PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST …eprints.ums.ac.id/45250/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Background: Fracture is loss bone of continuity that make a person get disability
Post on 08-Jun-2019
230 Views
Preview:
Transcript
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST
OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW FRAKTUR
COLLUM HUMERUS DEXTRA
DI RS.PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Guna Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh :
ENGGAR PURIDYASMORO
J100130030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPERASI
PEMASANGAN PLATE AND SCREW FRAKTUR COLLUM HUMERUS
DEXTRA DI RS.PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ENGGAR PURIDYASMORO J100 130 030
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing
Sugiono,S.Fis,M.H (Kes)
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPERASI
PEMASANGAN PLATE AND SCREW FRAKTUR COLLUM HUMERUS
DEXTRA DI RS.PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
OLEH
ENGGAR PURIDYASMORO
J 100 130 0030
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jum’at, 15 Juli 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Sugiono, S.Fis., M.H (Kes) ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Umi Budi Rahayu, M.Kes ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dwi Rosella Kumala Sari, S.Fis., M.Fis ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Dr. Suwaji, M.Kes
NIK 195311231983031002
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia
menerima sanksi yang diberikan.
Surakarta, 29 Juni 2016
Penulis
Enggar Puridyasmoro
J100130030
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPERASI
PEMASANGAN PLATE AND SCREW FRAKTUR COLLUM HUMERUS
DEXTRA DI RS.PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(Enggar Puridyasmoro, J100130030, 2016)
ABSTRAK
Latar Belakang : Fraktur adalah kehilangan kontinyuitas tulang yang mengakibatkan seseorang
mengalami kecacatan dan gangguan pada anggota gerak tubuh yang mengalami fraktur. Fisioterapi
sebagai salah satu profesi yang bertanggung jawab atas gerak dan fungsi dapat berperan pada
kondisi di atas. Dengan modalitas fisioterapi berupa Infrared, Transcutaneus Electrical
Stimulation Nerves (TENS), dan terapi latihan.
Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi pada kondisi fraktur collum humerus dextra
dengan pemasangan plate and screw dalam mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi,
meningkatkan kekuatan otot, dengan menggunakan modalitas Inframerah, Transcutaneus
Electrical Stimulation Nerves, dan Terapi Latihan.
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 5 kali, didapatkan hasil penurunan nyeri tekan T0: 3,2
menjadi T5: 1,1 cm. nyeri gerak T0: 6,9 cm menjadi T5: 2,1 cm. peningkatan kekuatan otot flexor
shoulder T0: 4- menjadi T5: 4, extensor shoulder T0: 4- menjadi T5: 4, abduktor shoulder T0: 4-
menjadi T5: 4, adduktor shoulder T0: 4- menjadi T5: 4, eksternal rotator T0: 4- menjadi T5: 4,
internal rotator T0: 4- menjadi T5: 4. Peningkatan lingkup gerak sendi aktif T0: S: 35°-0°-120°, F:
85°-0°-30°, T:20°-0°-100°, R(F85): T0: 65°-0°-40° menjadi T5: S: 60°-0°-150°, F: 125°-0°-50°,
T: 40°-0°-130°, R(F85): 80°-0°-55°. Peningkatan lingkup gerak sendi pasif T0: S: 40°-0°-125°, F:
25°-0°-105°, T: 25°-0°-105°, R(F90): T0: 70°-0°-45° menjadi T5: S: 65°-0°-155°, F: 130°-0°-
55°, T: 45°-0°-135°, R(F90): 85°-0°-60°.ketidakmampuan aktifitas fungsional T1: 27,5%, menjadi
T5: 15%..
Kesimpulan : Pemberian Inframerah dan Transcutaneus Electrical Stimulation Nerves dapat
mengurangi nyeri pada bahu kanan dalam kondisi post operasi fraktur collum humerus dextra
dengan pemasangan plate and screw, Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot,
meningkatkan lingkup gerak sendi.
Kata kunci : Fraktur collum humerus dextra, Inframerah, Transcutaneus Electrical Stimulation
Nerves (TENS), Terapi Latihan .
PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT ON CONDITION POST SURGERY THE
INSTALLATION OF PLATE AND SCREW FRACTURE COLLUM HUMERUS
DEXTRA IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HOSPITAL
(Enggar Puridyasmoro, J100130030, 2016)
ABSTRACT
Background: Fracture is loss bone of continuity that make a person get disability and disorders for
the motion of the body. Physiotherapy is one whose profession is to responsible for motion and a
function that have a role conditions .With modalities of physiotherapy namely infrared ,
transcutaneus electrical stimulation nerves (TENS) , and therapeutic exercise.
Purpose: To understand the implementation of the physiotherapy work on condition collum of the
humerus fracture dextra with putting plate and screw in reduce pain , increase scope motion joints ,
increase muscle power , by using modality infrared, transcutaneus electrical stimulation nerves ,
dan exercise therapy.
Result : After conducted therapy for five times , obtained the results of the decline in pain press
T0: 3,2 be T5: 1,1 cm. Pain motion T0: 6,9 cm be T5: 2,1 cm. An increase the strength of muscle
flexor shoulder T0: 4- be T5: 4, extensor shoulder T0: 4- be T5: 4, abduktor shoulder T0: 4- be T5:
4, adduktor shoulder T0: 4- be T5: 4, external rotator T0: 4- be T5: 4, internal rotator T0: 4- be T5:
2
4. An increase range of motion jount active T0: S: 35°-0°-120°, F: 85°-0°-30°, T:20°-0°-100°,
R(F85): T0: 65°-0°-40° be T5: S: 60°-0°-150°, F: 125°-0°-50°, T: 40°-0°-130°, R(F85): 80°-0°-
55°. An increase range of motion jount pasiveT0: S: 40°-0°-125°, F: 25°-0°-105°, T: 25°-0°-105°,
R(F90): T0: 70°-0°-45° be T5: S: 65°-0°-155°, F: 130°-0°-55°, T: 45°-0°-135°, R(F90): 85°-0°-
60°. Inability functional activities T1: 27,5%, to T6: 15,5%.
Conclusion: The provision of infrared and transcutaneus electrical stimulation nerves can reduce
pain in the right shoulder in a condition post operation fracture collum humerus dextra by putting
plate and screw, therapy exercise can increase muscle power, increase range of motion joints.
Keyword : Fracture collum humerus dextra, infrared, transcutaneus electrical stimulation nerves
(TENS ), therapy exercise.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2014 di Indonesia sebagian besar (71,5 %) korban
kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor berdasarkan Kemenhub
RI tahun 2014. Sangat ditekankan kepada masyarakat untuk berhati- hati dalam
berkendara khususnya pengendara roda dua untuk mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cidera, fraktur, dan bahkan
kematian.
Problematika fisioterapi yang timbul dari pasca operasi pemasangan
plate and screw adalah gangguan berupa impairment, functional limitation dan
participation restriction. Kondisi seperti ini membutuhkan pengobatan agar
seseorang yang mengalami fraktur dapat kembali seperti semula. Dalam sebuah
hadist yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian
dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud
Darda` radhiallahu ‘anhu).
1.2 Tujuan
Mengetahui manfaat terapi inframerah, Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS), dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan
LGS, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan aktivitas fungsional pada
pasien fraktur collum humerus pasca operasi pemasangan plate and screw.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut :
1.3.1 Bagi penulis
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada penulis dalam
memberikan dan menyusun penatalaksanaan terapi inframerah, TENS, dan
terapi latihan pada pasien fraktur collum humerus pasca operasi
pemasangan plate and screw.
1.3.2 Bagi masyarakat umum
Memberikan informasi berupa pendidikan dan pengetahuan kepada
masyarakat tentang perawatan dan terapi pada kondisi pasca pemasangan
plate and screw pada fraktur collum humerus.
1.3.3 Bagi kemajuan Fisioterapi
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai tolak ukur
keberhasilan yang telah dicapai para ilmuwan untuk dapat lebih maju,
terutama dalam teknologi kesehatan dan disiplin ilmu lainya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Kasus
2.1.1 Definisi fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi, 2012). Collum
humerus adalah area atas tulang humerus. Post operasi berasal dari kata post
yang berarti setelah dan operasi yang berarti membedah. Plate and screw
berasal dari kata plate yang berarti lempengan baja dan screw yang berarti
sekrup yang berfungsi sebagai alat fiksasi tulang yang mengalami fraktur.
Jadi dapat kita simpulkan definisi post operasi pemasangan plate and screw
pada fraktur collum humerus adalah kondisi setelah dilakukannya operasi
pemasangan fiksasi internal berupa lempengan platina dan sekrup pada area
atas tulang humerus.
2.1.2 Etiologi
Fraktur collum humerus terjadi akibat jatuh dengan tangan yang dapat
memuntir humerus sehingga menyebabkan fraktur spiral. Jatuh pada siku
4
saat lengan pada posisi abduksi dapat merusak tulang menyebabkan fraktur
oblik atau melintang (Helmi, 2012).
3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
3.1 Diagnosa Fisioterapi
Pada kasus pasca operasi fraktur collum humerus dengan pemasangan
plate and screw meliputi impairment, functional limitation, participation
restriction. Pada impairment didapat adanya nyeri gerak pada sendi bahu
pada akhir gerakan, adanya keterbatasan LGS bahu kanan, adanya
penurunan kekuatan otot sekitar sendi bahu kanan, adanya atrofi otot pada
bahu kanan. Pada functional limitation yaitu keterbatasan pasien untuk
melakukan aktifitas fungsional dengan bahu kanan, terutama dalam aktivitas
self care misalnya mandi, dan berpakaian. Pada participation restriction
yaitu adanya ketidakmampuan pasien menggunakan tangannya sesuai usia
dan peranannya, sehingga pasien belum mampu berpartisipasi dalam
masyarakat, misalnya kerja bakti.
3.2 Pelaksanaan Fisioterapi
Pelaksanaan terapi diberikan sebanyak 5 kali terapi yang meliputi :
3.2.1 Infra merah
Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat yang akan
digunakan. Pada pelaksanaannya posisi pasien terlentang diatas
tempat tidur, rileks dan senyaman mungkin. Daerah yang di sinari
harus bebas dari pakaian serta perlu dilakukannya tes sensibilitas
terhadap panas dan dingin terlebih dahulu. Pada pemeriksaan sensasi
pasien ini adalah normal. Penyinaran dengan inframerah diusahakan
tegak lurus dengan jaringan yang akan diterapi yaitu pada daerah bahu
kanan pasien, dengan waktu ±10-15 menit, dengan jarak penyinaran
antara 45-60 cm.
3.2.2 Transcutaneus Electrical Stimulation Nerves (TENS)
Pastikan alat dapat digunakan dengan baik. Cek alat dengan
menempelkan elektroda positif dan negatif pada tangan terapis dan
kemudian bila mesin dinaikkan intensitasnya akan terasa rangsangan
5
seperti micromassage atau “cekit – cekit”. Pada pelaksanaannya posisi
pasien terlentang diatas tempat tidur, rileks dan senyaman mungkin.
Lakukan tes sensibilitas tajam dan tumpul. Pada pemeriksaan sensasi
pasien ini adalah normal. Terapi menggunakan TENS dilakukan
dengan waktu 15 menit. Pasang elektrode dengan metode vektor 2
chanel, elektroda chanel 1 pada sisi superior & lateral bahu kanan,
elektrode chanel 2 pada sisi anterior & posterior bahu kanan.
Kemudian atur frekuensi 70 - 150 Hz, burst 1 Hz, durasi pulsa 100
µs, intensitas 17,5 mA arus continue dan waktu selama 15 menit.
3.3.3 Terapi Latihan
3.3.3.1 Hold relax
Posisi pasien terlentang diatas tempat tidur. Posisi terapis
disamping lengan kanan pasien, satu tangan dilengan bawah
untuk menggerakkan dan tangan lain memfiksasi daerah
fraktur/diatas bahu kanan. Pelaksanaan pasien diminta untuk
menggerakkan bahu kearah fleksi dan ekstensi hingga batas nyeri
mulai timbul. Kemudian pasien diminta untuk meluruskan bahu
dan melawan tahanan meningkat secara bertahap dari terapis dari
arah berlawanan. Pasien harus melawan tahanan tersebut tanpa
disertai adanya pergerakan selama 8 detik, kemudian dilanjutkan
rileks. Setelah itu terapis menggerakkan secara pasif bahu pasien
ke arah fleksi untuk mengulur kelompok antagonis yang sudah
rileks.
3.3.3.2 Ressisted active movement
Posisi pasien terlentang diatas tempat tidur. Posisi terapis
disamping lengan kanan pasien. Pelaksanaan pasien diminta
untuk menggerakkan bahu kanannya kearah fleksi-ekstensi,
abduksi-adduksi, eksorotasi – endorotasi, sedangkan terapis
memberikan tahanan minimal dari arah berlawanan dan pasien
diminta melawan tahanan tersebut. Dilakukan 5 kali pengulangan.
6
5
4+
4
4-
3+
3
3-
2+
2
2-
1
0
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil terapi yang diterapkan kepada pasien ini dengan pemberian
modalitas terapi inframerah, TENS, dan terapi latihan sebanyak 5 kali terapi
telah diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1.1 Hasil evaluasi derajat nyeri
Evaluasi yang dilakukan dapat dilihat penurunan derajat nyeri dari
grafik dibawah ini.
Grafik 4.1 Evaluasi derajat nyeri
4.1.2 Hasil evaluasi peningkatan kekuatan otot
Evaluasi yang dilakukan dengan instrumen berdasarkan Manual
Muscle Testing (MMT). Dapat dilihat peningkatannya dari grafik dibawah
ini.
Grafik 4.2 Evaluasi kekuatan otot
4.1.3 Hasil evaluasi LGS bahu kanan
Evaluasi LGS yang dilakuakn dengan instrumen penilaian
menggunakan goniometer. Dapat dilihat peningkatannya dari grafik
dibawah ini.
7
Grafik 4.3 Evaluasi LGS bahu kanan aktif
Grafik 4.4 Evaluasi LGS bahu kanan pasif
4.1.4 Hasil evaluasi kemampuan fungsional
Evaluasi kemampuan fungsional dapat dilihat peningkatannya dari
tabel dan grafik dibawah ini.
Grafik 4.5 Evaluasi kemampuan fungsional
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Penurunan derajat nyeri
Terapi yang digunakan untuk mengurangi nyeri pada kondisi post
operasi fraktur collum humerus yaitu menggunakan sinar infra merah.
Efek thermal dari inframerah mampu mempengauhi syaraf sensoris.
Pemanasan tersebut akan bersifat sedatif bagi ujung-ujung syaraf
8
sensoris, tubuh akan rileks, dan vasodilatasi pembuluh darah kemudian
sirkulasi darah lancar, sehingga mengurangi rasa nyerinya (Usman,
2012).
Selain sinar inframerah, TENS juga digunakan untuk mengurangi
nyeri melalui stimulasi listrik. Stimulasi listrik yang diaplikasikan pada
serabut syaraf akan menghasilkan impuls syaraf yang berjalan dengan
dua arah sepanjang akson syaraf yang bersangkutan, peristiwa ini
dikenal sebagai aktivasi antidromik (Parjoto, 2006).
Terapi latihan merupakan salah satu jenis pelaksanaan fisioterapi
yang menggunakan latihan-latihan tubuh baik secara aktif maupun
secara pasif (Kisner dan Colby, 2007). Terapi latihan yang dilakukan
secara aktif dan perlahan terus berusaha sampai mencapai lingkup gerak
sendi maksimal dan diikuti rileksasi otot dapat menghasilkan penurunan
nyeri (Kisner dan Colby, 2007).
4.2.2 Peningkatan kekuatan otot
Nilai kekuatan otot pada bahu kanan pasien akan meningkat seiring
berkurangnya nyeri otot pada bahu kanan Pengaruh inframerah pada
kasus ini untuk mengurangi nyeri agar pasien dapat melatih gerakan
pada bahunya sehingga dapat melakukan latihan untuk peningkatan
kekuatan otot dengan mekanisme pengurangan nyeri.
TENS berpengaruh untuk pengurangan nyeri. Sehingga saat latihan
penguatan otot pada pasien dapat melakukan secara maksimal tanpa ada
hambatan nyeri. Karena apabila masih merasakan nyeri, pasien akan
takut untuk melakukan terapi latihan.
Untuk meningkatkan kekuatan otot perlu dilakukan latihan.
Latihan yang dapat menyebabkan otot menjadi responsif terhadap
beban latihan, pembesaran serabut otot, peningkatan jumlah kapiler,
peningkatan jumlah dan ukuran mitochondria, dan peningkatan protein
kontraktil (Setiawan, 2014).
9
4.2.3 Peningkatan Lingkup Gerak Sendi
Peningkatan LGS terjadi karena berkurangnya nyeri, sehingga
pasien dapat lebih mudah menggerakkan sendi shoulder kanan yang
sebelumnya terbatas karena nyeri. Salah satu modalitas yang dapat
menurunkan nyeri adalah Inframerah.
TENS dalam hal ini berguna untuk merangsang sistem saraf
melalui permukaan kulit dan efektif untuk mengurangi nyeri. Kemudian
apabila nyeri menurun kemungkinan pasien dapat bergerak lebih leluasa
karena tidak terhambat oleh nyeri.
Hold relax merupakan salah satu tehnik dari terapi latihan yang
menggunakan kontraksi isometrik dan sekelompok otot antagonis yang
memendek, setelah itu dilanjutkan dengan relaksasi kelompok otot
tersebut. Latihan ini dapat merelaksasikan otot, dan meningkatkan
lingkup gerak sendi (Kisner dan Colby, 2007).
4.2.4 Peningkatan kemampuan aktivitas fungsional
Inframerah, TENS, dan terapi latihan yang berpengaruh terhadap
penurunan nyeri, peningkatan LGS, peningkaatan otot akan
berpengaruh memingkatkan kemampuan aktifitas fungsional. Hal itu
dikarenakan seiring nyerinya berkurang, kekuatan otot dan lingkup
gerak sendi juga akan meningkat kemudian aktifitas fungsional bahu
kanan pasien juga akan meningkat.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mendapat terapi sebanyak 5 kali pada pasien kondisi post operasi
pemasangan plate and screw fraktur collum humerus dextra dengan
modalitas inframerah, TENS, dan terapi latihan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
5.1.1 Adanya penururan nyeri.
5.1.2 Adanya peningkatkan lingkup gerak sendi (LGS).
5.1.3 Adanya peningkatkan kekuatan otot.
5.1.4 Adanya peningkatan kemampuan aktifitas fungsional.
10
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Fisioterapis
Saran untuk fisioterapis hendaknya benar-benar melakukan
tugasnya secara professional, yaitu melakukan pemeriksaan dengan
teliti sehingga dapat menegakkan diagnosa, menentukan
problematik, menentukan tujuan terapi yang tepat, untuk
menentukan jenis modalitas fisioterapi yang tepat dan efektif buat
penderita.
5.2.2 Bagi pasien
Saran untuk pasien hendaknya memiliki keyakinan dan
motivasi yang tinggi. Pasien harus melaukan apa yang telah
diedukasikan oleh terapis seperti mengompres air hangat, melakukan
latihan seperti apa yang sudah diajarkan terapis untuk terciptanya
pemulihan pasien secara maksimal.
5.2.3 Bagi keluarga pasien
Saran untuk keluarga pasien hendaknya agar terus memberikan
motivasi kepada pasien agar semangat untuk latihan di rumah dan
ikut mengawasi pasien dalam berlatih.
DAFTAR PUSTAKA
Baechle., T., R., 2008. Latihan Beban. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daniels, L dan Wortingham, C. 2007. Muscle Testing Technique of Manual
Examination: Philadelphia.
Gross, J.M. 2009. Muskuloskeletal Examination. 3rd ed. Chichester: John Willey
& Son: Davis Company.
Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Johnson, A., J., Godges, J. J., dan Zimmerman, G. J. 2007. The Effect of Anterior
Versus Posterior Glide Joint Mobilization On External Rotation Range of
Motion in Patients With Shoulder Adhesive Capsulitis. The Journal
Orthop Sports PhysTher.
Kemenhub RI. 2015. Perhubungan Darat Dalam Angka Tahun 2014. Jakarta. Hal
ktd- 3.
11
Kisner, C dan Colby., L,A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Technique. 5th ed. Philadelphia: Davis Company.
Magee, D, J. 2008. Orthopedic Physical Assessment. fifth edition. Philadelphia:
Sounders Elsevier.
Milner, C,E. 2008. Functional Anatomy For Sport and Exercise. New York:
Taylor & Francise.
Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: IFI Cabang.
Perdana, S,S. 2011. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Drop Foot. Karya
Tulis Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Prentice. 2008. Infrared and Raman Spectra of Inorganic and Coordination
Compounds. England: J Wiley.
Prianthara, D, M, I., Winaya, N, M, I., Muliarta, M, I. 2015. Kombinasi Strain
Counterstrain Dan Infrared Sama Baik Dengan Kombinasi Contract Relax
Stretching Dan Infrared Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Pain
Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Mahasiswa Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia.
Volume 1. Number 1: Januari 2015.
Putzt, R dan Pabst, R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. 21 ed, Jakarta: EGC.
Setiawan, A. 2014. Pengaruh Latihan Beban Dengan Motode Set System
Terhadap Kekuatan, Daya Tahan Otot Dan Fleksibilitas Members Bahtera
Fitness Center Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Singh, Jagmohan. 2005. Textbook Of Electrotherapy. New Delhi : Jaypee Brother
Medical Publishe.
Sujatno. 2002. Sumber Fisis. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Fisioterapi.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.
Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi Dan Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Usman. 2012. Materi Infra Merah. Diakses pada tanggal 11 April 2016.
http://www.fisio-usman.net/2012/04/materi-infra-merah.html
Usuba. Scearce, J dan Uzelac, P,S. 2006. Applications and advances in Far-
Infrared heating in Japan. Trends in Food Sciences & Technology : volume
5. No 11.
top related