MENGHAYATI PERAN SUAMI cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya. Sikap lemah lembut terhadap isteri merupakan indikasi sempurnanya
Post on 06-May-2018
225 Views
Preview:
Transcript
\
MENGHAYATI PERAN SUAMI
Siapa yang tak mengenal sosok Rasulullah saw, sebagai
suami terbaik sepanjang masa.
Dalam banyak hadits diceritakan bagaimana mulianya akhlak
Rasulullah saw. dalam menggauli para istrinya.
Sungguh terdapat tauladan terbaik pada diri Rasulullah
saw. Begitupun teladan sebagai seorang suami, semuanya
tergambar jelas dalam kehidupan rumah tangganya.
Oleh karena itu tak usah jauh-jauh mencari referensi menjadi
suami terbaik, teladani Rasulullah saw. karena sosoknya
begitu dekat dan sangat terpercaya.
Jika sekarang kita sudah diamanahi menjadi seorang suami
maka sudah sepantasnya kita menyadari bahwa suami
adalah pemimpin bagi istri dan keluarganya.
Suami sebagai pasangan istri bukan hanya pelengkap,
namun juga pengarah dan pembimbing istri dan
keluarganya.
Ketahuilah wahai para suami, tanggungjawabmu begitu
besar…
Melindungi keluarga dari bahaya yang mengancam seperti
radar…
Membimbing keluarga berkarakter baik bukan hanya
pintar…
Menjadi contoh dan teladan baik yang kuat dan mengakar…
Menyelamatkan keluarga dari api neraka yang penjaganya
begitu kasar…..
Oleh karena itu menghayati peran suami adalah hal yang
sangat penting sebelum mengetahui dan melaksanakan
kewajiban sebagai suami.
Suami pula hendaknya menyadari bahwa istri adalah ujian
dalam menjalankan kehidupan agama. Seorang istri dalam
Al Qur’an digambarkan dapat menjadi musuh bagi suami,
seperti kisah istri Nabi Nuh yang durhaka.
Maksudnya terkadang dalam mentaati perintah Allah dan
RasulNya, istri menjadi ujian atau bahkan penghalang.
Maka seorang suami harus terus berdoa agar mendapatkan
istri yang shalehah. Selain itu seorang suami harus memiliki
ilmu yang lebih banyak dan luas dibanding istrinya.
Selain untuk membimbing istrinya juga agar lebih bijak
dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Tidak
terbayang jika suami tidak mengetahui ilmu apalagi ilmu
agama, bagaimana dapat membimbing istri dan keluarganya.
Hal terpenting lainnya yang harus dihayati oleh para suami
adalah peran sebagai pencari nafkah. Suami harus
menyadari bahwa peran utama nya adalah menanggung
seluruh kebutuhan istri dan keluarganya, baik urusan
pangan, sandang dan papan.
Oleh karena itu sebelum menikah sebaiknya hal ini
dipersiapkan dengan baik dan matang. Karena banyak juga
permasalahan terjadi karena suami tidak bertanggungjawab
atas tugas sebagai pemberi nafkah dan penanggung
kehidupan keluarganya.
Maka semangatlah wahai para suami, surgamu begitu dekat
jika kau memuliakan istrimu!
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI
HAK SUAMI
Ditaati dan diikuti oleh istrinya
Diberikan pelayanan yang terbaik
Dihormati dan dihargai keputusannya
---------------------------------------------------------
KEWAJIBAN SUAMI
Membayar mahar
Memberi nafkah yang halal
- Memberi makan apa yang ia makan
- Tidak berlaku kikir atau pelit
- Memberi pakaian dan tempat tinggal yang layak
Menggauli istri dengan baik
- Berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang
- Bersikap ramah dan tidak kasar
- Bersabar jika ada hal yang tak disukai
- Tidak menghinanya
- Tidak membiarkannya
- Tidak memisahkan ranjangnya
Berlaku adil
Jika istri nusyuz (durhaka dalam hal ketaatan pd Allah)
maka tahapan menghadapinya:
1. Memberi nasehat
2. Jika tak menerima nasehat maka memisahkan
kamar
3. Jika masih durhaka maka memukul dengan
pukulan yang tidak menyakitkan (tindakan ini
pilihan terakhir)
4. Tidak memukul wajahnya
Berwasiat sebelum meninggal dunia kepada istrinya
HAK ISTERI YANG HARUS DIPENUHI SUAMI
SUAMI HARUS MELAKUKAN ISTERI DENGAN CARA YANG
BAIK
Yaitu, dengan memberinya makan apabila ia juga makan
dan memberinya pakaian apabila ia berpakaian.
Mendidiknya jika takut ia akan durhaka dengan cara yang
telah diperintahkan oleh Allah dalam mendidik isteri, yaitu
dengan cara menasihatinya dengan nasihat yang baik tanpa
mencela dan menghina maupun menjelek-jelekannya.
Sikap lemah lembut terhadap isteri merupakan indikasi
sempurnanya akhlak dan bertambahnya keimanan seorang
mukmin,
SUAMI HARUS BERSABAR
a. Suami harus bersabar dari celaan isteri serta mau
memaafkan kekhilafan yang dilakukan olehnya, karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
b. “Berilah nasihat kepada wanita (isteri) dengan cara yang
baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari
tulang rusuk laki-laki yang bengkok.
Sesuatu yang paling bengkok ialah sesuatu yang terdapat
pada tulang rusuk yang paling atas.
Jika hendak meluruskannya (tanpa menggunakan
perhitungan yang matang, maka kalian akan
mematahkannya, sedang jika kalian membiarkannya),
maka ia akan tetap bengkok. Karena itu berilah nasihat
kepada isteri dengan baik.” [8]
SUAMI HARUS MENJAGA DAN MEMELIHARA ISTERI
a. Suami harus menjaga dan memelihara isteri dari segala
sesuatu yang dapat merusak dan mencemarkan
kehormatannya, yaitu dengan melarangnya dari
bepergian jauh (kecuali dengan suami atau mahramnya).
Melarangnya berhias (kecuali untuk suami) serta
mencegahnya agar tidak berikhtilath (bercampur baur)
dengan para lelaki yang bukan mahram.
b. Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya
dengan sepenuh hati. Ia tidak boleh membiarkan akhlak
dan agama isteri rusak.
Ia tidak boleh memberi kesempatan baginya untuk
meninggalkan perintah-perintah Allah ataupun
bermaksiat kepada-Nya, karena ia adalah seorang
pemimpin (dalam keluarga) yang akan dimintai
pertanggungjawaban tentang isterinya. Ia adalah orang
yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan
memeliharanya.
SUAMI HARUS MENJAGA ISTERI TERKAIT PERKARA
AGAMA
Suami harus mengajari isteri tentang perkara-perkara
penting dalam masalah agama atau memberinya izin untuk
menghadiri majelis-majelis ta’lim.
Karena sesungguhnya kebutuhan dia untuk memperbaiki
agama dan mensucikan jiwanya tidaklah lebih kecil dari
kebutuhan makan dan minum yang juga harus diberikan
kepadanya.
SUAMI HARUS MENJAGA SHALATNYA
Suami harus memerintahkan isterinya untuk mendirikan
agamanya serta menjaga shalatnya, berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Sa’ala :
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
[Thaahaa: 132]
SUAMI MENGIZINKAN ISTERI UNTUK KEPERLUAN
TERTENTU
Suami mau mengizinkan isteri keluar rumah untuk
keperluannya, seperti jika ia ingin shalat berjama’ah di
masjid atau ingin mengunjungi keluarga, namun dengan
syarat menyuruhnya tetap memakai hijab busana muslimah
dan melarangnya untuk tidak bertabarruj (berhias).
SUAMI MENUTUPI KEJELEKAN ISTERI DI DEPAN ORANG
LAIN
Suami tidak boleh menyebarkan rahasia dan menyebutkan
kejelekan-kejelekan isteri di depan orang lain. Karena
suami adalah orang yang dipercaya untuk menjaga isterinya
dan dituntut untuk dapat memeliharanya.
BERMUSYAWARAH BILA ADA MASALAH
Suami mau bermusyawarah dengan isteri dalam setiap
permasalahan, terlebih lagi dalam perkara-perkara yang
berhubungan dengan mereka berdua dan anak-anak,
SUAMI HARUS SEGERA PULANG KE RUMAH SETELAH ISYA
Suami harus segera pulang ke rumah isteri setelah shalat
‘Isya’. Janganlah ia begadang di luar rumah sampai larut
malam. Karena hal itu akan membuat hati isteri menjadi
gelisah.
Apabila hal tersebut berlangsung lama dan sering berulang-
ulang, maka akan terlintas dalam benak isteri rasa waswas
dan keraguan.
Bahkan di antara hak isteri atas suami adalah untuk tidak
begadang malam di dalam rumah namun jauh dari isteri
walaupun untuk melakukan shalat sebelum dia menunaikan
hak isterinya.
SUAMI BERLAKU ADIL BILA MEMILIKI LEBIH DARI SATU
ISTERI
Suami harus dapat berlaku adil terhadap para isterinya jika
ia mempunyai lebih dari satu isteri. Yaitu berbuat adil dalam
hal makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan dalam hal
tidur seranjang. Ia tidak boleh sewenang-wenang atau
berbuat zhalim karena sesungguhnya Allah melarang yang
demikian.
KEISTIMEWAAN SEORANG SUAMI
“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai
pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari
bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk
menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman, teduh dan terlindungi.”
.“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk
membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya
dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk
melindungi seluruh keluarganya.”
“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha
mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya
sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak
terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari
anak-anaknya.”
“Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan
membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya
dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi
keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup
kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya,
dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang
menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari
jerih payahnya.”
“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang
akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan
membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah,
walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan
kesakitan kerapkali menyerangnya.”
“Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha
berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya,
didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun
tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya,
melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan
perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap.
Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan
kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu
anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling
mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap
anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang,
walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh
anak-anaknya.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan,
bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap
Suaminya,
Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani,
dan bersama- sama menghadapi perjalanan hidup baik
suka maupun duka, walaupun seringkali
kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar
dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa
Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya
untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya
bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang
terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh
keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat
tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya,
keuletannya demi Kelangsungan hidup keluarganya.”
“Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung- jawab penuh
sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang
penyangga,agar dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya.
Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki,
walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah
di dunia dan akhirat.”
Nah itu dia pembahasan tentang hak, kewajiban, dan
bagaimana caranya menjadi suami idaman. Mudah –
mudahan kelak Anda bisa terapkan agar tercipta keluaga
sakinah, mawaddah dan warrahmah ya
Semoga Bermanfaat,
Setia Furqon Kholid
top related