Skripsi Lengkap AHMAD ALWY SFarm.pdf
Post on 29-Nov-2015
507 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK (Samanea saman)
DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Oleh
AHMAD ALWY
NIM. 70100108007
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2012
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Makassar, 24 Juli 2012
Penulis,
Ahmad Alwy NIM. 70100108007
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Pengruh Konsentrasi Etanol terhadap Penjerapan
Nifedipin pada Formula Ethosome” yang disusun oleh Rizal, NIM: 70100108073,
mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar,
telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan
pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2012 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1433 H
dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Makassar, 24 Juli 2012 M
4 Ramadhan 1433 H
DEWAN PENGUJI:
Ketua : Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH., MH. Kes. (…...….)
Sekretaris : Drs. Wahyudin G, M.Ag. (………)
Pembimbing I : Isriany Ismail, S.Si., M.Si, Apt. (………)
Pembimbing II : Gemy Nastity Handayani, S.Si, M.Si., Apt. (………)
Penguji I : Surya Ningsi, S.Si., Apt. (………)
Penguji II : Drs. Dudung Abdullah, M.Ag. (………)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, M.PH., MH. Kes
NIP. 19530119 198110 1 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan
semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penulis, diantaranya
keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penulis menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan
rahmat dari Allah swt.
Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga dan para
sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhoi oleh
Allah swt.
Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang
terealisasi dalam bentuk skripsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan
keilmuan ke depannya. Penulis sangat menyadari bahwa apa yang terurai sangat
sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, namun bagi penulis penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh
karena itu ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Hj. Maryam
Malik dan Ayahandaku Almarhum KH. Andi Baharuddin Zuhra BA yang
memberikan do’a, bimbingan, curahan kasih sayang, serta motivasinya yang
senantiasa mengiringi penulis dalam setiap langkah. Terima kasih pula kepada
kakakku Zuhriah S.Pt, M.Si, St Fakhirah,S.EI, Aswirah, S.Pd.I, Hamrah,S.Pd
dan Baso Hilmy,S.Pd.I serta keluarga besarku atas segala perhatian dan
dukungannya selama ini.
Terima kasih pula kepada Bapak/ Ibu :
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT,MS., Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar yang telah memberikan dukungan demi selesainya skripsi
ini.
2. Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH.,MH.Kes., Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungan dan arahannya.
3. Fatmawaty Mallapiang, SKM, MKes., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas segala arahan dan bimbingannya
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Wahyuddin G, M.Ag., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.
5. Gemy Nastity Handayani S.Si., M.Si., Apt., Ketua Prodi Farmasi dan sebagai
pembimbing pertama dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak
berkontribusi besar dalam menyelesaikan skripsi.
6. Isriany Ismail, S.Si., M.Si., Apt., Pembimbing kedua atas segala arahan dan
bimbingannya yang meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Haeria S.Si., M.Si. Sekretaris Jurusan Farmasi sekaligus penguji kompetensi
yang senantiasa memberikan arahannya.
8. Dr. Abdullah, S.Ag, M.Ag., Penguji agama yang telah memberikan arahan
dan bimbingannya.
9. Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si, Apt. Selaku penasehat akademik yang
telah membimbing, memberikan saran dan mengarahkan dalam
penyempurnaan skripsi penulis.
10. Dosen dan seluruh staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan dan
segala bantuan yang diberikan kepada penulis sejak menempuh pendidikan
farmasi, melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku dan laboran, atas masukan dan bantuannya dalam
melaksanakan penelitian. Kakak-kakak mahasiswa Farmasi angkatan 05, 06,
07, teman-teman 08, adik-adik 09, 010, dan 011 atas bantuan dan
kerjasamanya selama penulis melaksanakan pendidikan.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar kiranya perjuangan
penulis dalam penyelesaian skripsi ini dapat menjadi amal saleh dan diberikan
pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangannya, namun besar harapan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk kebaikan Ummat.
Semoga Allah swt., selalu melindungi kita semua. Amin ya Rabbal A’lamin.
Makassar, 24 Juli 2012
Penulis,
Ahmad Alwy NIM. 70100108007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................................ 6
a. Epidermis ....................................................................................... 6
b. Dermis ........................................................................................... 8
c. Subkutis ......................................................................................... 8
B. Luka Bakar ......................................................................................... 9
a. Definisi Luka Bakar ....................................................................... 9
b. Derajat Luka Bakar ........................................................................ 10
c. Patofisiologi .................................................................................... 12
d. Proses Penyembuhan Luka Bakar ................................................... 13
e. Penyebab Infeksi Luka Bakar ......................................................... 14
f. Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar . 14
g. Penanggulangan Luka Bakar .......................................................... 15
C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) ............................................ 16
a. Sistematika Tanaman Kayu Colok ................................................. 16
b. Morfologi Tanaman ....................................................................... 17
c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman ...................................... 19
D. Krim ..................................................................................................... 19
a. Emulgator ....................................................................................... 21
b. Pembuatan Emulsi .......................................................................... 25
E. Penyarian ........................................................................................... 26
a. Metode Penyarian .......................................................................... 26
b. Ekstraksi ......................................................................................... 27
c. Maserasi .......................................................................................... 27
F. Uraian Hewan Coba ........................................................................... 28
a. Klasifikasi Tikus Putih ................................................................... 28
b. Sifat-sifat ....................................................................................... 28
G. Islam dan Kesehatan .......................................................................... 29
a. Kedudukan Obat dalam Islam ........................................................ 30
b. Islam dan Teknologi Pengobatan ................................................... 31
c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam .......................................... 34
d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim .............................................. 35
e. Kedudukan Gizi sebagai Penunjang Pengobatan dalam Islam ........ 37
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 39
A. Alat dan Bahan ................................................................................... 39
B. Penyiapan Hewan Uji .......................................................................... 39
C. Metode Kerja ....................................................................................... 40
1. Penyiapan sampel .......................................................................... 40
2. Ekstraksi ........................................................................................ 40
3. Pembuatan sediaan krim ............................................................... 41
4. Pengujian efek penyembuhan luka bakar ..................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 45
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 45
B. Pembahasan ...................................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 52
A. Kesimpulan ........................................................................................ 52
B. Saran .................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea
saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak ......................................... 41
2. Rata-rata Efek Penyembuhan Luka Bakar ......................................... 45
3. Perubahan Diameter Luka Bakar ....................................................... 56
4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar ................................................ 57
5. Efek Penyembuhan Luka Bakar ......................................................... 58
6. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai Penutupan Luka ...... 59
7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ................................................ 60
8. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai
Penutupan Luka ................................................................................. 61
9. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka Tertutup 100% ......... 62
10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ................................................ 63
11. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka
Tertutup 100% ................................................................................... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman) .................. 53
2. Skema Kerja Pembuatan Krim ................................................................ 54
3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar ........................ 55
4. Foto Pohon dan Daun Kayu Colok (Samanea saman) ............................ 65
5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman)
dan Kontrol Negatif ................................................................................ 66
6. Foto Bioplacenton®
................................................................................. 66
7. Foto Alat Penginduksi Panas .................................................................. 67
8. Foto Tikus saat Dinduksi Pana ................................................................ 67
9. Foto Pengukuran Diameter Luka Bakar pada Tikus Putih ...................... 68
10. Foto Tikus Putih yang Lukanya dibalut dengan Kain Kasa Steril ........... 68
11. Foto Hari Pertama Luka Bakar pada Tikus Putih .................................... 69
12. Foto Luka Bakar pada Saat Mengalami Pembengkakan ........................ 69
13. Foto Luka Bakar pada Saat Luka Sembuh ............................................... 70
14. Foto Saat Bulu Kembali Tumbuh pada Tikus Putih ................................ 70
ABSTRAK
Nama Penulis : Ahmad Alwy
NIM : 70100108007
Judul Skripsi : Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol
Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk
Sediaan Krim
Telah dilakukan penelitian terhadap aktifitas penyembuhan luka bakar
ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim
yang diujikan pada tikus putih jantan. Tujuannya agar dapat mengetahui efek
penyembuhan luka bakar dari ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).
Metode yang digunakan adalah ekstraksi sampel dengan cara maserasi dan
krim luka bakar dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 8%. Di samping itu
juga digunakan basis krim sebagai kontrol negatif dan Bioplacenton®
sebagai
kontrol positif, selanjutnya kulit punggung tikus putih jantan dilukai dengan
penginduksi panas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberi krim dengan
kandungan ekstrak 2% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 15,
krim dengan kandungan ekstrak 4% memberikan efek penyembuhan rata-rata
pada hari ke 14, sedangkan krim dengan kandungan ekstrak 8% memberikan efek
penyembuhan rata-rata pada hari ke 12.
Dari hasil uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) dapat disimpulkan bahwa krim yang memberikan efek
penyembuhan luka bakar paling baik adalah sediaan krim ekstrak metanol daun
kayu colok (Samanea saman) kandungan ekstrak 8%.
ABSTRACT
Author Name : Ahmad Alwy
NIM : 70100108007
Thesis title : Activity Test of Combustio Healing by Methanol Extract
of Kayu Colok Leaf (Samanea saman) in cream
preparations form
Researched on combustio healing activity of methanol extract of kayu
colok leaf (Samanea saman) in cream dosage forms are tested on white male rats.
The goal is to be aware of the healing effects of combustio from the methanol
extract of kayu colok leaf (Samanea saman).
The using method is the sample extraction with maceration and combustio
cream made in 3 concentrations are 2%, 4%, and 8%. In addition to the cream
base was also used as negative controls and Bioplacenton®
as a positive control,
then the back skin of male white rats injured by a hot conductor.
The results showed that the group given the extract cream containing 2%
show healing effect on average on day 15, the cream containing extracts of 4%
gives the average treatment effect on day 14, whereas the cream containing
extracts of 8% give the average healing effect on day 12.
From the results of statistical tests Completely Randomized Design (CRD)
and the Smallest Real Differences Test (LSD) can be concluded that the cream
that gives the effect of combustio healing is the best dosage of methanol extract
cream of kayu colok leaf (Samanea saman) extract content 8%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi di mana
saja baik di rumah, tempat kerja, bahkan di jalan atau tempat-tempat lain.
Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas
bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain (Effendi, 1999: 1). Luka
bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman
luka bakar. Walaupun demikian beratnya luka bakar tergantung pada dalam,
luas, dan daerah luka (Syamsuhidayat, 1997: 72).
Luka bakar yang terjadi dapat menimbulkan kondisi kerusakan kulit
selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Penderita luka
bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda
dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan, dan lain-lain).
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti
ditempati kuman dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati,
mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk waktu yang lama (mudah
terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan jaringan untuk menutup
(Effendi, 1999: 4).
Pohon Colok (Samanea saman) merupakan tanaman yang oleh
masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sering
digunakan batangnya sebagai kayu bakar. Di samping itu, getah yang
dikeluarkan dari hasil pembakaran kayu dipercaya dapat menghilangkan
bekas luka, serta daunnya biasa direndam dan air hasil rendamannya
dimandikan kepada bayi untuk menjaga kulit bayi dari penyakit kulit.
Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok
(Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac
glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam
proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai
pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka. Sedangkan
flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik
(Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2).
Salah satu penanganan luka bakar yaitu mencegah adanya
mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan beberapa
sediaan krim luka bakar mengandung bahan alam yang berefek antibakteri
seperti ekstrak daun nanas (Ananas comosus), ekstrak daun senduduk
(Melastoma malabathricum), ekstrak daun binahong (Anredera scandens)
(Pujilestari, 2007: 20; Simanjuntak, 2008: 19; Ardiyanto, 2009:2).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raghavendra menunjukkan
bahwa ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) konsentrasi
0,002% dalam 106 CFU/ml mampu menghambat Escherichia coli dengan
zona hambat 8,87 mm, Staphylococcus aureus dengan zona hambat yaitu
18,37 mm, Pseudomonas aeruginosa dengan zona hambat 10,18 mm dan
zona hambat 9,75 mm pada Streptococcus faecalis (Raghavendra et al, 2008:
2)
Penggunaan esktrak daun kayu colok (Samanea saman) sebagai obat
luka bakar belum maksimal, karena penggunaannya yang kurang praktis jika
harus disiapkan dan dioleskan langsung dengan simplisia utuh atau
ekstraknya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu formula yang dapat
memudahkan penggunaannya seperti krim.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat
baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya
digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2008:
513). Tipe M/A merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci.
Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga
konsentrasi bahan obat akan naik dan mendorong penyerapannya ke jaringan
kulit. Pasien lebih memilih M/A karena penyebarannya lebih baik dan
penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit. Krim A/M
mempunyai sifat lebih berminyak dan viskositasnya lebih besar daripada M/A
(Aulton, 1988: 1234).
Kemampuan ekstrak daun kayu colok (Samanea saman) dalam
menghambat mikroba bentuk ekstrak murni mungkin berbeda jika ekstrak
tersebut diformulasi dalam bentuk sediaan krim karena pengaruh basis. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian tentang “Uji Aktifitas Penyembuhan Luka
Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk
Sediaan Krim” dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak metanol daun
kayu colok (Samanea saman).
Allah swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Sajadah ayat 27 menjelaskan
bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia.
Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah
tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaan-
Nya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu
colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim?
2. Berapa konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea
saman) dalam bentuk sediaan krim yang memiliki aktifitas terhadap
penyembuhan luka bakar terbaik?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang pemanfaatan tanaman untuk
pengobatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan formula sediaan krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu
colok (Samanea saman).
2. Mengetahui konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok
(Samanea saman) yang memiliki aktifitas penyembuhan luka bakar yang
setara dengan sediaan luka bakar dengan merek dagang.
3. Mengetahui kedudukan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam
Islam untuk menunjang kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Pemanfaaan bahan alam sebagai alternatif pengobatan luka bakar. (praktis)
2. Mendapatkan formula krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok
(Samanea saman). (praktis)
3. Meningkatkan penggunaan ekstrak tumbuhan untuk pengobatan. (teoritis)
4. Sebagai bahan referensi tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam
Islam untuk menunjang kesehatan. (teoritis)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap
pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit berfungsi
sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga keluarnya substansi-substansi
penting dari dalam tubuh dan masuknya substansi-substansi asing ke dalam
tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia,
namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa
obat atau bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau
efek toksik. Secara mikroskopik, kulit tersusun dari berbagai lapisan yang
berbeda-beda, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis yang tersusun alas pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dan lapisan jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang disebut
lapisan hypodermis (Sany, 2009: 4).
a. Epidermis
Sratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti
selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, selnya
pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak
yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan
tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel
sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum. Stratum granulosum,
stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut
terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam
sitoplasma dengan butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan
fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir
stratum granulosum.
Stratum spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8
lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah
mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal (banyak
sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-
selnya berduri.
Stratum basa/germinativum, disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-
sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris
(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang
halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar
(palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang
disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis
merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas
ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada
epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit), dan epidermis
menonjol ke arah kerium (Syaifuddin, 2003: 25).
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan
epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai
patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum
papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara
pars papikularis dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke
subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan
ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut: serabut kolagen, serabut
elastik, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai
tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan
kepada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan
retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan
memberikan kekuatan pada alas tersebut (Syaifuddin, 2003: 26).
c. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di
antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-
sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir,
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga
pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock breaker atau pegas
bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas
atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan
untuk kecantikan tubuh. Di bawah Subkutis terdapat selaput otot
kemudian baru terdapat otot (Syaifuddin, 2003: 26).
B. Luka Bakar
a) Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003: 4). Stratum
korneum diduga merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air.
Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil dan banyak
mengembang bila tercelup dalam air. Hal ini menjaga permukaan kulit
tetap halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang,
kulit akan menjadi kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid
bukan sebagai mantel penutup yang menolak air, tapi dapat membantu
menahan air agar tetap tinggal dalam kulit (Anief, 1997: 73).
Bila terjadi dehidrasi stratum korneum sampai kira-kira di bawah
10% air akan menimbulkan celah dan membuka jalan bagi substansi
iritan dan mikroorganisme masuk ke dalam kulit. Hilangnya stratum
korneum memberi jalan penguapan (evaporasi), kekurangan komponen
sel, dan terjadinya penetrasi substansi asing tanpa ada halangan (Anief,
1997: 74).
Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan
jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab
dan lama kontak.
1. Penyebab
Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air
panas, kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga menyebabkan
kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia,
terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan (Moenadjat, 2003:
301).
2. Lama Kontak
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas
dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi
(Moenadjat, 2003: 301).
b) Derajat Luka Bakar
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan
oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh
tingginya suhu dan lamanya pejanan suhu tinggi (Syamsuhidayat, 1997:
82). Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga:
1) Luka Bakar Derajat Satu
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis. Luka tampak
sebagai eritema, kemerahan, keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas
setempat misalnya tersengat sinar matahari. Luka bakar ini biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan sembuh tanpa bekas (Syamsuhidayat,
1997: 83).
2) Luka Bakar Derajat Dua
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, dijumpai pula dasar luka
berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi (Moenadjat, 2003: 5).
a. Derajat Dua Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dan dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 10-14 hari (Moenadjat, 2003: 5).
b. Derajat Dua Dalam (Deep)
Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea sebagian kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu satu bulan (Moenadjat,
2003: 5).
3) Luka Bakar Derajat Tiga
Kerusakan meliputi kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau
organ yang lebih dalam. Tidak ada kaji elemen epitel hidup yang
tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, karena itu
untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit
tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih
rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan
tidak terasa nyeri (Syamsuhidayat,1997: 83).
c) Patofisiologi
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan
lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka
bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel (Effendi, 1999: 5). Luka bakar dapat mengakibatkan
syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpejankan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas tinggi sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga
dapat terjadi anemia, meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem,
menimbulkan gelembung berisi cairan (bula) dengan membawa serta
elektrolit sehingga volume cairan intravaskuler berkurang. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena
penguapan yang berlebihan (Syamsuhidayat, 1997: 83).
Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi
pada kulit yang mati. Kontaminasi kulit yang mati tersebut merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal
dianjurkan (Syamsuhidayat, 1997: 83).
d) Proses Penyembuhan Luka Bakar
Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase yaitu fase
inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan
kembali jaringan (Simanjuntak, 2008: 35):
1) Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari
kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan
pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan
reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar
dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin
yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin
yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi
cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat
menyebabkan pembengkakan.
2) Fase Proliferasi
Fase profliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibrolas. Fase ini berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat
kolagen yang mepertautkan tepi luka.
3) Fase Penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari
penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan perupaan kembali
jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan
dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena
proses penyembuhan.
e) Penyebab Infeksi Pada Luka Bakar
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar
yaitu Streptococcus atau Stafilococcus serta mikroorganisme gram
negatif. Mikroorganisme tersebut terdapat pada folikel rambut dan
kelenjar keringat yang akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar
yang belum memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal
(Moenadjat, 2003: 322).
f) Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar
Faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka bakar,
baik pengaruh positif maupun negatif sehingga luka dihadapkan pada
kemungkinan mengalami penyembuhan spontan. Faktor internal seperti
usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolisme
khususnya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses
penyembuhan. Faktor eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap
luka, dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan proses
penyembuhan berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan
penatalaksanaan yang tidak tepat akan terjadi konversi luka bakar derajat
II dangkal menjadi II dalam, luka bakar derajat II dalam menjadi derajat
III dan seterusnya, atau bahkan kematian jaringan (Moenadjat, 2003:
325).
g) Penanggulangan Luka Bakar
a. Terapi Non Obat
Penanganan pada terapi ini dilakukan dengan memberikan
kompres dingin menggunakan es atau direndam dalam air dingin. Hal
ini harus dilakukan setelah kejadian. Pakaian dibuka kecuali yang
melekat pada luka bakar. Luka bakar derajat I tidak memerlukan
pembalutan atau pengobatan. Rasa sakit dapat dikurangi dengan
pemberian emolient seperti vaselin. Luka bakar derajat II dapat diberi
kompres dengan larutan garam pekat dan dapat diberikan pembalut.
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa harus segera
ditangani, sebaiknya dibawa ke Rumah sakit. Kepada korban
kebakaran tingkat III ini pasien biasanya diberikan oksigen melalui
sungkup muka (masker) untuk menghadapi efek dari karbon
monooksida (Rahman, 2010: 18).
b. Terapi Obat
Luka bakar yang dapat diobati sendiri yaitu luka bakar ringan
dengan tidak mengenai bagian tubuh yang penting. Misalnya daerah
leher, muka dan genitel. Prinsip penanganan utama adalah
mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan
memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan
menutup permukaan luka. Obat yang digunakan adalah yang
mengandung Neomicyn sulfat, placenta extra, atau yang mengandung
Perak sulfadiazin. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan
membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya
dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Sediaan Antiseptik
yang biasa digunakan adalah rivanol, alkohol, yodium, dan
sebagainya. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS
(Anti Tetanic Serum) dan atau toksoid. Analgesik diberikan apabila
penderita kesakitan (Suratman, 1996: 2; Rahman, 2010: 19).
C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)
a. Sistematika Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)
Kedudukan kayu colok (Samanea saman) dalam taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman
Kayu Colok (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh
asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah
diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai
beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East
Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis
dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba),
Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis). Di
beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree
(Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (Nuroniah, 2010: 4).
Di Indonesia umumnya jenis ini dikenal dengan nama trembesi,
dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan
(Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah).
b. Morfologi Tanaman
Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko,
Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis
dan subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas,
termasuk diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan
rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Kayu Colok dapat
bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, suhu 20°-
38°C dimana suhu maksimal saat musim kering 24°-38°C dan suhu
minimal saat musim basah 18°-20°C. Pertumbuhan optimum pada kondisi
basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat
beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di
berbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4)
meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini
memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah
tergenang air dalam waktu pendek (Staples, 2006: 5).
Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter
setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m.
Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran
horisontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di
tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya
bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil.
Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk
umbel (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam
dua warna (putih di bagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang
berserbuk. Ratusan kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi
kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan
dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga perkelompok yang
dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan, dan setelah tua akan
segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji yang
berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji
memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu
kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara
mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka.
Dalam satu kilogram terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan
kering pada suhu 0°-3°C dalam kotak tertutup (Staples, 2006: 6).
c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman
Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok
(Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac
glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam
proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai
pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka.
Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai
antiseptik (Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih,
2008: 2).
D. Krim
Emulsi yang dikenal dengan istilah lotion atau krim, merupakan
bentuk sediaan yang paling sering digunakan. Krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut terdispersi ke
dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi yang relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih dianjurkan
untuk penggunaan kosmetika atau estetika (Anonim, 1995: 6).
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamika tidak
stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu
sama lain. Di mana cairan yang satu terdispersi ke dalam cairan yang lain dan
untuk memantapkannya ditambahkan emulgator (Voight, 1995: 398).
Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi, dapat dibedakan
antara emulsi cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak
ikan, emulsi parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi terdiri dari
dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainnya, di mana yang satu
menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil. Fase hidrofil umumnya
adalah air atau suatu cairan yang dapat bercampur dengan air, sedangkan fase
lipofil adalah minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak. Ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, apakah fase hidrofil yang terdispersi ke
dalam lipofil ataukah fase lipofil yang terdispersi ke dalam fase hidrofil
(Voight, 1995: 399).
Pada formulasi krim ada dua tipe emulsi yang digunakan yaitu minyak
dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Pemilihan basis didasarkan
atas tujuan penggunaannya dan jenis bahannya yang akan digunakan
(Lachman, 1994: 1030).
Faktor-faktor yang menentukan apakah akan terbentuk emulsi A/M
atau M/A tergantung pada dua sifat kritis yaitu terbentuknya butir tetes dan
terbentuknya rintangan antarmuka. Bila emulgator hanya dapat larut atau
lebih suka air (sabun, natrium, tween) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A.
Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun
kalsium, span) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A (Anief, 1999: 27).
Pada formulasi krim masing-masing basis, memiliki keuntungan pada
penghantaran obat. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah M/A yang
dikenal dengan ‘krim’. Basis vanishing cream termasuk golongan ini.
Vanishing cream diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan
digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau atau tidak terlihat bukti nyata
tentang adanya krim sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit dan pakaian
dipermudah oleh minyak dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat
digunakan pada kulit dengan luka yang basah. Karena bahan pembawa
minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka
tersebut. Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili
emulsi M/A, sedangkan basis serap umumnya A/M (Lachman, 1994: 1030).
a. Emulgator
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi
tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan
terdispersi dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan
fase terdisperso (Parrot, 1974: 313).
1. Pembagian Emulgator
Berdasarkan struktur kimianya, emulgator diklasifikasikan
menjadi (Gennaro, 1990: 300. Liebermen, 1988: 1091) :
a) Emulgator Alam
1. Emulgator alam yang membentuk film multimolekuler,
misalnya akasia dan gelatin.
2. Emulgator alam yang membentuk film monomolekuler,
misalnya lesitin, kolesterol.
3. Emulgator yang membentuk film berupa artikel padat
misalnya bentonit dan vegum.
b) Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film
monomolekuler. Kelompok bahan aktif permukaan ini
dibagi menjadi anionik, kationik, dan nonionik. Tergantung
dari muatan yang dimiliki oleh surfaktan.
1. Anionik
Surfaktan ini memiliki muatan negatif. Contoh
bahannya yaitu kalium, natrium, dan garam ammonium
dari asam laurat dan asam oleat yang larut dalam air dan
merupakan bahan pengemulsi M/A yang baik. Bahan ini
mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan
mengiritasi saluran cerna sehingga dibatasi
penggunaannya hanya untuk bagian luar.
2. Kationik
Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak
pada kation yang bermuatan positif. pH dari sediaan
emulsi dengan pengemulsi kationik yaitu antara 4-8.
Rentang pH juga menguntungkan karena masuk ke
dalam pH normal kulit. Contohnya senyawa ammonium
kuartener.
3. Nonionik
Surfaktan yang sangat luas penggunaannya sebagai
bahan pengemulsi karena memiliki kesinambungan
hidrofilik dan lipofilik dalam molekulnya. Tidak seperti
tipe anionik dan kationik, emulgator non ionik tidak
dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit.
Contoh yang paling banyak digunakan adalah gliseril,
ester asam lemak sorbitan (span) dan turunan
polioksietilennya (tween).
2. Mekanisme Emulgator
Berdasarkan mekanisme kerjanya, emulgator dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu (Gennaro, 1990: 300) :
a) Adsorbsi Momonolekuler
Surfaktan atau amfibil menurunkan tegangan antarmuka
karena teradsorbsi pada antarmuka minyak air membentuk film
monomolekuler. Film ini membungkus tetes terdispersi dengan
suatu lapisan tunggal yang seragam berfungsi mencegah
bergabungnya tetesan. Idealnya film ini harus fleksibel sehingga
membentuk kembali jika pecah atau terganggu.
b) Adsorbsi Multimolekuler
Koloid hidrofil terhidrasi dapat dianggap sebagai bahan
aktif permukaan karena terdapat pada antarmuka minyak air tetapi
berbeda dengan surfaktan sintetik. Koloid hidrofil tidak
menyebabkan penurunan tegangan antarmuka yang nyata tetapi
membentuk film multimolekuler pada antarmuka tetesan. Aksi
sebagai emulgator terutama disebabkan oleh film yang
dibentuknya kuat sehingga mencegah koalesensi. Film
multimolekuler ini bersifat hidrofilik sehingga cenderung
membentuk minyak dalam air.
c) Adsorbsi Partikel Padat
Partikel padat yang dibagi halus yang terbasahi oleh
minyak dan air dapat bertindak sebagai emulgator membentuk
suatu film partikel halus di sekeliling tetes terdispersi pada
antarmuka sehingga mencegah koalesensi.
3. Sistem Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik
Hydrofhilic-Lyphophilic Balance adalah harga yang harus
dimiliki oleh sebuah emulgator sehingga pertemuan antara fase lipofil
dengan air dapat menghasilkan emulsi dengan tingkat dispersitas dan
stabilitas yang optimal (Voight, 1995: 407).
Suatu emulgator dengan HLB tinggi adalah lebih mudah larut
dalam air dan akan membentuk tipe emulsi M/A. Sebaliknya surfaktan
dengan HLB rendah akan membentuk tipe emulsi A/M serta lebih
mudah larut dalam minyak (Anief, 1999: 30).
Emulgator sering dikombinasikan untuk menggunakan emulsi
yang lebih baik yaitu emulgator dengan keseimbangan hidrofilik dan
lipofilik yang diinginkan, melainkan kestabilan dan sifat kohesi dari
lapisan antarmuka serta mempengaruhi konsistensi dan penampakan
emulsi (Gennaro, 1990: 300).
Emulgator dengan nilai HLB di bawah 7 umumnya
menghasilkan emulsi air dalam minyak (A/M), sedangkan emulgator
dengan nilai HLB di atas 7 umumnya menghasilkan emulsi minyak
dalam air (M/A). Tetapi sistem HLB tidak memberikan indikasi
tentang konsentrasi yang digunakan. Sebagai aturan, emulgator
dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup dalam suatu
formula walaupun konsentrasi yang lebih kecil dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Jika konsentrasi emulgator lebih dari 5% maka
emulgator akan menjadi bagian utama dari formula dan hal ini
bukanlah tujuan dari penggunaan emulgator (Martin, 1971: 34).
b. Pembuatan Emulsi
Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan
pengemulsi. Agar berguna dalam preparat farmasi. Zat pengemulsi
mempunyai kualitas tertentu. Dalam sediaan krim, pengemulsi dapat
bersifat anionik, kationik, dan nonionik. Dalam ukuran kecil, preparat
pengemulsi dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh
ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah metode kontinental,
metode inggris, dan metode botol. Dalam metode pertama, zat pengemulsi
dicampur dengan minyak sebelum penambahan air. Metode kedua, zat
pengemulsi ditambahkan ke dalam air (dimana zat pengemulsi tersebut
larut) agar membentuk mucilage, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk membentuk emulsi. Metode botol digunakan untuk
minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan variasi dari metode
pertama dan kedua (Ansel, 2008: 379).
E. Penyarian
a. Metode Penyarian
Penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula
berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan
zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan
bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan
dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka makin halus
serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya.
Cairan pelarut dalm proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif,
dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari
senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian
besar senyawa kandungan yang diinginkan dalam hal ekstrak total, maka
cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder
yang terkandung (Septiningsih, 2008: 24).
b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan
berbeda demikan pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun
hewan lebih larut dalam pelarut organik. Proses ekstraksinya zat aktif
dalam tanaman adalah : pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan
berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
(Fachruddin, 2001: 19).
c. Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung bengosin, trias dan lilin.
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan simplisia
yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian
ke dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan
penyari, ditutup, kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari, disaring ke dalam wadah penampung kemudian ampasnya
diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk
kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari
yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari
cahaya selama 2 hari, endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Fachruddin, 2001: 20).
F. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi Tikus Putih (Agus, 2008: 3)
Kingdom : Animalia
Filium : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rudentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus
b. Sifat-sifat
Tikus atau rat (Rattus novergicus) telah diketahui sifat-sifatnya
dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat
dan cocok untuk berbagai macam penelitian di laboratorium ataupun
sebagai hewan kesayangan. Tikus putih yang berasal dari Asia Tengah
dan tidak ada hubungannya dengan Norwegia seperti yang diduga dari
namanya. Seperti halnya mencit, terdapat tikus germ free, gnotobiotik dan
spesifik pathogen free di samping yang biasa (conventional).
Tikus terutama yang muda memiliki jaringan lemak berwarna
cokelat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah
14 dewasa. Tikus dapat dikandang bersama dalam satu kelompok besar
yang terdiri dari jantan dan betina dari berbagai tingkat tanpa terjadinya
perkelahian yang berarti. Tikus dapar hidup lebih dari tiga tahun dan
produktif untuk berkembangbiak selama lebih dari sembilan bulan atau
sampai usia satu tahun (Nurliah, 2010: 13).
G. Islam dan Kesehatan
Allah swt. menciptakan makhluk-Nya dengan memberikan cobaan dan
ujian, lalu menuntut konsekuensi kesenangan, yaitu bersyukur dan
konsekuensi kesusahan, yaitu sabar. Semua ini bisa terjadi dengan Allah
membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia
kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa
musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusia
dan semua itu pasti menimpa mereka (Yazid, 2011). Hal ini untuk
mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk melihat siapa
yang paling baik amalnya.
Hal tersebut sesuai firman Allah swt. Q.S. Al Mulk (67) ; 2 :
Terjemahnya :
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
Penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada
hamba-Nya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang
telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Ketahuilah, Allah tidak
menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di
alam semesta ini) atau syar’i, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang
amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai
cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan, semua itu mempunyai
manfaat dan hikmah yang sangat banyak.
a. Kedudukan Obat dalam Islam
Obat atau syifa merupakan zat yang berfungsi untuk memberikan
suplemen bagi tubuh untuk meregenerasi sel yang rusak dan
menyembuhkan penyakit. Perkembangan zaman juga meningkatkan
jumlah penyakit yang menyerang manusia. Penyakit tertentu ada yang
sudah diketahui obatnya dan ada pula yang belum diketahui. Namun,
Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melewati batas
kemampuan mereka. Setiap penyakit pasti ada obatnya, seperti sabda
Rasulullah Saw Islam sangat menganjurkan untuk memperhatikan tentang
pengobatan baik itu dari segi keharusan berobat dan hukum bahan-bahan
yang digunakan dalam berobat. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi
Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair,
dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda :
.
Artinya :
Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah
mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin
Allah Azza wa jalla. [HR. Muslim].
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan manusia
tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang dialami manusia terdiri dari
penyakit rohani dan penyakit jasmani (Faiz, 1991: 324). Penyakit jasmani
sering muncul karena dipicu faktor penyakit rohani seperti berlebih-
lebihan dalam makanan atau malas mengkonsumsi zat-zat gizi seperti
vitamin dan sebagainya.
b. Islam dan Teknologi Pengobatan
Islam memandang ilmu pengetahuan dan tehnologi pengobatan
sebagai cabang dari ilmu pengetahuan untuk memahami secara ilmiah dari
cara pengobatan dengan memperhatikan bagaimana cara seseorang untuk
merancang suatu obat yang lebih baik digunakan bagi manusia dengan
meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Pengetahuan semacam ini
merupakan karunia yang sangat besar dari Allah swt., sehingga kita harus
terus berusaha untuk menggali ilmu-ilmu pengobatan. Hal ini disebutkan
dalam Firman Allah swt. dalam surah Al Baqarah (2) : 269
Terjemahnya :
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran..
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa dia akan
memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya
ialah bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu
pengetahuan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-
Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu ia dapat membedakan
antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari
Allah swt.
Alat untuk memperoleh hikmah itu ialah akal yang sehat dan
cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti-
bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya.
Dan barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang
demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan
bisikan setan. Lalu dipercayainya janji Allah dan dibuangnya bisikan setan
itu.
Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa siapa yang telah
memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti ia telah
memperoleh kebaikan yang banyak, yaitu kebaikan di dunia ini dan
kebaikan di akhirat kelak. Ia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat
dari setan bahkan ia menggunakan segenap pancaindra, akal dan
pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil,
mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan. Kemudian ia
berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.
Pada akhir ayat ini Allah swt. memuji orang-orang yang berakal
dan mau berpikir. Mereka inilah yang selalu ingat dan waspada serta dapat
mengetahui apa-apa yang bermanfaat serta dapat membawanya kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-Darda ra, bahwa
Rasulullah Saw pernah bersabda:
Artinya:
Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya, dan dan Dia
telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi
rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan
sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas
dilarang" (HR. Abu Dawud).
Al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman untuk melakukan
berbagai pengobatan, agar tidak keluar dari syariat Islam. Terapi
pengobatan dan doa tidak dapat dipisahkan, kesembuhan yang sebenarnya
hanya berasal dari-Nya. Namun, doa saja tentu tidak cukup tetapi harus
ada upaya pengobatan, misalnya pengobatan tradisional ataupun secara
pengobatan medis. Doa dan pengobatan fisik perlu disinergikan, karena
keduanya saling mendukung satu sama lain. Berkaitan dengan hal ini,
Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika Rasulullah menderita
sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatain dalam hatinya dan
meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin
parah, aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan
secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri
dengan harapan mendapat hidayat-Nya" (HR. Abu Dawud). Tetapi, bukan
berarti semua penyakit yang mendapat pengobatan dari Rasulullah. Dia
juga amat konsekuen untuk menyerahkan sesuatu pekerjaan kepada
ahlinya.
c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam
Dalam Islam, dikenal beberapa cara pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit. Diantaranya, penyembuhan dengan air, bekam,
do’a, dan obat-obat tradisional. Manusia dapat hidup tanpa obat-obatan.
Akan tetapi, tidak seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Karena lebih dari
setengah (57 %) tubuh kita berupa air. Apabila semua orang dapat
menggunakan air dengan sebaik-baiknya, maka jumlah penyakit dan
kematian dapat dihindari. Salah satu penyakit yang bisa diobati dengan air
yaitu Luka bakar, dengan cara merendam luka bakar dalam air dingin
(Yazid, 2011). Hal ini untuk memberikan rasa dingin pada luka bakar.
Di samping itu, bahan-bahan tradisional juga bisa digunakan
sebagai obat. Karena memang sudah turun-temurun digunakan oleh
masyarakat dan biasa dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga.
Misalnya kunyit, temulawak, daun sirih, kayu manis, cengkeh, buah
mengkudu dan lain sebagainya (Yazid, 2011). Bahan-bahan seperti ini
mudah ditanam sebagai tanaman obat keluarga yang memang dipersiapkan
untuk anggota keluarga.
d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim
Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 68-70 :
Terjemahnya :
"Mereka berkata : Bakarlah dia dan belalah tuhan-tuhan kamu
jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman : Hai
api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.
Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami
menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi."
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengungkapkan tafsir
ayat tersebut bahwa Kaum Nabi Ibrahim yang sangat terpojok dan marah
mendiskusikan sikap yang mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim.
Akhirnya, sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok,
mereka sepakat untuk menghabisi Nabi Ibrahim. Karena itu, mereka
berkata kumpulkanlah bahan bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar
mungkin, kemudian Bakarlah dia, yakni Nabi Ibrahim, dengan
pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah tuhan-tuhan kamu jika
kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah
kamu segera melakukan pembakaran itu. Maka, mereka berbondong-
bondong mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan
melemparkan Nabi Ibrahim.
Allah swt. yang selalu menyertai hamba-hambanya yang taat
menyelamatkan Nabi Ibrahim. Secara langsung dinyatakan bahwa Kami
Berfirman : Wahai Api jadi dinginlah engkau, dingin dalam batas tertentu
dan dalam waktu yang sama hendaklah engkau menjadi keselamatan bagi
Ibrahim sehingga engkau tidak membahayakannya, yakni api tidak
membakarnya dan dingin pun tidak menyengatnya.
Dengan pembakaran itu, mereka hendak berbuat makar terhadap
Ibrahim, yakni membunuh dan menghabisi ajaran-ajarannya, maka kami
menjadikan mereka orang-orang yang palin merugi. Rugi karena usaha
mereka gagal serta rugi karena mendapat murka Allah swt. atas ulah
tersebut.
Manusia, atau alat yang digunakan, seperti obat-obat bagi
kesembuhan atau senjata untuk kemenangan semuanya hanyalah
perantara. Sehingga pada akhirnya seperti kata einstein, “Apa yang terjadi
semuanya diwujudkan oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat lagi maha
mengetahui,” atau dalam Al-Qur’an diistilahkan “Allah maha perkasa lagi
maha mengetahui” (Quraish Shihab, 2000: 83-87).
e. Kedudukan Gizi sebagai penunjang pengobatan dalam Islam
Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama Islam bertujuan
untuk memelihara lima hal pokok, yaitu : agama, jiwa, akal, kehormatan
(keturunan), dan kesehatan. Gizi dalam hal ini mempunyai peranan sangat
besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Gizi
seimbang sangat dibutuhkan oleh tubuh dengan cara memperhatikan pola
makan. Di dalam Al quran kata-kata akala (makan) banyak terdapat ayat-
ayatnya dan juga terdapat 27 kali ayat yang memerintahkan untuk makan.
Begitu pun dengan penderita luka bakar, nutrisi juga harus cukup
untuk menunjang penyembuhan luka. Karena karena beberapa faktor yang
berperan dalam penyembuhan luka bakar antara lain gizi, usia, jenis
kelamin dan kelainan sistemik (Nugroho, 2012: 30). Islam sangat
menganjurkan agar memperhatikan pola makan ideal untuk hidup sehat.
Makanan yang dikonsumsi sangat menekankan pada sifat halal
(boleh) dan Thayyib (baik atau bergizi). Rangkaian kedua sifat ini
menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang
memenuhi kedua syarat tersebut. Firman Allah swt. yang menyebutkan
tentang makanan yang halal lagi baik di dalam Q.S. Al Maidah (5) :88
Terjemahnya:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.
Ummat Islam diharuskan untuk memilih makanan yang bergizi
berupa karbohidrat, lemak, vitamin maupun mineral serta yang halal.
Sebab dari makanan bergizi ini manusia dapat melakukan aktivitas. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa gizi merupakan tangga pertama guna
mencapai kesehatan dan kesejahteraan. (Quraish Shihab, 1994: 286). Dua
hal terakhir ini merupakan kewajiban ummat manusia untuk memilihara
dan mencapainya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1) Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan antara lain adalah alat-alat gelas (pyrex®),
bejana maserasi (duralex®), blender (maspion®), cawan porselin, jangka
sorong (tricle brand®), penginduksi panas, rotavafor (heidolf
®), timbangan
analitik (precisa®).
2) Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan adalah daun kayu colok (Samanea saman)
diperoleh dan dikumpulkan dari Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo.
Hewan uji yang digunakan yaitu tikus putih jantan (Rattus novergicus).
Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, asam stearat, cetyl
alkohol, gliserin, parafin cair, adeps lanae, metil paraben, propil paraben,
span 60, tween 60, dan air suling.
B. Penyiapan Hewan Uji
Sebelum percobaan dimulai, semua hewan coba diadaptasikan pada
lingkungan percobaan selama tujuh hari. Hewan coba yang digunakan adalah
tikus putih jantan (Rattus novergicus) dengan bobot badan berkisar antara
200-250 g sebanyak 15 ekor. Selama masa adaptasi, hewan coba diberi
makan dengan pakan standar dan minum.
C. Metode Kerja
1) Penyiapan Sampel
a. Pengambilan Sampel
Sampel daun kayu colok (Samanea saman) diperoleh di
Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Pengambilan
sampel dilakukan pada pagi hari. Daun yang diambil mulai dari daun
pucuk hingga daun kelima dari pucuk yang tidak rusak dan tidak
berjamur.
b. Pengolahan Sampel
Daun kayu colok (Samanea saman) yang telah diambil, dicuci
hingga bersih dengan air mengalir dan dikeringkan dalam ruangan
tanpa terkena sinar matahari langsung, kemudian dipotong-potong
kecil dan diblender hingga diperoleh serbuk simplisia.
2) Ekstraksi
Simplisia daun kayu colok (Samanea saman) ditimbang sebanyak
300 g dimasukkan dalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan
metanol hingga simplisia terendam. Wadah maserasi ditutup dan
disimpan selama 24 jam di tempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara
ampas dan filtratnya. Ampas diekstraksi kembali dengan metanol yang
baru dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan selama 3 x 24 jam.
Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan
cairan penyarinya sampai diperoleh ekstrak metanol kental. Selanjutnya
ekstrak dibebas metanolkan.
3) Pembuatan Sediaan Krim
a. Rancangan Formula
Tabel 1 : Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea
saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak
Keterangan :
Formula A : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 2%.
Formula B : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 4%.
Formula C : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 8%.
Formula D : Formula krim tanpa mengandung ekstrak.
Nama Bahan
Formula Krim (%)
Formula
A
Formula
B
Formula
C
Formula
D
Ekstrak Metanol
daun kayu colok 2 4 8 -
Cetyl alkohol 5 5 5 5
Asam stearat 10 10 10 10
Gliserin 15 15 15 15
Parafin cair 10 10 10 10
Adeps lanae 5 5 5 5
Span 60
Tween 60 5 5 5 5
Profil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1
Metil paraben 0,05 0,05 0,05 0,05
Air suling sampai 100 100 100 100
b. Pembuatan Sediaan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Fase minyak
dibuat dengan melebur berturut-turut asam stearat, cetyl alkohol,
adeps lanae, parafin cair, span 60. Kemudian ditambahkan profil
paraben, kemudian suhu dipertahankan pada suhu 70°C. Fase air
dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam air pada suhu 90°C
dan ditambahkan gliserin. Kemudian ditambahkan tween 60,
dipertahankan pada suhu 70°C. Krim dibuat dengan mencampurkan
fase minyak ke dalam fase air sambil diaduk dengan pengaduk
elektrik selama 3 menit dan ditambahkan ekstrak metanol daun kayu
colok (Samanea saman), kemudian didiamkan selama 20 menit, lalu
diaduk kembali sampai terbentuk krim yang homogen.
4) Pengujian efek penyembuhan luka bakar
Pengujian efek penyembuhan luka bakar dilakukan terhadap krim
masing-masing konsentrasi ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea
saman) dengan menggunakan hewan percobaan tikus putih (Rattus
novergicus) jenis kelamin jantan.
a. Pembagian kelompok hewan coba
Hewan uji berjumlah 15 ekor, dibagi dalam 5 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Kemudian terhadap tiap
kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:
a) Kelompok I : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi
panas, suhu 80°C selama 5 menit.
Kemudian diberi krim formula A.
b) Kelompok II : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi
panas, suhu 80°C selama 5 menit.
Kemudian diberi krim formula B.
c) Kelompok III : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi
panas, suhu 80°C selama 5 menit.
Kemudian diberi krim formula C.
d) Kelompok IV : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi
panas, suhu 80°C selama 5 menit.
Kemudian diberi krim formula D.
e) Kelompok V : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi
panas, suhu 80°C selama 5 menit.
Kemudian diberi krim pembanding
Bioplacenton®.
b. Pengujian efek penyembuhan luka bakar
Tikus dianestesi dengan eter kemudian dicukur bagian
punggungnya. Kulit diinduksi dengan alat penginduksi panas dengan
suhu 80°C selama 5 menit, luka yang terjadi diukur diameternya,
kemudian dihitung diameter rata-ratanya.
Luka yang terjadi diolesi dengan 3 gram sediaan uji setiap 24
jam, kemudian ditutup dengan kain kasa, dibuka, diameter luka
diukur kemudian ditutup kembali dengan kain kasa dilakukan sampai
luka sembuh, dicatat hari mulai menutup luka (berakhirnya inflamasi)
dan hari luka tertutup 100%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Hasil Penelitian
Efek penyembuhan luka bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok
(Samanea saman) pada beberapa konsentrasi dengan pengamatan hari mulai
menutup luka hingga luka tertutup 100% disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Efek penyembuhan luka bakar
Konsentrasi Rata-rata Hari ke-n
Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100%
A
Ekstrak 2% 6,6 15,6
B
Ekstrak 4% 4,6 14,3
C
Ekstrak 8% 3 12,3
D
Kontrol Basis 7,3 18,3
E
Bioplacenton® 3,3 11,3
E. Pembahasan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang tinggi
misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan sebagainya (Simanjuntak,
2008, 32). Gejala yang ditimbulkan berupa panas dan adanya kemerahan.
Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar atau
menurunkan inflamasi, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa
sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Untuk
menurunkan inflamasi dibutuhkan bahan yang berfungsi sebagai adstringen
atau dapat menciutkan pori, di samping itu juga diperlukan anti mikroba
untuk mencegah infeksi, serta bahan yang merangsang pembentukan kolagen
(Simanjuntak, 2008: 54).
Daun kayu colok (Samanea saman) secara empiris digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati luka bakar. Pada penelitian ini, Ekstrak metanol
daun kayu colok (Samanea saman) diformulasikan menjadi sediaan krim luka
bakar karena bentuk sediaan ini mudah digunakan dan penyebarannya di kulit
lebih cepat. Tipe krim yang dibuat adalah tipe minyak dalam air yang
merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci dan memberikan rasa
dingin. Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga
konsentrasi bahan obat akan naik dan meningkatkan waktu kontak dengan
kulit untuk memberikan efek (Aulton, 1988: 1234).
Bahan yang digunakan dalam pembuatan krim adalah cetyl alkohol
yang berfungsi sebagai peningkat stabilitas emulsi atau pembentuk massa,
asam stearat sebagai pengemulsi, gliserin sebagai humektan, parafin cair
sebagai fase minyak, serta adeps lanae sebagai peningkat konsistensi. Fase
minyak dipilih dari jenis minyak mineral agar tidak terabsorbsi oleh kulit
karena sediaan ini tidak diharapkan terabsorbsi ke dalam kulit. Gologan
minyak mineral tidak diserap kulit, melainkan menempel seperti plastik tipis
pada permukaan epidermis (Tessa, 2006: 31).
Sebagai emulgator, digunakan span 60 dalam fase minyak dan tween 60
sebagai fase air. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka
minyak / air. Tween dan span merupakan surfaktan yang memiliki sifat relatif
hidrofil/ lipofil, dan gabungan dua emulgator ini diharapkan dapat
membentuk emulsi yang stabil serta menjaga fase minyak dan air. Adapun
pengawet yang digunakan adalah kombinasi metil paraben dan profil paraben.
Kombinasi kedua pengawet ini diharapkan dapat memberi hasil yang sangat
baik sehingga penggunaannya direkomendasikan.
Penelitian efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol kayu colok
(Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim diujikan pada tikus putih
(Rattus novergicus) yang telah diinduksi dengan logam panas. Induksi ini
menghasilkan luka bakar derajat I dengan luas luka <15% luas tubuh. Luka
bakar tipe I ini merupakan luka bakar yang termasuk golongan ringan dan
penangannya tidak perlu dilaksanakan di Rumah Sakit (Nugroho, 2012: 12).
Pada penelitian ini digunakan basis krim sebagai kontrol negatif. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa yang memberikan efek penyembuhan
luka bakar adalah ekstrak daun kayu colok. Di samping itu, juga digunakan
Bioplacenton® sebagai kontrol positif agar dapat mengetahui kesetaraan
efektifitas krim dalam menentukan konsentrasi optimum ekstrak.
Bioplacenton® mengandung placenta extract dan neomycin sulfate
sulfate. Kombinasi ini merupakan bagian dari perawatan luka yang sangat
efektif. Placenta extract sebagai "biogenic stimulator" memegang peranan
penting dalam mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka.
Sedangkan neomycin sulfate bekerja sebagai antibiotik yang mampu
membunuh beragam jenis kuman dengan daya kerja yang tidak terganggu
oleh nanah. Selain memberikan rasa sejuk, Bioplacenton® juga aman
digunakan dan mudah didapat. Daun kayu colok (Samanea saman) juga
mengandung saponin yang berfungsi memacu pembentukan kolagen, dan
tanin yang berfungsi menurunkan inflamasi, serta kandungan berupa polifenol
yang berefek antimikroba yang dapat mencegah infeksi oleh mikroorganisme.
Dari hasil pengamatan diperoleh data perubahan diameter luka bakar
dengan menghitung rata-rata perubahan diameter luka bakar dengan interval
waktu pengukuran setiap 24 jam.
Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase yaitu fase
inflamasi, fase proliferasi, dan fase penyudahan. (Simanjuntak, 2008, 54).
Fase inflamasi segera terjadi setelah kulit terinduksi panas, hal ini terlihat
dengan membesarnya diameter luka, terjadi reaksi kemerahan, dan adanya
akumulasi cairan. Awal dari fase penyembuhan luka bakar dengan
karakteristik peradangan yaitu; rubor (kemerahan yang menyertai
peradangan, terjadi akibat peningkatan aliran darah ke daerah yang
meradang), kalor (panas yang menyertai peradangan yang timbul akibat
peningkatan aliran darah), turgor (pembengkakan daerah yang meradang,
terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein-protein
plasma masuk ke ruang interstisium), dan dolor (nyeri peradangan akibat
peregangan saraf karena pembengkakan dan rangsangan ujung-ujung saraf
oleh mediator-mediator peradangan) (Nurliah, 2010: 29).
Awal menutupnya luka atau berakhirnya fase inflamasi pada
penggunaan masing-masing formula menunjukkan perbedaan waktu (hari).
Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL)
hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka (Tabel 8) di mana
Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti terdapat
perbedaan waktu berakhirnya inflamasi dari penggunaan masing-masing
formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) waktu berakhirnya inflamasi
menunjukkan bahwa krim C (konsentrasi ekstrak 8%) awal penyembuhan
lukanya (berakhirnya inflamasi) tidak berbeda dengan krim E
(Bioplacenton®
). Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan
perbedaan sangat nyata dengan krim E maupun krim C. Hal ini berarti krim
dengan konsentrasi ekstrak 8% mengandung bahan yang mampu menurunkan
inflamasi lebih cepat dibanding dengan krim yang mengandung ekstrak
metanol kayu colok (Samanea saman) konsentrasi 2%, 4%, dan kontrol basis.
Di samping komposisi krim yang mampu menurunkan inflamasi dengan
mendinginkan, ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) juga
mengandung bahan yang berperan dalam mempercepat sembuhnya inflamasi
yaitu tanin. Moh Anief mengatakan bahwa Tanin berfungsi sebagai
adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras
kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu
menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka
(Simanjuntak, 2008, 54).
Sedangkan untuk luka tertutup 100% atau fase penyudahan pada
penggunaan masing-masing formula juga menunjukkan perbedaan waktu
(hari). Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap
(RAL) hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup 100% (Tabel 11)
di mana Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti
terdapat perbedaan waktu penyembuhan luka 100% dari penggunaan masing-
masing formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) penyembuhan luka
100% menunjukkan bahwa Bioplacenton® waktu penyembuhan lukanya (luka
tertutup 100%) berbeda nyata dengan krim C (konsentrasi ekstrak 8%).
Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan perbedaan sangat
nyata dengan krim E. Hal ini berarti krim dengan konsentrasi ekstrak 8%
mengandung bahan yang mampu merangsang pembentukan kolagen lebih
cepat dibanding dengan krim ekstrak 2% dan 4% meski tidak seperti dengan
Bioplacenton®. Ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman)
mengandung bahan yang berperan dalam pembentukan kolagen yaitu
saponin. Saponin memiliki peranan penting dalam fase ini karena merupakan
senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang
berperan dalam proses penyembuhan luka (Ardiyanto, 2009: 2).
Di samping itu, ekstrak metanol daun kayu colok juga mengandung
antiseptik yang berpengaruh untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami
infeksi yang berat (Simanjuntak, 2008, 35).
Secara keseluruhan, efek penyembuhan luka bakar yang optimum
diberikan oleh sediaan krim dengan kandungan ekstrak metanol daun kayu
colok (Samanea saman) sebesar 8% dengan efek penurunan inflamasi (awal
penyembuhan) yang setara Bioplacenton® dan memberi penyembuhan luka
hampir setara dengan Bioplacenton®.
Penelitian ini mengingatkan kita tentang adanya tanda-tanda kekuasaan
Allah dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang memang penuh dengan tanda-
tanda yang menunjukkan keagungan dan keperkasaan-Nya.
BAB V
PENUTUP
F. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Formula krim ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dapat
menurunkan inflamasi serta menyembuhkan luka bakar derajat I.
2. Efek penyembuhan luka bakar terbaik diberikan oleh sediaan krim yang
mengandung ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) sebesar
8%.
3. Islam mengajarkan bahwa tanaman diciptakan oleh Allah swt. untuk
dipetik pelajaran di dalamnya seperti pemanfaatannya sebagai obat.
G. Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menguji
stabilitas sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya 2005. Departemen Agama RI, Bandung : CV.
Penerbit J-ART.
Agus, Gutama. 2008. Penggunaan Mencit dan Tikus sebagai Hewan Model
Penelitian. Fakultas Peternakan, Institu Pertanian Bogor. Bogor.
Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit, 29-39,
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Anief, Moh. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ansel, C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Ardiyanto, Dedi. 2009. Uji Aktifitas Krim Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design.
Medical Division of Pearson Professional. New York.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Effendi, C., 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Fachruddin, H. 2001. Analisis Fitokimia Tumbuhan. Fakultas Farmasi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Faiz, Muhammad 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Gema
Insani Press. Jakarta.
Gennaro AR Lund, Walter. 1990. Remington Pharmaceutical Sciences,
eighteenthnedition, Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company.
Nuroniah, Hani. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman) Sebagai
Pohon Peneduh. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor
Lachman L. Libermen HA & Kaning JL. 1994. Theory and Practice of Industrial
Pharmacy. Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company.
Liebermen, HA., Lachman L., Schwariz. 1988. Pharmaceutical Dosage Form:
Dispersi System. Volume I. Marcel Dekker,Inc. New York.
Martin Eric L. 1971. Dispensing of Medication 7th
Edition. Mack Publishing
Company. Easton. Pennysylvania.
Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
MT, Nurliah. 2010. Efek Penyembuhan Salep Luka Bakar Ekstrak Daun Jambu
Mete (Anacardium occidentale) Dalam Bentuk Sediaan Salep yang
diujikan pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Skripsi sarjana.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi. Universitas Islam Negeri
Alauddin. Makassar.
Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap tentang luka bakar dan artritis reumatoid.
Nuha Medika, Yogyakarta.
Parrot, Eugena. 1974. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company.
University of Lowa. Lowa City. Lowa.
Prasad,R.Naveen, et al. 2008. Preliminary phytochemicalscreening and
antimicrobial activity of Samanea saman. Journal of Medicinal Plants
Research Vol 2 (10) pp 268-270.
Pujilestari, Rini. 2007. Efek Penyembuhan Luka Bakar Krim Ekstrak Etanolik
Daun Nanas (Ananas comosus) pada Kulit Punggung Kelinci Jantan New
Zealand. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Raghavendra, MP., S. Satish dan KA. Raveesha. 2008. In vitro antibacterial
potential of alkaloids of Samanea saman (Jacq.) Merr. Against
Xanthomonas and human pathogenic bacteria. World Journal of
Agricultual Science 4 (1): 100-105.
Rahman, Hardianti. 2010. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Luka
Bakar dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete (Anacardium occidentae).
Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin. Makassar.
Sany, US. 2009. Efek Penambahan Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap
Penetrasi Perkutan Gel Piroksicam Secara In Vitro. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Septiningsih, Erna, 2008. Efek Penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun
pepaya (Carica papaya) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci
(new zealand). Skripsi sarjana. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Shihab, M. Quraish 1994. Membumikan Al-Qur’an fungsi dan peran wahyu
dalam kehidupan masyarakat. Mizan. Bandung.
Shihab, M. Quraish 2000. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
qur’an. Lentera Hati. Jakarta.
Simanjuntak, Megawati R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak
Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum) serta Pengujian
Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi sarjana,
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Staples, GW., CR. Elevitch. 2006. Samanea saman trembesi), ver. 2.1. In: C.R.
Elevitch (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent
Agriculture Resources (PAR), Hōlualoa, Hawai‘i.
Suratman. 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim, dan Jelli.
Cermin Dunia Kedokteran. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika,
Universitas Padjajaran. Bandung.
Syaifuddin, AMK,H. Drs. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Edisi 3, Buku kedokteran. Jakarta.
Syamsuhidayat, R., dan Jong, W.D., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 77, 81-85,
EGC Press, Yogyakarta.
Tessa, Thomas. 2006. Facelift 10 Menit Tunda Proses Penuaan dengan Cara
Alami. Erlangga. Jakarta
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Pentingnya Penyembuhan dengan AL-
Qur’an dan As.Sunah (http://www.al manhaj.or.id / content / 2416 / slash /
O. Diakses 15 Desember 2011).
Lampiran 1. Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)
Diekstraksi secara maserasi
dengan pelarut metanol
Diuapkan
Dibebas metanolkan
Gambar 1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)
300g sampel daun kayu
colok (Samanea saman)
Ekstrak
metanol
Ampas
Ekstrak
metanol kental
Ekstrak kental
Lampiran 2. Pembuatan Krim
Dilebur bersama
Dipertahankan suhu 700C
Fase minyak + fase air
Ditambahkan ekstrak daun
kayu colok (Samanea saman)
Diaduk sampai homogen
Gambar 2. Skema Kerja Pembuatan Krim
Bahan ditimbang sesuai perhitungan
Fase minyak (asam stearat, cetyl
alkohol, parafin cair dan adeps lanae)
Fase air (metil paraben dilarutkan
dalam air panas, gliserin)
Span 60 Tween 60
Propil paraben
Sediaan krim
Corpus emulsi
Lampiran 3. Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar
Kulit tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas
Diolesi dan ditutup kain
kasa, diukur diameternya.
Diameter luka diukur setiap hari
Gambar 3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar
Kelompok A
Kelompok C
Kelompok B
Kelompok D
Kelompok E
Perubahan Diameter Luka
Anastesi Tikus (eter)
Luka Bakar
Diameter Luka Bakar
Lampiran 4. Tabel 3. Perubahan Diameter Luka Bakar H
ari
Ke
-
A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton®
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2,85 2,9 2,84 2,79 2,81 2,76 2,75 2,71 2,83 2,98 2,84 2,87 2,82 2,73 2,79
2 2,92 3,1 3,01 2,84 2,89 2,87 2,79 2,78 2,91 3,12 3,21 3,14 2,85 2,81 2,87
3 3,05 3,18 3,12 2,89 2,94 2,91 2,61 2,62 2,72 3,21 3,29 3,25 2,79 2,75 2,71
4 3,09 3,24 3,21 2,73 2,82 2,83 2,48 2,46 2,37 3,26 3,27 3,16 2,62 2,64 2,62
5 2,97 3,12 3,09 2,68 2,73 2,74 2,37 2,29 2,18 3,19 3,17 3,09 2,47 2,41 2,39
6 2,82 2,92 2,93 2,29 2,33 2,38 2,13 2,08 1,92 3,08 3,01 2,98 2,18 2,16 2,07
7 2,63 2,79 2,82 1,98 2,25 2,13 1,74 1,82 1,73 2,89 2,93 2,76 1,69 1,73 1,78
8 2,21 2,47 2,63 1,67 1,92 1,86 1,49 1,52 1,52 2,76 2,73 2,58 1,38 1,32 1,35
9 1,87 2,06 2,47 1,44 1,64 1,57 1,18 1,21 1,37 2,54 2,59 2,43 1,05 0,92 0,87
10 1,69 1,89 1,98 1,38 1,47 1,21 0,86 0,84 1,06 2,37 2,46 2,29 0,73 0,38 0,42
11 1,53 1,74 1,71 1,28 1,31 0,98 0,56 0,37 0,82 2,18 2,25 2,08 0,41 0 0
12 1,18 1,46 1,43 0,91 1,26 0,67 0 0 0,39 1,92 2,07 1,76 0 0 0
13 0,89 1,12 1,18 0,59 0,87 0,39 0 0 0 1,61 1,82 1,62 0 0 0
14 0,47 0,63 0,74 0 0,46 0 0 0 0 1,27 1,66 1,34 0 0 0
15 0 0,39 0,42 0 0 0 0 0 0 0,98 1,27 1,17 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,63 0,94 0,87 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,32 0,67 0,39 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 5. Tabel 4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar H
ari
Ke- A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton®
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 -4,9 -14,3 -12,3 -3,6 -5,7 -8,1 -2,9 -5,2 -5,7 -9,6 -27,8 -19,7 -2,1 -5,9 -5,8
3 -14,5 -20,2 -20,7 -7,3 -9,4 -11,2 9,9 6,5 7,6 -16 -34,2 -28,2 2,1 -1,4 5,6
4 -17,6 -24,8 -27,8 4,2 -0,7 -5,1 18,6 17,6 29,8 -19,7 -32,6 -21,2 13,6 6,4 11,8
5 -8,6 -15,7 -18,4 11,3 5,6 1,4 25,7 28,5 40,6 -14,6 -24,6 -15,9 23,2 22 26,6
6 2,09 -1,3 -6,4 32,6 31,2 25,6 40 41 53,9 -6,8 -12,3 -7,8 40,2 37,4 44,9
7 14,8 7,44 1,4 49,6 35,8 40,4 59,9 54,9 62,6 5,9 -6,4 7,5 64 59,8 59,3
8 39,8 27,4 14,2 64,1 53,3 54,5 70,6 68,5 71,1 14,2 7,5 19,1 76 76,6 76,5
9 56,9 49,5 24,3 73,3 65,9 67,6 81,5 80 76,5 27,3 16,8 28,3 86,1 88,6 90,2
10 64,8 57,5 51,3 75,5 72,6 80,7 90,2 90,3 85,9 36,7 24,9 36,3 93,3 98 97,7
11 71,1 64 63,7 78,9 78,2 87,3 95,8 98,1 91,6 46,4 37,2 47,4 97,8 100 100
12 82,8 74,6 74,6 89,3 79,8 94,1 100 100 98,1 58,4 46,8 62,3 100 100 100
13 90,2 85 82,7 95,5 90,4 98 100 100 100 70,8 58,9 68,1 100 100 100
14 97,2 95,2 93,2 100 97,3 100 100 100 100 81,8 65,8 78,2 100 100 100
15 100 98,1 97,8 100 100 100 100 100 100 89,1 80 83,3 100 100 100
16 100 100 100 100 100 100 100 100 100 95,5 89 90,8 100 100 100
17 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98,8 94,4 98,1 100 100 100
18 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98,3 100 100 100 100
19 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
20 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan : Awal mulai menutup luka, berakhirnya fase inflamasi
Luka Tertutup 100%, luka sembuh
Lampiran 6. Tabel 5. Efek Penyembuhan Luka Bakar
Konsentrasi Replikasi Hari ke-n
Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100%
A
Ekstrak 2%
1 6 15
2 7 16
3 7 16
B
Ekstrak 4%
1 4 14
2 5 15
3 5 14
C
Ekstrak 8%
1 3 12
2 3 12
3 3 13
D
Kontrol Basis
1 7 18
2 8 19
3 7 18
E
Bioplacenton®
1 3 12
2 4 11
3 3 11
Lampiran 6. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan
penutupan luka
Tabel 6. Hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka
Perlakuan
Hari Ke-n mulai menutup luka
Jumlah Rata-rata Replikasi
1 2 3
A Ekstrak 2%
6 7 7 20 6,66
B Ekstrak 4%
4 5 5 14 4,66
C Ekstrak 8%
3 3 3 9 3,00
D Kontrol Basis
7 8 7 22 7,33
E
Bioplacenton® 3 4 3 10 3,33
Jumlah 23 27 25 75
Perhitungan Anova
Faktor Korelasi :
: 375
JK Total : ((6)2+(7)
2+(7)
2+(4)
2+(5)
2+(5)
2+(3)
2+(3)
2+(3)
2+(7)
2+(8)
2+(7)
2+
(3)2+(4)
2+(3)
2 ) - FK
: 423 - 375
: 48
JK Perlakuan : ((20)2+(14)2+(9)2+(22)2+(10)2 - FK
3
: (1261) - 375
3
: 420,33 – 375
: 45,33
JK Galat : JK Total – JK Perlakuan
: 48 – 45,33
: 2,67
Tabel 7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel
Sumber
Keragaman
(SK)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Derajat
Bebas
(db)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F-
Hitung
F-Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 45,33 4 11,3325 42,44** 3,478 5,994
Galat 2,67 10 0,267
Total 48 14
F (0,05; 4,10) = 3,478 F (0,01; 4,10) = 5,994
Koefisien Keseragaman : x 100%
x 100%
5
: 0,516 x 100% : 10,334 % 5
Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05
LSD = t (0,05) ; 10
= 1,812
= 1,812 x 0,4219
= 0,764
Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01
LSD = t (0,01) ; 10
= 2,763
= 2,763 x 0,4219
= 1,165
Tabel 8. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan mulai
penutupan luka
Perlakuan C E B A D
Rata-rata 3,00 3,33 4,66 6,66 7,33
C
Ekstrak 8% 3,00 0
E
Bioplacenton® 3,33 0,33
Ns 0
B
Ekstrak 4% 4,66 1,66** 1,33** 0
A
Ekstrak 2% 6,66 3,66** 3,33** 2,00** 0
D
Kontrol Basis 7,33 4,33** 4,00** 2,67** 0,67
Ns 0
BNT 0,05 = 0,764 BNT 0,01 = 1,165
Keterangan * = Signifikan (Berbeda nyata)
** = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata)
Ns = Non Signifikan
Lampiran 7. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan
luka tertutup 100%
Tabel 9. Hubungan antara formula dan luka tertutup 100%
Perlakuan
Hari Ke-n luka tertutup 100%
Jumlah Rata-rata Replikasi
1 2 3
A Ekstrak 2%
15 16 16 47 15,66
B Ekstrak 4%
14 15 14 43 14,33
C Ekstrak 8%
12 12 13 37 12,33
D Kontrol Basis
18 19 18 55 18,33
E
Bioplacenton® 12 11 11 34 11,33
Jumlah 71 73 72 216
Perhitungan Anova
Faktor Korelasi :
: 3110,4
JK Total : ((15)2+(16)
2+(16)
2+(14)
2+(15)
2+(14)
2+(12)
2+(12)
2+(13)
2+(18)
2
+(19)2+(18)
2+(12)
2+(11)
2+(11)
2) - FK
: 3206 - 3110,4
: 95,6
JK Perlakuan : ((47)2+(43)2+(37)2+(55)2+(34)2 - FK
3
: (9608) – 3110,4
3
: 3202,66 – 3110,4
: 92,26
JK Galat : JK Total – JK Perlakuan
: 95,6 – 92,26
: 3,34
Tabel 10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel
Sumber
Keragaman
(SK)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Derajat
Bebas
(db)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F-
Hitung
F-Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 92,26 4 23,065 69,05** 3,478 5,994
Galat 3,34 10 0,334
Total 95,6 14
F (0,05; 4,10) = 3,478 F (0,01; 4,10) = 5,994
Koefisien Keseragaman : x 100%
x 100%
14,4
: 0,516 x 100% : 4,013 % 14,4
Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05
LSD = t (0,05) ; 10
= 1,812
= 1,812 x 0,4718
= 0,854
Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01
LSD = t (0,01) ; 10
= 2,763
= 2,763 x 0,4718
= 1,303
Tabel 11. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup
100%
Perlakuan E C B A D
Rata-rata 11,33 12,33 14,33 15,66 18,33
E
Bioplacenton®
11,33 0
C
Ekstrak 8% 12,33 1,00* 0
B
Ekstrak 4% 14,33 3,00** 2,00** 0
A
Ekstrak 2% 15,66 4,33** 3,33** 1,33** 0
D
Kontrol Basis 18,33 7,00** 6,00** 4,00** 2,67** 0
BNT 0,05 = 0,854 BNT 0,01 = 1,303
Keterangan * = Signifikan (Berbeda nyata)
** = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata)
Ns = Non Signifikan
Lampiran 8. Gambar Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)
Gambar 4. Foto Pohon (A) dan Daun (B) Kayu Colok (Samanea saman)
B
A
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Gambar 5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok
(Samanea saman) (A, B, dan C) serta Kontrol Negatif (D)
Gambar 6. Foto Bioplacenton®, Kontrol Positif (E)
A
C
B
D
E
Gambar 9. Foto Pengukuran diameter luka bakar pada tikus putih
Gambar 10. Foto tikus putih yang lukanya dibalut dengan kain kasa steril
Gambar 11. Foto hari pertama luka bakar pada tikus putih
Gambar 12. Foto luka bakar pada saat mengalami pembengkakan
Gambar 13. Foto luka bakar pada saat luka sembuh
Gambar 14. Foto saat bulu kembali tumbuh pada tikus putih
BIOGRAFI
Ahmad Alwy, lahir di Menge Belawa
Kabupaten Wajo pada hari Jum’at, 8 Juni
1990. Bungsu dari 7 bersaudara ini memulai
pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah
As’adiyah No. 1 Belawa, kemudian
melanjutkan pendidikan tingkat menengah di
Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Putera 1
Pusat Sengkang pada tahun 2002 dan tamat
pada tahun 2005.
Setelah itu kembali ke kampung halamanya
untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah
Aliyah Negeri Wajo, lulus pada tahun 2008.
Sekarang penulis melanjutkan pengembaran intelektualnya di Jurusan Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar.
Alwy, demikian penulis biasa dipanggil oleh teman-temannya. Lahir dari
pertemuan dua insan bernama Hj. Maryam Malik dan H. Baharuddin Zuhra, hidup
dalam keluarga sederhana dan hadir sebagai anak yang selalu berusaha untuk bisa
memberikan yang terbaik kepada orang-orang terdekatnya terutama kedua orang
tuanya.
top related