Sistematika Interpretasi Ekg

Post on 10-Jul-2016

68 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

,

Transcript

SISTEMATIKA INTERPRETASI EKG

ROBERT E SARAGIH

Mengapa perlu sistematika? Membuat kita dapat menilai semua

komponen dalam EKG (gelombang, segmen, interval)

Bila sudah terbiasa, tidak ada bagian yang akan terlewati.

Harus membiasakan diri menginterpretasi secara sistematis.

Sistematika interpretasi EKG

KESIMPULAN

5

Gelombang P: depolarisasi atrium Gelombang Q: depolarisasi di berkas his Gelombang R: depolarisasi menyebar dr bgn dalam ke bgn luar dasar

ventrikel Segmen PR: waktu yg dibutuhkan oleh impuls dari SA node ke AV

node; terjadi perlambatan AV node Gelombang S: depolarisasi menyebar naik dr bgn dasar ventrikel Kompleks QRS: depolarisasi ventrikel Segmen ST: waktu sejak akhir depolarisasi ventrikel sebelum terjadi

repolarisasi (fase plateau); saat tjd kontraksi & pengosongan ventrikel Gelombang T: repolarisasi atrium Interval TP: waktu saat terjadinya relaksasi & pengisian ventrikel

Interpretasi EKG

TENTUKAN IRAMA

KRITERIA IRAMA SINUS NORMAL:1. Gelombang P diikuti oleh kompleks

QRS2. Gelombang P (+) di lead II dan (-) di

aVR3. Interval R-R teratur4. Frekuensi: 60 – 100 x/mnt

Irama

Sinus Normal1.Gelombang P diikuti

QRS2.QRS Rate 60-100x/’3.R-R interval teratur4.P di sadapan II (+),

di aVR (-)5.Berasal dari SA

node6.P wave searah

QRS

Pertama : P wave sebelum QRS? (lead II) Regular vs irregular Takiaritmia vs bradiaritmia

Bila laju QRS > 100 x/menit disebut sinus takikardi,

Bila laju QRS < 60 x/menit disebut sinus bradikardi Umumnya Irama adalah SR (ie. normal) Umumnya Arithmia adalah AF

Irama

Irama sinus normal

 Langkah 2. Tentukan laju QRS

TENTUKAN QRS RATE

300 / jumlah kotak sedang di antara R-R berurutan

1500 / jumlah kotak kecil di antara R-R berurutan

Hitung kompleks QRS dalam 6 detik, lalu x 10

1

2

3

300 dibagi jumlah Kotak besar antara gelombang R

1.Rule of 300

Number of big boxes

Rate

1 3002 1503 1004 755 606 50

2.Rule of 1500

3.Rule 6x10

TENTUKAN AKSIS QRS

LAD

RAD Normal

ExtremeRAD

Tentukan aksis QRS Prinsip: elektroda yang dijauhi merekam

defleksi (-), elektroda yang didekati merekam defleksi (+).

I aVF

NORMAL

I aVF

LAD

Pada A, sadapan I menunjukkan defleksi (+) lebih dominan dibanding defleksi (-).

Artinya, rerata vektor dari sudut pandang sadapan I adalah menuju sadapan I.

Vektor ini bisa di sembarang tempat yang dominan menuju sadapan I (perhatikan arah panah).

Dengan demikian, rerata vektor bisa dimana saja di separuh lingkaran tegak lurus terhadap sadapan I, yaitu antara (-90°) – (0°) – (+90°)

Pada B, sadapan III menunjukkan dominasi defleksi (-).

Artinya, dari sudut pandang sadapan III rerata vektor adalah menjauhi sadapan tersebut.

Dengan demikian, bisa di sembarang tempat di separuh lingkaran yang tegak lurus menjauhi sadapan III, yaitu antara (-150°) – (60°) – (+30°).

Perhatikan anak panah yang ada pada separuh lingkaran tersebut.

Cara I: Menggunakan kuadran

Represents the overall direction of the heart’s activity Axis of –30 to +90 degrees is normal

QRS up in I and up in aVF = Normal

The Quadrant Approach

Cara 2: Menghitung amplitudo QRS pada sadapan yang tegak lurus satu dengan lain

Sadapan yang bifasik simetris menunjukkan amplitudo defleksi positif sama dengan defleksi negatif.

Bila kedua defleksi ini dijumlah, hasilnya akan nol. Bila sadapan tertentu memiliki sadapan bifasik yang

simetris, vektor yang direkam memiliki aksis yang tegak lurus terhadap sadapan, bisa ke sisi kanan atau kiri.

Untuk menentukan arahnya, sadapan lain dapat membantu. Misalnya sadapan I memiliki defleksi bifasik yang simetris. Aksis QRS bisa berada di -90° atau +90° (tegak lurus terhadap sadapan I).

Bila defleksi bifasik ini ada di sadapan aVR, maka aksisnya ada di -60° atau +120°.

Cara 3: Menggunakan sadapan bifasik yang simetris

Gambaran bifasik simetris di sadapan tertentu memberikan kemungkinan vektor yang tegak lurus terhadap sadapan tersebut. Untuk menentukan arah yang benar, tinggal memilih sadapan lain yang menyinggung daerah yang sama

Sadapan aVR menunjukkan defleksi bifasik yang simetris. Dengan demikian, aksis QRS mungkin (-60°) atau (+120°). Kemudian perhatikan sadapan I. Defleksi tampak dominan (+). Artinya, vektor ini menuju sadapan I. Bila kita melihat kesepakatan keduanya, aksis QRS EKG ini adalah -60° (LAD).

Cara 4: Sistem Hexaxial

a.Tentukan Quadran (I dan aVF)

b.Gunakan sadapan aVL untuk memperkecil area of interestPerhatikan sadapan aVL yang menunjukkan defleksi (+). Artinya vektor ini menuju sadapan aVL. Dengan demikian area kesepakatan antara I, aVF dan AVL ada di antara 0 dan (+60°). Area ini pun masih cukup luas. Kita perlu kacamata sadapan lain untuk memperkecil area ini. Dalam hal ini, sadapan III dapat membantu kita. Sadapan III menunjukkan morfologi qr dengan dominasi defleksi (-). Dengan demikian, vektor QRS menurut sadapan III adalah menjauhi sadapan tersebut

Sadapan III menunjukkan morfologi qr dengan dominasi defleksi (-). Dengan demikian, vektor QRS menurut sadapan III adalah menjauhi sadapan tersebutKemungkinan Aksis 0-(+30)

Contoh ...

QRS terletak di antara (+90°) – (+120°), lebih dekat kepada III

Langkah 4. Morfologi gelombang P Depolarisasi atrium Konfigurasi,

pembesaran atrium kanan/kiri

Lihat puncak P : positif pada I,II,aVF, V4,V5,V6 dan bifasik pada V1 dg bag pertama + dan terminal –

P normal (II) : < 2,5 mm (0,25 mV) untuk tinggi dan lebar < 0,12 detik

Gelombang P

Hantaran impuls listrik dari atrium ke ventrikel

Dinilai apakah : normal, pendek atau memanjang

Dari permulaan puncak P s/d permulaan kompl QRS

PR interval (normal) : 0,12 – 0,21 detik Tergantung dari frekuensi jantung Frekuensi tinggi : memendek, dan

sebaliknya

Langkah 5. Interval PR

The PR interval

A normal PRI should be in the range of 0.12 - 0.20 seconds

PR Interval

A normal QRS width should be less than 0.12 s

Langkah 6. Kompleks QRS

Jalannya gelombang pengaktifan yang melalui ventrikel

Dinilai : lebar QRS pada I,II,III, aVL atau aVF

Normal : 0,08-0,10 detik

Penamaan gel QRS Defleksi + ke atas : puncak R Defleksi – sebelumnya : Q Defleksi negatif sesudah R adalah S Defleksi + sesudah S : R’ Defleksi yang kecil : huruf kecil

Kompleks QRS

QRS Complex

Normal: Awal segmen ST isoelektrik dan berjalan sedikit

landai ke atas Dimulai dari permukaan yang sama dg segmen

PR sebelumnya Patologis : dapat bergeser ke atas (elevasi), atau

ke bawah (depresi) Sadapan III dan aVR tidak dapat menilai segmen

ST

Langkah 7. Segmen ST

Elevasi I,II,aVL,aVF dan V3-

V6 : elevasi sama atau lebih dari 1 mm (0,1 mV)

V1 dan V2 : elevasi sama atau lebih dari 2 mm (0,2 mV)

Depresi Abnormal bila penurunan

1 mm (0,1 mV) Pada ST yg datar atau

menurun : 0,5 mm (0,05 mV) sudah patologis

Pada : iskemia miokard, sklerosis koroner, gangguan hantaran interventrikuler, takikardia dan penggunaan digitalis

Segmen ST

Segmen ST

ST Segment

Dicatat adanya gel T yg abnormal Normal : T positif pada semua sadapan dg

QRS positif, kecuali III, aVL, V1 atau V2 T patologis : gel T negatif pada sadapan

normal seharusnya positif seperti : I,II, V3-V6

T negatif simetris : iskemia miokard T negatif asimetris : hipertrofi ventrikel, blok

cab berkas dan WPW

Langkah 8. Gelombang T

T Wave

Langkah 9. Interval QT, gelombang U, dan lain-lain

PR◦ 0.20 sec (less than one

large box) QRS

◦ 0.08 – 0.10 sec (1-2 small boxes)

QT◦ 450 ms in men, 460

ms in women◦ Based on sex / heart

rate◦ Half the R-R interval

with normal HR

TERIMAKASIH.....ekageeeeee

top related