METODE PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA PROGRAM BINA DIRI ...
Post on 18-Oct-2021
7 Views
Preview:
Transcript
METODE PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA
PROGRAM BINA DIRI SISWA TUNAGRAHITA DI SDLB
WIYATA DHARMA 3 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
ACC 22 November 2020
Text
Tex
Dosen Pembimbing Mir’atun Nur Arifah,
M.Pd.I
Oleh :
Mila Ulfah Fadhila
16422173
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN STUDI ISLAM
FAKULATAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
METODE PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA
PROGRAM BINA DIRI SISWA TUNAGRAHITA DI SDLB
WIYATA DHARMA 3 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Text
Tex
Oleh :
Mila Ulfah Fadhila
16422173
Pembimbing :
Mir’atun Nur Arifah, S.Pd.I, M. Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN STUDI ISLAM
FAKULATAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Mila Ulfah Fadhila
NIM : 16422173
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Ilmu Agama Islam
Judul Penelitian : Metode Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina Diri
Siswa Tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan
tidak ada hasil karya orang lain, kecuali yang diacu dalam penulisan dan
dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan
skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka
penulis bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi,
berdasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Universitas Islam Indonesia.
Demikian, pernyataan ini penulis buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Yogyakarta, 22 November 2020
Yang menyatakan,
Mila Ulfah Fadhila
ii
iii
REKOMENDASI PEMIBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen Pembimbing Skripsi :
Nama Mahasiswa : Mila Ulfah Fadhila
NIM : 16422173
Judul Skripsi : Metode Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina
Diri Siswa Tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Menyatakan bahwa, berdasarkan proses dan hasil bimbingan selama ini,
serta dilakukan perbaikan, maka yang bersangkutan dapat mendaftarkan diri untuk
mengikuti Munaqasyah Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta, 22 November 2020
Mir’atun Nur Arifah, S.Pd.I M. Pd.I
iv
NOTA DINAS Yogyakarta , 28 Zulhijjah 1441 H
18 Agustus 2020 M
Hal : Skripsi
Kepada : Yth. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia
di Yogyakarta.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Berdasarkan penunjukkan Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam
Indonesia dengan surat nomor : 1169/Dek/60/DAATI/FIAI/VIII/2020 tanggal 18
Agustus 2020 atas tugas kami sebagai pembimbing skripsi Saudara :
Nama : Mila Ulfah Fadhila
Nomor Pokok/NIMKO : 16422173
Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Tahun Akademik : 2019/2020
Judul Skripsi : Metode Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada
Program Bina Diri Siswa Tunagrahita di SDLB
Wiyata Dharma 3 Ngaglik.
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, akhirnya kami
berketetapan bahwa skripsi saudara tersebut diatas memenuhi syarat untuk diajukan
ke sidang munaqasah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia.
Demikian, semoga dalam waktu dekat bisa dimunaqasahkan, dan bersama ini kami
kirimkan 4 (empat) eksemplar skripsi yang dimaksud.
Wasallamu’alaikum wr.wb.
Dosen Pembimbing
Mir’atun Nur Arifah, S.Pd.I M. Pd.
v
MOTTO
إن الله لاينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظرإلى
قلوبكم وأعمالكم
Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan
amal kalian” [HR Muslim]1
1 Hadist Shahih Muslim, No. 4651- kitab berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab,
diakses dari web hadits indonesia https://www.hadits.id/hadits/muslim/4651 pada tanggal 6
oktober 2020
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdullillahi robbilall’amin atas izin dan petunjuk Allah berikan, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak ada sesuatu yang dapat digapai
dengan mudah dalam setiap langkahnya termasuk dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam penyususnan skripsi ini tentunya tidak lari dari sebuah tantangan, salah
satunya adalah terhambatnya penulis dalam melakukan penelitian yang disebabkan
adanya virus corona, sehingga penulis tidak dapat leluasa dalam melakukan
penelitian di sekolah. Ucapkan banyak terimakasih kepada semua orang yang telah
mendukung dan membantu berjalannya penyusunan skripsi ini, untuk itu karya
skripsi ini dipersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua yang telah merawat, mendidik, memberikan semangat dan
segala macam pengorbanannya yang diberikan, hingga dapat diposisi seperti
saat ini. Semoga segala apa yang diharapkan orang tua untuk anaknya dapat
terwujud. Terimakasih bapak ibu atas segala yang telah kau berikan,
sesungguhnya jasamu tak akan pernah tergantikan dan tidak ada yang lebih
berharga di dunia selain cinta kasihmu untuk anak tercinta.
2. Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menuntut ilmu pada Program Studi Pendidikan Agama Islam dan
banyak memberikan dukungan baik berupa material maupun non material.
Tersedianya koneksi internet yang cukup memadai, perpustakaan yang banyak
sumber referensi, dan segala fasilitas lainnya yang sangat mendukung dan
mempermudah proses pembelajaran kuliah dikampus.
vii
3. Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat menjadi salah satu keluarga besar PP UII. Selain itu
juga banyak memberikan dukungan baik material maupun non material, seperti
adanya asrama putri yang cukup nyaman untuk beristirahat, adanya kuliah
malam untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, dan adanya organisasi
serta kegiatan pondok yang memberikan kesempatan untuk dapat melatih diri
dalam mengelola waktu, mengembangkan potensi diri, bersosialisasi dan
mengemban amanah dengan sebaik mungkin.
4. Segenap dosen yang ada di UII khususnya dosen Fakultas Ilmu Agama Islam
Jurusan Studi Islam Prodi Pendidikan Agama Islam dan dosen Pondok
Pesantren UII yang telah membimbing, mengajarkan, mengarahkan
mahasiswa-mahasiswinya dengan penuh keikhlasan dan segenap ilmu yang
dimilikinya, sehingga dapat menyelesaikan program studi sarjana pendidikan
agama islam di Universitas Islam Indonesia.
5. Segenap teman-teman yang telah memberikan motivasi, semangat dan
membantu dalam proses berjalannya penyusunan skripsi hingga dapat selesai
sampai hari ini.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi ini diletakkan sebelum halaman Daftar Isi.
Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 1581987 dan
0543bU1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alīf tidak ا
dilambangkan -
- Ba’ B ب
- Ta’ T ت
a’s ˙s s (dengan titik di atas) ˙ ث
- Jīm J ج
’Ḥa ح
ḥ h (dengan titik di
bawah)
- Kha’ Kh خ
- Dāl D د
Żāl Ż z (dengan titik di atas) ذ
- Ra’ R ر
- Za’ Z ز
- Sīn S س
- Syīn Sy ش
Ṣād ṣ صs (dengan titik di
bawah)
Ḍād ḍ ضd (dengan titik di
bawah)
ix
Ṭa’ ṭ طt (dengan titik di
bawah)
Ẓa’ ẓ ظ
z (dengan titik di
bawah
bawah)
Aīn ‘ koma terbalik ke atas‘ ع
- Gaīn G غ
- Fa’ F ف
- Qāf Q ق
- Kāf K ك
- Lām L ل
- Mīm M م
- Nūn N ن
- Wāwu W و
- Ha’ H ه
Hamzah ’ Apostrof ء
- Ya’ Y ي
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
دةمتعد Ditulis muta‘addidah
ةعد Ditulis ‘iddah
C. Ta’ Marbūṭah di akhir kata
1. Bila ta’ marbūṭah dibaca mati ditulis dengan h, kecuali untuk kata-kata
Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat,
dan sebagainya.
حكمة Ditulis ḥikmah
جزية Ditulis Jizyah
x
2. Bila ta’ marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h
مة ا كرء لیاو لأا ditulis karāmah al-auliyā’
3. Bila ta’ marbūṭah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah, dan ḍammah
ditulis t.
ز لفطر ة ا كا ditulis zakāt al-fiṭr
D. Vokal Pendek
------- ◌ - fatḥah ditulis A
- ◌ ------- Kasrah ditulis I
------- ◌ - ḍammah ditulis U
E. Vokal Panjang
1. fatḥah+ alif ditulis ā
لیةھ جا ditulis Jāhiliyyah
2. fatḥah+ ya’ mati ditulis Ā
سىـ تن ditulis Tansā
3. kasrah + ya’ mati ditulis Ī
كر يم ditulis Karīm
4. ḍammah+ wawu mati ditulis Ū
وضفر ditulis furūḍ
F. Vokal Rangkap
1. fatḥah + ya’ mati ditulis ai
ditulis bainakum بینكم
2. fatḥah + wawu mati ditulis au
لقو ditulis qaul
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata
Penulisan vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
tanda postrof (’).
أ نتم أ ditulis a’antum
ditulis la’in syakartum لئن شكر تم
H. Kata Sandang Alīf + Lām
1. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Qamariyyah ditulis dengan al.
آنلقرا ditulis al-Qur’ān
سلقیاا ditulis al-Qiyās
xi
2. Bila kata sandang alīf + lām diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan
menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta dihilangkan
huruf l (el)-nya.
ءلسماا ditulis as-Samā’
لشمسا ditulis asy-Syams
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya.
وى ا وضلفر ذ ditulis żawi al-furūḍ
ھ لسنةال أ ditulis ahl as-Sunnah
xii
ABSTRAK
METODE PENANAMAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA PROGRAM
BINA DIRI SISWA TUNAGRAHITA DI SDLB WIYATA DHARMA 3
NGAGLIK
Oleh :
Mila Ulfah Fadhila
Latar belakang penelitian ini adalah pentingnya penanaman nilai-nilai
akhlak pada anak sedini mungkin sebagai fondasi untuk mencegah terjadinya
krisis moral dan agama dimasa dewasanya. Namun, menjadi persoalan
tersendiri dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada siswa tunagrahita yang
memiliki berbagai kekurangan. Rendahnya kemampuan akademis yang ada
menjadikan anak tunagrahita memiliki gangguan belajar dalam proses
menerima pembelajaran. oleh karena itu, bukan hal yang mudah seperti anak
pada umumnya untuk bisa menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa
tunagrahita, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan metode yang
tepat untuk anak dapat memahami ataupun bisa mengamalkannya.
Metode yang digunakan penelitian ini melalui pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan 2 guru agama. Objek penelitian
ini berupa metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa
tunagrahita. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi data. Analisis
menggunakan tiga tahap, diawali dengan reduksi data, penyajian data, dan
sampai akhirnya menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam
penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu,
sumber informan didapat dari informan yang mengetahui kondisi sesungguhnya
dilapangan dilakukan dengan wawancara yang mendalam.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode penanaman nilai-nilai
akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik adalah metode ceramah, teladan, pembiasaan, latihan, demostrasi,
tugas, motivasi, nasehat, dan tanya jawab yang diterapkan pada program bina
diri, seperti : program bina diri makan dan minum, membantu ibu di dapur,
perawatan diri, berpakaian dan berhias diri, sikap bersahabat, dan keindahan
ruangan rumah tangga dan sekitarnya. Adapun faktor penghambat dari segi
internal sekolah adalah adanya minat dan mud siswa yang naik turun.
Sedangkan, dari segi ekstenal sekolah yaitu adanya beberapa orang tua yang
sibuk, sehingga tidak dapat secara maksimal ikut serta membantu dalam
menjalankan program bina diri dengan mengarahkan anak-anaknya saat
dirumah. Adapun faktor pendukung yaitu adanya prasarana yang memadai,
dukungan orang tua baik sosial ataupun moral, dan antusias siswa yang tinggi.
Kata kunci : Nilai-nilai Akhlak, Program bina diri, Tunagrahita
xiii
KATA PENGANTAR
حمن حيم بسم الله الر الر
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Metode
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina Diri Siswa Tunagrahita di
SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik.”
Penulis menyadari bahwa tersusunya skripsi ini tidak lepas dari doa serta
bantuan banyak pihak. untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc.,Ph.D. sebagai pemimpin teladan rektor
Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Dr. H. Tamyiz Mukharrom, MA, Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia yang selalu memberikan doa terbaik dan
dukunganya bagi mahasiswa-mahasiswinya.
3. Ibu Dr. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag, Ketua Jurusan Studi Islam, Fakultas
Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia yang selalu memberikan doa
terbaik dan dukunganya bagi mahasiswa-mahasiswinya.
4. Bapak Moh.Mizan, S.Pd.I.,M.Pd.I. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Jurusan Studi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas
Islam Indonesia, sebagai sosok yang selalu memberikan motivasi kepada
mahasiswa dalam kegiatan internal ataupun eksternal kampus.
5. Ibu Siti Afifah Adawiyah, S.Pd.I., M.Pd selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Jurusan Studi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam,
Universitas Islam Indonesia, sebagai sosok yang selalu memberikan motivasi
kepada mahasiswa dalam kegiatan internal ataupun eksternal kampus.
6. Ibu Mir’atun Nur Arifah, S.Pd.I, M. Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi dengan sepenuh hati dan segenap ilmunya, sehingga dapat
menjalankan dan menyelesaikan skripsi dengan baik.
xiv
7. Kedua orangtua yang tak berhenti mendoakan dan memberikan motivasi dalam
setiap langkah perjalanan menuntut ilmu dimapun itu.
8. Segenap dosen dari Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, yang telah memebrikan teladan dan
menyalurkan berbagai ilmu baik dunia dan akhirat kepada mahasiswa-
mahasiswinya.
9. Segenap karyawan dan staf akademik prodi yang telah membantu proses
berjalannya penyelesaian tahap-tahap skripsi hingga selesai dengan baik.
10. Semua teman-teman yang telah memberikan semagat dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi.
11. Keluarga kecil KKN Klaten unit 40 angkatan 60, Vika, Raudhina, Faisal, Aji,
Oscar, Agam, Ucil yang telah memberikan senyuman, hiburan, dan candaan
yang menjadi kenangan manis dan sesalu dirindukan.
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... i
NOTA DINAS....................................................................................................................iv
MOTTO ............................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................................ xii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
D. Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 9
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .......................................................... 9
A. Kajian Pustaka ......................................................................................................... 9
B. Landasan teori ........................................................................................................ 13
1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ............................................................................. 13
2. Program Bina Diri ................................................................................................. 20
BAB III ............................................................................................................................. 25
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 25
A. Jenis Penelitian dan pedekatan .............................................................................. 25
B. Lokasi Peneltian .................................................................................................... 25
C. Informan penelitian ............................................................................................... 26
D. Teknik penentuan informan .................................................................................. 26
E. Teknik pengumpulan data ..................................................................................... 27
F. Keabsahan data ..................................................................................................... 28
G. Teknik analisis data ............................................................................................... 30
BAB IV ............................................................................................................................. 33
xvi
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 33
A. Latar Belakang Objek ........................................................................................... 33
1. Profil Sekolah Luar Biasa ..................................................................................... 33
2. Program binadiri .................................................................................................... 37
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 40
1. Metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita
di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik. ...................................................................... 40
2. Faktor penghambat dan faktor pendukung penerapan metode penanaman nilai-
nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik. .................................................................................................................. 83
BAB V .............................................................................................................................. 91
PENUTUP ........................................................................................................................ 91
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 91
B. Saran ......................................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini tidak sedikit permasalahan yang muncul di masyarakat
berkaitan dengan akhlak seseorang yang tercermin dari tingkah lakunya.
Banyaknya terjadi perkelahian, kekerasan, tawuran, bahkan pembunuhan yang
menyebabkan hilangnya jati diri yang berakhlak mulia. Maka, hal tersebut perlu
diatasi dengan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada siswa sejak dini yang
diharapkan akan membantu dan mengurangi bahkan menghilangkan segala
permasalahan yang berhubungan dengan akhlak seseorang. Dalam pelaksanaan
penanaman nilai-nilai akhlak yang baik adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap anak baik dengan
beragam kondisinya, mereka diharapkan dapat berperan menjadi penerus
bangsa. Untuk dapat berperan sebagai penerus bangsa mereka harus memiliki
bekal berupa pendidikan yang layak. Pendidikan itu sendiri adalah perbuatan
atas semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan)
pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi
muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi
hidup baik jasmani maupun rohani.2
2 Zuhairini,dkk., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi Akasara, 1992), hlm. 92.
2
Dalam pendidikan tidak hanya ranah kognitif saja yang perlu
dikembangkan, namun juga ranah-ranah perkembangan lainya seperti afektif,
psikomotorik, seni, bahasa, emosi-sosial dan nilai agama-moral. Memahami
seluruh ranah perkembangan anak adalah sebuah keharusan bagi para orang tua,
karena dengan mendukung ranah perkembangan anak secara menyeluruh akan
sangat berpengaruh pada tumbuh kembang dan aspek kehidupan dimasa
berikutnya.3
Dasar dalam pengembangan ranah-ranah tersebut, adalah dengan
menanamkan nilai-nilai keislaman. Nilai-nilai keislaman merupakan kebutuhan
internal anak-anak dini dan mereka berhak memperoleh pendidikan yang
terbaik, terutama pendidikan agama dan nilai-nilai akhlak dari orang tua dan
orang dewasa lainya dilikungan sekitar. baik normal maupun anak
berkebutuhan khusus, mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang sama. Perlunya menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak
sedini mungkin sebagai fondasi untuk mencegah terjadinya krisis moral dan
agama dimasa dewasanya.4
Menjadi persoalan tersendiri dalam penanaman nilai-nilai akhlak
apabila peserta didiknya adalah anak berkebutuhan khusus, seperti tunagrahita.
Anak tunagrahita merupakan salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus
(ABK) dengan memiliki berbagai kekurangan. Hambatan mental yang dialami
3 Moh Fauziddin dan Mufarizuddin, “Useful Of Clap Hand Games For Optimalize
Cogtivite Aspevts In Early Childhood Education”, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, Vol. 2, No. 2, hlm. 163. 4Eti Nurhayati, “Penanaman Nilai-Nilai Keislaman bagi Anak Usia Dini (Studi Kasus di
RA Al-ishlah Bobos-Cirebon)”, Skripsi, Cirebon : IAIN Syekh Nurjati, 2015, hlm. 10.
3
anak tunagrahita sering membuat mereka tidak dapat mengolah informasi yang
diperoleh sehingga tidak dapat mengikuti perintah dengan baik. Anak
tunagrahita memiliki kemampuan akademis dibawah rata-rata yang
menyebabkan mereka tidak dapat berkembang sesuai dengan tahapan
perkembangan pada usianya selayaknya anak-anak pada umumnya.5
Rendahnya kemampuan akademis yang ada menjadikan anak
tunagrahita memiliki gangguan belajar dalam proses menerima pembelajaran.
oleh karena itu, bukan hal yang mudah seperti anak pada umumnya untuk bisa
menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa tunagrahita, sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama dan metode yang tepat untuk anak dapat memahami
ataupun bisa mengamalkannya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa meski
demikian, anak tersebut tetap mempunyai kewajiban dalam menjalankan dan
mengamalkan ajaran islam serta tetap harus dididik dan dibiasakan untuk
berakhlak baik. Pada kenyataan yang ada, para guru di Sekolah Luar Biasa
berusaha untuk mendidik mereka untuk dapat mengamalkan nilai-nilai ajaran
islam melalui pembelajaran pendidikan agama islam dan menanamkan nilai-
nilai akhlak melalui program bina diri siswa tunagrahita yang bertujuan untuk
mengembangkan kemandirian siswa tunagrahita sesuai nilai-nilai islam,
sehingga anak dapat mandiri dan berperilaku islam.
5 Rafael Lisinus dan Pastria Sembiring, Sebuah Prespektif Bimbingan dan Konseling
Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus, (Medan : Yayasan Kita Menulis, 2020), hlm. 88.
4
Program khusus bina diri ini untuk mengantarkan anak tunagrahita
dalam melakukan bina diri untuk dirinya sendiri, seperti mengurus dan merawat
diri. Program bina diri diarahkan untuk mengaktualisasikan dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menguasai berbagai aspek
kebutuhan dirinya, sehigga setiap anak dapat hidup dengan fungsi
kemandiriannya masing-masing dan tidak sepenuhnya membebani orang lain.6
Seorang guru harus memiliki metode khusus dan tepat yang digunakan
untuk menanamkan nili-nilai akhlak pada program tersebut, agar siswa
tunagrahita mampu memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajar anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah dan tidak sama seperti
siswa pada umumnya. Seorang guru harus memiliki ketekunan dan kesabaran
yang lebih dalam memberikan pembelajaran.
Maka dari itu, penulis ingin menfokuskan penelitian pada metode yang
diterapkan dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa
tungrahita di SLB Wiayata Dharma 3 Ngaglik, dengan judul “Metode
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina Diri Siswa Tunagrahita di
SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik”.
6 Emil Kurniawan, “Pengaruh Program Binadiri Terhadap Kemandirian Anak
Tunagrahita”, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. V, No.2, 2012, hlm. 618
5
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
1. Apakah metode yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada
program bina diri siswa tunagrahita?
2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung penerapan metode
penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian seputar Metode Penanaman
Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina Diri Siswa Tunagrahita di SDLB Wiyata
Dharma 3 Ngaglik adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina
diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung penerapan
metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa
tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik.
D. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan terbagi dalam beberpa sub bab bagian, yaitu
pertama, latar belakang masalah merupakan asal usul masalah itu diangkat
untuk menjadi tujuan penelitian tersebut. Masalah dalam penelitian ini adalah
metode apa yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program
bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik. Kedua, terdapat
fokus penelitian yaitu masalah yang akan penulis bahas dan jelaskan. Ketiga,
6
tujuan penelitian menjadi sesuatu yang diharapkan dan ingin tercapai,
sedangkan jika kegunaan ialah persoalan kontribusi apa yang akan didapatkan
dari hasil penelitian. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui implementasi
metode dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa
tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik. Keempat, sistematika
pembahasan merupakan bagian yang berisikan struktur secara berurutan atau
sistematis, terkait dengan isi yang akan disampaikan dalam proposal, mulai dari
sampul atau cover, sampai daftar pustaka.
Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori terbagi dalam beberpa
sub bab bagian, yaitu pertama, Kajian pustaka dilakukan dengan cara mencari
data hasil penelitian tahun sebelumnya, terutama dari hasil yang mempunyai
tema hampir sama, tetapi apa yang membedakan penelitian sekarang dengan
penelitian sebelumnya. Tujuan dari kajian pustaka supaya mencegah
kekhawatiran dari kesamaan isi atau kita mengenalnya dengan istilah plagiat.
Sebab jika ternyata sama, maka penelitian ini seolah tidak ada dampak yang
akan dirasakan masyarakat, sekedar berputar-putar pada hal yang sama. Kedua,
kajian teori bermakna bahwa sekumpulan dari teori-teori yang telah di dapat
dari berbagai macam literatur, sebagai pendukung data penelitian, disesuaikan
dengan variabel yang terdapat dalam judul.
Bab III Metode Penelitian terbagi dalam beberpa sub bab bagian, yaitu
pertama, jenis penelitian dan pendekatan yang sesuai dengan judul penelitian,
kedua, tempat atau lokasi penelitian yaitu tempat untuk melaksanakan
penelitian. Ketiga, informan penelitian yaitu kelompok atau individu yang
7
menjadi sumber dalam pengumpulan data penelitian. Keempat, teknik
penentuan informan yaitu cara untuk menentukan sumber yang akan dijadikan
informan guna mengumpulkan informasi data sebagai bahan penelitian.
Kelima, teknik pengumpulan data, yaitu cara untuk dapat mengumpulkan
berbagai data yang diperoleh dari berbagai narasumber. Keenam, keabasahan
data yaitu meneliti kembali data-data yang telah diperoleh agar tidak ada
kesalahan dalam memuat data dalam penelitian. Ketujuh, teknik analisis data
adalah cara untuk menentukan kelanjutan katagori yang sesuai dengan data
yang telah dikumpulkan.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, dalam bab ini Hasil penelitian
diajukan dalam bentuk yang ringkas, padat dan komunikatif sesuai dengan
wilayah populasi dan objek penelitian. Dalam hasil penelitian, yang perlu
diuraikan adalah data-data hasil penelitian atau hasil pengolahan data. pada
pembahasan inilah kerangka teori dibab sebelumnya digunakan untuk
membahas hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan, bab ini merupakan bab penutup yang harus
memuat kesimpulan dan saran-saran.
Daftar Pustaka, merupakan sekumpulan sumber informasi yang
diperoleh dari berbagai macam literatur, dapat berupa buku atau juga jurnal
serta artikel hasil penilitian. Penulisan daftar pustaka juga sudah ditentukan
sesuai dengan buku panduan pedoman skripsi. Daftar pustaka ditulis berbeda
dengan kepenulisan footnote atau catatan kaki, jika daftar pustaka nama perlu
dibalik, sedangkan footnote nama tidak perlu dibalik. Daftar pustaka tersusun
8
di tengah, kemudian isi daftar pustaka harus sesuai dengan refrensi yang sudah
ditulis pada footnote, sedangkan tidak perlu penulisannya menggunakan angka,
yang jelas sesuai urutan nama penulis dari abjad A-Z.
Lampiran penelitian lapangan dapat memuat bentuk-bentuk atau hasil
angket maupun observasi berupa instrumen pengumpulan data, tabel kerja
ataupun surat izin penelitian. 7
7 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Unversitas Islam Indonesia. (Yogyakarta:
Islamic-education.uii.ac.id, Cet-1, 2017), hal. 23 & 33.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Sebatas pengetahuan penulis, pembahasan mengenai metode
penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita di SDLB
Wiyata Dharma 3 Ngaglik belum banyak dibahas sebagai karya ilmiah secara
medalam. Melihat dari sedikitnya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia
sebagai tempat untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. Tidak seperti
lembaga pendidikan umum lainnya yang menjadi tempat untuk belajar anak-
anak pada umumnya.
Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian dan pengkajian yang telah
ada, penulis mengemukakan ada sejumlah karya ilmiah berupa skripsi yang
relavan dengan skripsi yang akan penulis susun sebagai kajian pustaka dan
perbandingan untuk menentukan fokus penelitian yang berjudul “Metode
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Program Bina Diri Siswa Tunagrahita di
SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik”. Perbedaan skripsi yang penulis tulis dengan
skripsi yang lain, adalah penulis menfokuskan pada penerapan metode dalam
penanaman nilai-nilai akhlak pada kegiatan program bina diri siswa tunagrahita
di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik, maka penulis akan mengemukakan hasil
karya ilmiah atau penelitian tersebut, yaitu:
10
Pertama, Jurnal Okatavia Alfita Sari, Wesiana Heris Santy yang
berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian
Personal Hygiene Anak Tunagrahita Di SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi
Kecamatan Benowo”. Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya tahun 2017. Adapun fokus penelitian ini membahas
tentang bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian
personal hygiene pada anak tunagrahita.8 Sementara penelitian yang akan
dilakukan yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan
pada program bina diri siswa tunagrahita..
Kedua, Skripsi Asnawari yang berjudul “Permasalahan Psikolsosial
Keluarga Dengan Anak Tunagrahita Di SLBN 02 Jakarta Selatan”. Program
Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Imu Komunikasi
Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. Adapun fokus
penelitian ini membahas tentang permasalahan psikososial yang dialami
keluarga dengan anak tunagrahit.9 Sementara penelitian yang akan dilakukan
yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada
program bina diri siswa tunagrahita.
Ketiga, Skripsi Nur Hidayah Marginingsih yang berjudul “Penggunaan
Media Pembelajaran PAI Bagi Anak Tunagrahita Kelas VI di SLB Negeri
Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019”. Program Studi Pendidikan Agama
8 Okatavia Alfita Sari dan Wesiana Heris Santy, “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Tunagrahita Di SLB Tunas Mulya Kelurahan
Sememi Kecamatan Benowo”, Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, 2017, hlm. 170. 9 Asnawari, “Permasalahan Psikolsosial Keluarga Dengan Anak Tunagrahita Di SLBN 02
Jakarta Selatan”, Skripsi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2019.
11
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Surakarta tahun
2019. Adapun fokus penelitian ini membahas tentang penggunaan media
pembelajaran dalam mata pelajaran PAI anak tunagrahita.10 Sementara
penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai
akhlak yang diterapkan pada program bina diri siswa tunagrahita.
Keempat, Skripsi Nurul Zakiah Burhan yang berjudul “Pengaruh
Islamic Flashcard Terhadap Kemapuan Interaksi Sosial dan Pengetahuan
Keagamaan pada Anak Tunagrahita”. Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
tahun 2018. Adapun fokus penelitian ini membahas tentang pengaruhnya
islamic flashcard pada kemampuan interaksi sosial dan pengetahuan
keagamaan pada anak tunagrahita.11 Sementara penelitian yang akan dilakukan
yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada
program bina diri siswa tunagrahita.
Kelima, Skripsi Kunut Nazilah yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan Melalui Metode Bermain Peran
Di Sekolah Luar Biasa Yapenas Unit II Sleman”. Program Studi Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tahun
2017. Adapun fokus penelitian ini membahas tentang peningkatan keterampilan
10 Nur Hidayah Marginingsih, “Penggunaan Media Pembelajaran PAI bagi Anak
Tunagrahita Kelas VI di SLB Negeri Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019”. Skripsi, Surakarta :
IAIN, 2019, hlm. 8. 11 Nurul Zakiah Burhan, “Pengaruh Islamic Flashcard Terhadap Kemapuan Interaksi
Sosial dan Pengetahuan Keagamaan pada Anak Tunagrahita”, Skripsi, Makassar : UIN Alauddin,
2018.
12
anak tunagrahita ringan melalui metode bermain peran. 12 Sementara penelitian
yang akan dilakukan yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai akhlak yang
diterapkan pada program bina diri siswa tunagrahita.
Keenam, Skripsi Qodli Zaka yang berjudul “Minat Siswa Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di
SLB-C Yayasan Pendidikan Luar Biasa Demak Tahun 2016”. Jurusan
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang tahun 2016. Adapun fokus penelitian ini
membahas tentang minat siswa berkebutuhan khusus tunagrahita dalam
mengikuti pendidikan jasmani..13 Sementara penelitian yang akan dilakukan
yaitu mengenai metode penanaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada
program bina diri siswa tunagrahita.
Ketujuh, Skripsi Clara Fransiska Dewi yang berjudul “Gaya Belajar
Anak Tunagrahita Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VI SDLB
Di SLB C Dan CI Yakut Purwokerto”. Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto tahun 2017.Adapun fokus penelitian ini membahas tentang gaya
belajar anak tunagrahita pada pembelajaran pendidikan agama islam. 14
12 Kunut Nazilah, “Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan melalui
Metode Bermain Peran di Sekolah Luar Biasa Yapenas Unit II Sleman”, Skripsi, Yogyakarta :
UNY, 2017. 13 Qodli Zaka, “Minat Siswa Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Dalam Mengikuti
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SLB-C Yayasan Pendidikan Luar Biasa Demak Tahun 2016”,
Skripsi, Semarang : UNNES, 2016. 14 Clara Fransiska Dewi, “Gaya Belajar Anak Tunagrahita Pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Kelas VI SDLB Di SLB C Dan CI Yakut Purwokerto”. Skripsi, Purwokerto : IAIN,
2017.
13
Sementara penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai metode penanaman
nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada program bina diri siswa tunagrahita.
Kedelapan, Skrispsi Nur Hidayah yang berjudul “Model Pembelajaran
Yang Efektif Bagi Siswa Tunagrahita Di Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB) Bintara Campurdarat Tulungagung”. Fakulatas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016. Adapun
fokus penelitian ini membahas tentang model pembelajaran afektif untuk siswa
tunagrahita. 15 Sementara penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai
metode penanaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada program bina diri
siswa tunagrahita.
B. Landasan teori
1. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab dalam
bentuk jama’, sedangkan mufradnya adalah khuluq, yang artinya
budipekerti atau perangai. Secara terminologis budi pekerti merupakan
perilaku manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong
keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan manifestasi iman, islam, dan
ihsan yang merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola
15Nur Hidayah, “Model Pembelajaran Yang Efektif Bagi Siswa Tunagrahita Di Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Bintara Campurdarat Tulungagung”, Skripsi, Malang :
UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016.
14
pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku konsisten dan tidak
tergantung pada pertimbangan berdasarkan interes tertentu.16
Nilai-nilai akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang
terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai
keislaman merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai
tingkat budi (insan kamil).“Akhlak” adalah ilmu pengetahuan yang
memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan
manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dan seluruh usaha
dan pekerjaan mereka.17
Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku
manusia.Karena itu, selain dengan akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan
dengan syari’ah. Karena syari’ah mencakup segala aspek kehidupan
manusia, maka ruang lingkup akhlakpun dalam islam meliputi segala
aktivitas aspek kehidupan manusia, oleh karena itu, ruang lingkup akhlak
sama dengan ruang lingkup ajaran islam. Secara garis besar Yunahar Ilyas18,
membagi akhlak menjadi beberapa yakni:
a. Akhlak kepada Allah
Hal yang menjadi pangkal atau titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” tiada
16 Sidik Tono, dkk., Ibadah dan Akhlak Dalam Islam. (yogyakarta : UII Press, 1998), hlm.
81-83. 17Etik Kurniawati, “Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Tunagrahita Dalam
Pendidikan Vokasional”, Jurnal penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus, 2017, hlm. 269. 18 Ibid
15
Tuhan selain Allah Swt. Allah yang Maha sempurna dan bersih dari
segala sifat kekurangan. Akhlak terhadap Allah Swt, merupakan sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk terhadap Khaliknya.
b. Akhlak kepada sesama manusia,
Akhlak kepada manusia meliputi akhlak kepada Rasulullah
SAW, orangtua, diri sendiri dan orang lain. Akhlak terhadap rasulullah,
Akhlak terhadap orangtua, Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak kepada
orang lain. Dalam berinteraksi sosial, baik seagama, berbeda agama,
tetangga, kawan ataupun lawan, sudah selayaknya dibangun
berdasarkan kerukunan hidup dan saling menghargai satu sama lain.
Islampun mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap baik terhadap
orang lain. Sikap-sikap yang mencerminkan bersosial adalah:
1) Membina hubungan baik dengan masyarakat
Seorang muslim harus bisa berhubungan baik dengan
masyarakat yang lebih luas. Hubungan baik dengan masyarakat ini
diperlukan, karena tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa
bantuan masyarakat. Lagi pula, hidup bermasyarakat merupakan
fitrah manusia. Dalam surat al-Hujurat diterangkan, bahwa manusia
diciptakan dari lelaki dan perempuan, bersuku- suku, berbangsa-
bangsa, agar mereka saling kenal-menganal. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa, menurut al-Qur’an, manusia secara fitri
16
adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan suatu
keniscayaan bagi mereka.
2) Suka menolong orang lain
Dalam hidup, setiap orang slalu membutuhkan bantuan dan
pertolongan orang lain. Orang mukmin apabila melihat orang lain
tertimpa kesusahan, akan tergerak hatinya untuk menolong mereka
sesuai kemampuannya. Apabila tidak ada bantuan berupa benda,
kita dapat membantunya dengan nasihat, atau kata-kata yang dapat
menghibur hatinya. Bahkan sewaktu-waktu bantuan jasa lebih
diharapkan daripada bantuan lainnya.
c. Akhlak terhadap lingkungan sekitar.
Maksud dengan lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar manusia baik binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda tidak bernyawa. Allah menciptakan binatang, tumbuh-tumbuhan
dan benda tidak bernyawa yang semuanya memiliki ketergantungan
kepada Allah. keyakinanini mengantarkan sesama muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah makhluk Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.19
Dalam penanaman nilai-nilai agama yang diajarkan pada anak
tunagrahita memiliki banyak hambatan, berdasarkan atas kemampuan
mental dan adaptasi sosial, maka siswa penyandang tunagrahita
19 Heri gunawan, Penddikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Bandung : Alfabeta,
2012), hlm. 12.
17
memerlukan pendidikan khusus. Dengan adanya pendidikan sebagai sarana
untuk mengembangkan ide, memperbaiki dan mengarahkan tingkah laku
manusia agar memiliki akhlakul karimah.20 Anak tunagrahita sulit untuk
mengikuti pendidikan sekolah dasar bersama siswa-siswi pada umumnya,
sehingga perlu adanya metode internalisasi pendidikan Islam untuk anak
berkebutuhan khusus. Dalam menyampaikan materi pendidikan Islam,
Alquran menawarkan berbagai macam pendekatan metode dalam
menginternalisasikan nilai-nilai islam, diantaranya
a. Metode teladan
Metode ini dilakukan dengan cara membericontoh berupa tingkah laku,
sifat, dan cara berfikir.
b. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan dilakukan dalam rangka mempertahankan sifat dan
sikap yang baik dengan membiasakan melakukan sesuatu secara bertahap
termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan tidak sesuai
dengan norma susila. Metode ini perlu ditanamkan sejak anak masih
kecil, karena kebiasaan akan tertanam kuat dan sulit berubah.
c. Metode nasehat
Nasehat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan. Dengan
memberi nasehat, pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik pada
anaknya
20Burhan Nudin, “Konsep Pendidikan Islam Pada Remaja”, Literasi Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 11, No. 1, 2020, hlm.64
18
d. Metode motivasi
Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat luas. Alquran juga
menggunakan metode ini ketika menggambarkan surga dengan
kenikmatannya dan neraka dengan kepedihan siksanya, serta melipat
gandakan pahala bagi orang yang melakukan amal baik dan membalas
keburukan dengan keburukan yang setimpal.
e. Metode hukuman
Metode ini merupakan metode terburuk, karena membuat anak menjadi
patah semangat. Akan tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.21
f. Metode ceramah
Metode ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada sekelompok siswa.
Dengan kata lain dapat pula diartikan bahwa metode ceramah adalah
suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan
dan penuturan secara lisan oleh guru. terhadap peserta didiknya. Metode
ceramah banyak dipakai, karena mudah dilaksanakan. Nabi Muhammad
dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya banyak mempergunakan
metode ceramah disamping metode lain.
g. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode yang menekankan seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang pelajaran yang
21 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 78.
19
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil
memperhatikan proses berpikir diantara murid-murid.22
h. Tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan baik tugas datangnya
dari orang lain maupun dari dalam diri kita sendiri. Di sekolah biasanya
datang dari guru atau kepala sekolah. Tugas ini biasanya bersifat edukatif
dan bukan berunsur pekerjaan.
i. Metode demonstrasi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan
suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu
keja fisik atau pengoprasian peralatan barang atau benda. Dalam
mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhammad sebagai pendidik
agung banyak mempergunakan metode ini, seperti mengajarkan cara
berwudhu, sholat, haji, dan sebagainya. Seluruh cara-cara ini
dipraktekkan oleh Nabi ketika menerangkan sesuatu hal kepada
umatnya.23
j. Mengajar beregu
Mengajar beregu ialah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih dalam mengajar sejumlah peserta didik yang
mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.
22 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 245-
285. 23 Ibid
20
k. Metode latihan
Metode latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau
keterampilan latihan terhadap apa yangdipelajari, karena hanya dengan
melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan.
l. Metode karya wisata
Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan
mengajak siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu tempat yang ada
kaitannya dengan pokok bahasan. Sebelum keluar, guru memberitahu
aspek-aspek yang harus diperhatikan siswa.24
2. Program Bina Diri
Program bina diri yaitu program yang dilatihkan kepada anak
berkebutuhan khusus sesuai dengan karaketristiknya menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidup secara mandiri sehingga bisa dijadikan bekal
untuk beradaptasi di lingkungan masyarakat. Melalui pengadaan program
bina diri diharapkan siswa berkebutuhan khusus mendapatkan bekal untuk
mampu melaksanakan tugas sesuai usia perkembangannya.25
Ada beberapa istilah bina diri , istilah tersebut antara lain adalah
activities of daily living yang disingkat dengan ADL, mengurus diri atau
merawat diri (self-care), dan menolong diri (self-help). Kirk mengemuka-
kan bahwa self care dimaksudkan sebagai keterampilan awal yang
24 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 53-55. 25 Lina Mei Wulandari, dkk., “Pelaksanaan Program Binadiri Bagi Siswa Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Inklusi”, Jurnal Ortopedagogia, Vol. 5, No. 1, 2019, hlm. 44-45.
21
diajarkan orang tua kepada kehidupan anak sedini mungkin, sebagai usaha
memandirikan mereka. Keterampilan ini termasuk, makan, mobilitas,
perilaku toilet dan membasuh/ mencuci serta berpakaian.26
Menolong diri sendiri atau mengurus diri sendiri menurut Astiti
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah self helf atau self care.
Menolong diri sendiri tidak langsung diwariskan dari alam, melainkan anak
tunagrahita sedang dan berat harus mempelajarinya dengan usaha yang
keras, dan dilakukan berulang-ulang serta terprogram. Kemampuan
menolong diri sendiri meliputi: makan dan minum, kebersihan dri,
berpakaian dan rias diri, keselamatan diri dan orientasi ruang. Buchwal
merinci ADL (activities of daily living) sebagai beriku: berpakaian, makan,
kebersihan, penampilan, dan kebelakang.27
3. Tunagrahita
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau
tunagrahita jika memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya
(di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan batuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program
pendidikannya. Seorang anak dikatakan normal apabila anak tersebut
memiliki perkembangan fisik dan kecerdasan dengan baik. Penafsiran yang
salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan kelainan mental
subnormal atau tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga
26Ni Luh Putri, “Model Pembelajaran Keterampilan Bina Diri bagi Anak Usia Dini
Tunagrahita”, Jurnal Parameter, Vol. 25, No. 2, 2014, hlm. 75-76. 27 Ibid
22
dengan memasukkan ke lembaga pendidikan atau perawatan khusus, anak
diharapkan dapat normal kembali. Penafsirannya tersebut tidak seluruhnya
benar sebab anak tunagrahita tidak ada hubungannya. 28
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah
lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau
penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Tunagrahita mempunyai kelainan
mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Tunagrahita
dapat berupa cacat ganda, yaitu cacat mental yang dibarengi dengan cacat
fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan
kelainan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan
pendengaran. Tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik.
Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan lebih
banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang.29
Kondisi anak tunagrahita tersebut berakibat pada rendahnya
kemampuan merawat diri. Kondisi tersebut berakibat pada kondisi fisiknya
yang kurang terawat dengan baik. Hal tersebut bila dipandang terasa jorok
dan berbau. Kondisi ini akan menganggu suasana di lingkungan hidupnya
28 Tria Puspita Sari, dkk., “Implementasi Metode Demspter-Shafer Dalam Sistem Pakar
Diagnosa Anak Tunagrahita Berbasis Web”, Jurnal Rekursif, Vol. 4 No.1 , 2016, hlm. 2-3. 29 Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. (Yogyakarta :
Psikosain, 2016), hlm. 16.
23
sehingga masyarakat banyak yang belum dapat menerima mereka dengan
baik.30
Dalam perspektif pendidikan, keterbelakangan mental sering
dikatagorikan ke dalam empat kelompok yaitu keterbelakangan (1) ringan,
(2) sedang, (3) berat dan (4) sangat berat. Tunagrahita Ringan adalah
mereka yang memiliki IQ berkisar antara 55 sampai dengan 69. Mereka
umum-nya lancar berbicara tetapi perbendaharaan katanya terbatas. Mereka
mengalami kesukaran berpikir abstrak, tetapi masih dimungkinkan untuk
mengikuti pelajaran akademik walaupun dalam tingkatan yang rendah
(sederhana). Sebagian dari mereka dapat mencapai kecerdasan setingkat
anak usia 12 tahun, ketika mereka mencapai usia 16 tahun. Secara umum,
kecerdasan mereka paling tinggi dapat mencapai kemampuan setingkat
anak usia 12 tahun.31
Tunagrahita Sedang. Mereka memiliki IQ berkisar 4O-54. Secara
umum, mereka hampir tidak bisa mempelajari materi-materi akademik
(membaca, menulis dan berhitung). Mereka umumnya belajar secara
membeo, yaitu mempelajari dan menguasi sesuatu tanpa akan.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas dibanding anak tunagrahita ringan.
Dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya, tetapi mereka hampir selalu
bergantung pada petunjuk dan perlindungan orang lain. Mereka masih dapat
dilatih kemampuan untuk memelihara dirinya sendiri, dan beberapa
30 Muh Busani, “Pembelajaran Bina Diri Pada Anak Tungrahita Ringan”, Jurnal
Pendidikan Khusus, Vol. IX No. 1, 2012, hlm. 12. 31 Asep Supena, “Model Pendidikan Inklusif Untuk Siswa Tunagrahita Di Sekolah Dasar”,
Jurnal Prameter,Vol. 29, No. 2, 2017, hlm. 146.
24
pekerjaan yang memiliki nilai ekonomik. Kecerdasan mereka maksimum
berkembang serta anak usia 7 tahun.32
Tunagrahita berat. Mereka memiliki IQ berkisar 25-39. Hampir
seluruh waktu dan aktivitas bergantung kepada pertolongan orang lain.
Mereka tidak dapat memelihara dirinya sendiri, seperti makan, berpakaian,
mandi dan lain-lainnya. Pada umunya juga tidak dapat membedakan baya
dan tidak bahaya. Mereka juga tidak diharapkan dapat berpatisipasi dalam
lingkungan sekitarnya33
Tunagrahita Sangat Berat. Mereka memiliki IQ kurang dari 25.
Kondisi mereka umumnya hampir sama seperti terbelakang mental berat.
Dalam literatur, memang mereka yang terbelakang mental berat dan sangat
berat sering diilustrasikan secara bersama. Perkembangan maksimum
kecerdasan mereka setara dengan anak normal usia 3 atau 4 tahun.34
32 Ibid 33 Ibid 34 Ibid, 147
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ialah suatu cara atau teknik untuk mengumpulkan data
yang dilakukan peneliti saat proses penelitian berlangsung. Prinsip ilmiah yang
harus ada dalam metode penelitian yaitu meliputi rasional, empiris, dan sistematis.35
Berikut ini prosedur yang dilakukan selama proses penelitian :
A. Jenis Penelitian dan pedekatan
Jenis peneltian ini adalah penelitian lapangan yang meggunakan
pendekatan kualitatif menurut John W. Creswell yaitu studi fenomenologi
merupakan studi yang berusaha mencari "esensi" makna dari suatu fenomena
yang dialami oleh beberapa individu. Penelitian ini, bersifat deskriptif
bertujuan untuk mendiskripsikan metode penanaman nilai-nilai akhlak yang
diterapkan pada kegiatan program bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata
Dharma 3 Ngaglik.
B. Lokasi Peneltian
Penulis mengambil lokasi penelitian di SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
yang beralamatkan di JL. Plosokuning VII, Minomartani Ngaglik, Kab. Sleman
Prov. D.I. Yogyakarta. Jumlah guru terdiri dari 15 guru beberapa berlatar
belakang pendidikan anak luar biasa dan pendidikan agama islam. Ketunaan
yang ada disekolah antara lain yaitu tuna rungu wicara, tuna daksa, autis dan
35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 3.
26
tunagrahita. Untuk itu penulis ingin mengerucutkan penelitian pada anak
tunagrahita yang pada umumnya mereka memimiliki kemampuan akademis
dibawah rata-rata, sehingga diperlukanya program khusus bina diri disekolah
untuk mengembangkan sikap kemandirian pada anak sesuai dengan nilai-nilai
islami, sekaligus wadah penanaman nilai-nilai akhlak.
C. Informan penelitian
Informan penelitian merupakan subyek yang dapat memberikan
informasi terkait permasalahan yang terjadi realita dilapangan. Informan dalam
penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga, yaitu informan kunci mereka yang
mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian, informan utama mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti, dan pendukung mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.36 Informan
kunci dalam penelitian ini adalah Bu Ani selaku kepala sekolah yang
mengetahui pelaksanaan program binadiri disekolah, sedangkan informan
utamanya adalah Pak Sapto selaku guru agama yang mengajar anak tunagrahita.
Adapun informan pendukung dalam penelitian ini yaitu, Bu Luluk selaku guru
disekolah yang membantu guru agama.
D. Teknik penentuan informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
36 Ade Heryana, “Informan dan Pemilihan Informan dalam Peneltian Kualitatif ”. Jurnal
ResearchGate, Desember 2018, hlm. 4.
27
menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus
dengan tujuan penelitian. Penerapan teknik purposive dalam penelitian pertama
kali dilakukan dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu dalam menentukan
informan yang akan dijadikan narasumber. Adapun kriteria yang penulis
tentukan adalah informan mengetahui seputar fokus tujuan penelitian penulis
yaitu kepala sekolah yang mengetahui jalannya pelaksanaan program bina diri
siswa tunagrahita dan guru agama yang ikut berpartisipasi dalam pembinaan
program bina diri tunagrahita. Yang kedua menentukan jumlah Informan
berdasarkan atas pertimbangan untuk memperoleh data yang benar-benar
merepresentasikan kondisi sesungguhnya di lapangan. Ketiga, dalam menggali
data dari informan, penulis menggunakan pendekatan dengan telebih dahulu
membuat pedoman wawancara.37
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan) merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan,
interview (wawancara) yaitu percakapan dengan maksud tertentu untuk
mendapatkan informasi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi tuntutan, kepedulian, dan lain-lain, lalu juga dapat
menggunakan kuesioner (angket), dokumentasi berupa bahan tertulis atau foto
37Ida , dkk., Tradisi Spiritual di Pasraman Seruling Dewata Banten Tabanan Provinsi
Bali, (Bandung : Nilacakra, 2020), hlm. 12.
28
dan gabungan keempatnya (trianggulasi).38 Pengumpulan data di lapangan tentu
berkaitan dengan teknik penggalian data, sumber, dan jenis data, setidaknya
sumber data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen atau sumber data tertulis,
foto, dan statistik. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto,
atau film. Sedangkan sumber data tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi.39 Berdasarkan dilapangan yang ada penulis
mengumpulkan data dengan melakukan interview atau wawancara baik luring
maupun daring yang dilakukan beberapa kali sampai mendapatkan kelengkapan
data penelitian. Adapun interview dilakukan dengan kepala sekolah dan guru
agama. Selain itu pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan
dokumentasi berupa foto serta bahan tertulis, seperti buku panduan program
bina diri yang digunakan di SLB Wiyata Dharma 3 Nganglik. Foto-foto yang
ada berupa foto fasilitas seperti kamar mandi, kelas dan gedung yang digunakan
sebagai tempat proses pembelajaran program bina diri berlangsung.
F. Keabsahan data
Keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan (validitas)
dan keandalan (reliabilitas) menurut versi penelitian kualitatif dan disesuaikan
38 Warul Walidin, dkk., Metodelogi Peneltian Kualitatif & Grounded Theory. (Aceh :
FTK Ar-Raniry Press, 2015), Hlm.125- 138.
39Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif”, Alhadhrah, Vol. 17 No. 33, 2018, hlm. 84-86.
29
dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Untuk
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang
digunakan yaitu 1) derajat kepercayaan (credibility); 2) keteralihan
(transferability); 3) kebergantungan (dependability); dan 4) kepastian
(confrimability).40
Dalam penelitian yang penulis lakukan uji keabsahan data
menggunakan keabsahan data triangulasi yang dapat dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Penulis mengumpulkan data
sekaligus menguji kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data
triangulasi yang terbagi menjadi 3 yaitu:41
a. Triagulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, sehingga
penulis akan menelusuri informasi dari berbagai informan.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibiitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Apabila ada perbedaan data, maka penulis akan mendiskusikan lebih lanjut
terkait sumber data yang ada hingga menemukan kebenaran data.
c. Triangulasi Waktu
40 Ibid, hlm. 145 41Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2018), hlm. 274.
30
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, sehingga penulis dapat
melakukan uji kredibilitas data dengan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Apabila data ditemukan
berbeda-beda, maka penulis akan menguji data hingga berulang-ulang
sampai menemukan kevalidan data yang ada.
G. Teknik analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna. Dari pengertian itu,
tersirat beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu (a) upaya mencari data
adalah proses lapangan dengan berbagai persiapan pralapangan tentunya, (b)
menata secara sistematis hasil temuan di lapangan, (c) menyajikan temuan
lapangan, (d) mencari makna, pencarian makna secara terus menerus sampai
tidak ada lagi makna lain yang memalingkannya, di sini perlunya peningkatan
pemahaman bagi peneliti terhadap kejadian atau kasus yang terjadi. Untuk itu
penelitian ini menggunakan model Miles and huberman bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu :
31
a. Reduksi data
Data yang didapat dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin
lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks,
dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting saja, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.42 Dalam pemilahan hasil data yang terkumpul penulis
menghilangkan atau menyotir data yang relevan dengan penelitian,
kemudian dikelompokkan melalui aspek-aspek tertentu berdasarkan
rumusan masalah yang ada supaya data yang diperoleh jelas maknanya.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif
dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang
42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 338.
32
tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan
sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
c. Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penulis secara terus
menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data,
peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan
pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-
kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi
kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian
meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-
kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan
cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2) tinjauan ulang catatan
lapangan, (3) tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif, (4) upaya-upaya yang luas
untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang
lain.43 Pada bagian kesimpulan, penulis mengambil kesimpulan dari hasil
analisis data yang valid, sehingga kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel dan dapat menjawab rumusan
masalah yang diangkat penulis dalam penelitian.
43 Ibid, hlm 94
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Objek
1. Profil Sekolah Luar Biasa
Penelitian ini dilakukan di SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik, dirintis
dan didirikan pada tahun 1970. Latar belakang didirikanya SLB ini untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat lingkungan karena pentingnya
Pendidikan Luar Biasa bagi anak - anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini
berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan dan Asuhan Anak
Berkelainan Kabupaten Sleman yang beralamat di jalan Ploso Kuning, Desa
Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Kode Pos : 55581.
Adapun Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Luar Biasa, yaitu :
a. Visi Sekolah
“Mengembangkan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus, agar hidup
yang layak dan mandiri dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa”.
b. Misi
1) Menumbuhkan semangat bagi warga sekolah agar dapat
meningkatkan status akreditasi sekolah dari terakreditasi C
menjadi terakreditasi B.
34
2) Membimbing dan mengembangkan potensi siswa agar hidup
mandiri dan sejahtera dalam keluarga maupun masyarakat.
3) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
mutu siswa.
4) Mewujudkan karya yang bermanfaat, lapangan kerja serta modal
ketrampilan bagi siswa yang terampil dalam bidang tertentu.
c. Tujuan
1) Terwujudnya kelengkapan kurikulum dan pembelajaran yang baik.
2) Terselenggaranya administrasi dan manajemen sekolah yang baik.
3) Terciptanya organisasi dan kelembagaan yang kokoh dan berfungsi.
4) Terpenuhinya sarana prasarana yang memadahi.
5) Terpenuhinya kebutuhan ketenagaan yang kualitatif.
6) Terpenuhinya kebutuhan pembiayan yang cukup.
7) Meningkatkan jumlah peserta didik.
8) Tergalangnya peran masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah.
9) Terciptanya lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif bagi
kegiatan belajar mengajar.
Jenis layanan bagi ketunaan yang ada disekolah, yaitu tunanetra (A),
tunarunguwicara (B), tunagrahita ringan (C), tunagrahita sedang (C1), dan
tunadaksa (D) dengan ketiga jenjang pendidikan SDLB, SMPLB, dan
SMALB. Pada ketunaan tunagrahita SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
menerapkan program khusus, yaitu bina diri yang diterapkan untuk
35
membina kemandiriannya dengan nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada
program tersebut agar terciptanya kehidupan agamis dalam kehidupan
sehari-hari.
Sesuai dengan maksud dan tujuan pendidikan Luar Biasa yang
menekankan agar anak luar biasa mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan serta ketrampilan, maka diperlukan layanan pendidikan yang
optimal yang idealnya didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga dapat diperoleh pendidikan luar biasa yang unggul dan
bermutu. Adapun sarana dan prasarana yang ada disekolah meliputi,
a. Pengadaan Sarana Pendidikan
1) Pengadaan alat-alat pembelajaran
2) Pengadaan alat praktek
3) Pengadaan buku siswa dan guru
b. Pengadaaan alat tulis kantor (ATK) dan perawatan komputer
c. Pengadaan Prasarana Pendidikan.
1) Membangun ruang kelas baru (RKB)
2) Membangun ruang kepala sekolah
3) Membangun ruang assesmen
4) Membangun ruang program khusus
5) Membangun ruang UKS
6) Membangun ruang BP
7) Membangun bengkel kerja / unit usaha produksi
8) Membangun Mushola
d. Perawatan sarana dan prasarana pendidikan, seperti sewa penggunaan
listrik.
36
Guna mencapai layanan pendidikan yang baik tersebut, sudah
barang tentu perlu didukung dengan adanya beberapa faktor diantaranya
sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana yang memadai serta
lingkungan yang kondusif. Sumber daya manusia meliputi : Guru (tenaga
pengajar), Orang tua siswa, Komite Sekolah, Pengurus LKS, Siswa serta
masyarakat yang mampu memberikan kontribusi bagi pendidikan luar biasa
dengan unsur-unsur terkait sehingga dapat tercipta manajemen yang
berbasis sekolah atau School Base Management.
SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik menggunakan kurikulum
pendidikan khusus tahun 2013 dan modifikasi yang dikembangkan oleh
guru sendiri berdasarkan hasil asesmen, sehingga diperlukan kreativitas
para guru untuk mengembangkan program yang dapat diadaptasikan bagi
anak tunagrahita. Seiring dengan lahirnya Undang-undang Nomor 20 tahun
2003, tentang sistem Pendidikan Naisonal RI dan Peraturan Pemerintah RI
No 19 tahun 2005, telah memberikan dampak langsung pada perubahan
kurikulum pendidikan yang ditetapkan dengan Permendiknas nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi satuan Pendidikan dasar dan menengah,
Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar kompetensi. Lulusan
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan Permendiknas nomor 24
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 23
dan 24 tahun 2006.
Berdasarkan Permendiknas di atas telah memberikan perubahan
yang signifikan bagi program khusus untuk pendidikan anak tunagrahita
37
ringan dan sedang, dimana menurut kurikulum 2013 dan KBK ditetapkan
sebagai mata pelajaran Kemampuan Merawat Diri (KMD), sedangkan saat
ini diperluas menjadi mata pelajaran Bina Diri. Secara konsep Bina Diri
memberikan makna lebih luas dari Kemampuan merawat diri (KMD),
karena secara langsung KMD menjadi bagian dari pembelajaran Bina Diri.
2. Program binadiri
Program binadiri sudah diterapkan dari sejak berdirinnya SLB
Wiyata Dharma 3 Ngaglik. Program bina diri adalah program khusus yang
diterapkan untuk anak tungrahita yang bertujuan untuk membangun
kemandirian anak tungrahita dalam tatalaksana pribadi seperti merawat da
menolong diri. Selain itu juga membantu anak dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga mudah bersosialisasi.
Program binadiri yang diberikan pada jenjang pendidikan SDLB, berupa
program bina diri dalam hal mengurus dirinya sendiri seperti, makan,
minum, merawat diri, berhias dan membersihkan lingkungan sekitar.
Pelaksanaan program binadiri dilakukan berdasarkan buku pedoman khusus
program binadiri yang dimodifikasi guru sesuai dengan kebutuhan anak. Bu
Ani selaku kepala sekolah SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik menyatakan,
bahwa
“Program bina diri itu program khusus untuk tunarahita yang dikelompokan
sesuai kemampuan anak baik ringan maupun sedang. Yang
melatarbelakangi diterapkan program bina diri itu karena kebutuhan anak
tunagrahita sendiri yang perlu diajarkan untuk membina atau merarawat diri
serta berkomunikasi. Tujuan dari program bina diri disekolah untuk
membentuk kemandirian siswa tunagrahita agar mandiri dan tidak terus
38
bergantung, merepotkan orang disekitarnya mulai dari mengurus dirinya
sendiri seperti makan, minum, merawat diri, selain itu juga memberikan
bekal keterampilan sesuai kemapuan siswa tungarahita, seperti menjahit,
mengecet, bercocok tanam sehingga dapat bermanfaat dimasyarakat
nantinya. Program bina diri yang diterapkan di SDLB untuk anak tungrahita
seperti pembinaan diri utuk merawat diri sendiri, yaitu makan dengan
mengunakan sendok, minum, menjaga kebersihan, mengancingkan baju.”44
Adapun tahap pelaksanaan program bina diri tunagrahita di Wiyata
Dharma 3 Ngaglik , terdiri dari beberapa tahap , yaitu
a. Pendaftaran
Adanya syarat membawa hasil tes psikologi anak yang dirujuk sekolah
dengan memberikan surat pengantar pada orang tua untuk melakukan
tes psikologi dipuskemas.
b. Assesment
Setelah mengetahui ketunaan yang ada berdasarkan dari tes psikologi
anak, guru melakukan assesment yaitu observasi secara alamiah,
menemukan ha-hal yang sudah dan belum dimiliki oleh anak dalam
berbagai hal dan menemukan kebutuhan anak.
c. Pengelompokan
Setelah guru melakukan assesment pada anak, guru mengelompokkan
kelas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.45
44 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020 45 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020
39
Tabel 4.1 Daftar nama siswa SDLB Tunagrahita
No
Nama Siswa
Jenis
Kelamin
Jenjang Kelas
L P
1. Inayah Maulidya P SDLB/1/C
2. Muhammad Nur Fathih Faeyza L SDLB/2/C
3. Galang Ramadhan L SDLB/3I/C
4. Fikri Prihantara L SDLB/3I/C
5. Rahmawati Hidayah Putri P SDLB3I/C
6. Nathan Raditya Yudhicio L SDLB/4/C
7. Muhammad Bintang Proklamasi L SDLB/4/C
8. Roshid Harjanto Fitroh L SDLB/5/C
9. Alif Nur Arifin L SDLB/6/C
10. Rahmat Dani Rahil Tri Rohman L SDLB/6/C
11. Fasano Misael Yatama L SDLB/6/C
12. Emir Gibran Rayhaq L SDLB/6/C
13. Andrew Rezky Niardi Juniorama Satria L SDLB/6/C
14. Muhammad Adzin Zahid Subagyo L SDLB/2/C1
15. Alvarra Cahaya Rahmatillah P SDLB/4/C1
16. Bayu Zulkarnain L SDLB/5/C1
17. Hans Nobel Raja Sitindaon L SDLB/5/C1
18. Deni Tri Handoyo L SDLB/6/C1
40
B. Analisis dan Pembahasan
Dalam pembahasan ini data yang disajikan oleh penulis diperoleh dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah dan guru agama secara daring dan luring.
1. Metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa
tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik.
Nilai-nilai akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang
terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Adapun akhlak
adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk.
pentingnya penanaman akhlak sejak dini bertujuan agar anak dapat memiliki
perilaku yang baik untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita yang
memiliki segala keterbatasan tetap harus ditanamkan nilai-nilai akhlak pada
dirinya sebagai bekal yang kuat nantinya.
Di SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik menanamkan nilai-nilai akhlak pada
anak tunagrahita melalui kegiatan program bina diri. Program bina diri sering
juga diistilahkan activies of daily living (ADL) yang membina diri siswa
tunagrahita untuk dapat mandiri dalam mengurus, merawat, dan menolong diri
sendiri seperti, makan dan minum, berpakaian, dan kebersihan. Adapun nilai-
nilai akhlak yang ditanamkan adalah akhlak kepada Allah, manusia, dan
lingkungan. Seperti yang diketahui bahwa siswa tungrahita anak yang memiliki
kemampuan yang terbatas dalam mengurus dirinya sendiri. Selain itu juga
siswa tunagrahita memiliki akedemis dibawah rata-rata yang membuat
41
kecerdasaan mereka terganggu dalam memahami materi pelajaran. Untuk itu
sekolah tersebut menerapkan metode khusus dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada program bina diri. Beberapa metode yang diterapkan, yaitu :
a. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan penyampaian informasi melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru. Metode ini digunakan
guru disekolah untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dengan memberikan
pemahaman kepada siswa-siswinya terlebih dahulu pada pembelajaran
program bina diri. Berikut penerapan metode ceramah pada beberapa
program bina diri, yaitu
1) Program bina diri makan dan minum
Metode ceramah digunakan guru untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tunagrahita tentang adab makan dan minum
yang diawali dengan doa agar senantiasa ingat kepada Allah. Mengingat
Allah sebagai bentuk akhlak kepada Allah yang seharusnya dilakukan
oleh manusia kepada sang khalik. Dalam program ini siswa diajarkan
lafadz doa secara perlahan-lahan dengan menuntun siswa untuk
menirukannya. Pak sapto selaku guru agama menyatakan,
“Mengajari anak untuk doa sebelum dan sesudah makan pertama-tama
menjelaskan anak bagaimana adab makan dan minum yang benar serta
mengajari lafadz doanya perlahan-lahan dan meminta anak untuk
mengikutinya lafadz doa yg dilontarkan”46
46 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 6 oktober 2020
42
Berdasarkan dari pernyataan Pak Sapto selaku guru agama disekolah
bahwa metode ceramah diterapkan pada program bina diri ini. Metode
ceramah sediri yaitu penyampaian infomasi melalui penerangan atau
penuturan lisan oleh guru terhadap peserta didiknya. Adapun bentuk
metode ceramah yang diterapkan guru dalam program makan dan
minum tersebut, guru memberikan pemahaman mengenai adab makan
dan minum. Tentunya dalam menyampaikan pemahaman pada siswa
tunagrahita dibutukan kesabaran dan perhatian guru yang lebih, karena
adanya keterbatasan intelektual yang dialami oleh siswa tunagrahita.
Dalam program bina diri makan dan minum selain guru
mengajarkan adab makan dan minum yang baik, guru juga mengajarkan
siswa untuk dapat memilih makanan dan minuman yang baik dan
menyehatkan untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri. Menjaga
kesehatan dengan memilih makanan yang benar merupakan akhlak pada
diri sendiri.47
Guru memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya
menjaga kesehatan dengan memilih makanan dan minuman yang
menyehatkan. Guru memberitahukan makanan dan minuman yang baik
dikonsumsi dengan cara menunjukannya secara langsung atau dengan
gambar, seperti sayuran, buah-buahan, dan air putih. Bu ani
menyatakan,
47 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
43
“Dalam program bina diri makan dan minum, selain mengajari
anak-anak adab dan tatacara makan dan minum, anak-anak kita beri
pemahaman untuk dapat memilih makanan dan minuman yang baik
untuk dikonsumsi dengan menunjukkannya baik secara langsung atau
gambar seperti, buah-buhan, sayuran, dan air putih.”48
Berdasarkan pernyataan Bu Ani, bahwa metode ceramah diterapkan
pada program ini yaitu dengan adanya guru memberikan pemahaman
tentang berbagai macam makanan dan minuman yang baik untuk
dikumsumsi. Metode ceramah banyak dipakai karena mudah
dilaksanakan. Dalam memberikan pemahaman kepada siswa
tunagrahita tentang makanan dan minuman yang baik, tentunya
disampaikan dengan cukup sederhana sesuai kemampuan siswa
tunagrahita yang pada umumnya memiliki intelektual dibawah rata-rata.
2) Program bina diri membantu ibu didapur
Metode ceramah digunakan guru untuk memberikan
pemahaman kepada anak tentang berbakti kepada orang tua dan juga
mengajarkan hal-hal yang dapat dikerjakan untuk membantu orang tua
ketika dirumah, seperti : memasak mencuci, mengiris sayuran,
mengupas bawang dan menggoreng tempe. Membantu orang tua adalah
salah satu keberbaktian anak pada orang tua yang mencerminkan akhlak
kepada sesama manusia. Bu ani menyatakan,
“diprogram ini kita mengajarkan anak-anak untuk dapat melakukan hal-
hal yang bermanfaat dan sekiranya bisa dilakukan sesuai dengan
kemapuan anak untuk dapat membantu ibu dirumah yang bertujuan
untuk menunjukkan anak cara berbakti kepada orang tua salah satunya
48 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
44
adalah dengan membantu ibu didapur. dari situ anak-anak terlebih
dahulu diberi pemahaman untuk berbakti kepada orang tua dan cara
berbakti kepada orang tua bisa dengan membantu ibu di dapur, seperti :
mebantu memasak mulai dari mencuci dan mengiris sayuran, mengupas
bawang dan menggoreng tempe. Itu semua kita ajarkan satu pesatu”49
Sesuai pernyataan yang ada bahwa metode ceramah diterapkan dalam
memberikan pemahaman pada siswa agar mengetahui pentingnya
berbakti pada orang tua. Metode ceramah yaitu penyajian informasi
melalui penerangan ataupun penuturan dalamnya menyampaikan
materi. Adapun materi yang disampaikan guru pada siswa seperti
tatacara mencuci, memotong sayur, mengiris, sehingga siswa dapat
melakukan hal kecil yang mencontohkan sikap berbakti kepada orang
tua ketika di rumah. Membantu pekerjaan ringan dilakukan sesuai
dengan kemampuan siswa. Pemahaman yang diberikan tentunya
pemahaman yang cukup sederhana sesuai dengan tingkat kecerdasan
siswa tungrahita yang rendah.
3) Perawatan diri
Metode ceramah digunakan guru memberikan pemahaman
tentang pentingnya menjaga kebersihan anggota badan dan manfaatnya
untuk menjaga kesehatan diri. menjaga kebersihan anggota badan salah
satu nilai-nilai akhlak pada sesama manusia terhadap diri sendiri yang
ditanamkan oleh sekolah. Dalam program perawatan diri guru
mengajarkan siswa tunagrahita untuk dapat mandiri mengurus dirinya
49 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
45
(self care) ) dalam menjaga kebersihan anggota badan , seperti tata cara
membersihkan badan, gigi , tangan dan kaki, muka, rambut, serta kuku.
Bu Ani menyatakan,
“Pada bina diri perawatan diri mengajarkan anak untuk bisa mengurus
dirinya sendiri terutama dalam menjaga kebersihan diri berupa anggota
badan, seperti : kebersihan badan, gigi , tangan dan kaki, muka, rambut,
kuku. Sebelum mengajarkan bagaimana tatacara untuk
membersihkanya, terlebih dahulu anak-anak diberi pemahaman tentang
pentingnya menjaga kebersihan untuk kesehatan.” 50
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode ceramah diterapkan untuk
memberikan informasi pada siswa tunagrahita melalui penerangan
ataupun penuturan lisan oleh guru kepada siswa-siswinya. Adapun
informasi yang diberikan pada siswa dalam program bina diri ini
berkaitan dengan berbagai macam kebersihan anggota badan yang akan
membantu siswa untuk dapat merawat dan mengurus dirinya sendiri.
Pada umumnya kondisi siswa tunagrahita memang memiliki gangguan
kecerdasan yang berakibat pada rendahnya kemampuan merawat diri
sehingga hal itu, membuat fisiknya kurang terawat dengan baik dan
dikenal bau oleh masyarakat.
4) Pakaian dan berhias diri
Metode ceramah digunakan guru untuk memberikan
pemahaman tentang pentingnya menutupi aurat dengan pakaian yang
sopan dan menjaga keindahan dengan berpenampilan yang rapi
50 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
46
sehinggsa enak untuk dipandang. Menutup aurat dengan pakaian yang
sopan juga termasuk akhlak kepada sesama manusia untuk diri sendiri.
Guru menyampaikan hal yang perlu diperhatikan sambil
menunjukannya saat mempraktekan membantu anak mengenakan
celana, rok dan baju, seperti : memilih celana/rok dan baju yang sesuai
dan sopan, mengetahui celana/rok dan baju bagian depan dan belakang
dan mengingatkan untuk memperhatikan bagian luar dan dalam, selain
itu juga mengajarkan anak untuk menyisir dan memakai bedak dengan
baik dan benar. Bu Ani menyatakan.,
“Dalam program bina diri pakaian dan rias diri ini anak-anak
diajarkan untuk dapat mengurus dirinya dalam memakai pakaian dan
menghiasi diri misalnya, memakai baju, menyisir rambut, memakai
bedak. sebelum mengajari anak dalam berpakaian, anak-anak diberi
penjelasan kegunaan pakaian untuk menutupi aurat dan mengajari anak
untuk memilih dan memakai pakain yang sopan. mengajari cara
menyisir rambut dan memakai bedak untuk perempuan agar anak
terlihat rapi dalam berbenampilan. Mengajarkan anak itu semua dengan
memberikan contoh dan mepraktekan serta membantunya, seperti
memakai celana, rok dan baju dengan memperhatikan bagian depan,
belakang, dalam dan luar sehingga anak tidak terbalil-balik saat
memakai pakaian.”51
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode ceramah diterapkan
untuk memberikan informasi pada siswa tunagrahita melalui
penerangan ataupun penuturan lisan oleh guru kepada siswa-siswinya.
Adapun informasi yang diberikan pada siswa dalam program bina diri
ini, guru mengajarkan siswa tatacara berpakaian yang benar, sampai
51 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
47
siswa dapat mengenakan baju dengan benar dan dapat membedakan
bagian dalam maupun luar, sehingga tidak terbalik saat mengenakannya.
Mengajarkan tatacara berpakaian akan membantu siswa tunagrahita
unrtuk dapat berpenampilan rapi dan sopan. Selain itu, juga
meningkatkan kemandirian siswa tunagrahita dalam berpakaian,
sehingga tidak terus menerus bergantung pada bantuan orang disekitar.
5) Sikap bersahabat
Metode ceramah digunakan guru memberikan pemahaman
kepada anak tentang sikap bersahabat seperti saling tolong menolong
dan bekerjasama dengan teman yang lain. Sikap inilah yang ditanamkan
kepada siswa tunagrahita melalui program ini aga memiliki akhlak baik
pada orang lain dalam bersosialisasi. Bu Ani menyatakan,
“Untuk mengajarkan anak-anak bisa bersosialisasi dengan baik, yaitu
terlebih dahulu memberi pemahaman pentingnya sikap bersahabat
dalam berinteraksi didalam masyarakat dengan membina diri anak-anak
untuk memiliki sikap bersahabat, seperti saling tolomg menolong dan
berkerjasama. Dengan kerjasama dan saling tolong menolong akan
mempermudah pekerjaan yang kita lakukan, orang juga akan senang
dengan kita.”52
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode ceramah diterapkan untuk
memberikan informasi pada siswa tunagrahita melalui penerangan
ataupun penuturan lisan oleh guru kepada siswa-siswinya. Adapun
informasi yang diberikan pada siswa dalam program bina diri ini
mengenai pentingnya sikap bersahabat dalam bersosialisasi. Sikap
52 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
48
bersahabat akan memudahkan siswa untuk dapat diterima dimasyarakat
dengan sikap hangat untuk mau menolong dan bekerjasama dengan
yang lain. Dalam berinteraksi sosial, baik seagama maupun berbeda,
kawan ataupun lawan selayaknya dibangun berdasarkan kerukunan
hidup. Program bina diri akan mengenalkan siswa tunagrahita
bagaimana membina hubungan baik dengan masyarakat dengan suka
menolong dan dapat untuk bekerjasama. Metode ceramah banyak
dipakai karena begitu mudah diterapkan, namun memberi pemahaman
pada siswa tunagrahita tentunya tidak semudah memberikan
pemahaman pada siswa pada umumnya, sehingga membutuhkan
kesabaran dan perhatian penuh saat mendidiknya.
6) Keindahan ruangan rumah tangga dan sekitarnya
Metode ceramah dalam program bina diri ini digunakan guru
untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan
rumah maupun sekitarnya dengan meyapu dan mengepel lantai. Hal ini
untuk menanamkan nilai-nilai akhlak pada lingkungan dengan menjaga
kebersihan disekitar rumah. Bu Ani, menyatakan
“Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan seperti menyapu dan
mengepel rumah juga salah satu bentuk akhlak kepada lingkungan
sekitar. Mengajarkan anak menyapu dan mengepel dengan benar
sekaligus juga anak diberi pemahaman akan pentingnya kebersihan
lingkungan sekitar, baik dirumah maupun diluar rumah.”53
53 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
49
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode ceramah diterapkan untuk
memberikan informasi pada siswa tunagrahita melalui penerangan
ataupun penuturan lisan oleh guru kepada siswa-siswinya. Adapun
informasi yang diberikan pada siswa dalam program bina diri ini, guru
memberikan pemahaman siswa untuk selalu menjaga akan kebersihan
lingkungan sekitar karena hal itu, termasuk akhlak kepada lingkungan.
Pentingnya hal itu, diajarkan kepada siswa tunagrahita yang pada
umumnya memiliki kemapuan yang rendah dalam mengurus dirinya
sendiri. Tentunya dalam memberikan sebuah pembelajaran
membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam mendidiknya.
b. Metode latihan
Metode latihan dilakukan untuk memperoleh ketangkasan dari apa
yang dipelajari. Metode latihan digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
akhlak pada beberapa program bina diri, seperti :
1) Program bina diri makan dan minum
Metode latihan digunakan setelah memberi pemahaman dan
mengajarkan lafadz doa dengan benar, siswa diminta untuk latihan
membaca doa sebelum dan sesudah makan secara berulang-ulang. Pak
Sapto, menyatakan
“Setelah anak-anak mengikuti lafadz doanya dengan benar, anak-anak
diminta untuk melafadzkanya dengan menirukanya secara berulang
ulang untuk melatih anak sampai bisa melafadzkannya dengan
benar.”54
54 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 6 oktober 2020
50
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode latihan diterapkan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang
dipelajari siswa-siswinya. Adapun ketangkasan yang diperoleh dari
metode latihan ini dalam program bina diri tersebut, mereka masih
mampu dilatih untuk menuntun lafadz doa secara perlahan-lahan dan
berulang-ulang. Dengan adanya pengulangan melatih siswa tungrahita
dapat ikut serta melafadzkan doa sebelum dan sesudah makan dengan
baik sesuai dengan kemampuan siswa tunagrahita yang ada. Tidak
menutup kemungkinan kecerdasan anak tunagrahita ringan masih bisa
dikembangkan sampai dengan batas kecerdasan seperti anak usia 12
tahun.
2) Program bina diri membantu ibu didapur
Metode latihan digunakan guru setelah memberi pemahaman
dan mengajarkan hal-hal yang dapat dikerjakan untuk membantu orang
tua ketika di rumah sebagai bentuk akhlak kepada orang tua seperti :
membantu memasak mencuci, mengiris sayuran, mengupas bawang
dan menggoreng tempe, guru melatih siswa-siswinya dengan
mempraktekannya saat di kelas.
“Dalam mengajarkan anak-anak bagaimana tatacara mencuci dan
mengiris sayuran, mengupas bawang dan menggoreng tempe dengan
benar anak-anak juga diminta untuk ikut memperaktekannya dengan
pengawasan dan bantuan guru sebagai bentuk latihan untuk anak-
anak.”55
55 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
51
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode latihan diterapkan pada
program ini untuk mempraktekan secara langsung pembelajaran yang
ada agar lebih efektif untuk mempermudah pemahaman siswa. Untuk
itu metode latihan yang diterapkan melatih keterampilan siswa dalam
melakukan sesuatu walupun, dengan bantuan guru yang ada. Bantuan
guru masih sangat diperlukan melihat siswa tunagrahita memiliki
gangguan mental dan tingkahlaku yang disebabkan adanya gangguan
kecerdasan. Anak tunagrahita ringan masih bisa dilatih akan
kemampuan yang dimilikinya untuk menolong dirinya sendiri.
3) Perawatan diri
Metode latihan dalam program bina diri ini digunakan guru
untuk melatih kemampuan siswa dalam mengurus dirinya dengan cara
langsung mempraktekannya, seperti : praktek menggosok gigi,
membasuh muka, membasuh tangan dan kaki. Untuk praktek
membersihkan badan dan rambut sebagai bentuk akhlak pada diri
sendiri dapat dilakukan dirumah ketika mandi dengan bantuan kedua
orang tuanya. Bu ani menyatakan,
“Kemudian setelah mendemostrasikan, mengajak anak untuk
mempraktekanya bersama-sama, namun guru tetap memberi arahan
pada masing-masing individu secara bergantian. Memebrsihkan badan
dan rambut bisa dipraktekan dalam rangkaian mandi ketika dirumah
dengan bantuan orang tuanya masing-masing”56
56 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
52
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode latihan diterapkan pada
program ini untuk mempraktekan apa yang telah dipelajari. Selain itu
melatih ketangkasan maupun keterampilan dalam praktek
membersihkan anggota badan ketika dirumah dengan bantuan orang
tua. Adanya arahan secara individual yang ada sangat dibutuhkan oleh
siswa karena tidak sama, seperti siswa pada umumnya sehingga
perlunya perhatian khusus yang diberikan kepada siswa tunagrahita.
Siswa tunagrahita meiliki akademis dibawah rata-rata yang
menyebabkan siswa ada gangguan belajar dalam memahami pelajaran.
4) Sikap bersahabat
Metode latihan digunakan guru setelah memberi pemahaman
kepada siswa tentang sikap bersahabat saling tolong menolong dan
bekerjasama dengan teman yang lain, guru megajarkannya dengan
melatihnya untuk bekerjasama dan saling tolong memolong dalam
menunaikan jadwal piket membersihkan kelas yang dilakukan dengan
bantuan guru. Anak- anak bekerjasama membersihkan dan mengatur
ruang kelas. Ada yang menyapu lantai, ada yang mengepel lantai, ada
yang memasang gambar didinding, dan ada yang membersihkan meja
dan kursi. Hal itu melatih siswa untuk saling tolong menolong dan
bekerjasama sebagai bentuk akhlak kepada orang lain. Dengan begitu
53
akan membangun kerukunan antar sesama, ruang kelas jadi lebih bersih
dan teratur, sehingga akan tampak lebih indah. 57
“Untuk menumbuhkan sikap bersahabat kerjasama dan saling tolong
menolong guru melatihnya dengan mengajak dan membantu anak untuk
dapat saling tolong menolong dan bekerjasama saat menjalankan piket.
Anak-anak dibagi tugasnya, ada yang menyapu, mengepel, dan ada yang
menata ruang kelas.”58
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode latihan diterapkan pada
program ini untuk mempraktekan apa yang telah dipelajari. Dalam
program ini, guru mengajak siswa bersama-sama menjalankan piket
kelas guna menumbuhkan sikap bersahabat antara satu dengan yang
lain. Dengan kemampuan yang terbatas pada siswa tunagrahita,
perlunya bantuan guru dalam mengerjakannya. Dalam program inilah
siswa tunagrahita ditanamkan nilai-nilai akhlak pada orang lain , agar
memiliki sikap bersahabat yang mau menolong dan mau bekerjasama.
c. Metode Teladan
Metode teladan dilakukan guru untuk memberikan contoh berupa
tingkah laku yang baik agar siswa menirukannya. Metode teladan
diterapkan pada beberapa program bina diri untuk menanamkan nilai-nilai
akhlak didalamnya baik nilai akhlak kepada Allah, manusia, mapun
lingkungan.. Beberapa program bina diri tersebut yaitu :
1) Program bina diri makan dan minum
57 Asiyah, Bina Diri SDLB Tunagrahita Ringan, (Yogyakarta : Dinas Pendidikan Pemuda
Dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009), hlm. 39-40 58 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
54
Kegiatan program bina diri makan dan minum ini adalah
mengajarkan anak untuk dapat menerapkan adab dan tata cara makan
dan minum yang baik dan benar dalam kehidupan sehari hari. Dalam
mengajarkan adab makan dan minum yang benar diprogram ini, guru
mengajarkan siswa-siswinya doa sebelum dan sesudah makan.
mengajarkan siswa doa sebelum dan sesudah makan minum itulah,
penanaman nilai-nilai akhlak pada Allah agar siswa selalu senantiasa
mengingat-Nya ketika makan dan minum59 selain mengembangkan
kemampuan siswa untuk dapat mengurus dirinya sendiri, juga
mengingat Allah merupakan asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT.
Karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada
setiap saat dan tempat. Zikrullah merupakan aktivitas paling baik dan
paling mulia bagi Allah.
Metode teladan digunakan guru untuk memberikan contoh adab
makan dan minum yang benar dengan diawali dan diakhiri doa sebelum,
sesudah makan ketika makan bersama disekolah. Pak Sapto
menyatakan,
“Adanya makan bersama disekolah sebagai wadah untuk membiasakan
dan memberi teladan anak-anak untuk berdoa sebelum dan sesudah
makan. anak-anak dituntun untuk berdoa bersama-sama sebelum dan
sesudah makan. Dan guru memberikan contoh adab makan dan minum
dengan semestinya.”60
59 Asiyah, Bina Diri SDLB Tunagrahita Ringan, (Yogyakarta : Dinas Pendidikan Pemuda
Dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009), hlm. 1
60 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 6 oktober 2020
55
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode teladan diterapkan pada
program ini dengan memberikan contoh adab makan minum yang benar
oleh guru. Memberikan contoh adab makan dan minum yang benar akan
berdampak positif pada sikap siswa tunagrahita yang memiliki segala
keterbatasannya untuk menirukan apa yang dilihat dari guru ketika
disekolah.
2) Pakaian dan berhias diri
Guru wajib berpakaian sopan dan rapi untuk memberikan contoh
kepada siswanya saat disekolah. Berpakaian rapi dan sopan akan lebih
enak untuk dipandang. Karena penampilan juga sebagai bentuk akhlak
kepada diri sendiri seperti apa yang dikata Bu Ani, yaitu :
“untuk mencontohkan anak dalam penampilan yang sopan dan rapi guru
wajib mengenakan pakaian seragam dengan sopan dan rapi saat
disekolah sebagai suri taludan untuk anak-anak, sehingga anak-anak
juga dapat membiasakan meniru bapak ibu gurunya memakai seragam
dengan sopan dan rapi ”61
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode teladan diterapkan pada
program ini dengan memberikan contoh tingkah laku yang baik, seperti
memberikan contoh berpakaian rapi dan sopan oleh guru. Memberikan
contoh berpakaian rapai dan sopan akan berdampak positif pada sikap
siswa tunagrahita yang memiliki segala keterbatasannya untuk
menirukan apa yang dilihat dari guru ketika disekolah. Dalam
programbina diri ini selain mengembangkan kemampuan dalam
61 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
56
menolong dirinya namun juga menanamkan nilai-nilai akhlak pada diri
sendiri.
3) Keindahan ruangan rumah tangga dan sekitarnya
Program bina diri keindahan ruangan rumah tangga dan
sekitarnya, guru memberikan contoh pada siswanya untuk selalu
membuang sampah pada tempatnya untuk mengajarkan siswa akan
kepedulian dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar sebagai
bentuk akhlak kepada lingkungan. Bu Ani menyatakan,
“Dalam menjaga kebersihan lingkungan disekitar, guru mengajarkan
dan mencohtohkannya disekolah dengan selalu membuang sampah pada
tempatnya sebagai bentuk kepedulian akan kebersihan lingkungan
sekitar.”62
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode teladan diterapkan pada
program ini dengan memberikan contoh yang baik pada siswa, seperti
membuang sampah pada tempatnya. Dengan begitu, maka siswa akan
menirukan sikap positif dari apa yang telah dicontohkan oleh gurunya.
Siswa tunagrahita masih bisa diharapkan untuk dapat dibina walaupun
kecerdasannya tidak sama dengan siswa pada umumnya. Untuk itu,
pentingnya sebuah keteladanan guru dalam mendidik siswa-siswinya
dengan memberi role model yang baik untuk anak didiknya.
d. Metode pembiasaan
62 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
57
Metode pembiasaan dilakukan dalam rangka mempertahankan sifat
dan sikap baik dalam membiasakan melalukan sesuatu secara bertahap.
Metode ini sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa
tunagrahita melalui beberapa program bina diri, yaitu :
1) Program bina diri makan dan minum
Metode pembiasaan digunakan guru untuk membiasakan anak
membaca doa makan dan minum terlebih dahulu secara bersama-sama
ketika makan bersama di sekolah. Pak Sapto, menyatakan
“Adanya makan bersama disekolah sebagai wadah untuk membiasakan
dan memberi teladan anak-anak untuk berdoa sebelum dan sesudah
makan. anak-anak dituntun untuk berdoa bersama-sama sebelum dan
sesudah makan. Dan guru memberikan contoh adab makan dan minum
dengan semestinya.”63
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode pembiasaan diterapkan pada
program ini. Metode pembiasaan yang diterapkan dalam rangka
mempertahankan sikap yang baik dengan membiasakan melakukan
sesuatu secara bertahap, seperti membiasakan berdoa bersama yang
dilakukan guru saat makan disekolah. Pembiasaan yang seperti itu
sangat penting untuk siswa agar terbiasa selalu megingat Allah dengan
doa sebelum dan sesudah makan meskipun juga, harus dengan
diingatkan. Program bina diri ini tidak hanya mengajarkan siswa adab
dan tata cara makan dan minum saja, namun juga membiasakan siswa
untuk berdoa terlebih dahulu Meskipun mereka memiliki keterbatasan
intelektual yang rendah, tidak menutup kemungkinan untuk bisa
63 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 6 oktober 2020
58
mengembangkan kemampuan intelektualnya mencapai kecerdasan
maksimal seperti anak usia 12 tahun.
2) Perawatan diri
Metode pembiasaan digunakan guru membiasakan siswanya
untuk menjaga kebersihan anggota badannya dengan bantuan guru
maupun orang tua ketika dirumah , seperti mencuci tangan sebelum
makan dan minum, menggosok gigi sebelum tidur, membasuh muka dan
kaki ketika kotor, serta membersihkan badan dengan memakai sabun
ketika mandi dengan bantuan orang tua. Bu Ani menyatakan,
“untuk pembiasaannya perlunya bantuan orang tua ketika
dirumah, seperti mencuci tangan sebelum makan dan minum, orang tua
mengajak anak untuk menggosok gigi sebelum tidur, membasuh tangan,
muka dan kaki ketika kotor tidak hanya ketika mandi saja dengan
menggunakan sabun.”64
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode pembiasaan diterapkan pada
program ini. Metode pembiasaan yang diterapkan dalam rangka
mempertahankan sikap yang baik dengan membiasakan melakukan
sesuatu secara bertahap, seperti membiasakan menjaga kebersihan
anggota badan sebagai bentuk akhlak pada diri sendiri. Pada umumnya
siswa tunagrahita memiliki kemampuan yang rendah dalam merawat
diri sehingga hal itu, dalam pandangan masyarakat terkesan anak yang
jorok dan berbau. Untuk itu, pentingnya pembiasaan membersihkan
anggota badan pada siswa tunagrahita akan membantunya dalam
64 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
59
bersosialisasi dengan masyarakat sehingga masyarakat mau
menerimanya dengan baik. Program bina diri perawatan diri inilah
untuk membekali siswa dapat mampu merawat dirinya sendiri (self
care), sehingga dapat menjaga kebersihan dirinya sebagai bentuk akhlak
kepada diri sendiri.
3) Pakaian dan berhias diri
Metode pembiasaan digunakan guru membiasakan siswanya
berpakaian rapi dan sopan dengan adanya seragam sekolah. Bu Ani
menyatakan,
“guru wajib mengenakan pakaian seragam dengan sopan dan rapi saat
disekolah sebagai suri taludan untuk anak-anak, sehingga anak-anak
juga dapat membiasakan meniru bapak ibu gurunya memakai seragam
dengan sopan dan rapi ”65
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode pembiasaan diterapkan pada
program ini. Metode pembiasaan yang diterapkan dalam rangka
mempertahankan sikap yang baik dengan membiasakan melakukan
sesuatu secara bertahap, seperti membiasakan untuk berpakaian rapi dan
sopan dengan mengenakan seragam sekolah sesuai dengan apa yang
telah guru contohkan disekolah. Dengan segala kekurangan yang
dimiliki siswa tunagrahita ringan masih bisa diharapkan dan dilatih
untuk dapat berpenampilan rapi dan sopan sebagai cerminan akhlak
65Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober 2020
60
pada diri sendiri. Agar siswa mampu untuk mengurus dan menolong
dirinya sendiri maka perlunya sebuah pembiasaan yang baik pula.
4) Keindahan ruangan rumah tangga dan sekitarnya
Metode pembiasaan dalam program bina diri digunakan guru
untuk membiasakan siswa dalam mengembangkan kemampuan dirinya
menjaga kebersihan dengan adanya kerjabakti dan jadwal piket
disekolah yang dilaksanakn dengan bantuan guru. Dengan pembiasaan
yang dilakukan secara tidak langsung akan menanamkan nilai-nilai
akhlak kepada lingkungan. Bu Ani menyatakan,
“Dalam membiasakan anak-anak berlatih menjaga kebersihan, guru
membiasakanya melalui adanya kerja bakti dan jadwal piket disekolah
yang dilalukan dengan bersama-sama dengan pengawasan dan bantuan
guru.”66
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode pembiasaan diterapkan pada
program ini. Metode pembiasaan yang diterapkan dalam rangka
mempertahankan sikap yang baik dengan membiasakan melakukan
sesuatu secara bertahap, seperti kerja bakti dan jadwal piket yang ada
sebagai wadah pembiasaan siswa untuk menjaga kebersihan
lingkungan. Pembiasaan menjaga kebersihan inilah akhlak kepada
lingkungan dan sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan
siswa tunagrahita dalam hal kebersihan. Meskipun siswa tunagrahita
66 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
61
memiliki akademis dibawah rata-rata, mereka tetap harus dibiasakan
akan menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya diri sendiri.
e. Tugas
Tugas adalah suatu yang harus dikerjakan baik dari orang lain
ataupun dari diri sendiri. Di sekolah tugas yang diberikan adalah tugas yang
cukup sederhana sesuai dengan kemampuan siswa tunagrahita. Seperti yang
diketahui bahwa siswa tunagrahita meiliki segala keterabatan dalam
memahami suatu pellajaraan karena adanya gangguan kecerdasan.
Penugasan diterapkan pada beberapa program bina diri, yaitu :
1) Program bina diri membantu ibu didapur
Penugasan yang diberikan guru di SLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik hanya berupa penugasan ringan, karena siswa tunagrahita
memiliki intelektual dibawa rata-rata, sehingga rendahnya daya tangkap
yang dimiliki oleh siswa tunagrahita. Adapun penugasan yang diberikan
seperti menyeru anak untuk membantu ibu dirumah, dan ditanyakan
kembali dihari esok. Dengan adanya penugasan ini dapat membiasakan
anak untuk dapat berbakti pada orang tuanya seperti membantu ibu di
dapur ketika di rumah. Bu Ani menyatakan,
“Sejauh ini dalam penugasan yang diberikan ke anak-anak cukup
ringan, seperti meminta anak untuk membantu mengupas bawang ibu
dirumah, membantu bersih2 sesuai dengan kemampuan anak masing-
masing namun penugasan ini tidak dipaksakan.”67
67 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
62
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tugas diterapkan pada
program ini. Penugasan yang diterapkan untuk mengedukasi siswa-
siswinya yang diberikan oleh guru agar dikerjakan dengan baik.
Penugasan yang diberikan untuk menunjukkan siswa bentuk berbakti
kepada orang tua yang dapat dilakukan ketika di rumah, yaitu dengan
membantu ibu di dapur atau membersihkan lingkungan di sekitar rumah.
2) Sikap bersahabat
Penugasan yang diberikan guru di SLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik hanya berupa penugasan ringan, karena siswa tunagrahita
memiliki intelektual dibawa rata-rata, sehingga rendahnya daya tangkap
yang dimiliki oleh siswa tunagrahita. Adapun penugasannya seperti
adanya pembagian tugas pada jawal piket ketika membersihkan kelas,
seperti ada yang menyapu, mengepel, dan ada yang menata ruang kelas.
“untuk penugasanya ya seperti anak-anak dibagi tugasnya, ada yang
menyapu, mengepel, dan ada yang menata ruang kelas saat piket
sehingga anak-anak dapat saling membantu dan bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas piketnya secara bersama meskipun dengan
bantuan guru.”68
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tugas diterapkan pada
program ini. Penugasan yang diterapkan untuk mengedukasi siswa-
siswinya yang diberikan oleh guru agar dikerjakan dengan baik.
Pembagian tugas yang ada akan melatih siswa untuk melaksanakan
68 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
63
amanah dan tanggungjawab dalam membersihkan kelas walaupun
dengan bantuan guru dalam mengerjakannya.
f. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk
menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan
verbal dengan suatu fisik. Di sekolah metode demonstrasi digunakan dalam
mengajarkan pada programbina diri seperti: tatacara membersihkan badan,
gigi , tangan dan kaki, muka, rambut, serta kuku. Guru terlebih dahulu
memberikan contoh dan mendemonstrasikan tata cara membersihkan
beberapa anggota sesuai dengan urutanya yang benar. Bu Ani menyatakan,
“Setelah itu baru mengajarkan satu persatu tatacara membersihkan
kebersihan badan, gigi , tangan dan kaki, muka, rambut, kuku dengan cara
memberi contoh dan mendemostrasikan urutan tata caranya ”69
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode demonstrasi diterapkan pada
program ini. Metode demonstrasi sendiri digunakan untuk menggambarkan
suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu
kerja fisik, seperti praktek menggosok gigi. Metode demostrasi yang ada
akan mempermudah siswa untuk memahami dan mengikuti apa yang telah
disampaikan sehingga siswa tidak kesulitan ketika mempraktekkan secara
langsung. Dalam mempraktekan tentunya bantuan guru diperlukan, karena
siswa tunagrahita tidak sama dengan siswa pada umumnya. Nilai-nilai
akhlak yang ditanamkan melalui metode ini adalah mengajarkan siswa
69 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
64
untuk dapat mandiri dalam hal menjaga kebersihan diri sebagai akhlak
kepada diri sendiri.
g. Metode nasehat
Metode nasehat adalah sebuah penjelasan akan kebenaran dengan
memberikan nasehat atau pendidikan yang dapat berpengaruh baik kepada
siswa. Metode nasehat sangatlah penting dalam penanaman nilai-nilai
akhlak pada program bina diri, seperti :
1) Program bina diri makan dan minum
Metode nasehat digunakan untuk menanamkan pengaruh baik
pada siswa-siswinya di sekolah. Guru selalu memberikan nasehat kepada
siswa-siswinya dengan kata-kata baik dan lemah lembut. Dalam program
bina diri makan dan minum, guru selalu menasehati bahwa pentingnya
berdoa sebelum dan sesudah makan agar berkah dan terhindar dari
gangguan setan. Pak Sapto menyatakan,
“Menyemangati anak serta memberikan nasehat agar anak selalu ingat
berdoa ketika makan klo kita berdoa sebelum dan sesudah makan setan
g akan nganggu kita makan,makanan jadi berkah”70
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan pada
program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran. Metode Nasehat
terus menerus diberikan oleh guru untuk mengingatkan siswa agar selalu
berdoa sebelum dan sesudah makan minum. Hal itu, sangat membantu
70 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
65
siswa tunagrahita senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru
nasehatkan ketika di sekolah meskipun, kecerdasan siswa tidak sama
dengan kecerdasan siswa pada umumnya dalam mengingat. Selain itu
dalam program makan dan minum , guru selalu menasehati bahwa
perlunya menjaga kesehatan dengan memilih makanan yang
menyehatkan agar bisa banyak beraktivitas. Pak Sapto menyatakan,
“memberikan nasehat agar anak memilih makanan yang baik.
nasehatinya seperti klo makan makanan yang baik, badan akan menjadi
sehat tidak sakit dan bisa banyak melakukan aktivitas”71
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan pada
program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran. Nasehat yang
diterapkan dengan terus menerus guru untuk mengingatkan siswa agar
selalu menjaga kesehatan dengan mejaga pola makan yang sehat.
Menjaga pola makan yang sehat itulah nilai-nilai akhlak pada diri
sendiri.. Hal itu, akan sangat membantu siswa senantiasa dalam
mengingat apa yang telah guru nasehatkan ketika disekolah meskipun,
kecerdasan siswa tunagrahita berbeda pada siswa pada umumnya dalam
hal mengingat.
2) Program bina diri membantu ibu didapur
Metode nasehat digunakan untuk menanamkan pengaruh baik
pada siswa-siswinya di sekolah. Guru selalu memberikan nasehat
kepada siswa-siswinya dengan kata-kata yang baik dan lemah lembut.
71 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
66
Dalam program bina diri membantu ibu di dapur, guru selalu menasehati
bahwa pentingnya berbakti kepada orang tua. Pak Sapto menyatakan,
“memberikan nasehat agar anak selalu berbakti kepada orang tua,
nasehat yang dibrikan seperti klo berbakti kepada orang tua akan
mendapatkan pahala dan masuk syurga”72
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan pada
program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran. Nasehat tersebut,
seperti guru mengingatkan siswa agar selalu berbakti kepada orang tua
adalah nilai-nilai akhlak pada orang tua. hal itu, akan sangat membantu
siswa senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru nasehatkan ketika
di sekolah dan melaksanakan apa yang telah dinasehatkan saat di rumah.
Dalam mendidikanya tentunya tidak semudah membalik telapak tangan,
untuk itu perlunya sebuah ketekunan dan kesabaran.
3) Perawatan diri
Metode nasehat digunakan untuk menanamkan pengaruh baik
pada siswa-siswinya di sekolah. Guru selalu memberikan nasehat
kepada siswa-siswinya dengan kata-kata yang baik dan lemah lembut.
Dalam program bina diri perawatan diri, guru selalu menasehati bahwa
perlunya menjaga kebersihan dengan merawat diri agar tampil bersih
dan rapi. Tampil bersih dan rapi juga bagian dari akhlak kepada diri
sendiri. Pak Sapto menyatakan,
72 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
67
“memberikan nasehat agar mau menjaga kebersihan dalam merawat
dirinya seperti menasehati klo merawat diri dengan menjaga kebersihan,
maka akan terlihat rapi dan bersih ”73
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan
pada program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran Nasehat
yang terus menerus diberikan pada siswa oleh guru untuk mengingatkan
siswa agar selalu menjaga kebersihan dengan merawat diri, akan sangat
membantu siswa senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru
nasehatkan ketika disekolah dan melaksanakan apa yang telah
dinasehatkan saat dirumah.
4) Pakaian dan berhias diri
Metode nasehat yang diterapkan di SLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program binadiri ini
diberikan untuk anak agar mau menutupi aurat dengan berpakain yang
sopan dan santun. Bu Ani menyatakan,
“Guru selalu mengingatkan anak dan menasehati untuk berpakaian
yang sopan tidak hanya disekolah namun juga dirumah karena hal itu
adalah ajaran islam guna menutupi aurat dan menjaga kesehatan kulit
dari sinar matahari”74
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan
pada program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran Nasehat
yang terus menerus diberikan pada siswa oleh guru akan berdampak
positif bagi siswa, seperti mengingatkan siswa agar selalu berpakaian
73 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020 74Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober 2020
68
rapi dan sopan guna menutupi aurat. Hal itu, akan sangat membantu
siswa senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru nasehatkan
ketika di sekolah meskipun, ingatannya tidak sama dengan siswa pada
umumnya karena adanya gangguan kecerdasan.
5) Sikap bersahabat
Metode nasehat digunakan untuk menanamkan pengaruh baik
pada siswa-siswinya di sekolah. Guru selalu memberikan nasehat
kepada siswa-siswinya dengan kata-kata yang baik dan lemah lembut.
Dalam program bina diri sikap bersahabat, guru selalu menasehati
bahwa perlunya sikap bersahabat dalam bersosialaisasi dengan teman
dan masyarakat sekita sebagai bentuk akhlak kepada sesama manusia.
Pak Sapto menyatakan,
“memberikan nasehat agar selalu bersikap hangat kepada yang lain,
seperti membantu teman ketika kesusahan akan mendapat pahala”75
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan
pada program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun
nasehat yang diberikan pada siswa oleh guru akan berdampak baik,
seperti mengingatkan siswa agar selalu bersikap bersahabat dalam
bersosialisasi kepada siapapun. Hal itu, akan sangat membantu siswa
senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru nasehatkan ketika
disekolah dan melaksanakan apa yang telah dinasehatkan saat dirumah.
75 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
69
6) Keindahan ruangan rumah tangga dan sekitarnya
Metode nasehat yang diterapkan di SLB Wiyata Dharma 3
Ngaglik dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program binadiri ini
diberikan untuk anak agar mau menjaga kebersihan karena itu sebagian
dari iman. Menjaga kebersihan juga termasuk akhlak kepada diri sendiri
maupun lingkungan. Bu Ani menyatakan,
“Selalu menasehati anak-anak untuk selalu mejaga kebersihan diri
maupun lingkungan sekitar karena kebersihan sebagian dari iman.”76
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode nasehat yang diterapkan pada
program ini berupa penjelasan tentang suatu kebenaran. Nasehat
kebenaran akan menjaga kebersihan karena itu sebagian dari iman.
Nasehat yang terus menerus diberikan pada siswa oleh guru sangat
membantu siswa senantiasa dalam mengingat apa yang telah guru
nasehatkan ketika di sekolah meskipun, ingatan siswa tunagrahita tidak
sama dengan siswa pada umumnya karena adanya gangguan
kecerdasan.
h. Metode motivasi
Metode motivasi digunakan untuk memberikan apresiasi kepada
siswa untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Adapun metode
motivasi digunakan dalam program bina diri ini, yaitu:
1) Program bina diri makan dan minum
76 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
70
Metode motivasi diterapkan di SLB wiyata Dharma 3 Ngaglik
dengan memberikan semangat dan pujian kepada siswa dalam
melakukan sesuatu, serta apresiasi untuk meningkatkan kepercayaan
dirinya akan suatu pekerjaan yang telah dilakukan. pujian diberikan
dengan kata-kata baik untuk anak yang sudah bisa melafadzkan doa
sebelum makan dengan benar. Terkadang guru juga memberikan
apresiasi berupa makanan ringan. Bu ani, menyatakan,
“Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada anak
juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri.”77
“Memberikan tepuk tangan dan pujian sebagai apresiasi anak dapat
melafadzakan doa dengan benar”78
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”79
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa. Siswa tunagrahita berbeda dengan siswa pada umumnya yang
memiliki daya tangkap yang rendah dalam memahami sesuatu yang
disampaikan. Untuk itu, pentingnya memberikan motivasi dan apresiasi
pada siswa ketika bisa melakukan hal positif sekecil apapun agar
perberkembangan kepercayaan diri siswa terus berkembang. Selain itu
juga memberikan pujian dengan kata-kata baik untuk anak yang dapat
77 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020 78 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 79 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
71
menyebutkan macam-macam buah dan sayur. Terkadang guru juga
memberikan apresiasi berupa makanan ringan. Bu ani menyatakan,
“Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada anak
juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri.”80
“Memberikan pujian ketika anak dapat menyebutkan macam-macam
buah dan sayur”81
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”82
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa yang bisa menyebutkan macam-macam buah. Siswa tunagrahita
berbeda dengan siswa pada umumnya yang memiliki daya tangkap yang
rendah dalam memahami sesuatu yang disampaikan. Untuk itu,
pentingnya memberikan motivasi dan apresiasi pada siswa ketika dapat
melakukan hal positif sekecil apapun agar terus berkembang
kepercayaan diri yang ada pada dirinya.
2) Program bina diri membantu ibu didapur
Metode motivasi dalam program bina diri ini diterapkan dengan
memberikan semangat siswa dalam melakukan sesuatu seperti anak
sudah bisa membantu ibu di dapur saat di rumah dan meberikan pujian
80 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020 81 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 82 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
72
serta apresiasi untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. pujian yang
diberikan dengan kata-kata yang baik. Adapun apresiasi untuk anak-
anak terkadang guru memberikan makanan ringan. Adanya motivasi
akan membuat siswa semngat dalam melakukan hal-hal kecil yang bisa
dilakukan untuk dapat membantu ibu ketika dirumah. semangat
membantu ibu didapur ketika dirumah juga sebagai akhlak kepada orang
tua. Bu ani menyatakan,
“Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada anak
juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri.”83
“Memberikan pujian ketika anak sudah membantu ibunya dirumah
ketika ditanyakan kembali saat dikelas”84
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”85
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa yang sudah mencoba membantu ibunya ketika dirumah. Siswa
tunagrahita berbeda dengan siswa pada umumnya yang memiliki daya
tangkap yang rendah dalam memahami sesuatu yang disampaikan.
Untuk itu, pentingnya memberikan motivasi dan apresiasi pada siswa
83 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020 84 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 85 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
73
ketika dapat melakukan hal positif sekecil apapun agar terus
berkembang kepercayaan diri yang ada pada dirinya.
3) Perawatan diri
Metode motivasi yang diterapkan guru di sekolah dengan
memberikan semangat dan pujian siswa dalam melakukan sesuatu, serta
apresiasi untuk meningkatkan kepercayaan dirinya akan suatu pekerjaan
yang telah dilakukan seperti memberikan pujian dengan kata-kata yang
baik kepada anak yang sudah bisa mencuci tangan sendiri . Terkadang
guru juga memberikan apresiasi berupa makanan ringan. Dengan
adanya motivasi akan membuat siswa dapat bersemangat dalam
mengikuti program bina diri perawatan diri untuk mengembangkan
kemampuannya dalam merawat kebersihan diri. Bu ani menyatakan,
“Selalu memotivasi anak-anak dengan memberikan semngat kepada
anak juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri.”86
“Memberikan tepuk tangan dan pujian sebagai apresiasi anak dapat
mencuci tangan sendiri”87
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”88
86 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020 87 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 88 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
74
Merawat kebersihan diri merupakan akhlak pada diri sendiri.
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa yang sudah bisa memcuci tangan dengan sendiri. Tentunya siswa
tunagrahita berbeda dengan siswa pada umumnya yang memiliki daya
tangkap yang rendah dalam memahami sesuatu yang disampaikan.
Untuk itu, pentingnya memberikan motivasi dan apresiasi pada siswa
ketika dapat melakukan hal positif sekecil apapun agar terus
berkembang kepercayaan diri yang ada pada dirinya.
4) Pakaian dan berhias diri
Metode motivasi diterapkan disekolah dengan memberikan
semangat dan pujian siswa dalam melakukan sesuatu, serta apresiasi
untuk meningkatkan kepercayaan dirinya akan suatu pekerjaan yang
telah dilakukan seperti memberikan pujian untuk anak yang sudah bisa
menyisir dan memakai baju dengan benar. Terkadang guru juga
memberikan apresiasi berupa makanan ringan. Bu ani, menyatakan
“Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada anak
juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri. Memberi pujian
ketika anaknya dapat memakai baju dan menyisir dengan baik”89
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
89 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020
75
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”90
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa. Melalui motivasi diharap kesemangatan siswa terpacu untuk
bersemngat mengikuti program bina diri ini, sehingga kemampuan
mengurus diri dalam berpakaian dapat dikembangkan. Karena dengan
adanya program bina diri ini untuk membina siswa dapat berpakaian
sopan dan rapi. Adanya penampilan yang sopan dan rapi mencerminkan
akhlak pada diri sendiri dengan memperahatikan pakaian yang
dikenakannya untuk menutupi aurat. Siswa tunagrahita berbeda dengan
siswa pada umumnya yang memiliki daya tangkap yang rendah dalam
memahami sesuatu yang disampaikan. Untuk itu, pentingnya
memberikan motivasi dan apresiasi pada siswa ketika dapat melakukan
hal positif sekecil apapun agar terus berkembang kepercayaan diri yang
ada pada dirinya.
5) Sikap bersahabat
Metode motivasi yang diterapkan dengan memberikan semangat
dan pujian siswa dalam melakukan sesuatu, serta apresiasi untuk
meningkatkan kepercayaan dirinya akan suatu pekerjaan yang telah
dilakukan seperti memberikan pujian untuk anak ketika sedang
90 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
76
membantu teman. Terkadang guru juga memberikan apresiasi berupa
makanan ringan. Bu ani, menyatakan
“Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada anak
juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri. Memberi pujian
ketika anak-anak sedang saling membantu teman yang lain”91
“Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar percaya diri dan semngat
ya biasanya memuji anak dengan mengatakan kepada mereka kata-kata
positif seperti anak pintar, hebat, anak baik, anak rajin. Kadang diberi
snack kecil-kecilan sebagai bentuk apresiasi”92
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode motivasi yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan apresiasi sebagai reward bagi
siswa yang mau membantu temannya. Adanya motivasi diharapkan
siswa dapat terus percaya diri dan semangat dalam pembelajaran
program bina diri sikap bersahabat. Dengan adanya program bina diri
ini mengenalkan siswa akan sikap bersahabat dalam membangun
hubungan baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat, seperti sikap
saling tolong menolong dan bekerjasama. Tentunya dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak siswa tunagrahita berbeda dengan siswa
pada umumnya yang memiliki daya tangkap yang rendah dalam
memahami sesuatu yang disampaikan. Untuk itu, pentingnya
memberikan motivasi dan apresiasi pada siswa ketika dapat melakukan
hal positif sekecil apapun agar terus berkembang kepercayaan diri yang
ada pada dirinya.
91 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 26 agustus 2020
92 Hasil wawancara online oleh Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 26 Oktober
2020
77
i. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan metode yang menekankan guru
untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada muridnya tetang pelajaran
yang telah diajarkan kepada siswa-siswinya. Metode ini diterapkan pada
setiap akhir pembelajaran program bina diri, seperti :
1) Program bina diri makan dan minum
Metode tanya diterapkan pada setiap akhir pembelajaran
program bina diri sebagai evaluasi terhadap anak, dengan memberikan
pertanyaan sederhana yang berkaitan pada program bina diri yang
disampaikan, seperti menanyakan doa sebelum makan. Bu Ani dan Pak
Sapto menyatakan,
“Menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana sekali,
seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan.93setelah melatih anak utuk mebaca doanya, anak-anak
ditanya kembali lafadz doanya”94
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan
pada siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada. Siswa
tunagrahita memiliki kemampuan intelek dibawah rata-rata. Pada
93 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 94 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku guru agama pada tanggal 6 oktober 2020
78
umumnya anak tunagrahita ringan memiliki IQ sekitarr 55-69, sehingga
siswa tunagrahita mengalami kesukaran dalam berpikir abstrak namun,
masih dapat mengikuti mata pelajaran akademik. Untuk itu, guru
memberikan mereka pelajaran sederhana sesuai dengan
kemampuannya. Dengan adanya tanya jawab sebagai evaluasi siswa
dalam mengetahui pemahaman materi yang telah disampaikan seperti
bacaan lafadz doa yang ditanyakan kembali agar siswa mengingatnya
untuk berdoa terlebih dahulu sebelum makan. Dengan mengingat doa
sebelum sesudah makan, hal itu merupakan akhlak kepada Allah yang
tidak boleh dilupakan sebagai seorang muslim.
Selain itu juga pertanyaan sederhana yang diberikan berkaitan
dengan program bina diri yang disampaikan, seperti menanyakan
macam-macam buah dan sayuran. Bu Ani menyatakan,
“menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana
sekali, seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Seperti menanyakan kepada anak-anak nama-nama buah
dan sayuran95
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan
pada siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada.
95 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
79
Mengingat siswa tunagrahita memiliki kemampuan intelek dibawah
rata-rata.
Guru perlu menanyakan kembali dari apa yang telah
disampaikan sebagai evaluasi pembelajaran. adapun pertanyaan yang
dilontarkan cukup pertanyaan sederhana seperti yang telah dipaparkan
diatas. Dengan tanya jawab yang ada akan membantu ingatan siswa
tunagrahita dalam mengingat pelajaran yang telah disampikan, seperti
mengetahui macam-macam buah dan sayur yang baik untuk kesehatan
badan. Menjaga kesehatan badan juga termasuk hal yang harus
dilakukan setiap muslim sebagai bentuk akhlak pada diri sendiri.
2) Program bina diri membantu ibu didapur
Metode tanya jawab yang diterapkan pada setiap akhir
pembelajaran program bina diri ini sebagai evaluasi terhadap anak
dengan memberikan pertanyaan yang sederhana yang berkaitan dengan
program bina diri yang disampaikan, seperti menanyakan siapa yang
suka membantu orang tua dirumah.. Bu Ani menyatakan,
“menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana sekali,
seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan, seperti siapa yang suka membantu dirumah” 96
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan
96 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober 2020
80
pada siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada. Adanya
tanya jawab sebagai evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa yang
ada. Siswa tunagrahita memiliki kemampuan intelek dibawah rata-rata.
Pada umumnya anak tunagrahita ringan memiliki IQ sekitarr 55-69,
sehingga siswa tunagrahita mengalami kesukaran dalam berpikir
abstrak, namun masih dapat mengikuti mata pelajaran akademik. Untuk
itu guru memberikan mereka pelajaran dan pertanyaaan yang
sederhana sesuai dengan kemampuannya untuk mengingat kembali apa
yang telah disampaikan.
3) Perawatan diri
Metode tanya jawab diterapkan pada setiap akhir pembelajaran
program bina diri ini sebagai evaluasi terhadap anak dengan
memberikan pertanyaan yang sederhana berkaitan dengan program bina
diri yang disampaikan, seperti sebelum makan dan minum hendaknya
mencuci......., . Bu Ani menyatakan,
“menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana sekali,
seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Menanyakan sebelum dan sesudah makan hendaknya
.......(mencuci tangan). “97
97 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
81
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan pada
siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada. Adanya
pertanyaan tersebut, harapanya agar siswa mengingatnya dan mau
menerapkannya mencuci tangan sebelum makan. Karena hal itu sangat
penting untuk menghindari kuman-kuman ditangan sebagai bentuk
akhlak kepada diri sendiri.
Siswa tunagrahita memiliki kemampuan intelek dibawah rata-
rata. Pada umumnya anak tunagrahita ringan memiliki IQ sekitarr 55-
69, sehingga siswa tunagrahita mengalami kesukaran dalam berpikir
abstrak, namun masih dapat mengikuti mata pelajaran akademik. Untuk
itu guru memberikan mereka pelajaran dan pertanyaan yang sederhana
sesuai dengan kemampuannya.
4) Pakaian dan berhias diri
Metode tanya jawab diterapkan pada setiap akhir pembelajaran
program bina diri sebagai evaluasi terhadap anak dengan memberikan
pertanyaan yang sederhana yang berkaitan dengan program bina diri
yang disampaikan, seperti siapa yang sudah bisa menyisir rambut? . Bu
Ani menyatakan,
“menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana sekali,
seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
82
disampaikan. Pertanyaan itu seperti siapa yang sudah bisa menyisir
rambut” 98
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan pada
siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada. Harapanya
siswa tidak lupa untuk menyisir rambut agar terlihat rapi dipandang.
Menjaga kerapian dalam penampilan juga termasuk akhlak pada diri
sendiri. Seperti yang kita tahu siswa tunagrahita memiliki kemampuan
intelek dibawah rata-rata, sehingga siswa tunagrahita mengalami
kesukaran dalam berpikir abstrak, namun masih dapat mengikuti mata
pelajaran akademik. Untuk itu guru memberikan mereka pelajaran
yang sederhana sesuai dengan kemampuannya.
5) Sikap bersahabat
Metode tanya jawab diterapkan pada setiap akhir pembelajaran
program bina diri sebagai evaluasi terhadap anak dengan memberikan
pertanyaan yang sederhana yang berkaitan dengan program bina diri
yang disampaikan, . Bu Ani menyatakan,
“menerapkan metode tanya jawab yang masih sangat sederhana sekali,
seperti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
98 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober 2020
83
disampaikan. Biasanya anak ditanya siapa yang suka menolong teman
dan anak-anak menjawabny” 99
Berdasarkan pernyataan yang ada, metode tanya jawab yang diterapkan
pada program ini dengan memberikan pertanyaan yang dilontarkan pada
siswa dari apa yang telah dipelajari. Pertanyaan yang dilontarkan
tentunya sederhana atau ringan, tidak jauh dari materi yang telah
disampaikan dan sesuai dengan kemampuan siswa yang ada.
Pertanyaan yang dilontarkan juga memberikan semangat yang lain dan
mengajak untuk suka memolong orang lain sebagai bentuk akhlak
kepada orang lain. Siswa tunagrahita memiliki kemampuan intelek
dibawah rata-rata yang memiliki IQ sekitarr 55-69, sehingga siswa
tunagrahita mengalami kesukaran dalam berpikir abstrak, namun masih
dapat mengikuti mata pelajaran akademik. Untuk itu guru memberikan
mereka pelajaran dan pertanyaan yang sederhana sesuai dengan
kemampuannya. .
2. Faktor penghambat dan faktor pendukung penerapan metode penanaman nilai-
nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma
3 Ngaglik.
a. Faktor penghambat penerapan metode penanaman nilai-nilai akhlak pada
program bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Hambatan adalah suatu halangan atau rintangan. Hambatan
memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas
99 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
84
atau pekerjaan. Dimana suatu tugas atau pekerjaan tidak terselesaikan
apabila adanya hambatan yang tidak ditangani. Hambatan merupakan
suatu keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak
telaksana dengan baik. Setiap pribadi manusia memiliki hambatan dalam
hidupnya disaat menjalankan kehidupan sehari-hari. hambatan cenderung
bersikap negatif yang memperlambat laju dalam suatu hal yang dikerjakan
oleh seseorang.100 Oleh karena itu, dalam suatu hal yang dilakukan tidak
terlepas dari adanya hambatan, baik hambatan intenal maupun ekternal.
Berdasarkan hasil wawncara bersama kepala sekolah dan guru
agama dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program binadiri siswa
tungrahita di SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik memiliki hambatan dalam
pelaksanaanya baik dari internal maupun eksternal sekolah. Adapun
hambatanya adalah
1) Internal sekolah
Hambatan yang dialami guru dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak pada program binadiri adalah ketika minat atau mud anak
menurun, seperti anak tidak mau duduk dengan rapi dan berulah
semauanya, keinginan siswa yang ingin berrmain disekitar kelas,
sehingga mengalihkan fokus perhatianya dalam pembelajaran. adapun
upaya guru mengatasi hal ini tidak semudah seperti siswa pada
umumnya. Terlebih siswa tunagrahita adalah anak yang memiliki daya
100 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta,
2010), hlm . 15.
85
tangkap yang kurang dalam menerima informasi atau perintah yang ada.
Hal itu disebabkan karena mereka memiliki intelektual yang dibawah
rata-rata, sehingga mengganggu kecerdasannya. Solusi dari hambatan
yang ada guru mengikuti kemauan anak dengan tetap mengarahkan agar
tujuan pemebelajaran tercapai. Selain itu juga adanya jumlah guru yang
terbatas sehingga berimbas pada waktu pembelajaran yang sangat minim.
setiap guru harus ikut terjun berpartisipasi untuk menghandel dalam
sebuah pembelajaran Bu ani menyatakan bahwa,
Yang menjadi penghambat dalam penerapan program binadiri disekolah
adalah minat atau mud yang naik turun pada siswa tunagrahita itu sndiri,
seperti anak tidak mau duduk dikursi saat pembelajaran program bina diri
berlangsung, terkadang anak teralihkan kefokusannya dengan suatu hal
yang lain, seperti suka bermain. Solusi untuk hambatan tersebut guru
mengikuti mud si anak dengan catatan tetap mengarahkannya agar
program bina diri yang diterapkan tetap berjalan dan dapat
mengembalikan fokus siswa. Jumlah guru yang sedikit, sehingga semua
guru harus ikut serta dalam menangani anak pada saat pembelajaran bina
diri karena waktu yang terbatas101
2) Ekstenal sekolah
Hambatan eksternal yang dialami guru dalam menanamkan nilai-
nilai akhlak pada program binadiri adalah adanya beberapa orang tua
yang sibuk, sehingga tidak dapat secara maksimal ikut serta membantu
dalam menjalankan program bina diri dengan mengarahkan anak-
anaknya saat dirumah. Karena keberhasilan suatu program bina diri atau
pembelajaran disekolah juga perlunya partisipasi kedua orangtua dalam
101 Hasil wawancara Bu Ani pada tanggal 26 agustus 2020
86
mendidik anaknya saat dirumah tidak hanya guru saja ketika disekolah.
pak sapto menyatakan,
“Adanya hambatan eksternal adalah segi orang tua yang tidak
mendukung dengan tidak ikut berkontribusi dalam mengarahkan anak-
anaknya ketika dirumah, karena apabila orang tua ikut mnegarahkan
anak-anaknya, maka anak juga dapat lebih cepat untuk memahami dan
mempraktekanya. Alangkah baiknya guru dan orang tua bekerjasama
dalam mendidik anaknya untuk perkembangan si
anak.”102
b. Faktor Pendukung penerapan metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program
bina diri siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Dalam pelaksanaan program bina diri dengan nilai-nilai akhlak selain ada
hambatan yang ada namun juga ada faktor pendukung berjalanya program binadiri
di SDLB Wiyata Dharma 3 Nganglik, yaitu
1) Adanya prasarana yang memadai.
Sarana prasarana yang memadai membantu berjalanya proses
pembelajaran bina diri disekolah, seperti adanya Gedung dan kelas sebagai ruang
pembelajaran proram binadiri, adanya kamar mandi sebagai tempat praktek
gosok gigi dan cuci tangan, adanya perpustakaan yang memadai seperti adanya
buku panduan khusus bina diri, , adanya ruangan keterampilan sebagai tempat
penyimpanan alat penunjang kebutuhan program bina diri seperti : peralatan
makan, minum, peralatan memasak (dapur) dan alat-alat kebersihan. Adapun
fasilitas lainya juga menunjang kebutuhan program bina diri seperti adanya
102 Hasil wawancara dari Pak Sapto 8 september 2020
87
fasilitas kesenian, olahraga, dan ruang UKS sehingga mempermudah berjalanya
proses pembelajaran khususnya program bina diri yang ada disekolah.
2) Adanya dukungan orang tua yang tinggi
Pentingnya dukungan orang tua yang tinggi dalam menjalankan program
bina diri ini, karena peran orang tua yang begitu penting saat mendidik anaknya
dirumah. Kerjasama guru dan orang tua yang baik akan membuahkan hasil dari
pelaksanaan program bina diri untuk kemandirian seorang anak dengan nilai-
nilai akhlak. Bu Ani, menyatakan
“Dukungan orang tua itu penting karena anak lebih dekat dengan orang tua,
sehingga memepngaruhi proses pembelajaranya. Anak belajar tidak hanya
disekolah, namun juga dirumah dengan bantuan orang tua”103
Untuk itu dalam kesuksesan pelaksanaan program bina diri pada siswa tidak lain
karena adanya dukungan sosial orang tua sebagai bentuk perhatian dan
kepedulian orang tua pada anaknya dengan adanya partisipasi dan peran aktif
orang tua dalam mengikuti pertemuan wali murid yang diadakan sekolah guna
membahas dan menyampaikan perkembangan anak disekolah maupun dirumah.
Bu Ani menyatakan,
“Guru dan orang tua sama-sama saling mendukung untuk menjalankan program
bina diri dengan adanya saling berkoordinasi antara sekolah dan orang tua degan
adanya pertemuan wali murid, selain itu juga pentingnya peran aktif orang tua
dalam hal menginformasikan perkembangan anak dirumah dan orang tua ikut
andil dalam membiasakan anak untuk menjaga kebersihan dan menerapkan
program bina diri lainya yang telah guru ajarkan disekolah dengan nilai-nilai
103 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020
88
akhlak yang ditanamkan pada program itu, seperti menuntun anak membaca doa
sebelum makan ketika dirumah agar terbiasa ”104
Petemuan wali diadakan setiap awal semester dengan presentase kehadiran
orang tua sekitar 80 %. Adapun untuk orang tua yang belum bisa hadir, bisa
menemui guru secara langsung dihari lain atau orang tua diinformasikan melalui
grup whatsaaps wali murid akan hasil rapat koordinasi orang tua dan guru. Pak
Sapto menyatakan,
“sekolah mengadakan rapat dengan orang tua biasanya tiap awal semester.
Biasanya ada presensi kehadiran, kira2 dari orang tua yang hadir 80 persenan
kurang lebih segitu. Yang tak hadir biasanya menyesuaikan, bisa hadir dihari
lain kesekolah atau dapat info dari guru atau wali lainnya atau hasil pertemuan
dishare digrup wa”105
Orang tua memberikan dukungan moral pada anak-anaknya ketika dirumah
dengan memberikan contoh perilaku atau uacapan yang baik seperti orang tua
memberi contoh makan dan minum sambil duduk, serta berbicara pada anak
dengan kata-kata yang baik dan nada tidak tinggi. dengan adanya dukungan
moral dalam keluarga akan tertanamkan pada siswa moral yang baik, sehingga
siswa akan berperilaku baik dan sopan. pak Sapto menyatakan,
“peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan moral pada
anak, karena dengan moral yang baik, anak juga akan berperilaku baik. tentunya
tingkahlaku anak akan mencontoh sikap dan ucapan yang orang tua ajarkan
dirumah. ya....setidaknya dukungan moral dirumah, orang tua berkata-kata baik
104 Hasil wawancara online oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober
2020 105 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku kepala sekolah pada tanggal 26 oktober
2020
89
dan tidak dengan bernada tinggi serta memberi contoh adab makan yang benar
seperti makn minum sambil duduk”106
3) Adanya antusias siswa yang tinggi
Antusias siswa yang tinggi saat mud sedang naik, sangat penting dalam
proses pembelajaran bina diri, sehingga mempermudah anak untuk dapat
menerima pembelajaran program bina diri. Tingginya antusias siswa dapat
dilihat dari sikap siswa yang sudah berada di kelas sebelum pembelajaran
program bina diri, sudah mempersiapkan peralatan tulis dan membawany dari
rumah, mau memperhatikan dan mengikuti arahan guru ketika guru meminta
siswa untuk mempraktekan program bina diri dengan bantuan guru, seperti
praktek cara gosok gigi, mencuci tangan, memasak, makan minum dengan
benar, menyapu dan mengepel. Selain itu, siswa juga menyimak buku dengan
tenang saat guru menjelaskan dikelas dan mengerjakan tugas ringan yang
diberikan guru seperti melaksanakan jadwal piket atau menjawab pertanyaan
sederhana guru sebagai bentuk evaluasi. Bu ani dan Pak Sapto menyatakan,
“Anak-anak sangat antusias saat mengikuti pembelajaran program bina diri,
walaupun terkadang mud anak naik turun namun, mereka masih mau mengikuti
aba-aba dari guru.”107
“antusias anak-anak yg terlihat ya biasanya klo dikelas ketika guru menjelaskan
anak-anak ikut menyimak dengan tenang mau memperhatikan dan mengikuti
arahan guru saat praktek program bina diri seperti gosok gigi, cuci tangan,
masak, cara makan minum, mengepel, dan menyapu dengan baik, sebelum
106 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku kepala sekolah pada tanggal 26 oktober
2020
107 Hasil wawancara oleh Bu Ani selaku kepala sekolah pada tanggal 5 oktober 2020
90
pembelajaran dimulai anak-anak sudah berada dikelas semua, masing-masing
anak telah mempersiapkan dan membawa alat tulis dari rumah”108
108 Hasil wawancara online dari Pak Sapto selaku kepala sekolah pada tanggal 27 oktober
2020
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri siswa tunagrahita
di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik adalah metode ceramah, teladan,
pembiasaan, latihan, demostrasi, tugas, motivasi, nasehat, dan tanya jawab
yang diterapkan pada program bina diri, seperti : program bina diri makan dan
minum, membantu ibu di dapur, perawatan diri, berpakaian dan berhias diri,
sikap bersahabat, dan keindahan ruangan rumah tangga dan sekitarnya.
Adapun nilai-nilai akhlak yang ditanamkan pada program bina diri siswa
tunagrahita adalah akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia yang
meliputi akhlak kepada orang tua, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak
kepada lingkungan sekitar.
2. Faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai akhlak pada program bina diri
siswa tunagrahita di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik dari segi Internal sekolah
adalah adanya minat dan mud siswa yang naik-turun. Sedangkan, dari segi
ekstenal sekolah yaitu adanya beberapa orang tua yang sibuk, sehingga tidak
dapat secara maksimal ikut serta membantu dalam menjalankan program bina
diri dengan mengarahkan anak-anaknya saat dirumah. Adapun faktor
pendukung yaitu adanya prasarana yang memadai, dukungan orang tua baik
sosial ataupun moral, dan antusias siswa yang tinggi.
92
B. Saran
1. Bagi kepala sekolah SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Hendaknya kepala sekolah mempertimbangkan penambahan kuota guru
melihat terbatasnya jumlah guru yang ada agar dapat menjalankan program
sekolah secara maksimal.
2. Bagi guru agama SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Untuk mengembangkan kreativitas pengelolaan kelas agar dapat
menimbulkan suasana yang selalu berubah, sehingga semngat belajar anak
meningkat. Hendaknya guru terus tetap semangat pantang menyerah
memberikan motivasi kepada siswa agar tidak berkecil hati karena tidak sama
dengan siswa pada umumnya.
3. Bagi orang tua siswa SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
Hendaknya orang tua bersabar dan terus selalu memberi dukungan yang
terbaik untuk perkembangan anaknya dengan selalu mengarahkan dan
memberikan perhatian dalam kondisi sesibuk apapun ketika dirumah.
93
DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, 2009, Bina Diri SDLB Tunagrahita Ringan, Yogyakarta : Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Asnawari, 2019, Permasalahan Psikolsosial Keluarga Dengan Anak Tunagrahita Di
SLBN 02 Jakarta Selatan, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Aspevts In Early Childhood Education, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol. 2, No. 2.
Burhan, Nurul Zakiah, 2018, Pengaruh Islamic Flashcard Terhadap Kemapuan
Interaksi Sosial dan Pengetahuan Keagamaan pada Anak Tunagrahita,
Makassar : UIN Alauddin.
Busani, Muh, 2012, Pembelajaran Bina Diri Pada Anak Tungrahita Ringan”, Jurnal
Pendidikan Khusus, Vol. IX No. 1.
Desiningrum, Dinie Ratri, 2016, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusu, Yogyakarta
: Psikosain.
Dewi, Clara Fransiska, 2017, Gaya Belajar Anak Tunagrahita Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas VI SDLB Di SLB C Dan CI Yakut
Purwokerto”, Purwokerto : IAIN.
Emil Kurniawan, 2012, Pengaruh Program Binadiri Terhadap Kemandirian Anak
Tunagrahita, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. V, No.2.
Fauziddin , Moh dan Mufarizuddin, Useful Of Clap Hand Games For Optimalize
Cogtivite.
Gunawan, Heri, 2012, Penddikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung :
Alfabeta.
Hadist Shahih Muslim, No. 4651- kitab berbuat baik, menyambut silaturahmi dan
adab, diakses dari web hadits indonesia
https://www.hadits.id/hadits/muslim/4651 .
Heryana, Ade, 2018, Informan dan Pemilihan Informan dalam Peneltian Kualitatif.
Jurnal ResearchGate.
Hidayah, Nur, 2016, Model Pembelajaran Yang Efektif Bagi Siswa Tunagrahita Di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Bintara Campurdarat
Tulungagung, Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.
94
Ida , dkk., 2020, Tradisi Spiritual di Pasraman Seruling Dewata Banten Tabanan
Provinsi Bali, Bandung : Nilacakra.
Kurniawati, Etik, 2017, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Tunagrahita
Dalam Pendidikan Vokasional, Jurnal penelitian, Vol. 11, No. 2.
Lisinus, Rafael dan Pastria Sembiring, 2020, Sebuah Prespektif Bimbingan dan
Konseling Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus. Medan : Yayasan Kita
Menulis.
Marginingsih, Nur Hidayah, 2019, Penggunaan Media Pembelajaran PAI Bagi
Anak Tunagrahita Kelas VI di SLB Negeri Boyolali Tahun Pelajaran
2018/2019, Surakarta : IAIN.
Nazilah,Kunut, 2017, Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan
Melalui Metode Bermain Peran Di Sekolah Luar Biasa Yapenas Unit II
Sleman, Yogyakarta : UNY.
Nizar,Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers.
Nurhayati,Eti, 2015, Penanaman Nilai-Nilai Keislaman bagi Anak Usia Dini (Studi
Kasus di RA Al-ishlah Bobos-Cirebon), Cirebon : IAIN Syekh Nurjati.
Nudin, Burhan, 2020, Konsep Pendidikan Islam Pada Remaja, Literasi Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 11, No. 1.
Putri, Ni Luh, 2014, Model Pembelajaran Keterampilan Bina Diri bagi Anak Usia
Dini Tunagrahita, Jurnal Parameter, Vol. 25, No. 2.
Ramayulis,2005, Metode Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Rijali, Ahmad, 2018, Analisis Data Kualitatif, Alhadhrah, Vol. 17 No. 33.
Sari, Okatavia Alfita Sari dan Wesiana Heris Santy, 2017, Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Tunagrahita
Di SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo, Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2.
Sari, Tria Puspita, dkk., 2016, Implementasi Metode Demspter-Shafer Dalam
Sistem Pakar Diagnosa Anak Tunagrahita Berbasis Web, Jurnal Rekursif,
Vol. 4 No.1.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D), Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
95
Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
alfabeta.
Supena, Asep, 2017, Model Pendidikan Inklusif Untuk Siswa Tunagrahita Di
Sekolah Dasar, Jurnal Prameter,Vol. 29, No. 2.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, 2017, Pedoman Penulisan Skripsi,
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam,
Unversitas Islam Indonesia, Yogyakarta: Islamic-education.uii.ac.id, Cet-1.
Tono, Sidik, dkk., 1998, Ibadah dan Akhlak Dalam Islam, yogyakarta : UII Press.
Usman, Basyiruddin, 2002, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Press.
Walgito, Bimo, 2010, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Penerbit Andi
Yogyakarta.
Walidin, Warul, dkk., 2015, Metodelogi Peneltian Kualitatif & Grounded Theory.
Aceh : FTK Ar-Raniry Press.
Wulandari, Lina Mei, dkk., 2019, Pelaksanaan Program Binadiri Bagi Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi, Jurnal Ortopedagogia, Vol. 5,
No. 1.
Zaka,Qodli, 2016, Minat Siswa Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Dalam
Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SLB-C Yayasan
Pendidikan Luar Biasa Demak Tahun 2016, Semarang : UNNES.
Zuhairini,dkk., 1992, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Akasara.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Transkip Wawancara
Wawancara pertama
A. Identitas informan
1. Nama Informan : Bu Ani Supriyati, S.Pd.
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Jabatan : Kepala Sekolah SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
B. Waktu dan Tempat Wawancara
1. Waktu : 26 Agustus 2020
2. Tempat : Perpustakaan
C. Keterangan
1. P: Peneliti
2. I : Informan
NO
WAWANCARA
1. P Bagaimana awal sejarah berdirinya SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik?
I “Awal-awalnya sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang ada untuk anak-anak yang membutuhkan, dalam
artian anak yang tidak seperti anak-anak lainya. Sekolah mulai
didirkan sekitar tahun 1970 kurang lebih ya sekitar sudah 40 tahun
lebih. Mungkin lengkapnya bisa dilihat di file profil sekolah mba.”
2. P Apa program bina diri itu ?
I “Program bina diri itu program khusus untuk tunarahita yang
dikelompokan sesuai kemampuan anak baik ringan maupun sedang.”
3. P Bagaimana latar belakang adanya program bina diri di sekolah ini?
I “Yang melatarbelakangi diterapkan program bina diri itu karena
kebutuhan anak tunagrahita sendiri yang perlu diajarkan untuk
membina atau merarawat diri serta berkomunikasi.”
4. P Apa tujuan diterapkannya program bina diri di sekolah?
I “Tujuan dari program bina diri disekolah untuk membentuk
kemandirian siswa tunagrahita agar mandiri dan tidak terus
bergantung, merepotkan orang disekitarnya mulai dari mengurus
dirinya sendiri seperti makan, minum, merawat diri, selain itu juga
memberikan bekal keterampilan sesuai kemapuan siswa tungarahita,
seperti menjahit, mengecet, bercocok tanam sehingga dapat
bermanfaat dimasyarakat nantinya.”
5. P Apa saja program bina diri yang ditrapkan di sekolah?
97
I “Program bina diri yang diterapkan di SDLB untuk anak tungrahita
seperti pembinaan diri utuk merawat diri sendiri, yaitu makan dengan
mengunakan sendok, minum, menjaga kebersihan, mengancingkan
baju. Program bina diri yang diterapkan di SMPLB diberikan
keterampilan seperti pertanian, tatabusana, tataboga. Program bina
diri yang diterapkan di SMALB kurang lebih sama seperti yang
diberikan di SMPLB yaitu pertanian, tatabusana, tataboga dan
bedanya hanya ada pada kemampuan siswa itu sendiri. program
binadiri yang diterapkan pada anak tunagrahita sedang kurang lebih
sama dengan anak tunagrahita ringan, baik SDLB,SMPLB,SMALB
masing-masing dilihat kemampauannya”
6. P Apa saja persiapan yang dilakukan sekolah dalam menerapkan
program bina diri untuk anak tungrahita ?
I “Persiapan yang dilakukan sekolah dalam menerapkan program bina
diri siswa tunagrahita yaitu pendaftaran siswa dengan adanya syarat
berkas berupa hasil tes psikologi dari puskesmas guna
pengelompokkan kelas sesuai pada kmampuannya, selain itu juga
adanya assesment yang dilakukan guru berupa observasi dikelas untuk
mengetahui kemampuan dan kebutuhan anak tungrahita.”
7. P Apakah dalam penerapan program binadiri untuk anak tunagrahita di
sekolah menggunakan kurikulum khusus yang dikembangkan sendiri
oleh sekolah ?
I “Dalam penerapan program binadiri untuk anak tunagrahita disekolah
menggunakan kurikulum 2013 dan modifikasi materi yang
dikembangkan sendiri oleh sekolah, materi suddisesuaikan dengan
kemapuan siswa yang ada disekolah “
8. P Apakah penerapan program bina diri pada anak tungrahita sudah
sesuai dengan ketentuan kurikulum yang digunakan ?
I “penerapan program bina diri pada anak tungrahita sudah sekitar 70-
80% sesuai dengan ketentuan kurikulum yang digunakan”
9. P Apakah semua guru berperan dalam menerapkan program binadiri
pada anak tunagrahita?
I “Tidak, dari jumlah guru 15 orang yang berperan dalam menerapkan
program binadiri pada anak tunagrahita ada 12 orang, sisany
memegang anak tunarungu”
98
10. P Menurut ibu, apakah penting menerapkan program binadiri pada anak
tunagrahita dengan nilai-nilai islami?mengapa?
I “Sangat penting sekali karena menerapkan program binadiri pada
anak tunagrahita dengan nilai-nilai islami akan menanamkan anak
untuk berperilaku islami.”
11. P Sejauh mana dan bagaimana menerapkan nilai-nilai keislaman pada
progra bina diri untuk anak tunagrahita ? apakah ada cara / metode
tersendiri dari guru maupun pihak sekolah ?
I “Sejauh ini penerapan nilai-nilai keislaman pada progra bina diri
untuk anak tunagrahita bahkan untuk ketunaan yang lain yaitu
membiasakan shalat duha dan dhuhur secara berjamaah dengan guru-
guru yang lain.”
12. P Apakah semua guru bidang studi wajib menerapkan nilai-nilai
keislaman dalam pembelajaran dikelas ?
I “Wajib untuk semua guru bidang studi dalam menerapkan nilai-nilai
keislaman dalam pembelajaran dikelas seperti salam dan doa sblm
belajar, memberikan contoh yang baik untuk siswanya.”
13. P Menurut ibu apakah anak sudah mencerminkan niai-nilai keislaman
dalam perilakunya khususny anak tunagrahita ? contohnya?
I anak sudah mencerminkan niai-nilai keislaman dalam perilakunya
disekolah seperti sapa, salam, sopan terhadap guru, siswa-siswi
memakai pakaian dengan sopan, rapi dan yang putri memakai
kerudung.
14. P Apa saja pendukung penerapan program bina diri di SLB Wiyata
Dharma 3 Ngaglik ?
I “Sarana prasrana yang memadai, seperti kelas, mushola,
perlengkapan shalat, tempat wudhu, kamar mandi, alat2 untuk
keterampilan tata boga dan busana”
15. P Apa saja faktor penghambat penerapan program bina diri di SLB
Wiyata Dharma 3 Ngaglik ?
I “Yang menjadi penghambat dalam penerapan program binadiri
disekolah adalah minat atau mud yang naik turun pada siswa
tunagrahita itu sndiri, seperti anak tidak mau duduk dikursi saat
pembelajaran program bina diri berlangsung, terkadang anak
teralihkan kefokusannya dengan suatu hal yang lain, seperti suka
99
bermain. Jumlah guru yang sedikit, sehingga semua guru harus ikut
serta dalam menangani anak pada saat pembelajaran bina diri karena
waktu yang terbatas.”
16.
P Adakah solusi yang telah sekolah atau guru lakukan untuk mengatasi
kendala tersebut ?
I Solusi untuk hambatan tersebut guru mengikuti mud si anak dengan
catatan tetap mengarahkannya agar program bina diri yang diterapkan
tetap berjalan dan dapat mengembalikan fokus siswa.
17.
P Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan program binadiri pada
anak tungrahita ?
I “Tingakatan keberhasilan penerapan program binadiri pada anak
tungrahita bisa dilihat dalam perkembangan kemapuan si anak,
apabila anak sudah bisa pada mumpuni pada kelas level itu maka,
anak akan dinaikan pada level selnjutnya”
18. P Metode apa saja yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
islam?
I “Macam-macam mba, ada pembiasaan, pemberian nasehat, motivasi,
demonstrasi, latihan, ceramah untuk menyampaikan pelajaran, tanya
jawab sederhana, belajar diluar kelas”
19. P Seperti apa motivasi yang diberikan pada anak-anak?
I “Selalu memotivasi anak-anak dengan meberikan semngat kepada
anak juga pujian sebagai reward agar anak lebih percaya diri.”
100
Wawancara Kedua
D. Identitas informan
1. Nama Informan : Bu Luthfiatul Latifah, S.Pd.
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Jabatan : Guru Agama SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
E. Waktu dan Tempat Wawancara
1. Waktu : 28 Agustus 2020
2. Tempat : Ruang guru
F. Keterangan
1. P: Peneliti
2. I : Informan
NO
WAWANCARA
1. P Apa tujuan pendidikan agama islam untuk anak-anak disekolah?
I “tujuannya y meningkatkan kualitas anak dalam aspek keimanan dan
ketaqwaan, menamankan nilai-nilai akhlak , menumbuhkan karakter
religius, kurang lebih seperti itu”
2. P Apakah penting menanamkan nilai-nilai keislaman pada program
bina diri siswa tungrahita?
I “Penting sekali, dengan adanya nilai-nilai islam sebagai pondasi anak
supaya tidak berperilaku yang tidak-tidak. Mengajarkan anak untuk
berperilaku islami”
3. P Nilai-nilai keislaman apa saja yang dapat di tanamkan pada program
bina diri siswa tungrahita?
I “Nilai-nilai akhlak, seperti mengajarkan anak tatacara dan adab
makan minum, menjaga kebersihan diri. Keimanan dan ibadah juga
dengan anak diajarkan tatacara shalat, dibiasakan shalat jamaah”
4. P Metode apa yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai keislaman
pada program bina diri siswa tunagrahita?
I Biasany yang dgunakan ya metode pembiasaan, latihan, demostrasi,
ceramah.
5. P Harapan apa saja yang diinginkan dari penanaman nilai-nilai
keislaman pada program bina diri siswa tunagrahita ?
6. I Harapanya menjadikan anak memiliki keteguhan iman, berperilaku
baik dan islami
7. P Bagaimana respon siswa saat program bina diri berlangsung?
101
I Sangat antusias siswa dalam mengikuti program bina diri di sekolah
8. P Apakah ada kendala saat menanamkan nilai-nilai keislaman pada
program bina diri siswa tunagrahita ?
I Kendalanya ya dari anak-anak sendiri yang kadang tidak mud belajar
terlebih juga mereka tidak sama seperti pada umunya.
9. P apa saja yang mendukung berjalanya penanaman nilai-nilai keislaman
pada program bina diri siswa tunagrahita ?
I Adanya fasilitas yang memadai, seperti mushala, mukena, kamar
mandi.
10. P Kapankah guru melakukan evaluasi
I Setiap satu semester sekali
102
Wawancara Ketiga
G. Identitas informan
1. Nama Informan : Sapta Wibawa, S. Ag.
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Jabatan : Guru Agama SLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik
H. Waktu dan Tempat Wawancara
1. Waktu : 8 September 2020
2. Tempat : Ruang Guru
I. Keterangan
1. P: Peneliti
2. I : Informan
NO
WAWANCARA
1. P Nilai-nilai islam apa saja yang ditanamkan pada siswa tunagrahita di
sekolah?
I “nilai-nilai islam yang diberikan kepada anak-anak berupa aqidah,
akhlak, ibadah. Anak-anak diajarkan tata cara shalat, wudhu,
tayamum.”
2. P Metode apa yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai islam
pada anak tunagrahita ?
I a) Metode teladan
Guru-guru memebrikan contoh perilaku yang semstinya sesuai
dengan nilai-nilai islam
b) Metode pembiasaan
Melakukan pembiasaan seperti shalat duha berjamaah, mengucap
salam, berdoa sblm makan minum dengan cara mengulang-ulang
c) Metode nasehat
Selalu meberikan nasehat apabila anak melakukan kesalahan dan
memberi tahu akibat dari kesalahan itu agar anak tindak
mengulanginya.
d) Metode motivasi
103
Selalu meberikan semngat kepada anak juga pujian agar anak lebih
percaya diri.
e) Metode hukuman
Sejauh ini tidak menggunakan hukuman, hanya saja lebih
memberikan nasehat
f) Metode ceramah
Menggunakan metode ceramah dan menyangkan video untuk anak
tungahita dalam mengajarkan shalat, wudhu
g) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab yang diterapkan masih sangat sederhana
sekali.
h) Tugas
Memberikan tugas ringan untuk dirumah seperti mengajurkan anak
untuk membantu ibu dirumah mengupas bawang dirumah lalu
ketika diseolah dintayakan kembali oleh guru
i) Metode demonstrasi
Mendemostrasikan apa yang disampaikan misalnya wudhu
j) Mengajar beregu
Disesuaikan kemampuan anak, sehingga guru mudah menghandel
k) Metode latihan
Selalu memberi latihan keteramiplan sesuai kemampuan si anak
l) Metode karya wisata
104
Sekolah mengadakan outing class ke museum, belajar diluar kelas
dengan jalan-jalan untuk mengenalkan alam ciptaan Tuhan
sekaligus mentaddaburi
3. P Apa hambatan yang dialami dari segi internal ?
I “hambatannya terntunya dari anak-anak sendiri. Anak kadang tidak
fokus karena naik turunnya md anak dalam belajar.”
4. P Apa hambatan yang dialami dari segi eksternal?
I “Adanya hambatan eksternal adalah segi orang tua yang tidak
mendukung dengan tidak ikut berkontribusi dalam mengarahkan
anak-anaknya ketika dirumah, karena apabila orang tua ikut
mnegarahkan anak-anaknya, maka anak juga dapat lebih cepat untuk
memahami dan mempraktekanya. Alangkah baiknya guru dan orang
tua bekerjasama dalam mendidik anaknya untuk perkembangan si
anak.”
5. P Bagaimana respon siswa saat program bina diri berlangsung?
I “Antusias, mau mengikuti arahan guru”
6. P Apakah ada kendala saat menanamkan nilai-nilai keislaman pada
program bina diri siswa tunagrahita ?
I “Kendalanya kefokusan anak teralih dengan sesuatu yang lain”
105
Wawancara daring melaui via whaatsaap
Wancara daring dilakukan penulis untuk menggali informasi lebih mendalam.
Wawancara dialakukan dengan waktu yan g berbeda-beda.
Keterangan
P: Peneliti
I : Informan
WAKTU
WAWANCARA
INFORMAN
4 oktober
2020
P Apa saja program bina diri di yang diterapkan
di SDLB Wiyata Dharma 3 Ngaglik?
Bu Ani
I Bermacam-macam, kegiatannya lebih pada
mengurus diri. makan minum, perawatandiri,
berhias, berpakaian.
P Apakah ada buku pedoman program bina diri
bu? Apa boleh dipinjam?
I Tentu ada, silahkan mba
5
Oktober
2020
P Bagaimana motivasi yang biasa diberikan siswa
saat proses pembelajaran bina diri?
I “Memberikan tepuk tangan dan pujian sebagai
apresiasi anak dapat melafadzakan doa dengan
benar”
P Bagaimana metode tanya jawab yang
diterapkan?
I “Menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan.
P Bagaimana metode ceramah yang digunakan
pada program bina diri membantu ibu di dapur
I “diprogram ini kita mengajarkan anak-anak
untuk dapat melakukan hal-hal yang
bermanfaat dan sekiranya bisa dilakukan sesuai
dengan kemapuan anak untuk dapat membantu
ibu dirumah yang bertujuan untuk
menunjukkan anak cara berbakti kepada orang
tua salah satunya adalah dengan membantu ibu
didapur. dari situ anak-anak terlebih dahulu
diberi pemahaman untuk berbakti kepada
orang tua dan cara berbakti kepada orang tua
bisa dengan membantu ibu di dapur, seperti :
mebantu memasak mulai dari mencuci dan
mengiris sayuran, mengupas bawang dan
106
menggoreng tempe. Itu semua kita ajarkan satu
pesatu”
P Bagaimana metode latihan yang digunakan
pada program bina diri membantu ibu di dapur?
I “Dalam mengajarkan anak-anak bagaimana
tatacara mencuci dan mengiris sayuran,
mengupas bawang dan menggoreng tempe
dengan benar anak-anak juga diminta untuk ikut
memperaktekannya dengan pengawasan dan
bantuan guru sebagai bentuk latihan untuk anak-
anak.”
P Bagaimana metode penugasan yang digunakan
pada program bina diri membantu ibu di dapur?
I “Sejauh ini dalam penugasan yang diberikan ke
anak-anak cukup ringan, seperti meminta anak
untuk membantu mengupas bawang ibu
dirumah, membantu bersih2 sesuai dengan
kemampuan anak masing-masing namun
penugasan ini tidak dipaksakan.”
P Motivasi yang diberikan seperti seperti apa ?
I “Memberikan pujian ketika anak sudah
membantu ibunya dirumah ketika ditanyakan
kembali saat dikelas”
P Metode tanya jawab seperti apa yang
diterapkan?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan, seperti siapa yang suka
membantu dirumah”
P Bagaimana metode ceramah yang digunakan
pada program bina diri makan dan minum?
Bu Ani
I “Dalam program bina diri makan dan minum,
selain mengajari anak-anak adab dan tatacara
makan dan minum, anak-anak kita beri
pemahaman untuk dapat memilih makanan dan
minuman yang baik untuk dikonsumsi dengan
menunjukkannya baik secara langsung atau
107
gambar seperti, buah-buhan, sayuran, dan air
putih
P Motivassi seperti apa yang diberikan kepada
siswa dalam program bina diri makan dan
minum?
I “Memberikan pujian ketika anak dapat
menyebutkan macam-macam buah dan sayur”
P Metode tanya jawab seperti apa yang
diterapkan?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Seperti menanyakan kepada
anak-anak nama-nama buah dan sayuran
P Bagaimana metode ceramah untuk penanaman
nilai-nilai akhlak diri sendiri pada program bina
diri perawatan diri ?
I “Pada bina diri perawatan diri mengajarkan
anak untuk bisa mengurus dirinya sediri
terutama dalam menjaga kebersihan diri berupa
anggota badan, seperti : kebersihan badan, gigi
, tangan dan kaki, muka, rambut, kuku.
Sebelum mengajarkan bagaimana tatacara
untuk membersihkanya, terlebih dahulu anak-
anak diberi pemahaman tentang pentingnya
menjaga kebersihan untuk kesehatan.
P Bagaimana metode demonstrasi diterapkan?
I Setelah itu baru mengajarkan satu persatu
tatacara membersihkan kebersihan badan, gigi ,
tangan dan kaki, muka, rambut, kuku dengan
cara memberi contoh dan mendemostrasikan
urutan tata caranya
P Metode latihan yang diterapkan seperti apa ?
I Kemudian setelah mendemostrasikan,
mengajak anak untuk mempraktekanya
bersama-sama, namun guru tetap memberi
arahan pada masing-masing individu secara
bergantian. Memebrsihkan badan dan rambut
bisa dipraktekan dalam rangkaian mandi ketika
dirumah dengan bantuan orang tuanya masing-
masing.
108
P Bagaimana untuk pembiasaanya ?
I untuk pembiasaannya perlunya bantuan orang
tua ketika dirumah, seperti mencuci tangan
sebelum makan dan minum, orang tua
mengajak anak untuk menggosok gigi sebelum
tidur, membasuh tangan, muka dan kaki ketika
kotor tidak hanya ketika mandi saja dengan
menggunakan sabun.”
P Seperti apa motivasi yang diberikan?
I “Memberikan tepuk tangan dan pujian sebagai
apresiasi anak dapat mencuci tangan sendiri”
P Metode tanya jawabnya seperti apa?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Menanyakan sebelum dan
sesudah makan hendaknya .......(mencuci
tangan). “
P Bagaimana metode ceramah untuk penanaman
nilai-nilai akhlak diri sendiri pada program bina
diri pakaian dan berhias diri ?
I “Dalam program bina diri pakaian dan rias diri
ini anak-anak diajarkan untuk dapat mengurus
dirinya dalam memakai pakaian dan menghiasi
diri misalnya, memakai baju, menyisir rambut,
memakai bedak. sebelum mengajari anak
dalam berpakaian, anak-anak diberi penjelasan
kegunaan pakaian untuk menutupi aurat dan
mengajari anak untuk memilih dan memakai
pakain yang sopan. mengajari cara menyisir
rambut dan memakai bedak untuk perempuan
agar anak terlihat rapi dalam berbenampilan.
Mengajarkan anak itu semua dengan
memberikan contoh dan mepraktekan serta
membantunya, seperti memakai celana, rok dan
baju dengan memperhatikan bagian depan,
belakang, dalam dan luar sehingga anak tidak
terbalil-balik saat memakai pakaian.”
P Bagaimana metode teladan yang dilakukan
guru di sekolah?
I “untuk mencontohkan anak dalam penampilan
yang sopan dan rapi guru wajib mengenakan
pakaian seragam dengan sopan dan rapi saat
disekolah sebagai suri taludan untuk anak-anak,
109
sehingga anak-anak juga dapat membiasakan
meniru bapak ibu gurunya memakai seragam
dengan sopan dan rapi ”
P Bagaimana pembiasaanya?
I “guru wajib mengenakan pakaian seragam
dengan sopan dan rapi saat disekolah sebagai
suri taludan untuk anak-anak, sehingga anak-
anak juga dapat membiasakan meniru bapak
ibu gurunya memakai seragam dengan sopan
dan rapi ”
P Bagaimana nasehat yang diberikan?
I “Guru selalu mengingatkan anak dan
menasehati untuk berpakaian yang sopan tidak
hanya disekolah namun juga dirumah karena
hal itu adalah ajaran islam guna menutupi
aurat dan menjaga kesehatan kulit dari sinar
matahari”
P Metode tanya jawab seperti apa yang
dilontarkan?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Pertanyaan itu seperti siapa yang
sudah bisa menyisir rambut”
P Bagaimana metode ceramah untuk penanaman
nilai-nilai akhlak diri sendiri pada program bina
diri sikap bersahabat?
I “Untuk mengajarkan anak-anak bisa
bersosialisasi dengan baik, yaitu terlebih
dahulu memberi pemahaman pentingnya sikap
bersahabat dalam berinteraksi didalam
masyarakat dengan membina diri anak-anak
untuk memiliki sikap bersahabat, seperti saling
tolomg menolong dan berkerjasama. Dengan
kerjasama dan saling tolong menolong akan
mempermudah pekerjaan yang kita lakukan,
orang juga akan senang dengn kita.”
P Bagaimana penerapan metode latihan pada
program tersebut?
I “Untuk menumbuhkan sikap bersahabat
kerjasama dan saling tolong menolong guru
melatihnya dengan mengajak dan membantu
anak untuk dapat saling tolong menolong dan
bekerjasama saat menjalankan piket. Anak-
110
anak dibagi tugasnya, ada yang menyapu,
mengepel, dan ada yang menata ruang kelas.”
P Bagaimana penugasan yang diberikan?
I “untuk penugasanya ya seperti anak-anak
dibagi tugasnya, ada yang menyapu, mengepel,
dan ada yang menata ruang kelas saat piket
sehingga anak-anak dapat saling membantu dan
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas
piketnya secara bersama meskipun dengan
bantuan guru.”
P Bagaimana metode tanya jawab tyang
digunakan?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan. Biasanya anak ditanya siapa yang
suka menolong teman dan anak-anak
menjawabny”
P Bagaimana metode ceramah untuk penanaman
nilai-nilai akhlak lingkungan sekitar pada
program bina diri keindahan ruangan rumah
tangga dan sekitarnya
I “Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan
seperti menyapu dan mengepel rumah juga
salah satu bentuk akhlak kepada lingkungan
sekitar. Mengajarkan anak menyapu dan
mengepel dengan benar sekaligus juga anak
diberi pemahaman akan pentingnya kebersihan
lingkungan sekitar, baik dirumah maupun
diluar rumah.”
P Bagaimana pemberian teladan pada program
bina diri ini?
I “Dalam menjaga kebersihan lingkungan
disekitar, guru mengajarkan dan
mencohtohkannya disekolah dengan selalu
membuang sampah pada tempatnya sebagai
bentuk kepedulian akan kebersihan lingkungan
sekitar.”
P Bagaimana pembiasaannya?
I “Dalam membiasakan anak-anak berlatih
menjaga kebersihan, guru membiasakanya
melalui adanya kerja bakti dan jadwal piket
disekolah yang dilalukan dengan bersama-
sama dengan pengawasan dan bantuan guru.”
111
P Bagaimana nasehat yang diberikan?
I “Selalu menasehati anak-anak untuk selalu
mejaga kebersihan diri maupun lingkungan
sekitar karena kebersihan sebagian dari iman.”
P Metode tanya jawab seperrti apa?
I “menerapkan metode tanya jawab yang masih
sangat sederhana sekali, seperti menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan.”
P Apa faktor pendukung berjalannya program
bina diri?
I “Dukungan orang tua itu penting karena anak
lebih dekat dengan orang tua, sehingga
memepngaruhi proses pembelajaranya. Anak
belajar tidak hanya disekolah, namun juga
dirumah dengan bantuan orang tua. Guru dan
orang tua sama-sama saling mendukung untuk
menjalankan program bina diri dengan adanya
saling berkoordinasi antara sekolah dan orang
tua degan adanya pertemuan wali murid, selain
itu juga pentingnya peran aktif orang tua dalam
hal menginformasikan perkembangan anak
dirumah dan orang tua ikut andil dalam
membiasakan anak untuk menjaga kebersihan
dan menerapkan program bina diri lainya yang
telah guru ajarkan disekolah dengan nilai-nilai
akhlak yang ditanamkan pada program itu,
seperti menuntun anak membaca doa sebelum
makan ketika dirumah agar terbiasa ”
P Bagaimana respon anak-anak dalam mengikuti
program bina diri?
I “Anak-anak sangat antusias saat mengikuti
pembelajaran program bina diri, walaupun
terkadang mud anak naik turun namun, mereka
masih mau mengikuti aba-aba dari guru.”
6 oktober
2020
P Bagaimana panamkan nilai-nilai akhlak pada
program makan dan minum?
Pak Sapta
I “Mengajari anak untuk doa sebelum dan
sesudah makan pertama-tama menjelaskan anak
bagaimana adab makan dan minum yang benar
serta mengajari lafadz doanya perlahan-lahan
dan meminta anak untuk mengikutinya lafadz
doa yg dilontarkan, setelah anak-anak
mengikuti lafadz doanya dengan benar, anak-
112
anak diminta untuk melafadzkanya dengan
menirukanya secara berulang ulang untuk
melatih anak sampai bisa melafadzkannya
dengan benar.”
P Bagaimana pembiasaan dan teladan yang
dilakukan guru agar anak senantiasa selalu
berdoa sebelum dan sesudah makan ?
I “Adanya makan bersama disekolah sebagai
wadah untuk membiasakan dan memberi
teladan anak-anak untuk berdoa sebelum dan
sesudah makan. anak-anak dituntun untuk
berdoa bersama-sama sebelum dan sesudah
makan. Dan guru memberikan contoh adab
makan dan minum dengan semestinya.”
P Tanya jawab seperti apa yang digunakan ?
I setelah melatih anak utuk mebaca doanya, anak-
anak ditanya kembali lafadz doanya
26
Oktober
2020
P Bagaiman motivasi yang diberikan kepada
anak-anak?
Pak Sapta
I “Pujian yang diberikan kepada anak-anak biar
percaya diri dan semngat ya biasanya memuji
anak dengan mengatakan kepada mereka kata-
kata positif seperti anak pintar, hebat, anak baik,
anak rajin. Kadang diberi snack kecil-kecilan
sebagai bentuk apresiasi”
P Bagaimana nasehat yang diberikan kepada anak
dalam program bina diri makan dan minum ?
I “Menyemangati anak serta memberikan
nasehat agar anak selalu ingat berdoa ketika
makan klo kita berdoa sebelum dan sesudah
makan setan g akan nganggu kita
makan,makanan jadi berkah”
Bagaimana nasehat yang diberikan kepada anak
dalam program bina diri membantu ibu di
dapur ?
“memberikan nasehat agar anak selalu berbakti
kepada orang tua, nasehat yang dibrikan
seperti klo berbakti kepada orang tua akan
mendapatkan pahala dan masuk syurga”
113
Bagaimana nasehat yang diberikan kepada anak
dalam program bina diri makan dan minum
agar anak mau menjaga kesehatan?
“memberikan nasehat agar anak memilih
makanan yang baik. nasehatinya seperti klo
makan makanan yang baik, badan akan menjadi
sehat tidak sakit dan bisa banyak melakukan
aktivitas”
Bagaimana nasehat yang diberikan kepada anak
dalam program bina diri perawatan diri agar
anak mau merawat dirinnya?
“memberikan nasehat agar mau menjaga
kebersihan dalam merawat dirinya seperti
menasehati klo merawat diri dengan menjaga
kebersihan, maka akan terlihat rapi dan bersih ”
Bagaimana nasehat yang diberikan kepada anak
dalam program bina diri sikap bersahabat?
“memberikan nasehat agar selalu bersikap
hangat kepada yang lain, seperti membantu
teman ketika kesusahan akan mendapat pahala”
Apakah sekolah mengadakan pertemuan wali
murid ?
“sekolah mengadakan rapat dengan orang tua
biasanya tiap awal semester. Biasanya ada
presensi kehadiran, kira2 dari orang tua yang
hadir 80 persenan kurang lebih segitu. Yang tak
hadir biasanya menyesuaikan, bisa hadir dihari
lain kesekolah atau dapat info dari guru atau
wali lainnya atau hasil pertemuan dishare
digrup wa”
Apa faktor pendukung dalam suksesnya
penanaman nilai-nilai akhlak pada program
bina diri anak?
“peran orang tua sangat penting dalam
memberikan pendidikan moral pada anak,
karena dengan moral yang baik, anak juga akan
berperilaku baik. tentunya tingkahlaku anak
akan mencontoh sikap dan ucapan yang orang
tua ajarkan dirumah. ya....setidaknya dukungan
moral dirumah, orang tua berkata-kata baik dan
tidak dengan bernada tinggi serta memberi
contoh adab makan yang benar seperti makn
minum sambil duduk”
114
B. Dokumentasi
Gambar 4.2 Gambar 4.3
Gedung dan kelas Kamar mandi
Gambar 4.4
Kantor
Gambar 4.5 Gambar 4.6
Gerbang Depan Sekolah Lapangan Olahraga
top related