Transcript
PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(Studi pada karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia)
Nabiel Faruqi
Dr. Pantius D. Soeling, M.Si
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
2014
Nabiel.faruqi@ui.ac.id / nabielf@hotmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap Kinerja Karyawan. Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
OHSAS 18001 dengan empat dimensi pengukuran yaitu Plan, Do, Check & Action. Kinerja
Karyawan diukur dengan Dimensi Kinerja Karyawan menurut Bernadin & Russel (1993)
yaitu Kualitas Kerja, Kuantitas Kerja, Ketepatan Waktu dan Efektivitas Biaya. Data
penelitian dikumpulkan melalui suurvei kuantitatif dengan sampel sebanyak 90 orang
karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh
variabel SMK3 terhadap variabel Kinerja Karyawan menggunakan koefisien determniasi.
Hasil analisis koefisien determinsasi menunjukan bahwa 52,7% Kinerja Karyawan semi-
direct PT. Komatsu Indonesia dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3). Pada penelitian ini ditemukan bahwa Implementasi Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki pengaruh terhadap Kinerja
Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia. Dalam pembahasan juga didiskusikan hasil
dan implikasi dari penelitian ini.
Kata kunci:
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), OHSAS 18001, Kinerja
Karyawan
ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of implementation of Health and Safety
Management System on Employee Performance. OHSAS 18001 is Health and Safety
Management System that used in this study by measuring four dimensions, that is Plan, Do,
Check and Action. Employee Performance measured by Employee Performance Dimensions
according to Bernadin & Russel (1993) that is Quality of Work, Quantity of Work,
Timeliness and Cost Effectiveness. Data were collected through quantitative survey with a
sample of 90 semi-direct employees of PT. Komatsu Indonesia. To measure influence of
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
health and safety management system on Employee Performance using the coefficient of
determination analysis.
The results of the coefficient of determination analysis showed that 52.7% of semi-
direct Employee Performance PT. Komatsu Indonesia influenced by the Health and Safety
Management System. This study found that implementation of Health and Safety
Management System (SMK3) have an influence on the performance of semi-direct
employees of PT. Komatsu Indonesia. In the discussion also included the results and
implications of this research.
Key words:
Health and safety management system, OHSAS 18001, Employee performance
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Era industrialisasi yang ada saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan yang
semakin ketat. Setiap perusahaan mengelola masing – masing sumber daya yang dimilikinya
secara sebaik – baiknya. Dahulu anggapan sesuatu yang menjadi sumber daya bagi
perusahaan hanyalah modal financial, mesin teknologi, dan modal tetap. Namun dengan
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga semakin ketatnya persaingan yang ada,
Sumber Daya Manusia (SDM) dianggap menjadi salah satu modal penting bagi perusahaan.
Seperti dikutip dalam Nina Insania (2011), terdapat anggapan “Great Organizations
are always built by great people”. SDM yang ada pada suatu perusahaan saat ini menjadi
perhatian khusus bagi perusahaan itu sendiri dimulai dari tahap perekrutan, pengembangan
dan pelatihan, remunerasi, termasuk penyediaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Bentuk kontribusi dari tiap – tiap SDM dalam sebuah perusahaan berupa kinerja individu
masing – masing karyawan.
Menurut Moeheriono (2009) “Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
suatu organisasi”. Kinerja tiap – tiap individu akan menentukan bagaimana kinerja suatu unit
dalam perusahaan. Kemudian kinerja tiap – tiap unit tersebut membentuk kinerja dari
departemen – departemen yang ada pada perusahaan. Kinerja masing – masing departemen
tersebut tentu menjadi gambaran bagaimana kinerja pada sebuah perusahaan. Sehingga,
kinerja dari masing – masing karyawan dapat menentukan bagaimana kinerja dari perusahaan
itu sendiri.
Kinerja karyawan pada setiap perusahaan tentu banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor pendukung. Dalam Simanjuntak (2005), disebutkan bahwa kinerja individu dalam
perusahaan ditentukan oleh kompetensi individu, dukungan manajemen, dan juga dukungan
organisasi yang mencakup didalam nya aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Aspek
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu elemen penting dalam proses
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
kinerja karyawan yaitu dalam hal akses dalam penggunaan sumber daya yang ada. Hal ini
cukup beralasan bahwa karyawan memerlukan akses ke sumber daya yang diperlukan jika
mereka diharapkan untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien. Hal ini dapat
tercapai apabila perusahaan selalu memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) karena hal ini akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Akibatnya, ketika kinerja di
bawah standar dapat menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan.
Dalam beberapa penelitian juga dikemukakan bahwa Kinerja Karyawan dipengaruhi
oleh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dikutip dari Journal A survey of safety and
health at work in Greece (Stavros Drakopoulos, Athina Economou, Katerina Grimani: 2012),
Di Yunani, Penerapan Kesehatan dan Keselamatan kerja cukup signifikan dalam
memfasilitasi kinerja karyawan untuk mencapai target pekerjaan. Pada tahun 2011, penelitian
yang dilakukan oleh Emmanuel I. Akpan dengan judul penelitian Effective Safety and Health
Management Policy for Improved Performance of Organizations in Africa, ditemukan bahwa
Manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif telah ditemukan memiliki korelasi
positif dengan peningkatan kinerja organisasi dan profitabilitas, ketiadaan kecelakaan di
lingkungan kerja dapat menimimalisasi biaya tambahan.
Menurut Mangkunegara (2005) ”Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur”. K3 sendiri memiliki beberapa manfaat dan
tujuan. Antara lain; dilihat dari sisi aspek hukum, perlindungan tenaga kerja dan juga dari sisi
aspek ekonomi. Dari aspek hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan ketentuan
perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi oleh semua pihak, bagi
pekerja, pengusaha, manajemen yang ada dan juga pihak – pihak lain yang terkait. Kemudian
perlindungan bagi tenaga kerja; Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki nilai
perlindungan kepada tenaga kerja dari ancaman kecelakaan atau penyakit yang timbul akibat
pekerjaan. Tenaga kerja merupakan aset penting bagi organisasi oleh karena itu harus dijaga,
dibina dan juga dirawat untuk meningkatkan kinerjanya. Manfaat K3 dapat juga dilihat dari
pendekatan ekonomi atau finansial. Kecelakaan dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar bagi perusahaan. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat menjadi kerugian tak terduga bagi
suatu perusahaan.
Akhir – akhir ini aspek K3 telah menjadi permasalahan global yang memiliki
pengaruh terhadap perdangan dan arus barang antar negara. Isu K3 menjadi salah satu
hambatan non tarif dalam sistem perdangangan dunia di samping isu lingkungan, HAM,
pekerja dibawah umur dan juga Pengupahan.Permasalahan keselamatan kerja muncul sekitar
tahun 1800an seiring dengan revolusi industri yang terjadi di Inggris dan sejalan dengan
ditemukannya mesin uap sebagai alat produksi. Semenjak itu, manusia dianggap sebagai alat
produksi sebagaimana mesin uap yang mudah diganti dengan yang baru. Hal ini
menimbulkan permasalahan yaitu berkurangnya perhatian sehingga terjadi banyak
kecelakaan kerja. Kondisi perburuhan yang buruk dan tingginya angka kecelakaan kerja
mendorong berbagai pihak untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja
yaitu berupa perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Kemudian pada tahun 1900an mulai banyak bermunculan tokoh – tokoh ahli dibidang
K3 dengan teori dan pandangannya masing – masing. Para ahli K3 tersebut berpandangan
bahwa K3 harus terprogram dengan baik menggunakan sistem manajemen modern. Hingga
akhirnya pada tahun 2007 lahirlah sebuah standard Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) yang disusun oleh beberapa badan nasional di dunia yang
mengurusi bidang K3 yaitu OHSAS 18001. Didalamnya terdapat OSHMS yaitu Occupational
Safety and Health Management System, panduan internasional mengenai bagaimana Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di sebuah perusahaan dijalankan.
Di Indonesia, Peraturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan kerja sudah diatur
dalam UU. No. 13 tahun 2003 pada pasal 86 dan pasal 87. Selanjutnya diterbitkan juga
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja terkait pasal 87 UU. No. 13 tahun 2003.
Didalam Peraturan Pemerintah tersebut berisikan definisi, tujuan, sasaran hingga pedoman
mengenai Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi perusahaan –
perusahaan di Indonesia. Ramli (2010) mendefinisikan SMK3 sebagai “konsep pengelolaan
K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui
proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan”
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih cukup tinggi. Seperti yang diungkapkan
oleh Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, data dari Jamsostek yang
dihimpun oleh okezone.com (20 Desember 2013) menunjukan bahwa total kecelakaan kerja
periode tahun 2010 mencapai 86.693 kasus dengan jumlah klaim yang terus meningkat.
Bagan 1.1: klaim asuransi JAMSOSTEK akibat kecelakaan kerja
Sumber : Data jamsostek 2010 dikutp melalui okezone.com (20 Desember 2013)
Data – data mengenai jumlah klaim asuransi jamsostek atas kecelakaan kerja diatas
menunjukan bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi.
Padahal peraturan hingga pedoman mengenai Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) sudah dibuat dan juga dalam proses pelaksanaannya menjadi
salah satu hal penting dalam proses kegiatan produksi suatu perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur alat berat, akses ke sumber daya tertentu dalam suatu
perusahaan harus memiliki perlindungan yang sesuai dengan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan (SMK3) memenuhi standard. Para pekerja yang mengoperasikan alat berat
tentunya harus memiliki perlindungan K3 yang berpedoman dari Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang ada. Apabila tidak ada pedoman mengenai
SMK3 yang mencukupi, Pekerja tersebut tidak dapat mengoperasikan alat berat tersebut
secara optimal sehingga mengakibatkan tidak maksimal nya kinerja karyawan itu sendiri.
Apabila suatu perusahaan memiliki Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan Kerja
(SMK3) yang baik, maka membuat karyawan memiliki rasa aman dalam bekerja sehingga
kinerjanya pun bisa menunjukan hasil yang maksimal.
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
PT. Komatsu Indonesia, perusahaan manufaktur alat berat di Indonesia yang berdiri
sejak tahun 1982 dan hingga saat ini merupakan satu – satunya perusahaan manufaktur alat
berat yang melakukan seluruh kegiatan produksi nya dilakukan di Indonesia. Dalam proses
kegiatan produksi perusahaan sehari – harinya, banyak karyawan yang bekerja pada
lingkungan pabrik yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Berikut data
kecelakaan kerja yang dihimpun dari section EHS (Environmental Health and Safety) PT.
Komatsu Indonesia
Bagan 1.1: Jumlah Kecelakaan Kerja PT. Komatsu Indonesia
Sumber: Data Internal Section EHS PT. Komatsu Indonesia
PT. Komatsu Indonesia yang sejak awal tahun 2013 menerapkan standar International
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS 18001), mengalami penurunan
kecelakaan kerja yang cukup drastis. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) yang berstandar Internasional ini sangat memiliki pengaruh terhadap turunnya angka
kecelakaan kerja pada lingkungan PT. Komatsu Indonesia. Rendah nya angka kecelakaan
kerja ini tentu dapat memiliki dampak positif pada kinerja karyawan PT. Komatsu Indonesia.
Namun belum pernah dilakukan penelitian dari turunnya angka kecelakaan kerja terhadap
kinerja karyawan PT. Komatsu Indonesia.
B. Permasalahan
Pada PT. Komatsu Indonesia terdapat dua lingkungan kerja fisik, yaitu lingkungan
pabrik dan lingkungan ruangan kantor. Sementera terdapat tiga kategori karyawan yaitu
karyawan indirect, karyawan perusahaan yang hanya memiliki lingkungan kerja pada
lingkungan ruangan kantor; karyawan direct, yaitu karyawan yang hanya memiliki
lingkungan kerja pada lingkungan pabrik; dan karyawan semi-direct, yaitu karyawan yang
memiliki lingkungan kerja pada lingkungan pabrik dan lingkungan ruangan kantor. Untuk
mengetahui implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
terhadap kinerja pada karyawan yang memiliki kedua lingkungan kerja tersebut, maka objek
penelitian ini adalah karyawan semi-direct. Berdasarkan uraian yang ada, perumusan masalah
dari penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengaruh Implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terhadap kinerja karyawan semi-direct PT.
Komatsu Indonesia”
C. Tujuan
Tujuan penelitian yang dilakukan pada karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia ini
adalah untuk menganalisis pengaruh dari Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap kinerja karyawan.
Tinjauan Teoritis
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa konsep yang digunakan sebagai
landasan penelitian. Konsep yang terkait dalm penelitian ini adalah konsep Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan Kinerja Karyawan
A. Konsep SMK3
1. Definisi SMK3
Definisi mengenai SMK3 didalam OHSAS 18001:2007 dalam Ramli (2010) “OHS
Management System: part of an organization’s management system used to develop and
implement its OH&s Policy and manage OH&S Risks. Ramli (2010) juga mendefinisikan
SMK3 sebagai “konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu
sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan
pengawasan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan sebuah sistem terpadu mengenai pengelolaan
K3 pada sebuah perusahaan yang didalamnya berisikan panduan mengenai program K3
dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga tahap evaluasi.
2. Kategori Penerapan SMK3 dalam organisasi
Penerapan Sistem Manajemen K3 dalam organisasi tidaklah sama. Beberapa
organisasi cenderung memiliki perbedaan pencapaian dalam penerapan Sistem Manajemen
K3. Ramli (2010) menjelaskan beberapa kategori dalam penerapan SMK3 / OHSMS dalam
organisasi:
- SMK3 Virtual (Virtual OHSMS)
Yaitu sebuah organisasi sudah memiliki elemen SMK3 dan melakukan langkah
pencegahan yang tepat, tetapi belum memiliki sistem yang mencerminkan bagaimana
langkah pengamanan dan pengendalian risiko yang dijalankan
- SMK3 salah arah (Misguided OHSMS)
Yaitu organisasi sudah memiliki elemen Sistem Manajemen K3 yang baik, tetapi
salah arah dalam tahap pengembangan langkah pencegahan dan pengamanan. Akibatnya, isu
atau potensi bahaya yang bersifat kritis bagi organisasi terlewatkan
- SMK3 acak (Random OHSMS)
Yaitu Organisasi yang telah menjalankan program pengendalian dan pencegahan
resiko yang tepat dan juga sesuai dengan realita yang ada dalam organisasi, tetapi tidak
memiliki elemen dari manajemen K3 yang dibutuhkan utuk memastikan tahapan proses
pencegahan dan pengendalian tersebut berjalan dengan baik. Elemen K3 yang ada bersifat
acak, belum memiliki keterikatan antara satu dan lainnya.
- SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS)
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Yaitu Organisasi yang sudah menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik.
Elemen SMK3 dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi resiko, dilanjutkan dengan
menetapkan langkah pencegahan dan pengamanan, serta melalui proses manajemen untuk
menjamin penerapannya secara baik.
2.2.2.4 Elemen Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam proses Implementasi SMK3, OHSAS 18001 dalam Ramli (2010)
menggunakan pendekatan kesisteman dimulai dari perencanaan, penerapan, pemantauan dan
tindakan perbaikan yang menggunakan siklus PDCA (Plan – Do – Check – Action). Elemen
– elemen implementasi dari Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001 dalam Ramli
(2010) adalah sebagai berikut
PLAN
Tahapan awal dalam implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) pada organisasi yaitu Plan (Perencanaan). Dimensi plan ini terdiri atas empat
indikator yaitu:
• Kebijakan K3
Manajemen puncak harus mendifinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan memastikan
bahwa di dalam ruang lingkup dari sistem manajemen K3 mencakup seluruh kegiatan yang
ada di dalam perusahaan.
• Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan.
• Persyaratan legal dan lainnya
Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk
mengidentifikasi dan mengakses peraturan perundangan dan persyaratan K3 lain yang
diaplikasikan untuk K3.
• Tujuan dan program K3
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran K3 yang
terdokumentasi, pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan di dalam organisasi.
DO
Dimensi selanjutnya yaitu Do (Pelaksanaan). Setelah dilakukan perencanaan yang baik, yang
harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) yaitu pelaksanaan. Dimensi pelaksanaan ini terdiri atas tujuh
indikator, yaitu:
• Sumber daya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang.
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi untuk sistem manajemen K3.
Manajemen puncak harus memperlihatkan komitmennya dengan memastikan ketersediaan
SDM, menetapkan peran – peran, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas
• Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian
Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam pengendaliannya yang melakukan
tugas – tugas yang mempunyai dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat
pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman, dan menyimpan catatan – catatannya.
• Komunikasi, partisipasi, dan konstultasi
Sesuai dengan bahaya – bahaya K3 dan sistem manajemen K3, organisasi harus membuat,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk melakukan komunikasi internal, dan juga pihak
eksternal terkait. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
partisipasi pekerja melalui Keterlibatannya dan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
penetapan pengendalian, penyelidikan insiden. Konsultasi dengan para kontraktor atas
perubahan – perubahan yang terjadi dan berdampak pada K3.
• Pendokumentasian
Dokumentasi sistem manajemen K3 harus termasuk Kebijakan K3 dan sasaran – sasaran,
Penjelasan ruang lingkup sistem manajemen K3, Dokumen – dokumen OHSAS
• Pengendalian dokumen
Dokumen – dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dan standar OHSAS
harus terkendali. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
menyetujui kecukupan dokumen, meninjau dokumen secara berlaka, melakukan perubahan
yang disesuaikan dengan kondisi terbaru.
• Pengendalian operasi
Organisasi harus mengidentifikasi operasi – operasi dan kegiatan – kegiatan yang berkaitan
dengan bahaya – bahaya yang teridentifikasi di mana kendali pengukuran perlu dilakukan
untuk mengendalikan risiko – risiko K3.
• Tanggap darurat
Organisasi harus menbuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
potensi keadaan darurat, untuk menanggapi keadaan darurat
CHECK
Setelah dilakukan Plan (Perencanaan) dan Do (Pelaksanaan), perusahaan dalam melakukan
implementasi SMK3 harus melakukan tahapan Check (Pemeriksaan). Dalam dimensi Check
(Pemeriksaan) ini terdapat lima indikator yaitu:
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
• Pengukuran kinerja dan pemantauan
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan
mengukur kinerja K3 secara teratur. Prosedur ini harus dibuat untuk memudahkan organisasi
melakukan pemantauan, pengukuran dan pencatatan hasil pemantauan dan pengukuran
• Evaluasi kesesuaian
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara periodik
mengevaluasi kepatuhannya kepada peraturan perundangan yang relevan.
• Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan
langkah pencegahan
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat,
menyelidiki dan menganalisis insiden – insiden untuk Menetapkan penyebab penyimpangan
K3, Mengidentifikasi untuk tindakan perbaikan dan pencegahan.
• Pengendalian catatan
Organisasi harus membuat dan memelihara catatan sesuai keperluan untuk
memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan standar
OHSAS, serta hasil – hasil yang dicapai.
• Audit Internal
Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur untuk pelaksanaan
audit sistem manajemen K3 secara berkala oleh pihak internal perusahaan.
ACTION
Dimensi terakhir dari Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yaitu
Action (Tindakan) dimana dilakukannya tinjauan oleh pihak manajemen.
• Tinjauan manajemen
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 organisasinya, secara terencana,
untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara berkelanjutan. Proses
tinjauan manajemen harus termasuk penilaian kemungkinan – kemungkinan peningkatan dan
kebutuhan perubahan sistem manajemen K3, termasuk kebijakan K3 dan tujuan – tujuan K3
B. Kinerja Karyawan
1. Definisi Kinerja Karyawan
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Moeheriono (2009) mendefinisikan kinerja karyawan sebagai “gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
suatu organisasi”.Selanjutnya dalam Rivai (2004) didefinisikan, “kinerja merupakan suatu
fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang
sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.Sementara
Simanjuntak (2001) berpendapat bahwa kinerja adalah “tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu”. Dari beberapa definisi kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa
kinerja karyawan adalah suatu tingkat pencapaian yang diraih oleh karyawan atas apa yang
dikerjakan.
2. Dimensi Kinerja Karyawan
Bernardin dan Russel (1993) mengemukakan beberapa dimensi kinerja, yaitu
• Kualitas (quality)
Merupakan tingkat dimana proses atau hasil dari penyelesaian suatu kegiatan mendekati
sempurna dan kegiatan pekerjaan dapat terus meningkatkan kualitas kerja
• Kuantitas (quantity)
Merupakan jumlah yang ditunjukan dalam satuan mata uang, jumlah unit atau jumlah siklus
kegiatan yang diselesaikan.
• Ketepatan waktu (timeliness)
Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang
dikehendaki dengan meperlihatkan koordinasi output orang lain serta waktu yang tersedia
untuk kegiatan lain.
• Efektivitas biaya (cost effectiveness)
Merupakan tingkatan dimana sumber daya manusia dapat dimaksimalkan dalam arti untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar atau mengurangi kerugian yang timbul dari
penggunaan suatu sumber daya yang ada
• Kebutuhan akan supervisi (Need for supervision)
Merupakan suatu tingkatan di mana seseorang karyawan dapat melaksanakan suatu fungsi
pekerjaan tanpa harus meminta bimbingan atau campur tangan dari atasan.
• Hubungan antar perseorangan (interpersonal impact)
Merupakan tingkatan dimana seorang pegawai mampu untuk mengembangkan perasaan
untuk saling menghargai dan bekerjasama antara pegawai yang satu dengan yang lain
3. Pengaruh antara Kinerja karyawan dengan SMK3
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Simanjuntak (2005) menjelaskan kinerja sebagai hasil tingkat pencapaian atas
pelaksanaan tugas masing – masing individu. Kinerja masing – masing individu secara
keseluruhan merupakan bentuk dari kinerja perusahaan. Sementara itu kinerja individu,
kinerja kelompok maupun kinerja perusahaan banyak dipengaruhi oleh faktor intern dan
ekstern dari organisasi.
Kinerja individu
Dalam Simanjuntak (2005) dijelaskan bahwa kinerja individu dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu kompetensi individu orang
yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen.
I. Kompetensi Individu
Kompetensi individu yaitu kemampuan dan keterampilan dalam melakukan tugas
pekerjaan. Kompetensi individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Kemampuan dan Keteramplian; Motivasi dan etos kerja
II. Dukungan Organisasi
Kinerja setiap individu, kinerja setiap unit – unit kerja dan kinerja perusahaan dapat
ditingkatkan melalui dukungan organisasi, antara lain:
a. Struktur organisasi yang memiliki pembagian tugas secara jelas, struktur kewenangan
dan pelaporan pertanggung-jawaban yang pasti.
b. Penyediaan sarana dan peralatan kerja yang lengkap, termasuk penggunaan teknologi
yang tepat.
c. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat, didukung
oleh penyediaan kelembagaan, peralatan dan sarana perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja.
d. Penyediaan kondisi dan syarat kerja .
e. Memberi peluang bagi pekerja dan pengusaha menciptakan hubungan industrial yang
harmonis.
f. Menyediakan kecukupan anggaran yang dibutuhkan untuk setiap pelaksanaan tugas.
III. Dukungan Manajemen
Manajemen memilki peranan yang dominan dan sangat penting dalam rangka
peningkatan kinerja karyawan, baik dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja
karyawan, maupun dalam membangun sistem kerja yang efektif dan menciptakan kondisi dan
suasan kerja yang harmonis, aman dan menyenangkan.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam Simanjuntak (2005), kinerja individu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Kompetensi individu, Dukungan organisasi dan
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Dukungan manajemen. Dalam dukungan organisasi terdapat poin yang menjelaskan bahwa
perusahaan harus menyediakan tempat dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan sehat,
dan juga sarana perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan dan keselamatan
Kerja dalam sebuah perusahaan sudah diatur dalam pedoman terpadu yang disebut juga
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Sehingga Kinerja individu
dalam sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) yang diterapkan oleh perusahaan itu sendiri.
C. Model Analisis
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu Sisem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan variabel dependen yaitu Kinerja
Karyawan. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki arah
hubungan asimetris terhadap Kinerja Karyawan dimana Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja(SMK3) yang akan mempengaruhi Kinerja Karyawan, sementara Kinerja
Karyawan tidak mempengaruhi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Kinerja Karyawan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bagan 2.1: Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Sumber: Data olahan pribadi
D. Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang
merupakan independen variabel mempengaruhi dependen variabel yaitu kinerja karyawan.
Maka dapat ditarik hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu
Indonesia
Ha: Terdapat pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada
periode waktu tertentu yaitu selama bulan November 2014. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu survey dengan penyebaran kuisioner kepada 90 karyawan semi-direct PT.
Komatsu Indonesia. Teknik nalisis data yang digunakan yaitu modus untuk menganalisis
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
karakteristik responden dan mean untuk menganalisis jawaban responden pada pernyataan
variabel penelitian. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel SMK3 terhadap
kinerja karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia digunakan koefisien determinasi. Untuk
menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan
Pearson Correlation Product Moment dengan keterangan valid menurut Sharma (2007) R ≥
0,500. Sementara uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dengan keterangan reliabel
menurut Johnson&Christensen (2012) α ≥ 0,600
Pembahasan
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas penelitian ini menggunakan pretest kepada 10 responden
penelitian. Dari hasil uji validitas pada variabel SMK3 menunjukan seluruh indikator pada
variabel SMK3 memiliki nilai R ≥ 0.500, maka seluruh indikator pada variabel SMK3 dapat
digunakan dalam penelitian ini. Sementara uji validitas pada variabel kinerja karyawan
terdapat satu indikator yaitu efektivitas anggaran biaya yang memiliki nilai R ≤ 0,500.
Sehingga indikator tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. Indikator lainnya pada
variabel kinerja karyawan memiliki nilai R ≥ 0.500 dan dinyatakan valid untuk digunakan
dalam penelitian ini
Hasil Uji reliabilitas pada seluruh indikator dalam dimensi SMK3 dan Kinerja
Karyawan menunjukan nilai α ≥ 0,600 sehingga seluruh indikator penelitian ini reliabel untuk
digunakan.
2. Statistik Deskriptif Karakteristik Responden
Statistik deskriptif pada karakteristik responden menggunakan frekuensi atau nilai
modus untuk melakukan analisis terhadap identitas responden yang diberikan pada kuisioner
penelitian ini.
A. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi
Percent
Pria
90
100 %
Wanita
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
0
0 %
Total
90
100 %
n:90
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)\
Seluruh responden penelitian ini, sejumlah 90 orang (100%) adalah pria.
B. Usia Responden
Tabel 4.2 Usia Responden
Usia
Frekuensi
Percent
19 – 30 Tahun
33
36.7 %
31 – 39 Tahun
20
22.2 %
≥ 40 Tahun
37
41.1 %
Total
90
100.0 %
n:90
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Dari 90 responden penelitian ini dapat diketahui mayoritas responden berusia ≥ 40 Tahun
yaitu sejumlah 41.1% (37 responden)
C. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Percent
SMA
68
75.6 %
D1
1
1.1 %
D3
17
18.9 %
S1
4
4.4%
Total
90
100.0 %
n:90
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Dapat diketahui dari total 90 responden, mayoritas responden penelitian ini memiliki tingkat
pendidikan SMA yaitu 68 responden (75.6%)
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
D. Lama Bekerja
Tabel 4.4 Lama Bekerja Responden
Lama Bekerja
Frekuensi
Percent
2 – 9 Tahun
39
43.3 %
10 – 17 Tahun
15
16.7 %
≥ 18 Tahun
36
40.0 %
Total
90
100.0 %
n:90
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Dari total 90 responden penelitian ini, mayoritas sudah bekerja selama 2 – 9 tahun, sejumlah
39 responden (43.3%)
E. Lokasi Bekerja
Tabel 4.5 Lokasi Bekerja Responden
Lokasi Bekerja
Frekuensi
Percent
Frame
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
18
20.0 %
Foundry
31
34.4 %
Hydraulic
13
14.4 %
Assembling
28
31.1%
Total
90
100.0 %
n:90
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Mayoritas responden penelitian ini bekerja pada Foundry plant, yaitu sejumlah 34.4% (31
responden)
3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif pada variabel penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai
mean dari masing – masing dimensi yang ada pada variabel tersebut
A. Variabel Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
. Pada variabel SMK3 terdiri atas empat dimensi yaitu Plan, Do, Check dan Action
yang terdiri atas tujuh belas indikator yang dituangkan kedalam sembilan belas pernyataan
dalam kuisioner penelitian. Berikut nilai mean dari masing – masing dimensi:
Tabel 4.6 Nilai Mean Variabel SMK3
Dimensi
Mean
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Keterangan
Dimensi Plan (Perencanaan)
4.52
Sangat Baik
Dimensi Do (Pelaksanaan)
4.22
Sangat Baik
Dimensi Check (Pemeriksaan)
4.13
Baik
Dimensi Action (Tindakan)
4.14
Baik
Variabel SMK3
4.25
Sangat Baik
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai mean pada variabel SMK3 sebesar 4.25 dan
dapat dikategorikan sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa Implementasi Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) PT. Komatsu Indonesia khususnya terhadap
karyawan semi-direct sangat baik.
B. Variabel Kinerja Karyawan
Pada variabel Kinerja Karyawan terdiri atas empat dimensi yaitu Kualitas Kerja,
Kuantitas Kerja, Ketepatan Waktu dan Efektivitas Biaya. Indikator pada dimensi ini
dituangkan kedalam tiga belas pernyataan dalam kuisioner penelitian ini. Berikut nilai mean
pada masing – masing dimensi:
Tabel 4.7 Nilai Mean Variabel Kinerja Karyawan
Dimensi
Mean
Keterangan
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Dimensi Kualitas Kerja
4.06
Baik
Dimensi Kuantitas Kerja
4.10
Baik
Dimensi Ketepatan Waktu
3.78
Baik
Dimensi Efektivitas Biaya
4.02
Baik
Variabel SMK3
3.99
Baik
Sumber: Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa nilai mean pada variabel Kinerja Karyawan sebesar
3.99 dan dapat dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan semi-direct
PT. Komatsu Indonesia dapat dikategorikan baik.
4. Koefisien Determinasi
Sarwono (2012) menjelaskan Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
memprediksi seberapa besar tingkat kontribusi yang diberikan oleh variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 4.8
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Std. Error of the Estimate
1
.726a
.527
.522
3.06038
a. Predictors: (Constant), SMK3
b. Dependent Variable: KinerjaKaryawan
Sumber:Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R Square sebesar 0.527. Hal ini
menunjukkan bahwa 52.7% Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia
dipengaruhi oleh variabel Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (SMK3).
Sedangkan sisanya sebesar 47.3% dipengaruhi oleh faktor lainnya di luar penelitian ini,
antara lain menurut Simanjuntak (2005) yaitu kemampuan dan keterampilan, motivasi dan
etos kerja, Teknologi dan Peralatan, Kompensasi yang sesuai, dan lainnya.
5. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini digunakan uji t untuk melakukan uji hipotesis.
Tabel 4.9
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B
Std. Error
Beta
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
1
(Constant)
9.023
3.914
2.457
023
SMK3
.478
.048
.726
9.903
.000
a. Dependent Variable: KinerjaKaryawan
Sumber:Pengolahan Data Kuisioner menggunakan software SPSS 18 (2014)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung yaitu sebesar 9.903 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.000 yang bernilai kurang dari signifikansi (alpha) yaitu sebesar 0.05.
T hitung:
9.903
-1.987
1.987
HO
Ditolak
HO
Ditolak
HO
Diterima
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Bagan 4.1 Uji t
Sumber: Pengolahan Pribadi
Diperoleh nilai t dari tabel sebesar 1.987. Dapat dilihat bahwa nilai t hitung lebih
besar dari pada nilai t tabel, yaitu 9.903 > 1.987 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
(0.00). Dari bagan 4.6 dapat diketahui bahwa nilai T hitung berada pada daerah Ho ditolak.
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
independen yaitu Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu
Indonesia, maka Ha dapat dikatakan diterima.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan analisis pada hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan semi-direct PT. Komatsu Indonesia.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat responden yang memberikan
jawaban ragu – ragu pada beberapa indikator dalam variabel SMK3. Perusahaan sudah
melaksanakan seluruh indikator dalam pelaksanaan SMK3 tetapi terdapat karyawan yang
belum mengetahui bentuk nyata dari implementasi yang dilakukan perusahaan. Sebaiknya
PT. Komatsu Indonesia memberikan informasi secara menyeluruh terkait penerapan SMK3
yang ada dimulai dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeriksaan dan juga Tindakan. Hal
ini bertujuan agar seluruh karyawan PT. Komatsu Indonesia mengetahui tindakan nyata yang
sudah dilakukan perusahaan dalam implementasi SMK3.
Referensi
Books
Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Bernardin, H. John and Russel, E.A. (1993). Human resource Management, an
Experiential Approach. Mc. Graw Hill International Edition, Singapore: Mac Graw
Hill Book Co.
Hughes, Phill, Ed Ferret.(2011). Introduction to Health and Safety at Work,5th edition.
Routledge: New York, USA.
Insania, Nina; etc. (2011). Talent Management Implementation. Jakarta: PPM Manajemen
Ismail, Iriana. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: Lembaga Penerbitan
Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya Malang
Johnson, Burke; Christensen, Larry. (2012). Educational Research: quantitative, qualitative,
and mixed approaches, 4th Edition. USA: SAGE Publications, Inc.
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia
Noe, R.A. et. al. (2000). Human Resources Management. Mc Graw Hill: USA
OHSAS 18001. (2007). Occupational Health and Safety Assessment Series. OH&S Safety
Management System Requirements.
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat
Ridley, John. (2008). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Rivai, Veithzal; etc. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan
dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sarwono, Jonathan. (2012).Mengenal SPSS Statistics 20. Jakarta: Elex Media Komputindo
Sekaran, U. (2000). Research methods for business.New York: John Wiley & Sons, Inc
Silalahi, Bennet N.B; Silalahi, Rumondang B. (1995). Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman presindo
Sharma, J.K. (2007). Business Statistics: Always Learning. India: Pearson Edcation India.
Simanjuntak, Payaman, J. (2001). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
-------------------------------. (2005).Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Suriasumantri, Jujun S. (1985). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.
Ulrich, D; Etc. (2008). HR Competencies. USA: SHRM
Umar, Husein. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Werther, William B.; Keith Davis. (1996). Human Resources And Personal Management. 5th
Edition. McGraw-Hiil, Inc: New York USA.
Journals
Akpan, Emmanuel I. (2011). Effective Safety and Health management Policy for Improved
Performance of Organizations in Africa. International Journal of Business and
Management; 6, 3; Canadian Center of Science and Education pg. 159-165
Anonymus. (1996). Employee Relations: Managing health and safety at work. ProQuest vol.
18 no.2
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
Anonymus. (1996). Employee Relations: The question of health and safety at work. ProQuest
vol.18 no.2
Anonymus. (1996). Employee Relations: Organizing for health and safety at work. ProQuest
vol.18 no.2
Anonymus. (1998). HR focus: Managing employee performance. ProQuest vol. 75 no.2
Bischofberger, Iren. (2000). Health and Safety at Work in Switzerland, Impact of European
Union directives. AAOHN Journal; 48, 4; ProQuest pg.161
Drakopoulus, Stavros; Economou, Athina; Grimani, Katerina. (2012). A survey of safety and
health at work in Greece. International Journal of Workplace Health Management
vol. 5 no. 1
Lamm, Felicity;Massey, Claire;Perry, Martin. (2007). Is there a link between Workplace
Health and Safety and firm Performance and Productivity?. New Zealand Journal of
Employment Relations (Online); 2007; 32, 1; ProQuestpg. 72
Houger, Vaughan P. (2006). Trends of Employee Performance. Performance Improvement;
May/Jun 2006; 45, 5; ProQuest pg. 26
Hameed, Abdul; Waheed, Aamer. (2011). Employee Development and Its Affect on Employee
Performance A Conceptual Framework. International Journal of Business and Social
Science Vol. 2 No. 13 [Special Issue]- July 2011
Quartey, Samuel Howard; Puplampu, Bill Buenar. (2012). Employee Health and Safety
Practices: An Exploratory and Comparative Study of the Shipping and Manufacturing
Industries in Ghana. International Journal of Business and Management; Vol. 7, No.
23; 2012: Canadian Center of Science and Education.
Website
http://news.okezone.com/read/2013/12/20/337/915282/tekan-angka-kecelakaan-kerja-lewat-
dunia-maya diakses pada 20 maret 2014 pukul 19:00
Sumber Lainnya
Data kecelakaan kerja section EHS PT. Komatsu Indonesia
Profile Perusahaan PT. Komatsu Indonesia
Pengaruh implementasi..., Nabiel Faruqi, FISIP, 2014
top related