kelelahan dalam bekerja
Post on 14-Aug-2015
150 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah fatigue atau kelelahan dipakai untuk menggambarkan berbagai kondisi yang
sangat bervariasi yang semuanya berakibat penurunan kapasitas dan ketahanan kerja.
Konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini membedakan atas dua jenis kelelahan
yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau general fatigue. Kelelahan otot terjadi
apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan
tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi
kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam
melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun
mental, merasa berat, ngantuk dan letih. Kelelahan umum dapat diakibatkan oleh efek
dari berbagai stress berupa monotony, intensitas atau durasi dari beban kerja mental
atau mental dan fisik, iklim lingkungan termasuk penerangan dan kebisingan,
penyebab mental berupa tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik, penyakit
dan perasaan sakit dan faktor nutrisi yang dialami sepanjang hari kerja berakumulasi
pada organisme dan secara bertahap meningkatkan perasaan lelah dimana perasaan
lelah ini merupakan keadaan yang dapat dihilangkan dengan berbaring dan istirahat.
Dengan demikian kelelahan akibat kerja memiliki arti yaitu suatu pertahanan atau
perlindungan dari tubuh seseorang yang dirasakan secara objektif yang terjadi akibat
kerja fisik atau mental yang secara terus menerus sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan pada individu, hilangnya efisiensi dan penurunan produktivitas.
Tipe-tipe Kelelahan Akibat Kerja ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan
akibat kerja, menyatakan ada empat tipe kelelahan yakni:
a. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan
tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan
perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut pada
otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang
melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan mendesain
ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih
efisien.
b. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang
monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan
perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain,
pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik
dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan
mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan
tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan
umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di
tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan
pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan
karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.
d. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian
pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada
kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif.
Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan
pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar
terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup. Menurut
Schultz & Schultz (2001, h. 312) ahli-ahli di bidang psikologi membagi kelelahan
akibat kerja dalam dua tipe yakni kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh kerja otot
yang berlebihan dan kelelahan secara psikis, yang mirip dengan kebosanan.
2.2 Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum fatigue pada pekerja
2. Mengetahui proses tejadinya fatigue pada pekerja
3. Hal apa saja yang bisa menyebabkan fatigue pada pekerja
4. mengetahui dampak fatigue pada pekerja
2.3 Manfaat
Di harapkan makalah ini dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
mahasiswa peminatan k3 khususnya dan bagi mahasiswa pada umumnya.
BAB II
ISI
1.1. PENGERTIAN KELELAHAN (FATIGUE)
Kelelahan (fatigue) adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susuna syaraf pusat terdapat
sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah
kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,
tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi an penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum, seperti dililustrasikan pada Gambar 8.1
tentang toxonomi kelelahan. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot
atau persaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan
berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,seba-sebab mental, status
kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean,1993).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yangn sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir
jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik
maksimal. (Astrand & Rodahl, 1997 dan Pulat, 1992).
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia
dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan
energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai peneyebab hilangnya efisiensi
otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab
sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaska bahwa perubahan kimia
hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjai mengakibatkan
dihantarkannya rangsangan syaraf melaui syaraf sensoris ke otak yang didasari
sebagai kelelahan otot. Rangsangan eferen ini menghambat pusat-[usat otak dalm
mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf
menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan
dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan semakin
lelah kondisi otot seseorang.
1.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KELELAHAN KERJA
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di
industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan
dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the
stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode
istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
Kelelahan yangn disebabkan oleh karena kerja stastis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenagan <20% keja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot stastis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika
pembebananan berlangsungn sepanjang hari. Astrand dan Rodahl (1977)
berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala
kelelahan jika tenaga dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.
Lebih lanjut Suma’mur (1982), Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja
otot stastis merupakan kerja berat (strenous), kemudian mereka membandingkan
antara kerja otot stastis dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot
statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan
diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.
Waters dan Bhattacharya (1996), berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot
baik stastis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat.
Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot
terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang
dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat
dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan
aktivitas melamoaui kaopasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka
konsentrasi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan. Sedangkan
Aanis dan McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme
dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yangn dihasilkan oleh tenaga
kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan
terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak
melebihi 50% dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja
2 jam dan 33% untuk kerja 8 jam terus-menerus. Nilai tersebut di desain untuk
mencegah kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan resiko cidera otot
skeletal pada tenaga kerja.
Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang
bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang dinamis. Hal ini dapat dilakukan
dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebig bervariasi
atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjaln normal ke seluru
anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tinnglkat kelelahan seseorang dapat
dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif
maupun subjektif.
1.3 Proses Terjadinya Fatigue
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia dan
teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi
dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang
perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan
pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan
penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya
rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai
kelelahan. Sehingga menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan
demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lemah
kondisi otot seseorang.
Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot
terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang
dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dapat
dicapai oleh otot. Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan
disebabkan menjadi kelelahan otot secara umum. Kelelahan otot secara umum
ditandai dengan :
1. Kemampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek).
2. Waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan
mengendur semakin lama).
3. Memanjangkan tegangan waktu antara datangnya rangsangan dengan
diawalinya peregangan.
Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa berkurangnya
kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah sebenarnya
bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya perasaan lelah
berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi
kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.
1.4 Dampak Fatigue
Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis, kerja fisik yang
melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus-
menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang disertai penurunan
keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis atau kelelahan
psikologi yang menyebabkan perasaan lelah.
Kelelahan yang dialami terus-menerus setiap hari berakibat kepada kelelahan
kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari sesudah bekerja, tetapi
selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja.
Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan dirasakan
yaitu menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi, pikiran melemah,
motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun, dan kesalahan meningkat.
Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat, memberi
waktu libur, dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang
tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang sehat dan nyaman.
1.5 Pengukuran Fatigue
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung. Pengukuran-pengukuran dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan. Untuk
mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai
macam pendekatan yaitu :
1. Pengukuran waktu reaksi.
2. Uji hilangnya kelipatan (Flicker Fusion Test).
3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik.
4. Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2).
5. Kuesioner kelelahan 30 item.
Untuk penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kelelahan dengan
menggunakan alat yaitu, waktu reaksi (Reaction Timer). Waktu reaksi yang
diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi yang
memerlukan koordinasi, waktu yang terjadi adalah waktu yang terjadi antara
pemberian rangsang tunggal sampai timbul respon terhadap rangsang tersebut,
pengukuran dilakukan pada waktu istirahat. Waktu reaksi merupakan interval
selama impuls syaraf dialirkan ke otak kemudian diteruskan ke otot, pemeriksaan
waktu reaksi penting tidak hanya sekedar mengetahui perbedaan kecepatan
individu tetapi juga untuk mendapat informasi tentang kegunaan fungsi yaitu
atensi, kemampuan presepsi dan kecepatan persepsi.
1.6 Faktor yang Mempengaruhi Fatigue
Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang menyebabkannya.
Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain :
a. Faktor dari dalam individu
1. Usia
Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun pada usia
40 tahun. Berkurangnya kebutuhan zat tenaga tersebut dikarenakan telah
menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan yang bisa dilakukan biasanya
juga berkurang dan lebih lamban. Usia atau umur merupakan waktu atau
masa hidup seseorang selama masih hidup di dunia yang dihitung mulai
dari manusia dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi
beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik
dan pertumbuhan mental antara lain :
a. Masa dewasa dini : 18 tahun – 40 tahun
b. Masa dewasa madya : 41 tahun – 60 tahun
Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan
diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini
kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan
organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah
mengalami kelelahan.
b. Jenis Kelamin
Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di
dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik
maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita
akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.
c. Status Gizi
Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja, dimana
keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja
dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan. Dalam laporan
FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT)
merupakan indikator status gizi orang dewasa. Nilai IMT dihitung menurut
ilmu berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam
meter). Status gizi umum spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya
dengan energi dan protein dapat diukur dengan antropometri. Dengan kata
lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi gambaran status energi
dan protein seseorang, karenanya antropometri sering digunakan sebagai
indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi protein.
Standar IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah dimodifikasi
berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut :
d. Status Kesehatan
Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit
tersebut antara lain :
1. Penyakit Jantung
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan
darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru
akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak
napas sehingga akan mengalami kelelahan.
2. Penyakit Gangguan Ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa
metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah (uremi).
Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan kelelahan.
3. Penyakit Asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara
bronkus kecil (bronkiolus). Proses transportasi oksigen dan
karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida
dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses
tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.
4. Tekanan Darah Rendah
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk
memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang
maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi,
akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada
penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu
sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang menjadi penyebab
kelelahan.
5. Tekanan Darah Tinggi
Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung
membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar
ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti
tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan
sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya
pertukaran darah terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa
metabolisme yang menyebabkan kelelahan.
b. Faktor dari luar
1. Beban Kerja dan Masa Kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja
baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Setiap
pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan masing-masing tenaga
kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk menangani beban kerjanya
sebagai tambahan dari beban kerja langsung ini. Pekerjaan biasanya
dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban
tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor
lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.
Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa
mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada pekerjaan yang terlalu berat
dan berlebihan akan mempercepat pula kelelahan kerja seseorang. Nadi
kerja merupakan petunjuk besar kecilnya beban kerja. Masa kerja
merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat
kerja. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja
khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja
pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka
kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.
2. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara lain
penerangan, kebisingan dan iklim kerja :
a) Penerangan atau Pencahayaan
Penerangan yang kurang baik di lingkungan kerja bukan saja akan
menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan pekerjaan,
tetapi menimbulkan kesan yang kotor. Untuk mengurangi kelelahan
fisik akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan faktor
obyek dan umur pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras,
meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai dengan
umur tenaga kerja.
b) Iklim Kerja / Tekanan Panas
Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti temperatur,
kelembaban udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi, iklim kerja
adalah keadaan udara di tempat kerja. Pengukuran tekanan panas pada
suatu tempat salah satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks
suhu basah dan bola, anatara lain :
1. Untuk pekerja di luar gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu
radiasi + 0,1 suhu kering.
2. Untuk pekerja di dalam gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x
suhu radiasi.
c) Kebisingan
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran
berdenging. Keadaan ini akan menimbulkan kelelahan adalah reaksi
fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex celebri yang dipengaruhi
oleh sistem yang antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan
sistem (aktivasi).
d) Faktor Ergonomi
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja.
Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan,
keamanan dan efisiensi pekerja.
1.7 Akibat Kelelahan
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :
1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada
pekerja yang masih “penuh semangat”
2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain
3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya
kualitas hidup rumah tangga seseorang.
Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori
yaitu :
1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.
Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering
menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada
mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau
berbaring.
2) Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak
dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat
tekun dalam pekerjaan.
3) Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan
tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan, merasa kurang sehat.
1.8 Akibat Kelelahan terhadap keselamatan kerja
Berdasarkan akibat kelelahan secara umum dapat kita dapatkan bahwa seorang
pekerja bila mengalami kelelahan dalam menjalankan pekerjaannya tentunya akan
mempengaruhi keselamatannya dalam bekerja seperti berkurangnya konsentarsi
dalam bekerja dapat menjadi factor risiko untuk terjadinya sebuah kecelakaan kerja.
Sebab bila konsentrasi berkurang tentunya tingkat kewaspadaan pekerja akan
terganggu dan sering membuat kesalahan pada pekerjaannya. Hal tersebut akan
membahayakan pekerja bila pekerjaannya tergolong pekerjaan yang memiliki tingkat
resiko yang tinggi. Selain itu kelelahan juga dapat menyebabkan salah persepsi atau
miss communication dalam bekerja, sering kali kecelakaan kerja disebabkan oleh
kondisi tersebut. Kondisi fisik yang lelah dapat melemahkan respon para pekerja,
sehingga bila terjadi keadaan darurat di tempat kerja seperti kebakaran, maupun
gempa bumi pekerja tersebut akan lamban dalam menghadapinya, sehingga
dimungkinkan pekerja dapat mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
factor alam tersebut.
1.9 Cara Mengatasi Kelelahan
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan
sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan
jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan
dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik
yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya
tingkat ketegangan kerja.
Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam
sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat
kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per
jamnya.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan
umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai
dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat,
masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam hal
pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian
pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu ditujukkan
kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi
pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan
fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebih-
lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dasar kelelahan terdiri dari 2 jenis yaitu kelelahan secara otot ataupun
kelelahan secara umum. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi
dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara.
Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum
oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan
keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk
dan letih. Kelelahan jika terus-terusan di biarkan dapat mengganggu produktifitas
kerja yaitu menurunkan konsentrasi dalam bekerja.
B. Saran
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan
sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan
jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan
dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik
yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya
tingkat ketegangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2013 http://jurtek.akprind.ac.id/bib/prevalensi-keluhan-subyektif-atau-
kelelahan-karena-sikap-kerja-yang-tidak-ergonomis-pada-pengraj Diakses 26 Maret
2013
Anonim 2013 http://eprints.undip.ac.id/10507/1/Skripsi_V3.pdf Diakses 26 Maret
2013
Chapter II. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/25191/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 26 Maret 2013.
Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.
Sritomo Wignjosoebroto, 2000, Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas
Kerja Dalam Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu, institute Teknologi Sepuluh
November Surabaya. Diakses dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2850-
m_sritomo-ie-Makalah%20Rancangan%20Vulkanisir%20Ban%20-
%20A.Pawennari.pdf tanggal 27 Maret 2012.
Tarwaka.(2010).ERGONOMI INDUSTRI “Dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasinya di tempat kerja ”.Surakarta: Harapan Press
Untari, Siti. 2006. Pengaruh Pemberian Minuman Isotonis Terhadap Perubahan
Tingkat Kelelahan Pekerja Pabrik Tahu di Kelurahan Jomblang, Kecamatan
Candisari, Kota Semarang. (online).
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-sitiuntari-5652-2-
babii_.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret 2013)
Tugas Ergonomi
Kelelahan Dalam Bekerja
Oleh :
1. Sylvia Erin Hersanti 25010110120041
2. Yulhaimi Febriantoro 2501011012
3. Wanda Qurniasari 25010110141034
4. Nanang Dwi N 25010110141
5. Pandu 25010110141
top related