Perancangan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Kartu Klausa Dalam Pembelajaran Menulis Kalimat Majemuk
Post on 23-Oct-2015
181 Views
Preview:
Transcript
PERANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KLAUSA DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT MAJEMUK
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Media Pembelajaran
Disusun oleh :
Kusmiati (5520120059)
PRODI S2 MTP
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFIYAH
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah “Perancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Bahasa Indonesia Menggunakan Media Kartu Klausa Dalam Pembelajaran
Menulis Kalimat Majemuk” ini dengan waktu sesuai yang diharapkan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran.
Hal ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari semua pihak yang telah ikut
membantu terselesaikannya makalah ini. Oleh karena itu kami sampaikan
terimakasih.
Tak ada yang sempurna, kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan berbagai hal.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya. Harapan
kami, makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun khususnya.
Serang, November 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Makalah............................................................................................3
D. Kegunaan Makalah.......................................................................................4
E. Prosedur Makalah.........................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................5
A. Pengertian Menulis.......................................................................................5
B. Kalimat Tunggal...........................................................................................7
C. Kalimat Majemuk.........................................................................................8
D. Media Pembelajaran....................................................................................11
1. Definisi Media Pembelajaran..................................................................11
2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran...............................................13
3. Fungsi Media Pembelajaran....................................................................16
E. Desain Media Pembelajaran........................................................................17
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................21
A. Penggunaan Media Kartu Klausa dalam Pembelajaran Menulis Kalimat
Majemuk.............................................................................................................21
B. Perancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media kartu klausa.....22
1. Media Gambar.........................................................................................22
2. Metode Kontekstual....................................................................................22
3. Teknik (Model) Pembelajaran Mind Mappin..........................................23
ii
4. Rancangan pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Mind
Mapping menggunakan media kartu klausa...................................................24
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks, yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Sanjaya, 2010:204), oleh
karena itu, permasalah yang dihadapi dalam pembelajaran pun beragam. Satu di
antaranya adalah motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia ditinggkat SMA sederajat memiliki lima
kompetensi berbahasa, di antaranya menyimak, berbicara, membaca, menulis,
dan sastra. Pembelajaran bahasa dimaksudkan agar siswa mampu menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah bahasa yang berlaku.
Selanjutnya, pembelajaran sastra dimaksudkan agar siswa dapat menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
serta siswa mampu menghargai dan membanggakan sastra Indonesia (Mulyasa,
2007:262). Selain itu, pembelajaran sastra mempunyai fungsi utama, yaitu untuk
menghaluskan budi, meningkatkan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial,
menumbuhkan apresiasi budaya dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi
secara kreatif, dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulisan (Depdiknas,
2006).
Menulis merupakan keterampilan bahasa yang erat sekali hubungannya
dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Oleh karena itu, penguasaan
kemampuan menulis sangat penting bagi siswa. Kegiatan menulis dapat
diterapakan dalam berbagai hal, satu di antaranya ialah menulis kalimat
majemuk. Kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas hasil
penggabungan dua klausa atau lebih.
Dalam pembelajaran menulis, seringkali siswa mengalami hambatan.
Baik hambatan yang berkaitan dengan kemampuan siswa ataupun hambatan
yang berkaitan dengan ketidaktersedianya media pembelajaran yang dapat
1
membantu memperjelas dan mempermudah siswa dalam belajar. Secara umum
rata-rata siswa kurang tertarik terhadap keterampilan menulis, terlebih dalam
pembelajaran menulis kalimat majemuk. Ketika siswa diberi tugas oleh guru
menulis kalimat majemuk dan mengidentifikasi struktur gramatikalnya, mereka
saling mengeluh. Hal ini disebabkan siswa kurang tertarik dengan pembelajaran
menulis kalimat majemuk yang dianggap terlalu sulit dan membosankan.
Kesulitan siswa yaitu pada saat mengidentifikasi struktur gramatikal, terutama
kesulitan dalam membedakan antara objek dan pelengkap. Selain itu, siswa
masih kesulitan dalam membedakan induk kalimat dan anak kalimat serta
makna konjungsi dalam kalimat majemuk.
Sebenarnya permasalahan di atas dapat diatasi dengan pembelajaran yang
inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Salah satunya dengan penggunaan media
yang tepat dan menerapkan metode atau teknik pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa sehingga siswa termotivasi dan bersemangat dalam
kegiatan belajar mengajar.
Satu di antara peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai
fasilitator. Sebagai fasilitator, guru berkewajiban memanfaatkan dan
menggunakan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk
memanfaatkan dan menggunakan berbagai media yang bertujuan memperjelas
materi pembelajaran. Pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya
disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini hanya akan menjadikan siswa
mengetahui kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam
kata tersebut. Ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu,
guru perlu mengkonkretkan pesan yang disamapaikan agar mencapai tujuan
yang diinginkan. Salah satu caranya dengan penggunaan media atau pun metode
pembelajaran yang tepat.
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Akan tetapi, penentuan
media harus sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik daerah. Apabila
pemilihan media yang tepat ditunjang dengan metode pembelajaran yang sesuai
maka tercapailah tujuan pembelajaran secara maksimal.
2
Dalam pembelajaran menulis kalimat majemuk, guru bisa berperan
sebagai perencana (planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai
implementator atau keduanya. Sebagai perencana, guru dituntut untuk
memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas
dan sumber daya yang ada. Sebaliknya peranannya sebagai implementator, guru
bukan hanya sebagai model atau teladan bagi siswa tetapai sebagai pengelola
pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan tersebut guru sebagai
fasilitator dan motivator, harus dapat membantu siswa terampil dalam menulis
guna menghindari kebosanan dan meningkatkan minat menulis para siswa.
Sehingga pembelajaran bahasa Indonesia tidak lagi menjemukan tetapi tercipta
suasana pembelajaran yang hidup dan siswa dapat merasakan keasyikan dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis kalimat majemuk.
Dengan demikian, guru memberikan cara alternatif untuk merangsang
siswa agar tidak bosan belajar. Satu di antaranya ialah penggunaan media kartu
klausa dengan ditunjang metode CTL yang difokuskan pada teknik Mind
Mapping. Dengan menggunakan media dan metode tersebut, diharapkan mampu
membantu siswa dalam menulis kalimat majemuk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan kartu klausa dalam pembelajaran menulis
kalimat majemuk.
2. Media gambar.
3. Metode kontekstual.
4. Model pembelajaran Mind Mapping.
5. Rancangan pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Mind
Mapping menggunakan media kartu klausa.
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaiman penggunaan kartu klausa dalam
pembelajaran menulis kalimat majemuk.
2. Untuk mengetahui apa itu media gambar.
3. Untuk mengetahui apa itu metode kontekstual.
4. Untuk mengetahui model pembelajaran Mind Mapping.
3
5. Untuk mengetahui bagaimanakah Ranjangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan model Pembelajaran Mind Mapping menggunakan kartu
klausa.
D. Kegunaan Makalah
Setelah menyusun makalah ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Manfaat dari makalah ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis dari makalah ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat
dalam pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan
mempertinggi interaksi terutama dalam meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Sedangkan manfaat praktisnya yaitu mengimplementasikan teori
yang ada menjadi sebuah soft skill dalam berkomunikasi.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan problematika yang dibahas jelas dan komprehensif. Data teoritis
dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka,
artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang
relevan dengan tema makalah. Penulis pun menggunakan metode online atau
browsing dalam mengumpulkan data yang terkait.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Menulis
Aktifitas menulis merupakan satu bentuk manifestasi kemampuan (dan
keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah
kemampuan mendengar, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan
berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh
penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun (Nurgiantoro, 1988:270—271).
Hal itu disebabkan penguasaan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa
sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Keterampilan dalam bahasa terbagi dalam empat komponen: yaitu a)
keterampilan menyimak, b) keterampilan berbicara, c) keterampilan membaca,
dan d) keterampilan menulis. Berdasar empat rana tersebut keterampilan
menulislah yang merupakan keterampilan paling kompleks dan sangat penting
dikuasai.
Menulis berarti menuangkan pikiran dan perasaan kepada orang lain
dalam bentuk tulisan. Tulisan merupakan suatu sistem komunikasi secara tidak
langsung. Dengan demikian saat menulis, seseorang telah menuangkan pikiran
dan perasaan dalam bentuk tulisan sehingga orang lain dapat memahami pesan
yang dimaksud tanpa harus bertatap muka dengan penulis. Sejalan dengan hal
tersebut dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 2002: 1219) menulis
diartikan melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan.
Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan
karena menulis merupakan ungkapan, isi pikiran, sikap dan fakta-fakta secara
jelas melalui tulisan kepada pembaca. Tarigan (1982:20) mengatakan bahwa
tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan,
melaporkan serta memengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut
hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (para penulis) yang dapat
menyusun pikirannya serta mengutarakan dengan jelas (mudah dipahami),
5
kejelasan tersebut ada pada pikiran, susunan organisasi, penggunaan kata-kata,
dan struktur kalimat yang jelas.
Menulis merupakan suatu proses kemampuan yang diperoleh secara
bertahap. Artinya, keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis
melainkan harus melalui praktik dan latihan yang banyak dan teratur. Menurut
Tarigan (1982:6—7) tulisan yang baik memiliki beberapa ciri dalam
mencerminkan kemampuan penulisanya, diantaranya: 1) mempergunakan nada
yang serasi, 2) menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan
yang utuh, 3) menulis dengan jelas tidak samar-samar dengan memanfaatkan
struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan
yang diingkan oleh penulis. Dengan demikian pembaca tidak susah payah
memahami makna yang tersurat dan tersirat, 4) menulis secara meyakinkan,
menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta
mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat. Dalam hal ini
hindari penggunaan kata-kata yang tidak penting. Setiap kata haruslah
menunjang pengertian yang serasi, sesuai yang diinginkan oleh si penulis, 5)
menjadi bahan perbaikan dari naskah atau tulisan sebelumnya, tulisan yang baru
harus dapat merevisi naskah pertama, hal inilah yang menjadi kunci, dan 6)
bersedia menggunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna
kata dan hubungan keterbahasaan dan kalimat-kalimat sebelum menyajikan
kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal
kecil seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karyanya.
Dalam proses keterampilan menulis merupakn produk dari keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini sesuai dengan sifatnya yang
produktif dan ekspresif. Karena merupakan produ dari keterampilan lainnya
maka keterampilan menulis tidak dapat dikuasai secara langsung tanpa
penguasaan keterampilan lainnya. Selaras dengan hal tersebut Tarigan (1982:4)
berpendapat bahwa keterampilan menulis tidak dating secara tiba-tiba melainkan
harus melalui pelatihan dan praktik secara teratur.
Dalam pembelajaran disekolah kegiatan menulis merupakan rutinitas
yang tidak dapat dihindari. Adanya kebeagaman yang diajarkan disekolah
merupakan media bagi siswa untuk melatih dan mempraktikkan keterampilan
6
menulisnya. Hal ini harus di dukung dengan keberagaman suasana belajar,
sehingga siswa tidak mengalami kejemuan.
B. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan
boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur
tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru (Keraf, 1980:151). Berikut
ini contohnya.
(1) Adik Menangis.
Kalimat (1) merupakan kalimat tunggal yang hanya terdiri atas dua unsur
inti, yaitu adik (subjek) dan menagis (predikat). Menurut Efendi (1994:63).
Kalimat ialah kaliamat yang terdiri atas sebuah klausa mandiri yang unsur-
unsurnya tidak atau berpewatas dan berketerangan atau yang bersubjek dan
berpredikat tunggal atau majemuk. Kalimat berikut adalah contohnya.
(2) Yansin menengok.
(3) Ayah dan ibu sedang pergi.
(4) Ia ingin menjerit, melawan desakan itu.
Kalimat (2) bersubjek dan berpredikat tunggal, yaitu Yansin (subjek) dan
menengok (predikat). Kalimat (3) bersubjek majemuk, yaitu ayah dan ibu.
Kalimat (4) berpredikat majemuk, yaitu menjerit dan melawan. Selanjutnya,
Ramlan (2001:43) menyebut kalimat tunggal sebagai kalimat sederhana, yaitu
kalimat yang terdiri dari satu klausa, seperti tampak pada kalimat berikut.
(5) Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
(6) Pengusaha itu berusia 45 tahun.
Kedua kalimat (5) dan (6) itu merupakan kalimat yang terdiri atas satu
klausa. Sejalan dengan itu, Alwi dkk, (2003:338) menyatakan bahwa kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu berarti bahwa
konstituen tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanya satu atau
merupakan satu kesatuan, seperti contoh kalimat berikut.
(7a) Kami akan pergi.
Kalimat (7a) juga merupakan kalimat tunggal karena terdiri atas satu
klausa, yaitu satu subjek (kami) dan satu predikat (akan pergi). Selain itu,
dijelaskan pula bahwa tidak mustahil ada unsur manasuka, seperti keterangan
7
tempat, waktu, dan alat dalam kalimat tunggal yang ada keterangan tempatnya,
yaitu ke Surabaya.
(7b) Sepeda itu akan dikirim ke Surabaya.
C. Kalimat Majemuk
Keraf (1980:166) mengatakanbahwa kalimat majemuk adalah kalimat-
kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Selain itu, ia membagi
kalimat majemuk atas kalimat majemuk (a) setara, (b) bertingkat, dan (c)
campuran (Keraf, 1980:167—169).
a. Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan kedua pola
kalimatnya sederajat, seperti kalimat (8) berikut.
(8) Ayah memanjat pohon mangga, lalu dipetiknya beberapa buah.
b. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya
tidak sederajat, seperti tampak pada kalimat berikut.
(9) Ia tidak mengetahui bahwa kami telah pergi meninggalkan tempat itu.
c. Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang dapat terdiri atas
sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola pahlawan atau
sekurang-kurangnnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
Contohnya dapat dilihat pada kalimat berikut.
(10) kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang
dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para
pembesar kota itu.
Demikian halnya dengan Efendi (1944:66—70) membagi kalimat
majemuk atas tiga jenis juga, yaitu kalimat majemuk (a) setara, (b) bertingkat,
dan (c) setara-bertingkat. Berikut ini adalah uraianya.
a. Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua buah klausa
mandiri atau lebih yang dihubungkan dengan kata penghubung setara
atau, dalam bahasa tulis, dengan tanda koma atau titik koma, berikut ini
contohnya.
(11) Komputer ini di jual saja atau kita perbaiki, lalu kita pakai terus.
Kalimat (11) tersebut terdiri atas 3 klausa mandiri yang dibungkan
dengan kata penghubung atau dan lalu.
8
b. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas sebuah
klausa mandiri dan sebuah klausa bergantung atau lebih yang
dihubungkan dengan kata penghubung taksetara. Dalam kalimat
majemuk bertingkat, klausa mandiri merupakan klausa utama untuk
induk kalimat dan klausa bergantung merupakan klausa bawahan atau
anak kalimat. Berikut ini contoh kalimat majemuk bertingkat.
(12) Taslim dipanggil dan diperintahkan supaya pindah ke staf maulai
hari itu.
Kalimat (12) terdiri atas satu klausa mandiri sebagai induk kalimat dan
satu klausa bergantung sebagai anak kalimat (bercetak miring) yang
dihubungkan dengan kata penghubung supaya.
c. Kalimat majemuk setara-bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas dua
klausa mandiri atau lebih dan satu klausa bergantung atau lebih, seperti
kalimat berikut.
(13) Meskipun malam makin larut, dia terus bekerja dengan mesin tulis
tuanya dan istrinya pun tetap setia menemainya.
Kalimat (13) terdiri atas satu klausa bergantung (bercetak miring ) dan
dua klausa mandiri yang dihubungkan dengan kata penghubung dan.
Berbeda dengan Keraf dan Effendi, Ramlan (2001:44—51) menyebut
kalimat majemuk sebagai kalimat luas karena masing-masing terdiri atas dua
kluasa. Selain itu, ia membagi kalimat luas atas dua golongan, yaitu kalimat luas
(a) setara dan (b) tidak setara, berikut ini adalah uraianya.
a. Kalimat luas setara adalah kalimat yang masing-masing klausanya
berdiri sendiri sebagai klausa setara dan tidak merupakan bagian dari
klausa yang lainya.
(14) Badanya kurus dan mukanya pucat.
Kalimat (14) merupakan kalimat luas setara karena kedua klausanya
berdiri sendiri sebagai klausa setara dan dihubungkan dengan kata
penghubung dan.
b. Kalimat luas tidak setara adalah kalimat yang salah satu klausanya
merupakan bagian dari klausa lainya. Klausa yang merupakan bagian
dari klausa lainya itu disebut sebagai klausa bawahan, sedangkan klausa
9
lainya disebut sebagai klausa inti. Jadi, kalimat luas yang tidak setara
terdiri atas klausa inti dan klausa bawahan.
(15) Ketika tiba di Selarong, pangeran Diponegoro sangat terharu.
Kalimat (15) terdiri atas dua klausa, yaitu klausa bawahan dan klausa
inti. Klausa bawahan adalah ketika tiba di Selarong, sedangkan klausa
inti adalah pangeran Diponegoro sangat terharu.
Dalam Alwi dkk. (2003:386—387) dijelaskan bahwa kalimat majemuk
setara adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalusa-klausa
tersebut digabungkan dengan cara koordinatif sehingga terbentuklah kalimat
majemuk setara. Karena klausa-klausa dan kalimat majemuk yang digabungkan
dengan cara koordinatif mempunyai kedudukan setara atau sama, kalusa itu
merupakan klausa utama.
(16a) Ia masuk ke kamar.
(16b) Ia berganti pakaian.
(16c) Ia masuk ke kamar lalu berganti pakaian.
Kalusa (16a) dan (16b) digabung dengan cara koordinatif sehingga
terbentuk kalimat majemuk setara (16c). Kedua klausa tersebut setara atau sama.
Klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lain, melainkan
mempunyai kedudukan yang sama dan di hubungkan konjungtor lalu.
Selain lalu, ada beberapa konjungtor lain untuk menyusun hubungan koordinatif,
yaitu atau, dan serta, kemudian, dan sedangkan. Selanjutnya dijelaskan pula
bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang di susun
dengan cara subordinatif. Dalam kalimat majemuk yang di susun dengan cara
subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain.
Hubungan antara klausa-klausa itu bersifat hierarki. Dengan kata lain, klausa-
klausa dalam kalimat majemuk yang di susun dengan cara subordinatif itu tidak
mempunyai kedudukan yang setara (Alwi dkk, 2003:388).
(17a) Orang tua mengatakan (sesuatu).
(17b) Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.
(17c) Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda
itu sepenuh hati.
10
Klausa (17a) dan klausa (17b) di gabungkan dengan cara subordinatif
sehingga terbentuk kalimat majemuk bertingkat (17c).
Sehubungan dengan penjelasan kalimat majemuk dari beberapa pakar
bahasa tersebut, dalam penelitian ini yang di maksud dengan kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang mengandung satu
pengertian.
D. Media Pembelajaran
1. Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medio atau medius. Dalam
bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Sedangkan dalam bahasa
Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media yang merupakan bentuk jamak dari "medium" yang
secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat
komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa
informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga
peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat
apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat
dikatakan menunjang pembelajaran apabila keberadaannya menyimpang
dari isi dan tujuan pembelajarannya. Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
(Sadiman,2002:6).
Nana Sudjana (2001:14), menyatakan bahwa media pengajaran
(pembelajaran) adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan
11
berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki
manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik
perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang
kegiatan belajar siswa.
Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media
komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi.
Apabila kita bandingkan dengan media pembelajaran, maka media
pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu
sendiri.
Sedangkan media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus,
maksudnya media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk
mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus.
Tidak semua media pendidikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap
media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan. Alat peraga, alat
bantu guru (teaching aids), alat bantu audio visual (AVA), atau alat bantu
belajar yang selama ini sering juga kita denga pada dasamya, semua istilah
itu dapat kita masukkan dalam konsep media, karena konsep media
merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep konsep tersebut.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk
memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak
lebih nyata/ konkrit. Alat bantu adalah alat (benda) yang digunakan oleh
guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar. Audio Visual Aids
(AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama hanya saja
penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat bantu
belajarpenekanannya pada fihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah
tersebut, dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media
pembelajaran.
Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran
adalah istilah sumber belajar. Media belajar erat kaitannya dengan sumber
ber belajar, Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada
media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik
12
clan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya adalah bahan
dan alat belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software,
sedangkan alat juga disebut sebagi perangkat keras hardware. Transparansi,
program kaset audio dan program video adalah beberapa contoh bahan
belajar.
Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan
perangkat keras (alat) bersama sama dinamakan media. Dengan demikian,
jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar.
Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata
tersebut diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat
bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar ( siswa ). Sebagai penyaji dan penyalur pesan,
media belajar dalam hal hal tertentu, bisa mewakili guru menyajikan
informasi belajar kepada siswa.
2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
a. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran,
adalah sebagai berikut :
1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3) Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan
belajar.
4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antar guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusu
manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang
berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya
kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
13
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar,
gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga
membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih
hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara
aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai
secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin.
Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang,
sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih
mudah memahami pelajaran.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap
materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar
informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran,
tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh,
merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa
akan lebih baik.
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih
leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang
guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan
waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi
dan proses belajar
14
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar
mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak
mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek
edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa,
pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat
lebih di pahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar
menguasai tujuan pengajaran dengan baik
3) metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,
pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4) pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi
juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Selain sebagai alat bantu dalam proses pendidikan, media
pembelajaran juga dapat bermanfaat bagi pengajar dan pembelajar.
Yaitu :
1) Manfaat Media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
c) Memberikan kerangka sistematis secara baik.
d) Memudahkan kembali pengajar terhadap materi
pembelajaran
15
e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam
pembelajaran.
f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
g) Meningkatkan kualitas pembelajaran
2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
a) meningkatkan motivasi belajar pembelajar
b) memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
c) memberikan struktur materi pelajaran
d) memberikan inti informasi pelajaran
e) merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
f) menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
g) pelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis
yang disajikan pengajar .
3. Fungsi Media Pembelajaran
Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui,
yaitu :
a. Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi
di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa
media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain
berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan
tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa
bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami
oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar
tersebut abstrak dan rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media
mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pembelajaran.
Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa
dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar
16
siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
b. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar.
Media sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran
untuk belajar peserta didik tersebut berasal.
Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori,
yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan
media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber
belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya
pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan
siswa.
Adapun mengapa media pembelajaran yang tepat dapat
membawa keberhasilan belajar dan mengajar di kelas karena media
pembelajaran khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:
1) Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitandengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi dan pelajaran.
2) Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3) Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami
dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa
yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran
yang disajikan dengan teks atau secara verbal
E. Desain Media Pembelajaran
Desain Sistem Pembelajaran (DSP) adalah prosedur yang terorganisasi
yang meliputi langkah-langkah: 1) penganalisaan, yaitu proses perumusan apa
yang akan dipelajari; 2) perancangan, yaitu proses penjabaran bagaimana hal
tersebut akan dipelajari; 3) pengembangan, yaitu proses penulisan dan
pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; 4) pelaksanaan, yaitu
17
pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan 5) penilaian, yaitu
proses penentuan ketepatan pembelajaran (Seels dan Richey, 1994: 33).
1. Pendekatan desain pembelajaran
Langkah dalam Desain Sistem Pembelajaran (DSP) yang pertama
adalah merumuskan materi yang akan dipelajari siswa. Perlu dirumuskan
aspek-aspeknya.Pertama, apa saja materinya, apakah bersifat kognitif,
afektif atau psikomotorik, berapa porsinya, dan sebagainya.Kedua,
bagaimana metode instruktur dalam media Online Learning dalam proses
pembelajarannya, prasyarat apa saja yang perlu diberikan kepada siswa dan
sebagainya. Ketiga, sarana tambahan apa yang perlu diberikan. Keempat,
lingkungan maya yang bagaimana yang diperlukan untuk mendukung
pelajaran tersebut.
2. Aspek strategi pembelajaran
Aspek ini pada dasarnya adalah menjawab bagaimana materi
Online Learning tersebut dipelajari. Pada aspek inilah teori belajar
mempunyai peran yang sangat signifikan. Ide-ide dalam artikel di atas dapat
diimplementasikan pada perancangan aspek Strategi Pembelajaran ini.
3. Aspek desain bahan pembelajaran
Langkah ketiga dalam Mendesaian Sistem Pembelajaran adalah
pengembangan, yaitu proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-
bahan pembelajaran. Proses penulisan bahan pembelajaran harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kejelasan tujuan pembelajaran (realistis dan terukur);
b. Relevansi tujuan pembelajaran dengan kurikulum/SK/KD;
c. Ketepatan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan dan materi
pembelajaran;
d. Kesesuaian materi, pemilihan media dan evaluasi (latihan, test, kunci
jawaban) dengan tujuan pembelajaran;
e. Sistematika yang runut, logis, dan jelas;
f. Interaktivitas;
g. Penumbuhan motivasi belajar;
h. Kontekstualitas;
18
i. Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar;
j. Kejelasan uraian materi, pembahasan, contoh, simulasi, latihan;
k. Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran;
l. Relevansi dan konsistensi alat evaluasi;
m. Pemberian umpan balik terhadap latihan dan evaluasi;
Proses pemanfaatan bahan dan strategi tersebut harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media
pembelajaran;
b. Reliabilitas (kehandalan);
c. Maintainabilitas (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah);
d. Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam
pengoperasiannya);
e. Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk
pengembangan;
f. Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan
diberbagaih ard w a re dan software yang ada)
g. Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam
eksekusi;
h. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi:
petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas,
terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas dan
menggambarkan alur kerja program);
i. Reusabilitas (sebagian atau seluruh program media pembelajaran
dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media
pembelajaran lain).
4. Aspek pemanfaatan bahan
Selain harus memperhatikan aspek-aspek di atas, langkah
pemanfaatan juga dapat menggunakan komunikasi visual sebagai strategi
pembelajaran, dengan memperhatikan hal- hal berikut:
a. Komunikatif: visualisasi mendukung materi ajar, agar mudah dicerna
oleh siswa
19
b. Kreatif: visualisasi diharapkan disajikan secara unik dan tidak klise
(sering digunakan), agar menarik perhatian
c. Sederhana: visualisasi tidak rumit, agar tidak mengurangi kejelasan
isi materi ajar dan mudah diingat
d. Unity: menggunakan bahasa visual yang harmonis, utuh, dan senada,
agar materi ajar dipersepsi secara utuh (komprehensif)
e. Penggambaran objek dalam bentuk image (citra) yang representatif
f. Pemilihan warna yang sesuai, agar mendukung kesesuaian antara
konsep kreatif dan topik yang dipilih Tipografi (font dan susunan
huruf), untuk memvisualisasikan bahasa verbal agar mendukung isi
pesan, baik secara fungsi keterbacaan maupun fungsi psikologisnya
g. Tata letak (lay-out): peletakan dan susunan unsur-unsur visual
terkendali dengan baik, agar memperjelas peran dan hirarki masing-
masing unsur tersebut
h. Unsur visual bergerak (animasi dan/atau movie), animasi dapat
dimanfaatkan untuk mensimulasikan materi ajar dan video untuk
mengilustrasikan materi secara nyata
i. Navigasi (icon) yang familiar dan konsisten agar efektif dalam
penggunaannya.
5. Penilaian, Umpan Balik dan Perbaikan Terus Menerus
Langkah kelima dalam mendesain sistem pembalajaran adalah
penilaian, yaitu proses penentuan ketepatan pembelajaran. Setiap bab
menyajikan rangkuman/kesimpulan dan atau soal latihan untuk mengukur
keberhasilan belajar peserta didik dan sekaligus mengevaluasi ketepatan
strategi pembelajaran. Penilaian ini mutlak dilakukan sebagai sistem
manajemen mutu dan pengendalian proses belajar mengajar sehingga terjadi
umpan balik dan perbaikan secara terus menerus (continous improvement).
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Media Kartu Klausa dalam Pembelajaran Menulis Kalimat
Majemuk.
Dalam pendidikan formal menulis sudah menjadi bagian dari
pembelajaran bahasa. Namun selama bertahun-tahun kebanyakkan guru, para
ahli berasumsi bahwa pembelajaran tidak perlu direncanakan tersendiri bahkan
ada anggapan bahwa keterampilan menulis akan dikuasai dengan sendirinya
apabila pembelajaran lainnya sudah berjalan baik. Pengkajian, penalaran dan
tentang keterampilan menulis pun masih jarang dijumpai, terutama menulis
kalimat majemuk.
Kenyataan di atas menimbulkan berbagai kepincangan. Pada gilirannya
bukan merumuskan tentang apa dan bagaimana siswa harus memahami bahasa
tulis, tetapi penjabaran menulis dalam bentuk program pembelajaran belum
dilaksanakan secara optimal. Bahkan siswa masih belum mempunyai
kemampuan yang optimal dalam materi menulis.
Mengingat pentingnya menulis sebagai produk keterampilan berbahasa
yang lain, disini seorang guru harus bisa memilih media (serta metode)
pembelajaran yang tepat untuk siswa sehingga siswa lebih senang untuk belajar.
Materi menulis kalimat majemuk merupakan materi yang menjemukan
bagi siswa. Namun, dengan penggunaan media kartu klausa yang ditunjang
dengan metode yang tepat atau sesuai dengan kemampuan siswa sehingga akan
menghasilkan proses belajar yang memuaskan dan menyenangkan baik siswa
maupun gurunya sendiri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi media
pembelajaran, media bukan hanya sekadar sebagai peraga guru, tetapi pembawa
informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa, media yang
dimaksudkan dalam penelitian ini ialah media kartu klausa yang berupa klausa
yang dicetak pada sebuah kartu buffalo warna-warni yang dipotong-potong
sesuai dengan ukuran.
21
Pembelajaran dengan menggunakan media kartu klausa lebih
menekankan pada nilai belajar yang diperoleh lebih dari sekadar kata-kata,
melainkan pengalaman konkret. Mengingat suasana pembelajaran yang
menyenangkan, akan memungkinkan pengalaman yang didapat lebih bermakna.
Penggunaan media kartu klausa bukan dijadikan metode dalam pembelajaran
melainkan bagian dari proses pembelajaran. Peneliti menggunakan media kartu
klausa sebagai instrumen dalam memasukkan materi menulis kalimat majemuk .
B. Perancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media kartu klausa.
1. Media Kartu Klausa
Media kartu klausa adalah kartu yang berisikan kalimat tunggal atau
kalimat klausa yang digunakan sebagai bahan ajar dalam membuat kalimat
majemuk. Media ini digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran. media
yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah media kartu klausa yang berupa
klausa yang dicetak pada sebuah kartu buffalo warna-warni yang dipotong-
potong sesuai dengan ukuran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk
menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik
perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang
digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi
mempermudah siswa untuk belajar.
2. Metode Kontekstual
Metode kontekstual adalah salah satu metode pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses
belajar agar kelas lebih ‘hidup’ dan ‘bermakna’ karena siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya (Hurshadi dan Sendok, 2003:5). Pembelajaran
tersebut mengandung makna bahwa materi yang diajarkan pada siswa selalu
dikaitkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Karena
pengalaman tersebut didapatkan dari pengalaman sehari-hari, maka materi
diharapkan lebih mudah dimengerti siswa.
Naim (2009:190) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran
kontekstual, makna dalam pembelajaran akan mudah di lihat dengan
22
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, yaitu konteks pribadi,
sosial, dan budayanya. Hal ini berarti dalam pembelajaran kontekstual siswa
dihadapkan dengan pembelajaran yang dikaitkan langsung dengan kehidupan
yang mereka jalani. Pembelajaran yang dikaitkan yang dikaitkan dengan
kehidupan bukan terbatas pada kehidupan siswa secara pribadi melainkan
juga kehidupan siswa dengan kehidupan sosial dan budayanya.
Berdasar pendapat kedua ahli mengenai kontekstual di muka, dapat
disimpulkan bahwa metode kontekstual adalah suatu alat dalam pembelajaran
yang dilakukan dengan cara siswa memahami konsep, pembelajaran dengan
mengaitkan kehidupan pribadi, kehidupan sosia,l dan budayanya.
3. Teknik (Model) Pembelajaran Mind Mappin.
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke
dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping
seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti
halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang
pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita
bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui
kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan,
membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat
informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan
teknik mencatat biasa.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan
tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking.
Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10
ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif
bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan
membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu
informasi kepada informasi yang lain.
23
Metode kontekstual model pembelajaran Mind Mapping.
Pembelajaran langsung yang ditunjukkan dengan sintaks-sintaks sebagai
berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 3—4 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
4. Rancangan pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Mind
Mapping menggunakan media kartu klausa.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X /2
Pertemuan ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan).
I. Standar Kompetensi
Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacaan
nonsastra dengan berbagai teknik membaca (membaca cepat,
membaca memindai [scanning]) secara ekstensif untuk berbagai
tujuan.
II. Indikator
1. Menjelaskan pengertian kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
2. Membuat contoh kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
3. Membuat kalimat majemuk dengan mempergunakan konjungsi
24
yang tepat.
4. Memperluas kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk.
III. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat Kalimat Tunggal dan Majemuk.
2. Mengubah Kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara.
IV. Materi Pembelajaran
Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
V. Metoda Pembelajaran
Metode Pembelajaran :
- Kontekstual
Metode Langsung :
- Ceramah
- Tanya/jawab
- Diskusi
Model Pembelajaran :
- Mind Mapping
VI. Kegiatan Pembelajaran
No
.Kegiatan Belajar Mengajar
Keterangan
Penguatan NilaiWaktu
1.
Kegiatan awal
Pendahuluan
Apresepsi
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, kemudian memeriksa kondisi kelas,
kesiapan, dan kehadiran peserta didik.
b. Melakukan apersepsi yaitu dengan
mengingatkan materi yang berhubungan dengan
materi yang diberikan.
Motivasi
a. Memotivasi siswa pentingnya kompetensi ini
Bersahabat/
Komunikatif
(20`)
25
dalam menyelesaikan masalah dalam bidang
keahliannya.
b. Guru menjelaskan garis besar materi
pembelajaran baru dan kompetensi yang akan
dicapai agar peserta didik mengetahui materi
yang harus dikuasai setelah pembelajaran selesai.
2. Kegiatan Inti (85’)
a. Eksplorasi:
1. Seluruh siswa diminta untuk menggali /
menuliskan semua pengetahuan dasarnya
tentang materi yang akan diajarkan.
2. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru tentang
kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
3. Siswa dapat menggali semua informasi dari
berbagai literatur dan sumber belajar tentang
kalimat majemuk.
b. Elaborasi:
1. Siswa mendiskusikan kaliamat majemuk.
2. Siswa diberi kesempatan untuk melihat kartu
klausa untuk membentuk sebuah kaliamat
majemuk.
c. Konfirmasi:
1. Guru melibatkan peserta didik untuk membuat
kesimpulan dari materi yang dijelaskan dan
membuat beberapa catatan penting.
2. Siswa menyimpulkan mengenai kalimat
majemuk
Cerdas, kreatif,
rasa ingin tahu,
dan tanggung
jawab
Rasa ingin tahu,
kreatif, bekerja
keras,
Mandiri,
toleransi
Bersahabat dan
Komunikatif
(85`)
(15`)
(45`)
(20`)
3. Kegiatan akhir
Penutup (30’)
1. Bersama-sama dengan peserta didik melakukan Gemar
(30`)
26
refleksi tentang pembelajaran yang baru saja
dilakukan.
2. Menyimpulkan tentang kalimat tunggal dan
kalimat majemuk.
3. Menyampaikan informasi tentang materi yang
akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.
4. Guru menugaskan siswa mengerjakan tugas
yang telah diberikan dan menugaskan untuk
membaca materi yang akan disampaikan pada
pertemuan yang akan datang.
5. Penutupan pembelajaran.
membaca dan
kritis
VII. Penilaian Hasil Belajar
1. Pengamatan (terlampir)
LEMBAR PENGAMATAN
No. Nama
Siswa
Aspek PenilaianTotal
NilaiPemahaman
MateriKeaktifan Sikap
1.
2.
3.
Kriteria Penskoran :
5 = sangat baik
4 = baik
3 = sedang
2 = cukup
1 = kurang
Total Nilai= skor yang diperole h
skor maksimal×100
Contoh :4+3+3
15× 100=66,7 ≈ 67
27
VIII. Alat / Media Pembelajaran
a. Modul
b. Laptop
c. Infokus
d. Power Point
e. Spidol
f. Papantulis
g. Kartu klausa
IX. Sumber Belajar
1. Buku Kompeten Berbahasa Indonesia SMA Kelas X Penerbit
Erlangga.
2. Internet
3. Modul
Serang, November 2013
Menyetujui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Nama Kusmiati
NIP. NIP.
28
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik.
Adapun komponen utama desain pembelajaran yaitu: 1) Tujuan
pembelajaran; 2) Pembelajar; 3) Analisis pembelajaran; 4) Strategi
pembelajaran; dan 5) Penilaian belajar.
Penggunaan media kartu klausa dalam pembelajaran dapat merangsang
para siswa untuk lebih aktif dan lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Penggunaan model mind mapping juga dapat membantu siswa lebih mudah
mengingat pembelajaran. Karena penerapannya berdasarkan apa yang telah
dipelajari dan dipraktikan secara langsung maka pembelajaran terasa sangat
menyenangkan.
B. Saran
Penggunaan media pembelajaran serta metode yang tepat dapat membuat
proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Hal tersebut
dapat membantu para pengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
lebih efektif dan efisien.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Badarudin. 2013. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. [Online].
Tersedia di : http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/model-
pengembangan-perangkat-pembelajaran/ ( 2 Desember 2013)
Dito, Hartan. 2012. Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Fungsi Media
Pembelajaran. [Online]. Tersedia di :
http://der-traumer.blogspot.com/2012/09/pengertian-tujuan-manfaat-dan-
fungsi.html ( 2 Desember 2013)
Haryanto. 2012. Pengertian Media Pembelajaran.[Online]. Tersedia di :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/ ( 2 Desember
2013)
Hidayat. 2011. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran. [Online].
Tersedia di : http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkah-
langkah-pengembangan-media.html ( 2 Desember 2013)
I. Mufidah. 2012. Kartu Klausa Sebagai Media Pembelajaran Menulis Kalimat
Majemuk. [Online]. Tersedia di :
http://viemufidah.guru-indonesia.net/artikel_detail-17910.html ( 8
desember 2013)
Liska Dewiyana Nasution, dkk. 2012. Makalah Desain Pembelajaran. [Online].
Tersedia di : http://liskacahmilika.blogspot.com/2012/11/makalah-desain-
pembelajaran_9874.html ( 2 desember 2013 )
Luteheru, J. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Dierjen Dikti.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
RosdaKarya
Mustikasari, Ardian. (2011). Mengenal Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia
di: http://media-grafika.com/mengenal-media-pembelajaran ( 2 Desember
2013)
iv
Ntsir, Supardi. 2012. Model Pembelajaran Mind Mapping dan Contoh RPP.
[Online]. Tersedia di : http://supardinatsir.blogspot.com/2012/08/model-
pembelajaran-mind-mapping-dan.html ( 8 Desember 2013)
Nursyamsi, Aji. 2012. Definisi Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia di:
http://neozonk.wordpress.com/2012/09/19/definisi-media-pembelajaran/
( 2 Desember 2013)
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta :
Kencana (PT. Prenada Media Grup)
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Erlangga
Rusma. 2011. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesional
Guru. Jakarta: Rajawali Press
Setiawan, Razali. 2012. PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA. [Online]. Tersedia di :
http://razalisetyawan.blogspot.com/2012/06/httpdarmantppekanbaru2012.h
tml ( 2 Desember 2013)
v
top related