Transcript
1
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PENGUKURAN FAKTOR LINGKINGAN ABIOTIK TERESTRIAL
Nama: Amatullah Zakwan
NIM: 109095000010
Kelompok: II (Dua)
Asisten: Yudhi Nugraha Saputra
Tanggal Praktikum: 15-Maret-2011
Tanggal Pengumpulan: 22-Maret-2011
Prodi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungan. Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling
berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan
abiotik, tetapi juga antara biotik maupun abiotik itu sendiri. Dengan
demikian secara operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor
terhadap faktor-faktor lainnya tanpa mempengaruhi kondisi keseluruhannya.
Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor
lingkungan ini, secara abstrak kita bisa membagi faktor-faktor lingkungan ke
dalam komponen-komponennya. Berbagai cara dilakukan oleh para pakar
ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah
pembagian di bawah ini :
a. Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,
ketersediaan air dan angin.
b. Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah,
reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
c. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan,
aspek kemiringan tanah, tinggi dari permukaan laut.
d. Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme
hidup seperti kompetisi, peneduhan, dsb.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor abiotik apa saja yang
mempengaruhi pertumbuhan serta distribusi makhluk hidup.
Agar mahasiswa dapat menghitung kondisi fisik ketika melakukan
praktikum dilapangan.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengukuran Faktor Lingkungan Abiotik Terestrial
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika
dari lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan
dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah faktor abiotik yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan biota terestrial. Selain bergantung pada kondisi
fisika-kimia faktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama
dapat memengaruhi kondisi udara dan tanah.
1.1 Mikroklimat
Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan
tumbuhan disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang
sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe
dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain;
temperatur udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.
Temperatur Udara
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori, yaitu
gram kalori atau kilogram kalori. Sedangkan pengukuran kualitatif
dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, Fahrenheit, Reamur, atau
Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer.
Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan
suatu zat padat atau cairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair
yang digunakan adalah air raksa atau alkohol yang diberi warna agar
mempermudah dalam pembacaan. Penamaan termometer disesuaikan
dengan zat cair yang digunakan, misalnya termometer air raksa atau
termometer alkohol.
5
Termometer digunakan dengan cara membaca skala pada ujung kolom
air raksa dalam satuan derajat Celcius (˚C). badan termometer tidak
boleh dipegang secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu
pembacaan.
Kelembaban Udara
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di
udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk
setiap volume udara tertentu. Berdasarkan perhitungan di atas, maka
setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga
kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban
yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu
pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif
(relative humidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua
termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu
udara biasa dan termometer yang kedua digunakan untuk mengukur
suhu udara jenuh karena pada bagian bawah termometer dilengkapi
dengan kain yang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua
termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan
menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Pada
sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca
pada alat.
Selain menggunakan sling psychrometer, kelembaban udara juga
dapat diukur menggunakan Hygrocheck Hanna HI 98601 yang dilengkapi
dengan sensor (probe) sehingga penggunaan alat ini relatif lebih mudah.
Intensitas Cahaya
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya
mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban, dan angin,
6
tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan
tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan
menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
1.2 Tanah
Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan
batuan induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik
hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan.
Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik,
air, dan udara.
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan abiotik
yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan,
habitat bagi detrivora dan mikroba. Di dalamnya mineral dan zat organik
terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanfaatkan bila kondisi
fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau
diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme
tanah baik secara vertikal (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal
(vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis elosistem terestrial dipandang
perlu untuk mengumpulkan data fisika-kimia tanah.
Profil Tanah
Profil tanah merupakan gambaran tanah secara vertikal. Secara
vertikal, tanah umumnya membentuk zona-zona yang disebut “horison
tanah”. Profil tanah tersebut umumnya terdiri dari beberapa horison.
Horison O terdiri dari materi organik segar atau belum terdekomposisi
secara sempurna. Horison A atau topsoil mengandung materi organik
yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horison B adalah zona
‘penumpukan’ (illuvation zone); tempat terkumpulnya mineral dan
humus akibat proses pencucian atau pelindian (leaching) dari horison A,
horison C berisi batuan induk.
7
Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan
menghintung jmlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat
segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai presentase air
tehadap berat segar tanah.
Kandungan Organik dan Mineral (Anorganik) Total Tanah
Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan atau penguraian
serasah pada lapisan teratas tanah. Secara teoritis lapisan yang kaya zat
organiknya adalah lapisan humus. Penentuan kandungan organik dan
anorganik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan.
pH Tanah
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan
sifat asam atau basa tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi, dan
aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsur-unsur hara
dalam larutan tanah, sehingga pH akan mempengaruhi ketersediaan
unsur-unsur hara bagi tumbuhan (Barbour et al, 1999). Pengukuran pH
tanah dapat dilakukan dengan pH meter elektronik, soil tester, dan
kertas pH universal.
Suhu Tanah
Untuk mengukur suhu tanah dipergunakan alat Weksler. Termometer
pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam
meruncing. Antara logam dengan termometer terdapat serbuk logam
yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas logam
runcing tadi. Logam di bagian ujung merupakan bagian yang dimasukkan
ke dalam tanah. Panas dari tanah akan mempengaruhi logam dan
kemudian akan diinduksikan ke serbuk logam. Panas serbuk logam ini
akan berpengaruh pada termometer, dan ditunjukkan oleh perubahan
tinggi air raksa yang terbaca pada skala. Seandainya termometer tanah
tidak tersedia, bisa juga dipergunakan termometer udara biasa namun
harus dilakukan dengan hati-hati.
8
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah proposi relatif dari partikel utama pembentuk
tanah yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Jenis partikel utama
tanah dibedakan berdasarkan ukurannya.
o Pasir, ukuran partikel > 0,05 mm
o Debu, ukuran pertikel antara 0,002-0,05 mm
o Liat, ukuran partikel < 0,002 mm
Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika
maupun sifat kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horisontal,
persentase sistem kapiler dan kadar air tanah akan berlainan pada
keadaan tanah yang teksturnya tidak sama. Demikian pula derajat
kesuburan tanah akan sangat tergantung pada teksturnya ini.
Dalam memahami tekstur tanah terdaapat beberapa metodologi yang
telah dikembangkan dengan prinsip yang sejalan yaitu menentukan atau
mencari persantase atau proposi dari masing-masing partikel pembentuk
tanah tersebut.
Untuk pengukuran tekstur secara kuantitatif, persentase masing-
masing jenis partikel ditentukan di laboratorium, salah satunya dengan
menggunakan metode yang berdasarkan pada Hukum Stokes yang
menghubungkan kecapatan pengendapan partikel dengan ukuran dan
kerapatannya. Ukuran partikel dapat diestimasi dari kerapatan suspensi
tanah yang mengendap pada waktu yang berbeda (Brower et al, 1998).
Bila persentase ketiga jenis partikel tanah sudah diketahui, tekstur
tanah dapat ditentukan dengan menggunakan ‘segitiga tekstur’ yang
menunjukkan komposisi dari ketiga komponen partikel tanah (Gambar 1).
Selain penentuan secara kuantitatif, tekstur tanah dapat pula
ditentukan secara cepat di lapangan secara kualitatif berdasarkan pilinan
jari. Cara ini sangat umum dilakukan dalam survei lapangan karena
9
mudah dan praktis. Caranya adalah dengan memilin sejumlah cuplikan
tanah diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian berdasarkan berbagai
kriteria, salah satunya kriteria dari Clark, tekstur tanah tersebut
dianalisis.
Gambar 6. Segitiga Tekstur Tanah
Tekstur tanah ada lima kriteria diantaranya:
Tanah pasir, butiran terasa kasar dan lepas satu sama lain, tidak
dapat dibentuk dalam keadaan kering, partikel-partikelnya lepas.
Tanah pasir berlumpur, sulit dibentuk, pada tangan memberi
warna lemah, masih dapat dirasakan adanya butiran kasar.
Tanah lumpur berpasir, dapat dibentuk dengan baik, dapat
dipilin sampai sebesar hitamnya karbon pinsil, sangat nyata
memberi warna pada tangan.
Tanah lumpur, dapat dibentuk dengan baik, lengket pada
sendok, dengan kuku tidak meninggalkan bekas mengkilat tapi
terlihat sedikit kasar, memberi warna pada tangan.
Tanah liat, sangat lengket dan licin, dengan kuku bekasnya
mengkilat, bila kering merekah.
Bobot Isi (Bulk Density)
Bobot isi adalah perbandingan antara masa tanah pada keadaan
kering konstan dengan volumenya. Satuan bobt isi dalam gcm-1. Bobot isi
dapat digunakan untuk menentukan porositas tanah, yang dapat
10
dijadikan sebagai indikator penetrasi akar dan aerasi tanah pada lapisan
tanah yang berbeda. Nilai bobot isi bervariasi, bergantung pada
kelembaban dan tekstur tanah.
Cara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi
menggunakan core sampler. Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tutup
dan dengan tinggi dan diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa
besi, atau stainles steel. Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk
memudahkan dalam melakukan pencuplikan.
Porositas
Jumlah, ukuran dan distribusi pori pada tanah digunakan sebagai
indikator kondisi fisik tanah. Porositas tanah dapat mempengaruhi aerasi,
aliran air, dan penetrasi akar di dalam tanah.
Total porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle
density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7
gcm-1. Pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat mineral,
kepadatannya 2,7 gcm-1,. Tanah dengan kandungan organik sedang 2,65
gcm-1, dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan
partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1. Namun dalam praktiknya nilai
total porositas seringkali dipakai angka 2,65. Total porositas tanah
dinyatakan sebagai persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh
udara dan air di antara partikel tanah berdasarkan nilai bulk density dan
particle density.
2. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Perairan
2.1 Pencuplikan Air
Faktor-faktor abiotik perairan dapat diukur secara langsung di
lapangan maupun diukur kemudian setelah pengambilan cuplikan air.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, cuplikan air yang
diambil harus dijaga agar kondisi cuplikan tidak terganggu sehingga
berubah dari kondisi aslinya. Untuk pengukuran kadar oksigen dalam
11
air, cuplikan air harus dijaga agar tidak teragitasi atau mengandung
gelembung udara.
2.2 Pengukuran Suhu Air
Suhu air dapat diukur dengan termometer biasa (alkohol atau air
raksa) secara langsung pada bagian permukaan perairan, atau secara
tidak langsung (dicuplik dengan botol pencuplik dari kedalaman
tertentu). Dalam hal terakhir, pengukuran harus dilakukan dengan
segera setelah cuplikan didapat. Dengan menggunakan tele-
termometer dengan pengukur (probe) yang tehubung oleh kabel
panjang, suhu air permukaan dan dalam dapat diukur secara langsung.
2.3 Pengukuran Derajat Keasaman (pH) Air
Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator universal dengan loncatan skala kecil (0,2 atau 0,5) secara
langsung dari permukaan perairan atau dari air cuplikan (untuk
kedalaman tertentu). Pengukuran pH secara langsung dan dengan
pembacaan skala yang lebih teliti dapat dilakukan dengan
menggunakan pH meter elektronik.
2.4 Pengukuran Derajat Kecerahan Air
Penentuan derajat kecerahan air dari suatu perairan umumnya
dilakukan dengan menggunakan keping Secchi (Secchi disk). Alat ini
berupa suatu keping bulat yang terbuat dari logam atau plexiglass
yang bagian atasnya terbagi menjadi 4 sektor yang sama, yang
berwarna putih dan hitam berselang-seling. Bagian bawah keping
tersebut dilengkapi dengan logam pemberat dan sebelah atasnya
dihubungkan dengan tali panjang yang diberi penanda jarak.
12
Pengukuran derajat kecerahan dengan menggunakan Secchi disk ini
disebut juga dengan kedalaman Secchi (Secchi depth). Hasil
pengukuran dapat dipengaruhi oleh posisi cahaya yang jatuh ke dalam
permukaan air. Diketahui bahwa pengukuran menggunakan Secchi
disk paling baik dilakukan pada sekitar tengah hari.
2.5 Penentuan Kadar O2 Terlarut
Kadar atau kandungan oksigen terlarut dapat diukur secara
langsung dan relatif cepat dengan alat khusus, yaitu DO-meter
(Dissolved Oxygen-meter). Alat ini dilengkapi dengan kabel penelusur
yang panjang untuk pengukuran pada berbagai kedalaman. Bila
peralatan tersebut tidak tersedia, penentuan oksigen terlarut dapat
dilakukan terhadap cuplikan air dengan metoda sederhana, yaitu
titrasi Winkler.
2.6 Penentuan Kadar CO2 Bebas Terlarut
Penentuan kandungan CO2 bebas terlarut dilakukan pada air
cuplikan dengan menggunakan metoda titrasi juga. Seluruh CO2 bebas
yang terlarut dalam air cuplikan itu akan diikat oleh NaOH, dan
kelebihan NaOH akan dideteksi oleh fenoftalein.
2.7 Pengukuran Salinitas dan Konduktivitas Air
Untuk pengukuran salinitas dan konduktivitas perairan, maka
digunakan alat elektronik yang dilengkapi probe yang terhubung
dengan kabel panjang, antara lain SCT meter.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian
Halaman Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Waktu penelitian
Selasa, 15- Maret- 2011
3.2 Alat dan Bahan
Alat
o Termometer
o Sling Psychrometer
o Timbangan analitik
o Soil Tester
o Lux Meter
o Core Sampler
Bahan
o Tanah
o Aquades
14
3.3 Cara Kerja
Kandungan Air Tanah
o 10 Gr tanah ditaruh kedalam cawan porselen.
o Kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan
suhu 105˚C.
o Kemudian dilakukan perhitungan kadar kandungan air tanah.
Kandungan Organik dan Mineral
o Cuplikan tanah yang sudah kering diambil 5 Gr.
o Kemudian dimasukkan kedalam cawan porselen yang sudah
diketahui beratnya.
o Kemudian dilakukan proses pengabuan selama 24 jam
dengan suhu 900˚C.
Bobot Isi (Bulk Density)
o Bersihkan tanah terlebih dahulu dari serasah dan rumput.
o Kemudian core sampler diletakkan diatas tanah.
o Pada lingkaran tersebut dibuat lubang mengelilingi core
sampler sedalam 10 cm.
o Core sampler ditekan dengan hati-hati dengan cara dipukul
secara perlahan-lahan.
o Kemudian tanah yang sudah masuk kedalam core sampler
dipotong dengan menggunakan sekop.
o Tanah tersebut diratakan.
o Kemudian disimpan didalam kotak agar tanah tidak hancur.
o Tinggi tanah yang ada didalam core sampler diukur.
o Ditimbang berat segar tanah dengan menggunakan
timbangan analitik.
o Dioven selama 24 jam pada suhu 105˚C.
o Ditimbang berat kering tanah tersebut.
Soil Tester
15
o Kegunaan untuk mengukur pH tanah dan kelembaban tanah
dengan satuannya %.
o Cara penggunaan:
Ujung alat runcing ditancapkan ke dalam tanah hingga
sel-selnya terbenam dalam tanah dan membiarkan
beberapa saat.
Skala besar/atas dilihat untuk penentuan pH tanah.
Tombol yang berada di samping alat ditekan untuk
menentukan kelembaban tanah setelah dibiarkan
beberapa saat dan melihat skala kecil/bawah sebagai
penunjuk kelembaban tanah.
Sling Psychrometer
o Kegunaan untuk mengukur kelembaban tanah.
o Cara penggunaan:
Kain yang terdapat pada salah satu bagian termometer
dibasahi dan biarkan termometer yang lain tetap kering.
Sling diputar selama 3 menit dengan posisi jauh dari
tubuh, sehingga termometer membaca suhu udara
bukan suhu tubuh.
Hasil pengukuran pada kedua termometer dibaca
sebagai suhu kering dan suhu basah.
Nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah dan
suhu kering tersebut dimasukkan ke dalam tabel
sehingga didapat nilai kelembaban relatif.
Lux Meter
o Kegunaan untuk mengukur intensitas cahaya dengan satuan
lux bath.
o Cara penggunaan:
Alat dikalibrasi sebelum digunakan yaitu skala 1.
16
Diarahkan ke penerimaan cahaya alat pada datangnya
cahaya yang akan diukur dengan menentukan besarnya
intensitas cahaya bertahap dari 1x, 10x dan 100x.
Apabila skala rendah (1x) masing mengukur skala 1
maka tingkatkan yang lebih tinggi yaitu 10x dan apabila
masih 1 diteruskan pada yang lebih tinggi yaitu 100x.
Angka yang ditunjukkan alat dilihat, yaitu dapat dari
angka yang sering muncul atau kisarannya.
Termometer
o Untuk mengukur suhu udara dengan satuan oC/oK/oF.
o Cara penggunaan:
Memegang alat pada pegangannya kemudian melihat
skala yang ditunjukkan.
Bila perlu sebelum digunakan skala alat harus diskala
nol dengan diberi pendingin.
3.4 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan di halaman laboratorium biologi
didapat beberapa rata-rata parameter lingkungan. Adapun parameter
lingkungan yang diamati adalah intensitas cahaya, kelembaban udara,
suhu, pH tanah, dan.pH air.
Pembentukan Tanah
S=f (cl ,o ,r , p , t ,…)
cl = iklim; o = aktivitas organisme; r = topografi; p = tipe batuan
induk; t = waktu
Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan air tanah (% )=berat segar tanah−berat kering tanahberat segar tanah
×100 %
17
Kandungan Organik
kandungan organik tana h (% )=berat keringtana h−berat abu tana hberat kering tanah
×100 %
Kandungan Mineral (Anorganik)
Kandunganmineral tanah (% )= berat abu tanahberat keringtanah
×100 %
Bobot Isi (Bulk Density)
Bulk density= berat kering tanahvolumecore sampler
Total Porositas
Total porositas (% )=1−[ bulk densityparticle density ]×100 %
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengukuran Intensitas Cahaya
Plot I : 1164,3
Plot II : 1114,67
Plot III : 280,3
18
Pengukuran Kelembaban Udara
Suhu basah = 25˚C
Suhu kering = 31˚C
Pengukuran Temperatur Udara
Suhu tanah = 25˚C
Suhu udara = 30˚C
Pengukuran Kelembaban dan pH Tanah
Kelembaban tanah = 1
pH tanah = 7
4.2 Pembahasan
Respon adaptif organisme terhadap faktor lingkungan secara garis
besar dibagi menjadi dua. Pertama, organisme mengembangkan
kemampuan untuk menetralkan pengaruh faktor lingkungan. Mekanisme
ini disebut ‘homeostasis’. Kedua, organisme mengembangkan
kemampuan adaptif untuk menghindar, baik secara perilaku maupun
secara fisiologis.
Mekanisme homeostatis dikenalkan oleh Bernard (1978). Bernard
berpendapat bahwa organisme memiliki organisme memiliki kemampuan
fisiologis untuk mengatur kondisi internalnya tetap konstan dalam
menghadapi kondisi eksternal yang berubah-ubah. Sebagai contoh,
mamalia mengatur suhu tubuhnya konstan pada 37˚C. Meskipun suhu
lingkungan eksternal berubah-ubah, suhu tubuh tetap bertahan.
Pengaruh Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang
hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Jika kita mengamati
19
distribusi tumbuhan yang ada di muka bumi terlihat bahwa semakin ke
kutub yang bersuhu rendah, keragaman tumbuhan semakin menurun.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa banyak jenis tumbuhan tertentu yang
hanya dapat hidup pada suhu hangat.
Pengaruh Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh
karena itu, susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan
susunan mineral batu-batuan yang dilapuk.
Bahan mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fraksi tanah halus (fine earth fraction) yang berukuran < 2mm, dan
2. Fragmen batuan (rock fragment) yang berukuran 2mm sampai
ukuran horisontalnya lebih kecil dari sebuah pedon.
Bahan mineral tanah yang termasuk fraksi tanah halus terdapat dalam
berbagai ukuran, yaitu:
Pasir 2mm – 5µ
Debu 50µ - 2µ
Liat < 2µ
Bahan mineral yang lebih besar dari 2mm (fragmen batuan) terdiri dari
kerikil, kerakal, atau batu.
Selain itu, mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan
mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung
dari batuan yang dilapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral
bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah
berlangsung.
Pengaruh Bahan Organik
20
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya
tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-
sifat tanah sangat besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik
terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan
tanaman adalah:
Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro, dll.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara
(kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus (humus). Humus terdiri dari bahan organik halus berasal
dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang
dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan
mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang
resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan
mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya
daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya
kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa
gugus aktif terutama gugus karboksil.
Pengaruh Air
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang
kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat
menganggu pertumbuhan tanaman.
Gunanya air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai unsur hara tanaman.
21
2. Sebagai pelarut unsur hara.
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman.
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gay
adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka
air dalam tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Air higroskopik
Air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan
tanaman (adhesi antara air dan tanah).
Air kapiler
Air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-
butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi.
22
BAB V
KESIMPULAN
Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan suatu
spesies dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
parameter lingkungan dengan menggunakan alat yang sesuai
dengan apa yang akan diukur, misalnya untuk mengukur pH air
menggunakan pH meter/soil tester, mengukur kadar oksigen
dengan menggunakan DO meter, dan lain-lain.
Faktor abiotik sangat mempengaruhi pertumbahan dan distribusi
makhluk hidup.
23
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Ferianita, Melati Fachrul. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Handayanto, E. Hiriah, K. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka
Adipura.
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.
24
LAMPIRAN
Perhitungan Kandungan Air Tanah
Berat kering = berat kering - berat porselen
= 48, 8267 – 39,1235
= 7,7032
Kandungan air tanah (% )=berat segar tana h−berat kering tana hberat segar tana h
×100 %
= 10−7,7032
10×100 %
=2,2968
10×100 %
= 0,22968 × 100%
= 22,968%
Pengukuran Kandungan Organik Tanah
Berat abu = berat abu - berat cawan
= 43,4741 – 39,1235
= 4,3506
Kandungan organik tanah (% )=berat kering tanah−berat abu tanahberat kering tana h
×100 %
= 5,0009−4,3506
5,0009×100 %
= 0,65035,0009
×100 %
= 0,1300 × 100%
= 13%
25
Pengukuran Kandungan Mineral Tanah
Kandunganmineral tanah (% )= berat abu tana hberat kering tanah
×100 %
= 4,35065,0009
×100 %
= 0,8699 × 100%
= 86,99%
Pengukuran Bobot Isi (Bulk Density)
Berat kering tanah = berat basah – berat cawan
= 131,53 – 42,7922
= 88,7378
Volume core sampler
Dik: t = 5 cm
d = 5,42 cm
r = 2,71 cm
V = π r2t
= 3,14 (2,71)2 . 5
= 3,14 (7,34) .5
= 23,04 . 5
= 115,20 cm3
Bulk density= berat kering tanahvolumecore sampler
26
= 88,7378115,20
= 0,7703
Pengukuran Porositas Tanah
Total porositas (% )=1−[ bulk densityparticle density ]×100 %
= 1−[ 0,77032,7 ]×100 %
= 1 – 0,2853 × 100%
= 0,7141 × 100%
= 71,41%
27
top related