pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap ...
Post on 31-Dec-2016
240 Views
Preview:
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan usaha agribisnis yang dijalankan dengan konsep usaha
kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pedesaaan. Karakteristik yang khas dari kelompok
usaha kecil telah banyak diteliti oleh para ahli, terutama yang menyangkut bakat
(personality traits), bagaimana seorang wirausaha memulai usaha dan bagaimana
mereka bertahan dalam lingkungan kondisi lingkungan yang berubah terus-
menerus (open-ended changes). Peran pembelajaran wirausaha di masyarakat
pedesaaan sangat penting bagi pembangunan pertanian dalam mengembangkan
usaha pertanian.
Pembangunan pertanian di Indonesia masih menjadi sektor terpenting dari
keseluruhan pembangunan ekonomi. Pertanian selain memproduksi bahan pangan
kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di
ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Pada
dasarnya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup petani. Oleh karena itu, harus
dilaksanakan secara berkelanjutan melalui pengembangan kemampuan petani
dalam mengelola usahataninya, agar selalu memiliki produktivitas yang tinggi,
efisien, dan efektif serta memiliki daya saing yang dapat menjamin pendapatan
dan kesejahteraan hidup keluarganya secara berkelanjutan.
1
2
Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 2012, sektor primer
menduduki posisi ketiga setelah sektor sekunder, dengan kontribusi sebesar
26,22%. Selain kontribusinya terhadap PDB, sektor primer juga memiliki peranan
yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari jumlah penduduk tersebut,
sektor primer mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 96,24 juta orang atau
40,5% dari jumlah penduduk Indonesia termasuk di dalamnya tenaga kerja sub-
sektor perkebunan sebanyak 22,34 juta orang atau 9,4% (BPS Pusat, 2012).
Provinsi Bali memiliki luas wilayah ± 5.636,66 km2 atau 0,29 % dari luas
daratan Indonesia. Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan
lahan, ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai
untuk kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan
memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Di Provinsi Bali
peran sektor primer terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Tahun 2012 menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 17,63% di bawah
sektor tersier yakni sebesar 66,26% (BPS Prov. Bali, 2012). Kenyataan ini
menunjukkan bahwa sektor primer memerlukan perhatian lebih serius agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Oleh karena itu Pemerintah
Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di perdesaan
sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong pengembangan
pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah dalam program
pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali.
Dalam rangka pembangunan sektor pertanian di Provinsi Bali, Pemerintah
Provinsi Bali melaksanakan sistem pertanian terintegrasi, yang selanjutnya
3
dikenal dengan Simantri. Dalam sistem usaha terintegrasi ternak sapi dipelihara
sehingga dapat menghasilkan pupuk kandang, sedangkan proses produksi
tanaman untuk menghasilkan bahan makanan dan limbahnya digunakan untuk
bahan pakan ternak dan pupuk kompos. Integrasi dikembangkan lewat perantara
petani-petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Distan, 2012).
Program Simantri bukan merupakan program sekali jalan, yang begitu
dimulai tidak ada kelanjutannya lagi. Namun sebaliknya menjadi awal
pemberdayaan dan pembentukan kreativitas petani dalam rangka terjun ke bisnis
dan industri khususnya industri pupuk organik. Sebagai sebuah industri tentunya
harus dapat meningkatkan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja
sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran.
Program Simantri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Pemerintah
Provinsi Bali pada Tahun 2009, di delapan kabupaten di Bali, yang dilakukan oleh
sepuluh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hingga Tahun 2012, di Provinsi
Bali terdapat 325 Gapoktan pelaksana Simantri, yang tersebar di sembilan
kabupaten/kota dan di seluruh kecamatan yang ada di Bali. Salah satu kabupaten
yang mendapatkan bantuan program Simantri adalah Kabupaten Tabanan yang
dijuluki sebagai lumbung beras di Bali.
Kabupaten Tabanan memiliki tanaman padi paling luas dimana luas sawah
di Kabupaten Tabanan sebesar 22.465 hektare dari total 81.482 hektare sawah di
Provinsi Bali (Distan, 2009). Kabupaten Tabanan mendapatkan bantuan Simantri
dari Tahun 2009 sebanyak 1 Simantri, Tahun 2010 sebanyak 4 Simantri, Tahun
2011 sebanyak 16 Simantri dan Tahun 2012 sebanyak 21 Simantri, sehingga
4
terdapat 42 Gapoktan di Kabupaten Tabanan yang menerima bantuan program
Simantri. Pada Tahun 2009 dan 2010 bantuan dana ini diberikan sebesar Rp
180.000.000, sedangkan pada Tahun 2011 dan 2012 bantuan diberikan sebesar Rp
200.000.000 kepada masing-masing Gapoktan. Untuk memaksimalkan kegiatan
Simantri maka diberikan pendamping di masing-masing Gapoktan (Distan,2012).
Pendamping dan penyuluh lapangan bekerja sama dalam membina
kelompok. Para petani diberikan pelatihan teknis kewirausahaan dan manajemen
agribisnis agar mampu meningkatkan kemampuan SDM dalam menjalankan
fungsi-fungsi kewirausahaan dan manajemen kelompok dalam kegiatan usaha
pertanian terintegrasi. Tim teknis provinsi dan kabupaten juga memberikan
pelatihan kelompok dengan cara pemberian bimbingan teknis dan pengawasan
kegiatan/monitoring sehingga dapat menghasilkan SDM yang berjiwa
kewirausahaan.
Sejak diimplementasikannya program Simantri pada Tahun 2009, saat ini
Gapoktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan sudah menunjukkan kinerja
keberhasilan sekitar 60% dalam mengelola usahataninya. Gapoktan Simantri telah
mengadopsi teknologi pertanian khususnya pengolahan pupuk dengan
menggunakan mesin bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali. Masing-masing
Gapoktan juga sudah mengolah pupuk padat dan cair serta sudah mulai
mengaplikasikan ke tanaman, sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani.
Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan telah menerapkan
pola integrasi dan kemitraan sudah terlaksana dengan baik, yaitu dengan
memproduksi pupuk organik dan memasarkan hasil kelompok tani ke subak dan
5
tempat penjualan tanaman hias. Ada juga beberapa Gapoktan Simantri yang belum
mampu mengolah dan memasarkan hasil pupuk mereka sehingga mereka
melakukan kerja sama dengan Gapoktan lainnya berupa limbah mentah. Limbah
mentah tersebut di jual pada Gapoktan Simantri lain setiap satu minggu sekali
dengan diberikan harga Rp 30.000 per pick up.
Pelaksanaan program sistem pertanian terintegrasi saat ini banyak juga
terdapat kendala-kendala di lapangan seperti kurangnya antusiasme para petani
dalam melaksanakan program simantri karena mengubah pola pikir SDM ke arah
pertanian organik masih sulit karena masih menerapkan unsur kimiawi. Ada juga
yang hanya menginginkan bantuannya saja tetapi tidak menjalankan kegiatan
integrasi sehingga di lokasi Simantri hanya ada kegiatan pemeliharaan sapi saja.
Selain itu kegiatan pemasaran hasil produk pertanian organik juga kurang karena
kualitas SDM yang rendah sehingga kurang dalam mencari informasi.
Terkait dengan pengembangan sistem agribisnis, Gapoktan Simantri
hendaknya memiliki jiwa kewirausahaan dan kemampuan mengelola agribisnis
(manajemen agribisnis). Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
belum mampu menerapkan jiwa kewirausahaannya dan belum memiliki
kemampuan tentang manajemen agribisnis yang optimal. Dalam hal ini sebagian
petani belum memiliki motivasi dan inovasi dalam menjalankan kegiatan
usahatani yang berwawasan agribisnis, sehingga mereka hanya lebih fokus pada
subsistem usahatani yang hanya semata-mata berorientasi pada produksi.
Pemahaman terhadap pelaksanaan program Simantri masih kurang, ini
besar kaitannya dengan kualitas SDM. Berdasarkan informasi terkait bahwa
6
pendampingan program Simantri masih sangat kurang di lokasi Simantri, karena
pendampingan hanya membicarakan masalah soal teknis dan kurang dalam
pembicaraan masalah membangkitkan jiwa kewirausahaan dan penerapan
manajemen yang ada di Gapoktan Simantri. Kegagalan tentu lebih banyak
disebabkan karena kurangnya kualitas SDM khususnya pada membangkitkan jiwa
kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnisnya yang masih rendah.
Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi
banyak hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor yang
mempengaruhinya antara lain terletak pada kemampuan kewirausahaan dan
penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka
memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan
pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya
terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan
bisnis (Downey dan Erickson, 1992).
Penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam program
Simantri diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di
Kabupaten Tabanan. Kurangnya penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen
agribisnis di setiap Gapoktan Simantri dapat menyebabkan tidak tercapainya
keberhasilan dalam program Simantri. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
unsur jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis yang telah diterapkan oleh
petani dan bagaimana pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis
terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah disampaikan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap tingkat
keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan?
2. Bagaimanakah pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan
manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan?
3. Bagaimana pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat
keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap tingkat
keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
2. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan
manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan.
3. Menganalisis pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat
keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini terlaksana, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat terhadap:
1. Bagi Gapoktan di Kabupaten Tabanan
Sebagai tambahan pengetahuan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan
dan manajemen agribisnis dalam penerapan program Simantri agar optimal
serta didapat keuntungan yang maksimal dan berkelanjutan.
2. Bagi Pemerintah Provinsi Bali
Sebagai bahan pertimbangan yang akan menyalurkan dana bantuan sosial
untuk membantu pelaksanaan usahatani serta dalam memberikan penyuluhan
dan pelatihan khususnya terhadap Kelompok.
3. Bagi Mahasiwa dan Peneliti lain
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa atau peneliti lain yang
akan melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menambah pengetahuan
dan referensi.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Simantri
Simantri atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi
memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi
pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan
alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Program Simantri ini
mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara
vertikal maupun horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan
lainnya sesuai potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program
Simantri ( Distan, 2012).
Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha
pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer
dan fuel). Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman
dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan
pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio
gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida ( Distan, 2012).
Maksud dan Kegiatan Simantri :
1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan
berwawasan agribisnis.
2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan
pengangguran, mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan
hijau (clean and green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara.
9
10
3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan :
unit pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas .
4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan
pendapatan petani pelaksana
Kriteria Lokasi Kegiatan Simantri :
1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan memiliki komoditi unggulan
sebagai titik ungkit.
2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi.
3. Dapat dilaksanakan pada desa dengan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis.
Dengan pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) antara
sektor pertanian dengan sektor peternakan dengan kompeherensif, prinsip ramah
lingkungan dan berbasis pada sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang
selama ini belum dimanfaatkan secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan
maksimal. Sehingga pada akhirnya akan tercipta pola pertanian yang mandiri,
komperhensif, ramah lingkungan, berbasis pada sumber daya lokal, melembaga
dan berkesinambungan. Hal itu dibarengi dengan meningkatnya pendapatan
perekonomian petani dan peningkatan kesejahteraan petani (Distan, 2012).
2.2. Pengertian Kewirausahaan
Menurut Suryana (2003) kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda seperti : 1) pengembangan teknologi baru, 2)
11
penemuan pengetahuan ilmiah baru, 3) perbaikan produk barang dan jasa yang
ada, 4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan
sumber daya yang lebih efisien. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan
ide baru dan berbeda dalam pemecahan masalah maupun menemukan peluang
(doing new think). Sesuatu yang baru dan berbeda dapat berbentuk hasil seperti
barang dan jasa, dan juga dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara.
Menurut Griffin (2004) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengambilan resiko dari suatu
usaha bisnis. Seorang wirausahawan adalah seorang yang terlibat dalam
kewirausahaan. Wirausahawan memulai bisnis baru dengan suatu bisnis kecil
sebagai suatu bisnis yang dimiliki secara pribadi oleh seorang individu atau suatu
kelompok kecil individu yang memiliki penjualan dan aktiva yang tidak cukup
besar untuk dapat mempengaruhi lingkungannya.
Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi
pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai
kegiatan kehidupan sehari-hari. kewirausahaan mencerminkan kualitas dan
kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan
peluang, dan mencapai keberhasilan. Kewirausahaan merupakan kemampuan
seseorang dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian
sikap dan prilaku. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil
keputusan atas dasar pandanganya, bertindak mewujudkan keputusannya, dan
menerima konsekwensi dari tindakan tersebut sebagai bagian dari proses
penghimpunan pengetahuan dan keterampilan (Supartha dan Ramantha, 2010).
12
Wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang mempunyai sifat
kewirausahaan, yakni kemampuan seseorang untuk melihat peluang-peluang
bisnis, mengelola, dan memanfaatkannya (kreatif), dengan gagasan-gagasan yang
senantiasa baru (inovatif), serta melembagakan dalam suatu perusahaan miliknya
dengan resiko yang telah diperhitungkan untuk mencapai nilai tambah dan
kesejahteraan (Supartha, 2005).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa seorang wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki motivasi untuk
maju, mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan
antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikasi dan memiliki pengetahuan
teknis yang baik dalam menciptakan nilai tambah dari peluang usaha yang ada.
2.3. Sifat atau Jiwa Kewirausahaan
Sifat terdapat dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat bersifat
umum, tidak terkait dengan obyek tertentu atau situasi tertentu. Sifat mempunyai
kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten. Sifat tidak
dapat diamati secara langsung tetapi dapat diamati dari tingkah lakunya. Dalam
diri seorang wirausahawan terdapat beberapa sifat atau jiwa yang khas. Sifat-sifat
tersebut mampu mengantarkan keberhasilan dalam mengelola perusahaan, dan
sifat-sifat itu pula dapat menentukan kadar kewirausahaan seseorang.
Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat ke depan.
Melihat ke depan bukan melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh
perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya.
13
Menurut Alma, 2007 sebagai wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat seperti
percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan,
keorisinilan, berorientasi ke masa depan, dan kreatifitas.
Berbagai sumber pustaka mengemukakan sifat-sifat itu secara bervariasi,
tetapi secara umum dapat diidentifikasikan beberapa sifat atau jiwa kewirausahaan
(Supartha dan Ramantha, 2010), yaitu :
1. Sifat instrumental, sifat yang dalam berbagai situasi selalu dapat
memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungan (yang dipandangnya
sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha.
2. Sifat prestatif, dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik lebih efektif
dibandingkan dengan sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil yang lebih
baik. baginya yang penting adalah proses mencapai prestasi itu.
3. Sifat keluwesan bergaul, selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri
dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang
ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Selalu tampil dengan wajah ramah,
akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog, dan baik pengendalian
emosinya.
4. Sifat pengambil resiko, selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Segala
tindakan diperhitungkan dengan cermat, dan selalu mencoba mengantisipasi
kemungkinan adanya hambatan-hambatan yang dapat menggagalkan
usahanya.
14
5. Sifat swakendali, selalu mengacu kepada kekuatan dan kelemahan pribadi
serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha.
Dia tahu persis kapan saatnya harus bekerja keras, saat berhenti bekerja, dan
harus mengubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan.
6. Sifat kerja keras, selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah
sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang
nyata untuk mencapai tujuan.
7. Sifat keyakinan diri, selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu
dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam
berbagai situasi.
8. Sifat inovatif, selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih
bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil penemuan terbaru.
9. Sifat kreatif, selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
10. Sifat kepemimpinan, selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara
sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan
pada organisasi perusahaannya.
Menurut McGraith & Mac Millan (dalam Kasali, dkk 2010) tujuh sifat atau
karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha adalah sebagai berikut :
1. Action Oriented. Bukan tipe menunda, wait &see, atau membiarkan sesuatu
(kesempatan) berlalu begitu saja. Ia tidak menunggu segala sesuatunya jelas
dulu atau budgetnya ada dulu. Mereka adalah seorang yang ingin segera
15
bertindak sekalipun situasinya tidak pasti, bagi mereka resiko adalah bukan
untuk dihindari melainkan dihadapi dan ditaklukkan.
2. Berpikir simple. Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks,
mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi,
mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang
kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan
masalah satu demi satu secara bertahap.
3. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Untuk usaha-usaha yang baru
mereka selalu mau belajar yang baru membentuk jaringan dari bawah dan
menambah landscape atau scope usahanya.
4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Seorang wirausaha bukan hanya
awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki
penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu. Peluang bukan hanya
dicari, melainkan diciptakan, dibuka dan diperjelas. Karena wirausaha
melakukan investasi dan menanggung resiko, maka wirausahawan harus
memiliki disiplin yang tinggi.
5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Seorang wirausaha pada waktunya
akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam. Namun
usahawan yang sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik.
6. Fokus pada eksekusi. Seorang wirausaha bukanlah seorang yang hanya
bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesa melainkan seorang
yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran
atau berputar-putar dalam pikiran penuh keragu-raguan.
16
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Seorang
wirausahawan tidak bekerja sendirian. Ia menggunakan tangan dan pikiran
banyak orang, baik dalam perusahaannya sendiri maupun dari luar. Mereka
membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri
Menurut peneliti berdasarkan uraian diatas sifat jiwa kewirausahaan dapat
disimpulkan sebagai berikut (1) Sifat instrumental yaitu selalu memanfaatkan
sesuatu di lingkungan, (2) sifat prestatif yaitu selalu ingin mencapai hasil yang
lebih baik, (3) sifat keluwesan bergaul yaitu dapat berinteraksi dengan teman-
temannya, (4) sifat pengambil resiko yaitu tidak khawatir dalam menghadapi
situasi yang serba tidak pasti, (5) sifat swakendali yaitu mengacu pada kekuatan
dan kelemahan pribadi sehinga bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan,
(6) sifat kerja keras yaitu tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, (7)
sifat keyakinan diri yaitu percaya pada kemampuan diri dan tidak ragu-ragu, (8)
sifat inovatif yaitu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerjanya, (9) sifat
kreatif yaitu mempunyai gagasan baru dan menemukan peluang-peluang baru,
(10) sifat kepemimpinan yaitu dapat mempengaruhi anggota dalam melakukan
tugas, (11) Sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) yaitu tidak suka
menunda pekerjaan, (12) sifat berpikir sederhana (simple) yaitu berpikir sederhana
dalam menghadapi masalah dengan menyelesaikannya satu demi satu secara
bertahap, (13) sifat fokus pada usaha yang digeluti yaitu selalu bertekad
mencurahkan segenap demi pengembangan usaha yang digeluti
Jiwa kewirausahaan tidak lagi dipandang sebagai suatu yang dibawa
seseorang sejak lahir, tetapi diperoleh dalam proses pembentukan kepribadiannya,
17
sehingga setiap orang berpeluang menjadi wirausahawan yang berhasil.
Keberhasilan tersebut tergantung sejauh mana seseorang tekun mengembangkan
pengetahuan maupun keterampilan, terutama pada sikap mental dan
kepribadiannya.
2.4. Manajemen Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata Agribusinees, dimana Agri = Agriculture
artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan
keuntungan. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai
usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada
keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penanganan komuditi pertanian dalam arti luas, yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. (Antara, 2005)
Setiap subsistem agribisnis terdiri dari bermacam-macam aktivitas atau
kegiatan berorientasi bisnis (keuntungan). Agar setiap aktivitas mencapai
keberhasilan maka memerlukan pengorganisasian yang baik. Sedangkan
pengorganisasian yang baik adalah organisasi yang menerapkan unsur-unsur
manajemen. Jadi menurut Antara (2005) Manajemen Agribisnis adalah penerapan
unsur-unsur manajemen dalam organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis
dapat mencapai tujuan organisasi, misalnya efisiensi alokasi sumber daya, biaya
minimal, keuntungan maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan
18
produksi, memenangkan persaingan, perluasan wilayah pemasaran dan
sebagainya.
Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen
dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun dibidang
agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang
meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen,
prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007).
Akan tetapi mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique)
maka manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya.
Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya
(Downey dan Erickson,1992) ialah sebagai berikut (1) Keanekaragaman jenis
bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar ke
konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang
pernah di kenal oleh peradaban, (2) Besarnya pelaku agribisnis, (3) Hampir semua
agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak
langsung (4) Keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala
usaha kecil sampai dengan perusahaan besar, (5) Persaingan pasar yang ketat,
khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana penjualan berjumlah banyak,
sedangkan pembeli berjumlah sedikit, (6) Falsafah cara hidup (the way of life)
tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih
tradisional daripada bisnis lainnya, (7) Kenyataan menunjukkan bahwa badan
usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga,
(8) Kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan
19
masyarakat luas (9) Kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat
musiman, (10) Kenyataan bahwa agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan
eksternal/gejala alam, (11) Dampak dari adanya program dan kebijakan
pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis.
Menurut Reksohadiprodjo, (1992) manajemen bisa berarti fungsi, peranan
maupun keterampilan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber
daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk
mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama
manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam
planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang
ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik
setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap
aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan
siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
3. Pelaksanaan dan pengembangan (Actuating)
Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana
seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut
20
bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat
mewujudkan tujuan.
4. Pengawasan (Controling)
Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini
membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika
terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan,
manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya
meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.
Manajemen Agribisnis dapat bergerak dalam kegiatan apa saja yang ada
kaitannya dengan penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan,
dan/atau pemasaran hasil-hasil pertanian. Meskipun sebagian besar Manajemen
agribisnis di Indonesia dikelola dengan dan dikendalikan oleh satu atau beberapa
orang saja, tetapi agribisnis yang sebenarnya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang mempekerjakan sekelompok orang bahkan ribuan orang dengan
tujuan untuk menghasilakan laba.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan manajemen agribisnis
adalah merupakan suatu proses pencapaian tujuan usaha agribisnis dengan
mengkoordinir dan mengintegrasikan segala sumber daya yang dimiliki secara
efektif dan efisien. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi
di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen
akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak
tercapainya proses yang efektif dan efisien.
21
2.5. Indikator Keberhasilan Program Simantri
Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan.
Untuk menilai keberhasilan kegiatan Simantri, ada ukuran keberhasilan yang akan
dipantau secara berkala yaitu indikator keberhasilan Simantri (Distan, 2012).
Indikator Keberhasilan SIMANTRI :
1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun
petani.
Kelembagaan pada Simantri diarahkan untuk mendukung peningkatan
pengembangan pertanian/pangan organik dengan cara koordinasi antar instansi
baik pendamping atau penyuluh, mendorong berkembangnya kelembagaan
sertifikasi dan pengawasan serta peningkatan kelembagaan di tingkat kelompok
tani.
Pengembangan SDM dapat diarahkan dalam rangka peningkatan intensitas
dan kualitas serta pelayanan dalam pengembangan pertanian terintegrasi, serta
peningkatan kapasitas pelaku usaha pertanian terintegrasi, baik dalam bidang
budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, penelitian dan
pengembangan usaha.
2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha
pertanian dan industri rumah tangga.
Diversifikasi usaha agribisnis di Gapoktan Simantri dapat dikembangkan
secara terintegrasi yaitu dengan pengembangan kegiatan pengolahan hasil
22
pertanian/perkebunan. Menurut Sanim, 1990 diversifikasi adalah suatu upaya
untuk mendapatkan tambahan keuntungan atau upaya untuk memperoleh nilai
tambah dari penganekaragaman output.
Melalui penerapan diversifikasi akan dapat memperluas kesempatan kerja
dan peningkatan pendapatan bagi kelompok rumah tangga buruh dan petani
berlahan sempit. Mereka merupakan kelompok termiskin di perdesaan. Adanya
kenaikan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usahatani setidaknya
dapat membantu meningkatkan pendapatan dan memperbaiki tingkat
kesejahteraan rumah tangga tani (Mubyarto, 1985).
3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani
Intensifikasi adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-
baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian sedangkan ektensifikasi adalah usaha
meningkakan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan baru. Dengan adanya
intensifikasi dan ekstensifikasi diharapkan Gapoktan Simantri dapat
meningkatkan pengolahan lahan dan memperluas lahan pertanian serta
penganekaragaman produk pertanian agar bisa meningkatkan hasil pertaniannya.
4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan
efisiensi usaha tani
Terjadinya integrasi kegiatan usaha antara pengembangan tanaman dan
ternak, serta kegiatan lainya seperti meningkatnya produksi/produktivitas usaha
tani melalui efisiensi pengolahan pakan, pupuk organik, biogas, pengolahan dan
pemasaran hasil secara berkelompok sehingga meningkatnya petani dalam
berusaha tani baik itu pribadi maupun kelompok.
23
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
Pengembangan pertanian organik yang merupakan sistem produksi
pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa
sintetik baik pupuk, zat tubuh maupun pestisida. Petani sudah mulai menggunakan
hasil olahan pupuk organik yang mereka produksi dari program Simantri dan
menerapkan ke lahan mereka masing-masing. Dengan adanya pertanian organik
petani bisa menghasilkan output yang terbaik dan hasilnya mereka bisa pasarkan
dengan harga yang relatif tinggi sehingga bisa terbentuk suatu usaha kecil baik di
kelompok maupun petani perorangan.
6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan.
Tumbuhnya kelompok usaha agribisnis yang maju, berdaya saing yang
mandiri sehingga mampu menjadi lembaga penggerak ekonomi di perdesaan.
Dengan adanya kelompok yang aktif akan terbentuk UMKM, unit simpan pinjam
kecil di kelompok maupun koperasi dalam Gapoktan.
7. Peningkatan pendapatan petani.
Sejak diberikan bantuan program Simantri oleh Pemerintah, dengan
harapan pendapatan dari kegiatan usahatani dapat meningkatkan pendapatan
keluarga petani atau memilik target penghasilan dua juta per bulan. Peningkatan
pendapatan anggota kelompok tani pelaksana Simantri dapat dihitung dari
pendapatan rata-rata sebelum menerima paket program Simantri dan setelah
menerima sampai mengoperasikan bantuan penguatan modal sampai periode 5
tahun yaitu dengan menghitung setiap tambahan penerimaan setiap siklus
24
produksi budidaya (ternak-ikan-tanaman), siklus produksi pengolahan limbah
(biogas, biourine dan pupuk), maupun siklus pemasaran dari produk Simantri.
2.6. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan
aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya
lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap
lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi.
Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan
ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta
memiliki peran penting terhadap pertanian (Deptan, 2007)
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa
kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam
wilayah suatu wilayah administrasi Desa atau yang berada dalam satu wilayah
aliran irigasi petak pengairan tersier. Kelompok tani tersebut antara lain terdiri
dari kelompok tani subak, kelompok tani tegalan, kelompok tani ternak, kelompok
tani ikan, kelompok tani kehutanan, dan kelompok tani perkebunan.
25
2.7. Kelompok Tani
Kelompok Tani adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20 orang atau disesuaikan
dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya (Deptan, 2007).
Kelembagaan petani (kelompok tani) mempunyai fungsi: sebagai wadah
proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana
produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa
penunjang.
1. Kelas Belajar, wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya
kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat,
pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana Kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani
dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. sehingga
usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan,
3. Unit Produksi, Usahatani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus
dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk
mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun
kontinuitas.
26
2.8. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan peneliti lainnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu
sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat beberapa
kesamaan prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan
hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu
yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah :
Disertasi Sanjaya (2013) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Simantri
dan Pengaruhnya terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali”.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi penerapan Simantri di Bali;
(2) menganalisis pengaruh kualitas SDM petani-peternak dan kelompok Simantri
terhadap penerapan penerapan usaha peternakan sapi, tanaman pangan dan
penerapan usaha pengolahan limbah ternak sapi; (3) mengetahui efektivitas
penerapan Simantri; (4) menganalisis pengaruh dominan diantara penerapan usaha
peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan, dan penerapan usaha
pengolahan limbah ternak sapi terhadap efektivitas penerapan Simantri; serta (5)
menganalisis pengaruh efektivitas penerapan Simantri terhadap pendapatan
petani-peternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) tingkat penerapan
Simantri secara rata-rata tergolong sangat tinggi; (2) kualitas SDM petani-
peternak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan usaha
peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan dan usaha penerapan
pengolahan limbah ternak sapi. Sedangkan kondisi Gapoktan Simantri secara
27
statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketiganya; (3)
efektivitas penerapan Simantri secara rata-rata tergolong kurang efektif, hanya
8,70% responden yang sangat efektif; (4) penerapan usaha peternakan sapi,
penerapan usaha tanaman pangan dan penerapan pengolahan usaha limbah ternak
sapi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan
Simantri. Penerapan pengolahan limbah ternak sapi terbukti merupakan variabel
yang paling dominan berpengaruh terhadap efektivitas penerapan Simantri; (5)
efektivitas penerapan Simantri terbukti berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan petani-peternak.
Tesis Antari (2006) yang berjudul “Penerapan Sistem Integrasi Usahatani
Kopi Arabika-Jeruk-Ternak Sapi di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli
Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem
integrasi dan kelayakan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi
di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, utamanya dilihat dari segi aspek
finansial dan non finansial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
sistem integrasi usahatani ini termasuk pola integrasi sederhana-tradisional.
Dilihat dari hasil perhitungan analisis finansial melalui kriteria investasi
menunjukkan bahwa sistem integrasi ini layak untuk diusahakan, hal ini dilihat
dari net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,36, nilai NPV positif yaitu
sebesar Rp 218.337.941,00 dan nilai IRR lebih besar dari 18% yaitu sebesar 86%.
Hasil analisis non finansial menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan respon
petani terhadap aspek pasar, teknis, sosial-ekonomi dan lingkungan yaitu sebesar
84,13% dengan kategori “sangat setuju”, hal tersebut menunjukkan bahwa respon
28
petani dalam penerapan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi
yang dilihat dari ke empat aspek dapat diterima oleh petani itu sendiri.
Tesis Wijayanti (2011) yang berjudul “Jiwa Kewirausahaan Pengurus
Gapoktan, Penerapan Manajemen Agribisnis dan Keberhasilan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan
Kabupaten Klungkung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar jiwa
kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan dan tingkat
keberhasilan PUAP, serta hubungan dan pengaruh antara jiwa kewirausahaan dan
penerapan manajemen agribisnis dengan keberhasilan PUAP di Kecamatan
Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1) kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan di Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, termasuk dalam kategori baik. (2)
Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan pengurus Gapoktan di
Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten klungkung, termasuk dalam kategori baik.
(3) Tingkat keberhasilan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan tergolong
dalam kategori cukup berhasil. (4) Antara jiwa kewirausahaan dengan
keberhasilan PUAP ada hubungan nyata. Hal ini dimungkinkan karena sifat-sifat
kewirausahaan tersebut menjadi pendorong atau niat bagi kemauan dan
kemampuan para pengurus Gapoktan untuk berhasil. (5) Terdapat pengaruh
sangat nyata dari jiwa kewirausahaan dan penerapan manajeman agribisnis oleh
pengurus Gapoktan terhadap keberhasilan PUAP.
Tesis Udayani (2010) yang berjudul “Hubungan Antara Jiwa
kewirausahaan dengan keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha
29
Peternakan Ayam Ras Pedaging di Bali). Dalam penelitian ini dibahas mengenai
bagaimana kadar jiwa kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Bali,
bagaimana hubungan antara jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha
agribisnis dan karakteristik peternak, terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam
ras pedaging, serta bagaimana pengaruh jiwa kewirusahaan, kemampuan
penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak terhadap keberhasilan usaha
agribisnis ayam ras pedaging. Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan kemampuan penerapan usaha
agribisnis adalah sangat nyata, antara jiwa kewirausahaan dengan karakteristik
peternak adalah sangat nyata, hubungan antara kemampuan penerapan usaha
agribisnis dengan karakteristik peternak, jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan
usaha agribisnis, dan kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan keberhasilan
usaha agribisnis adalah sangat nyata. Sedangkan hubungan antara karakteristik
peternak dengan keberhasilan usaha agribisnis diperoleh berhubungan nyata.
Secara simultan semua variabel bebas memiliki pengaruh yang sangat nyata
terhadap keberhasilan usaha agribisnis, secara parsial, ditemukan bahwa jiwa
kewirausahaan dan karakteristik peternak berpengaruh sangat nyata, sedangkan
kemampuan penerapan usaha agribisnis berpengaruh nyata. Secara dominan,
dengan menggunakan metode langkah bijak, ditemukan bahwa jiwa
kewirausahaan yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
agribisnis diikuti oleh karakteristik peternak.
Tesis Sukarta (2010) yang berjudul “Pengaruh Lingkungan, Sifat
Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta
30
Kinerja Usaha” Penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi pengaruh baik
langsung maupun tak langsung dari masing-masing variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan jauh
tidak memberikan dukungan yang positif bagi usaha, sedangkan lingkungan
industri dan internal cukup baik. Lingkungan usaha tidak berpengaruh secara
langsung terhadap pembelajaran wirausaha, lingkungan usaha memiliki pengaruh
langsung yang signifikan terhadap motivasi usaha, lingkungan usaha tidak
berpengaruh terhadap pembentukan sifat kewirausahaan, sifat wirausaha
mempengaruhi pembelajaran wirausaha dan motivasi usaha secara langsung,
namun terhadap pertumbuhan usaha pengaruhnya tidak secara langsung,
pembelajaran wirausaha dan pertumbuhan usaha dipengaruhi secara langsung dan
signifikansi oleh motivasi usaha, pembelajaran wirausaha memberikan pengaruh
secara langsung kepada kinerja usaha.
Selanjutnya jurnal yang membahas mengenai program sistem pertanian
terintegrasi (Simantri) yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :
Budiasa, dkk. (2012) yang berjudul “Programasi Linier untuk
Memaksimalkan Pendapatan Usahatani Terintegrasi. Penelitian ini dilakukan pada
Gapoktan Simantri Sawitra Werdi Karya di Desa Gerokgak Kabupaten Buleleng.
Teknologi produksi pangan melalui sistem usahatani terintegrasi yang
dioperasikan petani berdasarkan sumber daya yang tersedia dan tingkat teknologi
usahatani yang ada sudah berjalan secara optimal. Temuan ini sejalan dengan
hasil penelitian Schultz (Hayami & Ruttan,1985), yang menyatakan bahwa petani
kecil dan miskin di negara sedang berkembang, secara ekonomi, rasional dalam
31
menglokasikan sumberdaya pada ketersediaan sumberdaya dan teknologi yang
ada. Pada skala usahatani 0,58 hektar, yang dioperasikan secara optimal, petani
memperoleh pendapatan maksimal sebesar Rp 21.658.160/tahun.
Budiasa, dkk. (2011) yang berjudul “Optimasi Sistem Usahatani
Terintegrasi : Analisis Pemrograman Linier” penelitian ini dilakukan di Kelompok
Tani Purna Gopala di Desa Tegal tugu, Kabupaten Gianyar. Dari hasil analisis
sistem usaha tani seluas 0,45 ha pada Kelompok Tani Purna Gopala, diperoleh
pendapatan aktual dengan pendekatan gross margin sebesar Rp
26.401.297,31/tahun. Selanjutnya analisis optimasi dengan bantuan BLPX88
memberikan pendapatan maksimal sebesar Rp 26.435.430,00/tahun. Berdasarkan
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa petani/peternak pada Kelompok
Tani Purna Gopala sudah optimal dalam mengoperasikan sistem usahatani
terintegrasi dengan mengusahakan padi pada MT1 dan MT3, rumput raja sepanjang
tahun, jagung pada MT2, kacang tanah pada MT2 dan usaha penggemukan sapi
sepanjang tahun.
Subiharta (2006) yang berjudul “ Teknologi Sistem Usahatani Integrasi
Tanaman dan Ternak Berbasis Tanaman Pangan di Lahan Kering”. Salah satu
indikator keberhasilan dalam usahatani integrasi tanaman dengan ternak adalah
seberapa besar kontribusi peningkatan pendapatan rumah tangga petani dari
usahatani yang dilakukan, baik dari komponen tanaman, komponen ternak
maupun komponen usaha lain yang berkaitan dengan usahatani bersangkutan.
Dari hasil analisa pendapatan pada pola petani pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp. 1.371.302,- sedangkan pada pola introduksi pendapatan yang diperoleh jauh
32
lebih tinggi dari pendapatan petani yaitu sebesar Rp. 5.511.700,- yang berarti
dengan adanya introduksi teknologi varietas, pemupukkan dan cara tanam serta
pengendalian hama dan penyakit terpadu dapat meningkatkan hasil sebesar Rp.
4.140.398 16. Jadi Integrasi tanaman dan ternak dengan penggunaan varitas
unggul yang diikuti dengan introduksi teknologi pada tanaman padi gogo dan
kacang tanah, perbaikan pakan dan pemanfaatan sumber daya lokal dapat
menekan biaya dan meningkatkan produksi yang akhirnya berdampak pada
peningkatan pendapatan petani.
Guntoro, dkk (2010) yang berjudul “Optimalisasi Integrasi Usahatani
Kambing dengan Tanaman Kopi” Penelitian dilakukan di desa Bongancina
Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng dengan menguji 2 (dua) komponen
teknologi, yakni (1) pemanfaatan limbah kopi untuk pakan kambing dan (2)
pemanfaatan limbah (kotoran) kambing untuk pupuk tanamam kopi. Hasil
penelitian menunjukkan Fermentasi limbah kopi dengan inokulan Aspergillus
niger dapat meningkatkan kandungan gizi terutama protein bahan.Pemberian
tepung limbah kopi terfermentasi pada anak kambing sebagai pakan tambahan
dapat meningkatkan pertumbuhan secara nyata dan menekan angka mortalitas.
Sedangkan pengolahan kotoran kambing dengan Rummino Bacillus menghasilkan
kompos yang kualitasnya lebih baik dibanding kompos hasil pengolahan secara
konvensional. Penggunaannya pada tanaman kopi dapat meningkatkan
produktivitas kopi gelondongan dan kopi beras secara nyata serta meningkatkan
kualitas fisik biji kopi
33
Soedjana (2007) “Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak
Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko” Tujuan suatu rumah tangga
petani dalam menjalankan usaha tani adalah untuk memaksimalkan keuntungan
atau untuk keamanan dengan cara meminimalkan risiko. Hal ini menunjukkan
konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan
atau meminimalkan risiko. Alasan tersebut sebenarnya telah tercakup dalam
keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan meminimalkan risiko, serta
keinginan mengambil manfaat dari usaha tani campuran yang memiliki dasar
rasional yang jelas. Istilah risiko lebih banyak digunakan dalam konteks
pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya
suatu kejadian buruk yang disebabkan oleh suatu tindakan. Dengan demikian,
identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.
34
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kegiatan pertanian merupakan upaya manusia mengelola sumber daya
alam yaitu lahan, air, tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan dan energi sehingga dapat
hidup secara layak menurut peradaban dan nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang. Peran sektor pertanian sangat penting dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan
masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk
dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Disamping itu sektor
pertanian mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat menekan angka
pengangguran.
Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan lahan,
ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai untuk
kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan
memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Oleh karena itu
Pemerintah Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di
perdesaan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong
pengembangan pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah
dalam program pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali.
Tujuan Program Simantri dimaksudkan untuk meningkatkan pola integrasi
dan kemitraan baik intern sektor pertanian, maupun antara sektor pertanian
34
35
dengan sektor non pertanian; memfokuskan kegiatan pada satu kawasan secara
terpadu; mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dalam mendukung
Bali Organik; dan meningkatkan pendapatan petani baik dalam sektor pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan (Distan, 2012).
Program Simantri sebenarnya bukanlah program yang semata-mata
memperioritaskan kegiatan pada aspek teknis budidaya tanaman dan ternak, akan
tetapi lebih menitikberatkan pada sistem agribisnis secara utuh. Melalui program
Simantri, petani diharapkan dapat menjalankan kegiatan usahataninya secara
efisien dan efektif, dan dapat memanfaatkan limbah tanaman menjadi pakan
ternak dan limbah ternak menjadi pupuk organik. Dengan demikian, pelaksanaan
usahatani dapat menekan atau meniadakan limbah yang timbul (zero waste).
Selain itu, melalui program Simantri, petani juga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatannya dengan menciptakan nilai tambah dari aktivitas usahataninya.
Pelaksanaan program sistem pertanian terintegrasi saat ini banyak terdapat
kendala-kendala di Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan seperti kurangnya
antusiasme para petani dalam melaksanakan program simantri dan mengubah pola
pikir SDM ke arah pertanian organik masih sulit karena masih menerapkan unsur
kimiawi. Selain itu kegiatan pemasaran hasil produk pertanian organik juga
kurang karena kualitas SDM yang rendah tidak aktif dalam mencari informasi.
Untuk memaksimalkan kegiatan Simantri maka diperlukan adanya monitoring dan
bimbingan teknis dari Tim Teknis Provinsi maupun Kabupaten sehingga dengan
adanya pelatihan kelompok mampu menghasilkan SDM yang berjiwa
kewirausahaan.
36
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan nilai tambah
di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda seperti : 1) pengembangan teknologi baru, 2) penemuan pengetahuan
ilmiah baru, 3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada, 4) penemuan cara-
cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang
lebih efisien. Sifat jiwa kewirausahaan yang dapat mendorong untuk mau dan
mampu bekerja keras, tekun dan ulet (Suparta, 2005).
Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi
banyak hambatan dalam dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor
yang mempengaruhinya antara lain antara lain terletak pada kemampuan
kewirausahaan dan penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai
keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada
umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun
yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen
untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992).
Jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pada Gapoktan
di Kabupaten Tabanan diharapkan mampu mendorong tercapainya keberhasilan
dalam program Simantri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan
pendapatan petani. Secara konseptual, alur berfikir dari penelitian ini dapat
dilihati pada Gambar 3.1.
37
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ”Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan
Manajemen Agribisnis Terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri
di Kabupaten Tabanan
3.2 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jiwa kewirausahaan
dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan. Berdasarkan studi teoritik dan empirik maka dapat disusun kerangka
konseptual tentang variabel-variabel penelitian serta pengaruh maupun hubungan
dari variabel tersebut.
Jiwa kewirausahaan terdiri dari tiga belas indikator yaitu sifat
instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat pengambil resiko, sifat
KEBIJAKAN PEMPROV BALI
TERHADAP SIMANTRI
GAPOKTAN SIMANTRI
DI KABUPATEN
TABANAN
SIFAT/JIWA
KEWIRAUSAHAAN
MANAJEMEN
AGRIBISNIS
KEBERHASILAN
SIMANTRI
38
swakendali, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat inovatif, sifat kreatif, sifat
kepemimpinan, sifat berorientasi pada tindakan (action oriented), sifat berpikir
sederhana (simple) (sederhana), sifat fokus pada usaha yang digeluti.
Manajemen agribisnis terdiri dari empat indikator yaitu perencanaan usaha
agribisnis dalam Simantri, pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri,
pengembangan usaha agribisnis dalam kegiatan Simantri, pengawasan usaha
agribisnis dalam kegiatan Simantri.
Keberhasilan terdiri dari tujuh indikator yaitu berkembangnya
kelembagaan dan SDM, terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan
diversifikasi usaha pertanian, berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi
usaha tani, meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan
efisiensi usaha tani, tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green
economic, berkembangnya usaha ekonomi pedesaan, dan peningkatan pendapatan
petani.
Berdasarkan hal tersebut jadi dua variabel bebas jiwa kewirausahaan dan
manajemen agribisnis diharapkan berpengaruh positif terhadap variabel eksogen
keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Berikut ini disajikan pada
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian.
39
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ”Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan
Manajemen Agribisnis Terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri
di Kabupaten Tabanan”
GAPOKTAN SIMANTRI
DI KABUPATEN
TABANAN
KEBERHASILAN SIMANTRI
(Y)
1. Berkembangnya kelembagaan dan
SDM (Y1)
2. Terciptanya lapangan kerja melalui
pengembangan diversifikasi usaha
pertanian (Y2)
3. Berkembangnya intensifikasi dan
ekstensifikasi usaha tani (Y3)
4. Meningkatnya insentif berusaha tani
melalui peningkatan produksi dan
efisiensi usaha tani (Y4)
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian
organik menuju green economic (Y5)
6. Berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6)
7. Peningkatan pendapatan petani (Y7)
MANAJEMEN AGRIBISNIS
(X2)
1. Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1)
2. Pengorganisasian Usaha Agribisnis
dalam Simantri (X2.2)
3. Pengembanagan Usaha Agribisnis
dalam Simantri (X2.3)
4. Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4)
SIFAT/JIWA KEWIRAUSAHAAN
(X1)
1. Sifat Instrumental (X1.1)
2. Sifat Prestatif (X1.2) 3. Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3)
4. Sifat Pengambil Resiko (X1.4)
5. Sifat Swakendali (X1.5) 6. Sifat Kerja Keras (X1.6)
7. Sifat Keyakinan Diri (X1.7)
8. Sifat Inovatif (X1.8) 9. Sifat Kreatif (X1.9)
10. Sifat Kepemimpinan (X1.10)
11. Sifat Berorientasi pada tindakan(X1.11) 12. Sifat Berpikir Sederhana (X1.12)
13. Sifat Fokus pada usaha yang digeluti
(X1.13)
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
REKOMENDASI
40
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kerangka berpikir dan kerangka konsep
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keberhasilan pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan.
2. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap penerapan manajemen
agribisnis Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
3. Penerapan manajemen agribisnis berpengaruh positif terhadap keberhasilan
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan model yang dibangun dalam
suatu penelitian, sehingga kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar untuk mencapai tujuan penelitian. Desain
penelitian mempunyai peranan sangat penting, karena keberhasilan suatu
penelitian sangat dipengaruhi oleh pilihan desain atau model penelitian. Secara
garis besar tujuan penelitian ini untuk menguji hipotesis yang menyatakan
hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, sehingga penelitian ini
disebut explanatory research design (Sukandarrumidi, 2002).
Penelitian ini merupakan penelitian survai yaitu dengan menggunakan
kuesioner sebagai instrumen utama dalam penelitian. Data yang diperoleh dari
hasil tanggapan responden merupakan data kuantitatif dan kualitatif yang nantinya
akan dianalisis untuk menguji model penelitian dan hipotesis menggunakan
analisis statistik Partial Least Square (PLS).
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Penentuan lokasi ini dengan
pertimbangan yaitu:
1 Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang mendapatkan bantuan
program Simantri di Bali.
41
42
2 Beberapa Gapoktan di Kabupaten Tabanan memiliki tingkat kinerja yang
tinggi dalam berwirausaha.
3 Salah satu Gapoktan di Kabupaten Tabanan terpilih sebagai peringkat terbaik
Simantri tahun 2011.
4 Populasi Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang pelaksanaan
kegiatannya sudah lebih dari satu tahun.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok tani dalam Gapoktan Simantri
di Kabupaten Tabanan. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat jiwa kewirausahaan, penerapan
manajemen agribisnis dan keberhasilannya serta menganalisis pengaruh jiwa
kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu-individu dengan kualitas
serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi dari penelitian ini adalah Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan yang telah menjalani kegiatan Simantri dari
Tahun 2009 sampai 2011 dengan jumlah 21 Gapoktan Simantri.
43
4.4.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani pelaksana dalam
Gapoktan Simantri. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus terhadap 21
Kelompok Tani Pelaksana Simantri. Dari 21 Kelompok Tani Pelaksana Simantri
tersebut memiliki jumlah pengurus dan anggota sebanyak 420 orang. Penentuan
responden dari seluruh pengurus dan anggota tersebut menggunakan formulasi
teori Slovin (Sevilla, dkk. 1993) :
N
n =
(1+Nα2)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
α = Taraf signifikansi 10%.
Berdasarkan formulasi dari Slovin tersebut di atas, maka jumlah responden
yang diambil adalah
420 420
n = = = 81 orang
{1+ (420 x 0.12)} 5,2
Agar jumlah responden dari masing-masing Kelompok Tani Pelaksana
Simantri jumlahnya sama maka jumlah responden yang diambil ditetapkan
menjadi 84 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota. Sehinga masing-masing
kelompok terdiri dari 2 pengurus yaitu ketua dan sekretaris dan 2 anggota
kelompok. Adapun nama-nama Gapoktan Simantri dan jumlah responden yang
diambil disajikan pada Tabel 4.1.
44
Tabel 4.1
Proporsi Sampel Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
NO Desa
Populasi Sampel Jumlah
Responden Gapoktan Simantri Poktan Pelaksana
Pengurus Anggota
1 Tunjuk Sb Gede Bungan Kapal 2 2 4
2 Sudimara Tani Lestari 2 2 4
3 Subamia Sabha Ramya 2 2 4
4 Beraban Baruna 2 2 4
5 Kelating Timan agung 2 2 4
6 Penarukan Ananta Winangun 2 2 4
7 Gadungan Sari Gadung 2 2 4
8 Antap Antap Tani Makmur 2 2 4
9 Selemadeg Sapta Tunggal 2 2 4
10 Manik Yang Panca Usaha Tani 2 2 4
11 Angkah Tri Buana 2 2 4
12 Munduk temu Batur Ibu 2 2 4
13 Sai Windu Karya Sedana 2 2 4
14 Padangan Rasa Tani Sentausa 2 2 4
15 Batannyuh Catur Sari 2 2 4
16 Marga Manah Bakti 2 2 4
17 Mangesta Sb Kedampal Wangaya Betan 2 2 4
18 Tegal Linggah Catur Wahana 2 2 4
19 Pesagi Sarwa Nadi 2 2 4
20 Candi Kuning Candi Agro Mandiri 2 2 4
21 Perean Tengah Catur Loka Bhuana 2 2 4
Jumlah 42 42 84
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas (X), dan variabel terikat (Y),
yang dikategorikan sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang mempengaruhi
atau perubahannya menjadi penyebab perubahan variabel dependent. Dalam
penelitian ini variabel bebas adalah :
45
a. Sifat Jiwa Kewirausahaan (X1) yang terdiri dari sifat instrumental (X1.1),
sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat pengambil resiko
(X1.4), sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat keyakinan diri
(X1.7), sifat inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan (X1.10),
sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir
sederhana (simple) (X1.12), sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13) .
b. Manajemen Agribisnis (X2) yang terdiri dari perencanaan usaha agribisnis
dalam Simantri (X2.1), pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri
(X2.2), pengembangan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.3),
pengendalian usaha agribisnis dalam Simantri (X2.4).
2. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent Variable) adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan Simantri (Y) yang terdiri dari
7 indikator yaitu berkembangannya kelembagaan dan SDM (Y1) , terciptanya
lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y2),
berkembangannya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3),
meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi usaha tani
(Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik (Y5), berkembangnya
lembaga usaha ekonomi pedesaan (Y6), meningkatnya pendapatan petani (Y7).
Pada Tabel 4.2 di kemukakan indikator dari masing-masing variabel bebas
berdasarkan faktornya dan pada Tabel 4.3 dikemukakan indikator dari variabel
terikat.
46
Tabel 4.2
Pengukuran Variabel Bebas (X)
Variabel Indikator Parameter
Sifat Instrumental (X1.1) 1. Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan
Sifat/Jiwa
2. Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
3. Tanggap terhadap peluang berusaha tani
4. Tanggap terhadap perbaikan kerja
Kewirausahaan
(X1) Sifat Prestatif (X1.2) 1. Berusaha untuk berprestasi lebih baik
2. Berusaha mencapai hasil kinerja yang lebih baik
3. Proses pencapaian prestasi sangat penting
4. Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk
selalu berprestasi
Sifat Keluwesan Bergaul
(X1.3) 1. Aktif dalam bergaul dan mencari informasi
2. Dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan
3. Senantiasabersosialisasi dengan kelompok lainnya
4. Adanya jaringan dalam kelompok lainnya
Sifat Pengambil Resiko
(X1.4)
1. Memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan yang bisa terjadi
2. Memperhitungkan tindakan dengan cermat
3. Menghadapi resiko dengan sikap optimis
4. Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko
Sifat Swakendali (X1.5) 1. Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri
2. Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan
berhenti bekerja
3. Mampu mengubah strategi dalam menghadapi
masalah
4. Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan
Sifat kerja Keras (X1.6) 1. Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai
2. Mengisi waktu untuk hal-hal yang nyata atau
positif
3. Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja,
seperti tidak pernah lelah
4. Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
Sifat Keyakinan Diri (X1.7) 1. Percaya dengan kemampuan diri sendiri
2. Tidak Ragu-ragu dalam bertindak
3. Percaya diri dengan keputusan yang diambil
4. Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran tidak
ada keraguan
Sifat Inovatif (X1.8) 1. Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat
2. Mencari hasil penemuan terbaru
3. Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
4. Mampu menggunakan ide-ide baru
Sifat Kreatif (X1.9) 1. Mampu memikirkan ide-ide baru
2. Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih
baik dalam mencapai tujuan
3. Mampu menemukan peluang-peluang baru
4. Mampu menghasilkan ide-ide baru dengan
berdiskusi
47
Sifat Kepemimpinan(X1.10) 1. Mampu mempengaruhi anggota kelompok
2. Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu
kegiatan
3. Mampu memimpin anggota untuk mengelola
sumber daya
4. Mampu mengarahkan anggota kelompok
Sifat Berorientasi pada
tindakan (action oriented)
(X1.11)
1. Lebih banyak bekerja dan tidak menunda
pekerjaan
2. Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu
begitu saja
3. Tetap bertindak walaupun situasi tidak pasti
4. Berani menerima tantangan
Sifat Berpikir Sederhana
(simple) (X1.12)
1. Selalu belajar menyederhanakan permasalahan
2. Melihat persoalan dengan jernih
3. Menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap.
4. Mampu mengambil keputusan alternatif
Sifat fokus pada Usaha
yang digeluti (X1.13)
1. Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian
dalam kegiatan
2. Bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan
lainnya
3. Berkomitmen terhadap usaha yang digeluti
4. Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan
kegiatan
Perencanaan Usaha
Agribisnis dalam Simantri
(X2.1)
1. Menetapkan tujuan akhir
2. Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan
3. Penentuan modal dan sumber daya
4. Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif
5. Penyediaan sarana produksi
Pengorganisasian Usaha
Agribisnis dalam Simantri
(X2.2)
1. Koordinasi hubungan kerja
Manajemen
Agribisnis (X2)
2. Pembagian tugas yang jelas
3. Menjalin hubungan yang harmonis dengan anggota
4. Menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja
Pengembangan Usaha
Agribisnis dalam Simantri
(X2.3)
1.Berkembangnya jenis usaha
2.Meningkatnya produktivitas
3.Meningkatkan produksi
4.Meningkatnya kualitas produk
5.Pemasaran produk
Pengawasan Usaha
Agribisnis dalam Simantri
(X2.4)
1.Adanya standar produk
2.Adanya mekanisme kerja sesuai standar
3.Melakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas
4.Menerima masukan dari pihak instansi
pemerintahan
48
Tabel 4.3
Pengukuran Variabel Terikat (Y)
Variabel Indikator Parameter
Keberhasilan
SIMANTRI
(Y)
Berkembangnya
kelembagaan dan SDM (Y1)
1. Berkembangnya organisasi yang baik dalam
kelompok
2. Terciptanya hubungan baik petani dan
penyuluh pertanian dalam penunjang sarana
produksi
3. Terbentuknya SDM ke arah organik
Terciptanya lapangan kerja
melalui pengembangan
diversifikasi usaha pertanian
dan industri rumah tangga
(Y2)
1. Terciptanya lapangan kerja bagi petani
2. Terciptanya kelompok wanita tani yang aktif
3. Berkembangnya jenis usaha ekonomi rumah
tanga tani
Berkembangnya
intensifikasi dan
ekstensifikasi usaha tani
(Y3)
1. Peningkatan pengolahan lahan pertnian
dengan sebaik-baiknya 2. Memperluas lahan pertanian sehingga dapat
meningkatkan hasil pertanian 3. Penganekaragaman tanaman pertanian
Meningkatnya insentif
berusaha tani melalui
peningkatan produksi dan
efisiensi usaha tani (Y4)
1. Meningkatnya produksi usahatani dalam
kelompok 2. Efisiensi usahatani dengan menggunakan
pupuk organik 3. Meningkatnya petani dalam berusaha tani
Tercipta dan berkembangnya
pertanian organik menuju
green economic (Y5)
1. Pengolahan pupuk organik cair maupun padat
2. Kelompok tani menerapkan hasil olahan
pupuk organik ke masing-masing lahan 3. Berkembangnya pertanian organik di Desa
Berkembangnya usaha
ekonomi pedesaan (Y6)
1. Berkembangnya usaha agribisnis dalam
kelompok tani 2. Terciptanya unit simpan pinjam dalam
kelompok 3. Terbentuknya Koperasi dalam Gapoktan
Simantri
Peningkatan pendapatan
petani (Y7)
1. Pendapatan pada sektor pertanian. 2. Pendapatan pada sektor peternakan. 3. Pendapatan pada sektor perkebunan. 4. Pendapatan pada sektor perikanan.
49
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan dalam analisis data, maka variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan definisi, berikut akan dijelaskan
definisi masing-masing konsep secara operasional :
1. Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan
model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat
perdesaan
2. Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani
lainnya.
3. Kelompok Tani pelaksana adalah kelompok tani yang melaksanakan bantuan
program Simantri.
4. Kewirausahaan merupakan kemampuan Kelompok Tani Pelaksana Simantri
dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap
dan prilaku.
5. Sifat instrumental yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri dalam
berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada
dilingkungan (yang dipandangnya sebagai alat) untuk membantu mencapai
tujuan pribadi atau usaha.
6. Sifat prestatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri dalam
berbagai situasi selalu tampil lebih baik lebih efektif dibandingkan dengan
50
sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik. baginya yang
penting adalah proses mencapai prestasi itu.
7. Sifat keluwesan bergaul yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
yang selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan,
berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang ditemui dalam kegiatan
sehari-hari.
8. Sifat pengambil resiko yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
yang selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan.
9. Sifat swakendali yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang
selalu mengacu kepada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas
kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha.
10. Sifat kerja keras yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang
selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk
mencapai tujuan.
11. Sifat keyakinan diri yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang
selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta
cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi.
12. Sifat inovatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu
mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat
terbuka dengan hasil penemuan terbaru.
51
13. Sifat kreatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu
mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah.
14. Sifat kepemimpinan yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
yang selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau
melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada
organisasi perusahaannya.
15. Sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) yaitu sifat dalam Kelompok
Tani Pelaksana Simantri yang selalu bertindak sehingga tidak suka menunda-
nunda pekerjaaan dan tidak membiarkan sesuatu berlalu begitu saja
16. Sifat berpikir (simple) yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
yang selalu menyederhanakan permasalahan dan melihat persoalan dengan
jernih.
17. Sifat fokus pada usaha yang digeluti yaitu sifat dalam Kelompok Tani
Pelaksana yang Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian demi
pengembangan kemajuan Simantri dan bersedia mengorbankan waktu dan
kepentingan lainnya demi untuk keberhasilan Simantri
18. Manajemen Agribisnis adalah penerapan unsur-unsur manajemen dalam
organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis dapat mencapai tujuan
organisasi, misalnya efisiensi alokasi sumberdaya, biaya minimal, keuntungan
maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan produksi, memenangkan
persaingan, perluasan wilayah pemasaran dan sebagainya.
52
19. Perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri yaitu kegiatan dalam Kelompok
Tani Pelaksana yang berkaitan dengan perencanaan pemilihan alternatif,
kebijaksanaan, prosedur, dan program sebagai bentuk usaha untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
20. Pengoorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri yaitu suatu Kelompok
Tani Pelaksana Simantri yang mempunyai kegiatan dan bekerja bersama-sama
untuk mencapai tujuan tertentu.
21. Pengembangan usaha agribisnis dalam Simantri yaitu mengembangkan
kegiatan yang ada dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri. Seperti
misalnya meningkatkan produktivitas, meningkatkan produksi dan kualitas
produk.
22. Pengawasan usaha agrbisnis dalam Simantri yaitu suatu kegiatan dalam
Kelompok Tani Pelaksana Simantri untuk pengawasan kegiatan apa yang telah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dengan tujuan agar segera dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan atau hambatan.
23. Berkembangnya kelembagaan dan SDM yaitu berkembangnya organisasi dan
terciptanya hubungan baik bagi sesama petani Simantri maupun penyuluh.
24. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian ini
adalah terciptanya lapangan kerja bagi petani maupun kelompok Tani Pelaksana
Simantri.
25. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani yaitu peningkatan
pengolahan lahan, memperluas lahan pertanian dan penganekaragaman produk
pertanian dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
53
26. Meningkatnya insentif berusaha tani Kelompok Tani Pelaksana Simantri melalui
peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani yaitu dengan peningkatan produksi,
efisiensi usahatani dengan pupuk organik dan meningkatnya petani dalam
berusaha tani.
27. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economc yaitu
Kelompok Tani Pelaksana Simantri telah menerapkan hasil pertaniannya ke arah
organik.
28. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan yaitu berkembangya usaha
agribisnis, unit simpan pinjam, dan koperasi di dalam Kelompok Tani Pelaksana
Simantri.
29. Peningkatan pendapatan petani pada Kelompok Tani Pelaksana Simantri yaitu
pendapatan usaha tani setelah Simantri pada tahun 2012 dikurangi dengan
pendapatan usaha tani sebelum menerima bantuan Simantri dan diukur dalam
satuan rupiah dalam sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan.
4.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan
suatu alat ukur tertentu yang diperlukan untuk keperluan analisis secara kuantitatif
yang berbentuk angka-angka. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata,
kalimat, skema dan gambar, atau data yang tidak berupa angka dan tidak dapat
dihitung, tetapi berupa penjelasan yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
54
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan
dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan sebelumnya. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama
(responden) yang telah ditentukan.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber tidak langsung
(sumber kedua) umumnya diperoleh melalui badan/dinas/instansi yang
bergerak dalam proses pengumpulan data baik instansi pemerintah maupun
swasta. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Dinas Peternakan Provinsi
Bali, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali, serta sumber-sumber lain baik hasil penelitian terdahulu
maupun kajian teoritis yang diperlukan dalam penelitian ini.
4.7 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut.
1. Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan cara meminta
keterangan dari responden berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Dalam teknik pengumpulan data ini, pewawancara
mendatangi langsung ke tempat tinggal responden/petani sampel yang telah
terpilih
2. Observasi yaitu suatu pengumpulan data dengan pengamatan langsung di
lapangan untuk menguji dan melengkapi data lainnya, dengan menggunakan
instrumen panduan pengamatan. Dalam teknik pengumpulan data ini langsung
55
datang ke lokasi masing-masing Gapoktan Simantri dengan cara mengamati
secara langsung obyek penelitian.
3. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui arsip-arsip atau naskah-naskah
yang berhubungan dengan penelitian sebagai data penunjang. Seperti hasil-
hasil penelitian, monografi desa, dan dokumen-dokumen lainnya yang ada di
instansi atau lembaga terkait.
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak bisa
digunakan untuk penelitian lain. Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan Kuesioner. Kuesioner yaitu teknik
pengumplan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Skala interval adalah alat pengukur data
yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang nilai yang mempunyai
makna (Ferdinand, 2011). Adapun sistem skor untuk mengukur semua indikator
dari variabel jiwa kewirausahaan, manajemen agribisnis dan keberhasilan
digunakan skala interval dengan rentangan nilai angka dari 1 s/d 5. Untuk
pernyataan positif, respon selalu atau sangat baik diberikan skor 5, sedangkan
respon tidak pernah dan buruk diberi skor 1.
Jawaban STB SB
Skor/Nilai 1 2 3 4 5
56
Ket :
STB = Sangat Tidak Baik
SS = Sangat Baik
4.9 Teknik Analisis Data
4.9.1. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif
Metode deskriptif kualitatif merupakan metode penyajian, analisis,
penafsiran data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan suatu fenomena sosial
yang disertai interpretasi terhadap faktor-faktor yang ada dilapangan
(Singarimbun dan Effendi, 1989). Tujuan metode ini adalah mencari jawaban
yang masalah dengan cara menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian,
menentukan frekuensi dari berbagai gejala atau data, kemudian menjelaskan
hubungan antara berbagai data dan gejala satu sama lain.
Menganalisis data dengan metode deskriptif berupa pembobotan data yang
bertujuan memaknai (mengartikan) tingkat kepentingan dari masing-masing
pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian didistribusikan dalam kategori
berbeda-beda. Penentuan kategori dilakukan berdasarkan kelas-kelas interval
tertentu dengan menggunakan rumus di bawah ini :
KelasJumlah
Jarak i
Keterangan :
I : interval kelas
Jarak : nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah
Jumlah Kelas : adalah jumlah kelas atau kategori yang ditentukan
57
Perolehan total skor (nilai) variabel didasarkan atas jumlah pertanyaan
dalam kuesioner, sedangkan proporsi atau rata-rata perolehan skor variabel adalah
perolehan total skor dibagi dengan jumlah pertanyaan sebagai berikut:
PertanyaanJumlah
SkorTotalPerolehanskorProporsi
4.9.2.Analisis Tingkat Pendapatan
Analisis tingkat pendapatan dilakukan untuk mengukur tingkat
pendapatan petani dalam keberhasilan Gapoktan Simantri. Perhitungan tingkat
keuntungan dilakukan terhadap total penerimaan yang diperoleh dikurangi
total biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi,
2002), dengan rumus sebagai berikut :
I = TR - TC
Keterangan :
I = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan dari usahatani
TC = Total biaya
Analisis pendapatan dilakukan untuk mengukur peningkatan Poktan
pelaksana Simantri sebelum dan setelah mereka mengikuti program Simantri ini.
Perhitungan peningkatan pendapatan dilakukan dengan mengurangi besarnya
pendapatan Poktan pelaksana Simantri setelah mengikuti program Simantri
dengan pendapatan mereka sebelum mengikuti program ini, dengan rumus
sebagai berikut.
58
PPP = TPSTS – PSBS
Keterangan :
PPP = peningkatan pendapatan petani
TPSTS = tambahan pendapatan setelah mengikuti Simantri
PSBS = pendapatan sebelum mengikuti Simantri
4.9.3. Analisis SEM dengan PLS
Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural
(Structural Equation Modeling – SEM) berbasis variance atau Component based
SEM, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode
analisis yang powerfull, oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan
pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil, dan juga dapat digunakan untuk
konfirmasi teori (Ghozali, 2008).
Menurut Ghozali (2011) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk
tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linear
agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan
komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model
struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model
pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi.
Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen.
Adapun alasan penggunaan PLS dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
59
1. PLS merupakan metode umum untuk mengestimasi path model yang
menggunakan variabel laten dengan multiple indicator.
2. PLS menangani model reflektif dan formatif, bahkan konstruk dengan item
(indikator) tunggal (Hair et al., 2010 dalam Ghozali, 2011). Dalam penelitian
ini, model struktural yang dianalisis memenuhi model rekursif dan semua
indikator dari variabel penelitian yakni: Jiwa Kewirausahaan (X1), Manajemen
Agribisnis (X2), dan Keberhasilan (Y) menggunakan indikator reflektif.
3. PLS merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala data,
tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya tidak harus besar.
Besarnya sampel direkomendasikan berkisar dari 30 - 100 kasus (Ghozali,
2008). Dalam penelitian ini, unit analisis adalah Kelompok Tani Pelaksana
yang terdiri dari 84 responden sehingga memenuhi untuk penggunaan analisis
PLS ini.
4. PLS merupakan metode analisis untuk causal-predictive analysis dalam
situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah.
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang dibangun atas dasar
teori, maka dapat digambarkan model empirik penelitian (Gambar 4.1).
60
Gambar 4.1
Model Empirik Penelitian
Keterangan :
X1.1 : Sifat Instrumental
X1.2 : Sifat Prestatif
X1.3 : Sifat Keluwesan Bergaul
X1.4 : Sifat Pengambil Resiko
X1.5 : Sifat Swakendali
X1.6 : Sifat Kerja Keras
X1.7 : Sifa Keyakinan Diri
X1.8 : Sifat Inovatif
X1.9 : Sifat Kreatif
X1.10 : Sifat Kepemimpinan
X1.11 : Sifat Berorientasi pada Tindakan (action oriented)
X1.12 : Sifat Berpikir Sederhana (Simple)
X1.13 : Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti
X2.1 : Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri
X2.2 : Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri
X2.3 : Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri
X2.4 : Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri
Jiwa
Kewirausahaan
(X1)
X1.12
X1.11
X1.10
X1.9
X1.8
X1.7 X1.6 X1.5 X1.4 X1.3
Manajemen
Agribisnis
(X2)
X2.4X2.3X2.2X2.1
Keberhasilan
(Y)
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
X1.13
X1.2 X1.1
61
Y1 : Berkembangnya Kelembagaan dan SDM
Y2 : Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Diversifikasi Usaha Pertanian dan
Industri Rumah Tangga
Y3 : Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani
Y4 : Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan
Efisiensi Usaha Tani
Y5 : Terciptanya dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju green
economic
Y6 : Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan
Y7 : Peningkataan Pendapatan Petani
Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang
mempunyai sifat non-parametrik. Evaluasi model terdiri atas dua bagian, yaitu
evaluasi model pengukuran dan evaluasi model struktural. Penjelasan lebih lanjut,
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Evaluasi Model Pengukuran atau Outer Model
Evaluasi outer model disebut pula dengan evaluasi model pengukuran
dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan
indikator refleksif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminat untuk
indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan
cronbach alpha untuk blok indikatornya. (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2008).
Dalam penelitian ini semua variabel merupakan variabel laten dengan
indikator reflektif, sehingga evaluasi model pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Convergent validity
Uji validitas convergent indikator refleksif dapat dilihat dari nilai loading
factor untuk setiap konstruk, dimana nilai loading factor yang direkomendasikan
harus lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory, dan nilai
loading factor antara 0,6 – 0,7 untuk penelitian yang bersifat explatory masih
62
dapat diterima. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai outer loading > 0.7
dan nilai t-statistic > 2.64.
b. Discriminant validity
Cara untuk menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif yaitu
dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70. Cara lain
yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan
membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai
korelasi antar konstruk dalam model. Validitas discriminant yang baik
ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi
antar konstruk dalam model. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari
0.50 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2012).
Rule of thumb uji validitas convergent dan discriminant dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Ringkasan Rule of Thumb
Uji Validitas Convergent dan Discriminant
Validitas Parameter Rule of Thumb
Validitas
Convergent
Loading Factor
a. > 0,70 untuk confirmatory
research
b. > 0,60 untuk exploratory
research
Communality > 0,50 untuk confirmatory dan
exploratory research
AVE (Average Variance
Extracted)
> 0,50 untuk confirmatory dan
exploratory research
Validitas
Discriminant
Cross Loading > 0,70 untuk setiap variabel
Akar kuadrat AVE dan
korelasi antar konstruk
laten
Akar kuadrat AVE > korelasi
antar konstruk laten
Sumber : Ghozali, 2012
63
c. Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha.
Uji reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Penggunaan
Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai
yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan
Composite Reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk.
Rule of thumb uji reliabilitas konstruk dengan indikator refleksif dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Rule of Thumb Uji Reliabilitas Konstruk
Parameter Rule of Thumb
Composite
Reliability
a. > 0,70 untuk confirmatory research
b. 0,60 – 0,70 masih dapat diterima untuk exploratory
research
Cronbach’s
Alpha
a. > 0,70 untuk confirmatory research
b. 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research
Sumber : Ghozali 2012
2) Evaluasi Model struktural atau Inner Model
Dalam menilai model struktural dengan struktural PLS dapat dilihat dari
nilai R-Squares untuk setiap variabel laten sebagai kekuatan prediksi dari model
struktural. Nilai R-Squares merupakan uji goodness fit model. Perubahan nilai R-
Squares digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu
terhadap variabel laten endogen, apakah mempunyai pengaruh substantive. Nilai
R-Squares 0,67; 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model
struktural menunjukkan model kuat, moderat, dan lemah (Chin, 1998 dalam
Ghozali, 2012).
64
Hasil dari PLS R-Squares mempresentasikan jumlah variance dari
konstruk yang dijelaskan oleh model. Selain melihat besarnya nilai R-Squares,
evaluasi model struktural PLS dapat juga dilakukan dengan Q2
predictive
relevance atau sering disebut predictive sample reuse yang dikembangkan oleh
Stone (1974) dan Geisser (1975) dalam Ghozali (2012). Rule of Thumb model
struktural dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Rule of Thumb Evaluasi Model Struktural
Kriteria Rule of Thumb
R-Square 0,67; 0,33 dan 0,19 menunjukkan model kuat,
moderat dan lemah (Chin, 1998 dalam Ghozali,
2012).
Q2 predictive relevance Q
2 > 0 menunjukkan model mempunyai predictive
relevance dan jika Q2
< 0 menunjukkan bahwa
model kurang memiliki predictive relevance.
Sumber : Ghozali, 2012
3) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Kalau dalam
pengujian ini diperoleh p-value < 0,05 (alpha 5%), berarti pengujian
signifikan, dan sebaliknya kalau p-value > 0,05 (alpha 5%), berarti tidak
signifikan. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan,
hal ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai
instrumen pengukur variabel laten. Sementara, bilamana hasil pengujian pada
inner model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
yang bermakna variabel laten satu terhadap variabel laten lainnya.
65
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
5.1.1 Letak Geografis, Luas dan Topografi Kabupaten Tabanan
Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang terletak di bagian selatan Pulau Bali.
Kabupaten Tabanan termasuk salah satu dari beberapa Kabupaten yang ada di
Provinsi Bali memiliki daerah pegunungan dan pantai yang memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara merupakan daerah pegunungan yang berbatasan dengan
Kabupaten Tabanan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana
4. Sebelah Timus berbatasan dengan Kabupaten Badung
Luas wilayah Kabupaten Tabanan seluruhnya adalah 839.33 Km2 atau 14,9
% dari luas Provinsi Bali (5.632,86 Km2). Kabupaten Tabanan terdiri dari 10
Kecamatan yaitu Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan
Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan
Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga,
dan Kecamatan Baturiti (BPS Kab. Tabanan, 2013).
Berdasarkan besarnya wilayah maka Kabupaten Tabanan termasuk
Kabupaten terbesar kedua di Provinsi Bali setelah Kabupaten Buleleng. Bila
dilihat dari penguasaan tanahnya dari luas wilayah yang ada, sekitar 26,70 %
65
66
(224,13 Km2) merupakan lahan persawahan (73,30 %) atau 615,20 Km
2
merupakan lahan pertanian bukan sawah (BPS Kab. Tabanan, 2013).
Keadaan topografi Kabupaten Tabanan dapat digambarkan dengan adanya
dataran tinggi di wilayah Tabanan bagian Utara yang merupakan daerah
pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 2.276 meter yang
berada pada puncak Gunung Batukaru. Sedangkan, daerah bagian selatan
merupakan daerah pantai yang sudah tentu merupakan dataran rendah (BPS Kab.
Tabanan, 2013).
5.1.2 Kependudukan
Penduduk merupakan aset pembangunan bila mereka dapat diberdayakan
secara optimal. Disamping itu penduduk juga dapat menjadi beban pembangunan
apabila kualitas penduduk atau sumber daya manusianya rendah.
Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada Tahun 2012, penduduk
Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 441.900 jiwa dengan laju pertumbuhan
alaminya sebesar 0,19. Dari 441.900 jiwa 220.002 (49,79%) diantaranya
merupakan penduduk laki-laki dan 221.898 (50,21%) merupakan penduduk
perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya rasio jenis kelamin atau sex ratio
penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2012 adalah sebesar 99,15(BPS Kab.
Tabanan, 2013). Hal ini menunjukkan dalam sektor pertanian penduduk wanita
berpeluang juga untuk ikut bergabung dalam kelompok tani pelaksana Simantri
dan dengan adanya penduduk wanita ini dapat mengembangkan jiwa
67
kewirausahaan dan manajemen agrbisnis agar dapat lebih berhasil dalam kegiatan
Simantri.
5.1.3 Program Simantri
Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohan dalam mempercepat alih teknologi kepada masyarakat pedesaan.
Kegiatan integrasi yang dilaksanakan berorientasi pada usaha pertanian tanpa
limbah (zero waste) dan mengasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan
utama adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana
limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim
kemarau sedangkan limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk
organik, dan bio pestisida (Distan, 2012).
Sasaran kegiatan Simantri adalah adalah Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) pada satu wilayah desa, dengan kriteria :
1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan terdapat komoditi unggulan sebagai
titik ungkit.
2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi.
3. Dapat dilaksanakan pada Desa dengan rumah Tangga Miskin (RTM) yang
memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis.
Melalui pola pertanian terintegrasi, usaha pertanian berlanjut dari aspek
ekonomi, ekologi, dan sosial, karena selain diperoleh peningkatan pendapatan,
68
efisiensi usaha komuditas yang diintegrasikan (tanaman-ternak), juga berpotensi
memunculkan lapangan kerja baru serta bersifat ramah lingkungan.
5.1.4 Lokasi Simantri di Kabupaten Tabanan
Kabupaten Tabanan mendapatkan bantuan Simantri dari Tahun 2009
sebanyak 1 Simantri, Tahun 2010 terdapat sebanyak 4 Simantri dan Tahun 2011
terdapat sebanyak 16 Simantri, sehingga sampai Tahun 2011 terdapat 21 Simantri.
Lokasi Simatri di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Lokasi Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
NO Kecamatan Desa Gapoktan No
Tahun Simantri
1 Tabanan Tunjuk Subak Gede Bungan Kapal 6 2009
2 Selemadeg Antap Antap Tani Makmur 25 2010
3 Pupuan Munduk temu Batur Ibu 26 2010
4 Kerambitan Kelating Timan agung 27 2010
5 Penebel Mangesta Subak Kedampal Wangaya Betan 29 2010
6 Selemadeg Barat Angkah Tri Buana 75 2011
7 Selemadeg Selemadeg Sapta Tunggal 76 2011
8 Selemadeg Timur Gadungan Sari Gadung 77 2011
9 Pupuan Sai Windu Karya Sedana 78 2011
10 Kerambitan Penarukan Ananta Winangun 79 2011
11 Tabanan Sudimara Tani Lestari 80 2011
12 Penebel Tegal Linggah Catur Wahana 81 2011
13 Marga Batannyuh Catur Sari 82 2011
14 Kediri Beraban Baruna 83 2011
15 Baturiti Candi Kuning Candi Agro Mandiri 84 2011
16 Pupuan Padangan Rasa Tani Sentausa 165 2011
17 Penebel Pesagi Sarwa Nadi 166 2011
18 Selemadeg Manik Yang Panca Usaha Tani 167 2011
19 Tabanan Subamia Sabha Ramya 168 2011
20 Marga Marga Manah Bakti 169 2011
21 Baturiti Perean Tengah Catur Loka Bhuana 170 2011
Sumber : Distan 2012
69
5.2 Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 84 responden yang terdiri dari pengurus dan
anggota Poktan Pelaksana Simantri yang ada di Kabupaten Tabanan. Adapun
identitas responden yang ikut ambil bagian dari penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pekerjaan dan penghasilan yang akan
diuraikan sebagai berikut.
5.2.1 Umur
Karakteristik responden dalam penelitian ini jika dilihat dari umur, maka
gambaran distribusinya dapat dilihat seperti pada Tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Umur Responden
No Umur (TH) Frekuensi Persentase (%)
1 < 30 3 3.57
2 30-60 79 94.05
3 > 60 2 2.38
Jumlah 84 100
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.2 menunjukkan sebagian besar
responden berumur 30 – 60 Tahun sebanyak 79 orang atau 94,05%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia masih
produktif, yaitu usia dimana kemampuannya dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan dan manajemen dalam program Simantri akan lebih berhasil lagi
karena masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki dan produktivitas kerjanya
dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.
70
5.2.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil tabulasi data yang dilakukan sesuai dengan latar
belakang pendidikan responden, maka diperoleh gambaran sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1 SD 19 22.62
2 SMP 11 13.10
3 SMA/SMK 44 52.38
4 Diploma 4 4.76
5 Sarjana 6 7.14
Jumlah 84 100
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Dari Tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
terbanyak adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 44 orang atau 52,38%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada umumnya cukup
memadai untuk menjalankan kegiatan Simantri dan bukan menjadi hambatan bagi
mereka untuk berinovasi lebih berhasil lagi dalam menjalankan kegiatan Simantri.
5.2.3 Pekerjaan
Pekerjaan utama merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu lebih
banyak, sedangkan pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan pada
waktu senggang atau kosong. Karakteristik responden dalam penelitian ini jika
dilihat dari pekerjaan, maka gambaran distribusinya dapat dilihat seperti pada
Tabel 5.4 berikut ini.
71
Tabel 5.4
Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Jenis Pekerjaan (%)
Petani Buruh Dagang Wiraswasta PNS Tidak ada
Pekerjaan
1 Pekerjaan Pokok 71.43 3.57 - 16.67 8.33 -
2 Pekerjaan Sampingan 21.43 15.48 4.76 2.38 - 55.95
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.4 menyatakan bahwa pekerjaan
pokok responden yang terbanyak adalah petani yaitu71.43%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa responden sebagai petani akan lebih berpotensi berhasil
menjalankan program Simantri dengan pengalaman bertani dan harus diimbangi
dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen pada
kegiatan usaha taninya
Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan sampingan, responden yang paling
banyak adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan yaitu 55.95%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan program Simantri petani dapat membuka lapangan
pekerjaan baik itu UMKM maupun usaha kecil-kecilan sehingga petani bisa
mendapatkan pekerjaan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5.2.4 Pendapatan Gapoktan Simantri
Pendapatan dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh responden dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan seperti
sebagai petani, buruh, dagang, wiraswasta, pns. Tingkat pendapatan dapat dilihat
pada Tabel 5.5.
72
Tabel 5.5
Tingkat Pendapatan Per Bulan Responden
No Pendapatan/Bulan Kegiatan
Pokok (%) Sampingan (%)
1 ≤ Rp 1.000.000 52.38 41.67
2 Rp 1.100.000 - Rp 1.500.000 21.43 2.38
3 Rp 1.600.000 - Rp 2.000.000 10.71 -
4 Rp 2.100.000 - Rp 2.500.000 4.76 -
5 ≥ Rp 2.500.000 10.71 -
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan
utama dan sampingan responden tertinggi berada pada kurang atau sama dengan
Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 59.52 % dan 41.67 %. Hal ini menunjukkan
pendapatan petani masih rendah, sehingga diharapkan melalui program Simantri
petani dapat aktif dan berinovasi melalui program Simantri dengan menumbuhkan
jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam usaha taninya.
5.3 Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan
Variabel jiwa kewirausahaan (X1) dalam penelitian merupakan variabel
bebas yang diukur dengan 13 indikator yang meliputi sifat instrumental (X1.1),
sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat pengambil resiko (X1.4),
sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat keyakinan diri (X1.7), sifat
inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan (X1.10), sifat berorientasi
pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir sederhana (simple) (X1.12),
dan sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13). Untuk dapat mengetahui tingkat
jiwa kewirausahaan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di
73
Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini dari tahun 2009 -
2011.
Tabel 5.6
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri
di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Indikator Variabel
Rata-rata
Skor
Tahun
2009
Rata-rata
Skor
Tahun
2010
Rata-rata
Skor
Tahun
2011
Rata-rata
Skor
Tahun
2009-2011
Kategori
Tahun
2009-
2011
1 Sifat Instrumental Poktan Pelaksana
Simantri (X1.1) 3.00 3.73 3.35 3.41 Baik
2 Sifat Prestatif Poktan pelaksana
Simantri (X1.2) 2.69 3.91 3.35 3.45 Baik
3 Sifat Keluwesan Bergaul Poktan
Pelaksana Simantri (X1.3) 2.63 4.16 3.52 3.60 Baik
4 Sifat Pengambil Resiko Poktan
Pelaksana Simantri (X1.4) 2.69 3.91 3.53 3.56 Baik
5 Sifat Swakendali Poktan Pelaksana
Simantri (X1.5) 2.69 4.03 3.46 3.53 Baik
6 Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana
Simantri (X1.6) 3.06 3.98 3.25 3.36 Cukup
7 Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana
Simantri (X1.7) 2.81 4.00 3.40 3.49 Baik
8 Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri
(X1.8) 3.00 4.09 3.39 3.51 Baik
9 Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri
(X1.9) 2.75 4.03 3.39 3.49 Baik
10 Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana
Simantri (X1.10) 2.75 4.08 3.33 3.44 Baik
11 Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana
Simantri (X1.11) 2.88 3.92 3.30 3.40 Cukup
12 Sifat Cara Berpikir Simple Poktan
Pelaksana Simantri (X1.12) 2.88 3.88 3.38 3.45 Baik
13 Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti
Poktan Pelaksana Simantri (X1.13) 2.63 3.80 3.24 3.34 Cukup
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana
Simantri (X1) 2.80 3.96 3.38 3.46 Baik
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Keterangan :
1.00 - 1.80 = Sangat Kurang
1.81 - 2.60 = Kurang
2.61 - 3.40 = Cukup
3.41 - 4.20 = Baik
4.21 - 5.00 = Sangat Baik
74
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk
variabel tingkat jiwa kewirausahaan Tahun 2009 adalah 2.80 yang menunjukkan
bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana
Simantri tahun 2009 termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan 13 indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel jiwa kewirausahaan (X1), nilai rata-rata
terendah jawaban responden pada indikator X1.3 yaitu sifat keluwesan bergaul dan
indikator X1.13 yaitu sifat fokus pada bisnis yang digeluti dengan skor 2.63 yang
artinya cukup. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi jawaban responden dari 13
indikator yang digunakan adalah pada indikator X1.6 yaitu sifat kerja keras dengan
skor 3.06 dengan kategori cukup.
Nilai rata-rata variabel tingkat jiwa kewirausahaan tahun 2010 adalah 3.96
yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok
tani pelaksana Simantri tahun 2010 termasuk dalam kategori Baik. Hal ini
menunjukkan tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana
Simantri tahun 2010 berdasarkan persepsi jawaban responden adalah baik. Rata-
rata skor jawaban tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator
X1.3 yaitu sifat keluwesan bergaul dengan skor 4.16 dengan kategori baik.
Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator X1.1 yaitu sifat instrumental
dengan skor 3.73 yang artinya baik.
Selanjutnya rata-rata untuk variabel tingkat jiwa kewirausahaan tahun
2011 adalah 3.38 yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang
dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2011 termasuk dalam kategori
cukup. Nilai rata-rata jawaban terendah responden pada indikator X1.13 yaitu sifat
75
fokus pada usaha yang digeluti dengan skor 3.24 yang artinya cukup. Sedangkan
nilai rata-rata tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator
X1.3 yaitu sifat pengambil resiko dengan skor 3.53 dengan kategori baik.
Berdasarkan dari Tabel 5.6 rata-rata untuk variabel tingkat jiwa
kewirausahaan tahun 2009-2011 adalah 3.46 yang menunjukkan bahwa tingkat
jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri termasuk
dalam kategori baik. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 13 indikator yang
digunakan adalah pada indikator X1.3 yaitu sifat luwes bergaul dengan skor 3.60
dengan kategori baik. Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator X1.13
yaitu sifat fokus pada usaha yang digeluti dengan skor 3.34 yang artinya cukup.
5.4 Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
Variabel manajemen agribisnis (X2) dalam penelitian merupakan variabel
bebas yang diukur dengan 4 indikator yang meliputi perencanaan usaha agribisnis
(X2.1), pengorganisasian usaha agribisnis (X2.2), pengembangan usaha agribisnis
(X2.3), pengawasan usaha agribisnis (X2.4). Untuk dapat mengetahui penerapan
manajemen kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.7 dari tahun 2009 – 2011
76
Tabel 5.7
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009 -2011
No Indikator Variabel
Rata-rata
Skor
Tahun
2009
Rata-rata
Skor
Tahun
2010
Rata-rata
Skor
Tahun
2011
Rata-rata
Skor
Tahun
2009-2011
Kategori
Tahun
2009-
2011
1 Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.1) 3.10 3.83 3.41 3.45 Baik
2 Pengorganisasian Usaha Agribisnis
Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) 2.75 3.59 3.38 3.40 Cukup
3 Pengembangan Usaha Agribisnis
Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) 2.75 3.95 3.45 3.59 Baik
4 Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.4) 2.81 3.86 3.43 3.52 Baik
Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2) 2.85 3.81 3.42 3.49 Baik
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Keterangan :
1.00 - 1.80 = Sangat Kurang
1.81 - 2.60 = Kurang
2.61 - 3.40 = Cukup
3.41 - 4.20 = Baik
4.21 - 5.00 = Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk
variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2009 adalah 2.85 yang
menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok
tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori cukup. Rata-rata skor jawaban
tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.1 yaitu
perencanaan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.10
yang berada dalam kategori cukup. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 4
indikator yang digunakan berada pada indikator X2.2 yaitu pengorganisasian usaha
agribisnis Poktan pelaksana Simantri dan X2.3 yaitu pengembangan usaha
agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 2.75 yang berada
dalam kategori cukup.
77
Rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2010
adalah 3.81 yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang
dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik.
Secara keseluruhan dari 4 indikator yang digunakan berada dalam klasifikasi baik.
Skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator
X2.2 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan
skor rata-rata 3.59 yang berada dalam kategori baik. Rata-rata skor jawaban
tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu
pengembangan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata
3.95 yang berada dalam kategori baik.
Selanjutnya rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis
tahun 2011 adalah 3.42 yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen
agribisnis yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam
kategori baik. Secara keseluruhan dari 4 indikator yang digunakan diketahui
sebanyak 3 indikator dalam klasifikasi Baik dan sisanya sebanyak 1 indikator
dalam klasifikasi penilaian cukup. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4
indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu pengembangan usaha
agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.45 yang berada dalam
kategori baik. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan
berada pada indikator X2.2 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan
pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 3.38 yang berada dalam kategori cukup.
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk
variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2009-2011 adalah 3.49 yang
78
menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok
tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik. Skor penilaian terendah
dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator X2.3 yaitu pengorganisasian
usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 3.40 yang
berada dalam kategori cukup. Selanjutnya rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4
indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu pengembangan usaha
agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.59 yang berada dalam
kategori baik.
5.5 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani pada Gapoktan Simantri di
Kabupaten Tabanan
Variabel keberhasilan Simantri (Y) dalam penelitian merupakan variabel
yang diukur dengan 7 indikator yang meliputi berkembangnya kelembagaan dan
SDM (Y1), terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha
pertanian (Y2), berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3),
meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi
usaha tani (Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green
economic (Y5), berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6), dan peningkatan
pendapatan petani (Y7). Tingkat keberhasilan kelompok tani pelaksana Simantri
tahun 2009-2011 dapat dilihat dari Tabel 5.8.
79
Tabel 5.8
Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di
Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Indikator Variabel
Rata-
rata
Skor
Tahun
2009
Rata-
rata
Skor
Tahun
2010
Rata-
rata
Skor
Tahun
2011
Rata-
rata
Skor
Tahun
2009-
2011
Kategori Tahun
2009-2011
1 Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) 3.33 3.48 3.08 3.16 Cukup Berhasil
2
Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan
Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah
Tangga (Y2)
2.25 3.75 3.36 3.38 Cukup Berhasil
3 Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Usaha Tani (Y3) 3.17 3.50 3.04 3.13 Cukup Berhasil
4 Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui
Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) 3.00 3.83 3.22 3.33 Cukup Berhasil
5 Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik
Menuju Green Economic (Y5) 2.58 3.85 3.29 3.42 Berhasil
6 Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6) 2.17 3.31 3.21 3.18 Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y) 2.75 3.62 3.20 3.27 Cukup Berhasil
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Keterangan :
1.00 - 1.80 = Sangat Kurang Berhasil
1.81 - 2.60 = Kurang Berhasil
2.61 - 3.40 = Cukup Berhasil
3.41 - 4.20 = Berhasil
4.21 - 5.00 = Sangat Berhasil
Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan
Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 adalah 2.75 yang menunjukkan
bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana
Simantri termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari
indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y)
adalah indikator Y1 yaitu berkembangnya kelembagaan dan SDM dengan nilai
rata-rata 3.33 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Selanjutnya untuk
skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y6 yaitu berkembangnya ekonomi
pedesaan dengan nilai rata-rata 2.17 yang termasuk dalam kategori kurang
berhasil.
80
Rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010
adalah 3.62 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang
dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori berhasil.
Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y6 yaitu berkembangnya ekonomi
pedesaan dengan nilai rata-rata 3.31 yang termasuk dalam kategori cukup
berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y3 yaitu terciptanya pertanian
organik dengan nilai rata-rata 3.85 yang termasuk dalam kategori berhasil.
Selanjutnya rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada
tahun 2011 adalah 3.20 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri
yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil.
Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y2 yaitu terciptanya lapangan kerja
melalui pengembangan diversivikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga
dengan nilai rata-rata 3.36 dengan kategori cukup berhasil. Sedangkan rata-rata
untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel
keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y3 yaitu berkembangnya intensifikasi
dan ekstensifikasi usaha tani dengan nilai rata-rata 3.04 yang termasuk dalam
kategori cukup berhasil.
Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan
Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 adalah 3.27 yang
menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani
81
pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari
indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y)
adalah indikator Y5 yaitu terciptanya pertanian organik dengan nilai rata-rata 3.42
dengan kategori berhasil. Selanjutnya untuk skor terendah dari indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator
Y3 yaitu berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan nilai rata-rata
3.13 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil.
Indikator peningkatan pendapatan (Y7) Poktan pelaksana Simantri tahun
2009-2011 dapat diukur dalam 4 sektor yaitu sektor pertanian, sektor peternakan,
sektor perkebunan dan sektor perikanan. Besarnya peningkatan pendapatan
Poktan pelaksana Simantri dari tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9
Rata-Rata Peningkatan Pendapatan anggota Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Tahun
Sebelum
Simantri
(Rp)/Th
Sesudah
Simantri
(Rp)/Th
Peningkatan
Pendapatan
(Rp)/Th
Besaran
Peningkatan
Pendapatan
(%)
1 2009 11,907,617 13,861,146 1,953,529 16.41
2 2010 19,348,908 25,568,311 6,219,403 32.14
3 2011 10,360,521 13,405,513 3,044,992 29.39
4 2009-2011 12,146,266 15,978,989 3,832,723 31.55
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Pada Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa peningkatan pendapatan anggota
Poktan pelaksana Simantri yang tertinggi adalah tahun 2010 sebesar Rp
6.219.403/Tahun atau sebesar 32.14% untuk masing-masing anggota Poktan
Pelaksana Simantri. Sedangkan peningkatan pendapatan anggota Poktan
82
pelaksana Simantri terendah adalah tahun 2009 sebesar Rp 1.953.529/Tahun atau
sebesar 16.41% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana Simantri.
5.6 Analisis Model PLS
Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
Smart PLS versi 2.0 M3. Data yang dipergunakan untuk analisis ini adalah hasil
rata-rata keseluruhan item pada masing-masing indikator dalam suatu variabel.
Perlakuan data menggunakan metode rata-rata dalam analisis yang diaplikasikan
pada variabel jiwa kewirausahaan (X1), manajemen agribisnis (X2) dan
keberhasilan Simantri (Y).
5.6.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model pengukuran memerikasa validitas dan reliabilitas
indikator-indikator yang mengukur konstruk atau variabel laten. Dalam penelitian
ini ketiga variabel laten yaitu jiwa kewirausahaan (X1), manajemen agribisnis (X2)
dan keberhasilan Simantri (Y) merupakan model pengukuran dengan indikator
reflektif sehingga dalam evaluasi model pengukuran dilakukan dengan memeriksa
convergent dan discriminant validity dari indikator, serta composite reliability.
1. Convergent validity
Suatu indikator dinyatakan valid jika memiliki outer loading > 0.70 dan
nilai T-Statistic diatas 2.64. Nilai outer loading dapat mengetahui kontribusi
setiap indikator terhadap variabel latennya. Jika nilai outer loading suatu indikator
paling tinggi maka menunjukkan indikator tersebut merupakan pengukur terkuat
atau yang paling penting dalam variabel latennya.
83
Tabel 5.10
Pengujian Outer Model
Variabel Indikator/Item Outer
Loading
t-
statistic
Jiwa
Kewirausahaan
(X1)
Sifat Instrumental (X1.1) 0.841 31.544
Sifat Prestatif (X1.2) 0.851 27.419
Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3) 0.898 54.134
Sifat Pengambil Resiko (X1.4) 0.883 43.687
Sifat Swakendali (X1.5) 0.881 32.668
Sifat Kerja Keras (X1.6) 0.827 24.791
Sifat Keyakinan Diri (X1.7) 0.871 28.998
Sifat Inovatif (X1.8) 0.879 34.562
Sifat Kreatif (X1.9) 0.877 32.504
Sifat Kepemimpinan (X1.10) 0.846 32.016
Sifat Action Oriented (X1.11) 0.833 24.711
Sifat Cara Berpikir Simple (X1.12) 0.849 28.463
Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti (X1.13) 0.824 24.346
Manajemen
Agribisnis (X2)
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1) 0.831 26.301
Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri
(X2.2) 0.807 21.105
Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.3) 0.933 93.598
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4) 0.896 45.600
Keberhasilan
Simantri (Y)
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) 0.825 23.247
Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Pengembangan
Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah
Tangga (Y2)
0.889 44.031
Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha
Tani (Y3) 0.705 9.383
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui
Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha tani (Y4) 0.875 34.927
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik
Menuju Green Economic (Y5) 0.900 46.643
Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan (Y6) 0.826 24.563
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7) 0.840 35.374
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil pengujian outer model pada Tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa
13 indikator yang mengukur variabel jiwa kewirausahaan (X1) memiliki nilai
outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas 2.64. Ini berarti
sifat instrumental (X1.1), sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat
84
pengambil resiko (X1.4), sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat
keyakinan diri (X1.7), sifat inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan
(X1.10), sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir
sederhana (simple) (X1.12), dan sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13)
merupakan indikator yang valid sebagai pengukur variabel jiwa kewirausahaan
(X1). Disamping itu hasil analisis menunjukkan sifat keluwesan bergaul (X1.3)
merupakan indikator paling kuat dalam jiwa kewirausahaan dengan nilai outer
loading sebesar 0.898.
Hasil evaluasi variabel manajemen agribisnis (X2), ke empat indikator
memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas
2.64. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan usaha agribisnis (X2.1),
pengorganisasian usaha agribisnis (X2.2), pengembangan usaha agribisnis (X2.3),
pengawasan usaha agribisnis (X2.4) merupakan indikator yang valid sebagai
pengukur variabel manajemen agribisnis (X2). Indikator pengembangan usaha
agribisnis (X2.3) merupakan indikator yang paling kuat dalam manajemen
agribisnis dengan nilai nilai outer loading sebesar 0.933.
Pada evaluasi variabel keberhasilan Simnatri (Y), ke semua indikator
memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas
2.64. Hasil ini menunjukkan bahwa berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1),
terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian
(Y2), berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3),
meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi
usaha tani (Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green
85
economic (Y5), berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6), dan peningkatan
pendapatan petani (Y7) merupakan indikator yang valid dari variabel keberhasilan
Simantri (Y). Disamping itu hasil analisis menujukkan indikator tercipta dan
berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5) merupakan
indikator yang paling kuat dalam keberhasilan Simantri dengan nilai nilai outer
loading sebesar 0.900.
2. Discriminant validity
Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan nilai square root of
average variance extracted (AVE) setiap variabel laten dengan korelasi antar
variabel laten dalam model. Ketentuannya adalah apabila square root of average
variance extracted (√AVE) variabel laten lebih besar dari koefisien korelasi
variabel laten mengindikasikan indikator-indikator variabel memiliki discriminant
validity yang baik. Nilai AVE direkomendasikan lebih besar dari 0.50.
Tabel 5.11
Pemeriksaan Discriminant validity
Variabel AVE √AVE Korelasi
X1 X2 Y
Jiwa Kewirausahaan (X1) 0.738 0.859 1.000
Manajemen Agribisnis (X2) 0.754 0.868 0.817 1.000
Keberhasilan Simantri (Y) 0.704 0.839 0.831 0.825 1.000
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Pada Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa ketiga variabel memiliki nilai AVE
berada diatas 0.50 dan nilai akar AVE lebih tinggi daripada korelasi variabel
86
laten. Hal ini berarti pengujian discriminant validity dengan akar AVE
menunjukkan bahwa seluruh variabel diatas dikatakan baik / valid.
3. Composite Reliability dan Crobach Alpha
Evaluasi ini dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dari blok
indikator yang mengukur konstruk dan nilai cronbach alpha. Nilai composite
reliability dan nilai cronbach alpha dikatakan baik apabila berada diatas 0.70.
Berikut dapat dilihat nilai composite reliability dan nilai cronbach alpha pada
Tabel 5.12.
Tabel 5.12
Nilai Composite Reliability dan Crobach Alpha
Variabel Composite Reliability Cronbach Alpha
Jiwa Kewirausahaan (X1) 0.973 0.970
Manajemen Agribisnis (X2) 0.924 0.890
Keberhasilan Simantri (Y) 0.943 0.929
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil evaluasi nilai composite reliability dan cronbach alpha pada Tabel
5.12 menunjukkan bahwa ketiga variabel laten berada diatas 0.70, sehingga dapat
dinyatakan bahwa blok indikator reliabel atau handal mengukur variabel-variabel
penelitian.Berdasarkan hasil evaluasi convergent dan discriminant validity
masing-masing indikator maka dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator
tersebut dinyatakan valid dan reliabel.
87
5.6.2 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Setelah dilakukan pengujian terhadap outer model dengan uji validitas dan
reliabilitas maka selanjutnya dilakukan pengujian terhadap model struktural (inner
model). Tahapan dari pengujian inner model ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Evaluasi Goodness of Fit
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-
Squares untuk setiap variabel sebagai kekuatan prediksi dari model struktural.
Selain melihat besarnya nilai R-Squares, evaluasi model struktural PLS dapat juga
dilakukan dengan Q2
predictive relevance atau sering disebut predictive sample
reuse. Besaran Q2 memiliki nilai rentang 0 < Q
2 < 1, semakin mendekati 1 berarti
model struktural dari suatu penelitian semakin baik. Hasil pengujian model dapat
dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13
Hasil Evaluasi Goodness of Fit
Variabel R square
Manajemen Agribisnis (X2) 0.842
Keberhasilan Simantri (Y) 0.788
Kalkulasi :
Q2 = 1-(1-R1
2) (1-R2
2)
Q2 = 1-(1-0.842) (1-0.788) = 0.967
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil evaluasi Tabel 5.13 menunjukkan bahwa model struktural terbukti
nilai Q2
(0.967) mendekati angka 1. Dengan demikian hasil evaluasi ini memberi
bukti bahwa model struktural memiliki kesesuaian (goodness of fit model) yang
baik. Hal ini berarti bahwa informasi yang terkandung dalam data 96,7 % dapat
88
dijelaskan oleh model sedangkan sisanya 3,3% dijelaskan variabel lain yang
belum terdapat dalam model.
2. Evaluasi Koefisien Indikator
Evaluasi koefisien indikator digunakan untuk mengetahui besarnya
sumbangan pengaruh masing-masing indikator terhadap variabel yang dibentuk
serta tingkat signifikansinya.
1. Variabel Jiwa Kewirausahaan
Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator jiwa
kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14
Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Jiwa Kewirausahaan
Variabel Indikator/Item Original
Sample
Standard
Error
t-
statistic
Jiwa Kewirausahaan
(X1)
Sifat Instrumental (X1.1) 0.841 0.027 31.544
Sifat Prestatif (X1.2) 0.851 0.031 27.419
Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3) 0.898 0.017 54.134
Sifat Pengambil Resiko (X1.4) 0.883 0.020 43.687
Sifat Swakendali (X1.5) 0.881 0.027 32.668
Sifat Kerja Keras (X1.6) 0.827 0.033 24.791
Sifat Keyakinan Diri (X1.7) 0.871 0.030 28.998
Sifat Inovatif (X1.8) 0.879 0.025 34.562
Sifat Kreatif (X1.9) 0.877 0.027 32.504
Sifat Kepemimpinan (X1.10) 0.846 0.026 32.016
Sifat Action Oriented (X1.11) 0.833 0.034 24.711
Sifat Cara Berpikir Simple (X1.12) 0.849 0.030 28.463
Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti (X1.13) 0.824 0.034 24.346
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil pengujian pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 13 indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel jiwa kewirausahaan semua berpengaruh
89
sangat nyata membentuk variabel jiwa kewirausahaan pada level 1% dengan nilai
t-statistik > 2.64.
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat dijelaskan bahwa indikator jiwa
kewirausahaan yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri untuk
mencapai keberhasilan adalah sifat keluwesan bergaul (X1.3) dengan sumbangan
pengaruh koefisien indikator paling besar dalam membentuk variabel jiwa
kewirausahaan sebesar 0.898 dengan nilai t-statistik > 2.64. Indikator kedua
adalah sifat pengambil resiko (X1.4) dengan sumbangan pengaruh koefisien
indikator sebesar 0.883. Indikator ketiga adalah sifat swakendali (X1.5) dengan
sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.881. Indikator keempat adalah
sifat inovatif (X1.8) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar
0.879. Indikator kelima adalah sifat kreatif (X1.9) dengan sumbangan pengaruh
koefisien indikator sebesar 0.877. Indikator keenam adalah sifat keyakinan diri
(X17.) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.871. Indikator
ketujuh adalah sifat prestatif (X1.2) dengan sumbangan pengaruh koefisien
indikator sebesar 0.851.
Selanjutnya hasil evaluasi indikator kedelapan adalah sifat berpikir simple
(X1.12) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.849. Indikator
kesembilan adalah sifat kepemimpinan (X1.10) dengan sumbangan pengaruh
koefisien indikator sebesar 0.846. Indikator kesepuluh adalah sifat instrumental
(X1.1) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.841. Indikator
kesebelas adalah sifat action oriented (X1.11) dengan sumbangan pengaruh
koefisien indikator sebesar 0.833. Indikator kedua belas adalah sifat kerja keras
90
(X1.6) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.827 dan
indikator yang terakhir adalah sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13) dengan
sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.824.
2. Variabel Manajemen Agribisnis
Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator
manajemen agribisnis dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15
Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Manajemen Agribisnis
Variabel Indikator/Item Original
Sample
Standard
Error
t-
statistic
Manajemen
Agribisnis (X2)
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri
(X2.1) 0.831 0.032 26.301
Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam
Simantri (X2.2) 0.807 0.038 21.105
Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri
(X2.3) 0.933 0.010 93.598
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri
(X2.4) 0.896 0.020 45.600
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil pengujian pada Tabel 5.15 memperlihatkan bahwa dari 4 indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel manajemen agribisnis semua
berpengaruh sangat nyata membentuk variabel jiwa kewirausahaan pada level 1%
dengan nilai t-statistik > 2.64.
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dijelaskan bahwa indikator manajemen
agribisnis yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri untuk
mencapai keberhasilan adalah pengembangan usaha agribisnis dalam Simantri
(X2.3) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator paling besar dalam
91
membentuk variabel manajemen agribisnis sebesar 0.933 dengan nilai t-statistik >
2.64. Indikator kedua adalah pengawasan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.4)
dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.896. Selanjutnya
Indikator ketiga adalah perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.1)
dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.831 dan indikator yang
terakhir adalah pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri (X2.2) dengan
sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.807.
3. Variabel Keberhasilan Simantri
Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator
keberhasilan Simantri dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16
Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Keberhasilan Simantri
Variabel Indikator/Item Original
Sample
Standard
Error
t-
statistic
Keberhasilan
Simantri (Y)
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) 0.825 0.035 23.247
Terciptanya Lapangan Kerja Melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan
Industri Rumah Tangga (Y2)
0.889 0.020 44.031
Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Usaha Tani (Y3) 0.705 0.075 9.383
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui
Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha tani
(Y4)
0.875 0.025 34.927
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik
Menuju Green Economic (Y5) 0.900 0.019 46.643
Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan (Y6) 0.826 0.034 24.563
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7) 0.840 0.024 35.374
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Hasil pengujian pada Tabel 5.16 menunjukkan bahwa dari 7 indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri semua
92
berpengaruh sangat nyata membentuk variabel keberhasilan Simantri pada level
1% dengan nilai t-statistik > 2.64.
Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dijelaskan bahwa indikator keberhasilan
yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri adalah tercipta dan
berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5) dengan
sumbangan pengaruh koefisien indikator paling besar dalam membentuk variabel
manajemen agribisnis sebesar 0.900 dengan nilai t-statistik > 2.64. Indikator
kedua adalah terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi
usaha pertanian dan industri rumah tangga (Y2) dengan sumbangan pengaruh
koefisien indikator sebesar 0.889. Indikator ketiga adalah meningkatnya insentif
berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4) dengan
sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.875. Indikator keempat adalah
peningkatan pendapatan petani (Y7) dengan sumbangan pengaruh koefisien
indikator sebesar 0.840.
Selanjutnya evaluasi indikator kelima adalah berkembangnya usaha
ekonomi pedesaan (Y6) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar
0.826. Indikator keenam adalah berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1)
dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.825 dan indikator yang
terakhir adalah berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3)
dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.705
3. Evaluasi koefisien Jalur Struktural
Evaluasi koefisien jalur struktural bertujuan untuk menganalisis jiwa
kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Simantri, maka
93
berikut dilakukan analisis terhadap hasil pengujian model untuk mengetahui
koefisien masing-masing jalur. Pengujian koefisien jalur struktural dilakukan
untuk menjawab hipotesis penelitian dan juga untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel. Hasil pengujian model dan hipotesis dapat
dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17
Koefisien Jalur Struktural
Hubungan Antar Variabel Koefisien
Jalur
T-
Statistic Keterangan
Jiwa Kewirausahaan (X1) -> Keberhasilan
Simantri (Y) 0.366 2.817
Positif dan Sangat
Signifikan
Manajemen Agribisnis (X2)-> Keberhasilan
Simantri (Y) 0.539 4.330
Positif dan Sangat
Signifikan
Jiwa Kewirausahaan (X1)-> Manajemen
Agribisnis (X2) 0.917 54.782
Positif dan Sangat
Signifikan
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Berdasarkan Tabel 5.17 di atas, dapat dibangun model persamaan
hubungan regresi struktur yang terbentuk antara konstruk eksogen dengan
konstruk endogen, sebagai berikut:
1. Y = 0,366 X1 + 0,539 X2
2. X2 = 0,917 X1
94
Gambar 5.1
Model Struktural
Berdasarkan hasil pada Gambar 5.1 diatas diketahui bahwa pengaruh
secara bersama-sama variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis
terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Simantri dengan
koefisien determinan (R2) sebesar 0.788. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis mampu menjelaskan variabel
keberhasilan Simantri sebesar 78.8%, sedangkan sisanya sebesar 22.2% dijelaskan
oleh variabel lain diluar model. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
masing-masing jalur yang terbentuk dalam model yang dipaparkan pada uraian
berikut :
0.917 [54.782]
0.366 [2.817]
0.539 [4.330]
95
1. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap keberhasilan Simantri.
Jiwa kewirausahaan (X1) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan
terhadap keberhasilan Simantri (Y). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien
jalur yang bernilai positif sebesar 0.366 dengan t-statistik sebesar 2.817 (T-
statistik > 2.64). Pengaruh secara tidak langsung jiwa kewirausahaan (X1)
melalui manajemen agribisnis (X2) terhadap keberhasilan Simantri sebesar
0.494, sehingga hipotesis 1 (H1) : jiwa kewirausahaan berpengaruh positif
terhadap keberhasilan Simantri dapat dibuktikan.
2. Pengaruh Jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis.
Jiwa kewirausahaan (X1) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan
terhadap manajemen agribisnis (X2). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien
jalur yang bernilai positif sebesar 0.917 dengan t-statistik sebesar 54.782 (T-
statistik > 2.64) dengan koefisien determinan sebesar 0.842 yang artinya
variabel jiwa kewirausahaan mampu menjelaskan variabel manajemen
agribisnis sebesar 84.2 % sedangkan sisanya sebesar 15.8 % dijelaskan oleh
variabel lain diluar model, sehingga hipotesis 2 (H2) : jiwa kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen agribisnis dapat dibuktikan.
3. Pengaruh manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Simantri.
Manajemen Agribisnis (X2) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan
terhadap keberhasilan Simantri (Y). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien
jalur yang bernilai positif sebesar 0.539 dengan t-statistik sebesar 4.330 (T-
statistik > 2.64), sehingga hipotesis 3 (H3) : manajemen agribisnis
berpengaruh positif terhadap keberhasilan Simantri dapat dibuktikan.
96
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan
Sifat terdapat dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat
mempunyai kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten.
Dalam diri seorang wirausahawan terdapat beberapa sifat atau jiwa yang khas.
Sifat-sifat tersebut mampu mengantarkan keberhasilannya dalam mengelola
perusahaan dan sifat-sifat itu pula yang dapat menentukan kadar kewirausahaan
seseorang (Suparta dan Ramantha, 2010).
Dari hasil penelitian di lapangan, pada Simantri tahun 2009 di Kabupaten
Tabanan terdapat sebanyak satu Simantri. Rata-rata tingkat jiwa kewirausahaan
yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan berada pada
kategori cukup dengan capaian skor komulatif sebesar 2.80. Hal ini menunjukkan
SDM Poktan pelaksana Simantri masih kurang maksimal dalam mengaplikasikan
jiwa kewirausahaannya. Jika dilihat dari 13 indikator jiwa kewirausahaan, sifat
keluwesan bergaul dan sifat fokus pada usaha yang digeluti yang mendapatkan
skor terendah. Hal ini terlihat dari kurangnya Poktan dalam mencari informasi
dengan kelompok Simantri Simantri yang sudah maju atau berkembang dan
kurang fokus dalam menjalankan kegiatan Simantri. Kondisi ini akan berdampak
pada keberhasilan Simantri yang kurang berhasil dalam menjalankan usaha
taninya. Jadi kurangnya sifat keluwesan bergaul dengan Simantri lainnya
menyebabkan kurangnya motivasi atau dorongan Poktan pelaksana ini untuk
96
97
mengembangkan Simantrinya. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
diharapkan Poktan pelaksana tahun 2009 harus fokus pada kegiatan Simantri dan
mengunjungi Simantri yang sudah berhasil sehingga mendapatkan motivasi untuk
dapat memperbaiki Simantri tersebut.
Pada Simantri tahun 2010 yang terdiri dari empat Simantri, menunjukkan
bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri di
Kabupaten Tabanan termasuk dalam kategori baik, dengan capaian skor komulatif
sebesar 3,96. Hal ini menunjukkan bahwa Poktan pelaksana Simantri memiliki
sifat jiwa kewirausahaan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan. Poktan
pelaksana ini telah mampu menerapkan seluruh indikator jiwa kewirausahaan
dengan capaian kategori baik. Salah satu indikator jiwa kewirausahaan tertinggi
adalah sifat keluwesan bergaul. Aktifnya Poktan pelaksana Simantri dalam
bergaul atau mencari informasi akan banyak menambah referensi atau motivasi
dalam menjalakan kegiatan Simantri di masing-masing Poktan pelaksana. Dalam
pelaksanaan kegiatan Simantri, Poktan ini bekerja sama dan menjalin hubungan
dengan Simantri lainnya untuk memotivasi kegiatan mereka. Poktan pelaksana
Simantri tahun 2010 telah mampu berinovasi, memiliki kemampuan
kepemimpinan, kreatif, sifat swakendali, dan keyakinan diri dalam menjalankan
usahanya. Untuk kedepannya diharapkan Simantri tahun 2010 terus dapat
meningkatkan kegiatan usaha taninya.
Selanjutnya pada Simantri tahun 2011 yang terdiri dari 16 Simantri
menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana
Simantri tahun 2011 di Kabupaten Tabanan berada pada kategori cukup dengan
98
capaian skor komulatif sebesar 3.38. Hal ini menunjukkan tingkat jiwa
kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri belum maksimal
diaplikasikan. Indikator jiwa kewirausahaan terendah berada pada sifat fokus pada
usaha yang digeluti, hal ini dikarenakan kurangnya komitmen dan tanggung jawab
dalam kegiatan Simantri. Poktan sering menganggap kegiatan ini hanya sekedar
sampingan saja sehingga dalam menjalankan kegiatan Poktan masih suka
menunda-nunda pekerjaan yang belum terselesaikan. Untuk mengatasi hal
tersebut maka Poktan harus menumbuhkan lagi jiwa kewirausahaan yang utama
pada sifat fokus pada usaha yang digeluti untuk keberhasilan Simantri dan
pendamping juga harus bisa membangkitkan lagi jiwa kewirausahaan Poktan
pelaksana tersebut.
Dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 menunjukkan tingkat jiwa
kewirausahaan berada dalam kategori baik dengan capaian skor komulatif 3.46.
Indikator tertinggi berada pada sifat keluwesan bergaul pada kategori baik, hal ini
menunjukkan bahwa sifat luwes bergaul Poktan pelaksana Simantri sudah di
aplikasikan dengan baik. Dengan sifat luwes bergaul, Poktan pelaksana Simantri
dapat mengetahui teknologi terbaru dan termotivasi untuk memajukan Simantri.
Sedangkan indikator jiwa kewirausahaan terendah yaitu sifat fokus pada usaha
yang digeluti pada kategori cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa Poktan
pelaksana Simantri masih belum maksimal untuk fokus dalam usaha Simantri.
Poktan masih menganggap kegiatan Simantri ini hanya kegiatan sampingan yang
bisa dilakukan kapan saja. Kegiatan Simantri apabila dijalankan setengah hati
maka akan sulit untuk mencapai keberhasilan. Jiwa kewirausahaan Poktan
99
pelaksana Simantri harus lebih ditingkatkan lagi untuk menjadikan petani yang
berjiwa kewirausahaan demi melangsungkan kegiatan usaha taninya.
Menurut Suryana (2003), bahwa setiap orang berpeluang menjadi seorang
wirausahawan dan berhasil. Keberhasilan itu tergantung dari sejauh mana
seseorang tekun mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan, terutama
sikap mental dan kepribadiannya. Demikian halnya dengan Poktan pelaksana
Simantri, mereka dapat mengembangkan kemampuannya untuk menjadi seorang
wirausahawan dengan mau belajar dan menekuni segala aspek usaha yang
dijalankannya. Hal pertama yang harus dimiliki oleh Poktan pelaksana Simantri
adalah niat untuk melakukan kegiatan usaha tani yang sukses, selanjutnya barulah
diikuti oleh hal-hal lain yang berkaitan dengan sifat atau jiwa kewirausahaan.
6.2 Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen
dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun dibidang
agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang
meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen,
prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007).
Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan oleh Poktan pelaksana
Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 berada dalam kategori Cukup
dengan perolehan skor 2.85. Dilihat dari ke empat unsur manajemen yang telah
diterapkan terdapat empat indikator dalam keadaan cukup. Indikator terendah
100
berada pada pengorganisasian dan pengembangan usaha agribisnis. Ini
menunjukkan penerapan manajamen masih kurang dilapangan. Hal ini disebabkan
karena masih kurangnya Poktan pelaksana dalam menerapkan unsur-unsur
manajemen dalam Simantri. Poktan hanya bisa berencana tapi kurangnya dalam
hal pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Simantri. Pada Simantri tahun 2009
SDM juga kurang respon dalam menjalankan kegiatan Simantri sehingga
beberapa anggota banyak yang mengundurkan diri dalam memelihara ternak sapi.
Akibatnya ternak sapi banyak yang tidak terpelihara dan semakin lama semakin
berkurang jumlahnya. Untuk mengantisipasi hal ini diharapkan Tim Teknis
Pemerintah Provinsi Bali harus turun ke lapangan untuk membenahi masalah
tersebut agar Simantri tetap berjalan.
Dari hasil penelitian Simantri tahun 2010, penerapan manajemen
agribisnis berada pada kategori baik dengan perolehan skor 3.81. Seluruh
indikator penerapan manajemen agribisnis berada pada kategori baik. Ini
menunjukkan bahwa seluruh unsur manajemen sudah diterapkan oleh Poktan
pelaksana Simantri yang dimulai dari perencanaan hingga pengawasan kegiatan.
Indikator tertinggi dari penerapan manajemen agribisnis adalah pengembangan
usaha agribisnis. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha agribisnis
sudah dilakukan secara maksimal. Dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha
agribisnis Simantri pada tahun 2010 sudah berjalan dengan baik yang dimulai dari
meningkatkan produksi baik itu ternak sapi, pengolahan pupuk padat dan cair, dan
beberapa Simantri sudah menjual pupuk padat dan cair ke pasar sasaran seperti
stan-stan tanaman hias.
101
Selanjutnya hasil penelitian penerapan manajemen agribisnis tahun 2011
berada pada kategori baik dengan perolehan skor 3.42. Dari keseluruhan indikator
penerapan manajemen agribisnis terdapat tiga indikator dalam katergori baik dan
satu indikator dalam kategori cukup. Indikator terendah berada pada
pengorganisasian usaha agribisnis Simantri. Hal ini disebabkan organisasi di
dalam Poktan masih belum maksimal terbentuk karena kurangnya hubungan
harmonis dengan anggota yang tidak satu persepsi dalam menjalankan Simantri
sehingga dalam kegiatan pengolahan pupuk padat maupun cair banyak anggota
yang tidak ikut melaksanakannya. Minimnya anggota Poktan pelaksana untuk
aktif menyebabkan ada beberapa Simantri hanya dikelola oleh ketua Poktan saja.
Pada Simantri tahun 2011 pengelolanya hanya beberapa orang saja sehingga
hanya yang aktif-aktif saja yang ikut bergabung dalam menjalankan Simantri.
Dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 menunjukkan penerapan
manajemen agribisnis berada dalam kategori baik dengan capaian skor komulatif
3.49. Indikator tertinggi berada pada pengembangan usaha agribisnis dengan
kategori baik. Hal ini menunjukkan pengembangan kegiatan Simantri sudah
diterapkan dengan baik dan perlu ditingkatkan lagi oleh Poktan pelaksana
Simantri untuk mencapai keberhasilan. Sedangkan indikator yang terendah
pengorganisasian usaha agribisnis dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam pengorganisasian usaha agribisnis beberapa Poktan pelaksana masih
belum maksimal dilaksanakan, karena kurang aktifnya kelompok dalam
menjalankan kegiatan Simantri terutama dalam melakukan pengolahan limbah
padat maupun cair. Jadi untuk menunjang ke arah keberhasilan maka penerapan
102
manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri dalam bidang perencanaan
sampai pengawasan usaha agribisnis harus lebih dimaksimalkan lagi dalam
kegiatan Simantri.
Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa Poktan pelaksana Simantri
telah melakukan atau menerapkan unsur-unsur manajemen agrbisnis seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengembangan dan pengawasan dengan baik serta
ada pula yang belum maksimal dalam menerapkannya. Poktan pelaksana Simantri
sudah cukup mempunyai kemampuan dalam menerapkan manajemen agribisnis
tetapi dalam hal pengorganisasian usaha agribisnis harus lebih ditingkatkan lagi
sehingga Poktan pelaksana Simantri dapat menjalankan kegiatannya lebih berhasil
lagi. Poktan pelaksana Simantri tersebut diharapkan terus mendapatkan bimbingan
teknis oleh pendamping, penyuluh maupun tim teknis provinsi dan kabupaten agar
semua kegiatan Simantri berjalan sesuai dengan tujuannya.
Downey dan Erickson (1992) dalam bukunya menyebutkan fungsi-fungsi
manajemen yang penting diterapkan dalam usaha agribisnis adalah fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan atau pengembangan,
dan fungsi pengawasan. Kemampuan manajemen bukanlah bakat bawaan tetapi
merupakan keahlian yang dapat diajarkan dan dilatihkan. Namun pola dan gaya
manajemen setiap orang berbeda tergantung situasi dan kondisi yang dihadapinya.
103
6.3 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan
Keberhasilan atau kegagalan dalam bisnis adalah sesuatu yang biasa, tetapi
setiap orang pelaku bisnis tentu tidak ingin gagal. Salah satu faktor keberhasilan
adalah kesiapan sumber daya manusia maupun tenaga kerja harus dipersiapkan
terlebih dahulu, baik dari aspek kemampuan, aspek mental, maupun aspek fisik
dari seseorang (Suparta, 2005).
Hasil penelitian tingkat keberhasilan Simantri tahun 2009 berada dalam
kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 2.75. Indikator tingkat
keberhasilan terendah berada pada berkembangnya usaha ekonomi pedesaan, ini
besar kaitannya dengan tidak adanya iuran masuk ke kas Simantri sehingga
Poktan pelaksana tidak bisa mengembangkan unit simpan pinjam. Jika dilihat dari
segi peningkatan pendapatan dari 4 sektor terdapat peningkatan sebesar Rp
1.953.529/tahun atau sebesar 16.41% untuk masing-masing anggota Poktan
Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada
penjualan ternak sebesar Rp 957.500 dan peningkatan pendapatan terendah pada
limbah cair sebesar Rp 63.000 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan Poktan pelaksana Simantri hanya berada dalam pemeliharaan ternak sapi
saja dan tidak kearah pengolahan limbah ternak. Poktan masih belum mampu
mengolah kotoran yang disebabkan karena SDM yang tidak aktif dalam kegiatan
Simantri. Tingkat keberhasilan Poktan pelaksana Simantri masih rendah yang
disebabkan oleh kurangnya jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis Poktan
pelaksana dalam menjalankan kegiatan Simantri dan Poktan pelasakna belum bisa
menyamakan tujuan atau persepsi ke depan mengenai kegiatan Simantri. Dalam
104
hal ini Poktan pelaksana hanya memelihara sapi saja dan kurang memanfaatkan
hasil dari limbah kotoran padat maupun cair. Pada Poktan Simantri ini hanya
terdapat satu rumah tangga yang memanfaatkan biogasnya sedangkan anggota
lainnya cenderung pasif dengan program Simantri ini. Untuk mengatasi masalah
ini Tim Teknis Provinsi Bali harus turun langsung mengatasi hal tersebut dan
memberikan bimbingan teknis pada Poktan pelaksana agar kegiatan Simantri
berjalan sesuai program.
Hasil penelitian tingkat keberhasilan Simantri tahun 2010 berada dalam
kategori berhasil dengan perolehan skor 3.62. Dari seluruh indikator keberhasilan
terdapat 5 indikator berada dalam kategori berhasil yaitu berkembangnya
kelembagaan dan SDM, terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan
diversifikasi usaha pertanian, meningkatnya insentif berusaha tani melalui
peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani, tercipta dan berkembangnya
pertanian organik menuju green economic. Sedangkan dari segi peningkatan
pendapatan terdapat peningkatan sebesar Rp 6.219.403/tahun atau sebesar 32.14
% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan
pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 2.412.568 dan
peningkatan pendapatan terendah pada limbah cair sebesar Rp 521.125 (Lampiran
6). Hal ini menunjukkan bahwa dalam Poktan pelaksana dalam sektor pertanian
sudah mulai menerapkan pertanian organik di lahan masing-masing, sehingga dari
segi pertanian sudah mulai memberikan hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan
Poktan pelaksana Simantri tahun 2010 sudah berjalan dengan baik dan sudah
mengalami peningkatan pendapatan tiap tahunnya. Pada Simantri tahun 2010 di
105
Kabupaten Tabanan, Gapoktan Simantri rata-rata sudah memproduksi dan
memasarkan pupuk cair maupun padat hingga mencapai kurang lebih 10
ton/bulan. Mereka melakukan kerja sama dengan Simantri lainnya dalam proses
pemenuhan kebutuhan pupuk yang akan mereka pasarkan kepada konsumen
sehingga memperoleh keuntungan yang cukup tinggi.
Selanjutnya dilihat dari tingkat keberhasilan Simantri tahun 2011 berada
pada kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 3.20. Dari seluruh indikator
keberhasilan Simantri berada dalam kategori cukup berhasil sedangkan dari segi
peningkatan pendapatan Poktan pelaksana Simantri Tahun 2011 sebesar Rp
3.044.992/Tahun atau sebesar 29.39% untuk masing-masing anggota Poktan
Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada
sektor pertanian sebesar Rp 1.288.221 dan peningkatan pendapatan terendah pada
sektor perikanan sebesar Rp 57.669 (Lampiran 6). Peningkatan di sektor
perikanan masih rendah disebabkan karena kurangnya minat dalam pemeliharaan
ikan lele karena harga pakan yang melambung tinggi sehingga tidak ada
keuntungan dalam pemeliharaan ikan lele. Beberapa Poktan pelaksana sudah
menerapkan program Simantri dari pengolahan pupuk padat maupun cair hingga
sampai ke pasar sasaran. Dan ada pula yang memanfaatkan pupuk organiknya
untuk lahan masing-masing anggota. Dari 16 Gapoktan Simantri tahun 2011 yang
berjalan kegiatannya berjumlah 10 Simantri. Sedangkan pada 6 Simantri tersebut
banyak mengalami kendala dalam pelaksanaanya, seperti ternak yang dibawa
pulang oleh anggota kelompok karena letak lokasi Simantri jauh sehingga tidak
bisa mengumpulkan kotoran dikandang koloni, SDM Poktan pelaksana yang
106
kurang aktif sehingga tidak ada kegiatan pengolahan di Simantri atau hanya ada
pembibitan sapi saja, dan masalah pendampingan yang kurang efektif sehingga
sulitnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen dalam kelompok
Pelaksana Simantri.
Dilihat dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 berada dalam
kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 3.27. Dari seluruh indikator
keberhasilan terdapat satu indikator berada dalam kategori berhasil yaitu
terciptanya pertanian organik menuju green economic, sedangkan dari indikator
lainnya berada pada kategori cukup berhasil. Dari segi peningkatan pendapatan
terdapat peningkatan sebesar Rp 3.832.723/tahun atau sebesar 31.55 % untuk
masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan
pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 1.481.669 dan
peningkatan pendapatan terendah pada sektor perikanan sebesar Rp 43.938
(Lampiran 6). Hal ini menunjukkan peningkatan pendapatan petani masih rendah
dikarenakan petani belum maksimal dalam menggunakan dan memanfaatkan hasil
kotoran dari ternak. Terciptanya pertanian organik dalam Poktan pelaksana
Simantri sudah mulai terbentuk dan indikator keberhasilan yang lainnya belum
maksimal dicapai. Hal ini berkaitan dengan beberapa kualitas SDM Poktan
Pelaksana yang masih rendah sehingga tidak fokus dalam menjalankan program
Simantri. Untuk mengatasi hal ini diharapkan peran pendamping dan tim teknis
provinsi dan kabupaten harus cepat bertindak dengan memberikan motivasi dan
bimbingan teknis pada Poktan Pelaksana.
107
Tingkat keberhasilan Simantri yang tertinggi berada pada Simantri Tahun
2010, ini disebabkan karena tingkat jiwa kewirausahaan dan manajemen yang
dimiliki dalam kategori baik. Keberhasilan Simantri didukung oleh SDM yang
ulet dan kerja keras, mempunyai tujuan dan dedikasi yang tinggi, dan mempunyai
komitmen kuat untuk mencapai tujuan. Dengan semangat, motivasi, dan teknologi
yang digunakan dapat menghasilkan keberhasilan dalam usaha taninya.
Keberhasilan kegiatan Simantri tahun 2010 perlu ditiru oleh Poktan-poktan
lainnya dengan cara mengunjugi atau melakukan kerja sama dalam pengelolaan
Simantri.
Dari hasil penelitian tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa dengan adanya
jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis yang tinggi maka akan
semakin berhasil Poktan pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Simantri dan
sebaliknya jika tingkat jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis
yang rendah maka akan menyebabkan kurang berhasilnya Poktan pelaksana
Simantri dalam melaksanakan kegiatan Simantri.
Kegiatan pendampingan juga mempunyai pengaruh besar dalam
keberhasilan Simantri. Pendampingan bertujuan mendampingi Poktan pelaksana
baik dalam pemberian materi Bintek, menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan
manajemen dalam menjalankan usaha tani. Kondisi ini sesuai dengan pendapat
dari Mardikanto (1988) yang menyatakan bahwa adopsi merupakan hasil dari
proses komunikasi yang berupa penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya
perubahan prilaku sasaran.
108
6.4 Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Kelompok Tani
Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui jiwa kewirausahaan
berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani
pelaksana Simantri. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap keberhasilan Simantri
dibuktikan dengan nilai thitung > t tabel (2.817 > 2.64). Hal ini menunjukkan bahwa
jiwa kewirausahan yang dimiliki Poktan pelaksana menjadi dasar pendorong atau
niat untuk berhasil dalam menjalankan program Simantri di Kabupaten Tabanan.
Setiap Poktan pelaksana Simantri berpeluang untuk menjadi berhasil dalam
kegiatannya. Keberhasilan tergantung pada sejauh mana Poktan pelaksana
Simantri tekun mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan dalam
menjalankan usaha tani.
Dilihat dari pengaruh tidak langsung, jiwa kewirausahaan melalui
manajemen agribisnis berpengaruh terhadap keberhasilan Simantri. Ini
menunjukan bahwa dengan unsur jiwa kewirausahaan dan unsur manajemen
agribisnis dapat membentuk keberhasilan Simantri. Dengan memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi maka secara otomatis akan melakukan penerapan
manajemen dengan baik sehingga mencapai keberhasilan. Sifat jiwa
kewirausahaan dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu menerapkan
manajemen agribisnis yang dimulai dari perencanaan sampai pada pengawasan
kegiatan.
Indikator Jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri yang paling
dominan dalam mencapai keberhasilan Simantri adalah sifat keluwesan bergaul.
Hal ini menunjukkan bahwa sifat keluwesan bergaul mampu menumbuhkan niat
109
atau kemauan untuk menjalankan Simantri. Keluwesan bergaul ini akan
menumbuhkan pola pikir terhadap Poktan terhadap kegiatan yang dilakukan
kelompok Simantri lainya sehingga dapat menciptakan teknologi-teknologi baru
dalam menunjang keberhasilan. Dalam menjalakan program Simantri sifat
keluwesan bergaul harus diterapkan baik dalam memulai kegiatan Simantri
maupun kegiatan Simantri yang sudah berjalan. Poktan pelaksana Simantri harus
luwes bergaul dengan Simantri yang sudah berhasil untuk menambah motivasi
dan informasi-informasi perkebangan Simantri. Dengan adanya motivasi maka
Poktan akan lebih semangat dalam menjalankan kegiatan Simantri.
Semakin tinggi tingkat jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri
yaitu sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat pengambil
resiko, sifat swakendali, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat inovatif, sifat
kreatif, sifat kepemimpinan, sifat berorientasi pada tindakan (action oriented),
sifat berpikir sederhana (simple), dan sifat fokus pada usaha yang digeluti maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan Poktan pelasana Simantri.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Udayani (2008)
bahwa sifat atau jiwa kewirausahaan itu mempengaruhi perilaku seseorang, maka
perilaku positif seperti bekerja keras, tekun, inovatif, kreatif tentu akan
menyebakkan peternak menjadi lebih berhasil. Dalam hal ini, jiwa kewirausahaan
sangat penting diperhatikan untuk penunjang keberhasilan dalam Poktan
pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan.
Dengan menambah pengalaman Poktan pelaksana Simantri adalah
investasi utama dalam memulai wirausaha tidak selamanya dengan dukungan
110
modal uang yang jumlahnya besar tetapi yang lebih penting adalah komitmen,
keberanian menanggung resiko, tanggap terhadap peluang usaha dan keterampilan
dalam menciptakan peluang pasar yaitu keluarga, masyarakat dan lembaga-
lembaga konsumen lainnya.
6.5 Pengaruh Jiwa kewirausahaan terhadap Manajemen Agribisnis
Kelompok Tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui jiwa kewirausahaan
berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap penerapan manajemen
agribisnis kelompok tani pelaksana Simantri. Pengaruh jiwa kewirausahaan
terhadap manajemen agribisnis dibuktikan dengan nilai thitung > t tabel (54.782 >
2.64). Hal ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri
dapat membentuk SDM yang berkualitas sehingga dapat menerapkan manajemen
agribisnis dalam kegiatan Simantri. Jiwa kewirausahaan akan mempengaruhi
perilaku seseorang agar dapat melakukan sesuatu atau memanajemen kegiatan
secara maksimal sehingga Poktan pelaksana Simantri menjadi lebih berhasil
dalam menjalankan kegiatannya.
Indikator manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri yang paling
dominan adalah pengembangan usaha agribisnis. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri sangat penting
dilakukan mulai dari mengembangkan usaha, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan produksi dan kualitas hingga sampai memasarkan. Dalam
pengembangan usaha agribisnis, Poktan pelaksana Simantri sudah mulai
mengembangkan usahanya terutama dalam pengembangan sapi Bali. Selanjutnya
111
hasil dari kotoran sapi sudah diolah menjadi pupuk padat dan cair, hingga sampai
ke pemasaran. Dengan adanya SDM yang berjiwa wirausaha akan dapat
melaksanakan dan mengembangkan usaha agribisnis sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
Menurut Wiratmo (2005) kewirausahaan adalah suatu penciptaan nilai
tambah dengan memperhitungkan resiko dari suatu peluang usaha dan
memobilisasi sumber-sumber daya dengan kemampuan manajemen untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu dengan SDM yang berjiwa kewirausahaan akan
mempunyai kemampuan memanajemen kegiatannya dengan baik.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat jiwa
kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri mempunyai kemampuan
dalam menerapkan manajemen agribisnis baik dari segi teknis atau pengalaman,
sehingga Poktan pelaksana dapat melaksanakan kegiatan Simantri dengan baik.
Hal ini dikarenakan Poktan sudah mendapat bimbingan teknis dan pelatihan dari
pendamping maupun instansi-instansi yang terkait agar kegiatan usaha tani
terintegrasi ini dapat berhasil sehingga dapat tercipta kesejahteraan petani di
Kabupaten Tabanan.
6.6 Pengaruh Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Kelompok Tani
pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan
Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui manajemen
agribisnis berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan
kelompok tani pelaksana Simantri. Pengaruh manajemen agribisnis terhadap
keberhasilan Simantri dibuktikan dengan nilai thitung > t tabel (4.330 > 2.64). Hal ini
112
menunjukkan bahwa Poktan pelaksana Simantri telah menerapkan unsur-unsur
manajemen dari perencanaan, pengorganisasian, pengembangan dan pengawasan
kegiatan usahanya dengan baik sehingga mencapai keberhasilan dalam
melaksanakan kegiatan Simantri. Jadi berhasil tidaknya kegiatan Simantri pada
dasarnya tergantung pada efektif tidaknya menerapkan unsur-unsur manajemen
oleh Poktan pelaksana Simantri. Apabila penerapan manajemen agribisnis kurang
dalam kegiatan Simantri maka tingkat keberhasilan pun akan rendah.
Menurut Downey dan Erickson (1992), agar setiap aktivitas mencapai
keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada
umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun
yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen
untuk menjalankan bisnis.
Temuan penelitian ini sesuai dengan Wijayanti (2011) bahwa semakin
baik penerapan manajemen agribisnis maka semakin berhasil pelaksanaan
program PUAP di Kecamatan Banjarangkan Klungkung. Oleh karena itu Poktan
pelaksana Simantri harus mengedepankan unsur-unsur manajemen agribisnis
dalam kegiatan usaha taninya sebagai kunci sukses menuju keberhasilan program
Simantri di Kabupaten Tabanan.
Indikator keberhasilan Poktan pelaksana Simantri yang paling dominan
adalah tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. Ini
menunjukkan bahwa keberhasilan Simantri yang dicapai pertama oleh Poktan
pelaksana adalah mengembangkan pertanian organik di Desa. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut diperlukan penerapan manajemen agribisnis yang baik
113
dalam mengelola Simantri. Berkembangnya pertanian organik merupakan tujuan
utama dari program Simantri sehingga untuk kedepannya di Bali menjadi pulau
organik. Agar terciptanya pertanian organik Poktan pelaksana Simantri
diharapkan mampu mengolah kotoran dari sapi menjadi pupuk organik dan
mampu menggunakan atau menerapkan ke masing-masing lahan petani, sehingga
dalam berusaha tani dapat mengasilkan produk yang lebih unggul dan
mendapatkan nilai jual yang tinggi.
Dilihat dari pengaruh secara simultan variabel jiwa kewirausahaan dan
manajemen agribisnis terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan Simantri dengan koefisien determinan sebesar 0.788 yang artinya
variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis mampu menjelaskan
variabel keberhasilan Simantri sebesar 78.8 %, sedangkan sisanya sebesar 22.2 %
dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
kewirausahaan dan unsur-unsur manajemen agribisnis mampu menciptakan
keberhasilan Poktan pelaksana Simantri dalam mengelola usaha taninya. Apabila
Poktan pelaksana Simantri telah memiliki tingkat jiwa kewirausahaan yang tinggi
dan mampu menerapkan manajemen dengan baik maka tentu akan menjadikan
Poktan pelaksana Simantri lebih berhasil dalam usahanya. Oleh karena itu jiwa
kewirausahaan dan manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri perlu terus
ditumbuhkan dan dimantapkan. Dalam hal ini peran pendampingan menyangkut
teknis kewirausahaan dan manajemen agribisnis sangat diperlukan oleh Poktan
pelaksana Simantri sampai dengan mereka sukses atau berhasil mencapai
indikator keberhasilan.
114
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif sangat signifikan terhadap
keberhasilan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan. Indikator jiwa kewirausahaan yang paling dominan adalah sifat
keluwesan bergaul.
2. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif sangat signifikan terhadap
manajemen agribisnis kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di
Kabupaten Tabanan. Indikator manajemen agribisnis yang paling dominan
adalah pengembangan usaha agribisnis.
3. Manajemen agribisnis berpengaruh positif sangat signifikan terhadap
keberhasilan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten
Tabanan. Indikator keberhasilan Simantri yang paling dominan adalah
berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri harus terus ditumbuhkan atau
dikuatkan di lapangan terutama dalam mengubah pola pikir mereka dengan
114
115
lebih luwes bergaul mencari informasi-informasi ke Simantri yang berhasil
sehingga lebih termotivasi untuk menjalankan kegiatan Simantri.
2. Poktan pelaksana Simantri harus meningkatkan kelembagaaan didalam
kelompok sehingga dapat berinovasi dalam mengembangkan usaha agribisnis
berbasis inovasi teknologi dengan pengembangan diversifikasi produk dalam
Simantri.
3. Poktan pelaksana Simantri harus diberikan pelatihan manajemen agribisnis
dibidang teknis dari produksi pupuk organik sampai penerapan pupuk organik
ke masing-masing tanaman oleh PPL dan pendamping agar tercipta dan
berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
4. Pendamping harus diberikan pelatihan tentang jiwa kewirausahaan,
manajemen agribisnis dan teknik penyuluhan yang baik agar benar-benar
menguasai materi tersebut sehingga mampu memberikan pembinaan maupun
penyuluhan pada Poktan pelaksana Simantri dalam menjalakan kegiatan
usahatani sampai mereka sukses atau berhasil.
5. Penelitian ini masih memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan, oleh
karenanya dipandang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih
komprehensif.
116
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2007. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung : CV
Alfabeta
Antara, I. M. 2005. Bahan Ajar Manajemen Agribisnis. Denpasar : Magister
Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Antara, I. M. 2006. Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Denpasar :
Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Antari, I.G.A.A.O. 2006. “Penerapan Sistem Integrasi Usahatani Kopi Arabika-
Jeruk-Ternak Sapi di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi
Bali”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana.
BPS Kabupaten Tabanan. 2013. Tabanan dalam Angka 2013. Edisi 21 Desember
2013.
BPS Pusat. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2012. Berita Resmi
Statistik No. 14/02/Th XVI. Edisi 5 Februari 2013.
BPS Prov. Bali, 2013. Pertumbuhan Ekonomi Bali Tri Wulan IV Tahun 2012.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 11/02/51/Th. VII. Edisi 5 Februari
2012.
Budiasa, dkk. 2011. Optimasi Sistem Usahatani Terintegrasi : Analisis
Pemrograman Linier. Denpasar : Jurnal SocaVol 1 No 1.
Budiasa, dkk. 2012. Optimasi Sistem Usahatani Terintergrasi Untuk
Memaksimalkan Pendapatan Petani; Pendekatan Linear Programming.
Denpasar : e-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata Vol 11. No 2.
Distan. 2009. Profil Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tabanan. Tabanan : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Tabanan.
Distan. 2012. Program Sistem Pertanian Terintegrasi. Denpasar : Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali.
116
117
Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT, /160/04/2007,
Tanggal 13 April 2007 Tentang Pedoman Pertumbuhan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani. Jakarta.
Downey, W. D. and Steven P.Erickson.1992. Manajemen Agrbisnis (terjemahan).
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ferdinand, A. 2011. Metode Penelitian Manajemen. Edisi 3. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Jember: Bumi Aksara.
Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Edisi 2. Semarang : Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Edisi 3. Semarang : Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2012. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Edisi 4. Semarang : Universitas Diponegoro.
Griffin, R.W. 2004. Manajemen. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Guntoro, dkk. 2010. Optimalisasi Integrasi Usahatani Kambing dengan Tanaman
Kopi. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar :
BPTP Bali.
Kasali, dkk. 2010. Modul Kewirausahaan Untuk Program Strata 1. Rumah
Perubahan, Team Dosen Kewirausahaan.
Mardikanto,T. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta : Sebelas Maret
Universitas Press,
Mubyarto, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES.
Reksohadiprodjo, S. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Edisi 5. Yogyakarta : BPFE
Sanim, B. 1990. Diversifikasi dan Program Pembangunan Pertanian dalam A.
Suryana, A. Pakpahan, dan A. Djauhari (eds): Diversifiasi Pertanian
Usaha Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
118
Sanjaya, I. G. A. M. 2013. “Efektivitas Penerapan Simantri dan Pengaruhnya
terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali”. (Disertasi).
Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana.
Sevilla, dkk.1993. Pengantar Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Singarimbun, M. dan S.Effendi (Editor), 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta :
LP3ES.
Soedjana, T.D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai
Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. (Jurnal on-line). Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Internet.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262075.pdf. 19 Mei 2013.
Soekartawi.2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta : Universitas Indonesia.
Subiharta, dkk. 2006. Teknologi Sistem Usahatani Integrasi Tanaman dan Ternak
Berbasis Tanaman Pangan di Lahan Kering. (Jurnal on-line). BPTP Jawa
Tengah.Internet.http://jateng.litbang.deptan.go.id/ind/images/Publikasi/Rek
omendasiTeknologi/r15.pdf. 19 Mei 2013.
Sukandarrumidi. 2002. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.
Sukarta, I.W. 2010. “Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi
Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta Kinerja Usaha”.
(Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana.
Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. Cetakan I.
Denpasar : CV. Bali Media Adhikarsa.
Suparta, N. dan Ramantha, I. W. 2010. Manajemen Bisnis Kecil dan
Kewirausahaan. Denpasar : Pustaka Nayottama.
Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Menuju Sukses. Edisi
Revisi. Jakarta : Penerbit PT. Salemba Empat Patria.
119
Udayani, K.R. 2010. “Hubungan Antara Jiwa kewirausahaan dengan
keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha Peternakan Ayam Ras
Pedaging Di Bali). (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program
Pascasarjana.
Wijayanti, D.M.D. 2011.“Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan
Manajemen Agribisnis dan Keberhasilan Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten
Klungkung”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program
Pascasarjana.
Wiratmo, M. 2005. “Pengantar Kewiraswastaan : Kerangka Dasar Memasuki
Dunia Bisnis”. Yogyakarta : BPFE.
120
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER
PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN
AGRIBISNIS TERHADAP KEBERHASILAN GAPOKTAN
SIMANTRI DI KABUPATEN TABANAN
(Untuk Poktan Pelaksana Simantri)
PROGRAM MAGISTER
MAGISTER AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
120
121
A. Karakteritik Responden
1. Keterangan Diri
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Alamat :
Tlp/Hp :
Pendidikan Terakhir : / Tahun
Tanggal Pengisian :
2. Struktur Anggota Rumah Tangga
No Nama
Jenis
Kelamin Umur
(Thn)
Hubungan dgn
Kepala RT Pendidikan
L P
3. Pekerjaan
Pekerjaan
Pokok Pendapatan/Rp Sampingan Pendapatan/Rp
122
4. Nama Gapoktan Simantri/Tahun :
Nama Poktan Pelaksana Simantri :
Kedudukan dalam Poktan :
Dusun :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan/Kab :
B. Tingkat Jiwa Kewirausahaan
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan
kondisi yang ada
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
NO PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
1 2
3
4
5
X1.1 Sifat Instrumental STS TS R S SS
1
Poktan memanfaatkan sumber daya (kayu, bambu, air)
di sekitar lingkungan untuk pembuatan kandang
Simantri
2 Poktan memanfaatkan masukan (saran) dari berbagai
sumber
3 Poktan tanggap terhadap peluang berusaha tani
4 Poktan tanggap terhadap perbaikan kinerja Simantri
X1.2 Sifat Prestatif
1 Poktan senantiasa ingin berprestasi lebih berhasil dalam
kegiatan Simantri
123
2 Poktan ingin mencapai hasil kinerja yang lebih baik
dalam kegiatan Simantri
3 Poktan menganggap pencapaian prestasi sangat penting
4 Poktan memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk
berprestasi
X1.3 Sifat Keluwesan Bergaul
1 Poktan senantiasa aktif bergaul dan mencari informasi
dalam perkembangan Simantri
2 Poktan dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan agar
tidak terjadi kesalahpahaman
3
Poktan senantiasa bersosialisasi dengan kelompok
Simantri lainnya agar mendapatkan informasi mengenai
Simantri
4 Poktan mempunyai jaringan kelompok Simantri lain
untuk mengetahui perkembangan teknologi Simantri
X1.4 Sifat Pengambil Resiko
1 Poktan memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan kerugian yang bisa terjadi
2 Poktan memperhitungkan tindakan dengan cermat agar
dapat mengatasi masalah
3 Poktan menghadapi resiko produksi dengan sikap
optimis
4 Poktan bertindak cepat dan tepat dalam menghadapi
resiko produksi
X1.5 Sifat Swakendali
1 Poktan menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri
sehingga mampu mengendalikan diri dalam bertindak
2 Poktan mengetahui kapan bekerja keras dan kapan
saatnya berhenti bekerja
3 Poktan mampu mengubah strategi dalam menghadapi
masalah
4
Poktan mampu mengendalikan diri dalam setiap
kegiatan agar tidak terjadi pertengkaran saat kegiatan
Simantri
X1.6 Sifat Kerja Keras
1 Poktan tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
kegiatan Simantri selesai tepat waktu
2 Poktan mengisi waktu dengan hal-hal yang nyata atau
positif
3 Poktan terlibat dalam situasi kesibukan kerja dan tidak
pernah lelah
124
4 Poktan mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
X1.7 Sifat Keyakinan Diri
1 Poktan senantiasa percaya pada kemampuan diri sendiri
2 Poktan tidak ragu-ragu dalam bertindak untuk
menghadapi masalah tertentu
3 Poktan percaya diri pada keputusan yang diambil dalam
menghadapi masalah tertentu
4 Poktan fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran
tidak ada keraguan dalam menghadapi masalah tertentu
X1.8 Sifat Inovatif
1 Poktan mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat
untuk memecahkan masalah
2 Poktan mencari hasil temuan terbaru yang lebih baik dan
mampu menerapkannya untuk mencapai tujuan tertentu
3 Poktan mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
untuk mencapai tujuan tertentu
4 Poktan mampu menggunakan ide-ide baru untuk
meningkatkan keuntungan
X1.9 Sifat Kreatif
1 Poktan mampu memikirkan sesuatu yang baru untuk
memecahkan masalah yang timbul
2
Poktan mempunyai pemikiran yang berbeda dalam
menghadapi masalah dan lebih baik dalam mencapai
tujuan
3 Poktan mampu menemukan peluang-peluang baru dan
menggunakannya untuk tujuan tertentu
4 Poktan mampu menghasilkan ide-ide baru dengan
berdiskusi antar kelompok Simantri
X1.10 Sifat Kepemimpinan
1 Poktan mampu mempengaruhi anggota kelompok agar
mau melakukan tugasnya
2
Poktan mampu melakukan pembenahan terhadap
organisasi suatu kegiatan agar organisasi berjalan
dengan baik
3 Poktan mampu memimpin anggota untuk mengelola
sumber daya usaha agribisnis Simantri
4 Poktan mampu mengarahkan anggota dalam
melaksanakan kegiatan usaha tani
X1.11 Sifat Action Oriented (berorientasi pada tindakan)
1 Poktan lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda
pekerjaan
125
2 Poktan senantiasa tidak memberikan kesempatan bekerja
berlalu begitu saja
3 Poktan dalam menghadapi masalah tetap bertindak
walaupun situasi tidak pasti
4 Poktan berani menerima tantangan saat kondisi terburuk
X1.12 Sifat Cara Berpikir Simple (sederhana)
1 Poktan selalu menyederhanakan permasalahan dalam
menghadapi masalah tertentu
2 Poktan melihat persoalan dengan jernih dalam
menghadapi masalah tertentu
3 Poktan menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap
4 Poktan mampu mengambil keputusan alternatif saat
masalah tidak dapat terpecahkan
X1.13 Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti
1 Poktan selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian
dalam kegiatan Simantri
2 Poktan bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan
lainnya untuk keberhasilan Simantri
3 Poktan berkomitmen pada usaha yang digeluti untuk
keberhasilan Simantri
4 Poktan memiliki tanggung jawab dalam kegiatan
Simantri
C. Penerapan Manajemen Agribisnis
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan
kondisi yang ada
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
NO PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
1
2
3
4
5
X2.1 Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri
STS TS R S SS
1 Poktan telah merencanakan tujuan akhir program
Simantri
126
2 Poktan telah merencanakan waktu dan pelaksanaan
kegiatan Simantri
3 Poktan telah merencanakan modal dan sumber daya
yang akan digunakan
4 Poktan telah merencanakan pengembangan anggota
agar bersifat proaktif
5.a Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi
bibit tanaman pangan hortikultura
5.b Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi
peternakan sapi
5.c Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi
bibit tanaman perkebunan
5.d Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi
ikan lele
X2.2
Pengoorganisasian Usaha Agribisnis dalam
Simantri
1 Poktan mengkoordinasikan hubungan kerja dengan
anggota
2 Poktan membagi tugas yang jelas dengan anggota
3 Poktan menjalin hubungan harmonis dengan sesama
anggota
4 Poktan menjalin hubungan harmonis dengan mitra
kerja
X2.3 Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri
1.a Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis
Sapi Bali
1.b Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis
pupuk organik padat
1.c Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis
pupuk organik cair
1.d Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis
ikan lele
2.a
Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha
agribisnis Sapi Bali
2.b Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha
agribisnis pupuk organik padat
2.c Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha
agribisnis pupuk organik cair
2.d Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha
agribisnis ikan lele
3.a
Poktan telah meningkatkan produksi Sapi Bali
3.b Poktan telah meningkatkan produksi pupuk organik
padat
3.c Poktan telah meningkatkan produksi pupuk organik
cair
3.d Poktan telah meningkatkan produksi ikan lele
4.a
Poktan telah meningkatkan kualitas Sapi Bali
4.b Poktan telah meningkatkan kualitas produk pupuk
organik padat
4.c Poktan telah meningkatkan kualitas produk pupuk
organik cair
4.d Poktan telah meningkatkan kualitas ikan lele
5.a
Poktan telah memasarkan produk pupuk organik padat
ke pasar sasaran
127
5.b Poktan telah memasarkan produk pupuk organik cair
ke pasar sasaran
5.c Poktan telah memasarkan ikan lele ke pasar sasaran
X2.4
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri
1
Poktan melakukan pengawasan terhadap standar
produk
2 Poktan mengawasi mekanisme kerja sesuai dengan
standar
3 Poktan melakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas
4 Poktan menerima masukan dari pihak instansi
pemerintahaan
D. Keberhasilan Simantri
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan
kondisi yang ada
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
NO PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
1 2
3
4
5
Y1 Berkembangnya Kelembagaan dan SDM STS TS R S SS
1 Poktan telah berhasil mengembangkan organisasi
dengan baik
2 Poktan telah berhasil menjalin hubungan baik dengan
penyuluh dan pendamping
3 Poktan telah berhasil membentuk SDM ke arah
pertanian organik
Y2
Terciptanya Lapangan Kerja Melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan
Industri Rumah Tangga
1 Poktan berhasil menciptakan lapangan kerja bagi
petani
128
2
Poktan telah berhasil menciptakan kelompok wanita
tani yang aktif dalam melakukan usaha kecil dengan
memanfaatkan kompor biogas
3 Poktan telah berhasil mengembangkan jenis usaha
ekonomi rumah tangga tani
Y3 Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Usaha Tani
1 Poktan telah berhasil meningkatkan pengolahan lahan
pertanian dengan sebaik-baiknya
2 Poktan telah berhasil memperluas lahan pertanian
sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian
3 Poktan telah berhasil menganekaragamkan tanaman
pertanian
Y4 Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui
Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani
1 Poktan telah berhasil meningkatkan produksi usahatani
2 Poktan telah berhasil mengefisienkan usahatani dengan
menggunakan pupuk organik
3 Poktan telah berhasil meningkatkan semangat petani
dalam berusaha tani
Y5 Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik
Menuju Green Economic
1a Poktan telah berhasil mengolahan pupuk organik padat
1b Poktan telah berhasil mengolahan pupuk organik cair
(biourine)
2
Poktan telah berhasil menerapkan hasil olahan pupuk
organik ke masing-masing lahan
3 Poktan telah berhasil mengembangkan pertanian
organik di Desa
Y6 Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan
1 Poktan telah berhasil mengembangkan UMKM
2 Poktan telah berhasil membentuk unit simpan pinjam
3 Poktan telah berhasil membentuk Koperasi
129
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7)
Pendapatan Petani Sebelum Simantri
Penggunaan
Lahan
Luas
Milik
(ha)
Luas Garapan (ha) Lahan milik tidak digarap (ha)
Milik Sakap Sewa Jumlah Disewakan disakapkan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sawah
Kebun
1. Sektor Pertanian
1.1 Produksi Usahatani pada lahan sawah
Musim
Tanam
Jenis
Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (Kg) Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Total Penerimaan
1.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK) Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pengolahan
lahan
Penanaman
Penyiangan
Pemupukan
Pengairan
Penyemprotan
Penyulaman
Panen
130
1.3.1 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani MT1
Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) Total
Benih/bibit (sachet/kg)
Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri;
2=membeli)
Pupuk (kg); 1. Urea
2. KCL
3. NPK
4. TSP
5. Pupuk kandang
6. Pupuk kompos
7. …..
Pestisida (ml atau kg):
……
……
Penyusutan Alat (unit):
- Sabit
- Cangkul
- …….
- ……
Biaya angkut:
- Lahan – ke rumah(Rp/kg)
- Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg)
Lain-lain:
Pajak (PBB)
Sewa lahan
Bagi hasil
Iuran subak
2. Sektor Peternakan
2.1 Produksi peternakan
Jenis Ternak Jumlah Ternak Jumlah Anak Hasil Jual Ternak (Rp)
Volume kotoran (Kg) Diolah (Kg) Hasil Jual (Rp)
Harga kotoran mentah / (Kg) =
Harga kotoran diolah / (Kg) =
131
Volume Urine (ltr) Diolah (ltr) Hasil Jual (Rp)
Harga kotoran mentah / (Kg) =
Harga kotoran diolah / (Kg) =
2.2 Biaya Pemberian Pakan
Jenis pakan Pemberian pakan (Kg/hari) Harga pakan (Rp/Kg)
Rumput gajah
Limbah pertanian
Dedak padi
2.3 Biaya Tenaga Kerja usaha ternak
Uraian
TK. Keluarga TK. Upahan
Pria (jam) Wanita (jam) Pria (jam) Wanita (jam)
Mengumpulkan pakan
Memberi Pakan
Membersihkan Kandang
3. Sektor Perkebunan
3.1 Produksi Usahatani pada lahan perkebunan
Musim
Tanam
Jenis
Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (Kg) Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Total Penerimaan
132
3.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Perkebunan
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK)
Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pengolahan
lahan
Penanaman
Pemupukan
Penyemprotan
Panen
3.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani
Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) Total
Benih/bibit (sachet/kg)
Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri;
2=membeli)
Pupuk (kg); 1. Urea
2. KCL
3. NPK
4. TSP
5. Pupuk kandang
6. Pupuk kompos
7. …..
Pestisida (ml atau kg):
……
……
Penyusutan Alat (unit):
- Sabit
- Cangkul
- …….
- ……
Biaya angkut:
- Lahan – ke rumah(Rp/kg)
- Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg)
Lain-lain:
Pajak (PBB)
Sewa lahan
Bagi hasil
Iuran subak
133
4. Sektor Perikanan
4.1 Produksi perikanan
Jenis Ikan
Hasil panen Ikan
(Kg) Harga ikan (Rp/Kg) Total Pendapatan (Rp)
Jumlah Pendapatan Keseluruhan
4.2 Biaya input perikanan
Uraian jumlah (Kg) Harga Satuan Total Biaya
Bibit ikan (I)
Bibit ikan (II)
Bibit ikan (III)
Pakan ikan (I)
Pakan Ikan (II)
Pakan ikan (III)
4.3 Biaya Tenaga kerja
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK) Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pemberian
pakan
Sortasi
Panen
134
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7)
Pendapatan Petani Sesudah Simantri Tahun 2012
Penggunaan
Lahan
Luas
Milik
(ha)
Luas Garapan (ha) Lahan milik tidak digarap (ha)
Milik Sakap Sewa Jumlah Disewakan disakapkan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sawah
Kebun
1. Sektor Pertanian
1.1 Produksi Usahatani pada lahan sawah
Musim
Tanam
Jenis
Tanaman Luas Tanam (ha)
Produksi
(Kg)
Harga satuan
(Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Total Penerimaan
1.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK) Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pengolahan
lahan
Penanaman
Penyiangan
Pemupukan
Pengairan
Penyemprotan
Penyulaman
Panen
135
1.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani
Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) Total
Benih/bibit (sachet/kg)
Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri;
2=membeli)
Pupuk (kg); 1. Urea
2. KCL
3. NPK
4. TSP
5. Pupuk kandang
6. Pupuk kompos
7. …..
Pestisida (ml atau kg):
……
……
Penyusutan Alat (unit):
- Sabit
- Cangkul
- ……. - ……
Biaya angkut:
- Lahan – ke rumah(Rp/kg)
- Rumah – ke pasar (Rp/kg)
- Lahan – ke pasar (Rp/kg)
Lain-lain:
Pajak (PBB)
Sewa lahan
Bagi hasil
Iuran subak
2. Sektor Peternakan
2.1 Produksi peternakan
Jenis Ternak Jumlah Ternak Jumlah Anak Hasil Jual Ternak (Rp)
Sistem pembagian hasil penjualan :
1. Anak sapi I : ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan
2. Anak sapi II : ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan
3. Anak sapi III: ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan
136
2.2 Biaya Pemberian Pakan
Jenis pakan Pemberian pakan (Kg/hari) Harga pakan (Rp/Kg)
Rumput gajah
Limbah pertanian
Dedak padi
2.3 Biaya Tenaga Kerja usaha ternak
Uraian TK. Keluarga TK. Upahan
Pria (jam) Wanita (jam) Pria (jam) Wanita (jam)
Mengumpulkan pakan
Memberi Pakan
Membersihkan Kandang
2.4 Produksi pupuk kompos poktan
Volume kotoran kering (Kg) Hasil Jual Mentah(Rp/Kg) Diolah (Kg) Hasil Jual
(Rp/Kg)
Harga kotoran mentah / (Kg) =
Harga kotoran diolah / (Kg) =
2.5 Biaya input pembuatan kompos
Uraian Jumlah (Kg, liter) Harga
Satuan Total Biaya
RB
gula pasir
…….
137
2.6 Biaya tenaga kerja
Uraian
TK Kelompok
Pria (HOK) Wanita
(HOK)
Jml TK Jml HK Upah Jml TK Jml HK Upah
Aktivasi mikroba
Pencampuran bahan
Fermentasi
Pembalikan kompos
Lain-lain
2.7 Produksi pupuk cair poktan (bio urine)
Volume Urine (ltr) Diolah (ltr) Hasil Jual (Rp)
Harga urine mentah / (ltr) =
Harga urine diolah / (ltr) =
2.8 Biaya input pembuatan bio urine
Uraian Jumlah (Kg, liter) Harga
Satuan Total Biaya
RB
Azba
2.9 Biaya tenaga kerja
Uraian
TK Kelompok
Pria (HOK) Wanita
(HOK)
Jml TK Jml HK Upah Jml TK Jml HK Upah
Aktivasi mikroba
Pencampuran bahan
Fermentasi
Lain-lain
138
3. Sektor Perkebunan
3.1 Produksi Usahatani pada lahan perkebunan
Musim
Tanam
Jenis
Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (Kg) Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Total Penerimaan
3.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Perkebunan
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK) Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pengolahan
lahan
Penanaman
Pemupukan
Penyemprotan
Panen
3.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani MT1 Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) Total
Benih/bibit (sachet/kg)
Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri;
2=membeli)
Pupuk (kg); 1. Urea
2. KCL
3. NPK
4. TSP
5. Pupuk kandang
6. Pupuk kompos
7. …..
Pestisida (ml atau kg):
……
……
Penyusutan Alat (unit):
- Sabit
- Cangkul
- …….
- ……
Biaya angkut:
- Lahan – ke rumah(Rp/kg)
- Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg)
139
Lain-lain:
Pajak (PBB)
Sewa lahan
Bagi hasil
Iuran subak
5. Sektor Perikanan
4.1 Produksi perikanan
Jenis Ikan
Hasil panen Ikan
(Kg) Harga ikan (Rp/Kg) Total Pendapatan (Rp)
Jumlah Pendapatan Keseluruhan
4.2 Biaya input perikanan
Uraian jumlah (Kg) Harga Satuan Total Biaya
Bibit ikan (I)
Bibit ikan (II)
Bibit ikan (III)
Pakan ikan (I)
Pakan Ikan (II)
Pakan ikan (III)
4.3 Biaya Tenaga kerja
Uraian
TK Keluarga TK upahan
Pria (HOK) Wanita Pria Wanita
(HOK) (HOK) (HOK)
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Jml
TK
Jml
HK Upah
Pemberian
pakan
Sortasi
Panen
140
140
141
142
143
Lampiran 3. Tingkat Jiwa Kewirausahaan
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Kategori
SK K C B SB
1 Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar
lingkungan - - 50.00 50.00 - 3.50 Baik
2 Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
- 50.00 25.00 25.00 - 2.75 Cukup
3 Tanggap terhadap peluang berusaha tani - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Tanggap terhadap perbaikan kerja - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri
(X1.1) 3.00 Cukup
1 Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
2 Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang lebih baik
- 50.00 50.00 - - 2.50 Cukup
3 Pencapaian prestasi sangat penting - 50.00 50.00 - - 2.50 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dan dorongan
untuk berprestasi - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri
(X1.2) 2.69 Cukup
1 Aktif bergaul dan mencari informasi - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
2 Menyesuaikan diri dalam pergaulan - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
3 Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok
lainnya - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
4 Adanya jaringan dalam kelompok lainnya - 50.00 25.00 25.00 - 2.75 Cukup
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana
Simantri (X1.3) 2.63 Cukup
1 Memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan yang terjadi - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
2 Memperhitungkan tindakan dengan cermat - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
3 Menghadapi resiko dengan sikap optimis - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
4 Berani bertindak cepat dalam menghadapi
resiko - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana
Simantri (X1.4) 2.69 Cukup
1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri
sendiri - 50.00 25.00 25.00 - 2.75 Cukup
2 Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja
- 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
3 Mampu mengubah strategi dalam
menghadapi masalah - 50.00 25.00 25.00 - 2.75 Cukup
4 Adanya pengendalian diri dalam setiap
kegiatan - 75.00 25.00 - - 2.75 Cukup
Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri
(X1.5) 2.69 Cukup
1 Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai - 25.00 25.00 50.00 - 3.25 Cukup
2 Mengisi hal-hal yang nyata atau positif - - 50.00 50.00 - 3.50 Baik
3 Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja
dan tidak pernah lelah - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-
sungguh - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri
(X1.6) 3.06 Cukup
1 Percaya dengan kemampuan diri sendiri - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
143
144
2 Tidak ragu-ragu dalam bertindak - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
3 Percaya diri dengan keputusan yang diambil - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
4 Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran
tidak ada keraguan - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri
(X1.7) 2.81 Cukup
1 Mencari cara-cara baru yang lebih
bermanfaat - 50.00 - 50.00 - 3.00 Cukup
2 Mencari hasil penemuan terbaru - - 100.00 - - 3.00 Cukup
3 Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
4 Mampu menggunakan ide-ide baru - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri
(X1.8) 3.35 Cukup
1 Mampu memikirkan ide-ide baru - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
2 Mempunyai pemikiran yang berbeda dan
lebih baik dalam mencapai tujuan - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
3 Mampu menemukan peluang-peluang baru - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Mampu menghasilkan ide-ide baru - 50.00 50.00 - - 2.50 Cukup
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri
(X1.9) 2.75 Cukup
1 Mampu mempengaruhi anggota kelompok - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
2 Melakukan pembenahan terhadap organisasi
suatu kegiatan - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
3 Mampu memimpin anggota untuk mengelola
sumber daya - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
4 Mampu mengarahkan anggota kelompok - - 100.00 - - 3.00 Cukup
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri
(X1.10) 2.75 Cukup
1 Lebih banyak bekerja dan tidak suka
menunda pekerjaan - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
2 Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu begitu saja
-
25.00 25.00 50.00 - 3.25 Cukup
3 Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Berani menerima tantangan - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri
(X1.11) 2.88 Cukup
1 Selalu menyederhanakan permasalahan - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
2 Melihat persoalan dengan jernih - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
3 Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
- 25.00 50.00 - - 3.00 Cukup
4 Mampu mengambil keputusan alternatif - - 75.00 - - 3.25 Cukup
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana
Simantri (X1.12) 2.88 Cukup
1 Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian dalam kegiatan
- 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
2 Bersedia mengorbankan waktu demi
kepentingan lainnya - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
3 Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dalam
menjalankan kegiatan - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan
Pelaksana Simantri (X1.13) 2.63 Cukup
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1) 2.80 Cukup
145
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar
lingkungan - 12.50 31.25 37.50 18.75 3.63 Baik
2 Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber - - 25.00 75.00 - 3.75 Baik
3 Tanggap terhadap peluang berusaha tani - - 50.00 43.75 6.25 3.56 Baik
4 Tanggap terhadap perbaikan kerja - 6.25 12.50 56.25 25.00 4.00 Baik
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri
(X1.1) 3.73 Baik
1 Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil - 12.50 31.25 37.50 18.75 3.63 Baik
2 Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang
lebih baik - - 12.50 75.00 12.50 4.00 Baik
3 Pencapaian prestasi sangat penting - - 25.00 50.00 25.00 4.00 Baik
4 Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
- 6.25 18.75 43.75 31.25 4.00 Baik
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 3.91 Baik
1 Aktif bergaul dan mencari informasi - 0.00 12.50 62.50 25.00 4.13 Baik
2 Menyesuaikan diri dalam pergaulan - 6.25 6.25 56.25 31.25 4.13 Baik
3 Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok
lainnya - - 12.50 43.75 43.75 4.31 Baik
4 Adanya jaringan dalam kelompok lainnya - - 18.75 56.25 25.00 4.06 Baik
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana
Simantri (X1.3) 4.16 Baik
1 Memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan yang terjadi - - 18.75 68.75 12.50 3.94 Baik
2 Memperhitungkan tindakan dengan cermat - - 18.75 75.00 6.25 3.88 Baik
3 Menghadapi resiko dengan sikap optimis - - 25.00 50.00 25.00 4.00 Baik
4 Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko
- 6.25 25.00 50.00 18.75 3.81 Baik
Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri
(X1.4) 3.91 Baik
1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri - - 12.50 50.00 37.50 4.25 Sangat
Baik
2 Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras
dan berhenti bekerja - - 6.25 81.25 12.50 4.06 Baik
3 Mampu mengubah strategi dalam menghadapi
masalah - - 18.75 75.00 6.25 3.88 Baik
4 Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan - 6.25 12.50 62.50 18.75 3.94 Baik
Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri (X1.5) 4.03 Baik
1 Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai - - 18.75 56.25 25.00 4.06 Baik
2 Mengisi hal-hal yang nyata atau positif - 6.25 12.50 62.50 18.75 3.94 Baik
3 Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja
dan tidak pernah lelah - - 31.25 50.00 18.75 3.88 Baik
4 Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
- - 18.75 56.25 25.00 4.06 Baik
Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri
(X1.6) 3.98 Baik
1 Percaya dengan kemampuan diri sendiri - - 25.00 43.75 31.25 4.06 Baik
2 Tidak ragu-ragu dalam bertindak - - 25.00 43.75 31.25 4.06 Baik
3 Percaya diri dengan keputusan yang diambil - - 31.25 56.25 12.50 3.81 Baik
146
4 Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran
tidak ada keraguan - 6.25 25.00 25.00 43.75 4.06 Baik
Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri
(X1.7) 4.00 Baik
1 Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat - - 25.00 56.25 18.75 3.94 Baik
2 Mencari hasil penemuan terbaru - - 25.00 37.50 37.50 4.13 Baik
3 Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat - - 18.75 37.50 43.75 4.25 Sangat
Baik
4 Mampu menggunakan ide-ide baru - 6.25 18.75 37.50 37.50 4.06 Baik
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 4.09 Baik
1 Mampu memikirkan ide-ide baru - - 25.00 50.00 25.00 4.00 Baik
2 Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan
- 6.25 6.25 62.50 25.00 4.06 Baik
3 Mampu menemukan peluang-peluang baru - - 6.25 68.75 25.00 4.19 Baik
4 Mampu menghasilkan ide-ide baru - 6.25 12.50 68.75 12.50 3.88 Baik
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 4.03 Baik
1 Mampu mempengaruhi anggota kelompok - - 12.50 68.75 18.75 4.06 Baik
2 Melakukan pembenahan terhadap organisasi
suatu kegiatan - - 12.50 62.50 25.00 4.13 Baik
3 Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya
- - 25.00 50.00 25.00 4.00 Baik
4 Mampu mengarahkan anggota kelompok - - 18.75 50.00 31.25 4.13 Baik
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri
(X1.10) 4.08 Baik
1 Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda pekerjaan
- - 18.75 56.25 25.00 4.06 Baik
2 Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu
begitu saja - - 25.00 56.25 18.75 3.94 Baik
3 Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti - - 37.50 50.00 12.50 3.75 Baik
4 Berani menerima tantangan - 6.25 6.25 75.00 12.50 3.94 Baik
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri
(X1.11) 3.92 Baik
1 Selalu menyederhanakan permasalahan - 12.50 31.25 43.75 12.50 3.56 Baik
2 Melihat persoalan dengan jernih - - 18.75 62.50 18.75 4.00 Baik
3 Menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap - - 18.75 62.50 18.75 4.00 Baik
4 Mampu mengambil keputusan alternatif - 6.25 12.50 62.50 18.75 3.94 Baik
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana
Simantri (X1.12) 3.88 Baik
1 Selalu bertekad mencurahkan segenap
perhatian dalam kegiatan - 25.00 12.50 37.50 25.00 3.63 Baik
2 Bersedia mengorbankan waktu demi
kepentingan lainnya - 12.50 31.25 37.50 18.75 3.63 Baik
3 Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya - - 18.75 68.75 12.50 3.94 Baik
4 Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan
- - 12.50 75.00 12.50 4.00 Baik
Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan
Pelaksana Simantri (X1.13) 3.80 Baik
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1) 3.96 Baik
147
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar
lingkungan 3.13 1.56 31.25 53.13 10.94 3.67 Baik
2 Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber - 14.06 45.31 39.06 1.56 3.28 Cukup
3 Tanggap terhadap peluang berusaha tani - 17.19 60.94 21.88 - 3.05 Cukup
4 Tanggap terhadap perbaikan kerja 1.56 14.06 26.56 57.81 - 3.41 Baik
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri
(X1.1) 3.35 Cukup
1 Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil - 10.94 37.50 42.19 9.38 3.50 Baik
2 Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang
lebih baik - 20.31 35.94 40.63 3.13 3.27 Cukup
3 Pencapaian prestasi sangat penting - 17.19 39.06 42.19 1.56 3.28 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
- 10.94 48.44 34.38 6.25 3.36 Cukup
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 3.35 Cukup
1 Aktif bergaul dan mencari informasi - 6.25 51.56 35.94 6.25 3.42 Baik
2 Menyesuaikan diri dalam pergaulan - 7.81 34.38 46.88 10.94 3.61 Baik
3 Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok
lainnya - 14.06 31.25 42.19 12.50 3.53 Cukup
4 Adanya jaringan dalam kelompok lainnya - 7.81 37.50 51.56 3.13 3.50 Cukup
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana
Simantri (X1.3) 3.52 Baik
1 Memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan yang terjadi - 12.50 40.63 45.31 1.56 3.36 Cukup
2 Memperhitungkan tindakan dengan cermat - 4.69 32.81 53.13 9.38 3.67 Baik
3 Menghadapi resiko dengan sikap optimis - 3.13 40.63 45.31 10.94 3.64 Baik
4 Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko
- 9.38 46.88 32.81 10.94 3.45 Baik
Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri
(X1.4) 3.53 Baik
1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri - 9.38 26.56 53.13 10.94 3.66 Baik
2 Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja
- 7.81 51.56 34.38 6.25 3.39 Cukup
3 Mampu mengubah strategi dalam menghadapi
masalah - 9.38 45.31 32.81 12.50 3.48 Baik
4 Adanya pengendalian diri dalam setiap
kegiatan - 15.63 43.75 35.94 4.69 3.30 Cukup
Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri
(X1.5) 3.46 Baik
1 Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai - 9.38 34.38 46.88 9.38 3.56 Baik
2 Mengisi hal-hal yang nyata atau positif 1.56 14.06 48.44 34.38 1.56 3.20 Cukup
3 Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja dan tidak pernah lelah
1.56 34.38 40.63 20.31 3.13 2.89 Cukup
4 Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-
sungguh 4.69 9.38 37.50 45.31 3.13 3.33 Cukup
Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri
(X1.6) 3.25 Cukup
1 Percaya dengan kemampuan diri sendiri 1.56 9.38 32.81 48.44 7.81 3.52 Baik
2 Tidak ragu-ragu dalam bertindak - 6.25 53.13 37.50 3.13 3.38 Cukup
148
3 Percaya diri dengan keputusan yang diambil - 9.38 42.19 45.31 3.13 3.42 Baik
4 Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran
tidak ada keraguan - 9.38 57.81 28.13 4.69 3.28 Cukup
Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri
(X1.7) 3.40 Cukup
1 Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat - 15.63 39.06 42.19 3.13 3.33 Cukup
2 Mencari hasil penemuan terbaru - 3.13 59.38 34.38 3.13 3.38 Cukup
3 Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat - 3.13 39.06 51.56 6.25 3.61 Baik
4 Mampu menggunakan ide-ide baru - 9.38 57.81 31.25 1.56 3.25 Cukup
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 3.39 Cukup
1 Mampu memikirkan ide-ide baru - 7.81 39.06 48.44 4.69 3.50 Baik
2 Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih
baik dalam mencapai tujuan - 4.69 62.50 31.25 1.56 3.30 Cukup
3 Mampu menemukan peluang-peluang baru - 6.25 51.56 40.63 1.56 3.38 Cukup
4 Mampu menghasilkan ide-ide baru - 9.38 46.88 37.50 6.25 3.41 Baik
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 3.39 Cukup
1 Mampu mempengaruhi anggota kelompok 1.56 7.81 40.63 45.31 4.69 3.44 Baik
2 Melakukan pembenahan terhadap organisasi
suatu kegiatan - 7.81 59.38 31.25 1.56 3.27 Cukup
3 Mampu memimpin anggota untuk mengelola
sumber daya - 20.31 31.25 45.31 3.13 3.31 Cukup
4 Mampu mengarahkan anggota kelompok - 10.94 51.56 34.38 3.13 3.30 Cukup
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri
(X1.10) 3.33 Cukup
1 Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda
pekerjaan - 7.81 45.31 42.19 4.69 3.44 Baik
2 Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu begitu saja
1.56 7.81 51.56 37.50 1.56 3.30 Cukup
3 Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti 1.56 14.06 51.56 32.81 - 3.16 Cukup
4 Berani menerima tantangan 4.69 6.25 48.44 34.38 6.25 3.31 Cukup
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri
(X1.11) 3.30 Cukup
1 Selalu menyederhanakan permasalahan - 10.94 43.75 39.06 6.25 3.41 Baik
2 Melihat persoalan dengan jernih - 7.81 46.88 42.19 3.13 3.41 Baik
3 Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
- 7.81 50.00 39.06 3.13 3.38 Cukup
4 Mampu mengambil keputusan alternatif 1.56 9.38 45.31 43.75 - 3.31 Cukup
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana
Simantri (X1.12) 3.38 Cukup
1 Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian dalam kegiatan
- 7.81 45.31 40.63 6.25 3.45 Baik
2 Bersedia mengorbankan waktu demi
kepentingan lainnya - 18.75 51.56 29.69 - 3.11 Cukup
3 Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya - 21.88 54.69 23.44 - 3.02 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan
kegiatan - 7.81 51.56 35.94 4.69 3.38 Cukup
Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan
Pelaksana Simantri (X1.13) 3.24 Cukup
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1) 3.38 Cukup
149
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan
2.38 3.57 32.14 50.00 11.90 3.65 Baik
2 Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber - 13.10 40.48 45.24 1.19 3.35 Cukup
3 Tanggap terhadap peluang berusaha tani - 14.29 59.52 25.00 1.19 3.13 Cukup
4 Tanggap terhadap perbaikan kerja 1.19 13.10 25.00 55.95 4.76 3.50 Baik
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri
(X1.1) 3.41 Baik
1 Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil - 9.52 33.33 44.05 13.10 3.61 Baik
2 Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang
lebih baik - 17.86 32.14 45.24 4.76 3.37 Cukup
3 Pencapaian prestasi sangat penting - 15.48 36.90 41.67 5.95 3.38 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk
berprestasi - 10.71 44.05 34.52 10.71 3.45 Baik
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2)
3.45 Baik
1 Aktif bergaul dan mencari informasi - 5.95 45.24 39.29 9.52 3.52 Baik
2 Menyesuaikan diri dalam pergaulan - 9.52 29.76 46.43 14.29 3.65 Baik
3 Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok
lainnya - 13.10 28.57 40.48 17.86 3.63 Baik
4 Adanya jaringan dalam kelompok lainnya - 8.33 33.33 51.19 7.14 3.57 Baik
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana
Simantri (X1.3) 3.60 Baik
1 Memperhitungkan dan mengantisipasi segala
kemungkinan yang terjadi - 11.90 36.90 47.62 3.57 3.43 Baik
2 Memperhitungkan tindakan dengan cermat - 4.76 32.14 54.76 8.33 3.67 Baik
3 Menghadapi resiko dengan sikap optimis - 4.76 38.10 44.05 13.10 3.65 Baik
4 Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko
- 9.52 42.86 35.71 11.90 3.50 Baik
Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana
Simantri (X1.4) 3.56 Baik
1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri - 9.52 23.81 51.19 15.48 3.73 Baik
2 Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras
dan berhenti bekerja - 8.33 42.86 41.67 7.14 3.48 Baik
3 Mampu mengubah strategi dalam menghadapi
masalah - 9.52 39.29 40.48 10.71 3.52 Baik
4 Adanya pengendalian diri dalam setiap
kegiatan - 14.29 39.29 39.29 7.14 3.39 Cukup
Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri
(X1.5) 3.53 Baik
1 Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai - 8.33 32.14 47.62 11.90 3.63 Baik
2 Mengisi hal-hal yang nyata atau positif 1.19 14.29 41.67 38.10 4.76 3.31 Cukup
3 Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja
dan tidak pernah lelah 1.19 27.38 40.48 25.00 5.95 3.07 Cukup
4 Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-
sungguh 3.57 8.33 35.71 45.24 7.14 3.44 Baik
Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri
(X1.6) 3.36 Cukup
1 Percaya dengan kemampuan diri sendiri 1.19 9.52 32.14 45.24 11.90 3.57 Baik
2 Tidak ragu-ragu dalam bertindak - 5.95 47.62 38.10 8.33 3.49 Baik
3 Percaya diri dengan keputusan yang diambil - 8.33 40.48 46.43 4.76 3.48 Baik
150
4 Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran
tidak ada keraguan - 9.52 52.38 26.19 11.90 3.40 Cukup
Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri
(X1.7) 3.49 Baik
1 Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat - 14.29 34.52 45.24 5.95 3.43 Baik
2 Mencari hasil penemuan terbaru - 2.38 54.76 33.33 9.52 3.50 Baik
3 Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat - 3.57 35.71 47.62 13.10 3.70 Baik
4 Mampu menggunakan ide-ide baru - 9.52 50.00 32.14 8.33 3.39 Cukup
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8)
3.51 Baik
1 Mampu memikirkan ide-ide baru - 7.14 38.10 46.43 8.33 3.56 Baik
2 Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih
baik dalam mencapai tujuan - 5.95 51.19 36.90 5.95 3.43 Baik
3 Mampu menemukan peluang-peluang baru - 5.95 44.05 44.05 5.95 3.50 Baik
4 Mampu menghasilkan ide-ide baru - 10.71 40.48 41.67 7.14 3.45 Baik
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9)
3.49 Baik
1 Mampu mempengaruhi anggota kelompok 1.19 5.95 36.90 48.81 7.14 3.55 Baik
2 Melakukan pembenahan terhadap organisasi
suatu kegiatan - 5.95 51.19 36.90 5.95 3.43 Baik
3 Mampu memimpin anggota untuk mengelola
sumber daya - 17.86 30.95 44.05 7.14 3.40 Cukup
4 Mampu mengarahkan anggota kelompok - 9.52 51.19 30.95 8.33 3.38 Cukup
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri
(X1.10) 3.44 Baik
1 Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda
pekerjaan - 7.14 41.67 42.86 8.33 3.52 Baik
2 Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu begitu saja
1.2 7.14 45.24 41.67 4.76 3.42 Baik
3 Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti 1.19 11.90 50.00 34.52 2.38 3.25 Cukup
4 Berani menerima tantangan 3.57 7.14 41.67 40.48 7.14 3.40 Baik
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri
(X1.11) 3.40 Cukup
1 Selalu menyederhanakan permasalahan - 13.10 41.67 38.10 7.14 3.39 Cukup
2 Melihat persoalan dengan jernih - 7.14 42.86 44.05 5.95 3.49 Baik
3 Menyelesaikan masalah satu demi satu secara
bertahap - 7.14 44.05 42.86 5.95 3.48 Baik
4 Mampu mengambil keputusan alternatif 1.19 8.33 40.48 46.43 3.57 3.43 Baik
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana
Simantri (X1.12) 3.45 Baik
1 Selalu bertekad mencurahkan segenap
perhatian dalam kegiatan - 10.71 39.29 40.48 9.52 3.49 Baik
2 Bersedia mengorbankan waktu demi
kepentingan lainnya - 17.86 48.81 29.76 3.57 3.19 Cukup
3 Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya - 17.86 48.81 30.95 2.38 3.18 Cukup
4 Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan
-
5.95 44.05 44.05 5.95 3.50 Baik
Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan
Pelaksana Simantri (X1.13) 3.34 Cukup
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1) 3.46 Baik
151
Lampiran 4. Penerapan Manajemen Agribisnis
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Menetapkan tujuan akhir - - 50.00 50.00 - 3.50 Baik
2 Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan - 25.00 25.00 50.00 - 3.25 Cukup
3 Penentuan modal dan sumber daya - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif - - 75.00 25.00 - 3.25 Cukup
5 Penyediaan sarana produksi - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.1) 3.10 Cukup
1 Koordinasi hubungan kerja - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
2 Pembagian tugas yang jelas - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
3 Menjalin hubungan harmonis dengan anggota - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Menjalin hubungan harmonis dengan mitra
kerja - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.2) 2.75 Cukup
1 Berkembangnya jenis usaha - - 100 - - 3.00 Cukup
2 Meningkatnya produktivitas - - 100 - - 3.00 Cukup
3 Meningkatkan produksi - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Meningkatkan kualitas produk - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
5 Pemasaran produk - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.3) 2.75 Cukup
1 Standar produk - 75.00 25.00 - - 2.25 Kurang
2 Mekanisme kerja sesuai standar - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup
3 Melakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup
4 Menerima masukan dari pihak instansi
pemerintahan - - 75.00 25.00 - 3.25 Cukup
Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.4) 2.81 Cukup
Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri
(X2) 2.85 Cukup
151
152
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Menetapkan tujuan akhir - 0.00 6.25 81.25 12.50 4.06 Baik
2 Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan - 0.00 18.75 68.75 12.50 3.94 Baik
3 Penentuan modal dan sumber daya - 0.00 50.00 37.50 12.50 3.63 Baik
4 Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif - 12.50 12.50 68.75 6.25 3.69 Baik
5 Penyediaan sarana produksi - - 31.25 56.25 12.50 3.81 Baik
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.1) 3.83 Baik
1 Koordinasi hubungan kerja - - 18.75 75.00 6.25 3.88 Baik
2 Pembagian tugas yang jelas - - 18.75 68.75 6.25 3.63 Baik
3 Menjalin hubungan harmonis dengan anggota - 6.25 31.25 56.25 6.25 3.63 Baik
4 Menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja - - 75.00 25.00 - 3.25 Baik
Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.2) 3.59 Baik
1 Berkembangnya jenis usaha - - 18.75 43.75 37.50 4.19 Baik
2 Meningkatnya produktivitas - 6.25 56.25 18.75 18.75 3.50 Baik
3 Meningkatkan produksi - - 43.75 37.50 18.75 3.75 Baik
4 Meningkatkan kualitas produk - - 12.50 37.50 50.00 4.38 Sangat Baik
5 Pemasaran produk - - 25.00 56.25 18.75 3.94 Baik
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.3) 3.95 Baik
1 Standar produk - - 37.50 37.50 25.00 3.88 Baik
2 Mekanisme kerja sesuai standar - - 37.50 50.00 12.50 3.75 Baik
3 Melakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas - - 25.00 43.75 31.25 4.06 Baik
4 Menerima masukan dari pihak instansi pemerintahan
- - 37.50 50.00 12.50 3.75 Baik
Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.4) 3.86 Baik
Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri
(X2) 3.81 Baik
153
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SK K C B SB
1 Menetapkan tujuan akhir - 4.69 35.94 45.31 14.06 3.69 Baik
2 Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan - 20.31 28.13 48.44 3.13 3.34 Cukup
3 Penentuan modal dan sumber daya - 18.75 40.63 39.06 1.56 3.23 Cukup
4 Mengembangkan poktan agar bersifat
proaktif 3.13 10.94 40.63 40.63 4.69 3.33 Cukup
5 Penyediaan sarana produksi - 4.69 53.13 34.38 7.81 3.45 Baik
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.1) 3.41 Baik
1 Koordinasi hubungan kerja - 15.63 26.56 56.25 1.56 3.44 Baik
2 Pembagian tugas yang jelas - 3.13 56.25 37.50 3.13 3.41 Baik
3 Menjalin hubungan harmonis dengan anggota - 9.38 60.94 29.69 - 3.20 Cukup
4 Menjalin hubungan harmonis dengan mitra
kerja - 4.69 48.44 40.63 6.25 3.48 Baik
Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.2) 3.38 Cukup
1 Berkembangnya jenis usaha - - 31.25 54.69 14.06 3.83 Baik
2 Meningkatnya produktivitas - 6.25 42.19 46.88 4.69 3.50 Baik
3 Meningkatkan produksi - 17.19 40.63 40.63 1.56 3.27 Cukup
4 Meningkatkan kualitas produk - 6.25 39.06 42.19 12.50 3.61 Baik
5 Pemasaran produk - 25.00 43.75 31.25 - 3.06 Cukup
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.3) 3.45 Baik
1 Standar produk - 7.81 40.63 50.00 1.56 3.45 Baik
2 Mekanisme kerja sesuai standar 1.56 10.94 53.13 32.81 1.56 3.22 Cukup
3 Melakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas - 9.38 43.75 43.75 3.13 3.41 Baik
4 Menerima masukan dari pihak instansi pemerintahan
- 3.13 34.38 57.81 4.69 3.64 Baik
Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2.4) 3.43 Baik
Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2) 3.42 Baik
154
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Kategori
SK K C B SB
1 Menetapkan tujuan akhir - 3.57 30.95 52.38 13.10 3.75 Baik
2 Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan - 16.67 26.19 52.38 4.76 3.45 Baik
3 Penentuan modal dan sumber daya - 15.48 44.05 36.90 3.57 3.29 Cukup
4 Mengembangkan poktan agar bersifat
proaktif 2.38 10.71 36.90 45.24 4.76 3.39 Cukup
5 Penyediaan sarana produksi - 4.76 55.95 36.90 2.38 3.37 Cukup
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.1) 3.45 Baik
1 Koordinasi hubungan kerja - 13.10 27.38 57.14 2.38 3.49 Baik
2 Pembagian tugas yang jelas - 4.76 48.81 42.86 3.57 3.45 Baik
3 Menjalin hubungan harmonis dengan
anggota - 9.52 55.95 33.33 1.19 3.26 Cukup
4 Menjalin hubungan harmonis dengan
mitra kerja - 5.95 53.57 35.71 4.76 3.39 Cukup
Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.2) 3.40 Cukup
1 Berkembangnya jenis usaha - - 30.95 42.86 26.19 4.12 Baik
2 Meningkatnya produktivitas - 3.57 42.86 40.48 13.10 3.63 Baik
3 Meningkatkan produksi - 14.29 42.86 38.10 4.76 3.33 Cukup
4 Meningkatkan kualitas produk - 4.76 30.95 54.76 8.33 3.69 Baik
5 Pemasaran produk - 10.71 45.24 41.67 2.38 3.36 Baik
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.3) 3.59 Cukup
1 Standar produk - 5.95 41.67 45.24 7.14 3.54 Baik
2 Mekanisme kerja sesuai standar 1.19 8.33 47.62 38.10 4.76 3.37 Cukup
3 Melakukan perbaikan untuk
meningkatkan produktivitas - 9.52 39.29 42.86 8.33 3.50 Baik
4 Menerima masukan dari pihak instansi pemerintahan
- 2.38 33.33 57.14 7.14 3.69 Baik
Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan
Pelaksana Simantri (X2.4) 3.52 Baik
Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana
Simantri (X2) 3.49 Baik
155
Lampiran 5. Tingkat Keberhasilan Simantri
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Kategori
SB KB CB B SB
1 Berkembangnya organisasi yang baik
dalam kelompok - - 50.00 50.00 - 3.50 Berhasil
2 Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam
penunjang sarana produksi
- - 50.00 50.00 - 3.50 Berhasil
3 Terbentuknya SDM ke arah organik - - 100.00 - - 3.00 Cukup Berhasil
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM
(Y1) 3.33 Cukup Berhasil
1 Terciptanya lapangan kerja bagi petani
- 75.00 25.00 - - 2.25 Kurang Berhasil
2 Terciptanya kelompok wanita tani
yang aktif - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang Berhasil
3 Berkembangnya jenis usaha ekonomi
rumah tanga tani 25.00 50.00 25.00 - - 2.00 Kurang Berhasil
Terciptanya Lapangan Kerja melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha
Pertanian dan Industri Rumah Tangga
(Y2)
2.25 Kurang Berhasil
1 Peningkatan pengolahan lahan pertanian dengan sebaik-baiknya
- - 50.00 50.00 - 3.50 Berhasil
2 Memperluas lahan pertanian sehingga
dapat meningkatkan hasil pertanian - 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup Berhasil
3 Penganekaragaman tanaman
pertanian - - 75.00 25.00 - 3.25 Cukup Berhasil
Berkembangnya Intensifikasi dan
Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) 3.17 Cukup Berhasil
1 Meningkatnya produksi usahatani
dalam kelompok - 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup Berhasil
2 Efisiensi usahatani dengan menggunakan pupuk organik
- 25.00 50.00 25.00 - 3.00 Cukup Berhasil
3 Meningkatnya petani dalam berusaha
tani - - 100.00 - - 3.00 Cukup Berhasil
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani
Melalui Peningkatan Produksi dan
Efisiensi Usaha Tani (Y4)
3.00 Cukup Berhasil
1 Pengolahan pupuk organik cair
maupun padat - 75.00 25.00 - - 2.25 Kurang Berhasil
2 Kelompok tani menerapkan hasil olahan pupuk organik ke masing-
masing lahan
- 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup Berhasil
3 Berkembangnya pertanian organik di Desa
- 25.00 75.00 - - 2.75 Cukup Berhasil
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian
Organik Menuju Green Economic (Y5) 2.58 Kurang Berhasil
1 Berkembangnya UMKM dalam
kelompok tani 25.00 75.00 - - - 1.75
Sangat tidak
Berhasil
2 Terciptanya unit simpan pinjam
dalam kelompok - 50.00 50.00 - - 2.50 Kurang Berhasil
3 Terbentuknya Koperasi dalam Gapoktan Simantri
- 75.00 25.00 - - 2.25 Kurang Berhasil
Berkembangnya usaha Ekonomi
Pedesaaan (Y6) 2.17 Kurang Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y) 2.75 Cukup Berhasil
155
156
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SB KB CB B SB
1 Berkembangnya organisasi yang
baik dalam kelompok - 6.25 43.75 50.00 - 3.44 Berhasil
2 Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam
penunjang sarana produksi
- - 56.25 37.50 6.25 3.50 Berhasil
3 Terbentuknya SDM ke arah organik - - 50.00 50.00 - 3.50 Berhasil
Berkembangnya Kelembagaan dan
SDM (Y1) 3.48 Berhasil
1 Terciptanya lapangan kerja bagi
petani - 6.25 18.75 37.50 37.50 4.06 Berhasil
2 Terciptanya kelompok wanita tani
yang aktif - 6.25 43.75 37.50 12.50 3.56 Berhasil
3 Berkembangnya jenis usaha ekonomi rumah tanga tani
- 12.50 43.75 12.50 31.25 3.63 Berhasil
Terciptanya Lapangan Kerja melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha
Pertanian dan Industri Rumah Tangga
(Y2)
3.75 Berhasil
1 Peningkatan pengolahan lahan
pertanian dengan sebaik-baiknya - - 25.00 62.50 12.50 3.88 Berhasil
2
Memperluas lahan pertanian
sehingga dapat meningkatkan hasil
pertanian
- 6.25 50.00 37.50 6.25 3.44 Berhasil
3 Penganekaragaman tanaman
pertanian - 12.50 56.25 31.25 - 3.19 Cukup Berhasil
Berkembangnya Intensifikasi dan
Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) 3.50 Berhasil
1 Meningkatnya produksi usahatani
dalam kelompok - - 18.75 68.75 12.50 3.94 Berhasil
2 Efisiensi usahatani dengan menggunakan pupuk organik
- 6.25 31.25 50.00 12.50 3.69 Berhasil
3 Meningkatnya petani dalam
berusaha tani - - 25.00 62.50 12.50 3.88 Berhasil
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani
Melalui Peningkatan Produksi dan
Efisiensi Usaha Tani (Y4)
3.83 Berhasil
1 Pengolahan pupuk organik cair
maupun padat - 6.25 12.50 43.75 37.50 4.13 Berhasil
2
Kelompok tani menerapkan hasil
olahan pupuk organik ke masing-masing lahan
- - 25.00 62.50 12.50 3.88 Berhasil
3 Berkembangnya pertanian organik
di Desa - - 43.75 56.25 - 3.56 Berhasil
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian
Organik Menuju Green Economic (Y5) 3.85 Berhasil
1 Berkembangnya UMKM dalam
kelompok tani - 37.50 43.75 18.75 - 2.81 Cukup Berhasil
2 Terciptanya unit simpan pinjam
dalam kelompok - 0.00 12.50 56.25 31.25 4.19 Berhasil
3 Terbentuknya Koperasi dalam Gapoktan Simantri
- 25.00 56.25 18.75 - 2.94 Cukup Berhasil
Berkembangnya usaha Ekonomi
Pedesaaan (Y6) 3.31 Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y) 3.62 Berhasil
157
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Ket
SB KB CB B SB
1 Berkembangnya organisasi yang baik
dalam kelompok - 14.06 46.88 35.94 3.13 3.28 Cukup Berhasil
2
Terciptanya hubungan baik petani dan
penyuluh pertanian dalam penunjang
sarana produksi
- 28.13 32.81 37.50 1.56 3.13 Cukup Berhasil
3 Terbentuknya SDM ke arah organik 1.56 29.69 51.56 17.19 - 2.84 Cukup Berhasil
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM
(Y1) 3.08 Cukup Berhasil
1 Terciptanya lapangan kerja bagi petani - 12.50 42.19 42.19 3.13 3.36 Cukup Berhasil
2 Terciptanya kelompok wanita tani yang aktif
- 3.13 39.06 46.88 10.94 3.66 Cukup Berhasil
3 Berkembangnya jenis usaha ekonomi
rumah tanga tani - 18.75 54.69 26.56 - 3.08 Cukup Berhasil
Terciptanya Lapangan Kerja melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha
Pertanian dan Industri Rumah Tangga
(Y2)
3.36 Cukup Berhasil
1 Peningkatan pengolahan lahan
pertanian dengan sebaik-baiknya - 17.19 43.75 39.06 - 3.22 Cukup Berhasil
2 Memperluas lahan pertanian sehingga
dapat meningkatkan hasil pertanian 1.56 17.19 62.50 18.75 - 2.98 Cukup Berhasil
3 Penganekaragaman tanaman pertanian 1.56 21.88 59.38 17.19 - 2.92 Cukup Berhasil
Berkembangnya Intensifikasi dan
Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) 3.04 Cukup Berhasil
1 Meningkatnya produksi usahatani dalam kelompok
- 14.06 43.75 42.19 - 3.28 Cukup Berhasil
2 Efisiensi usahatani dengan menggunakan pupuk organik
1.56 15.63 51.56 29.69 1.56 3.14 Cukup Berhasil
3 Meningkatnya petani dalam berusaha
tani - 17.19 45.31 34.38 3.13 3.23 Cukup Berhasil
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani
Melalui Peningkatan Produksi dan
Efisiensi Usaha Tani (Y4)
3.22 Cukup Berhasil
1 Pengolahan pupuk organik cair maupun padat
7.81 15.63 18.75 35.94 21.88 3.48 Berhasil
2
Kelompok tani menerapkan hasil
olahan pupuk organik ke masing-masing lahan
- 7.81 42.19 45.31 4.69 3.47 Berhasil
3 Berkembangnya pertanian organik di
Desa 1.56 17.19 68.75 12.50 - 2.92 Cukup Berhasil
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian
Organik Menuju Green Economic (Y5) 3.29 Cukup Berhasil
1 Berkembangnya UMKM dalam
kelompok tani - 21.88 53.13 25.00 - 3.03 Cukup Berhasil
2 Terciptanya unit simpan pinjam dalam
kelompok - 1.56 26.56 54.69 17.19 3.88 Berhasil
3 Terbentuknya Koperasi dalam Gapoktan Simantri
3.13 28.13 64.06 3.13 1.56 2.72 Cukup Berhasil
Berkembangnya usaha Ekonomi
Pedesaaan (Y6) 3.21 Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y) 3.20 Cukup Berhasil
158
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan
Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Ukuran Kategori (%) Rata-
rata Kategori
STB KB CB B SB
1 Berkembangnya organisasi yang
baik dalam kelompok - 11.90 46.43 39.29 2.38 3.32 Cukup Berhasil
2 Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam
penunjang sarana produksi
- 22.62 39.29 35.71 2.38 3.18 Cukup Berhasil
3 Terbentuknya SDM ke arah organik
1.19 22.62 53.57 22.62 - 2.98 Cukup Berhasil
Berkembangnya Kelembagaan dan
SDM (Y1) 3.16 Cukup Berhasil
1 Terciptanya lapangan kerja bagi
petani - 14.29 36.90 39.29 9.52 3.44 Berhasil
2 Terciptanya kelompok wanita tani yang aktif
- 5.95 40.48 42.86 10.71 3.58 Berhasil
3 Berkembangnya jenis usaha
ekonomi rumah tanga tani 1.19 19.05 51.19 22.62 5.95 3.13 Cukup Berhasil
Terciptanya Lapangan Kerja melalui
Pengembangan Diversifikasi Usaha
Pertanian dan Industri Rumah
Tangga (Y2)
3.38 Cukup Berhasil
1 Peningkatan pengolahan lahan
pertanian dengan sebaik-baiknya - 13.10 40.48 44.05 2.38 3.36 Cukup Berhasil
2 Memperluas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan
hasil pertanian
1.19 15.48 60.71 21.43 1.19 3.06 Cukup Berhasil
3 Penganekaragaman tanaman pertanian
1.19 19.05 59.52 20.24 - 2.99 Cukup Berhasil
Berkembangnya Intensifikasi dan
Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) 3.13 Cukup Berhasil
1 Meningkatnya produksi usahatani
dalam kelompok - 11.90 39.29 46.43 2.38 3.39 Cukup Berhasil
2 Efisiensi usahatani dengan
menggunakan pupuk organik 1.19 14.29 47.62 33.33 3.57 3.24 Cukup Berhasil
3 Meningkatnya petani dalam berusaha tani
- 13.10 42.86 38.10 5.95 3.37 Cukup Berhasil
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani
Melalui Peningkatan Produksi dan
Efisiensi Usaha Tani (Y4)
3.33 Cukup Berhasil
1 Pengolahan pupuk organik cair
maupun padat - 17.86 21.43 36.90 23.81 3.67 Berhasil
2 Kelompok tani menerapkan hasil olahan pupuk organik ke masing-
masing lahan
- 7.14 40.48 46.43 5.95 3.51 Berhasil
3 Berkembangnya pertanian organik di Desa
- 11.90 66.67 21.43 - 3.10 Cukup Berhasil
Tercipta dan Berkembangnya
Pertanian Organik Menuju Green
Economic (Y5)
3.42 Berhasil
1 Berkembangnya UMKM dalam
kelompok tani 1.19 27.38 48.81 22.62 - 2.93 Cukup Berhasil
2 Terciptanya unit simpan pinjam dalam kelompok
- 3.57 25.00 52.38 19.05 3.87 Berhasil
3 Terbentuknya Koperasi dalam
Gapoktan Simantri 2.38 29.76 60.71 5.95 1.19 2.74 Cukup Berhasil
Berkembangnya usaha Ekonomi
Pedesaaan (Y6) 3.18 Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y) 3.27 Cukup Berhasil
159
Lampiran 6. Peningkatan Pendapatan Simantri
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009
No Sektor Kepemilikan
Sebelum
Simantri
(Rp) /Th
Kepemilikan
Sesudah
Simantri
(Rp) /Th
Peningkatan
Pendapatan
(Rp) /Th
Besaran
Peningkatan
Pendapatan
(%)
1 Pertanian 50 are
11,279,167 50 are
12,132,396
853,229
2 Peternakan
Penjualan Ternak 0.75 ekor
463,750 1.75 ekor
1,421,250
957,500
Limbah Padat 1.530 Kg
70,200 2.790 Kg
150,000
79,800
Limbah Cair 1.890 ltr
94,500 3.150 ltr
157,500
63,000
3 Perkebunan -
- -
-
-
4 Perikanan -
- -
-
-
Jumlah Total Peningkatan
Pendapatan (Y7)
11,907,617
13,861,146
1,953,529 16.41
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010
No Sektor Kepemilikan
Sebelum
Simantri
(Rp) /Th
Kepemilikan
Sesudah
Simantri
(Rp) /Th
Peningkatan
Pendapatan
(Rp) /Th
Besaran
Peningkatan
Pendapatan
(%)
1 Pertanian 51.3 are
14,400,677 55 are
16,813,245
2,412,568
2 Peternakan
Penjualan Ternak 0.94 ekor
382,813 1.94 ekor
1,044,375
661,563
Limbah Padat 1.328 Kg
39,825 3.900 Kg
1,470,900
1,431,075
Limbah Cair 1.215 ltr
60,750 2.468 ltr
581,875
521,125
3 Perkebunan 44 are
4,464,844 44 are
5,657,917
1,193,073
4 Perikanan -
- -
-
-
Jumlah Total Peningkatan
Pendapatan (Y7)
19,348,908
25,568,311
6,219,403 32.14
159
160
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011
No Sektor Kepemilikan
Sebelum
Simantri
(Rp) /Th
Kepemilikan
Sesudah
Simantri
(Rp) /Th
Peningkatan
Pendapatan
(Rp) /Th
Besaran
Peningkatan
Pendapatan
(%)
1 Pertanian 37.6 are
9,087,109 37.6 are
10,375,331
1,288,221
2 Peternakan
Penjualan Ternak 0.42 ekor
158,672 1.17 ekor
849,922
691,250
Limbah Padat 984 Kg
29,571 2.464 Kg
610,134
580,564
Limbah Cair 956 ltr
47,813 1.914 ltr
261,598
213,786
3 Perkebunan 14.5 are
1,037,356.77 14.5 are
1,250,859
213,503
4 Perikanan -
- 11 Kg
57,668
57,669
Jumlah Total Peningkatan
Pendapatan (Y7)
10,360,521
13,405,513
3,044,992 29.39
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No Sektor Kepemilikan
Sebelum
Simantri
(Rp)/Th
Kepemilikan
Sesudah
Simantri
(Rp) /Th
Peningkatan
Pendapatan
(Rp)/Th
Besaran
Peningkatan
Pendapatan
(%)
1 Pertanian 40.8 are
10,203,601 41.5 are
11,685,270
1,481,669
2 Peternakan
Penjualan Ternak 0.54 ekor
215,893 1.35 ekor
914,167
698,274
Limbah Padat 1.076 Kg
33,459 2.753 Kg
987,234
953,776
Limbah Cair 1.050 ltr
52,500 2.155 ltr
317,646
265,146
3 Perkebunan 19.4 are
1,640,813 19.4 are
2,030,734
389,921
4 Perikanan -
- 8 Kg
43,938
43,938
Jumlah Total Peningkatan
Pendapatan (Y7)
12,146,266 15,978,989 3,832,723 31.55
161
Lampiran 7. Hasil Analisis Smart PLS
Quality Criteria
Outer Loading
Original
Sample (O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
X1.1 <- Jiwa Kewirausahaan 0.84141 0.840069 0.026674 0.026674 31.544185
X1.2 <- Jiwa Kewirausahaan 0.851193 0.848536 0.031044 0.031044 27.418742
X1.3 <- Jiwa Kewirausahaan 0.898452 0.898881 0.016597 0.016597 54.133835
X1.4 <- Jiwa Kewirausahaan 0.882776 0.883708 0.020207 0.020207 43.687019
X1.5 <- Jiwa Kewirausahaan 0.880992 0.876878 0.026968 0.026968 32.668191
X1.6 <- Jiwa Kewirausahaan 0.827101 0.826376 0.033362 0.033362 24.791426
X1.7 <- Jiwa Kewirausahaan 0.87097 0.868485 0.030035 0.030035 28.99845
X1.8 <- Jiwa Kewirausahaan 0.878792 0.878561 0.025426 0.025426 34.56216
X1.9 <- Jiwa Kewirausahaan 0.877005 0.87561 0.026981 0.026981 32.504139
X1.10 <- Jiwa Kewirausahaan 0.845966 0.841961 0.026423 0.026423 32.016171
X1.11 <- Jiwa Kewirausahaan 0.833394 0.830834 0.033726 0.033726 24.710522
X1.12 <- Jiwa Kewirausahaan 0.848943 0.84957 0.029826 0.029826 28.463143
X1.13 <- Jiwa Kewirausahaan 0.824085 0.823615 0.033849 0.033849 24.345715
X2.1<- Manajemen Agribisnis 0.831168 0.829646 0.031602 0.031602 26.300843
X2.2 <- Manajemen Agribisnis 0.806969 0.809111 0.038235 0.038235 21.105302
X2.3 <- Manajemen Agribisnis 0.932804 0.930822 0.009966 0.009966 93.597824
X2.4 <- Manajemen Agribisnis 0.895866 0.897409 0.019646 0.019646 45.599704
Y1 <- Keberhasilan Simantri 0.82473 0.831135 0.035478 0.035478 23.246548
Y2 <- Keberhasilan Simantri 0.888853 0.889095 0.020187 0.020187 44.031318
Y3 <- Keberhasilan Simantri 0.704771 0.702828 0.07511 0.07511 9.383132
Y4 <- Keberhasilan Simantri 0.875137 0.879726 0.025056 0.025056 34.927322
Y5 <- Keberhasilan Simantri 0.900183 0.900396 0.0193 0.0193 46.642517
Y6 <- Keberhasilan Simantri 0.826115 0.827017 0.033633 0.033633 24.562716
Y7 <- Keberhasilan Simantri 0.840024 0.842268 0.023747 0.023747 35.373501
Overview
AVE Composite
Reliability
R
Square
Cronbachs
Alpha Communality Redundancy
Jiwa
Kewirausahaan 0.737637 0.97335
0.970283 0.737637
Manajemen
Agribisnis 0.753685 0.924234 0.841632 0.889755 0.753685 0.634118
Keberhasilan
Simantri 0.704463 0.943176 0.787545 0.9291 0.704463 0.349315
161
162
Latent Variable Correlations
Variabel Korelasi
X1 X2 Y
Jiwa Kewirausahaan (X1) 1.000
Manajemen Agribisnis (X2) 0.817 1.000
Keberhasilan Simantri (Y) 0.831 0.825 1.000
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
X1 -> Y 0.366375 0.353632 0.130071 0.130071 2.816737
X1 -> X2 0.917405 0.917891 0.016746 0.016746 54.78248
X2 -> Y 0.539264 0.555869 0.124553 0.124553 4.329596
0.917 [54.782]
0.366 [2.817]
0.539 [4.330]
top related