MAKALAH PSIKIATRI - Pengobatan Dalam Ilmu Kedokteran Jiwa
Post on 28-Nov-2015
457 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
MAKALAH PSIKIATRI
PENGOBATAN DALAM ILMU KEDOKTERAN JIWA
DI SUSUN OLEH :
JONRIANI
MUNZIRI
NURSISKA YULIANTI
KATMIATUN
SURYANTI
WINDA
YUDI HARYADI
YULI SUPRIANTO
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
STIKES AL-INSYIRAH PEKANBARU
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan apa yang kami harapkan.
Makalah “Pengobatan Dalam Ilmu Kedokteran Jiwa” merupakan
bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar
bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan
manusia.
Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam
meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada
umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik
sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah
selanjutnya.
Pekanbaru.14 Desember 2013
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian .................................................................................... 3
B. Klasifikasi .................................................................................. 3
1. Ketentuan peresepan berdasarkan Undang - undang No. 5
Tahun 1997 ………………………………………………… 3
a. Psikotropika golongan I ................................................. 3
b. Psikotropika golongan II ................................................. 3
c. Psikotropika golongan III .............................................. 3
d. Psikotropika golongan IV................................................ 4
2. Berdasarkan pengaruh penggunaannya terhadap susunan
saraf pusat manusia ……………………………………… 4
a. Depresant …………………………………………….. 4
b. Stimulant ……………………………………………… 4
c. Hallusinogen ………………………………………….. 4
3. Berdasarkan penggunaan klinik ………………………….. 5
a. Antipsikosis ………………………………………….. 7
b. Antiansietas ………………………………………….. 7
c. Antimania (mood stabilizer) ......................................... 8
d. Psikotogenik ………………………………………… 9
e. Antidepresi ……………………………………………. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
3
B. Saran ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, gangguan jiwa merupakan masalah yang harus diperhatikan
secara penuh, penderitanya sudah menjadi sebagian besar dari masyarakat atau
penduduk negara ini. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan
jiwa sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan
jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah atau
hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya,
dibiarkan berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan
masyarakat.
Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan
farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Psikotropik adalah terapi farmakologi
yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang biasa digunakan
dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berbeda dengan antibiotik,
pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas
pengetahuan empirik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penting untuk
membahas macam dan klasifikasi obat pada psikiatri yang tepat dan sesuai untuk
pengobatannya dengan tujuan agar mempercepat proses penyembuhannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Obat psikotropika ?
2. Bagaimana klasifikasi dari Obat psikotropika ?
3. Apa saja obat yang bisa digunakan untuk Obat psikotropika ?
4. Bagaimana efek dari Obat psikotropika ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengobatan psikoterapika untuk gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
5
a. Untuk mengetahui devenisi dengan Obat psikotropika
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari Obat psikotropika
c. Untuk mengetahui apa saja obat yang bisa digunakan untuk Obat
psikotropika
d. Untuk mengetahui bagaimana efek dari Obat psikotropika
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Obat psikotropika ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi
hgsi fisik psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya psikotropika baru
dikenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni
psikofarmakologi, yang khusus mempelajari psikofarmaka dan psikotropik.
Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat
simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini dapat
dipahami karena, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. Psikotropik
hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat
menerima psikoterapi dengan lebih baik ( Maramais 2004).
B. Klasikfikasi
4. Ketentuan peresepan berdasarkan Undang - undang No. 5 Tahun 1997
e. Psikotropika golongan I
Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, hanya diberikan
khusus untuk penelitian serta potensinya amat kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Termasuk obat psikotropika golongan I
adalah Etisiklida (PEC), Methatirnona, Psilosin.
f. Psikotropika golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat menimbulkan sindrom ketergantungan
apalagi diberikan dalam jangka waktu yang lama. Contoh antara lain
Amfetamin, Fenobilina, Metakualin, Zipepprol, Secobarbital.
g. Psikotropika golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
7
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh Butalbital,
Pentazosina, Amobarbital, Pentobarbital, Glutetimide.
h. Psikotropika golongan IV
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, serta
mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Obat Golongan IV ini sering diresepkan oleh dokter
umum maupun oleh dokter spesialis. Sebagian besar obat ini adalah
depresan sistem saraf pusat (SSP). Contoh antara lain Alprazolom,
aminorex, Brotizolam, Etinomat, Bromazepam, diazepam,
Meprobamate. Peresepannya hanya untuk short term therapy misalnya
tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu untuk tiap resep. Bila
sesudah satu rninggu ada indikasi untuk meneruskan maka dapat
diberikan resep untuk satu minggu. Jadi setiap kali resep jumlah obat
yang diberikan hendaknya tidak boleh diberikan satu minggu
pemakaian
5. Berdasarkan pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia
d. Depresant
Yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas
susunan saraf pusat (Psikotropika Go1 4), contohnya antara lain :
Sedatin 1 Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).
e. Stimulant
Yaitu yang bekerja mengaktikan kerja susunan sad pusat,
contohnya amphetamine, yang terdapat dalam kandungan Ecstasi.
f. Hallusinogen
Yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau
khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine,
rnicraline.
8
6. Berdasarkan penggunaan klinik
f. Antipsikosis
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik,
suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah:
Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresifitas,
hiperaktifitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.
Dosis besar tidak menyebabkankoma yang dalam ataupun
anestesia.
Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversibel
atau ireversibel.
Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikis.
Antipsikosis dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti:
1) Antipsikosis tipikal : klorpromazin dan derivat fenotiazin.
Prototip kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ). Pembahasan
terutama mengenai CPZ karena obat ini sampai sekarang masih
tetap digunakan sebagai antipsikosis.
Kimia : klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-
aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain didapat dengan
cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin.
Farmakodinamik : efek farmakologik klorpromazin dan
antispikosis lainya meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem
otonom, dan sistem endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis
menghambat berbagai reseptor, diantaranya dopamin, muskarinik,
histamin H1.
Susunan saraf pusat : CPZ menimbulkan sedasi yang disertai sikap
acuh tak acuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada
pemakian lama dapat timbul toleransi terhadap efek oksidasi.
Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emosional pasien
sebelum minum obat.
9
Neurologik : pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat
menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat
pada parkinsonisme.
Otot rangka : CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang
berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga
bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medulla spinalis
tidak dipengaruhi CPZ.
Efek endokrin : CPZ dan beberapa antipsikosis lama lainya
mempunyai efek samping terhadap sistem reproduksi. Pada wanita
dapat terjadi amenore, galaktorea, dan peningkatan libido,
sedangkan pada pria dilaporkan adanya penurunan libido dan
ginokomastia.
Kardiofaskular : hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi
saat istrahat biasanya sering terjadi dengan derivat fenotiazin.
Tekanan arteri rata-rata resistensi perifer, curah jantung menurun
dan frekuensi denyut jantung meningkat.
Farmakokinetik : kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna,
sebagian diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama.
Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%
sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis
bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein
plasma(92-99%) serta mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg).
Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa
minggu setelah pemberian obat terakhir.
Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini
cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek
farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul berupa
ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia
dalam darah perifer.
Sedian : klorpromazin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100
mg. Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml.
10
2) Antipsikosis atipikal: olanzapin
Farmakodinamik : olanzapin merupakan derivat
tienobenzodiazetin, struktur kimianya mirip dengan klozapin.
Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin, reseptor
serotonin dan histamin.
Farmakokinetik : olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah
pemberian obat, dengan kadar plasma tercapai setelah 4-6 jam
pemberian, metabolisme di hepar oleh enzim CYP 2D6, dan
diekskresi leawt urin.
Indikasi : indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun
positif skizofenia dan sebagi antimania. Obat ini menunjukan
efektifitas pada pasien depresi dengan gejala psikotik.
Efek samping : meskipun mirip dengan klozapin, olanzapin, tidak
menyebabkan agranulosi-tosis seperti klozapin.
Sediaan : olazapin tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan
vial 10 mg.
g. Antiansietas
Antiansietas terutanma berguna untuk pengobatan simptomatik
penyakit psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan
somatik yang nyata dengan fungsi mental – kogntif tidak terganggu)
dan berguna untuk terapi tambahanpenyakit somatis dengan ciri
ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental.
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan kuatir atau ketakutan yang
ditandai dengan keadaan fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-
tanda sters lainnya. Contoh dari antiansietas yaitu :
1. Golongan benzodiazepin.
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai antisietas adalah :
klordiazepoksid.
Farmakodinamik : klordiazepoksid dan diazepam merupakan
prototip derivat benzodiazetin yang digunakan secara meluas
sebagai antiasietas.
11
Mekanisme kerja : mekanisme kerja benzodiazepin merupakan
potensiasi inhibisi neoron dengan GABA sebagai mediatornya.
Efek samping dan kontra indikasi : pada gangguan dosisterapi
jarang timbul kantuk, tetapi pada pakar lajak benzodizepin
menimbulkan depresi SSP. Efek samping akibat depresi
susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia merupakan
kelanjutan efek farmakodinamik. Derivat benzodiazepin
sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau
fenotiazin. Kombinasi ini menimbulkan efek depresi yang
berlebihan. Pada pasien gangguan pernapasan benzodiazepin
dapat memperberat gejala sesak nafas.
Indikasi dan sediaan : derifat benzodiazepin digunakan untuk
menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan
psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain
sebagai ansietas juga digunakan sebagai hipnotik, antikonfulsi,
pelemas otot dan induksi anestesi umum.
Toleransi dan ketergantungan fisik : keadaan ini dapat terjadi
bila benzodiazepin diberikan dalam dosis tinggi dan dalam
jangka waktu lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari
3 minggu sebaiknya dihindari.
Golongan benzodiazepin: diazepam, alprazolam,
klordiazepoksid, klonazepam.
Golongan lain: buspiron, zolpidem.
h. Antimania (mood stabilizer)
Golongan obat ini mempengaruhi proses hiperaktivitas atau
ggn maniakal tanpa menyebabkan proses depresi . Pada keadaan
maniakal yg berlebihan dan akut diperlukan antipsikotik untuk
mensupresi gejala secara cepat. Setelah fase akut diatasi baru dapat
diberi antimaniakal yg dapat bekerja profilaksis supaya tidak timbul
eksaserbasi.
12
Farmakokinetik : absorbsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma dapat
dicapai dalam 20 menit sampai 2 jam. Volume distribusi 0,5L/kg,
ekkresi terutama lewat urin dengan waktu paro eliminasi 20 jam.
Indikasi : sampai saat ini litium karbonat dikenal sebagfai obat untuk
gangguan bipolar terutama pada fase manik dan untuk pengobatan
penunjang. Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan insiden
percobaan bunuh diri.
Efek samping : indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian
yang aman perlu dilakukan pemantauan dalam plasma atau serum.
Pemeriksaan ini dilakukan 10-12 jam setelah dosis terakhir. efek
samping yang terjadi terutama pada saraf tremor, juga dapat
menurunkan fungsi tiroid.
Dosis dan sediaan : litium diberikan dalam dosis terbagi untuk
mencapai kadar yang dianggap aman yaitu berkisar antra 0,8-1,25mEq
per liter.ini dicapai dengan pemberian 900-1500 mg litium karbonat
pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg sehari pada pasien yang
dirawat.
i. Psikotogenik1. Meskalin
Meskalin merupakan suatu alkaloid yang berasal dari tumbuhan
kaktus di amerika utara dan meksiko. Meskalin digunakan untuk orang
indian dalam ritus keagamaan untuk mendatangkan trance. Meskalin
hanya digunakan dalam penelitian untuk menyelidiki keadaan yang
menyerupai psikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.
2. Dietilamid asam lisergat dan marijuana (ganja).
j. Antidepresi
Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi
mental. Depresi didefenisikan sebagai gangguan mental dengan
penurunan mood, kehilangan minat atau persaan senang, adanya
perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tiodur atau penurunan
selera makan, sulit kosentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini
13
dapat menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktifitas pasien.
Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian
fatal yang dewasa ini semakin terjadi.
Antidepresi dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti :
1. Golongan trisiklik: imipramin, imitripilin
Farmakodinamik : sebagian efek farmakodinamik antidepresi
trisiklik mirip efek tromazin.
Efek psikologik : pada manusia normal imipramin
menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan alam
perasaan dan meningktkan rasa cemas.
Susunan saraf otonom : imipramin jelas sekali memperlihatkan
efek antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur,
mulut kering, dan retensi urin.
Kardiofaskuler : pemberian imipramin dalam dosis terapi pada
manusia sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Dalam dosis
toksis, imipramin dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.
Efek samping : efek dari obat ini berupa perasaan lemah,
hipertensi, dan hiperperiksia.
2. Golongan heterosiklik(generasi keua dan ketiga): amoksatin,
maprotilin, trazodon.
3. Golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs):
fluoseptin, paroksetin, setralin.
4. Penghambat MAO: isokarbosazid, fenelzin.
5. Golongan serotonin neropinephrin reuptake inhibitopr(SNRI):
venlafaksin.
Tabel Obat Psikotropika
№. Psikotropika Obat Acuan Penggolongan
1. Antipsikosis Chlorpromazi
ne (CPZ)
1. Antipsikosis Tipikal
o Chlorpromazine (CPZ)
o Levomepromazine
14
o Perphenazine
o Trifluoperazine (TFP)
o Fluphenazine
o Thioridazine
o Haloperidol
Antipsikosis Tipikal
Antimania akut
o Pimozide
2. Antipsikosis Atipikal
o Sulpiride
o Clozapine
o Olanzapine
o Quetiapine
o Risperidone
2. Antidepresi Amitriptyline 1. Antidepresi Trisiklik
o Amitryptiline
o Imipramine
Antidepresi
Antipanik
o Clomipramine
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Tianeptine
o Opipramol
2. Antidepresi Tetrasiklik
o Maprotiline
o Mianserin
o Amoxapine
3. Antidepresi MAOI-Reversible /
15
RIMA
o Moclobemide
Antidepresi
Antipanik
4. Antidepresi Atipikal
o Trazodone
o Tianeptine
o Mirtazapine
5. Antidepresi SSRI
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citalopram
3.
Antimania
(Antigaduh
gelisah)
Lithium
Carbonate
1. Antimania Akut
o Haloperidol
Antipsikosis Tipikal
Antimania akut
o Carbamazepine
o Valproic Acid
o Divalproex Na
2. Obat Profilaksis Mania
o Lithium Carbonate
4. Antiansietas Diazepam,
Chlordiazepox
ide
1. Antiansietas Benzodiazepine
o Diazepam
16
o Chlordiazepoxide
o Lorazepam
o Clobazam
o Bromazepam
o Oxazolam
o Clorazepate
o Alprazolam
Antiansietas
Antipanik
o Prazepam
2. Antiansietas Nonbenzodizepine
o Sulpiride
o Buspirone
o Hydroxyzine
5. Antiinsomnia Phenobarbital
1. Antiinsomnia Benzodiazepine
o Nitrazepam
o Triazolam
o Estazolam
2. Antiinsomnia Nonbenzodiazepine
o Chroral-hydrate
o Phenobarbital
6. Antiobsesif-
kompulsif
Clomipramine 1. Antiobsesif-kompulsif Trisiklik
o Clomipramine
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
2. Antiobsesif-kompulsif SSRI
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
17
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citalopram
7. Antipanik Imipramine 1. Antipanik Trisiklik
o Imipramine
Antidepresi
Antipanik
o Clomipramine
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
2. Antipanik Benzodiazepine
o Alprazolam
Antiansietas
Antipanik
3. Antipanik MAOI-Reversible / RIMA
o Moclobemide
Antidepresi
Antipanik
4. Antipanik SSRI
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
18
Fluoxetine
Citalopram
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa terdiri dari berbagai macam, sehingga diperlukan
penmilihan obat yang sesuai. Psikotropik dapat digolongkan berdasarkan Undang
- undang No. 5 Tahun 1997 , pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf
pusat dan berdasarkan penggunaan klinik. Klasifikasi tersebut dapat
memudahkan kita untuk pemilihan peresepan obat yang efektif dan sesuai sasaran.
Di samping itu pemilihan obat juga perlu memperhatikan farmakodinamik,
farmakokinetik, kontraindikasi, efek samping, dan sediaan untuk kepentingan kita
sebagai dokter dan demi kesembuhan pasien.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2001.
Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2003.
Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta : PT Nuh
Jaya. 1996.
20
top related