Majalah Mimbar Untan edisi V
Post on 25-Mar-2016
351 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
KEREDAKSIAN ini telah seperti lautan. Perjalanan yang kami tempuh
panjang dan berliku. Semangat juangnya-pun pasang-surut. Sering terjadi
benturan gelombang yang menghempas idealisme kami. Namun sangat
dalam artinya bagi pendewasaan kami.
Alhamdulillah ”laut” ini akhirnya bermuara pada terbitnya majalah
Mimbar Untan edisi 5 ini. Perjalanan kami takkan mudah tanpa pertolongan
Allah SWT, dukungan orang-orang yang terlibat didalamnya juga semangat
yang masih membara pada diri rekan-rekan.
Telah meresap dalam pada hati kami pentingnya bekerjasama walau
itu bukan tanggung jawabnya. Karena ketika kecewa datang, kita dapat
berbagi derita dan semangat. Saat dilanda kebingungan, kita dapat saling
bertukar pikiran.Walau krisis percaya diri menyerang, kita dapat saling
menutupi.
Karenanya kata maaf yang tak seberapa ini, mohon diterima dengan
lapang dada. Semoga majalah Mimbar Untan masih mendapat tempat
spesial di hati sobat muda sobat mahasiswa.
Pada edisi kali ini, liputan utama kami mengendus kondisi dunia
pariwisata Kalbar, terkait visit indonesia years yang gencar didentumkan
pemerintah. Jelas teringat, tatkala hujan tak menyurutkan semangat kami
mengeroyok satu nara sumber dengan pertanyaan bertubi tentang Tugu
Khatulistiwa sebagai Ikon Kalbar.
Lain hal dengan Lapsus, walau sendirian mengurusi rubrik ini. Informasi
tentang TKI dikupas habis olehnya. Kewalahan pemerintah mengatasi TKI
turut kami paparkan. Kami juga coba membandingkan agen TKI resmi dan
Illegal.
Lain rubrik, lain pula ceritanya. Di kampus, kajian tantang UU BHP baik
dari segi pertimbangan pejabat perguruan tinggi maupun mahasiswa yang
sampai detik ini tetap lantang berteriak ”Tolak BHP!” pada hari pendidikan
2 Mei lalu.
Adapula cerita tentang rencana pembangunan PLTU gambut yang
sampai saat ini belum selesai perdebatannya ditengah pengurusan izin
AMDAL. Mari kita rasakan bersama duka pengungsi yang akhirnya sukses
menganyam di Pontianak lewat tulisan kami.
Di edisi kali ini kami spesialkan untuk para wanita yang memperingati
hari Kartini. Disini terdapat beragam ulasan tentang dunia wanita. Dari
wanita karir hingga ibu-ibu rumah tangga yang berjasa besar bagi negara
tanpa diperhatikan hak-haknya.
Sampai disini dulu cuap-cuap kami. Ruang terbatas euy! Pasti pembaca
tak sabar lagi menikmati setiap halaman majalah ini. Sampai jumpa lagi di
edisi selanjutnya. Salam Pers Mahasiswa! []
MajalahMimbar UntanDiterbitkan Oleh
Lembaga Pers MahasiswaUniversitas Tanjungpura
Pontianak
PelindungRektor Universitas Tanjungpura
PembinaPembantu Rektor III
PengarahKabag. Kemahasiswaan
Ketua UmumRahmanita
Sekretaris UmumEka Setiawati
Bendahara UmumEllia Marliany
Divisi PSDMSri Pujiyani (Ketua), Vita DJ, Erma
PS, Novi RM (Staf)Divisi Litbang
Syf Ratih KD (Ketua), Siti Aminah(Staf)
Divisi PenerbitanAgustinah (Ketua), Tri Mulyaningsih
(Staf)Divisi Penyiaran
Wanty Eka Jayanti (Ketua), OdiloTarigasa (staf)
Divisi PerusahaanNining Agustini (Ketua)
Pemimpin RedaksiSri Pujiyani
Sekretaris RedaksiRahmanita
EditorDedy Armayadi, Nina Soraya,
Heriyanto, Deman Huri G.Artistik
Ujang, IswandiiReporter
Rahmanita, Eka Setiawati,Agustinah, Sri Pujiyani, Syf Ratih
Komala DewiFotografer
Eka, Is, Tina
Alamat RedaksiJl Daya Nasional Gedung MKDU
Untan, Hp : 085245008044 e-mail: lpm_untan@yahoo.comgelora_lpmu@yahoo.co.id
PercetakanArtha Grafistama, Jl. Pahlawan No.
20 Telp.(0561) 765000-766000(Isi diluar tanggung jawab penerbit).
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e d a k s i
3
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Mimbar SorotanMimbar SorotanMimbar SorotanMimbar SorotanMimbar Sorotan
......................... 22......................... 22......................... 22......................... 22......................... 22Rencana Pemerintah dalam membangun sumber energi
tenaga uap dari gambut sebaiknya dikaji ulang, jangan
sampai kita salah melangkah dan menyebabkan banyak-
nya kerugian yang muncul setelah itu. Tentunya kita
tidak ingin tujuan ini akan menjadi bomerang bagi kita
kelak.
Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Mimbar Humaniora .................. 50Perempauan dan laki-laki yang single parrent sama.
Namun posisi perempuan ada pengkotak-kotakan dan
stigma sosial yang membebaninya. Misalnya masalah
pekerjaan, perempuan sering mendapat diskriminasi
upah dan rentan dilecehkan.
Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44Mimbar Kampus ..................... 44
Duduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiDuduk Satu Meja BedahiPPPPPariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10ariwisata ........................... 10
Mimbar Pembaca .............................. 6Mimbar Opini ................................. 7Mimbar Utama ................................. 10Mimbar Sorotan ............................... 22Mimbar Lingkungan .........................26Mimbar Khusus ................................ 32Mimbar Selingan .............................. 36Mimbar Realita ................................ 40Mimbar Refleksi.................................44Mimbar Tokoh .................................. 45Mimbar Kampus ................................48Mimbar Humaniora ..........................54Mimbar Resensi ................................ 57Mimbar Sastra ....................................60Mimbar Budaya ..................................62Mimbar Cerpen ................................ .68
Mimbar Inspirasi.................................72
Mimbar KIRI......................................73
PPPPPemerintah Kemerintah Kemerintah Kemerintah Kemerintah Kewewewewewalahan atasialahan atasialahan atasialahan atasialahan atasimasalah masalah masalah masalah masalah TKITKITKITKITKI ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32 ............................ 32
4
Penyelundupan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI)
lewat agen tidak resmi
(calo) makin marak.
Panjangnya mata rantai
importasi ini mem-
buat pemerintah
kewalahan mengatasi
TKI illegal. Hal ini
disebabkan calo’
enggan bekerja sama
dengan pemerintah.
Desain CoDesain CoDesain CoDesain CoDesain Covvvvver :er :er :er :er :
Si Is
Foto :Foto :Foto :Foto :Foto :
Si Is
TTTTTema Coema Coema Coema Coema Covvvvver :er :er :er :er :
Tugu Khatulistiwa, Ikon
Pariwisata yang
Terabaikan
Bila pemerintah pusat memiliki Visit Indonesia 2008,
maka pemda Kalbar tak ingin ketinggalan dengan meng-
gaungkan Kalbar Tourism 2010. Seluruh pemerintah
kabupaten dan kota diminta tak sekedar diam tapi me-
nunjukkan aksi demi menyongsong kesuksesan program
tersebut. Seperti halnya yang telah dimulai oleh seluruh
insan pariwisata dan pemerintah di Kota Pontianak.
Banyak pembenahan yang perlu dilakukan demi
menyongsong gaung tersebut.
Pengesahan Undang-
undang Badan Hukum
Pendidikan(BHP), me-
rupakan hasil negosiasi
lembaga internasional
IMF dan Bank Dunia de-
ngan pemerintah Indo-
nesia.Ini merupakan in-
tervensi lembaga asing
terhadap sistem pendi-
dikan Indonesia
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | i s i
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Orientasi Murni TakHalalkan Segala Cara
5
MNicolo Machiavelli “Het doel heiling de middelen”,
segala cara sah hukumnya untuk dilakukan asalkan
tujuan bisa diraih. Uang atau modal besar diperlakukan
jadi alat mencip-takan cara, as a tool of social engi-
neering, meramu dan mereka-yasa masyarakat,
tatanan, ke-kuasaan atau melahirkan strategi yang tepat
untuk mewujudkan ambisi, tanpa perlu memperhi-
tungkan bahwa strategi yang di-gunakan akan
memakan korban. Curang adalah
jalan yang nista. Satu kecurangan,
niscaya melahirkan kecurangan
yang lain. Orang yang sibuk
mengejar mimpi dengan ke-
curangan, tidak akan pernah
puas bahkan bersyukur. Karena me-
reka tahu sesukses-suksesnya mereka
menggapai mimpi dengan kecura-
ngan, posisi mereka tetap tidak akan
bertahan lama.
Kaum pemilik modal be-
sar kini telah berkiblat pada
Machiavelisme, untuk men-
dapatkan modal besar cara
permisif seperti impor sam-
pah golongan B3-pun di upa-
yakan.
Kaum ini menghilangkan
keberdayaan hukum, apa dan siapa
yang menghalanginya akan segera
di-binasakan dan dijadikan bidak-
bidak kepentingan untuk memper-
oleh tahta dan harta bergengsi. Bah-
kan mental birokrat dapat di ubahnya menjadi klep-
tokrat dengan mudah.
Jangan tanya kemana perginya keadilan. Jika masih
punya idealisme pintar-pintarlah memetakan manusia
dalam dunia birokrat itu, mungkin masih ada yang putih
diantara bayak oknum hitam dan abu-abu.
Atas pernyataan diatas kita jangan takut, kejahatan
Homo Homini Lupus tersebut dapat kita berantas ber-
sama, asal masih berkomitmen untuk merekons-truksi
peradabannya dengan basis ketuhanan.
Intelektualitas wajib membuktikan kesejatian cinta
dengan watak adiluhung berkomitmen kemanusiaan.
Bersatu kita teguh. Jangan mau kalah atas perlakuaan
bak di hutan rimba, karena manusia adalah makhluk
sempurna dengan pikiran dan nurani. Bukan budak naf-
su layaknya binatang.[]
ewujudkan sebuah mimpi bukan hal yang
mudah. Perlu kerja keras dan dorongan dari
orang lain. Ada mimpi yang hanya tinggal
mimpi tanpa ingin di kejar. Tak jarang gagal meraih
mimpi membuat frustasi. Tapi banyak mimpi yang bisa
dicapai sambil menyunggingkan senyum kepuasan
dengan bangga.
Menggapai mimpi merupakan tindakan yang benar.
Lalu apakah mimpi yang di targetkan telah di
upayakan dengan cara yang be-nar?. Ujian Na-
sional (UN) telah lewat. Peserta ujian tentu punya
mimpi lulus dari sekolahnya kini dan diterima di
sekolah yang lebih tinggi.
Harusnya mimpi itu di ubah menjadi orientasi
yang lebih murni. Semurni-murninya tujuan
mengikuti UN adalah semata-mata untuk mening-
katkan kecerdasan. Lewat ujian kita dapat me-
ngetahui kemampuan kita dan tahu
dimana harus memperbaiki diri.
Bukan mengejar nilai. Jika
ingin nilai saja, tak jarang di
peroleh dengan kecurangan.
Mengenai kecurangan saat
UN. Harian lokal di pontianak
juga telah ajarkan caranya. Di
rubrik Tecno, halaman 14,
kolom satu, edisi minggu, 26
april 2009 berjudul ”Nyontek
Mudah ala GSM Pen”.
Artikel ini jelas orientasinya
keuntungan bagi pembuat pro-
duk dan media yang memampangnya.
Bukan orientasi murni yang tak lepas dari pengaruh
buruk. Keduanya telah memperbesar kesempatan
generasi muda berbuat curang.
Entah akan jadi apa negara setelah generasi muda
yang banyak kesempatan melakukan perbuatan curang
ini memimpin bangsa. Tambah miskin. Tambah sulit.
Tambah bobrok. Mungkin akan jadi senjata makan tuan.
Hanya Tuhan yang tahu.
Kasus lainnya datang dari caleg gagal asal Sungai
Raya. Ia tega membongkar atap Yayasan Pemadam
Kebakaran Bakti Raya yang telah di sumbangkannya.
Untuk mencari simpati rakyat, ia menghalalkan segala
cara. Walau-pun tidak ikhlas ia tetap memberikan atap
pada yayasan. Jelas orientasinya bukan untuk berbagi.
Tapi mengharapkan pamrih sebesar-besarnya.
Hal ini nyatanya merupakan aplikasi dari teori
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | e d i t o r i a l
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/20096
TERIMA kasih kepada Mimbar Untan yang telah sudi
memuat surat ini.
Saya adalah mahasiswa FKIP non reguler angkatan
2005, biasanya mahasiswa non reguler KKM di kampus
saja, akhir semester 7 kami KKM dengan jadwal yang
sudah ditentukan dengan agenda membuat lapangan
Tree in one, dimana lapangan tersebut terdapat 3 fungsi,
yaitu lapangan futsal, lapangan volly dan lapangan bulu
tangkis. Namun entah mengapa jadwal yang sudah
ditentukan ternyata tidak sesuai.
Kami yang sudah diberi jadwal selama 1 bulan
berlalu sudah. Hanya tinggal mahasiswa yang bekerja
dan memilih jadwal agak lama. Namun sampai saat ini,
yang saya lihat tidak ada perubahan sama sekali. Apa
yang terjadi, seolah lapangan tersebut dicuekan begitu
saja, saya juga tidak tahu siapa yang bertanggung jawab
akan hal ini. Apakah uang yang tersisa tidak cukup, atau
tidak ada pengawas yang benar-benar memperhatikan
hal ini.
Berkenaan dengan ini saya mohon ada perubahan
yang signifikan, dimana uang yang tersisa juga puluhan
juta? Dan tolong dong lebih diperhatikan pengawasan
terhadap mahasiswa lain yang mengambil jadwal lebih
lama dari kami. Yang saya lihat mereka tidak bekerja
sama sekali.
tn_nazalah@yahoo.com
KKM FKIP Ngadat…!
TERIMA kasih kepada Miun yang telah memberikan
ruang kepada saya.
Saya adalah seorang yang sangat mencintai anggrek.
Apalagi di Kalimantan ini banyak spesies langka dari
anggrek. Saya semula sangat senang dengan adanya
taman anggrek Untan. Dan sering pula diadakan
pameran anggrek yang melengkapi koleksi saya.
Namun sekarang ini, bursa anggrek tersebut tidak
lagi tampak indah. Hanya bangunan-bangunan yang
tidak terawat dan diabaikan
Kiranya pihak untan dapat memperhatikan masalah
ini. Sangat sayang jika tempat yang sudah dibangun
dengan biaya mahal tidak dimanfaatkan
Mahasiswa Untan 05
Bursa Anggrek yangTak Terawat
TERIMA kasih saya ucapkan kepada LPMU yang telah
memuat surat ini. Pertama-tama saya ucapkan selamat
ulang tahun ke–50 kepada universitas Tanjungpura.
Semoga semakin dapat meningkatkan mutu dan
pelayanan kepada mahasiswa.
Saya mahasiswa Pertanian yang ingin memberitahu-
kan atas kurang terpeliharanya fasilitas perkuliahan di
Fakultas Pertanian. Khususnya saya prihatin dengan
Laboratorium komputernya. Dari yang saya lihat
Labkom tidak begitu terawat, atapnya sudah bocor, dan
jumlah komputernya juga terbatas.
Besar harapan saya pihak universitas dapat lebih
memperhatikannya. Agar labkom dapat berfungsi
sebagai media informasi bagi mahasiswa. Lebih kurang-
nya saya ucapkan terimakasih.
Mahasiswa Pertanian ‘06
Fasilitas TakTerpelihara
ASSALAMUALIAKUM,
Terima kasih kepada redaksi yang bersedia memuat
keluhan saya.
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, kita ditun-
tut untuk selalu tahu akan perkembangan yang ada
dengan mudah dan cepat. Di Untan misaknya, gem-
bargembor akademik online dimunculkan untuk me-
mudahkan mahasiswa. Mulai dari nilai, beasiswa, daftar
pengambilan matakuliah, sampai internet gratis di se-
kitar UPT Puskom.
Namun saya agak kecewa dengan layanan akademik
yang tidak bisa di akses dari rumah. Saya harus tiap
saat ke UPT Puskom atau layanan internet di kampus
untuk memantau perkembangan nilai saya. Apalagi
untuk memasukan mata kuliah tidak bisa dilakukan
dalam sekali, karena dosen mata kuliah tidak serentak
memberikan nilai kepada mahasiswanya.
Saya hanya mengharapkan layanan akademik ini
dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Apalagi saya
berasal dari luar kota Pontianak.
cjolie@gmail.com
Layanan AkademikTak Bisa Diakses dariJauh
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | p e m b a c a
Tugu Khatulistiwa yang merupakan asetwisata Kota Pontianak kurang terawat.Itu Pariwisata yang dekat pusat kota, kalau yangjauh ... berlumpur.
Banyak yang demo RUU BHP, namun UUtetap ditetapkan.Daripada tidak sama sekali.
Rencana Pemerintah dalam membangunsumber energi tenaga uap dari gambut perludikaji ulang.Sampai bencana datang dan menghukum kita,barulah kita sadar bahwa uang tidak bisa dimakan.
Tabik
Celoteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang MiunCeloteh Bang Miun
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 7
Antara TeriakanPara Demosntran dan TimKampanye Parpol Indonesia merupakan negara yang memiliki
keanekaragaman dari berbagai multi-kultur
kehidupan masyarakat yang berbeda-beda
pola dalam menerima proses untuk
berperilaku terhadap persoalan yang ada
sekarang ini.
Sudah barang tentu menjadi sebuah
pertanyaan bagi kita semua, mengenai ke-
anehan yang ada di Indonesia akhir-akhir ini,
baik pada tingkat elit bawah sampai pada
tingkat elit atas dengan adanya perbedaan
dalam pemikiran terhadap suasana atau
bersifat berubah. Kenapa hal ini menjadi
penasaran, misalnya kita melihat perilaku
terhadap para sang demonstrasi dengan para
tim kampanye partai.
Apa yang menyebabkan adanya per-
bedaan antara dua gerakan ini. Di mana untuk
gerakan sang demonstran yang dilakukan
oleh para mahasiswa, kaum buruh, kaum petani dan
pada masyarakat miskin untuk melakukan sebuah
keinginan akan perubahan pada :
1 . Sistem ketatanan pemerintahan atau de-
mokrasi,
2. Dengan melakukan perubahan pada hal-hal
yang kurang berkenan di hati,
3. Menyangkut masalah korupsi, kolusi dan
nepotisme terhadap instansi pemerintah maupun
instansi swasta,
4. Menuntut atas hak-hak kebijakan kehidupan
yang berhubungan dengan kenaikan gaji (Honor),
5. Perampasan hak-hak mereka yang tidak sesuai
dengan perjanjiannya terhadap apa yang pernah
mereka ucapkan.
Masih banyak yang belum dituntaskan secara teratur
terhadap tuntutan dan apa yang menjadi keinginan
mereka yang belum terealisasikan dengan benar atau
selesainya hanya ditengah jalan saja. Lebih anehnya lagi
ketika mereka melakukan aksi demonstrasi selalu tidak
mendapat bantuan atau ditopang dengan adanya dana
yang besar dan dana yang mereka peroleh dari kantong
pribadinya masing-masing untuk biaya proses aksinya
ataupun mereka rela menahan lapar dan haus demi
menunjukkan jati dirinya bahwa mereka benar-benar
teranianya atau dibohongi. Sehingga menjadi fenomena
pada masyarakat kita untuk melakukan tindakan-
tindakan yang menuju ke arah positif dan
membela hak rakyat atau mereka yang
merasa tertindas, tetapi hal ini justru malah
menjadi tempat pencarian beberapa
kesalahan mereka untuk melakukan tindakan
yang selalu dianggap benar, namun menjadi
krusial dengan merusak citra pribadi pada
posisi mereka walaupun hal itu selalu benar.
Dilihat dari realita kenyataan
demonstransi dilapangan menunjukkan
bahwa dengan jumlah yang sedikit atau dapat
dihitung dengan jari ini, mereka dapat
mengejutkan dan mematahkan semangat
pertahanan pihak keamanan yang cukup
besar dan mengundang perhatian dikalangan
masyarakat Indonesia serta bisa
mengganggu fasilitas kepentingan umum.
Dengan jumlah yang cukup relatif pada
saat melakukan demonstrasi tidak menjadi
ketakutan bagi mereka dan ini menjadikan mereka
bertambah berani, kuat dan dengan rasa penuh percaya
diri untuk melakukan sebagian dari orang-orang yang
benar dalam menyatakan pendapat terhadap pihak yang
merasa bersalah atau tidak memiliki rasa tanggung-
jawab terhadap apa yang meraka lakukan kepada sang
pencari kebenaran.
Tidak ubahnya sang demonstrasi ini, selalu untuk
berteriak dan memanggilkan kepada sebuah proses
untuk melakukan pertanyaan yang besar maupun kecil
terhadap pihak-pihak yang merasa dirinya melakukan
kejanggalan dalam memberikan solusi dan adanya
kelalaian pada janji mereka terhadap yang telah
diberikan pembicaraan dalam bentuk tertulis ataupun
secara lisan.
Sedangkan para sang tim kampanye partai politik
melakukam demonstrasinya hampir mendekati pola
para sang demonstran untuk melakukan gerakan-
gerakan dalam memberikan keseriusan terhadap rakyat
yang penuh dengan rasa percaya diri, rasa kecintaan
terhadap partai dan menanggapi tingkat antusias dari
orasinya para elit politik yang hanya mementingkan
kepribadian sementara untuk mencapai kekuasaan.
Dengan pola yang sangat indah semua elemen
masyarakat merasa terhanyut dengan visi - misi para
sang tim kampanye terhadap masyarakat saat ini, baik
berupa :
Penulis:Rudilamsyah
Alumni:Fekon Untan, 2001
Aktivitas:Sekretaris
Eksekutif NuansaAlam
Mantan Ketua DKCKota Pontianak
Gerakan Pramuka Mantan Anggota
IMM
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | o p i n i
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/20098
1 . Turunnya harga barang sesuai dengan keten-
tuan,
2. Terbukti dengan turunnya harga BBM,
3. Memberikan keringanan terhadap rakyat miskin
berupa BLT,
4. Memberikan pelayanan kesehatan dan pendidi-
kan secara gratis, dan
5. Mengurangi penggangguarn dari pekerjaan.
Dan masih banyak lagi janji-janji para sang tim
kampanye PARPOL yang akan disampaikan pada saat
memberikan orasinya kepada rakyat Indonesia. Isi dari
setiap orasi kampanye itu selalu mengenai tingkat
keberhasilan dalam mengelola dan membangun
pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan yang mereka
lakukan pada masa pemerintahan, baik itu di tingkat
pusat sampai di tingkat jajaran yang kecil.
Anehnya lagi, sang tim kampanye pandai mem-
berikan dan membujuk rakyat untuk ikut serta dan andil
dalam proses kampanye nanti. Tim kampanye berusaha
untuk mengajak dan memberikan keyakinan kepada
mereka agar turun pada saat kampanye, sehingga
masyarakat terhanyut dengan pemberian pada bentuk
baju, pembagian sembako murah dan diisukan dengan
kedatangan artis ibukota yang terkenal. Namun hal ini,
akan menjadi dilema bagi bangsa Indonesia karena
setiap tim kampanye telah membawa dampak yang
negatif pada saat diikut sertakannya anak-anak yang
masih dibawah umur atau balita dan para sang tim
penghibur partai politik melakukan gerakan erotis
terhadap anak-anak dan hebohnya lagi para sang massa
pengikut kampanye diberikan kebebasan dalam mela-
kukan hal yang tidak layak dimata masyarakat Indone-
sia secara umum.
Para tim kampanye boleh saja melakukan rasa
kebanggaan atau merasa hebat atas ramainya atau
banyaknya para pendukung dan simpatisan partai yang
datang saat kampanye. Tetapi yang menjadi perta-
nyaan, apakah hal ini yang positif bagi pendidikan partai
politik terhadap janji-janji mereka atau sampai sejauh
mana para massa pendukung partai politik mendengar
janji-janji atau hanya datang untuk melihat tontonan
para sang penghibur partai saja...?
Kalau kita tinjau secara signifikan, bahwa perbedaan
antara sang para demonstrasi dengan sang tim kam-
panye parpol adalah dengan jumlah masa sang demon-
transi dapat dihitung dengan jari dibanding sang tim
kampanye parpol dan tim kampanye parpol menggu-
nakan dana yang sangat besar dibandingkan dengan
sang para demonstran, sementara untuk tingkat
kriminalitas pada sang tim kampanye parpol cukup
tinggi dibanding dengan sang para demonstrasi.
Sehingga dengan adanya keadaan yang menunjukkan
bahwa pada setiap melakukan proses perubahan yang
ada di Indonesia sekarang, tentunya akan membawa
dampak yang tidak baik ke arah yang positif, baik saat
ini maupun dimasa yang akan datang.
Marilah kita bersama-sama untuk membangun dan
mewujudkan Bangsa Indonesia ke arah yang terdepan
dan menjadi contoh tauladan dinegara lainnya. Saatnya
anda untuk memikirkan mana yang lebih baik pada
gerakan sang para demonstrasi atau gerakan sang para
tim kampanye parpol, tentunya kembali pada diri anda
lagi untuk memikirkan negara kita ini yang tercinta... []
Dedy Armayadi
M. Zuni Irawan
Azwar
Aini Sulastri
Kadiv Penerbitan
2003-2004
Kadiv Perusahaan
2002-2003
Staf Divisi PSDM
2005-2006
Bendahara Umum
2005-2006
TertandaLembaga Pers MahasiswaUniversitas Tanjungpura
Selamat Berkecimpung diDunia yang bukanMahasiswa Lagi
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | o p i n i
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Satu MejaDuduk
9
DudukSatu Meja
BedahiPariwisataBedahiPariwisata
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200910
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
alam coffee morning
yang digagas Perhimpu-
nan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI), Sabtu
(28/3), di Grand Mahkota Pontia-
nak, seluruh insan pariwisata seperti
PHRI, MPI, HPI, Asita, Kocak,
bersama pemerintah duduk ber-
sama membedah pemanfaatan po-
tensi dalam kota untuk dijual ke
luar.
Wakil Walikota Pontianak, Par-
yadi, menyatakan keseriusan peme-
rintah untuk menyukseskan Kalbar
Tourism 2010 dengan memulai
pada Visit Pontianak 2010. Dengan
memanfaatkan moment hari jadi
Kota Pontianak untuk menyeleng-
garakan Festival sebulanan guna
menarik wisatawan masuk kemari.
“Festival sebulanan tadi akan
diisi dengan banyak acara. Dan
diharapkan seluruh hotel, restoran,
dan pusat perbelanjaan guna sema-
kin menarik minat wisatawan de-
ngan memberikan potongan harga.
Kita harapkan dengan begini Pon-
tianak tidak sekedar dikenal dengan
kulminasi tapi juga ada Bulan Okto-
ber yang bisa mengundang mereka,”
sampainya.
Dia berpendapat, Pontianak ada-
lah pintu gerbang masuk ke seluruh
potensi wisata di Kalbar. Maka, pintu
gerbang pun harus ditata. Meski
mengakui pemkot menyediakan
anggaran cukup minim namun dia
mengharapkan semua elemen, baik
stakeholder maupun masyarakat
berkomitmen memajukan pariwi-
sata.
Promosi obyek wisata juga meru-
pakan aspek terpenting dalam me-
ningkatkan kepariwisataan di Pon-
tianak. Menurut Alex, perwakilan
Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI) Kalbar perlu adanya promosi
yang bisa menarik wisatawan asing
dan domestik untuk berkunjung ke
Pontianak, bukan promosi yang
asal-asalan.
“Saya berharap, untuk promosi
kedepannya lebih ditonjolkan ke-
khasan daerahnya. Termasuk selu-
ruh hotel,restoran, dan cafe mema-
sang gambar tentang objek wisata di
Kalbar. Lalu dalam event yang me-
reka gelar tetap memberikan ruang
pada kesenian daerah seperti ta-
rian,” jabarnya lagi.
Dukungan ini ditunjukkan Gen-
eral Manager Grand Mahkota, Agus
Widiasmoro yang mengatakan hotel
bintang empat di Kalbar ini sangat
menyetujui konsep tersebut. Dengan
Duduk Satu MejaBedahi PariwisaGelar Festival Sebulanan Sambut Kalbar Tourism 2010
Oleh Eka Setiawati
Bila pemerintah pusat memiliki VisitIndonesia 2008, maka pemda Kalbar tak
ingin ketinggalan denganmenggaungkan Kalbar Tourism 2010.
Seluruh pemerintah kabupaten dankota diminta tak sekedar diam tapi
menunjukkan aksi demi menyongsongkesuksesan program tersebut. Seperti
halnya yang telah dimulai oleh seluruhinsan pariwisata dan pemerintah di
kota Pontianak.
D
WISATAWAN domestik ini tengah menunggu rekannya untuk pulang. Jumlah Pengunjung yang datang ke Kalbar bertambah setiaptahunnya. Salah satu tujuan kunjungan yaitu Tugu Khatulistiwa (Equator monument) yang terletak di Siantan, P
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 11
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
tu Mejaariwisata
Gelar Festival Sebulanan Sambut Kalbar Tourism 2010
mengandalkan tamu di hotelnya
yang hampir 80 persen adalah dari
luar.
“Tidak masalah bila nanti kami
juga diminta memberikan harga
khusus kepada mereka. Ini sebagai
bentuk dukungan memajukan pari-
wisata juga yang pastinya memiliki
multiflier effect yang tinggi,” katanya
kepada Miun.
Harapan senada disampaikan
oleh Ketua PHRI Kota Pontianak,
Yuliardi Qamal, yang mengatakan
dengan pertemuan tersebut dan
dibentuknya Forum Komunikasi
Pariwisata Kota Pontianak, kedepan-
nya kota ini memiliki kalender wi-
sata. Dengan demikian tidak hanya
mengandalkan gawe titik kulminasi
untuk dijual kepada tamu.
“Karena kita pikirkan manfaat-
nya banyak bila pariwisata maju.
Industri perhotelan berkembang
pesat karena tingkat hunian yang
meningkat dan restoran serta ru-
mah makan dibanjiri konsumen.
Dan biasanya wisatawan itu selalu
pulang dengan membawa oleh-oleh.
Pastinya industri kerajinan dan
pembuatan makanan untuk oleh-
oleh ini juga kecipratan manfaat
tadi,” urainya.
Sementara saat ditemui Ketua
Asosiasi Travel Agent (Asita) Kal-
bar, Hefni AS menuturkan mereka
ada untuk berdagang pada konsu-
men atau pada wisatawan tersebut.
Mereka mengeluhkan selama ini
untuk Kota Pontianak hampir tidak
banyak pilihan untuk tujuan wisata
lagi. Pilihan hanya tugu khatulistiwa,
keraton, museum, atau pun wisata
sampan.
“Kadang kita malu juga bila tem-
pat-tempat tadi tidak tertata bagus.
Maka kita harapkan dengan forum
bersama ini , mari kita benahi,” ung-
kapnya.
Menurut Ketua Masyarakat Pari-
wisata (MPI) Kalbar, Martias, me-
ngatakan perlu ada keseriusan dari
pemegang kebijakan dalam mening-
katkan sektor wisata, bukan sekedar
wacana saja. Memang sudah ada
tindakan yang nyata dari peme-
rintah, namun dirasakan belum
maksimal.”Masyarakat juga berpe-
ran besar, adanya sadar wisata dari
masyarakat setempat. Keramahan
dari masyarakat yang bisa membuat
kenyamanan dari wisatawan meru-
pakan aspek yang terpenting,” te-
gasnya. []
Negara Jumlah Pengunjung
Malaysia 2311 Brunei 223 Fhilipina 38 Singapura 111 Jepang 104 Taiwan 46 India 14 Hongkong 103 Kanada 73 Korea Selatan 113 Australia 94 Amerika 163 Inggris 49 Belanda 67 Rusia 8 Jerman 71 Swedia 22 Italy 13 RRC 345 Turkey 6 Banglades 5 Belgia 5 Afrika Selatan 7 Prancis 8 Austria 8 New Zealand 10 Denmark 8 Saudi Arabia 4 Costarika 3 Thailand 6 Myanmar 5 Viatnam 12 Timor Timur 17 Scotlandia 4 Switzerland 3 Total 4079
Sumber : Unit Pelaksanaan TeknisDaerah Tugu Khatulistiwa Pontianak
Masyarakat juga berperan
besar, adanya sadar wisata
dari masyarakat setempat.
Keramahan dari masyarakat
yang bisa membuat kenya-
manan bagi wisatawan
merupakan aspek yang
terpenting
MIUN/S I IS
domestik ini tengah menunggu rekannya untuk pulang. Jumlah Pengunjung yang datang ke Kalbar bertambah setiapang terletak di Siantan, Pontianak Utara.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200912
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
Tidak SusahMenambah Daya TarikTugu Khatulistiwa
ugu Khatulistiwa dibangun
untuk menandai bahwa
Pontianak adalah Kota
Khatulistiwa. Tugu yang
merupakan ikon pariwisata Pontia-
nak ini seharusnya mempunyai nilai
jual yang tinggi dari yang ada seka-
rang. Kurangnya keseriusan dalam
pengelolaan Tugu Khatulistiwa oleh
Pemerintah Kota dan Dinas-dinas
yang terkait menyebabkan tugu
terkesan biasa-biasa saja.
Ketidakseriusan ini dapat dilihat
dari tempat parkir yang tidak jelas,
namun karena pengunjung yang
datang hanya sedikit, jadi hal ini
tidak menjadi masalah. Selain itu
juga, pengelola tidak menyiapkan
tempat sampah, sehingga pengun-
jung membuang sampah disemba-
rang tempat. Bahkan, sarang burung
sriti juga menghiasi bagian atas Tugu
Khatulistiwa.
Kalau dilihat dari tugu yang dulu
dengan sekarang, memang sedikit
ada perbedaan, namun proses pem-
bangunannya terkesan sangat lam-
ban. Padahal Tugu mempunyai po-
tensi yang besar dalam menarik wi-
satawan mancanegara ke Indonesia,
apalagi menjelang Kalbar Tourism
2010. Kurangnya perhatian menye-
babkan tugu dirawat dengan apa
adanya, kurangnya sarana dan pra-
sarana yang memadai sehingga tugu
terkesan biasa-biasa saja dan tidak
memiliki fasilitas yang mendukung
untuk membuat orang betah ber-
lama-lama dikawasan itu.
Pembangunan tugu diakui Zul-
kifli selaku Kepala Seksi Pemasaran
Pariwisata Kota Pontianak masih
jauh dari sempurna, dan masih
belum bisa dikatakan objek wisata.
Namun, Dinas Pariwisata dan Kebu-
dayaan Kota Pontianak sedang me-
ngusahakan pengembangan kawa-
san tugu. Usaha ini diantaranya
akan membangun Sundial (jam ma-
tahari) tertinggi di dunia. Setelah
pembangunan Sundial direalisa-
sikan, Zulkifli berharap, Tugu Kha-
tulistiwa dapat dijadikan tujuan
utama wisata, dan dapat mening-
katkan daya tarik wisatawan domes-
tik maupun mancanegara untuk ber-
kunjung ke Pontianak.
Pemerintah Kota Pontianak seka-
rang memang sedang mengupaya-
kan mengembangkan area tugu
menjadi tempat tujuan wisata yang
utama. Dengan adanya rencana
untuk membangun Sundial tertinggi
di dunia dan Planetarium. Pemerin-
tah ingin menjadikan Tugu menjadi
sarana rekreasi dan wisata pendi-
dikan. Selain itu, untuk menambah
daya tarik wisatawan berkunjung,
pemerintah setempat juga beren-
cana untuk membuat tempat pengi-
napan, toko, dan kafe. Namun ini
Oleh Eka Setiawati
Pontianak merupakan IbuKota Propinsi Kalimantan
Barat. Bila menyebutPontianak, tentu saja yang
terlintas dipikiran adalahKota yang dilewati garis
Khatulistiwa, garis khayalyang membelah bumi
menjadi dua bagian yaitubagian Utara dan Selatan.
TM I U N / E K A
PENGUNJUNG yang sedang melihat hasil kerajinan tangan khas KalimantanBarat pada perayaan Titik Kulminasi di Pontianak (21-23/3).
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 13
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
semua menjadi tidak mudah karena
memerlukan biaya yang tidak sedi-
kit ditambah lagi dengan masalah
pembebasan lahan yang masih be-
lum selesai.
Menurut Heri Adha Sunarso,
Selaku Ketua UPTD Tugu Khatulis-
tiwa Pemerintah Kota Pontianak,
untuk pengembangan tugu memang
sudah direncanakan, namun hal ini
terkendala dengan kawasan yang
masih menyatu dengan lahan milik
Komando Resor Militer (Korem)
121/ABW. Heri menambahkan, Pe-
merintah Kota sudah melakukan
koordinasi dengan pihak yang ter-
kait, bahkan pemerintah pusat juga
membantu dalam masalah ini. Se-
lain itu, kendala dalam pengemba-
ngan tugu itu sendiri, juga karena
tugu berhimpitan dengan jalan
Arteri Primer, sehingga kurang stra-
tegis dalam pengembangan kawa-
san.
Tugu Khatulistiwa memang kalah
megah dengan Menara Eiffel di
Paris, atau tugu Monas di Jakarta.
Namun, daya tarik Tugu bukan
terletak pada sisi komersialnya,
tetapi justru dilihat dari penataan
agar serasi dengan alam dan keles-
tarian sungai kapuas. Keanekara-
gaman suku dan budaya juga meru-
pakan keunikan dan kekhasan ter-
sendiri yang bisa menarik wisatawan
asing.
Selain keanekaragaman suku dan
budaya, peristiwa Kulminasi juga
merupakan daya tarik bagi wisa-
tawan asing. Peristiwa yang terjadi
dua kali dalam setahun yaitu pada
tanggal 21-23 Maret (Cancer Equi-
nox) dan 21-23 September (Capri-
corn Equinox). Menariknya, dalam
peristiwa kulminasi, bayangan tugu
dan benda-benda lainnya akan hi-
lang dalam beberapa saat.
Peristiwa Kulminasi merupakan
peristiwa yang ditunggu-tunggu
wisatawan asing yang ingin menyak-
sikan secara langsung peristiwa
kulminasi, hal ini merupakan kesem-
patan yang baik untuk mengenalkan
Pontianak, dan keunikan budaya
yang dimilikinya. Biasanya, Peme-
rintah Kota Pontianak menyiapkan
acara khusus untuk merayakan
Peristiwa Kulminasi, dan mengun-
dang tamu dari luar negeri.
Jika potensi yang ada dikelola
dengan serius, banyak pihak yang
diuntungkan. Antusias yang tinggi
dari wisatawan yang berkunjung
untuk menyaksikan peristiwa kulmi-
nasi merupakan kesempatan emas
bagi Pemerintah Kota. Banyak pihak
yang diuntungkan, tidak hanya
berpengaruh terhadap pendapatan
daerah, tetapi juga bagi masyarakat
sekitar.
Masyarakat bisa memperkenal-
kan budaya yang mereka miliki,
kerajinan tangan dan karya seni,
keunikan dan keindahan alam, serta
pelayanan yang baik dan kerama-
han. Alangkah baiknya jika, apa yang
sudah ada dimanfaatkan dengan
sebaiknya, sarana dan prasarana
yang memadai agar wisatawan yang
berkunjung bisa merasa betah ting-
gal berlama-lama untuk menikmati
keindahan alam disekitar tugu Kha-
tulistiwa
"Kesiapan pemerintah dan ma-
syarakat serta pedagang di daerah-
daerah wisata sangat besar penga-
ruhnya dalam menjaga kebersihan
dan kenyamanan pengunjung," ung-
kap Martias, Ketua Masyarakat Pa-
riwisata Indonesia (MPI) Kaliman-
tan Barat. Menurutnya, selama ini
upaya yang dilakukan pemerintah,
tingkat daerah dan kota sudah baik,
namun belum maksimal, terutama
di bidang infrastruktur dan keber-
sihan. Upaya-upaya promosi juga
belum dilakukan secara terpadu
dengan melibatkan semua unsur,
pemerintah, pengusaha swasta dan
masyarakat.
Martias menilai, banyak kelema-
han dalam memajukan industri pari-
wisata di Kalimantan Barat, dianta-
ranya, masih kurangnya pemaha-
man masyarakat tentang arti pari-
wisata itu sendiri, serta kurangnya
peran masyarakat dalam hal men-
jaga kebersihan dan kenyamanan
bagi pengunjung. Masyarakat harus
diberikan pemahaman tentang ke-
cintaan terhadap lingkungan dae-
rahnya, apalagi yang mempunyai
potensi sebagai tempat wisata atau
rekreasi.
Keberhasilan dari Industri pari-
wisata terwujud ketika unsur ramah
lingkungan sangat diperhatikan
dalam pembangunannya. Kebersi-
han dan kesehatan adalah hal utama
yang diperbincangkan wisatawan,
terutama yang berasal dari luar In-
donesia. Kealamian dari alam itu
sendiri yang merupakan daya tarik
bagi wisatawan asing yang ber-
kunjung ke Tugu Khatulistiwa. []
M I U N / E K A
SEORANG pelaku seni menunjukkan kebolehan dalam membuatsketsa wajah dalam perayaan Titik Kulminasi di Tugu KhatulistiwaPontianak.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200914
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
erik sinar matahari tidak
mematahkan semangat
pengunjung untuk datang
ke Tugu Khatulistiwa yang terletak
di Siantan. Mereka datang khusus
untuk melihat peristiwa kulminasi,
banyak wisatawan baik lokal mau-
pun mancanegara yang ikut meme-
riahkan perayaan kulminasi. Bagi
penduduk setempat, kulminasi me-
rupakan lahan basah, para seniman
bisa mempertontonkan karya seni-
nya, pedagang kecil yang menjajakan
dagangannya.
Kulminasi merupakan peristiwa
alam yang sangat unik, hanya dite-
mukan di negara yang dilewati oleh
garis Khatulistiwa. Kulminasi meru-
pakan suatu peristiwa dimana mata-
hari tepat berada di Garis Khatu-
listiwa, sehingga bayangan akan sulit
dicari. Kulminasi terjadi dua kali da-
lam setahun, yaitu pada 21-23 Ma-
ret yang disebut Vermal Equinox
sebagai penanda musim semi, de-
ngan titik kulminasi tepat pada pukul
11.50 WIB dan 21-23 September
yang disebut Autum Equinox atau
dikenal sebagai waktu hadirnya
musim gugur, dengan titik kulminasi
tepat pada pukul 11.38 WIB.
Berdasarkan data dari Dinas Pari-
wisata dan Kebudayaan Pemerintah
Kota Pontianak, wisatawan man-
canegara yang berkunjung selama
tahun 2008 sebanyak 4.079 orang,
Malaysia pengunjung yang men-
dominasi selama tahun 2008. Se-
dangkan untuk wistawan domestik,
sebanyak 35.190 orang, dominan
berasal dari daerah DKI Jakarta.
Untuk merayakan peristiwa kul-
minasi, pemerintah kota menga-
dakan acara yang merupakan agen-
da tahunan Pemerintah Kota Pon-
tianak. Wisatawan mancanegara
dak adanya bangku untuk duduk
sekedar menghilangkan rasa penat,
sehingga pengunjung tidak betah
berlama-lama. Sungai kapuas juga
tidak kelihatan, karena ada kapal
Ketika Bayangan TuguMenghilangOleh Eka Setiawati
khusus diundang dalam perayaan
untuk menyaksikan peristiwa kulmi-
nasi secara langsung. Acara ini juga
dimeriahkan dengan tarian-tarian
daerah dari berbagai etnis, serta
pameran hasil kerajinan dari ber-
bagai UKM yang ada di Pontianak,
dan stan-stan dari Dinas-dinas yang
ada di Kota Pontianak, pameran foto
dari perkumpulan Fotografer baik
cetak maupun elektronik yang ada
di kota Pontianak. Panitia juga
menyiapkan stan yang khusus me-
layani pembuatan Akte Kelahiran
secara gratis oleh Catatan Sipil dan
Kependudukan (Capilduk) Kota
Pontianak.
Namun, perayaan kulminasi ini
masih terkesan biasa saja. Ketika
acara seremoni selesai, tempat
tersebut kembali sepi. Selain itu ti-
T
MIUN/S I IS
MASYARAKAT sekitar menunjukkan lubang titik kulminasi. lobang tersebutmerupakan pusat kulminasi yang sebenarnya. Di titik ini bayang tidak tampak.
M I U N / E K A
INILAH pusat kulminasi. Pada pera-yaan kulminasi lubang, titik kulminasidisulap menjadi jam matahari.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 15
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
tongkang yang menghalangi panda-
ngan. Panitia juga tidak menyiapkan
tempat pembuangan sampah yang
khusus, sehingga sampah bersera-
kan dimana-mana. Kurangnya kese-
riusan panitia dalam mempersiap-
kan acara secara matang dan lebih
menarik.
Tidak ada yang istimewa dari
perayaan kulminasi tersebut, pa-
dahal kalau dilihat, kulminasi mem-
punyai potensi yang sangat besar
dalam menarik minat wisatawan
asing serta memperkenalkan po-
tensi tugu untuk menarik investor
dalam pengembangan tugu kede-
pannya.
Sugeng, masyarakat setempat
merasa kecewa dengan kurang kese-
riusan panitia dalam mempersiap-
kan acara.
menarik, murah tapi meriah, kenapa
tidak menyewa Even Organizer saja,
padahal wisatawan mancanegara
banyak yang hadir pada waktu itu,”
ujarnya.
Menurutnya, inilah saat yang
tepat bagi Pontianak untuk mem-
perkenalkan daerahnya ke negara
lain dalam rangka promosi, apalagi
kulminasi hanya terjadi di negara
yang hanya dilewati garis khatulis-
tiwa, tambahnya.
Banyak potensi dari Tugu yang
bisa diambil, pada peristiwa kul-
minasi ini, banyak pihak yang di-
untungkan jika benar-benar dikelola
dengan maksimal, sejauh ini peme-
rintah belum serius dalam me-
ngembangkan Ikon Kalbar ini. []
Tidak ada yang istimewa
dari perayaan kulminasi
tersebut, padahal kalau
dilihat, kulminasi mem-
punyai potensi yang sangat
besar dalam menarik minat
wisatawan asing serta
memperkenalkan potensi
tugu untuk menarik investor
dalam pengembangan tugu
kedepannya
“Kalau memang pemerintah atau
Dinas Pariwisata belum berpenga-
laman dalam membuat acara yang
da beberapa Negara
yang dilewati garis kha-
tulistiwa, diantaranya
Indonesia (Pontianak), Afrika
(Gabon), Uganda (Zaire), Kenya
dan Somalia, serta di Amerika
Latin (Equador, Peru, Columbia,
dan Brazil). Namun Indonesia
yaitu kota Pontianak merupakan
kota Istimewa yang tepat dilewati
oleh garis khatulistiwa.
Menurut catatan dari V.en.W
oleh Opzichter Wiese dikutip dari
Bijdragen tot de geogrhapie dari
Chef Van den topographischen
dienst in Nederlansch_Indie tahun
1941, disebutkan bahwa pada 31
Maret 1928 telah datang di Pon-
tianak satu ekspedisi internasional
yang dipimpin seorang ahli geo-
grafi berkebangsaan Belanda. Eks-
pedisi ini melakukan perjalanan ke
kota Pontianak untuk menentukan
titik/ tonggak garis ekuator.
Pada tahun 1928, tugu pertama
yang mereka bangun baru ber-
bentuk tonggak tanda panah. Tong-
A
Sejarah Tugu Khatulistiwagak itu kemudian disempurnakan
tahun 1930 dengan menambahkan
lingkaran di atas tonggak tersebut.
Tahun 1938, tugu ini disempur-
nakan pendiriannya oleh arsitek
Silaban.
Baru pada tahun 1990, tugu
Khatulistiwa tersebut direnovasi
dengan pembuatan kubah untuk
melindungi tugu yang asli serta
pembuatan duplikat tugu dengan
ukuran lima kali lebih besar dari
tugu yang aslinya. Peresmiannya
pada tanggal 21 September 1991.
Bangunan tugu terdiri dari 4
buah tonggak kayu belian (kayu
besi), masing-masing berdiameter
0,30 meter, dengan ketinggian
tonggak bagian depan sebanyak
dua buah setinggi 3,05 meter dan
tonggak bagian belakang tempat
lingkaran dan anak panah penun-
juk arah setinggi 4,40 meter.
Diameter lingkaran yang di-
tengahnya terdapat tulisan EVE-
NAAR sepanjang 2,11 meter. Pan-
jang penunjuk arah 2,15 meter. Tu-
lisan plat di bawah anak panah
tertera 109o 20’ OLvGr menun-
jukkan letak berdirinya Tugu Kha-
tulistiwa pada garis Bujur Timur.
Tugu Khatulistiwa atau Equa-
tor Monument terletak di Jalan
Khatulistiwa, Pontianak Utara,
Propinsi Kalimantan Barat. Loka-
sinya berada sekitar 3 Km dari
Pusat Kota Pontianak.
Tugu khatulistiwa merupakan
symbol terjadinya titik kulminasi
matahari di Pontianak yang meru-
pakan asset pariwisata dan ikon
kota.Tugu ini menjadi salah satu
tujuan wisata baik dari mancane-
gara maupun domestik
Kulminasi matahari yaitu peris-
tiwa di mana matahari berada pada
titik nol derajat, peristiwa ini me-
ngakibatkan bayangan disekitar
menghilang dalam beberapa detik.
Peristiwa alam yang unik dan
bersejarah tiap tahunnya dipe-
ringati tanggal 21-23 Maret dan 21-
23 September merupakan agenda
tahunan Pemerintah Kota
Pontianak. Biasanya peristiwa ini
dimeriahkan dengan tari-tarian
tiga etnis, simbol persatuan etnis
yang menetap di Pontianak.[]
Oleh Eka Setiawati
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
Bangunan Tua,Tarik Wisatawan AsingOleh Agustinah kealamian sungai kapuas, hal itu
pula yang membuat wisatawan asing
tertarik dengan rekreasi air ini,” jelas
Zul.
“Kealamian sungai kapuas dengan
bangunan tua, jarang dijumpai wisa-
ta-wisata asing yang berkunjung di-
sini, kebanyakan yang mereka jum-
pai ditepian sungai dari negara lain
merupakan bangunan megah yang
kealamiannya sudah tidak ada lagi,
dan pandangan berbalik yang me-
reka jumpai di sungai kapuas ini,”
kata Zul saat ditemui diruang kerja-
nya.
Hal serupa juga disampaikan oleh
Sugeng KOCAK (komunitas pencinta
air kapuas), ia mengatakan sebaik-
nya sungai kapuas tetap dijaga
kealamiannya dan tidak diubah
arsitekturnya seperti bangunan-
bangunan tua ditepian sungai.
“Sekilas dapat lihat, hampir se-
mua bangunan tersebut merupakan
rumah-rumah warga yang masih
ditempati. Karena itu sebaiknya pe-
merintah memberikan penyuluhan
kepada masyarakat agar menjaga
sungai kapuas. Selain itu perlunya
kerjasama dengan dinas yang ter-
kait,” ungkap Sugeng.
Sungai Kapuas Jadi Tong
Sampah
Selain bangunan tua, ternyata
ada hal lain yang juga menarik
perhatian, sungai kapuas saat ini
Sungai kapuas
Jika berjalan ditepian sungai
kapuas dengan menggunakan atau
perahu, khususnya tepian sungai di
Pontianak, kita akan melihat bangu-
nan-banguan arsitektur yang sudah
tampak tua dan kumuh. Bahkan ada
yang hampir roboh. Jelas hal terse-
but akan merusak pemandangan.
Namun kenyataannya bagunan tua
dan kumuh itulah salah satu sumber
yang menarik dan merupakan keala-
mian pemandangan sungai.
Dilihat dari arsitekturnya, ba-
ngunan-bangunan tua dan kumuh
itu hanya akan merusak peman-
dangan, namun ternyata bangunan
tersebut merupakan nilai jual bagi
wisatawan asing. Hal ini diungkap-
kan oleh Zulkifli Kepala Seksi Pema-
saran Pariwisata.
Zulkifli mengatakan sungai ka-
puas akan selalu dijaga kealamian-
nya berupa bagunan itu, karena
kebanyakan wisata asing suka de-
ngan bagunan tua tersebut. “bangu-
nan tua dan kumuh itu merupakan
M I U N / N I TA
BANGUNAN Masjid Sultan Syarif Abdurahman atau Masjid Jami’ yang masih berdiri kokoh di kampung Beting
menjadi tong sampah, akibatnya air
sungai kapuas saat ini tidak jernih
lagi dan kotor. Ada beberapa titik
dapat kita jumpai tumpukan sampah
yang menggunung. Ironisnya hal itu
belum terjangkau oleh pemerintah.
Sugeng menjelaskan ada banyak
tempat-tempat tertentu yang dapat
Sungai kapuas sangat
bermanfaat bagi kami,
selain untuk mandi dan
mencuci, kadang-kadang
untuk memasak, bahkan
untuk minum bila musim
kemarau
16
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
kita jumpai, sampah yang menum-
puk dan membangun bukit kecil,
seperti tepian sungai di Siantan, dan
beberapa tempat lainnya. “Bagai-
mana rekreasi sungai dapat dikem-
bangkan jika belum adanya kesa-
daran dari masyarakat, akan keber-
sihan lingkungan,” jelas Sugeng.
Manfaat sungai kapuas bagi ma-
syarakat sekitar sungai ialah sangat
penting, namun kenyataannya man-
faat itu juga dijadikan tempat sam-
pah, jelas hal ini tidak perlu mengu-
bur atau membakar sampah terse-
but. Dampak dari kotornya sungai
kapuas dapat dirasakan Sutarya (45)
warga yang bermukim ditepian
sungai sejak kecil.
Sutarya mengatakan sungai ka-
puas saat ini kotor, tidak seperti du-
lu, bayak sampah yang hanyut, ti-
dak tahu dari mana asalnya. “Sungai
kapuas sangat bermanfaat bagi ka-
mi, selain untuk mandi dan mencu-
ci, kadang-kadang untuk memasak,
bahkan untuk minum bila musim
kemarau,” ungkapnya. Sutarya ber-
harap pemerintah dapat lebih mem-
perhatikan sungai kapuas dan ma-
syarakat sekitar sungai kapuas.
Hal serupa juga disampaikan
Roni (25), warga yang menggunakan
sungai kapuas sebagai transportasi
pekerjaannya ini mengatakan, saat
ini sungai kapuas kotor, hampir se-
tiap perjalannya tampak sampah-
sampah yang berhanyutan.
Menanggapi masalah tersebut
Ridham mahasiswa pariwisata ang-
katan 2008 mengatakan saat ini su-
ngai kapuas menyedihkan, bahaya
sampah, akibat dari kurangnya
kesadaran dari masyarakat akan
lingkungan menjadi belenggu, di-
mana dampak sampah itu dapat me-
nyebabkan gatal-gatal, dan bintik-
bintik. “Pemerintah saat ini seakan
menutup mata, padahal, banyak
media yang saya baca menyatakan
saat ini sungai kapuas sudah bermer-
kuri, itukan bahaya, selama 15 tahun
ini sungai kapuas memperihatin-
kan.[]
Sungai kapuas punye cerite..........
Bile kite minom aeknye.................
biarpun pergi jauh kemane............
Sungguh susah nak melupakannye.
Eh kapuas.....................
eh kapuas.
Lagu itu sudah sangat familiar
dikalangan masyarakat Pontianak.
Kata demi kata dilagu itu juga benar
adanya, Ada apa dengan sejarah
sungai terpanjang di Indonesia ini?
Dalam sejarahnya sungai kapuas
pernah menjadi jalur penting, ka-
rena sebagai transportasi utama
sebelum jalur darat dan udara.
Selain itu sejarah yang tidak terlu-
pakan juga ialah sungai ini meru-
pakan tempat pembuangan bangkai-
bangkai orang cina.
Sejarah lain yang dapat kita
ketahui dari sungai kapuas ialah dari
dulu hingga saat ini sungai kapuas
merupakan tempat pertunjukan
seni dan budaya atau objek wisata,
misalnya ada pertunjukan lomba
sampan hias dan tolak bala yang
merupakan adat istiadat budaya
masyarakat sekitar untuk menolak
musibah.
Sungai yang panjangnya kurang
lebih 1000 kilo meter ini, melintasi
seluruh wilayah Kalbar, tak jarang
transportasi air ini dijadikan tempat
penjualan kayu-kayu illegal yang
berasal dari daerah-daerah hulu
sungai yang menghubungkan de-
ngan penebangan hutan liar.[]
Sejarah Sungai Kapuas
M I U N / T I N A
BANGUNAN tua di pinggiran sungai Kapuas, yang menambah keindahan sungai.
17
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200918
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
iang hampir redup, mata-
hari sudah tampak con-
dong. Sebentar lagi siang
akan berganti malam.
Tampak sejumlah pedagang kaki
lima sedang berkemas-kemas me-
nyiapkan barang dagangannya. Ada
yang membawa gerobak, di da-
lamnya terdapat botol-botol mi-
numan, yang akan dijualnya, ada
juga yang sedang menyusun berba-
gai minuman dan rokok secara ter-
atur ditempat yang sudah tersedia
untuk mereka berjualan, ada yang
sedang membentangkan tikar tepat
mengarah ke sungai kapuas.
Begitulah suasana sore alun-alun
kapuas yang biasa kita kenal dengan
sebutan korem. Para pedagang yang
menjual aneka ragam barang daga-
ngan, tampak begitu sibuk memulai
aktivitasnya. Maklum saja mereka
ialah pedagang malam alun-alun
kapuas. Waktu sudah menunjukan
pukul 17.00, biasanya tempat untuk
mereka berjualan memang sudah
dijatah, jadi tidak ada perebutan
lahan.
Sedangkan pedagang makanan
ringan dan minuman sudah tampak
terlebih dahulu dibanding peda-
gang-pedagang lain yang biasanya
berjualan dimalam hari. Ada yang
berjualan pakaian, sandal, tas de-
ngan harga yang relatif murah dari
10-15ribu. Jika ingin membeli akse-
soris seperti kalung, gelang, cincin
dari mulai bahan imitasi, stainlis,
perak ada dengan harga 5-25ribu.
Selain itu buat pecinta boneka juga
ada.
Biasanya alun-alun kapuas bagi
sebagian masyarakat Pontianak,
dijadikan tempat rekreasi, terbukti
dengan banyaknya pengunjung dari
berbagai tempat daerah sekitar, juga
tempat bermain anak-anak atau
tempat rekreasi keluarga. Beberapa
permainan juga terlihat disana
seperti bebek engkol, kuda putar,
kereta-keretaan dll. Permainan pe-
mancingan ikan plastik dan campak
gelang juga bisa kita temui disana.
Alun-alun kapuas atau korem
sangat tidak asing bagi masayarakat
sekitar, berada tepat di depan kantor
Korem 121 Alambhanawanawai,
jalan Rahadi Oesman merupakan
tempat yang asyik bagi masyarakat
yang jenuh dengan aktifitas sehari-
hari. Tempat ini juga untuk acara-
acara yang biasanya diadakan oleh
Dinas Pariwisata. Namun sayang-
nya, tempat yang dapat dijangkau,
baik masyarakat kebawah hingga
masyarakat atas ini terlihat belum
tertata dengan baik, lokasi tampak
tidak teratur, kotor, dan belum lagi
bangunannya yang terkesan tidak
terurus.
Tidak tertata rapinya alun-alun
juga dirasakan oleh pengunjung.
Salah satunya Sugeng, warga Pon-
tianak. Ia mengatakan saat ini alun-
alun sebagai tempat rekreasi masih
belum tertata dengan baik, masih
banyak para pedagang yang meng-
gelar dagangannya sembarangan,
terlebih bila ada event-event yang
diadakan di alun-alun. Pihak penye-
lenggara atau dinas yang bersang-
kutan tidak menyediakan tempat
sampah, sehingga sampah-sampah
berserakan.
“Sebenarnya sebuah tempat rek-
reasi itu bukan hanya menjual ke-
indahan, namun akan lebih baik bila
ada transaksi di tempat itu. Selain
itu kesadaran masyarakat dan dinas
yang bersangkutan akan kebersihan
tempat itu sangat mendukung ter-
ciptanya suasana yang nyaman,”
jelas Sugeng. .
Melihat keadaan alun-alun ka-
puas, rasanya tidak cukup hanya 1-
2 jam, tanpa terasa, waktu sudah pu-
Pedagang MalamAlun-Alun KapuasOleh Agustinah
SM I U N / T I N A
SEORANG pedagang buku di Alun-alun Kapuas sedang mempersiapkan barangdagangannya.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 19
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
kul 7 malam, suasana malam juga
mulai terasa, para pedagang juga
makin bertambah, bahkan ada yang
memanfaatkan lahan sebagai tempat
pembuatan tato. Pengunjung pada
malam hari juga semakin bertam-
bah, bedanya pengunjung malam
hari kebanyakan anak-anak remaja
yang ingin bersantai di tepian alun-
alun.
Dari sekian banyak pedagang,
tampak salah seorang pedagang
aksesoris sedang menawarkan ba-
rang dagangannya. “lima ribu, lima
ribu, ayo mba’ beli, cuma lima ribu
jak tak mahal, liat-liat dulu pon bo-
leh, tak bayar kok,” kata pedagang
itu menawarkan kepada salah satu
pengunjung.
Siapa sangka pedagang aksesoris
berupa gantungan kunci itu, sudah
sekitar 8 tahun berdagang di alun-
alun. Ia sudah mulai berkecimpung
di dunia jual beli sejak masih seko-
lah. Awalnya ia berjualan di Enti-
kong, namun karena terlalu jauh ia
berjualan di alun-alun. Biasanya ia
berjualan mulai pukul 17.00 hingga
23 malam. Pendapatannya pun
tidak menentu, kadang banyak-
kadang sedikit. Mulai dari 50 ribu
hingga 200 ribu semalam, tapi jika
cuaca sedang buruk ia hanya men-
dapat seadanya saja.
Pedagang itu bernama Anton, ia
mengatakan berjualan di alun-alun
kapuas menyenangkan, dekat de-
ngan sungai, suasananya enak dan
tidak ada perebutan lahan. Hanya
saat hujan ia merasa terkendala bila
berjualan dan barang dagangannya
tidak banyak laku. Anton men-
jelaskan untuk tata tertib korem dan
kebersihannya para pedagang mem-
bayar 2 ribu rupiah tiap minggunya
kepada Dinas Kebersihan.
Selain itu juga tidak dapat diela-
kan oleh pedagang korem, dimana
kadang-kadang satpol PP yang me-
nangani tata tertib kota datang untuk
menangani mereka. Namun para
pedagang terlebih dahulu menge-
tahuinya. “biasanya jika ada satpol
PP untuk beroperasi di sini, kami
sudah dapat pemberitahuan oleh
Dinas Pariwisata, sehingga pada saat
penertiban, mereka tidak terjaring.
“Jika ada penyaringan kami di-
kasi tahu, biasenye dihubungi lewat
HP, kapan akan ada razia satpol PP,
tapi jarang si mereka razia disini, ka-
rena disini masih tempat bebas
berjualan,” ungkap Anton yang
lulusan STM ini.
Kemana WC umum
Layaknya tempat-tempat umum,
apalagi tempat rekreasi, WC atau toi-
let akan menjadi sangat penting bagi
setiap orang. Namun kenyataan
berbalik dari tempat rekreasi ini,
walaupun kita menjelajah alun-alun
tidak akan kita temui tulisan WC
umum. Bangunan indah tampah je-
las di tepian sungai menjadi tempat
tongkrongan, namun ternyata tidak
terdapat WC.
“Bagaimana bisa jadi tempat rek-
reasi, toilet saja belum ada, bagai-
mana kita mau buang air, tolong
dong dibuatkan agar akan lebih baik
dan bisa berlama-lama, selain itu
jangankan toilet tempat sampah
pun jarang ada, bagaimana mau
bersih, ungkap Agus pengunjung.
Hal serupa juga diungkapkan Ri-
dham, mahasiswa pariwisata angk-
atan 2008. korem sebagai salah satu
tempat rekreasi sebaiknya dikelola
dengan baik, ini tidak lepas dari
peran pemerintah dan masyarakat
utnuk menjaganya, namun kenya-
taannya tempat rekreasi seperti
korem belum bisa tertata dengan
baik, apalagi lingkungannya belum
tersedia fasilitas seperti WC umum
dan tempat sampah, sehingga masih
perlu diperhatikan lagi.
Pinta perbaikan yang lebih
bagus
Sebagai tempat rekreasi murah,
korem juga harus mendapatkan
perbaikan yang layak bagi pemerin-
tah. Direncanakan akan ada per-
baikan dan penambahan bangunan
di sekitar alun-alun oleh Dinas Pari-
wisata namun sampai saat ini bangu-
nan tersebut masih dalam tugas ker-
ja pemerintah, dimana masih ba-
nyak tempat-tempat pariwisata
yang juga akan diperbaiki.
Anton menjelaskan, alun-alun
kapuas punya potensi besar menjadi
tempat rekreasi dan berjualan,
Jika ada penyaringan kami
dikasi tahu, biasenye
dihubungi lewat HP, kapan
akan ada razia satpol PP,
tapi jarang si mereka razia
disini, karena disini masih
tempat bebas berjualan
MIUN/S I IS
SUASANA malam di Alun-alun Kapuas ramai dikunjungi warga. Pengunjung inimenyaksikan Sunset bersama keluarga sambil menghilangkan rutinitas sehari-hari.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200920
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
karena suasana sungai dan tem-
patnya juga terjangkau atau strate-
gis, ia berharap pemerintah dapat
membuat taman alun-alun kapuas
menjadi lebih baik lagi serta rapi,
sehingga pengunjung akan banyak
lagi.
“Buat yang berwenang sebaiknya
taman alun-alun kapuas dibuat lebih
bagus agar pengunjung lebih rame,
ya kami rela bayar yang penting
tempatnya tertata rapi, jadikan
makin banyak pengunjung dan daga-
ngan kami juga akan banyak laku,”
kata Anton sambil bercanda.
Hal serupa juga disampaikan
Deni pedagang malam alun-alun
kapuas, ia mengatakan akan lebih
baik jika taman alun-alun kapuas
tertata rapi menjadikan lebih indah,
dengan begitu akan banyak menarik
pengunjung untuk datang. “Maka-
nya tempatnya pun di bagoskan
dong, dibuat tempat nyantai, kan
asyik,” kata Deni.
Menanggapi hal itu, Kepala seksi
pemasaran pariwisata, Zulkifli meng-
atakan, sampai saat ini alun-alun
kapuas masih dalam penenganan
beberapa dinas, seperti Dinas keber-
sihan, satpol PP, pemerintah kota dan
Dinas Perdagangan. Namun walau-
pun begitu, alun-alun kapuas juga
merupakan salah satu kerja Dinas
Pariwisata untuk membangunnya.
“Rencananya akhir tahun 2009
akan ada pembangunan di alun-alun
kapuas, namun suasana alami alun-
alun akan tetap terjaga, walau nanti
ada pembangunan, karena sangat
jarang kita jumpai di negara-negara
lain,” kata Zul saat ditemui dirua-
ngannya, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan di jalan Johar.[]
M Aga : MaksimalkanPotensi yang Ada
Bagaimana pendapat Anda
mengenai
kondisi
pariwisata
Pontianak
saat ini ?
Fasilitas
pariwisata
Pontianak
tidak
memadai.
Banyak potensi pariwisata di
Pontianak masih belum
maksimal dikembangkan.
Pariwisata merupakan kontri-
butor terbesar bagi perekono-
mian. Kesadartahuan masya-
rakat juga perlu ditingkatkan
agar dapat memaksimalkan
potensi yang bisa menarik
wisatawan domestik dan
mancanegara.
Apakah Anda sebagai
mahasiswa jurusan pari-
wisata Fisip pernah mem-
perkenalkan wisata kepada
masyarakat ?
Kami pernah datang ke
daerah-daerah untuk mem-
berikan pengarahan kepada
masyarakat akan pentingnya
sadar wisata, namun hal ini masih
dalam skala kecil. Saya dan
teman-teman sudah mempunyai
konsep namun masih belum
terealisasi.
Bagaimana menurut
Anda tentang kesiapan
Pontianak menuju “Kalbar
Tourism 2010” ?
Pernah dengar, tapi tidak tahu
banyak. Saya merasa, masih
belum ada promosi yang mak-
simal dalam rangka memperke-
nalkan visit Kalbar ini.
Kenapa memilih jurusan
pariwisata ?
Saya ingin sekali memper-
kenalkan potensi wisata yang ada
di Kalimantan Barat karena kita
mempunyai kekayaan alam dan
budaya yang tidak dimiliki
daerah lain.
Bagaimana harapan anda
untuk wisata kedepannya?
Saya berharap agar peme-
rintah dan pemegang kebijakan
lebih memperhatikan kepa-
riwisataan, dikemas lebih mnarik
dan dikelola dengan baik.[]
M I U N / T I N A
SUASANA sore Alun-alun Kapuas, tampak beberapa pengunjung sedang asyikberjalan-jalan, menikmati jajanan sore di Alun-alun.
I S T
M Aga
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
I
21
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | U t a m a
ndonesia merupakan Negara
yang memiliki aset wisata yang
sangat besar. Pariwisata se-
bagai gejala industri seha-
rusnya mampu menopang pere-
konomian masyarakatnya serta
memberikan dukungan devisa bagi
Indonesia. Kalbar merupakan pro-
vinsi yang memiliki beraneka ragam
objek wisata dan multi cultural,
namun kurangnya perhatian peme-
rintah dalam membenahi berbagai
objek wisata membuat daerah ini
kurang diminati wisatawan lokal
maupun mancanegara untuk ber-
kunjung.
Keberhasilan industri pariwisata
terciptanya ketika unsur ramah
lingkungan sangat diperhatikan
dalam pembangunannya. Keber-
sihan dan kesehatan adalah hal
utama yang diperbincangkan wi-
satawan terutama yang berasal dari
luar Indonesia. Ada beberapa kele-
mahan dalam upaya memajukan
industri pariwisata di Kalbar, antara
lain kurangnya pemahaman tentang
industri pariwisata itu sendiri, dan
kurang peran serta masyarakat
dalam menjaga kebersihan dan
kenyamanan bagi pengun-
jung.
Sungai Kapuas meru-
pakan ikon bagi daerah Ka-
limantan barat khususnya
kota Pontianak. Sungai
yang membelah kota ter-
sebut merupakan anugrah
sang Pencipta yang harus
kita jaga dan lestarikan.
Banyak juga masyarakat
yang mencari rezeki de-
ngan keberadaaan sungai
tersebut. Dengan adanya
pengusaha yang mengop-
timalkan sungai menjadi
lebih berwarna, seperti ha-
dirnya kafe- kafe yang bernuansakan
sungai Kapuas tersebut.
Dengan julukan sebagai kota
sungai atau kota seribu parit sudah
seharusnyalah kita juga memiliki
wisata air yang sukup handal se-
bagai wisata alternatif. Saya sebagai
warga Pontianak sangat berharap
pemerintah Kalbar dapat mengopti-
malkannya dan menciptkan taman
wisata yang mengacu pada Kon-
servasi, Reboisasi, Edukasi dan
Rekreasi.
Saya membayangkan ada pohon-
pohon palem yang berjejer rapi di
tepi sungai Kapuas dengan
wahana rekreasi yang me-
nyajikan berbagai permai-
nan dan hiburan kreatif
yang dapat memacu an-
drenalin dan tantangan di
air seperti floating Donal,
Giant Bubble, Kano, Becak
Air, Speed boat, Aqua Bike
dan berbagai sarana hibu-
ran air lainya.
Tapi melihat kondisi
sekarang, tampaknya ha-
rapan itu masih bagai
mimpi di siang bolong.
Sehingga entah kapan da-
pat terealisasi. Mengingat
Banyak ditemukan sampah bersera-
kan di setiap objek wisata dan parah-
nya lagi ada objek wisata yang tidak
memiliki toilet sehingga jika ada
wisatawan yang berkunjung harus
menahan jika ia ingin membungan
air kecil.
Terakhirnya, saya mengharap-
kan bagi calon-calon pemimpin ha-
sil pemilu yang “sukses” ini, nanti-
nya dapat merealisasikan impian
saya bahkan juga impian masyara-
kat Kalbar untuk menciptakan Pon-
tianak Wisata Sungai yang berbasis
konservasi.[]
Berharap AdanyaWisata Air di PontianakOleh Ridham S Zianto
Penulis:Ridham Syah
ZiantoMahasiswaJurusan:
Pariwisata FisipUntan
Angkatan 2008
M I U N / T I N A
PERMAINAN air yang biasa kita kenal dengan bebek engkol.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
PLTU Gambut,Solusi atau Ancaman
D
22
Oleh Sri Pujiyani
unia kini dihan-
tui krisis ener-
gi. Dalam jang-
ka waktu pulu-
han tahun ke depan cada-
ngan minyak bumi dipre-
diksi akan habis. Demikian
pula dengan cadangan ba-
tubara, yang diperkirakan
juga akan habis. Padahal
sebagian manusia meng-
gantungkan kedua sumber
energi ini, termasuk bagi
kebutuhan sumber energi
listrik.
Di Kalbar, krisis energi
ini akan sangat berdampak
pada penyediaan energi
listrik, dimana selama ini
yang kita ketahui masih
banyak daerah di Kalbar
yang belum teraliri listrik.
Ini akan menjadi masalah
yang rumit. Kini, banyak
orang mulai berpikir un-
tuk mencari sumber ener-
gi alternatif yang dapat
menggantikan kedua sum-
ber energi tersebut. Tapi
butuh waktu yang lama
dan tentu saja biaya yang
tinggi, hingga sumber
energi alternatif itu bisa di-
manfaatkan secara opti-
mal. Pencarian energi ini
juga tak semudah seperti
yang dibayangkan. Me-
mang pada dasarnya ada
banyak energi alternatif
yang tersedia di alam, na-
mun cukup sulit untuk da-
pat memanfaatkannya.
Keterbatasan ada pada
sumber daya manusia dan
alat yang bisa menyo-
kongnya.
Salah satu sumber ener-
gi yang kini coba dikem-
bangkan adalah Gambut.
Ketersediaan jumlah Gam-
but di Kalbar yang cukup
besar membuat para pe-
neliti di Kalbar mulai me-
liriknya untuk dijadikan
pembangkit listrik.
Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat kini te-
ngah menunggu Pembang-
kit Listrik Tenaga Uap
Gambut (PLTU Gambut)
dinyatakan lulus peng-
kajian dampak lingkungan
dan ketersediaan lahan.
Pengembangan PLTU
gambut akan bekerjasama
dengan PT. Sebukit Power
Group.
Potensi Energi gambut
di Kalbar mencapai 2.702
juta ton. Tanah gambut di
Kabupaten Pontianak pa-
da umumnya mempunyai
kandungan mineral yang
rendah dengan kandungan
bahan organik lebih dari
90%. Secara kimiawi gam-
but mempunyai tingkat
keasaman (Ph) yang ren-
dah, pada gambut dangkal
pH lebih kurang (4,0-5,1),
gambut dalam (3,1-3,9).
Kandungan unsur hara di
dalam lahan gambut
umumnya miskin sehing-
ga tingkat kesuburan pada
lahan gambut rendah.
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n
M I U N / N I TA
KEBAKARAN lahan gambut di samping Fakultas Kedokteran Untan.
MIUN/SI IS
Pemanfaatan lahan gambut bisa dimanfaatkan untukpertanian b
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 23
PLTU Gambut ini me-
miliki tiga unit kawasan
kerja yakni Mempawah,
Kura-kura dan Parit Baru
yang mulai beroperasi
pada 2011. Tiap unit kawa-
san kerja berdaya 67 MW.
Kebutuhan PLTU Gam-
but 3 (unit) x 67 MW total
17.463 m3/ hari. Jika pro-
yek terealisasi maka per-
hitungan total pengguna-
an listrik selama setahun
membutuhkan 4.709.477
m3 lahan gambut untuk
dikonversi. Kemudian di
ketebalan gambut yang
dieksploitasi mencapai 2
meter maka lahan yang
dibutuhkan seluas 2.354.
839 m2 atau sekitar 236
Ha. Lahan gambut yang
sudah dikeruk, nantinya
akan ditanami sawit. Agar
lahan tersebut tetap pro-
duktif.
Menurut dosen Fakul-
tas Kehutanan Dwi Yulian-
tini, Mengenai pemanfaa-
tan gambut menjadi PLTG,
pemerintah bermaksud
baik mengalih fungsi nilai
gambut (dari penyerap air
jadi tenaga listrik). ”Na-
mun harus hati-hati dalam
pengikisannya. Hal ini di-
sebabkan oleh lamanya
pembentukkan gambut.
Walau hanya dengan kete-
balan 1 cm dilakukan pe-
ngikisan tetap akan berpe-
ngaruh bagi lingkungan,”
tambahnya.
PLTG melakukan pengi-
kisan secara perlahan pa-
da permukaan gambut.
Hal tersebut juga akan me-
ngurangi serapan air. ”PL-
TG berdalih mereka akan
membuat parit di pinggi-
ran kolam gambut. Pada-
hal hal tersebut justru
akan mempercepat proses
pengeringan gambut,”
ungkapnya.
Menurut aktivis Walhi,
Hendi Candra, gambut se-
baiknya dibiarkan secara
alami. Jika 20.000 ha gam-
but dikeruk untuk sumber
energi, maka akan berdam-
pak buruk karena Kalbar
rawan banjir. Hal ini juga
diutarakan Marwan, Maha-
siswa Pertanian yang tidak
setuju gambut dieksploi-
tasi. ”Jika melihat kondisi
Kalbar secara umum belum
beroperasinya PLTU gam-
but Kalbar telah mengalami
banjir 20-200 cm tiap ta-
hunnya. Pembangunan
PLTU Gambut berpotensi
melepas air dari gambut
sebesar 215. 054 kg x 20 m3
atau 40.301.080 m3. sean-
dainya 20% luas wilayah ka-
bupaten pontianak adalah
dataran rendah yang sering
mengalami banjir, maka
sekitar 190 ribu Ha daratan
Kabupaten Pontianak yang
akan mengalami banjir se-
dalam 2-3 meter,” ungkap
Maarwan.
Dwi Yuliantini juga me-
nyoroti tentang penana-
man sawit di lahan yang
telah dikeruk.” Mereka di
beberapa daerah yang di-
peruntukan sebagai kebun
kelapa sawit memakai seje-
nis pupuk yang dapat le-
bih cepat menghancurkan
mikroorganisme yang ter-
dapat di dalam gambut.
Hal tersebut akan merusak
gambut. Dan lagi Pohon
sawit tidak dapat menu-
tupi peranan gambut yang
sudah dikeruk.
Hendi juga sependapat
dengan Dwi Yuliantini.
Menurutnya langkah anti-
sipasi dampak lingkungan
yang akan digunakan da-
lam proyek PLTG ini hanya
merupakan copy paste
pemerintah. ”Maksudnya
pemerintah menyamara-
takan Amdal proyek PLTG
wilayah A untuk proyek
yang sama di tempat yang
bebeda.” Ia juga menam-
bahkan bahwa Penanaman
sawit dilahan gambut tidak
cocok,karena gambut ta-
nah yang tidak subur.
Dwi Yuliantini menya-
rankan kepada Bapedda
bahwa perencanaan pem-
bangunan PLTG harus le-
bih baik, secara undang-
undang gambut dilindu-
ngi, jangan dulu melihat
program peningkatan
jangka pendek tapi juga
jangka panjang. ”Untuk
PT. Sebukit Group perlu
secara serius mengkaji ba-
gaimana tingkat untung
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n
Lokasi/Kabupaten Potensi (Juta Ton) Keterangan
Pontianak 575 Hipotetik
Sambas 840 Hipotetik
Ketapang 990 Hipotetik
Kapuas Hulu 297 Hipotetik
Data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalbar Barat
Potensi Sumber Daya Gambut di Kalbar
M I U N / T I N A H
LAHAN gambut di untan hampir musnah karena ditebangi untuk membangun fasilitaskampus. Padahal lahan gambut amat penting dalam penyerapan air pencegah banjir.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200924
dan ruginya beberapa tahun ke
depan,” tambahnya.
”Hutan gambut sebaiknya digu-
nakan untuk budidaya sarang lebah
dan anggrek untuk melindungi hu-
tan rawa gambut, secara teknis har-
us dijaga yang statusnya masih
hutan. Karena hutan sangat berguna
paling tidak untuk vegetasinya,
encana Pemerintah dalam
membangun sumber energi
tenaga uap dari gambut se-
baiknya dikaji ulang, jangan sampai
kita salah melangkah dan menye-
babkan banyaknya kerugian yang
muncul setelah itu. Tentunya kita
tidak ingin tujuan ini akan menjadi
bomerang bagi kita kelak. Berikut
petikan wawancara bersama Marwan,
mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakul-
tas Pertanian Universitas Tanjungpu-
ra Pontianak.
Apa saja peran gambut bagi
Kalbar?
Gambut merupakan pengikat air
terbesar dari tanah jenis lain. Tanah
sepok ini juga berfungsi pengaturan
banjir, mencegah masuknya air asin
dan sumber pasokan air tawar, sarana
konservasi keanakeragaman hayati,
penjaga iklim global serta sarana
budidaya berbagai jenis tumbuhan
dan hewan.
Menurut anda, Bagaimana
persepsi masyarakat Kalbar de-
ngan istilah gambut?
Lahan gambut selama ini termar-
ginalkan karena dianggap tidak subur.
Sehingga muncul anggapan bahwa
tanah gambut adalah tanah yang tidak
mempunyai nilai lebih seperti tanah
lain dalam hal memberikan pro-
duktifitas hasil pertanian atau tanah
yang memerlukan modal besar jika
dikonversikan untuk lahan pertanian.
Paradigma tersebut ternyata mem-
buat gambut mendapatkan perlakuan
yang tidak sepantasnya diterima oleh
gambut. Salah satu contoh adalah
banyak para petani dilahan gambut
membuka lahan pertanian dengan
PLTU GambutJangan Jadi Bomerang baOleh Sri Pujiani
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n
kalau tidak ada dihutankan kem-
bali,” ungkapnya.
Guna mendukung kegiatan eko-
nomi dan ketahanan nasional suatu
negara, di perlukan energi. Ter-
batasnya pasokan listrik tidak sesuai
dengan kebutuhan listrik di zaman
serba modernisasi.
Ketergantungan energi listrik
merupakan penyebab utama kelang-
kaan listrik di Kalbar. Beban puncak
tertinggi di Pontianak saja mencapai
118/92 MW. Tidak sebanding de-
ngan daya yang dihasilkan seluruh
pembangkit Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang berada di angka
82 MW.
Kurangnya kapasitas pembang-
cara membakar karena beranggapan
tanah akan subur jika sudah dibakar
selain penilaian lainnya yaitu cara
kerja yang efektif, efisien dan cepat.
Tindakan kedua berbahaya dari akti-
fitas pertanian lain adalah dengan
membuka saluran drainase pada lahan
gambut, strategi yang cerdas namun
sedikit yang berhasil dalam imple-
mentasinya sehingga menjadikan
gambut menjadi rusak.
Bagaimana dengan peman-
faatan gambut di Kalbar selama
ini?
Sejauh ini pemanfaatan gambut
dari pihak swasta baru budidaya Aloe
vera (lidah buaya) dan budidaya nanas
di kuala 2 Mempawah. Jika upaya
pemanfaatan dari pihak pemerintah
belum ada.
Apa saja tindakan manusia
yang merusak gambut secara
langsung?
Tindakan manusia yang berdam-
pak merusak langsung ialah Konser-
vasi gambut sebagai energi pem-
bangkit listrik, pengairan (drainase)
untuk budi daya, permukiman, dan
pengendalian nyamuk, pembuatan
bendung (dyke), bendungan (dam),
tanggul, dinding penolak air pasang,
dan jaringan saluran, serta pengu-
bahan aliran sungai, Ameliorasi kimia
dalam rangka pembudidayaan, peng-
gunaan yang memacu erosi dan am-
blesan (subsidence) dan penamba-
ngan gambut.
Setujukah anda tentang ada-
nya proyek PLTU dari Gambut?
Mengapa?
Tidak setuju!. Karena rencana
pendirian gedung PLTU dari Gambut
itu berada di Mempawah yang meru-
pakan kawasan lindung. Apalagi kete-
balan gambut di Mempawah mencapai
9 meter yang mana berdasarkan Kep-
res no 32 tentang adaya proyek PLTU
dari Gambut tersirat gambut tidak
boleh digarap bila lebih dari 3 meter.
Jadi gambut di sana tidak boleh ditam-
R
SALAH satu lahan gambut yang dimanfaatkan untuk tanaman ubi jalar
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 25
adi Bomerang bagi Kalbar
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s o r o t a n
kit juga menjadi masalah yang diha-
dapi PLN Kalbar saat ini. Maka, pe-
merintah dan semua lapisan ma-
syarakat berlomba-lomba mencari
energi baru terbarukan untuk pem-
bangkit listrik.
Hal ini di atur dalam Undang-
undang Energi No. 30/2007/ Pasal
20 Ayat (4) : Penyedian energi baru
dan energi terbarukan wajib diting-
katkan oleh pemerintah dan peme-
rintah daerah sesuai dengan kewe-
nangannya. Juga Ayat (5), Penye-
diaan energi dari sumber energi
baru dan sumber energi terbarukan
yang dilakukan oleh badan usaha,
bentuk usaha tetap dan perse-
orangan dapat memperoleh kemu-
dahan dan atau insentif dari peme-
rintah dan atau pemerintah daerah
sesuai dengan kewenagan untuk
jangka waktu tertentu hingga terca-
pai nilai keekonomiannya.
Akhirnya semua potensi energi
alternatif di coba untuk di upayakan
pengolahannya oleh pemerintah
hingga ke pelosok negeri. []
bang.
Menurut anda, bagaimana pe-
rencanaan PLTG oleh PT. Sebu-
kit Group?
PT. Sebukit Group nampaknya
belum bisa memperkirakan jumlah
energi yang dapat dihasilkan oleh
gambut dalam satuan berat tertentu.
Setelah gambut bukan dikerok seba-
nyak 2 mili dari permukaan gam-
but,lalu mereka menanam pohon aka-
sia/sagu/sawit itu agar tanahnya jadi
produktif. Dunia menolak kalo gambut
di tambang karena pertumbuhan
gambut memakan ribuan tahun. Pe-
rencanaan pembangunan ini, belum
melibatkan stakeholders yang ada,
padahal untung maupun ruginya nanti
dirasakan oleh banyak orang. Hingga
sah – sah saja jika sebagian dari mas-
yarakat ada yang beranggapan bahwa
perencanaan ini belum begitu sem-
purna.
Bagaimana menurut anda
prediksi masa depan Kalbar de-
ngan PLTG hasil kerjasama Pe-
merintah dengan PT. Sebukit
Group?
Jika rencana pembangunan terse-
but dikaji lebih dalam saya dapat me-
nyimpulkan berdasarkan ilmu yang
ada jika gambut yang merupakan salah
satu ekosistem air tawar itu, menjadi
rusak maka lambat laun spesies – spe-
sies ikan air tawar, udang gala maupun
hewan-hewan lainnya yang bergan-
tung pada ekosistem tersebut akan
juga akan punah. Akibatnya bagi
kepala keluarga yang mengantung
kehidupannya pada air tawar tidak lagi
dapat mengais rezeki dari sungai
tersebut. Belum lagi emisi karbon
yang disumbangkan dari pembakaran
tersebut tentu akan semakin memper-
parah dampak daripada Efek Rumah
Kaca akibatnya semakin meningkat-
nya suhu dipermukaan bumi atau Glo-
bal Warming. Hingga tidak menutup
kemungkinan tingkat kandungan mer-
kuri dari hasil penambangan PETI di
bagian hulu juga akan mencemari su-
ngai Mempawah sehingga kualitas air
menjadi buruk, hal ini dapat terjadi
karena gambut sebagi filter air tawar
tidak lagi berfungsi karena kebe-
radaaanya sudah tidak ada lagi akibat
habis di tambang. gambut mempunyai
kemampuan dalam menyerap air yang
besar begitu juga dengan melepas-
kannya sehingga menjelang musim ke-
marau gambut menjadi kering dan
terbakar akibatnya kabut, akibatnya
lagi bagi kesehatan adalah munculnya
penyakit ISPA. Hal ini dapat kita lihat
dari proyek besar pembukaan lahan
gambut 1 juta hektar di Kalimantan
Tengah pada tahun 1996.
Apa pesan anda bagi peme-
rintah dalam memanfaatan
gambut?
pihak pemerintah sudah saatnya
melibatkan seluruh stakeholders di
daerah. Sebagai salah satu bentuk
pengelolaan pemerintah yang partisi-
patif dan kolaboratif. Apalagi kebija-
kan ini merupakan kebijakan yang
menyangkut nasib orang banyak
dikemudian hari. Karena sudah jelas,
dengan ditambangnya gambut maka
akan berdampak pula pada lingkungan
sekitar. Pemerintah juga harus gencar
melindungi gambut dengan usaha
melakukan penyuluhan dan penga-
wasan tidak hanya kepada petani tapi
juga para pegusaha.[]
I S T
Marwan
M I U N / D O K
ang dimanfaatkan untuk tanaman ubi jalar.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
P
26
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
Potret Buram PenangananKasus Illegal Loggingdi Kalimantan BaratOleh Deman Huri Gustira S Hut
ada jayanya sektor kehu-
tanan Indonesia dijuluki
mahkota hijau karena me-
rupakan salah satu sektor non migas
andalan dalam hal pemasukan de-
visa negara. Sektor yang berfungsi
ekonomis, ekologis dan sosial bagi
masyarakat ini, belakangan menga-
lami kerusakan hutan(deforestry)
Indonesia yang tidak dapat terken-
dali lagi.
Data Planalogi Departemen Kehu-
tanan melaporkan kerusakan hutan
mencapai 107,79 juta hektar de-
ngan laju kerusakan hutan mende-
kati 3,8 juta hektar pertahun. Semen-
tara FAO kerusakan hutan Indone-
sia 1.871 juta hektar pertahun. Dan
menurut WWF laju kerusakan hutan
sekarang sudah mencapai 1.8 juta
hektar per tahun.
Adapun penyebab utama dari
kerusakan hutan disebabkan karena
masyarakat melihat hutan selalu
dari draiven economic (dorongan
ekonomi), yang menyebabkan :
Konversi Lahan Berlebihan, Illegal
logging, Kebakaran dan Benturan
Kepentingan. Oleh karena itu, ketika
hutan mengalami kerusakan yang
sangat besar berpotensi menim-
bulkan Bencana alam, Bencana eko-
logis dan Bencana kemanusiaan.
Gambaran Umum Hutan
dan Kehutanan Kalimantan
Barat
Statistik resmi mengindikasikan
62,5% wilayah Kalimantan Barat
masih berhutan dimana seluas 3,59
juta hektar atau 26.9% merupakan
kawasan lindung dengan status.
Sekitar 9.1 juta hektar kawasan
lindung dengan berbagai status.
Sekitar 9,1 juta hektar kawasan
berhutan atau 56.9% dialokasikan
untuk hutan produksi dan konversi.
Kerusakan Hutan Kalbar
Sesuai dengan teori ekonomi
mengeluarkan modal sekecil-seke-
cilnya dan mengambil untung sebe-
sar-besarnya. Begitu juga dalam
pengelolaan di sektor kehutanan.
Para pengekplotasi hutan enggan
mengembalikan hutan ke bentuk
semula, karena akan mengeluarkan
modal yang besar3.
Di tahun 2003, sekitar 34.4%
daratan Kalimantan Barat di golong-
kan telah terdegradasi, 32.4% dari
total kawasan berhutan dianggap
terdegradasi. Dalam kurun 2000-
2002, total degradasi lahan mening-
kat pesat hingga 12.2% dari total da-
ratan.
Laju deforestasi di Kalimantan
Barat secara umum pada kurun
waktu 1985 -1997 adalah 2,1 % dari
luas daratan setiap tahunya. Dalam-
nya kurun waktu 1985-2001, seki-
tar 2,9 juta ha luas kawasan lindung
dataran rendah hilang di kalimantan.
Illegal logging
Kini dianggap faktor dominan
yang menyebabkan kerusakan hu-
tan. Tidak dipungkiri bahwa praktek
Ilegall logging menjadi rente eko-
nomi(economic rent) bagi pemilik
modal, tetapi jelas merupakan ke-
giatan ekonomi haram yang sangat
eksplotatif, dan tidak membangun
pertumbuhan yang berkeadilan
apalagi berkelanjutan dalam penge-
lolaan SDH(sumber daya hutan).
Nalar inilah yang selama ini menjadi
landasan segala regulasi dan operasi
lapangan dalam memerangi illegal
loging. Harapannya, melalui pem-
berantasan Illegall logging. Penge-
lolaan sumber daya hutan akan
menghasilkan pertumbuhan berkea-
dilan dan berkelanjutan.6
Terjadinya pencurian kayu ille-
gal secara besar-besaran untuk
memasok bahan baku terhadap
DOK WALHI
TAMPAK dari atas Hutan di Danau Sentarum yang rusak.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
DOK WALHI
HASIL pertambangan yang merusak bagian daerah Hutan.
27
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
perusahaan. Selain itu kepemilikan
izin produksi kayu olahan dan hasil
industri kayu lainya yang besar
memicu penyalahgunaan penerbi-
tan SKSHH yang sah untuk menutupi
penebangan, transportasi, dan pe-
merosesan kayu hasil curian. Jum-
lah SKSHH yang seharusnya di ter-
bitkan bisa jauh melampaui jumlah
SKSHH yang seharusnya diterbitkan
berdasarkan konsep pengelolaan
hutan lestari.
Ada pula sumber kayu dari pem-
belian bebas yang patut dicurigai
berasal dari kayu hasil penebangan
liar oleh pemegang konsesi HPH dan
pemegang IPK. Setiap pemilik IPHK
memiliki orang kepercayaan untuk
mengurus dokumen SKSHH. Jika
kayu yang diperoleh masih dalam
batas izin IPHHK, mencari dokumen
Surat Keterangan Sahnya Hasil Hu-
tan (SKSHH) untuk mengangkut ka-
yu bulat maupun kayu olahan bu-
kanlah sesuatu yang sulit.
Izin perkebunan di salah gunakan
hanya untuk melakakukan peneba-
ngan daerah yang masih kaya hutan,
setelah kekayaan hutannya habis
dieksplotasi secara illegal maka
mereka meninggalkan areal tersebut
tanpa di tanami dengan perkebunan
sawit, dan kasus ini sepertinya lagi
trend terjadi pada saat ini.
Modus Operandi
illegal logging
Adapun jenis-jenis pelanggaran
hukum (modus operandi) di sektor
hutan yang ditemukan selama pem-
berantasan illegal logging antara
lain.
1 . Di hilir
a. Pemalsuan dokumen asal
usul kayu.
b. Manipulasi / penyimpangan
penggunaan dokumen kayu seperti
dokumen terbang (SKSHH palsu),
penggunaan dokumen berulang,
dokumen lelang fiktif, tujuan pe-
ngangkutan fiktif, pengangkutan
tanpa dokumen , pencucian uang
hasil dari praktek illegal logging, dan
fisik kayu tidak sesuai dengan yang
tertera dalam DHH baik jenis, jum-
lah dan volume.
c. Adanya korupsi antara ok-
num pejabat dan pelaku illegal log-
ging dalam upaya manipulasi data
dengan fisik kayu.
2. Di Hulu:
a. Izin IPK/UPHHK tidak sah
(diterbitkan oleh pejabat yang tidak
berwenang).
b. Izin pemasukan dan peng-
gunaan peralatan, izin perpanjangan
penggunaan peralatan dan izin
pemindahan peralatan tidak sah dan
ataupun tidak ada.
c . Pemilik IPK/IUPHH tidak
mempunyai kayu yang cukup sesuai
dengan RKL /RKT sehingga melaku-
kan penebangan di luar arealnya
serta potensi kayu yang tidak cukup
sesuai dengan target yang diizinkan.
d. Membeli dan menampung
kayu secara illegal.
e. Terjadi perbuatan Korupsi
antara oknum pejabat dengan pela-
ku illegal logging dalam pemberiaan
izin pemanfaatan hasil hutan kayu.8
Walaupun Presiden Republik In-
donesia, telah mengeluarkan In-
struksi presiden Nomor 4 tahun
2005 tentang pemeberantasan Pe-
nebangan Kayu secara illegal di Ka-
wasan Hutan dan Peredaranya di se-
luruh wilayah Republik Indonesia.
Adanya Inpres no 4 tahun 2005
di respon secara positif oleh ber-
bagai instansi terkait dalam pembe-
rantasan illegal logging. Karena
sebagai konsekuensi dari inpres
tersebut adalah:
1 . Melakukan percepatan
pemberantasan penebangan kayu
secara illegal di kawasan hutan dan
peredarannya di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
2. Menindak tegas dan mem-
berikan sanksi terhadap oknum
petugas di lingkungan yang terlibat
dengan kegiatan penebangan kayu
secara illegal di dalam kawasan
hutan dan peredarannya.
3. Melakukan kerja sama dan
saling koordinasi untuk melaksana-
kan pemberantasan penebangan ka-
yu secara illegal di kawasan hutan
dan peredarannya di seluruh wil-
ayah Republik Indonesia.
4. Memanfaatkan informasi
dari masyarakat yang berkaitan
dengan adanya kegiatan kayu secara
illegal dan peredarannya.
5. Melakukan penanganan se-
gera mungkin barang bukti hasil
operasi pemberantasan peneba-
ngan kayu secara illegal di kawasan
hutan dan peredarannya di seluruh
wilayah Republik Indonesia .9
Tapi dalam melaksanakan Inpres
tersebut, instansi terkait belum bisa
menjalankannya dengan baik. Fak-
tanya, walaupun sudah beberapa
tahun inpres itu dikeluarkan tapi
kasus illegal logging masih marak di
beberapa daerah.
Ada beberapa faktor yang me-
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
nyebabkan mengapa realisasinya
kurang baik:
1 . Kurang sinkronisasi ber-
bagai peraturan perundang-un-
dangan yang ada maupun peraturan
pelaksanaan lainya di bidang ke-
hutanan baik di pusat ataupun di
daerah.
2. Kurangnya koordinasi anta-
ra aparat penegak hukum (criminal
justice system).
3. Belum adanya persamaan
persepsi dari aparat penegak hu-
kum terhadap ketentuan Kehutanan
yang berlaku dalam perkara tindak
pidana kehutanan yang sedang di
tangani.
4. Belum terciptanya penanga-
nan perkara Tindak Pidana Kehuta-
nan “Satu Atap” guna percepatan
penyelesaian.
Kemanakah Kerja Pokja
Ilegal loging (Illog) Kalbar
Dalam menghadapi kerusakan
hutan yang diakibatkan oleh illegal
logging sudah banyak operasi yang
dilakukan oleh pihak terkait. Namun
operasi tersebut seolah belum
mampu membuat jera para pelaku
illog. Sampai di bentuk program
kerja (pokja) pemberantasan illog
tingkat provinsi Kalbar. Namun
pokja tersebut sampai sekarang
belum mampu menyelesaikan per-
masalahan kehutanan di kalbar
yang di akibatkan oleh illegal logging.
Bahkan pokja tersebut seolah tidak
kedengaran kinerjanya.
Di Kalimantan Barat Pokja terse-
but sudah dibentuk dengan kepu-
tusan Gubernur Kalimantan Barat
Nomor : 417 Tahun 2004 yang
anggotanya langsung diketuai oleh
Gubenur Kalimantan Barat dan diisi
oleh dinas-dinas terkait. Namun
pada kenyataannya tim tersebut
sampai sekarang belum mempunyai
program yang jelas.
Tim yang dibentuk pun belum
kelihatan eksistensinya dalam me-
laksanakan tugas-tugasnya sesuai
dengan Surat Keputusan Gubenur
Kalimantan Barat, karena kurangnya
koordinasi antara dinas terkait yang
ditunjuk dalam tim tersebut dan
adanya benturan tugas kerja antara
dinas satu dengan yang lainnya.
Komitmen Pimpinan
Daerah
Kalau dilihat dari segi komitmen
di tingkat Provinsi pimpinannya
Gubernur yang bertanggung jawab
dalam tim ini. Kalau tidak berjalan
bearti Gubernurnya tidak mem-
punyai komitmen dalam pemberan-
tasan kasus illegal logging. Tim pem-
berantasan Illegal logging dibentuk
oleh pemerintahan Provinsi Kalbar
tidak berjalan, ini mengindikasikan
bahwa pimpinan daerah belum
mempunyai politicall will dalam
pemberantasan Illegal logging.
Semestinya Pemerintah provinsi
proaktif mengkoordinasikan tim ini.
Gubenur ataupun Asistennya terli-
bat dalam Tim ini, termasuk dalam
hal Pendanaan. Dan apabila Guber-
nur tidak melaksanakan tugas ini.
Gubernur mengabaikan Instruksi
Presiden no 4 tahun 2005, mestinya
mereka saling memback-up.
Dalam SK diperkuat Inpres no-
mor 4 Tahun 2005 tentang Pembe-
rantasan Penebangan dan Pereda-
rannya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Tugas masing-masing
Instasi sudah Jelas, mestinya tum-
pang tindih tugas di lapangan tidak
terjadi. Lantas untuk apa SK Guber-
nur tentang pembentukan Tim ter-
sebut. Apakah Gubernur membuat
Tim itu hanya kepentingan for-
malitas hanya untuk melaksanakan
instruksi Presiden saja.
Ada dua hal yang harus dilaku-
kan. Internal, kalau ini agenda pe-
merintahan SBY, ini harus dilak-
sanakan oleh pemerintah, dari mulai
pusat sampai ketingkat pemerinta-
han daerah baik Provinsi ataupun
Kabupaten.
Eksternal, tantangan buat ma-
syarakat sipil untuk mengontrol tim
ini, supaya Tim ini berjalan dengan
baik sehingga agenda-agenda pem-
berantasan Illegal logging didaerah
ini diatasi dengan baik. “Ini harus
menjadi agenda masyrakat sipil
karena illegal logging bukan se-
mata-mata masalah lingkungan se-
mata, tetapi masalah kemiskin, ke-
bodohan dan korupsi.
Konflik Kebijakan
Menteri Kehutanan pernah me-
ngeluarkan kebijakan tentang pen-
cabutan izin HPH yang masa berla-
kunya sudah habis di seluruh pro-
vinsi di Indonesia termasuk di Kal-
bar. Hal ini menyebab gerahnya pe-
merintah Daerah. Karena pemerin-
tah daerah merasa dilangkahi Men-
hut. Keputusan tersebut membuat
beberapa elemen pengusaha dan
pemerintah daerah marah, dengan
alasan otonomi daerah.
Di lain pihak pelaksanaan otono-
mi daerah pun sedang menghadapi
tantangan, karena menurut Lem-
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
DOK WALHI
SISA hasil penebangan Hutan yang tampak gersang.
28
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
baga Survei Indonesia (LSI), bahwa
pelaksanaan otonomi daerah gagal.
Pemerintah Daerah tidak berhasil
dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduknya dan memajukan pem-
bangunan.
Karena masih adanya benturan
kewenangan (conflict of authority)
antara kedua belah pihak yaitu an-
tara pemerintah pusat dan daerah.
prihatinkan. Regulasi semestinya
merupakan strategi intervensi un-
tuk memperbaiki kinerja tata –nia-
ga, tetapi peraturan ini malah meru-
sak sistem tata-niaga SDH.
Lebih ironis lagi, ketika banyak
pihak sedang giat-giatanya mem-
promosikan kemungkinan pembe-
kuan uang tidak halal hasil Illegal
logging melalui pembekuan Money
Laundry, Permenhut ini justru ber-
potensi memicu pelembagaan fung-
sionalisasi pabrik atau unit pengo-
lahan kayu menjadi Log Laundry.
Fungsi pabrik sebagai Log Laundry
menjadi lebih penting dibandingkan
dengan fungsi konvensionalnya
sebagai processing unit.
Karena persepsi yang selalu ber-
beda antara pemerintah pusat, Dis-
hut Provinsi dan pemda kabupaten
maka terjadilah ketidak harmonisan
di antara lembaga pemerintahan.
Sehingga sistem pengelolaan hutan
saat ini menjadi tidak teratur. Tarik
menarik kewenangan antara peme-
rintah pusat, Pemrov dan pemerin-
tah kabupaten, masih terus berlang-
sung walaupun jalur penyelesaian-
nya terus diupayakan.
Wewenang berdasarkan undang-
undang (constitutional divicion of
fower), tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, karena selain adanya
benturan peraturan antara peme-
rintah pusat dan daerah baik peme-
rintah provinsi ataupun dengan
kabupaten masih terjadi konflik
otoritas (conflict authorithy) dan
benturan antara instansi terkait.
Juga pengelolaan kekuasaan
(power manajemen) yang masih
berorientasi pada ekonomi, ikut
memperburuk kebijakan kehutanan
yang dibuat oleh pemerintah. Se-
hingga terjadi perselingkuhan poli-
tik antara pasar dan pemerintah, ini
yang menyebabkan pemberantasan
illegal logging sulit di selesaikan.
Diharapkan konflik kepentingan
antara pemerintahan pusat dan
daerah juga pengusaha bisa dise-
lesaikan dengan baik. Permasalahan
kalau ini terjadi berlarut-larut akan
mempunyai dampak negatif yang
signifikan dalam pengelolaan sum-
ber daya hutan yang masih tersisa
di republik ini.
Karena kalau konflik kepentingan
terus menerus-menerus ini terjadi
dalam pengelolaan sumber daya
hutan, jangan harap pengelolaan
hutan secara lestari akan tercapai
tetapi sebaliknya pengelolaan hutan
akan makin suram karena pemerin-
tah terjebak pada konflik kebijakan
yang akhirnya menyebabkan ter-
jadinya konflik kewenangan dan
kepentingan, sehingga menyebab-
kan ketidakjelasan dalam sistem
pengelolaannya.
Potret Buram
Kejahatan illegal logging meru-
pakan kejahatan yang dilihat dari
anatomi kasus illegal logging sebagai
kejahatan yang memperlihatkan
anatomi yang berbeda dengan keja-
hatan pada umumnya (man in the
street crime) yang melibatkan ba-
nyak orang secara struktural walau-
pun secara informal.
Pada tahun 2008 penengak hu-
kum di Kalimantan Barat menanga-
ni sekitar 107 kasus namun hampir
95% kasus yang ditangani para
penegak hukum adalah kasus, hanya
menangkap pemain kelas teri, yaitu
orang yang terlibat sebagai pe-
ngemudi motor, sopir dan pene-
bang.
Kejahatan illegal logging di In-
donesia sudah sangat memprihatin-
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
DOK WALHI
JALAN pun dibuka untuk memudahkan akses transportasi dari dan menujuperusahaan sawit.
Pemerintah pusat tidak mampu ber-
buat banyak terhadap pengelolaan
hutan, sehinga tidak ada yang di
untungkan dengan adanya konflik
kebijakan dan kewenangan tersebut.
Menurut Mochammad Maksum,
dalam Makalahnya Permenhut 55/
2006, Pelembagaan Pabrik Sebagai
Log Laundry, Permenhut yang me-
ngatur tata-niaga perkayuaan,tidak
akan memperbaiki kinerja tata –
niaga kayu dalam menghasilkan
pertumbuhan perekonomian yang
berkeadilan dan berkelanjutan,
tetapi sebaliknya menghancurkan
prospek ekonomi SDH. Tentu ini
adalah ironi struktural yang mem-
Karena persepsi yang selalu
berbeda antara pemerintah
pusat, Dishut Provinsi dan
pemda kabupaten maka
terjadilah ketidak
harmonisan di antara
lembaga pemerintahan
29
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kan, karena telah menimbulkan ke-
rugian yang sangat besar, tidak
hanya dari segi keuangan saja, tapi
yang lebih parah adalah kerusakan
lingkungan yang menyebabkan
dampak pada segala sumber kehi-
dupan.
Namun, penanganan kasus yang
dilakukan oleh penegak hukum
selama ini hanya menyentuh pada
kasus-kasus yang kecil saja. Semen-
tara kasus illegal logging yang ber-
skala besar dan melibatkan orang
banyak belum dapat menyentuh
aktor utama. Seperti,kasus tenda
biru, kasus Asong, PT.SBAL dan
kasus lainnya.
Namun, para aktor utama bebas
berkeliaran atau sengaja dibebas-
kan, walaupun mereka disebut DPO
bahkan mereka mengalihkan keka-
yaannya hasil Illegal logging ke
bisnis lain untuk mencari jalan
selamat, ini yang disebut pencucian
Uang. Namun para penegak hukum
tidak mencoba mengejar aliran dana
hasil Illegal logging di kemanakah
mereka gunakan.Termasuk oknum
pejabat yang terlibat baik secara
langsung ataupun tidak langsung
tidak dijerat dengan undang-undang
anti korupsi sehingga hukuman akan
lebih berat. Karena ada proses suap
menyuap (Gratifikasi)
Sebagai contoh beberapa kasus
yang dianggap besar Pertama:
Kasus yang menggejutkan adalah
penangkapan para pejabat lokal,
dari Dinas Kehutanan dan Kapolres
Ketapang oleh Aparat Mabes Polri
dengan barang bukti sebanyak 21
kapal berisi kayu 12 ribu kubik meter
atau senilai Rp208 miliar lebih besar
12 kali lebih besar, dari pendapatan
daerah(PAD) kabupaten tersebut.
Selama setahun data PAD ketapang
tahun 2007 Sekitar 17 miliar.
Namun yang terjadi adalah para
tersangka, walaupun telah terbukti
merugikan negara yang sangat luar
biasa besar, namun mantan Kapol-
res Ketapang hanya di Hukum 3 ta-
hun penjara dengan denda 5 juta
subsider 2 bulan kurungan dan
sekarang bebas karena bandingnya
di terima oleh Kejaksaan Tinggi Ka-
limantan Barat. Sementara Kepala
Dinas Kehuatan Ketapang vonis 9
bulan dan langsung bebaskan de-
ngan bersyarat dan cukongnya
hanya divonis 1,2 tahun.
Kedua: kasus Tony Wong, kare-
na masa tahanannya sudah habis
demi hukum Tony Wong bebas yang
awalnya di tangkap bak teroris
karena dianggap salah satu DPO Pol-
da Kalimantan Barat, karena masa
tahanan sudah dianggap habis.
Ketiga :kasus yang dianggap be-
sar adalah kasus tenda biru Kapuas
Hulu sejumlah 285 orang tujuan ke
Pontianak dilaksanakan pengu-
kuran, diketahui jumlah kayunya
sebanyak 15.893 batang = 8.807,56
M3, kalau diuangkan jumlahnya
ratusan Milyar.
Awalnya kasus penangkapan
demi penangkapan yang dilakukan
oleh pihak kepolisian bisa disebut
sebagai sebuah success story dalam
penegakan tindak pidana illegal log-
Lingkungan Hidup, (3) UU No 5
Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Hanya saja ketiga
undang-undang ini belum sanggup
untuk menjamah para pelaku in-
telektual kejahatan kehutanan.
Jika merujuk kepada Undang-
Undang 41/1999 Tentang Kehuta-
nan, yang paling banyak terjerat
adalah para pelaku lapangan seperti
buruh tebang dan buruh angkut
(masyarakat), dan pemilik jasa trans-
portasi yang membawa dan atau
memindahkan kayu hasil tebangan
liar dari suatu tempat ke tempat lain.
Mereka ini memang (terbukti) men-
duduki kawasan hutan, menebang,
membawa, menguasai, memiliki,
dan mengangkut hasil hutan tanpa
izin yang sah (pasal 50 ayat 3 UU
41/1999). Permasalahan utama
gagalnya penegakan hukum kasus
illegal logging adalah aktor intelek-
tualnya selama ini terlalu kuat untuk
ditembus hukum.Karena hanya
dakwaan dan pertimbangan Putusan
menggunakan KUHP dan Undang-
undang pokokkehutanan saja.
Padahal ada Undang-undang
yang lain yang bisa menjerat melaku
Illegal logging yang lebih berat para
aktor intelektual dan jaringannya,
yaitu undang-undang Pencucian
uang dan undang Korupsi (UU no
ging di Kalimantan Barat ternyata
setelah di putuskan kasus membuat
semua orang terperangah. Karena
putusan sangat ringan, tidak sesuai
dengan perlakuan tindakan keja-
hatan yang dilakukan oleh mereka.
Selama ini undang-undang yang
digunakan oleh penengak hukum
adalah UU No 41 Tahun dan UU No
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
DOK WALHI
SIAP dijadikan lahan sawit.
30
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
31/1999 dan UU no 20/2001) serta
Undang-undang pencucian uang.
Kalau UU ini di terapkan aktor
Intelektual yang akan di Hukum
dengan berat. Padahal untuk hakim
sudah ada surat edaran yang di buat
oleh MA,yaitu No.01/Bua.6/Hs/SP/
V/2008 tentang petunjuk pena-
nganan perkara illegal logging. dan
hukumannya harus maksimal bukan
minimal.
Mafia Peradilan
Melihat bahwa kejahatan illegal
logging bercorak kejahatan terorga-
nisir (organized crime), maka untuk
melanggengkan aktivitasnya mere-
ka dengan sekuat tenaga pasti akan
membangun akses ke aparat pene-
rantas mustahil kasus Illegal logging
bisa ditegakan, karena hukuman
tidak membuat jera para pelaku Il-
legal logging.
Bahaya Mengancam
Dibeberapa daerah di Kalimantan
Barat dalam tahun 2008 telah ter-
jadi banjir sebanyak kurang lebih 21
kali, selama satu tahun dan kejadian
tersebut tidak pernah terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Ini me-
rupakan akibat dampak dari kerusa-
kan hutan, salah satu penyebabnya
adalah illegal logging.
Mestinya menjadi pertimbangan
penegak hukum dalam membuat
dakwaan ataupun putusan. ben-
cana banjir yang menimpa daerah
tidak terlepas dari Illegal logging
yang di lakukan oleh Mayarakat.
Selain itu juga akan menyebabkan:
Satu, Tidak kurang 864.000 m3
logs setahun keluar ke negeri jiran,
Kedua,kerusakan hutan Kalbar
hampir seluas 165.000/thn(=23x
luas lapangan bola/jam), Ketiga,
“Total loss” perekonomian negara di
rugikan + Rp. 220 Milyar (dari ro-
yalti PSDH. DR & PBB). Keempat,
Mengancam kelestarian fungsi ling-
kungan/ekternalitas (erosi,banjir &
sedimentasi), Kelima, Merusak
mental, moral rakyat dan citra
kalbar dimata dunia internasional
Tanpa hukuman yang berat keja-
hatan ini tidak akan membuat jera
para pelaku illegal logging, dan Ille-
gal logging tetap akan menghantui
kerusakan hutan di Kalimantan
Barat dan bencana akan selalu me-
ngancam Kalimantan Barat, ter-
utama banjir dan longsor dan ben-
cana kemanusia akan tetap me-
ngancam daerah ini.[]
Deman Huri Gustira
:Direktur LPS-AIR (Alumni
Fakultas Kehutanan UNTAN)
Karya lain yang pernah ditebit-
kan dalam bentuk buku.
1 . Sebuah konspirasi Penanga-
nan Kejahatan Kehutanan di Kali-
mantan
2. Di Ujung Perubahan.
3. Metamorfosis Bisnis Militer
4. Gerakan Anti Korupsi di
Tingkat lokal.
5. Tehnik Meliput Illegal Log-
ging.
6. Analisa Media “Ketika Me-
dia Lokal dalam Memberitakan Ille-
gal Logging.
7 . Media menguak korupsi di
bumi Katulistiwa
8. Indonesia dalam Transisi
(dalam proses)
9. Artikel-artikel lainnya yang
pernah di terbitkan oleh berbagai
media jurnal, majalah dan koran.
Catatan Kaki:
1. Huri Deman, 2006, Prahara
Mahkota Hijau, Pontianak Post.
2. Identifikasi Kawasan Hutan
Bernilai Konservasi Tinggi Secara
Lanskap di Kalimantan Barat Sebuah
Kajian Literatarur. 2007,WWF In-
donesia. Pontianak.
3. Huri Deman., 2007,Quo Vadis
Pengeloan Hutan Kalbar, Pontianak
Post.
4. Yasmin Yurdi dkk, 2005. The
Complexities of Managing Forest
Resources in Post- decentralization
Indonesia. Untan, Yayasan Kon-
servasi Borneo and CIFOR, Indone-
sia
5. Masyarakarat Perhutanan In-
donesia. 2007, Dampak Pemberan-
tasan Penebangan Kayu Secara il-
legal dan peredarannya terhadap
eksistensi industri pengolahan kayu
di Kalimantan Barat.
6. Mochammad Maksum, 2006,
Permenthut 55/2006. Pelembagaan
Pabrik Log Ranudry. Makalah Dis-
kusi Hotel Santika, Pontianak
7. Setiono Bambang. 2007.
Analisis Kasus Illegal Logging di
Kabupaten Katingan Kalimantan
Tengah.CIFOR, Bogor.
8. Markas besar Kepolisian Ne-
gara Republik Indonesia Bada Re-
serse Kriminal, 2007, Perlindungan
dan Penegakan Hukum dalam Im-
plementasi Inpres NO 4/2005,
Jakarta.
9. Kejaksaan Tinggi Kalimantan
Barat,2007, Penegakan Hukumter-
hadap Pelaku Illegal Logging dan
Illegal Trade.Kejaksaan Tinggi Kal-
bar.
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | l i n g k u n g a n
gak hukum sendiri supaya lebih eksis
dalam aktivitasnya.
Maka dilihat dari putusan demi
putusan yang dilakukan oleh pene-
gak hukum yang sangat meringan-
kan para pelaku Illog terutama para
Aktor tetap bebas menjadi operator
illog, walaupun rekan-rekannya su-
dah ditangkap ini tidak lepas ke-
mampuan mereka membangun re-
zim dengan penegak hukum mapia
peradilan. Hal ini menguatkan indi-
kasi kalau melihat putusan-putusan
yang dilakukan sangat meringankan
tidak seimbang dengan kerugian
Negara dan masyarakat akibat keja-
hatan tersebut.
Mahakamah Agung harus menin-
jau ulang beberapa putusan yang
dilakukan oleh penegakan hukum di
Kalimantan Barat Illegal logging.
Seperti kasus Andelien Lies kasus
Illegal Logging di Sumatra Utara di
putus bebas tetapi setelah di tinjau
ulang oleh Mahakamah Agung Ande-
lien Lies di Vonis bersalah dan di-
hukum 10 tahun.
Jika mapia peradilan, tidak dibe-
Tanpa hukuman yang berat
kejahatan ini tidak akan
membuat jera para pelaku
illegal logging, dan Illegal
logging tetap akan meng-
hantui kerusakan hutan di
Kalimantan Bara
31
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200932
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s
Pemerintah KewalahanAtasi Masalah TKIOleh Agustinah
enyelundupan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) lewat agen
tidak resmi (calo) makin
marak. Panjangnya mata rantai
importasi ini membuat pemerintah
kewalahan mengatasi TKI illegal.
Hal ini disebabkan calo’ eng-
gan bekerja sama dengan
pemerintah.
Menurut Marliten yang
mengaku sering membawa
TKI dari berbagai daerah,
bergabung dengan peme-
rintah dalam menyalurkan TKI
rumit dan mahal. “Proses per-
izinan visa kerja dan paspor ke luar
negeri sangat lama, mahal dan ber-
belit-belit,” katanya.
Rajali Kepala Seksi Penye-
diaan dan Peng-gunaan
Tenaga Kerja Dinas
Tenaga kerja, menga-
takan untuk menjadi
TKI memerlukan dana
senilai 2.900.000 rupiah
dengan lama ketentuan pro-
ses perizinan 3 bulan. “Uang itu
sudah termasuk jaminan kese-
hatan dan asuransi,” kata-
nya.
Marliten enggan
disamakan dengan
calo‘ TKI. Karena TKI yang
dibawanya hanya sekitar empat
sampai lima orang saja, selain itu
alasan utama ia ke Malaysia ialah
untuk menjual pakaian dan emas.
“Mereka (TKI illegal_Red) minta
keringan waktu dan biaya perizinan
Visa dan paspor. TKI itu dibuat se-
olah-olah ingin jalan-jalan saja di
Malaysia. Setibanya di Malaysia,
mereka dikenalkan dengan orang
atau instansi yang membutuhkan te-
naga kerja,” ungkap mantan TKI ini.
Dulu Marliten juga seorang TKI
illegal di Malaysia selama 5 tahun.
bawa kenalan untuk bekerja disana,
namun lama-kelamaan hingga saat
ini, TKI yang saya bawa berasal dari
berbagai daerah, ada yang dari
Sambas bahkan ada yang dari Lom-
bok,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Muhammad
Sahar. Salah satu pengawas agen TKI
resmi asal Bekasi yang bekerja sama
dengan PT. Orientasai Mahkota
dengan membawa sekitar 59 TKI
yang rata-rata lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dengan
umur berkisar 17 tahun ke atas.
Adapun tujuan penyaluran TKI yang
dibawanya ialah Malaysia, Brunai
Darusalam dan Singapura.
“TKI yang akan saya bawa nanti
ditempatkan, di sektor perkebunan,
perusahaan pengalengan daging, ho-
tel dan restoran. Sebelum diberang-
katkan mereka diberikan pelatihan
selama 4 bulan sebelum dokumen-
dokumen yang mereka perlukan se-
lesai dibuat dan mereka akan dikon-
trak kerja selama 2 tahun,” katanya.
Rajali mengatakan, TKI baik res-
mi atau illegal ditangani oleh Badan
Pelayanan, Penempatan Dan Per-
lindungan Tenaga Kerja Indone-
sia (BP3TKI) yang bertugas
memberi penyuluhan, pema-
haman tentang tenaga kerja.
Para TKI seharusnya ter-
lebih dahulu masuk balai
latihan tenaga kerja yang
sekarang dibangun di En-
tikong, Kabupaten Sang-
gau. Namun pelayanan
satu atap tersebut disia-
siakan calo TKI akibat
kurangnya kesadarta-
huan akan pentingnya
balai latihan kerja ter-
sebut bagi kualitas ki-
nerja TKI kedepannya.
Sedangkan Dinas Tenaga
Kerja dan Tranmigrasi ha-
nya bertugas sebagai pe-
nyalur.
“Saat ini ada 35 cabang yang
menjadi penyalur tenaga kerja.
Perusahaan resmi biasanya meng-
gandeng pemerintah untuk men-
sosialisaikan masalah TKI,” katanya.
Rajali berharap masyarakat yang
ingin bekerja di luar negeri harus
dengan prosedur dan peraturan
sehingga tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. []
Dikarenakan tuntutan profesinya
yang rutin bolak-balik Indonesia-
Malaysia membuat ia tahu seluk-
beluk menjadi TKI dan mengenal
orang sekitar.
“Belakangan ada warga yang
ingin ikut dan minta dicarikan kerja
di Malaysia. Awalnya saya mem-
P
KARIKATUR:
MIUN ISWANDI
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 33
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s
TKI Ilegal: Gugur Satu,Tumbuh SeribuOleh Agustinah
i negara kita, Tenaga
Kerja Indonesia (TKI)
disebut pahlawan de-
visa. Layaknya pahla-
wan yang lain, TKI
tidak memperoleh perlakuan isti-
mewa tapi melakukan hal yang luar
biasa bagi negaranya. Beda halnya
dengan TKI illegal.
Nopi (23) misalnya. “Sudah ham-
pir 2 tahun saya bekerja sebagai teli
juru tulis) di Malaysia, penghasilan
saya mencapai sekitar 400 ringgit
atau 1.500.000 rupiah sebulan,” ka-
tanya. Tujuan utama ia menjadi TKI
illegal adalah untuk membantu
orangtua membiayai kuliah adik-
nya. Ia berkata, mencari kerja de-
ngan ijazah Sekolah Menegah Atas
(SMA) sangat sulit di indonesia.
Ia mengaku pernah dikejar-kejar
polisi. “Saat itu tepat pukul 4 sore,
saya sudah selesai berkemas untuk
pulang ke Pontianak pada malam
hari. Awalnya saya mau pulang
kemarin, tapi saya masih harus
menunggu masa perpanjangan
paspor saya yang belum selesai di
urus, tiba-tiba polisi datang untuk
razia rutin. Untung calon suami saya
menyembunyikan saya di bawah
kolong rumah orang. Jadi saya tidak
ikut terazia,” cerita Nopi sambil
sesekali menghela nafas panjang.
Dengan wajah tersenyum ia kem-
bali melanjutkan ceritanya, setelah
kembali ke daerah asalnya, ia pun
menceritakan perihal luputnya ia
dari razia. “Keluarga di kampung
sempat panik. Karena saat itu saya
akan melangsungkan pernikahan.
jika sampai tertangkap (razia kewar-
ganegaraan_Red), kemungkinan
pernikahan yang sudah disiapkan
keluarga di kampung akan gagal,”
ungkapnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh
Maryamah (34), rela meninggalkan
anaknya yang baru berusia empat
D
KARIKATUR: MIUN ISWANDI
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s
bulan, untuk mengadu nasib di Arab
Saudi. Saat itu anaknya jelas masih
memerlukan Air Susu Ibu (ASI).
Suaminya yang bekerja sebagai
petani memang tidak bisa mencu-
kupi kebutuhan keempat anaknya.
“Saya menyesal meninggalkan
anak-anak saya dulu, hingga saat ini
mereka tidak dekat sama saya,
bahkan kadang mereka memanggil
saya dengan sebutan Makyam, se-
dangkan ibu mertua saya dipanggil
emak,” kata Maryam dengan logat
Maduranya.
Maryam menceritakan saat ia
menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)
ibu mertuanyalah yang bertugas
menjaga anak-anaknya, ia memulai
bekerja sekitar tahun 2005 silam.
Saat itu anaknya masih 3 orang, anak
pertamamya berumur 14 tahun,
anak yang kedua berumur 10 tahun,
sedang anak yang ketiga berumur 4
tahun. Sekitar 2 tahun bekerja ia
pulang dan mendapat anak lagi. Anak
inilah yang dengan terpaksa harus
ia tinggalkan saat berumur 4 bulan.
Hal yang sama juga dialami Rian
(4), bocah lelaki yang ditinggal kedua
orang tuanya untuk bekerja di
Malaysia, terdiam malu dan bersem-
bunyi dibalik tubuh Ame’ sang pa-
man, saat ditanya apakah ia rindu
dengan ibu dan ayahnya.
Sejenak kemudian, anak tunggal
dari pasangan Nur dan Adi, Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupa-
ten Sanggau dan Sungai Purun Ka-
bupaten Pontianak itu, mulai men-
dekat dan mengangukkan kepalanya
perlahan.
Lebih kurang 3 tahun Rian ber-
pisah dengan orang tuanya tinggal
bersama Ame’ adik dari Nur. “Rian
sudah terbiasa tinggal sama saya,
dari umur 2 tahun, awalnya abang
(ayah Rian-red) yang pergi bekerja
di Malaysia. Setahun kemudian
kakak ipar saya (Nur_Red) juga
menyusul,” ujar Ame’ yang bertugas
menjaga anak dari kedua TKI ter-
sebut.
Ame’ dulunya juga TKI, setelah
menikah ia tidak melanjutkan lagi,
karena masa berlaku paspornya
sudah habis, dan untuk menyam-
bungnya lagi sudah tidak punya
uang. Syukurlah ia dan istrinya
memiliki sepetak tanah untuk ber-
tani. “Selain itu abang saya kadang
mengirim uang untuk anaknya dan
disisihkan sedikit buat saya sebagai
jasa menjaga anaknya,” katanya.
“Orang tua Rian pergi ke Malay-
sia semata-mata untuk menutupi
beban ekonomi yang menghimpit
mereka, awalnya mereka bekerja di
sana agar bisa membeli motor, biar
enak jalan, eh keterusan, sekalian aja
ngumpulin duit buat beli rumah,”
jelas ame’ saat ditemui di rumahnya.
TKI Tetap Membludak
Walau Deportasi Marak
Menurut Rajali, Kepala Seksi
Penyediaan Dan Penggunaan Tenaga
Kerja Kalbar, kebanyakan TKI yang
bekerja diluar negeri, terutama TKI
illegal merupakan TKI yang tingkat
ekonominya rendah. Mereka sulit
mencari kerja di Indonesia karena
latar belakang pendidikan rendah.
Sedangkan Malaysia membuka
peluang besar bagi tenaga kerja dari
Indonesia di bidang perkebunan,
konstruksi bangunan, maupun in-
dustri perkayuan. Arus TKI ke Ma-
laysia tetap tinggi karena kemung-
kinan besar terserap lapangan kerja
yang ada.
Kebutuhan Malaysia akan tenaga
kerja terutama dari Indonesia diber-
bagai bidang yang dapat menyerap
tinggi TKI dapat dilihat dari penem-
patan lapangan kerja yang ada.
Berdasarkan sumber data Badan
Pelayanan, Penempatan dan Perlin-
dungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI), penempatan TKI berjum-
lah 19.707 orang, yang berasal dari
luar Kalbar/transit maupun dari
Kalbar sendiri.
Banyaknya jumlah TKI yang
bekerja di luar negeri tanpa pro-
sedur atau mekanisme resmi meng-
Jumlah No Tanggal Pemulangan L P
Total
1 5 Januari 2009 7 Januari 2009 63 24 87
2 15 Januari 2009 21 Januari 2009 32 28 60
3 21 Januari 2009 24 Januari 2009 39 15 54
4 23 Januari 2009 29 Januari 2009 66 1 67
Total 268
Data Deportasi Tahun 2009 Bulan Januari
SUMBER DATA: KONJEN RI DI KUCHING
IS /MIUN
PARA TKI legal yang tertangkap.
34
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k h u s u s
hambat kinerja pemerintah. Ken-
dala kerja pemerintah atas TKI ille-
gal dapat dilihat dari gencarnya
pemerintah Malaysia menangkap
dan memulangkan TKI illegal. Na-
mun minat masyarakat menjadi TKI
di Malaysia masih sangat tinggi bah-
kan membeludak.
Ini dapat dilihat berdasarkan
sumber data Konjen RI Khucing,
kondisi pemulangan TKI ilegal pada
tahun 2004 sampai dengan 31 De-
sember 2008 TKI yang bermasalah
mencapai 18.989 orang.
Legal Kerja Dari
Pemerintah Luar
Tak dapat dipungkiri bagi TKI
yang bekerja disana, mereka sangat
membutuhkan uang demi mencu-
kupi perekonomian keluarga. Na-
mun ada juga TKI yang termakan
ajakan teman atau pihak luar untuk
bekerja di luar negeri. Sebut saja
Nuryati, awalnya ia ke Malaysia
untuk jalan-jalan ke tempat keluar-
ganya yang tinggal disana, kemudian
ia ditawari kerja dan tidak meno-
laknya.
Akhirnya semula visanya yang
tercantum untuk jalan-jalan, diganti
menjadi visa kerja.
Hal ini dibenarkan oleh Rajali.
“Biasanya TKI, masuk dengan pero-
rangan dengan alasan ke luar negeri
untuk jalan-jalan atau ketemu ke-
luarga, tapi sampai disana ditawari
kerja, visa warga yang semula bukan
untuk bekerja menjadi visa kerja, ini
dilakukan oleh pemerintah luar,
misalnya Malaysia,” katanya
Rajali mengatakan untuk mele-
galkan visa agar menjadi visa kerja
dilegalkan oleh pemerintah luar
negeri dengan bayaran legal
500.000, oleh tempat mereka
bekerja, seperti Malaysia yang saat
ini masih banyak membutuhkan
tenaga kerja. Inilah yang banyak
tejadi, sehingga kesulitan bagi pe-
merintah untuk memantau TKI
tersebut. []
35
Aset wisata yang perlu dilestarikan
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n
Perjalanan Aktivis Kampus Ke UM dan UKM
Oleh Wanty EJ
ingin malam sudah tidak
terasa lagi bagi rombo-
ngan studi banding aktivis
kampus. Mereka ialah 12
mahasiswa terpilih yang mewakili
UKM Untan. Hari itu tepat tanggal
20 Agustus 2008 pukul 21.15 mere-
ka berangkat dari Pontianak menuju
Kuala Lumpur. Tujuan pertama
rombongan tersebut ialah kolej
Keris Mas (salah satu asrama maha-
siswa Universitas Kebangsaan Ma-
laysia), di asrama inilah rombongan
mahasiswa Untan menginap hingga
tanggal 23 Agustus.
Perpustakaan
Perjalanan dimulai pada tanggal
22 Agustus, selama disana tempat
pertama yang kami kunjungi ialah
Perpustakaan terbesar di Bangi, Tun
Seri Lanang sekitar pukul 10.00 WM
(waktu malaysia). Perpustakaan ini
begitu canggih dengan kemudahaan,
dan kesederhanaannya. Perpus-
takaan ini telah menggunakan id
card yang akan di scan bersamaan
dengan buku pinjaman. Selain itu
pintu masuknya telah menggunakan
pintu scan.
Perpustakaan yang berlantai
enam ini menyediakan berbagai
tempat belajar. Seperti tempat pe-
minjaman buku-buku umum dan
tempat menonton tv yang berada di
lantai 2, kumpulan jurnal dan ruang
diskusi mahasiswa lantai 3, tempat
belajar media elektronik (komputer,
televisi, dan radio) lantai 4, dan
lantai lima adalah tempat koleksi-
koleksi buku asia tenggara. Dan yang
terakhir perpustakaan internet,
dimana komputer hanya bisa di
aktifkan dengan sidik jari pengguna
yang di kenal dan terdaftar sebagai
mahasiswa UKM (University Ke-
bangsaan Malaysia) .
Pertemuan dengan Ketua
BEM
Tanggal 23 Agustus, kami menga-
dakan pertemuan dengan ketua
Persatuan Mahasiswa UKM (PM-
UKM) yang bernama Alias Bin Ibra-
him atau di Indonesia dikenal de-
ngan ketua BEM atau presiden maha-
siswa. Alias menjelaskan tentang
organisasi mahasiswa disana. “Disini
mahasiswa tidak terlalu berkiprah
dalam organisasi, sebab mahasiswa
lebih mengutamakan kuliah dari
pada organisasi,” ungkap Alias.
Selain menjelaskan tentang orga-
nisasi Alias juga menjelaskan bahwa
ospek dikampusnya hanya menge-
nalkan fakultas dan diwajibkan un-
tuk tinggal di kolej kediaman maha-
siswa UKM. Kendaraan yang biasa
digunakan mahasiswa ialah bus
yang ada di lingkungan kampus
dengan rute kolej- kampus. Biasanya
mangkal di halte dekat kampus. Dan
Pendidikan MalaysiaLebih Maju
D
36
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n
siapapun yang menumpangnya tidak
perlu membayar alias gratis.
Pertemuan dengan Orang
Indonesia yang kuliah di
Malaysia
Setelah berjalan-jalan dan ber-
bincang dengan PMUKM, kami me-
nyantap makan siang yang disuguh-
kan disana, dan tanpa sengaja berte-
mu dengan salah seorang siswa In-
donesia yang melanjutkan studi S3 di
UKM yang bernama Ismail, berasal
dari Denpasar dan merupakan salah
satu dosen di Bali. Bagi mahasiswa In-
donesia yang ingin melanjutkan
kuliah tidak perlu lagi untuk datang
ke Malaysia, mendaftar, tes, dan
menunggu pengumuman kelulusan
yang belum pasti. Cukup membuka
situs www.ukm.my dan melampirkan
daftar nilai pendidikan terakhir.
Mahasiswa yang ingin mengambil
S2 cukup melampirkan transkip nilai
S1 di situs tersebut, kemudian memi-
lih mengambil kuliah atau langsung
menyusun tesis saja. Pilihan ini
diberikan untuk mempermudah dan
mempercepat kelulusan mahasiswa.
Namun boleh juga mengambil kuliah
dan menyusun tesis.
Jika hanya ingin menyusun tesis
tanpa mengikuti kuliah, maka saat
melampirkan transkip nilai, wajib
untuk menawarkan judul tesis yang
akan di ambil dan memilih dosen yang
berkompeten dibidang tersebut yang
sudah ada pilihannya di dalam situs
tersebut. Selanjutnya tinggal me-
nunggu email balasan apakah lama-
ran yang diajukan diterima atau
tidak.
Indonesia Tidak Disiplin
Salah seorang staf ahli pustaka Tun
Seri Lanang, merupakan lulusan Uni-
versitas Indonesia mengatakan dulu
banyak sekali masyarakat Malaysia
belajar ke Indonesia, namun seka-
rang kebalikannya, banyak orang In-
donesia yang belajar di Malaysia.
“Sesungguhnya orang Indonesia
memiliki kecerdasan yang tinggi,
hanya saja mungkin karena kurang
disiplin. Hal ini terbukti dari se-
ringnya nama Indonesia yang harum
dalam olimpiade-olimpiade sains di
tingkat Internasional,” ungkapnya.
Berkunjung ke Tempat
Wisata
Pada tanggal 24 Agustus Pukul
06.00 rombongan kami mengun-
jungi kerajaan Malaysia. Kerajaan ini
begitu ramai dikunjungi. Baik dari
turis lokal, maupun internasional.
Sayangnya peraturan pemerintah,
pengunjung tidak diijinkan untuk
masuk.
Tampak dikejauhan, kemegahan
gedung kokoh dan indah berdiri
tegak di balik halaman yang begitu
luas. Setelah melihat kerajaan kami
melanjutkan perjalanan menuju
masjid terbesar dan tertua di Kuala
Lumpur tempat Raja dan Sultan
Malaysia sholat. Selain itu kami
langsung menuju menara kembar
untuk melihat-lihat.
Kami harus membeli tiket yang
dijual agar bisa masuk ke gedung
yang berdiri tegap dan sangat mirip
satu sama lain ini terasa menjadi
tangga untuk menuju keindahan
langit biru. Tempat wisata terakhir
yang kami kunjungi ialah tugu pah-
lawan, disana terdapat tugu patung
pahlawan, dan berbagai monumen
mini yang ada dihalaman tugu pah-
lawan, di tambah bangunan yang
mirip dengan mesjid indah dan sa-
ngat menarik.
25 Agustus 2008
Berangkat ke Kolej Ibnu Sina/
Kolej Perubatan (Asrama Kedokte-
ran) University Of Malaya (UM).
sampai disana kami disambut ha-
ngat oleh Puan Zuraini, pimpinan/
pengelola kolej salah satu dosen Fa-
kulty Perubatan (Fakultas Kedok-
teran).
Ada beberapa hal yang kami
bicarakan. Pertama, bagi mahasiswa
yang mendaftar ke UM dan tidak
memiliki Biaya mendapatkan Pinja-
man dari kampus untuk membayar
biaya kuliah, dan setelah selesai
kuliah atau selama bekerja, maha-
siswa tersebut harus membayar se-
cara menyicil dari gaji nya atas
pinjaman selama kuliah tadi.
Kedua, iuran kampus tidak boleh
dinaikkan semena-mena oleh rektor
maupun pihak kampus karena dapat
menyebabkan isu politik. Kecuali
dari pemerintah dan kampus berda-
sarkan pertimbangan tertentu.
Ketiga, kampus akan mendata
alumni yang belum bekerja setiap 3
bulan sekali. Dan bagi yang terdata
belum bekerja akan dipanggil kem-
bali kekampus untuk mengikuti pela-
tihan cara mencari kerja dan mem-
beri lowongan pekerjaan selama 1
bulan. Diberi penginapan gratis,
tanpa biaya daftar, makan gratis,
dan setelah selesai pelatihan akan
dibekali uang 300 RM (Ringgit Ma-
MIUN/WANTY
PERPUSTAKAAN terbesar di Bangi, Tun Seri Lanang, tampak dikunjungi banyakmahasiswa.
37
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n
laysia) atau sekitar Rp 800.000
hingga Rp 900.000 per orang.
Keempat, rektor akan menjalin
kerjasama yang baik dengan bebe-
rapa perusahaan dan bank-bank
swasta dan negeri untuk mempro-
mosikan mahasiswanya. Dan mem-
berikan lowongan tersebut kepada
alumni yang terdata belum bekerja
tadi.
26 Agustus 2008
Pukul 10.00 setelah bersiap-siap
kami telah dijemput kendaraan
untuk berkeliling universitas. Dari
Fakulty Perubatan, Fakulty Sains
dan engeneering, Fakulty pendi-
dikan (di Indonesia dikenal dengan
Keguruan Ilmu Pendidikan). Hingga
kami masuk di Museum Seni Asia.
Didalam nya koleksi-koleksi ba-
rang-barang antik di Asia tampak
tersusun rapi. Beberapa yang mem-
buat hati sedikit sakit. Ketika kami
disuguhi penampilan bermain game-
lan oleh karyawan disana.
Gamelan, alat, dan musik yang
kami dengar sangat tidak asing
ditelinga. Ini adalah musik gamelan
Jawa. Tapi telah di hak patenkan
oleh Malaysia. Sapi’ dayak pun di
hak patenkan Malaysia, dan Batik
rencananya pun akan di hak paten-
kan di negara kecil namun makmur
itu.
Malam harinya kami telah mem-
buat janji makan malam bersama
Puan Zuraini dan beberapa pejabat
serta dosen UM. Setelah berpakaian
rapi. Malam itu kata perpisahan
terucap dari kedua belah pihak,
pihak rombongan lawatan, dan pi-
hak UM. Karena keesokan harinya
kami harus meninggalkan UM.
Tukar kenang-kenangan pun
menjadi salah satu urutan acara
malam itu. Acara selesai sekitar
pukul 21.00. kami kembali ke kolej,
sedangkan PAK Ishak, Pak Yono,
dan Pak Usman gani beserta Puan
Zuraini beserta beberapa pejabat
lain menuju tempat pertemuan
dengan Pak Chairil, Rektor Untan
yang kebetulan saat itu baru tiba di
Kuala Lumpur untuk menandata-
ngani MOU bersama UM.
27 Agustus 2009
Kembali melanjutkan perjalanan
menuju UITM di Kota Samarahan.
untuk menghadiri acara festifal Tari
Borneo. Kebetulan salah satu peser-
ta merupakan sanggar/ kelompok
tari dari Universitas Tanjungpura
Pontianak. Setelah pembukaan,
penampilan beberapa sanggar tari
dari beberapa Universitas di Malay-
sia, tiba giliran Sanggar Tari Untan
yang menampilkan tarian “Begurau”
dengan Tema “Keceriaan Pemuda-
Pemudi di pesisir Pantai”. Suara
kami begitu riuh. Meski hanya 10
orang, tapi kami tetap semangat
memberi dukungan kepada sanggar
Tari Untan ketika tampil dipanggung.
28 Agustus 2008
Hari ini hari terakhir kami berada
di Malaysia tepatnya di Kucing.
Karena esok pagi pagi sekali kami
harus kembali ke Indonesia. Meski
telah melalui hari dari tanggal 21
agustus 2008, kami tetap tidak
merasa lelah. Memang kondisi tu-
MIUN/ WANTY
SALAH SATU DARI BANYAKNYA KOLEKSI YANG ADA DI MUZEUM SENIASIA DI UNIVERSITY OF MALAYA YANG BERUPA TOPENG UKIR KAYU
buh beberapa orang dari kami saat
itu ada yang tidak fit, terkena flu,
dan batuk, kami tetap tidak mau
membuang-buang kesempatan un-
tuk berjalan-jalan sebelum Pulang.
Festifal Tari Borneo
Festifal tari borneo dilaksanakan
di University Tekhnologi Mara
(UITM) pada tanggal 27-29 Agustus
2008. Kegiatan yang diikuti bebe-
rapa Universitas di Borneo yang sa-
lah satunya Universitas Tanjung-
pura Ini melombakan beberapa ta-
rian diantaranya “tarian begurau,
tarian melayu di pesisir pantai, dan
tarian pemuda pemudi bergurau di
pantai”. Acara ini diadakan di aula
UITM kota Samarahan, kucing, Ma-
laysia. Ini merupakan kali kedua
acara festifal ini dilaksanakan. Acara
pertama tahun 2006.
Acara yang dilaksanakan 2 tahun
sekali ini diikuti 7 tim, yaitu Untan
Kalimantan Barat, Universitas Mula-
warman Kaltim, UITM Sarawak,
UITM Sabah, UMS Sabah, UMS Sara-
wak, dan Universitas Tun Abdul
Razak. Menurut Dini, Ketua Panitia
Festifal Tari Borneo, acar ini dituju-
kan untuk merangkul kebudayaan
generasi muda, untuk merapatkan
Sesungguhnya orang Indone-
sia memiliki kecerdasan
yang tinggi, hanya saja
mungkin karena kurang
disiplin. Hal ini terbukti dari
seringnya nama Indonesia
yang harum dalam
olimpiade-olimpiade sains di
tingkat Internasional
38
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a n
silaturahim dikalangan mahasiswa
Borneo, untuk meningkatkan akti-
vitas sehat, dan persaingan sehat
antar mahasiswa Borneo.
“Acara memang bagus untuk
mengumpulkan mahasiswa Borneo
di satu tempat untuk meningkatkan
persaingan sehat,” ujar mahasiswa
yang sangat ramah ini ketika dihu-
bungi melalui line telefon dengan
logat melayu malaysianya yang
kental. Acara yang digelar ini meng-
habiskan dana 100 RM atau Rp
270.000.000 hingga Rp 300.000.
000 dana tersebut diperoleh me-
lalui bantuan pemerintah dan spon-
sor sebesar 50% dan 50% dari UITM
sendiri. Kegiatan ini melibatkan 200
orang pelajar (mahasiswa UITM
sebagai panitia acara.
Peserta yang mengikuti perlom-
baan ini diinapkan di Hotel Sri Se-
rapidan Sri Mulu yang terletak tidak
begitu jauh dari kampus UITM yang
memiliki luas 250 Ha. Tim Kali-
mantan Barat yaitu Universitas Tan-
jungpura yang berjumlah 10 orang
M I U N / D O K
BERFOTO bersama, Mahasiswa Aktifis Untan dan Pengurus Perpustakaan Uni-versity Of Malaya.
ini menampilkan tarian begurau
dengan tema “Pemuda- Pemudi di
pesisir pantai.”
Dalam final yang dilaksanakan
pada tanggal 29 Agustus ini Untan
merebut juara 3. Ditahun 2006
Untan memperoleh juara pertama,
dan harus melepaskan piala bergilir
yang mereka peroleh di tahun 2006
kepada UITM Sarawak.[]
39
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
Desa Tekelak terletak di seberang
Sungai Melawi, Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat. Untuk sampai ke
desa ini, dari Pontianak harus me-
nempuh perjalanan setidaknya 12-
15 jam, dengan menggunakan bus,
hingga sampai di terminal Nanga
Pinoh. Selanjutnya, bisa menggu-
nakan jasa ojek untuk mengantar ke
pangkalan motor tempel di tepi
Sungai Melawi.
Desa ini tak bisa dijangkau lewat
jalan darat. Harus menggunakan ka-
pal tempel, yaitu kapal motor de-
ngan mesin berkekuatan kecil. Ini
satu-satunya moda transportasi me-
nuju ke sana. Sampai di seberang
pun masih harus dilanjutkan dengan
berjalan kaki selama beberapa
waktu.
Di hari Pemilu 9 April lalu, Eka
Trisnawati datang ke TPS. Warga
Desa Tekelak itu menyerahkan 3
surat undangan memilih kepada
petugas TPS: surat undangan atas
nama Eka, juga kakak dan ibunya.
Dari petugas ia mendapatkan dua
belas surat suara, untuk memilih
anggota DPD, DPRD tingkat Kabupa-
ten dan Provinsi, serta DPR Pusat.
Eka Trisnawati lantas menyontreng
semua surat suara yang diterima.
Eka bukan satu-satunya warga
Desa Tekelak yang menyontreng
untuk orang lain. Dia bercerita pada
saya, selain dirinya banyak lagi
warga lain yang juga menyotreng
untuk orang lain pada pemilu lalu.
“Tidak bisa dihitung banyaknya.
Perwakilan di desa tuh banyak,
banyak yang malas ngantri jadi
suaranya diwakilkan dengan orang
lain,” kata.
Menurut Eka para saksi parpol,
juga petugas Kelompok Penyeleng-
gara Pemungutan Suara KPPS sudah
mahfum soal ini. Bahkan, Kepala
dusun menyontreng hingga 40 surat
suara. “Kalau jumlah suara yang
diwakilkan sih ndak tentu, kadang
satu, ada juga kemaren kepala du-
sun mewakilkan 9 sampai 10 orang.
Karena mereka ndak mampu ngan-
tri, jadi diwakilkan ke orang lain,
lagian katanya banyak perlu laen,”
ceritanya. Eka sendiri tak menyadari
apa yang dilakukannya itu melang-
gar peraturan.
Soal siapa yang dipilih, terserah
orang yang mewakilkan. Pilihan apa
pun tak jadi soal. Yang penting suara
tak mubajir, karena tak digunakan.
“Prosedurnya, misalnya kita kasih 5
perwakilan, kita langsung dipanggil
trus kita jelaskan ini perwakilan,
orangnya nggak bisa datang ala-
sannya gini gini, trus kita dikasih
langsung untuk 5 orang. Trus untuk
perwakilannya kalau lagi ngambang
nggak punya pilihan, yah pilihannya
terserah orang yang mewakilkan
tersebut.” Begitu Eka Trisnawati
menceritakan kembali apa yang ia
lihat.
Di daerah-daerah pedalaman
Kalimantan Barat seperti di Kabu-
paten Sanggau, Sintang, Sekadau,
dan Melawi manipulasi suara Pemilu
memang sangat rentan terjadi.
Warga pedalaman menghuni per-
kampungan yang terisolasi dan sulit
dijangkau. Dengan sarana trans-
portasi yang buruk, pengawasan
sulit dilakukan. Modusnya macam-
macam, mulai dari mewakilkan
suara ke orang lain, sampai jual beli
suara antar caleg. Saya menelusuri
lagi praktik manipulasi Pemilu di pe-
dalaman ini.
Di Kabupaten Sintang, lokasinya
lebih 6 jam perjalanan darat dari
Melawi dengan kondisi jalan rusak,
saya bertemu Domitius. Warga Desa
Gemba Raya ini bercerita, praktik
mewakilkan pemilih juga terjadi
pada Pemilu 2004. Tapi aturan main
di desa ini menyebut, yang mewa-
kilkan harus masih punya ikatan sau-
dara.
“Pokoknya 1 rumah bisa diwakil-
kan 1 orang. Istri bisa diwakilkan
suami. Dalam satu rumah misalnya
4 orang, yang bisa turun 2 orang
khan bisa mewakilkan 2 orang,” ujar
Domitius, suatu sore. Kebetulan lain
lagi, Pemilu berlangsung saat musim
panen raya padi. Alhasil, lebih ba-
nyak warga yang memilih ke ladang
ketimbang menyontreng. Supaya
suara tak hangus, suara pun diwa-
kilkan. Seperti yang dilakukan ke-
luarga Markus Ribai, kerabat Domi-
tius.
“Beberapa alasan khan, yang
pertama untuk sekarang khan rumit,
ada juga alasan pribadi kayak ber-
ladang. Di pedalaman khan banyak
orang Dayak, sekarang ini khan lagi
musim berladang, panen. Mereka
yang berladang cenderung nggak
balik, ya lebih baik diatur saja di
desa, biasanya begitu,” cerita Ribai.
Kepala Desa Gemba Raya Petrus
Nian membenarkan adanya kebia-
saan warga mewakilkan suaranya ini.
Menurutnya Undang-undang Pemilu
memang melarang praktik perwaki-
lan seperti ini. “Tapi ini langkah ter-
baik ketimbang kehilangan suara,”
kata Petrus, lelaki yang juga bebe-
rapa kali menjadi petugas pemungu-
tan suara.
“Sebagai peraturan itu memang
tidak bisa sebetulnya, tidak bisa di-
wakilkan. Tapi saya rasa hal itu kita
cari yang terbagus. Yang terjadi di
desa yang penting bisa dipertang-
gung jawabkan dan tidak melanggar
Menguak ManipulasiPemilu di PedalamanOleh Heriyanto
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a
40
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
hukum, itu saja, memang dalam per-
aturan negara tidak boleh. Tapi ka-
lau saya rasa di kampung ini kita cari
yang termudah sajalah.”
Kendala lain yang mendorong
praktik mewakilkan suara adalah tak
bisa baca tulis. Seperti yang terjadi
di Desa Ensaid Panjang, Kabupaten
Sintang. Untuk menuju sampai ke
Desa ini bukan hal yang mudah. Desa
ini letaknya terpencil, jalan menuju
ke sana rusak parah, sempit lagi. Di
kanan kirinya semak belukar yang
belum dijamah. Jarak antara desa
luar dan desa ini cukup jauh. Desa
ini dikelilingi hutan belantara.
Di rumah betang, yakni rumah
adat suku Dayak yang berbentuk
memanjang, ada Haru Morgan yang
tak bisa berbahasa Indonesia. Ia tak
bisa baca tulis, karenanya ia mewa-
kilkan suara ke orang lain. “Saya se-
benarnya ingin memilih, tapi saya
tidak tahu bagaimana caranya. Sulit.
Nanti takut salah. Soalnya saya tidak
bisa baca tulis. Kata mereka diwa-
kilkan saja. Pilihannya terserah me-
reka,” ujar Haru Morgan dalam ba-
hasa Dayak.
Dedy Armayadi, aktivis yang se-
lama ini mendampingi warga desa di
sana, mengakui, peluang terjadinya
manipulasi suara sangat besar.
Partai politik mencuri kesempatan
dari paktik seperti ini. Apalagi petu-
gas pemungutan suara banyak yang
jadi simpatisan partai tertentu.
“Katakanlah misalnya pemilih di
suatu kampung itu 500, yang datang
tidak sampai 100 orang untuk be-
berapa TPS. Di kampung, untuk me-
lakukan kecurangan itu sangat be-
sar. Terutama pengurus TPS yang
punya kaitan erat dengan partai ter-
tentu, sehingga warna setiap TPS itu
berbeda-beda. Namun umumnya
kalau misalnya di kampung tidak
jauh dari partai-partai merah.”
Partai merah yang dimaksud
Dedy adalah PDI Perjuangan. Partai
ini memang menguasai perolehan
suara di daerah pedalaman, baik di
Pemilu 2004 maupun 2009. Selain
PDI Perjuangan, Golkar juga berkua-
sa di sana. Kepatuhan masyarakat
pedalaman kepada pemimpin lokal
juga kerap dimanfaatkan partai po-
litik. Pilihan politik, yang harusnya
jadi pilihan pribadi, pun diarahkan.
Imbalannya biasanya sembako,
mesin genset dan BBM, atau janji
perbaikan jalan.
“Mereka itu pada pemilu menga-
jak masyarakatnya untuk memilih
partai tertentu, caleg tertentu. Real-
nya sih seringkali dari pengalaman
yang ada si pemimpin itu mengarah-
kan siapa yang harus dipilih dari
partai mana, kemudian orangnya
siapa, apa yang akan diberikan jika
yang dipilih itu menang.”
Ketua KPU Kalbar, AR Muzam-
mil, mengaku terkejut begitu tahu
soal ini. Menurut dia, ini melanggar
azas Langsung Umum Bebas dan Ra-
hasia. “Kalau langsung itu berarti
khan si pemilih langsung memberi-
kan suara, jadi tidak boleh diwakil-
kan, yang disebut dengan one man
one vote itu. Jadi tidak bisa satu or-
ang mewakilkan meskipun itu ke-
luarga, jadi nggak ada itu aturan se-
perti itu, kalau itu terjadi berarti itu
khan pelanggaran,” kata AR Muzam-
mil di ruang kerjanya.
Tapi apa mau dikata, pengawasan
memang sulit dilakukan. Yang disa-
lahkan adalah kondisi geografis yang
sulit ditaklukkan. Ketua KPU Sintang
M Ade Iswadi hanya bisa meminta
petugas Panwas juga masyarakat
membuka mata lebar-lebar. Menu-
rutnya pengawas di lapangan yang
mestinya bekerja maksimal dan
melakukan pemantauan. “Apalagi
masyarakat sekarang,” kata Iswadi,
“bisa menjadi pelapor kepada pan-
was yang bisa ditindaklanjuti. Ma-
syarakat luas harus turut mengawasi
agar tidak terjadi pelanggaran.”
Praktik mewakilkan suara mau
tak mau ikut memicu praktik mani-
pulasi suara yang tak terkendali, juga
tak terawasi, di pedalaman Kalima-
tan Barat. Seperti apa? Di Kabupaten
Sanggau, Sintang dan Melawi Kali-
mantan Barat, kerap terjadi praktik
manipulasi suara. Ini adalah tiga
kabupaten yang sama, tempat se-
ring terjadinya perwakilan suara ke
orang lain. Kondisi geografis lagi-
lagi menjadi kambing hitam dari
praktik manipulasi suara.
“Kerawanan masalah manipulasi
suara di KPPS itu ada,” kata Subiak-
to, ketua Panwaslu Sanggau Subiak-
to. “Terus terang saja, kita dengan
tenaga yang terbatas ini kemungki-
nan itu pasti ada yang lolos, tetapi
kita berusaha semaksimal mungkin
untuk bisa mengantisipasi terjadi-
nya manipulasi suara itu, pengge-
lembungan suara itu.”
Di Kecamatan Sayan, Kabupaten
Melawi, saya bertemu Fiman, warga
setempat. Ia menyaksikan sendiri
betapa ramainya politik uang saat
Pemilu berlangsung. Firman meng-
ungkapkan, tim sukses caleg mem-
beri uang langsung ke rumah-ru-
mah. “Ya bertamu. Mereka bawa
kartu nama, bawa amplop dan dibe-
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a
41
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
rikan langsung. Ada yang satu ru-
mah 5 orang mereka letak 500 ribu.”
Praktik bagi-bagi uang disebut
warga dengan istilah ’Bantuan Lang-
sung Tunai’ atau BLT. “Khan Lang-
sung Tunai ngasihnya. SBY jak bisa
ngasih BLT, jadi caleg caleg pun bisa
ngasih BLT. Seratus (ribu) satu or-
ang. Jadi jangan salah sangka, kalau
di sini nyebut BLT, bukan BLT dari
pemerintah, tetapi BLT caleg,” ujar
Firman, terkekeh.
Menurut Firman, hal ini sudah
biasa. “Dari pemilu kemarin-kema-
rin juga begitu. Karena pengawasan-
nya kurang ketat, Panwaslu kan
nggak bisa ngomong apa-apa. Ada
panwaslu, tetapi ya nggak bisa,
Panwas khan orang situ. Mau dia
nggak selamat?”
Firman bercerita, malam sebe-
lum Pemilu, ada yang tertangkap
basah sedang membagi-bagikan
uang kepada warga. Warga yang
menerima uang melapor, tapi bukan
ke Panwas melainkan ke tim sukses
caleg lain. Tim ini sudah menjanjikan
sejumlah uang, jika warga melapor-
kan ada pemberian uang dari caleg
lain.
“Cara mancingnya gini. Kau dika-
sih seratus ribu, kau ngasih tahu aku,
aku kasih kau 500 ribu. Jadi dah di-
pancing dulu. Jadi ada belasan or-
ang yang nerima yang lapor. (Me-
reka) balek lapor ke tim sukses lain.
Mereka pun sudah dapat sopoi dari
tim sukses lain yang jelas lebih
besar,” kata Firman, menjelaskan
strategi yang biasa digunakan untuk
menjebak pemberi uang.
Samin, bukan nama sebenarnya,
adalah caleg dari sebuah partai baru
yang perolehan suaranya masuk 10
besar versi tabulasi KPU. Ia menge-
luarkan uang demi membeli suara,
juga barang seperti sembako atau
semen. Bagi Samin, ini adalah stra-
tegi menang.
“Strategi untuk memenangkan
Pemilu, baik Pemilu yang lalu-lalu
maupun yang sekarang ini ada ber-
bagai macam taktik, ada yang sesuai
jalur sesuai hukum mulai dari so-
sialisasi atau memberikan bantuan
dll, pra pemilu termasuk money po-
litik itu termasuk pra pemilu,” ung-
kap Samin, meski akhirnya ia kalah
di TPS sendiri.
Caleg lain, Ade Dinato, berasal
dari partai yang jumlah suaranya
masuk lima besar versi tabulasi
KPU. Ia mengakui fenomena politik
uang sering terjadi, meski ia menga-
ku tak terlibat. Serangan Fajar inilah
yang dinilainya merontokkan sua-
ranya, termasuk di daerah yang ia
klaim sebagai basis massanya.
Warga Melawi biasa menyebut
serangan Fajar itu bom. Di sana,
bom masih sangat kental. Ade Dina-
to mengatakan, banyak bentuk yang
dilakukan saat “pengeboman”. “Ada
yang ngasih duit, ada yang berupa
barang. Kemasannya berbeda-beda,
ada juga yang bikin acara padahal
itu sudah hari tenang. Pulangnya
dikasih uang, Kadang mereka sudah
bentuk tim untuk nyebarkan orang
untuk nyebarkan uang, dan itu di-
catat,” rinci Ade Dinato, suatu ma-
lam, beberapa hari setelah Pemilu.
Modus lain adalah melibatkan
Kelompok Penyelenggara Pemu-
ngutan Suara KPPS. Anggota KPPS
yang akan menyontreng surat suara
warga. Menurut Firman, saksi partai
dan KPPS bekerjasama untuk menu-
tupi aksi ini. Banyak warga yang tak
tahu kalau suara mereka dicurangi.
Dari cerita Firman diketahui, aksi
ini banyak dilakukan di daerah yang
pengawasannya kurang, terutama di
perkampungan. “Pengawasan khan
kurang ketat, tingkat buta huruf
tinggi, sosialisasi KPU kurang. Mana
mereka tahu kalau yang dibagikan
surat suaranya empat. Rata-rata
dicobloskan KPPS,” ungkap Firman,
menghela napas.
“Ada daerah namanya Nanga
Kompi, masuk sana lagi, dua orang
saksi yang satu diusir, sama pendu-
duk situ. Siapa berani orang bawa
mandau, bawa parang, siapa mau
nunggu, kalau aku sih ndak, bagus
lari!” cerita Firman dengan mimik
serius.
Tapi apa yang disampaikan Fir-
man tidak sampai di situ. Hal yang
mengejutkan, surat suara yang sisa
biasanya akan digasak oleh KPPS.
“Karena banyak warga yang tak da-
tang ke TPS, petugas lah yang me-
nyontreng, berdasarkan kesepaka-
tan dengan saksi dan petugas lain,”
tambahnya.
Alhasil surat sisa jarang ditemui
di daerah-daerah pedalaman, meski
daerah itu tingkat pendidikannya
rendah. Firman mencontohkan,
“Misalnya khan DPTnya 300, yang
datang ke TPS paling 200, khan ma-
sih sisa 100 tuh, nah yang 100 itu
akan dibagi lagi kesepakatan saksi
dan pengurus KPPS-nya dan perang-
kat di situ akan dibagi ke semua
saksi, misalnya saksi ada 10 berarti
dibagi 10 per saksi. Nanti terserah
saksi itu mau milih siapa, jadi 1 saksi
akan mewakili 10.”
Ketua KPU Kalbar AR Muzzam-
mil mengatakan, tingkat partisipasi
pemilih di daerah pedalaman Kalbar
memang cukup tinggi. Rata-rata
diatas 80 persen. “Kalau dibanding-
kan dengan perkotaan, tingkat par-
tisipasi di Pedalaman memang jauh
lebih tinggi,” ujar mantan Wakil
Ketua Panwaslu Kalbar ini.
Samin, caleg dari salah satu par-
tai baru yang jumlah suaranya ma-
suk 10 besar KPU, memberi kesak-
sian lain. Diakuinya, antar caleg yang
berbeda partai kerap saling nego-
siasi supaya suara dialihkan demi
menambal kekurangan suara. Jual
beli suara ini biasa dilakukan di
tingkat KPPS, dengan mengubah
Rekap Berita Acara sebelum dioper
ke Panitia Pemilihan Kecamatan.
Samin menantang untuk mem-
bandingkan rekap suara berdasar-
kan catatan saksi dengan rekap Be-
rita Acara di PPK. Betul saja. Rekap
suara beberapa TPS di PPK Nanga
Pinoh, Kabupaten Melawi berbeda
dengan BAP yang ditandatangani
saksi dan panitia pemilihan.
Hasil penghitungan dari TPS 1
Sidomulyo misalnya, ada satu par-
tai yang hanya mendapatkan 21 sua-
ra. Tapi begitu rekap sampai di PPK,
angkanya melonjak menjadi 236
suara. Sementara di TPS 2, Berita
Acara saksi menulis 70 suara untuk
partai tertentu, tiba-tiba angka itu
berubah jadi 187 suara. Ini baru sa-
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a nMIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a
42
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
tu TPS, karena diduga masih banyak
TPS lain yang punya kasus serupa.
Menurut Samin, dalam negosiasi
jual beli suara antar caleg ini biasa-
nya ada nominal uang yang disebut,
atau kompensasi lain.”Yang jelas
ada negoisasi antara mereka apakah
uang langsung atau kerajsama ke de-
pan atau lain-lain, tapi yang jelas ada
komunikasi yang intensif antar
mereka baik sebelum melakukan pe-
milihan atau setelah itu. Panwas juga
dimainkan bagaimana meredam
angka-angka itu tadi,” ungkapnya.
Samin menolak menyebutkan partai
yang terlibat.
Di ibukota Kabupaten Melawai,
Nanga Pinoh, saya menyaksikan
sendiri bagaimana tim sukses satu
partai bekerja. Di kantor sekretariat
partai, seorang caleg dirayu untuk
mengalihkan suaranya ke partai
lain.
Praktik politik uang ini bukannya
tak terdata. Panwaslu Kalimantan
Barat melaporkan, dari total 59
pelanggaran pidana Pemilu 2009,
sebagian besar soal politik uang dan
penggelembungan suara. Menurut
Hawad Sriyanto dari Panwas Kalbar,
praktik ini umumnya terjadi saat
kampanye rapat umum atau masa
tenang. “Bahkan di beberapa daerah
pasca pencontrengan hari kamis
tanggal 9 itu masih dijumpai banyak
indikasi penggelembungan surat
suara di beberapa daerah di pedala-
man maupun pesisir,” tegas Hawad,
di ruang kerjanya. “Ada beberapa
pelaku politik uang yang sudah di-
jatuhi vonis pengadilan.”
Daerah pedalaman Kalimantan,
dengan kondisi geografis yang sulit
dan akses transportasi yang tak
memadai, jadi wilayah yang tepat
untuk melakukan manipulasi suara.
Semua sudah tahu sama tahu, se-
hingga tak perlu khawatir kasak-
kusuk ini bakal terungkap.
Lupakan saja asas ’luber’ di sana
karena uang bisa bicara. Sementara
warga banyak yang tak tahu, hak
mereka telah dicurangi.[]
Heriyanto, mantan ketua LPM
Untan, sekarang bekerja untuk
Kantor Berita Radio 68H Jakarta.
etiap proses demokrasi pemilihan umum
harusnya menghasilkan wakil rakyat yang
aspiratif dan terbaik. Demokrasi yang sehat
akan terwujud dengan adanya kesetaraan dan
kebebasan memilih. Kesetaraan kemampuan rakyat
untuk memilih, menilai wakil-wakilnya, diperlukan
pendidikan politik rakyat dan kebebasan jaminan
untuk bisa memilih tanpa ada paksaan, tekanan atau
ikatan dalam bentuk apapun termasuk uang.
Kampanye Pemilu Legislatif yang telah ber-
langsung pada 9 April 2009 yang dimulai sejak hari
Sabtu tanggal 12 Juli 2008. Kampanye ini diikuti oleh
44 Parpol peserta Pemilu 2009. Kampanye yang
dimulai 9 bulan sebelum hari pemilihan diharapkan
berbagai pihak termasuk pihak KPU dijadikan ajang
pihak parpol, tidak hanya untuk melakukan sosialisasi
juga untuk melakukan pendidikan politik masyarakat.
Bisakah harapan untuk melakukan pendidikan politik
yang bertujuan agar Pemilu 2009 bisa berlangsung
dengan damai dan menghasilkan wakil rakyat dan
pemimpin absah dan berkualitas itu dibebankan
kepada parpol saja. Partai politik di Indonesia sejak dulu
tidak menjalankan fungsinya seperti melakukan
pendidikan politik, komunikasi politik dan penengah
konflik; parpol di Indonesia hanya berperan sebagai alat
pencari dan mengakumulasi kekuasaan. Meski Parpol
sudah diharuskan oleh UU No.2 Tahun 2008 untuk
melaksanakan pendidikan politik tetap saja pesimis
bahwa Parpol akan menjalankan tugasnya untuk
melakukan pendidikan politik dengan baik.
Pendidikan politik yang dilakukan oleh civil society
dengan masif dan pendekatan yang tepat, akan berhasil
dan bisa mendorong pelembagaan demokrasi yang
kokoh di Indonesia. Berdasarkan pengalaman Jaringan
Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) pendekatan
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s e l i n g a nMIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e a l i t a
Perempuan dalam Pemilu 2009Oleh Rosmaniar
MIMBAR
MIMBAR
MIMBAR
MIMBAR
MIMBAR
| k
a j
i a
n
dialog adalah cara cukup efektif dalam melakukkan
pendidikan politik.
Keterlibatan perempuan dalam proses politik masih
rendah dan masih jauh dari kuota 30% afiirmative ac-
tion untuk perempuan hal tersebut dapat dilihat dari
hasil Pemilu 2004 dianggap paling demokratispun
keterwakilan perempuan distruktur kekuasaan dan
proses pengambilan keputusan tetap rendah baik di
lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Di
Lembaga perwakilan rakyat, wakil rakyat masih
didominasi laki-laki, baik di tingkat nasional (89%),
tingkat Propinsi (92%), maupun tingkat Kabupaten/
Kota (>95%), bahkan sebagian dari DPRD tingkat
Kabupaten/Kota 100% anggotanya adalah laki-laki. Di
Kalbar hanya ada 3 perempuan di legislatif tingkat
propinsi dan untuk Kota Pontianak dan Kab. Pontianak
tidak ada perempuan.
Pentingnya pendidikan pemilih dirasa perlu,
karena sistem pemilu mengalami pembaruan,
sehingga secara filosofi maupun teknis perlu direspon
partai, masyarakat dan perempuan, pendidikan
pemilih sebagai sarana partisipasi politik partai,
masyarakat dan perempuan. Bagaimana masyarakat
memiliki nalar kritis menilai partai yang mewakili
kepentingannya, sehingga memiliki kemandirian
dalam arti sejauhmana mereka mengawali janji partai
untuk mengangkat kepentingan mereka. Sudah
saatnya masyarakat tidak lagi menjadi objek eks-
ploitasi partai ketika kampanye pengerahan massa,
dan setelah selesai pemilu mereka ditinggal oleh
kepentingan partai tersebut atau kepentingan pribadi,
Pendidikan pemilih juga harus secara serius
mendorong terwujudnya partisipasi perempuan dalam
proses politik sehingga terwujud tatatan masyarakat
yang demokratis. Rosmaniar, PPSW Borneo.
S
43
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200944
anya berkisar 10 persen
orangtua di Pontianak
yang tidak ingin anaknya
menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS), sedangkan selebihnya
ingin anaknya menjadi PNS. Hal itu
diungkapkan oleh Wenty Marina
Minza Staf Pengajar Fakultas Psiko-
logi Universitas Gajah Mada (UGM)
dan peneliti pusat studi kependu-
dukan dan kebijakan UGM.
Wenty mengatakan kebanyakan
remaja Pontianak dibilang sukses
apabila sudah menjadi PNS. Sukses
tersebut tentu saja berasal dari
pengaruh keluarga, yang mencipta-
kan pandangan bahwa sukses ialah
PNS. Ini dapat dilihat dari jumlah
tenaga kerja yang dijumpainya rata-
rata hanya berkerja sebagai sales,
penjaga warung dan pencuci motor.
Padahal dilihat dari tingkat pendidi-
kan terakhir mereka adalah SMU.
Wenty menjelaskan, remaja yang
dapat bekerja dikantoran masih
terbilang sedikit, bahkan sangat jauh
dari jangkauan mereka. Untuk itu
menjadi PNS adalah pekerjaan suk-
ses yang sangat diidam-idamkan.
Selain itu, Wenty mengatakan hasil
penelitian yang diperolehnya dari
beberapa mahasiswa, juga berbalik
dari yang akan diharapkannya,
dimana ilmu yang seharusnya me-
reka dapatkan tidak mereka dapati.
“Mahasiswa yang saya wawanca-
rai, mengeluh karena mereka tidak
mendapatkan ilmu yang seharusnya
sesuai dengan jurusan yang mereka
ambil. Begitu pula dosen, hasil pe-
nelitiannya diperoleh kebanyakan
mahasiswa masuk tidak sesuai de-
ngan jurusan yang mereka inginkan,
sehinga ilmu yang diajarkan tidak
terserap sempurna,” kata Wenty.
Dari siklus remaja Pontianak
yang diungkapkan oleh Wenty, re-
maja kesehariannya sekolah, dilan-
jutkan dengan kuliah bila memang
dimungkinkan secara finansial, sete-
lah itu sehabis kuliah remaja meng-
harapkan memperoleh kerja yang
sesuai dengan gaji yang mencukupi
sehingga dapat membeli rumah lalu
menikah.
Siklus tersebut merupakan im-
pian rata-rata remaja Pontianak. Di-
ungkapkan oleh Julia aktivis perem-
puan Kalbar, remaja Pontianak me-
miliki impian yang standar, dimana
impian tersebut hanya seputar ku-
liah, kerja dan menikah.
Mario Rutten pengajar di Univer-
sitas Van Amsterdam dan merupa-
kan peneliti relasi kapasitas-buruh
dan issue globalisasi, mengatakan
bahwa saat ini, bukan hanya Indo-
nesia, Pontianak, tapi saat ini dunia
sedang mengalami krisis global
sehingga masyarakat membuming
untuk mencari pekerjaan di peme-
rintahan.
Psikologi PNS hidup akan
lebih aman.
Kebanyakan orang tua ingin
anaknya menjadi PNS alasannya ia-
lah hidup akan lebih aman, kerja
yang enak dan dapat pensiun. Hal ini
diungkapkan oleh Afrida, ia menga-
takan orang tuanya sangat ingin ia
menjadi PNS dengan alasan PNS
akan membuat hidupnya akan lebih
aman, dan mendapatkan uang pen-
siun kelak.
Begitu pula yang diungkapkan
oleh Rapea, remaja Pontianak lulu-
san AMD komputer, ia mengatakan
ingin menjadi PNS, saat ini ia melan-
jutkan kuliah di FKIP agar menjadi
guru dan lebih banyak peluang PNS.
“Kerjaan lain tidak lebih baik, kecua-
li jadi anggota dewan,” ungkapnya.
Beni masyarakat Pontianak me-
ngatakan, kebanyakan orang tua
ingin anaknya menjadi PNS ialah be-
rangkat dari sejarah. Pada jaman
belanda, masyarakat banyak diku-
ras uangnya, dan tenaganya, se-
hingga mereka beranggapan dari
pada dikuras uangnya lebih baik kita
yang menguras.
Hal serupa juga diungkapkan
oleh Memet, remaja Pontianak me-
ngatakan, ia ingin menjadi PNS un-
tuk merubah birokrasi, dimana saat
ini PNS dijadikan ladang untuk men-
cari nafkah sehingga banyak yang
menyalahgunakan jabatannya. Se-
lain itu pendidikan saat ini tidak
mampu menjawab tentang kurang-
nya ilmu yang didapat.
Berbeda dengan mahsiswa FKIP
ekonomi muhammad Sanjaya. Ma-
hasiswa angkatan 2004 ini menga-
takan tak berminat untuk menjadi
PNS. Menjadi wirausaha lebih men-
janjikan. sedangkan jika menjadi
PNS kreativas tidak dapat berkem-
bang dengan sesuai keinginan. “De-
ngan berwira usaha kita dapat me-
ngatur waktu kerena tidak terikat.
Selain itu bebas mengembangkan ide
“ ujar mahsiswa yang biasa dipanggil
Jaya.
Nur Iskandar Pimred salah satu
harian di Pontianak mengatakan,
saat ini remaja harus memperoleh
keterampilan di sekolah dengan
serius, karena bila digeluti secara
serius akan memperoleh keterampi-
lan dan akan mampu bersaing di du-
nia kerja dan gajinya tidak kalah de-
ngan gaji PNS.
“Keluarga juga punya peranan
penting, dimana satuan keluarga
harus membukakan cakrawala un-
tuk anaknya mencari kerja apa saja
selain PNS sesuai dengan keteram-
pilan yang digelutinya,” kata Nur Is
Nur Is mengungkapkan untuk
menjadi sukses tidaklah harus ter-
penuhinya secara materi tapi ka-
puasan batiniah karena itu cobalah
menjalani sesuatu dengan kesaba-
ran, yang saya lihat saat ini anak mu-
da banyak yang manja dan malas.
Lain halnya dengan Julia pekerja
issue perempuan dan masyarakat
adat Kalbar, mengatakan anak re-
maja biasanya diburuh kemandirian
secara finansial, sehingga menye-
bankan mereka memilih pekerjaan
yang aman dan tidak menanggung
resiko.[]
Cita-cita kok PNS?Oleh Agustinah
H
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e f l e k s i
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 45
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h
Rahmidan:
Pengungsi SuksesMenganyam di Pontianak
eranjang, kipas, tas, topi,
miniatur hewan merupa-
kan hasil anyaman keladi
air yang dihasilkan dari
tangan dingin ibu tiga anak ini.
Barang-barang itu kini ramai me-
warnai pasaran di Pontianak. Rah-
midan beserta keluarga bisa hidup
dengan usaha kerajinan anyaman
tersebut. Namun di balik itu semua,
perempuan, 39 tahun ini memiliki
kisah hidup yang tidak mudah dalam
membangun bisnisnya seperti seka-
rang.
Siapa sangka Rahmidan merupa-
kan korban kerusuhan Sambas tahun
1999. Padahal sebelumnya ia yang
mengaku orang Pontianak asli ini
sudah memiliki toko sembako. Se-
mentara suaminya berprofesi guru.
Ketika kerusuhan terjadi, ia pun ha-
rus pindah di sana. Kala itu pun ia
tengah mengandung empat bulan.
"Saya sampai ngungsi ke gudang
indomie. Sama sekali gak ada bawa
apa-apa. Cuma bawa baju yang
melekat di badan. Saya sampai tidak
pakai alas kaki," tuturnya.
Dalam keadaan serba kekurangan
materi ia pun tak putus asa. Begitu
melihat adiknya, Rahyuni yang
piawai menganyam keladi air men-
jadi barang kerajinan dan bisa meng-
hasilkan rupiah, hatinya tergerak
untuk ikutan. Begitu sang adik be-
ranjak ke Jawa untuk melanjutkan
sekolah, maka mulai saat itu dia yang
meneruskan usaha anyaman ini.
Rahmi menjajakan berupa ba-
rang anyaman tersebut di pasar.
Berapa kali ia merasakan ditolak oleh
orang. Ia kembali berinisiatif mena-
warkan anyamannya kepada penjual
toko kelontong berkebangsaan
Tionghoa untuk keempat kalinya
sambil menangis.
"Mungkin karena kasihan, si pen-
jaga toko tak hanya beli anyaman itu.
Tapi juga memberi saya modal
sebesar Rp 100 ribu rupiah. Modal
ini saya pakai buat beli bahan baku
anyaman," ujarnya.
Kemudian ia bertemu Emi Mokh-
tar dari sebuah asosiasi yang me-
naungi UKM. Wanita ini lah yang
mengajak Rahmi ke dalam sebuah
seminar. Beberapa investor tertarik
untuk memberikan modal. Seperti
dari pupuk Kaltim dan Bank Kalbar.
Lewat bantuan Bank Pembangunan
Daerah ini, Rahmi dan anyamannya
bisa ikut dalam beberapa pameran.
Sekarang dengan dibantu 20
karyawannya ia terus mempro-
duksi. Akan tetapi karyawannya
yang mengerjakan di rumah mereka.
"Karena karyawan saya ada yang
janda dan cacat. Biar mereka gak
terlalu repot. Bahan baku saya antar.
Terus kalau sudah jadi, saya ambil
lagi," katanya.
Kini dalam sebulan ia mampu
memproduksi 2000-3000 barang
anyaman dengan omzet sekitar Rp
3 juta- Rp 4 juta.
Walau telah sukses mengembang-
kan bisnis tersebut, perempuan ini
tetap membantu rekan-rekannya
yang melakoni usaha yang sama. Dia
menolak memasarkan anyamannya
di banyak tempat di sini. Alasannya
karena khawatir bila teman-teman
seprofesinya tidak memiliki pasa-
ran. Sehingga ia memilih pasar untuk
masuk ke sana. Namun ia pun mela-
yani untuk pemesanan dalam partai
besar seperti halnya dari Kuching.
Selain bisnis anyaman, Rahmidar
mulai berkiprah juga untuk usaha
batako press. Pasalnya pada bisnis
anyaman tersebut mulai terasa
surut sejak tahun 2004. Agar bisa
tetap bertahan maka didirikanlah
batako press.
Dia tetap mesyukuri ada hikmah
di balik kerusuhan Sambas dahulu,
meski mengalami sakit namun ia
bersyukur bisa tetap bertahan. Dan
bisa memiliki usaha sampai sekarang
ini.[]
K
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
uryati hanya lulusan Se-
kolah Menengah Pertama
(SMP). Bermodal ijazah
SMP tidaklah menghala-
nginya menjadi seorang pendidik,
apalagi akhir-akhir ini, secara formal
guru diwajibkan berpendidikan
minimal S1. Ia tetap mengajar mu-
rid-muridnya dengan semangat dan
sabar di Sekolah Dasar (SD) 3 Purun
Darat, Desa Sungai Purun Besar,
Kecamatan Segedong.
“Sejak tahun 2000 saya menjadi
guru disekolah ini, lebih kurang 8
tahun lalu. Awalnya cuma sebagai
pengasuh anak-anak kelas satu yang
masih polos, dan sekedar membantu
saja bila ada guru yang tidak hadir.
Seiring berjalannya waktu saya
disuruh menjadi guru. Saya senang
sekali, kebetulan sekolahnya juga
tidak jauh dari rumah,” kata Nuryati
tentang awal mula ia menjadi guru.
Beberapa tahun lalu sekolah yang
terletak dipinggiran kota ini, sangat
kekurangan guru, tak jarang ada
guru yang harus mengajar dua kelas
sekaligus. Dengan jumlah 6 lokal dan
keterbatasan tenaga pengajar, Nur-
yati yang semula hanya sebagai pe-
ngasuh akhirnya dijadikan penga-
jar sekaligus wali kelas satu. Saat itu
ia masih ragu akan kemampuannya,
namun berkat keuletannya belajar
dan melihat guru-guru yang lain, ak-
hirnya jiwa pengajar itu timbul juga.
Sekilas, saat kru Miun melihat ca-
ra dan tata bahasa yang digunakan
saat mengajar tidaklah berbeda de-
ngan guru-guru yang memang sudah
memiliki dasar seorang guru yang
diperoleh di bangku kuliah. Dimulai
cara pembukaan (apersepsi), proses
belajar mengajar, hingga penutup
semua hampir mendekati sem-
purna. Jika ada orang yang meli-
hatnya, tidak akan menyangka bah-
wa ia hanya lulusan SMP.
Desa yang terletak sekitar 3 kilo
meter dari jalan raya ini, termasuk
desa yang terbelakang, mengapa
tidak, dilihat dari aspek pendidikan,
Purun Darat tidak memiliki fasilitas
pendidikan berupa Taman Kanak-
kanak (TK), Sekolah lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) apalagi Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Oleh
karena itu tidaklah heran Nuryati
agak kesulitan mengajar terutama
kelas satu. “Mereka benar-benar
tidak tahu membaca dan menulis,
saat pertama masuk disini, kerena
orang tua mereka juga berpendi-
dikan rendah dan sibuk dengan
bertani,” kata Nur.
Gaji Lima Puluh Ribu
Sebulan
Walau saat ini pemerintah ber-
usaha meningkatkan taraf hidup
guru dengan tunjangan profesi.
Sayangnya hal tersebut tidaklah
untuk Nuryati, mengapa tidak,
tunjangan tersebut akan diberikan
hanya kepada guru yang memenuhi
syarat guru profesional. Dimana
kriteria guru profesional minimal S1
atau lulus sertifikasi guru dan hal itu
tidak melekat pada ibu satu anak ini.
“Jangankan S1, SMA saja saya
tidak lulus, apalagi sertifikasi, bagai-
mana saya bisa dapat tunjangan
tersebut,” jawab wanita yang lahir
30 tahun ini, saat ditanya tentang
tunjangan tersebut. Baginya digaji
berapapun diterima, yang terpen-
ting bagaimana bisa menjadikan
anak bermanfaat minimal bisa mem-
baca dan menulis di desa yang jauh
dari teknologi ini.
Nur mengaku saat memulai men-
jadi guru honor tahun 2000 ia ha-
nya digaji 50 ribu sebulan, bahkan
kadang-kadang tidak digaji. Dengan
gaji itu di jaman sekarang tidaklah
mencukupi kehidupan sehari-ha-
rinya. Namun ia menyadari keku-
rangannya dengan latar belakang
pendidikan rendah , pantas saja
digaji demikian. Yang penting bagi-
nya ia bisa memberikan yang ter-
baik bagi murid-muridnya.
“Jujur gaji segitu tidaklah men-
cukupi, belum lagi untuk beli susu
anak saya yang baru berusia 1 tahun
lebih, sedangkan suami, sama se-
perti kebanyakan orang-orang di
desa, bertani lahan curah hujan,
yang bertanam satu tahun sekali.
Jadi buat memperoleh hasil panen
juga satu tahun sekali lah. Itupun
syukur-syukur gak hujan dan banjir.
Jika banjir kita hanya memperoleh
seadanya saja,” jelasnya.
Saat ini guru honor menerima ga-
ji 3 bulan sekali. Hal itu juga berlaku
Jadi Guru BermodalIjazah SMPOleh Agustinah
N
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h
Nurhayati menggandeng anaknya yangberusia 3 tahun.
46
M I U N / T I N A
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kepada Nur, untuk itu guna meme-
nuhi kebutuhan sehari-hari, ia ber-
jualan bubur di SD tersebut setiap
pagi, bila tidak ada jam mengajar.
“Yah lumayanlah buat menutupi
kekurangan. Kebetulan saya juga
berjualan di kantin sekolah, dengan
memanfaatkan waktu istirahat,” kata
wanita yang lahir tahun 1978 ini.
Belajar dari TV
Untuk menjadi guru bukanlah hal
yang mudah, selain mendidik dan
mengajar, guru merupakan orang
tua di sekolah. Kegiatan itu juga dila-
kukan oleh Nur, ia merasa menjadi
guru adalah panggilan jiwa. Apalagi
guru adalah cita-citanya sejak kecil.
Walaupun tidak mengenyam pendi-
dikan di bangku kuliah, Nur ber-
harap dengan menjadi guru Bantu ia
memperoleh pengalaman layaknya
seorang guru. “Saya memang ber-
cita-cita ingin jadi guru, agar mem-
peroleh pengalaman. Sebelum jadi
guru Bantu saya biasanya liat di TV,
di situ saya belajar bagaimana men-
jadi guru,” jelas ibu satu anak ini.
“Saya sangat ingin kuliah, tapi
gak punya uang, tapi sekarang saya
sudah jadi guru, tanpa berbekal ilmu
yang cukup. Walaupun saya hanya
sebagai guru bantu, saya sangat
menikmati peran itu, anak SD lucu-
lucu dengan karakter yang ber-
macam-macam membuat kita betah
menghadapi mereka,” ungkapnya.
Suka duka mengajar
Murid-murid SD 3 Segedong,
bayak berasal dari daerah peda-
laman, tak jarang mereka menempuh
jarak 3 sampai 4 KM untuk ber-
sekolah. Dengan bermodal buku,
pakaian sekolah, bahkan ada yang
mengenakan sandal ke sekolah, baju
putih tapi bawahannya coklat, suatu
ketidak sepadanan, yang harusnya
berpakaian putih merah.
“Disini sudah biasa, berpakaian
seperti itu, karena pakaian bukanlah
hal yang utama, yang penting bela-
jar. Itu juga salah satu sebab menga-
pa saya menjadi guru, kasian me-
reka, datang jauh-jauh tapi gurunya
tidak ada,” kata Nur sambil memulai
cerita.
Nur menceritakan anak-anak
yang pernah ia didik, beraneka ra-
gam, bahkan bahasa yang digunakan
juga tak kalah aneh, ada yang logat
Madura, Cina, dan Melayu. Anak-
anak itu tidak semuanya mudah
menerima pelajaran, ada yang sa-
ngat susah, ada yang nakal.
“Pernah suatu hari ada anak
Hurdi namanya kalau enggak salah,
karena bertengkar dengan temannya
keesokan harinya ia membawa pi-
sau, kan lucu, masih kecil udah be-
rani bawa pisau. Duh gempar ba-
nget saat itu di sekola. Ada juga anak
nakal banget, jadi kalau dia nakal
langsung disuruh nyanyi, pasti ia
enggak mau, karena ia anti dengan
yang namanya nyanyi atau nulis.
Ada juga anak yang hobinya nangis,
hampir setiap hari nangis, belum lagi
yang mau BAB. Melihat tingkah
anak-anak yang aneh-aneh mau
marah gak jadi,” ceritanya sambil
tersenyum, kadang tertawa.
Nur berharap guru-guru seka-
rang tidak perhatikan dan utamakan
anak-anak jangan cuma ngejar pang-
kat.[]
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | t o k o h
47
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200948
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
ndang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) mengamanatkan bahwa
perguruan tinggi harus otonom,
yang berarti mampu mengelola
secara mandiri lembaganya serta
dapat mengelola dana secara man-
diri untuk memajukan satuan pen-
didikan. Sedangkan sekolah/mad-
rasah harus dikelola dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/mad-
rasah, yang berarti otonomi mana-
jemen pendidikan pada satuan pen-
didikan.
Sebenarnya, yang paling men-
dasar munculnya, Undang-undang
Badan Hukum Pendidikan tidak
lepas dari intervensi lembaga asing
seperti IMF dan The International
World Bank(Bank Dunia). Tujuan
lembaga internasional tersebut
untuk meliberalisasikan sistem pen-
didikan di Indonesia. Karena lem-
baga-lembaga tersebut adalah per-
panjangan dari sistem kapitalisme
global. Dengan berbagai sekenario
global.
Pada tahun 1999, adanya Latter
of Inten (LoI) dengan dana moneter
dari IMF (Dana Moneter Inter-
nasional) yang mengharuskan pe-
merintah mencabut subsidi untuk
pendidikan dan kesehatan. Selain itu
Word Bank mengucurkan hutang
sebesar 114,54 ribu dollar AS untuk
membiayai program MHIRE (Man-
aging higher education for rel-
evance and efficiency) untuk tahun
2005-2011, yang bertujuan untuk
memujudkan otonomi perguruan
tinggi yang efesien dan relevansi
dengan kebutuhan pasar.
Dewan Perwakilan Rakyat Re-
publik Indonesia mengesahan Un-
dang-undang nomor 9 tahun 2008
tentang Badan Hukum Pendidikan
(UU BHP) pada 17 Desember 2009,
yang diangap oleh sebagian mas-
yarakat rawan ketidak adilan dan
intervensi asing dalam pelaksanaan
sistem pendidikan di Indonesia.
World Bank menyatakan, ang-
garan pendidikan menyedot APBN
sehingga harus dipangkas subsidi-
nya termasuk guru dan dosen. Se-
mua itu tak jauh dari representasi
neo liberalisme dalam dunia pendi-
dikan. Sayangnya pemerintah be-
Pengesahan Undang-undang Badan Hukum
Pendidikan(BHP),merupakan hasil negosiasilembaga internasional IMF
dan Bank Dunia denganpemerintah Indonesia.Ini
merupakan intervensilembaga asing terhadap
sistem pendidikan Indone-sia
Oleh Rahmanita
U
KARIKATUR: NOVIASYAH
Intervensi Asing DibalikPengesahan UU BHP
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 49
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
gitu saja
BHP yang merupakan badan hu-
kum bagi penyelenggaraan atau sa-
tuan pendidikan formal, yang ber-
fungsi memberikan pelayanan pen-
didikan kepada peserta didik, ber-
prinsip nirlaba, dan dapat menge-
lola dana secara mandiri untuk me-
majukan satuan pendidikan.
Dalam pasal 34 Undang-Undang
Badan Hukum Pendidikan (UU-
BHP), misalnya, pemerintah dan
pemerintah daerah menanggung
sekurang-kurangnya dua per tiga
biaya pendidikan untuk BHP Peme-
rintah dan BHP Pemerintah Daerah
yang menyelenggarakan pendi-
dikan menengah untuk biaya ope-
rasional, biaya investasi, beasiswa,
dan bantuan biaya pendidikan bagi
peserta didik pada BHPP berdasar-
kan standar pelayanan minimal un-
tuk mencapai standar nasional pen-
didikan.
Sedangkan, pada ayat 4 pasal 34
peserta didik dapat ikut menanggung
biaya penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan kemampuannya, or-
ang tua, atau pihak yang bertang-
gung jawab membiayai. Biaya pe-
nyelenggaraan pendidikan sebagai-
mana yang dimaksud pada ayat 4
yang ditanggung oleh seluruh peser-
ta didik dalam pendanaan pendi-
dikan menengah atau pendidikan
tinggi pada BHPP atau BHPPD seba-
nyak-banyaknya satu per tiga dari
seluruh biaya operasional.
Walaupun terjadi perubahan
berkali-kali, perubahan draft tidak
terlalu berpengaruh. Karena ha-
kekatnya tetap saja sama. Akhirnya
pendidikan hanya milik bagi mereka
yang kaya. Ada diskriminasi dalam
UU BHP, karena hanya 20 % bagi
mereka yang mempunyai akademik
tinggi. Bagaimana dengan yang
miskin tapi tidak juga mampu secara
akademik. Sepertinya telah terjadi
ingkar konstitusi di Negara ini.
melupakan UUD 45 untuk men-
cerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tahun 2004 saja jumlah
seluruh kegiatan perkuliahan adalah
18 juta per mahasiswa. jika 1/3 dari
18 juta tersebut harus ditanggung
oleh mahasiswa jumlahnya men-
capai 6 juta per semester. “Total
jumlah perkuliahan sekarang ini
sudah mencapai 20 juta” ungkap
Chairil Effendi, Rektor Untan.
Fajri Naulis, Aktivis NGO (Non
Goverment Organization) meng-
anggap Pemerintah dinilai hendak
melepaskan tanggung jawab untuk
memenuhi hak warga negara atas
pendidikan. Pendidikan dibuat seba-
gai komoditas ekonomi yang meng-
gunakan pendekatan ekonomi pasar
bebas. Padahal telah jelas menurut
UUD yang mengatakan Negara ber-
peran dalam mencerdaskan kehidu-
pan bangsa. “ Jika tujuan BHP untuk
transparansi, berarti selama ini
tidak ada transaparansi di Universi-
tas” , ungkap Fajri
Padahal telah jelas dalam UUD 45
Negara republik Indonesia pasal 31
ayat 1, 2, 3 dan 4. setiapa warga
negara berhak mendapatkan pen-
didikan dan setiap negara wajib
menanggung biaya pendidikan seku-
rang-kurangnya 20 % dari APBN .
Fajri menambahkan, BHP akan
membawa kepada privatisasi pen-
didikan komersialisasi pendidikan,
orientasi dari dunia pendidikan dan
kampus tidak lagi menjadi benteng
demokrasi yang menjadi ancaman
bagi dosen, guru dan karyawan.
“Kita jangan terjebak kepada pasal
perpasal tapi harus kita lihat hakekat
yang terkandung didalamnya.
Namun menurut Dr Wasian, Un-
tuk tumbuh dan berkembangnya
kreativitas, inovasi, mutu, fleksibi-
litas, dan mobilitas yang merupakan
prasyarat agar ilmu, teknologi, dan
seni dapat berkembang secara pari-
purna. Pada gilirannya, perkem-
bangan ilmu, teknologi, dan seni ter-
sebut akan memberikan kontribusi
AKSI demoyangdilakukansegenapcivitasakademikadalammenentangUUBHP.
M I U N / E K A
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
pada peningkatan daya saing bang-
sa.
Dengan adanya BHP perguruan
tinggi dapat dengan mudah me-
ngembangkan dirinya, tanpa adanya
lepas tangan dari pemerintah. Peme-
rintah berkewajiban untuk memberi
beasiswa sebanyak 20% kepada or-
ang yang tidak mampu. BHP juga
tidak serta merta menaikan SPP ma-
hasiswa. Bisa jadi pendidikan lebih
murah karena universitas mempu-
nyai hak otonomi untuk mengem-
bangkan dan mengatur sendiri.
Dulunya beasiswa hanya di beri-
kan lembaga-lembaga bukan peme-
rintah. Dengan adanya UU BHP ini
justru mengatur masalah tersebut.
Sebenarnya dengan adanya BHP
dana yang dialokasikan lebih besar
dari sebelum adanya BHP tesebut.
“Dengan BHP kita di haruskan mem-
berikan 20% beasiswa yang kurang
mampu dari seluruh jumlah maha-
siswa yang mendaftar” kata staff ahli
Purek I ini.
Lebih lanjut Wasian mengatakan
BHP dikeluarkan untuk kepentingan
rakyat. Bertujuan untuk memberi-
kan otonomi dalam penyelanggara-
annya yang selama ini di “ikat”. Se-
hingga ada kemudahan.
BHP sebenarnya menguntung-
kan peserta didik. Pegawai negeri
punya kesempatan untuk kontrak
dengan BHP jika mempunyai kenerja
yang baik. Untuk mendapatkan itu
tentu saja para dosen berkompeten-
si.
Pemerintah juga tetap menang-
gung gaji dosen. Tidak gampang jika
asing masuk kedalam pergurua ting-
gi di Indonesia
BHP, SPP Naik
Karena berbadan hukum, publik
dapat menuntut jika terjadi pelang-
garan di Perguruann Tinggi. Sehing-
ga perguruan tinggi tidak dapat
main-main. Ketika Badan Hukum
Pendidikan akan dilaksanakan, di
pastikan bahwa biaya SPP akan di
naikan. Sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa di tingkat universitas
dan fakultas masing-masing.
Dosen ITB Megawati disela-sela
persentasinya di acara persiapan
Untan menuju BHP mengaku setuju
dengan adanya BHP. Menurutnya
BHP merupakan kesadaran individu
untuk berorientasi kepada mutu,
dan perubahan besar dengan ada-
nya transparansi. Tidak ada unsur
komersil didalamnya. “Komersil jika
jumlah pokok dinaikan menjadi
berkali-kali lipat. “katanya.
Tambah Megawati, Pelayanan
juga akan di tingkatkan,sehingga
mutu pedidikan tinggi makin baik,
jadi dosen dituntut untuk bisa mela-
kukan perubahan. Tidak ada lagi
yang namanya keterlambatan mem-
berikan nilai. Dan seharusnya dosen
juga mudah untuk di temui mulai
melaui sms, telpon bahkan email.
“Oleh karena itu SPP harus naik”
ungkap dosen matematika tersebut.
Dosen selama ini sudah di tindas
dengan gaji yang kecil. Tidak ada
salahnya untuk mahsiswa yang
mampu membayar lebih. Dengan
subsidi silang semuanya dapat ter-
penuhi. Anak-anak yang kurang
mampu dapat dibantu. Bagi mereka
yang kaya tidak masalah jika harus
mengeluarkan biaya lebih.
Di ITB ada jalur khusus, tapi tidak
mengganggu jumlah penerimaan
PMB. Mereka yang menempuh jalur
khusus juga mengikuti test. Jika
mahasiswa yang menggunkan jalur
khusus gagal dalam perkuliahan,
maka uang mereka dikembalikan
lagi kepada yang bersangkutan
Megawati menilai dosen-dosen
Untan sudah mempunyai komit-
men. Namun tidak dibenarkan jika
ada dosen yang sering meninggal-
kan mahasiswanya hanya karena
melakukan penelitian.
Untan pada 2014 akan mene-
rapkan UU BHP ini. apakah setelah
BHP di terapkan Untan akan tetap
terlihat sebagai penyelenggra pen-
didikan atau malah sebagai pusat pe-
rekonomian yang di kelilingi oleh
mall-mall besar, hotel dan usaha-
usaha lainnya. Sekarang saja fasilitas
kampus sudah tidak dapat di guna-
kan mahasiswa secara gratis.
Permasalahannya, Undang-un-
dang Badan Hukum Pendidikan, se-
karang masih dalam proses hukum
di Mahkamah Konstitusi(MK), kare-
na digugat oleh berbagai organisasi
rakyat yang meminta supaya pelak-
sanaannya ditinjau ulang. Karena
akan rawan ketidak adilan dalam pe-
laksaanaan. Apakah MK akan men-
cabut undang-undang tersebut atau
cuma menghilangkan pasal-pasal
yang diangap memunculkan ketidak
adilan pada peserta didik yang
berorientasi pada liberalisasi sistem
pendidikan di Indonesia. []
M I U N / E K A
SEKELOMPOK mahasiswa melakukan penolakan terhadap diberlakukannyaUUBHP yang dianggap merugikan kalangan dunia pendidikan.
50
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
UU BHP:Menilik Kesiapan Untan
ahan Hukum Pendidikan
(BHP) telah disahkan men-
jadi undang-undang. Haki-
katnya pemberian otonomi optimal
yang diimbangi tuntutan akunta-
bilitas dalam penyelenggaraan sa-
tuan pendidikan. Sehingga perlunya
institusi khususnya perguruan ting-
gi mampu mengurus dirinya sendiri
secara mandiri, transparan dan
akuntabel tanpa harus banyak didik-
te oleh pemerintah. Bagaimanakah
kesiapan Universitas Tanjungpura
(Untan) dalam menghadapi BHP
yang dicanangkan 2014. Berikut pe-
tikan wawancara khusus dengan
Rektor Untan, “Dr. Chairil Effendi,
MS”.
Apa yang telah disiapkan
Untan dalam menghadapi
BHP?
Untan saat ini belum melakukan
persiapan secara khusus. Belum
membentuk tim yang secara khusus
mempersiapkan naskah akademik
untuk mempersiapkan BHP itu, tapi
dalam waktu dekat sudah saya siap-
kan Tim untuk merancang BHP. Te-
tapi secara umum Untan telah
melakukan langkah-langkah yang
menjurus menghadapi BHP, di-
mana langkah yang dilakukan
mengarah implementasi BHP.
Contohnya dalam pe-
ngembangan renstra, kode
etik dosen dan mahasiswa,
kebijakan akademik, stan-
dar baku mutu akademik,
sistem standar operasional
prosedur untuk melayani
mahasiswa atau yang akan
berhubungan dengan Untan. Se-
lain itu, Untan juga telah menertib-
kan sistem keuangan. Semuanya
mengarah pada BHP. Membuat
statuta aturan main perguruan
tinggi.
Bagaimana pendapat Bapak
tentang Pro dan Kontra yang
terjadi akibat Untan akan
memberlakukan UU BHP ini?
Pro dan kontra sesuatu yang
dapat kita terima secara bijak.
Pandangan-pandangan harus kita
pahami. Kekhawatiran itu sah-sah
saja. Dalam implementasinya belum
terbukti. Malahan dengan telah
diberlakukan BHP di beberapa per-
guruan tinggi, akan mengurangi
tingginya biaya
o p e r a s i o n a l
yang ditang-
gung. Biaya
o p e r a s i o n a l
melebihi tun-
tutan BHP. Bi-
sa menjadi le-
bih “Mu-
rah”. Karena ini persoalan nirlaba
pemerintah bersama-sama dengan
BHPP (Badan Hukum Pendidikan
Pemerintah) menanggung seluruh
biaya investasi, beasiswa, dan ban-
tuan pendidikan pada BHPP yang
menyelenggarakan pendidikan ting-
gi berdasarkan standar pelayanan
minimal guna mencapai standar
nasional pendidikan.
Sedangkan, biaya operasional
ditanggung paling sedikit seperdua
biaya operasional. Ini Berarti peme-
rintah pusat dan pemerintah daerah
dapat menanggung sampai 100%.
Ini berdasar pasal 41 ayat (9) UU
BHP mengatur biaya peyelengga-
raan pendidikan yang ditang-
gung peserta didik paling ba-
nyak sepertiga dari biaya ope-
rasional dan dapat menang-
gung sampai dengan 0%. Ka-
rena ada kewajiban BHPP
menyediakan 20% kursi ma-
hasiswa baru untuk masyar-
Oleh Syf Ratih KD
B
Dr Chairil EffendyRektor Untan
51
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
akat miskin. Untan sendiri sudah
60% memberikan beasiswa kepada
mahasiswanya. Hanya tidak “ter-
ekspose”. Tapi saya bisa memahami
ketakutan itu.
Bagaimana kesiapan tenaga
pendidik di Untan ?
Sekarang ini, Untan telah me-
ngirimkan beberapa dosen untuk ku-
liah lagi. Dengan tuntutan akun-
tabilitas yang tinggi. Dan kewajiban
dosen untuk meningkatkan inte-
lektualitas. Seperti di Malaysia,
menulis jurnal ilmiah minimal dima-
na setiap tahun menghasilkan 2
jurnal ilmiah. UU BHP bagi saya
pribadi bersifat lunak. Karena seka-
rang kita lihat dosen yang rajin dan
malas sama saja.
Bagaimana pembiayaan da-
ri Untan sendiri ?
Sekarang ini DIPA Untan 2009
sudah ada alokasi dana. Seperti iklan
di bundaran dapat digunakan untuk
merehap bangunan. Jadi, sebenar-
nya untuk biaya kuliah yang kita bu-
tuhkan sudah tercover. Lebih lanjut
kita akan negosiasi dengan pamerin-
tah pusat untuk itu. Karena dari sisi
ruh BHP, peserta didik dilindungi.
Pendidikan tinggi tidak semena-
mena menarik biaya pelaksanaan
perkuliahan pada peserta didik.
Karena, siapapun yang mengalihkan
aset BHP untuk memperkaya diri
dipidana 5 tahun penjara dan denda
Rp 500 Juta. Kita juga akan mendiri-
kan unit usaha dibawah Untan.
Sehingga ada pemasukan bagi pen-
didikan tinggi. Keuntungan dari unit
usaha dikembalikan ke Untan. Yang
akan dibuat sarana dan prasarana
untuk mahasiswa.
Bagaimana dengan master-
plan Untan setelah BHP?
Sebelum BHP juga kita akan me-
ngembangkan Untan yang akan
diajukan pada IDB (Islamic Devel-
opment Bank) untuk penataan kawa-
san. Kita sudah mendesainnya,
bekerja sama dengan pemerintah
dan instansi terkait. Untan sendiri
rencananya akan membangun ge-
dung berlantai 4. Sehingga memini-
malisir biaya pemeliharaan, ke-
amanan, dan pemanfaatan secara
optimal. Karena pendidikan itu
adalah investasi. Agar tidak meng-
hamburkan uang pemerintah, se-
hingga memaksimalkan peran per-
guruan tinggi. Dapatlah menghidupi
dirinya sendiri dari penelitian karya
ilmiah yang dilakukan.
Bagaimana peraturan yang
diberlakukan bagi mahasiswa?
Saat ini peraturan untuk maha-
siswa tetap diberlakukan. Seperti
sistem DO (Drop Out) bagi mahasis-
wa yang telah melampaui masa ku-
liah. Untuk penerimaan mahasiswa
baru, Untan tetap menerima maha-
siswa reguler dan nonreguler. Selain
itu, juga adanya Outreach, peneri-
maan mahasiswa dari pihak CSR (Co-
orporate Social Responsibility) se-
bagai bentuk sosial dari perguruan
tinggi.
Bagaimana dengan privati-
sasi Untan?
Ini bukan privatisasi Untan me-
lainkan komersialisasi aset. Tetapi
apabila Untan melaksanakan itu per-
lunya pertanggungjawaban. Apabila
Untan mengeluarkan sarjana dapat
mempraktekannya dunia usaha. De-
ngan diberlakukan UU BHP nantinya,
peserta didik dapat komplain atas ti-
dak diterima dalam dunia usaha pa-
da pendidikan tinggi penyelenggara.
Bagaimana perluasan unit
usaha Untan?
Untan sendiri sudah melakukan
perluasan unit usaha. Seperti mem-
buat suatu Unit usaha perkebunan
sawit sehingga dapat membiayai
operasional perguruan tinggi. []
M I U N / T I N A H
UNTAN mempersiapkan diri dalam menghadapi UU BHP.
52
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | k a m p u s
Oleh Sutami
Pelindas Pendidikanendidikan adalah cakra-
wala untuk keluar dari ju-
rang gelap kebodohan. Bah-
kan kekuatan pendidikan mampu
memerdekakan sebuah bangsa,
contohnya Indonesia. Buktinya
para mahasiswa STOVIA, salah
satunya dr. Sutomo di Jakarta tahun
1908 membentuk Budi Utomo yang
merintis kemerdekaan Republik In-
donesia untuk lepas dari cengkraman
kolonialis.
Sehingga tidak mengherankan
apabila cita-cita Indonesia adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tercantum dalam pem-
bukaan UUD 1945. Yang dipertegas
kembali pasal 31. Dan dalam pasal
31 ayat 4 pemerintah diamanahkan
untuk membiayai pendidikan seku-
rang-kurangnya 20 persen dari
APBN/APBD. Bahkan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun
2003 pasal 49 ayat 1 kembali me-
ngisyaratkan anggaran 20 persen
yang diluar gaji dan perangkat kedi-
nasan. Meskipun akhirnya Mahka-
mah Konstitusi telah menganulirnya
dengan menegaskan gaji juga masuk
dalam hitungan anggaran 20 %.
Pemerintahan hasil reformasi
memang akan memenuhi anggaran
20 persen dalam APBN 2009. na-
mun dengan disahkannya UUBHP
melalui paripurna Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sama halnya dengan
melindas dunia pendidikan Indone-
sia sendiri. Yang alasannya untuk
memajukan kualitas pendidikan In-
donesia. Padahal hakekat sebenar-
nya dari BHP pemerintah coba lepas
tangan dari tanggung jawab mem-
berikan pendidikan secara murah
bahkan gratis bagi generasi bangsa.
Dengan BHP, sepertiga dana pendi-
dikan menjadikan beban peserta
yang mengenyam pendidikan. Ber-
arti secara halus negara melakukan
pelarangan orang miskin untuk jadi
pintar. Hanya orang kaya
yang dapat kuliah ber-
ujung semakin dalamnya
jurang antara si miskin
dan si kaya.
Tapi BHP memang sia-
sat bangsa luar yang di
angguk-angguk oleh pe-
merintah tanda setuju.
Ulah pemimpin yang ha-
rus diterima jika tak ada
semangat buat melawan-
nya. Tahun 1999 IMF me-
ngucurkan hutang kepada Republik
Indonesia ada kesepakatan yang
mengharuskan pemerintah untuk
mencabut subsidi pendidikan dan
kesehatan.
Tidak heran tahun 1999 keluar
Peraturan Pemerintah (PP) No 60
Tahun 1999 tentang perguruan
tinggi dan PP No 61 tahun 1999
tentang Perguruan Tinggi (PT) seba-
gai Badan Hukum dengan kelinci
percobaan UI, ITB, IPB, UGM dalam
bentuk PTN Badan Hukum Milik
Negara (PT BHMN). Sehingga di
kampus-kampus tersebut ada nama-
nya pembukaan jalur khusus dengan
catatan asal memiliki kantong tebal
alias orang bodoh leluasa menda-
patkan pendidikan asalkan kaya.
Bahkan melalui kesepakatan
bersama Tentang Perdagangan Jasa
dengan WTO tahun telah merati-
fikasi pendidikan untuk dijadikan se-
bagai salah satu jasa komoditas (ba-
rang dagangan ) dengan kata lain
pendidikan merupakan bisnis dan
terbuka bagi investasi baik swasta
maupun asing. Tak dapat dipungkiri
karena akan ada praktek komer-
sialisi dalam kampus. Maka kampus
tidak hanya sekedar menjadi tempat
belajarnya para kaum intelektual ta-
pi tempat pemasangan iklan bahkan
tempat berdiri kokohnya supermar-
ket.
Hal yang paling menyedihkan
dari BHP adalah keberadaan lem-
baga pendidikan tidak lagi menjadi
lembaga pencerdas, tapi juga men-
jelma menjadi lembaga
pencari untung atas nama
menata kulitas pendidi-
kan. Semangat pendidikan
demi pencerdasan bakal
terdegradasi bakal terusik
oleh semangat pasar.
Dengan situasi krisis
keuangan global sebenar-
nya kita dapat belajar
bahwa kapitalisme yang
merajai dunia pelan-pelan
ambruk seperti sekarang.
Akankah jelmaan demikian harus
terjadi di dunia pendidikan Indone-
sia di kemudian hari. Yang perlu di
ingat bahwa Pendidikan adalah du-
nia yang paling krusial bagi negara.
Indonesia berhasil di jajah ber-
abad-abad oleh Belanda dapat dija-
dikan contoh. Kata kuncinya adalah
generasi mudanya tidak diberikan
ruang untuk mengenyam pendidi-
kan. Maka wajarlah adu domba Be-
landa sangat mujarah sebagai bum-
bu penjajahan. Berarti memainkan
dunia pendidikan sama halnya de-
ngan mempertaruhkan eksistensi
bangsa.
Ketika pendidikan yang tidak
merata di dapatkan anak bangsa,
maka peluang pihak luar menguasai
negara atau ruang penjajahan akan
semakin terbuka lebar. Pendidikan
yang diterima oleh orang-orang
mampu sedang kaum melarat cu-
kuplah menjadi kuli-kuli karena
untuk memperbaiki nasib adalah
dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu
pengetahuan didapat melalui pendi-
dikan.
Tentu hal demikian jauh dari
harapan para pembangun negeri.
Walaupun yang membuat UU BHP
sebenarnya adalah orang-orang
pintar di Republik ini. Namun ke-
berpihakan dari undang-undang
tersebut yang perlu dipertanyakan.
Sebab bagaimanapun logika para
pembuat BHP tentu akan menjadi
pertahanan yang sulit dipatahkan
oleh kalangan masyarakat awam.[]
Penulis:Sutami
MahasiswaFisip Untan Tahun
Angkatan 2004
P
53
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200954
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a
Ia yang hidup menjanda, harus
menjadi kepala keluarga bagi kedua
orang anaknya. Sebagai orang tua
tunggal, ia setiap harinya harus
memberi nafkah kedua anaknya.
Sebab sudah 8 tahun ini, Astuti
ditinggal suaminya menikah lagi.
Berbagai pekerjaan pernah ia
tekuni demi kedua anaknya yang
masih kecil. Ia pernah bekerja seba-
gai penjaga warung makanan, tu-
kang cuci, pembantu rumah tangga
dan sebagai pengasuh anak. Dari
hasil kerjanya, Astuti menerima
upah sekitar Rp100.000 sampai
Rp200.000 perbulan. Pendapatan
sebesar ini, jelas tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya.
Nasib serupa juga dialami Ru-
qiyah (47), ia selama 12 tahun hidup
dalam rumah tangga yang tidak jelas
tujuanya. Sebagai kepala rumah
tangga, suaminya kerap kali meng-
hilang hingga beberapa bulan tiada
kabar. Suaminya juga sudah 2 kali
menikah tanpa persetujuannya.
Sebagai istri yang sah, ia merasa
tidak pernah dihargai. Suaminya
sering berlaku kasar terhadapnya
jika kemauannya tidak dituruti.
“Saye seperti tempat persing-
gahan, tapi saye tidak bisa berbuat
banyak, demi menjaga keutuhan
rumah tangga dan anak-anak saye!.
Biarlah saye mengalah,” lirihnya.
Ruqiyah yang sehari-harinya
bekerja sebagai petani di Desa Parit
Makmur, Kecamatan Segedong ia
juga menceritakan kalau suaminya
selama ini hanya memberi nafkah
pada anaknya. Sedangkan untuk
kebutuhan hidupnya sendiri, Ruqi-
yah menanam padi atau sayur-sa-
yuran di sawahnya. Hasil panen yang
diperoleh Ruqiyah setiap tahunnya
hampir mencapai 2 ton.
“Hasilnya cukuplah untuk kehi-
dupan sehari-hari,” katanya.
Sama seperti yang lainnya, Siti
Aminah (41), warga Desa Gunung
Meliau, Kecamatan Meliau, Kab
Sanggau juga berperan sebagai
kepala keluarga setelah suaminya
tidak mampu lagi bekerja optimal
karena stroke.
Perkebunan milik Aminah yang
seharusnya di kerjakan oleh seorang
laki-laki, harus dikerjakan Aminah
sendiri demi menyekolahkan ketiga
anaknya.
Aktivitas berkebun, seperti men-
cangkul, menanam dan memupuk ia
kerjakan. Kadang-kadang ketiga
anaknya ikut membantu jika tidak
sekolah.
Bila saatnya panen, ia kadang
minta tolong orang memanen ke-
bunnya. Hasil perkebunannya be-
rupa kacang tanah, jagung dan
kelapa sawit. Karena harus ke kebun
setiap hari, ia biasa bangun pukul
05.00. Sebelum ke kebun, ia harus
memasak dan membereskan rumah
terlebih dahulu.
Menanggapi berbagai persoalan
perempuan kepala rumah tangga,
Aktivis perempuan Kalbar, Julia
mengatakan perempuan yang ber-
Sisi GelapKehidupan Perempuandi Rumah Tangga
Oleh Agustinah
Astuti (36), seorang iburumah tangga yang tinggal
di Jalan Koyoso, GangBelitar, Pontianak Selatan
sudah 8 tahun lebihmembanting tulang
menghidupi keluarganya.
BERJALAN: Dua wanita menuju tempat kerjanya di pagi hari. MIUN/YOS
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 55
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a
peran sebagai kepala keluarga, sama
halnya seperti ayah yang single
parrent. Namun akan berat karena
ada pengkotak-kotakan dan stigma
sosial yang membebaninya. Misal-
nya masalah pekerjaan, perempuan
sering mendapat diskriminasi upah
dan rentan dilecehkan.
“Maklum kehidupan sosial kita
masih partriarki (budaya yang me-
nomor satukan kaum laki-laki di
segala bidang kehidupan, sehingga
mensubordinasikan perempuan
dengan memposisikan pada wilayah
domestic),” tuturnya.
Karena itu, menurutnya perem-
puan harus punya strategi, salah
satunya perempuan kepala keluarga
harus hidup berkelompok jika ingin
maju.
Perempuan tidak memilih untuk
dilahirkan sebagai pria atau wanita.
Jika ingin maju tanpa melupakan
kodratnya, perempuan harus bisa
menjadi dirinya sendiri. Perempuan
juga harus bisa memberi ruang
kebebasan untuk hidupnya sendiri.
“Saya memandang sosok kartini
dapat menjadi contoh sosok perem-
puan yang sadar akan keperem-
puananya,” ujar Julia.
Julia berpendapat jika perem-
puan ingin maju dan terbebas dari
sistem partriarki, prempuan harus
memperhatikan pendidikannya. Ia
melihat fenomena di pedesaan,
dimana dalam struktur adat ter-
dapat divisi pemberdayaan perem-
puan. Menurutnya hal ini meru-
pakan langkah yang berpotensi
memberikan ruang bagi perempuan.
Kondisi dapat berubah bila pe-
rempuan secara berkelompok
menyadari posisi mereka, berani
bersikap dan bergerak bersama.
Meski kebanyakan kebudayaan
yang mengakar di masyarakat masih
bersifat patriarkhi. Namun perem-
puan juga sangat berperan penting,
bahkan dapat mengantikan posisi
laki-laki dalam rumah tangga.
Beragam kisah perempuan yang
mengantikan peran laki-laki secara
materi, membuktikan betapa wanita
bisa bertanggung jawab. Selain itu,
peran perempuan selama ini juga
dianggap sebagai sumber tenaga
kerja murah dan memberikan devisa
bagi negara sendiri. Tapi sayangnya
kehidupan kaum perempuan paling
disingkirkan.
Deputi Kementerian Pemberda-
yaan Perempuan, Sri Danti me-
ngatakan seorang perempuan tidak
boleh lemah. Perempuan harus
mampu mengungkapkan perasaan-
nya jika merasa keberatan dengan
suami.
Keprihatinan Perempuan
Kalbar, Kesetaraan Gender
“Suatu budaya atau agama lah
yang biasanya menjadi alasan me-
ngapa perempuan tidak sama de-
ngan laki-laki. Adanya faktor budaya
jika perempuan hanyalah peleng-
kap, inilah yang mengawali isu gen-
der. Belum adanya peluang yang
setara bagi perempuan. Penye-
babnya ialah perempuan Kalbar
kurang mempunyai akses informasi
yang memadai, dalam bidang kese-
hatan kurangnya sarana untuk ibu
yang akan melahirkan terutama di
desa-desa, Hal ini jelas bertentangan
dengan konsep kesetaraan jender
yaitu “saling mengisi dan seimbang,”
kata Sri Danti saat menghadiri kong-
res perempuan 1 Kalbar
Julia salah satu pembicara kong-
res Perempuan kalbar mengung-
kapkan perempuan Kalbar sangat
memprihatinkan. Hal ini dapat dili-
hat dari rendahnya tingkat pen-
didikan bagi perempuan. Berdasar-
kan tingkat pendidikan yang ditem-
puh Sekolah Dasar (SD), perempuan
mencapai angka 60,69 %, sedangkan
laki-laki 70,34%. Sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP), perempuan
mencapai 33,21%, laki-laki 43,25 %.
Dan untuk tingkat sekolah mene-
ngah atas perempuan tetap pada
posisi terendah, perempuan
18,32%, laki-laki 25,47%, dan hanya
5,22% perempuan yang mampu
mencapai ke perguruan tinggi, se-
dangkan laki-laki 7,35%.
Selain tingkat pendidikan perem-
puan rendah, ternyata dari tingkat
buta huruf atau tidak bisa membaca,
perempuan juga pada posisi terba-
wah, dari jumlah 148.206 orang
masyrakat yang buta aksara perem-
puan menampakan nilai yang sangat
menyedihkan brekisar 99.199 or-
ang, sedangkan laki-laki 49.007 or-
ang. Ini membuktikan betapa ren-
dahnya perhatian untuk masalah
pendidikan bagi perempuan. Untuk
itu, Julia menambahkan orang tua,
pemerintah, dan masyarakat mem-
punyai peran penting demi kelan-
jutan tingkat pendidikan bagi per-
empuan.
“Pendidikan itu sangat berdam-M I U N / T I N A
DEMO perempuan pada kongres Pertama di depan bundaran Untan Jl Ayani.
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/200956
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | h u m a n i o r a
pak pada kesehatan, dimana jika pe-
rempuan berpendidikan yang ber-
hubungan dengan kesehatan akan
mengurangi tingkat kematian, selain
itu pendidikan juga berdampak pa-
da kehidupan politik dimana pe-
rempuan sudah diberikan andil da-
lam politik untuk menduduki jaba-
tan legislative selain itu pendidikan
juga berdampak pada budaya dan
sosial.
Hal serupa juga disampaikan
Tekla Tirah Liyah Direktur Per-
kumpulan Nurani Perempuan, Sa-
marinda, dari bidang pendidikan
tampak jelas kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan, di bidang
kesehatan repreduksi, tingginya
angka kematian ibu melahirkan
setiap tahunnya, belum lagi akses
terhadap layanan publik, air bersih
dan informasi serta kondisi sosial
budaya yang belum sepenuhnya
kondusif untuk peningkatan kualitas
hidup perempuan.
Kebijakan pemerintah propinsi
dalam mendorong hak-hak perem-
puan untuk perdamaian dan ke-
adilan dikarenakan jumlah perem-
puan 2.065.402, laki-laki 2.113.096
itu mebuktikan jumlahnya hampir
berimbang, untuk itu perlunya
peningkatan kualitas hidup perem-
puan bagaimanapun perempuan
juga memerlukan perlidungan HAM.
Kebijakan itu guna memenuhi
prinsip kesetaraan dan keadilan gen-
der yang memberikan persamaan
hak kesempatan sertaperlakuan
yang sama disegala bidang, Pen-
tingnya investasi SDM untuk pe-
rempuan, serta pengentasan kemis-
kinan.
Beberapa kebijakan pro terhadap
kaum perempuan, misalnya pe-
merintah telah meratifikasi kovenan
tentang berbagai bentuk kekerasan
terhadap perempuan dengan UU
No. 7/1984. pemerintah juga telah
meratifikasi kovenan tentang hak-
hak sipil dan hak-hak politik dengan
UU No. 12/2005, meratifikasi keve-
nan tentang hak0hak ekonomi, so-
cial dan budaya dengan UU no. 11/
2005, tentang kekerasan dalam
rumah tangga denganUU No. 23/
2004, serta tentang perdaganagn
orang (trafficking) dengan UU No.
21/2007. Sayangnya kebijakan ter-
sebut tidak optimal.[]
Permasalahan Perempuan Kalimantan Barat
SUMBER: KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KB PROVINSI KALBAR
Bidang pendidikan Buta aksara Perempuan 99.199 orang
Laki-laki 49.007 orang
Bidang kesehatan (KB) Perempuan 95.524 orang
Laki-laki 1.677 orang
Bidang ekonomi (tingkat partisipasi angkatan kerja)
Perempuan 56,56%
Laki-laki 72,71%
Bidang politik (DPRD provinsi) Perempuan 3 orang
Laki-laki 52 orang
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009 57
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i
BBahkan Indonesia, terkait
kualitas pendidikannya ber-
dasarkan hasil pene-
litian UNDP (Uni-
ted Nation
D e v e l o p -
ment Prog-
ram) ber-
ada pada
tingkat
1 0 9 .
s e -
men-
tara
Singapura, Malaysia, Filiphina
dan Thailand berada pada angka 24
dan 34. secara tegas, potret jeblok-
nya pendidikan di negeri ini mustahil
mampu membangun karakter bang-
sa seperti apa yang diharapkan, ka-
rena segala infrastruktur dan supra-
strukturnya sudah bobrok.
Selain menggambarkan bagai-
mana realita keadaaan pendidikan
bangsa kita sekarang, buku ini juga
memperlihatkan bagaimana konsep
pendidikan orde lama,
orde baru dan orde re-
formasi sebagai pencer-
minan konsep ideal bagi
pendidikan. Pada orde
lama diterangkan bahwa
konsep pendidikan cen-
derung mengarah pada
asas sosialis yang men-
dapatkan prinsip dasar
bahwa pendidikan me-
rupakan hak semua kelompok ma-
syarakat tanpa harus memandang
kelas sosial baik dari kalangan atas,
menengah, maupun bawah. Sedang-
uku ini secara tajam dan
lugas mengkritik pendidikan
Indonesia yang secara garis
besar mengorbankan hak-hak warga
negara. Pendidikan seolah-olah
hanya sebagai alat kepentingan bagi
para penguasa. Pendidikan yang
seharusnya berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan yang berkarakter,
berwawasan dan berilmu sepertinya
hanya sebuah permainan politik
saja.
Menurut penulis buku ini, semua
kesalahan berawal dari banyaknya
kesalahan dalam konsep pendidikan
di negeri kita. Sistem pembelajaran
yang dimulai dari CBSA, KBK, hingga
KTSP, belum mampu membuahkan
prestasi yang memuaskan. Semua
hanyalah omong kosong yang cen-
derung hanya memberi keuntungan
bagi para pemilik kekuasaan. Di-
tambah lagi otonomi kampus, yang
diterapkan diseluruh PTN di negeri
kita ini memberi ruwet kurikulum
yang harus dihadapi mahasiswa.
Karena itu, tak heran apabila para
pengamat, pemikir hingga para
peneliti pendidikan mengatakan
bahwa lembaga pendidikan saat ini
sebenarnya mengabdi pada sebuah
kepentingan semata dan bukan
sebagai sarana pembebasan bagi
kaum tertindas sehing-
ga tak heran apabila
Francis Wahono dengan
beraninya mengatakan
bahwa sistem pendidi-
kan di negeri ini lebih
berpola pada pendidi-
kan model Anjing. Iro-
nis memang!. Bahkan
sangat menyedihkan
mengingat bagaimana
pendidikan di negeri kita ini. Semua
serasa bertolak belakang dari apa
yang telah dicita-citakan oleh bangsa
kita.
Politik Cacatkan EsensiPendidikan Indonesia
= Judul Buku:MenggugatPendidikan Indone-sia
= Penulis: Moh. Yamin= Cetakan: Januari,
2009= Penerbit: Ar-Ruz
Media= Tebal: 300 Halaman= Presensi: Ermawati
Puspitasari
kan konsep pendidikan ala orde baru
cenderung sebagai alat kepentingan
bagi para penguasa. Pada masa ini
kreatifitas masyarakat pendidikan
serasa dibungkam dan dipasung
agar tidak bersuara lantang yang
dapat membahayakan kepentingan
kekuasaan para penguasa. Ditambah
lagi pendidikan pada saat memasuki
era reformasi belum dikatakan
mampu untuk bangkit dari keter-
purukan. Pendidikan di masa ini
dianggap hanyalah sebuah produk
kapitalis yang diharapkan dapat
memberikan keuntungan sebesar-
besarnya (komersialisme).
Buku ini mengajak kita untuk
berpikir bagaimana mungkin negara
kita dapat menciptakan manusia-
manusia yang berkarakter, berkua-
litas, berkepribadian memiliki wa-
wasan luas sedangkan konsep yang
dihadirkan hanyalah sebuah konsep
yang tak ada bedanya sebuah uji-
coba permainan.
Penulis buku ini bisa mengatakan
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i
konsep pendidikan yang ada di
negeri kita ini sebagai sebuah per-
mainan karena kebijakan-kebijakan
dari pemerintah yang kerap kali
berubah dengan alasan globalisasi
menuju perbaikan namun adakah
implementasi dari semua itu?
Dengan membaca buku ini, penu-
lis mengajak kita sebagai regenerasi
untuk melanjutkan perjuangan para
pahlawan yang telah berjuang habis-
habisan hingga titik darah peng-
habisan demi kemerdekaan bangsa
dengan mengajak kita bersama-
sama untuk menyelamatkan pen-
didikan kita dengan menata ulang
kembali konsep pendidikan yang
dinilai tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Dimulai dari pene-
rapan-penerapan kebijakan yang
pendidikan merupakan suatu tin-
dakan politis yang selalu melibatkan
hubungan sosial dan pilihan-pilihan
politik. Pendidikan memiliki kaitan
yang erat dengan hubungan sosial
yang artinya pendidikan dapat
memberikan pengaruh yang sig-
nifikan bagi perubahan sosial yang
ada.
Oleh karenanya, mencermati
konsep pendidikan yang digagas
Paulo Freire ini cukup luar biasa
untuk terus menerus menghidupkan
konsep pendidikan dalam kehidu-
pan bermasyarakat saat ini.
Paulo Freire mengatakan bahwa
pendidikan bertujuan untuk mema-
nusiakan manusia, membangkitkan
kesadaran kritis, dan transformatif
untuk mengubah nasib kehidupan
yang sedang terpuruk menuju ke-
bangkitan dan mengangkat masya-
rakat tertindas menuju ke kelas
yang bermartabat, berkemanusiaan
dan memiliki hak sama dengan ma-
syarakat lainnya baik untuk dihor-
mati, dihargai maupun beraktuali-
sasi diri.
Paulo meneriakkan sebuah gaga-
san pendidikan perlawanan terha-
dap segala bentuk yang membunuh
hajat hidup orang banyak tanpa me-
mandang status sosial tertentu, baik
dari kalangan atas, menengah atau-
pun bawah.
Gagasan Paulo Freire ini tidak ha-
nya menggerakkan dorongan mas-
yarakat agar bisa membaca dan me-
nulis kata. Lebih dari itu, Freire
mengajak masyarakat agar dapat
membaca dunia. Dengan kata lain,
membaca kata itu merupakan jem-
batan menuju pembacaan dunia
secara lengkap, komprehensif dan
holistik.
Menurut Paulo Freire, harapan
dan keinginannya dalam suatu kon-
sep pendidikan yang diperjuangkan
adalah pendidikan yang mampu
memberikan warna dan arah baru
perubahan struktur berpikir mas-
yarakat dari masyarakat yang ber-
pikiran magis dan naif menuju ma-
syarakat yang berpikiran kritis.
Karena tujuan awal pendidikan
ala Paulo Freire ini adalah agar ma-
syarakat mampu menemukan iden-
titas dirinya tanpa meniru ataupun
menjiplak orang lain.
Pendidikan Ala Ki Hadjar
Dewantara
Konsep pendidikan yang dita-
warkan Ki Hadjar Dewantara adalah
sistem pendidikan baru yang ber-
dasarkan atas kebudayaan bangsa
sendiri, mengutamakan kepenti-
ngan masyarakat, bukan mengambil
kebudayaan dan perilaku hidup
bangsa asing yang kemudian dima-
sukkan ke dalam sistem pendidikan
nasional.
Karena menurut Ki Hadjar De-
wantara, konsep pendidikan bangsa
asing hanya menekankan pada akal
semata namun menegasikan akal
budi yang dapat mempertajam kepe-
kaan sosial terhadap sesama anaka
bangsa. Konsep ini tidak sesuai de-
ngan cermin bangsa kita. Negara kita
tidak membutuhkan konsep pendi-
dikan yang membuat kita bergan-
tung pada bangsa lain. Bila konsep
ini diberlakukan, maka dapat meng-
hancurkan bangsa kita yang besar
ini.
Satu hal yang cukup menarik
terkait konsep pedidikan yang dita-
warkan oleh Ki Hadjar Dewantara,
yakni bagaimana peran keluarga,
sekolah dan masyarakat mampu
menjadi motor pembentukan karak-
ter dan mentalitas anak.
Jelas dapat diprediksi apa yang
akan terjadi bila si anak hidup dite-
ngah keluarga broken home, sekolah
yang amburadul serta masyarakat
yang diskriminatif, maka jiwa sang
anak akan selalu labil, tidak ber-
kembang, menjadi pemberontak,
tidak berwawasan serta tidak ber-
moral.
Maka dari itu, Ki Hadjar De-
wantara mengajarkan segala sesua-
tunya itu dari dasar. Bila bermula
dari sesuatu yang baik, maka akan
berbuah baik juga. Begitu juga dalam
pendidikan, bila konsep yang dita-
warkan sesuai dengan cita-cita bang-
sa kita, maka akan membuahkan
manusia-manusia yang cerdas bu-
kan hanya dari segi intelektualnya
namun juga budi pekertinya. []
responsif, pelaksanaan yang dialogis
sehingga pendidikan akan kembali
pada peran awalnya yakni sebagai
alat pendidikan.
Alternatif konsep pendidikan
yang menarik dan ideal, terutama
bagi para pembuat kebijakan. Peme-
rintah dapat meniru atau belajar dari
Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara
yang menawarkan konsep pendidi-
kan yang memperjuangkan aspirasi
masyarakat, tidak neko-neko tetapi
pas dengan realita yang dihadapi
masyarakat Indonesia.
Pendidikan Ala Paulo
Freire
Program-program pendidikan
yang ditawarkan Paulo sangat prog-
resif, seperti pendidikan orang de-
wasa, restrukturisasi kurikulum,
partisipasi masyarakat dan sepe-
rangkat kebijakan ambisius menuju
demokratisasi.
Satu hal yang cukup menarik bila
menelaah lebih jauh mengenai pen-
didikan ala Paulo Freire ini, yakni
Konsep pendidikan bangsa
asing hanya menekankan
pada akal semata namun
menegasikan akal budi yang
dapat mempertajam kepe-
kaan sosial terhadap sesama
anak bangsa.
58
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | r e s e n s i
uku ini menjelaskan secara
rinci dan detail mengenai
berbagai macam kejahatan
yang ada di sekeliling kita. Fokus
buku ini mengupas kejahatan yang
dilakukan oleh para intelektual.
Jenis crime yang ditampilkan
pun bukan sebatas criminal crime
yang sering kali terjadi, melainkan
kejahatan terselundup, tersembu-
nyi, kasat mata yang pelaksanaan-
nya halus dan lembut.
Bila ditelaah lebih dalam lagi, kita
seolah tak percaya apa yang telah
tejadi pada saat ini, mengingat
globalisasi telah membuat orang
rela untuk melakukan tindakan di
luar etika demi nafkah keluarga.
Semua kebenaran serasa berwarna
abu-abu yang tak jelas di mana
sebenarnya hukum itu berada. Apa-
kah hukum itu benar-benar ada?
Atau hanya sebuah formalitas saja.
Kalau memang hukum itu benar-
benar ada, di mana keadilan ditemu-
kan?
Seperti kutipan Einstein yang
terdapat dalam buku ini “Kejahatan
itu ada bukan karena penjahatnya,
tetapi karena kita membiarkan
kejahatan itu merajalela.” Apakah
karena zaman telah berubah?, tek-
nologi berkembang hingga perma-
salahan yang hadir pun semakin
kompleks? Fenomena apa yang se-
benarnya terjadi? Mengapa hal ini
sampai terjadi? Dimana kebenaran
akan ditemukan?
Garis besar buku ini menyingkap
tabir misteri yang kini perlahan-
lahan mulai terkuak, yakni kejaha-
tan yang dilakukan oleh orang-or-
ang berdasi, orang-orang di kursi
besar, orang-orang berbaju rapi,
berkata sopan, hormat dan santun
yang mengatasnamakan rakyat un-
tuk memperlancar tindak kejaha-
tannya. Korupsi, kolusi, nepotisme
ada di mana-mana.
Tapi itu bukan suatu keboho-
ngan. Itu adalah sebuah fakta yang
terungkap melalui survey dan pene-
litian. Mulai dari kejahatan yang
terjadi di dunia pendidikan. Adanya
kebocoran anggaran, debirokrati-
sasi pendidikan, padamnya idealis-
me, ditambah lagi dewan sekolah
yang menaikkan tarif biaya untuk
para siswanya demi kepentingan
dirinya sendiri, homo homini lupus
sebuah sistem yang telah menjamur
dan mumbudaya dalam masyarakat
menjadikan pendidikan sebagai
bentuk dari sebuah penindasan.
Manusia diposisikan tidak ubah-
nya sebagai objek yang bisa di kor-
bankan atau ditumbalkan oleh sesa-
manya yang punya keunggulan ke-
kuatan, uang dan kekuasaaan.
Ada seorang pengusaha kenama-
an yang dengan tenangnya melepas
timah panas dari pistolnya untuk
merampas hak hidup orang lain. Be-
berapa oknum polisi bentrok de-
ngan satpol PP karena rebutan pro-
yek “PSK” yang mengakibatkan ada-
nya korban adalah beberapa sampel
yang menunjukkan bahwa kebiada-
ban masih di menangkan sebagai
pilihan istimewa dalam hidup mas-
yarakat.
Buku ini mengajak kita berfikir
bagaimana kejahatan itu sesung-
guhnya perlu untuk selalu dilawan
dengan otak dan hati yang bersih,
semangat juang tanpa pernah takut
salah, karena pada dasarnya kebe-
naran itu tidak pernah salah.
Seperti apa yang telah dikatakan
“Fiat Justitia Ruat Coelum” Meski-
pun langit akan runtuh, hukum ha-
rus ditegakkan.
Selain itu, buku ini pun membu-
kakan mata hati kita untuk selalu
menjunjung tinggi nilai pancasila
yang menjadi dasar negara kita. Be-
berapa prinsip moral di coba untuk
memperjelas suatu prinsip hidup
yang bermartabat. Sebuah pemiki-
ran konvensional dan logis, dengan
prinsip “Pemartabatan dan pemanu-
siaan manusia” maka akan terca-
butlah prinsip “Homonisasi” dan
membumilah prinsip “Humanisasi”.
Cita-cita itulah yang sebenarnya
menjadi pancaran cahaya teologi
kemanusiaan, status Model keima-
nan terapan, yang tidak terhalang
oleh sekat-sekat kepentingan ideo-
logi, politik, suku, ras atau dimensi
primordialisme bahkan keberaga-
man itu sendiri.
Buku ini merupakan resapan hati
dan reaktualisasi perasaan dirinya
yang menganggap “Hukum” kita
masih menjadi alat yang sarat de-
ngan kepentingan penguasa. Buku
ini pun dapat dijadikan alat untuk
menyadarkan para bandit intelek-
tual bahwa ada asas hukum “Hodi
Mihi Cras Tibi” (Ketidakadilan yang
menyentuh perasaan tetap tersim-
pan dalam hati nurani rakyat.)
Buku ini pun mengupas habis
tentang bagaimana seorang aktivis
yang dengan semangat juang penuh
gairah, melalui penanya yang tajam,
lebih tajam dari pada pedang, berani
dengan lantangnya menegakkan
keadilan pada penguasa-penguasa
yang tidak berperi kemanusiaan.[]
Melawan dengan KemanusianB = Judul Buku:
Melawan BanditIntelektual
= Penulis: FannyTanuwijaya SHMH, Drs AbdulWahid, SH MA,Sunardi SH MH
= Cetakan:Februari, 2006
= Penerbit: EDSAMahkota
= Tebal: 364Halaman
= Presensi:ErmawatiPuspitasari
59
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s a s t r a
Mantra :Tradisi Sastra Lisan Melayudalam Khazanah Islam
agi sebagian orang, Melayu
dan Islam adalah sinonim.
Ketika menyebut melayu
maka yang dimaksud adalah Islam.
Pandangan ini, penanda identitas
kemelayuan seseorang yang me-
miliki kompleksitas tersendiri. Di-
mana, budaya melayu merupakan
perpaduan antara islam budaya
lokal yang terlebih dahulu dipe-
ngaruhi oleh Hindu – Budha.
Menurut Martono, dosen FKIP
Untan Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra mengatakan suku mela-
yu sangat kaya dengan karya
sastra. Ini sebagai bentuk ekspresi
dari masyarakatnya. Sebagai
bagian dari kebudayaan, sastra
melayu merupakan suatu bentuk
pernyataan kehidupan masyarakat
Melayu dimasa lampau yang diwa-
riskan secara turun temurun ke-
pada masyarakat pendukung. Se-
hingga dapat menanamkan rasa
cinta terhadap kebudayaan sen-
diri.
Lanjutnya Martono, menu-
turkan Kesusastraan Melayu me-
rupakan sastra yang hidup dan
berkembang di kawasan Melayu.
Tak terkecuali yang mendiami
wilayah Kalimantan Barat. Dimana
sastra tersebut saling mempe-
ngaruhi antar satu periode dengan
periode lain. Sebelum Islam ber-
kembang di negara Indonesia tidak
ada nuansa Islam sama sekali dan
bentuknya adalah sastra lisan.
Sastra lisan, bagian dari tradisi
yang berkembang di tengah rakyat
jelata yang menggunakan bahasa
sebagai media utama. Dalam kehi-
dupan sehari-hari, jenis sastra ini
biasanya dituturkan oleh seorang
BOleh Syf Ratih KD
ibu kepada anaknya, seorang tu-
kang cerita pada para pendengar-
nya, guru pada para muridnya,
ataupun antar sesama anggota
masyarakat. Untuk menjaga ke-
langsungan sastra lisan ini, warga
masyarakat mewariskannya secara
turun temurun dari generasi ke ge-
nerasi.
Isi dan bentuk sastranya lebih
banyak bernuansa animisme, di-
namisme, dan Hindu-Budha, se-
mua hasil karya tersebut di-
tuangkan dalam bentuk prosa dan
puisi. Untuk puisi, tampak ter-
tuang ke dalam wujud pantun,
peribahasa, teka-teki, talibun, dan
mantra. Bentuk yang terakhir ini
(mantra), sering dikenal dengan
jampi, serapah, tawar, sembur,
cuca, puja, seru dan tangkal.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia : 2001, Mantra diartikan
sebagai susunan kata berunsur
puisi (seperti rima dan irama) yang
dianggap mengandung kekuatan
gaib. Biasanya diucapkan oleh
dukun atau pawang untuk me-
nandingi kekuatan gaib lain.
Mantra Dan Penggunaan
Mantra adalah suatu idiom atau
kata khusus yang mempunyai arti
tersendiri. Bahkan, menyimpan
kekuatan dahsyat yang terkadang
sulit diterima akal sehat.
Ciri-ciri mantra yang memu-
kau (lantaran permainan bunyi,
pemanfaatan gaya bahasa), suges-
tif (dapat merangsang secara aso-
siatif dan memberikan daya ajuk),
dan membius lantaran ketepatan
ungkapan dengan kata-kata kong-
kret.
Menurut, Dr Hemansyah, Pene-
SRI /MIUN
SEORANG dukun sedang memperagakan kemampuannya untuk menyalakanapi tanpa korek api.
60
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | s a s t r a
liti Kebudayaan Melayu Kaliman-
tan Barat, penggunaan mantra le-
bih eksklusif, karena hanya ditu-
turkan oleh orang tertentu saja,
seperti pawang dan dukun karena
bacaannya dianggap keramat dan
tabu. Menurut orang Melayu,
pembacaan mantra diyakini dapat
menimbulkan kekuatan gaib untuk
membantu meraih tujuan-tujuan
tertentu. Seperti untuk pengoba-
tan, pelindung diri, ataupun untuk
melakukan suatu pekerjaan.
Dari segi bentuk, mantra sebe-
narnya lebih sesuai digolongkan ke
dalam bentuk puisi bebas, yang
tidak terlalu terikat pada aspek
baris, rima dan jumlah kata dalam
setiap baris. Dari segi bahasa, man-
tra biasanya menggunakan bahasa
khusus yang sukar dipahami.
“Adakalanya, dukun atau pa-
wang sendiri tidak memahami arti
sebenarnya mantra yang dibaca, ia
hanya memahami kapan mantra
tersebut dibaca dan apa tujuann-
ya,” ujar Hermansyah Dosen STA-
IN Pontianak yang mengajar mata
kuliah pendidikan Agama Islam di
Untan Pontianak.
Kemunculan dan penggunaan
mantra ini dalam masyarakat me-
layu, berkaitan dengan pola hidup
mereka yang tradisional dan sa-
ngat dekat dengan alam. Secara k-
husus menurut Hermasyah, tema
yang muncul dalam mantra serta
hal yang mengikutinya dapat diba-
gi menjadi tiga kepercayaan/iman,
syari’ah/ibadah dan akhlak.
Kepercayaan / Iman
Iman merupakan salah satu pi-
lar utama dalam sejarah Islam.
Iman melibatkan pengakuan, pe-
ngucapan dan perbuatan. Mantra
ini diakhiri dengan teks “berkat
doa la ilaha illallah muhamma-
darrasulullah’. Menunjukkan ke-
percayaan bahwa tidak akan me-
miliki kekuatan apa-apa jika tidak
mendapatkan izin dari Allah. Da-
patlah di contohkan pada mantra
ini.
Mantra Penawar Racun
Summa kana innama balit ke ia
Bukan ku balit dibalit Allah
Bukan kuasaku kuasa Allah
Allah memakan hu’ menelan
Rampang jatuh ke laut baha-
rullah
Berkat do’a la ilaha illallah
Berkat muhammadarrasullul-
lah
(Sumber: Kahar, Embau)
Syariah/Ibadah
Ibadah merupakan manifestasi
dari pengakuan iman kepada Allah
dan kerasulan Nabi Muhammad.
Untuk di Kalbar sendiri, penuturan
Hermansyah tidak banyak nilai
ibadah yang terdapat dalam man-
tra melayu. Misalnya mantra be-
rikut menurut pengamalnya hanya
akan berjaya jika diamalkan sele-
pas shalat wajib :
Untuk Keselamatan Badan
Jibril di kanan
Mikail di kiri
Israfil di belakang
Izrail di muka
Allah pelindungku
Binasa Allah Binasa Aku
Tidak Binasa Allah Tidak Binasa
Aku
(Sumber: Yati, Pontianak)
Akhlak
Konsep akhlak dalam Islam,
tidak hanya dibatasi oleh sopan
santun antar sesama manusia,
melainkan juga berkaitan dengan
sikap batin. Banyak mantra Melayu
yang berisi konsep akhlak, ter-
utama yang berkaitan dengan kasih
sayang. Misalnya seseorang yang
mengamalkannya berharap tidak
terjadi perkelahian jika berjumpa
dengan orang yang tidak menye-
nanginya. Dimaksudkan agar yang
memusuhi berubah sebaliknya
dan menghilangkan rasa permu-
suhan.
Mantra Kasih Sayang
Ilmu Tidak Berlawan
Ilang luput tiada luput
Ilang mati tiada mati
Allah tiada mati
Muhammad pun tiada mati
Larilah engkau
Bukan kuasaku kuasa Allah
Berkat do’a la illaha illallah
Berkat Muhammad-ur-rasulul-
lah
(Sumber : Anjang, Embau)
Modernisasi Lingkungan
Mantra merupakan salah satu
khazanah kebudayaan masyarakat
Melayu yang diwariskan secara
turun temurun. Berkaitan erat de-
ngan pemikiran, kepercayaan dan
corak hidup masyarakat penga-
malnya. Tak hanya itu, mantra juga
memperlihatkan jejak peradaban
yang mempengaruhinya. Pola
hidup mereka yang tradisional dan
sangat dekat dengan alam.
Lanjut, Hemansyah, dalam si-
tuasi dunia yang semakin terbuka
seperti sekarang. Tentu saja ber-
bagai peradaban, termasuk pera-
daban barat mewarnai dinamika
budaya dan peradaban melayu.
Oleh sebab itu, semakin modern
pola hidup masyarakat Melayu dan
semakin jauh mereka dari alam,
maka mantra akan semakin ter-
sisihkan dari kehidupan mereka.
Kebudayaan Melayu dulu dan
sekarang, banyak berubah karena
bersifat dinamis bentuknya selalu
berubah. Baik itu cara berpakaian
melayu maupun pola pikir. Islam
tidak menerima sesuatu yang
bukan kaidahnya.
Paling tidak, generasi penerus
lebih memperhatikan khazanah
budaya Melayu khususnya Kalbar
agar tidak di gerus zaman. “Dapat
di lestarikan walaupun kita tidak
menutup diri terhadap peruba-
han”, imbuhnya.[]
Mantra merupakan salah
satu khazanah kebu-
dayaan masyarakat
Melayu yang diwariskan
secara turun temurun.
Berkaitan erat dengan
pemikiran, kepercayaan
dan corak hidup ma-
syarakat pengamalnya
61
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
Bagi masyarakat di luar kalangan
Dayak, penyampaian dokumentasi
budaya dapat menunjang komuni-
kasi antar-budaya. Dimana pe-
ngenalan merupakan salah satu
budaya yang sangat penting untuk
menghindari penilaian secara nega-
tif (streotif) yang berlebihan atas
suatu suku. Dengan saling mengenal
budaya, hubungan kedua masyara-
kat dari dua latar belakang yang ber-
beda akan berjalan dengan baik dan
dapat berkomunikasi secara efektif
satu dengan lainnya. Misalnya, or-
ang di luar kalangan Dayak tentu
tidak terlalu mengerti akan tradisi
mengayau (me-motong kepala)
yang dimiliki masyarakat Dayak.
Orang yang belum mengetahui latar
dari tradisi ini mungkin akan menilai
jelek, karena mengayau adalah salah
satu bentuk tindak kekerasan. Na-
mun setelah tahu tentang latar tra-
disi dan perkembangannya saat ini
mungkin orang dari luar akan pa-
ham dan lebih dapat mengerti, se-
hingga tidak langsung menilai jelek
suku Dayak.
Selain itu, pengenalan budaya
dari dokumentasi ini juga bertujuan
untuk menyampaikan potensi-po-
tensi konflik, serta potensi perda-
maian yang dimiliki masyarakat
Dayak. Sebagaimana diketahui,
dalam konteks pembangunan perda-
maian, terutama ditinjau dari pen-
dekatan budaya, mempelajari suatu
budaya merupakan salah satu aspek
penting dalam menganalisa dan
mencari akar konflik yang terjadi
pada masyarakat. Seperti dikatakan
Avruch (1998), tidak ada konflik
yang dapat dipahami tanpa mem-
perhitungkan konteks budaya. Di-
samping itu, di dalam teori pembe-
lajaran sosial (social learning) Ban-
dura juga dikatakan, bahwa budaya
merupakan pola perilaku yang dipe-
lajari. Dengan budaya, masyarakat
dapat “tidak belajar untuk keras”
(unlearning violence) atau belajar
untuk damai. Karena itu, disamping
memperoleh pengetahuan tentang
potensi-potensi konflik, mempela-
jari suatu budaya juga dapat ber-
manfaat di dalam mengenal potensi-
potensi perdamaian yang dimiliki
masyarakat.
Pengenalan budaya lebih dituju-
kan pada wujud budaya ideel, yakni
berkenaan dengan nilai-nilai buda-
ya masyarakat suku Dayak. Penge-
nalan ini tentu saja tidak menga-
baikan wujud budaya lain, seperti
sistem sosial dan wujud budaya fisik
masyarakat suku Dayak. Sistem
sosial masyarakat suku
Dayak seperti gotong
royong dalam berla-
dang (beduruk)
dan kebersama-
an di rumah be-
tang diantara-
nya diketa-
Nilai-nilai Budaya MasyarakatDayak dalam MembangunPerdamaianOleh Dedy Armayadi
MIUN/ IREK
RUMAH betang merupakan rumah tradisional yang merupakan rumah asli suku Dayak.
62
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
hui dapat berperan sebagai perekat
perdamaian. Sedangkan wujud bu-
daya fisik, seperti motif pada kain
tenun ikat Dayak misalnya, sering-
kali terkandung dan berisi pesan-
pesan perdamaian.
John Bamba (2006) mengung-
kapkan bahwa nilai-nilai budaya
sangat potensial dalam upaya-
upaya membangun perdamaian di
wilayah-wilayah konflik. Dijelaskan-
nya, budaya terbentuk dari penga-
laman-pengalaman yang memung-
kinkan terjadinya proses pembela-
jaran. Hasil pembelajaran itu selan-
jutnya membentuk cara pandang
(world view) yang dalam bahasa se-
derhananya adalah cara pikir atau
jalan pikiran manusia. Jalan pikiran
inilah yang membentuk keputusan-
keputusan dan kesimpulan-kesim-
pulan atas berbagai fenomena dan
permasalahan yang dihadapi ma-
nusia. Tindakan kekerasan, baik itu
dalam konflik sosial atau perilaku
kekerasan selalu berawal dari piki-
ran manusia.
Setiap kebudayaan tentu memi-
liki nilai-nilai budaya yang meru-
pakan pandangan hidup dan sistem
kepercayaan di mana semua pe-
ngikutnya berkiblat. Nilai budaya
tersebut mengarahkan bagaimana
caranya mereka melihat keluar. Ni-
lai budaya ini merupakan filosofi hi-
dup yang mengantar anggotanya ke
mana dia harus pergi. Dengan kata
lain, nilai-nilai budaya inilah yang
mempengaruhi cara pandang, sikap,
dan perilaku masyarakatnya (Lili-
weri,2003).
Menyadari akan pentingnya ni-
lai-nilai budaya dalam pembangu-
nan perdamaian, maka nilai-nilai
budaya dipilih sebagai fokus utama,
disamping penyampaian pengala-
man-pengalaman masyarakat Dayak
dalam membangun perdamaian di
wilayah Kecamatan Kelam Permai.
Penyelesaian konflik dengan beje-
reh-bebantah yang mengutamakan
keadilan dan kekeluargaan, kebersa-
maan dalam menjalankan berbagai
aktivitas dari sistem sosial budaya-
nya adalah contoh-contoh penga-
laman yang dimiliki masyarakat
dalam membangun perdamaian.
Pengalaman-pengalaman ini me-
rupakan gambaran kongkret ten-
tang apa yang telah dikerjakan
masyarakat selama ini. Dari penga-
laman-pengalaman itu kiranya da-
pat dipetik hikmah di dalamnya se-
bagai proses pembelajaran ber-
sama.
Mengenal Suku Dayak
Suku Dayak adalah suku asli yang
mendiami Pulau Kalimantan, memi-
liki budaya terestrial (daratan,
bukan budaya maritim). Sebutan
Dayak adalah sebutan umum karena
orang Dayak terdiri dari beragam
budaya dan bahasa.
Ada berbagai varian yang biasa
dipakai dalam menyebutkan istilah
Dayak, seperti Daya’, Doya’, Dayo’
dan Dayuh. Pengertian ini kemudian
dihubung-kaitkan dengan cara
hidup dan lokasi perkampungan or-
ang-orang Dayak pada waktu itu
yang kebanyakan tinggal di kawasan
pegunungan, dataran tinggi, dan di
hulu-hulu sungai. Istilah Dayak pada
mulanya merupakan hasil rekons-
truksi kolonial untuk menyebut
seluruh penduduk asli Pulau Borneo
guna memudahkan proses adminis-
trasi mereka. Rujukan yang sering
dipakai adalah orang-orang Bidayuh
yang digelari Land Dayak. Berda-
sarkan pengertian Daya’ dalam ba-
nyak varian yang berarti ‘hulu’ dan
‘manusia’, para peneliti dari Eropa
sekitar tahun 1800-an, kemudian
mendefinisikan Dayak sebagai ‘ma-
nusia pedalaman’, ‘non –Muslim,
MIUN/ IREK
SEORANG warga Sintang sedang menenun kain bermotif khas Dayak.
63
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
‘primitif’, ‘tidak berperadaban’, dan
citra negatif lainnya. Namun de-
mikian, istilah Dayak dewasa ini
semakin diperluas, diperbaharui
dan lebih positif (Alloy.S dkk,
2008). Istilah Dayak tidak lagi
digambarkan sebagai sesuatu yang
bercitra negatif, tetapi dikenal seba-
gai suatu kelompok masyarakat
yang memiliki kebudayaan tinggi
karena kearifannya dalam memba-
ngun harmoni dengan alam.
Ada banyak pendapat tentang
asal-usul orang Dayak. Sejauh ini
belum ada yang sungguh memuas-
kan. Pandapat umumnya menem-
patkan orang Dayak sebagai salah
satu kelompok suku asli terbesar
dan tertua yang mendiami pulau
Kalimantan. Gagasan ini didasarkan
pada teori migrasi penduduk ke
Kalimantan. Bertolak dari pendapat
itu, diduga nenek moyang orang
Dayak berasal dari beberapa gelom-
bang migrasi. Gelombang pertama
terjadi kira-kira 1 juta tahun yang
lalu tepatnya pada periode Inter-
glasial-Pleistosen. Kelompok ini
terdiri dari ras Australoid (ras ma-
nusia pre-historis yang berasal dari
Afrika).
Pada zaman Pre-neolitikum,
kurang lebih 40.000-20.000 tahun
lampau, datang lagi kelompok suku
semi nomaden (tergolong manusia
moderen, Homo sapiens ras Mon-
goloid. Penggalian arkeologis di
Niah-Serawak, Madai dan Baturong,
Sabah membuktikan bahwa kelom-
pok ini sudah menggunakan alat-
alat dari batu, hidup berburu dan
mengumpulkan hasil hutan dari satu
tempat ke tempat lain. Mereka juga
sudah mengenal teknologi api. Ke-
lompok ketiga datang kurang lebih
5000 tahun silam. Mereka ini berasal
dari daratan Asia dan tergolong
dalam ras Mongoloid juga. Kelom-
pok ini sudah hidup menetap dalam
satu komunitas rumah komunal
rumah panjang dan mengenal teknik
pertanian lahan kering (berladang).
Gelombang migrasi itu masih
terus berlanjut hingga abad 21 ini.
Teori ini sekaligus menjelaskan
mengapa orang Dayak memiliki
begitu banyak varian baik dalam
bahasa maupun karakteristik bu-
daya (http://id.wikipedia.org/wiki/
Sukubangsa Dayak).
Beberapa peneliti telah menggo-
longkan suku Dayak ke dalam bebe-
rapa kelompok. Roth (1968) mem-
bagi penduduk asli pulau Kalimantan
menjadi 20 kelompok etnis yang
masih terbagi lagi menjadi beberapa
subkelompok yang kecil-kecil. Se-
dangkan Tjilik Riwut (1998) mem-
bagi orang Dayak ke dalam enam
rumpun suku yang disebut Stam-
menras. Masih ada lagi beberapa
pakar yang membagi dan menge-
lompokkan Dayak dalam berbagai
sub-sub kelompok seperti W. Stohr
yang menggolongkan tiga rumpun
suku Dayak berdasarkan rumpun
suku persamaan atau kekeluargaan
ritus-kematian, dan CH. F.H Duman
membagi suku-suku induk Dayak ke
dalam tujuh gugusan. Meskipun
berbagai pengelompokkan tersebut
saling berbeda satu dengan lainnya,
namun pengelompokkan suku-suku
itu menegaskan bahwa Suku Dayak
di Pulau Kalimantan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi.
Sub-sub Suku Dayak di
Kelam Permai
Ada tiga sub-suku Dayak yang
saat ini mendiami wilayah Keca-
matan Kelam Permai, Kabupaten
Sintang. Ketiga sub-suku Dayak itu
adalah sub-suku Dayak Desa, sub-
suku Dayak Sebe-ruang dan sub-
suku Dayak Sebaruk. Ketiga sub-
suku Dayak ini bermukim dan me-
nempati beberapa kampung sesuai
dengan wilayah ketemenggungan-
nya. Terkecuali sub-suku Dayak Desa
yang memiliki empat wilayah kete-
menggungan, masing-masing sub-
suku di wilayah Kecamatan Kelam
Permai hanya mempunyai satu
wilayah ketemenggungan.
Tjilik Riwut mengelompokkan
sub-suku Dayak Desa, Seberuang
dan Sebaruk ini ke dalam Stamenras
Dayak ot Danum, yang merupakan
induk suku (suku besar). Namun
menurut para tetua adat di Kelam
Permai, ketiga sub-suku ini berasal
dari tanah Iban atau Suku Iban.
Pendapat tetua adat di Kelam Per-
mai ini rupanya senada dengan be-
berapa peneliti, yang berpendapat
bahwa ketiga sub-suku Dayak terse-
but tergolong ke dalam kelompok
Ibanic, yakni kelompok yang induk-
nya dari suku Iban. Karena itu,
ketiga sub-suku Dayak ini secara
umum memiliki kesamaan ciri, baik
dari sisi tata nilai maupun adat
kebiasaan, meskipun ada beberapa
perbedaan di antara mereka, terma-
suk sejarah dan penyebaran mereka
di wilayah Kelam Permai.
Masyarakat Dayak di Kelam Per-
mai, tidak mengenal tradisi tulis, se-
hingga penelusuran nilai-nilai bu-
daya ini diantaranya diperoleh dari
MIUN/ IREK
MASAYARAKAT sedang beduruk (bersawah dengan cara bergantian).
64
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
tradisi lisan, kebiasaan hidup ber-
pola (adat istiadat) dari sistem sosial,
dan budaya fisik masyarakat Dayak,
misalnya motif-motif pada tenun
ikat Dayak yang stiap bentuknya
punya latar cerita.
Berdasarkan tradisi lisan yang
dimiliki suku Dayak, terutama dari
Bekana, Bedarak, Semayan, Kanduk,
Buah Jereh dan Pantun, serta adat
istiadat dan salah satu motif pada
tenun ikat dapat diketahui nilai-nilai
budaya masyarakat Dayak, yang
antara lain berhubungan dengan
lima wujud nilai, yakni nilai religius,
nilai filosofis, nilai estetis, nilai etis,
nilai “solidaritas dan kebersamaan”.
Nilai-nilai Budaya
Masyarakat Dayak di Kelam
Permai dalam Pembangunan
Perdamaian
Nilai-nilai budaya yang dimiliki
masyarakat Dayak di Kelam Permai,
seperti nilai religius, filosofis, este-
tis, etis, dan nilai “solidaritas dan
kebersamaan” memang merupakan
nilai budaya yang umumnya ter-
dapat pada masyarakat kita yang
berorientasi pada kebudayaan ti-
mur. Namun demikian, nilai-nilai
budaya tersebut tentunya memiliki
kekhasannya masing-masing diban-
ding nilai-nilai budaya dari suku
bangsa lainnya. Setiap nilai-nilai
budaya itu telah memberikan pe-
ngaruh terhadap cara pandang,
perilaku dan keputusan masyarakat
suku Dayak dalam bertindak.
Nilai budaya yang cukup besar
mempengaruhi perilaku masyarakat
Dayak adalah nilai religius. Dari
sistem religi masyarakat Dayak
tampak jelas nilai religius ini mem-
berikan pengaruh yang cukup men-
dasar, terutama untuk pandangan
masyarakat Dayak tentang hubu-
ngan manusia dengan alam semesta,
hubungan manusia dengan Pen-
ciptanya, dan hubungan manusia
dengan sesamanya.
Hampir seluruh sistem sosial dan
karya-karya masyarakat Dayak ti-
dak terlepas dari pengaruh nilai
religius ini. Aktivitas penyembuhan
penyakit, ritual dalam berladang,
penyelesaian perkara, upacara adat
pada gawai-gawai yang dimiliki
masyarakat Dayak, karya-karya
terutama benda-benda suci yang
menjadi perangkat upacara ke-
agamaan, bahkan mengayau adalah
aktivitas yang dipengaruhi nilai
budaya ini. Berbagai aktivitas serta
hasil karya itu adalah cerminan
bahwa masyarakat Dayak menghen-
daki kehidupan yang senantiasa
ingat pada keluhuran Ilahinya.
Perwujudan nilai religius ini
tidak hilang meskipun saat ini ma-
syarakat Dayak telah memeluk salah
satu agama. Yang terjadi justru nilai
budaya ini muncul dan menguat
dalam aktifitas keagamaan yang
sekarang mereka anut. Namun demi-
kian, upacara/ritual adat masyara-
kat Dayak tidak lantas ditinggalkan.
Sebelum atau pada saat melaksa-
nakan aktivitas, masyarakat masih
tetap sering mengadakan upacara/
ritual sebagai permohonan doa
kepada Jubata atau Puyang Gana
agar pelaksanaan aktivitas yang
dilaksanakannya itu dapat berjalan
dengan lancar dan terlindung dari
segala marabahaya. Menurut Riyan-
to (1992) pelaksanaan upacara adat
yang pada saat ini masih tetap
dilaksanakan, meskipun masyarakat
telah memeluk salah satu agama itu
adalah ungkapan kerinduan masya-
rakat Dayak terhadap leluhurnya.
Disamping itu, upacara dan sesa-
jian ini dimaksudkan untuk menyel-
araskan hubungan manusia dengan
alam semesta. Masyarakat Dayak
berpandangan bahwa manusia ada-
lah mahkluk yang sangat lemah,
sehingga untuk bisa mempertahan-
kan hidupnya, manusia harus selalu
MIUN/ IREK
SEORANG petani wanita membawa hasil panennya sedang melintasi bukit kelam.
65
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
berusaha membina relasi dengan
semua kekuatan yang mendiami
bumi ini, yang perwujudannya da-
lam kehidupan masyarakat Dayak
dilakukan melalui upacara dan sesa-
jian. Pelaksanaan upacara adat ini
tidak lagi mempersembahkan kor-
ban berupa kepala tengkorak ma-
nusia sebagaimana dahulu, dimana
tradisi mengayau masih berlang-
sung. Tapi kini sesajian dalam upa-
cara/ritual adat telah berganti de-
ngan korban berupa hewan seperti
ayam atau babi. Ketiadaan korban
tengkorak kepala manusia ini meru-
pakan tanda bahwa tradisi yang
menggunakan kekerasan pada ma-
syarakat Dayak seperti mengayau
itu telah menghilang.
individu di dalam anggota masya-
rakat melakukan pelanggaran nor-
ma-norma adat. Untuk moral ada
sanksi pendapat masyarakat dan ke-
sadaran diri. Dan untuk religi ada
sanksi hukuman Tuhan. Karena itu
nilai religius memberi pegangan
kepada manusia di dalam dunia
kosmos dan dunia sosial sekaligus.
Nilai religius, terlepas dari meta-
fisiknya, telah menunaikan dua
fungsi yang penting. Pertama, mem-
beri manusia kerangka acuan dima-
na ia dapat menata pengalamannya.
Kedua, memberi manusia seperang-
kat norma-norma yang dengannya
ia dapat menyusun suatu sistem
prioritas dalam kehidupan ini dan
menilai perbuatannya sendiri mana
yang baik atau buruk. Dari fungsi
inilah nilai religius berperan di
dalam pembangunan perdamaian.
Selain nilai religius, nilai-nilai bu-
daya lain yang dimiliki masyarakat
Dayak juga memberikan perannya di
dalam pembangunan perdamaian.
Masing-masing nilai-nilai budaya
tersebut ikut memberikan makna di
dalam membentuk cara pandang
dan perilaku masyarakat Dayak.
Dalam nilai filosofis misalnya, ter-
gambar pandangan masyarakat
Dayak yang menginginkan kehidu-
pan ideal, yang rujukannya adalah
‘Dunia Atas Langit’, tempat Para
Dewata dan Buah Kana, yang mana
kehidupannya penuh kedamaian,
tanpa ketercelaan.
Masyarakat Dayak sangat men-
dambakan harmonisasi dari berba-
gai dimensi kehidupan. Ketika salah
satu dimensi mengalami gangguan
maka seluruh aspek hidup lain
menjadi goyang dan bermuara pada
ketidaksempurnaan. Karena itu,
nilai filosofis ini menjadi pegangan
bagi masyarakat Dayak yang mem-
berikan arah pada kehidupan ideal
seperti kehidupan ‘Dunia Atas La-
ngit’. Keyakinan masyarakat Dayak
yang memandang jiwa bersifat
rohani dan lebih luhur, membuat
mereka lebih cenderung menguta-
makan kepentingan jiwa dengan
hidup sesuai aturan, menaati adat
istiadat yang diwariskan secara
turun temurun. Dengan demikian
nilai filosofis ini telah berperan di
dalam membentuk perilaku masya-
rakat Dayak yang mengutamakan
kesempurnaan dan kebijaksanaan,
dan mendambakan keselarasan diri
dengan dunia sekitar, sesama ma-
nusia, dan wujud tertinggi. Dari si-
nilah nilai budaya ini berperan da-
lam pembangunan perdamaian.
Tidak jauh berbeda dengan nilai
filosofis, nilai etis, nilai estetis dan
nilai “solidaritas dan kebersamaan”
juga memberikan perannya di dalam
pembangunan perdamaian. Nilai
etis memberikan gambaran tentang
sifat masyarakat Dayak yang pada
dasarnya memiliki sifat ramah, yang
dapat memudahkan masyarakat ini
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
Menurut Edi Petebang (2006)
berakhirnya tradisi mengayau ini
disebabkan oleh dua faktor, per-
tama, munculnya kesadaran masya-
rakat, kedua, keberadaan agama
Kristen yang mengajarkan kasih
Tuhan kepada manusia. Faktor yang
kedua ini memberikan pengaruh
yang cukup kuat sehingga tradisi
mengayau secara perlahan meng-
hilang dalam kehidupan masyarakat
Dayak. Disamping itu pengayauan
juga dapat diredakan dengan adanya
perjanjian damai “Tumbang Anoi”
pada tahun 1894. Meskipun tidak
menghilangkan tradisi mengayau
secara keseluruhan, pertemuan
damai kepala suku dan ketua adat ini
memberikan dampak luar biasa
terhadap berkurangnya tradisi me-
ngayau.
Terlepas dari tradisi mengayau,
nilai religius berhubungan erat
dengan moral masyarakat. Masya-
rakat Dayak mempunyai cara me-
ngontrol hubungan antarsesama,
yakni berupa hukum adat, moral dan
religi. Untuk hukum adat ada sanksi
yang diberikan ketika ada satu
Motif-motif yang tertera
pada karya seni masyarakat
Dayak, seperti tenun ikat
dan anyaman seringkali
terkandung dan berisi
pesan-pesan perdamaian
66
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
menerima orang lain.
Disamping itu, nilai etis mem-
berikan pengaruh luar biasa ter-
hadap adat dan hukum adat yang di-
miliki masyarakat Dayak. Adat dan
hukum adat inilah yang memberikan
batasan atas tindakan yang berlebi-
han dan menyimpang dari norma-
norma adat yang berlaku pada ma-
syarakat. Aturan-aturan adat yang
dimiliki masyarakat Dayak meru-
pakan kearifan lokal, sekaligus ke-
kuatan mereka dalam menangani
konflik yang terjadi pada masya-
rakat. Di sinilah peran nilai etis
dalam pembangunan perdamaian.
Sedangkan nilai estetis membe-
rikan makna tentang hakikat keinda-
han seni dari ekspresi jiwa dan pe-
ngalaman spiritual dari masyarakat
Dayak. Motif-motif yang tertera
pada karya seni masyarakat Dayak,
seperti tenun ikat dan anyaman
seringkali terkandung dan berisi
pesan-pesan perdamaian. Motif-
motif tersebut dapat menjadi media
promosi perdamaian, yang pan-
carannya dapat dilihat dari motif-
motif yang tertera pada tenun atau
anyaman itu.
Disamping cerita motif pada
tenun ikat, nilai estetis juga terlihat
dalam seni budaya tutur masyarakat
Dayak. Penggunaan bahasa kiasan,
yang lembut dan anggun merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
nilai estetis yang dimiliki masya-
rakat Dayak. Pengungkapan dengan
bahasa yang halus melalui seni tutur,
sekalipun ungkapan yang disam-
paikan itu merupakan sindiran,
membuat orang yang mendengar-
nya tidak lantas sakit hati. Dengan
kata lain, kata-kata kiasan yang
diracik sedemikian rupa itu men-
coba menyajikan rangkaian kata
yang dapat diterima pendengarnya,
meskipun di dalamnya terkandung
maksud yang dalam berkenaan de-
ngan persoalan yang terjadi. Tidak
berbeda dengan karya seni masya-
rakat Dayak, seni budaya tutur juga
dapat berperan sebagai media pro-
mosi perdamaian.
Nilai “solidaritas dan kebersa-
maan” mempertegas bahwa masya-
rakat Dayak memiliki nilai budaya
yang pada dasarnya dapat memper-
kuat rasa persaudaraan dan keke-
luargaan diantara mereka. Masya-
rakat Dayak memiliki sistem sosial
dari kehidupan kolektif mereka.
Kebersamaan di dalam rumah be-
tang, kebersamaan dalam penger-
jaan ladang melalui aktivitas bedu-
ruk, bebung/bejamu, dan basa-
basi, kebersamaan pada nuba adat,
saling kunjung (ngabang) pada saat
pe’gawai adalah sarana interaksi
sosial yang dapat menjadi perekat
perdamaian. Dengan sistem sosial
tersebut tentunya mereka dapat
memperat hubungan dan semangat
kebersamaan diantara mereka.
Selain itu, ternyata masyarakat
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | b u d a y a
sub-suku Dayak ini telah memiliki
mekanisme penanganan konflik
yang berlandaskan keadilan dan
kebersamaan, seperti bejereh-be-
bantah. Bentuk penyelesaian konflik
ini lebih menekankan dialog/mu-
syawarah, yang lebih mengedepan-
kan pencarian jalan keluar dengan
pemberian kesempatan masing-
masing pihak yang berkonflik untuk
dapat mengungkapkan pendapat-
nya. Keputusan yang diambil oleh
Lit atau hakim ketua didasarkan
pada pertimbangan keterangan
kedua belah pihak, baik yang telah
disampaikan bejereh maupun be-
bantah nya. Penyelesaian konflik
seperti ini dapat menimalisir atau
mereduksi cara-cara kekerasan.
Nilai-nilai budaya seperti nilai
religius, filosofis, etis, estetis, dan
nilai “solidaritas dan kebersamaan”
masyarakat di atas telah mem-
berikan sumbangsih besar dalam
membentuk cara pandang (world
view) dan mengatur perilaku ma-
syarakat Dayak. Jika nilai ini masih
dipegang masyarakat, tentu saja
perilaku yang bernilai positif dalam
membina kerukunan dan hubungan
harmonis antarsesama masyarakat
akan tetap terjaga.
Sebaliknya bilamana nilai-nilai
ini luntur dan dilupakan, maka peri-
laku masyarakat boleh jadi tidak ter-
kendali, yang kemudian dapat me-
nimbulkan kericuhan dalam kehidu-
pan bermasyarakat. Saat ini kelima
nilai-nilai budaya masyarakat Dayak
tersebut masih tetap terjaga, meski-
pun tidak menutup kemungkinan
akan/telah terjadi perubahan.
Terlepas dari itu, sekarang telah
kita ketahui, bahwa ternyata nilai-
nilai budaya yang dimiliki Masyara-
kat Dayak berperan penting dalam
pembangunan perdamaian. Nilai-
nilai budaya tersebut telah mempe-
ngaruhi cara pandang dan mem-
bentuk perilaku masyarakat Dayak
yang beradab dan cinta damai.[]
Penulis
Manajer Program PRCF Indo-
nesia Kalbar, pernah aktif di LPM
Untan sebagai Kepala Divisi
Penerbitan).
PEREMPUANdayakmengayamdengan jenisTenun Buku.
MIUN/ IREK
67
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n
ujan lagi. Pastinya aku
teringat kamu lagi. Ya,
kita pernah sepakat bahwa
hujan adalah moment paling pas
untuk merawat kenangan. Tak ada
yang lebih sunyi dari rinai. Ucapmu.
Aku menyepakatinya. Mungkin tak
akan ada kenangan yang terawat jika
tak ada rinai. Ketika sunyi benar-
benar sempurna. Pelan-pelan cata-
tan peristiwa masa lalu menyelinap
dalam senyap. Kita diam. Aku dan
kau sama-sama diam.
“Apa yang masuk dalam kepa-
lamu?” tiba-tiba kau memecah su-
nyi.
“Rotan kecil yang melibas betis
kecilmu, sebab ibumu tak sabar
berteriak-teriak memanggilmu dari
teras rumah untuk pulang. Kau
memang anak yang bandel.”
“Kau yang mengajariku menjadi
anak kecil yang bandel. Bahkan
sampai sekarang.”
Aku masih ingat, saat kau meri-
ngis dan akhirnya menangis, dengan
gagah perkasa aku berusaha mem-
bela. Kukatakan pada ibumu, bahwa
akulah yang salah. Akulah yang
mengajakmu turun ke lapangan,
bermain lumpur dan hujan. Akulah
yang layak dipukul. Bukan kamu.
Hmm, tentu saja ibumu tak mau
memukul anak orang lain. Kega-
gahanku sama sekali tak berarti.
Untuk detik selanjutnya, kau hilang
di balik pintu rumah dengan ringis
dan tangis yang juga membuatku
teriris. Sementara aku, hanya bisa
mematung di halaman. Membiarkan
rinai terus menikam ubun-ubunku.
Tak peduli gigil. Tak peduli ibuku
yang ternyata juga memanggil.
“Suatu hari aku akan memba-
wamu pergi dari rumah. Dan kita bisa
menikmati hujan bersama sepuas-
puasnya. Tanpa harus takut omelan
bahkan rotan ibu yang mendarat di
betis kecilmu.” Begitu aku mendesis.
Ikut merasakan ringis dan tangis.
Itu hanya kepingan peristiwa di
masa kecil. Peristiwa yang menjadi
tanda bahwa kita memang benar-
benar akrab. Aku juga masih ingat,
betapa lelah kau menghiburku keti-
ka aku merajuk sebab tak seorang-
pun yang mau mengajarkanku me-
ngayuh sepeda.
“Woi, apa lagi yang bisa dibang-
gakan anak laki-laki di kampung ini
selain sunat dan bisa mengendarai
sepeda?” begitu ledek teman-teman
ku.
Aku lari ke lapangan. Membiar-
kan mereka terus tertawa-tawa me-
ledekku. Lalu tiba-tiba saja hujan
Pay Jarot Sujarwo
H
KutukanKutukan
68
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n
tumpah. Lalu tiba-tiba saja kau
memanggil-manggil. Tapi aku tak
mau beranjak. Demi dendam me-
ngendarai sepeda. Aku sudah ku-
yup. Dari jauh kau berlari meng-
hampiri. Mengajakku bersandar di
bawah pohon besar di sudut lapa-
ngan.
“Kenapa?” tanyamu
“Mereka meledekku. Sebab aku
masih belum bisa mengendarai
sepeda.” Aku merajuk. Seperti ingin
menangis. Tapi aku laki-laki. Tapi
kenapa anak laki-laki tidak boleh
menangis? Sama seperti kenapa
anak perempuan tidak boleh main
di lapangan ketika hujan.
“Kamu sedih?” Tanyamu.
“Ya.”
“Kenapa kamu tidak menangis?”
Aku terkejut saat kau mengatakan
itu. Kau melanjutkan, bahwa kalau
aku memang bersedih, sebaiknya
menangis saja. Tak ada yang mela-
rang kita untuk menangis. Larangan
menangis boleh dilakukan, kalau ada
larangan bersedih.
“Tapi aku laki-laki. Dan tentu saja
akan malu padamu jika aku me-
nangis.”
“Kamu lihat, aku perempuan,
seutuhnya anak perempuan. Tapi
aku keluar juga ke lapangan saat
hujan. Meski aku tahu pasti kalau
pulang nanti akan terkena rotan.
Tapi aku puas karena bisa mandi
hujan. Nah, sekarang apa lagi yang
bisa bikin puas bagi kita yang lagi
bersedih kalau bukan menangis?”
Sungguh kalimatmu waktu itu mem-
buatku merasa perlu berlama-lama
menatapmu. Matamu begitu ikhlas.
Hingga kemudian aku sadar bahwa
mataku telah basah. Bukan karena
hujan. Tapi karena kaca di dalam
mataku mulai retak, pecah dan
tumpah. Kau biarkan aku menangis.
Itu kali pertama aku yang anak laki-
laki menangis di hadapanmu yang
seorang anak perempuan, tanpa
rasa malu sedikitpun.
“Tapi menangis tak bisa mem-
buatku bisa mengendarai sepeda.”
Kataku selanjutnya.
Keikhlasan di matamu semakin
kentara. Bibir kecilmu melampirkan
senyum. Kau pegang kepalaku. Dan
bilang bahwa, mereka bisa saja ter-
tawa terbahak-bahak sambil keliling
kampung dengan sepeda. Tapi me-
reka tak bisa merebut kebahagiaan
kita. Ketika hujan tiba, kita bisa
tertawa sepuasnya meskipun tak
bisa mengendarai sepeda. Kau juga
mengingatkan kepadaku, bahwa
akulah yang sebenarnya mengu-
capkan itu dulu saat pertama kalinya
aku menawarkan kebahagiaan de-
ngan mandi hujan di lapangan.
“Tak ada yang bisa lebih mem-
bahagiakan anak kampung seperti
kita. Selain turun ke lapangan dan
menikmati indahnya hujan. Ayolah,
turun bersama kami.” Aku yang
mengatakan itu kepadamu. Dan kau
mengingatkannya kembali. Air ma-
taku semakin deras mengalir. Tapi
aku tersenyum. Pelan-pelan ber-
ubah menjadi tawa. Terbahak-ba-
hak. Kemudian kau juga terbahak.
Kemudian kutarik tanganmu, me-
nyeretmu ke tengah lapangan. Me-
nuju kubangan lumpur. Masih de-
ngan tawa yang terbahak.
Begitulah, kenangan masa kecil.
Selalu kurawat. Terlebih saat hujan
seperti ini. Aku teringat kamu.
Teringat masa-masa itu. Kampung.
Tanah becek. Tawa riang. Dan hujan.
Kita selalu bersama-sama. Bah-
kan kita sempat berjanji untuk selalu
bersama. Janji yang kita sepakati di
bawah hujan. Saat itu usia kita
menjelang remaja. Aku di kelas tiga
SMP, kamu di kelas dua. Dan kita
tetap mengakrabi hujan. Terlebih
ketika aku sudah bisa mengendarai
sepeda. Betapa riang kita berdua,
dengan satu sepeda, tak sadar sudah
keluar batas kampung dan masuk ke
kampung sebelah. Keriangan dalam
hujan telah membuatku lupa bahwa
sudah sangat jauh aku mengayuh
sepeda. Sementara kau yang mem-
bonceng di belakang, tak sedikitpun
mengingatkanku.
“Kamu senang?” Tanyaku
“Sangat senang.”
“Kenapa kau tidak memilih se-
orang perempuan untuk kau cintai,
seperti teman-teman yang lain. Kau
sudah sunat, dan kau sudah bisa naik
sepeda.”
“Karena kalau aku jatuh cinta,
aku akan kehilangan kamu.” Jawab-
ku, “Kalau kau sendiri, kenapa tidak
memilih laki-laki untuk kau cintai?”
aku balik bertanya.
“Kau sudah tau jawabannya.
Sebab aku selalu ingin bersamamu.
Dan kalau aku jatuh cinta, kita ber-
dua tidak akan bisa sebahagia ini.”
Ya, usia kita cuma berjarak satu
tahun. Kita lahir dengan bantuan
dukun yang sama. Kita lahir dengan
deras hujan yang sama. Kita me-
mang layak bersama-sama.
“Kenapa kau tidak ingin kehila-
nganku?” Tanyamu lagi.
“Karena aku sudah mengenalmu
sejak kau lahir. Dan sampai seka-
rang, tak ada alasan yang mem-
buatku untuk bisa membencimu.
Kalau kau sendiri, apa alasanmu?”
“Karena kau menemaniku saat
aku lahir. Dan kuingin kau juga
menemaniku sampai aku mati.”
“Maukah kau berjanji bahwa kita
akan selalu bersama?” Karena ter-
nyata pertanyaan itu keluar dari
mulut kita nyaris bersamaan.
Hujan lagi. Pastinya aku teringat
kamu lagi. Ya, kita pernah sepakat
bahwa hujan adalah moment paling
pas untuk merawat kenangan. Tak
ada yang lebih sunyi dari rinai.
Ucapmu. Aku menyepakatinya.
Mungkin tak akan ada kenangan
yang terawat jika tak ada rinai. Ketika
sunyi benar-benar sempurna. Pelan-
pelan catatan peristiwa masa lalu
menyelinap dalam senyap. Kita
diam. Aku dan kau sama-sama diam.
Aku teringat dengan janji kita
untuk selalu bersama. Sejak lahir
bahkan sampai mati.
“Tapi kau mengkhianati janji-
mu.” Kau katakan itu berkali-kali
ketika mengetahui bahwa aku harus
pergi. Aku sudah tamat SMP. Dan
sebenarnya kita sama-sama tau,
bahwa semua anak laki-laki yang
sudah selesai SMP harus keluar dari
kampung, ikut bekerja dengan kera-
bat dan sanak saudara, memotong
dan mengumpulkan kayu di belan-
tara. Sebenarnya kau juga sudah
tau, bahwa kemiskinan di kampung
69
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
kita membuat kita tak bisa berbuat
apa-apa. Hanya menanti umur yang
dirasa cukup, lalu bagi yang laki-
laki, akan masuk ke hutan, berga-
bung bersama yang lain, bekerja se-
bagai penebang kayu. Demi mem-
bayar hutang turunan kepada peru-
sahaan. Aneh memang. Kita mene-
bang kayu untuk diserahkan kepada
perusahaan. Tapi kenapa ayah bah-
kan mendiang kakek kita yang juga
penebang entah berapa keturunan,
berhutang dengan perusahaan?
Kau menangis. Aku ingat itu. Kau
menuntut janji yang pernah kita
sepakati. Bahwa kita harus tetap
bersama. Meskipun janji itu kita
ucapkan saat usia kita belum dapat
mengerti apa-apa.
“Tapi kau juga akan pergi suatu
hari. Sama seperti anak-anak pe-
rempuan yang lain. Atau kalau kau
memilih untuk tetap tinggal di kam-
pung ini, itu artinya kau siap untuk
dilamar dan akhirnya menikah. Dan
kita tetap tidak bisa bersama.”
Kataku mencoba memberi penje-
lasan. Dan aku tau, bahwa sebe-
narnya kau juga tau itu. Ketika dirasa
sudah cukup usia, anak-anak perem-
puan akan pergi dari kampung ini.
Memalsukan dokumen, menuakan
umur, membuat paspor, dan be-
rangkat ke luar negeri. Malaysia,
Singapura, Arab, Taiwan, ataupun
kemana saja. Menjadi TKW demi
membantu hutang keluarga. Kau
juga sudah tau, bahwa ada pilihan
lain bagi para perempuan yang
sudah tamat SMP dan tidak mau
menjadi TKW. Cuma satu pilihan.
Bersedia dilamar dan pergi meni-
kah.
“Tapi kita pernah berjanji untuk
terus bersama-sama.” Kau menun-
tut sambil terisak.
“Kita akan selalu bersama. Ha-
timu, hatiku, hati kita, akan selalu
bersama.” Aku tak kuasa menahan
duka. Kau terus menangis. Tapi
kemiskinan di kampung ini mem-
buatku tak bisa memenuhi tuntu-
tanmu. Aku pergi. Meskipun kita
pernah berjanji.
Janji itulah yang membuatku
selalu teringat kepadamu setiap
hujan turun. Di dalam hutan, aku
selalu memikirkanmu. Mandor kayu
seringkali memergokiku sedang
melamun. Kerjaku tak tenang. Terle-
bih ketika aku tau, bahwa sebe-
narnya selama ini para penebang
cuma dijadikan alat oleh peru-
sahaan. Aku sudah tau, kenapa pada
akhirnya keluarga-keluarga kita
tidak bisa melunasi hutang.
Perusahaan-perusahaan kayu itu
awalnya memberi pinjaman kepada
orang-orang kampung. Yang uang-
nya akan digunakan keluarga yang
ditinggalkan sementara para lelaki
menebang dan mengumpulkan kayu
di hutan. Hutang-hutang ini akan
dibayar ketika tiba waktunya men-
dapat upah bagi para penebang. Tapi
apa lacur? Dalam perjalanan pulang
dari hutan menuju kampung, kapal
perusahaan tidak merapat. Alasan-
nya beragam. Bisa kehabisan bahan
bakar, bisa karena cuaca, bisa karena
mesin rusak, bisa karena apa saja.
Terpaksa para penebang harus me-
nginap selama dua atau tiga malam.
Dan sangat lacur. Perusahaan mem-
bangun tempat hiburan malam di
tengah hutan. Menyediakan bir,
house music, dan perempuan-pe-
rempuan yang siap dipangku dan
dibawa ke kamar jika lelaki sudah
mulai mabuk. Uang hasil bir dan
perempuan-perempuan itu, kembali
disetor ke perusahaan. Uang itu
adalah upah para pekerja yang juga
berasal dari perusahaan. Dan ketika
kapal datang, para lelaki penebang
sudah kehabisan uang. Lalu apa yang
mau dikasi kepada keluarga di kam-
pung? Jawabannya jelas. Apalagi
kalau bukan kembali berhutang
kepada perusahaan.
Benar. Ketika setelah sekian
lama. Akhirnya aku berhasil pulang.
Tak sabar menemui ibu. Tak sabar
menemuimu. Sampai di rumah,
setelah memeluk dan mencium ta-
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n
D O K / M I U N
70
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ngan ibu. Segera kutanyakan ten-
tang keadaanmu. Ah, aku sudah tau.
Sudah tau sejak dulu. Bahwa bukan
hanya aku yang tidak bisa menepati
janji, tapi kau juga.
Ibuku bilang, bahwa akhirnya
kau pergi juga dari kampung ini. Ikut
bersama rombongan TKW yang lain
ke luar negeri. Ibuku bercerita,
bahwa waktu itu sebenarnya kau
tidak ingin pergi. Katanya, kau masih
menunggu. Ibumu marah. Dan me-
nyetujui lamaran lelaki tua namun
kaya dari kampung sebelah. Kau
bertambah kaya, bukannya pulang
ke kampung halaman, tapi malah ikut
menandatangani kontrak dengan
perusahan-perusahaan kayu.
“Perusahaan-perusahaan itu
telah berinvestasi di daerah kita,” itu
alasan mereka. Tapi investasi inilah
yang telah mengutuk orang-orang
kampung sampai entah berapa gene-
rasi.
Ibuku masih bercerita. Bercerita
tentang kemiskinan. Bercerita ten-
tang kutukan. Dan tentu saja ber-
cerita tentangmu. Hingga akhirnya,
karena memang sudah tak bisa lari
dari kutukan, kata ibuku, kau me-
mang harus memilih dan membuat
keputusan. Dan keputusanmu ada-
lah ikut pergi keluar negeri. Menjadi
TKW di Taiwan.
Ibuku bilang, sebelum kau pergi,
setelah semua urusan pemalsuan
dokumen beres, kau sempat mam-
pir ke rumah dan menemui ibuku.
Kau bilang kepada ibuku, bahwa
tidak memilih untuk menikah,
karena kau masih menunggu. Ma-
sih menunggu.
“Apakah kau juga menunggu?”
Tanya ibuku, ketika mendapatkan
aku yang hanya bisa menundukkan
kepala mendengar cerita ibuku. Di-
ulanginya lagi pertanyaan itu sebab
pada pertanyaan pertama aku cuma
diam.
“Apakah kau juga menunggu?”
Aku terkesiap. Mataku sudah basah
sejak tadi.
“Ya.” Jawabku. Kali ini giliran
ibuku terdiam. Tapi aku bisa mem-
baca hatinya, yang mengatakan
bahwa, kutukan kemiskinan ini
melarang kita untuk menunggu.
Begitulah, hingga saatnya tiba aku
kembali ke hutan. Kembali mene-
bang dan mengumpulkan kayu.
Namun aku harap di luar negeri
sana, kau juga tau, bahwa aku masih
menunggu. Seperti kau yang me-
nungguku pulang, begitulah aku
yang juga menunggumu pulang.
Lebaran aku kembali ke luar hu-
tan, pulang ke kampung. Tapi kena-
pa kau tidak pulang? Kutanyakan
langsung kepada ibumu. Dia bilang
tidak tau. Tak ada kabar darimu sejak
tiga bulan. Kau dimana? Aku men-
carimu. Dan selalu memikirkanmu.
Terlebih ketika rinai hujan menjadi
pelengkap sunyi yang paling sem-
purna. Aku kembali masuk hutan.
Kembali pulang ke kampung. Kau
tidak ada. Kembali ke hutan. Kem-
bali ke kampung. Kau masih belum
berkabar. Kutanya orang-orang.
Kutanya calo TKW, bahkan kubera-
nikan diri untuk bertanya kepada
kepala desa dan orang-orang di
kantor imigrasi. Jawaban mereka
sama. Tidak tau. Kau kemana? Aku
terus memikirkanmu.
Hingga kemudian aku bertekad
untuk tidak kembali lagi ke hutan.
Aku akan menunggumu di sini. Di
kampung ini.
Ternyata tidak membutuhkan
waktu lama menunggumu. Dua
bulan setelah aku memutuskan
untuk tidak kembali lagi ke hutan,
ternyata kau benar-benar pulang.
Orang-orang ramai menyambutmu.
Aku juga. Setelah semua prosesi
selesai, aku dan orang-orang kam-
pung yang lain, yang semula men-
jemputmu, kembali berbondong-
bondong mengantarmu. Tidak ke
luar negeri. Tetapi tempat yang
layak untuk kau tinggali.
Dan sekarang orang-orang kam-
pung sudah pada pulang. Tinggal aku
sendiri di sini. Menepati janji yang
pernah kau minta dulu.
“Karena kau menemaniku saat
aku lahir. Dan kuingin kau juga
menemaniku sampai aku mati.”
Kutepati janjiku. Bersama kutu-
kan yang menimpa orang-orang
kampung. Bersama hujan yang kem-
bali jatuh. Di sini, di pemakaman ini
kutepati janjiku. Menemanimu.
Hujan teramat deras menye-
rangtikam bumi.
Warta berita televisi malam ini:
Jenazah seorang TKW di Taiwan
asal Indonesia akhirnya berhasil
dibawa pulang dan dimakamkan di
daerah kelahirannya. TKW ini dila-
porkan meninggal dunia karena
sebelumnya dibunuh oleh majikan
sebab berusaha sekuat tenaga
mempertahankan kehormatan.[]
Pontianak, 8 Januari 2009
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | c e r p e n
melawan. Kau bilang ke ibumu kalau
kau juga tidak mau kawin. Kau
bilang, kau masih menunggu. Ibumu
semakin marah. Kerja di luar negeri
tidak mau, kawin tidak mau.
Tapi kau harus memutuskan.
Sama seperti keputusan perempuan-
perempuan lain di kampung ini.
Kawin atau TKW. Cuma itu pilihan-
nya. Aku tau kau akan membuat ke-
putusan. Berkali-kali kau bilang, kau
masih menunggu.
“Siapa yang menentukan pilihan
itu?” Tanyamu.
“Kemiskinan yang telah menjadi
kutukan di kampung ini.” Kata ibu-
mu.
Begitulah, aku seperti menye-
pakati ucapan ibumu. Kemiskinan
yang diderita orang-orang di kam-
pung ini sudah menjelma kutukan.
Orang-orang tak bisa lari. Kecuali
yang mendapat keajaiban yang bisa
mengalaminya. Tapi itu pun cuma
satu dua. Cuma satu dua orang saja
yang menjadi ajaib dan kemudian
keluar dari kampung. Melanjutkan
SMA, bahkan kuliah. Menjadi orang
pintar. Tinggal di kota. Tak jarang
orang-orang ajaib ini masuk partai
politik. Menebar janji-janji. Dan
ketika sudah jadi dan terus menerus
Aku tak kuasa menahan
duka. Kau terus menangis.
Tapi kemiskinan di kampung
ini membuatku tak bisa
memenuhi tuntutanmu. Aku
pergi. Meskipun kita pernah
berjanji
71
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
ekitar 150 proposal bisnis
yang mendaftar dalam ajang
BPC 2009 yang digelar Him-
punan Pengusaha Muda Indonesia
(Hipmi) Kalbar. Selama tiga bulanan
seleksi akhirnya hanya tiga proposal
yang berhasil menyingikarkan ratu-
san proposal lainnya.
Seperti pasangan Elita dan Sri
Rezeki Ssi yang memimpikan bisnis
ramah lingkungan dengan nama CV
Erez Cocunutz Corp. Asap dari pem-
bakaran tempurung kelapa yang bisa
mencemari udara, mereka ubah
menjadi bahan pengawet makanan
pengganti formalin.
“Tempurung kelapa dibakar da-
lam wadah tertutup, proses ini di-
sebut pirolisis. Lalu asapnya dides-
tilasi maka berubah wujud ke cair.
Dan cairan ini berguna untuk penga-
wet makanan pengganti formalin
dan jauh lebih aman,” papar Lita
mahasiswa tingkat akhir Jurusan
Kimia FMIPA Untan.
Awalnya dari penelitian dosen
yang ia lakoni tahun 2008, namun
pengetahuannya makin terisi saat
membaca artikel sebuah majalah
yang menyakinkan bahwa limbah
kelapa memiliki nilai ekonomis dan
kesempatan makin terbuka lebar
saat Hipmi menggelar BPC.
“Manfaat lain dari asap cair ini
berguna untuk koagulan atau peng-
gumpalan latex pada karet. Ini
untuk mengantikan asam format
yang selama ini dipakai di pabrik.
Dengan asap cair selain prosesnya
cepat, tidak akan berbau dan kualitas
karet lebih baih,” urai Lita.
Sri Rezeki menerangkan untuk
memberikan keyakinan pada konsu-
men, mereka akan memberikan uji
coba secara gratis. Sejauh ini untuk
pengawetan ikan sudah pernah
diujicobakan. Kedepannya ia ingin
bisa dimanfaatkan untuk industri
pembuatan mie dan lainnya.
“Kegunaan lainnya dari limbah
pembakaran tempurung kelapa bisa
jadi arang aktif pembuatan briket
dan pengawetan pada kayu. Jadi
semuanya bisa diolah,” kata Kiki.
Berguna Bagi Orang
Kampung
Sementara pemenang lainnya
adalah pasangan suami istri, Wahyu
Gunawan dan Fitriani Inda. Mereka
berinisiatif mendirikan Badan Usa-
ha Sukses Selalu yang akan menam-
pung produksi karet dan hasil perta-
nian dari petani di Kecamatan Sei
Asam, Kabupaten Kubu Raya.
“Saya sebagai putra asli daerah
merasa sedih melihat kondisi petani
yang tidak berkembang di sana. Me-
reka kesulitan mengakses pasar dan
keuntungan yang rendah. Maka di-
buat badan usaha untuk membeli ha-
sil petani dan mengambil keuntu-
ngan yang kecil dari mereka. Lalu
hasil keuntungan sebagian dikemba-
likan ke mereka dalam bentuk me-
nyediakan infrastuktur jalan. Kare-
na selama ini kondisi jalan di desa
sangat memprihatinkan,” jelas Wah-
yu.
Fifi yang merupakan alumnus
Fakultas Ekonomi (FE) Untan me-
nambahkan keinginan mereka agar
bisa ikut memberdayakan masyara-
kat dan memiliki nilai lebih. Bila
diibaratkan usaha mereka seperti
PNPM milik pemerintah. Hanya saja
program tersebut belum menyen-
tuh masyarakat di sana.
“Kendala kita modal Karena bu-
tuh dana buat membeli hasil petani.
Semoga kemenangan ini, kami bisa
mewujudkan mimpi mem-bantu
petani di sana,” ujar Fitri.
BPC juga memilih proposal yang
diajukan mahasiswa STKIP Pontianak
yakni milik Hasan Idris, Ihsan S Pd,
dan Hustoybi SPd. Mereka sepakat
mengemas paket hiburan menarik
kepada konsumen dengan nama Kha-
tulistiwa Advanture. Hadir dalam
bentuk bidang usaha HRD dan Out-
bound Traning and Advanture tour.
“Saat ini belum ada usaha sejenis
yang menggarap ide tersebut di Kal-
bar. Sehingga peluang ini menjan-
jikan. Apalagi banyak instansi bah-
kan sekolah yang mencari hiburan
tidak lagi dalam bentuk lama hanya
sifatnya yang ceremony. Sekarang
memang digemari adalah kegiatan
outbound, bersentuhan langsung
dengan alam,” jelas Hasan.
Dia menuturkan ide ini datang
tak sekedar karena melihat trend
akan tetapi memang hiburan dalam
bentuk outbound sudah jadi kebu-
tuhan yang diharapkan akan me-
ningkatkan produktivitas kerja.
“Mereka merasakan stress de-
ngan rutinitas kantor. Nah dengan
outbound tadi kita berikan hiburan
plus motivasi. Selain hanya dike-
sempatan tersebut antara atasan dan
anak buah tidak ada lagi sehingga
mereka bebas berekspresi. Begitu
pula untuk anak- anak sekolah,” ujar-
nya.
Bahkan mereka juga menyiapkan
military outbound untuk menjawab
kebutuhan masyarakat yang me-
mang mengemari dunia militer atau
dunia yang berbau keras. [niya
cendana]
Berbisnis dariAsap Tempurung
Mereka merupakan inspirasi. Jiwa muda yang melekatpada mereka dibuktikan lewat karya nyata. Lewat ide
kreatif dan fresh, mereka pantas dianggap menangdalam Business Plan Competition (BPC) Hipmi Kalbar
2009.
S
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | i n s p i r a s i
Sri Rezeki dan Elita
72
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
adio berusia 6 tahun ini ber-
tujuan menjadi tempat pe-
ngembangan dan perkum-
pulan ilmu pengetahuan para prak-
tisi pendidikan, ilmuan, serta aka-
demis. Bukan hanya memberikan
hiburan bagi pendengarnya. Tapi
juga mempunyai fungsi pendidikan,
kontrol sosial dan penyebar infor-
masi komunitas.
Pada umumnya radio mahasiswa
memiliki idealisme murni. Maka
berbeda dengan radio komersil. Ra-
dio komunitas harus didasarkan pa-
da kebutuhan masyarakat, mendo-
rong kreativitas partisipan masya-
rakat yang dilayani berdasarkan
program pada suatu topik atau
tema.
Walaupun pendengar radio Un-
tan voice ini ditujukan untuk maha-
siswa dan berada di bawah untan,
Bukan berarti lepas dari segala
ketentuan seperti radio lain.
Berbagai proses harus dilakukan
unruk mendapatkan ijin dari Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Radio
Untan Voice telah melewati tahap
Evaluasi Dengar Pendapat (EDP)
Dari EDP yang dihadiri dari kala-
ngan akademisi, tokoh agama, peme-
rintah dan tentunya mahasiswa
yang menjadi komunitasmya meng-
harapkan radio mahasiswa ini terus
menjadi wadah apresiasi seliruh
mahasiswa.
Setelah proses EDP bukan berarti
perjuangan untuk mendapatkan ijin
siaran selesai. Masih banyak yang
harus dilakukan. Jadilah KPI sebagai
tempat rutin yang kami kunjungi
tiap minggu guna melengkapi sya-
rat-syarat yang diperlukan untuk
dibawa ke Forum Rapat Bersama
(FRB) dengan departemen komuni-
kasi dan informatika. Setelah itu ba-
rulah izin penyelenggraan penyia-
ran ( IPP ) bisa didapatkan.
Kami sempat putus asa ketika kita
harus menyiapkan 11 kategori yang
belum memenuhi syarat. Mulai dari
akta notaris yang harus diubah
sampai dengan aspek keuangan yang
harus diperjelas
Sekitar dua bulan waktu yang
kami perlukan untuk menyelesaikan
perubahan akta notaris tersebut.
Memang semula agak kesal dengan
notaris yang kami anggap memper-
lambat proses akta tersebut. Namun
dengan ketelitian notaris tersebut
membuat kami belajar banyak hal.
Misalnya tata cara mengambil kepu-
tusan jika tidak di atur dalam AD/
ART. Kami sadar beginilah cara kerja
professional.
Setelah akta notaris selesai kami
harus mendftarkanya di Pengadilan
Negeri. Lagi-lagi kami mengalami
kesulitan. Untuk mendaftarkanya
kami harus memiliki NPWP. Tak
urung kami pun pusing tujuh keliling
dibuatnya. Bagaimana tidak?. Dana
yang kami dapat bukan dari spon-
sor atau pun usaha komersil. Semua
dana di dapat dari dana kelembaga-
an Untan.
Semakin tak yakin jika persya-
ratan bisa kami lengkapi dalam
waktu dekat ini. Konsultasi pun kami
lakukan. mulai dari Notaris sampai
kabag kemahasiswaam. Semuanya
menyatakan tidak seharusnya lem-
baga ini memiliki NPWP.
Untunglah notaris dapat mem-
bantu kami dalam mendaftarkan ke
pengadilan negeri tanpa NPWP. Hari
itu juga kami langsung ke KPI guna
melengkapi persyaratan yang ku-
rang.
Tantangan yang kami hadapi ti-
daklah sampai disini. Masih ada pe-
mancar yang belum stabil. karena
Kanal 107,9 Fm milik kami hampir
tenggelam oleh kanal yang sama
milik Rakom lain. Sumber daya ma-
nusia yang mesti dibenahi dan tentu
saja visi dan misi radio Untan voice
untuk terus menjadi radionya maha-
siswa.[]
Susah Ngurus IzinnyaR
PERANGKAT radio
ON Air
73
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
DILUAR masih gelap. 3 dari 5
alumni dan anggota Miun sedang
pulas tertidur walau digerayangi
puluhan nyamuk di gedung Mata
Kuliah Dasar Umum (MKDU) ini.
Pojok kanan bawah layar komputer
yang sedang di pakai untuk mem-
buat tulisan ini terpampang pukul
03:29 AM. Hari ke- 4 bulan mei
2009 ini baru saja dimulai.
Ruang utama Lembaga Pers Ma-
hasiswa (LPM) Untan terdengar riuh
rendah dengan nyanyian artis man-
ca negara dari komputer lainnya.
Suara merdu tersebut hampir menu-
tupi bunyi serupa mesin kapal laut
dari komputer yang sedang saya
pakai ini.
LPMU di sana-sini sedang “se-
mak” di hiasi beraneka barang yang
berserakan. Baik di lantai maupun
di atas meja atau lemarinya berta-
buran kertas. Kertas koran, brosur
barang pameran National IT Expo
2009 (NIX’09), botol air, tas, helm
dan lainnya yang tidak begitu dihi-
raukan penghuninya.
Juga ada dua orang yang telah
mengambil posisi tidur dengan
nyaman. Yang pria penulis rubrik
budaya di majalah edisi 5 Mimbar
Untan ini. Alumni yang di panggil
Irek ini, di daulat sebagai manusia
terpanjang di LPMU. Ia akan be-
rangkat lagi besok ke kapuas hulu
untuk menjalankan tugas atas peker-
jaan yang diembannya.
Tak jauh dari irek, terbaring Eka
yang menjabat sebagai sekretaris
umum di LPMU. Berkali-kali tidur-
nya terganggu pertanyaan tiba-tiba
dari layouter yang memerlukan
beberapa data darinya. Dengan
separuh kesadarannya ia mencoba
menjawab walau dengan satu atau
dua kata saja.
Si Is, lay outer yang bertanya
tiba-tiba tadi kini sedang sibuk me-
nata letak tulisan dan gambar yang
diperlukan majalah ini. Karyawan
harian lokal itu sesekali menyan-
darkan kepalanya dikursi sambil
menimbang letak foto yang sedang
digarapnya di halaman 44. Hanya
saja kinerjanya sering terhambat
oleh komputer yang mudah “heng”
akibat banyak mengidap virus kom-
puter.
Nah, saya Sri yang telah dua
tahun menjabat sebagai pimred
majalah edisi ini. Sesekali juga me-
ngejutkan Bang Is dengan intruksi-
intruksi berkaitan tentang tata letak
majalah ini.
Tiba-tiba terdengar suara azan
dari masjid terdekat. Waktu sungguh
cepat berlalu. Kini di pojok kanan
bawah komputer ini sudah menun-
jukkan pukul 04:25. Untuk tulisan
segini, ternyata memakan waktu
hampir satu jam. Mungkin karena
sibuk mencuri-curi foto orang tidur
dan lingkungan sekitar, telah mem-
buat membuang banyak waktu.
Tak etis rasanya jika belum me-
nyinggung seorang alumni yang se-
dang tertidur pulas di ruangan
tertutup di belakang. Saya tidak
dapat masuk ke dalamnya. Karena
dengan angkuhnya orang yang di
panggil Yosh ini menuliskan kalimat
“Staff Only” di pintu ruangan priba-
dinya.
Pukul 09.37, Yosh baru saja ke-
luar dari tempat persembunyian-
nya. Karena kekurangan Layouter,
ia pun dipaksa terlibat dalam kere-
daksian. tugasnya khusus mendesain
iklan.
Nita, Sang Ketua LPMU bersama
Si Is dan Eka kini tengah menonton
drama asia. Sambil mendiskusikan
tentang potensi iklan pada majalah
ini, sesekali mereka juga menelpon
target yang hendak dimintai iklan
Ada Cerita Dibalik Layar
74
MENG-EDITTinamengeditsalahsatuopinipenulis.
SRI /MIUN
ISTIRAHAT - Masing-masing Krumengistirahatkan diri setelah lemburmengedit tulisan.
Dok. Miun
YOSH - Sedang memanaskan mesinVespanya.
SRI/MIUN
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
darinya
Tina, Kadiv Penerbitan tengah
meninjau dan mengedit opini-opini
penulis. Sambil sesekali menanya-
kan bermacam-macam hal tentang
majalah yang telah masuk tahap lay
out.
Pukul 11.23 datang pula Lia,
bendahara umum miun ditengah-
tengah kesibukan kami. Rupanya ia
membawa dua misi yakni menagih
perbaikan laporan keuangan ma-
sing-masing divisi dan menyelesai-
kan tugas kuliahnya yang akan di
kumpulkan besok pagi.
Tak lama setelah kedatangan Lia.
Datang pula Iswandi, anggota baru
yang dipercaya membuat beberapa
karikatur tentang Tenaga Kerja In-
donesia (TKI) dan Sungai kapuas.
Walaupun pengerjaan karyanya
terbilang berhari-hari, tapi hal itu
tidak percuma. Karena karikatur
yang dikerjakannya selalu menda-
patkan pujian dari reporter dan
layouter majalah.
Waktu beranjak sore. Lia masih
berjibaku dengan komputernya.
Tina pun rupanya belum selesai
mengedit beberapa tulisan alumni
LPMU. Eka kini sibuk membantu Tri
mengeprint surat undangan Mu-
syawarah Besar (Mubes) ke-XI
LPMU. Tri juga karikaturnis wanita
MIMBARMIMBARMIMBARMIMBARMIMBAR | K I R I
75
di LPMU padahal ia termasuk dalam
kepanitiaan Mubes yang baru ber-
gabung menjadi anggota LPMU.
Malam-pun tiba. Reporter rubrik
kampus dan sastra juga datang
meramaikan suasana setelah hampir
dua minggu ini tidak tampak batang
hidungnya. Ratih pun mulai ber-
tanya-tanya tentang perkembangan
majalah ini.
Sekitar pukul 19.40 perut kami
mulai keroncongan lagi. Nita, Eka,
Ratih, Sri Yosh telah mengelilingi
hidangan yang telah dibeli Nita dan
Eka sebelumnya. Tak lama datang
Jaya. Pria kelebihan berat ini bukan-
lah anggota LPMU tapi sering meng-
habiskan waktunya di gedung ini
bersama kami. Ia ditugasi membeli
Es batu sebagai pelengkap bubur
kacang hijau yang dimasak Eka.
Haripun berganti. Pojok kanan
bawah monitor telah menunjukkan
12:53. Nita yang sedari tadi mem-
buat tulisan tentang radio, kini telah
berselimut merah diruang utama.
Tidak jauh darinya duduk menonton
TV bang Is. Di komputer lainnya
sudah ada Eka. Sedangkan Yosh
telah kembali ke tempat persem-
bunyiannya seusai mendesain bebe-
rapa iklan.[]
MAKAN BERSAMA - Makan malam sederhana bersama kru majalah.
DOK.MIUN
Edisi V/Thn XXVII/LPM Untan/2009
top related