Laporan Tutorial Skenario 1
Post on 16-Jan-2016
238 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Skenario I
TIDAK NYAMAN SAAT MENGUNYAH
Chyntia berumur 28 tahun datang ke praktik dokter gigi ingin dibuatkan
gigi tiruan cekat untuk menggantikan gigi depan atas yang hilang agar dapat
memperbaiki penampilannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen
periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21, 12 mempunyai crown and root ratio
adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 21 menunjukkan adanya karies
superfisial pada bagian palatal. Pada pemeriksaan klinis, gigi-gigi anterior
menunjukkan overjet 2 mm dan overbite 2 mm. Pemeriksaan kedalaman sulkus
gingival (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm pada semua
sisi. Dokter gigi telah mempertimbangkan jaringan periodontal gigi penyangga
dan menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukannya pada Chyntia.
Step I
1. Gigi Tiruan Cekat : Suatu protesa pada jaringan keras gigi yang tersisa yang
digunakan untuk menggantikan gigi yang rusak atau hilang dan dilekatkan secara
permanen pada gigi penyangga. Gigi tiruan cekat dapat berfungsi sebagai protesa
serta restorasi untuk gigi penyangga yang mengalami karies.
2. Crown and Root Ratio : Perbandingan antara jarak incisal atau oklusal gigi ke
alveolar crest dengan panjang akara yang tertanam pada tulang alveolar. Crown
and root ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar dukungan tulang
alveolar terhadap gigi. Root merupakan akar yang tertanam dalam tulang alveolar,
dari puncak alveolar crest hingga apeks gigi.
Step II
1. Apa diagnosa dan rencana perawatan pada skenario tersebut?
2. Apa pertimbangan drg. Dalam menentukan rencana perawatan?
3. Apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan?
Step III
1. Diagnosa dan Rencana Perawatan
a. Diagnosa
- Pesial Edontulus Ridge pada gigi 11
- Pulpitis Reversible pada gigi 21
b. Rencana Perawatan
- Dental Health Education
- Inform Consent
- Desain Gigi Tiruan
Desain gigi tiruan dipilih Gigi Tiruan Cekat karea Oral Higien
pasien baik, serta gigi 21 terdapat karies superfisial yang sekaligus
akan direstorasi.
Desain Gigi Tiruan Jembatan bisa menggunakan Konvensional /
Gigi Tiruan Jembatan Inkonvensioanl. Pada gigi tiruan jembatan
konvensional pengambilan jaringan cukup banyak. Jika
menggunakan GTJ Inkonvensional ( GTJ Adhesive/ Maryland
bridge) pengambilan jaringan hanya sedikit pada dibagian palatal
gigi, sehingga bisa digunakan pada gigi 21 yang mengalami karies
superfisial.
Penggunaan Retainer bisa retainer ekstrakoronal atau intrakoronal.
Dibutuhkan keahlian opertor dalam mengaplikasikan retainer.
Penggunaan konektor dari logam nonmulia
Penggunaan gigi abudment bisa menggunakan singel abudment
pada gigi 21 (sekaligus untuk preparasi karie superfisial)
Penggunaan sadel dapat dipilih sadel anterior ( kebutuhan estetik
akan terpenuhi), namun tergantung dengan Oral Higien pasien
Desain pontik bisa menggunakan modifikasi ridge lap atau ovate
- Pemilihan bahan yang akan digunakan ( Porselen estetik baik)
2. Pertimbangan drg dalam menentukan rencana perawatan
a. Kondisi jaringan periodontal baik atau tidak
b. Keadaan tulang alveolar baik atau tidak
c. Crown and Root Ratio minimal 1:2
d. Over bite dan over jet yang normal, sehingga relasi rahang atas dan
rahang bawah normal dan oklusi juga normal.
e. Usia 20-55 tahun baik untuk pembuatan Gigi Tiruan Cekat, karena
foramen apikal sudah tumbuh sempurna, saluran akar tidak terlalu
lebar dan tidak terlalu sempit.
f. Jumlah gigi tiruan yang hilang. Pada gigi tiruan adhesive jumlah
gigi yang hilang sebanyak 1 atau 2 gigi
g. Pasien memiliki kebiasaan buruk atau tidak ( bruxisem, lebih
diindikasikan untuk penggunaan maryland)
h. Lama pencabutan/ kehilangan gigi dengan jarak perawatan GT
i. Jika terdapat karies pada gigi tetangga
j. Bentuk, luas dan sisa ridge
k Pemilihan bahan berhubungan dengan ekonomi pasien dan
kebutuhan pasien
l. Penyalit sistemik yang diderita pasien
3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan
a. Sikap pasien berpengaruh terhadap penentuan rencana perawatan
b. Hasil pemeriksaan dan diagnosa yang tepat
c. Kemampuan dokter/ operator dan tekniker
d. Keadaan jaringan periodontal
e. Eliminasi kebiasaan buruk pasien
f. Keadaan sistemik pasien
g. Frekuensi karies pada pasien
h. Usia pasien
Komponen Macam-Macam Bahan Tahapan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Implan
PEMERIKSAAN
Diagnosa : Partial Edontulus Ridge
Pertimbangan
Gigi Tiruan Jembatan
Step IV
Step V
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Komponen Gigi Tiruan Jembatan
2. Macam-macam Gigi Tiruan Jembatan
a. Indikasi dan kontraindikasi
b. Bahan
c. Desain dan tahapan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan
Step VII
1. Komponen gigi tiruan cekat
Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni
sebagai berikut:
1. Retainer
2. Pontik
3. Abutment
4. Konektor
5. Sadel
Komponen-komponen gigi tiruan jembatan
1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg
menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga.
Fungsinya:
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di
tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi
penyangga.
Adapun macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat
berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
Tekanan kunyah normal/besar
Gigi-gigi penyangga yang pendek
Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
Indikasi luas
Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
Extracoronal retainer
2) Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi :
Gigi tiruan jembatan yang pendek
Tekanan kunyah ringan/normal
Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
Salah satu gigi penyangga miring
Partial Veneer Crown Retainer
Keuntungan:
Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer
Kerugian:
Indikasi terbatas
Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
b. Intra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi
penyangga.
Bentuk:
Onlay
MOD
Indikasi:
Gigi tiruan jembatan yang pendek
Tekanan kunyah ringan atau normal
Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar
Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal
Keuntungan:
Jaringan gigi yang diasah sedikit
Preparasi lebih mudah
Estetis cukup baik
Kerugian:
Indikasi terbatas
Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang
Mudah lepas/patah
Intra coronal retainer bentuk onlay
3. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau
tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang
berdiri sendiri.
Indikasi:
Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
Gigi tiruan pendek
Tekanan kunyah ringan
Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
Estetis baik
Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
Dowel Retainer
2. Pontik
Merupakan komponen GTJ yang menggantikan gigi tiruan
yang hilang. Tipe pontik dapat dibedakan atas :
1. Pontik yang berkontak dengan residual ridge
a. Saddle/ saddle ridge lap pontic
Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan
edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental
floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan
akumulasi plak.
Saddle/ saddle ridge lap pontic
b. Modified ridge lap pontic
Merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan
hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge
dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge, sehingga
estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini
diindikasikan untuk menggantikan gigi hilang pada daerah yang
tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar dan molar pertama).
Modified ridge lap pontic
c. Conical pontic
Merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik
kontak pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah
dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi
hilang pada ridge yang pipih di daerah posterior.
Conical pontic
d. Ovate pontic
Merupakan pontik yang sangat estetis, dasar pontik
membulat dan masuk ke dalam cekungan (concavity) residual
ridge, sehingga mudah dibersihkan. Residual ridge cekung
dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera
setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik ¼ bagian servikal
dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk
dengan tindakan bedah. Pontik tipe ini diindikasikan untuk
kebutuhan estetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi
insisif, kaninus dan premolar rahang atas.
Saddle/ saddle ridge lap pontic
2. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge
a. Sanitary/ hygienic pontic
Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena
tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan
fasiolingualnya berbentuk cembung serta dasar pontik
berbentuk bulat (gambar a) tidak rata/flat (gambar b) untuk
mencegah terjadinya retensi makanan. Ketebalan oklusogingiva
pontik minimal 3 mm dan jarak ke edentulous ridge minimal 2
mm. Dengan kondisi tersebut akan memudahkan plaque
control, dengan cara menyisipkan dental floss di bawah pontik.
Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah
atau pasien dengan oral hygiene buruk.
Sanitary pontic. (a) Dasar pontik berberntuk cembung.
(b) Dasar pontik rata/flat
b. Modified sanitary (hygienic) pontic/ Perel pontic
Merupakan modifikasi sanitary pontic. Permukaan
dasar pontik cekung/melengkung pada arah mesiodistal dan
fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini dengan
retainer dapat dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga
konektor lebih dapat menahan stress/tekanan. Desain pontik ini
memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga
diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah dan bila oral
hygiene pasien buruk.
Modified sanitary pontic
Shillingburg HT, et al, 1997
3. Abutment
Merupakan gigi yang dipersiapkan untuk tempat
melekatnya retainer yang direkatkan dengan semen. Macam
macam abutment:
Single abutment :satu gigi penyangga
Double abutment :dua gigi penyangga
Multiple abutment :lebih dari dua gigi
penyangga
Terminal abutment :gigi penyangga paling ujung
dari diastema
Intermediete / pier abutment :gigi penyangga yang terletak
diantara dua diastema
Splinted abutment :penyaatuan dua gigi
penyangga pada satu sisi diastema
Double splinted abutment : splinted abutment pada
kedua sisi diastema
Syarat:
Harus dalam lengkung yang benar
Tidak goyang lebih dari 2 derajad
Tidak miring kearah mesial, distal, bukal dan lingual
Tidak ada kelainan membrane periodontal
4. Konektor (penghubung)
Merupakan bagian yang menghubungkan retainer
dengan pontik. Retainer-retainer, pontik-pontik, dan
retainer-pontik.Fungsinya untuk melindungi interdental
papil.
Macam-macam konektor :
1. Rigid/fixed Connector
Merupakan konektor yang tidak memungkinkan terjadinya
pergerakan pada komponen GTJ
Keuntungan : Sifat kaku dan kuat (tahan terhadap daya
kunyah yang besar).
Kerugian : bila salah satu gigi penyangga goyang,
lainya akan goyang
2. Non rigid/ semi fixed connector
Merupakan konektor yang memungkinkan terjadinya
pergerakan terbatas pada gigi.
Keuntungan : Tidak kaku, dapat mengurangi beban,
masih terdapat pergerakan fisiologis gigi penyangga .
Kerugian : sambungan tidak begitu kuat
3. Lingual bar / connecting strap
5. Sadel
Merupakan daerah diantara gigi-gigi abutment. Yang
terutama adalah tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak.
Tulang alveolar akan berubah kontur selama beberapa bulan
setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan
mempengaruhi desain pontik.
Dipakai terutama pada gigi anterior rahang atas, dipakai
pada kasus sulit misalnya diastema banyak dan besar.
2. A. Macam-Macam Gigi Tiruan Jembatan
A. Berdasarkan Konektor
1. Rigid Fixed Bridge
Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada
kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang
hilang yang terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung
fungsional dari gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan
retentif untuk menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk
satu atau beberapa gigi yang hilang.
Indikasi:
Indikasi dari perawatan dengan menggunakan rigid fixed bridge
yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang
mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang dan indikasi pada gigi
yang mendapatkan tekanan kunyah yang besar
Kontraindikasi:
Daerah gigi yang hilang panjang
Abutment memiliki kelainan periodontal
Pasien masih muda dengan ruang pulpa gigi abutment masih besar
2. Semi Fixed Bridge
Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi,
biasanya pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi
penyangga akan menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan
derajat kecil pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi
lainnya. Pada GTJ ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua ,
menggunakan konektor rigid dan non-rigid sehingga tekanan oklusi akan
lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke retainer.
Indikasi:
Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat
pier/intermediate abutment pada penggantian beberapa gigi yang
hilang.
Kehilangan ½ gigi, gigi dengan salah satu gigi penyangga vital dan
miring lebih dari 20o
Kontraindikasi:
Gigi dengan beban oklusal besar
Abutment memiliki kemiringan gigi yang terlalu over sehingga perlu
dirawat orthodonti terlebih dahulu
Daerah gigi yang hilang panjang
3. Spring Bridge
Konektor GTJ tipe ini berupa loop atau bar. Loop tersebut
menghubungkan retainer dan pontik di permukaan palatal. GTJ ini
merupakan protesa tissue-borne karena gaya mastikasi yang diterima akan
diabsorbsi oleh mukoperiosteum palatal sebelum mencapai gigi
penyangga. Spring bridge membutuhkan retensi yang kuat, oleh karena itu
biasanya dibutuhkan gigi penyangga ganda.
Indikasi:
Diindikasikan untuk penggatian kehilangan gigi, dengan kondisi
terdapat diastema dan tetap mempertahankan diastema tersebut.
Diindikasikan juga bila gigi penyanga tidak berada di sebelah
ruang edontulus, contohnya pada penggantian gigi insisif sentral
atas yang menggunakan premolar sebagai gigi penyangga.
Kontraindikasi:
Pasien muda dengan mahkota klinis gigi abutment terlalu pendek sehingga
tidak retentive
Abutment tidak punya kontak proksimal
Terdapat torus palatinal
4. Cantilever Bridge
Pemakaian GTJ tipe ini hanya memiliki satu atau beberapa gigi
penyangga di satu sisi. Pontik dan retainer akan mengalami/menerima
gaya rotasi/ungkit dan akan sangat
terbebani jika mendapat beban
oklusal. Untuk meminimalkan efek
ungkit, pontik biasanya dibuat lebih
kecil daripada gigi asli dan kontak
ringan saat oklusi dan artikulasi. GTJ
tipe ini tidak diindikasikan untuk
daerah dengan beban oklusal besar.
Apabila terkena gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi
atau drifting. Cantilever bridge biasanya memiliki multiple abutment dan
retainer harus dihubungkan secara rigid pada satu sisi diastema.
Indikasi:
Untuk penggantian satu gigi hilang, contohnya pada penggantian
insisif lateral yang menggunakan kaninus sebagai gigi penyangga.
Penggantian gigi kaninus yang menggunakan premolar pertama
dan kedua sebagai penyangga, dan penggantian gigi molar ketiga
jika masih terdapat gigi antagonisnya, dengan catatan bentuknya
lebih menyerupai gigi premolar.
Pada gigi yang mendapatkan tekanan kunyah yang ringan
Kontraindikasi:
Daerah dengan beban oklusal besar
Abutment non vital
5. Compound Bridge
Merupakan gabungan dua atau lebih tipe GTJ. Diindikasikan pada
penggantian gigi hilang yang membutuhkan gabungan beberapa tipe GTJ.
B. Berdasarkan Retainer
1. Ekstra Coronal Retainer
Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
Fraktur pada sebagian mahkota
Karies yang besar, khususnya yang melibatkan insisal gigi anterior
Perubahan warna pada gigi
Gigi yang mengalami kelainan bentuk
Atrisi yang berat, abrasi, atau erosi
Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi:
Gigi tiruan jembatan yang pendek
Tekanan kunyah ringan/normal
Bentuk dan besar gigi penyangga normal
Salah satu gigi penyangga miring
2. Intra Coronal Retainer
Indikasi:
Gigi tiruan jembatan yang pendek
Tekanan kunyah ringan/normal
Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar
Gigi penyangga yang mempunyai bentuk/besar yang normal
2. B. Gigi tiruan jembatan berdasarkan bahan
Gigi tiruan berdasarkan bahan yang digunakan :
1. All porcelain bridge
Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya
mengkilat. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.
Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam.
Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga
tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi
belakang. Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik
tinggi.
Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan
kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi
antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah. Selain itu pada
saat preparasi gigi penyangga, ketebelan yang diasah minimal 1 mm.
2. Kombinasi ( porselen dan metal ) / Porcelain fuse to metal
Bahan ini adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan mahkota
porselen. Biasanya penggunaan bahan jenis ini untuk gigi anterior dan
posterior. Porcelen fuse to metal ini lebih kuat daripada all porselen
bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk penampilan yang
sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan utama yang
terkait dengan logam yang menyatu didalamnya. Pada saat preparasi
ketebalan enamel yang diasah minimal harus 1.8 mm yang terdiri dari 0.5
mm untuk logam, 0.3 mm untuk penutup logam, dan 1 mm untuk
porcelen. Oleh karena itu penggunaan bahan ini dikontraindikasikan untuk
pasien yang tidak bisa dipreparasi setebal 1.8 mm.
3. Resin-bonded fixed partial denture (RBFD’s)
Resin-bonded fixed partial denture (RBFD’s) merupakan gigi
tiruan cekat yang menggunakan semen resin. RBFD’s dikenal dengan
rochete pada tahun 1973. Prosthesis tidak langsung yang terbuat dengan
terdapat perforasi pada cast metal (retainer rochete) yang disemen pada
sisi lingual atau palatal gigi penyangga dengan semen resin adhesive luting
agent.
RBFD’s memiliki kelebihan yakni minimal invasive,
membutuhkan preparasi jaringan keras gigi yang minimal jika
dibandingkan dengan yang konvensional. Biasanya diindikasikan pada
area pendek yakni 2-3 unit, pada gigi anterior maupun posterior dan pilhan
restorasi dapat berupa metal komposit dan keramik.
Rochete dan Maryland, kedua gigi tiruan cekat tersebut terbuat dari
logam tuang yang akan diinsersikan dengn pengetsaan terlebih dahulu.
Perbedaan desainnya terletak pada retainer logamnya. Pada Rochete,
permukaan retainer dibuat berlubang untuk meningkatkan retensi secara
mekanik, sedangkan gigi tiruan cekat maryland pada bagian permukaan
retainer logam tidak terdapat lubang.
4. Serat Penguat Resin Komposit (Fibre Reinforced Composite)
Untuk meningkatkan estetika dan menambah retensi, retainer
logam tuang dapat digantikan dengan fibre resin composite. Kelebihan
dari Fibre Resin Composite (FRC) adalah memiliki estetika yang baik,
sehingga sagat cocok untuk gigi anterior. FRC retainer dapat berupa ekstra
koronal maupun intrakoronal.
FRC tersusun atashybrid atau microfilled veneering composite. Untuk
memperkuat bonding dapat menggunakan bahan silane coupling agent.
Dalam Pemilihan penggunaan bahan Faiber Reinforced Composite, ada
beberapa hal yang terkait dengan indikasi dan kontraindikasi
pengunaannya, antara lain sebagai berikut:
Indikasi:
Pasien yang membutuhkan estetik yang optimal
Tidak menggunakan logam
Pasien dengan preparasi konservatif / minimal pada gigi abudment
Menggunakan teknik luting adhesif
Kontraindikasi
Tidak bisa mengontrol saliva pada rongga mulut pasien
Membutuhkan span yang panjang
Pasien yang minum-minum alkohol
5. Logam
Salah satu bahan yang dulunya sering digunaan dalam membuat pontik
yaitu logam, logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya
terdiri dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki
kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah
atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik
logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan
faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan
seperti pada jembatan posterior.
6. Akrilik
Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari akrilik.
Jembatan ini biasanya diindikasikan sebagai jembatan sementara, dibuat
untuk menutupi gigi-gigi yang telah dipreparasi, melindungi gigi-gigi
tersebut dari lingkungan rongga mulut sebelum jembatan yang
direncanakan selesai dibuat. Kekurangan jembatan ini adalah kekuatannya
terutama untuk jembatan posterior. Selain itu jembatan ini mudah berubah
warna dan berbau.
7. Logam berlapis akrilik
Gigi tiruan jembatan yang terbuat dari logam dengan facing (lapis
muka) akrilik, agar segi estetiknya baik. Jembatan ini diindikasikan untuk
mengganti gigi-gigi anterior maupun posterior. Kekurangan pemakaian
akrilik adalah bagian facing tidak tahan goresan dan mudah berubah warna
serta berbau. Kekurangan yang lain adalah bahwa bahwa koefisien muai
akrilik tidak sama dengan logam.
2. C. Desain dan Tahapan
A. Hal yang perlu diperhatikan saat preparasi:
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit
untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit
keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna
pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah
oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial
optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981),
menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7
derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding
aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling ideal.
Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan
daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat
ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan
dinding aksial preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi
bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi
gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang
dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti
hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur
mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat,
namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra
oral.
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan
preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin.
Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang
digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi
berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen
pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan
nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat
mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk
akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparasi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang
sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah
pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan
keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada
tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan
vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan
tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi
oklusal. Apabila preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa
dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang
merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus
dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau
stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.
6. jenis senyum pasien dan letak midline gigi insisif sentral.
Senyum yang lebar terbagi atas tiga yaitu:
1. Senyum yang tinggi : menampakkan keseluruhan panjang
servicoincisal gigi anterior dan gingiva sekitarnya
2. Senyum rata-rata: menampakkan 75% -100% gigi anterior
rahang atas dan gingiva interproksimal
3. Senyum rendah: menampakkan kurang dari 75% bagian gigi
anterior
B. Tahapan pembuatan gigi tiruan jembatan
1. anamnesis
2. Pemeriksaan subjektif maupun objektif, meliputi jumlah kehilangan
gigi, pertimbangan jaringan periodontal, oklusi gigi, OH pasien,
kegoyangan gigi, kesejajaran gigi penyangga, lokasi kehilangan gigi,
frekwensi karies, ada tidaknya discolorization, ada tidaknya defek
tulang alveolar,
3. Menentukan rencana perawatan
a. Mengevaluasi jumlah dan lokasi gigi yang hilang
b. Menentukan gigi penyangga
c. menentukan retainer
d. menentukan pontic
e. menentukan konektor
f. memperhatikan tampilan estetik
4. Persiapan preparasi
a. menentukan bahan yang ingin digunakan
b. menjelaskan ke pasien perihal perawatan yang akan dilakukan
4. preparasi gigi penyangga
5. Pencetakan
6. Pemasangan gigi tiruan sementara
7. Pengiriman ke lab dental
8. Insersi ke pasien
9. DHE ( dental health education )
Perawatan yang dilakukan sesuai dengan kasus di skenario adalah
Maryland Bridge/Adhesive Bridge/Resin Bonded Fixed Partial Denture.
Merupakan tipe GTJ yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat
minimal. Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTJ tipe ini
direkatkan dengan semen dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga
di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus memiliki mahkota klinis
yang lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensi yang maksimal.
Retensinya berupa mikromekanik antara permukaan email dengan permukaan
dalam retainer yang telah dietsa. GTJ tipe ini diindikasikan pada span pendek,
abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian kehilangan gigi
anterior pada anak-anak, karena anak-anak memiliki ruang pulpa yang besar.
Kontraindikasi GTJ tipe ini adalah penggantian gigi anterior yang deep bite.
Gambar 5. Maryland bridge
sumber : Shillingburg HT, et al, 1997 : 538.
C. Tahapan Gigi Tiruan Jembatan Jenis Fiber Reinforce Composite
(FRC)
Tahapan dalam preparasi hingga pemasangan gigi tiruan jembatan
jenis FRC adalah :
1.
Lakukan pemasangan rubber
dam dan lakukan isolasi pada sekitar
daerah gigi. Selanjutnya, lakukan
pembersihan jaringan karies. Setelah
dilakukan pembersihan, lakukan
pembersihan pada gigi yang akan di
preparasi menggunakan brush dan
pasta gigi, lalu keringkan.
2.
Lakukan pencetakan menggunakan
Alginat hanya pada daerah yangakan
diberi GTJ saja. Impression material
kemudian dituang dengan bahan
polyvinylsiloxane die material, atau
polyethylene plasma-treated fiber
system untuk frabication frame work.
3.
Ukur panjang kerja menggunakan dental floss atau wax meliputi
permukaan gigi sisi palatal.
4.
Lakukan pengetsaan dengan asam fosfat 37%,
lalu cuci dengan air dan keringkan dengan
semprotan udara.
5.
Berikan bahan bonding secukupnya.
6.
Beri komposit flowable jenis hybrid.
7.
Potong FRC dan
bentuk sesuai ukuran, lalu
tempelkan pada kedua gigi
yang masing-masing
sisinya telah diberi
komposit. Lalu, lakukan
pengetsaan.
8.
Tempelkan gigi anasir komposit yang telah di buat, lalu lakukan
penyinaran pada daerah gigi untuk melekatkan komponen FRC dengan
gigi.
3. FAKTOR KEBERHASILAN PERAWATAN
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi tiruan jembatan adalah:
1. Oral Hygiene
Kebersihan rongga mulut yang baik akan mengurangi insidensi terjadinya
karies. Karies sangat berpengaruh terhadap gigi yang terlibat dalam unit
gigi tiruan, seperti gigi abutment. Apabila gigi abutment terkena karies,
gigi akan lebih mudah rapuh dan mengganggu retensi dan resistensi gigi
tiruan.
2. Desain yang tepat
Desain gigi tiruan yang tepat sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan
keawetan gigi tiruan di dalam rongga mulut. Sebagai contoh, pada jenis
bahan porcelain fused to metal, pengecoran logam yang terlalu tipis tidak
cukup untuk mendukung porselen, sehingga dapat terjadi fraktur pada
porselen.
3. Teknik pembuatan yang tepat
Teknik pembuatan gigi tiruan tentu harus tepat. Pada teknik sementasi
misalnya. Bahan semen yang kurang baik atau pengadukan yang kurang
sempurna dapat mengakibatkan gigi tiruan lepas dan terjadi ungkitan.
4. Perosedur pencetakan
Pada pembuatan crown & bridge secara umum, teknik pencetakan
sangat berpengaruh pula pada keberhasilan perawatan. Pencetakan yang
akurat akan memberi dukungan yang dominan dalam menunjang
keberhasilan. Bahan cetak yang dipilih, teknik pencetakan yang dilakukan
cukup menentukan keakuratan hasil cetakan. Sebelum dilakukan
pencetakan sebaiknya dilakukan retraksi gingiva,seperti yang terlihat pada
gambar 2, agar daerah sulkus gingival dapat tercetak dengan sempurna.
Benang retraksi dimasukkan ke dalam sulkus gingival dengan hati-hati
agar tidak menyebabkan kerusakan epitel attachment. Dengan memperoleh
cetakan daerah marginal gingival akan lebih mudah bagi tekniker untuk
membuat crown dan bridge yang memiliki marginal fitness yang baik.
Gambar 1. Retraksi Gingiva
5. Komunikasi yang baik
Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan perawatan adalah
komunikasi, baik antara dokter gigi dengan pasiennya, maupun dokter gigi
dengan laboratorium. Dokter gigi harus dapat menggali sebanyak mungkin
informasi yang berkaitan dengan perawatan yang diharapkannya. Melalui
anamnesis informasi tersebut dapat digali. Demikian pula dalam
menjelaskan rencana perawatan, pasien harus mendapatkan informasi
secara jelas dan lengkap. Sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman
mengenai perawatan yang akan diterima oleh pasien. Sedangkan
komunikasi dengan pihak laboratorium dilakukan pada saat gigi tiruan
akan diproses. Dokter gigi harus memberikan informasi yang jelas
mengenai desain gigi tiruan yang akan dibuat.
6. Prosedur Penyemenan
Salah satu factor keberhasilan dari gigi tiruan jembatan yaitu terletak pada
penyemenan akhir. Penyemenan akhir GTJ adalah proses dimana jembatan
diletakkan pada gigi penyangga dengan perantaraan semen secara tetap.
Sehingga memerlukan perencanaan dan penanganan yang teliti dan tahap
preparasi gigi juga ikut menentukan keberhasilan penyemenan.
Terdapat beberapa syarat biologi yang harus dipenuhi dari bahan semen yaitu :
Mempunyai efek sedative dan tidak mengiritasi
Tidak mengiritasi jaringan lunak atau mukosa
Merangsang pembentukan dentin sekunder
Bersifat anti bakteri dan kariogenik
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Patil, Ratnadeep.2002. Esthetic Dentistry, an artist’s science. India: PR
Publication.
Kartini, Andhi, dkk. 2012. Pengembangan Dan Modifikasi Estetik Dalam
Pembuatan Crown Dan Bridge. FKG Universitas Indonesia dan FKG
Prof.Dr. Moestopo
Roberts, DH (1973), Fixed Bridge Prostheses, John Wright & Sons,
Bristol.
The Academy of Prosthodontics. The Glossary of Prosthodontic Terms. 6th
Ed. J Prosthet Dent, 1994; 71: 41-112.
Rosenstiel, Land, Fujimoto, 2001.Contemporary Fixed Prosthodontics. 3rd
Ed. Mosby Inc. St Louis Misissouri.
Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar
dan Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.
Shillingburg, HT., Hobo, S., Whitsett, LD., Jacobi, R., Brackett, SE. 1997.
Fundamentals of Fixed Prosthodontics. 3rd.ed., Quintessence Pub Co, Inc.,
Chicago, pp. 485 -490.
Inayati, Eny. Jurnal : Disain Pontik Pada Gigi Tiruan Tetap Pasca
Pencabutan Gigi. Departemen Prostodonsia: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga.
Prajitno, HR. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan Pengantar Dasar dan
Rancangan Pembuatan. Jakarta: EGC.
Ahmad, Irafan, BDS. Prosthodonics at a Glance. ISBN 978-1-4051-769-0
F. rosenstiel, Stephen BDS, MSD, et all. Contemporary Fixed Prosthodontics Third Edition. 2001. Mosby. Elsevier. ISBN : 0-8151-5559-X
top related