Transcript
ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITI UNGGULAN KECAMATAN DI KABUPATEN MAROS
Ir. Pangerang, MPPenyuluh Pertanian Kabupaten Maros
Propinsi Sulawesi Selatan
Tanggal 7 Agustus 2014
Lomba KTI Inovasi Teknologi (Teknis dan Sosial) Bidang Pertanian yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM,
Kementerian Pertanian RI di Jakarta.
BAB I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian adalah sektor terpenting dan merupakan penggerak utama dalam perekonomian Kabupaten Maros. Pemanfaatan lahan yang di bedakan menjadi lahan pertanian (lahan sawah dan lahan bukan sawah) dan lahan bukan pertanian yang pada tahun 2012 sebagian besar lahan yang ada. digunakan sebagai lahan pertanian yaitu sebesar 79,32 persen ( tidak termasuk hutan rakyat). Hal inilah yang menjadikan sektor pertanian (termasuk kehutanan didalamnya) terhadap peningkatan PDRB (Product Domestic Regional Bruto) Kabupaten Maros pada tahun 2012 cukup tinggi yaitu 33,34 persen dan menjadi sektor yang dominan peranannya terhadap struktur perekonomian Kabupaten Maros dengan nilai pertumbuhan ekonomi selama dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,21 persen per tahun.
Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan konparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan yang dihadapi. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi luas panen, produksi, dan penawaran maupun permintaan.
Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan ekonomi daerah melalui sektor pertanian pada era otonomi daerah saat ini adalah melalui pengembangan komoditas unggulan daerah. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan diharapkan dapat memacu pertumbuhan suatu wilayah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatan potensi daerah unggulan dan potensial secara optimal dan terpadu merupakan syarat yang perlu diperhatikan agar kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dapat dicapai
Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu penetapan komoditas unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni, 2005).
•Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisa potensi sumber alam(SDM) dan sumber daya mamanusia (SDA) dalam mendukung komoditi unggulan Kabupaten Maros;
2. Untuk menganalisa kecamatan yang menjadi wilayah sentra produksi komoditi unggulan tanaman pangan Kabupaten Maros;
3. Untuk mengetahui jenis komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan kecamatan di Kabupaten Maros
•Kegunanaan Penelitian
1. Sebagai bahan Informasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan Wilayah Sentra Produksi Komoditi Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Maros”;
2. Sebagai bahan masukan bagi pelaku yang bergerak dalam sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Maros;
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Kabupaten Maros dalam menentukan kebijakan pengembangan tanaman pangan melalui pendekatan komoditas unggulan di Kabupaten Maros.
A. Analisis Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient (LQ) bertujuan untuk mengidentifikasi suatu komoditas unggulan (Miller dan Wright.1991) dalam Darmawansyah(2003). dan metode Analisis komoditas yang ada pada suatu wilayah apakah termasuk ke dalam suatu basis atau non basis.
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan. begitu juga dengan metode LQ. Kelebihan metode LQ dalam menganalisis komoditas unggulan yaitu penerapannya yang sederhana. mudah. tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung serta dapat diterapkan pada data historik untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung.
Keterbatasan metode LQ antara lain diperlukan akurasi data untuk mendapatkan hasil yang valid. Selain itu pada saat deliniasi wilayah kajian untuk menetapkan bahasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas. metode ini tidak memiliki acuan yang jelas oleh karena itu data yang dijadikan sumber penelitian perlu diklarifikasi agar mendapatkan hasil yang akurat. Kelemahan lainnya, dalam menggunakan metode LQ perlu berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa, bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional dan tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
Untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan nilai rata-rata data series yang cukuip panjang, sehingga sangat dianjurkan untuk menggunakaan data tidak kurang dari 5 (lima) tahun.
POTENSI WILAYAH
KABUPATEN MAROS
DIHARAPKAN DAPAT DIKEMBANGKAN
1. NILAI MASING-MASING PRODUKSI TIAP KOMODITI TANAMAN PANGAN
2. NILAI MASING-MASING LUAS PANEN TIAP KOMODITI TANAMAN PANGAN
KOMODITI TANAMAN PANGAN :
1. PADI 2. PADI LADANG 3. JAGUNG 4. KEDELAI 5. KACANG TANAH 6. KACANG HIJAU 7. UBI KAYU 8. UBI JALAR
BAHAN MASUKAN DAN REKOMENSI BAGI PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
METODE LQ
KOMODITI UNGGULAN (BASIS
KOMODITI NON UNGGULAN (NON BASIS)
METODE PENELITIAN
•Pelaksanaan PenelitianPenelitian ini menggunakan data sekunder yang di peroleh dari pemerintah daerah Kabupaten Maros, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Maros, dan buku-buku referensi . Metode yang digunakan yaitu metode exploratory dalam menganalisis data literatur. data sekunder melalui studi pustaka dengan mengkaji referensi terpilih dan mengumpulkan data dan informasi terkait dengan bidang penelitian. Masing-masing data 5 tahun terakhir. Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari bulan Pebruari 2014 sampai bulan April 2014
A. Analisis Data 1. Menghitung LQ Produksi dan Luas Panen
Merupakan langkah terahkhir dalam perhitungan nilai LQ yaitu dengan memasukkan notasi-notasi yang dipe roleh kedalam Rumus LQ yaitu 𝑝𝑖 𝑝𝑡Τ sebagai pembilang dan 𝑃𝑖 𝑃𝑡Τ sebagai penyebut. Atau dengan Rumus :
𝑳𝑸= 𝑝𝑖 𝑝𝑡ൗ�𝑃𝑖 𝑃𝑡ൗ�
dimana: LQ = Location Quotient pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kecamatan pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan semua komoditas j pada tingkat
kecamatan Pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat kabupaten Pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan komoditasi j pada tingkat kabupaten
1. Indikator/Pengambilan keputusan LQ > 1 menunjukkan terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah
dibandingkan dengan keseluruhan wilayah. Hal ini berarti komoditas i disuatu wilayah merupakan sektor basis yang berarti komoditas i di wilayah itu memiliki keunggulam komparatif.
LQ = 1 merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif. produksi komoditas yang dihasilkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.
LQ < 1. merupakan sektor non basis, artinya komoditas i disuatu wilayah tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan strandar normative untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Dan jika banyak komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 maka derajat keunggulan komparatif ditentukan berdasarkan nilai LQ yang lebih tinggi di suatu wilayah, karena makin tinggi nilai LQ maka menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut..
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Sumber Daya Alam
Luas Wilayah Kab. Maros 1.619.12 km2
Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Pangkep
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Makassar
Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Potensi Sumber Daya Manusia
Pemula = 316 Lanjut = 388 Madya = 118 Utama = 9 Jumlah = 813
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Ladang
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Hijau
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu
di Kabupaten Maros.
Analisis Deskriptif Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar
di Kabupaten Maros.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Mandai 14,550.99 327.75 550.02 75.58 - - 541.97 163.96 16,210.26
2 Moncongloe 10,926.64 476.40 3,595.42 104.64 80.99 0.28 13,282.57 748.35 29,215.29
3 Maros Baru 14,087.85 - 147.24 47.19 18.16 398.52 308.20 182.09 15,189.24
4 Marusu 9,050.98 240.00 335.82 32.42 7.77 12.96 1,157.25 210.04 11,047.24
5 Turikale 13,454.33 - - 31.49 - 65.40 - 41.25 13,592.47
6 L a u 29,162.03 - 75.90 - - 87.63 - 2.76 29,328.31
7 Bontoa 23,565.76 - 5.40 - - 5.26 - - 23,576.42
8 Bantimurung 59,034.49 - 146.36 384.79 0.90 42.56 72.60 5.68 59,687.38
9 Simbang 26,644.80 438.00 560.82 1,127.38 97.41 2.13 140.25 238.48 29,249.26
10 Tanralili 22,913.33 631.00 3,876.81 464.45 217.99 35.96 6,983.40 950.18 36,073.13
11 Tompobulu 18,522.45 3,361.78 13,197.93 1,914.68 653.68 1.40 6,939.92 742.44 45,334.28
12 Camba 15,676.08 452.40 2,645.13 48.28 1,335.69 2.91 1,257.66 390.56 21,808.71
13 Cenrana 18,110.60 - 1,324.03 24.76 711.72 - 1,976.78 206.25 22,354.14
14 Mallawa 15,138.63 161.88 1,620.52 66.64 384.02 11.48 551.14 365.05 18,299.35
290,838.95 6,089.20 28,081.40 4,322.30 3,508.31 666.49 33,211.73 4,247.09 370,965.47
Sumber Data : Data Sekunder BPS Kab. Maros dan Dinas Pertanian Kab. Maros Sudah Diolah.
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi JalarTotal
Rata-RataKecamatan Padi Padi Ladang Jagung Kedelai
Tabel Lampiran 1. Rata-Rata Produksi Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013 (Ton)
Jumlah
No.
Analisis Location Quotient (LQ
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Mandai 2,352.60 55.00 101.00 51.80 - - 34.80 11.40 2,606.60
2 Moncongloe 1,818.00 79.40 651.40 58.80 47.80 0.20 830.80 52.20 3,538.60
3 Maros Baru 2,196.40 - 27.60 26.60 10.00 272.00 20.40 13.00 2,566.00
4 Marusu 1,506.40 40.00 63.80 19.40 5.00 9.60 74.20 15.00 1,733.40
5 Turikale 2,110.40 - - 18.00 - 47.20 - 3.00 2,178.60
6 L a u 4,611.20 - 14.60 - - 61.00 - 0.20 4,687.00
7 Bontoa 3,789.80 - 1.20 - - 3.60 - - 3,794.60
8 Bantimurung 9,101.40 - 30.40 236.20 0.60 30.40 4.80 0.40 9,404.20
9 Simbang 4,167.80 73.00 105.40 639.60 61.20 1.40 9.20 16.80 5,074.40
10 Tanralili 3,744.40 105.00 702.60 273.60 126.40 25.00 444.00 64.60 5,485.60
11 Tompobulu 2,970.40 559.40 2,369.40 1,159.20 397.40 1.00 444.00 50.60 7,951.40
12 Camba 2,571.40 75.40 502.80 28.00 757.40 2.00 81.20 26.40 4,044.60
13 Cenrana 2,997.40 - 243.00 18.00 416.80 - 126.60 14.20 3,816.00
14 Mallawa 2,503.40 27.00 291.00 44.80 220.60 8.20 35.40 27.40 3,157.80
46,441.00 1,014.20 5,104.20 2,574.00 2,043.20 461.60 2,105.40 295.20 60,038.80 Sumber Data : Data Sekunder BPS Kab. Maros dan Dinas Pertanian Kab. Maros Sudah Diolah.
Jumlah
Tabel Lampiran 2. Rata-Rata Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013 (Ha)
No. Kecamatan Padi Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi JalarTotal
Rata-Rata
No. Kecamatan PadiPadi
LadangJagung Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mandai 1.14 1.23 0.45 0.40 - - 0.37 0.88
2 Moncongloe 0.48 0.99 1.63 0.31 0.29 0.01 5.08 2.24
3 Maros Baru 1.18 - 0.13 0.27 0.13 14.60 0.23 1.05
4 Marusu 1.05 1.32 0.40 0.25 0.07 0.65 1.17 1.66
5 Turikale 1.26 - - 0.20 - 2.68 - 0.27
6 L a u 1.27 - 0.03 - - 1.66 - 0.01
7 Bontoa 1.27 - 0.00 - - 0.12 - -
8 Bantimurung 1.26 - 0.03 0.55 0.00 0.40 0.01 0.01
9 Simbang 1.16 0.91 0.25 3.31 0.35 0.04 0.05 0.71
10 Tanralili 0.81 1.07 1.42 1.11 0.64 0.55 2.16 2.30
11 Tompobulu 0.52 4.52 3.85 3.62 1.52 0.02 1.71 1.43
12 Camba 0.92 1.26 1.60 0.19 6.48 0.07 0.64 1.56
13 Cenrana 1.03 - 0.78 0.10 3.37 - 0.99 0.81
14 Mallawa 1.06 0.54 1.17 0.31 2.22 0.35 0.34 1.74
Nilai LQ Rata-Rata Produksi Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013 (Ha)
Tabel 5.9.
No. PadiPadi
LadangJagung Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Basis Basis Non Basis Non Basis - - Non Basis Non Basis
2 Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
3 Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis
4 Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
5 Basis - - Non Basis - Basis - Non Basis
6 Basis - Non Basis - - Basis - Non Basis
7 Basis - Non Basis - - Non Basis - -
8 Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
9 Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
10 Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
11 Non Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis
12 Non Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
13 Basis - Non Basis Non Basis Basis - Non Basis Non Basis
14 Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
Sumber Data : Data Sekunder Sudah Diolah, 2014
Tabel 5.10. Klasifikasi Nilai LQ Rata-Rata Produksi Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Turikale
L a u
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Kecamatan
(2)
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Marusu
No. Kecamatan PadiPadi
LadangJagung Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mandai 1.17 1.25 0.46 0.46 - - 0.38 0.89
2 Moncongloe 0.66 1.33 2.17 0.39 0.40 0.01 6.70 3.00
3 Maros Baru 1.11 - 0.13 0.24 0.11 13.79 0.23 1.03
4 Marusu 1.12 1.37 0.43 0.26 0.08 0.72 1.22 1.76
5 Turikale 1.25 - - 0.19 - 2.82 - 0.28
6 L a u 1.27 - 0.04 - - 1.69 - 0.01
7 Bontoa 1.29 - 0.00 - - 0.12 - -
8 Bantimurung 1.25 - 0.04 0.59 0.00 0.42 0.01 0.01
9 Simbang 1.06 0.85 0.24 2.94 0.35 0.04 0.05 0.67
10 Tanralili 0.88 1.13 1.51 1.16 0.68 0.59 2.31 2.40
11 Tompobulu 0.48 4.16 3.51 3.40 1.47 0.02 1.59 1.29
12 Camba 0.82 1.10 1.46 0.16 5.50 0.06 0.57 1.33
13 Cenrana 1.02 - 0.75 0.11 3.21 - 0.95 0.76
14 Mallawa 1.02 0.51 1.08 0.33 2.05 0.34 0.32 1.76
Tabel 5.11. Nilai LQ Rata-Rata Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013 (Ha)
No. PadiPadi
LadangJagung Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Basis Basis Non Basis Non Basis - - Non Basis Non Basis
2 Non Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
3 Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis
4 Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
5 Basis - - Non Basis - Basis - Non Basis
6 Basis - Non Basis - - Basis - Non Basis
7 Basis - Non Basis - - Non Basis - -
8 Basis - Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
9 Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
10 Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
11 Non Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis
12 Non Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
13 Basis - Non Basis Non Basis Basis - Non Basis Non Basis
14 Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis
Sumber Data : Data Sekunder Sudah Diolah, 2014
Cenrana
Mallawa
Tabel 5.12. Klasifikasi Nilai LQ Rata-Rata Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maros dari Tahun 2009-2013
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Marusu
Turikale
L a u
Kecamatan
(2)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil Analisis Location Quotients (LQ) dapat disimpulkan bahwa setiap kecamatan mempunyai komoditi unggulan (One Disctrik and one comodity), yang diurut berdasarkan nilai LQ tertinggi pada setiap kecamatan dan yang tercetak tebal adalah komoditi unggulan utama pada setiap kecamatan sebagai berikut :
1. Mandai : Padi Ladang, Padi Sawah;
2. Moncongloe : Ubi Kayu, Ubi Jalar, jagung
3. Maros Baru : Kacang Hijau, Padi Sawah, Ubi Jalar;
4. Marusu : Ubi Jalar, Padi Landang, Ubi kayu, Padi Sawah; 5. Turikale : Kacang Hijau, Padi Sawah; 6. Lau : Kacang Hijau, Padi Sawah; 7. Bontoa : Padi Sawah; 8. Bantimurung : Padi Sawah; 9. Simbang : Kedelai, Padi Sawah; 10. Tanralili : Ubi Jalar ,Ubi Kayu, Jagung, Kedelai, Padi Ladang; 11. Tompobulu : Padi Ladang, Jagung. Kedelai, Ubi Kayu, Kacang Tanah,
Ubi Jalar; 12. Camba : Kacang Tanah, Jagung. Ubi Jalar, Padi Ladang; 13. Cenrana : Kacang Tanah, Padi Sawah;
14. Mallawa : Kacang Tanah, Ubi Jalar, Jagung, Padi Sawah.
A. Saran Berdasarkan analisis-analisis yang diuraikan diatas maka dapat direkomdasikan sebagai berikut :: 1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan
komoditi yang menjadi unggulan pada setiap kecamatan untuk peningkatan pendapatan daerah, sehingga komoditi unggulan pertanian diharapkan juga dapat merangsang komoditi lain yang kurang memberikan kontribusinya terhadap pembangunan daerah Kabupaten Maros.
2. Komoditi yang belum unggul pada beberapa kecamatan maka perlu dilakukan identifikasi tentang penyebab merosotnya jumlah luas panen dan nilai produksi sehingga bisa diketahui masalah-masalah yang dihadapi para petani dan bisa dicari solusi yang menguntungkan.
3. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha pertanian yaitu dengan pengembangan teknologi, membangun sarana irigasi. ketersediaan lahan. Penyediaan, modal bagi pelaku produsen,dan sarana pendukung seperti transportasi dan komunikasi;
4. Pemerintah daerah hendaknya menggerakkan pembangunan pertanian yaitu dengan memasarkan hasil-hasil komoditi pertanian seperti menjalin kerjasama atau kemitraan dengan pengusaha sehingga dapat meningkat nilai tambah dari hasil pertanian;
5. Meningkatkan SDM Pembina dan pelaku usaha dalam penguasaan teknologi produksi, teknologi informasi, manajemen usaha atau kewirausahaan kelompok, dan peningkatan kelas kemampuan kelompok tani, pembentukan gabungan kelompok tani , fasilitasi kemitraan antara kelompok tani dengan pihak ketiga, studi banding dengan petani atau daerah yang sudah berhasil dalam manajemen komoditi unggulan dan mengadakan pelatihan manajemen
6. Informasi ini dapat dipergunakan untuk menentukan komoditi yang menjadi unggulan atau andalan pada setiap kecamatan sehingga setiap kecamatan minimal mempunyai satu komoditas unggulan (One Distric One Commodity ), sehingga dalam pembangunan pertanian yang mengarah spesialisasi komoditas akan mengefisienkan penggunaan sumberdaya;
7. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari komoditi unggulan di tingkat desa “One Village One Commodity“
Sekian dan
terima kasih
top related