Paper Embriogenesis
Post on 24-Oct-2015
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
EMBRIOLOGI VETERINER I
EMBRIOGENESIS
OlehKelompok 7:
1. Yusuf Riska Alhamdani NIM: 1209005062
2. Daniel Raja Bonar Nainggolan NIM: 1209005063
3. Erena Hajar Kartika NIM: 1209005064
4. Agatha Serena Tobing NIM: 1209005066
5. RAC. Noorputri AS. NIM: 1209005067
6. Saruedi Simamora NIM: 1209005068
7. Bianca Violanda Junus NIM: 1209005069
8. I Made Wira Diana Putra NIM: 1209005085
9. I B Agung Dimas K NIM: 1209005087
10. Komang Regi Kusuma Astuti NIM: 1209005088
11. Bayu Rakhmat muslimin NIM: 1209005091
12. Aliyahnur Rosida NIM: 1209005092
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaian makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini berjudul Embriogenesis. Penulis
membahas secara umum tentang pengertian dan tahap-tahap pembelahan.
Penulis menyadari bahwa paper ini belum sempurna, namun penulis
merasa gembira dan bangga apabila tulisan ini berguna dan bermanfaat
bagi pembaca dan dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan paper ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
Denpasar, 7 November 2013
ii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................2
1.4. Manfaat.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3
2.1. Bidang Pembelahan..................................................................................................3
2.2. Sifat Pembelahan......................................................................................................3
2.3. Macam Pembelahan..................................................................................................6
2.4. Periode Embriogenesis..............................................................................................9
2.4.1.Fase Morula..............................................................................................................9
2.4.2.Fase Blastula.............................................................................................................9
2.4.3.Fase Gastrulasi........................................................................................................13
2.4.4.Fase Tubulasi..........................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................18
3.2. Saran .......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di
tingkat sel. Sel pada embryogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Model
yang sering dipakai dalam penjelasan mengenai embryogenesis terbagi menjadi
beberapa golongan seperti amfibi, aves, reptile, pisces,serangga, dan mamalia,
karena masing – masing mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang
sedikit berbeda pada fase embrio. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan
dapat dibedakan menjadi 2 fase utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
embrionik serta pertumbuhan dan perkembangan pascaembrionik. Pertumbuhan
embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan selama masa embrio melalui
suatu tahap tertentu yang sistematik dan teratur. Pertumbuhan dan
perkembangan embrionik diawali dengan pertemuan sel telur (ovum) dengan
sperma sehingga mengahasilkan sebuah sel yang disebut zigot. Zigotse
lanjutanya mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan melalui tahap –
tahap yaitu pembelahan zigot (morula), gastrulasi, dan organogenesis.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian embriogenesis?
1.2.2. Jelaskan macam-macam bidang pembelahan ?
1.2.3. Apa saja macam-macam pembelahan?
1.2.4. Apa saja tahap-tahap embriogenesis?
1
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian embriogenesis.
1.3.2. Untuk mengetahui macam-macam bidang pembelahan.
1.3.3. Untuk mengetahui macam-macam pembelahan.
1.3.4. Untuk mengetahui tahap-tahap embriogenesis.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Embriologi,
serta menambah literatur mengenai “Embriogenesis”.
Selain itu makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bidang Pembelahan
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami
mitosis terus menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Terdapat
empat macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertikal, ekuator dan
longitudinal.
2.1.1.Meridian
Adalah bidang pembelahan yang melewati poros kutub, yang
mengakibatkan dihasilkannya dua blastomer dengan ukuran yang sama.
2.1.2.Vertikal
adalah bidang pembelahan yang cenderung lewat tegak sejak dari animal
pole sampai vegetal pole.
2.1.3.Ekuator
Adalah biadan pebelahan yang tegak lurus dengan poros animal
pole/vegetal pole. Biadn pembelahan ini membelah embrio menjadi
empat anakan dan empat blastomer vegetal.
2.1.4.Longitudinal
Adalah bidang pembelahan yang mirip denga bidan ekuator, tetapi terjadi
sejajar.
2.2. Sifat Pembelahan
2.2.1.Mitosis
Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang dikenal sebagai
siklus sel. Siklus ini berlangsung secara teratur dan dibedakan atas dua
stadia, yaitu stadium istirahat (interfase) dan stadium mitosis. Mitosis
merupakan pembelahan sel yang meliputi pembelahan dan pembagian
nukleus beserta kromosom-kromosom di dalamnya. Proses pembelahan
nukleus dinamakan karyokinesis. Setelah karyokinesis akan segera diikuti
oleh pembelahan sel, sehingga sebuah sel akan menjadi dua anakan sel
3
yang sama. Proses membelahnya sel dinamakan sitokinesis. Adanya
karyokinesis dan sitokinesis yang berlangsung secara berkesinambungan
menyebabkan informasi genetik di dalam semua sel somatis suatu
individu tetap.
Mitosis terdiri atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:
1.Profase
Memasuki profase kromatin mengalami kondensasi membentuk
kromosom. Kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal. Tiap
kromosom terdiri atas 2 kromatid yang dihubungkan oleh sebuah
sentromer. Selama profase, nukleolus dan membran inti menghilang.
Mendekati akhir profase terbentuklah spindel. Pada akhir profase,
kromosom- kromosom menempatkan diri di bidang ekuator dari sel.
2. Metafase
Kedua kromatid dalam satu kromosom (sering disebut kromatid kakak
beradik) masih dihubungkan oleh satu sentromer dan terletak di bidang
ekuator sel.
3. Anafase
Kedua kromatid kakak beradik memisahkan diri dan masing-masing
bvergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang
berlawanan letaknya. Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer
menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan pembagian jumlah
kromosom secara kuantitatif sama ke dalam sel anakan. Kecuali itu juga
berlangsung pembagian bahan genetik secara kualitatif sama.
4. Telofase
Datangnya kromosom anakan di kutub spindel merupakan tanda
dimulainya telofase. Terbentuknya membran inti baru, anak inti baru dan
4
menghilangnya spindel terjadi selama fase ini. Dengan terbentuknya dua
buah inti baru, maka di tengah sel terbentuk dinding yang baru.
Berlangsunglah sitokinesis (pembelahan sel).
2.2.2.Meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel yang spesifik karena berlangsung di
waktu pembentukan gamet-gamet saja. Pada pembelahan ini kromosom
diparoh dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). Pada proses
fertilisasi terjadilah persatuan gamet-gamet haploid, sehingga terciptalah
zigot yang diploid. Keterangan genetik memisah secara teratur
ke dalam gamet-gamet. Dalam keturunan akan tercampur keterangan
genetik yang berasal dari masing-masing induk.
1. Profase I
2. Metafase I
Pasangan-pasangan kromosom homolog berada di bidang ekuator.
3. Anafase I
Kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai bergerak untuk
berpisah. Tiap
kromosom masih tersusun atas dua kromatid yang masih berhubungan
pada daerah sentromer.
4. Telofase I.
Kromosom-kromosom tiba di kutub spindel. Membran inti dan nukleolus
terbentuk lagi.
Meiosis II terdiri dari beberapa stadia seperti pada mitosis.
5
2.3. Macam Pembelahan
2.3.1.Pembelahan Holoblastik
Holoblastik merupakan pembelahan mengenai seluruh zigot pada
saat sitokinesis. Terdapat pada telur homolecithal dan medio lecithal.
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Holoblastik teratur
Merupakan pembelahan yang berlangsung secara teratur baik
dalam bidang pembelahan meupun tahap – tahap pembelahan.
Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus, dan Anura
(katak).
Pembelahan melewati bidang meridian saling tegak lurus ,
terbentukalah 4 sel yang sama besar, kemudian melewati bidang
latitudinal, diatas bidang ekuator. Terbentuklah 8 sel, 4 sel sebelah
atas lebih kecil yang disebut micromere, dan 4 sel sebelah bawah
disebut macromore.
Pembelahan keempat lewat bidang- bidang meridian yang
secara serantak membagi dua ke delapan sel. Terbentuklah 16 sel
yang terdiri dari 8 micromore dan 8 macromore.Setelah itu
pembelahan melewati bidang latitudianal, atas dan bawah didang
ekuator secara serantak.
Pada katak, saat tebalnya lapisan yolk sehingga pembelahan
pada macromore baru memerlukan waktu yang lama untuk mencapai
ujung kutub vegetal. Akhirnya terbentukalah blastomore yang terdiri
dari 32 sel. Dari 32 sel membelah melalui bidang meridian sehingga
terbentuk 64 sel. Diakhir pembelahan terdapat gumpaalan yang
membesar, yang terdiri dari sekitar 70 sel, berbentuk seperti buah pir
yang disebut morula. Morula itu massif, artinya bagian dalamnya
buta dan tak berongga.
6
Pada katak tidak jelas adanya blastomere bentuk
morula.Karena blastomere terdiri dari berpuluh – pulh sel secara
barangsung terbentuk rongga di bagian tengah yang makin lama
makin besar.Rongga itu berisi cairan.
b. Holoblastik yang tidak teratur
Merupakan pembelahan yang tidak sama masa pembelahanya
terjadi pada berbagai zigot. Terdapat pada mamalia. Pembelahan
melalui bidang latitudinal sedikit diatas ekuator.Membagi zigot
menjadi 2 sel yang satu sebelah kutub animal lebih kecil.Kemudian
pembelahan yang selanjutnya melewati bidang meridian, tetapi hanya
berlangsung pada micromere kutub vegetal. Terjadilah tingkat 3 sel
kemudian menyusul micromere, lewat bidang meridian juga.
Terbentuklah tingakat 4 sel. Terjadi pembelahan pada salah satu
macromere sehingga tertbentuk tingkat 5 sel dan 6 sel. Salah satu
micromere membelah terbentuk tingkat 7 sel dan satu lagi
membentuk tingkat 8 sel.
Pembelahan selanjutnya tidak serentak, dan akhirnya terbentuk
blastomere yang terdiri dari 60-70 sel yang berupa gumpalan masif,
disebut morula.
2.3.2.Pembelahan Meroblastik
Merupakan pembelahan yang hanya pada zigot di sebagian kecil
kutub animal, yakni bagi seluruh germinal disc dan mengenai sedikit
yolk. Pembelahan diawali melalui bidang meridian sehingga terbentuklah
tumpukan sel di daerah germinal disc yang dari sekitar 8sel ditengah dan
12 sel dipinggir sel tengah masih berhubungan dengan yolk dibawah,
sedang sel yang di pinggir sebagian besar sudah lepas dari yolk kecuali
daerah tepi sekali. Pada saat ini telur mencapai uterus, dan sudah dilapisi
oleh albumen dan shell.
7
Blastomere ayam disebut juga menempuh tingkat morula, yakni
ketika daerah germnal disc yang mengalami pembelahan itu belum
membentuk celah dengan yolk di bawahnya.Selanjutnya pembelahan
semakin tak bisa diikuti.
Pada saat embrio sel- sel tengah akan terus mengalami pembelahan
secara mitosis, sampai berjumlah 64 sel, dan terdiri dari 3 lapis. Celah
horisontal, disebut rongga pembelahann, persis di bawah sel- sel tengah.
Memisahkan sel- sel tengah dari sel germinal disc lain yang tak
mengalami pembelahan. Sel – sel pinggir, terletak di pinggiran germinal
disc.Sel- selnya tak seluruhya terpotong dari yolk di bawah.Syncytium,
menghubungkan daerah sel – sel pinggir dengan yolk di bawah.
Sel – sel pinggir mengalami pembelahan tak sempurna
disebelahnya yang berbatasan dengan yolk, sehingga terbentuk banyak
inti tanpa terpisah atas sel – sel tersendiri (sitoplasma dan membran sel
sendiri tidak terbentuk).Inti yang banyak ini berserak kearah yolk di
bawah. Daerah yang mengandung banyak inti ini disebut jaringan
periblast.
Pada Amphibi, pembuahan terjadi diluar tubuh betina (fertilisasi
eksternal). Zigot berkembang menjadi embrio dalam beberapa tahap.
Morula terbentuk setelah 3-7 jam setelah pembuahan, blastula terbentuk
setelah 18 jamsetalah pembuahan, dan gastrul;a terbentuk setelah
pembuahan. Setelah kurang lebih 84 jam, tampak adanya ekor.Beberapa
hari kemudian kurang lebih enam hari, embrio menetas menjadi larva
yang disebut berudu.Semula berudu mempunyai tiga pasang insang
luar.Dalam perkembangan selanjutnya setelah sembilan hari insang luar
berganti dengan insang dalam.Sesudah 12 hari terbentuk tutup insang dan
tungkai belakang tampak setelah kurang lebih dua sampai tiga bulan.
Setelah berudu kurang lebih 3 bulan atau lebih akan mengalami
metamorfosis. Perkembangan organ selanjutnya adalah paru- paru mulai
8
tumbuh dan berkembang, usus menjadi lebih pendek, insang mengalami
kemunduran, dan akhirnya berudu berkembang menjadi katak.
2.4. Periode Embriogenesis
2.4.1.Fase Morula
Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat
pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang
lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase
ini zigot membelah secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8,
16 dan akhirnya 32 buah sel.
Pembentukan morula bukanlah proses pertumbuhan yang
sebenarnya, melainkan murni perbanyakan sel untuk melipatgandakan
material genetika untuk pembentukan kembali hubungan inti-plasma dan
pembentukan elemen sel yang sesuai dan lebih kecil untuk proses
pertumbuhan dan diferensiasikan. Yang juga terjadi dalam jumlah ganjil
pada blastomer (2,3,5,9,dst.) selama berlangsung morulasi pada mamalia.
Alur pembelahan pertama terjadi pada pengembaraan sel benih di
tuba. Benih tersebut masih selalu terdapat di dalam zona pelusida yang
membentuk semacam korset pelindung untuk benih 8 sel selama lebih
kurang 72 jam.
2.4.2.Fase Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus
mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya
perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Pada
awal pembelahan sel yang terjadi segera setelah pembuhaan, sel yang
berukuran besar ini membagi dirinya memalui pembelahan mitosis yang
9
berulang kali. Sel-sel hasil pembelahan ini dinamakan balstomer
(Subowo, 2011)
Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan
rongga tubuh dan jaringannya disebut balstokista. Di dalam blastula
terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel tetapi salah satu
kutupnya lebih tebal tersusun oleh lebih banyak sel yang paling luar
disebut trofektoderm, sedangkan kumpulan sel pada salah satu kutup
disebelah dalam trofektoderm disebut kumpulan sel-sel dalan (inner cell
mass).
Gambar 2.1. Perkembangan zigot menjadi bastokista
Zona pelusida, yang sampai waktu tertentu melindungi sel benih
sebelum terjadinya implantasi di selaput lender tuba, sekarang terlepas
bagian perbagian sehingga blastokista yang perlahan-lahan menjadi besar
memalui penumpukan cairan.
10
Kira-kira pada hari ke 6 setelah konsepsi (yaitu pada hari ke 20
setelah mentruasi terakhir setelah siklus 28 hari) balstokista mulai
bersarang dilaput lender uterus (implantasi). Hal tersebut terjadi melalui
peluruhan epitel uterus, antara lain memalui enzim proteolitik sel trofobal
dan penetrasi membrane basal epitel uterus. Implantasi terjadi selalu disisi
blastokista tempat embrioblas berada.
Gambar 2.2. Perjalanan Embrio Sampai Rahim
Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di
dalam stroma endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast
berdiferensiasi menjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast.
Trofoblast mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan
mencairkan jaringan permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu
sel-sel deciduas
Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan,
yaitu lapisan hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan
mudigah membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai
cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat rongga kecil
11
muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga
amnion
Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam
endometrium, dan luka berkas penembusan pada permukaan epitel
ditutup dengan fibrin, pada masa ini terlihat proses lakunaris, dimana
vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast menyatu membentuk lakuna-
lakuna yang besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel gepeng
bersama dengan hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung
kuning telur primitif)
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di
dalam stroma endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan
sinsitium akan membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-
sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma dan merusak
lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh
rambut ini tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna
sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu mulai
mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi utero-
plasenta (Langman, 1994).
Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan
dalam sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini
berasal dari kantong kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan
penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana pada
akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblastt di sebelah luar dan
amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam ( langman, 1994).
Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah
sebuah rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga
khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh
disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam
12
(Prawiroharjo, 1976). Rongga ini mengelilingi kantung kuning telur
primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah
berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai peghubung
(Langman,1994).
2.4.3.Fase Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses yang terjadi pada embrio setelah cleavage.
Pada proses ini terjadi pengaturan daerah – daerah bakal pembentuk
organ pada blastula sesuai dengan bentuk dan susuan tubuh spesies hewan
bersangkutan selama proses gastrulasi, terjadi perubahan bentuk dari
lempeng sederhana menjadi suatu konfigurasi yang kompleks yang terdiri
atas tiga lapis bening. Ketiga lapis benih tersebut adalah ektoderm,
meoderm, endoderm. Meskipun lapis benih ini terbentuk secara
universal, mekanisme seluler yang terjadi berbeda antara satu grup hewan
dengan hewan lainnya.
Setelah berakhirnya proses gastrulasi, embrio akan memasuki tahap
perkembangan utama. Pada saaat akhir gastrulasi, ketiga lapis benih akan
menyususn diri pada posisi peruntukannya unutk membentuk organ
dasar. Bagian epidermis lapis benih ektoderm berfungsi sebagai
pembungkus embrio. Bagian dorsal dari lapisan benih ektoderm akan
menumbuhkan neural plate. Pada kebanyakan vertebrata, neural plate ini
berhubungan dengan neural tube dan spinal chord. Lapis benih mesoderm
akan tetap berhubungan dengan notochord dan membentuk mantel
chordamesodermal. Pada tahap perkembangan ini embrio disebut neurula.
a) Kejadian utama pada gastrulasi
Gastrulasi ditandai oleh dimulainya morfogenesis atau pengaturan
kembali blastomer. Pada saat ini epitel dan blastomer secara
13
dramatis bergarak membentuk organ dasar embrio. Bersamaan
dengan ini, irama pembelahan seluler berjalan lambat. Pertumbuhan
sel mungkin tidak terjadi, dan kelaupun terjadi sangat tidak nyata.
Pada saat gastrulasi, terjadi perubahan metabolisme secara internsif
serta inti sel semakin aktif berperan dalam mengontrol aktivitas sel
embrio. Selama gastrulasi, terjadi diferensiasi kimia dangan
dimulainya sintesis molekul protein baru.
b) Gerakan gastrulasi
Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses
dinamis yang dikontrol oleh kekuata fisiko kimia yang terbentuk
pada akhir balstula dan awal gastrula. Gerakan ini mulai terjadi
kuranglebih 5,5 jam setelah fertilisasi ketika blastula terdiri atas 500
sel. Invaginasi sel- sel vegetal diikuti oleh involusi sel bagian tepi
sehingga endoderm semakin terdesak dan membentuk rongga
gastrosul atau archenteron yang akan berkembang menjadi usus
primitif. Setelah archenteron besarnya maksimal maka blastosol
akan menyilang dan terbentuk tiga lapisan yaitu ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Struktur yang terdiri dari tiga lapisan
tersebut dan gastrosul disebut gastrula.
2.4.4.Fase Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan
gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal
pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan
endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang
tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif.
Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap
bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan
menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm
saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah
14
bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian
belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada
bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan,
tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal
untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan
pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi
dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive
sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan
memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode
pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga
menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami
penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis)
serta wajah yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada
bumbung-bumbung:
1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
a) Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur
(susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
b) Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh,
kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
c) Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
d) Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti
lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
e) Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang
menghasilkan bau tajam.
15
f) Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
a) Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai
rectum
b) Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta
kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster
dan intestium.
c) Lapisan epitel paru atau insang.
d) Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan
(ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
e) Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-
kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf)
a) Otak dan sumsum tulang belakang.
b) Saraf tepi otak dan punggung.
c) Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
d) Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
4. Bumbung mesoderm
a) Otot:lurik, polos dan jantung.
b) Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam
sel dan jaringan.
c) Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
d) Ginjal dan ureter.
e) Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica
adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran
dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan
pembuluh darah.
16
f) Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,
pericardium, peritoneum dan mesenterium.
g) Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar
buntu.
h) Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama
pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak
berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada
minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada
badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7
embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan
mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan.
Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka
embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
Proses tubulasi pada organ utama terjadi secara serampak dan
meliputi proses neurogenesis, notogenesis, mesogenesis.
Neurogenesis adalah proses pembentukan otak, spinal chord
beserta organ sesnsoris lainnya seperti hidung, mata, dan telinga.
Notogenesis adalah proses perembangan notochord. Perkembangan
ini diawalioleh chordamesoderm yang berada di antara atap bakal alat
pencernaan (gut) dengan ektoderm.
Mesogenesis adalah proses perkembangan mesoderm.
Perkembangan ini dimulai dari berlanjutnya perkembangan bagian
samping mesoderm yang menyebar ke sebelah sampai bertemu dengan
bagian vetral mid line.
2.4.5.
17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Pertumbuhan
dan perkembangan pada hewan dapat dibedakan menjadi 2 fase utama, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan embrionik serta pertumbuhan dan perkembangan
pascaembrionik. Pertumbuhan dan perkembangan embrionik diawali dengan
pertemuan sel telur (ovum) dengan sperma sehingga mengahasilkan sebuah sel yang
disebut zigot. Zigot selanjutanya mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan
melalui tahap – tahap yaitu pembelahan zigot (morula), gastrulasi, dan
organogenesis.
3.2. Saran
Penulis menyadari paper ini masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan
pembaca dapat memberikan kritik dan masukan yang bersifat membangun demi
menyempurnakan paper ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
G. E. Mann and G. E. Lamming. 2001. Hubungan antara lingkungan endokrin
maternal, perkembangan embrio awal dan penghambatan mekanisme luteolitik
pada mamalia. Edisi 121, Halaman 175–180.
I Ketut Puja, dkk(2010). Embriologi Modern. Denpasar: Udayana University Press.
K. S. I, Faperta (2012). Perkembangan Embrio dan Implantasi pada Mamalia. Jakarta:
UNS.
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.
Rohen, Johannes W. 2008. Embriologi Fungsional : Perkembangan Sistem Fungsi
Organ Manusia. Jakarta : EGC
Subowo. 2011. Biologi Sel. Jakarta : Sagung Seto
Widjanarko, Bambang (2011). Embriologi & Perkembangan Awal Janin. Jakarta:
UMJ.
Z, Ridwan (2002). Proses Perkembangan Kehamilan Manusia dari Janin Sampai
Lahir. Jakarta.
19
top related