahmud
Jalal, MA, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Drs. Study Rizal LK, MA, Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, Koordinator Teknis Program Non Reguler
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
MA, Sekertaris Koodinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing penulis.
3. Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Umi
Musyarofah, MA, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
36
4. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, berserta stafnya.
6. Sekolah Khusus Spectrum Ciputat berserta stafnya, Drs. Tuharto, Kepala
Sekolah, Supiyah Budiati, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah, Titik Harjani,
S.Pd, Guru Kelas 4, Susi Karyanti, S.Psi, Guru Kelas 5, Sri Wuryanti,
S.Pd, Guru Kelas Talent, Iwan Satibi, S.Psi, Staf Administrasi, danEva.
Zusanti Z, Staf Maintenance, terima kasih atas bantuan dan informasinya.
7. Orang Tua tercinta Ayahanda Mujiman dan Ibunda Yayuk Sundarni yang
telah bekerja keras dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-
anaknya, serta dorongan yang diberikan tiada henti.
8. Keluarga tecinta, Nurdiana Zazilawati, Thalita Yasa Azaria, Heri
Patmanto, dan Hafina Arsyi yang telah memberi dukungan.
9. Kawan-kawan angakatan 2006 KPI Non Reguler dan KKN 2009, terima
kasih atas semuanya.
Akhirnya, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah mereka berikan.
Mudah-mudahan penelitian skirpsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi
pembaca pada umumnya dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan, Amin.
Jakarta, Juli 2010
Hidayat Riyadi
37
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….. 5
D. Metodologi Penelitian……………………………………… 6
E. Analisa Data ……………………………………………….. 8
F. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 9
G. Sistematika penulisan……………………………………….. 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi ………………………………………………… 11
1. Pengertian Komunikasi…………………………………. 11
2. Unsur-unsur Komunikasi……………………………….. 13
3. Bentuk-bentuk Komunikasi…………………………….. 14
4. Hambatan Komunikasi …………………………………. 25
B. Autisme ……………………………………………………… 28
38
1. Pengert
ian Autisme ……………………………………… 28
2. Ciri-
ciri Autisme ………………………………………… 29
3. Gejala-
gejala Autisme …………………………………… 30
BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH KHUSUS SPECTRUM
A. Sejarah
Berdirinya Sekolah Khusus Spectrum ………………
32
B. Tujuan
dan Prinsip-prinsip Dasar Sekolah Khusus Spectrum ..
34
C. Visi
dan Misi Sekolah Khusus Spectrum
……………………. 37
D. Sarana
dan Prasarana Sekolah Khusus Spectrum ……………
37
E. Jadwal
Thanks God Is Friday Sekolah Khusus Spectrum……
39
39
F. Struktu
r Organisasi Sekolah Khusus Spectrum ………………
40
BAB IV ANALISA DATA
A. Benuk
Komunikasi Guru Dengan Murid Autisme …………. 41
1. Komunikasi Verbal ……………………………………….. 42
2. Komunikasi Non Verbal ………………………………….. 46
3. Komunikasi Antar Pribadi ………………………………… 49
B. Fak
tor-faktor Penghambat dan Penunjang …………………… 50
1. Faktor Penghambat Dalam Proses Komunikasi …………… 51
2. Faktor Penunjang Dalam Proses Komunikasi ……………... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesim
pulan …………………………………………………… 60
B. Sar
an-saran ……………………………………………………. 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 63
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
40
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat tidak akan pernah lepas
dari komunikasi. Komunikasi merupakan proses aktivitas dasar manusia.
Komunikasi dapat terjadi apabila ada komunikator (orang yang
menyampaikan pesan atau informasi) dan komunikan (orang yang menerima
pesan atau informasi). Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian atau
pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) untuk memberitahu guna merubah sikap, pendapat dan perilaku
baik secara langsung atau tidak, dan yang terpenting dalam proses
penyampaian pesan itu harus jelas, agar tidak terjadi salah paham. Adapun
perasaan bisa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian dan lain-lain yang timbul dari hati.1
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan
berkomunikasi seorang anak bisa mencurahkan isi hatinya begitu juga dengan
orang tua bisa memberikan kasih sayang. Oleh karena itu, dengan komunikasi
semua anggota keluarga akan mengetahui perasaan, sikap, sifat, keinginan
atau tujuan setiap individu dan menghasilkan rasa kasih sayang dalam
keluarga.
Komunikasi adalah pertukaran informasi, sehingga setiap individu
yang berinteraksi dapat dengan mudah dalam penyampaian dan penerimaan
pesan. Namun, berbeda bagi para penderita autisme. Mereka yang menderita
autisme memiliki keterbelakangan mental dan fisik, sehingga sulit untuk
mengekspresikan gagasan dan ide dalam peran sosial lingkungan masyarakat.
1 Onong Ucjhana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja
Rosda Karya, 2005), cet. Ke-19, h. 11.
1
1
41
Dari keterbatasan kemampuan secara fisik dan psikis, dalam keadaan yang
tidak normal yang disebabkan oleh penyakit atau akibat cacat sejak lahir dapat
membuat orang menjadi rendah diri dan tidak mempunyai kepercayaan diri.
Autisme atau gangguan autistik, adalah salah satu gangguan terparah
dimasa kanak-kanak. Autisme bersifat kronis dan berlangsung sepanjang
hidup. Kata autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti “self”2..
Penderita autisme tidak dapat dipandang sebagai hal yang ringan, para
penyandangnya akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosial
dan perilaku yang tidak wajar.
Anak-anak yang memiliki gangguan spektrum autisme menunjukkan
respon yang tidak normal. Ketidakmampuan serta kekurangan dengan
kecacatan fisik sering kali dirinya menjadi kurang percaya diri untuk dapat
beradaptasi, berinteraksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri autisme yang paling
menonjol adalah kesendirian yang amat sangat. Ciri autisme mencakup
bahasa, komunikasi, dan perilaku atau gerakan-gerakan yang berulang tanpa
tujuan (stereotip).3
Faktor-faktor genetik pada perkembangan spektrum autisme
merupakan disfungsi otak akibat abnormalnya struktur otak dan dalam studi
kira-kira 50% anak laki-laki menderita sindrom asperger (gangguan spektrum
autisme yang relatif ringan). 4Beberapa tahun ini masalah autisme mulai
diperhatikan oleh masyarakat, dan bisa dilihat dengan beredarnya informasi
mengenai autisme.
2 Jefrey S. Nevid, dkk, Psikologi Abnormal (Jakarta: Penerbit Erlangga), Jilid 2, h. 145. 3 Jefrey, Psikologi Abnormal, h. 146. 4 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 265.
42
Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, pada
umumnya orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang membuat
anak merasa aman. Anak yang merasa aman akan puas dan tenang dan dapat
berinteraksi sosial dengan baik. Namun, pada anak yang memiliki penderita
autis berbeda dengan anak normal lainnya, sehingga sangat sulit dalam
berkomunikasi. Anak yang menderita autisme harus diberikan bimbingan dan
perhatian yang khusus.
Melihat ketidaknormalan anak autisme terhadap perilaku yang agresif,
terlihat acuh terhadap lingkungan dan cenderung menyendiri yang amat
sangat, seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda. Maka diperlukan suatu
wadah untuk mengembangkan atau menyalurkan bakat-bakatnya dan
meningkatkan intelegensi pada anak.
Sekolah Khusus Spectrum merupakan wadah bagi penderita autisme,
dalam sekolah ini anak-anak penderita autisme mendapatkan kelas khusus
dalam pembelajaran yang disesuaikan dan terstruktur dengan baik. Sekolah
adalah sarana belajar, tempat penuangan pengetahuan, mengemukakan
persoalan khusus mengenai kurikulum dan mencari cara yang paling baik
untuk memindahkan berbagai materi pelajaran dari otak guru kepada anak-
anak.
Tugas guru berperan penting dalam membimbing, mengarahkan, dan
memberikan pengetahuan pada muridnya. Begitupun guru di Sekolahan
Khusus Spectrum, yang mengamati perilaku dan perkembangan sianak dalam
pembelajaran. Pada anak penderita autis di Spectrum para guru mempunyai
strategi dalam berkomunikasi, agar sianak dapat berinteraksi dengan baik.
43
Interaksi belajar mengajar diarahkan agar aktifitas berada pada pihak
anak didik, hal ini menjadi keharusan karena anak didik merupakan orientasi
dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar-mengajar. Peranan guru disini
sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan murid dan memberikan
motivasi untuk mencapai hasil yang optimal.5
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah suatu pemindahan informasi antara komunikan dengan komunikator
dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Begitu pula yang diterapkan guru
kepada muridnya di Sekolah Khusus Spectrum. Maka penelitian ini berjudul
“Bentuk-Bentuk Komunikasi Guru Dalam Mendidik Murid Autisme Di
Sekolah Khusus Spectrum Ciputat”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang dapat dibahas dalam Sekolah Khusus Spectrum,
dan supaya pembahasan masalah tetap terarah dan fokus. Maka perlu
kiranya penulis membatasi ruang lingkupnya, sehingga tidak melebar
dan meluas. Maka penulis hanya membahas tentang bentuk komunikasi
antar guru dengan murid dalam mendidik di Sekolah Khusus Spectrum.
Dan penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 - Juni 2010.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
5 H. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet.
Ke-1. h. 119.
44
1) Bagaimana bentuk komunikasi guru dalam mendidik murid autisme
di Sekolah Khusus Spectrum?
2) Apa faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penunjang dalam
proses komunikasi di Sekolah Khusus Spectrum?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitan
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dalam mendidik murid
autisme di Sekolah Khusus Spectrum.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan
penunjang di Sekolah Khusus Spectrum.
2. Manfaat Penelitan
a. Segi akademis
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian
lebih lanjut dan lebih sempurna guna memperkaya teori-teori komunikasi
yang berkaitan dengan bentuk komunikasi. Dan penelitian ini diharapkan
pada saatnya digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan teori-teori
baru yang terdapat di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya,
dan umumnya bagi keilmuan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga hasil penelitian ini diharapkan
memberikan wawasan dan bahan untuk penelitian lebih lanjut.
b. Segi Praktis
45
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi positif bagi proses kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui
bentuk komunikasi dalam memacu dan memotivasikan pada anak.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif (gambaran) sesuai fenomena yang ada.
Metode merupakan bagian epistemology yang mengkaji perihal urutan
langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh
memenuhi ciri-ciri ilmiah. 6Bagian metodologi penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab masalah
penelitian, sebagai berikut:
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru yang
berperan dalam penyampaian informasi (komunikator), dan objek
penelitiannya adalah murid autisme yang berperan sebagai penerimaan pesan
atau informasi (komunikan) di Sekolah Khusus Spectrum.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
6 P. Joko Subagyo,S.H. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991), Cet I, hal. 61.
46
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Khusus Spectrum terletak di jalan
kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Tangerang (samping gerbang tol
Pondok Aren).
Dalam mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka penulis
membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk melakukan penelitian
langsung kelapangan (lokasi). Adapun lamanya penelitian ini, dari bulan April
2010 sampai bulan Juni 2010.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan pewujudan dari informasi dengan sengaja digali untuk
dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan lainnya, dan
instrument yang digunakan adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan7. Teknik observasi dalam penelitian ini
dengan melakukan kunjungan dan mengamati langsung cara
berkomunikasi antara guru dengan murid autisme di Sekolah Khusus
Spectrum, dilakukan beberapa kali saja.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
7 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghlia Indonesia,
1985, Cet II. Hal. 62.
47
yang diajukan8. Wawancara dilakukan dengan ibu Sri Wuryanty sebagai
guru kelas Talent, ibu Titik Harjani sebagai guru kelas 4, ibu Susi Karyanti
sebagai guru kelas 5, dilaksanakan pada bulan Mei 2010 bertempat di
Sekolah Khusus Spectrum.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan dan mempelajari berbagai bentuk
data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan
maupun internet atau instansi lainnya. Dalam penelitian penulis
mengumpulkan data-data yang bersumber dari data-data, arsip, jurnal, dan
foto-foto. Yang berhubungan dengan bentuk komunikasi dapat
memperkuat data penelitian, dan data ini diperoleh dari Sekolah Khusus
Spectrum.
E. Analisa Data
Dari yang telah diperoleh kemudian ditampilkan secara deskriptif yang
menggambarkan keadaan data yang sebenarnya dan dianggap akurat serta
mengklasifikasikan data tersebut. Menampilkan secara bertahap tentang
bentuk komunikasi di Sekolah Khusus Spectrum.
Kemudian peneliti berusaha mendeskripsikan hasil temuan dalam
penelitian, dan menuangkannya kedalah tulisan sesuai dengan fakta yang
ditemukan di lapangan, data dilukiskan dengan jelas.
8 Lexi Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), cet. VI, hal. 135.
48
F. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa judul skipsi yang telah dibaca, terdapat cukup banyak
skripsi yang membahas tentang Komunikasi yang berdasarkan observasi di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri, namun
ada dua skripsi yang membahas mengenai masalah autis yang berjudul:
1. “Analisis Perkembangan Interaksi Sosial Anak Penyandang Autis di
Sekolah Taman Kanak-Kanak Islam Nur Afifa Ciputat-Tangerang”.
Ditulis oleh Fadlah, dalam skiripsi ini membahas tentang gambaran pada
perkembangan interaksi sosial dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya serta bagaimana cara penanganan tepat untuk
mengembangkan diri dalam pergaulan.
2. Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis di Sekolah Dasar Insania
Jatiasih Bekasi. Ditulis oleh Rahmi Isnaini, skripsi ini membahas tentang
bagaimana komunikasi intruksional yang dipakai dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar Insania.
Perbedaan skripsi penulis adalah penelitian ini lebih mengarah kepada
bentuk komunikasi yang digunakan guru dalam mendidik murid autisme di
Sekolah Khusus Spectrum Ciputat baik didalam maupun diluar kelas. Serta
subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan beberapa judul penelitian
tentang murid autisme.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun
dengan membagi menjadi lima bab:
49
Bab I . Pendahuluan
Bab pertama membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teoritis
Bab kedua membahas tentang pengertian komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, hambatan dalam komunikasi.
Bab III. Gambaran Umum Sekolah Khusus Spectrum
Bab ketiga membahas sejarah berdirinya Sekolah Khusus Spectrum,
tujuan, visi dan misi, sarana dan prasana, program kegiatan, dan struktur
organisasi.
Bab IV. Analisa Data
Bab keempat membahas mengenai penganalisaan data, baik dari hasil
wawancara, observasi dan studi dokumentasi mengenai proses bentuk
komunikasi antara guru dan murid autisme, faktor-faktor penghambat dan
penunjang dalam berkomunikasi.
Bab V. Penutup
Kesimpulan dari hasil penelitan yang dilakukan, sebagai kesimpulan
jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian
ditambah dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan dalam
penelitian.
50
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KOMUNIKASI
a. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa
latin communico yang artinya membagi (Cherry dan Stuart, 1983)9.
Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian pesan yang berupa pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) untuk memberitahu guna
merubah sikap, pendapat, perilaku baik secara langsung atau tidak.
Dalam ”bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan
(message) oang yang menyampaikan pesan disebut komunikator
(communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama
communicate.
Sasa Djuarsa Senjaja mengatakan, komunikasi adalah suatu proses
pembentukkan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
9 Hafied Cangara,M. Se. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2008), h. 18
51
terjadi dalam diri seseorang dan dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu.10
Definisi komunikasi menurut Harold Dwight Laswell, bahwa
komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan
akibat atau hasil apa? (who says what in which channel to whom with
what effect)
Adapun pengertian selain diatas, para ahli komunikasi juga
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi,
diantaranya Berelson dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai
penyampaian informasi ide gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya
melalui penggunaan symbol kata-kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain.
Kemudian Shanon dan weaver mengartikan komunikasi mencakup
prosedur melalui mana pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang
lain.11
Begitupun yang menekankan pada unsur penyampaian atau
pengoperan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-
lambang yang berarti antara individu-individu.
Menurut Onong Uchjana Effendi, ada beberapa sebab mengapa
manusia melakukan komunikasi, yakni untuk:
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change opinion)
10 Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
Cet. Ke-4, h. 8. 11 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002),
cet. Ke-1.
52
3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)12
b. Unsur-Unsur Komunikasi
1. Komunikator (Sender atau Pengirim Pesan dan Berita)
Dalam hal ini komunikator adalah seseorang atau kelompok
orang yang merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi,
atau pengertian yang disampaikan atau bisa kita sebut sebagai orang
atau pihak yang mengirim atau menyampaikan berita.
2. Pesan atau Berita (Message)
Message adalah pesan atau pesan-pesan informasi atau
pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan
kepada komunikan (Audiens atau Khalayak) melalui penggunaan
bahasa atau lambang-lambang atau simbol tersebut dapat berupa
tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan, kedipan mata sinar,
warna, kode morse, bunyi sirene, bunyi peluit, bunyi bedug, bendera,
dan tentunya suara atau bahasa yang diucapkan manusia.
3. Media Komunikasi
Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat
berlalunya simbol-simbol atau lambang-lambang yang mengandung
makna berupa pesan atau pengertian. Saluran atau media komunikasi
tersebut berupa alat atau sarana yang menyalurkan suara (audio) untuk
12 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), cet. Ke- 6.
53
pendengaran, tulisan dan gambar (visual) untuk penglihatan, bau untuk
penciuman, wujud fisik untuk peradaban, dan sebagainya.
4. Komunikan (Receiver atau Penerima Pesan dan berita)
Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai
subyek yang dituju oleh komunikator (pengirim atau penyampaian
pesan) yang menerima pesan-pesan (berita, informasi, dan
pengetahuan) berupa lambang-lambang yang mengandung arti dan
makna.
5. Efek (Effect) atau umpan balik (Feedback)
Efek adalah hasil penerimaan pesan atau informasi oleh
komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan
menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan memberikan respons,
tanggapan atau jawaban yang disebut umpan balik. Umpan balik atau
feedback adalah arus balik (yang berupa tanggapan atau jawaban)
dalam rangka proses komunikasi. Umpan balik ini biasanya sangat
diharapkan, dalam arti adanya feedback yang menyenangkan. Kalau
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
komunikasi ini melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling
pengertian atau memperoleh kesepakatan bersama.13
c. Bentuk-Bentuk Komunikasi
13 Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, (Bandung:
Refika Aditama, 2005), h. 3-5
54
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Adapun beberapa bentuk
komunikasi diantaranya, yaitu komunikasi verbal dan non berbal,
komunikasi persona (Intrapersona dan Interpersona), komunikasi
kelompok (Besar dan Kecil), komunikasi massa, dan komunikasi medio.14
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
simbol-simbol atau kata-kata, baik dinyatakan secara oral atau lisan
maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat diidentifikasi sebagai proses
dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar
untuk mempengaruhi tingkah laku penerima, komunikasi tulisan
apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu
disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada
tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan
yang dimaksudkan.15
Komunikasi verbal yaitu penerima pesan dari sistem syaraf
seseorang kepada sistem syaraf orang lain, dengan maksud untuk
menghasilkan sebuah makna serupa dengan yang ada dengan pikiran si
pengirim, dengan menggunakan kata-kata yang merupakan unsur-
unsur dasar bahasa dan kata-kata16.
14 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), cet. Ke- 6, h. 7 15 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-4, h.
95. 16 L. Tubbes, Stewart, Moss, Sylvia. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar
Pengantar; Dr. Dedi Mulyana M.A, (Bandung, P.T Remaja Rosda Karya, 2001), cet. Ke-3, h. 112.
55
Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dalam
menyampaikan pesannya dengan menggunakan lisan dan tulisan17.
Adapun kode komunikasi verbal dalam pemakaiannya
menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata
yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi inti kalimat
yang mengandung arti.
Menurut para ahli, ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki
kemampuan komunikasi verbal. Teori pertama disebut Operant
Conditioning. Teori ini menekankan unsur stimulus dan respon yang
menyatakan bahwa, jika suatu organism dirangsang oleh stimuli dari
luar, orang akan cenderung memberi reaksi.
Teori kedua adalah teori kognitif. Teori ini menekankan
kompetensi bahasa pada manusia lebih dari apa yang ditampilkan.
Teori ketiga disebut teori penengah. Teori ini menekankan
bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa,
tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar, tetapi juga
dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
Ketiga teori ini menunjukkan ciri dan alasan masing-masing.
Namun dapat memberikan tekanan yang sama, bahwa manusia dalam
meningkatkan kemampuan berkomunikasi verbal perlu melalui proses
belajar. Tanpa komunikasi verbal manusia tidak bisa berpikir,
17 Onong Uchjana Effendi , Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung, P.T Remaja
Rosda Karya, 1998), h. 7.
56
komunikasilah yang mempengaruhi persepsi dan pola berpikir
seseorang.18
2. Komuikasi Non Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal
(bahasa) juga memakai kode non verbal, yang biasa disebut bahasa
isyarat. Komunikasi non verbal merupakan tindakan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain untuk pertukaran makna, yang selalu
dikirimkan dan diterima secara sadar, guna mencapai umpan balik atau
tujuan tertentu. Hal ini merupakan studi tersendiri untuk
menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi melalui bahasa
isyarat. Dalam berkomunikasi hampir otomatis komunikasi non verbal
ikut terpakai, karena itu ia bersifat tetap dan selalu ada.
komunikasi non verbal sebagai proses pertukaran pikiran dan
gagasan dimana pesan yang disampaikan berupa isyarat, ekspresi
wajah, pandangan mata, gerakan tubuh, sentuhan dan diam.
Komunikasi non verbal juga dapat diartikan sebagai komunikasi tanpa
kata-kata. Definisi ini mengandung pengertian bahwa komunikasi
nonverbal disampaikan dengan tidak mempergunakan kata-kata dalam
bahasa.
3. Komunikasi Persona
komunikasi persona dibedakan atas dua kelompok, yaitu
komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
a) Komunikasi Intrapersona
18 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada,
2003), cet. Ke-4, h. 103.
57
Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersona
Communication). Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya,
dengan kata lain komunikasi intrapersonal ini inheren dalam
komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya. Karena sebelum
berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya dengan diri sendiri
(mempersepsi dan mengartikan makna pesan orang lain), hanya
saja caranya sering tidak disadari keberhasilan komunikasi kita
dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita
dengan diri-sendiri.
Menurut Wilbur Schramm, yang dikutip oleh Phil. Astrid.
S. Susanto, bahwa manusia bila dihadapai dengan suatu pesan
untuk mengambil keputusan menerima maupun menolakknya,
akan mengadakan terlebih dahulu suatu “komunikasi dengan
dirinya” (proses berfikir) “komunikasi dengan diri” ataupun proses
berpikir dengan menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh
komunikator, hal inilah yang oleh Scramm diberi nama komunikasi
intrapersonal.19
b) Komunikasi Interpersona
Komuikasi antar pribadi (Interpersona Communication)
adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara
langsung baik secara verbal maupun non-verbal.
19 Phil. Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
1998), cet. Ke-3, h. 7.
58
Menurut Effendy, yang dikutip Alo Liliweri, bahwa pada
hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara
seseorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis
komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang
dialogis.20
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam situasi interpersonal
communication tatap muka yaitu:
1) Bersikaplah empatik dan simpatik,
2) Tunjukkanlah sebagai komunikator terpercaya,
3) Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong,
4) Kemukakan fakta dan kebenaran,
5) Bercakaplah dengan gaya yang mengajak, bukan menyuruh,
6) Jangan bersikap super,
7) Jangan mengentengkan hal-hal yang mengkhawatirkan,
8) Jangan mengkritik,
9) Jangan emosional,
10) Berbicara secara menyakinkan.21
4. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka
20 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet. Ke-
2, h. 12. 21 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1990), cek. Ke-5, h. 19.
59
sebagai bagian dari kelompok tersebut22. Adapun yang dimaksud
dengan komunikasi kelompok adalah:
a) Bila mana proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang
disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak pada
dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
b) Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana
sumber dan mana penerima.
c) Pesan yang disampaiakan terencana (dipersiapkan) dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi
kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat
akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan ceramah
dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi, dan
sasarannya jelas.23
Komunikasi kelompok besar juga mempunyai ciri-ciri
yaitu, dalam komunikasi ini penyampaian pesan berlangsung
kontinu. Dapat diidentifikasikan siapa yang berbicara dan siapa
yang pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat
terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar, sumber sering kali
tidak dapat mengidentifikasikan satu-persatu pendengarnya24.
5. Komunikasi Massa ( Mass Communication)
22 Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986), h. 7. 23 Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), cet.
Ke-2, h. 33. 24 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada,
2003), cet. Ke-4, h. 34-35.
60
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa (media cetak dan elktronik). Sebab, awal
perkembangan saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan
kata media of mass communication (media komunikasi massa).
Dalam hal ini kita juga perlu membedakan massa dalam arti
“umum” dengan massa dalam arti komunikasi massa. Massa dalam
arti komunikasi lebih menunjuk pada penerima pesan yang
berkaitan dengan media massa. Oleh karena itu, massa disini
menunjuk kepada khalayak, audiences, penonton, pemirsa atau
pembaca.25
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan Bittner, yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, bahwa
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang “Mass communication is
messages communicated through a mass medium to a large
number people”.26
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film. Bila sistem komunikasi massa
diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara
teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi
massa, yaitu:
25 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada, 2007), cet.
Ke-2, h. 4 26 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005), cet. Ke-3, h. 188.
61
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis,
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-
peserta komunikasi,
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak
terbatas dan anonim,
4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.27
Secara ringkas komunikasi massa bisa diartikan sebagai
komunikasi dengan menggunakan media massa. Dan komunikator
dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk
menyebarkan atau memancarkan pesan cepat kepada khalayak yang
luas dan tersebar. Pesan tersebut disebarkan melalui surat kabar,
televisi, radio, film, atau gabungan diantara media tersebut.
Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang
membedakannya dengan komunikasi kelompok dan komunikasi
antarpribadi, ada beberapa ciri-ciri dalam komunikasi massa, yaitu:
1. Orang yang ikut berkomunikasi atau menjadi komunikan
(publik, khalayak, audiences) sangat banyak jumlahnya,
2. Audiences, khalayak, dan publik yang terlibat komunikasi itu
tersebar dimana-mana (diberbagai wilayah atau daerah),
seandainyapun berada disatu tempat, maka publik atau
audiencens ini sangat beraneka ragam,
3. Hal-hal yang disampaikan (topik yang dibicarakan) bersifat
umum dan menyangkut orang banyak,
27 Ibid, h. 189.
62
4. Besar kemungkinan tidak terdapat minat dan kepentingan yang
sama diantara masing-masing orang dikalangan publik atau
audiences,
5. Sebagian besar atau keseluruhan dari publik atau audiences
tidak saling kenal.28
6. Komunikasi Medio
Secara harfiah kata media memetik arti “perantara” atau
“pengantar”. Education Association (NEA), mendefinisikan media
sebagai benda yang dapat dimanupulasikan, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibicarakan berserta instrument yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar-mengajar.29
Rudi Bretz (1997), mengklasifikasikan ciri utama media
pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Bentuk visual
itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual,
garis (linegraphic), media rekam (recording), sehingga terdapat
delapan klasifikasi media:
1. Media audio visual gerak,
2. Media audio visual diam,
3. Media audio seni gerak,
4. Media visual gerak,
5. Media visual diam,
6. Media visual seni gerak,
28 Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakt Internasional, (Bandung:
Refika Aditama, 2005), h. 13. 29 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002),
cet. Ke-1, h. 11
63
7. Media audio, dan
8. Media cetak.30
7. Komunikasi Intruksional
Pengertian komunikasi intruksional menurut Pamit. M. Yusup
mengatakan, bahwa komunikasi intruksional berarti komunikasi
dalam bidang pendidikan (pembelajaran). Istilah intruksional berasal
dari kata instruction berarti pengajaran, pembelajaran atau bahkan
perintah untuk intruksi. Maka dari kata intruksional bergabung pada
bidang konteks pembahasannya Websters Third New International
Dictionary of The English Language mencantumkan kata
intruksional (dari kata to instruct) dengan arti, “memberi
pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih dalam
berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan
dengan bebagai bidang seni atau spesialisasi tertentu atau dapat
berarti pula mendidik dalam subyek atau bidang pengetahuan
tertentu. Disini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan
komando atau perintah.31
Komunikasi intruksional mempunyai fungsi edukatif atau
tepatnya mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi
secara keseluruhan intruksional berasal dari kata instruction artinya
pembelajaran atau pengajaran. 32Dalam dunia pendidikan kata
30 Ibid, h. 27 31 Pamit. M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Intruksional, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya), h. 18. 32 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1983), h. 3.
64
intruksional tidak diartikan perintah tetapi lebih mendekati dalam
pengajaran dan pembelajaran.
d. Hambatan Komunikasi
Komunikasi atau berkomunikasi itu kelihatannya mudah, tetapi
sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dan
pelaksanaannya. Masalah komunikasi biasanya merupakan suatu gejala
ada suatu yang tidak beres. Masalah komunikasi menunjukkan adanya
masalah yang lebih dalam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari
pengirim (komunikator), transmisi dan penerima (komunikan).33
Hambatan yang terjadi didalam proses komunikasi tidak sampai
menyebakan komunikasi tersebut berhenti, tetapi ia menahan
(menimbulkan kesulitan) pada aliran pesan itu. Menurut Hafied Cangara,
di dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”, mengatakakan bahwa
komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan
penerima.34
Gangguan atau hambatan komunikasi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Hambatan Sosiologis-Antropologis
a) Hambatan Sosiologis
Seorang sosiologis Jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan manusia, dalam masyarakat menjadi
33 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. RIneka Cipta.
2000), cet. Ke-2, h. 100
34 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007), h. 153
65
dua jenis pergaulan yang ia namakan Genelnschaft dan
Gesellschaft. Genelnschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat
pribadi, statsi dan tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah
tangga, sedangkan Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang tak
bersifat pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor
atau dalam organisasi.
b) Hambatan Antropologis
Dalam berkomunikasi seorang komunikator tidak akan
berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya, yang dimaksudkan dengan “siapa” disini bukan nama
yang disandang melainkan ras apa, bangsa, dan suku apa. Dengan
mengenal dirinya akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup
dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
c) Hambatan Psikologi.
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam
komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum
melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan.
Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih,
bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi
psikologis lainnya.35
2. Hambatan Semantis.
35 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, ( Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2008), cet. Ke-1, h. 11-12
66
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya
kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya, seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan semantis ini, sebab
salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
3. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Hambatan pada beberapa media tidak
mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai
pada surat kabar, radio, dan televisi. Tetapi pada beberapa media
komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap
tertentu, misalnya ketika sedang menelpon terganggu oleh krotokan,
barangkali ia dapat mengulanginya beberapa saat kemudian.36
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan
lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi
datangnya dari lingkungan. Contoh, hambatan ekologis adalah riuh
orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara
pesawat terbang lewat dan lain-lain pada saat komunikator sedang
berpidato.37.
36 Ibid, h. 14-15 37 Ibid, h. 16
67
C. AUTISME
a. Pengertian Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada yang
ditandai dengan adanya gangguan dengan keterlambatan dalam bidang
kongnitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.38
Autisme spectrum disorder sebelumnya dikenal dengan nama
infatik autism atau kanner’s syndrome, kondisi ini sering disebut
“classical autism”. Definisi autisme menurut Baron Cohen (1996) autisme
adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir maupun sejak
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Autisme is spectrum that encompasses awide
continu of behavior. Dengan demikian autisme didefinisikan sebagai
ketidaknormalan perkembangan yang diperlihatkan dari perilaku.39
Menurut J.P Chaplin (1999) yang dikutip Handojo, autisme adalah:
1. Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau
lebih diri sendiri
2. Menganggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri serta menolak realitas
3. Keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi.40
Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita
autis seperti seorang yang kerasukan setan, maksudnya adalah anak autis
terkadang tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba menangis dan kadang marah
38 Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Gangguan Spectrum
Autisme, Yayasan Autisme Indonesia (Jakarta, 2005 39 Handojo, Autisma, (Jakarta: Bhuana Ilmu Popular, 2003), h. 11. 40 Ibid, h. 11
68
tak terkendali. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita autis tidak
dapat mengendalikan emosinya. Dia sendiri tidak mampu mengendalika
dirinya sendiri dan memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-
ulang, seperti mengepakan tangan berulang-ulang. Selain itu juga
mempunyai ritual sendiri yang harus dilakukannya pada saat-saat atau
kondisi tertentu.
b. Ciri-Ciri Autisme
Ciri autisme yang paling menonjol adalah kesendirian yang amat
sangat. Ciri-ciri lain mencakup masalah dalam bahasa, komunikasi, dan
perilaku ritualistic atau stereotip. Ciri utama dari autisme adalah gerakan
stereotip berulang-ulang yang tidak memiliki tujuan – berulang-ulang
memutar benda, mengepakkan tangan, berayun kedepan dan kebelakang
dengan lengan memeluk kaki. Sebagian anak autistic menyakiti diri
sendiri, bahkan saat mereka berteriak kesakitan. Mereka mungkin
membenturkan kepala, menampar wajah, menggigit tangan dan pundak,
atau menjambak rambut mereka.41
Ciri-ciri lain dari autisme adalah menolak perubahan pada
lingkungan, ciri yang diberi istilah “penjagaan kesamaan”. Bila ada objek-
objek yang dikenal dan digeser dari tempatnya, walaupun sedikit, anak
autistik dapat menjadi tantrum atau menangis terus-menerus sampai objek
tersebut dikembalikan pada objeknya.42
41 Jeffrey, dkk. Psikologi Abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2005), Jil. 2, h. 146. 42 Ibid, h. 146
69
c. Gejala-Gejala Autisme.
Gejala-gejala autisme antara lain:
1. Sikap anak yang menghindari tatapan mata (eye contaact)
secara langsung,
2. Melakukan gerakan atau kegiatan yang sama secara berulang-
ulang (repetitive), gerakan yang terlalu aktif atau sebaliknya
terlalu lamban,
3. Terkadang pertumbuhan fisik atau kemampuan bicara sangat
terlambat,
4. Sangat lamban dalam menguasai bahasa sehari-hari, hanya
mengulang-ulang beberapa kata saja atau mengeluarkan suara
tanpa arti,
5. Hanya suka akan mainannya sendiri dan mainan itu saja yang
dia mainkan,
6. Serasa dia mempunyai dunianya sendiri, sehingga sulit untuk
berinteraksi dengan orang lain,
7. Suka bermain air dan memperhatikan benda yang berputar,
seperti roda sepeda atau kipas angina,
8. Kadang suka melompat, mengamuk atau menangis tanpa
sebab. Anak autis sangat sulit dibujuk, bahkan menolak untuk
digendong dan dibujuk oleh siapapun,
9. Sangat sensitif terhadap cahaya, suara maupun sentuhan,
70
10. Mengalami kesulitan mengukur ketinggian dan kedalaman,
sehingga mereka sering takut melangkah pada lantai yang
berbeda tinggi.43
43 Min-Min, Autisme,16 Agustus 2007,www. Google. Com
71
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH KHUSUS SPECTRUM
A. Sejarah berdirinya Sekolah Khusus Spectrum
Sekolah Khusus Spectrum merupakan salah satu lembaga yang
menangani anak-anak berkebutuhan khusus dan sekolah ini terletak di
Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Tangerang (samping gerbang tol
Pondok Aren). Sekolah Khusus Spectrum berdiri pada 1 November 2006 yang
berstatus terakreditasi A. Saat ini Sekolah Khusus Spectrum memiliki dua izin
operasional dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Yang pertama adalah izin
operasional SD umum Swasta Spectrum yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tangerang dengan Nomor
421.2/152/DIS P&K/2006 tertanggal 6 November 2006. Kedua adalah izin
operasional Talent School yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Banten dengan Nomor 800/260-Dispend/2006 tertanggal 17 Juni
2006.
Sesuai dengan arti kata dasarnya Spectrum adalah cahaya yang terurai
menjadi beberapa tingkatan warna seperti pelangi. Hal ini menunjukkan
bahwa anak-anak didik Spectrum memiliki level, rentang atau tingkatan yang
berbeda-beda baik dari sisi kecerdasan, emosional dan kepribadian serta
keterbatasan fisik maupun mental. Rentang yang berbeda itu menunjukkan
banyaknya warna-warni dalam diri mereka seperti pelangi. Pelangi datang
dengan warna-warni yang berbeda namun memberikan kehangatan secara
emosional bagi siapa yang melihatnya. Hal ini dapat dianalogikan dengan
72
anak-anak didik Spectrum yang datang dengan karakteristik yang berbeda,
namun dengan usaha dan pendidikan yang layak mereka dapat menunjukkan
warna mereka sesuai dengan potensi yang mereka miliki.44
Spectrum merupakan suatu wahana pendidikan terpadu yang
mengkombinasikan pendidikan formal dengan terapi individual bagi anak-
anak kebutuhan khusus dan anak umum. Di Spectrum kami sangat yakin
bahwa setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan
kekurangannya, dan tugas kita adalah untuk menggali (Probing) potensi yang
mereka miliki dan menyesuaikan (Matching) agar potensi mereka dapat
teraktualisasikan secara optimal melalui latihan-latihan dan pendidikan yang
tepat baginya.
Pendidikan Spectrum berusaha memberikan fasilitas dan bimbingan
dengan kasih sayang terhadap perkembangan siswa satu persatu secara utuh,
sehingga ukuran keberhasilan siswa bukanlah keberhasilan yang merata di
bidang akademis melainkan keberhasilan sesuai dengan potensi, minat dan
kemampuan masing-masing. Selain itu, kemandirian dan life skill merupakan
target utama yang diharapkan dicapai siswa dalam dunia pendidikan
Spectrum.
Keberhasilan anak-anak Spectrum 80% tidak terlepas dari tangan
orang tua, caretakers dan orang-orang terdekat anak, sehingga kerja sama dari
pihak keluarga sangat dibutuhkan. Kita harus berpegangan tangan, memiliki
visi yang sama dan motivasi yang kuat bahwa kita mau, ikhlas dan mampu
membantu mereka.
44 Tisna Chandra, Dunia Pendidikan Spectrum, Dokumentasi Spectrum, 2007
73
B. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Khusus Spectrum
1. Tujuan Sekolah Khusus Spectrum
Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui cukup banyak anak-anak di
dunia ini, termasuk di Indonesia yang mengalami gangguan atau masalah
dalam perkembangannya. Bila hal ini tidak ditangani dengan benar dapat
menimbulkan kesulitan dalam kehidupan kelak. Anak dengan masalah atau
gangguan perkembangan sangat membutuhkan penanganan yang
komprehensif yang dilaksanakan secara professional.
Yayasan Pelangi Anak Indonesia telah berupaya untuk ikut serta
mengatasi permasalahan tersebut, dengan mendirikan Spectrum Treament and
Education Centre yang telah menangani ratusan anak dengan gangguan
perkembangan melalui berbagai kegiatan terapi. Selama ini Spectrum telah
menjalankan penanganan tersebut melalui terapi dan kelas sosialisasi, semua
ini tidaklah cukup tanpa diselenggarakannya suatu sarana pendidikan bagi
anak-anak yang diharapkan dapat mengahantarkan anak kesuatu kehidupan
mandiri dengan mempunyai keahlian yang akan menunjang kehidupan
kelak.45
Dengan suasana khusus ini maka diharapkan anak dapat memperoleh
pengetahuan yang komprehensif antara teori praktek dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan agar anak-anak didik
Spectrum dapat diterima dan menyatu dengan masyarakat serta dapat
mengambil peran dalam kehidupan bangsa dan bernegara seperti yang akan
diharapkan oleh setiap orang.
45 Dahlia Almatsier, Spectrum Treatmen dan Education Centre, Dokumentasi Spectrum,
2007
74
Terapi dan pendidikan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Pelaksanaan pendidikan terpadu Spectrum mempunyai
kekhususan tersendiri yaitu suasana pendidikan dilaksanakan secara terpeutis.
Namun disadari bahwa kegiatan terapi tersebut hanyalah merupakan langkah
awal dalam upaya menghantar anak menuju kehidupannya dalam masyarakat.
Untuk itu sangat diperlukan adanya sarana pendidikan yang khusus sebagai
tindak lanjut terapi yang telah dilaksanakan. Oleh karena itulah Yayasan
Pelangi Anak Indonesia mendirikan Sekolah Dasar Terpadu Spectrum untuk
memenuhi kebutuhan tersebut46.
2. Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Khusus Spectrum
Dalam dunia pendidikan Spectrum, peranan tenaga pendidik, yaitu
guru, asisten guru, caretaker, maupun seluruh staf yang berada
dilingkungan Sekolah Khusus Spectrum adalah menjadi contoh yang akan
didengar, dilihat dan ditiru oleh anak-anak didik kita.
Oleh karena itu, Spectrum mempunyai prinsip-prinsip dasar yang
menjadi acuan, patokan maupun Guidance dalam berperilaku sehari-hari.
Prinsip-prinsip dasar ini adalah panduan yang praktis dan sederhana
namun memberikan dampak yang sangat besar terhadap hubungan kita
dengan anak didik, orang tua siswa, rekan sekerja, tim professional dan
pihak lain yang terkait apabila kita menerapkannya secara konsisten.
46 Ibid, Dokumentasi Spectrum, 2007
75
Prinsip-prinsip dasar Sekolah Khusus Spectrum terdiri dari enam, yaitu:47
1. Fokuskan pada penyelesaian masalah bukan mencari yang salah siapa.
Prinsip ini menekankan pada penyelesaian masalah atau mencari solusi
secar objektif tanpa bertujuan memojokkan seseorang atau mencari siapa
yang salah. Prinsip ini juga menekankan pada sikap keterbukaan dalam
membahas permasalahan dan sikap yang tidak defensive.
2. Membina hubungan kerja sama yang membangun (konstruktif) dengan
siswa, orang tua murid, atasan, bawahan, rekan kerja, tim professional dan
pihak terkait lainnya. Diharapkan dengan prinsip dasar ini suasana kerja
menjadi nyaman, memotivasi dan menciptakan saling kerja sama dengan
tulus.
3. Bekerja dengan hati, rasa empati, kasih saying dan care tanpa kekerasan
verbal maupun fisik. Spectrum tidak mengenal yang namanya “kekerasan
fisik maupun verbal”, bekerja dengan hati, kesabaran dan ketulusan yang
tinggi akan memberikan dampak sangat positif terhadap perkembangan
anak.
4. Membina dan menjaga kepercayaan diri dan harga diri orang lain dengan
menunjukkan sikap menghargai dan saling menghormati. Mulailah dengan
menghargai dan menghormati orang lain, maka orang lainpun akan
melakukan hal yang sama pada kita.
5. Mengambil inisiatif tanpa disuruh atau diminta untuk sesuatu yang bersifat
perbaikan atau peningkatan kualitas pelayanan STEC. Janganlah saling
tunggu, tapi berlombalah memberikan yang terbaik.
47 Sandra Talogo, Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen, 2007
76
6. Menjadi pemimpin dengan memberikan tauladan dan menjadi “Role
Model” jadilah contoh yang baik, contoh yang dipanuti, contoh yang
menunjukkan bahwa kita adalah seorang pemimpin yang perlu diikuti.
C. Visi dan Misi Sekolah Khusus Spectrum
1. Visi Sekolah Khusus Spectum
“Menjadi pusat pendidikan terpadu bertaraf internasional bagi
anak-anak dengan gangguan perkembangan”.
2. Misi Sekolah Khusus Spectrum
“Pendidikan Spectrum bertujuan memberikan pendidikan terpadu
terbaik yang mengutamakan keunikan dari masing-masing peserta
didiknya dan mengoptimalkan potensi-potensi dasar sehingga siswa dapat
berkembang seoptimal mungkin dan dapat hidup bermasyarakat”.
D. Sarana dan Prasana Sekolah Khusus Spectrum :
Tabel 3.1.
Sarana dan Prasarana Sekolah Khusus Spectrum
No Bangunan Jumlah
1 Gedung 1
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 1
4 Perpustakaan 1
5 Aula 1
6 Ruang UKS 1
77
7 Musholla 1
8 Toilet 4
9 Meja Siswa 80
10 Meja Guru 25
11 Kursi 160
12 Lemari 6
13 Rak Buku 4
14 Whiteboard 24
15 Komputer 6
16 AC 24
17 Ruang Penjaga 1
78
E. Jadwal Thanks God Is Friday Sekolah Khusus Spectrum Bulan April 2010
Tabel 3.2
JADWAL TGIF BULAN APRIL 2010
Kelas/
Minggu ke
Prep
A/ B
1L 2E dan 2R 3 M 41 dan 4T 5U
I
09 April 2010
Cookery
Membuat jus jambu
Cookery
Membuat es
cendol
Cookery
Membuat es
cendol
Cookery
Membuat es buah
ADL
Menyetrika kaos
Membuat
Prakarya
II
16 April 2010
Renang Renang Renang ADL
Memakai pakaian
Cookery
Menggoreng singkong
Sandwich
Crakers
III
23 April 2010
ADL
Makan nasi dan
lauk pauk
ADL Memakai
baju kemeja
ADL
Makan buah
Cookery
Membuat kacang
hijau
Renang Mencuci sandal
IV
30 April 2010
Out class
Ke Taman kota
Menonton film
edukatif
Menonton film
edukatif
Renang Out Class
Ke kantor pos
Renang
39
79
F. Struktur Organisasi Sekolah Khusus Spectrum
80
BAB IV
ANALISA DATA HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Komunikasi Guru dalam Mendidik Murid Autisme di Sekolah
Khusus Spectrum Ciputat
Bentuk komunikasi guru dan murid autisme yang dikembangkan adalah
Stimulus-Respons. Yakni, strategi komunikasi yang menunjukkan komunikasi
sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Strategi ini mengasumsikan
bahwa kata-kata verbal, non verbal (isyarat, simbol atau gambar) dan tindakan
tertentu akan merangsang murid yang berlatar belakang mental atau cacat mental
untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Bentuk komunikasi antara guru dan murid autisme, yang mampu
menggunakan komunikasi verbal dibedakan dengan anak yang komunikasinya
non verbal. Untuk anak yang mampu berkomunikasi verbal dikelompokkan di
kelas ”Mainstream” dan anak yang masih menggunakan bahasa isyarat atau
lambang (non-vebal) dikelompokkan di kelas ”Talent”. Hal ini bertujuan agar
anak yang sudah berbahasa atau berkomunikasi secara verbal dalam pelajarannya
lebih mendalam, sedangkan anak yang baru bisa berkomunikasi secara non verbal,
guru harus melatihnya secara maksimal berupaya apa yang diinginkan pada kita
dapat tercapai.
Dengan keterbatasan komunikasi anak tersebut, maka perlu adanya
respons guru untuk merangsang kemampuan murid dalam proses belajar mengajar
agar berkomunikasi lebih mendalam. Dalam hal ini, guru memiliki peranan
penting sehingga dituntut memiliki penguasaan berkomunikasi yang baik dengan
48
41
81
muridnya. komunikasi yang banyak dikembangkan adalah stimulus-respons,
komunikasi seperti ini sering terjadi pada saat orang tua mengasuh seorang bayi.
Orang tua lebih aktif dan kreatif dalam memberikan stimulus (rangsangan),
sementara bayi berusaha memberikan respons (tanggapan).
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di
Sekolah Khusus Spectrum Ciputat, bahwa bentuk komunikasi yang banyak
digunakan oleh para guru Spectrum, yaitu :
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi berupa kata-kata
yang diucap secara lisan dan tulisan yang sangat umum digunakan oleh
banyak orang, hal ini karena komunikasi verbal sangat mudah dipahami
dan dimengerti. Oleh karena itu, Sekolah Khusus Spectrum
mengkomunikasikan pesan-pesan moral dan akhlak secara verbal atau
dengan lisan melalui program pembelajaran yang telah ditetapkan, seperti
pelajaran pokok yaitu membaca, menulis, dan menghitung. Selain
pelajaran pokok anak-anak juga diajarkan cara membuat prakarya,
komputer, out class (kekantor pos), menonton film edukatif, cookery,
telepon (belajar sapa atau salam). Kegiatan ini biasa disebut TGIF (Thanks
God It’s Friday) yang dilakukan pada hari Jum’at. Hal ini dinyatakan oleh
ibu Pia sebagai wakil kepala sekolah.48
Kelebihan dari komunikasi lisan ini, murid mudah mengetahui atau
mengerti pesan yang disampaikan. Kelemahannya murid menjadi cepat
lupa akan pesan yang disampaikan.
48Berdasarkan pengamatan di, Sekolah Khusus Spectrum, 10 Mei 2010.
82
Kegiatan yang sering penulis temui di Sekolah Khusus Spectrum,
seperti pada saat guru sedang berinteraksi dengan murid untuk
menerangkan materi pelajaran membaca, menulis, menghitung, membuat
prakarya, belajar salam dalam telepon, belajar mengetik komputer. Bentuk
komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau
sikap muridnya ketika disuruh mengerjakan soal di papan tulis, jika si
anak tidak mau melaksanakan apa yang diajarkan serta diperintahkan oleh
gurunya, maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan kata
yang tegas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian dibawah ini:
Membaca : Dalam materi membaca yang sering dilakukan
guru di Sekolah Khusus Spectrum adalah bercerita. Bentuk
komunikasi ini cukup efektif dan membantu dalam komunikasi dua
arah antara seorang guru dan muridnya dalam upaya tranformasi
pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan dan
kapasitasnya sebagai subjek pendidikan. Namun dalam mendidik
murid autisme, guru melakukan secara berulang-ulang karena anak
autis atau cacat mental sangat berbeda dengan anak normal
lainnya.
”Menurut pengalaman yang ibu dapat selama
mengajar disekolah ini biasanya strategi komunikasi yang
dipakai dalam aktifitas belajar mengajar adalah secara
verbal atau lisan dan melihat kemampuan pada anak,
apabila pesan yang disampaikan secara verbal belum
memahami maka materi akan diulang-ulang dan disertai
dengan isyarat tangan.” 49
49 Wawancara Pribadi dengan ibu Susi Karyanti, Wali kelas 5, Sekolah Khusus Spectrum,
04 Mei 2010.
83
Menulis : Dalam materi menulis ini anak-anak autis
diajarkan membuat kalimat subjek, predikat, dan objek (SPO)
dengan memakai alat bantu gambar atau distimulasi dengan
pertanyaan siapa, sedang apa, dan apa. Melalui gambar, anak-anak
dapat berimajinasi sehingga pesan yang disampaikan dapat
diterima dan dipahami. Strategi ini membuat mereka menjadi
senang dan tidak jenuh dalam belajar. Oleh karena itu, guru
dituntut sekreatif mungkin untuk mengembangkan intelegensi atau
kemampuan pada anak.
”Contoh materi yang mudah dipahami oleh para
murid biasanya dengan membuat suatu kalimat yang
mempunyai pola dasar SPO, atau bisa memakai alat bantu
gambar atau dengan stimulasi berupa pertanyaan siapa,
sedang apa, dan apa.” 50
Menghitung : Dari pengamatan di kelas 5 dalam belajar
menghitung, guru menciptakan permainan yaitu belajar sambil
bermain. Dimana didalam bermain bisa mengurangi ketegangan
dan rasa jenuh pada anak seperti yang dilakukan oleh guru Susi
Karyanti, ketika anak-anak disuruh maju satu-persatu untuk
mengerjakan soal dipapan tulis dan jawaban yang dikerjakan salah
pada si anak, maka anak itu dinyatakan XL (Xtra Lebay) dan kata
ini di awali dari anak-anak Spectrum.51
TGIF : Dalam kegiatan Thanks God Is Friday (TGIF) ini salah
satunya belajar telepon seperti mengangkat telepon, menekan
nomor telepon, dan salam pada saat menerima telepon. Hal ini
50 Wawancara Pribadi dengan ibu Titik Harjani, Guru kelas 4, Sekolah Khusus Spectrum,
06 Mei 2010. 51 Berdasarkan pengamatan di kelas 5, Sekolah Khusus Spectum, 13 April 2010.
84
diterapkan untuk mengenal dunia teknologi informasi dan
pembekalan pada kehidupan luar. Melalui sarana yang
dipersiapkan oleh Spectrum maka intelegensi dapat berkembang.52
Dalam berinteraksi gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak
dan dengan cara yang menarik misalnya disaat berbicara bahasa anak
harus dengan tingkah laku anak itu. Begitu pula jika saat menerangkan
atau menjelaskan, gunakan bahasa anak supaya murid-murid dapat
menyimak dengan baik.
”... Hal ini disebabkan karena berkomunikasi dengan anak-anak
autisme tidaklah semudah berkomunikasi dengan anak-anak
umumnya. Namun, selama ibu mengajar disini sedikit banyaknya
ibu telah mampu beradaptasi dengan anak-anak yang mempunyai
keterbelakangan mental...”53
Begitupun dalam bermain, pilih permainan yang bersifat edukatif,
kreatif yang dapat merangsang sistem motorik mereka. Permainan yang
bersifat edukatif dapat menambah pengetahuan yang sifatnya mendidik
sedangkan permainan yang sifatnya kreatif dapat memberikan
keterampilan pada anak.
Setelah penulis amati, bentuk komunikasi yang dilakukan oleh para
guru selaku komunikator dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah
Khusus Spectrum ialah strategi dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami atau dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti oleh
anak-anak selaku komunikan yang memberikan ”feedback” setelah
menerima pesan dari komunikator tersebut. Dalam hal ini komunikasi
52 Berdasarkan pengamatan di kelas Talent, Sekolah Khusus Spectrum, 15 April 2010. 53 Wawancara Pribadi dengan ibu Sri Wuryanty, Koodinator Guru, Sekolah Khuus
Spectrum, 10 Mei 2010.
85
verbal sangat penting sekali terutama komunikasi dalam pendidikan yang
dilakukan oleh para guru terhadapa anak-anak.
2. Komunikasi Non-Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai bentuk verbal
(lisan) juga memakai komunikasi non verbal atau disebut bahasa isyarat,
atau simbol-simbol.
Pada dasarnya anak-anak autis sangat sulit untuk diatur, apalagi
dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan kurang adanya konsentrasi
dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, guru-guru yang berada di Sekolah
Khusus Spectrum menggunakan komunikasi non verbal untuk dapat
mengarahkan dan membimbing perilaku anak autis.
”Pada anak yang mempunyai keterbelakangan mental, kita
harus bisa ekstra sabar dan kerja keras dalam memberikan materi
agar hal-hal yang akan disampaikan bisa mereka tangkap dengan
baik. Untuk komunikasi non verbal sendiri, kita biasanya
mengajarkan mereka pada hal-hal yang sering terjadi pada
masyarakat misalnya, mengenalkan mereka pada benda-benda,
nama, alamat, dan kerajinan tangan.” 54
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada kelas Talent tentang
komunikasi non verbal yang digunakan ibu Sri Wuryanty seperti dalam
pelajaran kerajinan tangan. Karena anak autis pada kelas Talent baru bisa
menggunakan komunikasi non verbal, maka guru hanya memperkenalkan
dan mempraktekkan cara pembuatannya dengan menunjukkan objek
tersebut kepada mereka. Seperti dalam membuat kalung, disini guru
terlebih dahulu memperkenalkan bahan-bahannya yaitu, benang atau
senar, mutiara, dan pernik-pernik lainnya. Selain dalam membuat kalung,
54 Wawancara Pribadi dengan ibu Sri Wuryanty.
86
anak-anak juga diajarkan cara penerimaan dan penggunaan telepon dengan
baik dan cara menyusun puzzle yang telah disediakan dari pihak Sekolah
Khusus Spectrum.55
Untuk mempermudah, maka penulis memberikan contoh dari hasil
pengamatan pada kelas Talent.
Prakarya Kalung, Pertama guru mempersiapkan bahan-bahan
yang diperlukan seperti benang atau senar, mutiara, dan pernak-
pernik lainnya. Kemudian anak-anak diperintahkan untuk
mengambil benang dan mengikatnya disatu sisi, ya walaupun
sebagian murid ada yang belum bisa mengikatnya. Langkah
selanjutnya masukkan mutiara atau pernak-pernik lainnya pada
benang, setelah semua mutiara atau pernak-pernik dimasukkan ikat
kembali senar atau benang disatu sisi yang berlawanan.
Telepon, Dalam materi ini anak-anak dilatih cara penerimaan dan
penggunaan telepon dengan baik. Sebelumnya guru mempratekkan
cara penggunaan telepon, baik dari angkat ganggang telepon
sampai dengan tutup telepon. Pertama guru mempraktekkan cara
angkat ganggang telepon yang harus disesuaikan letak posisi voice
dan speaker, setelah itu guru menekan nomor telepon yang telah
disediakan dan anak-anak mengikutinya. Hal ini dilakukan secara
berulang-ulang. Setelah selesai guru menutup kembali ganggang
telepon.
55 Berdasarkan Pengamatan, di kelas Talent.
87
Puzzle, Permainan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan
intelegensi pada otak, oleh karena itu Sekolah Khusus Spectrum
menerapkan pada anak-anak Autisme. Seperti yang dilakukan oleh
Felix Ang, salah satu murid pada kelas Talent.
Dengan komunikasi verbal dan non verbal, anak menjadi lebih
paham dan mudah dimengerti, sehingga penyampaian pesan-pesan secara
verbal dan non verbal tampak lebih efektif untuk anak-anak.
Dalam mengkomunikasikan materi, guru-guru Sekolah Khusus
Spectrum menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, guru juga
menggunakan bahasa isyarat atau dengan kode. Komunikasi ini dilakukan
oleh seorang guru kepada muridnya dalam menyampaikan materi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan guru-guru Sekolah
Khusus Spectrum tentang bentuk komunikasi yang digunakan dalam
proses kegiatan belajar mengajar diperoleh data bahwa kebanyakan guru
menggunakan bentuk komunikasi gabungan antara verbal dan non verbal,
bentuk komunikasi ini dilakukan sebagai upaya pencapaian materi yang
maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Komunikasi Antar Pribadi
Selain komunikasi verbal dan non vebal, Sekolah Khusus Spectrum
juga dalam menyampaikan materi menggunakan komunikasi antar pribadi
88
atau Face to Face (tatap muka), yang memungkinkan anak dapat
menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Kelebihan dari komunikasi antar pribadi ini, anak mendapatkan
stimuli (rangsangan) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat
menimbulkan feedback pada diri anak, sedangkan kelemahannya dapat
dilihat dari sifat anak-anak yang berbeda-beda sehingga sulit untuk
diterima pada sianak.
Karena anak-anak di Sekolah Khusus Spectrum ini lebih mudah
didekati dengan cara lemah lembut daripada dengan cara memaksa
melainkan dengan rasa kasih sayang atau dengan cara pendekatan dapat
memberikan nasehat dan arahan yang baik.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lihat, pada komunikasi antar
pribadi dalam proses belajar mengajar, yaitu:56
Menulis : Pada materi menulis ini, anak-anak autisme yang sangat
sulit menulis dengan benar diarahkan dengan cara yang baik
melalui dengan pendekatan hati, sehingga anak dapat
berkonsenstrasi dan fokus pada pelajaran. Hal ini bertujuan agar
pesan yang disampaikan dapat dipahami. Sebagai contoh, pada
kelas 4 yang diajarkan oleh ibu Titik Harjani kepada anak autisme
yang bernama Sody, ketika guru memerintahkan menulis ”nama
dan alamat”, Sody selalu menulis dengan huruf yang besar,
walaupun bukan huruf kapital melainkan huruf biasa. Dalam hal ini
56 Berdasarkan Pengamatan di kelas 4, Sekolah Khusus Spectrum, 16 April 2010.
89
ibu Titik bertindak untuk mengarahkan Sody, hal ini berupaya agar
anak dapat menulis dengan baik dan rapih.
Komunikasi antar pribadi dapat mempengaruhi dan mengendalikan
perilaku anak melalui pendekatan psikologis. Pada diri manusia,
khususnya anak-anak terdapat unsur psikologi seperti simpati, initasi,
emosi, dan sugesti. Dalam unsur psikologis tersebut, komunikasi antara
komunikator akan mudah terjadi.
B. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Dalam Proses Komunikasi Di
Sekolah Khusus Spectrum.
Berkomunikasi itu terlihat mudah, tetapi tidak lepas dari berbagai
kendala atau hambatan dalam berkomunikasi. Dengan mengetahui atau
menyadari adanya hambatan dalam aktifitas berkomunikasi, diharapkan dapat
terhindari agar proses penyampaian pesan berlangsung dengan baik. Autisme
merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya kompleks
dan berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, tidak mampu
untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya.
Akibatnya tingkahlaku dan hubungannya dengan orang lain menjadi
terganggu, sehingga keadaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya
Diantara anak berkebutuhan khusus pada anak autis tergolong
memiliki banyak hambatan dan yang utama menjadi ciri khas adalah adanya
gangguan interaksi, komunikasi, dan tingkah laku. Begitupun dalam proses
90
pengajaran komunikasi guru terhadap murid di Sekolah Khusus Spectrum
pastinya mengalami hambatan yang harus diatasi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di
Sekolah Khusus Spectrum Ciputat, bahwa faktor-faktor penghambat dan
penunjang yang terjadi dalam proses komunikasi dalam memberikan
pengajaran terhadap guru dengan murid autisme ialah :
1. Faktor Penghambat Dalam Proses Komunikasi Di Sekolah Khusus
Spectrum.
a. Gangguan komunikasi
Sebagian besar anak autis mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi, baik berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal.
Secara verbal misalnya membeo kalimat yang diucapkan guru atau kalimat
pada iklan di TV. Secara non verbal misalnya hilangnya kontak mata atau
ekspresi wajah yang datar.
”Biasanya faktor yang menjadi penghambat dalam proses
belajar mengajar adalah bahasa penyampaian, karena siswa dengan
keterbelakangan mental akan lebih sulit menangkap materi dengan
pembendaharaan kata yang minim. Jadi komunikasi dua arah
kurang bisa terjalin dengan baik, selain itu adalah narasi dan
deskripsi. Sedangkan faktor penunjang antara lain gambar dan alat
peraga yang bisa memudahkan pemahaman siswa akan materi.”57
Berdasarkan pengamatan pada kelas 4 penulis melihat upaya atau
saran untuk membantu pemahaman pada anak autisme seperti, instruksi
57 Wawancara Pribadi dengan ibu Susi Karyanty.
91
verbal, memberi contoh atau sample, dan perhatian. Untuk lebih
memahami maka penulis membuat tabel dibawah ini:58
Tabel 4.2
Pemahaman dan Upaya Pada Anak Autisme
Hambatan Upaya bantuan
Instruksi
verbal
Diberikan hanya saat anak Memperhatikan, sebaiknya
singkat, tepat guna lugas, dan menggunakan kata-kata
yang dipahami anak
Memberi
contoh atau
sample
Demonstrasikan apa yang telah dimaksudkan dengan
instruksi verbal tadi, lakukan dengan cara lambat, kurangi
porsi sedikit demi sedikit, sejalan dengan penguasaan
anak.
Pehatian Arahkan tangan anak secara fisik, tunjukkan bagaimana
melakukannya, diawali dengan kita yang mengerjakan
semuanya, tetapi secara bertahap kurangi peran kita dalam
pengarahan sehingga anak sedikit demi sedikit
mengerjakan sendiri.
Gangguan proses informasi dan koneksi, sering mengakibatkan
hambatan pada anak untuk mengikuti pelajaran di sekolah umum. Anak
lebih merespon terhadap rangsang penglihatan, sehingga perintah dan
uraian lisan (apalagi jika panjang dalam bahasa rumit) akan sulit anak
pahami. Anak kesulitan untuk dapat mengerjakan 2-3 hal sekaligus pada
58 Berdasarkan Pengamatan di kelas 4,
92
waktu yang bersamaan (menatap sambil mendengarkan, mendengarkan
sambil menulis) Cara berpikir anak yang visual membuat anak lambat
menangkap dari pada anak lain, dimana anak butuh waktu sedikit lebih
lama sebelum berespons. Anak autis mengalami kesulitan memusatkan
perhatian, terus menerus terdistraksi (mudah terpengaruh rangsang
lingkungan), apalagi dikelas terdapat lebih dari 10 anak dengan suara yang
hiruk-pikuk.
”... setiap anak autisme memiliki perbedaan karakter sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami materi
yang kita sampaikan misalnya saja kondisi emosi anak yang labil,
atensi dan konsentrasi anak yang tidak bisa berpusat pada satu
titik. Juga daya tahan duduk, karena anak dengan keterbelakangan
mental akan susah berlama-lama diam disuatu tempat dengan satu
kegiatan yang monoton...”59
b. Gangguan Tingkah laku
Masalah tingkah laku yang khas seperti melompat-lompat,
mengepak-ngepak tangan, berjalan jinjit, senang pada benda yang
berputar, atau memutar-mutarkan benda, mengetuk-ngetuk benda
kebenda lain dan berbagai masalah tingkah laku lain yang tidak wajar
bagi anak seusianya.
Adanya tingkah laku yang khas seperti mengepakkan tangan,
melompat-lompat, seringkali membuat guru dan anak lain di kelas
bingung. Keadaan demikian cenderung akan mengalihkan perhatian.
Tingkah laku khas yang muncul pada anak autis ini bisa merupakan
manifestasi dari rasa frustasi anak (sulit memahami materi pelajaran, sulit
59 Wawancara Pribadi dengan ibu Titik Harjani.
93
berkomunikasi, sulit berinteraksi) atau reaksi anak terhadap stimulasi
lingkungan yang tidak dapat mereka prediksi.
Pada anak autis terdapat dua kelompok utama masalah tingkah
laku; pertama tingkah laku tidak menurut atau tidak patuh, dimana anak
tidak mau mengikuti pengarahan atau perintah guru atau orang tua, dan
kedua tingkah laku mengganggu, biasanya dalam bentuk tantrum
(mengamuk), berteriak, memukul, menggigit dan sebagainya. Dalam
upaya membantu mengatasi masalah tingkah laku ini dapat diarahkan pada
menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dan mengembangkan
tingkah laku yang diinginkan.
c. Gangguan Interaksi
Masalah interaksi dimunculkan sebagai bentuk keengganan anak
untuk secara aktif berinteraksi dengan orang lain. Bahkan sering merasa
terganggu dengan keberadaan orang lain disekitarnya. Tidak dapat
bermain bersama anak lain, lebih senang menyendiri dan sebagainya.
Keterampilan sosial anak autis yang bermasalah, mereka tidak
mudah untuk berkomunikasi, sulit memahami aturan-aturan dalam
bergaul, akibatnya tidak memiliki banyak teman. Minat mereka terbatas
pada orang lain di sekitarnya, sangat pemilih dalam bergaul, cenderung
lebih memilih menyendiri. Mereka hanya memiliki 1-2 teman yang dapat
memberikan rasa aman dan pada umumnya mengalami kesulitan
beradaptasi dalam berbagai kelompok yang dibentuk secara acak atau
mendadak.60
60 Berdasarkan Pengamatan di kelas Talent
94
2. Faktor Penunjang Dalam Proses Komunikasi Di Sekolah Khusus
Spectrum.
a. Perhatian Orang Tua
Tersedianya sarana, waktu, kondisi dan situasi, bahkan
kemampuan siswa memahami pelajaran akan sangat mendukung
keberhasilan belajarnya. Pendekatan pembelajaran tersebut didapat melalui
pendidikan formal dan pendidikan di rumah. Pendidikan di rumah tersebut
adalah pendidikan atau pengajaran yang diberikan secara khusus oleh
orang tua dengan metode yang berbeda sebagai bekal awal bagi anak yang
menderita autistik.
Peran orang tua sangatlah diperlukan disini, dan hendaknya
perlakuan dan kasih sayang orang tua akan memberikan efek yang sangat
baik bagi perkembangan mental anak. Peran orang tua dan guru atau
terapis dalam mengembangkan potensi anak secara menyeluruh sangatlah
besar. Dibutuhkan usaha dan kerja keras tanpa henti serta kesediaan untuk
mencoba berbagai cara untuk menggali potensi anak dan
mengembangkannya seoptimal mungkin.
Orang tua dalam sebuah keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting dan sentral. Orang tua adalah orang yang menjadi pelindung bagi
anaknya dan juga sekaligus sebagai model atau contoh untuk bertindak
bagi anak. Dari orang tua pula anak menginginkan atau mendapatkan
perhatian yang penuh. Perhatian merupakan seuatu yang mesti diberikan
kepada anak dari orang tua dalam sebuah keluarga. Perhatian dapat juga
95
diartikan dengan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan pemilihan rangsang yang datang dari luar sekitar.
”Kalau bicara tentang faktor penghambat dan penunjang
tentunya banyak sekali yah.. Namun, yang biasanya menjadi
perhatian kami, para guru disekolah ini adalah kurangnya
keterlibatan langsung dari para orang tua. Biasanya orang tua
kurang bersifat kooperatif terhadap perkembangan anak-anak
disekolah. Misalnya, pelajaran yang anak-anak terima disekolah
tidak diterapkan juga dirumah, sehingga perkembangan terkesan
lambat. Padahal jika saja para orang tua mau bersikap aktif
terhadap anak-anak mereka, tentunya perkembangan anak akan
jauh lebih baik karena bagaimanapun juga, komunikasi dan
pengajaran orang tua dirumah jauh lebih efektif dibandingkan
disekolah. Lalu faktor yang menjadi penunjang bagi kemajuan
anak-anak salah satunya adalah sarana dan prasarana tidak bisa
dipungkiri lagi jika tidak ada fasilitas tentunya kami juga akan
merasa kesulitan dalam hal belajar mengajar.”61
Dalam hal ini, orang tua dapat memberikan perhatian kepada
anaknya dalam hal pendidikan atau peningkatan prestasi belajar mereka
melalui pembiasaan maupun nasehat dan dialog. Perhatian yang diberikan
oleh orang tua kepada anaknya bisa berupa melatih berbicara yang baik,
pendengaran, penglihatan, dan perabaan.
Untuk mempermudah pemahaman maka penulis membuat tabel
terapi dibawah ini:
Tabel 4.3
Tabel Terapi Pada Anak Autistik
Terapi Tujuan
Wicara Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara
lebih baik.
61 Wawancara Pribadi dengan ibu Sri Wuryanty.
96
Pendengaran untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
Penglihatan Untuk melatih kontak mata dan konsentrasi.
Perabaan untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak
autis
b. Sarana dan Prasarana
Peran sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan sangat
diperlukan karena hal tersebut sangat penting sekali dalam tercapainya
proses kegiatan belajar mengajar yang baik dan efektif. Dari sarana dan
prasarana yang ada dalam Sekolah Khusus Spectrum dapat dikatakan
cukup baik.
Penyediaan fasilitas atau kelengkapan belajar dalam memotivasi
yang selalu diberikan merupakan wujud dari perhatian kita kepada anak
dalam meraih prestasi yang baik. Dengan perhatian yang penuh dari pihak
Sekolah Khusus Spectrum anak akan rajin belajar dan memperoleh prestasi
yang baik.
c. Media Gambar
Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa (anak
autistik) yang belajar dan guru pembimbing yang mengajar. Dalam upaya
membelajarkan anak autistik tidak mudah. Guru pembimbing sebagai
model untuk anak autistik harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif
dan konsisten di dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh
karena itu anak autistik pada umumnya mengalami kesulitan untuk
97
memahami dan mengerti orang lain. Maka guru pembimbing diharuskan
untuk mampu memahami dan mengerti anak autistik.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid di
Sekolah Khusus Spectrum merupakan dunia komunikasi sendiri. Dalam
proses belajar mengajar terjadi pertukaran informasi, ide, dan gagasan
antar keduanya yang terkadang terjadi penyimpangan-penyimpangan
sehingga komunikasi tersebut tidak berjalan dengan efektif dan efisien.
Untuk mengatasi kemungkinan hal tersebut, guru-guru dapat
menggunakan media pendidikan atau pembelajaran dalam proses kegiatan
belajar mengajar, agar terjadi keserasian dalam penerimaan informasi.
Berdasarkan pengamatan pada kelas Talent.62
Media merupakan salah satu rencana untuk meningkatkan kegiatan
belajar mengajar, salah satunya media gambar yang diterapkan di Sekolah
Khusus Spectrum. Media gambar dapat digunakan sebagai sarana
kehidupan sehari-hari, misalnya menyangkut manusia, peristiwa, benda-
benda, tempat dan sebagainya. Tidak semua ide-ide abstrak dalam materi
pelajaran dapat diterjemahkan kedalam bentuk kongkret, namun media
gambar dapat menerjemahkannya. Selain itu dipertunjukkan melalui media
gambar, seperti peredaran darah, pencernaan makanan dan sebagainya.
Dari semua kelebihan itu media gambar sangat efektif dan efisien dalam
proses belajar mengajar.
Media gambar yang digunakan tentu harus ada hubungannya
dengan pelajaran yang sedang berlangsung atau masalah yang sedang
62 Berdasarkan Pengamatan di kelas Talent.
98
dihadapi. Guru harus dapat mengarahkan minat siswa yang sedang melihat
gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam pikirannya. Dari informasi media gambar yang disampaikan
dapat menghasilkan diskusi yang cerdas dan menarik. Apabila semua hal
itu bisa terlaksana, maka dapat dikatakan para siswa akan menguasai
materi pelajaran yang berimplikasi terhadap kemampuan mereka
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam bentuk
tes hasil belajar.
”... Sedangkan faktor penunjang antara lain gambar dan alat
peraga yang bisa memudahkan pemahaman siswa akan
materi...” 63
Media gambar merupakan media yang paling umum digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, karena selain praktis dan ekonomis juga
mudah didapat dan ditunjukkan kepada anak-anak. Pemberian dan
pemanfaatan media gambar pada proses belajar mengajar dapat
memberikan motivasi belajar dan mengembangkan intelegensi pada anak
sekaligus menambah keterbatasan daya indera dalam memberikan
informasi materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, untuk mencapai
hasil pembelajaran yang baik maka siswa harus diarahkan dan dibantu
oleh guru dalam proses pembelajarannya, sehingga tujuan dari pendidikan
dan proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
63 Wawancara Pribadi dengan ibu Susi Karyanti.
99
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengacu pada beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah diatas
yang mengarah pada bentuk komunikasi dan faktor-faktor penghambat dan
penunjang yang digunakan dalam mendidik murid autisme di Sekolah Khusus
Spectrum Ciputat, akhirnya diperoleh serangkaian kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal, bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan
secara lisan dan tulisan. Pada Sekolah Khusus Spectrum ini terdapat
materi-materi yang menggunakan komunikasi verbal, antara lain
menghitung, menulis, membaca, dan kerajinan tangan.
2. Komunikasi non verbal, selain menggunakan komunikasi verbal guru-guru
juga menggunakan komunikasi non verbal, komunikasi ini disebut bahasa
isyarat, lambang-lambang atau simbol-simbol. Guru-guru Spectrum
menggunakan komunikasi non verbal untuk dapat mengarahkan dan
mendidik perilaku anak autisme.
3. Komunikasi antar pribadi, dengan menggunakan komunikasi antar pribadi
memungkinkan anak dapat menangkap reaksi secara langsung. Karena,
komunikasi antar pribadi dapat mempengaruhi dan mengendalikan
perilaku anak melalui pendekatan psikologis.
60
100
Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penunjang selama
proses kegiatan belajar mengajar pada Sekolah Khusus Spectrum, yaitu:
1. Faktor penghambat, diantara anak berkebutuhan khusus pada anak autisme
tergolong memiliki banyak hambatan dan yang menjadi cirri khas adalah
adanya gangguan interaksi, komunikasi, dan tingkah laku.
2. Faktor penunjang, Dalam mendidik anak-anak autisme dibutuhkan kerja
keras dan usaha tanpa henti sekaligus menggali potensi dan perkembangan
intelegensi pada anak. Untuk keberhasilan pada anak maka dibutuhkan
perhatian orang tua dan sarana-prasana yang dapat mendukung minat
belajar semakin meningkat.
101
B. SARAN-SARAN
Dari kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran-saran yang dapat
disampaikan, yaitu:
1. Dalam memberikan materi kepada murid, seorang guru hendaknya
selalu menggunakan kata-kata yang lemah lembut, serta mudah
dipahami oleh murid,
2. Sebaiknya guru-guru menguasai bentuk-bentuk komunikasi lebih
mendalam dalam menyampaikan materi secara lisan maupun non lisan,
3. Peningkatan kreativitas terhadap guru dalam memberikan materi
kepada murid, agar mereka tidak jenuh dan merasa senang serta
nyaman ketika belajar,
4. Pembinaan oleh murid sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh para guru
saja, akan tetapi juga harus dilakukan dirumah oleh orang tua masing-
masing, sehingga apa yang telah diberikan disekolah dapat diterapkan
dirumah dengan bimbingan orang tua. Dan orang tuapun harus
memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Selain itu peran orang tua
sangat menentukan dalam kemajuan berprestasi pada anak.
102
BERITA WAWANCARA
NAMA : Titik Harjani, S.Pd
JABATAN : Guru
PEWAWANCARA : Hidayat Riyadi
Assalamu alaikum Wr.Wb. nama saya Hidayat Riyadi, saya
Mahasiswa dari Unersitas Negeri Islam (UIN), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan
skripsi saya yang berjudul “Strategi Komunikasi Guru Dalam Mendidik Murid
Autisme Di Sekolah Khusus Spectrum Ciputat”. Ingin mewawancarai bapak/ ibu
dalam beberapa pertanyaan.
Pertanyaan : Mohon ibu jelaskan, nama dan jabatan ibu di Sekolah Khusus
Spectrum ?
Jawab : Titik Harjani, jabatan sebagai guru kelas.
Pertanyaan : Berapa lama ibu mengajar di Sekolah Khusus Spectrum ?
Jawab : Saya mengajar kurang lebih 5 tahun, 10 bulan.
Pertanyaan : Menurut pengalaman ibu selama mengajar di Sekolah Khusus
Spectrum, bentuk komunikasi apa yang digunakan ketika mengajar
di kelas ?
103
Jawab : Biasanya saya menggunakan komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal, karena dengan komunikasi verbal atau non verbal
memudahkan saya dalam menyampaikan materi-materi.
Pertanyaan : Apakah bentuk komunikasi yang ibu gunakan selalu berhasil ?
mohon jelaskan!
Jawab : Belum tentu, melihat kemampuan anak. Apabila disampaikan
secara verbal anak belum memahami maka akan diulang-ulang dan
disertai isyarat tangan.
Pertanyaan : Bisakah ibu memberi contoh materi yang lengkap dan mudah
dipahami oleh para murid mengenai pengajaran dengan
menggunakan komunikasi verbal ?
Jawab : Contoh materi yang mudah dipamahi oleh para murid biasanya
dengan membuat suatu kalimat yang mempunyai pola dasar SPO,
atau bisa memakai alat bantu gambar atau dengan stimulasi berupa
pertanyaan siapa, sedang apa, dan apa.
Pertanyaan : Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan penunjang
dalam proses belajar mengajar ?
Jawab : Faktor yang menjadi penghambat biasanya dari individu masing-
masing, karena setiap anak autisme memiliki perbedaan karakter
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami
materi yang kita sampaikan misalnya saja kondisi emosi anak yang
labil, atensi dan konsentrasi anak yang tidak bisa berpusat pada
satu titik. Juga daya tahan duduk, karena anak dengan
keterbelakangan mental akan susah berlama-lama diam disuatu
104
tempat dengan satu kegiatan yang monoton, sedangkan faktor
penunjang dalam proses belajar mengajar adalah melalui sarana
dan prasarana.
Pertanyaan : Apakah anak-anak cepat tanggap dalam memahami pelajaran
didalam kelas ?
Jawab : Kalau materi yang bersifat hafalan, bisa dilihat dari daya tangkap
anak terhadap materi pelajaran.
Pertanyaan : Bagaimana kemampuan anak dalam merespon yang bersifat
hafalan?
Jawab : Biasa kemampuan respon anak pada pelajaran berbeda-beda. Ini
semua tergantung dari kemampuan daya ingat anak tersebut.
.
105
BERITA WAWANCARA
NAMA : Susi Karyanti, S.Psi
JABATAN : Guru
PEWAWANCARA : Hidayat Riyadi
Assalamu alaikum Wr.Wb. nama saya Hidayat Riyadi, saya
Mahasiswa dari Unersitas Negeri Islam (UIN), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan
skripsi saya yang berjudul “Strategi Komunikasi Guru Dalam Mendidik Murid
Autisme Di Sekolah Khusus Spectrum Ciputat”. Ingin mewawancarai bapak/ ibu
dalam beberapa pertanyaan.
Pertanyaan : Mohon ibu jelaskan, nama dan jabatan ibu di Sekolah Khusus
Spectrum ?
Jawab : Baiklah, nama ibu Susi Karyanti dan jabatan itu disekolah ini
sebagai wali kelas.
Pertanyaan : Berapa lama ibu mengajar di Sekolah Khusus Spectrum ?
Jawab : Ibu mengajar disekolah ini kira-kira sekitar tiga tahun tiga bulan.
Pertanyaan : Menurut pengalaman ibu selama mengajar di Sekolah Khusus
Spectrum, bentuk komunikasi apa yang digunakan ketika mengajar
di kelas ?
Jawab : Menurut pengalaman yang ibu dapat selama mengajar disekolah
ini biasanya bentuk komunikasi yang dipakai dalam aktifitas
belajar mengajar adalah secara verbal atau lisan.
106
Pertanyaan : Apakah bentuk komunikasi yang ibu gunakan selalu berhasil ?
mohon jelaskan!
Jawab : Hmm... tidak juga, karena biasanya berhasil atau tidaknya bentuk
komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar
tergantung dari kondisi siswa itu sendiri, apakah dia sudah
mengerti dan memahami komunikasi secara dua arah.
Pertanyaan : Bisakah ibu memberi contoh materi yang lengkap dan mudah
dipahami oleh para murid mengenai pengajaran secara verbal ?
Jawab : Biasanya, hal yang sering ibu lakukan agar siswa dengan
keterbelakangan mental bisa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan, ibu memberikan latihan-latihan dan contoh sesuai
materi yang diberikan.
Pertanyaan : Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan penunjang
dalam proses belajar mengajar ?
Jawab : Biasanya faktor yang menjadi penghambat dalam proses belajar
mengajar adalah bahasa penyampaian, karena siswa dengan
keterbelakangan mental akan lebih sulit menangkap materi dengan
pembendaharaan kata yang minim. Jadi komunikasi dua arah
kurang bisa terjalin dengan baik, selain itu adalah narasi dan
deskripsi. Sedangkan faktor penunjang antara lain gambar dan alat
peraga yang bisa memudahkan pemahaman siswa akan materi.
Pertanyaan : Apakah anak-anak cepat tanggap dalam memahami pelajaran
didalam kelas ?
107
Jawab : Kalau bicara soal tanggap terhadap pelajaran tidak bisa dikatakan
cepat, tapi tidak pula diartikan lambat. Karena kemampuan berfikir
anak-anak autisme satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Ada
yang lebih cepat tanggap terhadap pelajaran tertentu, tapi ada pula
yang tidak. Jadi, semuanya tergantung dari individu masing-
masing.
Pertanyaan : Bagaimana kemampuan anak dalam merespon yang bersifat
hafalan?
Jawab : Sama halnya dengan cara tanggap anak pada pelajaran,
kemampuan anak merespon terhadap pelajaran yang bersifat
hafalan terngantung dari siswanya.
108
BERITA WAWANCARA
NAMA : Sri Wuryanty S.Pd
JABATAN : Guru
PEWAWANCARA : Hidayat Riyadi
Assalamu alaikum Wr.Wb. nama saya Hidayat Riyadi, saya
Mahasiswa dari Unersitas Negeri Islam (UIN), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan
skripsi saya yang berjudul “Strategi Komunikasi Guru Dalam Mendidik Murid
Autisme Di Sekolah Khusus Spectrum Ciputat”. Ingin mewawancarai bapak/ ibu
dalam beberapa pertanyaan.
Pertanyaan : Mohon ibu jelaskan, nama dan jabatan ibu di Sekolah Khusus
Spectrum ?
Jawab : Nama ibu Sri Wuryanty dan jabatan ibu di Sekolah Khusus
Spectrum ini adalah sebagai koodinator guru.
Pertanyaan : Berapa lama ibu mengajar di Sekolah Khusus Spectrum ?
Jawab : Ibu mengajar disekolah ini kurang lebih sekitar lima setengah
tahun.
Pertanyaan : Menurut pengalaman ibu selama mengajar di Sekolah Khusus
Spectrum,bentuk komunikasi apa yang digunakan ketika mengajar
di kelas Talent?
109
Jawab : Lima setengah tahun mengajar disekolah ini ibu rasa belumlah
cukup untuk bisa dijadikan tolak ukur dalam kaitannya dengan
bentuk komunikasi antar guru dan murid-murid disekolah ini. Hal
ini disebabkan karena berkomunikasi dengan anak-anak autisme
tidaklah semudah berkomunikasi dengan anak-anak umumnya.
Namun, selama ibu mengajar disini sedikit banyaknya ibu telah
mampu beradaptasi dengan anak-anak yang mempunyai
keterbelakangan mental. Biasanya bentuk komunikasi yang ibu
gunakan ada dua macam, yang pertama adalah komunikasi verbal
dan yang kedua komunikasi non verbal, berupa bahasa isyarat yang
biasanya bisa dilakukan secara spontan.
Pertanyaan : Bisakah ibu memberi contoh materi yang lengkap dan mudah
dipahami oleh para murid mengenai pengajaran secara non-
verbal ?
Jawab : Pada anak yang mempunyai keterbelakangan mental, kita harus
bisa ekstra sabar dan kerja keras dalam memberikan materi agar
hal-hal yang akan disampaikan bisa mereka tangkap dengan baik.
Untuk komunikasi non verbal sendiri, kita biasanya mengajarkan
mereka pada hal-hal yang sering terjadi pada masyarakat misalnya,
mengenalkan mereka pada benda-benda, nama, alamat, dan
kerajinan tangan.
Pertanyaan : Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan penunjang
dalam proses belajar mengajar ?
110
Jawab : Kalau bicara tentang faktor penghambat dan penunjang tentunya
banyak sekali yah.. Namun, yang biasanya menjadi perhatian kami,
para guru disekolah ini adalah kurangnya keterlibatan langsung
dari para orang tua. Biasanya orang tua kurang bersifat kooperatif
terhadap perkembangan anak-anak disekolah. Misalnya, pelajaran
yang anak-anak terima disekolah tidak diterapkan juga dirumah,
sehingga perkembangan terkesan lambat. Padahal jika saja para
orang tua mau bersikap aktif terhadap anak-anak mereka, tentunya
perkembangan anak akan jauh lebih baik karena bagaimanapun
juga, komunikasi dan pengajaran orang tua dirumah jauh lebih
efektif dibandingkan disekolah. Lalu faktor yang menjadi
penunjang bagi kemajuan anak-anak salah satunya adalah sarana
dan prasarana tidak bisa dipungkiri lagi jika tidak ada fasilitas
tentunya kami juga akan merasa kesulitan dalam hal belajar
mengajar.
Pertanyaan : Bagaimana kemampuan anak dalam merespon yang bersifat
hafalan ?
Jawab : Kemampuan merespon setiap anak berbeda-beda. Untuk pelajaran
yang bersifat hafalan khusus untuk anak autisme yang ringan bisa
dikatakan lancar. Jadi semuanya tergantung pada kemampuan
individu anak tersebut.
top related