Transcript
1
Fahrul Usman/20402110021
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU TERHADAP
MINAT BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII DI SMP PESANTREN IMMIM PUTRA MAKASSAR
Fahrul Usman
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Kampus II: Jalan Sultan Alauddin Nomor 36 Samata-Gowa
Abstract
Skripsi ini membahas tentang pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap
minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi
interpersonal guru pada siswa kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra
Makassar, untuk mengetahui minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa
kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar, dan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap minat belajar pada
mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra
Makassar.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berjenis ex post facto
tanpa ada perlakuan khusus . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar tahun ajaran 2013/2014 yang
berjumlah 149 siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik proporsional
random sampling yaitu berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yaitu
dengan menggunakan instrumen skala psikologi. Teknik analisis data
menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan
analisis regresi linier sederhana.Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif
diperoleh rata-rata komunikasi interpersonal guru sebesar 71,8 berada pada
kategori sedang dengan persentase 57%. Rata-rata minat belajar matematika siswa
sebesar 48,4 berada pada kategori sedang dengan persentase 63%. Adapun uji
hipotesis menunjukan thitung > ttabel. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara komunikasi interpersonal guru terhadap minat belajar pada mata
pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar
sebesar 34,5%.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal Guru, Minat Belajar Matematika.
2
Fahrul Usman/20402110021
PENDAHULUAN
Era globalisasi merupakan era persaingan mutu atau kualitas. Pada era
globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kualitas untuk
menghadapi setiap tantangan yang muncul. Salah satunya adalah bidang
pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membangun masyarakat
yang berkualitas. Pendidikan juga menjadi solusi bagi masyarakat dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan berperadaban.
Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau
saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan
memelihara relasi. Komunikasi yang dilakukan guru dan siswa bukan hanya
proses pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi
relasi guru dan siswa. Komunikasi sangat berpengaruh terhadap minat belajar
siswa, apabila seorang guru yang mampu berkomunikasi dengan baik dan benar
secara menyeluruh maka akan mempengaruhi minat belajar sehingga akan tercipta
pembelajaran yang bermakna dan penuh inspirasi.
Pembelajaran saat ini diharapkan siswa mampu memahami yang
diterangkan guru. Salah satu faktor yang membuat siswa tertarik untuk belajar
adalah guru mampu berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi seperti ini
lebih mengarah kepada komunikasi interpersonal guru.
Burhan Elfanany (2013: 13) berpendapat bahwa komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antar pribadi perseorangan atau komunikasi antara seseorang
dengan orang lain. Misalnya, berkomunikasi dengan pemimpin dengan sesama
kolega atau antara guru dan siswa-siswa. Komunikasi interpersonal bukan hanya
berlangsung di antara dua orang. Bisa saja dalam kelompok kecil yang
memungkinkan semua anggota kelompok kecil itu bisa saling tatap muka dan
memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang akrab.
Suasana relasi diantara mereka yang terlibat dalam komunikasi ini menjadi ciri
komunikasi interpribadi. Suasana informal, penuh persahabatan atau kekeluargaan
merupakan karakteristik komunikasi interpersonal.
3
Fahrul Usman/20402110021
Disisi lain, siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki
minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar dan salah
satu cara untuk membangkitkan minat belajar siswa dengan menghubungkan
bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Wina Sanjaya
(2011: 261) mengatakan minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap
bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Guru perlu menjelaskan
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
Menimbulkan minat belajar siswa sangatlah mudah hanya membutuhkan
komunikasi interpersonal secara berkala dan terus menerus karena hakikatnya inti
komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah bagaimana seorang guru mampu
meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun
respons positif dari peserta didik. Pelajaran sesulit apapun itu jika seorang guru
berkompeten dalam mengkomunikasikan pembelajaran secara efektif maka siswa
akan tertarik untuk belajar bahkan pelajaran matematika pun demikian.
Selain itu, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau
pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap
sebagai proses mentransfer ilmu. Mentransfer tidak diartikan dengan
memindahkan, seperti misalnya mentransfer uang. Sebab, kalau kita analogikan
dengan mentransfer uang maka jumlah uang yang dimiliki oleh seseorang akan
menjadi berkurang bahkan hilang setelah ditransfer pada orang lain. Oleh sebab
itu, kata mentransfer dalam konteks ini diartikan sebagai proses menyebarluaskan.
Smith mengatakan mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan.
Olehnya itu, dalam hal ini komunikasi interpersonal guru dalam mengajar menjadi
salah satu hal terpenting dalam proses pembelajaran.
Setelah peneliti observasi di awal pada saat proses pembelajaran
berlangsung guru matematika mengajar hanya duduk, menjelaskan sedikit, dan
memberikan tugas maupun latihan sehingga dalam hal ini hanya sedikit siswa
yang paham pelajaran secara sepenuhnya dan membuat siswa yang lain merasa
bosan belajar matematika. Ketika seorang guru mengajar tidak terlihat adanya
4
Fahrul Usman/20402110021
suasana yang menyenangkan antara guru dan siswa. Melihat dari aspek lain,
setelah peneliti observasi ternyata hanya sedikit siswa yang paham akan maksud
penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung dan sebagian lagi ada yang
tertidur serta melakukakn aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan pelajaran
matematika.
Setelah penulis mengambil data-data yang cukup dijadikan sampel bahwa
ternyata yang membuat mereka tidak mengerti dari pelajaran matematika adalah
kurangnya kasih sayang dalam belajar sehingga guru yang membawakan materi
tidak jelas dalam menyampaikan pelajaran serta respon yang diberikan kepada
siswa sering negatif sehingga siswa malas untuk belajar dan tidak memiliki
semangat dalam belajar matematika. Setelah hasil observasi awal maka secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa intensitas siswa setiap tahun mengalami
penurunan dalam belajar matematika.
Melihat dari aspek minat belajar bahwa guru menjadi sentral dalam
tercapainya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Komunikasi interpersonal yang efektif akan membuat siswa tertarik dan
termotivasi untuk mempelajari matematika.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang
muncul dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana komunikasi interpersonal guru pada siswa kelas VIII di SMP
Pesantren IMMIM Putra Makassar ?
2. Bagaimana minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas
VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar ?
3. Adakah pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap minat belajar
pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar ?
5
Fahrul Usman/20402110021
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1988: 57).
Minat itu dapat ditimbulkan dengan cara sebagai berikut :
a. Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya, kebutuhan untuk menghargai
keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya.
b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau.
c. Memberikan kesempatan mendapat hasil yang baik “Nothing succes I like
success”
atau mengetahui sukses yang diperoeh individu itu sebab success akan
memberikan rasa puas.
Selanjutnya, akan memperoleh ukuran dan data minat belajar siswa, kunci
pokoknya adalah dalam mengetahui indikatornya. Menurut Slameto indikator
minat belajar terdiri dari perbuatan, perhatian, dan perasaan senang.
1) Partisipasi / Perbuatan
Minat yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan
belajar mengajar dengan sendirinya telah membawa murid ke suasana partisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan berpartisipasi aktif tidak selalu berupa gerakan-gerakan
badaniah. Murid-murid yang ikut aktif secara aqliyah atau secara bathiniyah
dalam proses pengajaran. Sementara itu, minat tidak timbul secara tiba-tiba atau
spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan
selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang
penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu aktif dan ingin
terus belajar.
2) Perhatian
Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat
telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh
6
Fahrul Usman/20402110021
pendidikan dan lingkungan. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi,
dapat pula minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang
sedang dipelajari. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa
dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang akan berperasaan tidak senang
dalam belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran. Akan mengalami
kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya. Sebaliknya siswa yang
berperasaan senang dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Senada dengan pendapat di atas menyatakan bahwa perhatian adalah konsentrasi
atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya.
3) Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak bersifat
subjektif untuk merasakan senang atau tidak senang dan tidak bergantung pada
perangsang dan alat-alat indra. Sementara itu, perasaan adalah keadaan atau state
individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun
internal.
Perasaan di sini adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan
berarti bahwa perasaan pada saat-saat tertentu, intensional yang berarti bahwa
reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau situasi tertentu.
Apabila situasi berubah maka perasan berganti pula sehinga perasaan momentan
dan intensional dapat digolongkan ke dalam perasaan tidak senang antara minat
dan berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik sehingga tidak
mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang
berminat dan sebaliknya.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif
untuk membangkitkan minat belajar pada suatu subyek yang baru adalah dengan
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat
pada olahraga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, pengajar
dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil
yang baru saja berlangsung kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi
pelajaran yang sesungguhnya.
7
Fahrul Usman/20402110021
Disamping memanfatkan minat yang telah ada, Tanner menyarankan agar
para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini
dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan
antara suatu bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di
masa yang akan datang. Rooijakkers, hal ini dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa. Siswa misalnya, akan menaruh perhatian pada
pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya
manusia di bulan.
B. Komunikasi Interpersonal Guru
Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi. Komunikasi interpersonal tidak hanya berkenaan dengan isi pesan
yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan
bagaimana hubungan kita dengan partner kita (Riswandi, 2013: 66).
Menurut Joseph A. Devito mengenai aspek-aspek komunikasi
interpersonal, yaitu sebagai berikut :
a. Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di
dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada
tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal
yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar.
Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin
komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat
8
Fahrul Usman/20402110021
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang
lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana
komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah
miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang
lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan
kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh
mengerti perasaan orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah
perasaan atau sikap seseorang tertarik kepada orang lain dikarenakan faktor
tertentu. Faktor tersebut dapat berupa fisik, seperti kecantikan atau ketampanan,
atau faktor non fisik seperti keluwesan bergaul, kecerdasan pemikiran, kesopanan,
atau kebijaksanaan. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik
secara verbal maupun nonverbal.
c. Dukungan (supportiveness)
Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap
deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.
d. Rasa Positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong
orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif
untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan
9
Fahrul Usman/20402110021
meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada
individu lain.
C. Pengertian Matematika
Pengertian matematika berdasarkan Kamus Matematika adalah pengkajian
logis mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berkaitan.
Matematika seringkali dikelompokkan ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis,
dan geometri, walaupun demikian tidak dapat dibuat pembagian yang jelas karena
cabang-cabang ini telah bercampur-baur sedangkan dalam arti kata, matematika
berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai sains,
ilmu, pengetahuan atau belajar. Juga dari kata mathematikos yang diartikan
sebagai suka belajar. sehingga dalam memahami matematika tidak lepas dari
proses belajar (Rully Bramasti, 2012: 110).
Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep
yang kuat. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki bahasan
yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya
yang diatur menurut aturan yang logis (berkenaan dengan konsep-konsep abstrak).
Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang
bekerja atas dasar asumsi atau kebenaran konsistensi. Selain itu matematika juga
bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan pada fakta dan gejala yang
muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini tetap harus
dibuktikan secara deduktif, dengan argumen-argumen yang konsisten. Suatu
kebenaran matematis dikembangkan berdasar alasan logis, namun kerja matematis
terdiri dari observasi, menebak dan merasa, mengetes hipotesa, mencari analogi
dan akhirnya merumuskan teorema-teorema yang dimulai dari asumsi-asumsi dan
unsur-unsur yang tak terdefinisikan, dan ini benar-benar aktivitas mental (Budi
Manfaat, 2010: 147).
10
Fahrul Usman/20402110021
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Jenis, dan Desain Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar
yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan 8 No. 10 Kecamatan Tamalanrea,
Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi
Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan berjenis ex post facto.
3. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam paradigma ini dapat digambarkan seperti gambar
3.1 berikut.
X Y
Gambar 1.1 Paradigma Sederhana
X = Komunikasi interpersonal guru
Y = Minat belajar pada mata pelajaran matematika
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluru siswa kelas VIII SMP
Pesantren IMMIM Putra Makassar Tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa
dikelas VIII ada 149 orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik proportional random sampling. Pada penelitian ini, peneliti mengambil
sampel sebanyak 20% dari polpulasi yaitu berjumlah 30 siswa.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal guru.
11
Fahrul Usman/20402110021
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Berdasarkan hasil uji validitas angket dikatakan bahwa pertanyaan
sebanyak 54 item yang diuji cobakan kepada 30 responden (siswa) terdapat 35
soal yang valid, karena memiliki harga rxy rtabel = 0.361 selanjutnya yang valid
penomorannya diurutkan kembali yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan
data.
2. Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas angket untuk variabel komunikasi
interpersonal guru diperoleh harga r11hitung=0,825, karena harga r11hitung
=0,825>rtabel=0.361 dan variabel minat belajar matematika diperoleh harga
r11hitung= 0,769> rtabel=0.361 untuk α= 5% dengan n = 30, maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
komunikasi interpersonal guru dan minat belajar matematika siswa.
a. Rata-rata (Mean)
𝑥 = 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑘𝑖=1
𝑓𝑖𝑘𝑖=1
b. Persentase
P = f
NX 100%
c. Standar Deviasi (S)
12
Fahrul Usman/20402110021
𝑠 = 𝑛 𝑓𝑖𝑥𝑖
2𝑘𝑖=1 − 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑘𝑖=1
2
𝑛(𝑛 − 1)
d. Kategorisasi
Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
pengkategorian menurut Zaifuddin Azwar, sebagai berikut:
Tabel 1.1
Kategorisasi Tingkat Komunikasi Interpersonal Guru
dan Minat Belajar Matematika
Kategori Rumus
Rendah 𝑋 < (𝜇 − 1,0𝜎)
Sedang (𝜇 − 1,0𝜎) ≤ 𝑋 < (𝜇 + 1,0𝜎)
Tinggi (𝜇 + 1,0𝜎) ≤ 𝑋
Keterangan:
𝜇 = Mean 𝜎 = Standar Deviasi
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang
diajukan dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh komunikasi
interpersonal guru terhadap minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa
kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar.
a. Uji Normalitas Data
2𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑓0 − 𝑓 2
𝑓
𝑘
𝑖=1
b. Uji Linearitas
𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
c. Analisis Regresi Linier Sederhana
d. Pengujian Hipotesis
1) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
Ho : Komunikasi interpersonal guru tidak berpengaruh
terhadap minat belajar pada mata pelajaran matematika
13
Fahrul Usman/20402110021
Ha : Komunikasi interpersonal guru berpengaruh terhadap
minat belajar pada mata pelajaran matematika.
2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik
Ho : 𝛽 = 0
Ha : 𝛽 ≠ 0
3) Menentukan taraf signifikan 𝛼 = 5%
4) Kaidah pengujian
Jika : −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝛼 ,𝑛−1) ≤ 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝛼 ,𝑛−1), maka Ho diterima
Jika : 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝛼 ,𝑛−1), maka Ho ditolak
5) Menghitung thitung dan ttabel
Menghitung nilai thitung
𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑏−𝐵0
𝑆𝑏
Menentukan nilai ttabel
Nilai ttabel dicari pada tabel distribusi –t dengan ketentuan :
db = n – 1 sehingga nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝛼 ,𝑑𝑏
6) Membandingkan ttabel dan thitung
7) Kesimpulan
Menyimpulkan apakah H0 diterima atau ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Komunikasi Interpersonal Guru kelas VIII SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan skala, nilai maksimum
yang diperoleh adalah 80, skor minimum 63. Adapun rata-rata yang diperoleh
71,8.
14
Fahrul Usman/20402110021
Tabel 1.2
Kategori Komunikasi Interpersonal Guru Kelas VIII di SMP
Pesantren
IMMIM Putra Makassar
Batas Kategori Interval Frekuensi Persentase Ket.
X < (𝜇 − 1,0 𝜎)
(𝜇 − 1,0 𝜎)≤ X < (𝜇 + 1,0 𝜎)
(𝜇 + 1,0 𝜎) ≤ X
X < 67
67 ≤ X < 76
76 ≤ X
5
17
8
17 %
57 %
26 %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 30 100%
Berikut ini penyajian kategori komunikasi interpersonal guru dalam
bentuk diagram batang.
Gambar 1.2 Histogram Komunikasi Interpersonal Guru Kelas VIII di
SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar
Berdasarkan tabel dan diagram lingkaran tersebut, diperoleh 17 %
komunikasi interpersonal guru kategori rendah, 57% komunikasi interpersonal
guru kategori sedang, dan 26% kategori tinggi. Jadi, dapat disimpulkan
komunikasi interpersonal guru kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra
Makassar berada pada kategori sedang.
2. Deskriptif Minat Belajar Matematika kelas VIII SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan skala, nilai maksimum
yang diperoleh adalah 56, skor minimum 37. Adapun rata-rata yang diperoleh
48,4.
17
57
26
0
10
20
30
40
50
60
rendah sedang tinggi
Kategori Komunikasi Interpersonal Guru Kelas
VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar
Persentase
15
Fahrul Usman/20402110021
Tabel 1.3
Kategori Minat Belajar Matematika Kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar
Batas Kategori Interval Frekuensi Persentase Ket.
X < (𝜇 − 1,0 𝜎)
(𝜇 − 1,0 𝜎)≤ X < (𝜇 + 1,0 𝜎)
(𝜇 + 1,0 𝜎) ≤ X
X < 44
44 ≤ X < 53
53 ≤ X
6
19
5
20 %
63 %
17 %
Rendah
Sedang
Tinggi
Total 30 100%
Berikut ini penyajian kategori minat belajar matematika dalam bentuk
diagram batang.
Gambar 1.3 Histogram Minat Belajar Matematika Kelas VIII di SMP
Pesantren IMMIM Putra Makassar
Berdasarkan tabel dan diagram lingkaran tersebut, diperoleh 20% minat
belajar matematika kategori rendah, 63% minat belajar matematika kategori
sedang, dan 17% kategori tinggi. Jadi, dapat disimpulkan minat belajar
matematika kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar berada pada
kategori sedang.
20
63
170
10
20
30
40
50
60
70
rendah sedang tinggi
Kategori Minat Belajar Matematika Kelas VIII
di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar
Persentase
16
Fahrul Usman/20402110021
3. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar
Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas pertama dilakukan pada komunikasi interpersonal
guru. Taraf signifikan yang ditetapkan adalah 𝛼 = 0,05. Berdasarkan hasil
pengolahan dengan SPSS, diperoleh sign adalah 0,308 dan 𝛼/2 = 0,05/2 = 0,025
maka dapat disimpulkan bahwa data komunikasi interpersonal guru berdistribusi
normal karena nilai sign lebih besar dari 𝛼 atau (0,308> 0,025) sedangkan
nilai 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 dengan dk = 5 taraf kesalahan 0,05 (5%) adalah 11,070. Karena
𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 (9,523<11,070), maka dapat disimpulkan bahwa data komunikasi
interpersonal guru berdistribusi normal.
Pengujian normalitas kedua dilakukan pada minat belajar matematika.
Taraf signifikan yang digunakan adalah 𝛼 = 0,05. Berdasarkan hasil pengolahan
dengan SPSS, diperoleh sign adalah 0,213 dan 𝛼/2 = 0,05/2 = 0,025 maka dapat
disimpulkan bahwa minat belajar matematika berdistribusi normal karena nilai
sign lebih besar dari 𝛼 atau (0,213> 0,025) sedangkan nilai 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 dengan dk = 5
taraf kesalahan 0,05 (5%) adalah 11,070. Karena 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 (6,783<11,070)
maka dapat disimpulkan bahwa data minat belajar matematika berdistribusi
normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Korelasi Fhitung Ftabel Keterangan
XY 14,719 4,20 Signifikan
0,582 2,42 Linear
Hasil uji linieritas komunikasi interpersonal guru terhadap minat belajar
matematika diperoleh Fhitung < Ftabel atau 0,582 < 2,42 sehingga data tersebut
berpola linier.
17
Fahrul Usman/20402110021
c. Analisis Regresi Linier Sederhana
Nilai dari koefisien 𝑎 dan 𝑏 dapat ditentukan dengan menggunakan SPSS 20
berikut ini :
a b Persamaan Regresi
2,925 0,631 𝑌 = 2,925 + 0,631X
Model tersebut menujukkan bahwa konstanta (a) adalah 2,925. Hal ini
berarti jika komunikasi interpersonal guru bernilai 0 maka minat belajar
matematika siswa bernilai positif yaitu 2,925. Adapun nilai koefisien regresi
variabel komunikasi interpersonal guru bernilai positif yaitu 0,631. Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan kualitas dari komunikasi
interpersonal guru akan diikuti dengan kenaikan minat belajar matematika
sebesar 0,631 sebaliknya apabila terjadi penurunan satu satuan kualitas
komunikasi interpersonal guru akan diikuti penurunan minat belajar matematika
sebesar 0,613 apabila komunikasi interpersonal guru dikontrol.
Kesalahan baku atau selisih taksir standar regresi sederhana dapat dilihat
dari hasil analisis SPSS 20 diperoleh sebagai berikut :
Se Sb R R2
Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate
11,849 0,164 0,587 0,345 0,321 3,961
Adapun analisis determinasi dalam regresi linear sederhana digunakan
untuk mengetahui peresentase sumbangan pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
peresentase variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variabel dependen. Jika R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun
presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen, atau variabel independen yang digunakan dalam model tidak
menjelaskan sedikitpun variabel dependen. Sebaliknya R2
sama dengan 1, maka
peresentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sempurna atau variabel independen yang digunakan
dalam model menjelaskan 100% variabel dependen.
18
Fahrul Usman/20402110021
Berdasarkan tabel (lampiran) diperoleh nilai R2
sebesar 0,345 atau 34,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh komunikasi
interpersonal guru terhadap minat belajar pada mata pelajaran matematika sebesar
34,5% sedangkan 65,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model ini.
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan. Nilai ini
selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif untuk
regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai
koefisien determinasi. Adapun nilainya sebesar 0,321.
Standard Error of the Estimate adalah ukuran kesalahan prediksi diperoleh
sebesar 3,961.Artinya kesalahan yang dapat terjadi dalam memprediksi variabel Y
(minat belajar pada mata pelajaran matematika) sebesar 3,961.
d. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan dengan SPSS diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,001. Hal ini menandakan bahwa H0 ditolak karena nilai signifikansinya
< 𝛼 (0,001 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal guru
berpengaruh terhadap minat belajar pada mata pelajaran matematika.
B. Pembahasan
Pada umumnya minat belajar digunakan sebagai parameter sebuah
keberhasilan belajar. Ada banyak faktor yang menentukan minat belajar siswa,
diantaranya faktor komunikasi interpersonal guru. Minat belajar menyangkut rasa
suka atau ketertarikan terhadap pelajaran dalam proses belajar mengajar. Jika
proses belajar mengajar yang berlangsung menghasilkan rasa suka atau
ketertarikan terhadap siswa maka prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik.
Komunikasi interpersonal guru dalam proses belajar mengajar mempunyai
hubungan positif yang cukup erat dengan minat belajar matematika.
Berdasarkan deskripsi data penelitian menunjukkan bahwa minat belajar
matematika siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase skor sebesar
63%. Hal ini dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator minat belajar yang
19
Fahrul Usman/20402110021
terdiri dari partisipasi siswa dalam pelajaran matematika, perhatian siswa dalam
proses belajar mengajar, dan perasaan siswa dalam mempelajari matematika.
Dalam belajar, keaktifan sangatlah diperlukan. Siswa tidak boleh bersikap
pasif pada saat pembelajaran berlangsung karena kecakapan dan keterampilan
yang dimiliki dikembangkan dalam proses belajar tersebut. Hal yang bersifat
psikologis misalnya semangat dalam mengikuti pelajaran sangatlah
mempengaruhi dalam proses belajar.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perhatian dalam belajar. Perhatian
merupakan salah satu yang menjadikan siswa konsentrasi dalam proses belajar
mengajar. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi juga oleh perasaan siswa dalam
minatnya terhadap belajar. Bila siswa yang berperasaan senang dan berminat akan
mudah berkonsentrasi dalam belajar. Hal ini diperkuat slameto menyatakan bahwa
perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,
pengertian, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar agar siswa penuh perhatian dalam proses
belajar mengajar.
Komunikasi sangatlah penting karena setiap apa yang kita tuju dapat
tercapai jika dapat dikomunikasikan dengan baik. Begitu pula dengan guru. Guru
merupakan seorang komunikator, karena dialah yang akan menyampaikan
rencana-rencana pembelajarannya pada siswa. Oleh karena itu, guru harus
mengetahui cara-cara komunikasi yang efektif karena tidak akan terlalu
bermanfaat ilmu yang dikuasai guru jikalau tidak mampu mengkomunikasikan
pada siswa secara baik yakni enak untuk diikuti dan mudah untuk dipahami.
Pada kenyataannya komunikasi interpersonal guru dalam proses belajar
mengajar di SMP Pesantren IMMIM Putra Makassar masuk dalam kategori
sedang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase skor sebesar 57%. Hal tersebut
dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator komunikasi interpersonal guru yang
terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan.
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa komunikasi interpersonal guru
berpengaruh terhadap minat belajar matematika pada siswa kelas VIII di SMP
20
Fahrul Usman/20402110021
Pesantren IMMIM Putra Makassar dengan dibuktikan dari hasil perhitungan
diperoleh Fhitung dengan harga signifikansi kurang dari 0,05. Variabel komunikasi
interpersonal guru berpengaruh terhadap variabel minat belajar matematika
sebesar 34,5%. Selain faktor tersebut terdapat 65,5% faktor lain yang
mempengaruhi yang tidak diteliti. Hasil ini mengambarkan bahwa komunikasi
interpersonal guru bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
minat belajar matematika siswa. Sebab seperti yang telah diuraikan diatas bahwa
minat belajar matematika bisa timbul karena adanya perhatian, perasaan serta
partisipasi terhadap proses belajar mengajar.
Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu
teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan
untuk membangkitkan minat belajar siswa dengan menghubungkan bahan
pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh
manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk
kehidupannya. Kemudian, guru perlu menjelasakan keterkaitan materi pelajaran
dengan kebutuhan siswa. Kemudian, sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat
pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk
dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa akan tidak
diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti
dengan baik yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang
optimal dan kegagalan itu dapat menghilangkan minat siswa untuk belajar.
Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam
belajar (Wina Sanjaya, 2011: 288).
21
Fahrul Usman/20402110021
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi interpersonal guru siswa kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar berada pada kategori sedang dengan persentase
57% berdasarkan nilai rata-rata yaitu 71,8.
2. Minat belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren IMMIM
Putra Makassar berada pada kategori sedang dengan persentase 63%
berdasarkan nilai rata-rata yaitu 48,4.
3. Ada pengaruh positif antara komunikasi interpersonal guru terhadap minat
belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIII di SMP Pesantren
IMMIM Putra Makassar sebesar 34,5%.
22
Fahrul Usman/20402110021
DAFTAR PUSTAKA
A. Devito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Ed. V; Tangerang Selatan:
Karisma Publishing Group, 2011
Alfarisi, Salman. “Pengaruh Penerapan Metode Resource-Based Learning
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi
Datar”. Skripsi. Kediri: Fak. Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Nusantara PGRI Kediri, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Ed. rev., cet. XIV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2010
Azwar, Saifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Ed. 1., cet. IX; Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar, 2007
Elfanany, Burhan. Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru dan Dosen.
Yogyakarta: Araska, 2013.
Hasan, Iqbal. Statistik Inferensial 2. Ed. Rev., cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Iriantara, Yosal dan Syaripudin Usep. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Manfaat, Budi. Membumikan Matematika Dari Kampus ke Kampung. Cet.I;
Jakarta: Buku Kita, 2010.
Murtafiah, Naimatul. “Pengaruh Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar Terhadap Kepuasan Belajar Pelajaran Akuntansi”.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Akuntansi UNNES, 2009.
Naim, Ngainun. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz,
2011.
Ngarojong, Nu. “Indikator Minat Belajar”. Official Website of Nu Ngarojong.
http://suaranuraniguru.wordpress.com/ (1 Desember 2011).
Nurhidayah, A.M.S. “Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman”,
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga, 2012.
P. Pontoh, Widya. “Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Anak”, Acta Diurna, vol.1 no.1 (2013).
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiu- rna/article/view/974.
(Diakses 9 Mei 2014).
Riswandi. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Rozaq, Fadli. “Hubungan Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa dengan
Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif di
SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah”. eprints.uny.ac.id/10165/1/Jurnal
%20Skripsi.pdf (25 Januari 2013).
23
Fahrul Usman/20402110021
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Cet. IV; Jakarta: Prenada Media
Group, 2011.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Sudjana, Nana. Statistik Pendidikan. Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. XVI; Bandung: Alfabeta, 2013.
Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Ed. I., cet. XVI; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. VI;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Susanto, Hadi. “Minat Belajar Siswa”. Official Website of Hadi Susanto.
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/
(12 Mei 2013).
Wahyono, Joko. Cara Ampuh Merebut Hati Murid. Jakarta: Esensi, 2012.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Ed. V; Yogyakarta: Andi, 2010.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Cet. XV; Yogyakarta: Media Abadi, 2012.
top related