SKRIPSI - eprints.upnjatim.ac.ideprints.upnjatim.ac.id/6343/1/file1.pdf · Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ... 1 BAB I PENDAHULUAN ... 3.1 Kemunculan
Post on 30-May-2018
231 Views
Preview:
Transcript
KEBANGKITAN IDE-IDE SUFISME DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI REPUBLIK TURKI
PADA MASA RECEP TAYYIP ERDOGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh:
DAVID SETIAWAN NPM. 0944010014
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ii
KEBANGKITAN IDE-IDE SUFISME
DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI REPUBLIK TURKI
PADA MASA RECEP TAYYIP ERDOGAN
(Sufism and Cultural Studies: Turkey Foreign Policy During Erdogan’s Era)
Disusun Oleh:
DAVID SETIAWAN NPM. 0944010014
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, MSi NPT. 370119500421
Mengetahui
D E K A N
Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 195597181983022001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
iii
KEBANGKITAN IDE-IDE SUFISME
DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI REPUBLIK TURKI
PADA MASA RECEP TAYYIP ERDOGAN
(Sufism and Cultural Studies: Turkey Foreign Policy During Erdogan’s Era)
Oleh:
DAVID SETIAWAN NPM. 0944010014
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan
Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 30 September 2013
Pembimbing Tim Penguji: 1. Ketua
Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, MSi Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos,MSi NPT. 370119500421 NPT. 370119500421 2. Sekretaris Juwito, S.Sos, MSi NPT. 367049500361 3. Anggota Drs. Saifuddin Zuhri, MSi NPT. 370069400351
Mengetahui, D E K A N
Dra. Hj. Suparwati, MSi NIP. 19559718198302200
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
iv
INSPIRATIONAL QUOTE’S
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S Al Baqarah (2) : 186)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. (Q.S An Nissa (4) : 36)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S Al Hijr (5) : 9)
Aliif Laam Miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa. (Q.S Al Baqarah (2) : 1-2)
Di dunia ini, dari banyaknya jumlah manusia, hanya sedikit mereka yang sadar. Dari
sedikit yang sadar itu hanya sedikit yang ber-Islam. Dari mereka yang ber-Islam,
jauh lebih sedikit dari yang berdakwah. dari mereka yang berdakwah, jauh lebih
sedikit lagi yang berjuang. Dari sedikit yang berjuang, jauh lebih sedikit yang
bersabar. Dan dari sedikit yang bersabar, hanya sedikit saja mereka yang sampai
akhir perjalanan. (Hasan Al Banna)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
v
Halaman Persembahan:
Untuk beliau yang selalu dalam lindungan-Mu:
malaikatku, jiwaku, kebahagiaanku yang ingin
selalu aku upayakan dalam bahagia,
beliau yang kucintai dan kukasihi.
Dan juga untuk beliau yang memberiku inspirasi.....
Ibu dan Bapak,
Kakak-kakakku,
guru-guruku,
dan
Recep Tayyip Erdogan
serta seluruh Umat Islam.
Surabaya, September 2013
David
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nya. Dan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KEBANGKITAN IDE-IDE
SUFISME DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI REPUBLIK TURKI
PADA MASA ERDOGAN” dapat terselesaikan dengan baik.
Selesainya pembuatan skripsi penulis tidak lepas dari adanya arahan dan
bimbingan dari Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, MSi selaku pembimbing utama
dan Sarah Anabarja, S.IP, M.Hub.Int. selaku pembimbing pendamping yang
dengan segala bimbingan nasehat dan motivasi serta kesabarannya rela
meluangkan waktu untuk penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan. Penulis juga menerima banyak bantuan dari berbagai pihak baik
berupa moril, materiil dan spiritual.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
diantaranya yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
vii
3. Juwito, S.Sos, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Saifuddin Zuhri, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos, MSi, selaku Ketua
Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
6. Bapak dan Ibu Dosen HI, Bu Mega, Bu Tina, Bu Reza, Bu Indira, Pak
Aswin, Pak Radityo, dan Pak Tom, yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepada penulis dan memperkaya pengetahuan penulis
mengenai berbagai macam isu-isu dalam dunia internasional.
7. Tokoh Sufi Maulana (Mevlana) Jalaludin Rumi, dan M. Fethullah Gulen
atas inspirasi dan perjuangannya.
8. Presiden Abdullah Gul, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dan
Menteri Luar Negeri Republik Turki Ahmet Davutoglu yang telah
memberikan inspirasi sebagai Muslim dan negarawan yang dapat
menjadi teladan.
9. Kepada Pak Yakim (Pak Nawawi) dan guru-guru penulis yang telah
memberikan banyak ilmu dan nasehat-nasehat serta hikmah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
viii
10. Kepada kedua Orang tua tercinta, yang telah senantiasa memberikan
kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis, serta tidak lupa
selalu memberikan dorongan semangat dan doa yang sungguh luar biasa
berupa moriil dan materiil. Dan tidak lupa juga kepada kakak-kakak
tercinta, Darwis Harsono dan Ella Yuliana yang selalu memberi
masukan dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman dan Sahabat HI 2009. Christopher Oktavianus, Rofino
Maia Mota, Umar Faruk, Saddam Husein, Haris Daniswara, Rahman
S.K, Taufik Umasugi, Handika S.F, Yanuar Abdullah, R.M Dimas
Angga, M. Rizky Febrian, Guguh Winadi, Demas Andre, Rizky Amalia,
Aulia A.R, Rizky Pradipta, Anne A.P, Lucia F.R da Silva, Dinda Yamita
dan Ishanty Chandra Aziziah. Terima kasih telah memberikan semangat,
dukungan, doa dan juga bantuannya selama ini.
12. Teman-teman dan Sahabat seluruh HI 2010, 2011 dan 2012. Rendy
Oktavianto, Asep Maulana, A. Fawas Gadi, Gazella Rossalina, Annisa,
Surviva Ratyatina dan Andika A. Saragih. Terima kasih telah menjadi
partner diskusi yang sangat baik sehingga dapat memotivasi penulis
melanjutkan bagian-bagian penting dari skripsi.
13. Teman-teman Kelompok Kuliah Kerja Nyata 46 (KKN 46) terimakasih
atas ilmu, semangat, kerukunan dan kekeluargaan serta kerjasama yang
baik. Wahyu Subandrio, M. Pidya Nooriza, Irfan Wahyudi, Yayi
Mirnawati, Ananta Angga. N, Ainur Rofiq S. B, Andini N. M,
Novitasari Yekti. A, Muh. Fatkurrahman, Puguh M. P, Imas Nuril. M,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ix
Bambang Sogiantoro, Indrya Natalia, Arindio Afrillian, Dhillan Dholila,
Aditya Wicaksono, Wisnu Wasito. A, Aniceto Berlelo, Muh. Arianto,
Yohanes Ardhina. S, Indra Wahyu. K, Muh. Hirson A. D, Muh. Faroid,
Achmad Affandy. W.
14. Sahabat-sahabat penulis khususnya, Dewa Made Yuda, Heny Kuswanti,
Khamida Widyastuti, Aida Chusnil Khotimah, Maulana Rahmadi, Ryan
Afriansyah, Dicky Fattah Rianto, Ridho Andri dan Andik Ardianto.
Terima kasih telah memberikan semangat, kesempatan menimba ilmu,
dukungan, dan serta doanya yang sangat berarti dalam proses
mengerjakan skripsi ini.
15. Terima kasih untuk Diaah Rian Setya Ningrum yang telah sabar
memberikan semangat, dan doa serta kesediaan waktunya untuk menjadi
tempat berdiskusi dan menemani masa-masa sulit penulis dalam
mengerjakan proposal hingga skripsi.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan ini banyak terdapat
kekurangan-kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
kesemua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Surabaya, September 2013
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii INSPIRATIONAL QUOTE’S .................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................,.... xiv ABSTRAK .................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 11
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 12
1.4 Manfaat .................................................................................................... 12
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 13
1.5.1 Tingkatan Analisis ...................................................................... 13
1.5.2 Landasan Teoritik ....................................................................... 15
1.5.2.1 Pendekatan Konstruktivisme........................................... 15
1.5.2.2 Pendekatan Kebijkan Luar Negeri .................................. 17
1.5.2.3 Sintesis ............................................................................ 19
1.5.3 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 20
1.6 Hipotesis .................................................................................................. 25
1.7 Metodologi Penelitian ............................................................................. 27
1.7.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ........................... 26
1.7.2 Tipe Penelitian ............................................................................ 33
1.7.3 Jangkauan Penelitian .................................................................. 34
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 35
1.7.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 36
1.7.6 Sistematika Penulisan ................................................................. 38
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xi
BAB II SUFISME SEBAGAI IDENTITAS DAN KEKHALIFAHAN
USMANI
2.1 Sejarah Perkembangan Sufisme ............................................................. 40
2.2 Kekhalifahan Usmani (Ottoman) ............................................................ 45
2.3 Masa Keruntuhan Kekhalifahan Usmani
di Era Mustafa Kemal Attaturk .............................................................. 50
BAB III KEMUNCULAN GERAKAN ISLAM
PADA MASA PERDANA MENTERI NECMETIN ERBAKAN
3.1 Kemunculan Kembali Ide dan Gerakan Sufisme .................................... 56
3.2 Gerakan Institusionalis Islam Era Necmetin Erbakan ............................. 59
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI
REPUBLIK TURKI SEBAGAI KEBANGKITAN
IDENTITAS SUFISME
4.1 Definisi Kebijakan Luar Negeri .............................................................. 65
4.2 Kebangkitan Ide-Ide Sufisme .................................................................. 66
4.3 Kebijakan Luar Negeri Republik Turki Pemerintahan
Recep Tayyip Erdogan: Analisis Kebangkitan Identitas
Islam Sufi dan Neo-Ottoman .................................................................. 69
4.4 Hasil Kebijakan Luar Negeri dan Peranan Nasional ............................... 73
4.5 Analisis Kebijakan Luar Negeri Sebagai Praktik .................................... 75
BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Kebijakan ……….................................................. 10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pendekatan dan Alur Identitas ..................................................... 16
Grafik 1.2 Kerangka Sintesis ..…................................................................... 20
Grafik 1.3 Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman ................. 37
Grafik 1.4 Strategi Erdogan-AKP Dalam Melemahkan Militer ................... 59
Grafik 1.5 Kerangka dan Alur Pemikiran ..................................................... 82
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Turkey’s Foreign Policy Vision:
An Assessment of 2007 by Ahmet Davutoglu ............................................ 91
Lampiran 1.2 Principles of Turkish Foreign Policy and
Regional Political Structuring by Ahmet Davutoglu ................................... 112
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
Nama : David Setiawan Program Studi : Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi
Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Judul Skripsi :
KEBANGKITAN IDE-IDE SUFISME DALAM KEBIJAKAN LUAR
NEGERI REPUBLIK TURKI PADA MASA RECEP TAYYIP ERDOGAN
ABSTRAK
Penelitian ini menjabarkan bangkitnya Sufisme dalam kebijakan luar negeri Republik Turki. Turki memiliki sejarah panjang ketika ide/ajaran Sufisme dan kekhalifahan usmani di Turki dihapuskan negara oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924. Kekhalifahan Usmani dan Sufisme adalah pendorong perkembangan kemajuan rakyat pada waktu itu. Di sisi lain Sufisme masih diagung-agungkan oleh sebagian kecil masyarakat Turki, meskipun faktor reformasi sekular hingga hari ini masih kuat dipertahankan sebagai dasar negara. Meskipun sufi dilarang, dengan mengamati kebijakan Perdana Menteri Republik Turki, Recep Tayyip Erdogan, bercita-cita untuk membangkitkan kejayaan Kekhalifahan Usmani melalui kebijakan politik dan kebijakan luar negeri negaranya. Hal tersebut sesuai dengan “Foreign policy vision paper” Republik Turki saat ini. Oleh karena itu, dunia internasional juga mengamati fakta kebijakan yang dihasilkan identik dengan masa kejayaan Kekhalifahan Usmani dan Sufisme-nya sehingga fakta tersebut saat ini disebut sebagai gelombang Neo-Ottomanisme (paham yang menginginkan kebangkitan kembali identitas sufi-usmani)
Keyword’s: Kekhalifahan Usmani, Sufisme, Harmoni, Perdamaian, Adalet ve Kalkinma Partisi/AKP, Kebijakan Luar Negeri, Neo-Ottomanisme.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Republik Turki sekular saat ini berusaha meneruskan ide/ajaran Sufisme
yang harmoni dan damai.1 Menteri Luar Negeri Republik Turki, Ahmet
Davutoglu menjadikan ide/ajaran tersebut dibagi dan tertuang sebagai prinsip baru
kebijakan luar negeri Republik Turki kedalam 6 (enam) bagian. Pertama,
mengarah kegiatan berdiplomasi yang beretika, penyelesaian konflik yang jelas
dan bermartabat (rhythmic diplomacy). Kedua, menjalin hubungan dengan
berbagai bangsa, yang bersifat muti dimensional (multi-dimensional foreign
policy). Ketiga, menjalin hubungan yang sangat baik, dekat dan ramah kepada
negara sekitar Republik Turki (zero problems with neighbors). Keempat,
menjadikan Republik Turki sebagai media, aktor yang berinisiatif menyelesaikan
masalah dalam kajian politik internasional (order instituting actor). Kelima,
menjadikan Republik Turki sebagai negara yang tidak hanya mampu
memfasilitasi, menghubungkan kaidah kerjasama internasional dengan negara- 1 Turkey Foreign Policy 2013. dalam http://www.mfa.gov.tr/synopsis-of-the-turkish-foreign-policy.en.mfa, (diakses 17 Februari 2013). Menyebutkan bahwa “ In such an environment, developments show us that international legitimacy, economic interdependence, respect for human rights, pursuing a sustainable environmental policy and harmony between people belonging to different religious and ethnic origins stand as the most important tools to build lasting peace, stability and prosperity. The realities of our time also compel us to analyze international dynamics with a global perspective of peace. In other words, Turkey does not only develop its bilateral and regional relations in its close neighborhood, but seeks to create a positive synergy on a much wider scale and thus aims at contributing to global peace, stability and security.” ; . Ahmet Davutoglu. Ahmet Davutoglu. Principles of Turkish Foreign Policy and Regional Political Structuring. (SAM: Center for Strategic Reseach Ministry of Foreign Affair Turkey). No. 3. April 2012. Hal 1-9.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
bangsa tetapi juga mampu menjalin baik kerjasama dengan organisasi
internasional (international cooperation). Keenam, ikut serta dalam kebijakan luar
negeri yang proaktif, netral, dan menjunjung tinggi nilai fleksibilitas (proactive
foreign policy).2
Sebelum Republik Turki menerapkan model sekuler seperti Eropa, pada
tahun-tahun kegemilangan Kekhalifahan Usmani tahun 1299-1900, negara ini
memiliki perkembangan dari pemikiran-pemikiran Sufisme-Ottomanisme. Di satu
bagian yang lain dari Sufisme, mengajarkan kedamaian (harmoni) merupakan
sesuatu hal yang mutlak dan harus diciptakan oleh setiap insan manusia didunia.
Bila kedamaian itu mampu dipertahankan, maka dampaknya akan memberikan
keselarasan dan kecintaan kepada sesama. Sebelum menjadi Republik, Turki
adalah negara yang menjadi pemrakarsa Sufisme dari Timur hingga ke Barat.3
Sufisme sangat berpengaruh dalam kebijakan luar negeri Kekhalifahan Usmani
yakni menjalin kedamaian antara Yunani dengan dengan dunia Arab dimasa lalu.4
Dalam hal ini, gaya hidup masyarakat Kekhalifahan Usmani mengalami
kemajuan dalam bidang agama, sehingga Sufisme-Ottomanisme identik berkaitan
dengan Kekhalifahan Usmani. Hal ini memberikan dampak bagi jalannya
2 Ahmet Davutoglu. Turkey’s Foreign Policy Vision: An Assessment of 2007. Insight Turkey Vol. 10 / No. 1 / 2008. pp. 77-96. ; Ahmet Davutoglu. Principles of Turkish Foreign Policy and Regional Political Structuring. (SAM: Center for Strategic Reseach Ministry of Foreign Affair Turkey). No. 3. April 2012. : Ahmet Davutoglu as Minister of Foreign Affairs Republic of Turkey by 2002-Until Present 3 Valdi Hardianto. ‘’Pengertian Sufi’’ (online) http://www.scribd.com/doc/52133531/sufi, (diakses pada 23 November 2011) 4 Itzchak Weismann. The Politics Of Popular Religion: Sufis , Salafis , And Muslim Brothers In 20th-Century Hamah. (US: Int. J. Middle East Study). 2005. Hal 39-58.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
pemerintahan Kekhalifahan sendiri dan Imperium-imperiumnya di Timur, Balkan,
dan sebagian Afrika.5
Sekitar tahun 1500-an pemerintahan Sultan Sulaiman I, negara ini
mengalami puncak masa keemasannya. Baik dari segi pendidikan, militer, sistem
askeri dan re’ya.6 Ditambah cepatnya perkembangan Sufisme oleh Maulana
Jalaluddin Rumi yang mengenal politik toleransi beragama sehingga masyarakat
dapat merasa tentram. Sema atau tari sufi dipandang sebagai cara menuju
penyatuan diri menuju kesucian Tuhan dalam Sufisme.7
Adapun masyarakat awam muslim, sebagai sebuah warga atau penduduk
awam, diorganisasikan dalam sebuah cara yang sejenis. Kaum muslim terbagi-
bagi menjadi sejumlah mahzab hukum dan tarekat. Pihak Kekhalifahan Usmani
dengan tegas membawanya di bawah pengendalian negara. Hal ini dikarenakan
untuk memperluas dukungan terhadap elit ulama dan sufi. Dukungan
Kekhalifahan Usmani ini mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem
pendidikan madrasah yang tersebar luas.8
Selang beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1920, Turki
Usmani mengalami kekalahan dalam perang dunia pertama. Ide-ide sufi
5 M. Arfan Muamar. Majukah Islam Dengan Menjadi Sekuler?(kasus Turki). (Ponorogo, Center for
Islamic and Occidental Studies (CIOS), 2007), hal: 21 6 Askeri adalah elit pemerintah yang minoritas, sedangkan re’ya adalah rakyat atau segolongan elit mayoritas yang memiliki hak seluas-luasnya dalam kemakmuran dari negara. Keduanya merupakan sistem stratifikasi yang diciptakan Usmani untuk mengatur negaranya. 7 Berputar dan bertumpu pada satu kaki yang menginjak poros bumi sambil berdzikir memuji kebesaran Ilahi. Itulah konsep whirling dervisher atau tarian rumi yang Penciptanya Rumi pada abad ke-12 sebagai sebuah cerminan cinta yang luar biasa terhadap Sang Pencipta. Rasa cinta itu disimbolkan dengan gerakan berputar tanpa henti. Dalam “Tari Sufi” (online) dalam http://berita.liputan6.com/read/347609/tarian-rumi-simbol-cinta-kepada-allah (diakses 13 desember 2011) 8 M. Arfan Muamar. Majukah Islam Dengan Menjadi Sekuler?(kasus Turki). (Ponorogo, Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS), 2007), 18-19.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
mengalami kemunduran akibat kemerosotan ekonomi dan tidak terbendungnya
ide-ide Barat dari negara yang memenangkan perang, karena dengan mudahnya
asimilasi budaya masyarakat Turki yang didukung oleh aspek letak geografis
negara ini.9
Pada tanggal 3 Maret 1924, Kekhalifahan Usmani secara resmi
dihapuskan.10 Maka dampaknya yang dapat dilihat adalah, selama itu pula
Mustafa Kemal Attaturk mencanangkan ide Sekular seperti Barat terutama
Eropa.11 Kegiatan tarekat Sufi secara terang-terangan dilarang dan dibubarkan
oleh pemerintah. Meskipun kelompok-kelompok kecil beraliran Sufi Tarekat
Maulawiyah (Mevlevi) melaksanakan aktifitasnya secara diam-diam dari
pengawasan militer Republik Turki.
Mustafa Kemal Attaturk disebut sebagai bapak bangsa Republik Turki
oleh rakyat Turki sehingga, dibawah pemerintahannya, Republik Turki berubah
total menjadi sebuah negara sekular yang menurut beberapa pengkajian bisa
dibilang anti terhadap dunia Islam, termasuk ide-ide Sufisme-Ottomanisme yang
berkembang saat Kekhalifahan Usmani masih dalam kekuasaannya.
Attaturk berhasil memimpin pemerintahan Turki untuk menghapus
kekhalifahan Usmani, menjauhkan nilai-nilai Islam yang telah menjadi tradisi
dalam kehidupan masyarakat Turki tersebut, menjadikan masjid-masjid sebagai
museum, program ini terfokus secara total antara tahun 1924 sampai dengan tahun
9 Hal ini dibuktikan dengan keterbelakangan Turki mengakibatkan Turki harus mengadopsi
kemajuan model pemerintahan di eropa. Seperti ide-ide sekular dalam pemerintahan republik yang berdaulat penuh oleh rakyat, bukan monarkhi. 10
M. Arfan Muamar. Majukah Islam Dengan Menjadi Sekuler?(kasus Turki). (Ponorogo, Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS), 2007), hal: 28-29. 11 Sekular dalam Turki diartikan sebagai pembatasan, pemisahan, pengurangan sendi agama dalam kehidupan berbangsa bernegara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
1938 sehingga menggantinya dari sistem monarki konstitusional Usmani menjadi
kearah sendi-sendi republik yang demokratis dipimpin oleh seorang Presiden dan
Perdana Menteri. Akibatnya sampai tahun 2011 Turki menjadi negara yang murni
sekular atas agama (A secular democracy among more than 50 republics with
predominantly Moslem population).12 Indikatornya adalah ada satu kebijakan
yang mengindikasikan Attaturk mengurangi hubungan terhadap dunia Arab, yakni
penggantian the Latin alphabet was adopted (1928).13 Oleh karena itu,
penggantian abjad atau huruf Arab yang menjadi sistem baca tulis era
Kekhalifahan Usmani dirubah kearah huruf latin secara universal. Sehingga
prosesnya pun dalam berkomunikasi dan surat menyurat menggunakan bahasa
Latin. Hal ini berlanjut sampai dengan penerus Mustafa Kemal Attaturk
diantaranya Perdana Menteri Ismet Inonu, Perdana Menteri Sulayman Demirel,
Perdana Menteri Adnan Menderes serta Perdana Menteri lainnya yang berbeda
haluan dengan Erbakan yang Islamis.14
Setelah Republik Turki seperti apa yang dicita-citakan oleh Attaturk
berdiri, maka Turki hidup dalam dualisme pola kebijakan luar negeri, namun pada
masa Perdana Menteri Necmetin Erbakan pada tahun 1970 mendirikan partai Milli
Nizam Partisi (MNP- Partai Ketertiban Nasional) sebagai partai dan gerakan
Islam puritan pertama di Turki. Berikutnya, Partai teresebut di kudeta oleh militer
karena terlalu kontra dan mengancam sekularisme negara. Tahun 1972, Erbakan
12
“Mengenai Turki” (online) dalam http://jakarta.emb.mfa.gov.tr/AboutTurkey.aspx (diakses 13 desember 2011) 13
“Turkey President: Mustafa Kemal Attaturk” (online) dalam http://www.mfa.gov.tr/mustafa-kemal-ataturk.en.mfa (diakses 27 desember 2011) 14 Ahmad Dzakirin. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenagkan Pemilu. (Solo: EraIntermedia). 2012. hal: 60
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
mendirikan partai baru, yakni Milli Salamat Partisi (MSP- Partai Keselamatan
Nasional) namun pada tahun 1973 partai ini mengalami perpecahan karena hanya
mendapat suara 11,8 persen di parlemen. Kemudian tahun 1977, Erbakan
berkoalisi dengan partai sekular Sulayman Demirel dari Partai Adalet Partisi (AP-
Partai Keadilan) kemudian koalisi tersebut pecah karena baik Demirel maupun
Erbakan berselisih paham. Tahun 1983 Erbakan mendirikan partai Refah Partisi
(RP- Partai Kesejateraan) namun kembali mengalami perpecahan dengan alasan
yang sama seperti yang dialami Partai Keselamatan Nasional.
Perjuangan Erbakan tidak hanya berhenti dengan partainya habis di
negaranya, tahun 1998 Erbakan kembali mendirikan Partai Fezilet Partisi (FP-
Partai Kebajikan) dengan perkembangannya pada tahun 2001 partai ini
dibubarkan oleh negara dengan alasan mengancam stabilitas ideologi sekular
negara. Pada tahun tersebut Partai Kesejahteraan mengalami perpecahan internal,
diantaranya Erdogan dan Abdullah Gul yang sudah tidak sesuai dengan jalan,
strategi konfrontasi yang diterapkan oleh Erbakan terhadap partai sekular
sehingga mereka mendirikan partai baru yakni Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP-
Partai Keadilan dan Kesejahteraan) yang lebih memilih strategi progresif, kultural
dan evolutif.15
Semenjak Erdogan mendirikan AKP bersama Abdullah Gul, partai
tersebut memimpin negara sebagai dengan mendapat dukungan dari rakyat
sehingga saat ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan luar negeri Republik Turki
dijalani dengan dua model, yakni antara Kemalisme (diciptakan oleh Attaturk)
15
Ahmad Dzakirin. Ibid. 18-24
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
dan pendekatan Strategic Depth yakni pengembalian kejayaan Usmani (Neo-
Ottomanisme) oleh Erdogan dan Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu
menyadari betul pentingnya sejarah dan warisan kultural dalam menjalankan
kepentingan nasional dengan kebijakan zero problem with neighbors.16 Namun
dalam tulisan penelitian ini memfokuskan pada pengembalian kejayaan Usmani
sebagai kajian pengambilan kebijakan luar negeri Republik Turki dalam
pemerintahan Erdogan.
Dari sini dapat dilihat, adanya upaya Republik Turki untuk melanjutkan
kebijakan Zero Enemy dengan seluruh negara dunia menurut prinsip Sufisme yang
cinta damai. Politik luar negeri seperti ini yang memberikan keuntungan bagi
posisi Turki di Eropa dengan status negara berkembang dan bahkan di Asia
sebagai model atau contoh bagi negara-negara Arab (Timur Tengah) untuk
menuju kemajuan negara secara signifikan melalui kerjasama internasional.
Pembaharuan arti semboyan negara Republik Turki, Yurtta Barış,
Dünyada Barış / Peace at Home, Peace at The World / Damai di Rumah. Damai
di Dunia. Erdogan mengupayakan ideologi ini sebagai dasar terciptanya
keamanan, ketentraman dan toleransi beragama atas masyarakat Turki yang penuh
dengan heterogenitas dari suatu semboyan negara yang pada masa Attaturk hal itu
tidak dapat dirasakan masyarakat Turki karena kuatnya militerisme negara dan
tidak mau bersentuhan dengan Bangsa Arab.
Hal ini membawa pengaruh dalam level pengambilan kebijakan
internasional Turki. Munculnya gagasan ini akibat dari serangkaian sikap Perdana
16
Ahmad Dzakirin. Ibid. 152
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Menteri Erdogan, dia perlahan-lahan mencoba membangkitkan kembali ideologi
damai, tanpa musuh dengan teman dekat ala Sufisme kedalam kehidupan
masyarakat Turki. Dalam tatanan kebijakan internasional secara historis, Turki
adalah negara yang sangat berbeda dari negara Arab lainnya. Ketika dunia Arab
masih mempertahankan eksistensi dan konfliktual Sunni-Syiah, Turki bahkan
berusaha merangkul seluruh dunia Arab menuju perdamaian. Maka di negara ini,
dapat memberikan contoh keberhasilan eksitensi sufisme kedalam sendi
pemerintahan negara yang demokratis, stabil, damai dan menghargai satu sama
lain.
Implikasinya dalam pertemuan Republik Turki dengan beberapa negara-
negara Uni Eropa membahas masalah laporan kemajuan Republik Turki dalam
kans sebagai anggota Uni Eropa. Konferensi ini dilaksanakan di Eropa, dimana
Eropa sebagai aktor atau sekaligus tuan rumah.17 Komisi Eropa tahun 2009
menyebutkan bahwa Laporan Kemajuan Turki Dari Segi Pembangunan dan
Strategi Negara (seperti di Indonesia disebut sebagai GBHN) pada tanggal 14
Oktober 2009 tersebut. Dalam laporan tersebut, wilayah di negara tersebut
mengalami kemajuan lebih pesat dari tahun-tahun sebelumnya.
Pengambilan contoh kebijakan luar negeri tersebut merupakan bentuk
analisa partisipasi Republik Turki dalam mengedepankan perjanjian damai dengan
berbagai kelompok, agama, bangsa dan negara sebagai salah satu cara untuk
mencapai kesepakatan bersama seperti ketika Kekhalifahan Usmani yang mampu
mengayomi masyarakat di sekitarnya. Jadi diambil pola masanya dapat dibagi
17 “Kemajuan Signifikan Republik Turki” (online) dalam http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-european-union.en.mfa (diakses 12 desember 2011)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
menjadi menjadi empat bagian, pertama pada saat Kekhalifahan Ottoman
berkuasa, sufisme dan implikasi kulturalnya sebagai ideologi utama dalam sendi
negara maka kebijakan luar negerinya adalah menjalin hubungan baik dengan
negara tetangga seperti Arab dan Eropa. Kedua setelah Mustafa Kemal Attaturk
menghapus negara khalifah dan menggantinya dengan negara berbentuk republik
maka kebijakan luar negeri Turki yakni menjalin hubungan, baik hubungan
stategis dan menyeluruh dengan dunia Barat yakni meliputi Eropa dan Amerika
Serikat. Ketiga, kemunculan gerakan dan partai Islam oleh pada masa Necmettin
Erbakan menandai masa awal perlawanan terhadap rezim sekular ciptaan Attaturk
dan pembuat kebijakan lainnya sehingga perlu penggantian sekularisme sebagai
ideologi negara menjadi ke arah Islami. Keempat, pada masa Erdogan, Erdogan
melakukan serangkain kebijakan Strategic Depth (penggalian kembali) atau
menghidupkan kembali nilai dan identitas Islam, sedangkan di satu sisi,
sekularisme yang sangat demokratis dimanfaatkan hanya sebagai salah satu media
yang memperkenalkan Islam progresif, kultural dan evalutif, serta masih
menerima kerjasama dengan Barat (Eropa dan Amerika Serikat; Lihat table 1.1)
Tabel 1.1 Perbandingan Kebijakan Dari Usmaniyah hingga
Erdogan
Indikator Usmaniyah Attaturk (1925) – Mesut Yilmas (1996)
Erbakan (1996-1997)
Erdogan (2003- Sekarang)
Politik Domestik dan Politik
Menggunakan Abjad Arab dan Kurdi
Menghapus abjad arab tahun 1928
Menghidupkan Kembali nilai-nilai islam
Menggunakan Abjad Latin tetapi bahasa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Internasional
sesuai asal muasal Jalaludin Rumi. Sufisme sebagai Identitas Nasional Menjalin Kerjasama dengan semua pihak sesuai esensi sufi yang damai.
dengan abjad Latin. Mengambil dan mengkodekan Swiss civil law tahun 1926. Menjalin kerjasama dengan Eropa barat.
Konfrontasi total dengan sekularisme
Arab diperbolehkan dalam Madrasah atau sekolah-sekolah. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Baik di Timur tengah (Arab) dan Eropa
1.2 RUMUSAN MASALAH
Sufisme mampu memberikan ide-ide pemikiran Islam dalam
perkembangan awal hingga keruntuhan Kekhalifahan Usmani antara tahun 1299-
1900. Setelah kekalahan Usmani dalam perang dunia pertama yang
mengakibatkan kemerosotan ekonomi dan susutnya pemikiran sufi serta
dominannya asimilasi kebudayaan Barat terutama Eropa dan Arab. Turki
berevolusi menjadi sebuah negara Republik yang menghapuskan seluruh sendi
kehidupan beragama. Dalam kehidupan Turki yang sekular hingga saat ini,
muncul kembali ide-ide Sufisme dan Neo Ottomanisme. Puncaknya adalah pada
tahun 2009 Erdogan mendukung kerjasama protokol ekonomi Lisboa dengan Uni
Eropa serta pada tahun 2011 Erdogan mendukung dan mengunjungi Mesir,
Tunisia dan Libya saat Revolusi musim semi Arab, mengupayakan kemerdekaan
Palestina dengan mendukung kemenangan Hamas.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan satu pertanyaan, yakni:
Bagaimanakah ide-ide Sufisme dibangkitkan kembali sebagai landasan
dalam kebijakan luar negeri Republik Turki pada masa Recep Tayyip
Erdogan setelah mengalami penghapusan pada masa Mustafa Kemal
Attaturk?
1.3 TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejauh mana identitas
sufisme dapat kembali mempengaruhi kebijakan luar negeri Republik Turki. Oleh
karena itu, diperlukan variabel penjelas untuk beberapa konsentrasi masalah,
yaitu:
1. Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Turki
dalam kaitannya dengan sufisme.
2. Menjelaskan naik turunnya sufisme dan perkembangannya pada masa
Mustafa Kemal Attaturk, Erbakan hingga Erdogan hingga berkembang
lagi setelah mengalami kemunduran.
1.4 MANFAAT
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam program studi hubungan internasional terkait dengan pokok
bahasan mengenai kultur, identitas dan kebijakan luar negeri serta hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan referensi pada penelitian yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
akan mendatang dalam program studi ilmu hubungan internasional terkait dengan
pokok bahasan mengenai kultur, identitas dan kebijakan luar negeri.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
1.5.1 Tingkatan Analisis
Studi tentang kebijakan luar negeri adalah studi dari kedua laporan atau
kebijakan pengambil keputusan serta perilaku atau tindakan negara. Tingkat
analisis yang digunakan dalam studi kebijakan luar negeri adalah individu,
kelompok pemerintah (birokrasi atau partai yang sedang berkuasa), National self-
image and culture, opini publik, politik domestik, dan Great Powers/sistem
tingkat (posisi suatu negara dalam dunia internasional baik ada ataupun tidaknya
pengaruh dari negara-negara besar/yang berkepentingan) sistem tingkat Ini adalah
perangkat heuristik atau alat yang membantu kita mengelola materi pelajaran
kami. Tingkat analisis juga mengajukan pertanyaan yang berbeda dan
memberikan jawaban yang berbeda untuk asing kebijakan teka-teki. Studi tentang
kebijakan luar negeri terutama terletak di bidang hubungan internasional.
Hubungan internasional didominasi oleh tiga pandangan dunia: realisme,
liberalisme, dan Marxisme. Kebijakan luar negeri juga merupakan disiplin ilmu,
yakni mengambil pelajaran dari kedua studi hubungan internasional dan studi
perbandingan politik.18
Untuk penelitian ini pada kemunculan kembali identitas sufisme dalam
kebijakan luar negeri Erdogan, maka unit analisis yang diambil adalah National
18 Laura Neack. The New Foreign Policy: power seeking in a globalized era. (United States of America : Rowman & Littlefield Publishers, Inc.). 2008. Hal 27.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
self-image and culture yang artinya menggunakan analisis negara dengan segala
kebudayaannya disertai dengan beberapa contoh munculnya kultur dan identitas
sangat dominan dalam perkembangan kebijakan negara. Yaitu Turki tetap
mempertahankan Sekularisme sebagai ideologi negara, tetapi juga
mengembangkan identitas Islam berupa Sufisme yang Zero Enemy Within a
Neighbours.19
Hal ini diterangkan kembali oleh Neack tentang dua sisi yang saling
mendukung antara kultur/identitas dengan National self-image and culture:
“ A culturally maintained national self-image does more than just influence the broad notions and directions of a country’s foreign policy. National self-image and the culture that supports it also influence the types of institutions constructed within a state and the foreign policy decisionmaking authority allotted to those institutions”.20
Jadi berdasarkan kutipan dari Neack diatas dapat dikatakan bahwa
kultur/identitas yang berasal dari masyarakat sipil (National self-image and
culture), dapat mempengaruhi kebijakan institusi kenegaraan dan juga kepada
otoritas yang berwenang dalam merencanakan kebijakan luar negeri.
19
Dalam hal ini Erdogan sangat menyadari bahwa sekularisme memang ideologi negara akan tetapi dalam perkembangannya sekuralisme bukanlah ideologi yang filosofistik melainkan sebuah terjangan gaya hidup yang diadopsi oleh Turki dari Barat. Akan tetapi Turki juga perlu kenyataan untuk mengembangkan kebijakan luar negerinya kearah yang lebih evolutif dan harmoni baik bagi negaranya maupun negara lain. 20
Laura Neack. Loc.cit. Hal 90.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
1.5.2 Landasan Teoritik
Dalam perkembangannya sufisme mampu berkembang pesat di
Kekhalifahan Usmani, maka yang menjadi penelitian dan kajian, diawali dengan
mengambil teori-teori yang mendukung penelitian identitas Usmani dengan
politik kebijakan luar negerinya.
1.5.2.1 Pendekatan Konstruktivisme Oleh Alexander Wendt dan Clunan
Konstruktivisme mempunyai asumsi dasar manusia adalah mahluk
individual yang dikonstruksikan melalui realitas sosial. Artinya sebuah identitas
itu sendiri adalah suatu bentukan atas suatu ciri dari struktur.
Constructivism is a structural theory of the international system that makes the following core claims: (1) states are the principal units of analysis for international political theory; (2) the key structures in the states system are intersubjective, rather than material; and (3) state identities and interests are in important part constructed by these social structures, rather than given exogenously to the system by human nature or domestic politics.21
Dari gambaran tersebut, penelitian ini memiliki pola, Negara dan sistem
internasional sebagai unit struktural. Kemudian Kedua, Konstruksi manusia akan
melahirkan intersubyektivitas dalam artian ada subyek-subyek yang berperan
lebih dalam kelingkungannya sebagai interaksi sosial. Gambaran umumnya,
dengan proses interaksi sosial, manusia dapat saling memahami. Karena faktor
identitas individu sangat penting dalam menjelaskan kepentingannya.
21 Alexander Wendt. ‘Collective identity formation and the international state’. American Political Science Review 88 (1994), p. 384. Dalam Martin Griffith. Fifty Thinkers in International Relations (London, UK: Routledge Press, 1999). 199-204.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
Dalam melihat hubungan antar sesama individu, nilai-nilai relasi atau
hubungan itu, bukan hasil dari satu pihak saja yang berinteraksi, melainkan ada
hubungan timbal balik untuk berinteraksi yang menghasilkan kesepakatan antar
kedua belah pihak sehingga menciptakan realitas sosial yang diinginkan. Realitas
sosial, identitas dan kepentingan negara merupakan hasil utama konstruksi atau
bentukan dari proses interaksi tersebut dari pada diserahkan ke arah sifat dasar
manusia (human nature).
Dalam pandangan Clunan tentang Aspirational Contructivism, identitas
didasarkan pada kebanggaan sejarah bangsa dan hal ini mendorong negara untuk
membuat kebijakan sesuai dengan kondisi nasionalnya.22 Begitu juga studi kasus
dalam Republik Turki sendiri. Identitas Islam sufi yang berasal dari Historical
Legacy kembali dimunculkan Oleh Erdogan untuk membuat serangkaian
kebijakan nasional untuk kebanggaan dan posisi negaranya di dunia internasional
sehingga kebijakan tersebut menjadi dominan.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran: Pendekatan dan Alur Identitas
=
22 A. Clunan. “The Social Constructivism of Russia’s Resurgence”. (Baltimore: The John Hopkins University Press. 2009). Hal: 203
Historical
National identity
National Situation
Leader’s
National interest
Foreign Policy
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
1.5.2.2 Pendekatan Kebijakan Luar Negeri Oleh Valerie M. Hudson
Kebijakan luar negeri suatu negara perlu dianalisa untuk mengetahui
sejauh mana dan apa yang mempengaruhi sehingga kebijakan itu dibuat. Karena
dibutuhkan sebagai premis dasar bahwa hubungan internasional membahas
bagaimana pengambil keputusan, baik individu bertindak sendiri-sendiri atau
dalam kelompok, atau bahkan analisis kebijakan luar negeri terletak di
persimpangan dari semua ilmu sosial dan bidang kebijakan, dan pengembangan
faktor yang lain yang berkaitan dengan hubungan internasional dan kebijakan luar
negeri.23 Kemudian secara partikular dibagi menjadi lima aspek dalam konteks
pendekatan kebijakan luar negeri adalah:24
• Individual Characteristics; • Perceptions; • Society and Culture; • The Polity; • The International System;
Pertama, Ideosincretic/individual characteristic adalah Psikologi Politik
yang dapat membantu kita dalam memahami penentuan dan arah pemimpin.
Meliputi kondisi stres yang tinggi, ketidakpastian yang tinggi, posisi dominan dari
kepala negara dalam Keputusan Kebijakan Luar Negeri membuat karakteristik
pribadi individu akan menjadi penting dalam memahami pilihan kebijakan luar
negeri. Kedua, Perceptions sebagai peran persepsi dan gambaran dalam kebijakan
23 Valerie M. Hudson. Foreign Policy Analysis: Actor-Specific Theory and the Ground of InternationalRelations. International Studies Association. (Blackwell Publishing, 350 Main Street, Malden, MA 02148, USA, and 9600 Garsington Road, Oxford OX4 2DQ, UK). (2005). Hal 21 24 Valerie M. Hudson. FPA Yesterday, Today and Tomorrow. Mershon Internasional Studies Review. Vol. 39 Issue2. (1995). Hal 226.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
luar negeri adalah agenda penelitian yang sangat penting dalam analisis kebijakan
luar negeri seperti analisa dan perkembangan kebijakan setiap tahunnya. Ketiga,
Society and Culture sebagai Studi tentang budaya dan identitas yang menjadi
determinan dalam negara, studi ini memulai kebangkitannya setelah berakhirnya
Perang Dingin disertai topik tentang studi keamanan, dan postmodernisme.
Keempat, The Polity, menjelaskan kelompok-kelompok tertentu dalam negara
dapat mempengaruhi serangkaian kebijakan luar negeri, situasi keamanan dan
stabilitas kawasan. Kelima, International System, berupa terdapat keadaan dan
kesepakatan internasional terhadap situasi yang terjadi di dunia internasional.25
Dalam kasus Turki, penelitian ini menggunakan Individual characteristic sebagai
eksekutor/fasilitator yang berawal dari adanya keinginan kembali akan kebesaran
bangsa pada masa lalu, berupa pengaruh kebangkitan kembali sufisme-usmani.
Pola ini kemudian ditandai dengan adanya gerakan masyarakat sipil untuk
memulihkan kegiatan ekonomi pasca kudeta Perdana Menteri Necmetin Erbakan
yang secara kultural praktik memiliki hubungan dengan ideologi Islamis sebagai
negara mayotitas Muslim. Dalam ruang politik yang semakin terbuka di era
Perdana Menteri Erdogan, gerakan Islamis masyarakat terbukti menjadi elemen
penting dalam pertumbuhan masyarakat sipil di Turki.26 Jadi kemudian dalam
perkembangannya, keadaan ini diberdayakan oleh para otoritas pengambil
kebijakan seperti Recep Tayyip Erdogan, Abdullah Gul dan Ahmet Davutoglu
sesuai dengan National self-image and culture yang sedang berkembang dalam
25 Valerie M. Hudson. Loc. cit. Hal 8-18 26 Jenny White dalam Ahmad Dzakirin. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenagkan Pemilu. (Solo: EraIntermedia). 2012. hal: 279-280.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
bentuk gerakan Islamis sehingga menghasilkan kebijakan nasional maupun
kebijakan luar negerinya yang kemudian berdampak pada segi ekonomi,
kebudayaan, politik dan hubungan kerjasama Turki dengan Uni Eropa dan dunia
Arab.
1.5.2.3 Sintesis
Berdasarkan teori-teori yang diambil, seperti pendekatan konstruktivisme
Alexander Wendt yang mengedepankan identitas negara, dalam hal ini disebut
sebagai ideologi negara Republik Turki dengan semangat Islam Sufisme yang
dipadukan dengan National self-image and culture sekular sebagai media dan
kepentingan negara adalah hasil konstruksi dari interaksi sosial individu,
lingkungan sosial dan perangkat perangkat seperti sebelumnya. Kedua,
pengambilan pendekatan kebijakan luar negeri dari Valerie M. Hudson, bahwa
kebijakan luar negeri Republik Turki adalah hasil dari kekuatan, pengetahuan,
sosio-kultur dan interaksi pemimpin dalam menjalankan dan memahami faktor
utama yakni menciptakan formulasi kebijakan luar negeri guna penentuan sikap
internasional terhadap negaranya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
Grafik 1.2 Kerangka Sintesis
1.5.3 TINJAUAN PUSTAKA
Ide-ide sufisme menjadi sebuah identitas dalam tubuh kekhalifahan
usmani tahun 1299 sampai pada tahun 1900. Setelah kekhalifahan usmani runtuh
akibat kekalahan dalam perang dunia I. Kemudian dilanjutkan oleh revolusi sosial
secara menyeluruh oleh Mustafa Kemal Attaturk dengan menghapuskan semua
sisa-sisa kekhalifahan islam menjadi republik sekular tahun 1924.
Setelah terpilihnya Erdogan sebagai Perdana Menteri Republik Turki,
maka ada beberapa kebijakan yang sebelumnya dilarang pada masa Mustafa
Kemal Attaturk, seperti pelarangan penggunaan bahasa Arab dan ditutupnya
madrasah serta masjid. Namun sejak Erdogan diangkat menjadi Perdana Menteri,
situasi tersebut mengharuskan negara ini untuk kembali membuka madrasah dan
membuka kembali segala aktifitas peribadatan. Masalah-masalah dan fenomena
tersebut telah menelaah jauh di negara selain Republik Turki. Yakni, China,
Prancis dan Amerika Serikat tentang bagaimana pendekatan kebangkitan
negara
Pendekatan Kebijakan Luar
Negeri
Pendekatan Identitas (Konstruktivisme)
Lingku-ngan
Ideosincretic Lingku-ngan
Sufism/ottomanism
Decision Making/output
/FPA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
identitas, hingga kemudian bangsa tersebut dapat dikenal luas di percaturan
politik internasional.
1.5.3.1 Konfusianisme China
Filsuf utama yang harus disebut adalah Konfusius, yang hidup antara 552
dan 479 S.M. Melihat kekacauan dan perebutan kekuasaan antara raja-raja pada
waktu itu, ia menganjurkan ajaran harmoni antara manusia dengan alam maupun
antara manusia dengan manusia. Sekiranya masing-masing bertindak dan
menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya, maka tidak akan terjadi
perebutan kekuasaan. Bukan hanya rumah tangga, tetapi negarapun akan menjadi
tenteram. Hal tersebut terlihat sekali dalam China's Independent Foreign Policy of
Peace dibawah ini:
“China opposes hegemonism and preserves world peace. China believes that all countries, big or small, strong or weak, rich or poor, are equal members of the international community. Countries should resolve their disputes and conflicts peacefully through consultations and not resort to the use or threat of force. Nor should they interfere in others' internal affairs under any pretext. China never imposes its social system and ideology on others, nor allows other countries to impose theirs on it”.27
Cina percaya bahwa semua negara adalah anggota yang sama dari
masyarakat internasional. Negara harus menyelesaikan sengketa/konflik mereka
27 China's Independent Foreign Policy of Peace (online) dalam http://www.fmprc.gov.cn/eng/wjdt/wjzc/t24881.htm, (diakses 12 Desember 2011).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
secara damai melalui konsultasi sepihak dan tidak menggunakan ancaman
kekerasan.
1.5.3.2 Liberalisme Amerika Serikat
Ide-ide Liberalisme di Amerika Serikat memperlihatkan adanya keserasian
baik didalam politik dalam negeri dan politik luar negerinya. Hal ini terlihat pada
pernyataan berikut:
“Commercial liberalism promotes the idea of free trade and commerce across state borders on the assumption that economic interdependence among states will reduce incentives to use force and raise the cost”.28
Jadi siapapun Presiden Amerika Serikat, entah itu berasal dari Partai
Demokrat Atau Partai Republik maka, kebijakan domestik dan kebijakan luar
negerinya tetap meneruskan dan mengembangkan nilai nilai dan identitas
liberalisme seperti perdamaian, free trade dan kerja sama antar negara yang saling
membutuhkan.
1.5.3.3 Nasionalisme Prancis
Prancis adalah salah satu negara yang menerapkan sistem nasionalisme
Raison d’etre negara dengan triloginya yakni Liberte (Kebebasan), Egalite
(Persamaan/Kesetaraan) dan Fraternite (Persaudaraan).
28 Martin Griffiths dan Terry O’Callaghan, International Relations: The Key Concept (London dan New York: Routledge Press). Hal: 180-182.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
“France’s foreign policy is founded on several centuries of diplomatic tradition and some fundamental principles: the right of peoples to self-determination, respect for human rights and democratic principles, respect for the rule of law and cooperation among nations. Within this framework, France’s concern is to preserve its national independence while at the same time working to foster the European construction as well as regional and international solidarity.”29
Hal ini tercermin dalam kebijakan luar negeri prancis yang bersedia
bekerja sama dengan negara atau bangsa lain. Salah satu kebijakannya adalah
menjadi aktor penting dalam Institusi seperti Uni Eropa, menjadi salah satu pihak
yang dapat mengkomunikasikan dengan pihak lain berdasar pada pembuatan
kebijakan domestik utk kebijakan luar negeri.
The permanent representation of France in the European Union plays a key role in expressing France’s positions within the European institutions. Subject to the authority of an ambassador, the capital’s administrative relay is responsible for watching over the establishment of a coherent connection between the national decision-making system and that of the EU.30
Semua ideologi tersebut sebagai bentuk identitas yang dikhususkan dan
dipakai oleh negara tersebut guna pencapaian kebijakan luar negeri yang selaras,
stabil dan harmonis, sehingga memiliki masa di negaranya masing-masing. Hal ini
ada keterkaitan landasan ideologi seperti kemunculan kembali ide/ajaran sufisme
29
France Foreign Policy (online) dalam http://www.diplomatie.gouv.fr/en/france/france-in-the-world/france-s-foreign-policy/article/principles (diakses 12 desember 2011) 30 France in European Union (online) dalam http://www.diplomatie.gouv.fr/en/european-union/ (diakses 12 desember 2011)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
dan Islam yang menekankan pada identitas diri yang harmoni, stabil, evolutif pada
masa Erdogan setelah penghapusan tahun 1924.
1.5.3.4 Studi Empiris
Studi kasus mengenai Turki dalam penelitian ini, saat Tayyip Erdogan
menjadi Perdana Menteri Republik Turki, ia memasukkan kembali ideologi
sufisme dalam serangkaian kebijakannya luar negerinya.31 Hal ini bisa disebut
sebagai kemunculan baru sufisme-neo ottomanisme.
Dalam kasus tertentu identitas mayoritas dapat menjadi ideologi besar
dalam suatu negara, misalnya Uni soviet dengan Amerika yang mempertahankan
ide Komunisme dengan Kapitalisme-nya ketika perang dingin berlangsung tajam
tahun 1960.32 Oleh karena itu, berbeda sekali dengan kasus Turki, sufisme
diciptakan tokoh agama Maulana Jalaludin Rumi dan tarekat maulawiyah.
Analisanya, sufisme adalah identitas minoritas dalam tubuh Usmani yang
perlahan-lahan mampu menampung dan menjadi tumpuan eksistensi jalannya
pemerintahan negara/kekhalifahan.33
Berawal dari satu pernyataan, mengapa sufisme sebagai ideologi identitas
minoritas dapat menjadi tumpuan dan arahan kebijakan luar negeri Republik
Turki, meskipun ide ide ini pernah tenggelam. Dari sudut pemimpin, Faktor
pertama, kepemimpinan Erdogan yang mengedepankan kebijakan luar negeri
31
Kemajuan Signifikan Republik Turki” (online) dalam http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-the-european-union.en.mfa (diakses 12 desember 2011) 32
Martin Griffith, Fifty Thinkers in International Relations (London, UK: Routledge Press, 1999). 203 33 M. Arfan Muamar. Majukah Islam Dengan Menjadi Sekuler?(kasus Turki). (Ponorogo, Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS), 2007), hal: 28-29.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
yang harmonitas (sufistik) terhadap segala kalangan dan merangkul semua
golongan di dalam dan diluar negerinya seperti yang dilakukan Perancis, Amerika
Serikat dan China. Faktor kedua, situasi nasional yang mengharuskan Republik
Turki untuk menjadi yang terdepan dalam membentuk interaksi, kontruksi
internasional sehingga perdamaian sebagai realita sosial dapat tercipta seperti apa
yang diinginkan. Faktor ketiga, ada kebanggan tersendiri dari masyarakat Turki
mengenai kejayaan bangsanya dahulu, sehingga ada keinginan kejayaan tersebut
kembali dituangkan dalam pola kebijakan luar negeri negaranya.
1.6 HIPOTESIS
Dari landasan dan kesimpulan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sementara untuk pengumpulan data. Ada beberapa
kesimpulan sementara untuk menjawab pertanyaan.
Pertama, faktor penyebab mengapa identitas sufi kembali muncul adanya
situasi nasional yang mengharuskan Republik Turki untuk bergerak menuju
percaturan kerjasama internasional yang damai dan menghargai semua, seiring
dengan adanya dinamisnya gerakan Islamis masyarakat sipil Turki.
Kedua, proses Aspirational Contructivism (konsep pengembangan bangsa
yang berasal dari kejayaan bangsa di masa lalu) dari Republik Turki sehingga
identitas didasarkan pada kebanggaan sejarah bangsa dan hal ini mendorong
negara dan pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan sesuai dengan kondisi
nasionalnya. Pertama, mengarah kegiatan berdiplomasi yang beretika,
penyelesaian konflik yang jelas dan bermartabat (rhythmic diplomacy). Kedua,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
menjalin hubungan dengan berbagai bangsa, yang bersifat muti dimensional
(multi-dimensional foreign policy). Ketiga, menjalin hubungan yang sangat baik,
dekat dan ramah kepada negara sekitar Republik Turki (zero problems with
neighbors).
Keempat, menjadikan Republik Turki sebagai media, aktor yang
berinisiatif menyelesaikan masalah dalam kajian politik internasional (order
instituting actor). Kelima, menjadikan Republik Turki sebagai negara yang tidak
hanya mampu memfasilitasi, menghubungkan kaidah kerjasama internasional
dengan negara-bangsa tetapi juga mampu menjalin baik kerjasama dengan
organisasi internasional (international cooperation). Keenam, ikut serta dalam
kebijakan luar negeri yang proaktif, netral, dan menjunjung tinggi nilai
fleksibilitas (proactive foreign policy). Oleh karena itu, terdapat dampak dan
peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi ekonomi, politik, kebudayaan
dan berinteraksinya Republik Turki dengan Uni Eropa serta dunia Arab yang
kemudian difasilitasi oleh negara. Hal ini sesuai dengan visi AKP yang
mendukung adanya pasar bebas, kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar dan
masuknya Republik Turki dalam Uni Eropa. Namun dalam visi AKP selanjutnya
juga menyebutkan bahwa agama juga memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam menciptakan harmoni dalam dalam tatanan sosial umat manusia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
1.7 METODOLOGI PENELITIAN
1.7.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1.7.1.1 Kekhalifahan dan Negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Khalifah adalah pemimpin,
wakil atau pengganti (Nabi Muhammad SAW setelah wafatnya). Sedangkan
Kekhalifahan adalah Negara dengan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh
khalifah dengan menjalankan syariat (hukum Islam) di kehidupan negara.34 Dalam
sejarahnya, kekhalifahan berawal dari Nabi Muhammad yang berperan dan
menjalankan kehidupan sebagai nabi/rasul, pembuat hukum, pemimpin agama,
hakim, komandan pasukan dan kepala pemerintahan sipil. Setelah wafatnya
Muhammad SAW, khalifah menjalankan tugas seperti Nabi Muhammad SAW,
kecuali sebagai nabi/rasul hanya Muhammad SAW saja khalifah tidak boleh
membenarkan dirinya sebagai nabi/rasul.35
Dalam hal politik khalifah memiliki wewenang umum sebagai pemelihara
dan mempertahankan iman, memerangi kafir dan menghapus bid’ah, memperluas
negara Islam (Dar al-Islam).36 Secara khusus fungsi khalifah menurut mahzab
Sunni adalah melindungi dan mempertahankan iman wilayah Islam, menyatakan
perang suci/jihad (jika keadaan darurat), mengangkat pejabat negara, menarik
pajak, dan mengatur dana masyarakat, menghukum orang yang melanggar hukum
dan menegakkan keadilan. sedangkan fungsi khalifah menurut Syiah adalah
imamah, yakni khalifah yang berhak menatur agama dan politik berasal dari
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan Nasional: Balai Pustaka). 35 Philip K. Hitti. History of The Arab’s (Terj.). (Jakarta: Serambi ). Hal 567-576. 36 Thomas W. Arnold. The Chaliphate (Oxford). 1924. Hal 9-41 dalam Philip K. Hitti. History of The Arab’s (Terj.). (Jakarta: Serambi ). Hal 567-576.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
keturunan Nabi Muhammad SAW.37 Oleh karena itu, definisi konseptual tersebut
menciptakan definisi operasional dalam fokus penelitian ini adalah kekhalifahan
Usmani, maka kekhalifahan Usmani adalah kekhalifahan/sistem negara yang
terletak di Turki antara tahun 1299-1924 yang dipimpin oleh seorang khalifah,
baik berupa sultan/raja yang menjalankan dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam
sendi-sendi pemerintahan negara.
1.7.1.2 Sufisme Dalam Kekhalifahan
Sufi adalah ahli ilmu tasawuf/ilmu suluk. Sedangkan Sufisme adalah nama
umum bagi aliran Sufi di dalam agama Islam.38 Sufisme dalam kekhalifahan
Usmani dahulunya memiliki pengaruh besar Sehingga apapun kebijakan
kekhalifahan juga tidak lepas dari apa yang diadopsi dari nilai/ide-ide Sufisme
seperti melindungi seluruh wilayahnya dengan wilayah lain.39 Tasawuf
merupakan bentuk mistisme dalam Islam, bukan suatu ajaran tetapi sebuah sekte
yang memiliki modus pemikiran dalam kerangka agama. Secara psikologis dan
kehidupan sehari-hari untuk mencapai kedamaian adalah dengan mendekatkan
diri pada Tuhan secara langsung. Sufisme kemudian berkembang menjadi
kelompok-kelompok Sufi atau Tarekat. Dalam kekhalifahan Usmani yang paling
terkenal adalah Tarekat Maulawiyah oleh Maulana Jalaludin Rumi.40 Sehingga,
37
Al Mawardi, et.al dalam Philip K. Hitti. History of The Arab’s (Terj.). (Jakarta: Serambi ). Hal 567-576. 38 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan Nasional: Balai Pustaka). 39 Itzchak Weismann. The Politics Of Popular Religion: Sufis , Salafis , And Muslim Brothers In 20th-Century Hamah. (US: Int. J. Middle East Study). 2005. Hal 39-58. 40 Jahiz Bayan. Jilid I hal 253 dalam Philip K. Hitti. History of The Arab’s (Terj.). (Jakarta: Serambi ). Hal 567-576.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
dalam penelitian ini menjelaskan ide-ide Sufisme Islam dapat mempengaruhi
kebijakan kekhalifahan Usmani selama kekhalifahan tersebut berkuasa .
1.7.1.3 Harmoni
Harmoni adalah keseimbangan, keserasian, dan kecocokan. Keharmonisan
adalah keselarasan. Sedangkan harmonisasi adalah pencarian keselarasan,
penciptaan keharmonisan dan keserasian.41 Prinsip tersebut adalah salah satu
prinsip dasar dalam Sufisme.42 Untuk lebih jelasnya, harmoni dalam definisi
operasional penelitian ini adalah strategi kebijakan yang diambil oleh Republik
Turki untuk menyeimbangkan, menyelaraskan hubungan kenegaraannya dengan
harapan bahwa segala tindakan Republik Turki sebagai negara penghubung Eropa
dengan Asia terdapat kecocokan, khususnya antara Uni Eropa dan dunia Arab.
1.7.1.4 Perdamaian
Perdamaian adalah penghentian permusuhan. Berasal dari kata “damai”
yang artinya tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, rukun dan keadaan
tidak bermusuhan.43 Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
yang terkandung dalam ide Sufisme Islam yang kembali dianut oleh Republik
Turki saat ini dengan mengajak semua pihak untuk dapat saling hidup
berdampingan, damai dan stabil. Maka definisi operasional dari penelitian ini
adalah menjelaskan prinsip Sufisme pada masa dulu yang damai, stabil dan hidup
41 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Gitamedia Press) 42 Itzchak Weismann. Loc.cit. 2005. 43 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan Nasional: Balai Pustaka).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
berdampingan dengan tetangga/negara-tetangga, kini tercermin dalam kebijakan
Republik Turki yakni “zero enemy with neighbour’s”.
1.7.1.5 Neo-Ottomanism (New Ottoman – Ottoman/ kebangkitan Usmani
Baru)
Neo-Ottomanisme adalah konsep negara. Konsep yang berawal dari
Ottomanisme pada era kekhalifahan Usmani yang didominasi oleh ide-ide
Sufisme. Neo-Ottomanisme sebenarnya konsep lama, hanya saja Neo-
Ottomanisme pernah menghilang pada masa Mustafa Kemal Attaturk hingga
kemudian dimunculkan kembali pada era Perdana Menteri Erdogan.44 Maka,
definisi operasional yang diambil dari penelitian ini menjelaskan keterkaitan
antara Ottomanisme kekhalifahan Usmani dengan neo-Ottomanisme kebijakan
luar negeri Republik Turki saat ini.
1.7.1.6 Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkinma Partisi/AKP
– Justice and Development Party)
AKP atau yang lebih dikenal sebagai Partai Keadilan dan Pembangunan
adalah partai yang dibentuk pada tahun 2001 oleh Presiden Abdullah Gul dan
Perdana Menteri Erdogan. Mereka menyebut diri dan partainya sebagai kubu
reformis yang ingin menyatakan diri adanya perubahan dalam pemerintahan
Republik Turki yang dikuasai oleh kaum konservatif. Pada tahun 2002-2012 AKP
44 The doctrine was first articulated by prominent liberal, secularist journalist Cengiz Çandar, dalam Nora Fisher Onar. Neo Ottomanism, Historical Legacies And Turkish Foreign Policy. (Department of Politics and International Relations Bahçesehir University. 2009.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
memenangkan pemilu dan memegang penuh dinamika perpolitikan dan
pemerintahan di Republik Turki. Proses ini tidak lain adalah karena visi AKP
yang mendukung adanya pasar bebas, kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar
dan masuknya Republik Turki dalam Uni Eropa. Namun dalam visi AKP
selanjutnya juga menyebutkan bahwa agama juga memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam menciptakan harmoni dalam dalam tatanan sosial umat
manusia.45
1.7.1.7 Aspirational Constructivism
Dalam pandangan Clunan tentang Aspirational Contructivism, identitas
didasarkan pada kebanggaan sejarah bangsa dan hal ini mendorong negara untuk
membuat kebijakan sesuai dengan kondisi nasionalnya.46 Studi kasus dalam
Republik Turki adalah suatu proses kembalinya identitas dan ajaran sufisme yang
dikembalikan dari aspirasi masyarakat Turki kembali dimunculkan oleh keinginan
masyarakat Turki yang kemudian difasilitasi oleh kubu reformis AKP untuk
membuat serangkaian kebijakan nasional untuk kebanggaan dan posisi negaranya
di dunia internasional sehingga kebijakan tersebut menjadi dominan.
1.7.1.8 Kebijakan Luar Negeri
Menurut Plano dan Olton serta analisis dari Morgenthau tentang
serangkaian kebijakan luar negeri adalah suatu konsep yang dibangun atas
45 Ahmad Dzakirin. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenagkan Pemilu. (Solo: EraIntermedia). 2012. hal: 35 46 A. Clunan. “The Social Constructivism of Russia’s Resurgence”. (Baltimore: The John Hopkins University Press. 2009). Hal: 203.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
pikiran, kalimat serta pencapaian aksi dari kepentingan (national interest) dari
suatu negara. Negara dapat memainkan peran terkait hubungannya dengan antar
negara maupun negara dengan aktor bukan negara.
“For the purpose of analysis, the concept of foreign policy is understood to have consists of statements and actions taken by a state subject to its relations with other external actors, states or non-state actors. It is responsive to the actions of other states and is taken to fulfil national interests outside territorial boundary. Equally, foreign policy is a continuation of domestic policy because it serves and reflects national interests.”47
Holsti juga berpendapat bahwa serangkaian kebijakan luar negeri dibangun atas 4
(empat) elemen secara bertahap: foreign policy orientations (orientasi/visi
kebijakan luar negeri), national roles (peran nasional dalam politik global),
objectives (tujuan jangka panjang), and actions (hasil interaksinya dengan negara
lain).48 Dalam kaidah lain Smith menjelaskan bahwa yang mendasari terciptanya
politik luar negeri suatu negara berasal dari pendekatan sejarahnya yang meliputi
kondisi ssosial, ekonomi, ideologi, dan letak geografis (An historical approach
tends to describe broad trends in states’ foreign policies and relates those
policies to the social, economic, ideological, and geographic conditions
within a certain period of time).49
47 Jack C Plano. & Ray Olton, International Relations Dictionary, (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1969). Hal: 1-10. ; Hans J. Morgenthau. Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, 4th edition, New York: Alfred A. Knopf, 1978) Hal: 1-10. Dalam Vinsensio Dugis. Analysing Foreign Policy, (Surabaya: Airlangga University, t.t). Hal: 1-10 48 K. J Holsti. International Politics, A Framework for Analysis, 4th edition, (London: Prentice Hall, 1983). Dalam Vinsensio Dugis. Analysing Foreign Policy, (Surabaya: Airlangga University, t.t). Hal: 1-10 49 Steve Smith “Foreign Policy Analysis and International Relations,” in Hugh C. Dyer & Leon Mangasarian (eds.), The Study of International Relations, The State of the Art, (London:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Dalam kasus Republik Turki era pemerintahan Erdogan dapat dikatakan
kebijakan luar negeri Republik Turki Zero Enemy Within Neighbour’s didukung
oleh visi Partai AKP dan letak geografis Turki yang berada sebagai jalan tengah
antara Asia dan Eropa lebih menekankan kepada kebijakan luar negeri yang
harmonis sehingga keadaan ini dimanfaatkan dengan berhubungan baik dengan
semua negara. Baik terdapat kerjasama kepentingan ekonomi, sosial, politik dan
lain sebagainya.
1.7.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah eksplanatif, yakni menggambarkan suatu
generalisasi atau menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain. Oleh
karenanya tipe penelitian ini menggunakan hipotesis yang kemudian akan diuji.50
Produk dari penelitian ini adalah berpikir eksplanatif mengarahkan peneliti
dengan adanya hipotesis sebagai gambaran untuk meringkas situasi/variabel yang
sedang terjadi maka hipotesis bukanlah jawaban akhir penelitian. Hipotesis adalah
kesimpulan/pernyataan sementara tentang suatu gejala. Oleh karena itu,
dideskripsikan dalam bentuk dugaan kerja atau teori yang merupakan dasar dalam
menjelaskan kemungkinan adanya hubungan tersebut.51
Dalam penelitian ini, hipotesis akan dibantu oleh dasar pemikiran yakni
pendekatan identitas yang dipaparkan oleh Alexander Wendt tentang identitas dan
sedikit memaparkan tentang aspirational constructivism dari Clunan serta
Macmillan, 1989). Dalam Vinsensio Dugis. Analysing Foreign Policy, (Surabaya: Airlangga University, t.t). Hal: 1-10 50 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. (Surabaya: Airlangga University Press). 2001. Hal. 51 51
Burhan Bungin, Ibid, Hal 4-5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
pendekatan kebijakan luar negeri oleh Valerie M. Hudson serta tingkatan analisis
Society and Culture oleh Laura Neack dan juga dibantu oleh data-data yang sudah
terkumpul. Selebihnya, penelitian akan dianalisis dengan cara eksplanatif dengan
melibatkan kerangka pemikiran, tingkatan analisis dan berdasar data-data yang
ada.
1.7.3 Jangkauan Penelitian
Ruang lingkup/jangkauan penelitian adalah batasan waktu sampai dimana
penelitian tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, dan tertata sehingga dengan
adanya jangkauan penelitian akan menambah batasan keabsahan data dan tidak
terlampau jauh dengan pokok bahasan yang sudah ditentukan. Penelitian ini
dibatasi oleh masa pemerintahan Recep Tayyip Erdogan antara tahun 2003 hingga
2012.
Pemilihan jangkauan penelitian ini didasarkan pada terpilihnya Erdogan
sebagai Perdana Menteri (PM) Republik Turki dari partai bernafaskan identitas
Sufisme Islam yakni AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi- Partai Keadilan dan
Pembangunan), sehingga mempengaruhi identitas Turki yang Sekuler
dikembalikan menjadi identitas Sufisme Islam Baru (neo-ottoman), meskipun
dalam perkembangan identitas Turki mengalami naik turun pada masa
kekhalifahan Usmani yang sufisme kemudian berubah dalam masa pemerintahan
Kemal Attaturk, hingga masa peralihan Islami transisi era Necmettin Erbakan.
Dinamika tersebut cukup representatif untuk menjawab permasalahan munculnya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
kembali identitas sufisme pada masa Erdogan sehingga penelitian ini tidak
bersifat final dan dapat dilanjutkan dengan fakta-fakta/fenomena baru.
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangatlah penting dalam kejelasan lebih lanjut
mengenai penelitian ini karena penelitian ini bersifat eksplanatif maka teknik
pengumpulan data yang diambil adalah metode dokumenter. Metode dokumenter
adalah metode pengumpulan data dengan menelusuri data dan fakta historis.
Secara mendetail asal data dari komponen metode dokumenter terdiri dari:
(1) Autobiografi/biografi, (2) Surat pribadi, buku, catatan harian, dan memorial,
(3) Kliping/jurnal, (4) Dokumen pemerintah maupun swasta, (5) Cerita roman, (6)
Film, mikrofilm/video, foto, dan sebagainya.52
Sebagai tambahan, metode pengumpulan data dari internet/online juga
dapat digunakan dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.53 Teknik
pengumpulan data ini melibatkan beberapa buku dari penulis/pengamat yang
meneliti permasalahan identitas Sufisme, Republik Turki dan Neo-Ottomanisme
seperti Philip K. Hitti, Arfan Muammar, Ahmad Dzakirin, Syarif Thagian, serta
situs resmi dari Kementerian Luar Negeri Republik Turki, dan lain sebagainya.
Sedangkan cara memperolehnya data dokumenter tersebut dapat diperoleh dari
sumber tertulis, dokumentasi terekam, dalam berupa buku, autobigrafi, jurnal,
dokumen resmi pemerintah Republik Turki, foto-foto kenegaraan, ataupun
52 Burhan Bungin, Ibid, Hal 152-153. 53
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana). 2007 Hal 121 Dalam Radityo Dharmaputra (PDF) “Identitas dan Kebijakan Luar negeri : Pengaruh Nilai nilai Eurasianisme Terhadap Kebijakan Luar negeri Rusia Tahun 2004-2009”. Hal 23. (Tulisan Tidak Dipublikasikan).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
rekaman pidato, video teknik pengumpulan data diatas digunakan sebagai dasar
penunjang dalam penelitian ini lebih jauh mengenai bangkitnya sufisme dalam
kebijakan luar negeri Republik Turki saat ini.
1.7.5 Teknik Analisis Data
Teknis analisis yang diambil oleh penulis adalah analisis dokumen
dikarenakan pada penjelasan sebelumnya penulis menggunakan teknik/metode
pengumpulan data dokumenter. Oleh karena itu data yang sebelumnya telah
terkumpul akan segera dianalisis.54
Dalam keterangan selanjutnya teknik analisis dokumenn menurut Miles
dan Huberman, metode analisis dapat diterangkan dengan metode analisis
kualitatif yang memberi gambaran baru atau memperdalam gambaran yang sudah
ada. Hal ini dipaparkan dalam model interaktif yang terdiri dari tiga hal utama: (a)
reduksi data sebagai batasan data yang akan diambil, (b) pengumpulan data
sebagai landasan penguata serta indikator jawaban, (c) penarikan
kesimpulan/verifikasi.55 (Lihat Grafik 1.3)
54 Burhan Bungin, Op.Cit, Hal 173 55 M.B. Miles dan A.M. Huberman. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohidi. (Jakarta: UI Press). dalam Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Edisi Kedua). (Universitas Islam Indonesia, Yoyakarta: Erlangga). 2009. Hal 147-148.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
Grafik 1.3 Model Interaktif Miles dan Huberman
(Sumber: M.B. Miles dan A.M. Huberman. Analisis Data Kualitatif. dalam Muhammad Idrus. 2009)
Tahap pengumpulan data telah diungkap dimuka berupa penelusuran
sumber tertulis, foto dan lain sebagainya. Dengan ditemukannya tahap
pengumpulan data sebanyak-banyaknya karena penelitian ini bersifat ekspalanatif
maka langka kedua adalah melakukan reduksi data, yakni pemilihan, pemusatan
penyederhanaan data selama penelitiaan tersebut berlangsung sehingga pada
perkembangan selanjutnya akan menemui titik temu sederhana tentang penelitian
yang sedang dilakukan. Oleh karena itu, penyajian data yang sudah terlampau
detil dan sederhana tadi diolah dan disajikan data tersebut sebagai hasil dari
penyajian reduksi data. Dengan demikian data yang telah di sajikan dapat di
verifikasi sesuai kaidah keteraturan dan interpretasi sehingga akan menghasilkan
kesimpulan.56 Dengan hal tersebut akan memudahkan peneliti dalam mencari data
mengenai, sufisme, national self-image and culture Republik Turki, pola
56 M.B. Miles dan A.M. Huberman. Ibid. Muhammad Idrus. Hal 148-152
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi
Reduksi Data
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
perkembangan kebijakan antara masa Mustafa Kemal Attaturk, Necmettin
Erbakan hingga Erdogan saat ini.
1.7.6 Sistematika Penulisan
Bab 1 memaparkan tentang hal-hal yang mendasari penelitian ini. Seperti
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian. Bab ini juga berisi
tinjauan pustaka yang membahas keterkaitan garis besar pemikiran yang
digunakan dalam keseluruhan pemikiran ini. Memuat tingkatan analisis, kerangka
pemikiran serta kesimpulan sementara/hipotesis yang membantu pengumpulan
data dan analisis data dalam penelitian ini. Sedangkan aspek metodologi terdiri
atas definisi konseptual-operasionalisasi konsep, tipe/jenis penelitian yang
digunakan, jangkauan penelitian dan teknik pengumpulan data serta teknik
analisis. Bab 2 sebagai bab selanjutnya, memaparkan tentang ajaran dasar sufisme
dan pemerintahan era kekhalifahan usmani (ottoman) hingga penjelasan singkat
Mustafa Kemal Attaturk. Bab 3 akan memaparkan tentang kemunculan gerakan
Islam di Republik Turki sekular yang dimulai oleh Perdana Menteri Necmetin
Erbakan. Bab 4 memaparkan relevansi ide/ajaran sufisme, prinsip kebijakan luar
negeri Republik Turki hingga kebangkitan sufisme dalam keterkaitannya
mempengaruhi kebijakan-kebijakan luar negeri Republik Turki dalam rangka
Neo-ottomanism pada era pemerintahan Recep Tayyip Erdogan. Bab 5
memaparkan tentang kesimpulan atau hasil dan saran-saran penelitian yang
dilakukan penulis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
top related