Transcript
Edisi Juli 2012 1
Kritis dan Dinamis Edisi Juli 2012
Formatik menjadiwadah yang tepat bagimahasiswa Jurnalistik
Hal... 10
Pro dan kontra, KKNjalan terus. Membanguncitra di masyarakat
Hal... 11
Foto cover: Soleh Saputra
Edisi Juli 20122
Liputan Utama
NTERNET saat ini sudah
menjadi kebutuhan pokok
mahasiswa. Banyak aktivitas
yang bergantung pada internet,
mulai tugas hingga urusan
administrasi.
Untuk melihat budaya internet di
kalangan mahasiswa UIN Suska Riau,
pada Mei-Juni 2012, Komunika
mengadakan survei tentang perilaku
penggunaan internet pada mahasiswa.
Hasilnya, dari 75 responden yang
disurvei di delapan fakultas, 30%
menyatakan mengakses internet setiap
hari. Kemudian 45% mengakses internet
antara 3-5 hari dalam sepekan. Selebihnya
mengakses internet kurang dari tiga hari
dalam sepekan.
Perangkat yang paling banyak
digunakan adalah notebook mencapai
55%. Kemudian handphone 18% dan per-
sonal computer 16%. Selebihnya
menggunakan perangkat telepon pintar
dan sejenisnya.
Kegiatan yang paling sering dilakukan
ketika mengakses internet, tanpa tujuan
mencapai 37%. Kemudian mendownload
tugas kuliah 28%, mengakses Facebook
Budaya Internet Kita
Penerbit: Jurusan Ilmu Komunikasi FDIK UIN Suska Riau Penanggung Jawab: Dr Nurdin Abdul Halim MA
Pengarah: Yantos MSi Pembina: M Badri MSi, Musfialdy MSi, Dewi Sukartik MSc Pemimpin Redaksi:Panji Wibowo Redaktur: Evan Gunanzar, Sholeh Saputra, Nasriyal Reporter: Muhammad Iqbal, Anisa
Azizah, Nova Serliana Sari, Titi Yanti, Suryati Endang Lestari, Elvita Rahmi, Syafrian, Efrizal, Undri, Rahima,
M. Zaky Fahmi, Sugoro Arifin Tata Letak/ Grafis: KOMUNIKA Alamat Redaksi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultasn Syarif Kasim Riau. Jl. H.R. Soebrantas No. 155 KM. 15
Simpangbaru, Pekanbaru, Riau. Online: www.komunikanews.com
I
24%, main game online 7% dan
berinteraksi di forum online 4%.
Manfaat kecanggilan teknologi
internet ini, bagi kalangan mahasiswa
ibarat dua sisi mata pisau. Satu sisi dapat
membantu menyelesaian tugas kuliah
secara cepat. Di sisi lain dapat
menimbulkan efek negatif jika
disalahgunaan.
Berdasarkan survei mengedai dampak
penggunaan internet, dampak positif yang
paling banyak diperoleh mahasiswa
adalah bertambahnya pengetahuan,
dengan persentase mencapai 61%.
Sedangkan dampak negatifnya paling
menonjol adalah lupa waktu, yang diakui
63% responden.
Menurut M Fadli Andika (20)
mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UIN
Suska Riau, budaya internet di kalangan
Teknologi internetibarat dua sisi
mata pisau. Apayang dilakukanmahasiswa UIN
Suska?
Edisi Juli 2012 3
Liputan Utama
Kepemilikan akun media sosial
DARI survei penggunan media
sosial yang dilakukan Komunika
terhadap 75 responden dari berbagai
fakultas di UIN Suska Riau, ternyata
Facebook masih menjadi situs jejaring
sosial yang paling diminati mahasiswa.
Sebab 93% mahasiswa mengaku
memiliki akun situs pertemanan yang
dibesut Mark Zuckerber tersebut.
Untuk media sosial lainnya, blog
yang notabene menjadi media sosial
paling bergengsi karena hampir sekelas
website, hanya dimiliki oleh 47%
mahasiswa.
Kemudian situs mikroblogging
Twitter hanya dimiliki 47% mahasiswa
dan akun di YouTube hanya dimiliki
20% mahasiswa.
Terkait media dosial, Guru Besar
Komunikasi Universitas Padjajaran
Prof H Deddy Mulyana MA PhD
Facebook Masih Juaramahasiswa dapat membantu memperluas
pengetahuan terutama memudahkan
dalam hal mendapatkan referensi tugas
kuliah.
“Saya merasa dimudahkan dengan
adanya fasilitas internet terutama dalam
membuat tugas kuliah dan pengetahuan
yang lainnya. Selain itu fasilitas internet
juga dapat membantu saya untuk
memperluas bertemanan melalui jejaring
sosial,” kata mahasiswa semester VI ini.
Selanjutnya, Rusmini (22) mahasiswi
Prodi Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau,
menurutnya budaya internet di kalangan
mahasiswa dapat digunakan sebagai
wadah untuk menambah informasi,
pengetahuan dan jariangan.
“Dengan internet mahasiswa dapat
dengan mudah berkembang. Bagi mereka
yang bisa menggunakan dengan baik. Tapi
bagi mereka yang tidak bisa menggunakan
dengan baik bisa sebaliknya, kecanduan
bermain game online dan mengakses
berita yang tidak bermanfaat,”nilainya
Menurut Rusmini, keuntungan internet
bagi dirinya adalah dapat mengakses
segala keinginan dengan mudah,
memudahkan mencari tugas kuliah,
memudahkan berhubungan dan
berkomunikasi dengan teman.
“Buat saya fasilitas internet digunakan
untuk Facebook, Twitter, mengakses data-
data berhubungan dengan tugas-tugas
perkuliahan, download lagu, video dan
gambar serta dapat mengakses informasi,”
katanya.
Berbeda dengan Ayu Dastari (20),
mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI) UIN Suska Riau, secara tegas Ayu
mengatakan internet dapat merusak
mahasiswa yang salah menggunakan.
“Tapi dapat memberikan kemudahan jika
dimanfaatkan dengan baik,” imbuhnya.
Indikator Kampus Kelas Dunia
Kepala Puskom UIN Suska Riau
Wartono mengatakan, untuk menjadi uni-
versitas bertaraf internasional harus
ditunjang oleh IT yang baik. “Salah satu
indikator untuk menjadi world class uni-
versity IT-nya harus mapan,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran internet di
kampus, khususnya adanya pelayanan
online, merupakan salah satu program dari
universitas agar universitas ini bisa
bersaing dengan universitas-universitas
yang sudah maju dan diakui di taraf
internasional.
“Saat ini ada sejumlah pelayanan
online yang sudah dilakukan yaitu
registrasi, wisuda, pengisian KRS dan
KKN. Untuk mendapatkan pelayanan
online tersebut mahasiswa bisa
mengunjungi situs-situs yang sudah dibuat
oleh pihak Puskom,”jelasnya
Wartono menambahkan, pelayanan
online ini dilakukan untuk mempermudah
pegawai bekerja dan mempermudah
mahasiswa untuk mendapatkan pelayanan
dengan fasilitas-fasilitas yang sudah
disediakan oleh Puskom.
“Mahasiswa juga tidak dibebankan
dengan adanya keterbatasan waktu untuk
mendapatkan pelayanan karena sistem
online ini bisa akan melayani selama 24
jam, kecuali jika terjadi gangguan jaringan
dari sistem tersebut,” katanya. (*)
Tim
berpendapat, media sosial hanyalah
perpanjangan panca indra untuk
memudahkan manusia berkomunikasi.
Kehadiran media sosial tetap tidak
dapat menggantikan komunikasi tatap
muka.
“Banyak sekali dampak negatif dari
media sosial. Karena itu saya sepakat
kalau dilakukan social media literacy
bagi masyarakat agar dampak positifnya
yang mengemuka dibanding dampak
negatif,” ujarnya saat menjadi
narasumber seminar “Media Sosial dan
Kontrol Masyarakat” di Hotel Pangeran
Pekanbaru, Sabtu (15/7/2012).
Deddy pun berharap pengguna me-
dia sosial lebih cerdas dalam
menggunakan media baru tersebut.
“Media sosial hanyalah alat. Baik
buruknya tergantung kita sendiri,”
ujarnya. (*)
Tidak7%
Ya93%
Tidak53%
Ya47%
Ya47%
Tidak53%
Tidak80%
Ya20%
Edisi Juli 20124
Liputan Utama
NTUK menjadikan UIN
Suska Riau sebagai univer-
sitas bertaraf internasional
harus ditunjang oleh
perangkat Information Tech-
nology (IT) yang baik.
Demikian disampaikan Kepala
Puskom UIN Suska Riau Wartono MSc,
kepada Komunika, Selasa (2/5/2012), di
ruang kerjanya. Ia mengatakan, meskipun
sudah ada upaya untuk memaksimalkan
pelayanan birokasi dari sistem pelayanan
manual ke sistem online, namun hingga
kini masih menimbulkan
persoalan pada tahap
aplikasinya.
Banyaknya persoalan
pelayanan internet tersebut,
berdasarkan hasil survei
Komunika terhadap 75
mahasiswa UIN Suska Riau
dari berbagai fakultas,
menghasilkan ketidakpuasan
sebagian besar mahasiswa.
Karena berdasarkan data
yang dihimpun, 45%
mahasiswa mengatakan tidak
puas dan 39% kurang puas.
Sedangkan yang puas hanya 13%.
Alasannya, sebagian besar
menyebutkan kecepatan akses internet
UIN Suska sangat lambat dan sering tidak
dapat diakses atau koneksinya terputus.
“Jaringan lola (loading-nya lama) sekali
dan sering dimatikan,” tulis salah satu
responden.
Bahkan sejumlah mahasiswa mengaku
keberatan dengan sistem koneksi berbayar
Dari “Lola” hingga Gratisan
yang diberlakukan pihak Puskom.
“Seharusnya gratis bagi mahasiswa, bukan
dibebankan. Bagaimana UIN mau maju
kalau tidak bisa menanggung sendiri.
Banyak mahasiswa yang tidak menyukai
hal seperti ini,” kata Chairul, mahasiswa
Psikologi.
Irfan, mahasiswa Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi juga
berharap agar setiap fakultas bisa
terkoneksi internet dan mahasiswa bebas
mengaksesnya. “Tanpa ada password
karena mahasiswa banyak tidak tahu,”
ujarnya.
Ketidakpuasan tersebut diperkuat
dengan sedikitnya mahasiswa yang
mengakses internet di kampus, hanya 4%.
Sebagian besar mengaku mengkases
internet di rumah (57%) dan warnet
(28%).
Terkait pelayanan, Wartono
mengatakan, bila terjadi kesalahan non
teknis seperti terjadi kesalahan ketika
melakukan pengisian KRS maka
mahasiswa bisa melapor ke bagian
akademik. Jika terjadi kesalahan teknis
seperti situs error maka mahasiwa bisa
menghubungi atau melapor langsung
kepada admin di Puskom.
“Kesalahan-kesalahan dalam sistem
pelayanan online tersebut sudah biasa
terjadi dan itu juga merupakan masukan
bagi kami untuk lebih mengembangkan
sistem online ini kedepannya,” janjinya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala
Bagian Akademik UIN Suska Darul
Khutni, ketika terjadi kesalahan dalam
pengisian KRS mungkin itu disebabkan
karena kesalahan memasukkan data atau
nilai yang berubah dan hal ini bisa
merugikan mahasiwa dan bisa juga
menguntungkan mahasiswa.
“Bagi mahasiswa yang nilainya
berubah menjadi lebih baik maka ia akan
diam-diam saja tetapi ketika nilai
mahasiswa tersebut menjadi lebih buruk
maka mereka akan komplain langsung
kebagian akademik,” ujarnya. (*)
Tim
APAKAH ANDA PUAS DENGAN
PELAYANAN INTERNET KAMPUS?
Aktivitas mahasiswa menggunakan jaringan internet kampus.U
Selamat Datang Mahasiswa BaruJurusan Ilmu Komunikasi FDIK UIN Suska
Internet cepat danmurah menjadi
tuntutan. Bagaimanapendapat mahasiswa
terhadap internetkampus?
Selamat bergabung di
Edisi Juli 2012 5
AKULTAS Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FDIK) UIN
Suska Riau mengadakan studi
akademik ke UIN Sunan Kali
Jaga (UIN Suka) dan Univer-
sitas Gadjah Mada (UGM), keduanya di
Yogyakarta, Jumat-Sabtu (6-7/7/2012).
Kegiatan yang diikuti sebagian besar
pimpinan fakultas, dosen dan pegawai
tersebut dan dipimpin langsung Dekan
FDIK UIN Suska Riau Prof Dr Amril M
MA.
“Kita memilih dua universitas tersebut,
karena keduanya lebih tua dan tentunya
lebih berpengalaman. Sehingga kita bisa
lebih banyak menimba ilmu dengan
harapan dapat meningkatkan kinerja
FDIK ke depan,” ujar Amril.
Kunjungan pertama dilakukan di
Fakultas Dakwah UIN Suka, dimana
fakultas tersebut memiliki beberapa pro-
gram studi yang sebagian besar hampir
sama dengan program studi di FDIK UIN
Suska Riau. “Fakultas Dakwah di UIN
Sunan Kali Jaga sudah berdiri sejak tahun
1970 dan kini memiliki empat Jurusan dan
satu Program Studi,” kata Dekan Fakultas
Dakwah UIN Suka Dr H Waryono.
Selain itu, UIN Suka juga memiliki
laboratorium penunjang dan pusat studi
yang mendukung pengembangan
akademik dan kompetensi mahasiswa.
“Kami memiliki Pusat Studi Dakwah dan
Transformasi dan Pusat Pengembangan
Teknologi Dakwah. Kemudian dua
laboratorium, yaitu kesejahteraan sosial
dan manajemen dakwah,” jelas Waryono.
Menurut Sekretaris Jurusan KPI
Saptoni MA, keberadaan pusat studi dan
laboratorium tersebut dapat meningkatkan
kompetensi mahasiswa. Terlebih Pusat
Pengembangan Teknologi Dakwah
(PPTD) memiliki stasiun televisi, radio
kampus dan studio fotografi dan desain
yang berperan penting menambah skill
mahasiswa.
“Dengan fasilitas tersebut, mahasiswa
kami dapat meningkatkan skill praktis
sehingga ketika lulus nanti mereka siap
pakai,” ujarnya.
Universitas Riset
Sementara itu, dalam kunjungan ke
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UGM,
Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Muhamad Sulhan SIP MSi mengatakan,
saat ini fokus kajian jurusan tersebut pada
Jurnalisme dan Komunikasi Strategis.
“Namun kami ingin beda dari yang lainnya,
karena itulah riset menjadi jantung
pengembangan program studi,” ujarnya.
Sulhan mengungkapkan, Jurusan Ilmu
Komunikasi UGM juga memadukan
aspek ilmu pengetahuan dan seni dalam
mendidik mahasiswanya. Karena itulah
mahasiswa Komunikasi UGM banyak
menghasilkan karya yang mendapat
Studi Akademik ke Jogja
Liputan Khusus
prestasi di tingkat nasional dan
internasional.
“Kami memiliki misi alumnus tidak
menjadi tukang. Kalau hanya menjadi
tukang kursus saja dua bulan pasti bisa.
Tapi kelebihan sarjana adalah karya yang
dihasilkan harus berdasarkan riset yang
matang. Riset harus menjadi nilai lebih di
universitas. Sehingga Ilmu Komunikasi
dapat sejajar dengan sains yang lain,”
paparnya.
Salah satu keunggulan Jurusan Ilmu
Komunikasi UGM adalah memiliki
lembaga riset New Media Studies.
Institusi otonom tersebut bertugas
mengembangkan kajian media baru dan
memperluas kerja sama internasional.
“Bahkan untuk menjawab
perkembangan yang terjadi kami tiga
tahun sekali melakukan perubahan
kurikulum. Kami undang mahasiswa,
maunya apa? Itu yang akan kami berikan.
Sehingga output kami update terus
terhadap perkembangan, terutama realitas
media baru,” imbuh Sulhan.
Lebih jauh, Manajer New Media Stud-
ies Syafrizal SIP mengatakan, dengan
adanya institusi tersebut, UGM akan
menjadi rujukan kajian new media di In-
donesia.
Beberapa langkah yang sudah
dilakukan, lanjut Syafrizal, seperti call
paper bertema media baru, seminar-semi-
nar dan kerja sama dengan perguruan
tinggi asing, salah satunya Manchester
University di Inggris. “Kajian new media
yang kami lakukan bersifat holistik,”
ungkapnya. (*)
MC
F
FDIK UIN Suskaberkunjung ke
dua kampusterkemuka di
Yogyakarta. Apayang dicari?
Edisi Juli 20126
ERTEPATAN dengan hari
Pers Nasional 9 Februari
2012, dilaksanakan peres-
mian nota kesepahaman
antara Dewan Pers dengan
Kepolisian Republik Indonesia.
Penandatanganan ini sangat penting untuk
melembagakan kemerdekaan pers di In-
donesia. Menurut Anggota Dewan Pers
Agus Sudibyo “perjalanan pembahasan
nota kesepahaman Memorandum of Un-
derstanding (MoU) ini cukup panjang dan
berliku” (Kompas 15/2/2012). Artinya
perintisan nota kesapahaman tersebut
sudah cukup lama, hingga mengalami
masa pergantian Pimpinan Kepolisian RI
dan Kepengurusan Dewan Pers. Mestinya
nota kesepahaman ini menjadi sesuatu hal
yang penting dan sangat berarti dalam
membangun pers nasional. Dalam hal ini
menyelesaikan pertikaian jurnalistik,
menangani kriminalisasi pers dan tentunya
mengarah kepada kemerdekaan pers.
Yang terjadi selama ini insan pers tidak
merasa aman dalam menjalankan tugas
mulia menyajikan pemberitaan untuk
memberdayakan masyarakat luas, karena
selalu terjadi benturan penafsiran tentang
perlindungan nama baik dan ketertiban
umum dengan prinsip-prinsip universal
tentang kemerdekaan pers. Salah
penafsiran ini seringkali memicu kepada
benturan, kontroversi yang tidak kondusif
antara penegak hukum dan komunitas
pers. Pada hal dalam UU Pers No. 40/
1999 dan Kode Etik Jurnalistik telah
menawarkan penyelesaikan perselisihan
dan sengketa jurnalistik dengan
memaksimalkan hak jawab, hak koreksi,
permintaan maaf, dan mediasi Dewan
Pers. Sanksi pidana baru dilaksanakan
ketika pihak perusahaan media tidak
memenuhi ketentuan hak jawab, atau
melakukan pengulangan terhadap
pelanggaran dan kesalahan yang sudah
perna dilakukan. Yang terjadi di lapangan
adalah penegak hukum selalu
mengabaikan tawaran penyelesaikan
masalah menggunakan UU Pers, tetapi
langsung mengarah kepada pelanggaran
perdata atau pidana.
Analisis
Masa Depan PendidikanJurnalisme
Selama 2011, Dewan Pers mencatat 85
kasus kekerasan terhadap insan pers,
dalam berbagai bentuk: penganiayaan,
perusakan, intimidasi, pengusiran, hingga
penghilangan nyawa (Kompas, 15/2/
2012). Intimidasi dilakukan oleh
kelompok yang merasa dirugikan oleh
OlehDr Nurdin Abd Halim MA
(Ketua Jurusan Ilmu KomunikasiFDIK UIN Suska Riau)
B
Meskipun SarjanaJurnalistik memiliki
kompetensi-kompetensijurnalisme yang
memadai akan tetapikeberhasilan mereka di
lapangan sangatditentukan oleh
pengembangan diri danlingkungan tempat
mereka bekerja.
pemberitaan media. Para pelaku dari
berbagai kalangan, pejabat publik,
pegawai pemerintah, artis, preman
suruhan, dan masyarakat umum.
Ketidakpastian perlindungan berakibat
kepada ketidakberanian para jurnalis
menyuarakan kebenaran karena
mempertimbangkan keselamatan jiwa dan
raga. Akhirnya kebenaran menjadi bulan-
bulanan kepentingan kelompok tertentu,
dan masyarakat tidak mendapatkan
informasi yang benar. Keadaan ini tentu
tidak dapat dibiarkan karena akan
menghancurkan sendi-sendi kehidupan
demokratis dan bertentangan dengan
UUD 1945.
Pada UU Pers No. 40/1999 Pasal 3 (1)
menegaskan bawah pers nasional
mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan dan
kontrol sosial. Tujuan ini tidak akan
tercapai kalau insan pers apriori terhadap
tugas dan tanggungjawab yang
diembannya, hanya karena mereka tidak
merasa aman dalam menjalankan tugas
jurnalistik. Dan negara telah menjamin
kebebasan pers, Pasal 4 (3) untuk
menjamin kemerdekaan pers, pers
nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan
gagasan dan informasi.
Untuk memartabatkan pelaksanaan
UU Pers, salah satu langkah yang sangat
tepat adalah apa yang sudah dilakukan
Dewan Pers dan Kepolisian Republik In-
donesia dengan menandatangani nota
kesepahaman. Dengan MoU tersebut,
kedua belah pihak akan saling
berkordinasi dalam memberikan
pengawasan dan perlindaungan terhadap
insan pers dalam menjalankan tugas
peliputannya di lapangan sehingga
pemahaman dan penafsiran terhadap UU
Pers akan sama dan sejalan.
Namun demikian pembinaan terhadap
insan pers harus terus dilakukan untuk
mengoptimalkan tugas yang mulia ini.
Tugas yang mulia tidak akan dapat
mencapai sasaran yang tepat apabila tidak
dilakukan oleh praktisi-praktisi yang
profesional. Untuk itu profesionalisme
Edisi Juli 2012 7
Analisis
Kuliah lapangan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UIN Suska ke kantor Harian
Koran Riau untuk meningkatkan kompetensi.
wartawan adalah sesuatu yang mutlak dan
tidak dapat ditawar-tawar untuk
menyediakan pemberitaan yang
berkualitas sesuai harapan UU Pers.
Pembinaan dan pengembangan pers tidak
hanya sebatas memperketat pengawasan
dan penegakan aturan bagi yang
melanggar rambu-rambu pemberitaan.
Tapi yang lebih penting adalah pembinaan
dan penataan profesionalisme agar
jurnalis trampil dalam menjalankan tugas-
tugas pemberitaan.
Pendidikan dan
Pembinaan Jurnalis
Masalahnya siapa yang
bertanggunjawab terhadap pembinaan dan
penataan profesionalisme kewartawanan?
Penerbit Surat Kabar, Asosiasi
Kewartawanan, Dewan Pers, atau
Lembaga Pendidikan? Penerbit Surat
Kabar sudah menetapkan standarisasi
pendidikan bagi wartawan adalah Sarjana
Strata Satu (S1). Padahal tidak semua
lembaga pendidikan formal Strata Satu
menyediakan kompetensi-kompetensi
dasar yang diperlukan bagi seorang
jurnalis. Oleh karena itu seharusnya Pro-
gram Studi Jurnalistik (S1), menetapkan
kompetensi dasarnya sebagai berikut: 1)
Memiliki pengetahuan umum tentang
sistem sosial, budaya, hukum, ekonomi
dan politik khususnya dalam konteks
nasional. 2) Memiliki pengetahuan
komunikasi massa dan keterampilan
melakukan berbagai teknik riset media
massa. 3) Memiliki kemampuan persuasi
dan komunikasi antarpribadi dalam
menjalin hubungan dengan sumber berita.
4) Memiliki kemampuan dalam
mewawancarai, menulis, mengedit,
mendesain dan memproduksi berita baik
cetak maupun elektronik. 5) Memiliki
kesadaran dan kemampuan dalam
menggunakan teknologi komunikasi,
informasi dan fotografi untuk
mengoptimalkan praktik jurnalistik. 6)
Memiliki kesadaran dan pengetahuan etis,
sistem hukum pers dan sistem kehidupan
sosial masyarakat.
Meskipun Sarjana Jurnalistik memiliki
kompetensi-kompetensi jurnalisme yang
memadai akan tetapi keberhasilan mereka
di lapangan sangat ditentukan oleh
pengembangan diri dan lingkungan tempat
mereka bekerja. Disamping itu
kemampuan kompetisi mereka di
lapangan sangat ditentukan oleh
penguasaan praktikal yang terkait dengan
pengalaman dan jam terbang seorang
jurnalis dalam menghadapi dunia
pemberitaan. Dengan demikian banyak
sekali yang mempengaruhi kompetensi
seorang jurnalis dalam melaksanakan
tugas.
Yang harus dioptimalkan adalah
pengawasan pelaksanaan tugas di
lapangan yang dilakukan oleh Dewan Pers
agar tidak terjadi benturan atau
meminimalisir terjadinya pelanggaran.
Permasalahannya adalah bagaimana
mungkin Dewan Pers dapat mengawasi
semua aspak terjang para jurnalis di
lapangan yang jumlahnya mencapai
puluhan ribu bahkan jutaan yang tersebar
di seluruh pelosok nusantara, sementara
Dewan Pers punya keterbatasan untuk
menjangkau wilayah-wilayah pemberitaan
di republik ini?
Pada hal Dewan Pers dihadapkan pada
keharusan untuk meningkatkan kapasitas
dalam menangani kasus-kasus pers secara
cepat, adil dan menyeluruh. Tidak hanya
menangani kasus-kasus pers, tetapi Dewan
Pers juga harus terlibat aktif dalam
mendidik insan pers agar profesional
sehingga tidak terjadi pelanggaran dan
penyalahgunaan wewenang yang
diberikan oleh UU Pers. Bukankah
mencegah terjadinya pelanggaran jauh
lebih baik dari pada menyelesaikan
sengketa pelanggaran.
Dewan Pers memang berhadapan
dengan tugas yang berat untuk mengawasi
dan membina insan pers yang cukup
banyak jumlanya dan tersebar di seluruh
pelosok nusantara, dengan berbagai
macam bentuk karakter, budaya dan
tradisi. Disampiang itu, Dewan Pers juga
harus membuktikan fungsinya tidak
sekedar melindungi kemerdekaan pers,
tetapi juga menegakkan kode etik
jurnalistik tanpa pandang bulu. Hal ini
diperlukan untuk menegakkan martabat
pers dan untuk memberikan rasa keadilan
bagi semua pihak. Keseimbangan dalam
pemberitaan adalah sangat sukar untuk
dijalankan dan keberpihakan selalu saja
dimenangkan oleh orang yang punya
hubungan dengan media dan media dapat
memetik keuntungan.
Kerja berat Dewan Pers tentu sedikit
terbantu dengan adanya penandatanganan
nota kesepahaman dengan Kepolisian
Republik Indonesia, sehingga aparat
penegak hukum juga dapat mengawasi
langkah dan gerak praktisi jurnalistik.
Disamping itu keikutsertaan semua pihak
meliputi Penerbit Surat Kabar, Asosiasi
Kewartawanan, dan Pendidikan Tinggi
untuk memperbaiki, mengawasi dan
memberikan kontribusi guna mendidik
dan mengarahkan para kuli tinta dalam
menjalankan tugas adalah sangat
diharapkan sehingga dapat menghasilkan
jurnalis yang profesional dalam
menjalankan tugas kewartawanan. Sesuai
amanat UU Pers No. 40/1999, dan Kode
Etik Kewartawanan. (*)
Edisi Juli 20128
Lintas Berita
IMPUNAN Mahasiswa Ilmu
Komunikasi (Himakom)
Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komuniniaksi Universitas Is-
lam Negeri Sultan Syarif
Kasim (UIN-Siska) Riau periode 2012-
2013 dipimpin kaum hama.
Keizerina Chairani Hutagalung (19)
mahasiswi semester IV dan Hamdi
Hamzah (20) mahasiswa semester II
terpilih sebagai ketua dan wakil ketua
Himakom FDIK UIN Suska Riau.
Pada proses pemilihan ketua dan wakil
ketua Himakom kali ini sedikit berbeda
dengan pemilihan tahun-tahun
sebelumnya, kali ini hanya ada satu
pasangan calon tunggal.
Saat ditemui Komunika di Sekretariat
BEM FDIK, Ketua Himakom Keizerina
mengaku kecewa bercampur senang atas
terpilih dirinya sebagai Ketua Himakom.
Kecewa karena minimnya keinginan
mahasiswa untuk memajukan komunikasi
khususnya mahasiswa semester IV.
Senangnya karena terpilih sebagai Ketua
Himakom.
Menurut Keizerina, salah satu
diindikasi hanya ada satu calon tunggal
karena pada pemilihan tidak ada
mahasiswa komunikasi yang berminat
memajukan komunikasi.
“Saya berencana akan langsung
bekerja untuk membuat terobosan baru,
terutama memajukan komunikasi dengan
membuat kegiatan besar seperti CGT
Kaizerina Pimpin Himakom
namun tentunya dengan konsep yang
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,”
katanya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, untuk program lainnya
belum bisa disebutkan karena masih
dalam perekrutan anggota namun dia
mengaku akan membuat program yang
baru supaya mahasiswa komunikasi tidak
bosan.
Selain itu, dia juga menegaskan siap
menampung aspirasi mahasiswa
komunikasi untuk memajukan
komunikasi.
Di sisi lain, saat diminta pandangannya
mengenai statusnya sebagai wanita
menjadi pemimpin, ia mengatakan, kita
bukanlah negara Islam namun universitas
Islam. Sementara dalam dirinya tidak
mempermasalahkan wanita jadi pemimpin
dan dia juga berkeinginan untuk menjadi
Ketua Himakom.
“Seperti kita lihat tidak adanya yang
ingin menjadi Ketua Himakom, pemimpin
wanita bukan berarti laki-laki di bawah
wanita. Walaupun suatu saat saya gagal
menjalankan fungsi saya sebagai Ketua
Himakom namun saya tidak akan turun
dari jabatan sebaiknya saya koreksi diri
dan menerima masukkan yang positif dari
teman-teman semua,” janjinya
Sementara itu, untuk pereklutan
anggota Himakom kali ini juga berbeda
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
kali ini dilakukan dengan wawancara.
Sementara tahun sebelumnya, diambil dua
orang per kelas, wawancara dilakukan
Ketua Himakom secara langsung. dan
dibantu mantan-mantan pengurus
Himakom.
Di tempat yang sama aktivis BEM
FDIK UIN Suska Riau, Fawahid
mengatakan perlunya wawancara
dilakukan karena kita butuh mahasiwa-
mahasiswa yang aktif dan tidak asal pilih
saja takutnya seperti tahun-tahun
sebelumnya dari awalnya 30 orang
akhirnya hanya tinggal lima orang saja
yang aktif.
“Wawancara ini juga sebagai
pengalaman buat teman-teman.
Rencananya perekrutan anggota akan
diambil sekitar 30 orang,” jelasnya
Sementara saat ditanya tentang kriteria
penilaiannya, Fawahid mengatakan
pengalaman menjadi modal, seberapa
besar keinginan teman-teman untuk
mengabdi diri untuk Himakom dan
prestasi mereka apalagi yang berminat di
bidang olahraga. (*)
Sugoro Arifin
Keizerina Chairani Hutagalung
H
“Saya berencana
langsung bekerjauntuk membuatterobosan baru”
Edisi Juli 2012 9
Lintas Berita
SEKOLAH Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Batusangkar melakukan
Studi Banding (stuban) ke Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK)
UIN Suska Riau, Rabu (30/5/2012).
Pertemuan yang diadakan di gedung
Teather FDIK UIN Suska Riau juga
dihadiri Pembantu Dekan II Darusman
M.Ag dan Pembantu Dekan III Drs
Silawati MPd.
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FDIK
UIN Suska Riau Dr Nurdin Abdul Halim
MA mengungkakan, stuban yang
dilakukan STAIN Batusangkar ini dapat
membangun silahturahmi, bertukar
pengalaman apa yang sudah dilakukan dan
yang belum dilakukan.
“Harapannya ke depan, kita juga bisa
melakukan stuban ke universitas lain,
untuk melihat apa yang dilakukan di uni-
versitas lain yang bisa dikembangkan di
universitas kita,’ujarnya
Deklarator UKM-BKM Batusangkar,
Elfi SPdi, mengatakan hasil stuban ke
Prodi Ilmu Komunikasi FDIK UIN Suska
STAIN Batusangkar Stuban ke FDIK
SEKELOMPOK mahasiswa Prodi
Ilmu Komunikasi semester IV Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK)
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim (UIN-Suska) Riau mengadakan
pameran foto bertajuk “Dari Mata
Lensa”.
Pameran foto yang di gelar di kafe
Riau ini dapat diambil hal-hal yang
bersifat positif yang bisa diterapkan di
STAIN Batusangkar. Harapannya
kedepan STAIN batusangkar juga punya
Prodi Ilmu Komunikasi.
Akhir silahturahmi, ditandai dengan
penyerahan plakat dari Deklarator UKM-
BKM STAIN Batusangkar kepada Ketua
Jurusan Prodi Ilmu Komunikasi. (*)
M Iqbal
Penyerahan plakat oleh Elfi SPdI dari STAIN Batusangkar kepada Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Dr Nurdin MA dalam acara studi banding di Gedung Teater FDIK.
Oblend Jalan Paus Pekanbaru tersebut
dikuti 32 karya mahasiswa.
Disela-sela pameran, saat ditemui
Komunika, dosen pengampu matakuliah
fotografi Prodi Ilmu Komunikasi Fachrozi
Amri mengatakan, kegiatan pameran foto
ini sebagai ajang pembuktian eksistensi
mahasiswa di luar kampus. Disamping ini
Pameran Foto “Dari Mata Lensa”bagian dari tugas akhir semester.
Dijelaskan Fachrozi, pameran foto
kali ini mengambil beberapa tema yaitu
human interes, people in the news,
makro, dan landscape.
Lebih lanjut ditegaskan Fachrozi,
lima karya terbaik peserta akan
diserahkan ke pihak FDIK UIN Suska
Riau untuk selanjutkan dipajang atau
diikutkan pada kegiatan pameran
selanjutnya baik di lingkungan kampus
maupun luar kampus bahkan ke tingkat
nasional.
Arif (22) salah seorang pengunjung
pameran mengungkapkan bahwa
pameran foto ini cukup menarik.
“Acaranya bagus menambah wawasan
fotografi,” ujarnya.
Meskipun masih dalam tahap
fotografi dasar, para peserta dari
kalangan mahasiswa ini sudah
menciptakan karya yang bagus. (*)
Soleh Saputra
Pengunjung
pameran
sedang
melihat-lihat
foto hasil
karya
mahasiswa.
Edisi Juli 201210
Lintas Berita
ULISLAH apa yang pantas
dibaca, atau paling tidak
lakukanlah hal yang pantas
dituliskan. Bisa jadi ungkapan
Negarawan Benjamin Franklin
inilah yang dirasa pantas menggambarkan
apa yang harus dilakukan mahasiswa.
Melakukan sesuatu yang bukan
kebiasaan tentu bukanlah hal yang mudah,
bahkan untuk hal yang sederhana
sekalipun. Meluangkan waktu hingga larut
malam di sela jadwal perkuliahan tentu
butuh perjuangan ditengah keterbatasan
sarana dan prasana yang ada di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FDIK)Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim (UIN Suska) Riau.
Forum Mahasiswa Jurnalistik
(Formatik) bisa jadi tak banyak orang
yang tahu. Bahkan dikalangan mahasiswa
FDIK sekalipun. Forum yang
beranggotakan mahasiswa Jurnalistik
angkatan 2009 ini diawali dari sekadar
obrolan ringan.
Menurut cerita salah seorang anggota
Formatik, Evan Gunanzar, awal
terbentuknya Formatik ini ketika sejumlah
mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik
angkatan 2009 sedang berkumpul di
rumah dosen guna menyelesaikan tugas
kuliah. Tepat awal Januari 2012
terbentuklah Formatik. Harapannya,
Formatik mencoba menjadi wadah yang
tepat bagi mahasiswa Jurnalistik untuk
saling berbagi informasi seputar dunia
Jurnalistik.
Menurut Iqbal salah seorang anggota
Formatik lain, hal ini sesuai dengan misi
Formatik. Formatik mencoba
menyadarkan mahasiswa untuk
pengembangan diri dan mengapresiasi
karya yang dimiliki dan tidak sekadar
kuliah dan terus pulang tanpa melakukan
kegiatan yang bermanfaat. Dalam
perjalanannya Formatik tidak hanya
berjalan sendiri, tapi juga mendapatkan
dukungan dari salah seorang dosen
fotografi di Prodi Ilmu Komuniaksi UIN
Suska Riau, Fachrozi Amri.
Menurut cerita Iqbal, dukungan yang
diberikan Fachrozi Amri, agar Formatik
menjadi salah satu wadah kreatif untuk
pengembangan yang positif terhadap
mahasiswa dalam melihat nilai kekayaan
jurnalistik baik tulisan atau foto sehingga
harus mnedapat didukung.
Berkumpul tiap Selasa malam pukul
20.00 WIB tiap minggunya menjadi
jadwal wajib bagi anggota Formatik.
Membahas topik-topik hangat atau juga
membedah foto baik itu karya dari
mahasiswa maupun tokoh fotografi
terkemuka semisal Misha Gordin dan
James Nacthwey .
“ Biasanya ada anggota yang tampil
presentasi pada tiap pertemuannya setelah
sebelumnya hunting foto atau menyiapkan
materi tulisan , baik kelompok atau pribadi
dan tempatnya menyesuaikan,” terang
Iqbal.
Menurutnya hal ini dilakukan guna
mengasah kemampuan dan membiasakan
diri tampil dihadapan orang banyak. Guna
memperkenalkan Formatik kepada
kalangan di luar kampus, Formatik juga
tampil memberikan materi dibeberapa
Komunitas Fotografi di luar kampus,
semisal Komunitas Fotografi Pekanbaru
(KFP) dan Forum Baca Foto.
“ Hal ini juga kita lakukan guna saling
berbagi pengetahuan dan berdiskusi
mengenai dunia Fotografi terutama
berkaitan dengan Jurnalistik,” tambah
Iqbal.
Waktu itu Formatik diwakili salah satu
anggotanya, Putra yang menampilkan
karya bertema “Kondisi kampusku” yang
menceritakan kondisi mahasiswa dalam
aktifitas perkuliahannya. “Mereka juga
menyambut baik yang kita sampaikan,”
tambahnya.
Kedepannya masih banyak hal yang
ingin dilakukan Formatik selain
memperbaiki manjemen keanggotaan
yang ada dan tentunya bagaimana agar
seluruh mahasiswa jurnalistik tahu dan
tertarik untuk memanfaatkan forum ini
guna memberi pengetahuan tentang dunia
jurnalistik dan fotografi guna mewujudkan
misi Jurusan Ilmu Komunikasi yaitu
mewujudkan sumber daya manusia yang
bermutu, yang mampu mengembangkan,
memajukan dan menerapkan Ilmu
Komunikasi secara akademik dan
profesional dalam rangka penyiaran Islam.
(*)
Panji Wibowo
Belajar Jurnalistikdi Formatik
T
Salah satu kegiatan Formatik
Formatik mencobamenyadarkanmahasiswa untukpengembangan diridan mengapresiasikarya.
Edisi Juli 2012 11
Lintas Berita
ESKIPUN terjadi pro dan
kontra terhadap pelaksanaan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
kalangan mahasiswa, namun
tahun ini Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau
(Suska) Riau tetap melaksanakannya.
Tema tahun ini “Pemberdayaan
masyarakat berbasis masjid”.
Kepala Pusat Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) UIN Suska Riau,
Hendri Sayuti MA mengatakan, tahun ini
UIN Suska Riau menurunkan 332 orang
mahasiswa. Tiap lokasi ditentukan
sepuluh orang mahasiswa untuk periode
25 Juni hingga 18 Agustus 2012. Yang
tersebar di tiga lokasi yakni Kabupaten
Kampar, Siak dan Kabupaten Rokan Hilir.
Sementara itu, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan tidak ikut melaksanakan
KKN bersama fakultas lainnya. Hal ini
disebabkan karena jadwal KKN dan
jadwal PPL yang bersamaan.
Tentang pelaksanaan KKN itu sendiri,
terdapat pro dan kontra di kalangan
mahasiswa. Widia (21) mahasiswi Jurusan
Administrasi Negara Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau
menegaskan tidak setuju dengan KKN
karena setelah lulus kuliah mahasiswa
akan tetap terjun ke masyarakat.
Berbeda dengan Nanda (23),
mahasiswi Ekonomi Islam Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau
mengatakan setuju dengan pelaksanaan
KKN karena lewat KKN ini dapat
dibuktikan mana mahasiswa yang bisa
bersosialisasi dengan masyarakat dan
mana yang tidak. Sebab tidak semua
mahasiswa dapat bersoasialisasi dengan
masyarakat dengan baik.
Hal senada juga diungkapkan Syukri
(22), mahasiswa FDIK UIN Suska Riau
semester VI, mendukung pelaksanaan
KKN karena melatih dari dalam bersikap
mandiri serta bertanggungjawab terhadap
apa yang kita kerjakan serta mengabdikan
pada masyarakat.
“Tidak setuju jika pelaksanaan KKN
tidak ada persiapan dan program yang
jelas. Jadi tidak hanya membuang waktu
di kampung orang,” ujarnya.
Selanjutnya, Iman (20) mahasiswa
Fapertapet Semester VI, setuju dengan
pelaksanaan KKN, sebab dengan KKN
dapat melatih mental dan pembentukan
jati diri serta belajar tentang arti kehidupan
sosial dan bermasyarakat.
Ditanya soal tujuan dilaksanakannya
KKN, Hendri Sayuti menjelaskan, tujuan
dilaksanakannya program KKK ini adalah
dengan KKN diharapkan calon-calon
sarjana UIN Suska terlatih terampil
sebagai motivator dan inovator
pembangunan masyarakat.
“Kemudian untuk membantu
pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan terutama di pedesaaan.
Serta memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang penghayatan dan
pengalaman ajaran Islam dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional,”
jelasnya.
Tujuan lainnya, untuk mendekatkan
jarak UIN Suska Riau dengan masyarakat,
KKN Melatih Calon Inovator
M
guna menyusun program pendidikan UIN
Suska Riau untuk kepentingan masyarakat
dan pembangunan nasional.
“KKN juga untuk membantu calon-
calon sarjana mengembangkan pola fikir
dalam rangka pemecahan problematika
yang dihadapi masyarakat terutama di
pedesaan,” jelasnya.
Hendri mengungkapkan, melalui
KKN kampus mempersiapkan calon
sarjana yang lebih menghayati dan
memahami kompleksitas permasalahan
yang langsung dihadapi masyarakat. Juga
memperluas wawasan pemikiran serta
belajar menanggulangi permasalahan
secara praktis penting dilakukan.
“Selama dua bulan mahasiswa tuntut
untuk bisa menjalin hubungan silaturahmi
dengan masyarakat desa atau lokasi
mereka tinggal agar terjadi hubungan
saling menghargai, menghormati serta
saling berbagi. Tidak hanya itu mahasiswa
harus bisa mempraktekkan langsung ilmu
yang didapatnya di kampus dalam
lingkungan masyarakat,” harapnya
Selain itu, dikatakan Hendri, pihak
universitas juga sangat berharap misi
KKN ini berhasil sehingga dapat
memberikan pandangan yang baik dari
masyarakat kepada kampus UIN Suska
Riau dan mahasiswa, sehingga tercipta
mahasiswa yang berlandaskan Al-qu’an
dan sunnah bisa terjawab,”ungkapnya. (*)
Ima, Indrawati dan Nasrial
Pembekalan KKN UIN Suska Riau 2012
Hendri
Sayuti
Edisi Juli 201212
Sosok
JatniHJ JATNI AZNA AR, mahasiswa
semester VI Konsentrasi Broadcast
FDIK UIN Suska Riau asal Pelalawan
ini, memiliki segudang prestasi .
Wanita kelahiran Rantau Baru 14
November 1989, ini juga mempunyai
banyak pengalaman organisasi baik di
lingkungan kampus dan di luar kampus.
Sejumlah organisasi yang sempat
bahkan hingga kini masih ditekuni
adalah Suska TV, FLP (Forum Lingkar
Pena, IRMA Agung An-Nur (Ikatan
Remaja Masjid Agung An-nur),
IKAPDH (Ikatan Alumni Pondok
Pesantren Dar El Hikmah),
IKAMABAS (Ikatan Mahasiswa
Bandar Sei Kijang) dan sebagainya.
Dengan sejumlah organisasi yang
ditekuninya, menghantarkan wanita
yang hobbi fotografi, perfilman,
menulis, melukis, dan membaca untuk
menorehkan sejumlah prestasi.
Berbagai prestasi yang pernah
diraihnya adalah: juara II Lomba
Menulis Cerpen Riau Pos 2010, juara
II Lomba Menulis Cerpen Kelas
Menulis Cerpen Writing Revolution
Segudang Prestasi
(WR) 2010, Juara III Lomba Menulis Surat Cinta
Untuk Ibu 2011, Juara III Lomba Menulis Cerpen
Islami Forum Kajian Intensif Islam (FKII)
2011, Nominator Anugerah Pena I Forum
Lingkar Pena (FLP) 2011.
Kemudian Festival of The Best Producer
at Communication Departement, State Is-
lamic University of Sultan Syarif Kasim
2012, Festival of The Best Short Movie
“Menari Bersama Angin” at Commutication
Dapartement, State Islamic University of
Sultan Syarif Kasim 2011, Nominator
Puisi Mengukir Cahaya
Ramadhan 2011, Nominator
Cerpen Ramadhan Writing Revolution 2011
dan Nominaor FF. humor 2011.
Selain itu, karya-karyanya juga terbit
di beberapa media cetak dan online di
Pekanbaru. Diantara antologi: Cita
Cahaya Gelora Tinta, Sehangat Dalam
Dekapan Ramadhan, Salad Bowl Ajaib,
FF. Humor. (*)
Panji Wibowo
Putra dan Kameranya...SOLEH SAPUTRA, kelahiran Indrapura 21 tahun lalu,
adalah sosok yang cukup menyenangkan bagi teman-
temannya. Saat ini dia masih tercatat sebagai mahasiswa se-
mester VI pada Prodi Ilmu Komunikasi Konsentrasi
Jurnalisik FDIK UIN Suska Riau.
Menurut Putra, sapaan akrab teman-teman di
kampusnya, mengabadikan suatu peristiwa
merupakan hal wajib baginya.
“Mengabadikan karya foto akan lebih
berharga lagi jika di share ke publik,” sebut
pengagum James Nachtwey ini.
Menurutnya sebuah foto tidak hanya dinilai
dari hasil akhirnya, tetapi bagaimana proses
mendapatkannya.
Baginya, untuk mendalami dunia fotografi
tidak cukup hanya di ruang kelas saja, Putra
juga sering mengikuti pelatihan fotografi dan
juga membentuk forum-forum yang
berkaitan dengan bidang jurnalistik,
khususnya fotografi. Berbagai ajang
fotografi juga telah diikuti.
Rumah Foto FDIK UIN Suska Riau
2011, Pameran Foto Esai Jurnalistik
2012, Exhibition of Photography Col-
laboration FISIP UR 2012 hingga yang
teranyar ialah Pameran PFI Pekanbaru
2012 dengan tema” Rekam Jejak Riau
2011" merupakan ajang yang telah
diikuti.
Pameran yang terakhir ialah yang
paling berkesan baginya, hal ini
dikarenakan Ia menjadi Citizen Jour-
nalist terpilih. “ Sebuah kebanggaan
bisa menyumbangkan karya bersama
para pakar foto jurnalistik di Riau,”
ujarnya.
Sejumlah prestasi yang pernah
ditorehkannya diantaranya foto
terbaik pertama dalam pameran
rumah Foto FDIK UIN Suska 2011,
Citizen Journalist terpilih dalam PFI
Riau 2012 dan Stringer Foto LKBN
Antara Riau. (*)
Panji Wibowo
top related