Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup secara
optimal.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang
sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari
berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari
pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara
juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan,
gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping
memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak
negative dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan
baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan
(outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya
penularan penyakit.
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri
dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi
tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020.
1
Disamping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor
air quality) juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena
akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara
dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%),
kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material
bangunan (4%) , lain-lain (13%).
Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan, maka
dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui
berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan
distribusi, dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka
diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi
dampak terhadap kesehatan .
Berdasarkan tujuan instruksional dari Sekolah Menengah Analis Kimia
Makassar sebagai salah satu sekolah yang bernaung di bawah Kementerian
Perindustrian, sejak awal telah menetapkan kedaannya sebagai institusi
pendidikan yang menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja tingkat
menengah dalam bidang teknisi laboratorium, pengatur pelaksana analis
kimia, berwiraswasta serta melanjutkan pendidikan ke jenjanh yang lebih
tinggi. Karena itu untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang di
peroleh selama mengikuti pendidikan di bangku sekolah selama 3 tahun
pertama di SMAK maka sebelum yang bersangkutan menyelesaikan
pendidikannya, mereka diwajibkan untuk melakukan suatu Praktek Kerja
Lapang pada tahun terakhir ( kelas IV ) selama ± 3 bulan di berbagai
instansi pemerintah dan swasta.
Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar adalah salah satu sekolah
kejuruan dibawah naungan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan.
Dalam hal ini adalah pusat pendidikan dan pelatihan industri, yang ikut
2
bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan
sumber daya manusia industrial yang berwawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta memiliki jiwa kewirausahaan sebagai wujud dari misi
KEMENPERIN.
Program pendidikan Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar lebih
difokuskan pada praktek disamping teori, dimana pada setiap semester VII
siswa kelas IV diberi kesempatan untuk melaksanakan PRAKERIN
diberbagai instansi, pabrik atau perusahaan atau lembaga-lembaga penelitian
baik negeri atau swasta.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu ada kemitraan anatara sekolah dan
dunia industri, dimana dunia industri turut membantu kekurangan sekolah
melalui PRAKERIN.
Dalam kesempatan ini, penulis melaksanakan PRAKERIN mulai tanggal
13 Desember 2011 di Laboratorium Balai Besar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Makassar.
PRAKERIN diprioritaskan pada pemeriksaan Kualitas Udara Dan
Kualitas Air dengan metode analisis yang rutin dilakukan sehingga penulis
mendapatkan pengetahuan yang baru yang sudah ataupun yang belum di
dapatkan di sekolah dan selanjutnya dituangkan dalam laporan PRAKERIN
ini.
Adapun tujuan pelaksanaan PRAKERIN ini yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa sebagai bekal kerja
yang sesuai dengan program studi kimia analisis.
2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesionalisme siswa
dalam rangka memasuki lapangan kerja sebagai analis kimia.
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek potensi di dunia kerja
anatara lain : struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan sistem kerja.
3
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan teknologi baru
dalam lapangan kerja.
6. Memperkenalkan tugas dan fungsi seorang analis kimia pada lembaga
penelitian dan perusahaan di tempat pelaksanaan PRAKERIN ( sebagai
calon konsumen tenaga analis kimia ).
Pada akhir kegiatan PRAKERIN siswa diwajibkan menyusun dan
membuat laporan PRAKERIN. Tujuan penulisan laporan PRAKERIN ini
adalah :
1. Melatih siswa untuk membuat karya tulis yang didasarkan pada fakta
dan hasil kerja.
2. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah
dibidang analis kimia secara lebih rinci dan mendalam.
3. Sebagai pertanggungjawaban kepada sekolah selama melakukan
PRAKERIN.
1.2 Pokok-pokok Masalah
Dalam pelaksanaan analisa yang dilakukan, penulis menganalisa kadar
Debu, Nitrogen Oksida ( NOx), Sulfur Oksida (SO2) Di udara.
1.3 Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan analisa yang dilakukan penulis membatasi diri pada
analisa kadar Debu, Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SO2) Di udara.
1.4 Tinjauan Umum Balai Besar K3 Makassar
1. Sejarah Balai Besar K3 Makassar
Balai Besar K3 Makassar merupakan salah satu unit Pelaksana Teknis
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Didirikan pada tahun
4
1976 oleh dr. Suma’mur, dengan nama “Lembaga Daerah Hiperkes dan
Keselamatan Kerja” dengan kepala kantor dr. Mahmud Muhammad.
Pada tahun 1982, Lembaga Daerah Hiperkes dan Keselamatan Kerja
berubah menjadi “Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja”. Pada tahun
2006, Sesuai PERMANEKERTRANS RI No. Per. 16/MEN/III/2007,
kantor ini mengalami perubahan struktur menjadi “Balai Besar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, dengan wilayah kerja meliputi 10
propinsi.
2. Visi Balai Besar K3 Makassar
Terwujudnya budaya dan kemandirian pekerja dan pengusaha dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Misi Balai Besar K3 Makassar
a) Memberikan kepuasan pelanggan dan mitra kerja dalam pelayanan
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Meningkatkan kesadaran dunia usaha dalam menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengendali
(stakeholders) di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
d) Mewujudkan penerapan system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.
e) Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Motto Balai Besar K3 Makassar
Kecepatan, akurasi, ketepatan dan kepuasan pelanggan untuk pelayanan
K3 dan system manajemen K3.
5
5. Fasilitas Pelayanan Balai Besar K3 Makassar
Balai Besar K3 memberikan pelayanan teknis dalam upaya
meningkatkan perlindungan K3 bagi tenaga kerja melalui pelayanan
sebagai berikut :
Bidang Keselamatan Kerja
Fasilitas Pelayanan Keselamatan Kerja
Pengujian air pengisi ketel dan air ketel uap.
Pengujian alat proteksi.
Pengujian arus listrik.
Pengamatan dan penempatan alat pemadam kebakaran.
Pengujian merusak (DT) atau tidak merusak (NDT).
Pengujian pentanahan.
Bidang Hiperkes
Fasilitas pelayan Hiperkes
Pengukuran faktor fisik
Kebisingan.
Penerangan.
Iklim kerja.
Sinar ultra violet.
Getaran.
Pengukuran faktor kimia
Pengukuran gas CO2, H2S, NOx, SO2, Ox, NH3 dan lain-lain.
Pertikel lingkungan kerja.
Kandungan logam berat, serta asbes.
Pengujian jenis dan struktur tanah.
Fasilitas pelayanan ergonomic
Ukuran anthropometri.
Kebugaran.
Sikap dan cara kerja.
6
Konsultasi.
Pengujian air buangan/ limbah industri.
Pengujian emisi bergerak dan tidak bergerak.
Bidang Pelatihan
Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja
melalui pelatihan-pelatihan, diharapkan tenaga kerja dapat bekerja
dengan sehat dan selamat. Sehingga terhindar dari kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja.
Balai Besar K3 Makassar memiliki berbagai modul fasilitas dan
sarana pelatihan serta didukung oleh instruktur yang kompeten di
bidangnya untuk melakukan pelatihan dalam bidang K3.
Jenis pelatihan :
Pelatihan K3 bagi dokter, paramedis, P2K3 perusahaan.
Pelatihan K3 bagi Manajer perusahaan/ supervisor.
Pelatihan petugas P3K.
Pelatihan teknisi hiperkes.
Pelatihan pengelola makan tenaga kerja.
Pelatihan manajemen bahan kimia berbahaya.
Pelatihan manajemen APD.
Pelatihan manajemen resiko.
Pelatihan tanggap darurat industri.
Pelatihan penatalaksanaan rumah tangga industri.
Pelatihan internal auditor SMK3.
Jejaring dan Kemitraan Balai Besar K3 Makassar
Berbagai kerjasama telah dilakukan dalam pengembangan K3
diwilayah Indonesia Timur, Di antaranya :
1. Penunjukan Oleh Gubernur KDH Tingkat I Propinsi Sulawesi
Selatan sebagai Laboratorium Lingkungan.
7
2. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah lainnya, seperti Bapelda
Tingkat I Sulawesi Selatan, Bapelda Kabupaten Bulukumba, dsb.
3. Kerjasama dengan perusahaan swasta, seperti :
PT. Aneka Tambang Pomala
PT. Semen Bosowa
PT. Semen Tonasa
PT. Katingan Timber Celebes
PT. Coca Cola Bootling Indonesia
PT. Maruki International Indonesia
PT. Toarko Jaya
PT. Alstom Sengkang
Pertamina wilayah Indonesia Timur
Bank Indonesia Wilayah Indonesia Timur
PLN Sektor Wilayah Indonesia Timur
PT. Letawa
PT. Unggul Widya lestari
PT. Eastern Pearl Flour Mills
PT. Indofood Sukses Mandiri
PT. London Sumatera (Lonsum)
PT. Mitra Karya Sejati
PT. Pasang Kayu
PT. Surya Lestari
PT. Astra Credit Company
PT. Panca Usaha Palopo Plywood
PT. Inco Tbk
8
PT. Wijaya Karya Beton
PT. Asia Tropical
Dll
4. Kerjasama dengan berbagai Universitas, Seperti :
Fak. Kesehatan Masyarakat Univ. Hasanuddin
Fak. Kesehatan Masyarakat Univ. Muslim Indonesia
Fak. Kesehatan Masyarakat Univ. Indonesia Timur
Akademi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar
Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar
BAB II
LANDASAN TEORI
9
2.1 Gas SO2 ( Sulfur Dioksida )
A. Sifat Fisik dan Kimia
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen
sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu Sulfur Dioksida ( SO2 ) dan
Sulfur Trioksida ( SO3 ), dan keduanya disebut sulfur oksida ( SOx ). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara, sedangkan Sulfur Trioksida merupakan komponen yang tidak
reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan
kedua bentuk Sulfur Oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu
terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1
sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi
berikut :
S + O2 SO2
2 SO2 + O2 2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap
air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air
akan bergabung membentuk droplet asam sulfat ( H2SO4 ) denagn reaksi
sebagai berikut :
SO3 + H2O H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4
tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari
emisi SO3 hal ini menunjukan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari
mekanisme lainnya.
10
Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3
(kemudian menjadi H2SO4) oleh proses fotolitik dan katalitik jumlah SO2
yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk
jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spectrum sinar
matahari, jumlah bahan katalitik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia.
Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 diudara
diabsorpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu
untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
B. Sumber dan Distribusi
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil
kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil
kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian
lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam
bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar
yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang di
buat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata
sehimgga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang
berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran
bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya
pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya. Sumber SOx
yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum,
industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan
SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam
sulfide misalnya tembaga ( CuFeS2 dan Cu2S ), zink ( ZnS ), Merkuri ( HgS)
dan Timbal ( PbS ). Kebanyakan senyawa logam sulfide dipekatkan dan
dipanggang di udara untuk mengubah sulfide menjadi oksida yang mudah
tereduksi. Selain itu sulfur merupakan konyminan yang tidak dikehendaki
didalam logam dan lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam dan
11
biasanya lebin mudah untuk menghasilkan dari produk logam akhirnya.
Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam
industry logam dan sebagian terdapat di udara.
C. Dampak Terhadap Kesehatan
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,
kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr sebesar0,5 ppm.Pengaruh
utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada
kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang
sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang
mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak
dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah. Kadar SO2 yang
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi
(ppm)Pengaruh
3 – 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 – 12Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam
waktu lama
50 – 100Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat
(30 menit )
400 -500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
12
2.2 Gas NOx ( Nitrogen Oksida )
A. Sifat Fisik dan Kimia
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di
atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dannitrogen dioksida
(NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas
tersebut yang paling banyak diketahuisebagai bahan pencemar udara.
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
sebaliknya nitrogendioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada
NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan
lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada
suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk
bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C)
keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang
digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini
merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO
merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
B. Sumber dan Distribusi
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara,
jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh
aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak
merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya
menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang
13
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada
tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari
pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi
manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah.
Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin.
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor.
Perubahan kadar NOx berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar
sedikit lebih tinggi dari kadar minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO
meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu
kendaraan bermotor. Kadar NO tertinggi pada saat ini dapat mencapai 1-
2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet
kadar NO2 ( sekunder ) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5
ppm.
d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam )
kadar NO meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi
hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi
dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar
O3.
Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat,
yang kemudian diendapkan sebagai garam garam nitrat didalam air hujan
14
atau debu. Mekanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara
masih terus dipelajari. Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi
diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah
asam nitrat di udara.
Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah
adanya reaksi dengan ozon pada kadar NO2 maksimum O3 memegang
peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi sebagai berikut :
O3 + NO2 NO3 + O2
NO3 + NO2 N2O5
N2O5 + 2HNO3 2HNO3
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang
penting adalah bahwa proses-proses diudara mengakibatkan perubahan NOx
menjadi HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk partikel-partikel.
2.3 Partikel Debu
A. Sifat Fisik dan Kimia
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai
dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu
tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan,
partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga
mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada
umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
15
berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula, tergantung dari mana
sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya
ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan
untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan
dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti :
Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP),
balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran
pernafasan dimana partikulat debu dapat mengendap, seperti
inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan
bagian bawah, yaitu dibawah pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya
yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter
aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun
metode pengambilan sampel.
B. Sumber dan Distribusi
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering
yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung
senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti
halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu
bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-
butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran
minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan
kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat
debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial
bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri
seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu
16
berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan
bermotor.
C. Dampak Terhadap Kesehatan
Inthalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian
dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian
ada juga beberapa senyawa lain yang melekat bergabung pada partikulat,
seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan
tubuh melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara
sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat
maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya.
Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar
antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat
debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan
berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak
berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran
pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih
bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang
terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin
akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus
pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat
dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi
kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam
berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara
Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan
dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula
bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh
17
yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari
makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat
pada partikulat patut mendapat perhatian .
D. Pengendalian
1) Pencegahan
Dengan melengkapi alat penagkap debu ( Electro Precipitator ).
Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong.
Pembersihan ruangan dengan system basah.
Pemeliharaan dan perbaikan alat penagkap debu.
Menggunakan masker.
2) Penanggulangan
Memperbaiki alat yang rusak.
BAB III
METODE ANALISA
18
3.1 Penentuan Kadar SO2 di Udara Metode Pararosanilin
1. Prinsip Analisa
SO2 di udara diserap oleh larutan Potassium atau Sodium Tetra Chloro
Mercurate (TCM) akan membentuk senyawa kompleks Dichloro Sulfit
Merkurat. Senyawa kompleks yang terbentuk ini tahan terhadap oksidasi
oleh oksigen. Selanjutnya ini direaksikan dengan asam untuk
menghancurkan nitrit yang terbentuk dari oksida nitrogen. Kemudian
direaksikan dengan Pararosanilin dan Formaldehyde yang akan
membentuk senyawa kompleks Pararosanilin Methyl Sulfanat yang
berwarna merah ungu, warna yang terjadi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
2. Bahan dan Peralatan
a) Bahan
Sodium Tetra Chloro Mercurate.
Mercury Chloride.
Sodium Chloride.
Asam sulfamat.
Asam klorida.
Aquadest.
Sodium meta bisulfit.
Formaldehyde 35%.
b) Peralatan
Pompa vacuum.
Impinger.
Flow meter.
Pipet.
Gelas ukur.
Gelas beaker.
19
Tabung reaksi.
Timbangan analitik.
Spektrofotometer.
3. Reagensia
Larutan Absorben SO2
Timbang 27,2 gram HgCl2 dan 11,7 gram NaCl dijadikan 1 liter
dengan aquadest.
Larutan Pararosanilin 0,04 %
a) Timbang 0,2 gram Pararosanilin Hydrochloride dijadikan 100 ml
aquadest.
b) Pipet 20 ml larutan (a) tambah 6 ml HCl Conc dibiarkan 5 menit
kemudian dijadikan 100 ml dengan aquadest.
Formaldehyde 0,2 % ( HCHO) 35 %
Pipet 1,2 ml Formaldehyde 35 % dilarutkan dalam 250 ml aquadest.
Larutan standar sulfit
a) Timbang 0,6 gram Na2S2O5 dijadikan 1 liter dengan aquadest.
b) Pipet larutan (a) 1 ml dijadikan 100 ml larutan, larutan absorben
mengandung 3,04 ml SO2 / ml.
4. Pengambilan Sampel
a) Pipet 10 ml larytan absorben dimasukkan dalam midget impinger.
b) Hubungkan midget impiger dengan pompa vacuum.
c) Hidupkan pompa dan atur flow meter supaya 2 L / menit.
d) Lama sampling minimum 30 menit.
5. Analisa
a) Apabila larutan sample terdapat endapan maka harus disaring atau
disentrifus terlebih dahulu.
b) Cek volume larutan sample sehingga 10 ml dengan penambahan
larutan absorban.
c) Siapkan larutan standart yang mengandung 0, 1, 2, 3, dan 4 ml SO2.
20
d) Sediakan 4 buah tabung reaksi diisi larutan standart yang
mengandung seperti tersebut di atas.
e) Jadikan masing-masing tabung menjadi 10 ml dengan larutan
absorben.
f) Pipet sejumlah volume larutan sample, masukkan dalam tabung
reaksi.
g) Semua tabung baik berisi larutan standart maupun yang berisi sample
di tambah 0,5 ml pararosanilin Hydrochloride 0,04% dan 0,5 ml
Formaldehyde 0,2 %.
h) Tutup masing-masing tabung dan kocok, simpan ditempat yang
gelap lebih kurang 20 menit.
i) Baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 560 nm.
3.2 Penentuan Kadar Gas NO2 di udara metode Griess Saltzman
1. Prinsip Analisa
Gas Nitrogen Dioksida diserap dalam larutan Griess Saltzman sehingga
membentuk suatu senyawa berwarna merah muda yang satbil setelah 15
menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm.
2. Bahan dan Peralatan
a) Bahan
Asam Sulfanilat.
Asam acetat glacial.
N-1-Naphtyl Ethylene Diamine Dihydrochloride.
Sodium Nitrate.
Aquadest.
b) Peralatan
Pompa vacuum.
Flow meter.
21
Tabung reaksi.
Gelas beaker.
Timbangan analitik.
Spektrofotometer.
3. Reagensia
Larutan absorban
Larutkan 5 gram asam sulphanilat dalam 750 ml aquadest yang telah
mengandung 140 ml asam asetat glacial dalam gelas piala 1000 ml,
panaskan supaya larut dengan sempurna kemudian dinginkan,
setelah dingin tambahkan 20 ml larutan N-1-Naphtyl Ethylene
Diamine Dihydrochloride 0,1 %, masukkan dalam labu ukur 1000 ml
dan encerkan hingga tanda garis.
Larutan N-1-Naphtyl Ethylene Diamine dihydrochloride 0,1 %
Timbang 0,1 gram senyawa tersebut diatas dilarutkan dalam labu
ukur 100 ml dengan aquadest sampai tanda garis.
Larutan standart sodium nitrat
a) Timbang 2,03 gram NaNO2 dilarutkan dengan aquadest hingga
volumenya 1000 ml dalam labu ukur. Larutan ini mengandung
1000 µL / ml.
b) Pipet 1 ml larutan (a) masukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan
encerkan dengan aquadest sampai tanda garis. Larutan ini
mengandung 20 µL NO2 / ml.
c) Pipet 5 ml larutan (b) masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan
encerkan dengan aquadest sampai garis ( larutan mengandung
1.35 µL NO2 / ml ).
4. Pengambilan sampel
Pipet 10 ml larutan absorben masukkan dalam midget impinger, dengan
air flow 0,4 L per menit selama 30 menit.
22
5. Analisa
Siapkan 4 buah tabung reaksi dan masing-masing tabung reaksi diisi
dengan larutan absorban sebanyak 5 ml.
Tambahkan masing-masing tabung berturut-turut 0, 1, 2, dan 3 ml
larutan standar ( c ) dari buret, lalu tambah dengan larutan absorban
hingga volumenya menjadi 10 ml.
Larutan sampel cek volumenya supaya 10 ml dengan penambahan
larutan absorban kemudian tutup masing-masing tabung lalu kocok
dan biarkan selama 15 menit.
Baca pada spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
3.3 Penentuan Kadar debu
1. Prinsip kerja
Partikel padat yang berada di udara diisap oleh pompa melalui filter
sehingga partikel (debu) akan melekat pada filter dan di analisa
berdasarkan metoda gravimetric ( kuantitas ).
2. Peralatan
Mini pump.
Small white holder.
3. Metode pengukuran
Persiapan alat
Pasang pompa, slang dan filter pada filter holder.
Switch ON alat.
Kalibrasi aliran udara dengan menggunakan flow calibrator.
Atau baca pada flow meter alat.
Sesuaikan dengan jenis debu yang akan diukur.
Alat siap untuk digunakan.
23
Persiapan filter
Sebelum ditimbang filter dimasukkan dalam filter.
Setting suhu oven 1000C selama 60 menit.
Masukkan desicator selama 15 menit.
Timbang filter dan beri kode A (mg).
Filter siap untuk sampling.
4. Cara kerja alat
Pasang filter pada filter holder.
Setting dan rangkaikan pompa, slang dan filter holder.
Switch ON instrument.
Paparkan pada titik ( lokasi ) yang akan diukur .
Set timer pompa pada durasi 30’, 60’ atau 120’.
Pasang thermometer dan barometer dilokasi pengukuran.
Catat suhu udara setempat ( 0C ) dan tekanan udara ( mmHg ).
5. Analisa
Ambil filter dengan pinset.
Masukkan dalam oven selam 60 menit pada suhu 100oC.
Masukkan lagi pada desikator selama 15 menit.
Timbang filter dan beri kode B ( mg ).
BAB IV
HASIL ANALISA
24
4.1 Hasil Penentuan Kadar NOx Di Udara
Deret Standar ( ml ) Absorban
1 0.086
2 0.157
3 0.255
Absorban Contoh adalah 0.030
Gambar Grafik
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Series2
VOLUME ( ml )
ABSO
RBAN
Volume Contoh = 0.35 ml
25
μL sampel = 0. 35 x 1 .35 = 0 . 47V udara = Kec Pompa x Waktu = 0 . 4 x 30 = 12 = 0 . 012 m3
T = 28 0C
ppm NO2= μL sampelV udara
×T + 273298
=0 .470 .012
×28 + 273298
= 39 .17 × 1 . 01 = 39 .56 μg / Nm3
Jadi kadar NOx dalam sampel adalah 39.56 µg / Nm3
4.2 Hasil Penentuan Kadar SO2 Di Udara
Deret Standar ( ml ) Absorban
1 0.80
2 1.47
3 2.50
4 3.10
Absorban Contoh adalah 0.70
Gambar Grafik
26
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Series2
VOLUME ( ml )
ABSO
RBAN
Volume contoh = 0.891 ml
Jadi kadar SO2 dalam sampel adalah 45.62 µg / Nm3.
4.3 Hasil Penentuan Kadar Partikel Debu Di Udara
27
μL sampel = 0. 891 x 3 . 04 = 2 .71V udara = Kec Pompa x Waktu = 2 x 30 = 60 = 0 . 06 m3
T = 28 0C
ppm NO2= μL sampelV udara
×T + 273298
=2 .710 . 06
×28 + 273298
= 45 .17 × 1 . 01 = 45 .62 μg / Nm3
Hasil pengamatan :
Bobot filter awal = 2.7214 gr (A)
Bobot filter akhir =2.7217 gr (B)
B - A = 2 .7217 - 2 . 7214 = 0 . 0003 gr = 0 .3 mgV udara = 1. 5 × 30 = 45T = 28 0C
Partikel Debu =(B - A )× 1000V udara
×T + 273298
=0 . 3 × 100045
×28 + 273298
= 6 . 67 × 1. 01 = 6 .73 μg / Nm3
Jadi partikel Debu Di Udara adalah 6.73 µg / Nm3.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Oksida (SO2),
dan Partikel Debu di Udara, diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu
1. Nitrogen Oksida ( NO2 ) µg / Nm3 39.56 400
2. Sulfur Oksida (SO2) µg / Nm3 45.62 900
3. Partikel Debu µg / Nm3 6.73 230
Catatan :
Standar Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair,
Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi serta Baku tingkat gangguan kegiatan yang beroperasi
di Sulawesi Selatan.
Lampiran No. 30 ( Baku Mutu Udara Ambien Propinsi ).
Berdasarkan hasil analisa pada sampel gas semuanya masih memenuhi
syarat sesuai standar yang berlaku.
5.2 SARAN
a. Untuk Sekolah
Kami berharap agar sekolah tetap memperhatikan siswa-siswi
PRAKERIN seperti tetap menghubungi atau memberikan
informasi kepada siswa-siswi tentang perkembangan yang terjadi
dalam lingkungan sekolah ataupun hal lain yang terjadi dalam
lingkungan sekolah yang tentunya berhubungan dan bermanfaat
bagi siswa-siswi PRAKERIN
29
Kepada para guru atau pengantar agar mengantar siswa-siswi
PRAKERIN sampai ketempat PRAKERIN yang dituju.
b. Untuk tempat PRAKERIN
Kerja sama antara perusahaan dengan sekolah sudah baik dan
dapat dipertahankan serta ditingkatkan, guna menunjang
keberhasilan siswa-siswi sekolah. Kami berharap Balai Besar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar dapt terus menerima
siswa-siswi PRAKERIN untuk menimba ilmu yang lebih, yang
tidak diperoleh di bangku sekolah.
Kepada para pembimbing siswa-siswi PRAKERIN, agar tetap
memperhatikan siswa yang dibimbingnya serta dapat saling
membantu selama masa PRAKERIN tersebut berlangsung.
30
top related