Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha atas berkah dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Batuan Sebagai Bahan Bangunan” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Bahan I
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Siti
Nurlina, MT yang telah memberi kesempatan untuk mengerjakan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Dalam rangka menambah
wawasan tentang salah satu ilmu Teknologi Bahan. Kami selaku tim penyusun dan penulis
makalah mengharap kritik dan saran yang kami yakin akan bermanfaat bagi penyempurnaan
makalah-makalah yang selanjutnya. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah,
kami mohon bimbingan kembali.
Malang, 19 April 2011
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu:
a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nife
(niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.
b. Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km. Lapisanini disebut juga
asthenosfer mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu
tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3.
c. Lithosfer
lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan lithosfer
yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km.
Perlu anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja berupa batu dalam
kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan
sebagainya.Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal dari di
bawah samudra.lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan ketebalan
1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3.Litosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium,
senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini
antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan
lain yang terdapat di daratan benua.Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat
dan batu bertebaran rata-rata 35km.Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: - Kerak
benua : merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian atasnya dan batuan
beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua. - Kerak samudra :
merupakan benda padat yang terdiri dari endapan dilaut pada bagian atas, kemudian di
bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro
dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu
lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk
senyawa Si O2 dan Mg O lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada
lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan
batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan rata
rata 65 km .
2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam logam
silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O lapisan ini mempunyai berat
jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu
mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis
dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Batuan
Batuan adalah sejenis bahan yang terdiri daripada mineral dan dikelaskan menurut
komposisi mineral. Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
b. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu;
c. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
d. Proses pembentukan
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Semua batuan pada mulanya dari magma. Magma keluar di permukaan bumi antara
lain melalui puncak gunung berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan.
Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku
kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya
dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain
untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan
sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat
lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut
batuan malihan atau batuan metamorf.
Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:
a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya batu granit), dan
batuan beku luar (contohnya batu andesit ). Untuk mengetahui ketepatan batuan jenis
batuan harus dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan mikroskop untuk melihat
bentuk kristal batuanya.
b. Batuan sedimen
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi
dan sedimen organic. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan beku, contohnya
breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan,
contohnya batu kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan dan
tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral.
c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang berubah bentuk. Contohnya kapur
(kalsit) berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit.
2.2 Proses Pembentukan
Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis
batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang
berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan
sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan/
evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan
metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian
mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan
temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.
2.3 Jenis Batuan
a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya batu granit), dan
batuan uar (contohnya batu andesit ). Untuk mengetahuiketepatan batuan jenis batuan
harus dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk
kristal batuanya
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila
membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku
dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku
plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku,
terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.
Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat
mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan
pada batuan di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan,
termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik.
* Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya
tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit
merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian
geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30
km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada
rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan
yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang
bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik
melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap.
Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak
semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
* Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau
bagian atas batholit.
* Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan
batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar,
memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
* Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke
kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku
yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan
diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
* Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
* Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang
diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan,
bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen,
maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
* Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke
atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis
batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku
luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.
Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan
gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif.
Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada
umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,
menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang
kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng,
sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava
terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat
terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava),
dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air.
Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan
beku afanitik.
Klasifikasi Batuan Beku
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan
komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan
magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma
induk dan lingkungan krsitalisasinya.
Tekstur Batuan Beku
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus à hanya dapat dilihat dengan
mikroskop
3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral
pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian
kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya
relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut
massadasar.
b. Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari
sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari partikel-2 padat hasil
dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi
larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan
menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan
lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan
pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak
transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi batuan sedimen
terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Batuan sedimen klastik à terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun mineral
2. Batuan sedimen kimiawi à terbentuk karena penguapan, evaporasi
3. Batuan sedimen organic à terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/ tumbuhan
Klasifikasi batuan sedimen klastik adalah berdasarkan besar butirnya, oleh karenanya
digunakan skala Wentworth. Sedangkan untuk klasifikasi batuan sedimen kimiawi dilakukan
berdasarkan matriks maupun fragmennya dengan klasifikasi dari Dunham, Embry-Klovan.
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi dan
sedimen organic. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan beku, contohnya breksi,
konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan,
contohnya batu kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan dan
tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral.
c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang berubah bentuk. Contohnya kapur (kalsit)
berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit.
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan secara
fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat pengaruh
tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi
dalam pembentukan batuan metamorf adalah:
· Terjadi dalam suasana padat
· Bersifat isokimia
· Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
· Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan
T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa.
Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan
diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida
yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang
berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral
baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum
dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Jenis-jenis metamorfosa adalah:
* Metamorfosa kontak à dominan pengaruh suhu
* Metamorfosa dinamik à dominan pengaruh tekanan
* Metamorfosa Regional à kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang mencirikan sebaran
T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral
index antara lain:
· Staurolite: intermediate à high-grade metamorphism
· Actinolite: low à intermediate metamorphism
· Kyanite: intermediate à high-grade
· Silimanite: high grade metamorphism
· Zeolite: low grade metamorphism
· Epidote: contact metamorphism
Pada prinsipnya batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur foliasi
terjadi akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak memperlihatkan
orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi mineral-mineral pada
batuan metamorf yang inequigranular.
Batuan metamorf befoliasi membentuk urutan berdasarkan besar butir dan atau berdasarkan
perkembangan foliasi. Urut-urutannya adalah: slate à phyllite à schist à gneiss. Selain
menunjukkan besar butir dan derajat foliasi urut-urutan ini juga menunjukkan kandungan
mika yang semakin banyak dari kiri ke kanan. Salah satu ciri khas batuan metamorf yang
dapat teridentifikasi adalah kenampakkan kilap mika.
Sedangkan, untuk batuan metamorf non-foliasi contohnya adalah marmer, kuarsit dan
hornfels.
Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
· Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit,
biotit)
· Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-
felspar, piroksen
· Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-batas
sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
· Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.
· Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik dan
granoblastik
2.4 Siklus batuan
Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk,
dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil
dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak
pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang
berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal
Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari.
Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan. Penyebab pelapukan
tersebut ada 3 macam:
1.Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat
batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada
di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat
batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2.Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan
batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air
pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah
“hujan asam” yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3.Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan
kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah
satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman
yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan
di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Batuan kemudian mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang
melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, partikel-partikel kecil ini mengalami
erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:
1.Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa
langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya
terkumpul di permukaan tanah.
2.Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh
yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-
pecahan batuan yang kecil ini.
3.Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
4.Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier
akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan.
Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan
batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih
dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun dan mengalami kompaksi dan kemudian
menjadi batuan sedimen.
Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan kerak
Bumi menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi. Dengan bertambahnya dalam
suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan yang ada melebur kembali menjadi magma
sangatlah besar. Ini karena tekanan dan suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat
dalam. Akibat densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka
magma tersebut akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi yang ada.
Magma juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan
berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian berkumpul dengan magma yang sudah
terbentuk sebelumnya dan selanjutnya berusaha menerobos kerak bumi untuk membentuk
batuan beku baik itu plutonik ataupun vulkanik.
Penimbunan yang lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan
penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh membentuk magma
yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku yang baru. Pada berbagai tahap siklus
batuan ini, tektonik dapat mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan sehingga
batuan tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus batuan ini akan
terus berlanjut tanpa henti.
Dari kesimpulan diatas, jika kita hubungkan siklus batuan dengan sedimentologi, maka
batuan sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf,
ataupun batuan sedimen itu sendiri.
Kesimpulan
lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan lithosfer
yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200
km.
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:a. Batuan bekub. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Batuan Beku Adalah batuan yang terbentuk akibat proses pendinginan dari magma, yang terjadi melalui dua macam cara yakni yang pertama melalu cara plutonik yaitu sebagai akibat
proses menerobosnya magma ( intrusi magmatik) naik ke atas menuju permukaan bumi melalui rekahan-rekahan dan batuan terbentuk secara mengkristal dengan perlahan seiring dengan menurunnya temperatur dari magma, dan yang kedua melalui cara vulkanik yaitu melalui letusan gunung api dimana magma mencapai permukaan sebagai lava atau melalui fragment-fragment yang dimuntahkan gunung api.
Batuan Metamorf Adalah merupakan batuan ubahan atau malihan, yakni batuan yang mengalami perubahan menjadi batuan metamorf akibat mengalami perubahan tekanan dan temperature yang tinggi. ( temperature dan tekanan yang terjadi lebih tinggi dari temperature dan pressure di permukaan bumi). Perubahan temperature dan tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan terubahnya mineral-mineral asli penyusun batuan menjadi mineral-mineral yang lain.
Batuan Sediment. Adalah batuan yang erat sekali proses pembentukannya dengan proses pengendapan material sediment klastik dan non klastik yang terdiri dari material organic dan akibat proses kimiawi (evaporasi), yang diikuti oleh kompaksi dari partikel material sediment tersebut serta sementasi yang berlangsung pada bersamaan dengan terjadinya proses diagenesa. dan material sediment
Batuan Sediment terbentuk dekat dengan permukaan bumi.
2.3. Proses pengolahanaspal
Proses pengolahanaspalsepertiskemadibawahini :
2.4.Jenis-jenisaspal
1. aspalalam, terdiridari:
a. Aspalgunung (rock asphalt), sepertiaspaldaripulaubuton
b. Aspaldanau (lake asphalt), sepertiaspaldaribermudez, trinidad
2. aspalbuatan, terdiridari :
a. aspalminyak, merupakanhasilpenyulinganminyakbumi.
b. tar, merupakanhasilpenyulinganbatubara.
Tidakumumdigunakanuntukpekerasanjalankarenalebihcepatmengeras,
pekaterhadapperubahantemperaturdanberacun.
Berikutcontoh-contohaspal :
1. Aspal keras (asphalt cemen, AC)
Aspalkeraspadasuhuruang (250 – 300 C) berbentukpadat
Aspalkerasdibedakanberdasarkannil;aipenetrasi (tingkatkekerasannya)
Aspalkeras yang biasadigunakan :
- AC Pen 40/50, yaituaspalkerasdgnpenetrasiantara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaituaspalkerasdgnpenetrasiantara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaituaspalkerasdenganpenetrasiantara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaituaspalkerasdenganpenetrasiantara 200-300
Aspaldenganpenetrasirendahdigunakan di daerahbercuacapanas, volume lalulintastinggi.
Aspaldenganpenetrasitinggidigunakanuntukdaerahbercuacadingin, lalulintasrendah.
Di Indonesia umumnyadigunakanaspalpenetrasi 60/70 dan 80/100.Aspal
keraspadasuhuruang (250 – 300 C) berbentukpadat
2. Aspal cair (Cut Back Asphalt)
Aspalcairmerupakancampuranaspalkerasdenganbahanpengencairdarihasilpenyulinganminya
kbumi
Padasuhuruangberbentukcair
Berdasarkanbahanpencairnyadankemudahanpenguapanbahanpelarutnya,
aspalcairdibedakanatas :
RC (Rapid curing cut back )
Merupakanaspalkeras yang dilarutkandenganbensin (premium), RC
merupakancurbackasphal yang paling cepatmenguap.
RC cut back asphalt dugunakan sebagai :
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resappengikat)
MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah
(Kerosine).MCmerupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya
sedang.
SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar,SC merupakan cut back asphal
yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakansebagai :
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikatdebu)
Aspal emulsi
- Aspalemulsiadlahsuatucampuranaspaldengan air danbahanpengemulsi
- Emulsifer agent merupakan ion bermuatanlistrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-)
Annion
- Emulsifer agent berfungsisebagaistabilisator
- Partikelaspalmelayang-layangdalam air karenapartikelaspaldiberimuatanlistrik.
Aspal Buton
Aspalbutonmerupakanaspalalam yang berasalddaripulaubuton, Indonesia.
Aspalinimerupakancampuranantara bitumen denganbahan mineral
lainnyadalambentukbantuan.
Karenaaspalbutonmerupakanbahanalammakakadarbitumennyabervariasidarirenda
hsampaitinggi.
Berdasarkankadarbitumennyaaspalbutondibedakanatas B10, B13, B20, B25, dan
B30 (AspalBuotn B10 adalahaspalbutondengankadar bitumen rata-rata 10%)
2.5. Komposisiaspal
Aspalsecarakimiaterdiridari
- Aromat
- Parafin
- Alefine
Parafinemerupakanrangkaianhidrocarbon yang jenuhbercabang
CH3 – CH2 – CH – CH2 – CH2 - ……….
I
CH3
Olefinemerupakanrangkaianhidrocarbon yang takjenuh
CH3 – CH = CH2 = CH2 = ……….
Kandungan aspal secara fisik
- Asphaltenes
- Maltenes
- Resin
- MinyakLainnya
top related