PERSEPSI IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/632/1/pdf_opt.pdfmemberikan kolostrum pada bayinya, terdapat 20 (51,3%) ibu berpersepsi negatif tentang kolostrum
Post on 25-Oct-2020
13 Views
Preview:
Transcript
1
PERSEPSI IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS WAETUNO KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada Diploma III Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
WA ODE YUSTINA DAMAYADIN P00324015039
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2018
2
3
4
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wa ode Yustina Damayadin
NIM : P00324015039
Program Studi : Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan
Judul KTI : Persepsi ibu menyusui terhadap pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas
Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasik karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini
adalah jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Kendari, Juli 2018
Yang membuat pernyataan,
Wa ode Yustina Damayadin
P00324015039
iv
v
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Wa Ode Yustina Damayadin
2. Tempat tanggal lahir : Wanci, 16 april 1998
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa : Buton
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat : kel. Waetuno, kec. Wangi-wangi , kab.
Wakatobi
B. Pendidikan :
1. SD Negri 1 Waetuno lulus tahun 2009
2. SMP Negri 2 wangi-wangi lulus tahun 2012
3. SMA Negri 1 wangi-wangi lulus tahun 2015
4. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan masuk Tahun 2015
sampai sekarang
vi
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nyalah sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kendari.
Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian
karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak secara moril dan materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingginya-
tingginya khususnya kepada Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes selaku
pembimbing I dan Ibu Farming, SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama
proses penyusunan karya tulis ini hingga dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Bapak Muh. Aswin Mukka Ipo, S.Kep sebagai Kepala Puskesmas
Waetuno.
3. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan dan penguji karya
tulis ilmiah .
4. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb dan Ibu Elyasari, SST, M.Keb selaku penguji
karya tulis ilmiah.
vii
vii
5. Para Dosen Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang telah
memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama dibangku kuliah
dan seluruh staf dan tata usaha yang memberikan pelayanan kepada
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada keluarga yang telah memberikan pengorbanan,
dorongan dan do’a restu serta kasih sayang demi keberhasilan studi
penulis.
7. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
Rahmat-Nya kepada kita semua Amin. Akhir kata semoga karya tulis ini
dapat berguna bagi yang membutuhkan.
Kendari, Juli 2018
Penulis
viii
viii
ABSTRAK PERSEPSI IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA
BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAETUNO KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2018
Wa Ode Yustina 1, Syahrianti2, Farming 2
Latar belakang : Pandangan yang keliru dari kalangan ibu menyusui merupakan salah satu penghambat keberhasilan ibu dalam pemberian kolostrum. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui persepsi ibu menyusui terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018. Metode penelitian : Jenis penelitian penelitian deskriptif dengan populasi sebanyak 65 orang. Sampel penelitian diambil secara accidental sampling yaitu ibu yang menyusui sejumlah 39 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Hasil penelitian : Dari 39 ibu menyusui, terdapat 21 (53,8%) tidak memberikan kolostrum pada bayinya dan hanya 18 (46,2%) ibu yang memberikan kolostrum pada bayinya, terdapat 20 (51,3%) ibu berpersepsi negatif tentang kolostrum dan terdapat 19 (48,7%) yang berpersepsi positif tentang kolostrum. Ibu menyusui yang tidak memberikan kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi negatif sebanyak 16 orang (41%), yang memberikan kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi positif sebanyak 14 orang (35,9%) Kesimpulan : Ibu menyusui lebih banyak tidak memberikan kolostrum, persepsi ibu menyusui tentang kolostrum mayoritas persepsi negatif. Kata kunci: persepsi, ibu menyusui, kolostrum. 1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan. 2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
ix
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF MOTHER ASSESSING THE COLLECTION OF
COLOSTRUM IN NEW BORN BABY IN PUSKESMAS WORKING AREA
WAETUNO WAKATOBI DISTRICT, 2018
Wa Ode Yustina¹, Syahrianti², Farming²
Background: The erroneous view among breastfeeding mothers is one of the
obstacles to maternal success in administering colostrum.
Research objective: To determine the perception of breastfeeding mothers on
colostrum administration in newborns in the work area of Wakatobi District Waetuno
Health Center in 2018.
Research method: Type of descriptive research study with a population of 65
people. The research sample was taken by accidental sampling, namely mothers
who breastfeeded 39 people. The data collected is primary and secondary data.
Results: Of the 39 breastfeeding mothers, 21 (53.8%) did not give colostrum to their
babies and only 18 (46.2%) mothers gave colostrum to their babies, there were 20
(51.3%) mothers with negative perceptions about colostrum and there were 19
(48.7%) positive perceptions about colostrum. Breastfeeding mothers who did not
give the most colostrum to mothers with negative perceptions were 16 people
(41%), who gave the most colostrum to mothers with positive perceptions as many
as 14 people (35.9%)
Conclusion: Breastfeeding mothers do not give colostrum more, the perception of
breastfeeding mothers about colostrum is the majority of negative perceptions.
Keywords: perception, nursing mother, colostrum.
1. Students of the Kendari Polytechnic Department of Midwifery.
2. Lecturer of Kendari Polytechnic Department of Midwifery.
x
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. v KATA PENGANTAR............................................................................. vi DAFTAR ISI.......................................................................................... viii DAFTAR TABEL................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6 E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7 A. Telaah Pustaka ......................................................................... 7 B. Landasan Teori.......................................................................... 29 C. Kerangka Konsep...................................................................... 30 BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 31 A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................. 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 31 C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 31 D. Variabel Penelitian..................................................................... 32 E. Definisi Operasional.................................................................. 32 F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................... 33 G. InstrumenPenelitian....................................................................... 33 H. Alur Penelitian............................................................................ 34 I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 36 A. Hasil Penelitian.......................................................................... 36 B. Pembahasan............................................................................. 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 45 A. Kesimpulan................................................................................ 45 B. Saran......................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 47 LAMPIRAN
xi
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018……………………………………………………
38
Tabel 2. Distribusi Persepsi Ibu Menyusui tentang Kolostrum PadBayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018.......................
39
Tabel 3. Distribusi Persepsi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018…
40
xii
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
Lampiran 2 Master tabel penelitian
Lampiran 3 Surat izin penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang sehat harus dipersiapkan sejak dalam kandungan dan
saat persalinan hingga masa tumbuh-kembangnya. Kelahiran bayi
merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua
manapun. Setiap orang tua ingin bayi mereka sehat dan memiliki
lingkungan emosi dan fisik yang terbaik. Dasar bagi kesejahteraan bayi
paling baik diletakkan sesegera mungkin saat seorang wanita mulai
hamil. Setelah lahir, nutrisi memainkan peran terpenting bagi
pertumbuhan dan perkembengan yang sehat dari bayi itu. Saat
persalinan merupakan waktu penentu bagi bayi untuk mendapatkan ASI
(Air Susu IBu) yang optimal sebagai nutrisi yang mampuh memenuhi
seluruh unsur gizi untuk perkembangan bayi menjadi anak sehat dan
cerdas (Roesli, 2010).
Perbaikan pemberian makanan bayi dan anak adalah bagian
integral dari UPGK antara lain bertujuan menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan anak yang masih tinggi di Indonesia. Angka kematian
bayi dapat diturunkan dengan memberikan ASI kepada bayi. Pemberian
Air Susu Ibu (ASI) dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi
dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan
meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber
daya manusia yang memadai. Pemberian ASI merupakan salah satu
1
2
2
kontribusi terpenting bagi kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir , bayi dan anak-anak . Manfaatnya akan
semakin besar apabila pemberian ASI dimulai segera setelah lahir,
dimana bayi membutuhkan makanan tanpa pemberian susu tambahan.
Banyak masalah kesehatan neonatus lebih dapat ditanggulangi dengan
pola pemberian ASI segera setelah lahir (Widuri, 2013).
Kebiasaan menyusui yang dilakukan oleh ibu-ibu di daerah
pedesaan maupun perkotaan perlu dipertahankan karena ASI merupakan
makanan utama dan terbaik bagi bayi. Selain mempunyai kandungan zat
gizi sempurna, ASI juga mengandung zat kekebalan yang sangat
diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit, terutama
penyakit infeksi (Maritalia, 2014). ASI merupakan makanan yang tepat
bagi bayi. ASI yang keluar pada hari ke-satu sampai hari ke-empat
adalah kolostrum yang merupakan cairan pertama yang keluar dari
kelenjar payudara dan paling penting bagi bayi karena mengandung
sejumlah besar antibody yang melindungi bayi dari infeksi dan beberapa
faktor pertumbuhan yang menolong perkembangan normal dan
pematangan saluran pencernaan serta mengandung semua gizi yang
dibutuhkan bayi (Purwanti, 2010).
Melihat banyaknya manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir baru
lahir maka penting bagi bayi untuk segera menyusui bayinya maksimal
setengah jam pertama setelah persalinan karena ini merupakan titik awal
yang penting apakah bayi akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini
3
3
didasari oleh peran hormon prolaktin, bila bayi tidak mengisap
puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan
turun sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. Hal ini
akan memaksa ibu atau bidan memberi makan Pengganti ASI karena
bayi yang tidak mendapat ASI cukup sehingga menyebabkan bayi rewel.
Dengan memberi pengganti ASi setelah bayi lahir berarti akan menekan
pengeluaran ASI kolostrum bayi kurang atau bahkan tidak mendapatkan
ASI kolostrum sama sekali (Rukiyah, 2011).
Pada berbagai penelitian menunjukkan kenyataan bahwa bayi
yang diberikan cairan lain selain kolostrum pada pemberian makan
pertama, dapat memungkinkan usus bayi bisa rusak, yang bisa
mengakibatkan alergi sedangkan bayi yang mendapatkan kolostrum
dapat menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, flu, dan
penyakit alergi karena disebabkan peran kolostrum sebagai imunisasi
pasif yang dikeluarkan segera setelah bayi lahir. Pada penelitian lain juga
membuktikan bahwa kolostrum mempunyai fungsi pencahar untuk
mengeluarkan mekonium dari usus bayi sehingga bayi sering defekasi
dan feses berwarna hitam, akan tetapi karena kurangnya pemahaman
ibu, kondisi ini sering disalah artikan oleh peran ibu. Mereka mengira bayi
tidak cocok mendapatkan ASI kolostrum sehingga ibu takut untuk
menyusui dan memberinya susu buatan (Soetjiningsih, 2010).
Pandangan yang keliru dari kalangan ibu menyusui merupakan
salah satu pendorong dalam pengambilan keputusan untuk tidak
4
menyusui atau mempercepat penyapihan. Disamping itu muncul pula
mitos-mitos menyusui yang ada dimasyarakat dan umumnya
menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI kolostrum, mereka
berpersepsi bahwa ASI belum keluar pada hari pertama sehingga perlu
ditambah susu formula, serta banyak yang menganggap ASI yang keluar
pertama kali (kolostrum) harus dibuang karena kotor. Dengan adanya
pandangan yang keliru ini dapat menyebabkan kegagalan menyusui,
sehingga kolostrum yang sangat berguna bagi bayi diganti dengan susu
formula, susu sapi, atau air gula (Roesli, 2010).
Data profil kesehatan kota Kendari tahun 2017, cakupan
pemberian kolostrum pada bayi provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016
sebesar 34,10%, sedangkan tahun 2017 menurun menjadi 32,9%
Cakupan pemberian kolostrum untuk Wakatobi (42,1%) tahun 2017
sebesar 34,8%. Angka ini masih rendah dibandingkan dengan Konawe
Selatan (42,8%) dan kolaka timur (47 %). Berdasarkan hasil survei awal
di Puskesmas Waetuno menunjukkan bahwa hanya 86 bayi (42,4%) yang
mendapatkan ASI kolostrum segera setelah lahir dari 203 bayi baru lahir
tahun 2017. Melihat hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Persepsi ibu menyusui terhadap
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas
Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah persepsi ibu menyusui
terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui persepsi ibu menyusui terhadap pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Waetuno
Kabupaten Wakatobi tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi persepsi ibu menyusui tentang kolostrum di
wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun
2018.
b. Untuk mengidentifikasi pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
di wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun
2018.
c. Untuk mengidentifikasi persepsi ibu menyusui terhadap pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas
Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Ibu Menyusui
Untuk menambah wawasan ibu menyusui tentang kolostrum.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi
tentang perbaikan gizi terutama berkaitan dengan penyuluhan
pentingnya kolostrum pada bayi baru lahir.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya dan
sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang
serta sebagai dasar perencanaan dalam rangka mensukseskan
pemberian ASI.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Nabila (2016) yang berjudul hubungan antara persepsi
dengan perilaku ibu menyusui menurut teori health belief model pada ibu
menyusui di Desa Singojuruh Kecamatan Singojuru Banyuwangi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nabila adalah jenis penelitian.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan penelitian Nabila adalah
analitik dengan rancangan cross sectional study.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persepsi
a. Pengertian persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi (sensori stimuli) (Jalaludin, 2015).
Persepsi biasanya juga diartikan sebagai proses mengenal dan
memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil (Notoatmodjo, 2012).
Persepsi menurut Bimo Walgito adalah suatu proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas
yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang
integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri
individu aktif berperan dalam persepsi itu.
Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang
melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu
7
8
mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang
diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu itu sendiri
(Sunaryo, 2014).
b. Macam Persepsi
Menurut Sunaryo (2014) ada dua macam persepsi, yaitu :
a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu.
b. Self-perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang
menjadi objek adalah dirinya sendiri.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk
dalam rentang perhatian kita. Notoatmotjo (2012) membagi faktor
penyebab ini bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada
objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada
orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
a. Faktor Eksternal
1. Kontras: cara termudah untuk menarik perhatian adalah
dengan membuat kontras pada baik warna, ukuran, bentuk,
atau gerakan.
9
2. Perubahan Intensitas: suara yang berubah dari pelan menjadi
keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi
menarik perhatian kita.
3. Pengulangan (repetition): dengan pengulangan, walaupun
pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang
perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita
4. Sesuatu yang baru (novelty): suatu stimulus yang baru akan
lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita
ketahui.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus
yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian
kita (Notoatmodjo, 2012).
b. Faktor Internal
1. Pengalaman/Pengetahuan: pengalaman atau pengetahuan
yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat
berperan dalam menginterprestasikan stimulus yang kita
peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita
pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan
interprestasi.
2. Harapan: harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi
persepsi terhadap stimulus.
3. Kebutuhan: kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut
dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini
10
akan menyebabkan kita meinterprestasikan stimulus secara
berbeda.
4. Motivasi: motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.
Jika seseorang ingin lulus dengan cumlaude maka angka B
akan diinterprestasikan sebagai nilai yang buruk, namun jika
seseorang ingin cepat lulus maka nilai B akan
diinterprestasikan yang sudah baik. Atau seseorang
termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan
menginterprestasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif.
5. Emosi: emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya
terhadap stimulus yang ada. Emosi takut juga akan
mempengaruhi pesepsi kita terhadap rasa sakit. Jika kita
merasa takut maka setelah operasi kita akan merasa lebih
sakit dibandingkan dengan mereka yang menghadapi operasi
dengan perasaan tidak takut. Persepsi kita terhadap rasa
takut, dapat dikurangi dengan memecah perhatiannya.
6. Budaya: seseorang dengan latar belakang budaya yang sama
akan menginterprestasikan orang–orang dalam kelompoknya
berbeda, namun akan menginterprestasikan orang–orang di
luar kelompoknya sama. Inilah yang membentuk terjadinya
stereotipe (Notoatmojo, 2012).
11
d. Faktor – faktor yang berperan dalam persepsi
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenal alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus
datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai
alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek
(Walgito, 2004).
12
e. Tahap-tahap dalam proses persepsi
Menurut Parcek (Walgito, 2014) proses tersebut terdiri dari proses
menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menyajikan,
dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.
a. Proses menerima
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang
atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui
panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan
pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut
Desiderado (Walgito, 2014) merupakan pengalaman elementer
yang segera, yang tidak memerlukan penguraian secara verbal,
simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan
dengan panca indra.
b. Proses Menyeleksi Rangsang
Michell (Walgito, 2014) menyatakan persepsi adalah suatu
proses yang didalamnya mengandung proses seleksi ataupun
sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang atau data
diseleksi. Anderson (Walgito, 2014) mengemukakan bahwa
perhatian adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian
rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang
lainnya melemah.
13
c. Proses Pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan
dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi
atau screening berarti beberapa informasi akan diproses dan yang
lain tidak. Sebagaimana mekanisme pengorganisasian, berarti
bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-
golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan
memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus.
Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang
terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke
dalam bentuk yang sederhana (Walgito, 2014).
d. Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner
(Walgito, 2014) adalah sebagai berikut : pertama kategori primitif,
dimana obyek atau peristiwa yang diamati, diseleksi dan ditandai
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search),
pengamatan secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk
mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang
tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat
penggolongan sementara. Pada tahap ini pengamatan tidak lagi
terbuka untuk sembarang memasukan melainkan hanya
menerima informasi yang memperkuat atau mengkonfirmasiakan
keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
14
f. Hasil Persepsi
Dua macam hasil persepsi yaitu persepsi positif dan persepsi
negatif (Irwanto, 2012).
a. Persepsi Positif
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan
tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.
Dalam pemberian kolostrum seseorang yang memiliki tanggapan
yang positif tentang kolostrum akan mau memberikan kolostrum
pada bayinya.
b. Persepsi Negatif
Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan
tanggapan yang tidak selaras dengan obyek persepsi. Hal ini akan
diteruskan dengan kepasifan atau menolak dan menentang segala
obyek yang dipersepsikannya. Begitu pula seseorang yang
mempunyai tanggapan yang negatif tentang kolostrum akan
menolak dan tidak mau memberikan kolostrum pada bayinya.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik yang positif
maupun yang negatif akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam
melakukan tindakan akibat dari rangsangan yang telah diterimanya.
2. Kolostrum
a. Pengertian
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.
Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama
15
sampai hari ketiga pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan
dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan.kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi dari
pada ASI matur (Maritalia, 2014)
Kolostrum atau jolong berasal dari bahasa latin “colostrunm”
adalah jenis susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap
akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi
(Proverawati, 2010)
Kolostrum adalah cairan yang agak kental berwarna kuning-
kekuningan, lebih kuning dari ASI nature, bentuknya agak kasar
karena mengandung butiran lemak dan sel – sel epitel yang
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir
(Kristiyantisari, 2013).
Kolostrum adalah cairan yang agak kental berwarna
kekuning –kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI mature,
bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel –
sel epitel, manfaatnya adalah pencernaan dan penyerapan ASI
dalam lambung dan usus bayi berlangsun dengan cepat,
mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi
dari penyakit. (Kodrat, 2010).
Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan dari kelenjar
payudara pada saat hari pertama kelahiran sampai dengan hari
16
ketiga. Merupakaan cairan berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI matur. Kolostrum biasanya kental.
Komposisi yang terdapat di dalam kolostrum berbeda dari hari ke
hari hal ini tergantung dari pada perkembangan bayi tersebut
(Soetjiningsih, 2010).
Susu kolostrum (kolostrum) atau disebut juga beestings, first
milk, immune milk atau premilk adalah susu atau cairan yang
diproduksi oleh kelenjar susu dalam hal ini ibu yang mengandung
pada akhir masa kehamilan sampai kira-kira 3 hari setelah bayi lahir.
Susu kolostrum berwarna bening kekuningan dan diproduksi dalam
jumlah sedikit kira-kira 36,23 ml atau 7,4 sendok teh) per hari.
Walaupun sedikit kandungan nutrisi yang ada dalam susu kolostrum
sangat cukup untuk memenuhikebutuhan bayi pada awal kelahiran
karena mengandung protein, karbohidrat, lemak,vitamin, mineral
dan mengandung zat kekebalan tubuh atau antibodi. Dari
penjelasan apa itu susu kolostrum di atas dapat kita lihat pentingnya
susukolostrum bagi bayi yang baru lahir dalam hal pertahanan tubuh
karena susu kolostrum mengandung antibiotik alami kaya akan
antibodi (Immunoglobulin). Immunoglobulin berfungsi untuk
mengikat antigen (bahan asing) yang berbahaya bagi tubuh,
menghancurkan dan melemahkan, serta menyingkirkan bahan asing
tersebut keluar dari tubuh (Soetjiningsih, 2010).
17
b. Pentingnya Pemberian Kolostrum
Bayi yang baru lahir memiliki kekebalan tubuh yang sangat
lemah. Oleh karena itu pemberian susu kolostrum pada bayi diawal
kelahiran adalah wajib. Kolostrumwajib diberikan karena
mengandung tiga faktor yang paling utama terkandung dalam susu
kolostrum yaitu kekebalan, pertumbuhan dan nutrisi-nutrisi. Zat
antibodi utama yang terkandung dalam susu kolostrum adalah
immunoglobulin (Ig). Immunoglobulin yang terdapat dalam
kolostrum berfungsi untuk melindungi bayi masing-masing dari
Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
(Soetjiningsih, 2010).
Kolostrum adalah ASI yang sangat bermanfaat terutama
fungsinya untuk mencegah terjadinya infeksi. Zat pencegah infeksi
ini disebut antibodi dimana kemampuan zat tersebut bekerja di
dalam tubuh bayi sekitar 6 bulan. Kadar IgA dari kolostrum sekitar
335,9 mg/100ml, lebih tinggi kadarnya daripada ASI matur yang
hanya 119,6 mg/ 100 ml. Begitu juga dengan IgM dan IgG
kandungan zat tersebut lebih tinggi pada kolostrum dari pada ASI
matur
Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah yang
dialami berjuta-juta ibu-ibu di seluruh dunia. Banyak keuntungan
baik bagi ibu maupun si bayi terhadap pemberian ASI (menyusui).
Asi mampu memberikan pertahanan terhadap infeksi terutama yang
18
disebabkan oleh E.coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
c. Pemberian ASI
Banyak sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar
terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak
melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Alasan umum mengapa
ibu tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak
berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki
mutu yang tidak baik, keterlambatan memulai pemberian ASI dan
pembuangan kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah, serta
kepercayaan yang keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan
tambahan. Selain itu, kurangnya dukungan dari pelayanan
kesehatan dan keberadaan pemasaran susu formula sebagai
pengganti ASI menjadi kendala ibu untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya (Suhardjo,2012).
d. Komposisi Kolostrum
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi
yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yangterdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung
zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
19
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama
beberapa periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan
kebutuhan bayi
Berdasarkan sumber dari buku. Kandungan Manfaat
Kolostrum ASI (Roesli, 2010). Diperoleh perkiraan komposisi
Kolostrum dan ASI terterah pada tabel berikut :
Tabel 1 Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi
Fosfor
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg
58.0
2.3
140.0 mg
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0
1. Kandungan nutrisi dalam ASI
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang
termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak
sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
a. Protein
Protein bahan baku untuk tumbuh. Kualitas Protein
sangat penting dalam tahun pertama kehidupan bayi. Karena
saat ini pertumbuhan bayi sangat cepat. Air susu ibu
mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan
20
bayi manusia. ASI mengandung total Protein lebih rendah tapi
lebih banyak Protein yang halus, lembut dan mudah dicerna.
Komposisi inilah yang mengandung gumpalan yang lebih lunak
yang mudah dicerna dan diserat oleh bayi.
b. Lemak
Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah
kadarnya. Kadar lemak divariasikan disesuaikan dengan
kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. ASI yang
pertama keluar disebut susu mula (foremilk). Cairan ini kira-kira
mengandung 1-2% lemak dan tampak encer. ASI berikutnya
disebut susu belakang (hindmilk) yang mengandung lemak
paling sedikit tiga seperempat kali lebih banyak daripada susu
formula. Cairan ini memberikan hampirn seluruh energi.
c. Karbohidrat
Laktosa merupakan kompoonen utama karbohidrat dalam
ASI. Kandungan laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan
dengan susu sapi. Selain merupakan sumber energy yang
mudah dicerna, beberapa laktosa diubah menjadi asam laktat,
asam ini membantu mencegah pertumbuhan baktri yang tidak
diinginkan dan membantu dalam penyerapan kalsium dan
mineral lainnya.
21
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun
kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi
sampai berumur 6 bulan. Kadar kalsium,natrium, kalium, fosfor,
dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi,
tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat
mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K,
karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk
vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara lain
vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Setianingsih, 2014).
2. Pengelompokan ASI
1. ASI stadium l
Pada ASI stadium 1 terdapat kolostrum yakni caran
pertama yang diekresi oleh kelenjar payudara dar hari ke 1
sampai ke 4 setelah persalina. Kolostrum berwarna kuning
keemasan mengandung tingginya komposisi lemak dan sel-sel
hidup,. Kolostrum sebagai pencahar sehingga mekonium cepat
terkuras dan bayi siap menerima ASI. Kandungan antibody
tinggi, kandungan Ha lebih rendah rendah disbanding ASI
matur, mineral lebih tinggi dari ASI matur.
22
2. ASI stadium ll
Pada stadium II merupakan ASI peralihan yang
diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, komposisi protein
lebih rendah, sedangkan lemak dan Ha tinggi, volume ASI
semakin meningkat, pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil
begitu juga kondisi fisik ibu, keluhan nyeri payudara berkurang,
perlu peningkatan kandungan protein dan kalsium pada
makanan ibu.
3. ASI stadium lll
Pada ASI stadium lll ASI sudah matur pada hari ke-10
dan seterusnya, nutrisi berubah sesuai kebutuhan bayi sampai
usia 6 bulan, setelah 6 bulan bayi dikenalkan dengan makanan
lain, telur lebih aman diberikan pada berumur setelah 1 tahun
sampai sistem pecernaan terhadap alergi telah siap (Rukiyah,
.2011)
3. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi
kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi
mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara
cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc
pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari
ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi
sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada
23
yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter
per hari dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama.
Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada
waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.
Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-
700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan
kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Suparyanto,
2010).
e. Manfaat Kolostrum
Kolostrum manfaat utama, diantaranya adalah sebaga berikut :
1) Bagi bayi
a) Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirp
dengan nutrisi yang dterima bayi selama dalam rahim.
b) Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-
hari pertama hidupnya.
c) Kolostrum mengandung zat pencahar untuk menyiapkan dan
membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium.
d) Kolostrum mengurangi konsentrasi bilirubin (yang
menyebabkan bayi kuning) sehingga bayi terhindar dari
jaundice.
e) Kolostrum membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk
penernaan (Proverawati,2010).
2) Bagi ibu menyusui
24
a) Mencegah perdarahan pasca persalinan
Perangsang pada payudara ibu oleh isapan bayi akan
diteruskan ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan
merangsang terbentuknya hormon oksitosin. Oksitosin
membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah
trjadinya perdarahan pacsa persalinan.
b) Mempercepat pengecilan kandungan
Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang
menandakan kandungan berkontraksi dan dengan demikian
pengecilan kandungan terjadi lebih cepat.
c) Memberikan rasa dibutuhkan
Manusia adalah makhluk sosial. Dengan menyusui ibu
akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh manusia.
d) Mempercepat kembalinya berat badan keberat semula
Selama hamil ibu menimbun lemak dibawah kulit. Lemak
ini akan terpakai untuk membentuk ASI sehingga bila ibu tidak
menyusui akan tetap tertimbun dalam tubuh (Suparyanto,
2010).
3) Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
25
untuk keperluan lain. Karena penghematan juga disebabkan
karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga
mengurangi biaya berobat.
b) Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran
lebih jarang, sehingga susasana kejiwaan ibu baik dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan
air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta
pertolongan orang lain (Kristiyanasari, 2013).
f. Komponen Utama dalam Kolostrum
1) Imunitas tubuh
Adanya berbagai penyakit degeneratif (keturunan) dan
infeksi yang menyerang manusia adalah disebabkan oleh
lemahnya sistem imunitas tubuh. Penelitian secara medis
menunjukan bahwa kolostrum :
a) Mempunyai komponen imunitas yang kuat (imunoglobulin,
lactroferin, lactalbumin, glikoprotein, citokines dll) yang
membantu melawan virus, bacteri, jamur, alergi dan toksin.
b) Membantu mengatasi berbagai masalah usus, auto imunitas,
arthitis, alergi dan HIV.
26
c) Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan
sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
d) Kaya akan kandungan TgF-B yang mendukung terapi
penderita kanker, pembentukan tulang dan mencegah
penyakit herpes, mengandung imunoglobulin yang telah
terbukti dapat berfungsi sebagai anti virus, anti bakteri, anti
jamur dan anti toksin.
2) Pertumbuhan
Kolostrum mengandung komponen pertumbuhan alami
yang berfungsi untuk :
a. Meningkatkan sistem metabolisme tubuh.
b. Memperbaiki sistem DNA dan RNA tubuh.
c. Mengaktifkan sel T
d. Mencegah penuaan dini
e. Merangsang hormon pertumbuhan (HCG)
f. Membantu menghaluskan dan menyehatkan kulit
g. Menghindari osteoporosis
h. Memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan jaringan tubuh
i. Kolostrum mengandung mineral, anti oksidan, enzim, asam
amino, dan vitamin A (Proverawati, 2010)
g. Cara Pemberian Kolostrum
Pemberian kolostrum segera setelah persalinan sebaiknya
dalam waktu 30 menit pertama. Hal ini merupakan cara efektif
27
untuk mencegah kehilangan panas karena rendahnya kadar
glukosa darah yang menyebabkan hipotermi. Tujuan menyusui di
30 menit pertama bukan hanya untuk memberi makan bayi tetapi
untuk membiasakan bayi mengisap payudara karena saat ini
adalah saat yang paling tepat untuk melatih reflek mengisap bayi
sehingga menjadi awal kesuksesan dalam menyusui.
Setelah proses persalinan selesai, bayi dalam kondisi hangat
segera disusukan pada ibu yang sudah dibersihkan. Hindari bayi
masuk dalam jam tidurnya karena bayi memiliki pola tidur setelah
persalinan. Bayi biasanya tidur pada 2 jam pertama setelah
persalinan dan akan terbangun setelah jam selanjutnya. Bila bayi
sudah terlanjur masuk dalam jam tidur ia tidak akan mau menyusu
dan mulut bayi akan terkunci (Rukiyah,2011).
1. Posisi menyusu bayi yang benar :
a) Bayi harus dapat memasukan seluruh putting susu sampai
areola mamae kedalam mulutnya sehingga bayi dapat
menggunakan rahang untuk menekan daerah dibelakang susu.
Daerah ini merupakan kantong penyimpnan ASI.
b) Ibu dapat mengambil posisi duduk, punggung ibu bersandar,
kaki diangkat dan diluruskan kedepan sejajar dengan bokong
atau kebawah tetapi harus diberi penyangga (jangan
menggantung). Bayi tidur dipangkuan ibu dengan dialasi bantal
28
sehingga posisi perut ibu bersentuhan/berhadapan dengan
perut bayi. Leher bayi harus dalam keadaan tidak terpelintir.
c) Posisi menyusui lain adalah ibu tidur miring dengan bantal agak
tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi. Posisi perut
bayi dan posisi ibu harus bersentuhan. Siku bayi harus lurus
sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus.
d) Bila mengambil posisi telungkup diatas meja, bayi ditidurkan
dimeja dengan kepala bayi mengarah kepayudara ibu. Posisi ini
akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi
memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan.
e) Segera setelah persalinan posisi menyusui yang terbaik adalah
bayi ditelungkupkan diperut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan
dengan kulit bayi (Kristiyanasari,2013).
2. Waktu menyusui bayi
Waktu menyusui bayi adalah :
a) Menyususi bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan
atau menangis, ibu harus segera memberikan ASI.
b) Bila bayi puas menyusu, bayi akan tertidur pulas.
c) Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, untuk
melepaskan putting susu dari mulut bayi, ibu dapat
memasukan jari tangan secara perlahan-lahan kedalam mulut
bayi menyusuri putting susu. Dengan demikian bayi masih
dapat merasa ada sesuatu yang diisap. Kemudian dengan
29
perlahan-lahhan lepaskan putting susu dari mulut bay. Hal ini
untuk enghindari putting suusu lecet akibat gesekan yang kuat
dan bayi tidak terkejut (Maritalia,2014).
B. Landasan Teori
Kolostrum adalah makanan terbaik untuk bayi baru lahir. Oleh
karena itu pemberian kolostrum bagi bayi diupayakan dapat diberikan
segera setengah jam pertama setelah persalinan tanpa makanan
pendamping lain. Hal ini merupakan titik awal yang penting apakah bayi
nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasarkan oleh peran
hormon yang memproduksi ASI yaitu hormon prolaktin. Dalam peredaran
darah ibu, prolaktin akan turun satu jam pasca persalinan yang
disebabkan oleh lepasnya plasenta. Kolostrum memiliki banyak manfaat
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh bayi lewat zat-zat unik
yang terkandung didalamnya. Kolostrum mengandung zat kekebalan
pasif yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi dan penyakit.
Pemberian kolostrum merupakan langkah awalauntuk menjalin bounding
attachmant antara ibu dan anaknya (Roesli, 2010).
Persepsi ibu menyusui mengenai kolostrum sangat mempengaruhi
perilaku ibu dalam memberikan kolostrum pada bayinya. Dengan
persepsi yang positif maka ibu dapat mengaplikasikan ilmu yang
diketahuinya dengan cara memberikan kolostrum pada bayinya.
Sebaliknya jika persepsi ibu negatif tentang kolostrum maka ibu akan
memberikan kolostrum disertai makanan pendamping. atau bayi tidak
30
diberikan kolostrum sama sekali. Gencarnya promosi susu formula
menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat kolostrum.
(Suhardjo, 2012)
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel terikat (dependent): Pemberian kolostrum
Variabel bebas (Independent): Persepsi ibu menyusui tentang kolostrum
Persepsi Ibu Menyusui tentang
kolostrum
Pemberian Kolostrum
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran persepsi ibu terhadap
pemberian kolostrum.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Waetuno Kabupaten
Wakatobi pada bulan Juni – Juli tahun 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang
berada di Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018
yang berjumlah 65 orang.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang datang
memeriksakan bayinya ke Puskesmas Waetuno Kabupaten
Wakatobi pada waktu penelitian, dengan besar sampel yaitu 39
orang. Teknik pengambilan sampel secara accidental sampling
Penentuan besar sampel yang dibutuhkan menggunakan rumus,
yaitu :
)(1 2dN
Nn
31
32
Keterangan : n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
d : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir (± 10%)
Maka besarnya sampel yaitu :
2)1,0(651
65
n
65,1
65n
3,39n (dibulatkan menjadi 39)
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu pemberian kolostrum
2. Variabel bebas (independent) yaitu persepsi ibu menyusui tentang
kolostrum
E. Definisi Operasional
1. Pemberian kolostrum adalah pemberian kolostrum yang berupa cairan
berwarna kekuning-kuningan yang dikeluarkan dari kelenjar payudara
pada saat hari pertama kelahiran sampai dengan hari ketiga
(Kristiyantisari, 2013).
Kriteria objektif
a. Memberikan kolostrum : bila ibu menyatakan memberikan
kolostrum pada bayinya saat berusia 0-3 hari
33
b. Tidak memberikan kolostrum : bila ibu tidak menyatakan
memberikan kolostrum pada bayinya saat berusia 0-3 hari.
2. Persepsi adalah proses mengenal dan memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil ibu menyusui terkait
dengan pemberian kolostrum pada bayinya.
Kriteria objektif:
Positif : Bila skor yang diperoleh > 60%
Negatif : Bila skor yang diperoleh < 60% (Notoatmodjo, 2012)
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang
dibagikan pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Waetuno
Kabupaten Wakatobi.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang
digunakan untuk mengukur persepsi ibu menyusui tentang kolostrum
merupakan kuesioner tertutup, dimana peneliti menggunakan dua pilihan
jawaban yakni “Setuju” dan “Tidak Setuju” yang berjumlah 20
pernyataan. Untuk pertanyaan positif mendapat nilai 1 jika menjawab
setuju dan mendapat nilai 0 jika menjawab tidak setuju. Sedangkan
pernyataaan negatif mendapat nilai 0 jika menjawab setuju dan nilai 1
jika menjawab tidak setuju. Adapun pengisian kuesioner dengan
34
memberikan tanda centang ( √ ) pada lembar kuesioner yang sudah
disediakan.
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 3: Alur penelitian
I. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
Populasi Ibu hamil berjumlah 65 orang.
Sampel Sampel berjumlah 39 orang responden
Pembahasan
Analisis data
Pengumpulan data
Kesimpulan
35
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikan
dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian persepsi ibu menyusui terhadap pemberian kolostrum pada
bayi baru lahir telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018 di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi. Sampel penelitian adalah ibu
menyusui yang berjumlah 39 ibu. Data yang telah terkumpul diolah dan
dianalisis. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang
disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi
penelitian, pemberian colostrum, dan persepsi ibu menyusui terhadap
pemberian colostrum pada bayi baru lahir. Hasil penelitian akan ditampilkan
sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Waetuno merupakan salah satu dari Puskesmas
yang ada Kabupaten Wakatobi yang terletak di Desa waelumu ,
Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten wakatobi. Luas Wilayah Kerja
Puskesmas Waetuno berkisar 41,80 Km² yang terdiri atas 1 wilayah
kelurahan ( Kel. Waetuno ) dan 7 desa yaitu Desa Longa,Desa Waha,
Desa Wapia – pia, Desa Koroe Onowa, Desa Waelumu, Desa Patuno dan
Desa Sombu.
Jarak antara Puskesmas dengan Ibukota Kabupaten ± 15 KM
dengan batas-batas sebagai berikut :
36
37
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan laut
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Tindoi
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Matahora
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Wandoka.Utara
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lalowaru pada tahun
2017 adalah sebesar 8.335 jiwa dengan proporsi penduduk yaitu laki-laki
sebesar 4.127 jiwa dan perempuan sebesar 4.208 jiwa, dengan jumlah KK
sebanyak 2.688 KK, yang tersebar dalam 8 desa / kelurahan.
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Lalowaru tahun 2017
berjumlah 44 orang.
2. Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir
Pemberian kolostrum adalah pemberian kolostrum yang berupa cairan
berwarna kekuning-kuningan yang dikeluarkan dari kelenjar payudara pada
saat hari pertama kelahiran sampai dengan hari ketiga. Pemberian kolostrum
dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu memberikan kolostrum
dan tidak memberikan kolostrum. Hasil penelitian tentang pemberian
kolostrum dapat dilihat pada tabel 1.
38
Tabel 1 Distribusi pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018
Pemberian Kolostrum Jumlah
f %
Tidak Memberikan Kolostrum
Memberikan Kolostrum
21
18
53,8
46,2
Total 39
Sumber: Data Primer
Tabel 1 menunjukkan dari 39 ibu menyusui, terdapat 21 (53,8%) tidak
memberikan kolostrum pada bayinya dan hanya 18 (46,2%) ibu yang
memberikan kolostrum pada bayinya. Hal ini berarti masih banyak ibu
menyusui yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya.
3. Persepsi Ibu menyusui terhadap pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir
Persepsi adalah proses mengenal dan memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil ibu menyusui terkait
dengan pemberian kolostrum pada bayinya. Persepsi dalam penelitian ini
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu persepsi positif (persentase jawaban benar
> 60%), dan persepsi negatif (persentase jawaban benar < 60%). Hasil
penelitian tentang persepsi ibu menyusui tentang kolostrum dan persepsi ibu
menyusui terhadap pemberian kolostrum dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.
39
Tabel 2 Distribusi Persepsi Ibu Menyusui tentang Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018
Persepsi Ibu Menyusui Jumlah
f %
Positif
Negatif
19
20
48,7
51,3
Total 39 100
Sumber: Data Primer
Tabel 2 menunjukkan dari 39 responden terdapat 20 (51,3%) ibu
berpersepsi negatif tentang kolostrum dan terdapat 19 (48,7%) yang
berpersepsi positif tentang kolostrum. Hal ini berarti ibu meyusui di
Puskesmas Waetuno mayoritas memiliki persepsi negatif tentang kolostrum.
Tabel 3 Distribusi Persepsi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi
Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi Tahun 2018
Persepsi Ibu
Menyusui
Pemberian Kolostrum Total
Tidak Memberikan Memberikan
f % f % n %
Positif
Negatif
5
16
12,8
41
14
4
35,9
10,3
19
20
48,7
51,3
Total 21 53,8 18 46,2 39 100
Sumber: Data Primer
Tabel 3 menyatakan bahwa responden yang tidak memberikan
kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi negatif sebanyak 16 orang
(41%), yang memberikan kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi
positif sebanyak 14 orang (35,9%).
40
B. Pembahasan
Penelitian persepsi ibu menyusui terhadap pemberian kolostrum pada
bayi baru lahir telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018 di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi. Hasil penelitian menunjukkan
dari 39 ibu menyusui, terdapat 21 (53,8%) tidak memberikan kolostrum pada
bayinya dan hanya 18 (46,2%) ibu yang memberikan kolostrum pada
bayinya. Hal ini berarti masih banyak ibu menyusui yang tidak memberikan
kolostrum pada bayinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Inayah dan Licia (2012) yang berjudul pemberian kolostrum ditinjau dari
persepsi ibu nifas tentang pentingnya kolostrum di BPS Nanik Cholid
Tawangsari Sidoarjo bahwa sebagian besar jumlah ibu nifas yang tidak
memberikan kolostrum.
Hasil penelitian yang menunjukkan masih banyak ibu menyusui yang
tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Dari
ketiga faktor ini yang paling dominan adalah faktor predisposisi dimana
kurangnya pemahaman dn kepercayaan ibu tentang pentingnya kolostrum
akan membawa ibu dalam berperilaku khususnya dalam pemberian
kolostrum pada bayinya. Sebagai tenaga kesehatan harus memberikan
penyuluhan atau konseling pada ibu menyusui agar ibu dapat mengerti
tentang kolostrum.
Kolostrum adalah cairan yang agak kental berwarna kuning-
kekuningan, lebih kuning dari ASI nature, bentuknya agak kasar karena
41
mengandung butiran lemak dan sel – sel epitel yang dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Pemberian kolostrum segera
setelah persalinan sebaiknya dalam waktu 30 menit pertama. Kolostrum
memberikan banyak manfaat yang utama adalah dapat memberikan manfaat
bagi bayi, ibu dan keluarga. Bagi bayi kolostrum berkhasiat sebagai anti
body, untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya, sebagai
pencahar, mengurangi konsentrasi bilirubin dan membantu pembentukan
bakteri yang bagus untuk penernaan. Bagi ibu kolostrum dapat mencegah
perdarahan pasca persalinan, mempercepat pengecilan, memberikan rasa
dibutuhkan, mempercepat kembalinya berat badan keberat semula
(Kristiyantisari, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan dari 39 responden
terdapat 20 (51,3%) ibu berpersepsi negatif tentang kolostrum dan terdapat
19 (48,7%) yang berpersepsi positif tentang kolostrum. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Inayah dan Licia (2012) yang berjudul
pemberian kolostrum ditinjau dari persepsi ibu nifas tentang pentingnya
kolostrum di BPS Nanik Cholid Tawangsari Sidoarjo bahwa sebagian besar
jumlah ibu nifas berpersepsi negatif tentang kolostrum.
Hasil penelitian ini menggambarkan ibu meyusui di Puskesmas
Waetuno mayoritas memiliki persepsi negatif tentang kolostrum. Hal ini
disebabkan karena ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Waetuno
masih memiliki anggapan yang salah tentang kolostrum. Kebanyak dari ibu
ibu menyusui tersebut masih percaya mitos yang beranggapan bahwa
42
Kolostrum / ASI hari-hari pertama bukan ASI, kotor, basi dan dapat
membahayakan bayi. Sehiingga ibu ibu menyusui berkesimpulannya, ASI
pertama itu harus dibuang karena kotor. Anggapan ini jelas keliru. Sebab,
Kolostrum yang berwarna kuning/keemasan mengandung nutrisi dengan
konsentrasi tinggi , memberikan perlindungan akan berbagai penyakit infeksi,
juga memiliki efek laksatif yang akan membantu bayi mengeluarkan feses /
tinja pertama (meconium) dari sistem pencernaannya. Sehingga efeknya
juga akan membantu melindungi bayi dari kuning (jaundice).
Banyak yang mengira bahwa ASI hari-hari pertama /kolostrum
berwarna putih seperti susu, sehingga ketika kolostrum keluar dan berwarna
kuning keemasan / oranye, kental, lengket dan terkadang bening, terdapat
persepsi ASI tersebut tidak bagus dan dibuang saja. Jumlahnya pun hanya
sekitar 3-5 sendok teh yang sering membuat khawatir tidak akan cukup untuk
bayi sehingga perlu ditambah susu formula. Warna orange/keemasan ini
merupakan tanda dari kandungan beta-carotene yang tinggi, yang
merupakan salah satu anti oksidan. Meski jumlah kolostrum relatif sedikit
namun sangat mencukupi lambung bayi yang juga memang masih kecil
(sebesar kelereng dengan kapasitas 5-7 ml saja) -lihat gambar ilustrasi
kapasitas lambung bayi berdasarkan usia. Meski sedikit, kolostrum sangat
padat nutrisi, kaya akan karbohidrat, protein, serta tinggi antibodi yang
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
Kolostrum mengandung sejumlah besar antibodi yang disebut
Immunoglobulin. Immunoglobulin adalah kelompok protein yang memberikan
43
kekebalan / imunitas. Di dalam kolostrum terdapat 3 macam Immunoglobulin
yaitu IgA ( immunoglobulin A ) , IgG (immunoglobulin G ) dan IgM (
immunoglobulin M ). Dari ketiga Immunoglobulin ini, IgA menempati
konsentrasi tertinggi. IgA ini akan melindungi bayi dari serangan kuman di
daerah membran mukus tenggorokan, paru-paru, juga melindungi sistem
pencernaan bayi termasuk usus.
Kolostrum juga kaya akan leukosit, sel darah putih yang akan
menghancurkan bakteri jahat dan virus. Di dalam kolostrum terdapat 70%
lekosit, sementara di dalam ASI transisi & ASI matang (ilustrasi ASI transisi &
matang lihat gambar) terdapat 10% lekosit. Juga dibandingkan dengan ASI
matang, kolostrum lebih tinggi kandungan sodium, potassium, protein,
vitamin yang larut dalam lemak dan mineral sementara kandungan lemak
dan laktosanya lebih rendah dari ASI matang.
Hasil penelitian menunjukkan ibu menyusui yang tidak memberikan
kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi negatif sebanyak 16 orang
(41%), yang memberikan kolostrum terbanyak pada ibu dengan persepsi
positif sebanyak 14 orang (35,9%). Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa persepsi adalah proses mengenal dan memilih berbagai
obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil ibu menyusui terkait
dengan pemberian kolostrum pada bayinya. Dalam pemberian kolostrum
seseorang yang memiliki tanggapan yang positif tentang kolostrum akan mau
memberikan kolostrum pada bayinya. Sebaliknya ibu dengan persepsi
negatif akan menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang
44
tidak selaras dengan obyek persepsi. Hal ini akan diteruskan dengan
kepasifan atau menolak dan menentang segala obyek yang
dipersepsikannya. Begitu pula seseorang yang mempunyai tanggapan yang
negatif tentang kolostrum akan menolak dan tidak mau memberikan
kolostrum pada bayinya. Untuk itu dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik
yang positif maupun yang negatif akan selalu mempengaruhi diri seseorang
dalam melakukan tindakan akibat dari rangsangan yang telah diterimanya
(Irwanto, 2012).
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Persepsi ibu menyusui tentang kolostrum di wilayah kerja Puskesmas
Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018 mayoritas berpersepsi
negatif yaitu sebesar 20 orang (51,3%) dan 19 (48,7%) yang
berpersepsi positif.
2. Mayoritas ibu menyusui tidak memberikan kolostrum pada bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun
2018 yaitu sebesar 21 (53,8%) dan hanya 18 (46,2%) ibu yang
memberikan kolostrum pada bayinya.
3. Ibu menyusui yang tidak memberikan kolostrum pada bayi baru lahir di
wilayah kerja Puskesmas Waetuno Kabupaten Wakatobi tahun 2018
terbanyak pada ibu dengan persepsi negatif yaitu sebesar 16 orang
(41%), sedangkan yang memberikan kolostrum terbanyak pada ibu
dengan persepsi positif sebanyak 14 orang (35,9%).
B. Saran
1. Disarankan kepada tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan
atau konseling pada ibu menyusui agar ibu lebih memahami tentang
pentingya kolostrum, sehingga persepsi negatif dan pemahaman
yang salah tentang kolostrum dapat dihilangkan.
2. Disarankan kepada ibu menyusui agar berperan aktif dalam mengikuti
kelas ibu bayi dan balita sehingga mendapatkan informasi yang
45
46
terkait pentingnya kolostrum agar semua ibu menyusui dapat
memberikan makanan terbaik ke bayinya yaitu kolostrum pada hari
hari pertama kelahiran bayinya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta Kemenkes RI, 2014. Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP ASI) di
Propinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI. Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian dan Tehnik Analisis Data, Jakarta :
Salemba Medika Kodrat, 2010, Dasyatnya Asi Dan Laktasi Untuk Mencerdaskan Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Media baca Kristiayanasari, 2013. ASI menyusui dan Sadari. Yokyakarta, Nuha
Medika Inayah, R dan Licia, Z. 2012. Pemberian kolostrum ditinjau dari persepsi ibu
nifas tentang pentingnya kolostrum di BPS Nanik Cholid Tawangsari Sidoarjo. Jurnal Infokes Stikes Insan Unggul Surabaya Vol 4, No. ISSN 2085-028x..
Maritalia Dewi, 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Notoatmodjo S, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta. ----------------------. 2012. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
-----------------------. (2012). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta Rineka Cipta.
Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Kebidanan dan Keperawatan,Jakarta : Salemba Medika
Nurmiah. 2016. Hubungan Antara Persepsi Dengan Perilaku Ibu Menyusui
Menurut Teori Health Belief Model Pada Ibu Menyusui Di Desa Singojuruh Kecamatan Singojuru Banyuwangi. Skripsi. Surabaya: Prodi Pendidikan Bidan FK Universitas Airlangga.
Irwanto. 2012. Psikologi umum (buku panduan mahasiswa). Jakarta : PT.
Prehallindo.
48
Pratiwi. (2004) Pendidikan & Pendidikan Kesehatan. http:/wwwinforemaja.com.
Proverawati, Atikah. 2010. Kapita Seleksi ASI Dan Menyusui. Yogyakarta: Muha Medika.
Purwati, 2010, Konsep Penerapan ASI. Jakarta. Http:// dr-
Suparyanto.blogspot.com. Diakses 15 Februari 2018 Rakhmat, Jalaluddin. (2015). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi Cetakan
XXIII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Roesli, U. 2010. Kandungan Manfaat Kolostrum ASI. Jakarta: Pustaka Bunda Rukiyah, dkk,.2011, dkk.2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta : Trans
Info Media Setianingsih Sulis, 2014. Manfaat ASI Ekslusif untuk Buah Hati Anda,
Yogyakarta : Gosyen Publishing Soetjiningsih, 2010, Peningkatan Ibu Menyusui ASI Eksklusif, Jakarta,
EGC Suhardjo,2012. Deklarasi tentang kandungan ASI. , Bandung.: Alfabeta Suparyanto, 2010, Konsep Status Gizi. {Internet}http//drsuparyanto.blo-
gspot.com/2010/07/konsep-status-gizi.html. Di akses tanggal 15 Februari 2018
Widuri, H. 2013. Cara Mengelolah Asi Ekslusif Bagi Ibu Bekerja. Yogjakarta :
Gosyen Publishing.
49
LAMPIRAN
3
3
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAETUNO
KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2018
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
B. Pemberian colostrum
Apakah ibu memberikan ASI (kolostrum) pada bayi ibu di hari 1-3 setelah
lahir?
a. Ya
b. Tidak
B. Persepsi ibu menyusui terhadap pemberian colostrum
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)
Pernyataan Setuju
Tidak Setuju
1. Segera setelah lahir bayi langsung diberi ASI
(kolostrum) untuk kesehatan bayi
2. Bayi baru lahir umur 0-3hari tidak harus
diberikan ASI kolostrum karena dapat
menyebabkan bayi sakit
3. Jika ibu mengalami masalah dengan produksi
ASI (sedikit) pada hari pertama postpartum
maka ibu dianjurkan untuk pemberikan susu
formula agar bayi tidak rewel
4. Jika ASI belum keluar (sedikit) pada hari
pertama kelahiran bayi,maka ibu dianjurkan
untuk terus menyusui bayinya
5. Jika bayi rewel meskipun sudah disusui maka
sebaiknya ibu dianjurkan untuk memberikan
4
susu formula pada bayinya agar bayi tidak
rewel
6 Bayi baru lahir umur 0-3 hari tidak harus
diberikan kolostrum karena tidak bermanfaat
7 Pemberian ASI kolostrum tidak akan
memberikan kekebalan tubuh pada bayi
8 ASI kolostrum merupakan cairan basi yang
tidak perlu diberikan pada bayi umur 0-3 hari
9 ASI kolostrum mengandung antibody yang
dapat melindungi tubuh bayi yang sangat
lemah
10 ASI kolostrum dapat menyebabkan bayi
menjadi kuning
11 ASI kolostrum yang tidak keluar pada hari 1-3
merupankan kendala untuk menyusui
12 Pemberian ASI kolostrum merupakan hal yang
tidak modern
13 Keadaan putting susu ibu yang tidak menonjol
merupakan kendala dalam membetikan ASI
kolostrum
14 Tekhnik menyusui yang benar tidak menjadi
kendala atau hambatan dalam menyusui
15 Sebelum memberikan ASI kolostrum ibu harus
yakin bahwa ibu mapuh menyusui
16 Suami memberikan dukungan berupa motivasi
kepada ibu untuk memberikan kolostrum
17 Keluarga ibu (orang tua, mertua, kakak dan
adik) memberikan motivasi kepada ibu dalam
pemberian kolostrum
18 Bidan sering memberikan informasi tentang
5
pentingnya ASI kolostrum
19 Bidan menyarankan ibu untuk memberikan
susu formula pada bayi usia 1-3 hari
20 Saya pernah mendengar promosi kesehatan
tentang ASI kolostrum di televisi, radio, dan
majalah
6
7
8
9
10
1
1
2
DOKUMENTASI PENELITIAN
top related