PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5073/1/ARMA... · pengesahan panitia ujian. skripsi berjudul . pengaruh penjualan produk
Post on 04-Feb-2018
219 Views
Preview:
Transcript
PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN
SYARIAH CABANG CINERE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh:
ARMA SAFITRI
NIM. 207046100193
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEGADAIAN
SYARIAH
(PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Arma Safitri
NIM: 207046100193
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr.Djawahir Hejazziey, SH.,MA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG
CINERE telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Agustus 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) pada
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 05 Agustus 2011
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA SIDANG MUNAQASAH
1. Ketua : Drs. H. Ahmad Yani, MA
NIP. 196404121994031004
2. Sekretaris : Moh. Syafii, SEI
3. Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey,. SH., MA
NIP. 195510151979031002
4. Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
5. Penguji II : Drs. Heldi, M.Pd
196304141993031002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Juli 2011
Arma Safitri
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Sebagai insan yang tak lepas dari ketidaksempurnaan, penulis menyadari
skripsi yang berjudul PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN
SYARIAH CABANG CINERE ini masih banyak kekurangan, dikarenakan
keterbatasan ilmu serta pengalaman yang penulis miliki.
Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
baik secara mori maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui
dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selelu ada lingkaran lain yang memberikan
semangat, motivasi bimbingan serta do’a. untuk itu penulis sangat berterimakasih atas
bantuan dan jasa yang diberikan oleh beberapa pihak dalam menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini, penulis inigin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
ii
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Mu’min
Rauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, dan Bapak Drs. H.
Ahmad Yani, M.Ag., Koordinator Teknis Program Non Reguler.
3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., pembimbing yang telah sabar
membimbing, memberikan arahan, dan meluangkan waktunya kepada penulis
sehingga skripsi ini selesai.
4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, terima
kasih atas penyediaan fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk
melakukan studi kepustakaan.
5. Ibu Tri Windawati, manager operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Kak
Irfan, Bapak Agus, dan Bapak Sandy beserta karyawan dan Staf yang telah
membantu dalam memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi
penulis.
6. Teristimewa Orang tua penulis (Ayah H. Mahmun dan Ibu Hj. Syamsiyah) yang
selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan
dukungannya baik moril maupun materil, semoga Ayah dan Ibu selalu diberikan
kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang sehingga anan diberi kesempatan
untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian.
7. Kepada Adikku, Siti Fatimah yang sedang menimba Ilmu, yang sebentar lagi
sudah mau selesai dalam meyelesaikan D3 kebidanannya, Hidayatul Sholihin,
iii
Adiyatul Adha, Lidya Aprianti, terimakasih atas motivasi dan dukungan
semuanya.
8. Teman-teman penulis Anita, Uci, Nisa, Rani, Bili, Ian, Aul, Ical, Kodrat, Dwi,
Nahla, dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2007 Non Reguler
khususnya kelas A yang selalu memberikan saran, mensuport, dan membantu
penulis hingga penulisan ini rampung. dan teman-teman kosan Al-Markaz ita, kak
nit, teh neni, kak rahmi, darti, kak toton dan yang lainnya terimakasih atas
motivasi dan dukungan semuanya dan kita saling mengenal dan menjalin
persahabatan bahkan persaudaraan.
9. Kak Fida dan kak fi’I yang telah banyak membantu dalam memberi informasi dan
motivasi dalam penulisan ini.
10. Buat temen-temen KKN WDS 2010 ita, anita, nisa, uci, makenun, kadut, bili, aul
dan yang lainnya semoga kita diberi ilmu yang bermanfaat dan selalu menjalin
tali silaturahmi.
11. Seorang yang selama ini selalu menjadi curahan hati penuis, sahabat yang selalu
mengerti keadaan penulis, teman yang telah menghibur hati penulis dikala gundah
Kallon L Nerazzuri Kurnia Safitri. Termakasih atas semua curahan kasih sayang
yang telah kamu berikan untuk ku selama ini.
12. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani
perkuliahan di UIN hingga akhir.
iv
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan,
penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah semoga kebaikan yang telah
diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan
memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga
yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.
Jakarta, 03 Juli 2011
Arma Safitri
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Kerangka Teori 6
E. Review Studi terdahulu 7
F. Variabel Penelitian 9
G. Hipotesa 10
H. Metode Penelitian 10
I. Sistematika Penulisan 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Logam Mulia 19
B. Murabahah 23
C. Pendapatan 26
D. Gadai 31
vi
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
A. Sejarah Singkat 45
B. Tujuan Berdirinya 48
C. Visi dan Misi 49
D. Produk-Produk 49
E. Mekanisme dan Operasional 52
F. Struktur Organisasi 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia 57
B. Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syriah 58
C. Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap
Pendapatan Pegadaian Syariah 59
D. Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum
dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia 72
E. Analisis Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Penjualan
Produk Logam Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan
Pegadaian Syariah Cabang Cinere 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 75
B. Saran 77
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tabel Perbedaan dan Persamaan Pegadaian Syariah
dan Pegadaian Konvensional 35
4.2 Data Perkembangan Penjualan Logam Mulia Tahun 2008 s/d 2010 57
4.3 Data Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Tahun 2008 s/d 2010 58
4.4 Data Total Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Tahun 2008 s/d 2010 59
4.5 Variabel Entered / Removed 61
4.6 Model Summary 62
4.7 Anova 63
4.8 Uji T Statistik 64
4.9 Uji F Statistik 65
4.10 Coefficients 67
4.11 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi 70
4.12 Manual Perhitungan Durbin-Watson 71
4.13 Data Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Sebelum dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia 72
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Variabel Penelitian 9
3.2 Skema Pegadaian Syariah 53
4.3 Asumsi Normalitas 68
4.4 Uji Heterokedastisitas 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan
termasuk masalah pembangunan ekonomi, Islam merumuskan suatu sistem
ekonomi yang sama sekali berbeda dengan sistem – sistem ekonomi lainnya. Hal
ini karena ekonomi Islam memiliki dasar dari syariah yang menjadi sumber dan
panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktivitasnya. Salah satu upaya
merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas nyata masyarakat
dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan
Islam.1
Perkembangan ekonomi Islam saat ini di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank
Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah
terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank
Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada tiga Bank Umum Syariah
(BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) dengan total jumlah kantor baru mencapai 550 unit, dalam rentang lima
tahun (2005- 2010), pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat
1 M. syafi’I Antoniou, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta, BI Bekerjasama
dengan Tazkia Institute, 1999), Cet, Ke- 1. H. 37
2
jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS dan jumlah BPRS
telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit.2
Sistem ekonomi Islam mulai disepakati oleh pemerintah ditandai dengan
berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah, pasar modal
syariah, serta aktivitas ekonomi syariah lainnya yang berkembang akhir ini.
Diantaranya adalah pegadaian syariah.3 Keberadaan Pegadaian Syariah sangat
dibutuhkan oleh masyarakat kelompok ekonomi lemah, yang sangat rasional
untuk memanfaatkan jasa Pegadaian Syariah apabila memberikan kemudahan
dalam barang jaminan, cepat, dan mudah sehingga mereka merasa tertolong
sehingga keberadaan Pegadaian Syariah sebagai rahmatan lil ’alamin akan
terasakan.
Perkembangan dunia usaha pada saat ini menunjukkan adanya gejala
persaingan yang semakin meningkatkan kearah penguasaan pasar secara luas.
Perusahaan besar maupun kecil, saling berpacu untuk merebut tempat pemasaran
dengan bermacam cara usaha supaya perusahan dapat menjual produk sebanyak-
banyaknya pada konsumen yang membutuhkan.4
Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah memberi angin segar
bagi maraknya kegiatan ilmiah berbasis ekonomi Islam yang dilakukan, terutama
2 Ali Rama, “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 13 Mei 2011 dari
http://ekonomiislami.wordpress.com/ ekonomi-syariah-dan-outlook-2011/
3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta, Ekonisia, 2003), h.158
4 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,2002),h.3
3
dikalangan akademisi perguruan tinggi umum maupun Islam. Hal ini
menunjukkan semakin meningkatnya apresiasi umat Islam terhadap upaya
penegakan dalam bidang ekonomi dan atau upaya artikulasi nila-nilai islam dalam
ruangan. Bahkan saat ini, beberapa perguruan tinggi telah menjadikan ekonomi
islam sebagai objek kajian baik dalam bentuk program studi maupun konsentrasi.5
Kepala Devisi Syariah Perum Pegadaian, Wasis Djuhar mengatakan
pertumbuhan Pegadaian Syariah Desember 2002 berjumlah 9 kantor cabang,
Maret 2003 berjumlah 11 kantor cabang, September 2004 berjumlah 17 cabang,
maka sampai Desember 2005 saja LKS Pegadaian Syariah telah berjumlah 23
cabang dan bisa mencapai 46 persen per tahun.6
Sedangkan menurut Irianto Manajer Operasional Pegadaian Syariah,
hingga akhir Oktober 2010 Pegadaian Syarian mempunyai 500 outlet dan jumlah
tersebut akan terus bertambah di setiap tahunnya, mengingat kontribusi
pertumbuhan omzet yang dihasilkan Pegadaian Syariah mencapai 63 persen.
Kontribusi pendapatan omset Pegadaian Syariah hingga Oktober 2010 menembus
angka Rp3,5 triliun, atau meningkat sebesar 63% persen dibandingkan tahun
sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp2,1 triliun, peningkatan omset
tersebut dikarenakan semakin meningkatnya jumlah nasabah serta bertambahnya
outlet-outlet Pegadaian. Omset Pegadaian Syariah kini mencapai Rp3,5 tiriliun,
hingga akhir tahun 2010 ditargetkan mencapai Rp4,7 Selain itu, jumlah nasabah
Pegadaian Syarian juga mengalami peningkatan yang signifikan, sampai dengan
5 Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009).h.20
6Sasli Rais http://sasli-rais.blogspot.com/ diakses 13 juni 2011
4
Oktober 2010, tercatat sebanyak 1.036.258 nasabah, atau meningkat sebesar 60
persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama sebanyak
649.554 nasabah.
Produk-produk pegadaian syariah bermacam-macam disediakan untuk
masyarakat misalnya Ar Rahn, Mulia, Pembiayaan Ar Rum, Krista dan lain
sebagainya. Produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak
memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai
alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Dengan begitu banyak
produk yang ditawarkan pegadaian syariah maka produktivitas perlu ditingkatkan
karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap
dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas
yang akan datang. Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang
masih sangat besar. Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam
operasional pegadaian syariah di Indonesia.
Dengan begitu banyak produk pegadaian syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat, maka salah satunya yaitu penjualan logam mulia. Produk ini
merupakan penjualan logam mulia dengan cara pembayaran tunai dan kredit.
Tentu produk ini akan sangat membantu nasabah yang tidak memiliki dana yang
cukup tapi ingin berinvestasi emas. Namun seiring dengan perkembangnya
produk penjualan logam mulia ini ditawarkan diberbagai lembaga-lembaga
keuangan lainnya, seperti pegadaian syariah. Hal ini tentu saja menjadi tantangan
dan masalah bagi pegadaian syariah, terutama dalam hal peningkatan pendapatan.
5
Untuk itu penulis menilai bahwa penting untuk mengadakan penelitian
dan membahas masalah tersebut dengan judul:
“PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN PEGADAIAN SYARIAH CABANG
CINERE”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas dan agar pembahasan ini lebih terarah dan
tidak melebar, penulis membatasinya hanya pada analisis pengaruh produk logam
mulia yang diterapkan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere. Adapun rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penjualan produk logam mulia dalam meningkatkan
pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?
2. Kendala apa saja yang mempengaruhi penjualan produk logam mulia terhadap
pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian skripsi ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh produk logam mulia dalam meningkatkan
pendapatan pada Pegadaian Syariah.
6
b. Untuk mengetahui keuntungan dan manfaat produk logam mulia pada
Pegadaian Syariah.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas
mengenai produk logam mulia di Pegadaian Syariah Cabang Cinere
b. Bagi akademisi untuk menambah literatur pada penjualan produk logam
mulia supaya lebih dikembangkan sebaik mungkin.
c. Bagi Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang bersangkutan dapat
mengetahui pengaruh penjualan produk logam mulia terhadap peningkatan
pendapatan pegadaian.
D. Kerangka Teori
Pendapatan merupakan unsur penting bagi kesinambungan perusahaan
yang bermotivasi untuk mengharapkan laba dalam operasi kegiatannya, karena
besar kecilnya laba pendapatan beban yang terjadi dalam perusahaan. Pendapatan
harus diakui pada saat yang tepat agar posisi keuangan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya.
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha.
Budiono (1992 : 180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari
penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang
7
atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor
produksi.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan
beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu periode yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi
penanaman modal7.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal”.
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan,
penulis perlu melengkapi atau menyempurnakan penelitian ini degan melakukan
studi review karena disana ada sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk
penyelesian penelitian penulis ini. Beberapa refrensi yang telah ada dan berkaitan
dengan judul skripsi yang diangkat adalah:
7 http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061554-pengertian-pendapatan
diakses pada tanggal 24 februari 2011
8
1. Pengaruh Produk Gadai Emas Syariah Pada Bank BNI Syraiah Pusat
Terhadap Peningkatan Pendapatan Bank, ditulis oleh Herfina, jurusan
perbankan syariah, tahun 2010. hasil penelitiannya dari hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa kontribusi yang diberikan oleh produk gadai emas
syariah (variable X) terhadap peningkatan pendapatan bank BNI syariah
(variable Y) adalah sebesar 0,023%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
pendapatan bank BNI syariah dipengaruhi oleh ar rahn sebesar 0,023%
sedangkan sisanya 99,97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap
dalam penelitian ini. Produk gadai emas syariah ini masih relative kecil
kontribusinya terhadap total pendapatan bank.
2. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan
Nasabah BMT Berkah Madani, ditulis oleh Andi Abdullah As’ad, Jurusan
Perbankan Syariah tahun 2009. Hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil t
sebesar 6,88 terletak didaerah H0 ditolak. Maka keputusan ditolak Ho
mengandung arti bahwa ada pengaruh positif antara pengaruh sebelum
diberikan pembiayaan murabahah dan setelah diberikan pembiayaan, tak jauh
berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan wilxocon, dari hasil uji
tersebut di dapat Z sebesar -3.353 dengan tariff nyata 5 % maka nilai z
tersebut terletak didaerah Ho ditolak berarti terdapat pengaruh antara
pembiayaan sesudah diberikan ≠ sebelum diberikan pinjaman murabahah.
Berarti pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sudah efektif kerena
membawa dampak yang positif bagi perkembangan usaha.
9
3. Pengaruh Pendapatan Mudharabah Terhadap Total Pendapatan Operasional
Bank ditulis oleh Dedi pujihadi, jurusan perbankan syariah tahun 2010, hasil
penelitiannya hasil perhitungan analisis regrsi pendapatan mudharabah
terhadap pendapatan bank BNI syariah diperoleh nilai R Aquare= 0,657%
atau menunjukkan angka 65,7% artinya kontribusi pendapatan mudharabah
terhadap pendapatan bank BNI syariah adalah 65,7% sedangkan sisanya
34,3% dipengaruhi oleh factor lain diluar model. Berdasarkan pengujian
hipotesis koefisien regresi didapat nilai t hitung = 4,288 lebih besar dari t table
4,203 maka Ho ditolak. Kerana Ho ditolak, berarti perubahan X mempengaruhi
perubahan Y artinya kalau pendapatan muharabah bertambah maka
pendapatan UUS bank BNI ikut bertambah. Dengan demikian persamaan Ŷ=
a + bX boleh untuk meramalkan Y sebab perubahan X mempengaruhi Y.
F. Variabel Penelitian
Gambar 1.1
Variabel Penelitian
X Y
PENJUALAN PRODUK
LOGAM MULIA
PENDAPATAN
PEGADAIAN
Untuk lebih jelasnya dan focus variable penelitian ini maka variable
penelitian sebagai berikut:
10
X= Penjualan Produk Logam Mulia
Y= Pendapatan Pegadaian
G. Hipotesa
Hipotesa dipenelitian ini adalah sebagai berikut:
X(Penjualan Produk Logam Mulia Y (Terhadap Pendapatan
Pegadaian)
Ho: r=0, tidak terdapat hubungan positif dan kuat antara produk logam mulia
dengan pegadaian syariah.
H1: r # 0, Terdapat hubungan positif dan kuat antara veriabel penjualan produk
logam mulia dengan pendapatan pegadaian syariah
H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah:
a. Penelitian Pustaka (Library research), dalam hal ini penulis menelaah data
tertulis yang berhubungan dengan topic permasalahan penelitian baik
dalam bentuk buku, artikel makalah, majalah dan lain- lain untuk
menemukan kajian teoritis.
b. Penelitian lapangan (Field research), untuk mendapatkan data-data secara
langsung.
11
2. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitan yang
digunakan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian
kuantitatif yaitu data dinyatakan dalam bentuk angka karena dalam penelitian
ini akan menganalisis laporan keuangan tahun 2008-2010 yang menjadi
sample penelitian ini dan peneliti menggunakan data kuantitatif yang bersifat
diskrit yakni data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil menghitung.
Data-data yang telah diperoleh akan diinterprestasikan dalam bentuk
pemaparan dan analisa sehingga dapat memberikan kesimpulan pada
penelitian ini
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang
beralokasi di JL. Karang Tengah No.25 D Lebak Bulus Jakarta Selatan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian adalah:
a. Observasi yaitu penulis langsung mendatangi kantor Pegadaian Syariah
cabang Cinere untuk memperoleh data tentang hal-hal yang menjadi onjek
penelitian.
b. Data primer (wawancara) yaitu diperoleh melalui pengamatan kegiatan
operasional pada objek yang diteliti dan mengadakan wawancara secara
12
langsung tentang data internal perusahaan dengan pimpinan Pegadaian
Syariah Cabang Cinere dan staf lainnya.
c. Data sekunder (dokumentasi) penulis ambil dari dokumnetasi perusahaan
khususnya pada pegadaian, buku-buku, majalah, internet.
5. Teknis Analisis Data
Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan
menggunakan data-data yang sudah ada.
Alasan menggunakan regresi linear sederhana adalah untuk
mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen (penjualan produk logam mulia)
terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah).
a. Regresi Linear Sederhana
Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis
yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum
Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :
Keterangan :
X = Variabel independen yaitu penjualan produk logam mulia
Y = Variabel dependen yaitu pendapatan pegadaian syariah
a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0
b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
Y = a + bX
13
b. Koefisien Determinasi
Analisis untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau
kontribusi variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap
variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). Besar koefisien
determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r).
Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan rumus :
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :8
c. Uji Hipotesis
1) Uji t
Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing
variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat menunjukkan
pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap
variabel dependen.
8 J.Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid II, Ed.4 (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 201.
R2 = r
2 x 100%
n . ∑X.Y - ∑X.∑Y
√(n.∑X2 – (∑X)
2 . (n. ∑Y
2 – (∑Y)
2)
r =
14
Hipotesisnya yang digunakan :
a) Bila Ho : bi ≤ 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif
terhadap variabel dependen.
b) Bila Ho : bi > 0 = Variabel Independen berpengaruh positif
terhadap variabel dependen.
Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika t tabel < t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel
independent secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa
besar pengaruh masing-masing variabel independen (penjualan produk
logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian
syariah).
2) Uji F
Pengujian F statistik adalah uji secara bersama-sama seluruh
variabel independennya terhadap variabel dependennya. Perhitungan
statistik F dari ANOVA dilakukan dengan membandingkan dengan
nilai kritis yang diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat
signifikan tertentu.
15
Hipotesis yang digunakan adalah :
a) Ho : b1 = b2 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel independen.
Bila nilai signifikansi annova < 0.05 maka model ini layak atau
fit. Apabila hipotesis nol ditolak berarti secara bersama-sama variabel
independen (penjualan produk logam mulia) mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah).
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal.
16
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat
dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik)
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data
(titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.9
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu
model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0
b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja
c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
9 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000), h.214.
17
d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola.
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi
b) Angka D-W di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif
c) Angka D-W di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif
I. Sistematika Penulis
Adapun sistematika penulisan ini oleh penulis akan dibaagi menjadi lima
bab pembahasan, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumpusan Masalah, Tujuan dan Manfaaat
Penelitian, Kerangka Teori Review Studi Terdahulu, Variabel
Penelitian, Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas mengenai tinjauan teoritis yang terdiri dari
Pengertian Logam Mulia, Pengertian MULIA, Akad Produk MULIA,
18
Kelebihan dan Keuntungan MULIA, Murabahah, Pengertian
Pendapatan, Sumber-Sumber Pendapatan dan pencatatan, Gadai
(Rahn).
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
Dalam bab ini meliputu yaitu: Sejarah Berdirinya, Visi Misi, Tujuan,
Produk-produk, Struktur Organisasi.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini meliputi yaitu: Analisis Perkembangan Penjualan
Produk Logam Mulia, Analisis Perkembangan Pendapatan
Operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Pengaruh Penjualan
Produk Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah,
Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum dan Sesudah
Menjualkan/ Memasarkan Produk Logam Mulia.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran-saran
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Logam Mulia
1. Pengertian Logam Mulia
Menurut Mulyo, Logam adalah unsur yang mempunyai sifat fisik
umum seperti berwujud padat, bertitik leleh tinggi, lentur (tidak mudah
patah), mudah dibentuk (dapat di tempa dan ditarik), penghantar panas dan
listrik yang baik, dan dapat di buat paduan antar sesama logam1. Sedangkan
menurut Budiono Logam adalah jenis barang tambang yang keras seperti
emas, perak, tembaga dan sebagainya.2 Mulia adalah bermutu tinggi atau
berharga, misal emas, perak dan sebagainya3.
Dalam ilmu kimia, logam mulia adalah logam yang tahan terhadap
korosi maupun oksidasi4.
William Tanuwidjaja mendefinisikan logam mulia aneka tambang
adalah unit usaha PT. Aneka Tambang Tbk yang bergerak di bidang jual-beli
emas5.
1 Mulyo, Kamus Kimia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h.257
2 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, 2005),h. 320
3 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Edisi III, h.761”
4 “Logam Mulia” artikel diakses pada tanggal 10 maret 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_mulia. 5 William Tanuwidjaja, Cerdas Investasi Emas, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2005),h 81
20
2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)
a. Pengertian MULIA
Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk investasi abadi)
memfasilitasi penjualan Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat
secara tunai dan atau secara angsuran dengan proses cepat dalam jangka
waktu yang fleksibel.6 Produk MULIA adalah hasil kerja sama Perum
Pegadaian Syariah dengan PT ANTAM Tbk dan PT. Aneka Tambang
Tbk.
Produk MULIA di Pegadaian Syariah adalah investasi pada emas
yang transaksi pembayarannya bisa secara tunai dan angsuran. Investasi
emas batangan ini memberi kemudahan kepada masyarakat yang tertarik
untuk berinvestasi emas batangan untuk memperoleh portofolio asset
masyarakat tetapi memiliki dana terbatas.
b. Akad Produk MULIA
Akad MULIA menggunakan Akad Murabahah dan Rahn7. Akad
Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah persetujuan atau
kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dengan nasabah atas
sejumlah pembelian Logam Mulia diseertai keuntungan dan biaya-niaya
yang disepakati8.
6Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah , h. 25
7Brosur MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)
8 Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah , h. 26
21
Melalui akad Murabahah, pegadaian syariah menetapkan
keuntungan dan menarik uang muka berdasarkan kesepakatan bersama
kedua belah pihak. Sedangkan melalui rahn, objek jual beli (logam mulia)
dijadikan jaminan (marhun) sampai nasabah (pemesan) melunasi semua
pembayarannya, apabila pembelian dilakukan secara angsuran/ dicicil.
c. Kelebihan dan Keuntungan Investasi Logam Mulia
Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia adalah sebagai
berikut9:
1) Mewujudkan niat mulia guna:
a) Menabung logam mulia untuk menunaikan Ibadah Haji
b) Mempersiapkan biaya pendidikan anak di masa mendatang.
c) Memiliki tempat tinggal (rumah) dan kendaraan.
2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio aset
3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana
yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk
pengembangan usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis
4) Tersedianya pilihan logam mulia dengan berat 5 gram, 10 gram, 25
gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram dan 1 kilogram.
9Ibid
22
Keuntungan berinvestasi emas untuk konteks Indonesia diuraikan
oleh Wiiliam Tanuwidjaj adalah sebagai berikut10
:
1) Investasi yang stabil dan terus meningkatnya nilainya
2) Mengamankan nilai kekayaan dari gerogotan inflasi
3) Perlindungan nilai asset dari gejolak nilai tukar rupiah
4) Sarana praktis dan efektif untuk menabung dengan tujuan tertentu,
misalnya naik haji dan biaya pendidikan anak
5) Sebagai cadangan untuk keperluan darurat
6) Emas gampang dijual dan mudah digadaikan
7) Bisa dimiliki dengan jumlah danat terbatas
8) Memberikan prestise bagi pemiliknya.
Didunia ini tidak ada sesuatu yang tanpa cacat. Dibalik segala
kelebihan, pasti ada kekeurangan. Berikut ini kerugian dari menyimpan
emas, dibandingkan dengan jenis-jenis investasi yang lain yaitu sebagai
berikut:
1) Tidak memberikan devuden atau penghasilan rutin
2) Ketika perekonomian stabil, kenaikan harga emas cenderung lambat
3) Tidak fleksibel dan tidak praktis
4) Sebagai perhiasan, terbebani ongkos pembuatan dan biaya susut
5) Memerlukan “Handling” biaya penyimpanan dan perawatan khusus
10
William Tanuwidjaja, Cerdas Investasi Emal, h. 28
23
B. Murabahah
1. Pengertian
Ascarya mendefinisikan murabahah istilah dalam Fikih Islam yang
berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya
perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan11
.
Menurut Heri Sudarsono, Murabahah adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank
dan nasabah12
.
Muhammad Syafi’I Antonio mendefinisikan bahwa Murabahah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati13
.
Jadi dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa murabahah adalah salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara
eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijual dan menjual
kepada orang lain dengan menambahkan keuntungan yang diinginkan dan
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
11
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.81
12
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: EKONISIA, 2004), Cet II. h. 57
13
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), h. 101.
24
2. Landasan Hukum
a. Al- Qur’an14
2275Artinya: ” Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syariah lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan):
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba). Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
didalamnya.” (QS. Al-Baqarah/2: 275)
b. Hadis
Hadis riwayat Aisyah r.a:
“Bahwasanya ketika Rasulullah ingin hijrah, Abu Bakar ra membeli dua
ekor unta, kemudian Rasulullah SAW berkata “ serahkan salah satunya
untukmu tanpa sesuatu apapun”kemudian rasulullah mengatakan, kalau
14
Ah. Azharudi LAthif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 118.
25
tanpa harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya beli ” (HR. Bukhari dan
Ahmad).15
Dari hadis diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya sejak zaman
Rasulullah telah ada praktek jual beli Murabahah.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
a. Rukun Murabahah yaitu sebagai berikut:16
1) Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan
dan akan membeli barang.
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga)
3) Sighah, yaitu: Ijab dan Qabul
b. Beberapa Syarat Murabahah antara lain sebagai berikut:17
1) Penjual member tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang yang dijual.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
15
Ah. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 119
16
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 82
17
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, h. 102
26
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi,
pembeli memiliki pilihan yaitu:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang.
yang dijual.
c. Membatalkan kontrak.
C. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Menurut Christopher Pass dan Bryan Lowes pendapatan adalah uang
yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa,
bunga, laba dan sebagainya, bersama – sama dengan uang tunjangan
penggangguran, uang pension dan lain sebagainnya.18
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
18
Christopher Pass & Bryan Lowes, Kamus Lengakap Ekonomi, Cet II (Jakarta:
Erlangga.1999), h. 287.
27
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.19
Standar Akuntansi Keuangan NO.23 mendefinisikan Pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. 20
Menurut IAI dalam standar akuntansi keuangan (1999:23) Pendapatan
adalah:
”Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode. Bila arus masuk itu mengakibatkan kenaokan
ekuitas, yang berasal dari kontribusi penanaman modal”
BM Marbun mendefinisikan pendapatan adalah uang yang diterima
oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji,
sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.21
2. Sumber-Sumber Pendapatan dan sistem pencatatan
Pada umumnya pendapatan yang timbul dari kegiatan utama
perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang dalam periode akuntansi.
Secara garis besar bahwa sumber pendapatan suatu perusahaan berasal dari:
19
Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23, Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Sumatra Utara. h.5. http://www.pendapatan.com diakses pada tanggal
8 Februari 2011
20
Ibid
21
BN. Marbun, Kamus manajemen, (Jakarta: pustaka sinar, 2003), cet. Ke-3
28
a. Pendapatan Operasional (Operasional Revenue)
Pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau kegiatan utama
perusahaan.
b. Pendapatan dari Luar Operasional (Non Operasional Revenue)
Pendapatan yang berasal dari transaksi diluar kegiatan utama
perusahaan.
c. Pendapata Luar Biasa (Extadinary Revenue)
Pendapatan yang memenuhi kedua criteria yang bersifat tidak
normal dan tidak sering terjadi (transaksi yang bersangkutan tidak diharapkan
akan terulang lagi dimasa yang akan datang).
Salah satu ciri suatu bank dikatakan baik adalah ketika bank tersebut
mampu mengelola dana dari nasabahnya dengan baik, dengan cara
menyalurkan dana tersebut (dalam bentuk kredit) kepada pihak tertentu dalam
waktu tertentu. Untuk itu pihak bank berusaha biaya operasional bank tersebut
biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Penyaluran dana yang
diberikan oleh pihak bank kepada para nasabahnya adalah kegiatan usaha
yang mendominasi pengalokasian dana bank. Oleh karena itu sumber utama
bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit (pembiayaan mudharabah)
dalam bentuk bagi hasil, karena sumber pendapatan utama bank berasal dari
kegiatan usaha itu.
Prinsip bagi hasil merupakan cara yang sesuai dengan syariah, karena
dalam sistem ini tidak ada unsur bunga didalamnya. Walaupun demikian,
29
bank masih tetap bisa mendapatkan keuntungan dari pembiayaan yang
diberikan kepada nasabahnya tersebut.
Sedangkan Sumber pendapatan Bank Syariah terdiri dari:
a. Pembiayaan investasi (mudharabah dan musyarakah) berupa bagi hasil
usaha.
b. Keuntungan atas kontrak jual beli dalam pengadaaan barang (murabahah,
ba’I bitsman ajil dan ijarah) berupa mark up dan sewa
c. Pemberian pembiayaan berupa administrasi dan penggunaan fasilitas
berupa fee atau upah yang disediakan.
Pendapatan- pendapatan tersebut setelah dikurangi biaya-biaya
operasional, harus dibagi bank dengan penyandang dana yaitu nasabah
investasi, para penabung, dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah
bagi hasil yang diperjanjikan. Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi
hasil antara bank dengan para nasabah, bank akan mengalokasikan
penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai berikut:22
a. Tahap pertama, bank menetapkan jumlah relatif masing-masing dana
simpanan yang berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya, dengan
cara membagi setiap tipe dana- dana dengan seluruh jumlah dana-dana
yang ada pada bank dikalikan 100%.
22
Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),
Cet. 4, h.57.
30
b. Tahap kedua, bank menempatkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk
masing-masing tipe dengan cara mengalikan persentase (jumlah relatif)
dari masing-masing dana simpanan dengan jumlah pendapatan bank
c. Tahap ketiga, bank menempatkan porsi bagi hasil untuk masing-masing
tipe dana simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
d. Tahap keempat, bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional
terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai
dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.
e. Tahap kelima, bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang
rekening menurut tipe simpanannya, sebanding dengan simpanannya.
Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit (pembiayaan
mudharabah) tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha
bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan
unti defisit. Kedua, melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan
kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya
diatur oleh pemerintah sehinga bank-bank di beberapa negara kegiatannya
dibatasi. Ketiga, sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat
sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit (pembiayaan).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi Keuangan)
Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua sistem
yaitu:
31
a. Accural basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang
mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu
meskipun relasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya
b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal
transaksinya.23
D. Gadai (Ar-Rahn)
1. Pengertian
Menurut Heri Sudarsono dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang
mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan
kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.24
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gadai adalah:
Meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang
sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu
23
Priyonggo Suseno dan heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Lainnya, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 13.
24
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h.164
32
menjadi hak yang memberi pinjaman. 2. Barang yang diserahkan sebagai
tanggungan utang. 3. Kredit jangka pendek dengan jaminan yang berlaku 3
bulan dan setiap kali dapat diperpanjang apabila tidak dihentikan oleh salah
satu pihak yang bersangkutan.25
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Gadai dalam fiqh disebut Ar-
Rahn, yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimannya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau
gadai.26
Ualama Malikiyah mendefinisikan rahn (gadai) dengan harta yang
dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Ulama
hanafiyah mendefinisikan rahn yaitu menjadikan suatu (barang) sebagai
jaminan terhadap hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.
Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan Ar-rahn
dengan menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat
dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar
utangnya itu.
25
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1919), Cet. Ke 1,
h.325
26
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h.128
33
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh
dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak
termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Malikiyah. Barang
jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah
pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait
denga barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu membayar
utangnya.27
Jadi, kesimpulannya rahn adalah menahan barang jaminan milik si
peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut
memilikimnilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin)
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau senagian
hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak
dapat membayar hutang tepat waktunya.
2. Landasan Hukum Rahn
Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam
Islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai
adalah:28
27
AH. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 154.
28
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, h.129
34
a. Al-Qur’an
......2283
Artinya: ” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang)…..” (Qs. Al-Baqarah/2 :283)
Berdasarkan ayat diatas, gadai disyariatkan apabila seseorang itu
berada dalam keadaan musafir dan perlu berhutang, tapi harus ada barang
jaminan untuk dipegang oleh pemberi utang. Jika pemberi hhutang
dipercaya kepada penerima hutang, dengan tidak ada barang jaminan,
saksi dan juru tulis, maka penerima hutang harus amanah untuk melunasi
hutang tersebut.
b. Al-Hadits
Artinya: Anas r.a berkata,” Rasulullah mengadaikan baju besinya kepada
seseorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum
untuk keluarga beliau”.(HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan An
Nasa’i)
Dari Abu Hurairah r.a Bersabda “Apabila ada ternak digadaikan,
punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia
telah mengeluarkan biaya (menjaganya) apabila ternak itu digadaikan,
35
air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai)
karena ia telah mengeluarkan biaya(menjaganya). Kepada orang yang
naik dan minum , ia harus mengeluarakan biaya (perawatannya).” (HR.
Jamaah, kecuali Muslim dan An-Nasai, Bukhari no 2329, kiab Ar-
Rahn).29
c. Ijma Uama
Jumhur Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal
dimaksud, berdasarkan kisah Nabi Muhammad saw, yang mengadaikan
baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para
Ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw
tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para
sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi, bahwa hal ini tidak lebih
sebagai sikap Nabi Muhammad saw, yang tidak mau memberatkan para
sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang
diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada mereka30
.
Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai, jumhur ulama
berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih berpendapat
mengenai hal ini31
.semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai
hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat,
29
Amad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.186
30
Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.8
31
.Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007), h159
36
yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan berpergian saja, seperti
paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujtahid dan Al-Dhahak.
Sedangkan jumhur (kebanyakan ulama) membolehkan gadai, baik dalam
keadaan berpergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oelh
Rasulullah SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadits
diatas.32
Jadi secara umum rahn boleh dilakukan, karena kepergian
tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah33
Setiap akad harus memenuhi syarat sah dan rukun yang telah
ditetapkan oleh para ulama fiqh. Walaupun terdapat perbedaan mengenai hal
ini, namun secara umum dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian
harus memenuhi rukun gadai syariah sebagai berikut:
a. Rukun Gadai
1) Ar-Rahin (yang Mengadaikan)
Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dab memiliki
barang yang akan digadaikan.
2) Al-Murtahin (yang Menerima Gadai)
Orang, Bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk
mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).
32
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Ed 1, cet ke -2,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.255.
33
Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.168 .
37
3) Al-Marhun/rahn (barang yang digadaikan)
Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan utang.
4) Al-Marhun Bih (Utang)
Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar
besarnya tafsiran marhun.
5) Sighat, Ijab dan Qabul
Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukantransaksi
gadai.
b. Syarat gadai syariah sebagai berikut:
1) Rahin dan Murtahin
Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn yakni rahin murtahin
harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat.
Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan
transaksi pemilikan.
2) Sighat
a) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan
suatu waktu dimasa depan.
b) Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian utang
seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan
syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.
38
3) Marhunbih (utang)
a) Harus merupakan hak yang wajib diberikan/ diserahkan kepada
pemiliknya.
b) Memungkinkan pemanfaatan. Bila suatu menjadi utang tidak harus
dimanfaatkan, maka tidak sah.
c) Harus kuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat
diukur atau tidak dikualifikasi rahn itu tidak sah.
4) Marhun (Barang)
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat,
antara lain:
a) Harus diperjualbelikan.
b) Harus berupa harta yang bernilai.
c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.
d) Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang yang diterima
secara langsung.
e) Harus dimiliki oleh rahin (peminjaman atau pegadaian) setidaknya
harus seizin pemiliknya.
4. Akad Perjanjian Transaksi Gadai34
Transaksi gadai terdapat 4 akad untuk mempermudah mekanisme
perjanjiannya yaitu sebagai berikut:
34
Muhammad Nadratudzzaman dkk, Lembaga Bisnis Syariah (Jakarta: Pusat Komunikasi
Ekonomi Syariah (PKES Publishing), 2008), Cet VI, h.28
39
1. Qard Al-Hasan
Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena
itu nasabah (rahin) akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang
gadaian (marhun) kepada pegadaian (murtahin)
Ketentuannya:
1) Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual, seperti
emas, elektronik, dan lain-lain.
2) Karena bersifat social, maka tidak ada pembagian hasil. Pegadaian
hanya diperkenakan untuk mengenakan biaya administrasi rahin.
2. Mudharabah
Akad ini diberikan kepada nasabah yang ingin memperbesar modal
usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif.
Ketentuannya:
1) Barang gadai dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak
bergerak seperti: emas, elektronik, kendaraan bermotor, rumah, tanah,
bangunan dan lain sebagainya.
2) Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan
marhun.
3. Ba’I Muqayyadah
Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat
produktif. Seperti pembelian alat motor, modal kerja. Dalam hal ini
murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal
40
kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang yang dapat
dimanfaatkan oleh rahin maupun murtahin.
4. Ijarah
Objek dari akad adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya
adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.
5. Persamaan dan Perbedaan Gadai Syariah35
Perbedaan antara gadai syariah dengan gadai konvensional dapat
dibuat dalam sebuah tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Gadai Syri’ah dan Konvensional
Persamaan Perbedaan
a. Hak gadai atas peminjaman
uang
b. Adanya agunan sebagai
jaminan utang
c. Tidak boleh mengambil
manfaat barang yang
digadaikan
d. Biaya barang yang digadaikan
ditanggung oleh para pemberi
gadai
a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara
suka rela atas dasar tolong menolong tanpa
mencari keuntungan sedangkan gadai
menurut hukum perdata disamping
berperinsip tolong menolong juga menarik
keuntungan dengan cara menarik bunga
atau sewa modal
b. Dalam hukum perdata hak gadai hanya
berlaku pada benda yang bergerak
sedangkan dalam hukum Islam, rahn
35
Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.174.
41
e. Apabila batas waktu
peminjaman uang habis
barang yang digadaikan boleh
dijual atau dilelang
berlaku pada seluruh benda, baik harus
yang bergerak maupun yang tidak bergerak
c. Dalam rahn tidak ada istilah bunga
d. Gadai menurut hukum perdata
dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
di Indonesia disebut Perum Pegadaian,
rahn menurut hukum Islam dapat
dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
6. Mekanisme Pegadaian Syariah
Operasi pegadaian syariah menggambarkan hubungan di antara
nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah sebagai
berikut:
a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk
mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksirkan barang
jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan.
b. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai; akad ini mengenai
berbagai hal, seperti kesepakatan biaya administrasi, tarif jasa simpanan,
pelunasan dan sebagainya.
c. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar diawal
transaksi, sedangkan menurut jasa simpan disaat pelunasan utang.
d. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad; pelunasan
penuh, uang gadai, angsuran, atau tebus sebagian.
42
7. Mekanisme Perjanjian Gadai
Mekanisme perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal.
Diantaranya adalah subjek dan objek perjanjian gadai. Subjek perjanjian gadai
adalah rahin, sedangkan objeknya adalah marhun, serta murtahin adalah yang
menahan barang gadai tersebut. Mekanisme paerjanjian gadai ini dapat
dirumuskan apabila telah diketahui beberapa hal, diantaranya:
a. Syarat rahin dan murtahin
b. Syarat marhun dan utang
c. Kedudukan marhun
d. Risiko atau kerusakan marhun pemindahan milik marhun
e. Perlakukan bunga dan riba dalam perjanjian gadai
f. Pungutan hasil marhun
g. Biaya pemeliharaan marhun
h. Pembayaran utang dari marhun
i. Hak murtahin atas harga peninggalan
8. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Gadai36
a. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai
1) Penerima gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan harta
benda gadai (marhun) dapat dihgunakan untuk melunasi pinjaman
(marhun bih) dan sisanya dikembalikan kepada rahin.
36
Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h.40.
43
2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantia biaya yang telah
dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda gadai (marhun)
3) Selama pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai berhak
menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai
(nasabah/rahin).
Berdasarkan hak penerima gadai diatas, muncul kewajiban yang
harus dilaksanakannya, yaitu sebagai berikut:
1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harta
benda gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya.
2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk
kepentingan pribadinya.
3) Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai
sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai.
b. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai (Rahin)
Hak pemberi gadai (rahin) sebagai berikut:
1) Pemberi gadai (rahin) berhak mendapatkan pengembalian harta benda
yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman hutangnya.
2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan / atau
hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan
kelalaian penerima gadai.
3) Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai
sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
44
4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila
penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya.
Berdasarkan hak-hak pemberi gadai diatas maka kewajiban yang
harus dipenuhinya, yaitu:
1) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang telah
diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk
biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai.
2) Pemberi gadai berkeajiban merelakan penjualan harta benda gadainya,
bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak
dapat melunasi uang pinjamannya.
45
BAB III
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
A. Sejarah Beririnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Terbentuknya gadai syariah pada perum (perusahaan umum) pegadaian
merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998
sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003.
Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup
baik dan kemunculan lembaga perekonomiaan lainnya yang berdasarkan syariah.
Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian
tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan
melakukan studi banding ke Malaysia dengan menjajaki sistem pegadaian yang
sudah berkembangan di Malaysia1, yang selanjutnya diadakan penggodokan
rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil
studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat
oleh permasalahan internal perusahaan.2
Usaha lembaga keuangaan syariah dimaksud, dimulai oleh PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan salah satu lembaga perbankan
syariah pertama di Indonesia, beraliansi dengan Perum Pegadaian. Bentuk kerja
1 Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonline.com diakses pada tanggal
25 April 2011.
2 Zainuddin Ali , Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 16
46
sama kedua pihak, yaitu Perum Pegadaian bertindak sebagai kontributor sistem
gadai dan BMI sebagai pihak kontributor muatan sistem syariah dan
dananya.Selain aliansi kedua pihak yang dimaksud, melahirkan Unit Layanan
Gadai Syariah (kini, cabang Pegadaian Syariah). Selain aliansi kedua lembaga
dimaksud, gadai syariah juga dilakukan oleh bank-bank umum lainnya yang
membuka unit usaha syariah (UUS).3
Bank Muamalat Indonesia (BMI), dalam mengembangkan usahanya
mencoba membuat produk gadai syariah, namun tidak memiliki sumber daya
manusia (SDM) dan peralatan yang cukup memadai, kemudian Bank Muamalat
Indonesia (BMI) mendapat sambutan positif dari pihak perum pegadaian yang
sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.4
Tidak lama dari adanya tawaran kerjasama tersebut, maka pada tahun
2002 mendapat kesempatan yang dibuat antara Perum Pegadaian dengan BMI
pada tanggal 20 Desenber 2002 pendatangan kerjasama dilakukan. Perjanjian
kerjasama antara Pegadaian dan BMI tentang Gadai Syariah tersebut adalah No.
446/SP 300.223/2002 dan 015/BMI/PKS/XII/2001. Kemudian pada tanggal 14
januari 2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama unit layanan
gadai syariah untuk operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian Unit
Layanan Gadai Syariah.5
3Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h. 16
4Pegadaian Syariah, Company Profile, http:// www.pegadaianonline. Com diakses pada
tanggal 25 April 2011
5Pegadaian Syariah Company Profile
47
Mengingat adanya peluang dalam mengimplementasikan Rahn/gadai
syariah, maka Perum Pegadaian bekerja sama dengan Lembaga Keuangan
Syariah melaksanakan Rahn yang bagi Pegadaian dapat dipandang sebagai
pengembangan produk, sedang bagi Lembaga Keuangan Syariah dapat berfungsi
sebagai kepanjangan tangan dalam pengelolaan produk Rahn. Untuk mengelola
kegiatan tersebut, Pegadaian telah membentuk Divisi Usaha Syariah yang
semula dibawah binaan Divisi Usaha Lain.
Pembentukan gadai ini berdasarkan Fatwa DSN No. 25 dan 26 tentang
gadai (Rahn) dan Rahn emas. DSN MUI/II/2002, ketentuannya seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Juga berdasarkan pada peraturan pemerintah No.103/2000
tentang perum pergadaian, bagian keempat kegiatan dan pengembangan usaha
penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta usaha-usaha lainnya yang
dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, dalam hal usaha
pengembangan tersebut adalah Perbankan Syariah.
Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor
wilayah seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di
Jakarta khususnya, pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat
kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah jabotabek, seperti Cabang Dewi
Sartika, Cabang Margonda Depok, Cabang Cinere, Cabang Pondok Aren.6
Setelah itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai
syariah, maka pada tahun 2004, kantor wilayah perum pegadaian telah membuka
kantor cabang baru yang beralokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor
6“Brosur Pegadaian Syariah”, tahun 2008
48
cabang Cinere yang beralokasi di Jl. Karang Tengah No 25 D Lebak Bulus,
kantor cabang ini didirikan tepatnya pada tanggal 10 November 2004.
Dalam mendirikan kantor cabang Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Jakarta Selatan ini, maka Pegadaian Syariah bekerja sama dengan BMI pada
awalnya. Yang dananya berasal dari BMI tersebut, maka berdirilah Pegadaian
Syariah Cabang Cinere yang beralokasi di Jl. Karang Tengah No 25 D Lebak
Bulus Jakarta Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama tersebut beralih kepada
Bank Syariah Mandiri (BSM).7
B. Tujuan Berdirinya Pegadaian Syariah
Sesuai dengan PP 103 Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan
kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum
gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan
layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia, dan lainnya. Sejalan dengan
kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk :
1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah
ke bawah.
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak
wajar lainnya.8
7Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang
Cinere, Jakarta, 18 April 2011.
8http://wordpress.com sekilas-tentang-pegadaian-syariah/ diakses pada tangal 26 maret 2011
49
3. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara cepat, praktis dan
menentramkan.9
C. Visi dan Misi
Visi pegadaian syariah tahun 2013 menjadi ”champion” dalam
pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fiducia bagi masyarakat menegah
kebawah.
Sedangkan misi dari pegadaian syariah:
1. Membantu program pemerinta meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya
golongan menegah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang
terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan menegah atas
dasar hukum gadai dan fidusia.
2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
D. Produk-Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere
1. Gadai Syariah (Ar-Rahn)
Produk gadai syariah adalah skim pinjaman yang mudah dan praktis
untuk memenuhi kebutuhan dana dengan sistem gadai sesuai syariah dengan
9 Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang
Cinere, Jakarta, 18 April 2011.
50
barang jaminan berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik dan kendaraan
bermotor.10
2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)
Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga
merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil.
Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan
logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan
dengan jangka waktu fleksibel11
.
Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah
persetujuan atau zkesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan
Nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan
biaya-biaya yang disepakati.12
3. Pembiayaan Ar-Rum
Ar-Rum adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha
Mikro dan Kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sisitem
pengembalian secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor/
mobil13
.
10
Pegadaian Syariah, Brosur Gadai Syariah, Jakarta:2009
11
Pegadaian Syariah, Brosur MULIA Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi,
Jakarta:2009
12
Pegadaian Syariah, Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta
13
Pegadaian Syariah, Brosur Pembiayaan ARRUM, Jakarta:2009
51
4. Jasa Taksiran
Jasa taksiran adalah suatu layanan kepada masyarakat yang peduli
akan harga atau nilai harta benda miliknya. Dengan biaya yang relative
ringan, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas
suatu barang miliknya setelah lebih dahulu diperiksa dan taksiran oleh juru
taksiran berpengalaman.
Kepastian nilai atau kualitas suatu barang. Misalnya kualitas emas atau
batu permata, data memberikan rasa aman lebih pasti bahwa barang tersebut
benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi. Kebimbangan anda tidak
akan berlarut-larut dan kepentingan anda akan terlindungi.
5. Jasa Titipan
Dalam dunia perbankan, layanan ini dikenal sebagai safe deposit box.
Harta dan surat di jaga keamanannya agar tidak sampai hilang, rusak atau di
salagunakan orang lain. Tetapi ternyata tidak selamanya barang dan surat
berharga itu aman di tangan sendiri.
Jika anda mendapatkan kesulitan “mengamankan” nya di rumah
sendiri, karena akan dinas ke luar kota/luar negeri, menunakan ibadah haji,
berlibur, sekolah di luar negeri, dll. Percayakan saja penyimpannya kepada
kami. Jangka waktu penitipan dua minggu sampai dengan satu tahun dan
dapat di perpanjang. Kami akan menjaga dan melindunginya dngan penuh
perhatian.
52
6. Krista
Salah satu bentuk fasilitas pinjaman yang dapat diperoleh para Usaha
Rumah Tangga adalah Krista.
Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga, serta
menyejahterakan masyarakat suatu misi yang diemban Pegadaian sebagai
BUMN. Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan usaha produktif,
Usaha Rumah Tangga melalui pemberian berbagai fasilitas kredit yang cepat,
mudah dan murah.
7. Kucica
Kucica adalah suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri
yang berkerjasama dengan Westren Union.
E. Mekanisme dan Operasional
Operasi Pegadaian Syariah menggambarkan hubungan diantara nasabah
dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah:14
1. Nasabah datang langsung ke loket pegadaian dengan membawa barang
jaminan untuk ditaksir oleh penaksir pegadaian syariah.
2. Barang jaminan diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan hargannya,
berdasarkan taksiran yang dibuat, ditetapkan berapa uang
pinjaman/pembiayaan yang dapat diterima.
14
“Brosur Pegadaian Syariah”, thn 2008
53
3. Apabila akad telah disepakati oleh mengenai berbagai hal seperti kesepakatan
besarnya pinjaman/pembiayaan dan lainnya maka akad rahn dan akad sewa
(ijarah) dan tanda tangani oleh kedua belah pihak.
4. Nasabah menyerahkan atau membayar pinjaman/pembiayaan uang sebagai
berikut lainnya yang telah disepakati kepada murtahin.
5. Marhun dikembalikan lagi kepada nasabah oleh murtahin
Gambar 3.2
Skema Pegadaian Syariah
Marhun
bih/utang
Pegadaian
1. Nasabah menyerahkan
jaminan
3. Pegadaian membayar
nasabah
Marhun/jaminan
Nasabah
2. Akad
4. Penebusan
Jaminan
54
Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak datang ke pegadaian
untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepakatan akad yang telah diperjanjikan
sebelumnya barang gadai akan dilelang ileh murtahin. Namun sebelumnya
murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaaan rahin penyebab ia belum
melunasi hutangnya melalui telephon.15
Jika murtahin telah memberikan rahin dan rahin tersebut minta tenggang
waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus memberikan
waktu tersebut dengan membuaat perjanjian baru yang disepakati oleh kedua
belah pihak. Namun jika rahin tetap tidak memperpanjang waktu pembayaran dan
tidak melunasi pinjaman hingga jatuh tempo maka murtahin akan melelang
marhun.
Pelelangan seminggu sebelum pelaksanaan. Harga lelang ditetapkan diatas
harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian dari pegadaian. Bila
harga lelang laku di bawah hutang nasabah, maka pihak pegadaian akan meminta
kembali kekurangan kepada nasabah. Namun bila harga lelang diatas kelebihan
maka uang itu akan dikembalikan kepada nasabah.
F. Struktur Organisasi
Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang terletak di JL. Karang tengah
No.25D Lebak Bulus Jakarta Selatan, kantor cabang ini didirikan tepatnya pada
tanggal 10 November 2004. Adapun struktur organisasi kantor Pegadaian Syariah
Cabang Cinere sebagai berikut:
15
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah
55
1. Manager Cabang, bertugas mengelola operasional cabang yaitu
menyalurkan uang pinjaman (Qard) secara hukum gadai yang didasarkan
pada penerapan Prinsip-Prinsip Syariah Islam. Disamping itu, pimpinan
cabang juga melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh
manajemen serta mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan
pihak lain.
2. Penaksir, bertugas menaksir Marhun (Barang Jaminan) untuk menentukan
mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka
mewujudkan penetapan penaksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra
baik perusahaan.
3. Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan dan pembayaran serta
pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan operasional kantor cabang.
4. Pemegeng Gudang, betugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun.
5. Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan
menerima, menjaga, menyimpan, merawat, mengeluarkan dan
mengadministrasikan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka
mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik rahini (pegadai).
6. Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam
lingkungan kantor dan sekitarnya.
56
7. Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung kerja,
mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menjaga kelancaran tugas
administrasi dan tugas operasional kantor cabang.16
16
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah,h.1.E.1
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia
Dilihat dari perkembangan penjualan logam mulia ternyata dari awal
adanya produk mulia sampai sekarang itu sangat pesat sekali perkembangannya,
apa lagi sekarang dilihat dari segi keuntungan Mulia setiap bulan ada kenaikan
harga, maka dipegadaian ini banyak sekali nasabah atau peminat yang membeli
logam Mulia baik itu dengan cara tunai/ pelunasan maupun secara angsuran.
Tabel 4.2
Data Perkembangan Penjualan Logam Mulia Tahun 2008 s/d 2010
Tahun Total Pendapatan
Penjualan Logam
Mulia
Perubahan
Penjualan
Logam Mulia
Persentase
(%)
2008 101.031.500 -
2009 384.996.000 283.964.500
20 %
2010 878.597.500 493.601.500
36 %
Jumlah 1.364.625.000 777.566.000
56 %
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Pada tahun 2008 pendapatan penjualan logam mulia sebesar Rp
101.031.500,-. Kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp
58
283.964.500,- dengan persentase 20%, sehinga total pendapatan penjualan logam
mulia menjadi sebesar Rp 384.996.000,-. Kemudian pada tahun 2010 kenaikan
terlihat mengalami kenaikan yang cukup signifikan kurang lebih dua kali lipat
dari tahun sebelumnya. Total pendapatn menjadi Rp 878.597.500,- dengan
persentase sebesar 36%.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan
pendapatan penjualan logam mulia di pegadaian syariah cabang cinere selama
periode 2008 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp 1.364.625.000,- Apabila
dipresentasikan kenaikan pendapatan penjualan logam mulia selama tiga tahun
yaitu sebesar 56%.
B. Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Tabel 4.3
Data Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Tahun 2008 s/d 2010
Tahun Total Pendapatan
Pegadaian Syariah
Perubahan
Pendapatan
Pegadaian Syariah
Persentase
(%)
2008 50.072.645.000 -
2009 68.163.664.000 18.091.019.000 9 %
2010 74.524.248.000 63.360.584.000 32 %
Jumlah 192.760.557.000 81.451.603.000
44%
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
59
Pada tahun 2008 pendapatan pegadaian syariah cabang cinere sebesar Rp
50.072.645.000-. Kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan aebesar Rp
18.091.019.000,- dengan persentase 9%, sehinga total pendapatan pegadaian
syariah cabang cinere menjadi sebesar Rp 68.163.664.000,-. Kemudian pada
tahun 2010 kenaikan terlihat mengalami kenaikan yang cukup signifikan kurang
lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Total pendapatn menjadi Rp
74.524.248.000,- dengan persentase sebesar 32%.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan
pendapatan pegadaian syariah cabang cinere selama periode 2008 sampai dengan
2010 adalah sebesar Rp 192.760.557.000,- Apabila dipresentasikan kenaikan
pendapatan pegadaian syariah selama tiga tahun yaitu sebesar 41%.
C. Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah
Berdasarkan data diatas, total pendapatan penjualan logam mulia dan total
pendapatan pegadaian syariah tahun 2008 s/d 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Total Pendapatan Pegadaian Syariah
Cabang Cinere Tahun 2008 s/d 2010
Tahun Total Pendapatan
Penjualan Logam Mulia (X)
Total Pendapatan
Pegadaian Syariah (Y)
2008 101.031.500 50.072.645.000
2009 384.996.000 68.163.664.000
60
2010 878.597.500 74.524.248.000
Jumlah 1.364.625.000 192.760.557.000
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X (Pendapatan
Penjualan Logam Mulia) dengan variabel Y (Pendapatan Pegadaian) maka dapat
dilihat dari r pada hasil analisis regresi pada Model Summary. Pada dasarnya r
terletak antara -1 sampai dengan 1. Maka kriteria untuk analisis korelasi adalah:
1. Jika r mendekati -1 atau sama dengan 1, maka hubungannya antara variabel X
dan Y negatif dan kuat.
2. Jika r mendekati 1 atau sama dengan 1, maka hubungannya antara variabel X
dan Y positif dan kuat.
3. Jika r mendekati 0 atau sama dengan 0, maka hubungannya antara variabel X
dan Y sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali.
Apabila ternyata nilai r mendekati 1, maka hubungan X dan Y dinyatakan
kuat sekali dan analisis dilanjutkan dengan analisis regresi linier. Untuk
memperkirakan besarnya pengaruh X terhadap Y kemudian meramalkan Y
dengan menggunakan regresi sebagai berikut: Ŷ= a + bX, maka dapat dilihat dari
hasil analisis regresi pada tabel Coefficients. Kemudian untuk mengetahui
seberapa besar sumbangan atau pengaruh variabel X terhadap Y dapat dihitung
dengan menggunakan rumus koefisien Determinasinya (r2
dimana r = koefisien
Determinasinya r2), yaitu: kp= r
2 , dimana r = koefisien korelasi atau dapat dilihat
dari hasil analisis regresi pada tabel Model Summary.
61
Berikut hasil analisis regresi pendapatan penjualan logam mulia terhadap
pendapatan pegadaian syariah cabang cinere tahun 2008 s.d 2010, dengan
menggunakan SPSS 16.0 for widows.
1. Variabel Enterd/ Removed
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara penjualan produk
logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah, dapat dilakukan dengan
analisa variabel yang dimasukan dan variabel yang dikeluarkan.
Tabel 4.5
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Penjualan Logam
Muliaa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pendapatan Pegadaian Syariah
Pada variabel entered atau removed di atas tampak bahwa variabel
yang dimasukan atau yang digunakan adalah variabel penjualan logam mulia
(X) sebagai variabel independent untuk dilihat pengaruhnya terhadap variabel
dependentnya yaitu pendapatan Pegadaian Syariah .
62
2. Analisa Regresi Liniear Sederhana (Simple Regression Analysis) atau
Koefisien Determinasi (KD)
Tabel 4.6
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .535a .286 .265 9.228E8 1.503
a. Predictors: (Constant), Logam Mulia
b. Dependent Variable: Pendapatan Pegadaian
Dari hasil table 4.6 model summary pada bagian ini memberikan data
untuk menentukan besarnya pengaruh pendapatan penjualan logam mulia
terhadap pendapatan pegadaian syariah cabang cinere,
Maka berdasarkan hasil print out SPSS pada model summary
diperoleh:
a. Nilai Adjusted R Square (R2
) adalah 0,286 atau 28,6. Hal ini berarti
bahwa 28,6% variable pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan
oleh variable pendapatan penjualan logam mulia (X) artinya pendapatan
pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh penjualan logam mulia (X)
sebesar 28,6%. Sedangkan sisanya 28% (100%-28,6%= 71,4%) dijelaskan
oleh factor-faktor lain.
b. Nilai R hitung = 0, 535 nilai R yang mendekati 1, artinya ada hubungan
yang positif dan sangat kuat sekali antara variable X (pendapatan
penjualan logam mulia) terhadap variable Y (pendapatan pegadaian
syariah).
63
Tabel 4.7
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.162E19 1 1.162E19 13.641 .001a
Residual 2.895E19 34 8.515E17
Total 4.057E19 35
a. Predictors: (Constant), pendapatan penjualan logam mulia
b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah
3. Analisis Pengujian Hipotesa
a. Uji T Statistik
Uji t adalah menguji masing-masing variabel bebas terhadap
variabel tidak bebasnya.
Hipotesis:
Ho : β1 = 0, pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan
pegadaian syariah tidak berpengarug signifikan.
H1 : β1 ≠ 0, pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan
pegadaian syariah berpengaruh signifikan.
Berdasarkan probabilitas:
1) Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan menerima H1.
2) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan meolak H1
64
Tabel 4.8
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
T Sig.
95% Confidence Interval for B
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Lower Bound Upper Bound
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 4.553E
9 2.659E8
17.125 .000 4.013E9 5.094E9
Penjualan
logam mulia 18.413 4.985 .535 3.693 .001 8.282 28.545 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Pendapatan pegadaian syariah
Dari coefficients diatas maka hasil perhitungan diketahui, bahwa
1) Uji terhadap constanta atau intercept
Nilai sig pendapatan penjualan logam mulia sebesar 0,000. Hasil table
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak H1 diterima. Berarti data ini signifikan
artinya variabel X yaitu penjualan logam mulia mempunyai pengaruh
terhadap variabel Y yaitu pendapatan pegadaian syariah.
2) Uji terhadap koefisien regresi
Signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,000 < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti data ini signifikan artinya variabel
X yaitu penjualan logam mulia mempunyai pengaruh terhadap
variabel Y yaitu pendapatan pegadaian syariah.
65
b. Uji F Statistik
Uji F merupakan uji secara bersama-sama seluruh variable
bebasnya terhadap variable tidak bebasnya. Pada bagian ini ditampilkan
tabel analisis varians (ANOVA).
Tabel 4.9
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.162E19 1 1.162E19 13.641 .001a
Residual 2.895E19 34 8.515E17
Total 4.057E19 35
a. Predictors: (Constant), pendapatan logam mulia
b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah
Berdasarkan hasil print out tabel anova di atas disebut juga sebagai
uji F statistik. Untuk menguji hipotesis apakah pendapatan pegadaian
dapat dipengaruhi oleh penjualan logam mulia dengan cara
membandingkan angka signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel
0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti signifikan artinya
secara bersama-sama variabel bebasnya penjualan logam mulia
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebasnya yaitu
pendapatan pegadaian.
66
4. Koefisien Regresi
Dalam koefisien regresi bilangan konstanta (a) adalah bilangan yang
menunjukan penjualan logam mulia sebelum adanya pengaruh dari
pendapatan pegadaian syariah (X=0)
Koefisien regresi atau parameter (b) positif, maka menunjukan adanya
pengaruh terhadap penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian
syariah.
Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana adalah
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Pendapatan Pegadaian Syariah
X = Penjualan Logam Mulia
a = Konstanta, yaitu nilai Y bila X=0
b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
67
Tabel 4.10
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
t Sig.
95% Confidence Interval for B
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Lower Bound Upper Bound
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 4.553E
9 2.659E8
17.125 .000 4.013E9 5.094E9
Penjualan
logam mulia 18.413 4.985 .535 3.693 .001 8.282 28.545 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Pendapatan pegadaian syariah
Hasil dari table 4.10 pada hasil print out spss coefficients untuk
menentukan koefisien regresi. Bahwa persamaan regresi untuk pendapatan
penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah yaitu:
Y= 4,553 + (18,413 X)
a = angka konstanta sebesar 4,553 menyatakan bahwa jika tidak ada
pendapatan penjualan logam mulia (X), maka pendapatan pegadaian syariah
(Y) sebesar 4,553
b = Koefisien regresi 18,413 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali
pendapatan penjualan logam mulia maka akan menurunkan pendapatan
pegadaian syariah sebesar 18,413. Dan begitu juga sebaliknya jika koefisien
regresi menunjukkan 18,413 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali
68
pendapatan penjualan logam mulia maka akan meningkatkan pendapatan
pegadaian syariah sebesar 18,413.
5. Analisis Pengujian Asumsi Klasik
a. Asumsi Normalitas
Apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dimana data
yang baik itu harus berdistribusi normal. Salah satu cara mendeteksinya
adalah dengan cara melihat normal P plot hasil print out SPSS. Jika titik-
titiknya mendekati garis diagonal maka dapat dikatakan data berdistribusi
normal. Dan sebaliknya jika menjauhi garis diagonal data tersebut tidak
berdistribusi normal.
Gambar 4.3
69
Pada gambar P plot diatas maka dapat disimpulkan bahwa grafik
di atas dapat terlihat bahwa titik-titiknya (data) menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas artinya data ini terdistribusi normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Merupakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan dalam
fungsi regresi. Data yang baik untuk yang tidak ada masalah.
Heterokedastisitas ≠ homokedastisitas, salah satu cara mendeteksinya
adalah dengan melihat scater plotnya.
Gambar 4.4
70
Dari hasil uji heteroskedastisitas yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan SPSS 16,0 pada gambar di atas, sama halnya dengan
prinsip normalitas uji heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik). Maka berdasarkan pada gamabar di atas, pada
scatterplotnya dapat dilihat titi-titiknya menyebar di derah positif dan
negatif serta tidak membentuk pola, sehingga dapat disimpulkan data
tersebut tidak ada masalah heterokedastisitas (Homokedastisitas)
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Pengambil Keputusan ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Tolak 0 < d< dl
Tidak ada autokorelasi
positif
No Decision 0 < d < du
Tidak ada autokorelasi
negatif
Tolak 4 – dl < d 4
Tidak ada autokorelasi
negatif
No Decision 4- du < d < 4 - dl
Tidak autokorelasi
positif, negatif
Tidak Ditolak Du < d < 4 - du
71
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .535a .286 .265 9.228E8 1.503
a. Predictors: (Constant), pendapatan logam mulia
b. Dependent Variable:
pendapatan pegadaian
Nilai Durbin Watson yang didapat pada penelitian ini adalah
1.503, nilai ini akan dibandingkan dengan menggunakan nilai signifikan 5
% jumlah sampel 36 dan jumlah variabel independen (variabel bebas) 1
(k=1), Cara menghitung manual dengan asumsi tingkat kesalahan 5%,
variabel bebas (K=1) dengan total df+1 = 35 + 1 = 36, nilai durbin lower
(dl) sebesar 1,41 dan durbin upper (du) sebesar 1,52 (data dl dan du bisa
dilihat pada tabel statistik d Durbin-Watson, dengan alfa 5%). Maka dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Maka tabel Durbin Watson akan didapatkan sebagai berikut:
Tabel 4.12
Manual Perhitungan Durbin-Watson
Berdasarkan print out pada model summary dapat dilihat nilai Durbin-
Watson sebesar 1,503 artinya ada korelasi satu sama lain karena terletak
Korelasi
(+)
Tidak ada
Korelasi
Tidak tahu Tidak tahu Korelasi
(-)
0 Dl=1,41 Du=1,52 4-du=2,48 4-dl=2,59 4
72
didaerah positif (+) dan di antara 0 dan durbin lower (du). Maka data ini
berpengaruh pada penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian
syariah.
D. Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Sebelum dan
Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia
Tabel 4.13
Data Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Sebelum dan Sesudah Menjualkan/ Memasarkan Produk Logam Mulia
Tahun Pendapatan Pegadaian
Syariah Sebelum
Menjualkan Produk Logam
Mulia
Pendapatan Pegadaian
Syariah Sesudah
Menjualkan Produk Logam
Mulia
2005 11.417.762.000
2006 23.630.086.000
2007 32.434.529.000
2008 50.072.645.000
2009 68.163.664.000
2010 74.524.248.000
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Dilihat dari tabel 4.13 diatas pendapatan Pegadaian Syariah Cabang
Cinere sebelum dan sesudah menjualkan / memasarkan produk logam mulia
ada yang mengalami penurunan pendapatan dan ada juga yang mengalami
peningkatan.
73
Pada tabel diatas pendapatan pegadaian syariah sebelum memasarkan
produk logam mulia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu
pesat. Dan pada awal pegadaian syariah memasarkan menjualkan produk
logam mulia pada tahun 2008 pendapatan pegadaian syariah cabang cinere
tercatat sebesar Rp 50.072.645.000,-.
Sesudah memasarkan produk logam mulia pendapatan pegadaian
syariah mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun,
terhitung sejak awalnya pegadaian syariah cabang cinere menjualkan /
memasarkan produk logam mulia sejak tahun 2008 s/d 2010. Kenaikan
pendapatan terkecil pegadaian syariah cabang cinere pada tahun 2008 yaitu
sebesar Rp 50.072.645.000,-. Sedangkan kenaikan pendapatan terbesar
pegadaian syariah cabang cinere pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp
74.524.248.000,-. Hal ini memberikan dampak positif bagi pegadaian syariah
cabang cinere dalam memperoleh keuntungan dari penjualan produk logam
mulia.
Dari tabel XIV perbandingan pendapatan pegadaian syariah cabang
cinere sebelum dan sesudah memasarkan produk logam mulia dari laporan
keuangan tahun 2005 s/d 2010 mengalami peningkatan secara drastis dan
tidak ada mengalami penurunan pendapatan.
74
E. Analisis Kendala-kendala yang Mempengaruhi Penjualan Produk Logam
Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang
Cinere
Kendala yang dihadapi pegadaian syariah cabang cinere dalam penjualan
produk logam mulia:
1. Tidak ada stock langsung produk logam mulia di pegadaian syariah
2. Lamanya menuggu pesenan barang (logam mulia) dari PT ANTAM ke
pegadaian pusat maka harus menuggu satu sampai tiga bulan untuk
mendapatkan kiriman barang pesenan nasabah.
3. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaruhi pelayanan dalam
penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli logam mulia
tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat segera
memfasilitasi pembelian logam mulia dengan pembayaran cicilan melalui
kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah mengingat
jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang memfasilitasi produk
logam mulia tidak selalu dekat.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa permasalahan maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh penjualan logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian
syariah cabang cinere laporan keuangan (Periode tahun 2008 s/d 2010)
berdasarkan hasil data print out SPSS yaitu sebagai berikut:
a. Hasil dari tabel Summary, Nilai Adjusted R Square (R2
) adalah 0,286 atau
28,6. Hal ini berarti bahwa 28,6% variable pendapatan pegadaian syariah
(Y) dapat dijelaskan oleh variable pendapatan penjualan logam mulia (X)
artinya pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh penjualan
logam mulia (X) sebesar 28,6%. Sedangkan sisanya 28% (100%-28,6%=
71,4%) dijelaskan oleh factor-faktor lain. Yang tidak diungkapkan dalam
penelitian ini. Produk logam mulia ini masih relative kecil kontribusinya
terhadapa total pendapatan pegadaian syariah.
b. Nilai R hitung = 0, 535 nilai R yang mendekati 1, artinya ada hubungan
yang positif dan sangat kuat sekali antara variable X (pendapatan
penjualan logam mulia) terhadap variable Y (pendapatan pegadaian
syariah). Hal ini menjelaskan bahwa ternyata pendapatan dari penjualan
76
logam mulia sangat member dampak positif dan baik/ kuat terhadap
pendapatan pegadaian syariah.
c. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan uji t dan uji f statistik, hasil
angka kedua uji tersebut lebih kecil dibandingkan nilai signifikan yaitu
0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan
bahwa variabel bebas yaitu penjualan logam mulia yang di uji secara
terpisah maupun bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
bebasnya yaitu pendapatan pegadaian syariah.
d. Sedangkan hasil keseluruhan pengujian asumsi klasik, data yang telah
diolah yaitu data penjualan logam mulia dan pendapatan pegadaian
syariah ini berdistribusi normal dan tidak mempunyai masalah pada
heteroskedastisitas (homokedastisitas) karena scatterplotnya untuk titik-
titiknya menyebar kedaerah positif dan negatif sehingga tidak membentuk
pola, jadi tidak ada masalah heteroskedastisitas. Untuk autokorelasi
ditebel durbin watsonnya ada korelasi satu sama lain karena terletak
didaerah positif.
2. Kendala yang dihadapi pegadaian syariah cabang cinere dalam penjualan
produk logam mulia:
a. Tidak ada stock langsung produk logam mulia di pegadaian syariah
b. Lamanya menuggu pesanan barang (logam mulia) dari PT ANTAM ke
pegadaian pusat maka harus menuggu satu sampai tiga bulan untuk
mendapatkan kiriman barang pesenan nasabah.
77
c. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaharuhi pelayanan
dalam penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli
logam mulia tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat
segera memfasilitasi pembelian logam julia dengan pembayaran cicilan
melalui kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah
mengingat jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang
memfasulitasi produk logam mulia tidak selalu dekat.
B. Saran
1. Pihak pegadaian syariah cabang cinere perlu melakukan upaya peningkatan
sosialisasi kepada masyarakat luas tentang keberadaan produk logam mulia
dengan melibatkan banyak pihak seperti praktisi, akademisi, dan ulama
dibidang ekonomi syariah.
2. Pegadaian syariah cabang cinere harus bisa mempertahankan atau lebih baik
lagi jika dapat meningkatkan kegiatan penjualan logam mulia yang sudah
dilaksanakan dengan baik agar dapat meningkatkan pendapatan pegadaian
syariah.
3. Dengan adanya produk logam mulia ini, diharapkan memberikan stimulus
atau rangsangan bagi masyarakat umum dan nasabah untuk hidup lebih
hemat, efektif dan efisien dengan menabung dalam bentuk logam mulia yang
terbukti keuntungannya.
4. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaruhi pelayanan dalam
penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli logam mulia
78
tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat segera
memfasilitasi pembelian logam mulia dengan pembayaran cicilan melalui
kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah mengingat
jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang memfasulitasi produk
logam mulia tidak selalu dekat.
5. Pegadaian syariah cabang cinere untuk mempunyai banyak stock langsung
produk logam mulia supaya nasabah tidak menunggu lebih lama, apalagi
menunggu sampai 3 bulan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al-Karim.
Ali, Zainudin. Hukum Gadai Syarih. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1919.
Amin, Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: UIN Press, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani, 2001, Cet. Ke-1.
-------------, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta, BI Bekerjasama dengan
Tazkia Institute, 1999.
Anshori, Ghofur Abdul, Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabeta,
2005.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007.
Azharudin AH Latif, Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007, Edisi III
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainny. Jakarta: Kencana, 2005.
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat). Edisi 1, cet
ke -2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Marbun, BN. Kamus manajemen. (Jakarta: pustaka sinar, 2003), cet. Ke-3
Mulyo, Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2009.
Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonline.com diakses pada
tanggal 25 April 2011.
80
Pass, Christopher dan Lowes, Bryan, Kamus Lengakap Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.1999, Cet. Ke-2
Rama, Ali “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 13 Mei 2011
dari http://ekonomiislami.wordpress.com/ ekonomi-syariah-dan-outlook-
2011/
Rais, Sasli http://sasli-rais.blogspot.com/ diakses 13 juni 2011
Rifai, Veitzal. dkk. Bank and Financial Institution Managemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Rindjin, ketut. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Rochaety, Ety. Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS Edisi
Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009.
Rodoni, Ahad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23, Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Sumatra Utara. h.5.
http://www.pendapatan.com diakses pada tanggal 8 Februari 2011.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: Pt. Alex Media
Komputindo, 2000.
Sjahdeni, Sutan Remy , Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Suseno, Priyonggo dan Sudarsono, Heri. Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah Lainnya. Yogyakarta: UII Press, 2004.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Cet ke -3
Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar dan Mengurai Serat Ekonomi Keuangan
Islam. Tangerang: Kholam Publishing, 2008.
Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2001. Jilid II. Ed. Ke-6.
Tanuwidjaja, William. Cerdas Investasi Emas. Yogyakarta: Media Pressindo, 2005
Tim Penulis Fakultas Syariah & Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta:
t.p., 2007.
81
Pegadaian Syariah, Pedoman Operasional Gadai Syariah. Jakarta 2008
“Brosur MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)”
“Brosur Pembiayaan ARRUM, Jakarta:2009”
“Logam Mulia” artikel diakses pada tanggal 10 maret 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_mulia.
Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah
Cabang Cinere, Jakarta, 18 April 2011.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Wawancara Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Nama : Irfan Awaludin
Jabatan : Administrasi dan Pembiayaan
Hari/ Tanggal: 28 April 2011
1. Penulis: Kapankah produk logam mulia diopersionalkan di pegadaian syariah cabang
cinere?
Responden: Produk logam mulia diopersionalkan di pegadaian syariah cabang cinere
ini sejak November 2008.
2. Penulis: Bagaimana operasional pembelian logam mulia pada pegadaian syariah
cabang cinere?
Responden :Teknik operasional dalam pembelian produk logam mulia
menggambarkan hubungan antara nasabah, pegadaian syariah, dan PT ANTAM Tbk
dalam proses transaksi diawali dengan pemintaan atau permohonan pembiayaan
logam mulia , serta implementasi dari akad dan prinsip syariah yang terkandung
dalam produk logam mulia. Proses transaksi diawali dengan permintaan/ permohonan
pembiayaan logam mulia oleh nasabah (pemesan). Tapi di pegadaian syariah ini
harus menuggu lama barang yang di pesan, kaena harus menuggu dari pegadaian
pusat dulu.
3. Penulis: Berapa jumlah nasabah produk logam mulia hingga saat ini?
Responden: Jumlah nasabah logam mulia dari tahun 2009 s/d tahun 2011 sebanyak
276 nasabah.
4. Penulis: Bagaimana analisis dan perkembangan produk logam mulia ini dari awalnya
keluar produk sampai sekarang?
Responden:Dilihat dari perkembangan MULIA ternyata dari awal adanya produk
MULIA sampai sekarang itu sangat pesat sekali perkembangannya,apa lagi sekarang
dilihat dari segi keuntungan MULIA setiap bulan ada kenaikan harga, maka
dipegadaian ini banyak sekali nasabah atau peminat yang membeli logam MULIA
baik itu dengan cara tunai/ pelunasan maupun secara angsuran. Maka pada dasarnya
perkembangan produk logam MULIA ini sangat baik sekali kalau dilihat dari segi
omset pendapatan Pegadaian syariah cabang cinere,,baik dari cabang maupun OPC2.
5. Penulis: Dengan adanya produk logam mulia ini, apakah perkembangan pendapatan
operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere meningkat atau menurun?
Responden: jelas, sangat meningkat dan membantu sekali untuk omset dan
pendapatan pegadaian syariah cabang cinere ini. Karena ap? Larena dilihat dari segi
kacamata pegadaian cabang cinere ini sangat begitu lumayan apalagi setiap bulannya,
banyak sekali nasabah, dan ada nasabah yang membeli produk Logam MULIA ini
sampai 1 Miliyar, jadi perkembangan pendapatan operasional pegadaian sangat begitu
meningkat dengan ada bantuan produk Logam MULIA ini,menambah omset
pendapatan pegadaian.
6. Penulis: Bagaimana pengaruh produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan
pegadaian syariah cabang Cinere?
Responden: Pengruh produk logam mulia ini sangat begitu membantu omset
pendapatan setiap bulannya, karena banyak sekali nasabah atau masyarakat yang
meginvestasikan ke emas atau disebut juga dengan logam Mulia, maka di pegadaian
syariah cabang cinere ini banyak nasabah yang berminat untuk membeli logam mulia
ini.
Untuk membeli produk logam mulia ini melalui 2 sistem, ada system pelunasan ada
system angsuran. Kalau system pelunasan disini ada margin ongkos kirim dan juga
administrasi, untuk administrasi yang 5 grm,10,gram 50 ribu, klau ongkos kirim
tergantung pada nilai emas nya.
7. Penulis: Bagaimana mekanisme pembelian logam mulia di pegadaian syariah cabang
cinere?
Responden: pegadaian syariah dalam melaksanakan mekanisme pembiayaan fasilitas
produk logam mulia menggunakan dua akad, yaitu: akad murabahah dan rahn.
Melalui akad murabahah pegadaian syarih menetapkan kuntungan dan menarik uang
muka sesuai dengan konsep murabahah berdasarkan kesepakatan bersama antara
kedua belah pihak. Sedangkan melalui akan rahn, objek jual beli (logam mulia)
djadikan jaminan (marhun) apabila pembayaran dlakukan secara angsuran/cicilan.
8. Penulis: Kendala apa saja yang mempengaruhi produk logam mulia terhadap
pendapatan pegadaian syariah cabang Cinere?
Responden: untuk di pegadaian syariah kalau produk Logam MULIA ini kendala nya
ada satu karena kita kerja sama dengan PT ANTAM, untuk pegadaian syariah ini kita
punya stock barang, kendalanya apabila banyak nasabah datang ke pegadaian syariah
untuk membeli logam mulia permintaan sangat banyak sekali, sedangkan untuk stock
di pegadaian syariah ini kurang, maka disini nasabah inden/menuggu barang,,untuk
menunggu barang pesenan itu kurang lebih satu bulan tiga bulan tergantung kiriman
dari pusat pegadaian dan dari PT ANTAM nya juga.
9. Penulis: Apa keuntungan dan manfaat produk logam mulia pada pegadaian syariah
dan nasabah itu sendiri?
Responden: Untuk keuntungan ada 2 keuntungan, yang pertama keuntungan buat
perusahaan yang kedua keuntungan buat nasabah. Untuk keuntungan buat nasabah
jelas yang namanya logam mulia investasi abadi, dan sekarang harga emas hampir
setiap hari, minggu, bulan selalu meningkat maka keuntungan nya dari situ,walaupun
sekarang dolar lagi turun tapi emas tetap naik,
10. Penulis: Apa saja fasilitas yang disediakan dalam pembayaran angsuran pada produk
Logam Mulia? Apa bisa transfer melalui atm, internet banking dan sebagainya?
Responden: Pembayaran bisa secara lagsung,untuk debit,BNI,
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 xa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: pendapatan
pegadaian
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .535a .286 .265 9.228E8 1.503
a. Predictors: (Constant), pendapatan penjualan logam
mulia
b. Dependent Variable: pendapatan
pegadaian syariah
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.162E19 1 1.162E19 13.641 .001a
Residual 2.895E19 34 8.515E17
Total 4.057E19 35
a. Predictors: (Constant), pendapatan
penjualan logam mulia
b. Dependent Variable: pendapatan
pegadaian syaria
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 4.553E9 2.659E8 17.125 .000 4.013E9 5.094E9
Pendapatan
penjulan
logam mulia 18.413 4.985 .535 3.693 .001 8.282 28.545 1.000 1.000
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 4.553E9 2.659E8 17.125 .000 4.013E9 5.094E9
Pendapatan
penjulan
logam mulia 18.413 4.985 .535 3.693 .001 8.282 28.545 1.000 1.000
a. Dependent Variable: pendapatan
pegadaian syariah
Tabel Statistik d Durbin-Watson
top related