PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34374/1/zahidah.pdf · PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Post on 19-Aug-2018
240 Views
Preview:
Transcript
PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP
SISTEM ENDOKRIN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
ZAHIDAH FARHATI
NIM. 1110016100062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2016
•. + :
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan -
Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin", disusun oleh Zahidah
Farhati, NIM. 1110016100062, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 128 Desemberl 2016 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, Januari 2017
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Program Studi Pendidikan Biologi) f ..; ~ Dr. Yanti Herlanti, M.Pd . .%.~.'?!.:.~.\f.~~~ .. NIP. 19710119 200801 2 010
· Penguji I
Dr. Y anti Herlanti, M.Pd
NIP. 19710119 200801 2 010
Penguji II
Sillak Hasiany Siregar, M.Si
NIP.
Dekan Fakultas
,
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Zahidah Farhati
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 10 Mei 1992
NIM : 1110016100062
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep
Sistem Endokrin
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Mahmud Siregar, M.Si.
2. Nengsih Juanengsih, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini
dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,26 Agustus 2016
Zahidah Farhati
NIM.1110016100062
iii
ABSTRAK
Zahidah Farhati (1110016100062), “Pengaruh Model Learning Cycle 7E
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Endokrin
(Quasi Eksperimen di SMAN 5 Depok)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem
endokrin. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Kota Depok. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group
design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sampel penelitian berjumlah 42 siswa untuk kelompok eksperimen dan 42
siswa untuk kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan istrumen tes berupa
tes essay yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta lembar observasi guru.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif model
learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem
endokrin. Hasil yang diperoleh yaitu nilai t-hitung sebesar 3,097 dan nilai t-tabel
dengan taraf signifikasi 5% sebesar 1,99, maka t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.
Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima dan hipotesis nol (Ho)
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan
model learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
sistem endokrin.
Kata Kunci: Pembelajaran, Learning Cycle 7E, Keterampilan Berpikir Kritis
iv
ABSTRACT
Zahidah Farhati (1110016100062), “The Influence of Using Learning Cyle 7E
Model to Critical Thinking Skills Students in Endocrine System Concept (Quasi
Experiment in 5 Senior High School Depok City)”. Undergraduate Thesis, Biology
Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University.
This research aimed to know the influence of using learning cycle 7E model to
critical thimking skills students in endocrine system concept. This research had been
carried out in 5 Senior High School Depok City. This research was used quasi
experiment method with nonequivalent control group design. The sample was taken
by using purposive sampling technique. The amount research sample was 42 persons
for the experiment group and 42 persons for the control group. The data was taken by
using test instrument in essay form which had tested its validity and reliability, also
observation sheets. The hypothesis research is existing positive influence of using
learning cycle 7E model to students’ critical thimking skills in endocrine system
concept. The result of this research analized use t-test show t-hit 3,097 and t-table
1,99 (α=0,05), t-hit>ttable. So, it can be said that the alternative hypothesis (H1) was
accepted and zero hypothesis (Ho) was refused. It showed that there is influence of
using learning cycle 7E model to critical thimking skills students in endocrine system
concept.
Keyword : learning, learning cycle 7E, critical thinking skill.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Learning Cycle 7E terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada konsep Sistem
Endokrin”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula
kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan
yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua pihak, pada
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA)
3. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Biologi
4. Ir. Mahmud Siregar, M.Si. selaku Pembimbing I yang memberikan banyak
pembelajaran dan nasihat kepada penulis
5. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Pembimbing II atas pengertian,pembelajaran,
nasihat dan motivasi untuk penulis
6. Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Pendidikan Biologi kelas B FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen dan civitas akademik jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut
ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Ade Ruhyana dan Ibunda Nurlaila
juga kepada adik-adik tersayang Hasna, Zaky, Hanifa, Mu’adz, Umeir, dan
Shabrina yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
9. Kepala SMAN 5 Depok, Bapak Achmad Zarkasih, S.Pd yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian. Ibu Sugiarti, M.Pd. selaku Wakil Bidang
Kurikulum, Pak Abdul Fatah, M.Pd. selaku guru Biologi kelas XI dan seluruh
siswa kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3 angkatan 2015 yang turut membantu dalam
penelitian ini
10. Kawan-kawan angkatan 2010 P.Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terutama pembimbing ketiga: Faridatul Amaniyah atas motivasi dan bantuannya
yang luar biasa. Kepada teman-teman Biobers:Annis, Meriza, Anni, Endah dan
kawan-kawan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun motivasinya
begitu menginspirasi
11. Kawan-kawan seperjuangan di HMJ P. IPA periode 2011-2012, LDK Syahid
Komda FITK, LDK Syahid 17, Lingkaran Cinta, maupun adik-adik tingkat yang
senantiasa memotivasi dan saling menginspirasi dalam kebaikan dan kesabaran
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu
Ungkapan rasa syukur tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan lipahan kebaikan dan keberkahan. Penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca
skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan
dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan kedepannya.
Jakarta, 26 Agustus 2016
Penulis
Zahidah Farhati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Siklus Belajar (Learning Cycle)
1. Pengertian Learning Cycle ...................................................................... 8
2. Klasifikasi Model Learning Cycle ......................................................... 10
3. Learning Cycle 7E .................................................................................. 12
4. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E ....... 15
viii
B. Keterampilan Berpikir Kritis
1. Pengertian Keterampilan Berpikir .......................................................... 16
2. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis ................................................ 19
3. Indikator Berpikir Kritis ......................................................................... 22
C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas) ..................................................... 29
D. Konsep Sistem Endokrin .............................................................................. 32
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 35
F. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 36
G. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian ................................................................................... 40
2. Desain Penelitian .................................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi ................................................................................................... 41
2. Sampel ..................................................................................................... 42
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pendahuluan ................................................................................. 42
2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 43
3. Tahap Akhir ............................................................................................ 44
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
F. Instrumen Penelitian
1. Tes ........................................................................................................... 46
2. Non-Tes ................................................................................................... 46
G. Kalibrasi Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen ................................................................ 47
2. Pengujian Realibilitas Instrumen ............................................................ 49
ix
3. Pengujian Tingkat Kesukaran ................................................................ 50
4. Pengujian Daya Pembeda........................................................................ 51
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Hipotesis ........................................................................... 52
a. Uji Normalitas ................................................................................. 52
b. Uji Homogenitas .............................................................................. 53
c. Uji Hipotesis .................................................................................... 54
2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................. 54
I. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .................................................................................. 56
2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest
Dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................. 57
3. Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis ................. 59
4. Data Observasi Kegiatan Guru ............................................................... 60
B. Analisis Data
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 63
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64
a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney) .............................................. 64
b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T)............................................................. 65
C. Pembahasan ................................................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................ 77
x
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79
LAMPIRAN ....................................................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Model Learning Cycle ............................................................. 11
2.2 Indikator Berpikir Kritis ............................................................................ 24
2.3 Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan ............................ 33
2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin .................................. 34
3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian ............................................ 39
3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................... 39
3.3 Desain Penelitian ....................................................................................... 41
3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran..................................................... 46
3.5 Besarnya Koefisien Validitas ..................................................................... 48
3.6 Kisi-kisi Intrumen Tes ............................................................................... 48
3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal ................................................................ 50
3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal ............................................. 50
3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................................. 51
3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................ 51
3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................... 55
4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 57
4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................. 57
4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................. 58
4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa ..... 59
4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol ............................................................................................. 62
4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol ............................................................................................. 63
4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 64
xii
4.8 Hasil Berpikir Kritis Tiap Aspek Pada Pretest........................................... 64
4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 65
4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ......................................... 66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E .................................... 13
3.1 Tahapan Dalam Prosedur Penelitian .......................................................... 45
3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik .......................................... 53
4.1 Grafik Hasil Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................ 66
4.2 Grafik Rata-rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Pada LKS................ 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 84
2 Lembar Kegiatan Siswa ................................................................................ 130
3 Lembar Observasi (Pra-penelitian) ............................................................... 148
4 Instrumen Uji Coba ....................................................................................... 150
5 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................................ 157
6 Hasil Uji Validitas dengan Software Anates ................................................ 183
7 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 191
8 Kunci Jawaban Soal Instrumen ..................................................................... 197
9 Hasil Pretes Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol
Dan Eksperimen ............................................................................................ 201
10 Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol
Dan Eksperimen ............................................................................................ 205
11 Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru .......................................................... 209
12 Pengujian Normalitas .................................................................................... 215
13 Pengujian Homogenitas ................................................................................ 223
14 Hasil Hipotesis Pretest menggunakan Uji Mann-Whitney ........................... 226
15 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 228
16 Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T ................................................. 233
17 Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 235
18 Lembar Uji Referensi .................................................................................... 255
19 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................................. 256
20 Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi .................................................... 258
21 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................. 259
22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................................... 260
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini tidak
bisa dipungkiri berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap
kualitas pendidikan. Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai strategi untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi dengan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia
dalam menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas. Dengan
sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas, akan menjamin keberhasilan
dalam upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia sehingga
mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kualitas tersebut meliputi
kemampuan berfikir logis, bersifat kritis, inovatif, kreatif, inisiatif dan adaptif
terhadap perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus
ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui pendidikan yang berkualitas.
Peningkatan mutu pendidikan tidak akan bisa dilepaskan dari perbaikan dan
pembaharuan kurikulum. Hal ini dilakukan agar tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai dengan baik. Tujuan pendidikan nasional itu adalah untuk mengembangkan
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomer 19 tahun 2005 bab IV pasal ayat
(1) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan tentang standard proses
proses yaitu, pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, sesuai dengan bakat dan
2
minat serta perkembangan fisik dan psikologis siswa.1 Maka proses pembelajaran
pada tingkat satuan pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional
tersebut.
Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang akan mempengaruhi
keberhasilan dan keefektifan proses belajar.baik itu dari internal siswa, hingga ke
faktor luar siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam pribadi siswa,
seperti motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
yang berasal dari luar siswa, meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran
(termasuk dalam penggunaan model dan metode pembelajaran) hingga evaluasi.
Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan pembelajaran yang berkualitas.
Lebih jauh lagi, strategi penggunaan metode dan model pembelajaran
mempunyai porsi penting tersendiri dalam menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Setiap metode dan model pembelajaran mempunyai tujuan dan
menghasilkan kualitas capaian proses pembelajaran sendiri. Untuk mencapai satu
tujuan pembelajaran, tidak harus selalu menggunakan satu metode dan model yang
sama. Penggunaan metode dan model yang bervariatif justru akan lebih diminati
siswa, karena dapat menggairahkan proses belajar dan dapat menjembatani gaya
belajar siswa dalam menyerap bahan pelajaran. Sebagai fasilitator seharusnya guru
dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk menemukan dan
membangun sendiri pengetahuannya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri siswa, baik dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilannya. Umpan balik dari siswa akan bangkit sejalan dengan
kondisi psikologisnya. Maka menjadi suatu hal yang penting memahami kondisi
psikologis siswa sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan.2
1 Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Bab IV No (1), 2005, h.17. 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta,
2006), h. 159.
3
Dalam pendidikan di Indonesia, kemampuan siswa dalam berpikir secara
kritis dan sistematis kurang diasah. Siswa mampu menghafal konsep-konsep dalam
sains, tetapi ketika berhadapan dengan masalah di kehidupan sehari-hari yang
memerlukan penerapan sains, siswa tidak mampu mengaplikasikannya untuk
memecahkan masalah. Anak didik lulus dari sekolah, hanya pintar teori tetapi miskin
aplikasi. Salah satu penyebab hal ini adalah pemilihan model pembelajaran ataupun
strategi yang kurang tepat.
Selain itu, masalah lainnya adalah proses pembelajaran masih cenderung
berpusat pada guru (teacher oriented) sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa
kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran
IPA pada umumnya yang dilaksanakan di SMA saat ini masih lebih cenderung
mengarah pada model pembelajaran yang dasar filosofinya behaviorisme, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru, berbasis materi pelajaran (content based), dan
dengan penilaian paper and pencil test yang dilakukan pada akhir setiap pokok
bahasan.3 Pemanfaatan metode pembelajaran pun masih didominasi dengan metode
konvensional yang sama dan berulang. Hal tersebut biasanya dilakukan guru dengan
berbagai alasan, diantaranya agar materi pembelajaran lebih dapat dikontrol dan
waktu pembelajaran dapat disesuaikan.
Lebih spesifik dalam pembelajaran IPA tampaknya hanya mengutamakan
penguasaan pemahaman konsep dan fakta belaka, sementara kemampuan yang
berupa keterampilan siswa dalam berfikir dan bekerja ilmiah, kemampuan
memecahkan masalah yang dapat dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari hampir
tidak tersentuh dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini siswa
sebenarnya hanya belajar sejarah dan tidak belajar bagaimana memperoleh prinsip
dan konsep yang ada pada biologi itu sendiri dan mengembangkannya.4 Di sisi lain,
sekarang ini ilmu pengetahuan alam terutama bidang biologi berkembang dengan
3 A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011.
h. 3. 4 Ibid, h. 3-4.
4
sangat pesat, sehingga guru tidak mungkin mampu mengajarkan seluruh fakta,
konsep, prinsip, dan teori-teori kepada para siswanya.
Pembelajaran IPA, khususnya biologi diorientasikan untuk mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupannya dan di
dunia yang selalu berkembang, melalui tindakan dan sikap atas dasar pemaikiran
yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efisien. Pembelajaran biologi bukan
hanya berorientasi pada hasil akhir, tetapi lebih menekankan pada proses selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga siswa tidak hanya sebatas mampu
menjawab soal-soal, namun mampu menjelaskan konsep dasarnya dan menerapkan
dalam kehidupannya. Dalam hal ini maka kemampuan siswa untuk berfikir kritis
sangat diperlukan. Hal ini, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran biologi SMA-MA (Depdiknas,
2006):5
Matapelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir
analitis,induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
denganperistiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif
dankuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidangmatematika,
fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.
Banyak pandangan yang berpendapat tentang keterampilan berpikir kritis.
Namun menurut Robert H. Ennis berpikir kritis (critical thinking) adalah suatu proses
yang bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang wajar terhadap apa yang
dipercayai dan apa yang akan dilakukan.6 Berpikir kritis dalam pembelajaran biologi
sangat besar peranannya dalam meningkatkan proses, hasil belajar, dan bekal dimasa
depan. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang komprehensif, logis, dapat
dipercaya, ringkas, dan meyakinkan.
Dalam pembelajaran biologi, terutama pada materi sistem endokrin pada
dasarnya setiap siswa sedikit banyak telah mengenal tentang materi tersebut, Lebih-
5Permen 22, tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA
(Depdiknas, 2006), hal. 165. 6 Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
5
lebih ketika di tingkat SMP materi sistem endokrin masuk kedalam kurikulum
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam hal ini pendekatan konstruktivisme sangat
penting. Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui
berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui
siswa. Dan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
mengembangkan pemahaman siswa, pendekatan kontruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.7 Melalui proses
asimiliasi dan akomodasi lah siswa dapat menemukan hubungan konsep baru dengan
memperluas konsep yang ia miliki. Salah satu model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model pembelajaran learning cycle
7E.8
Model pembelajaran learning cycle 7E merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan
cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa.9 Karena, pada model
pembelajaran learning cycle 7E memiliki rangkaian tahapan-tahapan kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuannya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga proses memahami konsep dan melatih
kemampuan berfikir kritis siswa menjadi lebih terasah.
Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti mencoba untuk mengadakan
penelitian tentang model pembelajaran learning cycle, dengan judul: Pengaruh
7 Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme
Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan
Matematika volume 3 no.2, 2009, h. 58. 8 Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8. 9 Wawan Sutrisno dkk,Pengaruh Model Learning Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX, Pendidikan Biologi FKIP UNS. h. 186.
6
Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Learning Cycle 7E Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
biologi, karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented).
2. Pembelajaran biologi masih didominasi oleh model konvensional yang sama dan
berulang.
3. Pembelajaran biologi yang dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan
dan pemahaman konsep secara cepat saja yaitu dengan cara menghafal, sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa kurang terasah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran learning cycle
yang diadaptasi dari Mayer, dan mengacu pada learning cycle hipotesis-deduktif.
2. Indikator kemampuan berpikir kritis yang menjadi landasan berdasarkan pendapat
Robert H.Ennis, yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), kesimpulan,
membuat penjelasan lebih lanjut, serta strategi dan taktik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah
yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana pengaruh model pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan?”
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI
pada konsep sistem pencernaan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya untuk
dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
b. Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan penanganan masalah dalam proses pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan alternatif pembelajaran biologi yang melibatkan peran aktif dari
siswa.
b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk para guru agar
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pelajaran biologi.
c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran biologi kedepan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Siklus Belajar (Learning Cycle)
1. Pengertian Learning Cycle
Menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia learning cycle terdiri dari dua
kata. Learning berasal dari kata learn yang berarti belajar. Learning juga
merupakan kata benda yang berarti pengetahuan.1 Sedangkan cycle berarti siklus
atau putaran.2
Jadi learning cycle adalah model pembelajaran yang memiliki siklus
atau putaran tertentu.
Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang berpaham konstruktivistik
adalah strategi pembelajaran dengan siklus belajar (learning cycle). Secara umum,
strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach (pendekatan inkuiri), yang
didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang model perkembangan
berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model pembelajaran dengan
berpusat pada siswa (student centered). Strategi mengajar model siklus belajar
memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan,
tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang
dipelajari.3
Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh
Ausubel yaitu tentang bagaimana siswa seharusnya belajar sehingga menjadi
pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Selain itu, dalam perkembangannya,
mengikuti pula teori fase pembelajarannya Piaget. Piaget menyatakan bahwa
belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan
fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi
yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku
khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi
1John M. Echols and Hasan Shadily.Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesian
Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p. 352. 2Ibid., p. 162.
3 Aditya Rahman, “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2 Pengasih”, Skripsi pada Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak dipublikasikan.
9
merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan
organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi
individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan
respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi, individu
berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur
mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga
terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur
yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep
baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus
dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain
dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus dihubungkan
dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Hubungan konsep yang baik dari
intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam
menghadapi masalah.4
Menurut ketiga landasan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa siklus
belajar melalui kegiatan dalam tiap fasenya mewadahi pembelajar untuk secara
aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan fisik maupun sosial agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Jika
diimplementasikan dalam pembelajaran, model siklus belajar yaitu memiliki ciri:
1) Siswa belajar secara aktif dan mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir. Pengetahuannya dikonstruksi dari pengalaman dan
pemahaman dasar siswa itu sendiri.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dan berasal dari pandangan dan penafsiran siswa terhadap informasi
tersebut.
4Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil
Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19,
tidak dipublikasikan.
10
2. Klasifikasi Model Learning Cycle
Model siklus belajar menurut Lawson diklasifikasikan menjadi tiga
bagian berdasarkan jenjang pendidikan yang menetapkannya. Ketiga macam
siklus belajar tersebut yaitu: 5
1) Siklus belajar “deskriptif”. Dimana para siswa menemukan dan memberikan
suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (ekspolari); guru memberi
nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep); kemudian pola itu
ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep). Bentuk siklus
belajar ini disebut deskriptif, sebab siswa dan guru hanya memberikan apa
yang mereka amati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk
menjelaskan hasil pengamatan mereka. Ditinjau dari segi penalarannya,
siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptif, misalnya
berupa seriasi, klasifikasi dan konservasi.
2) Siklus belajar “empiris-induktif”. Dimana para siswa juga menemukan dan
memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi),
tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin
menjadi sebab terjadinya pola tersebut. Hal ini membutuhkan penggunaan
analogi untuk memindahkan atau mentransfer konsep-konsep yang telah
dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru ini (yaitu pada
pengenalan konsep baru). Konsep tersebut dapat diperkenalkan oleh para
siswa, guru, atau kedua-duanya. Siklus belajar empiris-induktif bersifat
intermediet, menghendaki pola-pola penalaran deskriptif, tetapi pada
umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi.
3) Siklus belajar “hipotesis-deduktif”. Dimana para siswa diminta untuk
merumuskan jawaban sebagai hipotesis-hipotesis yang kira-kira bisa terjadi
pada fase pertanyaan. Selanjutnya, para siswa diminta untuk menurunkan
konsekuensi-konsekuensi logis dari hipotesis tersebut, dan merencanakan
serta melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis (eksplorasi). Analisis
hasil-hasil eksperimen menyebabkan beberapa hipotesis ditolak, sedangkan
5Anton E.Lawson, “Using the Learning Cycle to teach biology concepts and reasoning
patterns”, Journal of Biology Education, 2001, p.168.
11
hipotesis lainnya diterima dan menjadi konsep-konsep baru yang
ditanamkan pada siswa. Pada akhir konsep-konsep yang relevan dan
didiskusikan, sehingga dapat diterapkan pada situasi-situasi lain di kemudian
hari (sebagai aplikasi konsep).
Jika ditafsirkan berdasarkan pendapat Lawson tersebut, maka perbedaan
antara siklus belajar deduktif, empiris-induktif dan hipotesis-deduktif ialah seperti
dijelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi Model Learning Cycle
Aspek
Perbedaan
Siklus Belajar
Deduktif
Siklus Belajar
Empiris-Induktif
Siklus Belajar
Hipotesis-Deduktif
Karakter
pembelajaran
Pembelajaran
dengan
pembentukan
pengetahuan
sederhana
(pengenalan istilah
atau konsep)
Pembelajaran
dengan penggunaan
analogi untuk
mentransfer konsep-
konsep yang telah
dipelajari
sebelumnya
Pembelajaran berbasis
pendekatan berpikir
ilmiah
Kegiatan
guru/siswa
Guru memberikan
materi berdasarkan
apa yang diamati
(konteks) tanpa
usaha untuk
melahirkan
hipotesis-hipotesis
untuk menjelaskan
hasil pengamatan
mereka
Siswa lebih
bereksplorasi dan
mengemukakan
sebab-sebab yang
logis untuk
menjelaskan
informasi baru
Siswa banyak
melakukan kegiatan
seperti dalam
prosedur metode
ilmiah:
- Menganalisis masalah
- Membuat hipotesis
- Menguji hipotesis
(dengan observasi dan
eksperimen)
- Menyusun dan
mengolah data hasil
pengujian
- Membuat kesimpulan
- Mempublikasikan
hasil
Penalaran Pola deskriptif
(seperti metode
seriasi, klasifikasi
dan konservasi
Pola-pola deskriptif,
tetapi pada
umumnya
melibatkan pula
pola-pola tingkat
tinggi
Pola-pola tingkat
tinggi
Keterampilan
berpikir siswa
Rendah Intermediet Tinggi
12
3. Learning Cycle 7E
Learning cycle merupakan strategi pengajaran yang secara formal
digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement
Study (SCIS). Meskipun strategi ini diterapkan pertama kali di sekolah dasar,
beberapa studi menunjukkan bahwa penerapan teknik pengajaran ini telah
menyebar luas di berbagai tingkat kelas, termasuk Universitas. Biological Science
Curriculum Study (BSCS) dan Bybe menyatakan bahwa learning cycle
sebenarnya telah dikembangkan oleh Atkins dan Karlplus sejak tahun 1962 di
USA yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap; eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (consept
application.Tiga fase dalam model siklus belajar kemudian dikembangkan dan
disempurnakan menjadi 5 fase pada tahun 1989 berdasarkan pengajaran yang
dibangun oleh Biological Sciences Curriculum Study (BSCS). Pada siklus belajar
5 fase, ditambahkan tahap pengembangan minat (engagement) sebelum
exploration dan ditambahkan pula tahap evaluasi (evaluation) pada bagian akhir
siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application
masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration. Karena itu
siklus belajar 5 fase sering dijuluki siklus belajar 5E yaitu pengembangan minat
(engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explaination), memperluas
(extend/elaboration), dan evaluasi (evaluation).6
Hingga kemudian Arthur Eisenkraft pada tahun 2003 mengembangkan
siklus belajar menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus
belajar (5E) menjadi (7E) terjadi pada fase Engage menjadi dua tahapan yaitu
Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga
tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Perubahan tahapan siklus
belajar dari 5E menjadi 7E ditunjukan pada Gambar2.1.7
6 Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the Learning Cycle, Incorporating trade
books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies: Ideas and techniques to
enhance your science teaching, 2014, p. 48, (www.teachersource.com). 7 Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A proposed 7E model emphasizes “transfer
of learning”and the importance of eliciting prior understanding, National Science Teachers
Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003, p. 57.
13
Gambar 2.1 Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E
Tahapan model Learning Cycle 7E tersebut dijelaskan oleh Arthur
Eisenkraft sebagai berikut:8
1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu fase untuk
mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang
akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran
siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan
pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan
dipelajari dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti
kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
2) Engage (mempertemukan), yaitu fase dimana siswa dan guru akan saling
memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan
awal tadi, memberikan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran
sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep
dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan
demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk
8 Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.186.
14
membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan
siswa.
3) Explore (menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan
konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan
menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan
sebelumnya.
4) Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap
siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang
mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep
yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan
definisi yang lebih formal.
5) Elaborate (menerapkan), yaitu fase yang bertujuan untuk membawa siswa
menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan
keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6) Evaluate (menilai), yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal
dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi
dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk
menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat
perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7) Extend (memperluas), yaitu fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari,
menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari
hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari.
Berdasarkan tahapan pembelajaran learning cycle 7E tersebut diharapkan
siswa tidak hanya mendengar keterangan dari guru akan tetapi siswa berperan
aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap
konsep yang dipelajari. Pembelajaran IPA, khususnya biologi pada dasarnya ialah
15
mempelajari fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu
makasetiap fenomena yang muncul harusdikaji secara ilmiah untuk mendapatkan
konsepsi yang terkandung dalam fenomena tersebut.
Dalam proses penemuan konsepsi ilmiah terlebih dahulu dilakukan
kegiatan-kegiatan yaitu berusaha membangkitkan minat siswa belajar (elicit,
engagement), kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi
dengan lingkungan melalui kegiatan telaah literatur (exploration), memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang
mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explanation), mengajak siswa
mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakansoal-
soal pemecahan masalah (elaboration) dan terdapat suatu tesakhir untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah
dipelajarinya (evaluation, extend).9
Karakteristik utama learning cycle 7E yaitu mengusulkan masalah atau
pertanyaan, fokus interdisipliner bidang studi, eksplorasi otentik, kerjasama,
merancang pekerjaan dan menyajikan pekerjaan. Dalam proses pembelajarannya,
learning cycle 7E tidak dirancang untuk guru banyak menjelaskan informasi
kepada anak murid, namun membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran
mereka, pemecahan masalah dan kemampuan intelektual. Model pembelajaran ini
juga dikembangkan untuk membantu belajar siswa agar menjadi dewasa melalui
keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi belajar
lebih mandiri.10
4. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa keuntungan penggunaan model pembelajaran learning cycle 7E yaitu:
9 A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 6. 10
Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on
Science”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60.
16
1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari
pengalaman peserta didik.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik.
Informasi baru yang dimiliki pesera didik berasal dari interprestasi
individu.
3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan
keterlibatan mereka dalam kelas sains.11
Namun, dalam pengelolaannya dalam model Learning Cycle 7E terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan pihak guru agar tidak menjadi suatu
melemahkan atau menghambat pembelajaran, yaitu:
1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2) Membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanaan pembelajaran.12
B. Keterampilan Berpikir Kritis
1. Pengertian Keterampilan Berpikir
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keterampilan berasal dari
kata “terampil” yang berarti kecakapan dalam melaksanakan tugas. Disamping
itu, menurut Reber, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
11
Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak dipublikasikan. 12
Ibid., h. 25.
17
keadaan yang mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik melainkan juga aplikasi dari fungsi mental yang bersifat kognitif.
Artinya, keterampilan merupakan suatu kemampuan yang teraplikasi dalam
perbuatan yang merupakan cerminan dari pemahaman dan pikirannya.
Konotasinyapun luas, sehingga sampai pada mempengaruhi atau
mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mampu mendayagunakan orang
lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil.13
Sedangkan, menurut berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah akal budi, ingatan angan-angan. Berpikir artinya menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam
ingatan.14
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Ciri-ciri utama dari berfikir adalah
adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini yaitu anggapan lepasnya kualitas atau
relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula
dihadapi sebagai kenyataan. Dalam arti luas, berfikir adalah bergaul dengan
abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit, berfikir adalah meletakkan atau
mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi.15
Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara
alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang
digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
mempengaruhinya. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur,
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep,
persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.16
Dalam prosesnya terdapat tiga
langkah berpikir, yaitu: 17
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 117. 14
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 1. 15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002),
h. 44. 16
Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h.3. 17
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 31.
18
1) Pembentukan pengertian. Ini dilakukan melalui proses mendeskripsikan ciri-
ciri objek yang sejenis, mengklasifikasikan ciri-ciri yang sama,
mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang, menganggap ciri-ciri yang
dirasa paling benar.
2) Pembentukan pendapat. Ini merupakan peletakan hubungan antar dua buah
pengertian atau lebih. Hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa
pendapat menolak, menerima dan asumtif (kemungkinan-kemungkinan).
3) Pembentukan keputusan. Ini merupakan penarikan kesimpulan yang berupa
keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru
yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada.
Keterampilan berpikir harus berorientasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan atau
hasil belajar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan, strategi dan metode
yang selaras dengan kebutuhan pencapaian tujuan dan potensi peserta
belajar.Salah satu ciri utama yang menjadi keberhasilan pembelajaran tampak dan
tergambarkan pada seperangkat kemampuan pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan ketubuhan (psikomotorik). Ketiga komponen tersebut
sesungguhnya terbentuk karena kebiasaan dan penguatan yang menjadi watak dan
bertumpu pada pola pikir seseorang. Pembelajaran keterampilan berpikir merujuk
pada pendekatan melalui strategi khusus dan prosedur yang bisa dilaksanakan,
serta dapat digunakan oleh peserta didik dengan cara yang terkontrol dan sadar
untuk membuat mereka belajar dengan lebih efektif.
Ashman Conway pada tahun 1997 mengungkapkan bahwa kemampuan
berpikir melibatkan enam jenis berpikir, yang semuanya merupakan bagian dari
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Hight Order Thinking), yaitu:
a. Metakognisi
b. Berpikir Kritis
c. Berpikir Kreatif
d. Proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)
e. Kemampuan berpikir inti (seperti repesentasi dan meringkas)
f. Memahami peran konten pengetahuan
19
Namun, belakangan bertambah lagi satu keterampilan berpikir, yaitu
keterampilan memecahkan masalah (problem solving skill). Sehingga ketujuh
keterampilan berpikir inilah yang diharapkan dapat membentuk karakter yang
akan mempengaruhi cara pandang, sikap dan kemampuan tiap individu dalam
memahami dan menyikapi suatu masalah.
2. Pengerian Keterampilan Berpikir Kritis
“Kritis” sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir kritis”,
memiliki konotasi pada sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan
isu atau suatu masalah yang memprihatinkan. “Kritis” dalam konteks ini tidak
berarti hanya suatu bentuk “penolakan” atau “negatif”, namun juga ada yang
positif dan berguna. Misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah
pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan yang harus
diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara
ilmiah dalam menguji suatu hipotesis.18
Menurut Van Gelder dan Willingham, berpikir kritis Adalah kemampuan
dan kecenderungan seseorang untuk membuat dan melakukan asesemen terhadap
kesimpulan berdasarkan bukti. Berpikir kritis menjadi hal yang penting sekarang
ini, karena jumlah besar iklan, distorsi sadar, dan bahkan propaganda yang harus
terus menerus kita sortir/seleksi kebenarannya.19
Kecenderungan merupakan
aspek yang terpenting dari berpikir kritis. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak,
sejumlah sikap dan kecenderungan yang terkait dengan berpikir kritis ialah:20
1) Hasrat untuk mendapatkan informasi dan mencari bukti
2) Sikap berpikiran terbuka dan skeptisisme sehat
3) Kecenderungan untuk menunda penghakiman
4) Rasa hormat terhadap pendapat orang lain
5) Toleransi bagi ambiguitas
18
Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h. 20. 19
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h.111. 20
Ibid., h. 119.
20
Robert H. Ennis pada tahun 1987 mendefinisikan berpikir kritis yaitu
merupakan proses berpikir reflektif yang masuk akal dan difokuskan pada
memutuskan apa yang harus percaya atau lakukan.21
Selain itu, menurut Scriven
dan Paul (2007) berpikir kritis ialah suatu disiplin proses intelektual yang
dilakukan secara aktif dan terampil untuk membangun konsep, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan / atau informasi mengevaluasi dikumpulkan dari,
atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi,
yang didasari oleh keyakinan dan tindakan.22
Sedangkan menurut M. Adi
Gunawan berpikir kritis ialah kemampuan untuk berpikir pada level yang
kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.23
Menurut Fecione, orang yang berpikir kritis ideal adalah yang terbiasa
ingin tahu, berpikiran terbuka, fleksibel, berpikiran adil dalam evaluasi, jujur
dalam mengakui kekurangan pribadi, bijaksana dalam membuat penilaian,
bersedia untuk mempertimbangkan kembali, tertib dalam hal yang kompleks,
rmencari informasi yang relevan, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam
mencari hasil yang tepat dalam menyelidiki.24
Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-
prinsip dan dasar-dasar dalam menjawab pertanyaan”bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika
(akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulan-
simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan
ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi
kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah
dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.25
21
Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p.
xvii 22
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal, 2008, p. 90. 23
M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy (Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan
Accelerated Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 177. 24
MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By Outcomes-
Base Education From Learners”, Research Article University of Johannesburg, 2006, p. 80. 25
Muhibbin Syah, op.cit.,h. 118.
21
Berpikir kritis adalah keterampilan yang dipelajari yang harus
dikembangkan, dipraktekkan, dan terus diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk
melibatkan para siswa dalam pembelajaran aktif. Dalam hal penerapan isi, teknik
mengajar yang mempromosikan untuk banyak menghafal bukanlah suatu
pembelajaran yang mendukung berpikir kritis. Instruksi yang mendukung berpikir
kritis menggunakan teknik interogasi yang mengharuskan siswa untuk
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan
masalah dan membuat keputusan (berpikir) bukan hanya untuk mengulang
informasi (menghafal).26
Menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah mode berpikir, mengenai hal,
substansi atau masalah apa saja yang dimana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat
alam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.27
Menurut Edward Glaser mengungkapkan bahwa berpikir kritis sebagai; 1)
suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal
yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, 2) pengetahuan tentang
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan 3) semacam suatu
keterampilan untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.28
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan berpikir kritis adalah suatu kompleksitas disiplin dalam proses
intelektual dan kemampuan seseorang dalam memandang suatu hal atau
menyelesaikan suatu masalah. Berpikir kritis bukan merupakan kemampuan
bawaan, namun perlu dipelajari, dikembangkan, dipraktekkan, dan diintegrasikan
ke dalam kurikulum pembelajaran siswa secara aktif. Tujuannya tidak lain yaitu
untuk membentuk anak didik yang mampu berpikir netral, objektif dan beralasan
ataupun logis dalam mempercayai dan melakukan suatu hal.
26
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, op.cit., p. 91. 27
Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 4. 28
Ibid. h. 3.
22
3. Indikator Berpikir Kritis
Indikator-indikator dalam berpikir kritis dikemukakan oleh beberapa ahli
diantaranya dikemukakan oleh Edward Glasser, Dressel dan Mayhew, Bonnie dan
Potts, Vincent Rugeirro serta Ernis. Edward Glasser mendaftarkan kemampuan
berpikir krits yaitu sebagai berikut:
a. Mengenal masalah
b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-
masalah tersebut
c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai nilai yang tidak dinyatakan
e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas
f. Menganalisis data
g. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan
h. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah
i. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan
j. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang
ambil
k. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman
yang lebih luas.
l. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu
dalam kehidupan sehari-hari
Selain itu Dressel dan Mayhew memberikan beberapa kemampuan yang
dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, yaitu:
a. Kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah
b. Menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah
c. Memahami asumsi-asumsi
d. Merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan
e. Menarik kesimpulan yang valid
Penilaian kemampuan berpikir kritis atau indikator untuk menilai
kemampuan berpikir kritis menurut Watson dan Glasser mencakup lima buah
indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi dan
23
mengevaluasi argument. Sedangkan menurut Vincent Rugeirro juga memberikan
tiga buah indikator untuk penilaian kemampuan berpikir kritis, yaitu: a)
Investigasi, yaitu menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan tentang
masalah yang sedang dibahas; b) Interpretasi, yaitu memutuskan bukti atau fakta-
fakta yang diperlukan; c) Mengambil kesimpulan.
Adi W Gunawan dalam bukunya Genius Learning Strategy menyebutkan
bahwa berpikir kritis meliputi: 29
a. Keahlian berpikir induktif (sebab akibat, problem yang banyak kemungkinan
pemecahan, analogi, membuat kesimpulan, relasi, dan pemecahan masalah),
b. Keahlian berpikir deduktif (menggunakan logika, mengerti kontradiksi,
silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial),
c. Keahlian berpikir evaluatif (fakta opini, sumber yang kredibel, mengidentifikasi
persoalan dan permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi
bias, mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi,
pengurutan, keahlian membuat keputusan, mengenali propaganda, kesamaan
dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi).
Sedangkan Robert H Ennis, memberikan enam unsur dasar dalam berpikir
kritis yaitu focus, alasan, inferensi, situasi, kejelasan dan tinjauan ulang. Selain
itu, Ennis mengelompokkan indikator berpikir kritis kedalam lima pokok dan dua
belas sub pokok yang dapat dilihat pada tabel 2.2.30
29
Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 177-178. 30
Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Disposition and Abilities, University of Illinois, 201, p.2.
24
Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis
Aspek Berpikir
Kritis
Sub Aspek Berpikir
Kritis
Indikator
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
(Elementary
clarification)
1) Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria
untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran
2) Menganalisis
argumen
a. Identifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan
yang tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi relevan
atau tidak
f. Mencari struktur
argumen
g. Merangkum
3) Bertanya dan
menjawab
pertanyaan tentang
suatu penjelasan dan
tantangan
a. Mengapa?
b. Apa intinya?
c. Apa artinya?
d. Apa contohnya?
e. Apa yang bukan
contohnya?
f. Bagaimana menerapkan
pada konsep tersebut?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah apa yang anda
katakan?
j. Mengatakan lebih pada
apa yang dibicarakan
2. Membangun
keterampilan
dasar (basic
support)
4) Mempertimbangkan
kredibilitas suatu
sumber
a. Keahlian
b. Tidak ada konflik yang
besar
c. Kesepakatan antara
sumber
d. Reputasi
e. Kemampuan memberi
alasan
25
f. Mempertimbangkan
prosedur yang tersedia
g. Mempertimbangkan
resiko
h. Kehati-hatian
5) Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Jeda waktu antara
mengamati dan
melaporkan
c. Dilaporkan oleh
pengamat
d. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
e. Penguatan
f. Kemungkinan penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Penggunaan tes yang
kompeten
i. Kepuasan observer yang
kredibilitas
3. Kesimpulan 6) Membuat deduksi
dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
a. Kelompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pertanyaan
7) Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan dan
hipotesis
c. Investigasi
d. Kriteria berdasarkan
asumsi
8) Membuat dan
mempertimbangkan
nilai keputusan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Penimbangan,
pertimbangan dan
memutuskan
4. Membuat
penjelasan
lebih lanjut
9) Mendefinisikan
istilah
a. Mengklasifikasikan dan
memberikan contoh
b. Strategi teknisi
c. Isi
10) Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak
dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan
26
5. Strategi dan
taktik
11) Memutuskan suatu
tindakan
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menyeleksi kriteria untuk
membuat solusi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Merumuskan alternatif
e. Memutuskan hal yang
akan dilakukan
f. Menelaah
g. Memonitor
12) Berinteraksi dengan
orang lain
a. Menyenangkan
b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Presentasi
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dinilai dari jawaban-jawaban
yang diberikan kepada siswa. Pada indikator memberikan penjelasan sederhana
petunjuk linguistik yang dapat membantu peneliti dalam memahami alasan yang
siswa kemukakan adalah dengan adanya kata bantu: karena (because), karena
(since)I, karena (for), berasarkan fakta/ data bahwa, alasan-alasannya adalah, dan
sebagainya. Sedangkan pada indikator membuat kesimpulan dan hipotesis,
petunjuk linguistik yang dapat membantu adalah adanya kata bantu: sehingga,
karenanya, jadi, sebagai konsekuensinya, yang membuktikan/memperlihatkan
bahwa, membenarkan keyakinan/pandangan bahwa, saya menyimpulkan bahwa,
darinya kita dapat menyimpulkan bahwa, berdasarkan hal itulah, berdasarkan hal
itu maka, menunjukkan bahwa, harusnya, dan sebagainya.31
Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan,
dalam penelitian ini akan digunakan indikator yang dikemukakan oleh Ennis
karena indikator yang dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik.
Dengan menggunakan model pembelajaran learning cyle 7E. Indikator yang
dirancang oleh Ennis pun memiliki banyak kesamaan. Dari metode learning cycle
7E kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan seperti kemampuan
mengidentifikasi dan menganalisis pertanyaan/masalah, membuat alasan dan
hipotesis, berpikir terbuka dan mencari alternatif, membuat kesimpulan dan
31
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22.
27
menerapkannya. Berikut akan dijelaskan sub indikator melalui penjelasan lima
aspek berpikir kritis menurut Robert H. Ennis.
Aspek pertama berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana.yang
meliputi tiga subaspek; memfokuskan pertanyaan, menganalisis argument, dan
bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan.
Secara umumnya, aspek ini digunakan untuk mengidentifikasi kesimpulan
sementara. Dalam sebuah argument, memulai dengan memberikan kesimpulan
adalah ide bagus untuk memulai suatu presentasi.32
Dalam buku Alec Fisher kata
karena (since dan because) merupakan indikator alasan, dan kata oleh karena itu
dan sehingga merupakan indikator kesimpulan.33
Indikator yang digunakan pada
indikator-indikator alasan dan kesimpulan merupakan indikator yang digunakan
dalam menganalisis argument.34
Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar, yang meliputi dua
subaspek, yaitu: mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi. Mempertimbangkan kredibilitas suatu
sumber digunakan ketika mengetahui kebenaran sebuah klaim. Namun,
kredibilitas juga tidak menjamin kebenaran sumbernya, maka kita harus menjaga
kondisi pikiran tentang klaim tersebut.35
Menurut Alec Fisher, dalam suatu kasus
terdapat lima jenis klaim yang berbeda, yaitu klaim faktual, pertimbangan nilai,
definisi, penjelasan sebab-akibat, dan rekomendasi yang kelimanya harus
dievaluasi dengan cara-cara yang berbeda agar dapat memutuskan apakah klaim
tersebut dapat diterima.36
Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk melihat
seberapa kuat klaim tersebut, antara lain: “intuisi/keyakinan/opini/pandangan/tesis
saya adalah…”, “saya yakin/saya tidak bisa membuktikannya tetapi saya
percaya…”, “faktanya ialah/menunjukan….”,”saya mengamati/melihat…”, dan
lain-lain.37
32
Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 5. 33
Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dariCritical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.24. 34
Ibid., h. 22. 35
Robert Ennis, op.cit., h. 57. 36
Alec Fisher,op.cit., h. 80-81. 37
Ibid., h.82.
28
Pernyataan pada observasi biasanya mendukung suatu alasan pada
argument.Pada umumnya observasi lebih dapat dipercaya daripada kesimpulan
yang berdasar.38
Jika pada observasi yang telah dilakukan ada dua bukti,
keduanya harus saling menguatkan. Supaya bukti itu saling menguatkan, bukti
tersebut harus independen, dapat dipercaya dan mendukung klaim yang
dibicarakan.39
Aspek ketiga yaitu kesimpulan (inferentia). Inferensia adalah bagian dari
proses berpikir kritis dimana kita akan memulai mengumpulkan pengetahuan
yang sudah ada dengan apa yang akan kita dapatkan, dengan kata lain membuat
pengetahuan yang baru. Suatu kesimpulan dikatakan baik, dilihat dari alasan-
alasan yang menjadi landasannya, apakah dapat diterima oleh akal atau
tidak.40
Argumen selalu terdiri atas alasan dan inferensi, dimana inferensi
merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan. Bahasa yang
sering digunakan yaitu “berdasarkan alasan-alasan ini saya menyimpulkan
bahwa…,oleh karena itu…” dengan tingkat kepercayaan yang bervariasi.41
Aspek keempat yaitu membuat penjelasan lebih lanjut, yang meliputi sub-
aspek mendefinisikan istilah dan mengidentifikasi asumsi. Kata kunci dari seluruh
proses agar menjadi pemikir kritis yang baik adalah dapat menjelaskan alasan
dengan benar dan jelas, harus berpikir dengan jernih dan dapat dipahami oleh
para pendengar. Alec Fisher menjelaskan bahwa supaya penalaran yang bersifat
menjelaskan sampai pada sasarannya, maka penalaran itu harus: a)
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang masuk akal, b) menemukan bukti-
bukti yang menyingkirkan penjelasan-penjelasan lain yang mungkin dan
mendukung penjelasan yang diinginkan, c) cocok benar dengan hal lain yang kita
tahu.42
Aspek yang terakhir yaitu strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan
suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pemikiran yang dilakukan
38
Robert Ennis, op.cit.,h.74. 39
Alec Fisher,op.cit.,h. 102. 40
Robert Ennis, op.cit.,h. 6. 41
Alec Fisher,op.cit.,h. 106. 42
Ibid., h. 142.
29
dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, atau merekomendasikan rangkaian
tindakan, atau mempertimbangkan rekomendasi orang lain, memerlukan perhatian
khusus karena sangat umum, dan harus dievaluasi menurut cara tertentu. Oleh
karena itu harus memahami dengan jelas apa permasalahannya, sehingga dapat
mempertimbangkan kumpulan opsi yang masuk akal dan akibat-akibat yang
mungkin sebelum kita mengambil suatu kesimpulan.43
C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas)
Menurut Zulfiani dkk, istilah Extended Essay disebutkan sebagai tes
uraian bebas.44
Suharsimi Arikunto menjelaskan tes bentuk essay adalah sejenis
tes yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.45
Menurut Nana Sudjana, secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat
digunakan apabila bertujuan untuk: a) mengungkapkan pandangan para siswa
terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya, b)
mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam
sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti, c) mengembangkan daya analisis
siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif,
terutama dalam hal meningkatkan kemampuan penalaran dikalangan peserta didik
(mahasiswa dan siswa). Melalui tes uraian ini para peserta didik dapat
mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-evaluasi-mencipta,
baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan
kemampuan memecahkan masalah (Problem solving), mencoba merumuskan
43
Ibid. ,h.166. 44
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78 45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), Cet. 1, h.177.
30
hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan
dari pemecahan masalah.
Pokok uji uraian bebas tidak menyangkut satu masalah yang spesifik,
melainkan masalah yang menuntut jawaban yang sangat terbuka, sehingga
memberi kesempatan bagi siswa untuk secara bebas memperlihatkan keluasan
pengetahuan dan kedalaman pemahaman pada pengetahuan itu, serta kemampuan
mengorganisasikan pikiran dan mengungkapkannya didalam bentuk karangan.46
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain)
disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap
kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
Tes uraian memiliki kriteria sebagai berikut; 1) soal harus mengacu pada
indikator, 2) menggunakkan bahasa yang sederhana, benar, singkat dan jelas
sehingga mudah dipahami, 3) apabila terdapat gambar, grafik, tabel harus
disajikan secara benar, jelas, dan komunikatif, 4) hanya mengandung variabel-
variabel, informasi-informasi, dan besaran-besaran fisis yang relevan saja, 5)
pertanyaan soal harus dirumuskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan
kesalahan/perbedaan penafsiran diantara siswa, 6) sebaiknya untuk setiap soal
hanya mengandung satu pertanyaan saja, 7) siapkan jawaban secara lengkap, 8)
tetapkan pedoman penskorannya.
Menurut Nana Sudjana, ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian.
Pertama diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor.
Kedua diperiksa nomor demi nomor untuk semua siswa, cara ini memakan waktu
lama tetapi akan lebih objektif sebab jawaban setiap nomor untuk setiap siswa
dapat diketahui dan dibandingkan. Dalam menilai jawaban, hendaknya
dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain; a) kebenaran isi sesuai dengan
kaidah materi, b) sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya dilihat
46
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006),
Cet. 1, h.64.
31
dari penyajian gagasan, dan c) bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan
pikirannya.
Tes essay mengembangkan kemampuan berfikir siswa tingkat tinggi,
khusus pada aspek analisis, sintesis dan evaluasi. Pada awal perkembangan
taksonomi bloom tahun 1956 memiliki enam level tingkat berpikir menggunakan
kata benda, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Namun, Bloom Anderson dan Krathwohl direvisi menjadi mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.Menurut
Anderson dan Krathwohl, menganalisis dan mengevaluasi digolongkan ke dalam
berpikir kritis, sementara menciptakan digolongkan ke dalam berpikir kreatif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan taksonomi bloom yang belum direvisi, yaitu
pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi dalam pembuatan soal keterampilan
berpikir kritis.
Dibandingkan dengan soal pilihan ganda, soal tes bentuk uraian memiliki
kelebihan antara lain dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan
jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakkan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakkan kata-
kata atau kalimat siswa sendiri. Butir soal ini dibuat dengan tujuan agar siswa
mengungkapkan fikirannya ke dalam suatu kerangka yang terstruktur,
menguraikan hubungan, dan mempertahankan pendapat secara tertulis. Oleh
karena itu, tes uraian ini sejalan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, dalam hal proses penalaran berpikir.
Disamping kelebihannya, tes essay juga memiliki kelemahan yang perlu
diperhatikan oleh guru, diantaranya yaitu; 1) Dalam pemeriksaan pertanyaan tes
essay , membuka peluang berkecenderungan subjektif, 2) pertanyaan essay yang
disusuncenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang dipelajari, c) bentuk
pertanyaan beresiko memiliki arti ganda, yang pada akhirnya membuat siswa
ragu-ragu dalam menjawab.47
47
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2009), h. 101.
32
D. Konsep Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon. Hormon (Yunani, horman = yang menggerakkan) adalah
senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju ke sel-sel
atau jaringan tubuh. Hormon hanya dapat memengaruhi sel-sel target yang
memiliki reseptor khusus. Pengaruh hormon terhadap jaringan tubuh tersebut
dapat terjadi dalam waktu singkat (beberapa detik) hingga beberapa tahun. Jumlah
hormon dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
glukosa atau kolesterol. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf
berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis (misalnya
pengendalian tekanan darah dan kadar gula darah), pertumbuhan, perkembangan
seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi. Karakteristik
kelenjar endokrin, yaitu:48
1. Merupakan kelenjar buntu, karena tidak memiliki saluran (duktus) dan
mensekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel-sel.
2. Pada umumnya menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar
paratiroid yang hanya mensekresi homon paratiroid.
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat.
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda,
ada yang seumur hidup (contoh hormon metabolism), dimulai pada masa
tertentu (contoh hormon kelamin), atau bekerja sampai masa tertentu (contoh
hormon pertumbuhan).
5. Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya
dan senyawa non-hormon (misal glukosa dan kalsium) dalam darah, serta
impuls saraf.
Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguannya, ialah:
48
Irnaningtyas.Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.(Jakarta:Erlangga, 2014), h. 371-377.
33
Tabel 2.3 kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan
N
o Kelenjar Letak Sekresi Peran Gangguan
1. Hipofisis
(pituitary)
Di bagian
dasar
hipofisis
otak
GH, TSH,
ACTH,
gonadotropin
, Endorphin,
MSH , ADH,
oksitosin
Pertumbuhan
dan
perkembangan
sel-sel tubuh,
merangsang
produksi
kelenjar lainnya,
dll
Hiposekresi:
drwarfisme
Hipersekresi:
gigantisme
dll
2. Tiroid Dibawah
laring
Tiroksin Meningkatkan
laju metabolism
sel, stimulasi
konsumsi
oksigen, dll
Hiposekresi:
penurunan
metabolism,
konstipasi, mental
lambat, dll
Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave, dll
3. Paratiroid Di
permukaan
belakang
tiroid
Parathormon
(PTH)
Mengendalikan
keseimbangan
kalsium dan
fosfat
Hiposekresi:
penurunan kadar
kalsium dalam
darah, tetanus,
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
4. Timus Di bagian
posterior
toraks
diatas
jantung
Timosin Pengendalian
sistem imun
Penurunan imun
5. Adrenal Di atas
ginjal
Adrenalin,
noradrenalin
Meningkatkan
frekuensi
Hiposekresi:
penyakit Addison
1 7
2
3
4
5
6
8
34
jantung,
metabolisme,
mengatur
keseimbangan
air, dll
Hipersekresi:
peningkatan
tekanan darah,
sindrom
adrogenital
(pubertas dini), dll
6. Pancreas Dibagian
belakang
bawah
lambung
Glukagon,
insulin,
somatostatin,
polipeptida
pankreas
Mengatur
keseimbangan
kadar glukosa
dalam darah
Hiposekresi:
diabetes mellitus
7. Gonad Ovarium
dan testis
Estrogen,
progesteron,
Testosteron
Mengatur
pematangan
gonad (ovum
dan sperma)
Gangguan pada
pematangan gonad
8. Timus Posterior
toraks
bagian atas
jantung
Timosin Sistem imun
(hanya ada pada
fase bayi dan
remaja, seteh itu
berangsur
hilang)
Gangguan pada
sistem imun
Tabel 2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin:49
Aspek Aksi Respon Pengaturan Sekresi Komunikasi Contoh
Sistem
Saraf
cepat Langsung Jangka
pendek
Neuro-
transmitter
antarneuron Respon ketika
tangan tertusuk
duri
Sistem
Endokrin
lambat Tidak
langsung
Jangka
panjang
hormon Sistem
sirkulasi
Respon ketika
bayi yang
baru lahir
kekurangan
yodium akan
menyebabkan
penyakit
gondok
E. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian dengan metode Learning Cycle 7E dan keterampilan berpikir
kritis sebelumnya sudah ada yang melakukan, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh A.A. Sri Dwi Indrayanthi pada tahun 2012 pada hasil
49
Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta:
Esis, 2007), h. 266-271.
35
penelitiannya disebutkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis antara pembelajaran dengan model
Learning Cycle 7E dengan metode pembelajaran konvensional.50
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aryani Novianti pada tahun
2012 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dikatakan model pembelajaran
learning cycle cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa.51
Selain itu, berdasarkan penelitian tesis dari Irma Rosa Indriyani pada
tahun 2013 yang dilakukan di SMA 2 Bantul menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa menggunakan learning cycle 7E secara keseluruhan
dikategorikan baik dengan distribusi frekuensi 24 siswa atau 80%. Selain itu
adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dan keterampilan
berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran lks berbasis learning cycle
7E sebesar 0,008.52
Berdasarkan ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil
penelitian tersebut akan digunakan sebagai pendukung, penguat argumentasi dan
sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik.
F. Kerangka Berpikir
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
sekarang ini berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap
kualitas pendidikan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia kedepannya. Dengan sumber daya manusia yang bermutu dan
50
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika,
2011. 51
Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. 52
Irma Rosa Indriyani,“Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
36
berkualitas, akan menjamin keberhasilan dalam upaya penguasaan teknologi
untuk pembangunan di Indonesia sehingga mampu bersaing dan menghadapi
tantangan global. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan
dirinyalah yang mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kemampuan
yang dibutuhkan sekarang ini bukan hanya pada aspek kognitifnya (pemahaman)
saja, tapi justru bagaimana bisa menyeimbangkan antara aspek kognitif,
psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap). Dan itu semua tidak bisa hadir
begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui
pendidikan yang berkualitas.
Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan keefektifan proses belajar. baik itu dari internal siswa, hingga ke
faktor luar siswa, seperti tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran (metode
pembelajaran) hingga evaluasi. Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan
pembelajaran yang berkualitas.Seorang guru sebagai faktor eksternal bisa sangat
mempengaruhi aspek internal seorang siswa. Oleh karena itu, pemilihan metode,
media, dan kegiatan selama proses pembelajaran harus diperhatikan dengan
mempertimbangkan keadaan dan psikis siswa sebagai subjek pembelajaran.
Pembelajaran biologi, sebagai salah satu pelajaran eksakta (ilmu
pengetahuan alam) yang turut berkembang seiring perkembangan zaman, tentu
dituntut banyak kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa agar siap menghadapi
tantangan global. Proses pembelajaran biologi sekarang ini bukanlah untuk
menyiapkan manusia-manusia yang hafal konsep dan materi atau hanya
berorientasi pada hasil akhir, tetapi membentuk manusia yang mempunyai banyak
keterampilan yang nantinya akan mempengaruhi tingkat berfikir dan mampu
bekerja secara ilmiah. Salah satu aspek berfikir yang dibutuhkan ialah
keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Dengan kata lain kemampuan berfikir kritis ialah sebuah proses yang terarah dan
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian
37
ilmiah. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang kohensif, logis, dapat
dipercaya, ringkas, dan meyakinkan.
Indikator-indikator yang menjadi tujuan atau ciri-ciri dalam
pengembangan berpikir kritis, banyak dibahas oleh para ahli. Namun, pada
penelitian ini, indikator berpikir kritis yang digunakan ialah indikator berpikir
kritis berdasarkan pendapatnya Robert H. Ennis karena indikator yang
dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik. Selain itu, terdapat irisan
antara tahapan proses learning cycle 7E dengan indikator berpikir kritis tersebut.
Pada dasarnya, dalam proses pembelajaran siswa itu berjenjang dan
berkembang. Hal ini sejalan untuk memahami tingkatan berfikir siswa dalam
memahami suatu konsep pengetahuan. Materi sistem endokrin yang peneliti
pilihpun memang sudah pernah dipelajari sebelumnya pada tingkat SMP/MTs
yang merupakan materi kelas IX SMP. Sehingga pendekatan konstruktivisme
sangat penting dalam proses pembelajaran pada materi ini. Salah satu model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model
pembelajaran learning cycle 7E.
Secara umum, strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach
(pendekatan inkuiri), yang didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang
model perkembangan berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model
pembelajaran yang memiliki fase-fase pembelajarannya yang berpusat pada siswa
(student centered). Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang
peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan
dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari.
Learning cycle 7E merupakan metode siklus belajar yang sudah
mengalami pembaharuan dan penyempurnaan dari sebelumnya yaitu learning
cycle 5E. Ketujuh fase pada Learning cycle 7E ialah
1. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa)
2. Engage (mempertemukan)
3. Explore (Menyelidiki / menjajaki)
4. Explain (Menjelaskan)
5. Elaborate (Mengaitkan / menerapkan)
38
6. Evaluate (Menilai)
7. Extend (Memperluas)
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan pengalaman dari penelitian yang relevan
sebelum ini, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Kemampuan berpikir kritis
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Learning
Cycle 7E lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.”
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016 di SMA Negeri 5 Depok , tepatnya dimulai pada tanggal 4 Mei– 29
Mei 2015. Adapun rangkaian kegiatan persiapan, uji coba, dan penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian
No Waktu Tempat Deskripsi Kegiatan
1. Juli –
September 2014
Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pendalaman Karakter Learning
Cycle 7E dan Keterampilan
Berpikir Kritis
2. Oktober –
Maret 2015
Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pembuatan instrumen penelitian
(RPP, LKS, soal dan lembar
observasi)
3. 16 – 24 April
2015
SMAN 5 Depok,
SMAN 6 Depok Validasi Instrumen oleh siswa
4. 25 April – 1
Mei 2015
Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Persiapan akhir penelitian oleh
dosen pembimbing
5. 4 Mei – 29 Mei
2015 SMAN 5 Depok Penelitian
6. Juni – Agustus
2015
Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Analisis Data
Adapun Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
40
No Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan
1. 4 Mei 2015
Observasi ke kelas MIA 2, MIA 3. Konsultasi dengan
guru biologi tentang karakter siswa dan proses
pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan
kontrol.
2. 5 Mei 2015
Observasi ke kelas MIA 1 dan MIA 4. Konsultasi dengan
guru biologi tentang karakter siswa dan proses
pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan
kontrol.
3. 7 Mei 2015 Melakukan Pretest kepada Kelas MIA 2 (kelas
eksperimen) dan MIA 3(kelas kontrol)
4. 11 Mei 2015 Proses pembelajaran pertemuan pertama kepada kelas
MIA 3 dan MIA 2
5. 14 Mei 2015 Proses pertemuan kedua kepada kelas MIA 3 dan MIA 2
6. 18 Mei 2015 Melakukan Postest kepada Kelas MIA 2 dan MIA 3
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif strategi
eksperimen semu (Quasi Eksperimental). Pendekatan kuantitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma
potspositivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.1
Metode kuasi
eksperimen merupakan eksperimen murni tetapi seperti seolah-olah murni atau
biasa disebut juga eksperimen semu. Kuasi Eksperimen bisa digunakan apabila
dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching atau
memasangkan/menjodohkan karakteristik, namun secara acak (random) lebih
baik.2 Penelitian inidibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah
kelompok kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dan
1Emzir,Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali
Press, 2007), h. 28 2 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h.207
41
kelompok kedua adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan model
pembelajaran Learning Cycle 7E.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah nonequivalent control groups design. Pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak terpilih secara
random.3 Baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan pretest.
Sebelum diberikan posttest kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran Learning Cycle dalam proses belajar mengajarnya.
Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikanperlakuan tersebut, tetapi diberikan
model pembelajaran konvensional, yang biasa digunakan di sekolah tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu model
pembelajaran Learning Cycle sebagai variabel bebas (variabel X) dan
keterampilan berpikir kritis sebagai variabel terikat (variabel Y).Desain penelitian
yang digunakan pada penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Desain Penelitian
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 Xeksperimen O2
Kontrol O3 Xkontrol O4
Keterangan
O1 dan O3 : Pengamatan awal dengan pretest
XEksperimen : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan
modelpembelajaran Learning Cycle 7E
XKontrol : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional
O2 dan O4 : Pengamatan akhir dengan post test
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalahwilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
3Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h.116.
42
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.4 Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh siswa kelas XI SMAN 5 Depok jurusan IPA tahun ajaran 2015/2016.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.5
Pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan teknik
purposive sampling.Pengambilan sampel secara acak bertujuan untuk menarik
kesimpulan atau generalisasi yang berlaku bagi populasi dalam batas-batas
tertentu.6Purposive sampling ialah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.7
Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan peneliti seperti kesiapan dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis dan
pemahaman terhadap konsep siswa yang didapatkan dari hasil observasi dengan
guru bidang studi biologi di sekolah tersebut. Sampel dalam penelitian ini terdiri
dari 2 kelas dari jumlah populasi kelas XI MIA yang berjumlah 5 kelas, yaitu
kelas XI MIA 3 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI MIA 2 sebagaikelompok
eksperimen yang masing-masing berjumlah 42 siswa.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut penjelasannya:
1. Tahap Pendahuluan
Langkah awal pada tahap pendahuluan adalah studi pendahuluan berupa
identifikasi masalah ke sekolah terkait dan telaah pustaka untuk menyusun
rencana pembelajaran pada konsep sistem endokrin dilakukan dengan cara
observasi dan juga wawancara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data faktual
terkait kemampuan siswa, maupun gambaran pengajaran biologi disana.Setelah
itu, mengurus surat izin penelitian dari Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN
4Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistik Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha
Ilmu, 2012), h. 13. 5Ibid.h. 13.
6Nana Syaodih.Loc.cit., h. 254.
7 Sugiono, Loc.cit., h. 124.
43
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian merancang perangkat pembelajaran yang
akan digunakan dalam penelitian.
Langkah selanjutnya melakukan koordinasi dengan guru Biologi terkait
dalam hal waktu penelitian dan proses penelitiannya. Hal ini dilakukan bersamaan
dengan menyusun instrumen penelitian berupa tes Essay, LKS dan lembar
observasi. Selanjutnya dilakukan proses wawancara dengan guru biologi terkait
kondisi dan kemampuan siswa dominan di tiap kelas. Hingga dari 5 kelas,
terpilihlah 2 kelas yang selanjutnya dilakukan proses observasi untuk menentukan
kelas penelitian dan kelas kontrol sesuai dengan kriteria tertentu.8
Setelah koordinasi ke pihak sekolah untuk waktu penelitian dan teknisnya,
dilakukanlah uji coba instrumen kepada siswa yang sudah pernah mendapatkan
materi sistem endokrin sebelumnya minimal kepada 30 siswa selain siswa SMAN
5 Depok namun yang satu tingkat kualitas dengan SMAN 5 Depok.9Setelah uji
coba instrumen selesai, selanjutnya menilai hasil uji coba instrument sesuai
dengan kisi-kisi instrument penelitian.10
Soal yang digunakan untuk penelitian
diambil berdasarkan hasil uji coba instrumen dengan pertimbangan berdasarkan
berdasarkan kevalidan, realibitas, kesukaran maupun daya bedanya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai dengan menentukan dua kelompok sampel yang
akan menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya diadakan
tes awal (pretest) pada kedua kelompok penelitian dengan menggunakan soal-soal
hasil analisis data uji coba instrumen penelitian. Kemudian melaksanakan
pembelajaran model Learning Cycle 7Epada kelas eksperimen dan metode
pembelajaran dengan konvensional pada kelas kontrol sesuai dengan RPP.11
Pada kelas eksperimen, tahap pertama dalam model pembelajaran Learning
Cycle 7Eadalah Elicit. Kegiatan elicit dilakukan secara langsung dalam
8Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian
9Lampiran 4. Instrumen Uji coba
10Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian
11Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran
44
pengajaran dikelas dengan dikemukakannya pertanyaan-pertanyaan pendahuluan
untuk mendatangkan pengetahuan siswa. Tahap kedua ialahEngange, dimana
terjadi proses keterlibatan antara siswa dengan guru dalam proses diskusi,
menonton video, maupun kegiatan lainnya untuk membantu memusatkan
perhatian. Tahap ketiga ialah Exploration, dimana siswa dibawa untuk
mempelajari konsep tentang sistem endokrin. Pada tahap ini dilakukan proses
studi kasus dan diskusi kelompok.Tahap keempat ialah Explanation, dimana
siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusinya dan membuka sesi diskusi
antar kelompok. Pada tahap kelima, yaitu Elaboration diisi dengan pengisian
LKS.12
Tahap selanjutnya yaitu Evaluation dimana LKS tersebut dibahas bersama
antar kelompok. Tahap terakhir yaitu Expantion, diisi dengan verifikasi
penjelasan tambahan dari guru.
Pada kelas kontrol, guru memulai pembelajaran denganelaborasi, yaitu
dengan menampilkan video tentang sistem endokrin dan kelenjar-kelenjar sistem
endokrin. Selanjutnya dilakukan tanya jawab tentang isi dari video tersebut.
Tahap selanjutnya adalah eksplorasi, yaitu siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusinya. Terakhir ialah tahap
konfirmasi, dimana setiap siswa diajak bermain snowball tentang materi yang
dibahas untuk melihat daya tangkap dan pemahaman siswa.
Setelah keduanya diberikan perlakuan, dilanjutkan tes akhir (postest) untuk
kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan
pada tes awal (pretest). Tes akhir (posttest) merupakan langkah akhir dalam tahap
pelaksanaan.
3. Tahap Akhir
Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest),
selanjutnya adalah mengoreksi dan menuangkan data hasil tes essay dalam bentuk
nilai/angka. Selanjutnya mengolah data hasil tesessay tersebut dari hasil pretest
dan hasil posttestdengan analisis statistik. Kemudian menganalisis hasil penelitian
12
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
45
yang tertuang dalam pembahasan. Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian.
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
lebih jelas pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui teknik tes berupa tes essay.
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes keterampilan
awal (pretest) tentang konsep sistem endokrin di kedua kelas tersebut, dan juga
Tahap
Pendahuluan Identifikasi masalah & Survey tempat
Membuat perangkat pembelajaran
Penyusunan istrumen
Uji coba Instrumen
Analisis Data hasil Uji coba Instrumen
Tahap Pelaksanaan
Pretest
Eksperimen Kontrol
Pembelajaran
dengan LC 7E
Pembelajaran
dengan
konvensional
Postest
Tahap Akhir
Hasil penelitian
Analisis dan pembahasan
Penarikan kesimpulan
46
pemberian tes keterampilan akhir (postest) tentang konsep sistem endokrin di
kedua kelas tersebut.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik (dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih
mudah untuk diolah.13
1. Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes
keterampilan berpikir kritis.Instrumen tes tersebut dalam bentuk extend essay
(uraian bebas) dengan menggunakan skor 0-3 yang terdiri dari 12soal. Untuk
mengetahui keterampilan awal siswa diberikan pretest sedangkan untuk
mengetahui keterampilan siswa setelah diberi perlakuan akan diberiposttest.
2. Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
lembar observasi dan wawancara.Lembar observasi yang digunakan merupakan
jenis chek-list yang akan diisi oleh observer yang dalam hal ini adalah guru
biologi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran learning cycle 7E.
Tabel 3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran
Rata-rata nilai keterlaksanaan Keterangan
1,00 – 1,99 Kurang
2,00 – 2,99 Cukup
3,00 – 3,99 Baik
Selain itu digunakan wawancara sebagai instrumen non tes lainnya.
Wawancara yang dilakukan kepada guru biologi dan 2 orang siswa dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol dimaksudkan untuk menggali informasi
13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta. 2010), h. 203.
47
secaraaktual terkait model pembelajaran learning cycle 7E dan keterampilan
berpikir kritis siswa.
G. Kalibrasi Instrumen
Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi
persyaratan, karena instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting
yaitu uji validitas , uji reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.Dengan
demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian.14
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi.Dengan
demikian validitas menunjukan sejauh mana alat ukur tersebut memenuhi
fungsinya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing
item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini
digunakan korelasi poin biseral, yaitu dengan rumus:15
rpbis =
√
Keterangan:
Rpbis : Koefsien korelasi biseral
Mp : Rerata skor pada subjek menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt : Mean skor total, yang berhasil oeh peserta tes
SDt : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q : Proporsi peserta tes yang menjawab salah
Kemudian dinamakan dengan r tabel dengan kriteria pengujian, jika r ≥ r
tabel maka butir soal tersebut valid dan jika r ≤ r tabel maka butir soal tersebut
tidak valid.Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka data dapat diuji
dengan menggunakan program khusus ANATES Versi 4.0.4 adapun besarnya
koofisien pada Tabel 3.5adalah sebagai berikut.
14
Sugiyono, Loc cit., h.363. 15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
h.93.
48
Tabel 3.5 Besarnya Koefisien Validitas
Koefesien Kriteria
0,800-1,00 Sangat Tinggi
0,600-0,800 Tinggi
0,400-0,600 Cukup
0,200-0,400 Rendah
0,000-0,200 Sangat rendah
Pada penelitian ini pengujian validitas instrumen (validitas butir)
menggunakan program ANATES. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa
sebanyak 12 butir dari 13 soal yang valid.16
Soal yang diberikan disusun
berdasarkan indikator berpikir kritis menurut Ennis antara lain: memberi
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat
penjelasan lebih lanjut, dan strategi dan taktik. Kisi-kisi instrumentes dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6Kisi-kisi Intrumen Tes
Ketrampilan
Berpikir
Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal
Jumlah
Soal yang
digunakan
Memberikan
penjelasan
sederhana
(Elementary
clarification)
1. Memfokuskan pertanyaan
2. Menganalisis argument
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan dan
tantangan
1,2*,3,4*,5*,
6,7*,8,9*,10 5
Membangun
keterampilan
dasar (Basic
Support)
1. Mempertimbangkan kredibilitas
suatu sumber
2. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi
11,12*,13*,
14,15 3
Kesimpulan
1. Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
2. Membuat induksi dan
mempertimbangkan induksi
3. Membuat dan mempertimbangkan
nilai keputusan
16*,17,18*,
19*,20,21 3
Membuat
penjelasan
lebih lanjut
1. Mendefinisikan istilah
2. Mengidentifikasi asumsi 22,23* 1
Strategi dan
taktik
1. Memutuskan suatu tindakan 24,25* 1
Total 13
Keterangan : *soaltidakvalid
16
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software ANATES
49
Berdasarkan Tabel 3.4, hasil uji instrumen penelitian dengan
menggunakan program ANATES ver 4.0.4. dari 25 soal yang diberikan terdapat
13 soal yang valid yaitu nomor 1,3,6,8,10,11,14,15,17,20,21,22 dan 24 sedangkan
soal yang tidak valid ada11 soal yaitu 2,4,5,7,9,12,13,16,18,19,23 dan 25.17
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reabilitas diartikan sebagai konsistensi/keajegan.Reabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat pengukur yang sama pula.18
Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
soal yang sudah disusun dapat memberikan hasil yang tetap atau tidak tetap. Hal
ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu
tertentu, maka hasil akan tetap atau relatif sama. Instrumen yang reliabel
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reliabilitas dapat dicari dengan
rumus yang ditemukan Kuder dan Richardshon, yaitu: 19
Rxx =
–
Keterangan:
RXX : Reliabilitas tes secara keseluruhan
K : Jumlah item
S2 : Standar deviasi atau simpangan baku
p : Proorsi responden yang menjawab benar
q : Proporsi responden yang menjawab salah
Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen menggunakan
program ANATES yang diperoleh Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
reliabilitas tes sebesar 0,76 sehingga dapat disimpulkan instrumen keterampilan
berpikir kritis reliabel dan termasuk kategori tinggi.
17
Lampiran 7. Instrumen Penelitian 18
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Bumi
Aksara, 2013), h. 87. 19
Ibid., h. 90-91.
50
3. Pengujian Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
silit/sukar.Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran
suatu soal digunakan rumus:20
P =
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
J : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal yang digunakan pada penelitian ini dapat
diperhatikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kriteria
0-0.25 Sukar
0.26-0.75 Sedang
0.76-1 Mudah
Pada penelitian ini, pengujian tingkat kesukaran butir soal menggunakan
program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh soal dengan kriteria
sedang terdiri dari 10 soal, yaitu soal nomer 1,3,4,8,10,13,15,16,18 dan 20
sedangkan soal dengan kriteria sulit terdiri dari 15 soal, yaitu soal nomer
2,5,6,7,9,11,12,14,17,19,21,22,23,24 dan 25. Jika disesuaikan dengan hasil
validasi, maka akan tergambarkan seperti tabel 3.8 berikut
Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal
Kriteria No Soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Sukar 6,11,14,17,21,22,24 2,5,7,9,12,19,23,25 15
Sedang 1,3,8,10,15,20 4,13,16,18 10
Mudah - - -
Jumlah 13 12 25
20
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176.
51
4. Pengujian Daya Pembeda
Yang dimaksud dengan daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut
dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai.
Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:21
D =
-
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BA : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah
Adapun daya pembeda yang digunakan pada penelitian ini dapat
diperhatikan pada tabel 3.9 berikut:22
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Interval Koefisien Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat baik
Berikut hasil penelitian dengan menggunakan ANATES pada hasil daya
pembeda, diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Kriteria No soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Jelek - 23,25 2
Cukup 1,14 7 3
Baik 8,24 - 2
Baik sekali 3,6,10,11,15,17,20 2,4,9,12,13,16,18,19 15
Semuanya tidak baik 21,22 5 3
Jumlah 13 12 25
21
Ibid., h. 177. 22
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 232.
52
Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui tidak terdapat soal yang memiliki daya
pembeda jelek, 2 soal memiliki daya pembeda cukup, 8 soal memiliki daya
pembeda baik dan 2 soal memiliki daya pembeda tidak baik.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan uji statistik dengan
uji t (uji hipotesis) dengan prasyarat sebelumnya dilakukannya uji normalitas,uji
homogenitas baru kemudian dilakukan uji hipotesis, uji N-Gain, dan analisis
keterampilan berpikir kritis siswa.
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Data
yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan
berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.Kelebihan
Liliefors test adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup
kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil, misalnya n= 4. Uji
liliefors mempunyai rumus:
Lo = F(Zi) – S(Zi)
Keterangan:
Lo : Harga mutlak terbesar
F(Zi) : Peluang angka baku
S(Zi) : Proporsi angka baku
Untuk LO (Lhitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Lhitung adalah nilai terbesar dari dan Ltabel didapat dari
perhitungan rumus:
Ltabel =
√
Keterangan:
0,886 = Nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan N > 30
N = Number of cases
53
Jika LO ≤ Lhitung, maka data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika LO ≥
Lhitung, maka data tidak berdistribusi normal.Jika keseluruhan data LO (Lhitung)
yang diperoleh adalah normal, maka uji statistik lanjutan yang digunakan
adalah uji parametrik, yaitu uji homogenitas dan uji t. Namun, jika ada
beberapa LO (Lhitung) yang tidak normal dari data keseluruhan, maka uji
statistic lanjutan yang digunakan adalah uji non parametrik. Uji non
parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mann Whitney U.
penjelasan mengenai penggunaan uji statistik parametrik dan non parametrik
ada pada bagan berikut:23
Ya Tidak
Ya Tidak
Tidak Ya
Gambar 3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik
b. Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas.
Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok
populasi itu homogen atau heterogen. Varians dari populasi homogen apabila
Fhitung≤ Ftabel. Varians dari populasi heterogen apabila Fhitung≥ Ftabel.Uji
homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji distribusi Fisher
pada taraf signifikansi 0,05. dengan rumus sebagai berikut:
Fhitung =
23
Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70.
Paired sample T test
Independent sampel T test Wilcoxon
U Mann- Whitney
Distribusi
populasi ke
dua
kelompok
normal
Berhubungan
Berhubungan
54
Keterangan:
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
c. Uji Hipotesis
Uji analisis hipotesis data pretest , karena data kelas eksperimen tidak normal
maka uji analisis hipotesis pretest menggunakan uji non parametrik, Mann
Whitney menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann
Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Uji analisis hipotesis data
posttest, karena data kedua kelompok (eksperimen dan Kontrol) terdistribusi
normal, maka dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan
α=0,05. Rumus uji t:24
√
Keterangan:
t = Uji hipotesis
X1 = Rerata kelas eksperimen
X2 = Rerata kelas kontrol
S = Simpangan baku
N = Number of cases
Kriteria pengujian:
Jika thitungttabel, maka Ho ditolak, Ha diterima
Jika thitung<ttabel, maka Ho diterima, Ha ditolak
2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
NP =
x 100
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
24
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito Bandung, 2005), h. 239.
55
Selanjutnya, persentase keterampilan berpikir kritis siswa dikelompokan
dalam lima kategori. Kategori ketrampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam tabel
3.11 berikut:
Tabel 3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
Persentase Kategori
86%-100% Sangat Baik
76%-85% Baik
60%-75% Cukup
55%-59% Kurang
< 54% Kurang Sekali
I. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
Ho :
H1 :
Keterangan:
Ho :Tidak terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
H1 :Terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
:Rata-ratahasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
Leaning Cycle 7E
:Rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
konvensional
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh.
Data-data yang dideskripsikan adalah data hasil pretest dan posttest dari kedua
kelas yang dilakukan dari tanggal 7-25 Mei 2015 di SMAN 5 Depok.
Pengambilan data dilakukan kepada siswa kelas XI MIA 2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas
berjumlah 42 siswa.Pretest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur
pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran biologi pada konsep Sistem
Endokrin. Setelah itu setiap kelas mulai diberlakukan model pembelajaran,
kemudian dilakukan posttest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur sejauh
mana pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model
Learning Cycle 7E. Penilaian instrument disesuaikan dengan kunci jawaban
instrument penelitian yang diambil dari kisi-kisi intrumen penelitian.1Gambaran
umum tentang data-data ini yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata, median, modus, dan standar deviasi.
1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data yang terkumpul dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berupa data pretest dan posttest berupa skor soal essay
keterampilan berpikir kritis, sedangkan data kualitatif berupa data lembar
observasi pada saat kegiatan berlangsung. Data hasil observasi pengaruh model
Learning Cycle7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sebagai data
kualitatif terlampir. Berikut data kuantitatif pretest dan posttest kedua kelompok.
1Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
57
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai terendah 22,22 16,66 33,33 22,22
Nilai tertinggi 61,11 52,77 88,88 77,77
Rata-rata 37,69 36,04 64,41 56,87
Median 34,72 36,11 65,27 55,5
Modus 22,22 27,77
30,55 63,88
55,55
63,88
Simpangan Baku 11,786 10,145 13,132 11,88
Jumlah siswa 42 42 42 42
Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan rata-rata pretest dan posttest
kelas ekperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen, rata-rata pretest sebesar
37,69 dan rata-rata posttest sebesar 64,41. Sedangkan rata-rata pretest kelas
kontrol sebesar 36,04 dan rata-rata posttest sebesar 56,87.
2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest dan
Postest Kelompok Eksperimen danKontrol
Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan
berpikir kritis pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.2.Data yang lebih lengkapnya terlampir.
Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
danKelas Eksperimen
Aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas
Kontrol
(%)
Kategori
Kelas
Eksperimen
(%)
Kategori
Memberikan
penjelasan sederhana 46,74
Kurang
sekali
52,43
Kurang
Membangun
keterampilan dasar 28,99
Kurang
sekali
32,52
Kurang
sekali
Kesimpulan 30,62 Kurang
sekali 28,45
Kurang
sekali
Membuat penjelasan
lebih lanjut 36,6
Kurang
sekali
37,4
Kurang
sekali
Strategi dan taktik 40,7 Kurang
sekali
33,3
Kurang
Rata-rata 36,73 Kurang
sekali 36,82
Kurang
sekali
58
Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata pretest kelas kontroldan
kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis.Pada kelompok
kelas kontrol skor pada aspek membangun keterampilan dasar yang termasuk
dalamkategori kurang sekali merupakan indikator yang palingrendah nilainya
yaitu hanya 28,99%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan
penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 46,74% dan walau masih
termasuk kategori kurang sekali.Sedangkan pada kelompok kelas eksperimen,
skor terendah ada pada indikator kesimpulan, dengan skor 28,45% dan termasuk
kategori kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator memberikan penjelasan
sederhana, dengan skor 52,43% termasuk kategori kurang. Dengan jumlah rata-
rata kelompok kelas kontrol ialah 36,73% dan kelas eksperimen 36,82 kedua kelas
masuk dalam kategori kurang sekali.2
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas
Kontrol
(%)
Kategori
Kelas
Eksperimen
(%)
Kategori
Memberikan
penjelasan sederhana 73,78 Baik 72,56 Baik
Membangun
keterampilan dasar 61,24 Cukup 82,11 Baik sekali
Kesimpulan 42 Kurang
sekali 46,61
Kurang
sekali
Membuat penjelasan
lebih lanjut 38,2
Kurang
sekali 41,5
Kurang
sekali
Strategi dan taktik 56,1 Kurang 74 Baik
Rata-rata 54,26 Kurang 63,35 Cukup
Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata postest kelas kontroldan
kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis. Pada kelompok
kelas kontrol skor pada aspek membuat penjelasan lebih lanjut yang termasuk
dalam kategori kurang sekali merupakan indikator yang paling rendah nilainya
2 Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
59
yaitu hanya 38,2%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan
penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 73,78% dan termasuk
kategori baik. Pada kelompok kelas eksperimen, skor terendah ada pada indikator
membuat penjelasan lebih lanjut, dengan skor 41,5% dan termasuk kategori
kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator aspek membangun keterampilan
dasar, dengan skor 82,11% termasuk kategori baik sekali. Dengan jumlah rata-rata
kelompok kelas kontrol ialah 54,26% yang termasuk kategori kurang dan kelas
eksperimen 63,35% yang termasuk dalam kategori kurang sekali.3
3. Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis
Lembar Kerja Siswa terdiri dari 4 artikel dengan 20 pertanyaan.Pada
pertemuan pertama terdapat 2 artikel dengan 11 pertanyaan. Sedangkan pada
pertemuan kedua, terdapat 2 artikel dengan 9 pertanyaan Pertanyaan-pertanyaan
tersebut disesuikan dengan sub aspek berpikir kritis Robbert H. Ennis, walau
dengan jumlah butir soal yang berbeda-beda tiap aspek. Aspek memberikan
penjelasan sederhana terdiri dari 7 butir soal, aspek membangun keterampilan
dasar terdiri dari 5 soal, aspek kesimpulan terdiri dari 4 soal, aspek membuat
penjelasan lebih lanjut terdiri dari 2 soal dan aspek strategi dan taktik terdiri dari 2
soal. Berikut Tabel 4.4 merupakan penilaian yang diperoleh siswa dalam LKS.
Tabel 4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Rata-
rata 1 2 3 4 5
Kel 1 71.43 80 75 100 50 75.29
Kel 2 71.43 60 75 50 100 71.29
Kel 3 71.43 60 75 50 100 71.29
Kel 4 85.71 80 50 50 100 73.14
Kel 5 71.43 100 75 100 50 79.29
Kel 6 71.43 100 50 50 50 64.29
Rata-rata 73.81 80.00 66.67 66.67 75
Kategori Baik Baik Cukup Cukup Baik
3 Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
60
Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik
Data pada Tabel 4.4 menunjukan ketercapaian skor masing-masing
kelompok terhadap keterampilan berpikir kritis. Rata-rata skor terendah hasil
ketercapaian keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan
membuat penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor
tertinggi pada aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00
kategori baik.
4. Data Observasi Kegiatan Guru
Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 7E yang dilakukan kepada kelas eksperimen. Guru bidang studi Biologi
berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 pertemuan. Lembar observasi
kegiatan guru meliputi 7 tahap Learning Cycle meliputi tahap elicit, engagement,
exploration, explanation, elaboration, evaluation dan ekspantion pada kedua
pertemuan tersebut.
Pada pertemuan pertama, tahap elicit dilakukannya proses tanya jawab
antara guru dengan siswa seputar karakteristik sistem saraf yang sudah diketahui.
Kemudian menampilkan gambar-gambar seputar sistem saraf dan hormon. Pada
tahap engange dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa dengan saling
memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses sebelumnya. Hal
ini dilakukan dengan menampilkan video tentang cara kerja hormon dan otak
untuk selanjutnya dilakukan proses tanya jawab dari guru kepada siswa yang
dipilih secara acak. Kemudian pada tahap exploration dan explanation, siswa
berdiskusi secara kelompok untuk menganalisa perbedaan antara sistem saraf dan
hormon berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan sebelumnya. Kemudian
61
masing-masing perwakilan kelompok menuliskan di papan tulis dan menjelaskan
alasannya secara singkat. Selanjutnya pada tahap elaboration untuk membantu
siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan sistem saraf dan hormon, siswa
mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru. Untuk mensiasati
waktu yang singkat, masing-masing kelompok hanya mengerjakan 1-2 soal yang
berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal tergantung pada tingkat
kesulitannya). Untuk selanjutnya pada tahap evaluation, masing-masing
perwakilan kelompok menjelaskan hasil jawaban dari LKS yang sudah
didiskusikan kepada teman-teman sekelasnya, untuk kemudian didiskusikan
bersama. Terakhir, pada tahap expantion, guru meluruskan jawaban dan
menghubungkan dengan konsep lain yang akan dipelajari di pertemuan
selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, tahap elicit dilakukan dengan proses tanya jawab
antara guru dengan siswa seputar kasus orang kerdil dan orang yang terkena
penyakit gondongan. Kemudian pada tahap engangement, diberikan artikel
seputar orang kerdil dan orang yang terkena penyakit gondongan tersebut (ada di
dalam LKS) untuk selanjutnya dilakukan tanya jawab antara guru kepada siswa
seputar artikel tersebut dan seputar sistem endokrin dalam tubuh. Pada tahap
exploration dan explanation, ditampilkan gambar kelenjar-kelenjar endokrin,
Selanjutnya, masing-masing kelompok diberikan karton putih yang sudah dibuat
tabel dan potongan kertas berisi macam-macam hormon, kelenjar dan akibat yang
akan terjadi jika kekurangan/kelebihan hormon tersebut untuk kemudian
dicocokkan. Selanjutnya, masing-masing perwakilan tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap elaboration, untuk
membantu siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan letak, sekresi dan abnormalitas sistem
endokrin, siswa mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru.
Untuk mensiasati waku yang singkat, masing-masing kelompok hanya
mengerjakan 2-3 soal yang berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal
62
tergantung pada tingkat kesulitannya). Kegiatan pada tahap evaluation dan
expantion, sama seperti pertemuan pertama.
Berdasarkan data observasi mengenai keterlaksanaan skenario
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E
dapat diketahui bahwa pada setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan baik oleh peneliti. Pada pertemuan pertama keterlaksanaan model
pembelajaran Learning Cycle 7E rata-rata bernilai 2,4 yang berarti cukup.
Dengan catatan utama dari guru biologi untuk disiplin alokasi waktu tiap
tahapannya yang masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP juga dalam
proses diskusi berupa pertanyaan umpan balik yang dilakukan secara lisan yang
melibatkan antara guru dengan siswa kurang mendapat respon aktif dari siswa,
sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama.
Pada pertemuan kedua keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle
7E rata-rata bernilai 3,13 yang berarti baik. Dengan catatan utama dari guru
biologi masih seputar kurangnya kedisiplinan dalam mengalokasikan waktu,
terutama pada tahap exploration dan elaboration.4
B. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.Untuk lebih jelasnya perhitungan uji
normalitas dapat dilihat pada lampiran.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Postest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Sampel (n) 42 42 42 42
L0 0,144 0,134 0,074 0,115
Ltabel 0,136 0,136 0,136 0,136
Kesimpulan Tidak normal Normal Normal Normal
4 Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru
5 Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas
63
Tabel 4.4 menunjukan kedua kelompok data berdistribusi normal pada taraf
0.05 kecuali pada kelompok pretest eksperimen. Data berdistribusi normal apabila
L0 < Ltabel.Hasil Uji Normalitas Pretest kelompok eksperimen diperoleh 0,144 >
0,136 yang berarti data tidak normal. Pada kelompok pretest kontrol diperoleh
0,134 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang berarti data berdistribusi normal.
Selanjutnya, hasil Uji normalitas postest kelompok eksperimen diperoleh 0,074 <
0,136 dan kelompok kontrol diperoleh 0,115 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang
berarti data berdistribusi normal. Karena data pretest kelompok eksperimen tidak
normal, maka untuk Uji hipotesisnya akan digunakan Uji Mann-Whitney.
Sedangkan untuk posttest, karena kedua data (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
normal, maka digunakan uji T.
2. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, maka
langkah selanjutnya mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai
homogenitas didapat dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi α =
0,05, sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas
kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Postes
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 42 42 42 42
S2 138,93 102,94 172,47 141,22
Fhitung 1,34 1,22
Ftabel 1,68 1,68
Kesimpulan Homogen Homogen
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, kedua kelas baik kelas eksperimen
ataupun kontrol menunjukkan homogen.
6 Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas
64
3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney)
Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian,
terdapat hasil sebaran data kelompok penelitian yang normal dan tidak
normal. Data pretest kelompok eksperimen tidak normal, maka untuk uji
hipotesis lanjutan menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Mann Whitney
U dengan menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann
Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Hasil Uji Mann-Whitney
dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini. Untuk lebih jelasnya perhitungan uji
Mann Whitney dapat dilihat pada lampiran.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 42 42
X rata-rata 37,69 36,04
U Mann-Whitney 0,593
Probabilitas 0,05
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis siswa,
dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis menurut
Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data pretest dari tiap butir soal dan
menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir kritis siswa
tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.8
Tabel 4.8 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
No
Aspek
Berpikir
Kritis
U-Mann
Whitney t-tabel Keterangan Kesimpulan
1.
Memberikan
penjelasan
sederhana
0,063 0,05 0,063 > 0,05 H0 diterima
2.
Membangun
keterampilan
Dasar
0,989 0,05 0,989 > 0,05 H0 diterima
7 Lampiran 14. HasilPretest Menggunakan Uji Mann-Whitney
8 Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
65
3. Kesimpulan 0,547 0,05 0,547 > 0,05 H0 diterima
4.
Membuat
penjelasan
lebih lanjut
0,825 0,05 0,825 > 0,05 H0 diterima
5. Strategi dan
taktik 0,407 0,05 0,407 > 0,05 H0 diterima
b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T)
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Karena
kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji t-2 sampel saling bebas pada taraf signifikan α = 0.05.
Sampel dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan apabila thitung> ttabel.
Hasil uji t pada kedua kelompok dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.9
Dimana,
H0 : Tidak ada perbedaan antara hasil postest kelas kontrol dan kelas
eksperimen
H1 : Ada perbedaan antara hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 42 42
X rata-rata 64,41 55,89
thitung 3,047
ttabel 1,99
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan
Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis
siswa, dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis
menurut Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data postest dari tiap butir
soal dan menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir
kritis siswa tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.10
9 Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T
10 Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
66
Tabel 4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
No Aspek Berpikir
Kritis t-hitung t-tabel Keterangan Kesimpulan
1. Memberikan
penjelasan sederhana 0,363 1,99 0,363< 1,99 H0 diterima
2. Membangun
keterampilan Dasar 3.631 1,99 3,631> 1,99 H0 ditolak
3. Kesimpulan 1.141 1,99 1,141 < 1,99 H0 diterima
4. Membuat penjelasan
lebih lanjut 0.531 1,99 0,531<1,99 H0 diterima
5. Strategi dan taktik 2.819 1,99 2,819> 1,99 H0 ditolak
C. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol,
nilai rata-rata pretest pada kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dari
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, rata-rata pretest sebesar 37,7.
Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata pretest sebesar 36,04. Sedangkan
pada data hasil postest pada kelompok eksperimen nilai rata-rata
sebesar64,41sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 56,87.
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, dijabarkan data ketercapaian aspek
berpikir kritis pada pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dilihat dari rata-ratanya, hasil pretest dan posttest mengalami
peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik hasil ketercapaian posttest keterampilan berpikir kritis kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
72.56
82.11
46.61 41.5
74 73.78
61.25
42 38.2
56.1
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5
postesteksperimen(%)postestkontrol (%)
67
Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik
Untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa sebelum dilakukan penelitian (pretest) antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil perhitungan,
hasil sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0.593 yang berarti lebih besar dari
0.05.Maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor pretest kelompok kontrol dengan skor pretest kelompok eksperimen.
Berdasarkan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa pada rata-rata
nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai nilai yang
hampir sama, yatu 36,73 pada kelompok kontrol dan 36,82 pada kelompok
eksperimen. Adapun hasil posttest menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan, yaitu 54,26 pada kelompok kontrol dan 63,35 pada kelompok
eksperimen. Maka pembelajaran model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol, rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.Penghitungan hasil
posttest menggunakan uji t-saling bebas.pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh t-hitung= 3,097dan nilai t-tabel =1.99, maka 3,097
>1.99. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
Hasil tersebut menyatakan bahwa skor posttest kedua kelompok terdapat
perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
hasil keterampilan berpikir kritis kelompok eksperimen dengan hasil keterampilan
berpikir kritis kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan keterampilan
berpikir kritis pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
keterampilan berpikir kritis pada kelompok kontrol.
Hasil ini dapat dicapai karena dalam penerapan model pembelajaran
learning cycle 7E siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
68
model pembelajaran ini siswa diajak untuk melakukan kegiatan demonstrasi,
diskusi, atau kegiatan lain yang digunakan untukmembuka pengetahuan siswa
dan mengembangkan rasa keigintahuan siswa. Hal ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wawan Sutrisno, dkk yang menjadi bahan seminar
nasional IX di UNS 2011 silam yang menyatakan bahwa model pembelajaran ini
mampu merangsang rasa ingin tahu siswa untuk mencari hubungan konsep yang
mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menemukan jawaban dari rasa ingin
tahu mereka.11
Selain itu, menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh A.A Sri Dwi
Indrayanthi, model Learning Cycle 7E memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya terhadap siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan
berbuat.12
Pembelajaran biologi dengan model Learning Cycle 7E
mempertimbangkan pengetahuan awal siswa. Melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan
belajarnya, siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa
konsep-konsep biologi yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan.
Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bahwa model pembelajaran
Learning Cycle 7E lebih baik dalam pencapaian keterampilan berpikir kritis
dibandingkan dengan kelompok konvensional yaitu, proses pembelajaran pada
kelompok Learning Cycle 7E, terdapat 7 fase pembelajaran. Pada tahap pertama
yaitu elicit (mendatangkan pengetahuan siswa), guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon
dari pemikiran siswa serta menimbulkan rasa ingin tahu tentang jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada fase kedua yaitu engage (mempertemukan), digunakan untuk
memfokuskan perhatian siswa, merangsang kemampuan berpikir serta
11
Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.188 12
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7E
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan
Fisika, 2011, h. 14.
69
membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan.
Kegiatan pada tahap ini dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa
dengan saling memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses
sebelumnya, mengaitkan topik, dan melakukan tanya jawab sehingga aspek
berpikir kritis yang diharapkan dimunculkan pada fase ini ialah siswa mampu
memberikan penjelasan sederhana.Namun, hasil posttest kelas eksperimen yang
menggunakan model Learning cycle 7E, ternyata aspek ini tidak membawa
perubahan yang baik, bahkan justru lebih kecil rata-ratanya daripada kelas
kontrol. Hal ini seperti memberi jawaban bahwa ada yang kurang dari proses
pembelajaran pada tahapan ini. Hal ini sesuai dengan hasil observasi guru biologi
yang menyatakan kedisiplinan waktu menjadi faktor utama permasalahnnya.
Fase selanjutnya yang ketiga adalah explore (menyelidiki) yang digunakan
agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung.Siswa
melakukan kegiatan observasi maupun saling bertanya dan berdiskusi dalam
kelompoknya. Secara langsung tahapan ini akan membuat siswa berpikir logis dan
terbuka, berpikir fokus, gigih dalam mencari kebenaran namun juga dapat
menerima masukan dari orang lain. Pada fase keempat yaitu explain, siswa dilatih
untuk mampu menjelaskan apa yang menjadi pendapatnya, dan mempunyai
alasan-alasan yang logis untuk menguatkan pendapat, namun tetap berpikir
terbuka terhadap pendapat orang lain. Aspek berpikir kritis yang dilatih pada fase
explore dan explain ialah membangun keterampilan dasar.
Fase kelima yaitu elaborate (menerapkan), disajikan kepada siswa untuk
dapat menambahkan pengetahuan barunya terhadap hal-hal yang sebelumnya
sudah mereka ketahui, termasuk didalamnya siswa mampu menjawab sendiri
hipotesis yang sudah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan mengerjakan
LKS ditempatkan pada fase ini dengan pertimbangan siswa sudah mempunyai
pengetahuan dasar, asumsi dan hipotesis terhadap materi sistem endokrin yang
cukup setelah melalui fase-fase sebelumnya. Untuk mensiasati waku yang singkat,
masing-masing kelompok hanya mengerjakan beberapa butir soal yang berbeda-
beda tiap kelompoknya. Pembagian soal tergantung pada tingkat kesulitannya.
Dengan sistem pengerjaan LKS yang seperti ini memang memangkas waktu,
70
sehingga lebih singkat dan siswa lebih fokus mempelajari tipe soal dan cara
menjawabnya. Namun, dilain sisi dengan sistem yang seperti ini tidak dapat
menjadikan LKS sebagai alat ukur perkembangan keterampilan berpikir kritis
siswa secara utuh karena hanya beberapa soal yang dijawab kemudian dibahas
perkelompok. Untuk itu, setelah dilakukan diskusi perkelompok untuk
menentukan jawaban, diperlukan suatu pemaparan jawaban yang melibatkan
antar kelompok dalam kelas dengan harapan akan saling mengisi dan melengkapi
pemahamannya satu sama lain. Pada fase ini siswa dilatih untuk membuat
kesimpulan sebagai aspek berpikir kritisnya, dengan sub aspek yang paling
banyak yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat
induksi dan mempertimbangkan induksi juga membuat dan mempertimbangkan
nilai.
Selanjutnya ialah fase keenam yaitu evaluated (menilai) dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru mengobservasi dan memperhatikan
siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan
dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap
pemikiran awalnya. Bentuk penilaiannya dilakukan secara tidak langsung
(informal) berupa observasi dari hasil pemaparan jawaban yang dilakukan
antarkelompok.Pada fase ini aspek berpikir kritis yang dilatih ialah keterampilan
siswa untuk membuat penjelasan lebih lanjut.
Terakhir adalah fase extend (memperluas), fase yang bertujuan untuk
berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang
telah dipelajari. Selain itu pada fase ini diharapkan siswa jugamampu mencari
hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari, misalnya mengaitkan perbedaan sistem endokrin dengan
eksokrin dan juga mencari hubungan antara sistem saraf, sistem indera dengan
sistem endokrin. Pada fase ini keterampilan berpikir kritis yang dilatih ialah
keterampilan siswa dalam berstrategi dan taktik.
Berdasarkan hasil keterampilan berpikir kritis pada lembar kerja siswa
dalam tabel 4.4 diperoleh bahwa rata-rata skor terendah hasil ketercapaian
keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan membuat
71
penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor tertinggi pada
aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00 kategori baik.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis pada LKS
Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, jika dilihat dari rata-rata tiap kelompok ada
satu kelompok yaitu kelompok 6 dan yang rata-ratanya dibawah 70 sedangkan
kelompok lainnya rata-ratanya diatas 70. Hal ini mengindikasikan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa belum merata dengan baik.Hal ini pun
menunjukan bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa belum
seluruhnya dapat dipahami karena pembelajaran yang dilakukan hanya 2 kali.
Paul Eggen dan Don Kauchak mengemukakan bahwa keterampilan berpikir harus
dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kondisi anak.13
Demikian pula halnya dengan keterampilan berpikir kritis, semakin kompleks
latihan yang diberikan maka akan makin meningkat pula keterampilan
berpikirnya.
13
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.(Jakarta: PT Indeks,
2012), h. 119
73.81
80
66.67 66.67
75
60
65
70
75
80
85
1 2 3 4 5
Aspek Berpikir Kritis
Rata-rata
72
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 hampir semua aspek terjadi perningkatan
persentase. Kecuali pada aspek membuat penjelasan sederhana yang justru
posttest kelas eksperimen menjadi lebih rendah. Namun pada indikator
selanjutnya yaitu indikator membangun keterampilan dasar justru menjadi
indikator yang paling meningkat. Hasil posttest kelompok eksperimen dari lima
aspek berturut-turut dari perolehan tertinggi sampai terendah, yaitu membangun
keterampilan dasar, strategi dan taktik, memberikan penjelasan sederhana,
kesimpulaan dan membuat penjelasan lebih lanjut.
Aspek memberikan penjelasan sederhana mendapat nilai sebesar 72,56%
dengan kategori baik, namun berada diposisi ketiga. Hal ini dikarenakan siswa
sudah dapat menjawab pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan sehingga
siswa dapat mengemukakan alasannya, namun cenderung tidak memperhatikan
fokus pertanyaan yang ada. Menurut Susan M Brookhart, yang menjadi perhatian
dalam berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika siswa dapat menganalisis dengan
dirinya sendiri. Siswa masih cenderung menganalisis berdasarkan contohnya,
bukan berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan.14
Aspek membangun keterampilan dasar sebesar 82,11% dengan kategori baik
sekali dan berada diposisi pertama. Pada aspek ini, siswa diminta untuk
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber untuk memberikan alasan yang
tepat dan juga mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi dengan
mencatat hal-hal yang diinginkan serta terlibat dalam menyimpulkan. Hal ini
dikarenakan siswa mulai mampu berstrategi antara durasi waktu pengerjaan
dengan model soal secara keseluruhan. Siswa tidak terfokus pada soal-soal aspek
memberikan penjelasan sederhana saja, karena pada soal-soal di aspek inilah yang
paling banyak jumlah soalnya sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk
menjawab. Sedangkan soal-soal pada aspek membangun keterampilan dasar
cenderung membutuhkan jawaban yang relatif lebih singkat. Namun akibatnya
siswa tidak optimal dalam menjawab soal-soal pada aspek memberikan penjelasan
14
Susan M Brookhat dan Anthony J. Nitko. Assess Higher-Order Thinking Skills in Your
Classroom. (USA: Pearson, 2011), h. 236.
73
sederhana dan justru terjadi peningkatan yang signifikan antara aspek membangun
keterampilan dasar.
Aspek membuat kesimpulan sebesar 46,61% dengan kategori kurang sekali.
Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu membuat deduksi maupun induksi
dan mempertimbangkan hasil deduksimaupun induksi tersebut. Contohnya dalam
membuat deduksi siswa belum mampu menginterpretasi pertanyaan dengan
melihat informasi yang diberikan, baik berupa grafik ataupun pernyataan.
Menurut Alec Fisher, kesahihan deduktif merupakan gagasan yang mudah
dipahami (meskipun inferensi yang memenuhi standar ini, tidak begitu lazim
dalam argumentasi yang biasa), sehingga dengan memulai gagasan ini karena
dapat membantu orang memahami standar-standar lain untuk menilai inferensi.15
Selain itu, masih menurut Alec Fisher, ada kata-kata dan frase-frase tertentu yang
dipakai secara khusus untuk mengargumentasikan suatu kasus, dan menggunakan
alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan, yang disebut dengan indikator
linguistic.16
Dalam jawaban siswa, jarang sekali menggunakan indikator linguistik
seperti yang digagas oleh Alec Fisher tersebut, walau bukan hanya hal ini yang
menjadi penilaian, tapi juga rasionalitas jawaban, hubungan antara argument
dengan kesimpulan, dan evaluasi secara keseluruhan yang perlu diperhatikan.
Aspek membuat penjelasan lebih lanjut mendapat nilai 41,5% dengan
kategori kurang sekali merupakan aspek yang mempunyai nilai paling rendah
dibanding aspek yang lain. Siswa diminta untuk membuat penjelasan lebih lanjut
pada sub aspek mengidentifikasikan istilah, yang mana indikator
mengklasifikasikan dan memberikan contoh, contoh soalnya:
“Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara
sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik
hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu
subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi
apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara
umum sama dengan kedua hormon tersebut!”
15
Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 120 16
Ibid, h. 22
74
Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa membuat alasan-alasan dari
sebuah permasalahan yang dihubungkan dengan teori yang ada. Alec Fisher
menjelaskan bahwa terdapat kesalahan umum ketika berpikir penyebab yang
akhirnya kita bisa salah membuat penjelasan lebih lanjut, yaitu: a) kita hanya
mempertimbangkan satu penyebab yang mungkin dan menerimanya tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain, b) kita memperhatikan
hanya sebagian bukti yang relevan dalam menentukan apa yang menyebabkan
atau telah menyebabkan sesuatu.17
Pada aspek strategi dan taktik mendapat nilai sebesar 74% dengan kategori
baik, hal ini dikarenakan siswa telah menjawab pertanyaan pada LKS dengan
benar dan alasan yang tepat serta sesuai dengan konsep yang dipelajari dan
melakukan diskusi kelompok dengan baik. Strategi dan taktik terlihat dengan
presentasi yang telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa mampu memutuskan
suatu tindakan yang akan dilakukan dalam suatu masalah.
Dari hasil yang diperoleh pada lima aspek keterampilan berpikir kritis
yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata keseluruhan siswa
cukup memiliki keterampilan berpikir kritis. Hasil posttest uji-t setiap aspek
berpikir kritis menunjukan hasil yang berbeda-beda.Namun hanya 2 aspek
berpikir kritis saja yang berpengaruh signifikan, yaitu aspek membangun
keterampilan dasar serta strategi dan taktik. Hal ini disimpulkan bahwa model
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap aspek membangun keterampilan dasar
serta aspek strategi dan taktik dibanding dengan pembelajaran konvensional
dengan pendekatan kontekstual. Berikut alasan model Learning Cycle 7E
memperoleh pengaruh yang signifikan pada aspek membangun keterampilan
dasar serta strategi dan taktik antara lain: a) aspek membangun keterampilan dasar
lebih banyak di eksplorasi secara baik dalam tahapan learning Cycle 7E pada
tahap explore dan explain, b) kelebihan dari model Learning Cycle 7E ini
menekankan konsep, proses, dan aplikasi dibanding dengan pendekatan
kontekstual yang menekankan pada konsep dan proses.
17
Loc.cit., h. 139.
75
Selain itu, jika dilihat dari filosofisnya model Learning Cycle 7E
meletakkan dasar pada filosofis pendidikan di mana siswa akan belajar
dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Di samping itu, model
Learning Cycle 7E didasari pada motivasi intrinsik yang sesuai dengan faham
konstruktivisme tentang pembelajaran, di mana siswalah yang seharusnya
mengalami pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator.
Model siklus belajar Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan hakikat sains sebagai proses dan sains sebagai
produk. Model pembelajaran ini memberikan pedoman bagi guru untuk
membimbing siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan metode
ilmiah layaknya seorang ilmuwan. Selain didasari oleh hakikat sains, model
learning Cycle 7E ini juga dikembangkan dengan pendekatan inquiri. Dengan
pendekatan ini, siswa belajar memecahkan masalah atau mengungkap suatu
fenomena alam secara ilmiah. Sesuai dengan hakikat biologi sebagai bagian dari
sains, yang akhirnya menuntut dalam proses pembelajarannya haruslah bertumpu
pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan berbagai keterampilan
proses sains.18
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan
yang biasa dilakukan oleh ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.19
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini yaitu
melakukan observasi, menafsirkan hasil pengamatan, mengelompokkan,
meramalkan,keterampilan berkomunikasi, hipotesis, menerapkan konsep atau
prinsip, mengejukan pertanyaan, keterampilan menyimpulkan.
Karakteristik utama dalam pembelajaran konvensional adalah guru
menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan lebih terperinci. Dalam
pembelajaran konvensional, peran guru sangat dominan sedangkan siswa pasif
18
Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”, Artikel Tesis Program Studi
Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012, h. 13. 19
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51.
76
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga, peran serta siswa dalam
pembelajaran masih dipengaruhi oleh guru.
Pada dasarnya, kedua kelas dengan dua model pembelajaran tersebut
(Learning Cycle 7E dan Konvensional) menyajikan materi pelajaran yang sama
yaitu sistem endokrin. Perbedaannya terletak pada LKS yang disajikan dan
proses pada kegiatan pembelajarannya. Pada pembelajaran model Learning
Cycle 7Eproses pembelajaran diawali dengan penyajian fenomena nyata yang
dikemas dalam permasalahan realistik. Masalah yang diberikan merupakan
masalah yang belum terdefinisikan, sehingga siswa dituntut untuk
menganalisis masalah tersebut secara cermat, mengidentifikasi apa yang mereka
ketahui dari masalah, yang ingin mereka ketahui dan yang harus mereka cari.
Dengan memberikan masalah nyata di awal pembelajaran, maka siswa
mengetahui tujuan mereka mempelajari materi tersebut. Penyajian masalah ini
dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan motivasi yang tinggi, siswa lebih
tertarik untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat pada LKS
sehingga informasi yang didapatkan akan lebih tertata rapi dalam struktur
kognitif siswa. Di samping itu, tahapan-tahapan belajar dengan menggunakan
Learning Cycle 7Emenuntut siswa untuk secara terus menerus
mengembangkan pengetahuannya dan menerapkan pemahaman yang telah
mereka miliki dalam fenomena yang berbeda. Siswa diajak selalu berpikir
untuk menghadapi masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan erat
dengan materi pelajaran yang dibahas. Melalui proses berpikir ini diharapkan
dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga dapat
menghasilkan keputusan yang tepat. Sebagai upaya menyelesaikan masalah
untuk menghasilkan keputusan yang tepat, diperlukan suatu pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa, sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar
3,097 yang mana > ttabel 1,99. Rata-rata kelompok eksperimen sebesar 64,41 dan
kelompok control sebesar 56,87. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis pada konsep Sistem Endokrin.
2. Aspek keterampilan berpikir kritis yang diteliti melalui model pembelajaran
Learning Cycle 7E terdiri dari lima aspek yaitu memberikan penjelasan
sederhana sebesar 72,56, membangun keterampilan dasar sebesar 82,11,
kesimpulan sebesar 46,61, membuat penjelasan lebih lanjut sebesar 41,5, dan
strategi taktik sebesar 74.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran model Learning Cycle 7E ini dapat dijadikan alternatif model
pembelajaran biologi.
2. Pembelajaran model Learning Cycle 7E dapat diterapkan pada konsep lain dan
mata pelajaran lain tetapi dengan perbaikan-perbaikan dalam proses
pembelajaran dengan catatan guru member motivasi agar siswa lebih berperan
78
aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sehingga diharapkan hasil
belajar siswa lebih optimal.
3. Faktor kedisiplinan waktu dan optimalisasi dalam tiap fase Learning Cycle 7E
akan sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang akhirnya akan
berdampak besar pada pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Hasil penelitian ini masih sangat sederhana dan bukan merupakan hasil akhir,
untuk itu kepada peneliti berikutnya disarankan agar mencoba
mengimplementasikan model Learning Cycle 7E pada sekolah yang berbeda
dengan kelompok siswa yang berbeda-beda; mencoba untuk mengembangkan
model pembelajaran sejenis dengan topik yang berbeda.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 1998.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2005.
Arikunto.Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Aryulina, Diah, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Jakarta: Esis. 2007.
Brookhat, Susan M. Assess Hingher-Order Thingking Skills in Your Classroom.
USA: ASDC. 2010.
Chabeli, MM. ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By Outcomes-
Base Education From Learners”. Research Article University of
Johannesburg. 2006.
Depdiknas, Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Bab IV No (1) 2005. Jakarta: Depdiknas
Dewi, Ni Putu Sri Ratna. “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”. Artikel
Tesis Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. 2012.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006.
Echols, John M. and Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia an English-
Indonesian Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Eisenkraft, Arthur, Expanding The 5E Model: A Proposed 7E Model Emphasizes
“Transfer Of Learning”And The Importance Of Eliciting Prior
Understanding, National Science Teachers Association (NSTA). The Science
Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003.
80
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), Jakarta: Rajawali
Press, 2007.
Ennis, Robert H. ”Critical Thinking”.Prentice Hall. USA: University of Illinois.
1995.
Ennis, Robert H. “Goal for a Critical Thinking Curriculum” dalam AL Costa(ed.),
Develeoping Minds: A Resource book for Teaching Thinking. Alexandra:
ASCD. 1985.
Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT
Indeks. 2012.
Everett, Susan and Richard Moyer.Literacy in the Learning Cycle, Incorporating
trade books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies:
Ideas and techniques to enhance your science teaching, 2014.
(www.teachersource.com).
Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terj. Dari Critical Thinking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga. 2008.
Gunawan, M. Adi.Genius Learning Strategy (Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelerated Learning). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on
Science”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 2013.
Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta. 2006.
Indriyanthi, A.A. Sri Dwi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.
Indriyani, Irma Rosa. “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan
Elektromagnetik”. Thesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.Yogyakarta. 2013. Tidak dipublikasikan.
81
Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. 2014.
King, FJ, Ludwika Goodson and Faranak Rohani.“High Order Thinking Skills:
Definition, Teaching Strategies and Assesment”. A publication of the
Educational Services Program.
Kuswana, Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Lawson, Anton E., “Using The Learning Cycle To Teach Biology Concepts And
Reasoning Patterns”, Journal of Biology Education, 2001.
Mabsuthoh, Ngatiatul. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”,.Skripsi pada FITK UIN
Jakarta. Jakarta. 2001. Tidak dipublikasikan.
MuhibbinSyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2011..
Nizarwati, dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA”.Jurnal pendidikan Matematika volume 3 no.2. 2009.
Novianti, Aryani. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2012.
Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Bab IV No (1), 2005.
Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Sekolah Dasar dan Menengah.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
82
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2010.
Rahman, Aditya. “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2
Pengasih”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta, 2012. Tidak dipublikasikan.
Rustaman, Nuryani Y. Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000.
Siregar, Sofiyan. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara.2013.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. 2005.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press. 2006.
Sujarweni, W. Wiratna dan Poly Endaryanto, Statistika Untuk Penelitian,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung; Alfabeta. 2012.
Sukardi, H.M. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2009.
83
Suparno, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Learning Cycle
7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
MA Wahid Hasyim Kelas X Yogyakarta”. Skripsi pada UIN Sunan
Kalijaga.Yogyakarta. 2013.
Sutrisno, Wawan dkk. “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”. Jurnal Edukasi. Pendidikan
Biologi FKP UNS. 2012.
Snyder, Lisa Gueldenzophand Mark J.Synder. Teaching Critical Thinking and
Problem Solving Skills. North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal. 2008.
Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006.
Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
87
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 2
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu. Menjelaskan struktur dan fungsi
organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi
serta implikasinya pada Salingtemas
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem
endokrin
E. Materi Ajar
Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon
berbeda-beda
5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon
lainnya
Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin
No Aspek
Pembeda
Sistem Hormon Sistem Saraf
1. Aksi Lambat Cepat atau segera
88
2. Respons Tidak langsung, distribusi
lebih luas
Langsung, distribusi
lebih sempit
3. Pengaturan Jangka panjang Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antar neuron melalui
sinapsis
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : STAD (Student Teams Achievment Division)
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok
Pendekatan : Pembelajaran kooperatif
G. Media danSumberPembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis:
Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta
2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusiadan organ-organ penyusun sistem endokrin
H. KegiatanPembelajaran
a. Kegiatan Awal
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Motivasi
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Memberikan
kata
mutiaradengan
tema: positif
thinking
Mendengarkan
penjelasan
yang
disampaikan
oleh guru
a. Religius
b. Disiplin
c. Responsif
d. Mandiri
e. Inisiatif
f. Rasa
ingintahu
8 menit
89
Orientasi Membagikan
LKS kepada
masing-masing
siswa dan
memberikan
petunjuk
pengerjaan
LKS
Memberikan
pertanyaan
untuk
mengulas
materi pada
pertemuan
sebelumnya
Membagikan
kelompok
Menyimak
penjelasan
guru mengenai
pengisian LKS
Menjawab
pertanyaan
yang
ditanyakan
guru
Mengatur
posisi tempat
duduk
berdasarkan
kelompok
yang
ditentukan
guru
b. KegiatanInti
Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Elaborasi
Menayangkan
video tentang
cara kerja
system hormon
dan sistem saraf
Melakukan
Tanya jawab
seputar video
yang
ditampilkan
Mencatat hal-
hal penting
dari video
yang
ditampilkan
Menjawab
pertanyaan
guru
a. Rasa
ingin
tahu
b. Disiplin
10
menit
Menjelaskan
materi sesuai
dengan indikator
pembelajaran
Menyimak apa
yang
disampaikan
guru dan
mencatatnya
a. Rasa
ingin tahu
b. Disiplin
15
menit
Eksplorasi
Mengerjakan
LKS yang sudah
dipersiapkan
Mendiskusikan
jawaban pada
LKS yang sudah
disediakan
a. Responsi
f
b. Berpikir
terbuka
c. Kritis
30
menit
Meminta siswa
mempresentasi
hasil diskusi
Mengatur
Mempresentas
i-kan hasil
diskusi
kelompoknya
a. Responsi
f
b. Inisiatif
c. Berpikir
15
menit
90
jalannya diskusi
antar kelompok
masing-
masing
Mendiskusika
n antar
kelompok
untuk mencari
jawaban yang
ideal
terbuka
d. Kritis
Konfirmasi
Mengajak siswa
untuk bermain
“snowball”
tentang cara kerja
system endokrin
serta menjelaskan
cara dan
peraturan
permainannya
Merespon
arahan dan
penjelasan dari
guru
a. Aktif
b. Terbuka
10
menit
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas pembelajaran NilaiKarak
ter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Refleksi Menanyakan dan
menjelaskan
kepada siswa
tentang materi
yang belum
dimengerti
Bertanya jika
ada yang belum
dimengerti
a. Disiplin
b. Kritis
c. Proaktif
7 menit
Evaluasi Menunjuk
perwakilan siswa
untuk menjawab
pertanyaan sesuai
dengan indicator
ketercapaian
Siswa yang
ditunjuk
menjawab
pertanyaan guru
a. Mandiri
b.
Tanggung
jawab
c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar
a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Depok, 11 Mei 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd.. Zahidah Farhati
91
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Soal Jawaban
Menganalisis
karakteristik
kelenjar
endokrin
Bagaimanakah
karakteristik
sistem
endokrin?
Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang
dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh
jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam
menghasilkan hormon berbeda-beda
5. Sekresi hormon dapat distimulasi / dihambat
oleh kadar hormon lainnya
Menyimpul-
kan perbedaan
antara sistem
saraf dengan
sistem
endokrin
Apa saja
perbedaan antara
system saraf
dengan system
endokrin?
No Aspek
Pembeda
Sistem
Hormon
Sistem Saraf
1. Aksi Lambat Cepat atau segera
2. Respons Tidak
langsung,
distribusi
lebih luas
Langsung,
distribusi lebih
sempit
3. Pengaturan Jangka
panjang
Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui
sistem
sirkulasi
Antar neuron
melalui sinapsis
92
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 2
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. StandarKompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu, menjelaskan struktur dan fungsi
organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi
serta implikasinya pada Salingtemas
B. KompetensiDasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi dan peranannya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada system
endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi
pada sistem endokrin
E. Materi Ajar
Kelenjar endokrin dan sekresi hormon
1. Hipofisis (pituitary)
- Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin
- Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH
- Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin
2. Tiroid : Tiroksin
3. Paratiroid : Parathormon (PTH)
4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin
5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptidapankreas
6. Timus : Timosin
7. Gonad
- Ovarium : Estrogen, progesteron
- Testis : Testosteron
93
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : STAD (Student Teams Achievment Division)
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok
Pendekatan : Pembelajaran kooperatif
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Esis: Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga:
Jakarta
2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Motivasi
Menyampai-
kan tujuan
pembelajaran
Memberikan
kata mutiara
dengan tema:
ilmu
Mendengarkan
penjelasan
yang
disampaikan
oleh guru
a. Religius
b. Disiplin
c. Responsif
d. Mandiri
e. Inisiatif
f. Rasa
ingin tahu
8 menit
Apersepsi Mengarahkan
untuk duduk
sesuai dengan
kelompoknya
Membagikan
LKS kepada
masing-
masing siswa
Memberikan
petunjuk
pengerjaan
LKS
Meminta pada
satu orang
siswa untuk
Merapikan
posisi tempat
duduk sesuai
intruksi guru
Menyimak
penjelasan
guru mengenai
pengisian LKS
Berinisiatif
untuk
memaparkan
inti pelajaran
pada
pertemuan
sebelumnya
94
memaparkan
inti pelajaran
tentang materi
sistem saraf
b. Kegiatan Inti
Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Elaborasi
Menayangkan
video tentang
kelenjar-
kelenjar
penyusun
sistem endokrin
Melakukan
tanya jawab
seputar video
yang
ditampilkan
Mencatat hal-
hal penting dari
video yang
ditampilkan
Menjawab
pertanyaan
guru
a. Rasa ingin
tahu
b. Disiplin
10
menit
Menjelaskan
materi sesuai
dengan indikator
pembelajaran
Menyimak apa
yang
disampaikan
guru dan
mencatatnya
a. Rasa ingin
tahu
b. Disiplin
15
menit
Eksplorasi
Mengerjakan
LKS yang sudah
dipersiapkan
Mendiskusikan
jawaban pada
LKS yang sudah
disediakan
a. Responsif
b. Berpikir
terbuka
c. Kritis
30
menit
Meminta siswa
mempresentasi-
kan hasil
diskusi
Mengatur
jalannya
diskusi antar
kelompok
Mempresenta-
sikan hasil
diskusi
kelompoknya
masing-masing
Mendiskusikan
antar kelompok
untuk mencari
jawaban yang
ideal
a. Responsif
b. Inisiatif
c. Berpikir
terbuka
d. Kritis
15
menit
Konfirmasi
Mengajak siswa
untuk bermain
”snowball”
tentang kelenjar-
kelenjar system
endokrin
Merespon arahan
dan penjelasan
dari guru.
a. Aktif
b. Terbuka
10
menit
95
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Refleksi Menanyakan dan
menjelaskan
kepada siswa
tentang materi
yang belum
dimengerti
Bertanya jik
aada yang belum
dimengerti
a. Disiplin
b. Kritis
c. Proaktif
7 menit
Evaluasi Menunjuk
perwakilan siswa
untuk menjawab
pertanyaan
sesuai dengan
indicator
ketercapaian
Siswa yang
ditunjuk
menjawab
pertanyaan guru
a. Mandiri
b. Tanggung
jawab
c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar
a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Depok, 14 Mei 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd. ZahidahFarhati
96
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pertanyaan Jawaban
Menganalisis letak
kelenjar endokrin,
sekresi dan
peranannya
Dimana sajakah
letak kelenjar-
kelenjar endokrin?
Sebutkan pula
sekresi hormone
dan peranannya!
Kelenjar Letak Sekresi
Hipofisis
(pituitary)
di bagian dasar
hipofisis otak
GH, TSH, ACTH,
gonadotropin,
Endorphin, MSH ,
ADH, oksitosin
Tiroid Dibawah laring Tiroksin
Paratiroid di permukaan
belakang tiroid
Parathormon
(PTH)
Timus Di bagian
posterior toraks
diatas jantung
Timosin
Adrenal Di atas ginjal Adrenalin,
noradrenalin
Pancreas Dibagian
belakang
bawah lambung
Glukagon, insulin,
somatostatin,
polipeptida
pankreas
Gonad Ovarium dan
testis
Estrogen,
progesterone,
Testosteron
Menghubungkan
penyebab terjadinya
gangguan yang
terjadi pada system
endokrin
Jelaskan peranan
hormon-hormon
yang dihasilkan
kelenjar tersebut!
Dan apa yang
terjadi bila terjadi
gangguan padas
ekresi hormonnya
Kelenjar Peran Gangguan
Hipofisis
(pituitary)
Pertumbuhan
dan
perkembangan
sel-sel tubuh,
merangsang
produksi
kelenjar
lainnya, dll
Hiposekresi:
drwarfisme
Hipersekresi:
gigantisme
dll
Tiroid Meningkatkan
laju
metabolism sel,
stimulasi
konsumsi
oksigen, dll
Hiposekresi:
penurunan
metabolism,
konstipasi, mental
lambat, dll
Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave,
dll
Paratiroid Mengendalikan
keseimbangan
kalsium dan
fosfat
Hiposekresi:
penurunan kadar
kalsium dalam
darah, tetanus,
97
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
Timus Pengendalian
sistemimun
Penurunan imun
Adrenal Meningkatkan
frekuensi
jantung,
metabolism,
mengatur
keseimbangan
air, dll
Hiposekresi:
penyakit Addison
Hipersekresi:
peningkatan
tekanan darah,
sindrom
adrogenital
(pubertas dini), dll
Pancreas Mengatur
keseimbangan
kadar glukosa
dalam darah
Hiposekresi:
diabetes mellitus
Gonad Mengatur
pematangan
gonad (ovum
dan sperma)
Gangguan pada
pematangan gonad
98
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas )/ 2
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan
fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin
terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem
endokrin
E. Materi Ajar
Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon
5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon lainnya
Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin
No Aspek
Pembeda
Sistem Hormon Sistem Saraf
1. Aksi Lambat Cepat atau segera
2. Respons Tidak langsung,
distribusi lebih luas
Langsung, distribusi
lebih sempit
3. Pengaturan Jangka panjang Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui
sinapsis
99
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : Learning Cycle 7E
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab
Pendekatan : Konstruktivisme
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis:
Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta 2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Motivasi
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Memberikan
kata mutiara
dengan tema:
positif thinking
Mendengar-
kan penjelasan
yang
disampaikan
oleh guru
a. Religius
b. Disiplin
c.
Responsif
d. Mandiri
e. Inisiatif
f. Rasa
ingin tahu
8 menit
Apersepsi Mengarahkan
untuk duduk
sesuai dengan
kelompoknya
Membagikan
LKSkepada tiap
siswa
Memberikan
petunjuk
pengerjaan
LKS
Memberikan
pertanyaan
untuk mengulas
materi pada
pertemuan
sebelumnya
Merapikan
posisi tempat
duduk sesuai
intruksi guru
Menyimak
penjelasan
guru
mengenai
pengisian
LKS
Menjawab
pertanyaan
yang
ditanyakan
guru
100
b. Kegiatan Inti
Tahap
Learning
Cycle 7E
Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Tahap Elicite
(Menimbulkan/
mendatangkan)
Menampilkan
gambar-gambar
seputar sistem
saraf
(neuron/glia,
sinaps,neurotrans
mitter, gerak
reflek dan gerak
sadar)
Melakukan tanya
jawab tentang
karakteristik
sistem saraf yang
sudah diketahui
siswa
Menampilkan
gambar kelenjar-
kelenjar sistem
hormon
Memperhati-
kan apa yang
ditampilkan
guru
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru a. Ingin
tahu
b. Disiplin
5 menit
Tahap
Engange
(Keterlibatan)
Menampilkan
video tentang
cara kerja
hormon dan otak
Melakukan tanya
jawab seputar
video yang
ditampilkan
Memperhati-
kan apa yang
ditampilkan
guru
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
a.Tanggung
jawab
b. Komuni-
katif
c.
Responsif
d. Inisiatif
10
menit
Tahap Explore
(Penyelidikan/
penjajakan)
Meminta masing-
masing
perwakilan
kelompok
menuliskan
aspek-aspek yang
menjadi pusat
perhatian baik
dari video
maupun gambar
yang sdah
ditampilkan
sebelumnya di
papan tulis
Menuliskan
aspek-aspek
yang menjadi
pusat perhatian
tersebut di
papan tulis
a.
Responsif
b. Disiplin
c. Mandiri
d. Proaktif
f. Kritis
g. Komuni-
katif
5 menit
101
Tahap Explain
(Menjelaskan
Meminta siswa
menjelaskan
kenapa
menjadikan itu
sebagai pusat
pandangan
kelompoknya
Mengajak siswa
untuk
menyelidiki
pandangan/poin
antar tiap
kelompok
tersebut dan
mencari
perbedaannya
menjelaskan
hasil diskusi
kelompoknya
terhadap
gambar yang
ditampilkan
Menyelidiki
pandangan/poi
n antar tiap
kelompok
tersebut dan
mencari
persamaannya
a.
Responsif
b. Komuni-
katif
c. Kritis
7 menit
Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Melakukan tanya
jawab kepada
siswa tentang
karakteristik
kelenjar-kelenjar
penyusun sistem
hormon
Mengisi LKS
yang sudah
disiapkan
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
Mendiskusi-
kan jawaban
pada LKS
yang sudah
disediakan
a.Tanggung
jawab
b. Terbuka
c. Bekerja
sama
d. Kritis
30
menit
Tahap
Evaluate
(Menilai)
Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusinya
berdasarkan LKS
yang sudah
didiskusikan
Mempresenta
-sikan hasil
diskusi
kelompoknya
a. Kritis
b. Terbuka
c. Disiplin
e.
Tanggung
jawab
8 menit
Tahap Extend
(Memperluas)
Menjelaskan dan
meluruskan
pemahaman lebih
lanjut terkait
sistem endokrin
Menyimak
penjelasan
guru
a. Disiplin
b. Mandiri
10
menit
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Refleksi Menanyakan dan
menjelaskan
kepada siswa
tentang materi
Bertanya jika
ada yang belum
dimengerti
a. Disiplin
b. Kritis
c. Proaktif
7 menit
102
yang belum
dimengerti
Konfirmasi
dan evaluasi
Menunjuk
perwakilan siswa
untuk menjawab
pertanyaan sesuai
dengan indikator
ketercapaian
Siswa yang
ditunjuk
menjawab
pertanyaan guru
a. Mandiri
b.
Tanggung
jawab
c.
Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar
a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Depok, 11 Mei 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd. Zahidah Farhati
103
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Soal Jawaban
Menganalisis
karakteristik
kelenjar
endokrin
Bagaimanakah
karakteristik
sistem
endokrin?
Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang
dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh
jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam
menghasilkan hormon berbeda-beda
5. Sekresi hormone dapat distimulasi/dihambat
oleh kadar hormon lainnya
Menyimpulkan
perbedaan
antara sistem
saraf dengan
sistem endokrin
Apa saja
perbedaan antara
sistem saraf
dengan sistem
endokrin?
No Aspek
Pembeda
Sistem
Hormon
Sistem Saraf
1. Aksi Lambat Cepat atau
segera
2. Respons Tidak
langsung,
distribusi
lebih luas
Langsung,
distribusi lebih
sempit
3. Pengaturan Jangka
panjang
Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotrans-
mitter
5. Komunikasi Melalui
sistem
sirkulasi
Antar neuron
melalui
sinapsis
104
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS)
Pertemuan : 1
N
o
Aspek
Berpikir
Kritis
Sub
Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir
Kritis Soal Jawaban
Kriteria Penilaian
1. Memberi-
kan
penjelasa
n
sederhana
Bertanya
dan
menjawab
pertanya-
an
tentang
suatu
penjela-
san dan
tantangan
Mengapa Berdasarkan artikel 1, mengapa
hormon dikatakan sebagai pengatur
fisiologis terhadap kelangsungan
hidup suatu organ atau suatu sistem
organ?
Hormon dikatakan sebagai pengatur
fisiologis suatu organ / sistem organ karena
kerja hormon memperngaruhi fungsi organ
tersebut secara keseluruhan. Antar satu
sama lain sistem organ saling berhubungan
dan mempengaruhi, terutama sistem saraf
dan sistem hormon
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3
b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2
c. Mengerja-
kan tapi
kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
2. Memberi-
kan
penjelasa
n
sederhana
Bertanya
dan
menjawab
pertanya-
an
tentang
suatu
penjela-
san dan
tantangan
Apa intinya Berdasarkan artikel nomer 2, apa
saja poin pembahasannya? Jelaskan
secara singkat!
Poin pembahasan pada artikel 2 adalah: b. Cara kerja sitem saraf (melalui jaringan
neuron dan glia yang terbagi menjadi 3
fungsi: neuron sensorik, neuron motoric
dan intermediet)
c. Neuron mengeluarkan sinyal
elektrokimia yaitu neurotransmitter untuk
membantu jalannya impuls dari satu
neuron ke neuron lain
d. Sifat-sifat neurotransmitter (molekul
organic kecil yang mengandung nitrogen,
dapat memicu respon yang berpeda pada
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.Mengerja-
kan tapi
kurang
tepat skor
105
sel pasca simpatik, berikatan dengan
reseptor yang berpengaruh langsung pada
protein dan ion, mengubah permeabilitas
memban sel pascasinaptik)
e. Komunikasi antar neuron pada sistem
saraf berlangsung sangat cepat (beberapa
milidetik)
f. Macam-macam jenis neurotransmitter
1 d. Tidak
menjawab
skor 0
3. Memberi-
kan
penjelasa
n
sederhana
Bertanya
dan
menjawab
pertanya-
an
tentang
suatu
penjela-
san dan
tantangan
Perbedaan
apa yang
menyebab-
kan
Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa
sajakah yang menjadi perbedaannya?
Mengapa?
Artikel 1 Membahas tentang sistem endokrin
(hormon), yaitu membahas tentang sifat-
sifat hormon (mengatur fisiologis
organ/sistem organ), dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup, karakteristik hormon
(merupakan zat kimia organic), hormon
dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang
distribusinya melalui peredaran darah ke
organ target dan melakukan kegiatan
spesifik yang pada umumnya sebagai
pengatur proses metabolisme Artikel 2 Membahas tentang sistem saraf, yaitu
membahas tentang cara kerja,
neurotransmitter sebagai sekresi yang
membantu kerja sistem saraf, sifat-sifat
neuro transmitter, komunikasi antarneuron
yang dilakukan sistem saraf sangat cepat,
macam-macam neurotransmitter.
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.Mengerjak
an tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawab
skor 0
4. Memba-
ngun
keteram-
pilan
dasar
Memper-
timbang-
kan
kredibil-
itas suatu
sumber
Kemampuan
memberikan
alasan
Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Sistem saraf dan hormon
merupakan dua pengatur utama
dalam tubuh untuk menjaga
homeostasis. Sistem saraf
bertindak sebagai penghantar
rangsang yang diterima oleh
sistem indera dan bertindak
Jawaban a dan c tepat. Jawaban b kurang
tepat. Sistem saraf juga bekera dengan
spesifik, langsung pada organ tertentu.
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2
106
sebagai pengatur kerja hormon
yang dikeluarkan oleh tubuh.
b. Berbeda dengan sistem saraf,
hormon bekerja dengan spesifik.
Sel target atau organ target yang
akan dituju harus dilengkapi
dengan sebuah reseptor yang
dikenal oleh hormon, jika tidak
dikenali, hormon tidak akan
bereaksi. Beberapa bagian dalam
tubuh tempat diproduksinya
hormon disebut kelenjar
endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah
dari sistem saraf. Sistem saraf
yang mengontrol hormon
bertindak pada dua jalur utama,
yaitu hipotalamus dan sistem
saraf otonom (simpatik dan
parasimpatik)
Menurut ketiga pernyataan tersebut
tentang sistem saraf dan sistem
hormon, manakah penyataan yang
tepat dan manakah yang tidak tepat?
Mengapa?
c.
Mengerja
kan tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawa
b skor 0
5. Memba-
ngun
keteram-
pilan
dasar
Mengob-
servasi
dan
memper-
timbang-
kan hasil
observasi
Mencatat hal-
hal yang
diinginkan
Dari artikel 1 diatas dan pernyataan
soal diatas, tentukanlah isi kolom
tabel karakteristik sistem endokrin
dibawah ini!
Karateristik sistem endokrin
Karakteristik
kelenjarnya?
Diedarkan
melalui?
Karateristik sistem
endokrin
Karakteristik
kelenjarnya?
Kelenjar buntu, karena
tidak memiliki saluran
dan mensekresikan
hormon langsung ke
dalam plasma sel-sel
Diedarkan melalui? Diedaran oleh sel
plasma darah ke sel
target/penerima
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 5 b.Karakteris-
tik benar
namun
penjelasan
salah skor
antara 2
atau 1
107
Cara kerja
secara?
Menghasilkan?
Cara kerja secara? Spesifik.Cara kerjanya
khusus untuk organ
tertentu, namun
berdampak untuk
jangka panjang
Menghasilkan Hormon
c. Tidak
menjawab
skor 0
6. Kesimpu-
lan Membuat
induksi
dan
memperti
mbang-
kan
induksi
Membuat
generalisasi Kelenjar endokrin berasal dari
sel-sel epitel yang melakukan
proliferasi ke arah tenunan
pengikat. Sel-sel epitel yang telah
berproliferasi ini akhirnya di dalam
diferensiasinya akan membentuk
sebuah kelenjar endokrin. Hubungan
antara sel-sel epitel yang
berproliferasi ke dalam tenunan
pengikat ini akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel epitel
dari mana mereka berasal. Akibat
hilangnya hubungan ini, maka
kelenjar endokrin tidak mempunyai
saluran untuk menyalurkan zat-zat
yang dihasilkan ke permukaan.
Sebagai kompensasi tidak
terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin tumbuh
dan berkembang pembuluh-
pembuluh kapiler. Ke dalam
pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-
zat yang dihasilkan kelenjar
endokrin dialirkan. Zat-zat yang
dihasilkan disekresikan langsung ke
dalam pembuluh darah yang
melewati sel-sel kelenjar endokrin
itu sendiri.- Buatlah kesimpulan dari paragraf
Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran
untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
ke permukaan. Zat-zat yang dihasilkan
disekresikan langsung ke dalam pembuluh
darah Oleh karena itu disebut sebagai
kelenjar buntu.
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.
Mengerja
kan tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawa
b skor 0
108
diatas!
7. Kesimpu-
lan Membuat
deduksi
dan
memper-
timbang-
kan hasil
deduksi
Interpretasi
pertanyaan Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Menurutmu, apakah yang di
tandai X? Jelaskan secara
singkat!
b. Jelaskanlah mekanisme kera
sistem endokrin diatas dengan
langsung pada contoh salah satu
kelenjar endokrinnya!
a. Yang ditunjuk oleh X adalah aliran darah
atau dalam hal ini ialah sistem peredaran
darah. Karena hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin didistribusikan
melalui plasma darah untuk
mencari sel target/penerima
b. Contohnya (jawaban bersifat relative) .
Kelenjar adrenal yang ada di ginjal
mensekresikan hormon adrenalin jika
mendapat rangsangan yang
membahayakan. Maka, hormon adrenalin
itu akan terdistribusi ke sel kulit (sehingga
menjadi pucat), ke sel otot ( sehingga
mampu berlali lebih cepat daripada
biasanya), dll
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor
maksimal
4 (tiap @
2) b. Tidak
menjawab
skor 0
8. Kesimpu-
lan Membuat
dan
memper-
timbang-
kan nilai
Penerapan
prinsip-
prinsip
Hormon bekerja atas perintah dari
sistem saraf. Sistem yang mengatur
kerjasama antara saraf dan hormon
terdapat pada daerah hipotalamus.
Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Di bagian
dasar hipotalamus otak, terdapat
kelenjar hipofisis yang berbentuk
oval yang ukurannya hanya sebesar
kacang dan memiliki berat 0,5 gram.
Inilah kelenjar yang disebut sebagai
master of gland, karena banyak
menghasilkan hormon-hormon dan
merangsang kerja kelenjar lainnya. Menurut anda,bagaimana contoh
hubungan antara sistem saraf dengan
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem
saraf berfungsi untuk mengatur aktivitas
tubuh seperti metabolism, homeostasis
(keseimbangan tubuh), pertumbuhan,
perkembangan seksual dan siklus reproduksi,
siklus tidur, dan siklus nutrisi. Misalkan
ketika menghadapi situasi yang
menegangkan. Sistem saraf menerjemahkan
rangsangan yang menegangkan tersebut dan
memerintahkan kelenjar hipofifsis untuk
mengeluarkan hormon endorphin untuk
meresponnya. Selain itu merangsang
kelenjar-kelenjar lain, seperti adrenalin dan
pancreas untuk mengeluarkan hormon-
hormonnya. Makanya, kenapa ketika sedang
menghadapi situasi yang menegangkan
biasanya responnya hampir sama. Misalnya
berkeringat dingin, pucat, perut
bergejolak/sakit perut, gemeteran, dan
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.Mengerja-
kan tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawab
skor 0
x
109
sistem endokrin (dalam hal ini
kelenjar hipofisis) dalam penerapan
di kehidupan sehari-hari?
lainnya.
9. Membuat
penjelaan
lebih lanjut
Mendefin
isikan
istilah
Mengklasifi-
kasi dan
memberikan
contoh
Antara sistem saraf dengan sistem
hormon terdapat perbedaan.
Klasifikasikanlah perbedaan diantara
keduanya!
Asp
ek
Ak
si
Res
po
n
Pen
gat
ura
n
Sek
resi
Ko
mu
nik
asi
Sistem
Saraf
Sistem
Endokrin
Asp
ek
Ak
si
Res
pon
Pen
gat
ura
n
sek
resi
Ko
mun
ikas
i
Con
toh
Sistem Saraf
cepat Lang-sung
Jangka pendek
neurotransmitter
antarneuron
Respon ketika
tangan
tertusuk
duri
Sistem
Endokrin
lambat Tidak
lang-sung
Jangka
panjang
hormon Sistem
sirkulasi
Respon
ketika bayi yang
baru lahir
kekurangan
yodium
akan menyebab
kan
penyakit gondok
a.Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.
Mengerja
kan tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawab
skor 0 10. Membuat
penjelasan
lebih lanjut
Mengiden
-tifikasi
asumsi
Alasan yang
tidak
dinyatakan
Pheromone (telehormone;
ectohormone) adalah juga
semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam pembuluh
darah, tetapi keluar tubuh species
yang menghasilkan zat tersebut.
Pheromon adalah suatu zat yang
bersifat penarik perhatian dari
jenis seks yang berlawanan (sex
attractants). Hormon ini dihasilkan
oleh hewan insect betina yang
melalui mekanisme neurologis
akan mempunyai daya tarik
terhadap dirinya oleh insect jantan.
Berikan analisismu mengenai
feromon yang termasuk hormona
Feromon adalah salah satu hormon yang
dihasilkan oleh neuron di hypothalamus.
Karena secara histologis-morfologis neuron
dari hipothalamus tidak sama dengan
kelenjar endokrin pada umumnya, maka
hormon yang dihasilkan oleh neuron
hipothalamus ini diberi nama hormon
neuron (neurohormone atau
neurosecretion).Olehkarena itu, mekanisme
kerjanya tidak sepenuhnya melalui
pembuluh darah. dan karena itu pula
feromon bukanlah termasuk sistem
endokrin, kerena memiliki mekanisme kerja
dan disekresikannya bukan dari kelenjar
endokrin
a. Benar dan
lengkap
skor 3
b. Benar
namun
kurang
lengkap
skor 2
c.Mengerja-
kan
namun
kurang
tepat skor
1
d. Tidak
menjawab
110
padahal tidak diedarkan ke
peredaran darah! skor 0
11 Strategi
dan taktik Memutus
kan suatu
tindakan
Menyeleksi
kriteria untuk
membuat
solusi
Kafein (1,3,7-trimetilxantin)
merupakan senyawa alkaloid pahit
yang biasanya ditemukan dalam teh,
kopi, dan biji cokelat. Kafein
terutama berfungsi sebagai
perangsang sistem saraf pusat,
jantung, dan pernapasan. Pada
metabolisme tubuh, kafein akan
diabsorbsi dengan sempurna dalam
sistem pencernaan dalam waktu 30-
60 menit. Dengan demikian, kafein
tidak berefek segera. Pada otak
kafein akan menghalangi reseptor
adenosin. Reseptor adenosin ini jika
terikat pada reseptor sel saraf akan
menurunkan aktivitas sel saraf.
Akibat kemiripan struktur molekul
kafein dengan struktur adenosin,
kafein dapat terikat pada reseptor
tetapi tidak memberi efek penurunan
aktivitas sel saraf. Saraf yang
bekerja secara terus menerus akan
menyebabkan pelepasan hormon
epinefrin. Jika hal tersebut terjadi
maka akan mengakibatkan beberapa
efek, seperti denyut jantung lebih
tinggi, tekanan darah meningkat,
aliran darah ke otot meningkat,
aliran darah ke kulit dan organ
dalam menurun, dan pelepasan
glukosa oleh hati yang meningkat. Bagaimanakah jika kafein yang
dikonsumsi dalam jumlah sedikit,
Seperti yang dijelaskan pada teks nya,
bahwa kafein mempunyai masa absorpsi
dalam sistem pencernaan sekitar 30-60
menit. Sehingga kafein tidak berefek segera.
Namun, jika dilakukan secara terus
menerus, maka dampaknya akan terlihat
nantinya. Berdasarkan penelitian, orang
yang sering mengkonsumsi kafein, lebih
berpotensi terkena penyakit jantung.
Solusinya, mengatur jumlah konsumsi
kafein yang masuk kedalam tubuh.
Misalnya jika sudah minum kopi hari ini,
tidak mengkonsumsi coklat atau teh
nantinya. Atau konsumsi kafein tidak
dilakukan setiap hari. Selain itu makanan
yang bergizi dan pola hidup yang sehat
perlu dijaga.
a. Benar dan
lengkap
menjawab
skor 3 b. Benar tapi
kurang
lengkap
skor 2 c.Mengerja-
kan tapi
kurang
tepat skor
1 d. Tidak
menjawab
skor 0
111
misalnya tiap hari satu cangkir
kecil,apakah masih berdampak
seperti yang dijelaskan diatas?
Bagaimanakah solusinya untuk para
penikmat kopi, teh dan coklat?
112
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
No. Tahapan
Learning
Cycle 7E
Pertanyaan Jawaban
1.
Tahap Elicite
(Menimbulkan/
mendatangkan)
Apa yang kalian ketahui tentang
sistem saraf? Organ apa saja yang
terlibat dalam penghantaran
impuls?
Sistem organ yang paling rumit. Tersusun atas
neuron, glia dan sinapsis. Bagian-bagian
neuron: badan sel, dendrit dan akson
Secara fungsinya, terbagi menjadi dua, sistem
saraf tepi dan sistem saraf pusat
Apa saja perbedaan gerak reflex
dengan gerak sadar?
Gerak sadar (disengaja/disadari)
Impuls reseptor/inderasaraf sensorik
otak saraf motoric efektor/otot
- jalur panjang, melalui otak
- jadi relative lebih lama
- Co: mengambil pensil saat akan menulis,
berjalan menuju kantin ketika bel istirahat
berbunyi
Gerak releks (tanpa sadar/disengaja)
Impuls reseptor/inderasaraf sensoris
STB saraf motoric efektor/otot
- Jalur cepat, tanpa melalui otak
- Relative cepat
- Co: menutup kelopak mata ketika benda
asing masuk ke mata, gerakan tangan ketika
memegang benda yang panas
Bagaimanakah mekanisme
penghantaran impuls itu?
o Penghantaran impuls melaluimembrane
plasma disepanjang akson melalui pintu
gerbang/ pompa Na2+
dan K+
. Konsentrasi K+
di dalam sel tetap tinggi dan Na2+ tetap
rendah. Ada 3 fase,
- Fase istirahat: neuron tidak menghantarkan
impuls, pompa Na2+ dan K + tertutup.
Keadaan di luar membran (+) di dalam (-)
- Fase depolarisasi : adanya rangsangan,
pompa Na2+ terbuka ion Na2+ masuk
perubahan muatan listrik (luar (-) dalam (+)
- Fase repolarisasi: saluran Na2+ tertutup dan
tidak aktif. Pompa K+ terbuka sehingga ion
K+ keluar dan menyebabkan bagian dalam
membran menjadi (-). Semakin lama pompa
K+ menutup, membrane menjadi lebih (-)
hingga kembali ke tahap istirahat
Lalu, bagaimana cara kerja sistem
saraf? Apakah berlangsung
lambat, cepat atau sangat cepat?
Cara kerja sistem saraf sangat cepat. Bahkan
berdasarkan penelitian, kecepatan kerja otak memperkirakan bahwa neuron dapat api sekitar sekali setiap 5 milidetik , atau sekitar 200 kali per detik .
113
Ada yang tau apa itu sinaps? Dan
apa yang membantu proses
terhantarnya impuls dari satu
sinapsis ke sinapsis lainnya?
Sinapsis : hubungan antara neuron yang satu
dengan neuron yang lain ; titik temu antara
ujung akson dari neuron satu dengan dendrit
dari neuron lainnya ; atau hubungan ke otot dan
kelenjar. Struktur sinapsis: prasinapsis, celah
sinapsis, pascasinapsis
Pada celah sinapsis tersebut terdapat
neurotransmitter yang berperan memngirimkan
impuls, atau proses ini disebut transmisi
sinapsis. Neurotransmitter mempunyai sifat-
sifat:
- Eksitasi : meningkatkan impuls.
ex: asetilkolin dan norefinefrin
- Inhibisi : menghambat impuls. Ex: GABA
(gamma aminobutyric acid) pada jaringan
otak dan glisin pada medulla spinalis
Kelenjar apa saja yang menyusun
sistem endokrin?
- Kelenjar hipofisis (pituitary) : di bagian dasar
hipofisis otak, sebesar kacang, berat 0,5 gram,
bentuk oval
- Kelenjar tiroid (kelenjar gondok) : terdiri atas
folikel-folikel dalam 2 lobus lateral terletak
dibawah laring
- Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok) :
terdiri atas 4 organ kecil berukuran sebesar
biji apel, terletak di permukaan belakang
tiroid
- Kelenjar timus : terdiri dari 2 lobus berwarna
kemerah-merahan, terletak di bagian
posterior toraks diatas jantung
- Kelenjar adrenal (kelenjar anak ginjal) :
terletak di atas ginjal, berwarna kuning dan
tertanam pada jaringan adiposa
- Kelenjar pancreas : berbentuk pipih, terletak
dibagian belakang bawah lambung
- Kelenjar kelamin (ovarium dan testis)
2.
Tahap Engange
(Keterlibatan)
Dari dua video berikut (tentang
sistem saraf dan endokrin), aspek-
aspek apa saja yang menjadi pusat
perhatian?
Yang menjadi pusat perhatian artikel 1
membahas secara umum tentang karakteristik
hormon:
- Hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar pada
sistem endokrin
- Cara kerjanya secara tidak langsung melalui
pembuluh darah dan mencari sel targetnya di
seluruh tubuh
- Akibatnya,pengaruh (respon)nya muncul
114
relatif lebih lama namun lebih permanen
(jangka panjang) efeknya
Yang menjadi pusat perhatian artikel 2
Membahas secara umum tentang
- Mekanisme kerja sistem saraf (pembagian
tugas: neuron sensorik, motoric dan
interneuron)
- Sifat-sifat neurotransmitter (merupakan
molekul orgnanik kecil yang mengandung
nitrogen, perbedaan neurotransmitter memicu
respon yang berbeda, waktu komunikasi
antarsinapsis yang sangat cepat, macam-
macam contoh neurotransmitter)
3. Tahap Explore
(Penyelidikan/
penjajakan)
Bisakah perwakilan kelompok
menuliskan dipapan tulis hasil
diskusinya?
---
4. Tahap Explain
(Menjelaskan)
Mengapa kelompok anda
menjadikan hal tersebut sebagai
aspek perhatiannya?
---
Coba kita amati jawaban masing-
masing kelompok! Adakah
persamaannya?
Sama-sama membahas sekresi yang membantu
kerja sistem saraf (yaitu neurotransmitter) dan
sistem endokrin (yaitu hormon)
5.
Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Apa saja karakteristik yang
membedakan antara sistem saraf
dengan sistem endokrin?
Aspek pembeda
- Aksi : lambat/cepat
- Respon : tidak langsung krn distribusi lebih
luas/langsung krn distribusi lebih sempit
- Pengaturan : jangka panjang/jangka pendek
- Sekresi : hormon/neurotransmitter
- Komunikasi : sistem sirkulasi/antarneuron
melalui sinapsis
6.
Tahap Evaluate
(Menilai)
Apa ada jawaban yang berbeda
dari yang sudah kelompok ini
sampaikan tentang hasil diskusi
mereka? Mengapa ?
---
7. Tahap Extend
(Memperluas)
- ---
115
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas )/ 2
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan
fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin
terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf,
endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi
pada sistem endokrin
E. Materi Ajar
Kelenjar endokrin dan sekresi hormon
1. Hipofisis (pituitary)
- Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin
- Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH
- Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin
2. Tiroid : Tiroksin
3. Paratiroid : Parathormon (PTH)
4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin
5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptida pankreas
6. Timus : Timosin
7. Gonad
- Ovarium : Estrogen, progesteron
- Testis : Testosteron
116
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : Learning Cycle 7E
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab
Pendekatan : Kontruktivisme
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Esis: Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta
1. Laptop
2. LCD/proyektor
3. LKS
4. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Motivasi
Menyampai-
kan tujuan
pembelajaran
Memberikan
kata mutiara
dengan tema:
ilmu
Mendengar-
kan penjelasan
yang
disampaikan
oleh guru
a. Religius
b. Disiplin
c. Respon-
sif
d. Mandiri
e. Inisiatif
f. Rasa
ingin
tahu
8 menit
Apersepsi Mengarahkan
untuk duduk
sesuai dengan
kelompoknya
Membagikan
LKS kepada
masing-
masing siswa
Memberikan
petunjuk
pengerjaan
LKS
Meminta pada
satu orang
siswa untuk
memaparkan
inti pelajaran
tentang materi
sistem saraf
Merapikan
posisi tempat
duduk sesuai
intruksi guru
Menyimak
penjelasan
guru
mengenai
pengisian
LKS
Berinisiatif
untuk
memaparkan
inti pelajaran
pada
pertemuan
sebelumnya
117
b. Kegiatan Inti
Tahap
Learning
Cycle 7E
Aktivitas Pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Tahap Elicite
(Menimbulkan/
mendatangkan)
Menampilkan
dua gambar
kasus yang
dipengaruhi
oleh sistem
hormon, yaitu
orang kerdil
dan penyakit
gondongan.
Melakukan
tanya jawab
dengan siswa
tentang kasus
tersebut
Memperhati-
kan apa yang
ditampilkan
guru
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
a. Rasa
ingin tahu
b. Disiplin
7 menit
Tahap
Engange
(Keterlibatan)
Menampilkan
2 artikel terkait
kasus orang
kerdil dan
penyakit
gondongan
tersebut
Melakukan
tanya jawab
seputar artikel
yang
ditampilkan
Memperhati-
kan apa yang
ditampilkan
guru
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
a. Tang-
gung
jawab
b. Komuni-
katif
c. Responsif
d. Inisiatif
8 menit
Tahap Explore
(Penyelidikan/
penjajakan)
Menampilkan
gambar
kelenjar
hipofisis dan
kelenjar tiroid
Meminta siswa
menghubung-
kan antara
kelenjar-
kelenjar
tersebut
dengan 2 kasus
yang diangkat
sebelumnya
Menampilkan
Memperhati-
kan apa yang
ditampilkan
guru
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
Menempelkan
organ-organ
penyusun
pada sistem
endokrin,
hormon
sekresi dan
a. Responsif
b. Disiplin
c. Mandiri
d. Proaktif
e. Kritis
10 menit
118
gambar sistem
endokrin
secara
keseluruhan
Meminta siswa
menghubung-
kan antara
organ-organ
penyusun pada
sistem
endokrin
dengan hormon
sekresinya
fungsinya
pada media
yang
disiapkan guru
Tahap Explain
(Menjelaskan)
Meminta
perwakilan siswa
untuk
menjelaskan
kegiatan
menghubungan
antara organ-
organ penyusun
pada sistem
endokrin dengan
hormon
sekresinya
Menjelaskan
tentang
hubungan
antara organ-
organ penyusun
pada sistem
endokrin
dengan hormon
sekresinya
a. Tanggung
jawab
b. Disiplin
c. Terbuka
d. Proaktif
e. Komuni-
katif
10 menit
tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Melakukan
tanya jawab
kepada siswa
untuk
menghubung-
kan antara
organ-organ
penyusun pada
sistem
endokrin,
hormon sekresi
dan
peranannya
Memerintah-
kan siswa
untuk
menjawab LKS
yang disiapkan
Menjawab
secara lisan
pertanyaan
guru
Mendiskusi-
kan jawaban
pada LKS
yang sudah
disediakan
a. Tanggung
jawab
b. Terbuka
c. Bekerja
sama
d. Kritis
20 menit
Tahap
Evaluate
(Menilai)
Meminta siswa
mempresentasi-
kan hasil
Mempresentasi
kan hasil
diskusi
a. Kritis
b. Terbuka
c. Disiplin
10 menit
119
diskusinya mulai
dari kasus yang
diangkat, hingga
hubungan antara
sekresi, kelenjar
dan peranannya,
pada sistem
endokrin
kelompoknya
d. Tanggung
jawab
Tahap Extend
(Memperluas)
Menjelaskan dan
meluruskan
pemahaman
lebih lanjut
terkait sistem
endokrin
Menyimak
penjelasan guru
a. Disiplin
b. Mandiri
10 m
e
n
i
t
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Nilai
Karakter
Alokasi
Waktu Guru Siswa
Refleksi Menanyakan dan
menjelaskan
kepada siswa
tentang materi
yang belum
dimengerti
Bertanya jika
ada yang belum
dimengerti
a. Disiplin
b. Kritis
c. Proaktif
7 menit
Konfirmasi
dan evaluasi
Menunjuk
perwakilan siswa
untuk menjawab
pertanyaan guru
untuk mengukur
ketercapaian
indikator
pembelajaran
Siswa yang
ditunjuk
menjawab
pertanyaan guru
a. Mandiri
b. Tanggung
jawab
c. Responsif
I. Penilaian Hasil Belajar
a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)
Depok, 14 Mei 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Fatah, M.Pd. Zahidah Farhati
120
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pertanyaan Jawaban
Menganalisis
letak kelenjar
endokrin, sekresi
dan peranannya
Dimana
sajakah letak
kelenjar-
kelenjar
endokrin?
Sebutkan pula
sekresi hormon
dan
peranannya!
Kelenjar Letak Sekresi
Hipofisis
(pituitary)
di bagian dasar
hipofisis otak
GH, TSH, ACTH,
gonadotropin,
Endorphin, MSH ,
ADH, oksitosin
Tiroid dibawah laring Tiroksin
Paratiroid di permukaan
belakang tiroid
Parathormon
(PTH)
Timus di bagian
posterior toraks
diatas jantung
Timosin
Adrenal di atas ginjal Adrenalin,
noradrenalin
Pancreas dibagian
belakang
bawah lambung
Glukagon, insulin,
somatostatin,
polipeptida
pankreas
Gonad Ovarium dan
testis
Estrogen,
progesterone,
Testosteron
Menghubungkan
penyebab
terjadinya
gangguan yang
terjadi pada
sistem endokrin
Jelaskan peranan
hormon-hormon
yang dihasilkan
kelenjar
tersebut! Dan
apa yang terjadi
bila terjadi
gangguan pada
sekresi
hormonnya
Kelenjar Peran Gangguan
Hipofisis
(pituitary)
Pertumbuhan
dan
perkembangan
sel-sel tubuh,
merangsang
produksi
kelenjar
lainnya, dll
Hiposekresi:
drwarfisme
Hipersekresi:
gigantisme
dll
Tiroid Meningkatkan
laju
metabolism sel,
stimulasi
konsumsi
oksigen, dll
Hiposekresi:
penurunan
metabolism,
konstipasi, mental
lambat, dll
Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave,
dll
Paratiroid Mengendalikan
keseimbangan
Hiposekresi:
penurunan kadar
121
kalsium dan
fosfat
kalsium dalam
darah, tetanus,
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
Timus Pengendalian
sistem imun
Penurunan imun
Adrenal Meningkatkan
frekuensi
jantung,
metabolism,
mengatur
keseimbangan
air, dll
Hiposekresi:
penyakit Addison
Hipersekresi:
peningkatan
tekanan darah,
sindrom
adrogenital
(pubertas dini), dll
Pancreas Mengatur
keseimbangan
kadar glukosa
dalam darah
Hiposekresi:
diabetes mellitus
Gonad Mengatur
pematangan
gonad (ovum
dan sperma)
Gangguan pada
pematangan gonad
122
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS)
Pertemuan : 2
N
O Aspek
Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir
Kritis
Soal Jawaban Kriteria Penilaian
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengiden-
tifikasi atau
merumus-
kan kriteria
untk
memper-
timbang-
kan
jawaban
yang
mungkin
Kemukakan penjelasan anda mengenai
dwarfisme (orang kerdil) dapat
mengalami gangguan pada pergerakan
namun tidak mempengaruhi
kemampuan intelektual!
Orang yang mengalami dwarfisme
disebabkan oleh kurangnya hormon
pertumbuhan (GH). Dan hormon
pertumbuhan ini akan mempengaruhi
bentuk fisik tubuh saja (baik
proporsional atau tidak proporsional)
sedangkan intelektual nya masih sama
seperti umumnya. Gangguan-gangguan
yang disebabkan oleh defisiensi
hormon tidak menyerang sistem saraf
secara langsung, tapi melalui sel-sel
disekitarnya.
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab skor
0
2. Memberikan
penjelasan
sederhana
Menganali-
sis argumen Mengiden-
tifikasi
alasan yang
dinyatakan
Buatlah analisis mengenai kekurangan
yodium pada bayi dapat menyebabkan
kematian!
Kelenjar gondok menghasilkan
hormon tiroksin yang terbuat dari asam
amino tirosin yang mengandung iodin.
Maka, jika kekurangan iodin pada
waktu yang lama, tiroksin akan
membengkak. Yodium/iodium
merupakan mineral yang harus dimiliki
oleh tubuh terutama saat bayi
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak
menjawab skor 0
123
3. Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan
dan tantangan
Mengapa Berdasarkan soal nomer 1, apa saja
yang menyebabkan terjadinya
dwarfisme? Mengapa demikian?
Penyebab dwarfisme ialah karena
gangguan pada hormon pertumbuhan
(GH) baik terjadi secara
bawaan/genetic atau secara
lingkungan. Kalau secara genetic
terjadinya sejak anak dilahirkan tidak
mengalami pertumbuhan. Sedangkan
jika terjadinya disebabkan karena
lingkungan baru muncul ketika sudah
kanak-kanak/menjelang pubertas.
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
4. Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan
dan tantangan
Perbedaan
apa yang
menyebab-
kannya
Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan
2, apakah yang menjadi persamaan
dan perbedaannya? Jelaskan!
Persamaannya ialah keduanya
disebabkan oleh gangguan pada sistem
endokrin/hormon. Perbedaannya, kelenjar dan
hormonnya. Kalau dwarfisme (orang
kerdil) disebabkan karena defisiensi
hormon pertumbuhan (GH) yang
dikeluarkan oleh hormon hipofisis,
sedangkan gondok disebabkan oleh
defisiensi hormon tiroksin yang
dikeluarkan oleh hormon tiroid
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
5. Membangun
keterampilan
dasar
Mempertim-
bangkan
kredibilitas
suatu sumber
Kemam-
puan
memberi
alasan
Perhatikan pernyataan dibawah ini! a. Defisiensi yodium terjadi pada janin
merupakan dampak dari kekurangan
yodium pada ibu. Keadaan ini
berkaitan dengan meningkatnya
insidensi lahir mati, aborsi, cacat
lahir dan semua ini dapat dicegah
melalui penanganan yang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru
lahir terhubung dengan kenyataan
bahwa otak bayi baru lahir hanya
sepertiga ukuran normal orang
dewasa. Otak bayi akan terus
berkembang dengan cepat hingga
Pernyataan a dan b tepat. Pernyataan c
kurang tepat. Daerah sekitar pantai
merupakan daerah yang kaya akan
iodium, karena dihasilkan langsung
dari air laut
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
124
akhir tahun kedua kehidupannya.
Dan
hormon tiroid sangat bergantung
pada kecukupan asupan yodium
yang akan menjadi sangat penting
dalam perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon
tiroid, penyakit gondok disebabkan
juga karena kurangnya konsumsi
yodium dalam tubuh. Kekurangan
yodium juga dapat disebabkan oleh
karena komponen tanah yang langka
sehingga dalam makanan hanya
terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini
mungkin yang menjadi penyebab
jumlah penderita penyakit gondokan
ini lebih banyak di daerah pantai
Menurut ketiga sumber terkait tentang
akibat defisiensi yodium, manakah
pernyataan yang tepat dan tidak tepat
mengenai akibat defisinsi yodium?
Mengapa? 6. Membangun
keterampilan
dasar
Mengobser-
vasi dan
mempertim-
bangkan hasil
observasi
Ikut terlibat
dalam
menyimpul
kan
Perhatikan gambar dibawah ini!
Kelenjar apakah disamping? Apakah
fungsinya?
a. Kelenjar hipofisis yang berfungsi
untuk mensekresikan hormon
pertumbuhan (GH). Ketika terjadi
hiposekresi GH akan mengalami
dwarfisme, dan jika terjadi
hipersekresi akan mengalami
gigantisme
b. Kelenjar tiroid yang berfungsi
menghasilkan hormon tiroksin. Jika
orang dewasa mengalami
hiposekresi hormon tiroksin akan
terjadi gondok, sedangkan jika pada
bayi bisa sampai meninggal
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
125
7. Membangun
keterampilan
dasar
Mengobser-
vasi dan
mempertimba
-ngkan hasil
observasi
Mencatat
hal-hal
yang
diinginkan
Lengkapilah tabel dibawah ini dengan
jawaban yang tepat !
N
o
Kelenjar Fungsi Peranan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
N
o
Kelenjar Fungsi Peranan
1
.
Hipofisis Sekresi GH,
TSH, ACTH,
FSH, LH,
Endomorfin,
MSH, ADH,
Oksitosin
Master of
glands,
mempenga-
ruhi kelenjar
lainnya
2
.
Pancreas Sekresi
hormon
insulin,
glucagon,
somatostatin
Mengatur
kadar
glukosa
dalam darah
3
.
Testis Sekresi
hormon
Testosterone
Membantu
pemasakan
spermatozoa
4
.
Ovarium Sekresi
hormon
Estrogen dan
progesteron
Mempenga-
ruhi
pemasakan
ovum
5
.
Adrenal Sekresi
hormon
adrenalin,
noradrenalin,
aldosterone,
glukokortikoid,
gonadokorti-
koid
Mempenga-
ruhi
frekuensi
tekanan
jantung,
konsumsi
oksigen, dll
6
.
Tiroid Sekresi
hormon
tiroksin
Meningkat-
kan laju
metabolism
sel,
menstimulasi
konsumsi
oksigen,
pertumbuhan
dan
perkemba-
ngan tulang,
gigi, jaringan
ikat dan saraf
a. Benar dan
lengkap
maksimal @
skor 2
b. Benar tidak
lengkap @ skor
1
c. Tidak
menjawab skor
0
1
2
3 4
5
7
6
8
126
7
.
Paratiroid Sekresi
hormon
parathormon
(PTH)
Mengendali-
kan
keseimba-
ngan kalsium
dan fosfat
dalam tubuh
8
.
Timus Sekresi
hormon
timosin
Sistem imun
8. Kesimpulan Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan
induksi
Membuat
generalisasi Perhatikan pernyataan dibawah ini: a. Gejala mulai tampak sejak bayi
hingga puncaknya pada dewasa,
jadi dari kecil postur tubuhnya
selalu lebih kecil dari anak yang
lain.
b. Gejala baru muncul pada
penghujung masa kanak-kanak atau
pada masa pubertas, jadi saat kecil
sama dengan yang lain, namun
kemudian tampak terhentinya
pertumbuhan sehingga menjadi
lebih pendek dari yang lain.
Kadang juga disertai gejala-gejala
lain akibat kurangnya hormon-
hormon lain yang juga diproduksi
hipofisis. Buatlah generalisasi dari pernyataan
diatas!
Penyakit dwarfisme itu disebabkan
kekurangan hormon pertumbuhan yang
congenital (bawaan) sejak lahir dan
kekurangan hormon pertumbuhan yang
didapat dalam pertumbuhan
selanjutnya.
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
9. Startegi dan
taktik Memutus-
kan suatu
tindakan
Menyeleksi
kriteria
untuk
membuat
solusi
Hormon pertumbuhan (GH) yang
dihasilkan dengan teknologi DNS
telah membantu ratusan anak yang
menderita kekerdilan pituitary untuk
tumbuh secara normal dan mencapai
tinggi badan di dalam kisaran normal.
Sekarang saat hormon itu begitu
mudahnya tersedia dan relatif murah,
banyak orangtua yang merasa bahwa
anak-anak mereka tidak tumbuh cukup
Kriteria dalam pemanfaatan teknologi
GH secara buatan jika defisiensi/
kekurangan hormon GH nya bukan
disebabkan oleh genetic, atau secara
keturunan tidak mempunyai kelainan
GH. Dalam hal ini berarti dengan
merangsang hormon GH yang berasal
dari luar tubuh.
a. Benar dan
lengkap
menjawab skor 3
b. Benar tapi
kurang lengkap
skor 2
c. Mengerjakan
tapi kurang tepat
127
cepat ingin menggunakan GH untuk
membuat anak-anaknya tumbuh lebih
cepat dan lebih tinggi. Namun,
terdapat potensi adanya pengaruh yang
berbahaya, seperti pengurangan lemak
tubuh dan peningkatan massa otot.
Dan masih belum diketahui apakah
suntikan GH akan mempunyai
pengaruh jangka panjang yang secara
serius membahayaan pada individu
yang tidak mempunyai kondisi
hipopituitari. Kriteria apa menurut
anda yang menentukan kasus mana
yang dapat diatasi dengan pengobatan
GH atau terapi hormon lain?
skor 1
d. Tidak menjawab
skor 0
128
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
No
Tahap
Learning
Cycle 7E
Pertanyaan Jawaban
1.
Tahap Elicite
(Menimbulkan/
mendatangkan)
Pernahkah kamu melihat
orang kerdil dan gondokan?
Kira-kira apakah
penyebabnya?
Kekerdilan (dwarfisme) dan gondokan itu
disebabkan karena sekresi hormon-hormon dalam
tubuhnya
2.
Tahap
Engange
(Keterlibatan)
Hormon apakah yang
mempengaruhi 2 kasus
tersebut?
Kekerdilan (dwarfisme) disebabkan karena
kurangnya hormon pertumbuhan (growth hormone)
yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Sedangkan
penyakit gondokan disebabkan karena kurangnya
iodin dalam waktu lama, sehingga tiroid akan
membengkak
Samakah penyebabnya? Berbeda. Seperti yang dijelaskan diatas
3.
Tahap Explore
(Penyelidikan/
penjajakan)
(menampilkan gambar
kelenjar hipofisis dan tiroid)
Gambar apakah ini?
Apakah hubungannya
dengan kedua kasus diatas?
Gambar hipofisis dan gambar tiroid. Keduanya
yang mempengaruhi penyebab dari kasus diatas
Apakah banyak/sedikitnya
hormon yang disekresikan
mempengaruhi banyak hal
dalam tubuh?
Mempengaruhi. Kurangnya sekresi (hiposekresi)
ataupun kelebihan sekresi (hipersekresi) hormon-
hormon akan mempengaruhi pengaturan
metabolism, pertumbuhan dan perkembangan
jangka panjang.
Lalu, kadar hormon yang
bagaimana yang optimal?
Dalam kadar yang sedikit. Tidak kekurangan,
namun juga tidak berlebihan.
(Menampilkan gambar
sistem endokrin secara
keseluruhan) Apakah ada
yang bisa menyebutkan
kelenjar-kelenjarnya?
No Kelenjar Fungsi Peranan
1. Hipofisis Sekresi GH, TSH,
ACTH, FSH, LH,
Endomorfin, MSH,
ADH, Oksitosin
Master of glands,
mempengaruhi
kelenjar lainnya
2. Pancreas Sekresi hormon
insulin, glucagon,
somatostatin
Mengaturkadar
glukosa dalam darah
3. Testis Sekresi hormon
Testosterone
Membantu
pemasakan
spermatozoa
4. Ovarium Sekresi hormon
Estrogen dan
progesteron
Mempengaruhi
pemasakan ovum
5. Adrenal Sekresi hormon
adrenalin,
noradrenalin,
aldosterone,
glukokortikoid,
gonadokortikoid
Mempengaruhi
frekuensi tekanan
jantung, konsumsi
oksigen, dll
6. Tiroid Sekresi hormon
tiroksin
Meningkatkan laju
metabolism sel,
menstimulasi
4.
Tahap Explain
(Menjelaskan)
Apakah ada yang bisa
menjelaskan sekresi
hormon dari kelenjar-
kelenjar tersebut?
5.
Tahap
Elaborate
(mengaitkan)
Apakah ada yang bisa
menjelaskan contoh
peranannya?
129
konsumsi oksigen,
pertumbuhan dan
perkembangan tulang,
gigi, jaringan ikat dan
saraf
7. Paratiroid Sekresi hormon
parathormon (PTH)
Mengendalikan
keseimbangan
kalsium dan fosfat
dalam tubuh
8. Timus Sekresi hormon
timosin
Sistem imun
6.
Tahap
Evaluate
(Menilai)
--- ---
7. Tahap Extend
(Memperluas)
--- ---
130
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI
Sman 5 dEPOK
NAMA:
KELAS
2015
Lampiran 2
131
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan : 1
Hari / tanggal :
1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam
tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran
agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara
fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada
sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada
indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada
sistem regulasi (saraf, endokrin, indera)
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
132
Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon.
Hormon yang berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas,
adalah sebuah zat kimia organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang
hormon yang tepat tidaklah mudah. Oleh karena itu adalah lebih baik dan
lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat tersebut. Sifat-sifat dari
hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan
hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ
tubuh manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam
hormon. Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan
aktivitas dari permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya
produksi insulin yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula
di dalam darah. Sebaliknya apabila glukagon yang meningkatkan produksi
glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi gula darah dengan
konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot
jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi
bila kepada otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi
otot jantung ini akan meningkat.
Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon
merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi
meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon
dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah
masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan dihantar melalui sistem
Artikel 1
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^
1. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan
mengisi LKS ini
2. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan
pada LKS
3. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab
pertanyaan
4. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang
tidak dipahami
5. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
133
peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang relatif jauh
dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka
hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya
sebagai pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks.Ia bekerja
melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari
sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari
sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.Ada terutama tiga jenis neuron,
neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari
alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak
dan sumsum tulang belakang.Otak pada gilirannya, memproses rangsangan
tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu
mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.Motor neuron
bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang,
dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang
diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan.
Mereka terutama ditemukan di otakdan sumsum tulang belakang.Selain neuron,
sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara
neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk
transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu
neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda
pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul
organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat
memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada
keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja
reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang
berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu
beberapa milidetik.Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin,
asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Artikel 2
134
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis
terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?
2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara
singkat!
3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya?
Mengapa?
135
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh untuk menjaga homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar rangsang yang diterima oleh sistem indera dan bertindak sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh.
b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik)
Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon,
manakah penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat?Mengapa?
5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem
endokrin dibawah ini!
Karateristik sistem endokrin
Penjelasan
Karakteristik kelenjarnya….
Diedarkan melalui…
Cara kerja…
Menghasilkan…
Dibutuhkan dalam jumlah yang….
136
6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi
ke arah jaringan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!
7. Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!
b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar
diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!
x
137
8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur
kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus.
Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat
kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang
dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of
gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja
kelenjar lainnya.
Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan
sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari?
9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan.
Klasifikasikanlah perbedaan diantara keduanya!
Aspek Contoh
Sistem Saraf
Sistem Endokrin
10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon
yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh
species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat
yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex
attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui
mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh
insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona
padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!
138
11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang
biasanya ditemukan dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama
berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan.
Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi dengan sempurna dalam
sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian, kafein tidak
berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin.
Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan
aktivitas sel saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur
adenosin, kafein dapat terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek
penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang bekerja secara terus menerus akan
menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal tersebut terjadi maka
akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih tinggi,
tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke
kulit dan organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang
meningkat.
Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap
hari satu cangkir kecil,apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan
diatas?Bagaimanakah solusinya untuk para penikmat kopi, teh dan coklat?
Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan
{Imam Syafi’i}
139
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SISTEM ENDOKRIN
Materi Biologi Kelas XI
SMAN 5 Depok
Nama :
Kelas :
Kelompok :
2015
140
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan : 2
Hari / tanggal :
1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam
tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran
agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara
fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada
sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada
indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada
sistem regulasi (saraf, endokrin, indera)
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
141
Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang gelar manusia terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup, Dangi tak tahu apa yang menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya. Ia tak pernah sekalipunditangani dokter maupun menjalani pengobatan. Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan karena kondisi medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme merupakan kondisi yang disebabkan faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122 sentimeter, seperti dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11).
Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil.Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal.
Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya lengan dan kaki yang pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi karena gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya penurunan,
Artikel 3
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^
1. Budayakanberdo’asebelummelakukanaktivitas, termasuksaatakanmengisi LKS ini
2. Bacalahdenganseksamadantelitiartikel-artikelmaupunpertanyaanpada LKS
3. Diskusikandengantemansatukelompokmuuntukmenjawabpertanyaan
4. Tanyakanpada guru apabilaadapertanyaanataupunmateri yang tidakdipahami
5. Isilah LKS padawaktu yang disediaka
142
baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric, seperti duduk dan berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan hilangnya kemampuan pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang berantakan, artritis, serta kelebihan berat badan.
Sumber: http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfisme-
penyakitnya-orang-orang-kerdil/
Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan /pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si ibu tidak menderita gondok.
Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit gondok bersifat endemik.
Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah, mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan, selera makan menjadi berkurang, sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan menjadi tinggi dan serigkali merasakan dengungan di telinga
Sumber:
http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#
Artikel 4
143
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat
mengalami gangguan pada pergerakan namun tidak mempengaruhi
kemampuan intelektual!
2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam
makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan
kematian!
144
3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme?
Mengapa demikian?
4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan
perbedaannya? Jelaskan!
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari
kekurangan yodium pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan
meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir dan semua ini
dapat dicegah melalui penanganan yang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan
bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang
dewasa. Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga akhir
tahun kedua kehidupannya. Dan hormon tiroid sangat bergantung
pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi sangat penting dalam
perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga
karena kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium
juga dapat disebabkan oleh karena komponen tanah yang langka
145
sehingga dalam makanan hanya terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini
mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit gondokan ini
lebih banyak di daerah pantai
Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah
pernyataan yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium?
Mengapa?
6. Perhatikan gambar dibawah ini!
Kelenjar apakah disamping?Apakah fungsinya?
a
b
146
7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
No Kelenjar Fungsi Peranan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
8. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari
kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa
pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!
1
2
3 4
5
7
6
8
147
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah
membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh
secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang
saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua
yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin
menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih
tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti
pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum
diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang
yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai
kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana
yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.
(HR. Ath-Thabrani
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan : 2
Hari / tanggal :
1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara
menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan
biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi
(saraf, endokrin, indera)
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^
1. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS
ini
2. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
3. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
4. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
5. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang gelar manusia terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup, Dangi tak tahu apa yang menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya. Ia tak pernah sekalipunditangani dokter maupun menjalani pengobatan. Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan karena kondisi medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme merupakan kondisi yang disebabkan faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122 sentimeter, seperti dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11). Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya lengan dan kaki yang pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi karena gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya penurunan, baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric, seperti duduk dan berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan hilangnya kemampuan pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang berantakan, artritis, serta kelebihan berat badan.
Sumber: http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfisme-penyakitnya-orang-
orang-kerdil/
Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan /pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si ibu tidak menderita gondok.
Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit gondok bersifat endemik.
Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah, mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan, selera makan menjadi berkurang, sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan menjadi tinggi dan serigkali merasakan dengungan di telinga
Sumber:
http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#
Artikel 3
Artikel 4
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya kemampuan intelektual yang normal. Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat mengalami gangguan
pada pergerakan namun tidak mempengaruhi kemampuan intelektual!
2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan kematian!
3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme? Mengapa
demikian?
4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaannya?
Jelaskan!
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari kekurangan yodium pada
ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat
lahir dan semua ini dapat dicegah melalui penanganan yang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak
bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang dewasa. Otak bayi akan terus
berkembang dengan cepat hingga akhir tahun kedua kehidupannya. Dan
hormon tiroid sangat bergantung pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi
sangat penting dalam perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga karena
kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium juga dapat disebabkan
oleh karena komponen tanah yang langka sehingga dalam makanan hanya terdapat
jumlah yang sedikit. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit
gondokan ini lebih banyak di daerah pantai
Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah pernyataan
yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium? Mengapa?
6. Perhatikan gambar dibawah ini!
Kelenjar apakah disamping? Apakah fungsinya?
a
7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
No Kelenjar Fungsi Peranan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
8. Perhatikan pernyataan dibawah ini:
a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur
tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain. b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi
saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis. Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!
b
1
2
3 4
5
7
6
8
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu ratusan
anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi
badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan
relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup
cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih
tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan
lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH
akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu
yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan
kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.
(HR. Ath-Thabrani)
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan : 1
Hari / tanggal :
1.2 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara
menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.2 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan
biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi
(saraf, endokrin, indera)
5. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
6. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
7. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
8. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^
6. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS
ini
7. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
8. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
9. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
10. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon yang
berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas, adalah sebuah zat kimia
organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang hormon yang tepat tidaklah mudah.
Oleh karena itu adalah lebih baik dan lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat
tersebut. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap
kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ tubuh
manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam hormon.
Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan aktivitas dari
permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya produksi insulin yang
berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula di dalam darah. Sebaliknya apabila
glukagon yang meningkatkan produksi glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi
gula darah dengan konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot
jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi bila kepada
otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi otot jantung ini akan
meningkat.
Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan
zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan
dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel hidup yang sehat
dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan
dihantar melalui sistem peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang
relatif jauh dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka
hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya sebagai
pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan
kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan
sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.
Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera,
seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang.
Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian
lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.
Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang,
dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari
neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan
di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia,
yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls
dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel
yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung
nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel
pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda
serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel
pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada
beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih
banyak lainnya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung
Artikel 1
Artikel 2
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis terhadap
kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?
2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara singkat!
3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya? Mengapa?
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh untuk menjaga homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar rangsang yang diterima oleh sistem indera dan bertindak sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh.
b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik)
Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon, manakah
penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat? Mengapa?
5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin
dibawah ini!
Karateristik sistem endokrin Penjelasan
Karakteristik kelenjarnya….
Diedarkan melalui…
Cara kerja…
Menghasilkan…
Dibutuhkan dalam jumlah yang….
6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah jaringan
pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri. Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!
7. Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!
b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar diatas dengan
langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!
8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara
saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak,
terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan
memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena
banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.
Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
(dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?
9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan. Klasifikasikanlah
perbedaan diantara keduanya!
Aspek Contoh
Sistem Saraf
Sistem Endokrin
x
10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan
zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis
seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina
yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh
insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak
diedarkan ke peredaran darah!
11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang biasanya ditemukan
dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama berfungsi sebagai perangsang sistem
saraf pusat, jantung, dan pernapasan. Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi
dengan sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian,
kafein tidak berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin.
Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan aktivitas sel
saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur adenosin, kafein dapat
terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang
bekerja secara terus menerus akan menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal
tersebut terjadi maka akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih
tinggi, tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke kulit dan
organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang meningkat.
Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap hari satu cangkir
kecil, apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan diatas? Bagaimanakah solusinya untuk para
penikmat kopi, teh dan coklat?
Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan
{Imam Syafi’i}
150
Lampiran 4 Instrumen Uji Coba
INSTRUMEN PENELITIAN
Materi Sistem Endokrin
1. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah
tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam
diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel
epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Sebagai kompensasi
tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan
berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-
zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan., Akibat hilangnya hubungan ini, maka
kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
ke permukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar tanpa
saluran (ductless gland).
Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang dilakukan
kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan kepermukaan!
2. Saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan asetilkoline
disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine dikenal sebagai
adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem syaraf simpatis
maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion saraf simpatik adalah adrenergik
dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik. Asetilkoline memiliki dua tipe
reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada
semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis
sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara
preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik.Sedangkan norepinefrine atau
adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta.
Jelaskan karakteristik dari dua jenis neurotransmitter yang dijelaskan pada kutipan diatas!
3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Sifat-sifat dari hormon
adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu
organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan dengan hormon
adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas
yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekresi
hormon yang terlalu sedikit ataupun banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam
metabolism, pertumbuhan dan perkembangan.Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel
151
hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran, maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan ke
dalam pembuluh darah.
Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristikhormon yang mempunyai efektifitas yang
tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit?
4. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan
memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter
untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu
neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat
memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter
kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah
neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal
ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada
model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa
milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino,
neuropeptide, dan masih banyak lainnya.
Buatlah analisismu mengenai komunikasi neurotransmitter dari kutipan diatas!
5. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, mengapa kelenjar endokrin disebut sebagai
kelenjar tanpa saluran (ductless gland)? Dan bagaimanakah aksi yang ditimbulkan akibat
itu?
6. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 4, mengapa komunikasi neurotransmitter
berlangsung sangat cepat?
7. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 2 , hal apakah yang menjadi inti pembahasan?
Mengapa anda mengatakan itu?
8. Beradasarkan kutipan pada soal nomer 3, apa sajakah karakteristik hormon itu?
9. Berdasarkan kutipan nomer 1 dan 2, apakah perbedaan yang mendasarinya? Mengapa?
10. Berdasarkan kutipan nomer 3 dan 4, apakah perbedaan yang mencolok tentang
komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada sistem saraf saraf? Mengapa?
11. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
152
a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel yang sehat.
Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran darah, CO2 akan
bekerja pula pada pusat pernapasan di medula oblongata dan akan merangsang
pernapasan.
b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang mengalami
kerusakan namun diedarkan ke seluruh tubuh. Zat ini berkemampuan untuk
menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel yang luka dengan tujuan
untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin masuk di daerah sel-sel yang
mengalami perlukaan.
c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon , yang
kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam plasma darah
menjadi Angiotensin
Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan dari ketiga
pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon? jelaskan pendapatmu!
12. Perhatikan pernyataan berikut!
a. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah
(sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya
b. Seperti halnya kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin juga berasal dari jaringan
epitel, hanya pada proses pembentukkannya pada kelenjar endokrin sel sel yang
berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga
tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu
c. Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja hormonnamun
hanya sedikit kelenjar endokrin yang akan bersekresi bila ada rangsang yang
datang dari saraf
Berdaasrkan pernyataan berikut tentang kelenjar endokrin, yang manakah yang tepat dan
yang manakah yang tidak tepat? Jelaskan pendapatmu!
13. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas, tentukanlah isi kolom tabel
karakteristik sistem endokrin dibawah ini!
Karateristik sistem endokrin
Karakteristik kelenjarnya?
Diedarkan melalui?
153
Cara kerja secara?
Menghasilkan?
14. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
No Kelenjar Hormon yang dihasilkan Peranan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
15. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah perbedaan antara sistem saraf
dengan sistem hormon dibawah ini!
1
2
3 4
5
7
6
8
154
Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Hormon
Sekresi
Pengaturan terhadap
efek yang akan terjadi
Respons terhadap hasil
sekretnya
Aksi/proses
berlangsung secara
Komunikasi
16. Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!
b. Jelaskanlah mekanisme diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar
endokrinnya!
17. Perhatikan gambar dibawah ini!
x
155
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari meningkat, apa
yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan dinding endometrium?
b. Pada kondisi uterus dan hormon entrogen –progesteron yang bagaimanakah tahap
ovulasi terjadi?
18. Perhatikan kedua gambar dibawah ini!
a. Apakah yang membedakan antara gambar A dan B?
b. Menurutmu, apakah keduanya merupakan cara komunikasi yang dilakukan oleh
kelenjar endokrin? Jelaskan pendapatmu!
19. Bacalah kutipan dibawah ini!
Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah
tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam
diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel
epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya
hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-
zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran,
maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh
kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar
endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh
darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri.
Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!
20. Perhatikan pernyataan berikut ini:
a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary
yang berada di bagian dalam hipotalamus
b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting terhadap
proses fungsi gonad
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas!
A B
156
21. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara
saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus
otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar
kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland,
karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.
Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
(dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?
22. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk
mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda
atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk
hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang
fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut!
23. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang
menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik
perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh
hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik
terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang
termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!
24. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu
ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan
mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu
mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak
mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya
tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang
berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih
belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang
secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari.
Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan
pengobatan GH atau terapi hormon lain?
25. Buatlah kesimpulan mengenai karakteristik hormon yang anda ketahui berdasarkan pada:
- Kelenjar-kelenjar yang mensekresikan hormon - Peranan
- Respon terhadap tubuh - Cara kerja hormon
157
Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
KeLAS : IX IPA
Mata pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 2 Jam pelajaran (2 x 45 menit)
Jumlah Soal : 25 butir soal
Bentuk Soal : Essay
Materi : Sistem Endokrin
Kompetensi Dasar : 3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi
pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan)
Indikator Pembelajaran :
3.6.1 Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
3.6.2 Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
3.6.3 Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi hormon dan peranannya
3.6.4 Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
158
A. ESSAY
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Aspek Berpikir
Kritis Indikator
No Soal Jumlah
Soal C3 C4 C5 C6
Memberikan
Penjelasan
Sederhana
Memfokuskan
Pertanyaan
Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
1 (2), 2 2
Menganalisis
argumen
Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan 3, 4 2
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Mengapa 5, 6(1) 2
Apa intinya 7, 8 2
Perbedaan yang
menyebabkannya 9, 10(4) 2
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertimbangkan
kredibilitas suatu
sumber
Kemampuan memberi
alasan 11(5),12 2
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Mencatat hal-hal yang
diinginkan 13, 14(6) 2
Ikut terlibat dalam
menyimpulkan 15(7) 1
Kesimpulan
Membuat deduksi
dan
mempertimbangkan
Interpretasi pertanyaan 16, 17(8) 18 3
159
hasil deduksi
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
Membuat generalisasi 19, 20(9) 2
Membuat dan
mempertimbangkan
nilai
Penerapan prinsip-prinsip 21(10) 1
Membuat
penjelasan lebih
lanjut
Mendefinisikan
istilah
Mengklasifikasikan dan
memberikan contoh 22(11) 1
Mengidentifikasi
asumsi
Alasan yang tidak
dinyatakan 23 1
Strategi dan
taktik
Memutskan suatu
tindakan
Menyeleksi kriteria untuk
membuat solusi 24(12) 25 2
Total butir soal 25
160
Aspek
Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator Jenjang
Kognitif
No.
Soal Bentuk Soal Kunci Jawaban
Standar
Penilaian
(poin)
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
Mengidentifikasi
atau merumuskan
kriteria untuk
mempertimbangk
an jawaban yang
mungkin
C3 1.
Kelenjar endokrin berasal dari
sel-sel epitel yang melakukan
proliferasi ke arah tenunan
pengikat. Sel-sel epitel yang
telah berproliferasi ini akhirnya
di dalam diferensiasinya akan
membentuk sebuah kelenjar
endokrin. Hubungan antara sel-
sel epitel yang berproliferasi
ke dalam tenunan pengikat ini
akan kehilangan hubungannya
dengan sel-sel epitel dari
mana mereka berasal. Sebagai
kompensasi tidak terbentuknya
saluran, maka disekitar
kelenjar endokrin tumbuh dan
berkembang pembuluh-
pembuluh kapiler. Ke dalam
pembuluh-pembuluh kapiler ini
zat-zat yang dihasilkan kelenjar
endokrin dialirkan., Akibat
hilangnya hubungan ini, maka
kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran untuk
menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan ke permukaan.
Oleh karena itu kelenjar
Kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran yang
bisa menjadi tempat
menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan (hormon) ke
permukaan tubuh. Oleh
karena itu, kelenjar-kelenjar
endokrin hormon dialirkan
keseluruh tubuh menuju ke
sel-sel target yang ada di
dalam tubuh. Hormon-
hormon tersebut dihasilkan
disekresikan langsung ke
dalam pembuluh darah
yang melewati sel-sel
kelenjar endokrin itu
sendiri, maka kelenjar
endokrin biasa juga disebut
kelenjar yang menghasilkan
zat-zatnya ke dalam tubuh
(glands of internal
secretion).. Hasil penelitian
juga membuktikan bahwa,
sel- target dar kelenjar
endokrin bukan hanya satu
sel target, namun ada juga
suatu hormon yang
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
161
endokrin biasa juga disebut
kelenjar tanpa saluran (ductless
gland).
Berdasarkan kutipan diatas,
kemukakan penjelasanmu
tentang cara yang dilakukan
kelenjar endokrin untuk dapat
menyalurkan sekretnya ke
permukaan!
mempengaruhi beberapa
sel-sel target.
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
Mengidentifikasi
atau merumuskan
kriteria untuk
mempertimbang-
kan jawaban yang
mungkin
C3 2.
Saraf simpatis dan
parasimpatis mensekresikan
hanya satu di antara substansi
neurotransmiter , asetilkoline
atau norepinefrine. Serat yang
mensekresikan asetilkoline
disebut kolinergik dan serat
yang mensekresikan
norepinefrine dikenal sebagai
adrenergik. Semua preganglion
adalah kolinergik baik pada
sistem syaraf simpatis maupun
parasimpatis. Sedangkan pada
postganglion saraf simpatik
adalah adrenergik dan
postganglion pada
parasimpatis adalah kolinergik.
Asetilkoline memiliki dua tipe
reseptor, yaitu reseptor
muskarinik dan nikotinik.
Reseptor muskarinik ditemukan
pada semua sel efektor yang
Asetilkoline:
- Dihasilkan oleh saraf
simpatik dan parasimpatik
- Serat yang
mensekresikannya disebut
kolinergik
- Terdapat di preganglion
(baik di saraf simpatik atau
parasimpatik)
- Memiliki 2 tipe reseptor,
yaitu reseptor muskarinik
dan reseptor nikotinik
Norepinefrine:
- Dihasilkan oleh saraf
simpatik dan parasimpatik
- Serat yang
mensekresikannya disebut
adrenergic
- Terdapat di postganglion
(baik di saraf simpatik atau
parasimpatik)
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
162
distimulasi oleh postganglion
kolinergik dari sistem
parasimpatis sedangkan
reseptor nikotinik ditemukan
pada ganglia autonom pada
sinaps di antara preganglion
dan postganglion dari sistem
parasimpatik. Sedangkan
norepinefrine atau adrenaline
memiliki dua reseptor yaitu
reseptor alpha dan reseptor
beta.
Jelaskan karakteristik dari dua
jenis neurotransmitter yang
dijelaskan pada kutipan diatas!
- Memiliki 2 tipe reseptor
yaitu reseptor alpha dan
beta
Memberikan
penjelasan
sederhana
Menganalisis
argument
Mengidentifikasi
alasan yang
dinyatakan
C4 3.
Zat yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin adalah
hormon. Sifat-sifat dari hormon
adalah zat ini merupakan
pengaturan fisiologis terhadap
kelangsungan hidup sesuatu
organ atau suatu sistem.
Kekhususan yang lain-lainya
yang dikaitkan dengan hormon
adalah bahwa hormon
merupakan zat kimia organik.
Zat ini mempunyai efektifitas
yang tinggi meskipun hanya
diberikan dalam jumlah yang
sangat sedikit. Sekresi hormon
yang terlalu sedikit ataupun
Di dalam tubuh manusia,
hormon dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit. Berbeda
dengan makromolekul
organic, seperti protein,
karbohidrat, lemak dan
mineral atau neurotransmitter
seperti asetilkolin, efinefrin
dan lainnya dalam jumlah
yang banyak untuk
mencukupi kebutuhan mereka
dalam menjalnkan perannya
masing-masing. Walau
begitu, kekurangan
(hiposekresi) ataupun
kelebihan (hipersekresi)
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
163
banyak akan mempengaruhi
banyak hal dalam metabolism,
pertumbuhan dan
perkembangan. Selanjutnya
hormon dihasilkan oleh sel
hidup yang sehat dari sebuah
kelenjar endokrin. Kelenjar
endokrin tidak mempunyai
saluran, maka hormon yang
dihasilkannya langsung
disekresikan ke dalam pembuluh
darah.
Jelaskanlah pendapatmu tentang
karakteristik hormon yang
mempunyai efektifitas yang
tinggi meskipun hanya diberikan
dalam jumlah yang sangat
sedikit?
hormon dalam tubuh akan
mengganggu homeostasis,
metabolism juga
berkembangan dn
pertumbuhannya dan
berdampak jangka panjang.
Misalnya kelebihan hormon
GH akan membuat
pertumbuhan (baik secara
tinggi dan berat) seseorang
menjadi berlebih, atau yang
disebut sebagai akromegali
Memberikan
penjelasan
sederhana
Menganalisis
argument
Mengidentifika-si
alasan yang
dinyatakan
C4 4.
Selain neuron, sistem saraf juga
mengandung sel-sel glia, yang
mendukung dan memelihara
neuron. Neuron menggunakan
sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk
transmisi impuls dari satu
neuron yang lain. Namun,
transmisi impuls dari satu
neuron ke lain tidak
sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama
dapat memberikan pengaruh
Setelah neurotransmitter
disekresikan oleh sel-sel saraf,
kemudian berikatan dengan
respetor-reseptor hingga
memicu respon pasa sel
pascasinapsis. Keberagaman
respon tergantung pada
keberadaan reseptor dan
model kerjanya. Misalnya
Asetilkolin dilepas oleh
serabut preganglionik
simpatis dan serabut
preganglionik
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
164
yang berbeda pada jenis sel
yang berlainan.
Neurotransmiter kebanyakan
berupa molekul organik kecil
yang mengandung nitrogen.
Sebuah neurotransmiter
tunggal dapat memicu respon
yang berbeda pada sel
pascasinaptik. Hal ini
tergantung pada keberadaan
reseptor di sel pascasinaptik
yang berbeda serta pada model
kerja reseptor tersebut.
Kebanyakan neurotransmiter
berikatan dengan reseptor yang
berpengaruh langsung pada
protein saluran ion, dan
mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik.
Komunikasi sinaptik ini
berlangsung dalam waktu
beberapa milidetik. Ada
beberapa macam
neurotransmitter, misalnya
asetil kolin, asam amino,
neuropeptide, dan masih
banyak lainnya.
Buatlah analisismu mengenai
komunikasi neurotransmitter dari
kutipan diatas!
parasimpatis yang disebut
serabut kolinergik. Yang
kemudian dibawa hingga ke
daerah sinapsis.
165
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Mengapa C4 5.
Berdasarkan kutipan pada soal
nomer 1, mengapa kelenjar
endokrin disebut sebagai
kelenjar tanpa saluran (ductless
gland)? Dan bagaimanakah aksi
yang ditimbulkan akibat itu?
Kelenjar endokrin disebut
sebagai kelenjar tanpa saluran
karena dalam proses
pembentukan sel-sel nya .
sel-sel epitel yang
melakukan proliferasi ke
arah tenunan pengikat
berdiferensiasi membentuk
sebuah kelenjar endokrin.
Hubungan antara sel-sel
epitel yang berproliferasi ke
dalam tenunan pengikat ini
akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel
epitel dari mana mereka
berasal
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Mengapa C4 6.
Berdasarkan kutipan pada soal
nomer 4, mengapa komunikasi
neurotransmitter berlangsung
sangat cepat?
Komunikasi neurotransmitter
sangatlah cepat, karena
mengikuti efek kerja sistem
saraf juga sangat cepat.
Neurotransmitter berperan
sebagi penghubung sinaps
antar neuron atau antarglia.
Neurotransmiter berikatan
dengan reseptor yang
berpengaruh langsung pada
protein saluran ion, dan
mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik.
Kerja neurotransmitter sangat
dipengaruhi oleh keberadaan
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
166
reseptor di sel pascasinaptik
serta model kerja reseptor
tersebut.
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Apa intinya C4 7.
Berdasarkan kutipan pada soal
nomer 2 , hal apakah yang
menjadi inti pembahasan?
Mengapa anda mengatakan itu?
Inti dari kutipan soal nomer
2 yaitu membahas tentang 2
jenis neurotransmitter, yaitu
asetilkolin dan norefinefrin.
Pembahasan dimulai dari sel
saraf yang
mensekresikannya, letak dan
jenis-jenisnya.
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Apa intinya C4 8.
Beradasarkan kutipan pada soal
nomer 3, apa sajakah
karakteristik hormon itu?
Karakteristik hormon:
- Berfungsi untuk mengaturan
fisiologis kelangsungan
hidup sesuatu organ atau
suatu sistem.
- Merupakan zat kimia
organik.
- Mempunyai efektifitas
yang tinggi meskipun
hanya diberikan dalam
jumlah yang sangat sedikit.
- Dihasilkan oleh sel hidup
yang sehat dari sebuah
- Hormon yang
dihasilkannya langsung
disekresikan ke dalam
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
167
pembuluh darah
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Perbedaan apa yang
menyebabkannya C4 9.
Berdasarkan kutipan nomer 1
dan 2, apakah perbedaan yang
mendasarinya? Mengapa?
Perbedaan yang mencolok
dari dua kutipan tersebut ialah
pada cara komunikasi. Karena
pada saat proses pembentukan
se-sel epitel menjadi jaringan
endokrin tidak mengalami
diferensiasi, sehingga
membuat sel-sel endokrin
tersebut tidak mempunyai
saluran untuk mengedarkan
hasil sekresinya hingga bisa
dimunculkan responnya
terhadap tubuh. Sedangkan
pada kutipan pada nomer 2,
dijelaskan tentang
karakteristik 2
neurotransmitter (asetilkolin
dan norefinefrin) yang
bekerja melalui jaringan
sistem saraf yang ada di
seluruh tubuh
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
Perbedaan apa
yang
menyebabkannya
C4 10.
Berdasarkan kutipan nomer 3
dan 4, apakah perbedaan yang
mencolok tentang komunikasi
pada sistem endokrin dengan
komunikasi pada sistem saraf
saraf? Mengapa?
Hormon dan neurotransmitter
merupakan zat kimia organic
yang dihasilkan oleh sel-sel
hidup. Keduanya sama-sama
dibutuhkan tubuh dalam
jumlah yang sedikit.
Perbedaannya adalah pada
cara komunikasi yang
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
168
dilakukannya.
Neurotransmitter membantu
terhubungnya sinaps pada
antarneuron atau antarglia,
sehingga berlangsung sangat
cepat. Sedangkan hormon
menggunakan perantara
peredaran darah untuk
membantu mencari sel target
yang tersebar di seluruh
tubuh. Oleh karena itu sistem
endokrin berlangsung lebih
lambat namun berfek lebih
lama / jangka panjang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertim-
bangkan
kredibilitas
suatu sumber
Kemampuan
memberikan
alasan
C5 11.
Perhatikan pernyataan dibawah
ini!
a. Karbondioksida (CO2)
adalah suatu zat yang
dihasilkan oleh sel-sel yang
sehat. Dengan jumlah yang
sedikit setelah memasuki
peredaran darah, CO2 akan
bekerja pula pada pusat
pernapasan di medula
oblongata dan akan
merangsang pernapasan.
b. Leucotaxin merupakan zat
organic yang dihasilkan oleh
sel-sel yang mengalami
kerusakan namun diedarkan
ke seluruh tubuh. Zat ini
Pernyataan b (leucotaxin)
bukan merupakan hormon,
karena berasal dari sel-sel
yang rusak. Sedangkan dalam
kutipan pada nomer 3,
dikatakan bahwa suatu hal
dikatakan sebagai hormon
apabila dihasilkan oleh sel
hidup yang sehat dari
sebuah kelenjar endokrin.
Leucotaxin oleh karenanya
tidak dikatagorikan sebagai
hormon, meskipun zat ini
termasuk zat organik dan
langsung dihantar masuk ke
dalam pembuluh darah.
Leucotaxin termasukkatagori
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
169
berkemampuan untuk
menghimpun butir-butir
darah putih disekitar sel-sel
yang luka dengan tujuan
untuk membasmi
mikroorganisme yang
mungkin masuk di daerah
sel-sel yang mengalami
perlukaan.
c. Renin yang dihasilkan oleh
ginjal merupakan salah satu
prohormon, yang kemudian
menjadi aktif setelah
mengalami konversi di dalam
plasma darah menjadi
Angiotensin
Berdasarkan karakteristik
hormon yang dipaparkan pada
kutipan nomer 2 dan dari ketiga
pernyataan diatas, yang manakah
hormon dan yang bukan
hormon? jelaskan pendapatmu!
parahormon atau biasa juga
disebut pseudo-hormon.
Pernyataan c (renin)
merupakan hormon, atau
lebih tepatnya termasuk
hormon jenis prohormon,
yaitu hormon yang diaktifkan
diluar kelenjar sekresinya
(ginjal)
Sedangkan jawaban yang a
(karbondioksida) bukanlah
hormon, Meskipun CO2
memenuhi sebagian besar
kriteria dari hormon, CO2
bukan zat organik dan tidak
pula dihasilkan oleh sebuah
kelenjar endokrin. Oleh
karenanya CO2 tidak dapat
dikatagorikan ke dalam
hormon.
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertim-
bangkan
kredibilitas
suatu sumber
Kemampuan
memberikan
alasan
C5 12.
Perhatikan pernyataan berikut!
a. Kelenjar-kelenjar endokrin
dimasukkan ke dalam suatu
sistem karena getah (sekret)
dari satu kelenjar endokrin
dapat mempengaruhi
kelenjar endokrin lainnya
b. Seperti halnya kelenjar
eksokrin, kelenjar endokrin
Pernyataan a dan b tepat
sedangkan pernyatan c
kurang tepat. Semua kelenjar
endokrin dipengaruhi oleh
sistem saraf. Bahkan ada
beberapa kelenjar yang
mekanisme kerjanya
memang sangat tergantung
dengan stimulus yang
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
170
juga berasal dari jaringan
epitel, hanya pada proses
pembentukkannya pada
kelenjar endokrin sel sel
yang berdiferensiasi
menjadi kelenjar terlepas
dari jaringan epitel
induknya, sehingga tidak
mempunyai saluran
pelepasan, karena itu disebut
kelenjar buntu
c. Meskipun kerja sistem
saraf agak berbeda dengan
cara kerja sistem endokrin
namun hanya sedikit
kelenjar endokrin yang akan
bersekresi bila ada
rangsang yang datang dari
saraf
Berdaasrkan pernyataan
berikut tentang kelenjar
endokrin, yang manakah yang
tepat dan yang manakah yang
tidak tepat? Jelaskan
pendapatmu!
dibawa oleh sistem saraf,
seperti kelenjar pituitary dan
kelenjar hipofisis.
d. Tidak
menjawab
skor 0
171
Membangun
keterampilan
dasar
Mengobserva-
si dan
mempertimba
ng-kan hasil
observasi
Mencatat hal-hal
yang diinginkan C4 13.
Berdasarkan kutipan pada soal
nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas,
tentukanlah isi kolom tabel
karakteristik sistem endokrin
dibawah ini!
Karateristik
sistem endokrin Penjelasan
Karakteristik
kelenjarnya….
Diedarkan
melalui…
Cara kerja…
Menghasilkan
…
Dibutuhkan
dalam jumlah
yang…
Karateristik
sistem
endokrin
Penjelasan
Karakteris-
tik
kelenjarnya
ialah
kelenjar
buntu
Tidak memiliki
saluran dan
mensekresikan
hormon
langsung ke
dalam plasma
sel-sel
Diedarkan
melalalui
peredaran
darah
Diedaran oleh
sel plasma
darah ke sel
target
/penerima
Cara kerja
spesifik
Cara kerjanya
khusus untuk
organ tertentu,
namun
berdampak
untuk jangka
panjang
Menghasilk
an hormon
Bisa
menyebutkan
pengertian ,
contoh, dll
Dibutuhkan
dalam
jumlah
yang cukup
Berbagai
gangguan yang
terjadi jika
hormon yang
dihasilkan
terlalu sedikit
(hiposekresi)
atau terlalu
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
172
banyak
(hipersekresi)
Membangun
keterampilan
dasar
Mengobserva-
si dan
mempertimba
ng-kan hasil
observasi
Mencatat hal-hal
yang diinginkan C4 14.
Lengkapilah tabel dibawah ini
dengan jawaban yang tepat !
N
o
Kelenjar Fungsi Peranan
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
6
.
7
.
N
o
Kele
njar
Fungsi Peranan
1
.
Hip
ofisi
s
Sekresi
GH, TSH,
ACTH,
FSH, LH,
Endomorfi
n, MSH,
ADH, dll
Master of
glands,
mempengar
uhi kelenjar
lainnya
2
.
Pan
crea
s
Sekresi
hormon
insulin,
glucagon.
somatostati
n
Mengaturka
dar glukosa
dalam darah
3
.
Test
is
Sekresi
hormon
Testostero
ne
Membantu
pemasakan
spermatozo
a
4
.
Ova
riu
m
Sekresi
hormon
Estrogen
dan
progeste-
ron
Mempengar
uhi
pemasakan
ovum
5
.
Adrena
l
Sekresi
hormon
adrenalin,
noradrenali
n, aldos-
terone,
glukokortik
oid,
gonadokorti
Mempengar
uhi
frekuensi
tekanan
jantung,
konsumsi
oksigen, dll
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
1
2
3 4
5
7
6
8
173
8
.
koid
6
.
Tiroi
d
Sekresi
hormon
tiroksin
Meningkatk
an laju
metabolim
sel,
menstimu-
lasi
konsumsi
oksigen, dll
7
.
Para
tiroi
d
Sekresi
hormon
parathorm
on (PTH)
Mengenda-
likan
keseimba-
ngan
kalsium dan
fosfat dalam
tubuh
8
.
Timu
s
Sekresi
hormon
timosin
Sistem
imun
Membangun
keterampilan
dasar
Mengobserva-
si dan
mempertimba
ng-kan hasil
observasi
Ikut terlibat
dalam
menyimpulkan
C4 15.
Berdasarkan kutipan pada soal
nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah
perbedaan antara sistem saraf
dengan sistem hormon dibawah
ini!
Aspek
Pembeda
Sistem
Saraf
Sistem
Endokrin
Sekresi
Pengaturan
terhadap
efek yang
akan terjadi
Aspek
Pembe-da
Sis-tem
Saraf
Sistem
Endokrin
Sekresi Neurotra
nsmitter Hormon
Pengatu-
ran
terhadap
efek
yang
akan
terjadi
Jangka
pendek
Jangka
panjang
Respons
terhadap
hasil
sekretnya
Langsung Tidak
langsung
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
174
Respons
terhadap
hasil
sekretnya
Aksi/proses
berlangsung
secara
Komunikasi
Aksi/
proses
berlang-
sung
secara
Cepat Lambat
Komuni-
kasi Sinaps
Sistem
sirkulasi
Kesimpulan
Membuat
deduksi dan
mempertimba-
ngkan hasil
deduksi
Interpretasi
pertanyaan C5 16.
Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Menurutmu, apakah yang
di tandai X? Jelaskan
secara singkat!
b. Jelaskanlah mekanisme
diatas dengan langsung
pada contoh salah satu
kelenjar endokrinnya!
a. Yang ditunjuk oleh X
adalah aliran darah atau
dalam hal ini ialah sistem
peredaran darah. Karena
hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin
didistribusikan melalui
plasma darah untuk
mencari sel target/penerima
b. Contohnya (jawaban
bersifat relative) . Kelenjar
adrenal yang ada di ginjal
mensekresikan hormon
adrenalin jika mendapat
rangsangan yang
membahayakan. Maka,
hormon adrenalin itu akan
terdistribusi ke sel kulit
(sehingga menjadi pucat),
ke sel otot ( sehingga
mampu berlali lebih cepat
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
x
175
daripada biasanya), dll
Kesimpulan
Membuat
deduksi dan
mempertim-
bangkan hasil
deduksi
Interpretasi
pertanyaan C5 17.
Perhatikan gambar dibawah ini!
a. Ketika hormon FSH dan LH
yang dihasilkan oleh kelenjar
pituari meningkat, apa yang
terjadi pada hormon
estrogen-progesterone dan
dinding endometrium?
b. Pada kondisi uterus dan
hormon entrogen –
progesteron yang
bagaimanakah tahap ovulasi
terjadi?
a. Hormon estrogen sedang
dalam masa optimal,
sehingga merangsang
produksi hormon
progesterone agar
meningkat. Dinding
endometrium semakin
menebal
b. Pada tahap ovulasi,
hormon estrogen berada
dalam kondisi optimalnya
sehingga merangsang
hormon progesterone
untuk meningkat juga
kadarnya. Sehingga
berefek pada uterus yang
mengalami penebalan pada
dinding endometrium
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Kesimpulan
Membuat
deduksi dan
mempertimba
ngkan hasil
deduksi
Interpretasi
pertanyaan C6 18.
Perhatikan kedua gambar
dibawah ini!
A B
(A) (B)
a. Apakah yang membedakan
antara gambar A dan B?
b. Menurutmu, apakah
a. Gambar A dalam
komunikasi nya tidak
memerlukan pembuluh
darah. Ini berarti
dilakukan melalui
komunikasi antar sel
dengan jarak yang lebih
dekat jika dibandingkan
dengan gambar B yang
melalui pembuluh darah
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
176
keduanya merupakan cara
komunikasi yang dilakukan
oleh kelenjar endokrin?
Jelaskan pendapatmu!
b. Yang dikatakan sebagai
komunikasi sistem
endokrin adalah gambar
B. sedangkan gambar A
merupakan contoh
simulasi parakrin.
Endokrin: hormon
didistribusikan dalam
darah dan berikatan
dengan sel target yang
jauh
Parakrin: hormon berfungsi
sebcara local dengan
berdifusi dari sumbernya ke
sel target yang merupakan
sel tetangganya
menjawab
skor 0
Kesimpulan
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
Membuat
generalisasi C5 19.
Bacalah kutipan dibawah ini!
Kelenjar endokrin berasal dari
sel-sel epitel yang melakukan
proliferasi ke arah tenunan
pengikat. Sel-sel epitel yang
telah berproliferasi ini akhirnya
di dalam diferensiasinya akan
membentuk sebuah kelenjar
endokrin. Hubungan antara sel-
sel epitel yang berproliferasi
ke dalam tenunan pengikat ini
akan kehilangan hubungannya
dengan sel-sel epitel dari
mana mereka berasal. Akibat
hilangnya hubungan ini, maka
Kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran untuk
menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan ke permukaan.
Zat-zat yang dihasilkan
disekresikan langsung ke
dalam pembuluh darah .
Oleh karena itu disebut
sebagai kelenjar buntu.
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
177
kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran untuk
menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan ke permukaan.
Sebagai kompensasi tidak
terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin
tumbuh dan berkembang
pembuluh-pembuluh kapiler. Ke
dalam pembuluh-pembuluh
kapiler ini zat-zat yang
dihasilkan kelenjar endokrin
dialirkan. Zat-zat yang
dihasilkan disekresikan langsung
ke dalam pembuluh darah
yang melewati sel-sel kelenjar
endokrin itu sendiri.
Buatlah generalisasi dari
paragraf diatas!
Kesimpulan
Membuat
induksi dan
mempertim-
bangkan hasil
induksi
Membuat
generalisasi C5 20.
Perhatikan pernyataan berikut
ini:
a. Hormon FSH dan LH
merupakan hormon yang
disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di
bagian dalam hipotalamus
b. Hormon ini bersifat
berlawanan satu sama lainnya
dan berperan penting terhadap
proses fungsi gonad
Buatlah generalisasi dari
Hormon FSH dan LH
merupakan hormon yang
disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di
bagian dalam hipotalamus
dan bersifat berlawanan satu
sama lainnya juga berperan
penting terhadap proses
fungsi gonad
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
178
pernyataan diatas!
Kesimpulan
Membuat dan
mempertimban
gkan nilai
Penerapan
prinsip-prinsip C5 21.
Hormon bekerja atas perintah
dari sistem saraf. Sistem yang
mengatur kerjasama antara
saraf dan hormon terdapat pada
daerah hipotalamus. Daerah
hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Di
bagian dasar hipotalamus otak,
terdapat kelenjar hipofisis yang
berbentuk oval yang ukurannya
hanya sebesar kacang dan
memiliki berat 0,5 gram. Inilah
kelenjar yang disebut sebagai
master of gland, karena banyak
menghasilkan hormon-hormon
dan merangsang kerja kelenjar
lainnya.
Menurut anda,bagaimana contoh
hubungan antara sistem saraf
dengan sistem endokrin (dalam
hal ini kelenjar hipofisis) dalam
penerapan di kehidupan sehari-
hari?
Sistem endokrin berinteraksi
dengan sistem saraf berfungsi
untuk mengatur aktivitas
tubuh seperti metabolism,
homeostasis (keseimbangan
tubuh), pertumbuhan,
perkembangan seksual dan
siklus reproduksi, siklus tidur,
dan siklus nutrisi. Misalkan
ketika menghadapi situasi
yang menegangkan. Sistem
saraf menerjemahkan
rangsangan yang menegang-
kan tersebut dan
memerintahkan kelenjar
hipofifsis untuk mengeluar-
kan hormon endorphin untuk
meresponnya. Selain itu
merangsang kelenjar-kelenjar
lain, seperti adrenalin dan
pancreas untuk mengeluarkan
hormon-hormonnya. Maka,
kenapa ketika sedang
menghadapi situasi yang
menegangkan pada umum
responnya hampir sama.
Misalnya berkeringat dingin,
pucat, perut bergejolak/sakit
perut, gemeteran, dan lainnya.
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
179
Membuat
penjelasan
lebih lanjut
Mengidentifi-
kasi istilah
Mengklasifikasi
dan memberikan
contoh
C5 22.
Dalam perkembangannya,
hormon FSH dan LH dapat
dibuat secara sintetik untuk
mengatur reproduksi seseorang.
Dengan adanya suntik hormon,
seseorang dapat menunda atau
memajukan waktu fertilenya
(waktu subur) untuk berbagai
keperluan. Termasuk hormon
yang mempengaruhi apakah
FSH dan LH? Sebutkan contoh
hormon lain yang fungsinya
secara umum sama dengan
kedua hormon tersebut!
FSH dan LH termasuk
hormon-hormon yang
mempengaruhi sistem
reproduksi, atau dalam hal
ini mempengaruhi gonad
(ovarium ataupun sperma).
Contoh lainnya yang masih
mempunyai fungsi yang
hampir mirip ialah hormon
estrogen dan progesteron
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
Membuat
penjelasan
lebih lanjut
Mengidentifi-
kasi asumsi
Alasan yang
tidak dinyatakan C4 23.
Pheromone (telehormone;
ectohormone) adalah juga
semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam
pembuluh darah, tetapi keluar
tubuh species yang
menghasilkan zat tersebut.
Pheromon adalah suatu zat
yang bersifat penarik
perhatian dari jenis seks yang
berlawanan (sex attractants).
Hormon ini dihasilkan oleh
hewan insect betina yang
melalui mekanisme neurologis
akan mempunyai daya tarik
terhadap dirinya oleh insect
Feromon adalah salah satu
hormon yang dihasilkan oleh
neuron di hypothalamus.
Karena secara histologis-
morfologis neuron dari
hipothalamus tidak sama
dengan kelenjar endokrin
pada umumnya, maka hormon
yang dihasilkan oleh neuron
hipothalamus ini diberi nama
hormon neuron
(neurohormone atau
neurosecretion).Olehkarena
itu, mekanisme kerjanya tidak
sepenuhnya melalui
pembuluh darah. dan karena
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
180
jantan. Berikan analisismu
mengenai feromon yang
termasuk hormona padahal
tidak diedarkan ke peredaran
darah!
itu pula feromon bukanlah
termasuk sistem endokrin,
kerena memiliki mekanisme
kerja dan disekresikannya
bukan dari kelenjar endokrin
Strategi dan
taktik
Memutuskan
suatu tindakan
Menyeleksi
kriteria untuk
membuat solusi
C5 24.
Hormon pertumbuhan (GH)
yang dihasilkan belakangan ini,
telah membantu ratusan anak
yang menderita kekerdilan
pituitary untuk tumbuh secara
normal dan mencapai tinggi
badan di dalam kisaran normal.
Sekarang saat hormon itu
begitu mudahnya tersedia dan
relatif murah, banyak orangtua
yang merasa bahwa anak-anak
mereka tidak tumbuh cukup
cepat ingin menggunakan GH
untuk membuat anak-anaknya
tumbuh lebih cepat dan lebih
tinggi. Namun, terdapat potensi
adanya pengaruh yang
berbahaya, seperti pengurangan
lemak tubuh dan peningkatan
massa otot. Dan masih belum
diketahui apakah suntikan GH
akan mempunyai pengaruh
jangka panjang yang secara
serius membahayaan pada
individu yang tidak mempunyai
kondisi hipopituitari. Kriteria
Kriteria dalam pemanfaatan
teknologi GH secara buatan
ialah jika defisiensi/
kekurangan hormon GH nya
bukan disebabkan oleh
genetic, (bukan secara
keturunan tidak mempunyai
kelainan GH). Dalam hal ini
berarti dengan merangsang
hormon GH yang berasal
dari luar tubuh.
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
181
apa menurut anda yang
menentukan kasus mana yang
dapat diatasi dengan
pengobatan GH atau terapi
hormon lain?
Strategi dan
taktik
Memutuskan
suatu tindakan
Menyeleksi
kriteria untuk
membuat solusi
C6 25.
Buatlah kesimpulan mengenai
karakteristik hormon yang anda
ketahui berdasarkan pada:
- Kelenjar-kelenjar yang
mensekresikan hormon
- Respon terhadap tubuh
- Peranan
- Cara kerja hormon
Hormon dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar Hipofisis
(pituitary)
- Hipofisis lobus anterior :
GH, TSH, ACTH,
gonadotropin
- Hipofisis lobus intermedia
: Endorphin, MSH
- Hipofisis lobus posterior :
ADH, oksitosin
- Tiroid : Tiroksin
- Paratiroid : Parathormon
(PTH)
- Adrenal : Adrenalin,
noradrenalin
- Pancreas : Glukagon,
insulin, somatostatin,
polipeptida pancreas
- Timus : Timosin
- Ovarium : Estrogen,
progesterone
- Testis : Testosteron Hormon direspon oleh tubuh
lebih lambat jika
dibandingkan dengan sistem
hormon, namun lebih berefek
a. Benar dan
lengkap skor 3
b. Benar
namun kurang
lengkap skor 2
c.
Mengerjakan
namun kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
182
untuk jangka panjang.
Peran hormon sangat banyak,
utamanya untuk memacu
pertumbuhan dan
perkembangan tubuh,
metabolism, tingkah laku,
reproduksi dan mengatur
homeostasis tubuh.
Cara kerja hormon pada
umumnya diatur oleh kerja
sistem saraf, setelah
disekresikan hormon mencari
sel targetnya melalui
pembuluh darah
183
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas, Reabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
dengan Software Anates
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 23.27
Simpang Baku= 6.86
Korelasi XY= 0.62
Reliabilitas Tes= 0.76
No.Urut No. Subyek Kode/NamaSubyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 A 17 12 29
2 2 B 7 3 10
3 3 C 16 19 35
4 4 D 10 2 12
5 5 E 2 5 7
6 6 F 6 2 8
7 7 G 15 14 29
8 8 H 10 9 19
9 9 I 10 8 18
10 10 J 13 12 25
11 11 K 12 11 23
12 12 L 12 14 26
13 13 M 8 13 21
14 14 N 12 12 24
15 15 O 13 16 29
16 16 P 13 13 26
17 17 Q 17 14 31
18 18 R 13 9 22
19 19 S 9 11 20
20 20 T 10 10 20
184
21 21 U 12 11 23
22 22 V 13 9 22
23 23 W 14 18 32
24 24 X 15 12 27
25 25 Y 17 9 26
26 26 Z 11 13 24
27 27 AA 13 15 28
28 28 BB 15 14 29
29 29 CC 16 10 26
30 30 DD 14 13 27
KELOMPOK UNGGUL & ASOR
======================
Kelompok Unggul
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5
1 3 C 35 3 1 2 1 3
2 23 W 32 2 1 3 2 0
3 17 Q 31 1 2 0 0 0
4 1 A 29 2 3 3 0 0
5 7 G 29 1 0 2 3 0
6 15 O 29 1 0 1 3 1
7 28 BB 29 2 1 2 1 0
8 27 AA 28 1 2 2 2 0
Rata2 Skor 1.63 1.25 1.88 1.50 0.50
Simpang Baku 0.74 1.04 0.99 1.20 1.07
6 7 8 9 10
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyekSkor 6 7 8 9 10
1 3 C 35 3 1 2 1 3
2 23 W 32 2 0 2 1 2
185
3 17 Q 31 1 2 1 2 3
4 1 A 29 0 0 0 0 0
5 7 G 29 1 0 0 2 1
6 15 O 29 1 2 1 1 2
7 28 BB 29 1 0 1 0 1
8 27 AA 28 1 0 2 3 1
Rata2 Skor 1.25 0.63 1.13 1.25 1.63
Simpang Baku 0.89 0.92 0.83 1.04 1.06
11 12 13 14 15
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15
1 3 C 35 2 1 2 2 0
2 23 W 32 1 2 1 0 2
3 17 Q 31 0 1 2 1 2
4 1 A 29 1 1 2 2 3
5 7 G 29 2 2 1 1 3
6 15 O 29 2 0 1 1 0
7 28 BB 29 2 2 1 1 3
8 27 AA 28 0 2 3 1 0
Rata2 Skor 1.25 1.38 1.63 1.13 1.63
Simpang Baku 0.89 0.74 0.74 0.64 1.41
16 17 18 19 20
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 16 17 18 19 20
1 3 C 35 0 0 2 2 3
2 23 W 32 2 1 2 1 0
3 17 Q 31 1 3 0 0 1
4 1 A 29 1 3 2 3 3
5 7 G 29 2 0 2 1 1
6 15 O 29 2 1 1 1 2
7 28 BB 29 2 1 1 2 1
186
8 27 AA 28 1 1 2 0 0
Rata2 Skor 1.38 1.25 1.50 1.25 1.38
Simpang Baku 0.74 1.16 0.76 1.04 1.19
21 22 23 24 25
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 21 22 23 24 25
1 3 C 35 0 0 0 1 0
2 23 W 32 0 1 1 2 1
3 17 Q 31 2 1 1 2 2
4 1 A 29 0 0 0 0 0
5 7 G 29 0 0 3 1 0
6 15 O 29 0 0 0 3 2
7 28 BB 29 1 2 1 0 0
8 27 AA 28 2 1 1 0 0
Rata2 Skor 0.63 0.63 0.88 1.13 0.63
Simpang Baku 0.92 0.74 0.99 1.13 0.92
KelompokAsor
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 1 2 3 4 5
1 19 S 20 2 1 1 0 0
2 20 T 20 1 0 1 2 1
3 8 H 19 2 0 0 1 2
4 9 I 18 1 2 0 0 0
5 4 D 12 3 0 2 0 3
6 2 B 10 0 0 0 0 0
7 6 F 8 2 1 1 0 0
8 5 E 7 0 0 1 2 1
Rata2 Skor 1.38 0.50 0.75 0.63 0.88
Simpang Baku 1.06 0.76 0.71 0.92 1.13
187
6 7 8 9 10
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10
1 19 S 20 0 1 2 1 1
2 20 T 20 0 1 1 1 0
3 8 H 19 1 0 1 0 1
4 9 I 18 0 0 0 1 1
5 4 D 12 0 0 2 0 0
6 2 B 10 0 0 0 0 0
7 6 F 8 0 1 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.13 0.38 0.75 0.38 0.38
Simpang Baku 0.35 0.52 0.89 0.52 0.52
11 12 13 14 15
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15
1 19 S 20 0 0 0 0 0
2 20 T 20 0 0 1 1 1
3 8 H 19 0 1 2 1 1
4 9 I 18 0 2 1 1 0
5 4 D 12 1 0 0 0 0
6 2 B 10 0 0 0 2 1
7 6 F 8 0 0 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.13 0.38 0.50 0.63 0.38
Simpang Baku 0.35 0.74 0.76 0.74 0.52
16 17 18 19 20
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20
1 19 S 20 1 1 2 1 1
2 20 T 20 2 0 0 0 1
3 8 H 19 0 0 1 0 1
188
4 9 I 18 1 2 0 1 1
5 4 D 12 0 0 0 0 0
6 2 B 10 0 1 1 0 0
7 6 F 8 0 0 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.50 0.50 0.50 0.25 0.50
Simpang Baku 0.76 0.76 0.76 0.46 0.53
21 22 23 24 25
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 21 22 23 24 25
1 19 S 20 0 1 1 2 1
2 20 T 20 1 2 1 1 1
3 8 H 19 2 1 1 0 0
4 9 I 18 1 0 1 0 2
5 4 D 12 0 0 1 0 0
6 2 B 10 3 0 2 0 0
7 6 F 8 1 0 0 1 1
8 5 E 7 0 3 0 0 0
Rata2 Skor 1.00 0.88 0.88 0.50 0.63
Simpang Baku 1.07 1.13 0.64 0.76 0.74
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek= 30
Klpatas/bawah (n)= 8
Butir Soal= 25
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
No NoBtrAsli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)
1 1 1.63 1.38 0.25 0.74 1.06 0.46 0.55 8.33
2 2 1.25 0.50 0.75 1.04 0.76 0.45 1.66 25.00
189
3 3 1.88 0.75 1.13 0.99 0.71 0.43 2.61 37.50
4 4 1.50 0.63 0.88 1.20 0.92 0.53 1.64 29.17
5 5 0.50 0.88 -... 1.07 1.13 0.55 -... -12.50
6 6 1.25 0.13 1.13 0.89 0.35 0.34 3.33 37.50
7 7 0.63 0.38 0.25 0.92 0.52 0.37 0.67 8.33
8 8 1.13 0.75 0.38 0.83 0.89 0.43 0.87 12.50
9 9 1.25 0.38 0.88 1.04 0.52 0.41 2.14 29.17
10 10 1.63 0.38 1.25 1.06 0.52 0.42 3.00 41.67
11 11 1.25 0.13 1.13 0.89 0.35 0.34 3.33 37.50
12 12 1.38 0.38 1.00 0.74 0.74 0.37 2.69 33.33
13 13 1.63 0.50 1.13 0.74 0.76 0.38 3.00 37.50
14 14 1.13 0.63 0.50 0.64 0.74 0.35 1.44 16.67
15 15 1.63 0.38 1.25 1.41 0.52 0.53 2.36 41.67
16 16 1.38 0.50 0.88 0.74 0.76 0.38 2.33 29.17
17 17 1.25 0.50 0.75 1.16 0.76 0.49 1.53 25.00
18 18 1.50 0.50 1.00 0.76 0.76 0.38 2.65 33.33
19 19 1.25 0.25 1.00 1.04 0.46 0.40 2.49 33.33
20 20 1.38 0.50 0.88 1.19 0.53 0.46 1.90 29.17
21 21 0.63 1.00 -... 0.92 1.07 0.50 -... -12.50
22 22 0.63 0.88 -... 0.74 1.13 0.48 -... -8.33
23 23 0.88 0.88 0.00 0.99 0.64 0.42 0.00 0.00
24 24 1.13 0.50 0.63 1.13 0.76 0.48 1.30 20.83
25 25 0.63 0.63 0.00 0.92 0.74 0.42 0.00 0.00
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 25
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran (%) Tafsiran
1 1 50.00 Sedang
190
2 2 29.17 Sukar
3 3 43.75 Sedang
4 4 35.42 Sedang
5 5 22.92 Sukar
6 6 22.92 Sukar
7 7 16.67 Sukar
8 8 31.25 Sedang
9 9 27.08 Sukar
10 10 33.33 Sedang
11 11 22.92 Sukar
12 12 29.17 Sukar
13 13 35.42 Sedang
14 14 29.17 Sukar
15 15 33.33 Sedang
16 16 31.25 Sedang
17 17 29.17 Sukar
18 18 33.33 Sedang
19 19 25.00 Sukar
20 20 31.25 Sedang
21 21 27.08 Sukar
22 22 25.00 Sukar
23 23 29.17 Sukar
24 24 27.08 Sukar
25 25 20.83 Sukar
191
Lampiran 7. Instrumen Penelitian
PRE –TEST
MATERI SISTEM ENDOKRIN
Nama :
Kelas :
Bacalah dengan seksama. Lalu kerjakanlah soal-soal dibawah ini.
1. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung
dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun,
transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada
jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul
organic kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmitter tunggal
dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini
tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta
pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmitter berikatan
dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan
mengubah permeabilitas membrane sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik
tersebut berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam
neurotransmitter ,misalnya asetilkolin, asam amino, neuropeptida, dan masih
banyak lainnya.
Berdasarkan kutipan tersebut tentang sistem saraf, mengapa komunikasi
neurotransmitter berlangsung sangat cepat?
2. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi
kearah tenunan pengikat. Sel-selepitel yang telah berproliferasi ini akhirnya
di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin.
Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi kedalam tenunan
pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana
mereka berasal. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh
kapiler. Kedalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan
kelenjar endokrin dialirkan. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar
Jawaban
192
endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan kepermukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga
disebut kelenjar tanpa saluran (ductless gland).
Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang
dilakukan kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
kepermukaan!
3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon memiliki
fungsi yang membantu pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup
sesuatu organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan
dengan hormone adalah bahwa hormone merupakan zat kimia organik. Zat
ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam
jumlah yang sangat sedikit. Sekresi hormon yang terlalu sedikit ataupun
banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam metabolism, pertumbuhan dan
perkembangan. Selanjutnya hormone dihasilkan oleh sel hidup yang sehat
dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran,
maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan kedalam pembuluh
darah.
Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristik hormon yang mempunyai
efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat
sedikit?
4. Berdasarkan kutipan pada nomer 1 dan 3, apakah perbedaan yang mencolok
tentang komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada system
saraf? Mengapa?
Jawaban
Jawaban
193
5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel
yang sehat. Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran
darah, CO2 akan bekerja pula pada pusat pernapasan di medula
oblongata dan akan merangsang pernapasan.
b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang
mengalami kerusakan namun diedarkan keseluruh tubuh. Zat ini
berkemampuan untuk menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel
yang luka dengan tujuan untuk membasmi mikroorganisme yang
mungkin masuk di daerah sel-sel yang mengalami perlukaan.
c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon ,
yang kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam
plasma darah menjadi Angiotensin
Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan
dari ketiga pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon?
Jelaskan pendapatmu!
6. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
1
2
3
4
5
6
7
Jawaban
Jawaban
194
No Kelenjar Hormon yang dihasilkan Peranan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7. Berdasarkan wacana pada nomer 1, 2 dan 3 isilah perbedaan antara system
saraf dengan sistem hormon dibawah ini!
Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Hormon
Sekresi
Pengaturan terhadap efek
yang akan terjadi
Respons terhadap hasil
sekretnya
Aksi/proses berlangsung
secara
Komunikasi
8. Perhatikan gambar dibawah ini!
195
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari
meningkat, apa yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan
dinding endometrium?
b. Pada kondisi uterus dan hormon estrogen –progesteron yang
bagaimanakah tahap ovulasi terjadi?
9. Perhatikan pernyataan berikut ini:
a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus
b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting
terhadap proses fungsi gonad
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas!
10. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur
kerjasama antara saraf dan hormone terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah
hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine
control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang
berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5
gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak
menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.
Menurut anda, bagaimana contoh hubungan antara system saraf dengan
system endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari?
Jawaban
Jawaban
Jawaban
196
11. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik
untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon,
seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur)
untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah
FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum
sama dengan kedua hormon tersebut!
12. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan belakangan ini, telah membantu
ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal
dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormone
itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa
bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH
untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun,
terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak
tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah
suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius
membahayakan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari.
Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi
dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Jawaban
Jawaban
197
Lampiran 8
KUNCI JAWABAN SOAL INSTRUMEN
1. Komunikasi neurotransmitter sangatlah cepat, karena mengikuti efek kerja
sistem saraf juga sangat cepat. Neurotransmitter berperan sebagai penghubung
sinaps antar neuron atau antar glia. Neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah
permeabilitas membrane sel pasca sinaptik. Kerja neurotransmitter sangat
dipengaruhi oleh keberadaan reseptor di sel pasca sinaptik serta model kerja
reseptor tersebut.
2. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran yang bias menjadi tempat
menyalurkan zat-zat yang dihasilkan (hormon) kepermukaan tubuh. Oleh
karena itu, kelenjar-kelenjar endokrin hormone dialirkan keseluruh tubuh
menuju ke sel-sel target yang ada di dalam tubuh. Hormon-hormon tersebut
disekresikan langsung kedalam pembuluh darah yang melewati sel-sel
kelenjar endokrin itu sendiri, maka kelenjar endokrin biasa juga disebut
kelenjar yang menghasilkan zat-zatnya kedalam tubuh (glands of internal
secretion). Hasil penelitian juga membuktikan bahwa, sel- target dan kelenjar
endokrin bukan hanya memiliki satu sel target, namun ada juga suatu hormon
yang mempengaruhi beberapa sel-sel target.
3. Di dalam tubuh manusia, hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan makromolekul organik, seperti protein, karbohidrat, lemak
dan mineral atau neurotransmitter seperti asetil kolin, efinefrin dan lainnya
dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan mereka dalam
menjalankan perannya masing-masing. Walau begitu, kekurangan
(hiposekresi) ataupun kelebihan (hipersekresi) hormone dalam tubuh akan
mengganggu homeostasis, metabolism juga perkembangan dan pertumbuhan
serta berdampak jangka panjang. Misalnya kelebihan hormon GH akan
membuat pertumbuhan (baik secara tinggi dan berat) seseorang menjadi
berlebih, atau yang disebut sebagai akromegali.
198
4. Hormon dan neurotransmitter merupakan zat kimia organik yang dihasilkan
oleh sel-sel hidup. Keduanya sama-sama dibutuhkan tubuh dalam jumlah
yang sedikit. Perbedaannya adalah pada cara komunikasi yang
dilakukannya. Neurotransmitter membantu terhubungnya sinaps pada antar
neuron atau antar glia, sehingga berlangsung sangat cepat. Sedangkan
hormone menggunakan perantara peredaran darah untuk membantu mencari
sel target yang tersebar di seluruh tubuh. Oleh karena itu system endokrin
berlangsung lebih lambat namun berefek lebih lama / jangkapanjang.
5. - Pernyataan b (leucotaxin) bukan merupakan hormon, karena berasal dari sel-
sel yang rusak. Sedangkan dalam kutipan pada nomer 3, dikatakan bahwa
suatu hal dikatakan sebagai hormon apabila dihasilkan oleh sel hidup yang
sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Leucotaxin oleh karenanya tidak
dikatagorikan sebagai hormon, meskipun zat ini termasuk zat organic dan
langsung dihantar masuk kedalam pembuluh darah. Leucotaxin termasuk
katagori parahormon atau biasajugadisebut pseudo-hormon.
- Pernyataan c (renin) merupakan hormon, atau lebih tepatnya termasuk
hormon jenis prohormon, yaitu hormon yang diaktifkan diluar kelenjar
sekresinya (ginjal)
- Sedangkan jawaban yang a (karbondioksida) bukanlah hormon. Meskipun
CO2 memenuhi sebagian besar criteria dari hormon, CO2 bukan zat organic
dan tidak pula dihasilkan oleh sebuah kelenjar endokrin. Oleh karenanya
CO2 tidak dapat dikatagorikan ke dalam hormon.
6. Kelenjar, fungsi dan peranan sistem endokrin
N
o
Kelenjar Fungsi Peranan
1. Hipofisis Sekresi GH, TSH,
ACTH, FSH, LH,
Endomorfin, MSH,
ADH, dll
Master of glands,
mempengaruhi kelenjar
lainnya
2. Pancreas Sekresi hormon insulin,
glucagon. somatostatin
Mengatur kadar glukosa
dalam darah
3. Testis Sekresi hormon
Testosterone
Membantu pemasakan
spermatozoa
4. Ovarium Sekresi hormone Mempengaruhi
199
Estrogen dan progeste-
ron
pemasakan ovum
5. Adrenal Sekresi hormon
adrenalin, noradrenalin,
aldosterone,
glukokortikoid,
gonadokortikoid
Mempengaruhi frekuensi
tekanan jantung,
konsumsi oksigen, dll
6. Tiroid Sekresi hormone
tiroksin
Meningkatkan laju
metabolime sel,
menstimulasi konsumsi
oksigen, dll
7. Paratiroid Sekresi hormone
parathormon (PTH)
Mengendalikan
keseimbangan kalsium
dan fosfat dalam tubuh
8. Timus Sekresi hormon timosin Sistem imun
7. Perbedaan antara sistem saraf dan sistem hormon
Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Endokrin
Sekresi Neurotransmitter Hormon
Pengaturan
terhadap efek
yang akan terjadi
Jangka pendek Jangka panjang
Respons terhadap
hasil sekretnya… Langsung Tidak langsung
Aksi/
Proses
berlangsung
secara…
Cepat Lambat
Komunikasi Sinaps Sistem sirkulasi
8. a) Hormon estrogen sedang dalam masa optimal, sehingga merangsang
produksi hormon progesterone agar meningkat. Dinding endometrium
semakin menebal
b) Pada tahap ovulasi, hormon estrogen berada dalam kondisi
optimalnyasehingga merangsang hormon progesterone untuk meningkat
juga kadarnya. Sehingga berefek pada uterus yang mengalami penebalan
pada dinding endometrium
200
9. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus dan bersifat berlawanan
satu sama lainnya juga berperan penting terhadap proses fungsi gonad
10. Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf berfungsi untuk mengatur
aktivitas tubuh seperti metabolism, homeostasis (keseimbangan tubuh),
pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, dan
siklus nutrisi. Misalkan ketika menghadapi situasi yang menegangkan. Sistem
saraf menerjemahkan rangsangan yang menegangkan tersebut dan
memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon endorphin
untuk meresponnya. Selain itu merangsang kelenjar-kelenjar lain, seperti
adrenalin dan pankreas untuk mengeluarkan hormon-hormonnya. Maka,
kenapa ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan pada umum
responnya hampir sama. Misalnya berkeringat dingin, pucat, perut
bergejolak/sakit perut, gemetaran, dan lainnya.
11. FSH dan LH termasuk hormon-hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi,
atau dalam hal ini mempengaruhi gonad (ovarium ataupun sperma). Contoh
lainnya yang masih mempunyai fungsi yang hampir mirip ialah hormon
estrogen dan progesteron.
12. Kriteria dalam pemanfaatan teknologi GH secara buatan ialah jikadefisiensi/
kekurangan hormon GHnya bukan disebabkan oleh genetik, (bukan secara
keturunan tidak mempunyai kelainan GH). Dalam hal ini berarti dengan
merangsang hormon GH yang berasal dari luar tubuh.
201
Lampiran 9.
Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol
Responden
Nomer butir soal
Total Pembulatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 3 2 1 0 0 2 0 1 0 2 0 0 11 30,55
B 2 2 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8 22,22
C 1 2 2 3 2 1 0 0 1 1 2 3 18 50
D 1 0 2 0 2 0 1 1 0 0 2 1 10 27,77
E 0 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 2 16 44,44
F 2 2 1 0 2 3 0 0 0 2 2 0 14 38,88
G 1 0 3 0 1 1 0 0 1 2 0 2 11 30,55
H 2 0 2 3 2 1 0 1 2 0 1 2 16 44,44
I 0 2 0 1 0 2 0 3 2 2 0 1 13 36,11
J 2 0 2 0 1 0 1 1 0 3 2 3 15 41,66
K 2 2 1 2 0 2 2 0 2 1 3 2 19 52,77
L 3 2 2 0 2 0 1 2 1 0 3 1 17 47,22
M 2 2 2 0 0 1 0 1 2 1 1 2 14 38,88
N 2 0 2 2 3 1 2 2 2 2 1 0 19 52,77
O 2 1 2 0 0 1 0 2 0 1 2 0 11 30,55
P 3 1 2 1 2 2 2 1 0 2 0 3 19 52,77
Q 2 0 1 2 0 1 0 2 0 3 0 2 13 36,11
R 2 1 0 2 0 2 0 0 1 1 1 0 10 27,77
S 1 2 0 2 2 1 0 3 2 0 1 2 16 44,44
T 1 1 2 2 1 0 2 0 1 2 2 3 17 47,22
U 2 1 0 1 1 1 0 2 0 1 2 1 12 33,33
V 1 2 0 2 0 1 0 0 1 2 1 0 10 27,77
W 2 0 1 0 2 2 1 0 0 2 2 0 12 33,33
X 1 2 1 1 0 2 0 2 0 0 0 0 9 25
Y 2 1 0 1 0 0 1 2 0 1 0 2 10 27,77
Z 2 1 1 0 0 1 2 2 1 0 2 2 14 38,88
AA 2 3 2 1 2 0 1 0 0 0 1 2 14 38,88
BB 3 2 1 2 0 1 1 0 1 0 2 3 16 44,44
CC 1 2 0 2 2 0 0 1 0 1 1 0 10 27,77
DD 3 2 0 1 0 0 2 0 1 1 1 0 11 30,55
202
EE 2 2 1 1 2 0 0 2 0 0 2 2 14 38,88
FF 2 1 1 0 1 0 2 3 0 2 0 1 13 36,11
GG 2 1 1 1 0 1 0 2 0 0 0 0 8 22,22
HH 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 16,66
II 1 1 1 0 2 1 0 2 0 2 1 0 11 30,55
JJ 2 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7 19,44
KK 3 2 2 1 1 2 0 2 1 0 1 3 18 50
LL 2 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 19,44
MM 2 0 1 2 1 0 0 0 1 0 3 0 10 27,77
NN 2 3 2 1 1 2 2 0 0 1 0 2 16 44,44
OO 3 1 2 2 2 1 2 0 2 1 1 2 19 52,77
PP 2 1 1 0 2 0 0 2 0 1 1 1 11 30,55
Jumlah 78 55 54 43 41 39 27 44 26 43 45 50 545 1513,88
Indikator
% 46,74 28,99 30,62 36,6 40,7
Nilai
Tertinggi 52,77
Nilai
Terendah 16,66
Rata-rata
36,04
203
Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen
Responden
Nomer Butir Soal
Total Pembulatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 1 1 0 2 0 2 1 0 1 2 0 12 33,33
B 3 2 3 1 1 2 2 1 1 0 2 2 20 55,55
C 2 1 1 2 0 0 1 0 2 0 2 1 12 33,33
D 3 2 1 2 1 0 1 1 0 0 1 1 13 36,11
E 2 1 1 2 0 1 0 0 2 0 0 0 9 25
F 2 1 2 3 2 0 0 1 0 1 1 2 15 41,66
G 3 2 2 1 0 1 2 0 1 2 2 2 18 50
H 2 2 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 16 44,44
I 3 2 1 1 0 2 1 0 1 0 2 2 15 41,66
J 2 2 2 1 2 3 2 0 0 1 2 3 20 55,55
K 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 19 52,77
L 3 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 21 58,33
M 2 1 1 0 1 0 0 2 0 3 2 2 14 38,88
N 1 2 1 1 1 2 1 2 0 0 0 0 11 30,55
O 2 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 2 12 33,33
P 1 0 1 2 0 1 2 0 1 1 2 0 11 30,55
Q 2 2 1 3 0 0 1 2 1 0 1 2 15 41,66
R 3 2 2 1 2 0 3 0 0 0 1 2 16 44,44
S 2 2 2 1 0 1 2 2 0 3 2 1 18 50
T 1 1 2 0 0 2 1 0 1 0 0 0 8 22,22
U 0 0 2 1 2 1 0 2 0 1 0 0 9 25
V 0 1 2 1 0 2 0 1 1 0 0 0 8 22,22
W 3 2 1 0 2 1 0 3 0 2 1 1 16 44,44
X 2 1 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 8 22,22
Y 1 1 2 1 1 2 2 0 0 0 0 0 10 27,77
Z 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 20 55,55
AA 2 1 2 0 0 0 2 1 0 0 0 0 8 22,22
BB 1 1 2 0 1 0 1 2 0 0 2 0 10 27,77
CC 3 2 1 2 0 1 0 1 2 0 0 0 12 33,33
DD 1 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 8 22,22
EE 2 2 2 1 0 1 0 2 1 1 0 0 12 33,33
204
FF 1 1 1 2 0 2 1 0 0 0 0 0 8 22,22
GG 2 1 1 2 1 2 0 1 1 2 2 2 17 47,22
HH 1 2 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 8 22,22
II 2 3 1 2 0 1 1 0 2 0 1 2 15 41,66
JJ 1 1 1 2 1 2 1 1 0 0 0 0 10 27,77
KK 2 3 2 0 1 0 1 1 1 1 2 2 16 44,44
LL 2 1 2 0 1 2 2 2 1 2 0 0 15 41,66
MM 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 2 1 11 30,55
NN 3 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 22 61,11
OO 2 1 1 1 0 1 2 2 1 0 1 0 12 33,33
PP 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 20 55,55
Ʃ 81 64 63 50 30 44 46 45 28 32 46 41 570 1583,33
Indikator % 52,44 32,52 28,45 37,4 33,3
Nilai
tertinggi 61,11
Nilai
terendah 22,22
Rata-rata
37,69
205
Lampiran 10
Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol
Responden
Nomer butir soal
Total Pembulatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 2 0 3 1 2 1 0 3 0 1 2 17 47,22
B 3 0 2 3 1 2 2 0 3 1 0 0 17 47,22
C 3 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 2 27 75
D 1 2 1 3 0 0 0 1 0 1 2 2 13 36,11
E 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2 0 0 19 52,77
F 2 2 1 2 1 3 3 1 2 1 2 2 22 61,11
G 1 3 3 3 3 2 0 0 0 0 1 3 19 52
H 2 2 2 3 3 2 2 2 3 0 1 3 25 69,44
I 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 28 77,77
J 1 2 2 3 1 2 2 2 0 0 1 0 16 44,44
K 2 2 2 3 3 0 2 0 2 0 1 2 19 52,77
L 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 0 0 26 72,22
M 3 3 3 3 2 3 3 0 1 1 1 3 26 72,22
N 2 2 2 3 3 2 2 1 3 0 2 2 24 66,66
O 2 3 2 2 2 0 0 1 1 0 0 2 15 41,66
P 2 3 2 3 2 3 2 2 1 0 1 2 23 63,88
Q 2 1 3 3 1 2 1 2 2 1 1 1 20 55,55
R 1 2 2 3 0 2 0 2 2 0 1 2 17 47,22
S 1 2 1 3 3 2 2 1 2 1 0 2 20 55,55
T 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 0 20 55,55
U 2 2 1 2 0 2 2 1 1 1 2 2 18 50
V 3 2 2 3 3 1 0 0 3 2 2 2 23 63,88
W 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 1 2 8 22,22
X 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 0 2 23 63,88
Y 3 2 1 3 3 3 3 2 2 0 1 2 25 69,44
Z 3 2 2 3 3 2 0 3 2 0 2 1 23 63,88
AA 1 2 2 3 2 2 1 0 2 0 1 0 16 44,44
BB 2 2 2 3 3 3 3 1 2 1 2 1 25 69,44
CC 3 0 2 3 1 2 3 0 3 0 0 3 20 55,55
DD 3 2 2 3 1 0 0 1 2 0 1 2 17 47,22
EE 3 3 1 3 3 2 0 0 2 0 1 2 20 55,55
206
FF 1 2 2 3 1 1 1 2 3 0 2 0 18 50
GG 2 2 2 3 3 2 2 1 2 0 0 2 21 58,33
HH 2 2 3 2 3 0 0 0 2 0 2 2 18 50
II 2 2 2 3 1 2 2 3 1 1 1 2 22 61,11
JJ 2 2 2 3 2 0 0 1 2 0 2 0 16 38,88
KK 2 3 2 3 3 3 2 2 3 0 1 2 26 72,22
LL 2 3 2 3 0 0 3 1 2 0 1 2 19 50
MM 2 2 2 3 3 0 0 0 2 0 2 2 18 44,44
NN 1 2 2 3 3 3 2 2 2 0 1 3 24 66,66
OO 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 1 1 24 66,66
PP 1 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 2 23 63,88
Ʃ 82 84 79 118 87 76 63 54 78 23 47 69 860 2388,88
Indikator
% 73,78 61,25 42 38,2 56,1
Nilai
tertinggi 77,77
Nilai
terendah 22,22
Rata-rata
56,87
207
Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen
Responden
Nomer Butir Soal
Total Pembulatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 2 1 1 1 2 3 3 2 0 0 2 19 52,77
B 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 30 83,33
C 2 3 2 3 3 2 2 3 2 0 0 2 24 66,66
D 2 2 3 3 2 3 2 0 0 1 2 1 21 58,33
E 3 3 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 18 50
F 2 2 2 3 3 3 3 2 2 0 1 1 24 66,66
G 2 2 1 3 3 2 2 3 2 1 2 2 25 69,44
H 1 2 2 3 3 3 3 2 3 1 2 3 28 77,77
I 1 2 1 3 1 3 3 2 2 1 1 2 22 61,11
J 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 28 77,77
K 1 2 2 3 3 3 3 1 2 0 2 3 25 69,44
L 1 1 0 0 0 3 3 3 3 0 0 3 17 47,22
M 2 1 1 2 2 1 2 1 0 0 2 2 16 44,44
N 2 3 2 1 1 3 3 1 2 0 2 2 22 61,11
O 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 28 77,77
P 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 1 2 23 63,88
Q 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 32 88,88
R 2 1 1 3 3 3 3 1 2 0 2 2 23 63,88
S 3 2 2 3 3 3 2 2 3 0 0 3 26 72,22
T 1 1 2 3 1 0 1 1 2 0 0 3 15 41,66
U 2 2 3 3 2 3 3 2 2 0 1 3 26 72,22
V 2 2 2 3 3 3 2 0 3 0 2 2 24 66,66
W 2 2 2 3 3 3 3 2 3 0 0 3 26 72,22
X 2 2 2 3 3 3 2 0 2 0 2 2 23 63,88
Y 1 2 2 3 2 3 3 0 2 0 1 2 21 58,33
Z 2 2 2 3 3 3 3 3 1 0 1 2 25 69,44
AA 3 2 3 3 0 0 2 0 2 0 0 0 15 41,66
BB 2 2 2 3 2 3 2 0 2 1 1 2 22 61,11
CC 2 3 3 3 1 3 3 2 2 0 0 2 24 66,66
DD 1 1 2 2 2 0 2 2 0 0 0 0 12 33,33
EE 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 29 80,55
FF 2 2 1 3 3 3 3 1 2 0 1 2 23 63,88
GG 2 2 0 0 1 0 0 0 2 2 3 3 15 41,66
208
HH 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 22 61,11
II 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 28 77,77
JJ 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 0 2 18 50
KK 2 2 2 3 3 3 3 2 2 0 2 3 27 75
LL 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 30 83,33
MM 2 2 2 3 2 3 2 0 0 0 2 1 19 52,77
NN 2 2 2 3 3 3 3 3 2 0 1 3 27 75
OO 2 2 2 3 3 3 3 2 1 0 0 2 23 63,88
PP 3 2 2 3 3 3 2 3 3 1 2 2 29 80,55
Ʃ 84 82 79 112 95 106 102 69 82 21 51 91 974 2705,55
Indikator
% 72,56 82,11 46,61 41,5 74
Nilai
tertinggi 88,88
Nilai
terendah 33,33
Rata-rata
64,41
209
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E
OLEH GURU
Materi : Sistem Endokrin
Sub Materi : Karakteristik Sistem Endokrin dan Perbedaan dengan Sistem
Saraf
Pertemuanke- : 1 (Pertama)
Alokasiwaktu : 90 Menit
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E.
Dengan Kriteria :
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
N
o
Tahap
Learning
Cycle 7E
Indikator
Pencapaian
Tahap Learning
Cycle 7E
Kegiatan Guru
Penilaian
Keterlaksanaan
1 2 3 4
1. Tahap Elicit Mengetahui
pengetahuan
siswa terhadap
materi yang akan
dipelajari
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
untuk menggali
pengetahuan siswa
terhadap materi yang
akan dipelajari
h √
2. Tahap
Engegement
- Siswa dan guru
saling
memberikan
informasi dan
pengalaman
tentang
pertanyaan-
pertanyaan pada
tahap elicit
- Memberikan
motivasi agar
memunculkan
minat dan
perhatian siswa
Memberikan informasi
awal untuk menarik
minat dan motivasi
siswa tentang materi
yang akan dibahas
√
Mengaitkan topik yang
dibahas dengan
pengetahuan yang
sudah diketahui siswa
atau berdasarkan
pengalamannya
√
Melaskukan Tanya
jawab seputar
pengetahuan yang
√
210
untuk belajar sudah diketahui siswa
atau pengalamannya
tersebut
3. Tahap
Exploration
Siswa
memperoleh
pengetahuan
secara langsung
yang
berhubungan
dengan konsep
yang akan
dipelajari
Membentuk kelompok
serta member
kesempatan untuk
berdiskusi dan
bekerjasama dalam
kelompok kecil secara
mandiri
√
Guru berperan sebagai
fasilitator
√
4. Tahap
Explanation
Siswa mampu
menjelaskan
konsep-konsep
dan definisi-
definisi yang
diperoleh pada
fase-fase
exploration,
engegment dan
elicit
Mendorong siswa
untuk menjelaskan
konsep dengan
pemahaman dan
bahasa mereka sendiri
√
Meminta bukti dan
klarifikasi dari
penjelasan siswa
√
Mendengarkan dan
memancing sikap
kritis terhadap
penjelasan antar siswa
dan guru
√
5. TahapElabora
tion
Membawa siswa
menerapkan
definisi-definisi,
konsep-konsep,
dan keterampilan-
keterampilan
pada
permasalahan-
permasalahan
yang berkaitan
dengan contoh
dari pelajaran
yang dipelajari
Mengingatkan siswa
pada penjelasan
alternatif dan
mempertimbangkan
data/bukti saat siswa
mengeksplorasi situasi
baru
√
Mendorong dan
memfasilitasi siswa
mengaplikasi
konsep/keterampilan
yang baru
√
6. Tahap
Evaluation
Mengobservasi,
memperhatikan
dan menilai siswa
terhadap
perubahan
pengetahuan dan
kemampuannya
Mengobservasi
pengetahuan dan
keterampilan berpikir
siswa dalam hal
penerapan konsep baru
√
Mendorong siswa
melakukan evaluasi
kekurangan dan
√
211
kelebihan diri dalam
kegiatan pembelajaran
7. Tahap
Expantion
Siswa dapat
menghubungkan
konsep yang
mereka pelajari
dengan konsep
lain yang sudah
atau belum
mereka pelajari
Meluruskan
pengetahuan siswa
tentang materi yang
sedang dipelajari
√
Menghubungkan
konsep yang dipelajari
siswa saat itu dengan
konsep lain yang
sudah atau belum
siswa pelajari
√
Total 36
Rata-rata 2,4
Catatan Observer:
Disiplin waktu tiap tahapan masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP.
Mungkin disebabkan pada proses diskusi secara lisan diawal (kontrol siswa), kurang
mendapat respon aktif sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama.
Depok, 11 Mei 2015
Observer
Abdul Fatah, M.Pd
NIK. 196906141997021005
212
LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE7E
OLEH GURU
Materi : Sistem Endokrin
Sub Materi : Letak, sekresi dan abnormalitas sistem endokrin
Pertemuanke- : 2 (Kedua)
Alokasiwaktu : 90 Menit
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E.
Dengan Kriteria :
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
N
o
Tahap
Learning
Cycle 7E
Indikator
Pencapaian Tahap
Learning Cycle 7E
Kegiatan Guru
Penilaian
Keterlaksanaan
1 2 3 4
1. Tahap Elicit Mengetahui
pengetahuan siswa
terhadap materi yang
akan dipelajari
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
untuk menggali
pengetahuan siswa
terhadap materi yang
akan dipelajari
√
2. Tahap
Engegement
- Siswa dan guru
saling memberikan
informasi dan
pengalaman tentang
pertanyaan-
pertanyaan pada
tahap elicit
- Memberikan
motivasi agar
memunculkan
minat dan perhatian
siswa untuk belajar
Memberikan informasi
awal untuk menarik
minat dan motivasi
siswa tentang materi
yang akan dibahas
√
Mengaitkan topik
yang dibahas dengan
pengetahuan yang
sudah diketahui siswa
atau berdasarkan
pengalamannya
√
Melaskukan tanya
jawab seputar
pengetahuan yang
sudah diketahui siswa
atau pengalamannya
tersebut
√
3. Tahap
Exploration
Siswa memperoleh
pengetahuan secara
langsung yang
Membentuk kelompok
serta member
kesempatan untuk
√
213
berhubungan dengan
konsep yang akan
dipelajari
berdiskusi dan
bekerjasama dalam
kelompok kecil secara
mandiri
Guru berperan sebagai
fasilitator
√
4. Tahap
Explanation
Siswa mampu
menjelaskan konsep-
konsep dan definisi-
definisi yang
diperoleh pada fase-
fase exploration,
engegment dan elicit
Mendorong siswa
untuk menjelaskan
konsep dengan
pemahaman dan
bahasa mereka sendiri
√
Meminta bukti dan
klarifikasi dari
penjelasan siswa
√
Mendengarkan dan
memancing sikap
kritis terhadap
penjelasan antar siswa
dan guru
√
5. Tahap
Elaboration
Membawa siswa
menerapkan definisi-
definisi, konsep-
konsep, dan
keterampilan-
keterampilan pada
permasalahan-
permasalahan yang
berkaitan dengan
contoh dari pelajaran
yang dipelajari
Mengingatkan siswa
pada penjelasan
alternatif dan
mempertimbangkan
data/bukti saat siswa
mengeksplorasi situasi
baru
√
Mendorong dan
memfasilitasi siswa
mengaplikasi
konsep/keterampilan
yang baru
√
6. Tahap
Evaluation
Mengobservasi,
memperhatikan dan
menilai siswa terhadap
perubahan
pengetahuan dan
kemampuannya
Mengobservasi
pengetahuan dan
keterampilan berpikir
siswa dalam hal
penerapan konsep baru
√
Mendorong siswa
melakukan evaluasi
kekurangan dan
kelebihan diri dalam
kegiatan pembelajaran
√
7. Tahap
Expantion
Siswa dapat
menghubungkan
konsep yang mereka
pelajari dengan
konsep lain yang
Meluruskan
pengetahuan siswa
tentang materi yang
sedang dipelajari
√
Menghubungkan √
214
Catatan Observer:
Masalah kedisiplinan waktu,perlu jadi catatan lebih. Tapi secara keseluruhan sudah
baik. Tetep semangat belajar!
Depok, 14 Mei 2015
Observer
Abdul Fatah, M.Pd
NIK. 196906141997021005
sudah atau belum
mereka pelajari
konsep yang dipelajari
siswa saat itu dengan
konsep lain yang
sudah atau belum
siswa pelajari
Total 47
Rata-rata 3,13
215
Lampiran 12
UJI NORMALITAS
1. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK EKSPERIMEN
SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
AA 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
DD 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
FF 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
HH 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
T 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
V 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
X 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
E 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571
U 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571
BB 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
JJ 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
Y 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
MM 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
N 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
P 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
A 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
C 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
CC 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
EE 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
O 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
OO 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
D 36,11 -0,134410098 0,446539149 0,523809524 0,077270375
M 38,88 0,100595474 0,540064205 0,547619048 0,007554842
F 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
I 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
II 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
LL 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
216
Q 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
H 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
KK 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
R 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
W 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
GG 47,22 0,808157376 0,790500004 0,785714286 0,004785719
G 50 1,044011343 0,851759929 0,833333333 0,018426596
S 50 1,044011343 0,851759929 0,833333333 0,018426596
K 52,77 1,279016915 0,89955445 0,857142857 0,042411593
B 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
J 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
PP 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
Z 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
L 58,33 1,75072485 0,960003342 0,976190476 0,016187135
NN 61,11 1,986578817 0,976515455 1 0,023484545
rata-rata 37,6942857
stdev 11.7869546
L hitung = 0,144
L tabel = 0,136
L hitung> L tabel, Data Tidak Normal
217
2. Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK KONTROL
SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
HH 16,66 -1,910109317 0,02805957 0,02380952 0,004250046
JJ 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951
LL 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951
B 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125
GG 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125
X 25 -1,08810171 0,138275104 0,14285714 0,004582038
D 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
R 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
V 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
Y 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
CC 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
MM 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
A 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
G 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
O 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
DD 30,55 -0.54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
II 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
PP 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
U 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587
W 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587
I 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
Q 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
FF 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
F 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
M 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
Z 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
AA 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
EE 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
J 41,66 0,553942262 0,71019082 0,69047619 0,019714629
E 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
H 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
S 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
BB 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
218
NN 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
L 47,22 1,101947333 0,864757716 0,85714286 0,007614858
T 47,22 1,101947333 0,864757716 0,85714286 0,007614858
C 50 1,375949869 0,915581423 0,9047619 0,010819518
KK 50 1,375949869 0,915581423 0,9047619 0,010819518
K 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
N 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
P 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
OO 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
rata-rata 36,03976
stdev 10.14589
L hitung = 0,134
L tabel = 0,136
L hitung< L tabel, Data Normal
219
3. Uji Normalitas Postest Kelompok Eksperimen
DAFTAR NILAI POSTEST KELOMPOK EKSPERIMEN
SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
DD 33,33 -2,3668387 0,008970376 0,023809524 0,014839148
T 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
AA 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
GG 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
M 44,44 -1,5208619 0,064147254 0,119047619 0,054900365
L 47,22 -1,3091773 0,095237151 0,142857143 0,047619991
E 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161
JJ 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161
A 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991
MM 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991
D 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047
Y 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047
I 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
N 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
BB 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
HH 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
P 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
R 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
X 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
FF 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
OO 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
C 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
F 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
V 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
CC 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
G 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
K 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
Z 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
S 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
U 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
W 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
KK 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217
NN 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217
220
H 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
J 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
O 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
II 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
EE 80,55 1,22875311 0,890417807 0,928571429 0,038153622
PP 80,55 1,22875311 0,890417807 0,928571429 0,038153622
B 83,33 1,44043767 0,925128194 1 0,074871806
LL 83,33 1,44043767 0,925128194 1 0,074871806
Q 88,88 1,86304535 0,968772057 1 0,031227943
rata-rata 64,4131
stdev 13.13275
L hitung = 0,074
L tabel = 0,136
L hitung < L tabel, Data Normal
221
4. Uji Normalitas Postest Kelompok Kontrol
DAFTAR NILAI POSTES KELOMPOK KONTROL
SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
W 22,22 -2,843713824 0,002229554 0,02380952 0,02157997
D 33,33 -1,905520488 0,028356223 0,04761905 0,019262824
JJ 38,88 -1,436846049 0,075380871 0,07142857 0,0039523
O 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263
AA 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263
DD 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
FF 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
MM 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
A 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
B 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
R 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
HH 47.22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
G 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
K 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
U 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
LL 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
E 52,77 -0,263893265 0,395931083 0,42857143 0,032640346
EE 52,77 -0,263893265 0,395931083 0,42857143 0,032640346
Q 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
S 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
T 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
CC 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
Z 58,33 0,205625632 0,581458323 0,57142857 0,010029752
GG 58,33 0,205625632 0,581458323 0,57142857 0,010029752
F 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
P 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
II 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
J 61,66 0,486830295 0,6868107 0,66666667 0,020144034
V 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
X 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
NN 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
222
PP 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
H 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
N 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
OO 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
C 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
Y 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
BB 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
L 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
M 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
KK 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
I 77,77 1,847252855 0,967644749 1 0,032355251
rata-rata 55,895
stdev 11.84191
L hitung = 0,071
L tabel = 0,136
L hitung< L tabel, Data Normal
223
Lampiran 13
UJI HOMOGENITAS
1. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
EKSPERIMEN KONTROL
22,22 16,66
22,22 19,44
22,22 19,44
22,22 22,22
22,22 22,22
22,22 25
22,22 27,77
25 27,77
25 27,77
27,77 27,77
27,77 27,77
27,77 27,77
30,55 30,55
30,55 30,55
30,55 30,55
33,33 30,55
33,33 30,55
33,33 30,55
33,33 33,33
33,33 33,33
33,33 36,11
36,11 36,11
38,88 36,11
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
44,44 41,66
44,44 44,44
44,44 44,44
44,44 44,44
47,22 44,44
50 44,44
50 47,22
52,77 47,22
55,55 50
55,55 50
55,55 52,77
55,55 52,77
224
Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 37,69
Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 36,03
Selisih rata-rata (X-Y) = 1,65
Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 138,932
Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 102,939
F hitung =
=
= 1,34
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68
F hitung < F tabel, Homogen
2. Uji Homogenitas Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
58,33 52,77
61,11 52,77
EKSPERIMEN KONTROL
33,33 22,22
41,66 33,33
41,66 38,88
41,66 41,66
44,44 41,66
47,22 44,44
50 44,44
50 44,44
52,77 47,22
52,77 47,22
58,33 47,22
58,33 47,22
61,11 50
61,11 50
61,11 50
61,11 50
63,88 52,77
63,88 52,77
63,88 55,55
63,88 55,55
63,88 55,55
66,66 55,55
66,66 58,33
66,66 58,33
66,66 61,11
69,44 61,11
69,44 61,11
225
Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 64,413
Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 55,895
Selisih rata-rata (X-Y) = 8,518
Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 172,469
Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 140,23
F hitung =
=
= 1,22
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68
F hitung < F tabel, Homogen
69,44 61,66
72,22 63,88
72,22 63,88
72,22 63,88
75 63,88
75 66,66
77,77 66,66
77,77 66,66
77,77 69,44
77,77 69,44
80,55 69,44
80,55 72,22
83,33 72,22
83,33 72,22
88,88 77,77
226
Lampiran 14. Hasil Hipotesis Pretest Menggunakan Uji Mann-Whitney
NPar Tests
Notes
Output Created 01-MAR-2016 14:33:26
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
84
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
NPAR TESTS /M-W= pretest BY kelas(1 2) /STATISTICS=DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,02
Number of Cases Allowed
a
112347
a. Based on availability of workspace memory. Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
pretest 84 36,8670 10,96227 16,66 61,11 kelas 84 1,5000 ,50300 1,00 2,00
Mann-Whitney Test
Ranks
kelas N Mean Rank Sum of Ranks
pretest 1,00 42 43,92 1844,50
2,00 42 41,08 1725,50
Total 84
227
Test Statisticsa
pretest
Mann-Whitney U 822,500
Wilcoxon W 1725,500
Z -,534
Asymp. Sig. (2-tailed) ,593
a. Grouping Variable: kelas
228
Lampiran 15. Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
NPar Tests Notes
Output Created 20-APR-2016 02:46:36 Comments Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 pretest.sav
Active Dataset DataSet4 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
86
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.01
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
[DataSet4] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1
pretest.sav
Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 37.64 1581.00
eksperimen 42 47.36 1989.00
Total 84
NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:47:57 Comments Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2 pretest.sav
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 678.000 Wilcoxon W 1581.000 Z -1.859
Asymp. Sig. (2-tailed) .063
a. Grouping Variable: jeniskelas
229
Active Dataset DataSet5
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
86
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
[DataSet5] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2
pretest.sav
Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 42.54 1786.50
eksperimen 42 42.46 1783.50
Total 84
Test Statistics
a
nilai
Mann-Whitney U 880.500 Wilcoxon W 1783.500 Z -.014
Asymp. Sig. (2-tailed) .989
a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:49:55 Comments Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 pretest.sav
Active Dataset DataSet6
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
86
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
230
Syntax NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.04
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
[DataSet6] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3
pretest.sav
Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 44.07 1851.00
eksperimen 42 40.93 1719.00
Total 84
Test Statistics
a
nilai
Mann-Whitney U 816.000 Wilcoxon W 1719.000 Z -.602
Asymp. Sig. (2-tailed) .547
a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:52:22 Comments Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 pretest.sav
Active Dataset DataSet7
Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
85
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.04
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
231
[DataSet7] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4
pretest.sav
Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai kontrol 42 41.94 1761.50
eksperimen 42 43.06 1808.50
Total 84
Test Statistics
a
nilai
Mann-Whitney U 858.500 Wilcoxon W 1761.500 Z -.221
Asymp. Sig. (2-tailed) .825
a. Grouping Variable: jeniskelas
NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:54:58 Comments Input Active Dataset DataSet8
Filter <none>
Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data File
87
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS /M-W= nilai BY kelas(1 2) /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai kontrol 42 44.58 1872.50
eksperimen 42 40.42 1697.50
Total 84
232
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 794.500 Wilcoxon W 1697.500 Z -.829
Asymp. Sig. (2-tailed) .407
a. Grouping Variable: jeniskelas
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 5 pretest.sav'
/COMPRESSED.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet9 WINDOW=FRONT
233
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest Menggunakan Uji T
UJI HIPOTESIS (UJI T) POSTEST
No Y1 Y2 Y12 Y2
2
1. 33,33 22,22 1110,8889 493,7284
2. 41,66 33,33 1735,5556 1110,8889
3. 41,66 38,88 1735,5556 1511,6544
4. 41,66 41,66 1735,5556 1735,5556
5. 44,44 41,66 1974,9136 1735,5556
6. 47,22 44,44 2229,7284 1974,9136
7. 50 44,44 2500 1974,9136
8. 50 44,44 2500 1974,9136
9. 52,77 47,22 2784,6729 2229,7284
10. 52,77 47,22 2784,6729 2229,7284
11. 58,33 47,22 3402,3889 2229,7284
12. 58,33 47,22 3402,3889 2229,7284
13. 61,11 50 3734,4321 2500
14. 61,11 50 3734,4321 2500
15. 61,11 50 3734,4321 2500
16. 61,11 50 3734,4321 2500
17. 63,88 52,77 4080,6544 2784,6729
18. 63,88 52,77 4080,6544 2784,6729
19. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
20. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
21. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
22. 66,66 55,55 4443,5556 3085,8025
23. 66,66 58,33 4443,5556 3402,3889
24. 66,66 58,33 4443,5556 3402,3889
25. 66,66 61,11 4443,5556 3734,4321
26. 69,44 61,11 4821,9136 3734,4321
27. 69,44 61,11 4821,9136 3734,4321
28. 69,44 61,66 4821,9136 3801,9556
29. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
30. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
31. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
32. 75 63,88 5625 4080,6544
33. 75 66,66 5625 4443,5556
34. 77,77 66,66 6048,1729 4443,5556
35. 77,77 66,66 6048,1729 4443,5556
36. 77,77 69,44 6048,1729 4821,9136
37. 77,77 69,44 6048,1729 4821,9136
234
38. 80,55 69,44 6488,3025 4821,9136
39. 80,55 72,22 6488,3025 5215,7284
40. 83,33 72,22 6943,8889 5215,7284
41. 83,33 72,22 6943,8889 5215,7284
42. 88,88 77,77 7899,6544 6048,1729
jumlah 2705,35 2347,59 181331,1989 136968,0061
rata-rata 64,41309524 55,895 4317,409498 3261,143002
n1 = 42, n2 = 42
Ʃ Y1 = 2705,35 Ʃ Y2 = 2347,59
Ʃ Y12 = 181331,199 Ʃ Y2
2 = 136968,006
ȳ1 =
= 64,413 ȳ2 =
= 55,895
Ʃ ȳ12 = 181331,199-
= 7071,231
Ʃ ȳ22 = 136968,006 -
= 5749,463
Sgab = √
= √
= 12,5
Thit =
√
=
√
=
= 3,047
Thit > Ttab, H0 diterima
3,047 > 1.991, maka H0 diterima
207
235
Lampiran 17.Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
T-Test
Notes
Output Created 20-APR-2016 03:00:31
Comments
Input Active Dataset DataSet9
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 87
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
the cases with no missing or out-of-range
data for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.17
[DataSet9]
236
Group Statistics
jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilai kontrol 42 7.2017 1.46990 .22681
eksperimen 42 7.0833 1.53154 .23632
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 postest.sav'
/COMPRESSED.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet10 WINDOW=FRONT.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
nilai Equal variances
assumed .681 .412 .361 82 .719 .11833 .32755 -.53327 .76994
Equal variances not
assumed .361 81.862 .719 .11833 .32755 -.53329 .76996
237
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Notes
Output Created 20-APR-2016 03:07:57
Comments
Input Active Dataset DataSet10
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.03
[DataSet10]
238
Group Statistics
jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilai kontrol 42 5.9795 2.63243 .40619
eksperimen 42 8.0167 2.46090 .37973
DATASET ACTIVATE DataSet11.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
nilai Equal variances
assumed 1.255 .266 -3.664 82 .000 -2.03714 .55604 -3.14329 -.93100
Equal variances not
assumed -3.664 81.630 .000 -2.03714 .55604 -3.14336 -.93092
239
T-Test
Notes
Output Created 20-APR-2016 03:23:39
Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3
postest.sav
Active Dataset DataSet11
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.05
Elapsed Time 00:00:00.07
240
[DataSet11] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 postest.sav
Group Statistics
jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilai kontrol 42 4.0998 1.62045 .25004
eksperimen 42 4.5498 1.97766 .30516
DATASET ACTIVATE DataSet12.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
nilai Equal variances
assumed .968 .328 -1.141 82 .257 -.45000 .39452 -1.23482 .33482
Equal variances not
assumed -1.141 78.948 .257 -.45000 .39452 -1.23527 .33527
241
T-Test
Notes
Output Created 20-APR-2016 03:27:37
Comments
Input Active Dataset DataSet12
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 84
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.07
242
[DataSet12]
Group Statistics
jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilai kontrol 42 3.7295 2.35315 .36310
eksperimen 42 4.0481 3.08431 .47592
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
243
SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 postest.sav'/COMPRESSED.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet13 WINDOW=FRONT.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Notes
Output Created 20-APR-2016 03:38:12
Comments
Input Active Dataset DataSet13
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Lower Upper
nilai Equal variances
assumed 7.469 .008 -.532 82 .596 -.31857 .59862 -1.50941 .87227
Equal variances not
assumed -.532 76.651 .596 -.31857 .59862 -1.51065 .87351
244
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.04
[DataSet13]
Group Statistics
jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilai kontrol 42 5.4779 3.10895 .47972
eksperimen 42 7.2238 2.54140 .39215
245
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
nilai Equal variances
assumed 2.804 .098 -2.818 82 .006 -1.74595 .61961 -2.97855 -.51336
Equal variances not
assumed -2.818 78.880 .006 -1.74595 .61961 -2.97928 -.51263
243
Lampiran 18
Lembar Uji Referensi
Nama : Zahidah Farhati
NIM : 1110016100062
Jurusan/Prodi : P.IPA/P.Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep Sistem
Endokrin
Pembimbing I : Ir. Mahmud Siregar, M.Si.
Pembimbing II : Nengsih Juanengsih, M.Pd.
No Referensi
Dosen
Pembimbing
I II
BAB I
1. Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Sekolah Dasar
dan Menengah, h. 4.
2. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
159.
3. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3.
4. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3-4.
5. Permen 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Bab IV No (1), 2005, h.167.
6. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall,
(USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
7. Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk
Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan
Matematika volume 3 no.2, 2009, hal. 58.
8. Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan
Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8.
244
9. Wawan Sutrisno dkk, Pengaruh Model Learning
Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX,
Pendidikan Biologi FKIP UNS, h. 186.
BAB II
1. John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris
Indonesia an English-Indonesian Dictionary,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p.
352.
2. John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris
Indonesia an English-Indonesian Dictionary,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p.162.
3. Aditya Rahman, Implementasi Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2
Pengasih, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak
dipublikasikan.
4. Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil
Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi
pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19, tidak
dipublikasikan.
5. Anton E.Lawson, “Using The Learning Cycle To
Teach Biology Concepts And Reasoning Patterns”,
Journal of Biology Education, 2001, p.168.
6. Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the
Learning Cycle, Incorporating trade books helps
plan inquiry-learning experiences. Methods and
Strategies: Ideas and techniques to enhance your
science teaching, 2014, p. 48,
(www.teachersource.com).
7. Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A
proposed 7E model emphasizes “transfer of
learning”and the importance of eliciting prior
understanding, National Science Teachers
Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70,
No. 6, 2003, p. 56-57
8. Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning
Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan
Biologi FKP UNS, 2012, h.186.
9. A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus
Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika
dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 5-6.
245
10. Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase
Student’s Critical Thinking on Science”, Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60.
11. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak
dipublikasikan.
12. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 25, tidak
dipublikasikan.
13. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 117.
14. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h.3.
15. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 44.
16. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2011), h. 3.
17. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), h. 31.
18. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), h. 20
19. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks,
2012), h.111.
20. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks,
2012), h.119.
21. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall,
(USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
22. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder,
Teaching Critical Thinking and Problem Solving
Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon
246
Journal, 2008, p. 90.
23. M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy
(Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan Accelerated
Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006), h. 177.
24. MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills
Competencies Reaquired By Outcomes-Base
Education From Learners”, Research Article
University of Johannesburg, 2006, p. 80.
25. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2011), h. 118.
26. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder,
Teaching Critical Thinking and Problem Solving
Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon
Journal, 2008, p. 91.
27. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h.4.
28. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h.3
29. Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.
177-178.
30. Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking:
An Outline of Critical Thinking Disposition And
Abilities, University of Illinois. 2011, p.2
31. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj.
Dari Critical Thinking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22.
32. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 5
33. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
24.
34. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
22.
35. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 57.
247
36. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
80-81.
37. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
82.
38. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 74.
39. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
102.
40. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 6
41. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
106
42. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
142
43. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
166.
44. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78
45. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet.
1, h.177.
46. Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin
Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h.
64
47. H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009),
h. 101.
48. Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Matematika dan
IlmuPengetahuan Alam. (Jakarta: Erlangga, 2014),
h. 371-377.
248
49. Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2
SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta: Esis, 2007),
h. 266-271.
50. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011.
51. Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran
Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berfikir
Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2012.
52. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
BAB III
1. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan
(Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali Press,
2007), h. 28.
2. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.207.
3. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h.116.
4. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik
Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
13.
5. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik
Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
13.
6. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 254.
7. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h. 124.
8. Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian
9. Lampiran 4. Instrumen Ujicoba
249
10. Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian
11. Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran
12. Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
13. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2010), h. 203.
14. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h. 363.
15. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2012) h.93.
16. Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software
ANATES
17. Lampiran 7. Instrumen Penelitian
18. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 87.
19. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 90-91.
20. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian.
(Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176.
21. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian.
(Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 177.
22. Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 232.
23. Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya
Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70.
24. Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito
Bandung, 2005), h. 239.
BAB IV
1. Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
250
2. Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir
Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
3. Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir
Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
4. Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru
5. Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas
6. Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas
7. Lampiran 14. Hasil Pretest Menggunakan Uji
Mann-Whitney
8. Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek
Berpikir Kritis
9. Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan
Uji T
10. Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek
Berpikir Kritis
11. Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning
Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan
Biologi FKP UNS, 2012, h.188
12. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7E
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal
Pendidikan Fisika, 2011, h. 14.
13. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran. (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 119
14. Susan M Brookhat dan Anthony J.Nitko. Assess
Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom.
(USA: Pearson, 2011), h. 236.
15. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
120.
16. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
22.
251
17. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
139.
18. Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus
Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1
Sawan”, Artikel Tesis Program Studi Pendidikan
IPA Program Pasca sarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, 2012, h. 13.
19. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51.
Jakarta, September 2016
Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Mahmud Siregar, M.Si. Nengsih Juanengsih, M.Pd.
NIP.19540310 198803 1 001 NIP. 19790510 200604 2 001
top related