Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor
Post on 26-Oct-2015
103 Views
Preview:
Transcript
PERUBAHAN JARINGAN JALANKAWASAN PENDIDIKAN
JATINANGORDisusun untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Pengantar Jaringan Jalan
Semester V Tahun Ajaran 2013/ 2014
Disusun Oleh:
Adi Setiadi Supendi 111134002Dede Agung Ginanjar 111134010Dery Nurfian P 111134011
3 – D4 TPJJ
DIV - TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
i
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum, Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi mata kuliah PJJ(Pengantar Jaringan Jalan) yang diajarkan oleh
Bapak Atmam Anwar, MSCE.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami
mengucapkan teriman kasih kepada :
1. Bapak Atmam Anwar, MSCE selaku Dosen mata kuliah PJJ(Pengantar Jaringan
Jalan).
2. Bapak Yaya selaku narasumber yang telah meluangkan waktu unutk bercerita
mengenai seluk beluk Jatinangor mulai dari zaman penjajahan Belanda.
3. Ibu Eti selaku narasumber yang terlah meluangkan waktu untuk menjawab seluruh
pertanyaan kami mengenai kawasan Jatingor, jembatan Cincin serta daerah sekitar
kampus UNPAD.
4. Bapak Ambrin selaku narasumber yang telah meluangkan waktu dan memberikan
tempat istirahat saat kami melakukan survey di Kawasan Pendidikan Jatinangor.
5. Sdri. Asti Puspa Dewi Handayani selaku mahasiswi unpad yang telah meluangkan
waktu untuk membantu meberikan foto mengenai daerah kostan sekitar kampus
unpad (Cikuda).
6. Serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Kami menyadari, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala
kerendahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak.
Bandung, Oktober 2013
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 11.3. Tujuan ............................................................................................................... 11.4. Ruang Lingkup.................................................................................................. 1
1.4.1 Ruang Lingkup Materi .................................................................... 11.4.2 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................. 2
1.5. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 4
2.1. Tata Guna Lahan ............................................................................................... 4
2.1.1. UNPAD ........................................................................................... 4
2.1.2. IKOPIN............................................................................................ 4
2.1.3. IPDN................................................................................................ 4
2.1.4. ITB................................................................................................... 4
2.2. Jaringan Jalan .................................................................................................... 5
2.2.1 Jaringan Jalan ................................................................................. 5
2.2.2 Klasifikasi Jalan............................................................................... 5
2.2.3 Kapasitas Jalan ................................................................................ 6
2.2.4 Tingkat Pelayanan Jalan .................................................................. 7
2.2.5 Satuan Kendaraan............................................................................ 8
2.3. Kawasan Pendidikan Jatinangor........................................................................ 8
BAB 3 PEMBAHASAN PERSOALAN ..................................................................... 10
3.1. Kondisi Wilayah Sebelum Ditetapkan Menjadi Kawasan Pendidikan ............. 10
3.2. Karakteristik Kawasan Pendidikan Jatianangor ................................................ 12
3.3. Karakteristik Ruas Jalan Studi .......................................................................... 12
3.4. Karakteristik Guna Lahan Di Sekitar Kawasan Pendidikan Jatinangor............ 12
3.5. Kondisi Lalu Lintas Di Sekitar Kawasan Pendidikan Jatinangor ..................... 13
BAB 4 KESIMPULAN ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii
LAMPIRAN.................................................................................................................. iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kesadaran dan kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas semakin meningkat di
masayarakat. Jumlah perguruan tinggi negeri di Kota Bandung sendiri ada 5, yaitu :
ITB, POLBAN, UIN, UPI, dan UNPAD. Kebutuhan akan guna lahan untuk pendidikan
sangat dibutuhkan, akan tetapi di Kota Bandung sendiri sudah tidak lagi memadai.
Maka, pada tahun 1987 Kecamatan Jatinangor resmi ditetapkan sebagai kawasan
pendidikan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat
No. 593/3590/1987. Diawali oleh UNPAD(1983), IKOPIN(1984), IPDN(1988),
ITB(2010).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Kecamatan Jatinangor memiliki luas 26,20 km2 dan 3.285,5 hektar, terbagi dalam 7
wilayah peruntukkan berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987.
1. Seperti apa jaringan jalan yang ada sekarang ?
2. Bagaimana akses angkutan umum menuju kawasan Jatinangor ?
3. Bagaimana proses pengalihan lahan di kawasan Jatinangor ?
1.3. TUJUAN
1. Sebagai tugas mata kuliah PJJ (Perencanaan Jaringan Jalan)
2. Mengetahui perkembangan jaringan jalan sejalan dengan berubahnya fungsi lahan di
kawasan Jatinangor.
1.4. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengamatan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang lingkup
materi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup materi merupakan pembatasan materi
yang akan dibahas dalam pengamatan ini, sedangkan ruang lingkup wilayah adalah
pembatasan wilayah pengamatan secara geografis.
1.4.1 RUANG LINGKUP MATERI
Materi yang dibahas dalam pengamatan ini adalah dampak dari tarikan dan
bangkitan kawasan pendidikan Jatinangor terhadap volume kendaraan di jalan
2
terpengaruh, yaitu Jalan Raya Jatinangor dan Jalan Winaya Mukti terhadap jaringan
jalan dan pola pergerakannya.
1.4.2 RUANG LINGKUP WILAYAH
Pengamatan ini dilakukan pada jalan yang terpengaruh secara langsung terhadap
akses keluar/masuk Perguruan Tinggi yang ada di Jatinangor. IPDN, ITB, IKOPIN
memiliki akses keluar/masuk utama yang terdapat pada Jalan Raya Jatinangor.
Sedangkan Jalan Winaya Mukti sebagai akses utama masuk UNPAD dan keluar/masuk
tambahan ITB.
3
1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan dalam studi pengamatan ini terdiri dari empat bagian. Yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang; rumusan persoalan; tujuan; ruang
lingkup studi, meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah; dan
sistematika pembahasan.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan studi yang
dilakukan, seperti teori yang berkaitan dengan tata guna lahan, sistem transportasi,
pengertian jalan sebagai penghubung, pusat perbelanjaan, dan pengaruh guna lahan
terhadap pergerakan.
BAB 3 PEMBAHASAN PERSOALAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai keadaan Kawasan Pendidikan Jatinangor
sebelum dijadikan sebagai kawasan pendidikan, dan permasalahan setelah dijadikan
sebagai kawasan pendidikan terhadap pola pergerakan dan jaringan jalan yang
terpengaruh oleh akses keluar/masuk Perguruan Tinggi yang ada di Kawasan
Pendidikan Jatinangor.
BAB 4 KESIMPULAN
Pada bab ini dibahas mengenai temuan di lapangan, kemudian kesimpulan
pengamatan dari dampak adanya Kawasan Pendidikan Jatingangor.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. TATA GUNA LAHAN
Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan
sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan berupa kawasan pemukiman, kawasan
perumahan, kawasan perkebunan, kawasan pertanian, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan
perdagangan, kawasan industri dan kawasan perairan. (Fauzan; Shidiq; Sihombing, 2013)
2.1.1 UNPAD
Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai dan tahun 1979 baru
disepakati dengan adanya penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan itu
meliputi luas 3.285,5 Hektar, terbagi dalam 7 wilayah peruntukkan. Khusus untuk Unpad,
wilayah pengembangan kampus di Jatinangor mencakup 175 h.
2.1.2 IKOPIN
Kampus Ikopin di Jatinangor Kabupaten Sumedang diresmikan pemakaiannya oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Juli 1984. Upacara ini dihadiri oleh sejumlah
menteri dan beberapa duta besar dari negara sahabat, pimpinan perguruan tinggi negeri dan
swasta, tokoh gerakan koperasi dan lain-lain.
2.1.3 IPDN
Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional
dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam Negeri
Rudini melalui Keputusan No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan program D
III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya dilakukan oleh
Mendagri tanggal 18 Agustus 1990.
2.1.4 ITB
Berdasarkan Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung Nomor 147/SK/K01/2010,
pada tanggal 21 April 2010 dibentuklah Direktorat Pengembangan ITB di bawah koordinasi
Wakil Rektor bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan sebagai organisasi yang
ditugaskan untuk menyelaraskan dan mengkoordinasikan pengembangan Kampus secara fisik
maupun non fisik.
5
Beberapa pengembangan yang sedang dan akan dilakukan berangkat dari arah dan tujuan
jangka panjang ITB menuju tercapainya Visi dan Misi ITB yang tertuang dalam Rencana
Induk Pengembangan (RENIP) ITB 2025. Untuk itu perlu ditetapkan fungsi dan peran
Kampus ITB masa depan sebagai perwujudan multikampus ITB yang berdaya dan berprestasi
pada dinamika tantangan ITB pada masa yang akan datang.
Gagasan mengembangkan ITB multi kampus mendapat kesempatan emas pada tanggal 31
Desember 2010 dengan ditanda-tanganinya perjanjian kerjasama ITB dengan Pemerintah
Propinsi Jawa Barat Nomor: 073/02/otdaksm/2010, untuk pengelolaan lahan pendidikan yang
terletak di Jatinangor dan di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Kampus ITB Jatinangor sebagai off G Campus pertama ini berada diatas lahan seluas 46
hektar direncanakan untuk pusat pengembangan keunggulan life sciences.
2.2. JARINGAN JALAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Wikipedia).
2.2.1. JARINGAN JALAN
Jaringan Jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri atas sistem jaringan primer
dan sistem jaringan Jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis.
Sedangkan sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem
jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
2.2.2. KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia menurut Undang-undang Republik Indonesia no
38 tahun 2004 tentang jalan, adalah:
6
Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi
secara berdaya guna.
Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2.2.3. KAPASITAS JALAN
Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu
lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang
melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangan
berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang
sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan
satuan mobil penumpangper jam atau (smp)/jam.
Sistem Fungsi Wewewnang PenangananFisik
WewewnangPengaturan Lalu Lintas
KelasPerencanaan
Primer Arteri Dep. PU Ditjen Hubdar Tipe I Kelas ITipe II Kelas I
Kolektor Dep. PUDinas PU PropinsiDinas PU Kabupaten
Ditjen HubdarDLLAJ PropinsiDLLAJ Kabuupaten
Tipe I Kelas IITipe II Kelas ITipe II Kelas II
Lokal Dinas PU Kabupaten DLLAJ Kabuupaten Tipe II Kelas IIITipe II Kelas IV
Sekunder Arteri Dinas PU PropinsiDinas PU Kabupaten/Kota
DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe I Kelas IITipe II Kelas ITipe II Keas II
Kolektor Dinas PU Kabupaten/Kota DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe II Kelas IITipe II Kelas III
Lokal Dinas PU Kabupaten/Kota DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe II Kelas IIITipe II Kelas IV
7
Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari
kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan
semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah
kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan
sampai suatu saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
2.2.4. TINGKAT PELAYANAN JALAN
Tingkat pelayanan (level of service / LOS) adalah ukuran kinerja ruas jalan atau simpang
jalan yang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan
hambatan yang terjadi. Dalam bentuk matematis tingkat pelayanan jalan ditunjukkan dengan
V-C Ratio versus kecepatan atau VCR (V = volume lalu lintas, C = kapasitas jalan). Tingkat
pelayanan dikategorikan dari yang terbaik (A) sampai yang terburuk (tingkat pelayanan F).
Tingkat pelayanan berdasarkan KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa
Lalu Lintas Di Jalan diklasifikasikan atas:
Tingkat pelayanan A, dengan kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan
kecepatan tinggi; kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum
dan kondisi fisik jalan; pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang
diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.
Tingkat pelayanan B, dengan kondisi: arus stabil dengan volume lalu lintas sedang
dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas; kepadatan lalu lintas rendah
hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan; pengemudi masih punya
cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
Tingkat pelayanan C dengan kondisi: arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan
kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi; kepadatan lalu
lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat; pengemudi memiliki
keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.
Tingkat pelayanan D, dengan kondisi: arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu
lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan
kondisi arus; kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan
hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar; pengemudi
memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan
rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.
8
Tingkat pelayanan E, dengan kondisi: arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D
dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;
kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi; pengemudi
mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
Tingkat pelayanan F, dengan kondisi: arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang
panjang; kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama; dalam keadaan antrian, kecepatan maupun
volume turun sampai 0.
2.2.5. SATUAN KENDARAAN
Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus lalu
lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana besaran SMP
dipengaruhi oleh tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak
Besaran satuan mobil penumpang bervariasi menurut lokasi apakah itu di perkotaan atau
di jalan raya, ataupun di persimpangan. Tabel berikut menunjukkan satuan mobil penumpang
yang biasanya digunakan di Indonesia yang diolah dari berbagai sumber termasuk manual
kapasitas jalan Indonesia ditunjukkan dalam daftar berikut:
Jenis Kendaraan Jalan Raya PerkotaanMobil penumpang, pickup, minibus 1 1Sepeda motor 0,5-1 0,2-0,5Bus, truk 2 dan 3 sumbu 3 2Bus temple, truk > 3 sumbu 4 3
2.3. KAWASAN PENDIDIKAN JATINANGOR
Pada mulanya didirikan UNPAD Terinspirasi oleh “Kota Akademik Tsukuba”, Rektor
keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja menggagas “Kota Akademis Manglayang”,
yang terletak di kawasan kaki Gunung Manglayang.
Konsep tersebut menjawab permasalahan kampus Unpad yang tersebar di 13 lokasi yang
berbeda sehingga menyulitkan koordinasi dan pengembangan daya tampung, selain untuk
meningkatkan produktivitas, mutu lulusan, dan pengembangan sarana/prasarana fisik.
Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai dan tahun 1979 baru
disepakati dengan adanya penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.
9
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan itu
meliputi luas 3.285,5 Hektar, terbagi dalam 7 wilayah peruntukkan. Khusus untuk Unpad,
wilayah pengembangan kampus di Jatinangor mencakup 175 h.
Secara bertahap, Unpad telah mulai memindahkan kegiatan pendidikannya ke Jatinangor
sejak 1983, yang diawali oleh Fakultas Pertanian. Kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas
lainnya yang ada di lingkungan Unpad. Pada 5 Januari 2012, gedung Rektorat Unpad resmi
pindah ke Jatinangor. Kemudian, diikuti berturut-turut oleh IKOPIN, IPDN, ITB.
10
BAB III
PEMBAHASAN PERSOALAN
3.1. KONDISI WILAYAH SEBELUM DITETAPKAN MENJADI KAWASAN
PENDIDIKAN
Jatinangor adalah kawasan yang hingga masa kini memiliki beberapa jejak masa silam
yang menarik untuk di ketahui. Layaknya kota Bandung, Jatinangor juga meninggalkan
beberapa peningglan khas Belanda.
Salah satunya adalah bangunan yang kini di pakai sebagai gedung rektorat Unwim di
jalan Winaya Mukti. Bangunan ini seperti gedung-gedung yang dibuat pada awal abad XX,
menggunakan atap yang mencirikan bangunan tradisional Indonesia dan menggunakan
teknologi bangunan gaya Eropa. Gaya semacam ini disebut Indo-Eropeesche Architectuur
Stiijl.
Karena curah hujan yang tinggi dan sinar matahari yang terik, penggunaan atap sangat
diperlukan sebagai fungsi pelindung selain sebagai suatu hiasan. Bentuk atap seperti inilah
yang kemudian memberi inspirasi pada gaya gedung-gedung di Unpad, Unwim, Ikopin, dan
Bandung Giri Gahana (BGG).
Di sebelah gedung rektorat Unwim, terdapat sebuah menara yang dibuat dengan gaya
romantik dengan hiasan-hiasan di empat sisinya. Menurut penduduk di sekitar Jatinangor,
menara itu adalah menara sirine dan jam yang memberi waktu bagi penyadap karet Cultuur
Ondernemingen Van Maatschapaij Baud untuk memulai bekerja dan mengambil mangkok
lateks yang sudah penuh. Menara itu kini berusia sekitar 160 tahun.
Cultuur Ondernemingen Van Maatschapaij Baud didirikan pada tahun 1841, milik Baron
Baud, seorang berkebangsaan Jerman yang menginvestasikan modalnya besama swasta
Belanda. Rumah Baron Baud, pemilik perkebunan Jatinangor dan emplasemennya, dahulu
terletak disebelah utara menara dan oleh penduduk disebut Loji.
Seratus meter disebelah barat terdapat dua nisan yang tidak bernama dibawah pohon
kihujan, pohon mahoni, dan cemara yang berusia lebih dari 90 tahun. Itulah makam Baron
Baud pendiri Onderneming dan Putrinya yang bernama Memosa. Menurut cerita, Baud
menikah dengan Nyai dari Bogor bernama Ibu Inciah yang makamnya hilang dibawah
gedung Ikopin sekarang.
11
Disebelah timur kampus Unpad tepatnya disebrang kampus Fikom, terdapat jembatan
kereta api kerajaan Belanda SS (Staat Spoorwegen).
Jalur transportasi kereta api yang menghubungkan Bandung-Jatinangor-Tanjungsari
tersebut mulanya digunakan untuk membawa hasil perkebunan. Saat ini jembatan yang
dikenal dengan nama jembatan Cincin tersebut digunakan oleh masyarakat untuk membawa
barang-barang keperluan sehari-hari dan jalan bagi mahasiswa yang kost di sekitar Cikuda
untuk menuju kampus Unpad. Beberapa mahasiswa memanfaatkan jembatan itu untuk
rapelling.
Selain kebun teh milik tuan Baron, Jatinangor juga terkenal karena keberadaan kereta api.
Trayeknya yaitu Rancaekek-Jatinangor-Tanjung Sari. Di Jatinangor stasiunnya terletak di
tempat yang sekarang menjadi Dinas Pendidikan, seberang warung Kalde, sayangnya,
kenangan yang masih ada hingga saat ini hanya tangganya saja.
Menurut buku Wajah Bandoeng Tempo Dulu, jalur KA tersebut diresmikan pada 23
Februari 1918, dan diurus oleh SS (Staats Spoorwegar) perusahaan kereta api zaman Belanda.
Rutenya yaitu stasiun Rancaekek, memotong jalan mobil di Cipacing, masuk Cipacing, lalu
masuk ke jalan mobil dekat kampung Caringin, Cikuda, Jembatan Caringin, Cileles, dan
Tanjung Sari. Sayangnya rutenya ini tidak melewati Sumedang, awalnya memang pernah
direncanakan, tetapi permasalahan ada di kawasan Cadas Pangeran. Jurang dan cadasnya
terlalu curam sehingga tidak cocok untuk dijadikan jalan rel kereta api.
Dari Rancaekek tidak terus ke Bandung, kalau mau langsung ke Bandung harus ganti
kereta. Bekas rel kereta disebutnya tanah SS. Sekarang sudah tidak terlihat bekas-bekas
adanya rel kereta api, karena lahan tersebut sudah dijadikan kebun atau malah sudah
dijadikan bangunan,
“Kalau di Tanjung Sari ada desa yang namanya Desa SS, asal muasalnya ya dari sana
juga. Tempatnya dekat dengan alun-alun. Halte Tanjung Sari adanya di sebelah Utara
Jembatan. Jembatan itu juga dilewati oleh rel,” tambah Surpiatna.
Menurut Bah Idik, seorang teman lama Surpiatna, pemberhentian kereta api itu berada di
Tanjung Sari. Jam pertama adalah jam lima subuh, jalannya dari Tanjung Sari tiba di
Jatinangor jam lima seperempat, sampai ke Rancaekek setengah enam kurang. Jalan
keduanya jam enam, jalan dari Rancaekek, sampai di Jatinangor jam enam lewat sedikit.
Sampai ke Tanjung Sari jam setengah tujuh. Jam ketiganya jam tujuh dari Tanjung Sari, dan
12
begitulah bolak-balik. Tengah hari baru istirahat. Setelah itu jam lima sore dari rancaekek ke
Tanjung Sari. Jalur kereta api ini, sangat besar bantuannya bagi pemerintah dan masyarakat,
baik yang mau pergi ataupun bagi yang mau usaha.
Dulu tidak ada penumpang yang tidak kebagian duduk, karcis yang dijual selalu karcis
duduk. Yang ketahuan tidak membeli karcis dihukum tanpa ampun.
3.2. KARAKTERISTIK KAWASAN PENDIDIKAN JATINANGOR
Kawasan Pendidikan Jatinangor kini terdapat 4 universitas, yaitu : UNPAD, IKOPIN,
IPDN dan ITB; terintegrasi dengan Kementrian Pendidikan Nasional yang berada disana.
Ditunjang dengan akses langsung dari pintu tol purbaleunyi, jalan nasional dari arah
Bandung, Sumedang, Garut serta Tasikmalaya.
3.3. KARAKTERISTIK RUAS JALAN STUDI
Jalan yang menjadi objek studi adalah Jalan Raya Jatinangor(Jalan Kolektor Primer),
Jalan Winaya Mukti(Jalan lokal), Persimapangan Jalan Raya Cibiru(Jalan Kolektor Primer)-
Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer), dan Persimpangan Jalan Nasional Bandung-
Garut(Jalan Arteri Primer) dengan Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer).
3.4. KARAKTERISTIK GUNA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN PENDIDIKAN
JATINANGOR
Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor; Bab V
mengenai Rencana Umum dan Panduan Rancangan, Bagian Kesatu ; Struktur Peruntukan
Lahan ; Pasal 8 :
(1) Kawasan Sisi Utara Koridor Jatinangor diperuntukan
bagi:
a. Kawasan Kampus dengan luas area blok 476,00 Ha,
rencana lahan blok ini sebagian besar diperuntukkan
bagi perkembangan fungsi kawasan kampus dan
kawasan pendukungnya;
b. Kawasan Perumahan, dengan luas area blok 22,60
13
Ha, rencana peruntukan lahan untuk alokasi lahan
perumahan yang berada di Sisi Utara Koridor
Jatinangor;
c. Kawasan Konservasi, dengan luas area blok 400,00
Ha, rencana lahan ini sebagian besar diperuntukkan
bagi kawasan konservasi yang berada di sisi utara
kawasan kampus, seperti kawasan bumi perkemahan.
(2) Kawasan Sisi Selatan Koridor Jatinangor merupakan
kawasan mix used (campuran) dengan luas area 418.78
Ha.
(3) Kawasan sisi selatan koridor Jatinangor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sebagian besar diperuntukkan
bagi perkembangan fungsi utama kawasan yaitu :
a. kawasan perdagangan dan jasa umum di sepanjang
koridor jalan Jatinangor; dan
b. selain sebagai kawasan perdagangan dan jasa umum
yang dapat dikombinasikan dengan fungsi campuran
yaitu rumah, mall dan apartemen.
3.5. KONDISI LALU LINTAS DI SEKITAR KAWASAN PENDIDIKAN
JATINANGOR
Kondisi lalu lintas terdapat banyak perubahan terutama pada Jalan Raya Jatinangor(Jalan
Kolektor Primer), Jalan Winaya Mukti(Jalan lokal), Persimapangan Jalan Raya Cibiru(Jalan
Kolektor Primer)- Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer), dan Persimpangan Jalan
Nasional Bandung-Garut(Jalan Arteri Primer) dengan Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor
Primer).
14
Pada Jalan Raya Jatinangor lama dijadikan satu arah karena pada tahun 2008 telah
dibangun akses jalan Raya Jatinangor baru satu arah menuju Sumedang.
Pada kampus UNPAD sendiri terjadi perubahan akses keluar/ masuk gerbang utama, yang
tadinya didepan Jalan Raya Jatinangor, ditutup menjadi 2 pintu, yaitu pintu akses masuk dan
akses keluar bagi kendaraan bermotor yang berada di Jalan Winaya Mukti. Gerbang Utama
lama ditutup menjadi gerbang yang dikhusukan untuk para pejalan kaki. (lihat pada lampiran)
Perubahan arus juga terjadi pada persimapang-persimapangan yang ada pada Kawasan
Pendidikan Jatinangor, yakni Persimapangan Jalan Raya Cibiru- Jalan Sindangsari, dan
Persimpangan Jalan Nasional Bandung- Garut dengan Jalan Sindangsari. (lihat lampiran).
Dan pada hari minggu terjadi perubahan fungsi jalan pada jalan Winaya Mukti, disini
berjajar para pedagang dan dijadikan running track.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Dengan adanya pusat pendidikan pada kecamatan Jatinangor sejak tahun 1979 terjadi
perubahan terhadap guna lahan yang ada, selain itu sering terjadi kemacetan disepanjang
Jalan Raya Jatinangor-Sumedang dan akses menuju Kawasan Pendidikan Jatinangor sehingga
dilakukan pelebaran jalan dan perubahan arus lalu lintas.
iii
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ipdn.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=62&lan
g=en
http://site.ikopin.ac.id/index.php/profil/sejarah
http://www.unpad.ac.id/universitas/sejarah/
http://winayamukti.ac.id/sejarah%20unwim
http://newsintheblog.blogspot.com/2008/01/perubahan-jalur-jalan-raya-jatinangor.html
http://hervydsgn.blogspot.com/2010/09/jatinangor-masa-silam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Jatinangor,_Sumedang
http://www.unpad.ac.id/universitas/rute-dan-peta/menuju-kampus-jatinangor/
http://www.unpad.ac.id/universitas/rute-dan-peta/denah-kampus-unpad-jatinangor/
http://jatinangor.itb.ac.id/?page_id=2
PERBUB RTBL JATINANGOR 2013
“Laporan Akhir Studi Kelayakn Kawasan Jatinangor Sebagai Kawasan Perkotaan”
BAPPEDA KABUPATEN SUMEDANG 2009
DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PERUBAHAN FUNGSI LAHAN MENJADIPUSAT PERBELANJAAN PARIS VAN JAVA (PVJ) TERHADAP JARINGANJALAN DI KAWASAN SUKAJADI (Studi Jalan Sukajadi dan Jalan KarangTineung) ; 2013, Fauzan, Sihombing, Shidiq.
iv
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kecamatan Jatinangor
v
vi
Lampiran 3. Perimpangan di Jatinangor
vii
Lampiran 4. Persimpangan Jalan Raya Cibiru(Jatinangor)-Jalan Sindangsari
viii
Lampiran 5. Jalan Raya Jatinangor-Sumedang
ix
Lampiran 6. Jalan Winaya Mukti
x
Lampiran 7. Denah Kampus ITB JAtinangor
Lampiran 8. Jembatan Cincin Tempo Dulu
xi
Lampiran 9. Jembatan Cincin Sekarang
top related