Mineral Kartika Siti Fadhilah - 6411414051
Post on 11-Dec-2015
238 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
MINERAL
PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN
Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu Djaya
Mata Kuliah : Biokimia
Disusun oleh:
KARTIKA SITI FADHILAH (6411414051)
ROMBEL 2
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Anemia Pada Kehamilan “ ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kami mengenai pengaruh bekam
terhadap pertahanan tubuh . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Semarang, 18 Juni 2015
Penyusun
KARTIKA SITI FADHILAH i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
2.1 Pengertian Anemia...............................................................3
2.2 Klasifikasi Anemia.................................................................6
2.3 Pengertian Anemia Dalam Kehamilan..................................7
2.4 Tanda Dan Gejala Anemia Dalam Kehamilan....................14
2.5 Pengaruh Anemia Pada Kehamilan....................................15
2.6 Cara Pengobatan Anemia Pada Masa Kehamilan.............19
BAB III PENUTUP.............................................................................23
3.1 Kesimpulan.........................................................................23
3.2 Saran..................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................25
KARTIKA SITI FADHILAH ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat
membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun
rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil
sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja
secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih,
kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan
lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil
tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Anemia terjadi akibat kekurangan zat besi dan rendahnya kandungan
hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara
sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di
dalam darah dan menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk
membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan
meningkatkan curah jantung.
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai
hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua (Centers for Disease
Control, 1998). Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian
hemodilusi (Cunningham, 2007).
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan
darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi
dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Penyakit ini
merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia.
Anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk baik terhadap ibu
maupun janin yang dikandungnya. Menurut World Health Organization
(WHO) 40 % kematian ibu-ibu di negara berkembang berkaitan dengan
anemia pada kehamilan. Menurut Hidayat (1994) dalam Riswan (2003)
KARTIKA SITI FADHILAH 1
disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan
kematian perinatal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anemia ?
2. Apa saja klasifikasi dari anemia ?
3. Apa yang dimaksud dengan anemia dalam kehamilan ?
4. Apa saja tanda dan gejala anemia dalam kehamilan?
5. Apa pengaruh anemia pada kehamilan ?
6. Bagaimana cara pengobatan anemia pada masa kehamilan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan pada
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia dalam
kehamilan
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
5. Untuk mengetahui pengaruh anemia pada kehamilan
6. Untuk mengetahui cara pengobatan anemia pada masa kehamilan
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah
pengetahuan dan wawasan
2. Sebagai sumber informasi yang sangat penting untuk dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
KARTIKA SITI FADHILAH 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anemia
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari
10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentarsi Hb, atau hitung
eritrosit di bawah batas” normal “. Dimana umumnya ibu hamil dianggap
anemi jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr / dl atau hematokrit kurang dari
33 %.( Prawirohardjo, 2008;h.775)
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin yang di jumpai selama
kehamilan pada wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi besi atau
folat yang di sebabkan oleh penambahan volume plasma yang relative
lebih besar dari pada penambahan massa hemoglobin dan volume sel
darah. (Cunningham G,2005;h.1463)
Pada umumnya Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab
anemia adalah Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam
folat. (Barbara C. Long, 1996 ) dan status gizi yang dipengaruhi oleh pola
makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
KARTIKA SITI FADHILAH 3
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan
gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun
tidak akan cukup untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum
tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal,
keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang
terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom),
untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi
tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik).
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih
lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan
transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme,
dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi
anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb
(Gutrie,186:303)
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara
mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),
konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah
95% acuan (Dallman,1990)
Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang
melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara
KARTIKA SITI FADHILAH 4
berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan
orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di
lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor,
namun lebih dari 50% kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara
langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi.
Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan
tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan
darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di negara
berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan
masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan
cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb
dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat
lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan
produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan
tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi.
Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :
1. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan
2. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang
3. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang
bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:
1. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
2. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
3. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
4. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah
sebagai berikut:
1. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan
2. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang
3. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat
KARTIKA SITI FADHILAH 5
4. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %
2.2 Klasifikasi Anemia
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian
dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa
disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang
dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun,
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto,
2010).
2. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah
kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C
banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat,
brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah
satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi,
sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi
yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto,
2010).
3. Anemia Makrositik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau
asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan
pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan
vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah
karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal
(Soebroto, 2010).
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena
keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk
KARTIKA SITI FADHILAH 6
leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal,
gangguan kekebalan dan hipertensi berat (Soebroto, 2010).
5. Anemia Sel Sabit
Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah
merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik
(Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang
resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit
ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit
Adalah Kurang energi dan sesak nafas, Mengalami penyakit kuning
(kulit dan mata berwarna kuning), Serangan sakit akut pada tulang
dada atau daerah perut akibat tersumbatnya pembuluh darah kapiler.
6. Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum
merupakan tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010).
2.3 Anemia Dalam Kehamilan
Dua kausa tersering anemia selama kehamilan dan nifas adalah
anemia defisiensi zat besi dan anemia pendarahan akut. Tidak jarang
keduanya berkaitan erat dengan kehilangan darah dalam jumlah besar
disertai hilangnya zat besi hemoglobin serta habisnya simpanan zat besi
pada suatu kehamilan dapat menjadi kausa penting anemia defisiensi besi
pada kehamilan selanjutnya.
Ibu hamil merupakan golongan yang rentan terkena anemia. Anemia
yang diabaikan pada ibu hamil akan menganggu kesehatan ibu dan janin.
Meskipun anemia pada ibu hamil bukan merupakan kelainan melainkan
harus tetap ditangani dengan tepat.
Ibu hamil yang mengalami anemia akan mengalami kendala dalam
mencukupi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Padahal selama kehamilan tubuh harus dapat memproduksi lebih banyak
darah untuk menunjang pertumbuhan bayi yang sehat. Anemia pada ibu
hamil dapat digolongkan anemia ringan dan anemia berat. Pada dasarnya
KARTIKA SITI FADHILAH 7
kedua jenis anemia pada ibu hamil harus mendapatkan penanganan
segera untuk tetap menyelamatkan ibu dan janin dari kekurangan darah
selama kehamilan.
Meskipun anemia dianggap kondisi yang umum dialami oleh ibu hamil
akan tetapi akan berdampak negatif pada bayi dan ibu hamil apabila
dibiarkan tanpa penanganan yang tepat. Artikel bidanku kali ini akan
memberikan informasi mengenai anemia pada ibu hamil, dampak anemia
pada ibu dan janin dan solusi yang tepat untuk ibu agar dapat mengurangi
risiko anemia.
Pada gestasi tipikal satu janin kebutuhan total ibu akan zat besi yang
dipicu oleh kehamilan rata-rata mendekati 1000mg yang jauh melebihi
simpanan zat besi sebagian besar wanita. Kecuali jika perbedaan ntara
jumlah simpanan zat besi yang tersedia ke ibu dan kebutuhn zat besi pada
kehamilan normal dikompensasi oleh penyerapan zat besi dari saluran
cerna, maka akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Karena jumlah zat besi
yang disalurkan ke janin dari ibu defisiensi zat besi tidak jauh berbeda dari
jumlah yang secara normal, maka neonatus dari ibu yang mengalami
anemia berat tidak menderita anemia defisiensi zat besi.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa
kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk
meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah.
Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua
perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih
sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi
pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang
seimbang dapat menyebabkan anemia.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah.
Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah
KARTIKA SITI FADHILAH 8
18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah
yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah
atau anemia.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%)
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro,
2007).
Anemia defisiensi besi dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada ibu hamil.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan
36 minggu (Setiawan Y, 2006).
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel
darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan
sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung.
yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Pada tahun 2007, prevalensi anemia pada ibu hamil di negara
berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil di negara maju. Di
KARTIKA SITI FADHILAH 9
Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5%
dengan rata-rata 63,5%.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional 2010, angka anemia
pada ibu hamil sebesar 40,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa anemia cukup
tinggi di Indonesia. Diperkirakan jika pada tahun 2012–2015 prevalensi
anemia masih tetap diatas 40%, maka akan terjadi kematian ibu sebanyak
18 ribu per tahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Kondisi
ini akan menyebabkan 3-7 % ibu meninggal karena penyebab tak langsung
yaitu anemia. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin kurang dari normal (Pearce, 2010).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) terdapat 37,1%
ibu hamil anemia yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gr/dl
dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%)
dan pedesaan (37,8%). Tingginya kejadian anemia ini erat kaitannya
dengan faktor kurang asupan makanan bergizi saat ibu hamil dan
kurangnya kesadaran dalam mengkonsumsi tablet zat besi.
Wanita membutuhkan zat besi lebih banyak dari pada pria karena
terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80cc setiap
bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. disamping itu,
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin
sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan
makin banyak kehilangan zat besi dan anemis.
Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap
kehamilan: meningkatkan sel darah ibu (500mg Fe), terdapat dalam
plasenta(300mg Fe), untuk darah janin(100mg Fe). Total kebutuhan adalah
900mg Fe.
Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras
persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya. Setelah persalinan, dengan lahirnya plasenta dan perdarahan
ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900mg. saat laktasi ibu masih
memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat meyiapkan
KARTIKA SITI FADHILAH 10
asi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia,
laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil:
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia
dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita
anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35
tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan
ibu mengalami anemia.
2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding
dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin
banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka
kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya
masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas
dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan
keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status
gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil
yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran
LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein
KARTIKA SITI FADHILAH 11
dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga
dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat
diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk
menderita anemia (Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya
tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut
penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah
putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat
terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat
kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,
pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi
(infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang
sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular.
Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,
tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.
Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.
Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui
saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan
kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan
kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin
dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit
menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta
rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin
tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai
penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran.
Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat
pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan
komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar,
2006).
KARTIKA SITI FADHILAH 12
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi
pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak
kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya
berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan
anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi
banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau
kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social
ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk
(2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat
pendidikan rendah.
Anemia pada kehamilan merupakan penyakit yang paling banyak
dijumpai terdiri dari:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia karena kekurangan asupan Fe- Feritin
2. Anemia karena hilangnya darah secara mendadak.
Anemia karena pendarahan ibu hamil, kehilangan Fe pada
Grandemultipara, infeksi cacing atau malaria.
3. Anemia akibat penyakit menahun
Dapat terjadi karena keadaan abnormal dalam pembentukan
darah yang ditandai oleh defek trombosit seperti granulosit dan
eritrosit.
4. Anemia hemolitik (Yang didapatkan dan bersifat herediter)
KARTIKA SITI FADHILAH 13
Karena defek eritrosit herediter bentuk normal eritrosit: bikonkaf
diskus sehingga terdapat kelebihan membran isinya. Dibanding
menyebabkan eritrosit dapat menyebabkan eritrosit dapat
bertahan terhadap tekanan arteri dan terhadap celah yang
terdapat pada limfe.
5. Hipoplasia dan aplasia
Terjadi karena sumsum tidak mampu membentuk darah. Merupakan
komplikasi yang serius, namun jarang. Dapat terjadi karena intoksikasi
obat, infeksi berat, radiasi rontgen, herediter atau immunologis.
2.4 Tanda Dan Gejala Anemia Dalam Kehamilan
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala
yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang
paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran hematokrit
atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau
kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin (Soebroto, 2010).
Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan
dengan anamnesa. Pada anamsena akan diaptkan berbagai keluhan.
Keluhan dapat berupa mual, mata berkunang-kunang, cepat lelah dan
sering pusing.
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara
lain :
1. Pucat
2. Lemah
3. cepat lelah
4. keringat dingin
5. takikardi
6. hypotensi
7. palpitasi (Barbara C. Long, 1996)
KARTIKA SITI FADHILAH 14
Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien
anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)
Selain itu, Ibu mengeluh Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
Malaise, Lidah luka, Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia
parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia
adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume
darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan
merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi
pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler.
Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta
konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.
Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot
jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung
yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran
cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri
pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya
disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,
2005).
2.5 Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan
Bahaya selama kehamilan :
1. Dapat terjadi abortus
Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin
sekitar 500 gram (Manuaba :2007)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).
2. Persalinan prematuritas
KARTIKA SITI FADHILAH 15
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 minggu sampai kurang
dari 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram
(Prawirohardjo, 2007).
3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Hambatan tumbuh kembang janin yang dapat terjadi karena ibu
menderita anemia adalah hambatan intrauterin.
4. Mudah terjadi infeksi
5. Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
Dekoinpensasi kordis ( gagal jantung )suatu keadaan pathologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal
jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis
pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran
darah (Noer,1996).
6. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal
berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan
janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa.
Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin
tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur. Mola hidatidosa
juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari
kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan
diserai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidropik.
Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah
dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga
berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi
makan hasil pembuahan. Penyebab penyakit ini belum diketahui
pasti, amun diduga karena kekurangan gizi dan gangguan
peredaran darah rahim.
7. Hiperemesis Gravidarum
KARTIKA SITI FADHILAH 16
Hiperemesis Gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah yang
hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan atau gangguan
elektrolit sehingga menggangu aktivitas sehari – hari dan
membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi
pada minggu ke 6 – 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut
hingga minggu ke 16 – 20 masa kehamilan
8. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir
setelah kehamilan 20 minggu.
9. Ketuban pecah dini ( KPO )
Ketuban pecah dini ( KPO ) adalah suatu keadaan dimana
ketuban pecah sebelum terjadinya persalinan. Kondisi seperti ini
harus segera dilakukan penanganan. Karena jika dibiarkan akan
menimbulkan permasalahan pada kesehatan sang ibu dan janin
yang dikandungnya. Terkadang hal ini menjadi sebuah momok
yang menakutkan bagi sebagian ibu hamil.
Bahaya saat persalinan :
1. Gangguan his – kekuatan mengejan
Gangguan mengejan atau distosia his adalah tenaga kontraksi
yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan.
2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai.
Portus terlantai adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu
atau janinnya. Pada umumnya telah berlangsung lebih dari 24 jam
atau di tolong dengan paksa.
3. Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan
4. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan
postpartum karena atonia uteri.
5. Kala keempat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri.
KARTIKA SITI FADHILAH 17
Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama.
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus
uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal,
Depkes Jakarta; 2002) .
Bahaya pada saat nifas :
1. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
2. Memudahkan infeksi puerpertum
Infeksi puerperium merupakan infeksi bakteri yang berasal dari
saluran reproduksi selama proses persalinan atau puerperium.
Infeksi ini tidak lagi berkaitan dengan insiden mortalitas puerperium
tetapi berkaitan dengan presentase signifikan morbiditas
puerperium.(Varney, 2008)
3. Pengeluaran ASI berkurang
4. Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.
5. Anemia kala nifas
6. Mudah terjadi infeksi mainmae.
Infeksi mainmae merupakan infeksi yang terjadi pada payudara.
Bahaya terhadap janin :
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan
ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia maka dapat terjadi
gangguan :
1. Abortus
KARTIKA SITI FADHILAH 18
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).
2. Terjadi kematian intro uterin
Kematian intro uterin atau disebut dengan kematian di dalam
kandungan adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih
dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya
500 gram.
3. Persalinan prematuritas tinggi
4. Berat badan lahir rendah
5. Dapat terjadi cacat bawaan
6. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
7. Intelegensi lemah
2.6 Pengobatan Anemia Pada Masa Kehamilan
Untuk menghindari terjadinya anemia,sebaiknya ibu hami melakukan
pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar
kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan
disertai pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi, pemeriksaan
lain yang dianggap perlu termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahu
infeksi parasit.
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah
2. Pemberian tablet atau preparat Fe seperti barralat, biosanbe, iberet,
vitonal, hemaviton.
3. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
4. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
5. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
6. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
KARTIKA SITI FADHILAH 19
7. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):
1. Anemia defisiensi besi : Terapi oral adalah dengan memberikan
preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat.
Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002). Terapi parenteral baru diperlukan apabila
penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan
penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya
tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/
IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%
(Manuaba, 2001).
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
5. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya dengan cara : Asam folat 15 – 30 mg per hari,
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari, Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari,
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
6. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.
7. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran
atau pemecahansel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
KARTIKA SITI FADHILAH 20
hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih
berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung
pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat
penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi darah, kadang
dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan
menghindari bahaya hipoksia janin.
8. Anemia-anemia lain: Seorang wanita yang menderita anemia,
misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang
diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit
ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan
sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi
lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam
kandungan.Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya,
misalnyaantibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis
obat
cacing dan lain-lain.
Atau dapat juga dilakukan dengan :
1. Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari
riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica, kebiasaan
mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-makanan tertentu
dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat (Robson, 2011).
2. Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa
diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada
keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila tidak
ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan hingga
anemia terkoreksi (Robson, 2011)
KARTIKA SITI FADHILAH 21
3. Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien
tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau
per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi (Robson,
2011)
4. Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat
kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil
dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat
beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak septik,
transfusi darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama
setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)
5. Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat
dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa
(retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan mencapai puncaknya
pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan kadar Hb pada pasien
yang mendapat terapi transfusi dilakukan minimal 6 jam setelah
transfuse (Yan, 2011).
KARTIKA SITI FADHILAH 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia adalah
Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C.
Long, 1996 ) dan status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan. Secara morfologis,
anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang
dikandungnya. Yaitu : Makrositik, Mikrositik dan Normositik.
Anemia defisiensi besi dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II dan merupakan salah satu
penyebab kematian pada ibu hamil. Anemia pada kehamilan merupakan
penyakit yang paling banyak dijumpai terdiri dari: Anemia defisiensi besi,
Anemia karena hilangnya darah secara mendadak, Anemia akibat penyakit
menahun, Anemia hemolitik (Yang didapatkan dan bersifat herediter) dan
Hipoplasia dan aplasia.
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara
lain : Pucat, Lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi,
palpitasi, Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien
anemia pernisiosa. Selain itu, Ibu mengeluh Sering pusing, Mata
berkunang-kunang, Malaise, Lidah luka, Konsentrasi hilang, Nafas pendek
(pada anemia parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil
muda.
Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan terdiri dari Bahaya selama
kehamilan, melahirkan, nifas, dan bahaya bagi janin.
Anemia dalam kehamilan dapat diobati dengan Pemberian tablet atau
preparat Fe seperti barralat, biosanbe, iberet, vitonal, hemaviton, Antibiotik
diberikan untuk mencegah infeksi, Suplemen asam folat dapat merangsang
KARTIKA SITI FADHILAH 23
pembentukan sel darah merah, Menghindari situasi kekurangan oksigen
atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
3.2 Saran
Pada ibu hamil trimester 2 dan 3 perlu perhatikan khusus dalam
pemberian Fe untuk mengimbangi terjadinya hemodilusi.
KARTIKA SITI FADHILAH 24
DAFTAR PUSTAKA
Prof.dr. Bagus Ida, SpOG. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan &
keluarga berencana untuk pendidikan kebidanan. Penertbit buku
kedokteran EGC : Jakarta ( Halaman 29 )
Prof.dr.I.B.G. Manuaba, SpOG. 2007. Pengantar kuliah Obstetri. Penertbit
buku kedokteran EGC : Jakarta ( Halaman 559 )
Leveno kenneth J. 2009. Obstetri williams. Penertbit buku kedokteran
EGC : Jakarta ( Halaman 646 )
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98410&val=421.
(diakses pada 16 Juni 2015 pukul 14.06 WIB)
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/download/1425/762.
(diakses pada 16 juni 2015 pukul 14.08 WIB)
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5420 (diakses pada 16 Juni
2015 pukul 14.10 WIB )
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2339
(diakses pada 16 Juni 2015 pukul 14.11 WIB)
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=11226 (Diakses pada 16 Juni
2015 pukul 14.13 WIB
KARTIKA SITI FADHILAH 25
top related